Atropine sulfat Termasuk golongan antikolinergik

advertisement
Atropine sulfat
Termasuk golongan antikolinergik yang bekerja pada reseptor muskarinik (antimuskarinik),
menghambat transmisi asetilkolin yang dipersyarafi oleh serabut pascaganglioner kolinergik.
Pada ganglion otonom dan otot rangka serta pada tempat asetilkolin.Penghambatan oleh atropine
hanya terjadi pada dosis sangat besar. Pada dosis kecil (sekitar 0,25mg) atropine hanya menekan
sekresi air liur, mucus, bronkus dan keringat. Sedangkan dilatasi pupil, gangguan akomodasi dan
penghambatan N. Vagus terhadap jantung baru terlihat padadosis lebih besar. Dosis yang lebih
besar lagi diperlukan untuk menghambat peristaltic usus dansekresi asam lambung.Hambatan
oleh atropine bersifat reversible dan dapat diatasi oleh pemberian asetilkolindalam jumlah
berlebihan atau pemberian asetilkolinesterase.
Efek farmakodinamik atropine menurut dosis dan tempatnya:
Susunan saraf pusat
Atropine merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak. Dalam dosis kecil,atropine
merangsang N. Vagus sehingga frekuensi jantung berkurang. Depresi yangtimbul khusus di
beberapa pusat motorik dalam otakdapat menghilangkan tremor pada parkinsonisme. Dalam
dosis besar atropine menyababkan depresi nafas, eksitasi,disorientasi, delirium, halusinasi.2.
Mata
Menghambat M. constrictor papillae dan M. ciliaris lensa mata, sehingga menyebabkanmidriasis
dan sikloplegia (paralisis mekanisme akomodasi). Midriasis menyebabkan photophobia,
sedangkan sikloplegia menyebabkan hilangnya daya melihat dekat.3.
Saluran nafas
Mengurangi secret hidung, mulut, pharynx, dan bronkus. Pemakaiannya adalah padamedikasi
preanastetik untuk mengurangi sekresi lender jalan nafas. Atropine tidak berguna dalam
mengatasi depresi karena obat-obatan dan sebagai bronkodilator pada penderita asma.4.
Kardiovaskular
Pengaruh terhadap jantung bersifat bifasik. Dengan dosis 0,25 ± 0,50 mg, frekuensi jantung
berkurang / bradikardi yang disebabkan perangsangan N Vagus. Takikardi timbul bila diberikan
pada dosis besar (> 2 mg) sehingga terjadi penghambatan N Vagus.Atropine tidak mempengaruhi
pembuluh darah maupun tekana darah secara langsung,tetapi dapat menghambat vasodilatasi
oleh asetilkolin/esterkolin yang lain. Hipotensiorthostatic mungkin terjadi pada pemberian dosis
2 mg.5.
Saluran cerna
Menghambat peristaltic lambung dan usus. Menyebabkan berkurangnya sekresi air liur dan
sebagian sekresi asam labung. Pada tukak peptikum, atropine sedikit saja mengurangisekrasi
asam labung, Karena sekresi asam ini lebih di bawah control fase gaster disbanding oleh N.
Vagus.. atropine hamper tidak mengurang sekresi cairan pancreas,empedu dan cairan usu Karen
efek ini dipengaruhi factor hormonal.6.
Otot polos lain
Relaksasi M. detrussor dan konstriksi sfingter uretra sehingg aterjadi retensi urin,gangguan miksi
harus megejan.7.
Kelenjar eksokrin
Paling jelas pada kelenjar liur dalam mulut dan bronkus. Pada dosis besar, aktivitaskeringat
dihambat sehingga kulit menjadi kering, panas dan merah terutama pada mukadan leher.
INDIKASI:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Funduscopy
Disentri
Parkinsonisme
Motion sickness
Premedikasi
Hay fever Tujuan dari percobaan ini adalh untuk menjelaskan efek farmakodinamik obat
otonom pada orang sehat dan menjelaskan hal ± hal penting yang harus diperhatikan
sebelum pemberian obat otonom serta menjelaskan prinsip penilaian obat pada manusia.
BAHAN DAN CARA KERJAObat ± obat :
1. Atropine sulfat 0,75 mg
2. Ephedri 30 mg.
3. Prostigmin 15 mg
4. Propanolol 80 mg
Alat ± alat :
1. Sphygmomanometer.
2. Sthetoscope.
3. Gelas ukur
4. Beaker glass
5. Penggaris millimeter
Cara kerja :
2 orang mahasiswa / mahasiswi dari tiap grup menjadi orang percobaan, setelah disetujui
instruktur. Mahasiswa dengan gangguan irama jantung, hipertensi dan tukak lambung
tidak diperkenenkan menjadi orang percobaan.
Hal yang harus diobseravasi adalah :





