Pendanaan Jangka Panjang

advertisement
Nama : Shifa Nur Aini Badrein
NIM : 2013-31-296
PENDANAAN JANGKA PANJANG
Pendanaan jangka panjang merupakan salah satu jenis pendanaan yang bisa dimanfaatkan oleh
perusahaan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan alternatif jenis pendanaan
lainnya dalam memenuhi kebutuhan pembelanjaan perusahaan. Jenis pendanaan jangka panjang yang
umum kita kenal antara lain : Kredit Investasi, Hipotek ( Mortgage ), Obligasi, Saham.
1.
Kredit Investasi
Kredit investasi adalah merupakan alternatif pendanaan jangka panjang yang umumnya disediakan
oleh kalangan perbankan selain kredit modal kerja
( pendanaan jangka pendek ) yang selama
ini kita kenal.
Keputusan perusahaan untuk memanfaatkan kredit investasi ini hendaknya mempertimbangkan faktorfaktor berikut ini :
a.
Kelayakan jenis investasi yang akan dilaksanakan.
b.
Pola cashflow dari investasi yang akan dilaksanakan
c.
Lamanya jangka waktu kredit
d.
Besarnya pengembalian pinjaman setiap periodenya
e.
Tingkat suku bunga yang dipersyaratkan
f.
Persyaratan mengenai pelunasan kredit sebelum jatuh tempo yang biasanya dalam bentuk
penalty.
Contoh :
Perusahaan Mandiri menandatangani perjanjian kredit investasi dengan Bank Mapan senilai Rp. 1
milyar pada pertengahan tahun 2004 untuk jangka waktu 5 tahun dengan tingkat suku bunga sebesar
16% per tahun dengan persyaratan tambahan bahwa pelunasan sebelum jatuh tempo akan dikenakan
penalty sebesar 2% dalam bentuk bunga per tahun. Pada pertengahan tahun 2007 ini, perusahaan
mendapatkan tawaran kredit dari Manhattan Bank dengan tingkat suku bunga sebesar 13,5% per tahun.
Apabila perusahaan tetap meneruskan kreditnya pada Bank Mapan, maka bunga yang harus dibayar
adalah :
Bunga
= 2 x 16% x Rp. 1 milyar
= Rp. 320 juta
Andaikan sekarang perusahaan punya niat menerima tawaran Manhattan Bank, maka denda yang
harus dibayar ke Bank Mapan dan bunga yang harus dibayar ke Manhattan Bank oleh perusahaan
Mandiri adalah :
Denda
= Rp. 40 juta
Bunga
= 2 x 13,5% x Rp. 1 milyar = Rp. 270 juta
Total
= Rp. 310 juta
Dari ilustrasi diatas, maka dapatlah disimpulkan bahwa alternatif menerima tawaran Manhattan Bank
akan lebih menguntungkan bagi perusahaan Mandiri.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah “ mengapa Bank Mapan mengenakan penalty dalam
pelunasan kredit sebelum jatuh tempo “ ?
Hal ini dikarenakan Bank Mapan harus berupaya untuk menjual kembali dana dari perusahaan Mandiri
tersebut agar dapat menghasilkan return.
2.
Hipotek ( Mortgage )
Hipotek adalah merupakan alternatif pendanaan jangka panjang dalam bentuk hutang yang
biasanya harus disertai dengan agunan berupa aktiva tidak bergerak ( tanah, bangunan ). Dalam hal
terjadinya likuidasi perusahaan yang mempunyai hutang, maka kewajiban kreditur harus dipenuhi
terlebih dahulu dari hasil penjualan aktiva yang dijadikan sebagai agunan tersebut.
3.
Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda hutang, dan umumnya tidak dijamin dengan aktiva tertentu. Oleh
karenanya kalau perusahaan bangkrut, pemegang obligasi akan diperlakukan sebagai kreditur umum.
Dalam Obligasi, akan mencantumkan :
a.
b.
c.
d.
