peranan radiologi

advertisement
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
PENTINGNYA PERANAN RADIOLOGI
DALAM DETEKSI DINI DAN PENGOBATAN
KANKER HATI PRIMER
Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Ilmu Radiologi pada Fakultas Kedokteran,
diucapkan di hadapan Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara
Gelanggang Mahasiswa, Kampus USU, 24 Agustus 2006
Oleh:
ABDUL RASYID
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2006
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
1
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
Bismillahirrahmanirrahim
Yang terhormat,
Bapak Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Bapak Ketua dan Bapak/Ibu Anggota Majelis Wali Amanat
Universitas Sumatera Utara,
Bapak Ketua dan Bapak/Ibu Anggota Senat Akademik
Universitas Sumatera Utara,
Bapak Ketua dan Anggota Dewan Guru Besar Universitas Sumatera Utara,
Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara,
Bapak/Ibu Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara,
Para Dekan, Ketua Lembaga dan Unit Kerja, Dosen, dan Karyawan
di lingkungan Universitas Sumatera Utara,
Bapak dan Ibu para undangan, keluarga, teman sejawat, mahasiswa, dan
hadirin yang saya muliakan.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankan saya mengucapkan puji
syukur kepada Allah SWT serta selawat dan salam kepada Junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW. Rasa syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian, sehingga kita
dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat wal’afiat pada hari ini,
yang merupakan hari yang bahagia bagi saya dan keluarga karena
mendapat syukur nikmat dari Allah SWT.
Bersama ini saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Republik
Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk
mendapatkan jabatan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Radiologi pada Universitas
Sumatera Utara.
Oleh karenanya izinkanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan sebagai
Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Radiologi di Universitas Sumatera Utara ini
dengan judul:
PENTINGNYA PERANAN RADIOLOGI DALAM
DETEKSI DINI DAN PENGOBATAN KANKER HATI PRIMER
2
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
Pendahuluan
Kanker hati primer (hepatoma) yang berasal dari sel hati merupakan kanker
nomor lima tersering di Indonesia. Penyebab pasti belum diketahui tetapi
penyakit ini paling banyak ditemukan pada kelompok penduduk yang
berisiko tinggi untuk mendapatkan kanker hati ini yaitu pada penderita
sirrhosis hati (pengerasan hati), hepatitis virus B aktif, hepatitis virus B
carrier, dan pada penderita hepatitis virus C.
Kebanyakan penderita yang datang ke rumah sakit sudah pada stadium
lanjut dan tidak tertolong lagi. Sedangkan pada stadium dini mereka tidak
memeriksakan dirinya pasalnya mereka tidak ada merasakan gejala apapun
yang membuatnya harus datang ke dokter.
Untuk menemukan kanker hati pada stadium dini perlu dilakukan screening
(penapisan) pada kelompok penduduk yang berisiko tinggi itu dengan cara
pemeriksaan radiologi dengan alat ultrasonografi digabung dengan
pemeriksaan laboratorium alphafetoprotein (zat pertanda tumor) di dalam
darah.
Pada stadium dini penderita berpeluang besar untuk diselamatkan dengan
pengobatan cara radiologi diikuti dengan cara bedah. Tindakan bedah
melakukan reseksi hati yaitu membuang bahagian hati yang terkena kanker
yang didahului dengan tindakan radiologi trans arterial embolisasi yaitu
menutup aliran darah yang menyuplai makanan ke sel-sel kanker.
Sedangkan pada penderita kanker hati stadium lanjut yang tak
memungkinkan lagi dilakukan bedah reseksi maka tindakan radiologi
digabung dengan tindakan kemoterapi dan tindakan medis lainnya ternyata
juga masih dapat memberikan harapan hidup penderita walaupun tidak
dapat hidup lama seperti halnya pada stadium dini.
Lain lagi halnya bila kanker hati ini ditemukan pada penderita yang sudah
ada sirrhosis hati dan sudah ada kerusakan hati yang berkelanjutan
ataupun hatinya sudah hampir seluruhnya terkena, ataupun bila sudah ada
sel-sel kanker itu yang masuk ke dalam aliran darah vena porta maka tidak
ada cara untuk menyelamatkan penderita yang lebih baik lagi daripada
transplantasi hati yaitu tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke
dalam tubuh penderita.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
3
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
Insidens Penyakit
Hepatocellular Carcinoma (HCC) atau disebut juga hepatoma atau kanker
hati primer atau Karsinoma Hepato Selular (KHS) adalah satu dari jenis
kanker yang berasal dari sel hati, menempati urutan kanker nomor sepuluh
tersering di dunia1 dan nomor lima di Indonesia, setelah kanker mulut
rahim, payudara, kulit dan nasopharynx.2 Setiap orang tanpa memandang
umur apakah orang dewasa laki dan perempuan ataupun anak-anak
termasuk anak di bawah usia lima tahun dapat dikenai kanker hati yang
mengerikan ini.
Faktor Penyebab Kanker Hati Selular
Belum diketahui penyebab penyakit ini secara pasti, tapi dari kajian
epidemiologi dan biologi molekuler di Indonesia sudah terbukti bahwa
penyakit ini berhubungan erat dengan sirrhosis hati, hepatitis virus B aktif
ataupun hepatitis B carrier, dan hepatitis virus C dan semua mereka ini
termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang berisiko tinggi untuk
mendapatkan kanker hati ini.3 Di Eropa menurut penelitian Anzol dkk.
hanya 20% yang berhubungan dengan ketiga penyakit ini dan sisanya 80%
berhubungan dengan kebiasaan konsumsi alkohol yang berlebihan, faktor
kimia industri dan faktor lainnya.4 Sedangkan Zhou dkk. di Cina
mendapatkan bahwa pada 70% penderita hepatoma juga didapati
menderita salah satu dari sirrhosis hati atau hepatitis B atau hepatitis C.5
Menurut Rasyid dari 483 penderita hepatoma yang ditemukannya 232 orang
(63%) juga menderita sirrhosis hati dan 91 orang hepatitis B (25%) dan
44 orang (12%) hepatitis C yang kesemuanya berjumlah 367 orang (76%).
Sedangkan 116 orang lagi (24%) tidak berhubungan sama sekali dengan
sirrhosis hati, hepatitis B ataupun hepatitis C.6 Ali Sulaiman di Jakarta
mendapatkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara prevalensi
infeksi virus hepatitis B serta kejadian HCC. Virus hepatitis B (HBV)
merupakan penyebab 80% kasus kanker hati primer. Dapat dikatakan
bahwa seseorang yang menderita hepatitis B atau hepatitis C harus mawas
diri sebab di satu hari dalam perjalanan hidupnya dirinya bisa dikenai
kanker hati hepato selular.
Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker hati ini adalah aflatoksin
B1 yaitu racun yang dihasilkan oleh sejenis jamur Aspergillus flavus yang
terkontaminasi dan melekat pada permukaan makanan seperti beras,
kacang, gandum, jagung, dan kacang kedelai yang disimpan pada tempat
yang panas dan lembab. Aflatoksin B1 yang ikut masuk ke tubuh melalui
makanan diperkirakan dapat memicu mutasi P53 gene di dalam sel hati
4
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
yang seterusnya menimbulkan kanker sel hati. Hal ini juga menjadi
perhatian serius dari pakar-pakar kanker di Indonesia, pasalnya iklim di
negeri kita yang lembab memudahkan tumbuhnya jamur ini pada bahan
makanan yang tersimpan lama. Data dari berbagai rumah sakit di Indonesia
menunjukkan ada 20 persen kasus kanker hati tak menunjukkan kaitan
dengan infeksi hepatitis B maupun hepatitis C. Sayangnya tak dilakukan
pemeriksaan aflatoksin B1. Hanya disebutkan dugaan bahwa kasus kanker
hati itu berhubungan dengan virus lain atau karsinogen (bahan pemicu
terjadinya kanker) termasuk aflatoksin B1 ini.2,3
Keadaan Hepatitis B dan Hepatitis C di Indonesia
Indonesia dikelompokkan sebagai daerah endemi sedang sampai tinggi
hepatitis B di dunia hal ini diungkapkan oleh Achmad Sujudi waktu itu
sebagai Menteri Kesehatan dalam jumpa pers Pekan Peduli Hepatitis B di
Indonesia tahun 2003.2 Ada 15 – 20 juta penduduk mengidap hepatitis B
dan 7 – 8 juta orang hepatitis C dan pada masa ini jumlah ini terus
meningkat3, berarti setiap 100 penduduk Indonesia terdapat 6 – 10 orang
penderita hepatitis B dan 2 – 3 orang penderita hepatitis C.
