ASESMEN BERBASIS ELEKTRONIK UNTUK MENGUKUR HASIL

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains PPs Unesa 2017
Surabaya, 14 Januari 2017
ISBN: 978-602-73229-0-4-4
ASESMEN BERBASIS ELEKTRONIK UNTUK MENGUKUR
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dan PTK
Sumarna Surapranata, Ph. D
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Disajikan dalam Seminar Nasional dengan Tema Pemanfaatan Asesmen Elektronik dan Hasil
Penelitian Sains bagi Guru, Tenaga Kependidikan dan Peneliti untuk Menjawab Tantangan MEA
Gedung K10, Lantai 3 Program Pascasarjana UNESA, 14 Januari 2017
Abstraksi
Sistem penilaian hasil belajar sangat erat kaitannya dengan kurikulum yang digunakan.
Kurikulum tahun 2013 (K-13) dan Kurikulum sebelumnya seperti Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidian (KTSP) dan Kurikukulum Berbasis Kompetensi (KBK) lebih
menekankan pada sistem penilaian kompentensi. Kompetensi dalam Undang-undang
Guru Dosen didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan,dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai olehguru atau dosen dalam melaksanakan
tugaskeprofesionalan.Penilaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap harus
dilaksanakan secara holistik. Oleh karena itu, penilaian kompetesi harus dilaksanakan
melalui penilaian kinerja secara utuh. Di sisi lain, Ujian Nasional (UN) dilaksanakan
baik secara tertulis (berbasis kertas dan pensil) maupun berbasis komputer (UNBK).
UNBK menjadi pilihan pemerintah untuk mengukur hasil belajar siswa secara nasional
dan merujuk pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) karena dapat meminimalkan
kecurangan dalam pelaksanaan UN. Namun demikian dapat dimaklumi bahwa apa yang
diukur dalam UNBK baru sebatas mengukur aspek pengetahuan.Tetapi kelebihannya
adalah bahwa UNBK dapat dilaksanakan untuk mengukur hasil belajar dengan cakupan
jumlah perserta didik tinggi dan cakupan geograpis yang sangat luas. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa penilaian (asesmen) hasil belajar berbasi komputer memiliki
kelebihan dan keterbatasan.
A. PENDAHULUAN
Kemajuan
teknologi
informasi
dan
komunikasi (TIK) telah banyak dimanfaatkan
dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam
dunia pendidikan. Dunia pendidikan telah
banyak memanfaatkan TIK untuk meningkatkan
kualitas:
1. proses pembelajaran
2. media pembelajaran
3. sumber belajar
4. pendidikan jarak jauh
5. penilaian hasil pembelajaran
6. manajemen pendidikan
7. seleksi/rekrutmen peserta didik
8. metoda pembelajaran
9. pendekatan pembelajaran
10. dan lain
Pemanfaatan TIK dalam sistem penilaian
telah banyak dilakukan baik untuk penilaian
formatif, sumatif, maupun nasional. Pemanfaat
TIK dalam penilaian berbasis komputer
membutuhkan investasi yang cukup tinggi untuk
pengadaan perangakat keras (hardware),
perangkat lunak (software), sumber daya
manusia (brainware), dan sistem basis data
(database) instrumen penilaian.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan dan Kementerian Agama telah
mendorong
investasi
tersebut
sehingga
pemanfaatan TIK dalam penilaian hasil belajar
secara nasional melalui ujian nasional (UN) telah
dimungkinkan dan terus digalakan agar semua
sekolah/madrasah dapat mengikuti UN berbasis
komputer (UNBK). UNBK diyakini dapat
mengurangi bahkan menghilangkan kecurangan
pelaksanaan UN.
A 10
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains PPs Unesa 2017
Surabaya, 14 Januari 2017
B. SISTEM PENILAIAN HASIL BELAJAR
Sistem penilaian hasil belajar sangat erat
kaitannya dengan kurikulum yang digunakan.
Kurikulum tahun 2013 (K-13) dan Kurikulum
sebelumnya seperti Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidian (KTSP) dan Kurikukulum Berbasis
Kompetensi (KBK) lebih menekankan pada
sistem penilaian kompentensi. Kompetensi
dalam pasal 1 angka 10 Undang-undang Guru
Dosen didefinisikan sebagai seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.Oleh karena itu, penilaian
kompetesi harus dilaksanakan melalui penilaian
kinerja secara utuh.