Nilai pelunasan atau face value
Jangka waktu pelunasan
Bunga yang dibayarkan ( coupon rate )
Berapa kali dalam satu tahun bunga tersebut dibayarkan
Tipe obligasi konvensional mempunyai dampak resiko baik bagi pemilik maupun penerbit obligasi.
Resiko ini biasanya dikaitkan dengan tingkat suku bunga. Artinya, apabila suku bunga naik maka harga
obligasi akan turun ( dalam kondisi ini pemilik obligasi akan rugi ). Akan tetapi apabila tingkat suku
bunga turun, maka harga obligasi akan mengalami kenaikan ( dalam kondisi yang demikian ini penerbit
obligasi akan rugi ).
Dalam rangka untuk meminimalisir kerugian yang dialami oleh perusahaan penerbit obligasi yang
disebabkan karena menurunnya tingkat suku bunga, penerbit obligasi kemudian menawarkan :
a.
Obligasi dengan suku bunga mengambang ( floating rate ).
Misalnya, suku bunga obligasi ditentukan sebesar sama dengan suku bunga rata-rata deposito
jangka waktu 6 bulan pada bank pemerintah ditambah dengan 1,00%.
b.
Mencantumkan call price.
Call price menunjukkan harga yang akan dibayar oleh penerbit obligasi, pada saat hak untuk
membeli kembali obligasi tersebut dilaksanakan oleh penerbit obligasi.
Misalkan : call price sebesar 110.
Artinya Penerbit obligasi dapat meminta obligasi yang dimiliki oleh pemodal dengan
membayarnya sebesar Rp. 1.100.000,- pada saat harga obligasi di pasar sebesar Rp.
1.100.000,- bagi pemilik obligasi dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000.000,-.
Pada saat obligasi dilunasi oleh penerbit, maka penerbit kemudian akan mengganti dengan obligasi
baru dengan coupon rate yang lebih rendah.
Misalkan : Perusahaan menerbitkan obligasi dengan coupon rate 17% per tahun. Karena
menurunnya suku bunga, obligasi yang ekuivalen dapat dijual sesuai dengan nilai nominal dengan
coupon rate hanya 14% per tahun. Saat ini obligasi tersebut masih mempunyai usia 9 tahun lagi.
Kondisi ini menyebabkan perusahaan ingin memanggil obligasi lama. Apabila call price sebesar
105 dan diperlukan waktu 3 bulan overlap sebelum obligasi baru dipergunakan untuk melunasi
obligasi lama. Berapakah keuntungan daripada penggantian obligasi tersebut kalau nilai
nominalnya sebesar Rp. 1.000.000,- ?
Pelunasan obligasi lama = 105 x Rp. 1.000.000,= Rp. 1.050.000,Kas masuk obligasi baru
= Rp. 1.000.000,Selisih
Rp.
50.000,Bunga selama periode overlap 0,25 x 17% x Rp. 1 juta = Rp.
42.500,Kas keluar pada awal periode
Rp.
92.500,Penghematan pembayaran bunga
( 17% - 14% ) x Rp. 1.000.000,- = Rp. 30.000,Dengan menggunakan tingkat bunga 14% ( lihat Tabel A-2 – Present Value of Annuity ), maka
Present Value ( PV ) penghematan selama 9 tahun sebesar
= 4,946 x Rp. 30.000,- = Rp.
148.380,Dengan demikian keuntungan bagi penerbit obligasi sebesar = Rp. 148.380,- - Rp. 92.500,- =
Rp. 55.880,Untuk melunasi obligasi, perusahaan sering menyisihkan dana khusus yang sering disebut sebagai
“ Sinking Fund “, dimana dana tersebut biasanya ditempatkan pada bank setelah mencapai usia
tertentu.
Jenis-jenis obligasi :
1.
Obligasi yang tidak dijamin dengan aktiva tertentu ( unsecured bond ) atau disebut juga
dengan “ debenture “.
2.
Subordinate debenture, merupakan obligasi yang pelunasannya akan dilakukan oleh
perusahaan setelah debenture terselesaikan pada saat terjadi likuidasi perusahaan.