Frekuansi nadi pada sikap duduk
Frekuensi pernapasan
Tekanan darah
Lebar / diameter pupil
Produksi saliva selam 5 menit
Lakukan observasi sebelumnya dan menit ke ± 20, 40, 10,, setelah meminum obat yang
ATROPIN SULFAT
Sulfas Atropin

Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim
konduksi AtrioVentrikuler

Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok
derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi
atau infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)

Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.
Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg
BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.
dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena
diencerkan menjadi 10 cc
ATROPIN
ATROPIN 0,25 MG/ML INJEKSI
GOLONGAN : K
KANDUNGAN :
Atropine sulfat
DOSIS :
250-1000 µg secara subkutan.
KEMASAN :
Injeksi 0,25 mg/ml x 30 ampul @1 mL
SEDIAAN : ampul inj.im/iv/sk 0,25 mg/ml, 1 ml/amp
NAMA DAGANG
Chlorpromazine hydrochloride, cimetidine hydrochloride, dimenhydrinate, diphenhydramine
hydrochloride, droperidol, fentanyl citrate, glycopyrrolate, hydroxyzine hydrochloride,
hydroxyzine hydrochloride dengan meperidine hydrochloride, meperidine hydrochloride,
meperidine hydrochloride dengan promethazine hydrochloride, morphine supfate,opium alkaloid
hydrochloride, pentazocine lactate, pentobarbital sodium, prochlorperazineedisylate, promazine
hydrochloride, promethazine hydrochloride, propiomazine hydrochloride atau scopolamine
hydrobromide
MEKANISME KERJA
Menghambat aksi asetilkolin pada bagian parasimpatik otot halus, kelenjar sekresi dan SSP,
meningkatkan output jantung, mengeringkan sekresi, mengantagonis histamin dan serotonin.-
DOSIS
• Premedikasi, injeksi intra vena 300 – 600 mcg , segera sebelum induksi anestesia, anak-anak 20
mcg/kg ( maksimal 600 mcg). Pemberian injeksi subcutan atau intramuscular 300 – 600 mcg 30
– 60 menit sebelum induksi; anak-anak 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg).
• Intra-operative bradicardia , pemberian injeksi intravena, 300 – 600 mcg (dosis yang lebih
besar pada kondisi emergensi); anak-anak (unlicensed indication) 1- 12 tahun 10 -20 mcg/kg
• Untuk mengendalikan efek muskarinik pada penggunaan neostigmin dalam melawan
penghambatan neuromuskular kompetitif , pemberian injeksi intravena 0,6 – 1,2 mg ; anak-anak
dibawah 12 tahun (tetapi jarang digunakan) 20 mcg/kg (maksimal 600 mcg) dengan neostigmin
50 mcg/kg.
• Pengobatan bradikardia, pulseless electrical activity (PEA) dalam serangan jantung. Dosis
untuk bradiasystolic adalah 0,5-1 mg IV push setiap tiga sampai lima menit, sampai dosis
maksimum 0,04 mg / kg. Untuk bradikardia gejala, dosis biasa adalah 0,5-1,0 mg IV push, dapat
mengulang setiap 3 sampai 5 menit sampai dosis maksimum 3,0 mg
INDIKASI
•Meringankan gejala gangguan pada gastrointestinal yang ditandai dengan spasme otot polos
(antispasmodic)
•Mydriasis dan cyclopedia pada mata
•Premedikasi untuk mengeringkan sekret bronchus dan saliva yang bertambah pada intubasi dan
anestesia inhalasi
•Mengembalikan bradikardi yang berlebihan
•Bersama dengan neostigmin untuk mengembalikan penghambatan non-depolarising
neuromuscular
•Antidotum untuk keracunan organophosphor
•Resusitas Kardio-Pumober (Cardiopulmonary resuscitation).
-
KONTRAINDIKASI
Antimuscarinic kontraindikasi pada angle-closure glaucoma (glaukoma sudut sempit),
myasthenia gravis ( tetapi dapat digunakan untuk menurunkan efek samping muskarinik dari
antikolinesterase), paralytic ileus, pyloric stenosis, pembesaran prostat
EFEK SAMPING
Efek samping antimuskarinik termasuk kontipasi, transient (sementara) bradycardia (diikuti
dengan takikardi, palpitasi, dan aritmia), penurunan sekret bronkial, retensi urin, dilatasi pupil
dengan kehilangan akomodasi , fotophobia, mulut kering; kulit kering dan kemerahan. Efek
samping yang terjadi kadang-kadang : kebingungan (biasanya pada usia lanjut) , mual, muntah
dan pusing.
INTERAKSI OBAT
•Meningkatkan efek/toksisitas : Antihistamin, fenotiazin, TCAs dan obat lain dengan aktivitas
antikolinergik dapat meningkatkan efek antikolinergik dari atropin jika digunakan secara
bersamaan.
•Amine sympathomimetic dapat menyebabkan tachyrrhytmias; hindari penggunaan secara
bersamaan.
•Menurunkan efek: Efek antagonis terjadi dengan obat phenothiazine.Efek levodopa dapat
diturunkan(data klinik tervalidasi terbatas).
•Obat-obat dengan mekanisme cholinergic (metochlopramide, cisapride, bethanecol)
menurunkan efek antikolinergik atropin.
PERHATIAN :
Beresiko menyebabkan panas tinggi, gunakan dengan hati-hati pada pasien terutama anak-anak,
saat temperatur sekitarnya tinggi.
Usia lanjut dan pada kondisi pasien dengan penyakit sumbatan paru kronis yang terkarakterisa
oleh takhikardia.
Interaksi obat :
- aktifitas antikolinergik bisa meningkat oleh parasimpatolitikum lain.
- Guanetidin, histamin, dan Reserpin dapat mengantagonis efek penghambatan antikolinergik
pada sekresi asam lambung.