Kenyataan yang membuat miris adalah orang-orang yang paling rawan
terkena hepatitis B dan C ternyata kalangan medis, selain pencandu
narkoba dan para ibu hamil. Kalangan medis seperti dokter bedah, dokter
gigi, serta perawat di bidang cuci darah, mereka bekerja dan sering
berhubungan dengan darah. Sedangkan di kalangan pecandu narkoba
mereka suka mengggunakan jarum suntik bergantian. Banyak orang tidak
mengetahui dirinya terkena virus hepatitis atau tidak. Dan ketika mereka
tahu umumnya sudah kronik. Seperti rayap ganas, virus hepatitis B dan C
ini menggerogoti hati yang bila tidak diatasi, akan cepat menjadi hepatitis
kronis. Kira-kira 50% dari hepatitis B dan 60% – 80% hepatitis C
berkembang menjadi hepatitis kronis yang berpotensi berkembang menjadi
sirrhosis hati. Pada 12,5% kasus sirrhosis hati akan ditemukan kanker jenis
ini dalam kurun waktu 3 tahun.4 Dengan demikian diperhitungkan 4%
penderita hepatitis B dan 37% penderita hepatitis C pada akhirnya akan
mendapatkan kanker hati ini.2
Menurut Chairudin P. L. tidak hanya orang dewasa tapi bayi dan anak pun
bisa dikenai kanker hati ini. Pasalnya bayi dan anak pun dapat tertular dan
mengidap hepatitis B dan C. Penularan hepatitis B dari ibu ke anak
umumnya terjadi sewaktu proses persalinan, dan ini terutama terjadi pada
daerah endemik. Umumnya ini terjadi dari ibu yang darahnya dijumpai
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
5
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
HbeAg positif, tapi hal ini bisa juga terjadi pada keadaan e antigen tidak
dijumpai umumnya bayi yang terinfeksi akan menjadi carriers dengan
insiden yang tinggi dari HbeAg positif dan biasanya asimptomatik (tanpa
gejala) dan sebagian dari bayi berlanjut menjadi hepatitis kronik dengan
risiko pada usia dewasa terbentuk sirrhosis hati dan kanker hati hepato
selular dan satu di antara 5 orang akan meninggal oleh kanker hati ini.7
Maka dapatlah diperhitungkan berapa banyak penduduk di Indonesia yang
terancam mendapatkan kanker hepato selular yang mematikan ini dari
faktor sirrhosis hati, hepatitis B, dan hepatitis C ini saja, belum lagi dari
faktor-faktor lainnya yang diduga ikut bertanggung jawab seperti aflatoksin
B1, dan zat-zat kimia lainnya yang terikut bersama makanan.3
Gejala-Gejala Kanker Hati
Pada permulaannya penyakit ini berjalan perlahan, malah banyak tanpa
keluhan. Lebih dari 75% tidak memberikan gejala-gejala khas. Ada
penderita yang sudah ada kanker yang besar sampai 10 cm pun tidak
merasakan apa-apa. Keluhan utama yang sering adalah keluhan sakit perut
atau rasa penuh ataupun ada rasa bengkak di perut kanan atas dan nafsu
makan berkurang, berat badan menurun, dan rasa lemas. Keluhan lain
terjadinya perut membesar karena ascites (penimbunan cairan dalam
rongga perut), mual, tidak bisa tidur, nyeri otot, berak hitam, demam,
bengkak kaki, kuning, muntah, gatal, muntah darah, perdarahan dari
dubur, dan lain-lain.
Angka Kematian Penderita Kanker Hati
Kanker ini nyatanya mematikan 12 juta orang per tahun di dunia dan lebih
dari satu juta orang di Indonesia. Dari pengamatan di berbagai rumah sakit
di Indonesia pasien kanker hati seluler pada fase lanjut meninggal rata-rata
2–6 bulan sejak diagnosa ditegakkan. Lain halnya penderita yang
ditemukan pada stadium dini, angka harapan hidupnya cukup
menggembirakan bila mendapat cara pengobatan yang tepat.
Deteksi Dini dan Diagnosa Kanker Hati Selular
Dengan perkembangan teknologi yang kian canggih dan kian maju pesat,
maka berkembang pulalah cara-cara diagnosa dan terapi yang lebih
menjanjikan dewasa ini. Kanker hati selular yang kecil pun sudah bisa
dideteksi lebih awal terutamanya dengan pendekatan radiologi yang
6
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
akurasinya 70 – 95%1,4,8 dan pendekatan laboratorium alphafetoprotein
yang akurasinya 60 – 70%.8 ,9 ,10
Kriteria diagnosa Kanker Hati Selular (KHS) menurut PPHI (Perhimpunan
Peneliti Hati Indonesia), yaitu:
1. Hati membesar berbenjol-benjol dengan/tanpa disertai bising arteri.
2. AFP (Alphafetoprotein) yang meningkat lebih dari 500 mg per ml.
3. Ultrasonography (USG), Nuclear Medicine, Computed Tomography
Scann (CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography,
ataupun Positron Emission Tomography (PET) yang menunjukkan
adanya KHS.
4. Peritoneoscopy dan biopsi menunjukkan adanya KHS.
5. Hasil biopsi atau aspirasi biopsi jarum halus menunjukkan KHS.
Diagnosa KHS didapatkan bila ada dua atau lebih dari lima kriteria atau
hanya satu yaitu kriteria empat atau lima.
Tingkat Penyakit (Stadium) Kanker Hati
Stadium I
II
II
IV
: Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm yang terbatas hanya
pada salah satu segment tetapi bukan di segment I hati.
: Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor terbatas
pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas pada
lobus kanan atau lobus kiri hati.
: Tumor pada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV)
atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumor
dengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah
(vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi
hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
: Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan
dan lobus kiri hati.
- atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah
hati (intra hepaticvaskuler) ataupun pembuluh empedu
(biliary duct)
- atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar
hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah
vena limpa (vena lienalis)
- atau vena cava inferior
- atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic
metastase).
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
7
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
Laboratorium
Sensitivitas Alphafetoprotein (AFP) untuk mendiagnosa KHS 60% – 70%,
artinya hanya pada 60% – 70% saja dari penderita kanker hati ini
menunjukkan peninggian nilai AFP, sedangkan pada 30% – 40% penderita
nilai AFP nya normal.9,10,11 Spesifitas AFP hanya berkisar 60% artinya bila
ada pasien yang diperiksa darahnya dijumpai AFP yang tinggi, belum bisa
dipastikan hanya mempunyai kanker hati ini sebab AFP juga dapat meninggi
pada keadaan bukan kanker hati seperti pada sirrhosis hati dan hepatitis
kronik, kanker testis, dan terratoma.9,10,12
Biopsi
Biopsi aspirasi dengan jarum halus (fine needle aspiration biopsy) terutama
ditujukan untuk menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada
pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu
hepatoma. Tindakan biopsi aspirasi yang dilakukan oleh ahli patologi
anatomi ini hendaknya dipandu oleh seorang ahli radiologi dengan
menggunakan peralatan ultrasonografi atau CT scann fluoroscopy sehingga
hasil yang diperoleh akurat. Cara melakukan biopsi dengan dituntun oleh
USG ataupun CT scann mudah, aman, dan dapat ditolerir oleh pasien dan
tumor yang akan dibiopsi dapat terlihat jelas pada layar televisi berikut
dengan jarum biopsi yang berjalan persis menuju tumor, sehingga jelaslah
hasil yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik dan akurasi yang tinggi
karena benar jaringan tumor ini yang diambil oleh jarum biopsi itu dan
bukanlah jaringan sehat di sekitar tumor.
Radiologi Imaging
Pesatnya kemajuan teknologi dan komputer membawa serta juga kemajuan
dalam bidang radiologi baik peralatannya maupun teknologinya dan
memaksa dokter spesialis radiologi untuk mengikuti training dan workshop
baik di dalam ataupun di luar negeri sehingga dengan demikian
menghantarkan radiologi berada di barisan depan dalam penanggulangan
penyakit kanker hati ini dan membuktikan pula dirinya berperan sangat
penting untuk mendeteksi kanker hati stadium dini dan berperan sangat
menentukan dalam pengobatannya. Kanker hepato selular ini bisa dijumpai
di dalam hati berupa benjolan berbentuk kebulatan (nodule) satu buah,
dua buah atau lebih atau bisa sangat banyak dan diffuse (merata) pada
seluruh hati atau berkelompok di dalam hati kanan atau kiri membentuk
benjolan besar yang bisa berkapsul.6,8,11,13,14,16
Dengan peralatan radiologi yang baik dan ditangani oleh dokter spesialis
radiologi yang berpengalaman sudah terjamin dapat mendeteksi tumor
8
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
dengan diameter kurang dari 1 cm dan dapatlah menjawab semua
pertanyaan seputar kanker ini antara lain berapa banyak nodule yang
dijumpai, berapa segment hati-kah yang terkena, bagaimana aliran darah
ke kanker yang dilihat itu apakah sangat banyak (lebih ganas), apakah
sedang (tidak begitu ganas) atau hanya sedikit (kurang ganas), yang
penting lagi apakah ada sel tumor ganas ini yang sudah berada di dalam
aliran darah vena porta, apakah sudah ada sirrhosis hati, dan apakah
kanker ini sudah berpindah keluar dari hati (metastase) ke organ-organ
tubuh lainnya. Kesemua jawaban inilah yang menentukan stadium
kankernya, apakah pasien ini menderita kanker hati stadium dini atau
stadium lanjut dan juga menentukan tingkat keganasan kankernya
sehingga dengan demikian dapatlah ditaksir apakah penderita dapat
disembuhkan sehingga bisa hidup lama ataukah sudah memang tak
tertolong lagi dan tak dapat bertahan hidup lebih lama lagi dari 6 bulan.