3.
Income Bonds, merupakan jenis obligasi yang hanya membayarkan bunga saja kepada
pemiliknya, apabila perusahaan memperoleh keuntungan
4.
Zero Coupon Bonds, merupakan jenis obligasi yang tidak membayarkan bunga kepada
pemiliknya, dan perusahaan dalam menjual obligasi jenis ini dengan memberikan discount.
Penerbitan jenis obligasi semacam ini sering didasarkan atas maksud untuk memperoleh
keuntungan karena present value pembayaran pajak.
Dalam penerbitan obligasi, perusahaan kadang-kadang menyertakan
“ warrant “, yang
merupakan hak untuk membeli saham dengan harga tertentu dan digunakan sebagai semacam penarik
minat agar orang mau membeli obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan.
Contoh : Misalkan Perusahaan Mandiri mau menerbitkan obligasi dengan nilai nominal sebesar Rp.
1.000.000,- dengan coupon rate sebesar 13% dan jangka waktu 5 tahun, dimana obligasi tersebut
ditawarkan sebesar nilai nominalnya. Andaikan saat ini coupon rate yang umum berlaku untuk obligasi
yang ekuivalen dengan obligasi yang mau ditawarkan sebesar 15%. Perusahaan Mandiri dalam
menawarkan obligasi ini disertai dengan warrant, yang menyatakan bahwa pembeli obligasi ini berhak
membeli 100 lembar saham biasa dengan harga
Rp. 8.000,- per lembar saham pada lima tahun
yang akan datang, dimana harga saham saat ini sebesar Rp. 6.000,-. Apabila para pemodal
memperkirakan bahwa lima tahun yang akan datang harga saham perusahaan Mandiri sebesar
Rp. 11.000,-, maka warrant tersebut akan cukup menarik investor untuk membeli obligasi yang
ditawarkan oleh Perusahaan Mandiri. Mengapa demikian ?
Jawabannya cukup sederhana, karena dengan harga saham sebesar
Rp. 11.000,- maka
investor akan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 3.000,- per lembar saham. Dengan demikian total
keuntungan yang didapatkan dari warrant dalam bentuk saham ini menjadi = 100 x Rp. 3.000,- = Rp.
300.000,Pola arus kas yang diharapkan oleh investor dengan membeli obligasi tersebut dapat dilihat dalam
ilustrasi perhitungan berikut ini.
Tahun
Arus Kas
0
(1.000.000 )
1
130.000
2
130.000
3
130.000
4
130.000
5
130.000
1.000.000
300.000
Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat keuntungan yang diharapkan dari obligasi
dengan warrant tersebut adalah
5
130
1.000
130
1.000 = 
+
+
t = 1 (1+i )t
(1+i)5
(1+i)5
Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 17,25%
Dari contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila harga saham di bawah Rp. 11.000,maka tingkat keuntungan akan lebih kecil dari 17,25% dan apabila harga saham lebih besar dari Rp.
11.000,- maka tingkat keuntungan akan lebih besar dari 17,25%. Dalam hal ini para pemegang saham
akan menerima keuntungan minimal sebesar 13% ( sebesar coupon rate-nya ).
Apabila kita mau menaksir nilai warrant dengan menggunakan konsep teori opsi dari Black and
Scholes, maka akan diperoleh nilai seperti nampak dalam ilustrasi perhitungan berikut ini. Diasumsikan
bahwa deviasi standar perubahan harga ( a ) saham sebesar 0,20 dan tingkat bunga bebas resiko sebesar
10% per tahun.