- antasida bisa mengganggu penyerapan Atropin.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL :
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau
lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan
hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan
alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI DALAM PEMBERIAN OBAT
Peran dan Tanggung jawab perawat sehubungan dengan pemberian obat:
• Perawat harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai obat.
• Mendukung keefektivitasan obat.
• Mengobservasi efek samping dan alergi obat
• Menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat
• Melakukan pendidikan kesehatan tentang obat
• Perawatan, pemeliharaan dan pemberian banyak obat-obatan merupakan tanggung jawab besar
bagi perawat.
 Kesalahan dapat terjadi pada instruksi, pembagian, penamaan dan pengintrepretasian instruksi
sesuai dengan penatalaksanaan obat.
 Di RS : meskipun bagian farmasi yang bertanggung jawab untuk penyimpanan, penamaan dan
distribusi obat ke ruangan merupakan tanggung jawab perawat
• Obat harus tidak diberikan perawat tanpa membawa resep tertulis kecuali pada saat kegawatan
 Tanggung jawab ini hanya bisa dilimpahkan dengan persetujuan dari petugas yang memiliki
wewenang.
Peran perawat dilihat dari batas kewenangannya sbb:
1. Peran independen: merupakan peran dimana perawat secara legal dapat melakukan tindakan
secara mandiri
2. Peran dependen: Perawat tergantung kepada profesi lain
3. Peran Interdependen: (kolaborasi) peran dimana perawat melakukan tindakan terhadap
masalah kesehatan yang memerlukan penanganan bersama.
Pengetahuan Farmakologi yang harus dimiliki perawat :
• Dosis
• Mekanisme Kerja Obat
• Mekanisme tubuh
• Efek Obat
• Efek Samping Obat
• Cara Pemberian obat
• Interaksi obat dengan bahan lain
• Makna pemberian obat
• Perilaku dan persepsi pasien dalam menerima terapi obat
Efek Obat :
• Efek terapeutik
efek yang dinginkan, efek utama
ex: morfin sulfat adalah analgetik,
diazepam mnghilangkan kcemasan
• Efek samping
efek yang tidak diinginkan, biasanya dapat diprediksi
ex: digitalis meningkatkan kekuatan kontraksi miokard tapi efek sampingnya mual muntah
• Toksisitas obat
efek yang merusak terhadap organisme aatau jaringan sebagai akibat overdosis
ex:depresi pernafasan akibat penumpukan morfin sulfat dalam tubuh.
• Alergi obat
Reaksi immunologi terhadap suatu obat.dapat ringan atau berat. Bervariasi mulai dari ruam kulit
sampai diare berat yaitu syok anapilaktif
PEMBERIAN OBAT
Prinsip 5 Benar :
1. Benar order (dosisnya)
2. Benar obat
3. Benar pasien
4. Benar cara pemberian
5. Benar waktu pemberian
6. Benar pendokumentasiannya.
Pada dasarnya ada empat jenis order pengobatan:
1. Staat order (perintah segera), mendadak, cyto hanya berlaku satu kali
2. Single order (perintah tunggal), Satu kali pemberian pada saat tertentu, namun tidak segera
diberikan. SA (Sulfa atropin) untuk persiapan operasi
3. Standing order (perintah tetap) jangka waktu tertentu, misalnya gentamicin 500 mg selama 7
hari pada pasien post op.
4. perintah kalau perlu diberikan jika dperlukan saja, ex: asam mefenamat untuk nyeri.
Daya kerja obat secara fisiologis#
Faktor fisiologis yang mempengaruhi reaksi obat:
1. Absorpsi obat
Obat bergerak dari sumber ke dalam aliran darah, kecuali topical drugs
Faktor yang mempengaruh : Cara pemberian, jenis obat, makanan,keadaan pasien.
2. Pergerakan obat dalam tubuh.
Absorpsi darah dan di dalam limfatik, ke luar melalui sel, masuk ke jaringan
Faktor yang mempengaruhi sirkulasi cairan tubuh:
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
 Cardiac patologik
3. Metabolisme obat
Sirkulasi obat jaringan berinteraksi dengan sel perubahan zat kimia menjadi lebih efektif
bereaksi diekskresi hati darah mucosa usus, dan ginjal
4. Ekskresi obat
Obat setelah bereaksi keluar melalui
 Ginjal urine
 Intestinal Faeces
 Paru-paru udara
Yang mempengaruhi reaksi obat:
• Usia dan BB
• Jenis kelamin
• Faktor psikologis
• Kondisi sakit kronik
• Waktu dan cara pemberian
• Lingkungan
Atropin Sulfat
Indikasi:
mengeringkan sekret, melawan bradikardi yang berlebihan; bersama dengan neostigmin untuk
mengembalikan penghambatan neuromuskuler kompetitif; indikasi lain, lihat 1.2, 11.3.
Peringatan:
penyakit kardiovaskuler; lihat juga bagian 1.2.
LAMA KERJA OBAT. Meskipun atropin mempunyai lama kerja yang lebih pendek dibanding
neostigmin, dapat terjadi late unopposed bradycardia; diperlukan pemantauan kondisi pasien.
Interaksi:
lihat Lampiran 1 (antimuskarinik).
Kontraindikasi:
lihat bagian 1.2.
Efek Samping:
takikardi; lihat juga bagian 1.2.
Dosis:
sebagai premedikasi, injeksi intravena, 300-600 mcg 30 hingga 60 menit segera sebelum induksi
anestetik, dan dengan peningkatan dosis setiap kali 100 mcg untuk pengobatan bradikardia.
Melalui injeksi intramuskuler, 300-600 mcg 30 hingga 60 menit sebelum induksi; anak: 20
mcg/kg bb.
Untuk mengendalikan efek muskarinik neostigmin dalam melawan blok neuromuskuler
kompetitif, dengan injeksi intravena, 0,6-1,2 mg.
Jenis-jenis obat :
Epinephrin