Radiologi mempunyai banyak peralatanan seperti Ultrasonography (USG),
Color Doppler Flow Imaging Ultrasonography, Computerized Tomography
Scann (CT Scann), Magnetic Resonance Imaging (MRI), Angiography,
Scintigraphy dan Positron Emission Tomography (PET) yang menggunakan
radio isotop. Pemilihan alat mana saja yang akan digunakan apakah dengan
satu alat sudah cukup atau memang perlu digunakan beberapa alat yang
dipilih dari sederetan alat-alat ini dapat disesuaikan dengan kondisi
penderita.9,11,13 ,15,16,17,18
Ultrasonography (USG)
Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati
yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen). Bila
ada kanker langsung dapat terlihat jelas berupa benjolan (nodule) berwarna
kehitaman, atau berwarna kehitaman campur keputihan dan jumlahnya
bervariasi pada tiap pasien bisa satu, dua atau lebih atau banyak sekali dan
merata pada seluruh hati, ataukah satu nodule yang besar dan berkapsul
atau tidak berkapsul. Sayangnya USG conventional hanya dapat
memperlihatkan benjolan kanker hati diameter 2 cm – 3 cm saja. Tapi bila
USG conventional ini dilengkapi dengan perangkat lunak harmonik sistem
bisa mendeteksi benjolan kanker diameter 1 cm – 2 cm13, namun nilai
akurasi ketepatan diagnosanya hanya 60%. Rendahnya nilai akurasi ini
disebabkan walaupun USG
conventional ini dapat mendeteksi adanya
benjolan kanker namun tak dapat melihat adanya pembuluh darah baru
(neo-vascular).12 Neo-vascular merupakan ciri khas kanker yaitu pembuluh
darah yang terbentuk sejalan dengan pertumbuhan kanker yang gunanya
untuk menghantarkan makanan dan oksigen ke kanker itu. Semakin banyak
neo-vascular ini semakin ganas kankernya. Walaupun USG color yang
sudah dapat memberikan warna dan mampu memperlihatkan pembuluh
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
9
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
darah di sekeliling nodule tetapi belum dapat memastikan keberadaan neovascular sehingga dengan demikian akurasi diagnostik hanya sedikit
bertambah menjadi berkisar 60% – 70%. Dengan pesatnya perkembangan
teknologi, kini sudah ada alat USG yang lebih canggih dan lebih lengkap lagi
yaitu Color Doppler Flow Imaging (CDFI) yaitu USG yang selain mampu
melihat pembuluh darah di sekitar kanker juga mampu pula
memperlihatkan kecepatan dan arah aliran darah di dalam pembuluh darah
itu, sehingga dapat ditentukan resistensi index dan pulsatily index yang
dengan demikian sudah dapat memastikan apakah pembuluh darah yang
mengelilingi nodule itu adalah benar neo-vascularisasi dan berapa banyak
adanya. Dengan dapat dipastikan keberadaan neo-vascularisasi ini maka
akurasi diagnosa kanker meningkat jadi 80%. Neo-vascularisasi yang baru
terbentuk yang memang ada tapi belum terlihat dengan teknik CDFI ini
masih bisa dilihat dengan cara diberikan suntikan zat kontras pada
penderita sewaktu dilakukan pemeriksaan CDFI USG, zat kontras itu
mampu menembus masuk ke dalam neo-vascularisasi yang menyusup di
dalam nodule. Dengan demikian akurasi diagnosa meningkat menjadi 90%
dan lebih-lebih lagi dapat mendeteksi kanker berukuran lebih kecil
dari 1 cm.8,13,14,18
Dengan Color Doppler Flow Imaging USG ini juga memungkinkan kita
melihat apakah ada portal vein tumor thrombosis yaitu sel-sel kanker
(tumor thrombus) yang lepas dan masuk ke dalam vena Porta. Penting
sekali memastikan keberadaan tumor thrombus di dalam vena porta ini
karena thrombus ini dapat menyumbat aliran darah. Pada keadaan normal
semua makanan yang telah dicernakan oleh usus akan dihantarkan ke hati
oleh vena porta ini. Bila vena ini tersumbat oleh tumor thrombus maka hati
tidak menerima nutrisi lagi dengan kata lain hati tak dapat makanan lagi
sehingga sel-sel hati akan mati (necrosis) secara perlahan tetapi pasti dan
ini sangat membahayakan penderita karena dapat terjadi gagal hati (liver
failure). Tumor thrombus ini bisa ukurannya besar sehingga menutup
seluruh lumen vena porta, bisa kecil, dan hanya menutup sebahagian lumen
saja sehingga masih bisa ada aliran darah di dalam vena porta ini. Dari hasil
USG ini sudah bisa diarahkan dengan tepat tindakan pengobatan apa yang
paling sesuai dan bermanfaat untuk penderita apakah akan dilakukan
operasi membuang sebahagian hati (reseksi hepatektomi partial) atau
tidak, apakah bisa di-embolisasi atau tidak ataukah hanya dilakukan infus
kemoterapi intra-arterial saja. Tapi bila sudah jelas terdapat tumor
thrombus di dalam vena porta dan sudah pula menyumbat vena ini, maka
tindakan operatif dan embolisasi sudah hampir tidak berarti lagi dan satusatunya cara untuk menyelamatkan penderita adalah dengan cara
transplantasi hati (liver transplantation).
10
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
CT Scann
Di samping USG diperlukan CT scann sebagai pelengkap yang dapat menilai
seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar yang dengan USG
gambar hati itu hanya bisa dibuat sebagian-sebagian saja. CT scann yang
saat ini teknologinya berkembang pesat telah pula menunjukkan akurasi
yang tinggi apalagi dengan menggunakan teknik hellical CT scann,
multislice yang sanggup membuat irisan-irisan yang sangat halus sehingga
kanker yang paling kecil pun tidak terlewatkan. Lebih canggih lagi sekarang
CT scann sudah dapat membuat gambar kanker dalam tiga dimensi dan
empat dimensi dengan sangat jelas dan dapat pula memperlihatkan
hubungan kanker ini dengan jaringan tubuh sekitarnya.
Angiografi
Dicadangkan hanya untuk penderita kanker hati-nya yang dari hasil
pemeriksaan USG dan CT scann diperkirakan masih ada tindakan terapi
bedah atau non-bedah masih yang mungkin dilakukan untuk
menyelamatkan penderita. Pada setiap pasien yang akan menjalani operasi
reseksi hati harus dilakukan pemeriksaan angiografi. Dengan angiografi ini
dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. Kanker yang kita lihat
dengan USG yang diperkirakan kecil sesuai dengan ukuran pada USG bisa
saja ukuran sebenarnya dua atau tiga kali lebih besar. Angigrafi bisa
memperlihatkan ukuran kanker yang sebenarnya. Lebih lengkap lagi bila
dilakukan CT angiography yang dapat memperjelas batas antara kanker
dan jaringan sehat di sekitarnya sehingga ahli bedah sewaktu melakukan
operasi membuang kanker hati itu tahu menentukan di mana harus dibuat
batas sayatannya.14
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Bila CT scann mengunakan sinar X maka MRI ini menggunakan gelombang
magnet tanpa adanya Sinar X. CT angiography menggunakan zat contrast
yaitu zat yang diperlukan untuk melihat pembuluh darah. Tanpa zat ini
pembuluh darah tak dapat dilihat. Pemeriksaan dengan MRI ini langsung
dipilih sebagai alternatif bila ada gambaran CT scann yang meragukan atau
pada penderita yang ada risiko bahaya radiasi sinar X dan pada penderita
yang ada kontraindikasi (risiko bahaya) pemberian zat contrast sehingga
pemeriksaan CT angiography tak memungkinkan padahal diperlukan
gambar peta pembuluh darah. MRI yang dilengkapi dengan perangkat lunak
Magnetic Resonance Angiography (MRA) sudah pula mampu menampilkan
dan membuat peta pembuluh darah kanker hati ini.11 Sayangnya ongkos
pemeriksaan dengan MRI dan MRA ini mahal, sehingga selalu CT scann
yang merupakan pilihan pertama.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
11
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
PET (Positron Emission Tomography)
Salah satu teknologi terkini peralatan kedokteran radiologi adalah Positron
Emission Tomography (PET) yang merupakan alat pendiagnosis kanker
menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau
Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat
dan dalam stadium dini. Caranya, pasien disuntik dengan glukosa radioaktif
untuk mendiagnosis sel-sel kanker di dalam tubuh. Cairan glukosa ini akan
bermetabolisme di dalam tubuh dan memunculkan respons terhadap sel-sel
yang terkena kanker. PET dapat menetapkan tingkat atau stadium kanker
hati sehingga tindakan lanjut penanganan kanker ini serta pengobatannya
menjadi lebih mudah. Di samping itu juga dapat melihat metastase
(penyebaran). Sayangnya alat ini terlalu mahal harganya sehingga biaya
pemeriksaannya sangat tinggi dan tak terjangkau oleh banyak penderita
kanker hati.