Penilaian kompetensi melalui penilaian
kinerja membutuhkan sumber daya yang tidak
sedikit. Hal ini timbul karena penilaian
pengetahuan, keterampilan, dan sikap harus
dilaksanakan secara holistik dan terintegrasi
sehingga kualitas kompetensi peserta didik dapat
dilihat dari hasil kerja peserta didik dan bukan
hanya dilihat dari apa yang diketahui saja.
Penilaian pengetahuan memang dapat diukur
melalui penilaian formatif dan sumatif, penilaian
keterampilan dapat diukur melalui penilaian
kualitas produk/fortopolio, dan penilaian sikap
dapat diukur melalui pengamatan/observasi.
Secara nasional, penilaian seperti ini akan sulit
untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk
tujuan pemetaan kualitas hasil belajar peserta
didik dalam aspek pengetahuan, UN masih
dilaksanakan baik secara konvensional berbasis
kertas dan pensil maupun berbasis komputer.
C. SISTEM
PENILAIAN
BERBASIS
KOMPUTER
Ujian Nasional (UN) dilaksanakan baik
secara tertulis (berbasis kertas dan pensil)
maupun berbasis komputer (UNBK). UNBK
menjadi pilihan pemerintah untuk mengukur
hasil belajar siswa secara nasional dan merujuk
pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).
UNBK
diyakini
dapat
meminimalkan
kecurangan dalam pelaksanaan UN. Namun
demikian dapat dimaklumi bahwa apa yang
diukur dalam UNBK baru sebatas mengukur
aspek pengetahuan. Tetapi kelebihannya adalah
bahwa UNBK dapat dilaksanakan untuk
mengukur hasil belajar dengan cakupan jumlah
perserta didik tinggi dan cakupan geograpis yang
sangat luas.
ISBN: 978-602-73229-0-4-4
Penyelenggaraan
UNBK
saat
ini
menggunakan sistem semi-online yaitu soal
dikirim dari server pusat secara online melalui
jaringan (sinkronisasi) ke server lokal (sekolah),
kemudian ujian siswa dilayani oleh server lokal
(sekolah) secara offline. Selanjutnya hasil ujian
dikirim kembali dari server lokal (sekolah) ke
server
pusat
secara
online
(upload)
(http://ubk.kemdikbud.go.id/).
Data
peserta UNBK dan jumlah server sekolah
untuk tahun ajaran 2016/2017 adalah
(http://ubk.kemdikbud.go.id/):
1. 984 Sekolah Jenjang SMP/MTs dari
4010 sekolah
2. 1.298 Sekolah Jenjang
SMA/MA/SMTK/SMAK dari 3664
sekolah
3. 2.100 Sekolah Jenjang SMK dari 5357
sekolah
4. 16.477 Server Sekolah
5. 922.447 Peserta Didik
D. SISTEM
PENILAIAN
DALAM
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan telah mengembangkan sistem
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)
untuk guru, kepala sekolah/madrasah, dan
pengawas sekolah/madrasah.
PKB untuk guru, kepala, dan pengawas
sekolah/madrasah pernah disebut sebagai
program Guru Pembelajar, Kepala Sekolah
Pembelajar, dan Pengawas Sekolah Pembelajar.
Secara singkat disebut GTK Pembelajar. GTK
Pembelajar dikembangkan dengan tiga moda
pelaksanaan, yaitu moda tapa muka, moda dalam
jejaring (daring/online), dan moda campuran
tatap muka dengan daring.
Sistem GTK Pembelajan atau PKB GTK
Daring (Online) telah dikembangkan dan
dilaksanakan pada tahun 2016. Dalam
pengembangan
dan
pelaksanaan
GTK
Pembelajar, Kemendikbud khususnya Ditjen
GTK memberdayakan semua P4TK, LP3TKKPT, dan LPPKS. Masing-masing unit ini
memiliki tugas dan tanggungjawab untuk
mengembang pembejaran online untuk GTK.
Sasaran GTK Pembejar tahun 2016 adalah
satu juta orang guru termasuk kepala dan
pengawas sekolah di dalamnya. Program GTK
A 11
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains PPs Unesa 2017
Surabaya, 14 Januari 2017
Pembelajar saat ini masih berlangsung di bawah
pengelolaan P4TK, LP3TK-KPT, dan LPPKS.