Langkah 1 :
Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar dari jangka waktu opsi jatuh tempo :
0,20 x √ 5
= 0,45
Langkah 2 :
Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi
PV harga exercise
= 8.000 / ( 1 + 0,1 )5
= Rp. 4.967,Rasio = 6.000 : 4.967
= 1,20
Langkah 3 :
Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar 25,94 persen ( lihat sumbu tegak angka
0,45 dan sumbu datar 1,20 ) dari harga saham saat ini atau sebesar 25,94% x Rp. 6.000,- = Rp. 1.554,-
Langkah 4 :
Kalikan nilai call tersebut dengan 100, karena warrant tersebut memberikan hak untuk membeli saham
Nilai warrant = 100 x Rp. 1.554,- = Rp. 155.400,Apakah warrant tersebut menarik untuk dibeli oleh calon investor ? Jawabannya adalah ya !
Perhatikan ilustrasi perhitungan dibawah ini :
Nilai obligasi seandainya tanpa warrant sebesar :
5
Po
130.000
= 
t=1
130.000
+
(1+0,15 )1
= Rp. 932.960,(1+0,15)5
Dari ilustrasi perhitungan diatas, maka selisih harga obligasi seandainya tanpa warrant akan sebesar
Rp. 67.040,- berasal dari ( Rp. 1.000.000,- - Rp. 932.960,- ). Dan apabila dibandingkan dengan harga
obligasi yang menggunakan warrant akan lebih menguntungkan, karena disini calon investor akan
mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 155.400,- > Rp. 67.040,-. Dengan demikian warrant tersebut
akan tetap menarik dimata calon investor.
Penambahan jumlah lembar saham yang tanpa disertai dengan pemasukan modal sesuai dengan
harga saham yang berlaku saat itu, akan mengakibatkan penurunan harga saham dan sebagai akibatnya
nilai call dan juga warrant juga akan turun. Fenomena ini disebut sebagai “ dilusi “.
4.
Obligasi Konversi
Obligasi konversi ( Convertible Bonds / CB ) merupakan obligasi yang dapat dikonversikan (
dirubah ) menjadi saham biasa. Pemilik obligasi konversi akan memiliki obligasi dan opsi call atas
saham perusahaan.
Misalkan : Perusahaan Mandiri diatas menerbitkan obligasi konversi dengan nilai nominal Rp.
1.000.000,- per lembar dan membayarkan coupon rate 14% per tahun, yang dapat dikonversikan
menjadi saham biasa pada lima tahun yang akan datang. Setiap lembar obligasi konversi dapat
dikonversikan menjadi 100 lembar saham biasa.
Andaikan pada akhir tahun kelima, harga per lembar saham biasa mencapai lebih dari Rp. 10.000,maka para pemegang obligasi akan mengkonversikannya menjadi saham biasa. Akan tetapi apabila
harga saham di bawah Rp. 10.000,- mereka mungkin akan memilih untuk menguangkan obligasi
tersebut.
Dari contoh diatas, ratio konversi sebesar 100, dan harga konversi sebesar Rp. 10.000,-. Apabila
harga saham saat sekarang ini sebesar Rp. 8.000,- per lembar, maka nilai konversi akan menjadi
sebesar 100 x Rp. 8.000,= Rp. 800.000,-
Apabila jangka waktu pelunasan obligasi adalah 5 tahun, sedangkan obligasi yang ekuivalen
dengan obligasi tersebut memberikan coupon rate sebesar 15%, maka nilai obligasi akanh menjadi :
5
Nilai Obligasi
140.000
=[ 
t=1
1.000.000
] +
(1+0,15 )t
= Rp. 966.520,(1+0,15)5
Andaikan harga pasar obligasi sebesar Rp. 980.000,-, maka premi konversi adalah sebesar Rp.
980.000,- - Rp. 966.480,- = Rp. 13.520,Permasalahan yang kemudian muncul adalah Bagaimana cara menilai menarik tidaknya tawaran
obligasi konversi tersebut di mata calon investor?
Jawabannya adalah sangat sederhana, yakni dengan menggunakan teori opsi call.