Pengobatan
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil pemeriksaan
radiologi. Sebelum ditentukan pilihan terapi hendaklah dipastikan besarnya
ukuran kanker, lokasi kanker di bahagian hati yang mana, apakah lesinya
tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau merupakan satu kanker yang
sangat besar berkapsul, atau kanker sudah merata pada seluruh hati, serta
ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke tempat lain di dalam tubuh
penderita ataukah sudah ada tumor thrombus di dalam vena porta dan
apakah sudah ada sirrhosis hati.15
Tahap tindakan pengobatan terbagi tiga, yaitu tindakan bedah hati
digabung dengan tindakan radiologi dan tindakan non-bedah dan tindakan
transplantasi (pencangkokan) hati.16
1. Tindakan Bedah Hati Digabung dengan Tindakan Radiologi
Terapi yang paling ideal untuk kanker hati stadium dini adalah tindakan
bedah yaitu reseksi (pemotongan) bahagian hati yang terkena kanker dan
juga reseksi daerah sekitarnya. Pada prinsipnya dokter ahli bedah akan
membuang seluruh kanker dan tidak akan menyisakan lagi jaringan kanker
pada penderita, karena bila tersisa tentu kankernya akan tumbuh lagi jadi
besar, untuk itu sebelum menyayat kanker dokter ini harus tahu pasti batas
antara kanker dan jaringan yang sehat. Radiologilah satu-satunya cara
untuk menentukan perkiraan pasti batas itu yaitu dengan pemeriksaan CT
angiography yang dapat memperjelas batas kanker dan jaringan sehat
sehingga ahli bedah tahu menentukan di mana harus dibuat sayatan. Maka
harus dilakukan CT angiography terlebih dahulu sebelum dioperasi.
12
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
Dilakukan CT angiography sekaligus membuat peta pembuluh darah kanker
sehingga jelas terlihat pembuluh darah mana yang bertanggung jawab
memberikan makanan (feeding artery) yang diperlukan kanker untuk dapat
tumbuh subur. Sesudah itu barulah dilakukan tindakan radiologi Trans
Arterial Embolisasi (TAE) yaitu suatu tindakan memasukkan suatu zat yang
dapat menyumbat pembuluh darah (feeding artery) itu sehingga menyetop
suplai makanan ke sel-sel kanker dan dengan demikian kemampuan hidup
(viability) dari sel-sel kanker akan sangat menurun sampai menghilang.
Sebelum dilakukan TAE dilakukan dulu tindakan Trans Arterial
Chemotherapy (TAC) dengan tujuan sebelum ditutup feeding artery lebih
dahulu kanker-nya disirami racun (chemotherapy) sehingga sel-sel kanker
yang sudah kena racun dan ditutup lagi suplai makanannya maka sel-sel
kanker benar-benar akan mati dan tak dapat berkembang lagi dan bila selsel ini nanti terlepas pun saat operasi tak perlu dikhawatirkan, karena
sudah tak mampu lagi bertumbuh. Tindakan TAE digabung dengan tindakan
TAC yang dilakukan oleh dokter spesialis radiologi disebut tindakan Trans
Arterial Chemoembolisation (TACE). Selain itu TAE ini juga untuk tujuan
supportif yaitu mengurangi perdarahan pada saat operasi dan juga untuk
mengecilkan ukuran kanker dengan demikian memudahkan dokter ahli
bedah. Setelah kanker disayat, seluruh jaringan kanker itu harus
diperiksakan pada dokter ahli patologi yaitu satu-satunya dokter yang
berkompentensi dan yang dapat menentukan dan memberikan kata pasti
apakah benar pinggir sayatan sudah bebas kanker. Bila benar pinggir
sayatan bebas kanker artinya sudahlah pasti tidak ada lagi jaringan kanker
yang masih tertinggal di dalam hati penderita. Kemudian diberikan
chemotherapy (kemoterapi) yang bertujuan meracuni sel-sel kanker agar
tak mampu lagi tumbuh berkembang biak. Pemberian Kemoterapi dilakukan
oleh dokter spesialis penyakit dalam bahagian onkologi (medical oncologist)
ini secara intra venous (disuntikkan melalui pembuluh darah vena) yaitu
epirubucin/dexorubicin 80 mg digabung dengan mitomycine C 10 mg.
Dengan cara pengobatan seperti ini usia harapan hidup penderita per lima
tahun 90% dan per 10 tahun 80%.17
2. Tindakan Non-bedah Hati
Tindakan non-bedah merupakan pilihan untuk pasien yang datang pada
stadium lanjut. Tindakan non-bedah dilakukan oleh dokter ahli radiologi.
Termasuk dalam tindakan non-bedah ini adalah:
a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)
Pada prinsipnya sel yang hidup membutuhkan makanan dan oksigen yang
datangnya bersama aliran darah yang menyuplai sel tersebut. Pada kanker
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
13
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
timbul banyak sel-sel baru sehingga diperlukan banyak makanan dan
oksigen, dengan demikian terjadi banyak pembuluh darah baru (neovascularisasi) yang merupakan cabang-cabang dari pembuluh darah yang
sudah ada disebut pembuluh darah pemberi makanan (feeding artery)
Tindakan TAE ini menyumbat feeding artery. Caranya dimasukkan kateter
melalui pembuluh darah di paha (arteri femoralis) yang seterusnya masuk
ke pembuluh nadi besar di perut (aorta abdominalis) dan seterusnya
dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery hepatica) dan seterusnya
masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat (diembolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke
kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke selsel kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati. Apalagi sebelum
dilakukan embolisasi dilakukan tindakan trans arterial chemotherapy yaitu
memberikan obat kemoterapi melalui feeding artery itu maka sel-sel kanker
jadi diracuni dengan obat yang mematikan. Bila kedua cara ini digabung
maka sel-sel kanker benar-benar terjamin mati dan tak berkembang lagi.
Dengan dasar inilah embolisasi dan injeksi kemoterapi intra-arterial
dikembangkan dan nampaknya memberi harapan yang lebih cerah pada
penderita yang terancam maut ini. Angka harapan hidup penderita dengan
cara ini per lima tahunnya bisa mencapai sampai 70% dan per sepuluh
tahunnya bisa mencapai 50%.18
b. Infus Sitostatika Intra-arterial
Menurut literatur 70% nutrisi dan oksigenasi sel-sel hati yang normal
berasal dari vena porta dan 30% dari arteri hepatika, sehingga sel-sel
ganas mendapat nutrisi dan oksigenasi terutama dari sistem arteri hepatika.
Bila Vena porta tertutup oleh tumor maka makanan dan oksigen ke sel-sel
hati normal akan terhenti dan sel-sel tersebut akan mati. Dapatlah
dimengerti kenapa pasien cepat meninggal bila sudah ada penyumbatan
vena porta ini.19
Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke
cabang besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien tidak
dapat dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena ketiadaan donor,
atau karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien.
Sitostatika yang dipakai adalah mitomycin C 10 – 20 Mg kombinasi dengan
adriblastina 10-20 Mg dicampur dengan NaCl (saline) 100 – 200 cc. Atau
dapat juga cisplatin dan 5FU (5 Fluoro Uracil).
Metoda ballon occluded intra arterial infusion adalah modifikasi infus
sitostatika intra-arterial, hanya kateter yang dipakai adalah double lumen
ballon catheter yang di-insert (dimasukkan) ke dalam arteri hepatika.