PKB untuk kepala sekolah/madrasah sering
disebut
program
ProDEP
(Professional
Development for Education Personnel) yang
didanai oleh oleh pemerintah Australia melalui
program
Kemitraan
Pendidikan
antara
Pemerintah Australia dengan Pemerintah
Indonesia. Sasaran ProDEP adalah kepala
sekolah/madrasah, pengawas sekolah/madrasah,
dan guru calon kepala sekolah/madrasah di 250
(duaratus lima puluh) kabupaten/kota do 34
(tigapuluh empat) propinsi di Indonesia.
Program ProDEP adalah program untuk
meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah
(guru),pejabat dinas pendidikan kabupaten/kota
dan propinsi, pejabat kantor kemenag
kabupaten/kota dan pejabat kanwil kemenag,
pengawas sekolah/madrasah, dan kepala
sekolah/madrasah. ProDEP dilaksanakan di 250
kabupaten/kota dalam 34 propinsi. Sasaran
pejabat pendidikan kabupaten/kota dan propinsi
adalah masing-masing 5 orang (4 dari
Kemendikbud dan 1 dari Kemenag) per
kabupaten/kota dan 11 orang (6 dari
Kemendikbud dan 5 dari Kemenag) per propinsi.
Sasaran guru calon kepala sekolah adalah 20
orang guru per kabupaten/kota. Sasaran
pengawas per tahun adalah 8 pengawas SD dan 8
pengawas SMP per kab/kota. Dan sasaran kepala
sekolah/madrasah per tahun adalah 40 orang
kepala SD dan 40 orang kepala SMP per
kab/kota.
Keunggulan dari dari Program ProDEP
adalah
adanya
pergeseran
paradigma
pembelajaran bagi peserta ProDEP dari:
1. Pembelajaran berbasis isi menjadi berbasis
kompetensi
2. Pembelajaran
untuk
tahu
menjadi
pembelajaran untuk bisa melakukan
3. Pembelajaran berbasis teori menjadi
pembelajaran berbasis kegiatan/aktivitas.
4. Pembelajaran satu kali pelatihan menjadi
pembelajaran IN-ON-IN
5. Penilaian berbasis kertas dan pensil menjadi
penilaian berbasis bukti.
Pelaksanaan
pelatihan-pelatihan
dalam
Program PKB KS/M ProDEP dilaksanakan
dengan empat macam moda, yaitu: Modal
Langsung (Tatap muka dengan pendekatan InOn-In), Moda Pemerintah Daerah (Tatap-muka
dengan pendekatan In-On-In), Moda Kelompok
ISBN: 978-602-73229-0-4-4
Kerja dan Musyawarah Kerja (Tatap Muka
dengan pendekatan In-On-In), dan terakhir Moda
Online Lenaring dengan Pedekatan In-On-In.
Khusus pelaksanaan PKB KS/M ProDEP
Moda Online melibatkan delapan P4TK yang
kapasitasnya telah dibangun oleh Komponen-2
SSQ (School System and Quality dari AEPI.
Kedelapan P4TK tersebut dengan bantuan teknis
dari
konsultan
Komponen
2
SSQ
mengembangkan Sistem Pembelajaran Online,
Mendigitalisasi Bahan Ajar, Mengelola Sistem
Pembelajaran Online, Menyediakan Fasilitator
Pembelajaran, dan Melakukan Penilaian hasil
PKB secara online.
E. KESIMPULAN
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
penilaian (asesmen) hasil belajar berbasi
komputer memiliki kelebihan dan keterbatasan.
Kelebihannya adalah bahwa penilaian berbasis
komputer dapat menjangkau peserta didik
dengan jumlah yang sangat besar dan secara
geografis tersebar di seluruh wilayah Indonesia
yang sudah terjangkau oleh jaringan internet.
Keterbatasannya adalah bahwa penilaian
berbasis komputer hanya dapat mengukur aspek
pengetahuan, tidak dapat mengukur aspek
keterampilan dan sikap.
F. RUJUKAN
1. Undang-Undang Dasar 1945 Republik
Indonesia
2. Undang-undang Nomor 20 yahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Undang-undang Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen
4. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
5. Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008
tentang Guru
6. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
(Permeneg PAN & RB) Nomor 16 tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permen Diknas) Nomor 28 tahun 2010
tentang Penugasan Guru sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah
8. http://ubk.kemdikbud.go.id/)
A 12
Download