Misalkan : harga saham Perusahaan Mandiri Rp. 7.000,- per lembar, dan obligasi dapat ditukar dengan
100 lembar saham. Nilai nominal ( pelunasan ) obligasi sebesar Rp. 1.000.000,-. Dengan demikian
exercise price-nya sebesar Rp. 10.000,- ( Rp. 1.000.000,- : 100 ). Andaikan deviasi standar (  )
perubahan harga saham ditaksir sebesar o,20 dan risk free rate sebesar 10% per tahun
Dengan menggunakan model Black and Scholes, maka kita dapat menaksir nilai opsi call sebagai
berikut :
Langkah 1 :
Kalikan deviasi standar perubahan harga saham dengan akar dari jangka waktu opsi jatuh tempo :
0,20 x √ 5
= 0,45
Langkah 2 :
Hitung rasio nilai saham dengan PV exercise opsi
PV harga exercise
= 10.000 / ( 1 + 0,1 )5
= Rp. 6.209,Rasio = 7.000 : 6.209
= 1,12
Langkah 3 :
Dari tabel A-4 kita akan menemukan harga opsi call sebesar 22,7 persen ( lihat sumbu tegak angka 0,45
dan sumbu datar 1,12 ) dari harga saham saat ini atau sebesar 22,7% x Rp. 7.000,- = Rp. 1.589,-
Langkah 4 :
Konversikan nilai call tersebut sesuai dengan rasio konversinya, karena obligasi tersebut dapat
dikonversikan menjadi 100 saham, maka nilai call 100 saham adalah :
Nilai call = 100 x Rp. 1.589,- = Rp. 158.900,Dari ilustrasi perhitungan diatas, maka selisih harga obligasi seandainya tanpa konversi akan
sebesar Rp. 33.520,- berasal dari (Rp. 1.000.000,- - Rp. 966.480,-). Dan apabila dibandingkan dengan
harga obligasi yang menggunakan konversi akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan obligasi
yang tanpa konversi. Hal ini disebabkan karena obligasi yang setara menawarkan coupon rate 15%, dan
nilai obligasi ( dengan coupon rate hanya 14% ). Artinya terlampau mahal sebesar Rp. 33.520,- apabila
tidak mempunyai hak konversi. Dengan demikian tawaran obligasi konversi tersebut cukup menarik
bagi calon investor karena nilai hak sebesar Rp. 158.900,- > Rp. 33.520,- nilai cost yang harus dibayar.
5.
Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang memberikan deviden yang tetap besarnya. Besarnya deviden
yang diterima oleh pemegang saham preferen tidak dipengaruhi oleh laba yang diperoleh oleh
perusahaan. Dalam hal ini deviden saham preferen dilakukan terhadap laba setelah pajak. Misalnya
nilai nominal saham sebesar
Rp. 1.000,- dengan memberikan deviden rate sebesar 16%, maka
pemegang saham prederen akan memperoleh deviden sebesar Rp. 160,Pemegang saham preferen adakalanya tidak menerima pembagian deviden setiap tahun. Artinya,
apabila perusahaan mengalami kerugihan pada tahun lalu, maka pembagian deviden oleh perusahaan
sementara waktu akan ditunda dan akan diberikan manakala perusahaan mengalami keuntungan pada
periode tahun berikutnya. Dalam kondisi yang demikian ini, maka perusahaan akan memberikan
deviden secara kumulatif
Dalam hal diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ), pemegang saham preferen ini
tidak berhak memberikan suara.
6.
Saham Biasa Dan Right
Saham menunjukkan bukti kepemilikan, sedangkan obligasi merupakan surat tanda hutang jangka
panjang yang diterbitkan oleh perusahaan. Para pemegang saham mempunyai hak untuk memilih
direksi perusahaan. Yang umumnya berlaku adalah “ one share one vote “. Artinya satu saham
memiliki satu suara.
Penerbitan rights ( rights issue ) saham baru akan dilakukan oleh perusahaan apabila :
a.
Perusahaan memerlukan tambahan dana untuk keperluan ekspansi.
b.
Perusahaan dapat menerbitkan saham baru dan menawarkan kepada publik umum atau kepada
pemegang saham lama
c.