Setelah ballon dikembangkan terjadi sumbatan aliran darah, sitostatika
diinjeksikan dalam keadaan ballon mengembang selama 10 – 30 menit,
14
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
tujuannya adalah memperlama kontak sitostatika dengan tumor. Dengan
cara ini maka harapan hidup pasien per lima tahunnya menjadi 40% dan
per sepuluh tahunnya 30% dibandingkan dengan tanpa pengobatan adalah
20% dan 10%.20
c. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI)
Pada kasus-kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua
tindakan atau pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu
membiayai tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan
satu-satunya. Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman,
efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan
harapan. PEI hanya dikerjakan pada pasien stadium dini saja dan tidak
pada stadium lanjut. Sebagian besar peneliti melakukan pengobatan
dengan cara ini untuk kanker bergaris tengah sampai 5 cm, walaupun
pengobatan paling optimal dikerjakan pada garis tengah kurang dari 3 cm.
Pemeriksaan histopatologi setelah tindakan membuktikan bahwa tumor
mengalami nekrosis yang lengkap. Sebagian besar peneliti menyuntikkan
etanol perkutan pada kasus kanker ini dengan jumlah lesi tidak lebih dari
3 buah nodule, meskipun dilaporkan bahwa lesi tunggal merupakan kasus
yang paling optimal dalam pengobatan. Walaupun kelihatannya cara ini
mugkin dapat menolong tetapi tidak banyak penelitian yang memadai
dilakukan sehingga hanya dikatakan membawa tindakan ini memberi hasil
yang cukup menggembirakan.19
d. Terapi Non-bedah Lainnya
Terapi non-bedah lainnya saat ini sudah dikembangkan dan hanya dilakukan
bila terapi bedah reseksi dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans
Arterial Chemoembolisation ataupun Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin
dilakukan lagi. Di antaranya yaitu terapi Radio Frequency Ablation Therapy
(RFA), Proton Beam Therapy, Three Dimentional Conformal Radiotherapy
(3DCRT), Cryosurgery yang kesemuanya ini bersifat palliatif (membantu)
bukan kuratif (menyembuhkan) keseluruhannya.
3. Tindakan Transplantasi Hati
Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati
dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir
seluruh hati terkena kanker atau sudah ada sel-sel kanker yang masuk ke
vena porta (thrombus vena porta) maka tidak ada jalan terapi yang lebih
baik lagi dari transplantasi hati. Transplantasi hati adalah tindakan
pemasangan organ hati dari orang lain ke dalam tubuh seseorang. Langkah
ini ditempuh bila langkah lain seperti operasi dan tindakan radiologi seperti
yang disebut di atas tidak mampu lagi menolong pasien. Akan tetapi,
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
15
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
langkah menuju transplantasi hati tidak mudah, pasalnya ketersediaan hati
untuk di-transplantasikan sangat sulit diperoleh seiring kesepakatan global
yang melarang jual beli organ tubuh. Selain itu, biaya transplantasi
tergolong sangat mahal. Dan pula sebelum proses transplantasi harus
dilakukan serangkaian pemeriksaan seperti tes jaringan tubuh dan darah
yang tujuannya memastikan adanya kesamaan/kecocokan tipe jaringan
tubuh pendonor dan pasien agar tidak terjadi penolakan terhadap hati baru.
Penolakan bisa berupa penggerogotan hati oleh zat-zat dalam darah yang
akan menimbulkan kerusakan permanen dan mempercepat kematian
penderita. Seiring keberhasilan tindakan transplantasi hati, usia pasien
setidaknya akan lebih panjang lima tahun.
Permasalahan
1. Angka Kejadian Kanker Hati yang Sangat Tinggi di Indonesia
Angka kejadian kanker hati yang tinggi di Indonesia disebabkan faktor
pemicu terjadinya kanker ini memang banyak terdapat di tengah penduduk
yang digolongkan dalam komunitas berisiko tinggi yaitu orang-orang
pengidap hepatitis B aktif, hepatitis B carrier, dan hepatitis C dan sirrhosis
hati. Di Indonesia sudah ada 15 – 20 juta penderita hepatitis B dan
7 – 8 juta hepatitis C berarti dari setiap 100 penduduk terdapat 6 – 10 orang
penderita hepatitis B dan 2 – 3 orang penderita hepatitis C, inipun pada
data penduduk Indonesia tahun 2003 dan angka inipun meningkat setiap
tahunnya, kesemuanya mereka ini akan terancam mendapat kanker hati di
suatu waktu.
Selain itu diduga ada lagi faktor pengancam lainnya walaupun belum
terbukti jelas yaitu aflatoksin B1 yang dihasilkan oleh sejenis jamur
Aspergillus flavus yang terkontaminasi dan melekat pada permukaan
makanan yang dikomsumsi sehari-hari oleh penduduk di Indonesia seperti
beras, kacang, gandum, jagung, dan kacang kedelai yang disimpan pada
tempat yang panas dan lembab.
2. Lambatnya Ditemukan Kanker Hati Ini pada Penderita
Lambatnya ditemukan kanker ini pada penderita disebabkan pada stadium
dini penderita tidak merasakan gejala yang khas dan tidak menyadari
bahwa di dalam tubuhnya ada sejenis kanker seperti bom waktu yang
mematikan. Di samping itu kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari
komunitas penduduk berisiko tinggi terkena kanker hati ini yaitu orangorang penderita hepatitis B dan C dan sirrhosis hati untuk memeriksakan
dirinya ke dokter. Dan pula banyak orang yang tidak menyadari dirinya
sudah mengidap hepatitis B atau hepatitis C karena tidak merasakan gejala
16
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
apapun walau virus-virus ini tengah menggerogoti hatinya seperti rayap
makan kayu. Di samping itu mungkin disebabkan keadaan ekonomi mereka
yang kurang sehingga tak mampu memikul biaya pemeriksaan. Ironisnya
walaupun alat-alat untuk mendeteksi kanker hati stadium dini sudah
tersedia tapi sayangnya penderita yang datang ke rumah sakit, sudah
dalam fase tak tertolong lagi dan rata-rata hanya dapat bertahan hidup
3 – 6 bulan setelah dibuat diagnosa.
3. Usaha Penapisan untuk Menyaring Kanker Hati Ini Belum Merata
Walaupun ada cara penyaringan yang dapat menemukan kanker ini pada
stadium dini dengan USG dan pemeriksaan alphafetoprotein yang sudah
dipunyai oleh banyak rumah sakit di daerah tetapi dalam kenyataannya
tidak berjalan lancar. Hal mana mungkin disebabkan kurangnya penyuluhan
pada komunitas berisiko tinggi dan pula mungkin kesadaran pasien
terhadap risiko timbulnya kanker ini masih kurang.
Kesimpulan
Radiologi mempunyai peranan yang sangat penting dan menentukan yaitu:
1) Untuk menyaring dan menemukan penderita-penderita kanker hati
selular semua stadium pada suatu populasi baik sendiri ataupun ditambah
bantuan laboratorium. 2) Radiologi adalah satu-satunya cara yang bisa
berdiri sendiri untuk menemukan kanker hati stadium dini. 3) Peranan
Radiologi sangat penting dalam pengobatan kanker hati dini pasalnya ahli
bedah belum mau melakukan tindakan reseksi hati sebelum tahu pasti di
mana sebenarnya batas antara hati yang sehat dan hati yang ada kankernya agar dapat menentukan batas hati yang hendak disayat. Pada kasus
yang akan dilakukan tindakan reseksi hati ini harus dilakukan lebih dulu
tindakan radiologi dengan CT angiography untuk menentukan batas jarigan
kanker dan jaringan hati yang sehat dengan kata lain untuk menentukan
batas sayatan. Dan sebelum tindakan bedah harus dilakukan lebih dahulu
tindakan radiologi Trans Arterial Embolisasi (TAE) dan Trans Arterial
Chemotherapy (TAC) sebagai pengobatan untuk mematikan sel-sel kanker.
Tindakan bedah hanya boleh dilakukan setelah tindakan radiologi ini selesai.
4) Pada stadium dini yang semestinya dilakukan reseksi hati, tetapi pasien
menolak tindakan operasi atau memang pasiennya tak mampu untuk
tindakan operasi maka tindakan radiologi merupakan satu-satunya tindakan
yang terpilih dan diharapkan untuk menyelamatkan penderita. Pada
keadaan ini tindakan radiologi yang dipilih adalah Trans Arterial Embolisasi
bersamaan dengan tindakan Trans Arterial Chemotherapy.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
17
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
Saran
1. Perlu Penyuluhan pada penduduk mengenai bahayanya kanker hati dan
penyuluhan bahaya penyakit hepatitis B, hepatitis C, dan sirrhosis hati
yang dianggap bertanggung jawab dalam terjadinya kanker hati ini.