Indikasi : henti jantung (VF, VT tanpa nadi, asistole, PEA) , bradikardi, reaksi atau syok
anfilaktik, hipotensi.

Dosis 1 mg iv bolus dapat diulang setiap 3–5 menit, dapat diberikan intratrakeal atau
transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena. Untuk reaksi reaksi atau syok
anafilaktik dengan dosis 0,3-0,5 mg sc dapat diulang setiap 15-20 menit. Untuk terapi
bradikardi atau hipotensi dapat diberikan epinephrine perinfus dengan dosis 1mg (1 mg =
1 : 1000) dilarutka dalam 500 cc NaCl 0,9 %, dosis dewasa 1 μg/mnt dititrasi sampai
menimbulkan reaksi hemodinamik, dosis dapat mencapai 2-10 μg/mnt

Pemberian dimaksud untuk merangsang reseptor α adrenergic dan meningkatkan aliran
darah ke otak dan jantung
Lidokain (lignocaine, xylocaine)

Pemberian ini dimaksud untuk mengatasi gangguan irama antara lain VF, VT, Ventrikel
Ekstra Sistol yang multipel, multifokal, konsekutif/salvo dan R on T

Dosis 1 – 1,5 mg/kg BB bolus i.v dapat diulang dalam 3 – 5 menit sampai dosis total 3
mg/kg BB dalam 1 jam pertama kemudian dosis drip 2-4 mg/menit sampai 24 jam

dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena

Kontra indikasi : alergi, AV blok derajat 2 dan 3, sinus arrest dan irama idioventrikuler
Sulfas Atropin

Merupakan antikolinergik, bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki sistim
konduksi AtrioVentrikuler

Indikasi : asistole atau PEA lambat (kelas II B), bradikardi (kelas II A) selain AV blok
derajat II tipe 2 atau derajat III (hati-hati pemberian atropine pada bradikardi dengan iskemi atau
infark miokard), keracunan organopospat (atropinisasi)

Kontra indikasi : bradikardi dengan irama EKG AV blok derajat II tipe 2 atau derajat III.