Apabila perusahaan menawarkan saham baru ke publik umum, maka perusahaan harus
menggunakan jasa lembaga penjamin ( yang akan menjamin bahwa penerbitan tersebut akan laku
terjual semua ) atau menawarkan saham baru dengan harga yang lebih rendah dari harga saham saat
ini kepada para pemegang saham lama.
Contoh :
Misalkan perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak 10 juta lembar dan ditawarkan
dengan harga Rp. 5.000,- per lembar kepada para pemegang saham lama. Dengan demikian, maka
setiap pemilik satu lembar saham lama diberi hak membeli satu lembar saham baru dan kepada mereka
diberikan bukti rights sesuai dengan jumlah saham yang mereka miliki. Bagi mereka yang tidak ingin
membeli saham baru dapat menjual bukti rights. Penawaran semacam ini disebut sebagai
“
Penawaran Terbatas “, karena hanya dibatasi kepada para pemegang saham lama.
Mengapa perusahaan menerbitkan rights ? Alasan utama perusahaan menrbitkan rights adalah
untuk menghemat biaya emisi dan menambah jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Dengan
penambahan jumlah lembar saham yang diperdagangkan di pasar bursa, maka diharapkan akan dapat
meningkatkan frekuensi perdagangan saham tersebut ( meningkatkan likuiditas saham ).
7.
Penerbitan Sekuritas Di Pasar Modal
Apablia perusahaan akan menerbitkan saham di pasar modal, berbagai pihak perlu dihubungi,
sebelum memperoleh ijin dan persetujuan dari Badan Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM ). Pihakpihak tersebut antara lain :
a.
Akuntan Publik yang akan menyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan telah
diaudit dan dinyatakan wajar tanpa syarat ( WTS ).
b.
Notaris, yang akan meyatakan bahwa Rapat Umum Pemegang Saham
( RUPS )
memang telah memutuskan bahwa perusahaan untuk go public.
c.
Konsultan Hukum, yang menyatakan bahwa perusahaan memang sedang tidak berada
dalam sengketa hukum dengan pihak manapun juga.
d.
Appraisal ( perusahaan penilai ), yang akan membuat pernyataan tentang nilai wajar dari
berbagai aktiva yang dimiliki perusahaan saat ini.
e.
Underwriter ( perusahaan penjamin ), yang akan menjamin bahwa keseluruhan saham
yang ditawarkan oleh perusahaan akan laku terjual, dan apabila ada sebagian besar saham yang
tidak laku terjual, maka underwriter inilah yang nantinya akan membeli secara keseluruhan
terhadap saham-saham yang belum laku terjual.
Sedangkan persyaratan-persyaratan lain yang menyangkut kondisi intern perusahaan yang akan
menerbitkan sekuritas di pasar modal, antara lain :
a.
Perusahaan adalah merupakan perusahaan yang baik ( telah lama beroperasi, dan selama dua
tahun terakhir menghasilkan keuntungan ).
b.
Besar ( jumlah saham yang diterbitkan minimal satu juta lembar saham dengan nilai nominal
Rp. 1.000,- ).
Penawaran Umum ( Public Offering )
SEBELUM EMISI
INTERN
PERUSAHAAN
BAPEPEM
Penyampaian Pernyataan
Oleh Emiten
Expose di BAPEPAM
Tanggapan
Komentar Tertulis
Dalam waktu 45 hari
Pendaftaran Efektif
Rencana Go Public
Penunjukkan
Underwriter
Persiapan Dokumen
Kontrak Pendahuluan
( ISX ) di BEJ
Public Expose
EMISI
PASAR
PRIMER
( IPO )
SESUDAH EMISI
PASAR
SEKUNDER
PELAPORAN
Perdagangan
Pencatatan
Penawaran oleh
Underwriter
Penjatahan Pada Investor
Penyerahan Efek Pada
Investor
Laporan
Berkala
Laporan
Kejadian
Penting
PROSEDUR PENCATATAN EFEK
BAPEPAM
E
M
I
T
E
N
PROFESI
PENUNJANG
LEMBAGA
PENUNJANG
BURSA EFEK JAKARTA
PENAWARAN UMUM
( PENAWARAN PERDANA )
PASAR SEKUNDER
Contoh :
PT. NAROTAMA Tbk. berencana akan menerbitkan obligasi dengan nilai nominal
Rp.