2. Perlu dilakukan usaha-usaha menemukan penderita hepatitis B dan
hepatitis C pada penduduk dengan cara memasukkan tes hepatitis B dan
hepatitis C ini dalam program chek-up (pemeriksaan kesehatan) rutin.
3. Perlu diteruskan usaha-usaha pencegahan munculnya hepatitis B dan
hepatitis C ini dengan usaha imunisasi terhadap bayi dan orang dewasa
yang dapat menurunkan jumlah kasus hepatitis yang berarti juga
menurunkan dan mencegah timbulnya kanker hati ini.
4 Perlu dilakukan skrining (penapisan) secara USG dan pemeriksaan AFP
tiap 6 bulan terhadap penderita hepatitis B, hepatitis C, dan penderita
sirrhosis hati untuk menemukan adanya kanker hati selular dalam
stadium dini.
5. Perlunya
pengajaran
kepada
masyarakat
luas
masalah
cara
penyimpanan makanan agar jangan disimpan pada tempat yang panas
dan lembab karena ditakutkan akan terkontaminasi Aspergillus flavus
yang menghasilkan sejenis racun aflatoksin B1 yang diduga memicu
terjadinya kanker hati.
6 Perlu digalakkan kerjasama yang baik antara para dokter ahli radiologi,
ahli penyakit dalam, ahli anak, ahli patologi klinik, ahli patologi anatomi,
dan dokter ahli bedah yang kesemuanya terhimpun dalam wadah
Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) untuk menyusun program
terpadu penanganan pencegahan dan pengobatan terjadinya kanker
hati. Padahal peralatan-peralatan yang diperlukan pun sudah banyak
tersedia di hampir semua rumah sakit dan hanya menunggu sentuhan
para dokter untuk bekerja keras demi usaha menurunkan angka
kematian dan penderitaan dari pasien-pasien kanker hati ini.
Ilustrasi Kasus:
Cukup banyak pengalaman saya dalam praktik sehari-hari selama 25 tahun
dalam menemukan dan mengobati penyakit kanker hati selular. Ada yang
datang pada stadium dini secara kebetulan karena melakukan pemeriksaan
kesehatan (chek-up) dan banyak yang ditemukan sudah dalam stadium
lanjut. Rasa sedih dan iba timbul saat melakukan USG dikala menemukan
kasus stadium lanjut apalagi sudah ada tumor thrombus dalam vena porta,
sudah langsung terbayang usia pasien yang sedang di USG ini tinggal paling
lama 6 bulan. Namun rasa optimis timbul bila menemukan kasus stadum
dini yang masih mempunyai harapan hidup panjang, tapi sayangnya
mereka ini kebanyakan pun tak mampu memikul besarnya biaya yang
diperlukan sehingga mereka hanya bisa menunggu masuk ke stadium lanjut
18
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
sampai maut datang menjemputnya. Sebahagian lagi yang mampu, ada
yang masih takut menjalani pengobatan karena kurangnya pengetahuan
dan celakanya mereka masih punya keyakinan ”Jangan usik-usik kanker,
bila diusik semakin ganas dan bisa kita cepat mati”. Tapi bagi mereka yang
sadar dan juga ada kemampuan untuk menjalani seluruh rangkaian
pengobatan bedah dan radiologi walaupun keseluruhan biayanya didanai
dengan gotong royong oleh keluarga dan handai tolan, masih dapat
mengharap hidup yang lama dan panjang seperti kasus yang disebut di
bawah ini.
Pada tahun 1991 seorang dokter HS usia 59 tahun yang sudah enam tahun
sebagai penderita hepatitis B carrier tanpa mengetahui bahwa di dalam
hatinya sudah ada tumbuh kanker yang kian membesar, dikarenakan beliau
tidak merasakan apa-apa dan merasa hidup sehat. Suatu hari dia mengeluh
sakit dan merasa ada pembengkakan di perut kanan atas, badan terasa
melemah serta nafsu makan dan berat badan pun menurun. Oleh karena itu
Dokter ini masuk ke rumah sakit dan dikirim pada saya untuk dilakukan
pemeriksaan. Saya lakukan USG hitam putih yang sederhana di masa itu
menunjukkan adanya tumor padat seluas 10 cm x 8 cm berbatas tegas
yang terdiri dari banyak nodule yang berkelompok membentuk satu massa
yang berkapsul. Kami beritahu pada beliau bahwa dia menderita Kanker
yang besar di dalam hatinya. Beliau sangat terperanjat, "Bagaimana
mungkin? Tahun lalu saya baru melakukan medical check-up dan hasilnya
semua normal. Bagaimana mungkin hanya dalam waktu satu tahun yang
relatif singkat bisa tumbuh kanker hati yang demikian besar di dalam hati
saya?" Beliau baru ingat bahwa pada waktu itu hanya periksa darah dan
waktu itu beliau tidak di-USG serta juga beliau mengaku sudah mengetahui
ada hepatitis B tapi tidak merasakan gejala apapun. Pada pasien ini
diteruskan pemeriksaan CT scann yang menunjukkan massa besar ini
hanya satu saja (soliter) di lobus kanan hati dan berkapsul sedangkan lobus
kiri hati normal. CT angiography dilakukan untuk membuat peta pembuluh
darah dan menjelaskan batas hati yang sehat dan hati yang kena kanker
dan dilakukan biopsi yang memastikan massa ini adalah kanker hati hepato
selular. Kemudian dilakukan tindakan radiologi trans arterial embolisasi
bersamaan dengan tindakan trans arterial chemotherapy yang kemudian
diikuti dengan operasi reseksi seluruh lobus kanan hati. Tindakan ini diikuti
dengan pemberian kemoterapi intravenous epirubicine 80 mg dan
mitomycine C 10 mg delapan seri dengan selang waktu 3 minggu. Follow
up ketat dilakukan tiap 3 bulan kemudian tiap 6 bulan selama tiga tahun.21
Sesudah 15 tahun, Dokter tersebut ternyata masih hidup sehat dan bekerja
sebagai dokter di usianya yang 74 tahun dan di hari yang berbahagia ini
ikut juga hadir bersama kita.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
19
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
UCAPAN PENGHARGAAN DAN TERIMA KASIH
Bapak Rektor yang saya muliakan serta para hadirin sekalian,
Demikianlah uraian saya tentang pentingnya peranan radiologi dalam
deteksi dini dan pengobatan kanker hati yang mungkin masih banyak
kekurangannya. Semoga generasi berikutnya dapat melengkapinya dan
memanfaatkan peluang untuk mempelajari ilmu Allah yang sangat luas ini.
Kontribusi saya sangat kecil jika dibandingkan dengan luasnya bidang yang
seharusnya saya tekuni. Oleh karena itu, sebelum saya mengakhiri pidato
pengukuhan ini, sekali lagi perkenankanlah saya untuk kesekian kalinya
mengucapkan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan
kesempatan, kekuatan, bimbingan, dan petunjuk kepada saya selama ini
dalam menjalani tugas saya sebagai pendidik dan ilmuan. Syukur tidak
terhingga atas rida-Nya sehingga saya mendapat kesempatan untuk
diangkat sebagai Guru Besar Madya di Universitas Sumatera Utara (USU).
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih pula kepada
Pemerintah Republik Indonesia c.q. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, yang telah memberikan kepercayaan dan mengangkat saya
untuk menduduki jabatan guru besar madya. Ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya saya sampaikan kepada Bapak Prof. dr. Chairuddin P.
Lubis, DTM&H, Sp.A(K) selaku Rektor USU yang telah mendorong saya
membantu dan memproses pengusulan saya untuk menjadi guru besar
sampai acara pengukuhan yang diselenggarakan pada hari ini. Semoga
Allah SWT tetap memberikan kesehatan, hidayah, dan kemudahan kepada
beliau untuk terus memimpin Universitas Sumatera Utara yang kita cintai
ini.