Dosis 1 mg IV bolus dapat diulang dalam 3-5 menit sampai dosis total 0,03-0,04 mg/kg
BB, untuk bradikardi 0,5 mg IV bolus setiap 3-5 menit maksimal 3 mg.

dapat diberikan intratrakeal atau transtrakeal dengan dosis 2–2,5 kali dosis intra vena
diencerkan menjadi 10 cc
Dopamin

Untuk merangsang efek alfa dan beta adrenergic agar kontraktilitas miokard, curah
jantung (cardiac output) dan tekanan darah meningkat

Dosis 2-10 μg/kgBB/menit dalam drip infuse. Atau untuk memudahkan 2 ampul
dopamine dimasukkan ke 500 cc D5% drip 30 tetes mikro/menit untuk orang dewasa
Magnesium Sulfat

Direkomendasikan untuk pengobatan Torsades de pointes pada ventrikel takikardi,
keracunan digitalis.Bisa juga untuk mengatasi preeklamsia

Dosis untuk Torsades de pointes 1-2 gr dilarutkan dengan dektrose 5% diberikan selama
5-60 menit. Drip 0,5-1 gr/jam iv selama 24 jam
Morfin

Sebagai analgetik kuat, dapat digunakan untuk edema paru setelah cardiac arrest.

Dosis 2-5 mg dapat diulang 5 – 30 menit
Kortikosteroid
Digunakan untuk perbaikan paru yang disebabkan gangguan inhalasi dan untuk mengurangi
edema cerebri
Natrium bikarbonat
Diberikan untuk dugaan hiperkalemia (kelas I), setelah sirkulasi spontan yang timbul pada henti
jantung lama (kelas II B), asidosis metabolik karena hipoksia (kelas III) dan overdosis
antidepresi trisiklik.
Dosis 1 meq/kg BB bolus dapat diulang dosis setengahnya.
Jangan diberikan rutin pada pasien henti jantung.
Kalsium gluconat/Kalsium klorida

Digunakan untuk perbaikan kontraksi otot jantung, stabilisasi membran sel otot jantung
terhadap depolarisasi. Juga digunakan untuk mencegah transfusi masif atau efek transfusi akibat
darah donor yang disimpan lama

Diberikan secara pelahan-lahan IV selama 10-20 menit atau dengan menggunakan drip

Dosis 4-8 mg/Kg BB untuk kalsium glukonat dan 2-4 mg/Kg BB untuk Kalsium klorida.
Dalam tranfusi, setiap 4 kantong darah yang masuk diberikan 1 ampul Kalsium gluconat
Furosemide

Digunakan untuk mengurangi edema paru dan edema otak

Efek samping yang dapat terjadi karena diuresis yang berlebih adalah hipotensi, dehidrasi
dan hipokalemia

Dosis 20 – 40 mg intra vena
Diazepam

Digunakan untuk mengatasi kejang-kejang, eklamsia, gaduh gelisah dan tetanus

Efek samping dapat menyebabkan depresi pernafasan

Dosis dewasa 1 amp (10 mg) intra vena dapat diulangi setiap 15 menit.
Dosis pada anak-anak
Epinephrin
Dosis 0,01/Kg BB dapat diulang 3-5 menit dengan dosis 0,01
Atropin
mg/KgBB iv (1:1000)
Dosis 0,02 mg/KgBB iv (minimal 0,1 mg) dapat diulangi dengan
Lidokain
Natrium
dosis 2 kali maksimal 1mg
Dosis 1 mg/KgBB iv
Dosis 1 meq/KgBB iv
Bikarbonat
Kalsium Klorida Dosis 20-25 mg/KgBB iv pelan-pelan
Kalsium
Dosis 60–100 mg/KgBB iv pelan-pelan
Glukonat
Diazepam
Furosemide
Dosis 0,3-0,5 mg/Kg BB iv bolus
Dosis 0,5-1 mg/KgBB iv bolus
Download