1.000.000,- untuk jangka waktu 5 tahun. Obligasi dirawarkan sesuai dengan nilai nominal dan
memberikan coupon rate sebesar 12% per tahun.
Di pasar, obligasi yang ekuivalen ditawarkan
dengan coupon rate 15% dan terjual sesuai dengan nilai nominalnya. Melihat kondisi seperti ini,
PT. NAROTAMA Tbk. kemudian memutuskan untuk menyertakan warrant dalam menawarkan
obligasi tersebut dengan ketentuan setiap satu lembar obligasi berhak untuk membeli 50 lembar saham
dengan harga Rp. 8.000,- pada lima tahun yang akan datang. Andaikan harga pasar saham tersebut
sebesar Rp. 10.000,- lima tahun yang akan datang, berapakah tingkat keuntungan yang diperoleh
pembeli obligasi ?
Jawab :
Jawabannya cukup sederhana, karena dengan harga saham sebesar Rp. 10.000,- maka investor akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.000,- per lembar saham. Dengan demikian total keuntungan
yang didapatkan dari warrant dalam bentuk saham ini menjadi = 50 x Rp. 2.000,- = Rp. 100.000,-
Pola arus kas yang diharapkan oleh investor dengan membeli obligasi tersebut dapat dilihat dalam
ilustrasi perhitungan berikut ini.
Tahun
0
1
2
3
4
5
Arus Kas
(1.000.000 )
120.000
120.000
120.000
120.000
120.000
1.000.000
100.000
Dengan menggunakan formulasi berikut, maka tingkat keuntungan yang diharapkan dari obligasi
dengan warrant tersebut adalah
5
120
1.000 = 
t=1
Tahun
Cash
Flow
(1.000)
120
120
120
120
120
1.000
100
0
1
2
3
4
5
1.000
+
(1+i )t
DF
(12%)
1
0,893
0,797
0,712
0,635
0,567
0,567
0,567
100
+
(1+i)5
PV of
(12%)
(1.000)
107,16
95,64
85,44
76,2
68,04
567
56,7
56,18
(1+i)5
DF
(15%)
1
0,869
0,756
0,657
0,572
0,497
0,497
0,497
PV of
(15%)
(1.000)
104,28
90,72
78,84
68,64
59,64
497
49,7
(51,18)
NPV’
i
= i’ +
=
=
=
=
=
( i’’ – i’ )
NPV’ – NPV’’
56,18
12% +
( 15% - 12% )
56,18 + 51,18
56,18
12% +
( 3% )
107,36
12% + 0,523 ( 3% )
12% + 1,57%
13,57%
Dari perhitungan diatas akan diperoleh nilai i sebesar 13,57%
Dari contoh ilustrasi diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila harga saham di bawah Rp. 10.000,maka tingkat keuntungan akan lebih kecil dari 13,57% dan apabila harga saham lebih besar dari Rp.
10.000,- maka tingkat keuntungan akan lebih besar dari 13,57%. Dalam hal ini para pemegang saham
akan menerima keuntungan minimal sebesar 12% ( sebesar coupon rate-nya ).
Sumber
:
Kusumawardhani,
Laksmi.
Kredit
investasi,
Obligasi,
saham.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0C
DsQFjAC&url=http%3A%2F%2Freswanda.dosen.narotama.ac.id%2Ffiles%2F2011%2F08%2FPEND
ANAAN-JK.-PANJANG.doc&ei=XbVoU9TkHIL08QWa2oHYDQ&usg=AFQjCNHn4jv9orJbq5kUR5xCNFiwZYWbA&sig2=reHHzxP2tcYhI5NfMawebg&bvm=bv.66111022,d.dGc
Download