Ucapan terima kasih yang tulus juga saya sampaikan kepada Dekan, para
Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran USU yang telah mendukung dan
bersedia mengusulkan kenaikan jabatan akademik saya ke jenjang guru
besar.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Dr. Muara Marbun (almarhum)
yang telah menerima saya dalam pendidikan spesialis radiologi. Ucapan
terima kasih juga saya sampaikan kepada Dr. Sahat Tua Sianipar yang
memacu saya belajar sungguh-sungguh dan pula telah mengirim saya
belajar ultrasonografi ke Australia. Dan terima kasih pada dr. Rudolph
Pakpahan kepala bagian radiologi dan semua teman-teman saya dokter
spesialis radiologi yang bertugas di RS H. Adam Malik/FK USU, RS Pirngadi,
RS Haji, RS PTPN II, RS Herna, dan di RS lainnya. Senior dan junior yang
ada di Medan dan sekitarnya serta NAD (Aceh) atas segala sokongan moral
pada saya dan telah menjalin kerja sama yang baik selama ini, dan
20
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
membantu sehingga pengusulan saya menjadi Guru Besar Tetap Ilmu
Radiologi FK USU.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. Bachtiar Fanani
Lubis, Sp.PD(K) medical onkologi yang pada waktu beliau menjabat sebagai
Dekan FK USU beliaulah bersama dengan Dr. S. Sianipar yang
mengupayakan saya agar dapat belajar radiologi di Australia. Semoga Allah
membalas jasa Bapak.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. Marwali
Harahap yang sewaktu beliau menjabat Direktur RS H. Adam Malik telah
mengupayakan saya berangkat ke Perancis untuk mendalami CT scann.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Dr. T. M. Panjaitan yang
sewaktu beliau menjabat Direktur RS H. Adam Malik telah mengupayakan
saya berangkat ke Perancis untuk mendalami MRI dan kedokteran nuklir.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Prof. Dr. H.
Aznan Lelo, PhD sebagai supervisor saya dalam pendidikan program S3
(PhD) saya di Malaysia yang banyak membimbing saya. Ucapan terima
kasih juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. Abdul Rahman Abdul Rasyid
(sebagai supervisor) dan Prof. Dr. Kamaruddin Jaalam (co-supervisor) yang
telah membimbing saya dalam program S3 saya di Universiti Sains
Malaysia. Semoga Allah membalas jasa bapak-bapak.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Prof. Dr. Syahrial Rasad,
Sp.Rad (alm.), Prof. Dr. Gani Ilyas, Sp.Rad (alm.), Prof. Dr. Sudharmo,
Prof. Dr. Djakaria, Sp.Rad Radioterapi, Prof. DR. Susworo Sp.Rad
Radioterapi, DR. Zulkarnain Syair, Sp.Rad, Dr. M. Ilyas Sp.Rad, dan semua
staf Radiologi FKUI yang mendidik saya menjadi dokter spesialis radiologi,
semoga Allah-lah yang akan membalas jasa bapak-bapak semuanya.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada DR. Priyo Sidipratomo,
Sp.Rad Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia; Prof. DR.
Triyono KSP, Sp.Rad Ketua Kolegium Radiologi Indonesia; DR. Tony
Kuncoro, Sudharmo, Sp.Rad. Ketua Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
Radiologi Indonesia; DR. H. Farhan Anwary Ketua Pengembangan SubSpesialisasi Radiologi Indonesia; yang keempat mereka selalu mendorong
dan memberi semangat pada saya dan hari ini juga hadir bersama kita.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua dosen-dosen saya
dalam pendidikan dokter, sejawat-sejawat saya, dan semua staf di
Administrasi FK USU yang telah banyak membantu saya dalam pendidikan
saya dan juga selama bekerja di FK USU.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
21
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua guru-guru SMA
Negeri 1 dan guru-guru SMP Negeri 1 dan guru-guru SR Negeri 4, guruguru sekolah ibtidaiyah, dan guru-guru mengaji saya kesemuanya di Rantau
Prapat, semoga Allah-lah yang akan membalas jasa-jasa bapak dan ibu
semuanya.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada almarhum Haji
Muhammad Arbie dan Dr. Rosihan Arbie yang telah menerima saya bekerja
sama di Klinik Spesalis Bunda Medan sejak tahun 1979 sampai sekarang ini
(27 tahun).
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua Staf Bagian
Radiologi dan USG Klinik Spesalis Bunda dan kepada semua sejawat Dokter,
Perawat, Staf Administrasi Klinik Spesalis Bunda Medan.
Sembah sujud dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya saya
sampaikan kepada almarhumah Ibu saya Siti Aisyah dan almarhum Bapak
saya Chanda Syahbuddin yang telah membesarkan dan mendidik saya
dengan susah payah. Saya masih ingat pesan Ayah saya ”Jadi orang harus
berani menghadapi apapun sepanjang kau itu benar, takut sama Allah saja
dan jangan takut pada manusia” dan pesan Ibu saya ”Rajin dan giatlah
belajar bila orang bisa pintar, kau harus bisa lebih pintar lagi dan harus
nomor satu di kelas, tetap shalat dan berbuat baik pada semua orang”
Semoga Allah SWT menempatkan Ayah dan Ibu saya ini di tempat yang
paling mulia di sisi-Nya.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada isteri saya Liana Leowardi dan
anak-anak saya Abdul Rahman Rasyid, B.Bus, M.Fin (Australia) saat ini
bertugas di Metro TV dan dr. Meriana Rasyid yang saat ini sedang
mengambil spesalis mata dan menantu saya Dien Nurmarina Malik Fajar,
B.Com, MA (Australia) yang telah mendorong dan memberikan perhatian,
pengorbanan dan semangat dan doa tulus ikhlas pada saya agar saya dapat
menyelesaikan pendidikan S3 di Malaysia dan sampai mendapatkan
pengukuhan Guru Besar di USU pada hari yang bahagia ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada semua saudara-saudara
saya yang senantiasa mendorong dan mendoakan saya: alm. K.
Muhammad, Gulam Rasul, alm. M. Syarif, Abdul Chalik, alm. Salmah, alm.
Drs. Abdul Latif, Dr. Abdul Majid, Sp.PD KKV, Ir. Muhammad Aslam,
semoga Allah yang membalas jasa abang-abang, kakak, dan adik saya ini.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada mertua saya dan saudarasaudara ipar saya atas doa dan semangat yang diberikan.
22
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada besan saya bapak dan ibu
Malik Fajar atas doa dan dorongan yang diberikan.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada orang yang meminta agar
namanya tidak disebutkan di sini tetapi jasa-jasanya sangat besar pada
saya dan doa tulus ikhlasnya kepada saya dan semangat yang diberikan
pada saya, semoga Allah SWT-lah yang akan membalas semuanya.
Doa saya tak henti-hentinya semoga kita semua termasuk ke dalam
golongan orang-orang yang beriman, berilmu, dan beramal saleh dan
semoga Allah SWT membalas semua jasa-jasa dan budi baik bapak, ibu,
dan saudara-saudara sekalian.
Bapak Rektor serta hadirin yang saya muliakan,
Demikianlah akhir pidato pengukuhan saya yang telah banyak menyita
waktu dan perhatian hadirin. Atas kesabaran dan perhatiannya mengikuti
pidato ini, saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada tutur
kata maupun sikap yang kurang berkenan di hati hadirin. Kepada para
undangan dan rekan dari luar kota yang telah meluangkan waktunya, saya
haturkan ribuan terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Hanya Allah SWT yang dapat membalas segala pengorbanan yang
bapak/ibu/saudara ikhlaskan untuk menghadiri acara ini.
Semoga Allah SWT melimpahkan taufik dan hidayah-Nya kepada kita
semua. Amin.
Wabillahi taufik wal hidayah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
23
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
24
Badvie S. Hepatocellular Carcinoma. Postgrad med J. 2000;76:4 – 1.
Agus Waspodo. Buletin Dinas Kesehatan Jawa Timur 6 Januari 2005.
Ali Sulaiman. Penatalaksanaan Strategi Hepatitis B Kronik di Indonesia.
Proceeding Liver Update, Jakarta 2006.
M. Anzola. (2004) Hepatocellular Carcinoma: role of hepatitis B and
hepatitis C viruses protein in hepatocarcinogenesis. Journal of Viral
Hepatitis September 2004 Vol 11 (5): 383 – 389.
Zhou X D., Tang Z. Y., Yang B. H. et al. Hepatocellular Carcinoma: The
Role of Screening. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention 2000; vol
1:121 – 126.
Rasyid A. Temuan Ultrasonografi Kanker Hati Hepato Selular
(Hepatoma). The Journal of Medical School University of Sumatera
Utara. Vol 39. No 2 Juni 2006.
Chairuddin P. Lubis. Imunisasi Hepatitis B Manfaat dan Kegunaannya
dalam Keluarga: e-USU Repository@2004 universitas Sumatera Utara.
Tariq Parvez., Babar Parvez., and Khurram Parvaiz et al. Screening for
Hepatocellular Carcinoma. Jounal JCPSP September 2004 Volume 14
No. 09.
Soresi M., Maglirisi C., Campgna P., et al. Alphafetoprotein in the
diagnosis of hepatocellular carcinoma. Anticancer Research. 2003;23;
1747-53.
Gupta S., Bent S., Kohlwes J. Test characteristics of alphafetoprotein for
detecting heptocellular carcinoma in patients with hepatitis C. A
systemic review and critical analysis. Annals of Internal medicine.
2005;139 (1):46 – 50.
Richard L. Baron, M.D. and Mark S. Peterson M.D. Screening the
Cirrhotic Liver for Hepatocellular Carcinoma with CT and MR Imaging:
Opportunities and Pitfalls. RSNA 2001 Volume 21: 117 – 132.
Wun Y.T., Dickinson J.A. Alpha-fetoprotein and/or liver ultrasonography
for liver cancer screening in patients with chronic hepatitis B. The
Cochrane Database of Systematic Reviews 2005 Issue 2 John Wiley &
Sons.
Ding H., Kudo M., Onda H., et al. Evaluation of Posttreatment Response
of Hepatocellular Carcinoma with Contrast-enhancement Coded PhaseInversion Harmonic US: Comparison with Dynamic CT. Radiology RSNA.
2001;221: 721 – 730.
Bolondi L., Gaiani S., Celli N., Golfieri R., et al. Characterization of small
nodules in cirrhosis by assessment of vascularity: The problem of
hypovascular hepatocellular carcinoma. Hepatology 2005; 42: 27 – 34.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
15. Bruix J., Sherman M., Lovet J.M., et al. Clinical management of
hepatocellular carcinoma. Conclusions of the Barcelona-2000 EASL
conference. European Association for the Study of the Liver. J Hepatol
2001; 35: 421 – 430.
16. S. D. Ryder. Guidelines for the diagnosis and treatment of
hepatocellular carcinoma (HCC) in adults. Gut 2003; 52 – 56.
17. Usatoff V., Habib N. Hepatic malignancy: challenges and oppurtunitties
for the surgeon. J.R.Coll.Surg. Edinb., 2000; 45; 99 – 109.
18. Marrero J.A., Hussain H.K., Nghiem H.V., et al. Improving the prediction
of hepatocellular carcinoma in cirrhotic patients with an arteriallyenhancing liver mass. Liver Transpl 2005; 11: 281 – 289.
19. Bartolozzi C., Lencioni R., Ricci P., et al. Hepatocellular carcinoma
treatment with percutaneus ethanol injection: evaluation with contrast
enhanced color Doppler US. Radiology.1998;209:387 – 393.
20. Koteish A., Paul J,T. Screening of Hepatocellular carcinoma. Journal of
vascular and interventional Radiology. 2002;13;185 – 190.
21. Abdul Rasyid. Satu Kasus Karsinoma Hepato Selular Diameter Lebih dari
10 cm Diagnostik dan Terapi. Majalah Radiologi Indonesia Thn III No. 1
1994.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
25
26
1. Ultrasonografi (USG)
Kanker Hati Hepato Selular
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Stadium dini: Kanker hati berupa nodule
diameter 3 cm
Stadium lanjut: multinoduler
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
2. Color Doppler Flow Imaging USG
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
27
3. CT Scann
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
28
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
4. CT Scann dengan Kontras dan Ternyata Kanker Lebih Luas
daripada yang Terlihat di USG dan CT Scann Tanpa Kontras
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
29
5. Angiografi
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
30
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
6. Trans Arterial Embolisasi (TAE)
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
31
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
32
6. Tindakan TAE sebelum dilakukan reseksi hati
feeding artery (arteri pemberi makan kanker)
5. Angiografi untuk membuat peta pembuluh darah dan menentukan
4. CT Scann dengan kontras untuk melihat luas tumor sebenarnya
3. CT Scann untuk melihat liver seutuhnya
2. Pemeriksaan Color Doppler Flow Imaging USG melihat kecepatan
dan arah aliran darah di dalam pembuluh darah dengan demikian
lebih memastikan diagnosa kanker
1. Pemeriksaan USG untuk mendeteksi adanya kanker
Tahapan diagnosa dan tindakan radiologi
Kanker Hati Hepato Selular
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
RIWAYAT HIDUP
A.
DATA PRIBADI
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Nama
NIP
Pangkat/Golongan
Jabatan
Tempat/Tanggal Lahir
Agama
Nama Ayah
Nama Ibu
Istri
Anak
k. Menantu
l. Cucu
B.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Prof. Dr. Abdul Rasyid, Sp.Rad, PhD
130 700 699
Guru Besar/IVd
Pembina Utama Madya
Rantau Prapat, 15 Juni 1947
Islam
Chanda Syahbuddin
Siti Aisyah
Liana Leowardi
1. Abdul Rahman Rasyid, B.Bus, M.Fin
(Australia)
2. dr. Meriana Rasyid, PPDS Bagian Mata
: Dien Nurmarina Malik Fajar, B.Com,
MA (Australia)
: Abdul Malik Rasyid (Damar)
RIWAYAT PENDIDIKAN
Formal:
a. 1960
b. 1963
c. 1966
d. 1975
e. 1982
f. 2001
Tambahan:
a. 1983
b. 1988
c. 1989
:
:
:
:
:
:
Lulus SR Negeri 4 Rantau Prapat
Lulus SMP Negeri 1 Rantau Prapat
Lulus SMA Negeri 1 Rantau Prapat
Lulus Dokter Umum FK USU Medan
Lulus Dokter Spesialis Radiologi FK-UI
Lulus Program S3 Doktor Falsafah
Medical
University
Sains
Fakulty
Malaysia
: Post Graduate Training in Ultrasound,
Royal Melbourne Hospital Australia
: Course in Interventional Radiology,
National University Hospital Singapore
: Kursus
Interventional
Radiologi,
Airlangga
Surabaya,
Universitas
Indonesia
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
33
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
d. 1992
e. 1993
f. 1993
g. 1994
h. 1995
i. 1996
j. 1996
k. 1997
l. 1997
m. 1998
n. 2004
o. 2004
p. 2005
34
: CT Scann Training Merseilles France,
Hopital d’instruction des Armees A.
Laveran Marseille, Armees France
: Nuclear Medicine Training Paris France,
Centre Hospitalier General De Saint en
Laye France
: MRI Training, France Paris, Groupe
Hospitalier
Pitie
Salfetriere
Saint
Germain en Laye France
: Advanced
MRI
&
Interventional
Radiology Courses & Workshops, Tan
Tock Seng Hospital Singapore
: Workshop of Varices Sclerotherapy/
Ligation ERCP, Medan
: Kursus dan Pelatihan Radiologi, Jakarta
Indonesia
: Pelatihan
Pemakaian
Radioisotop
Badan Tenaga Atom Nasional, National
Radioisotop Centre Indonesia (BATAN)
Serpong, Jawa Barat
: Course Research Methodology and
Biostatistics, Medical School USM
Kelantan Malaysia
: Pelatihan
Metode
Penelitian
dan
Pengabdian Masyarakat, USU Medan
: Lokakarya Jaringan Organ Terpisah,
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Brawijaya Malang, Indonesia
: Pertemuan Ilmiah Nasional Workshop
IA Injection, Surabaya
: Region
Asia/Pasific
Workshop
”Neuroradiology
for
Non-Beginners”
Jakarta
: The 8th Training Course in The
pathophysiology of Osteoporosis and
Bone Desease, Shangri-La’s Rasa
Sentosa Resort, Singapore
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
C.
RIWAYAT JABATAN/GOLONGAN
a. 1 Januari 1979
b. 1
c. 1
d. 1
e. 1
f. 1
g. 1
h. 1
i. 1
D.
Maret 1980
Oktober 1983
Oktober 1985
Oktober 1987
Oktober 1992
Oktober 1995
April 1998
April 2006
Calon Pegawai Negeri Sipil sebagai Asisten Ahli
Madya di Bagian Radiologi/Gol. IIIa
Penata Muda/Gol. IIIa
Penata Muda Tk I/Gol. IIIb
Penata/Gol. IIIc/Lektor Muda
Penata Tk I/Gol. IIId/Lektor Madya
Pembina/Gol. IVa/Lektor Kepala
Pembina Tk I/Gol. IVb/Lektor Kepala
Pembina Utama Muda/Gol. IVc/Lektor Kepala
Pembina Utama Madya/Gol. IVd/Guru Besar
RIWAYAT PEKERJAAN
a. 1975 – 1979
b. 1979 – 1982
c. 1982 – 1995
d. 1995 – 2001
e. 1995 – 2001
f. 1996 – sekarang
g. 2001 – sekarang
h. 2003 – sekarang
i.
2005 – sekarang
j. 2006 – sekarang
k. 2006 – sekarang
Asisten Ahli Radiologi Fakultas Kedokteran
USU Medan
Staf Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
USU Medan
Sekretaris
Bagian
Radiologi
Fakultas
Kedokteran USU Medan
Kepala Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
USU Medan
Kepala Bagian Radiologi Umum Fakultas
Kedokteran Gigi USU Medan
Penguji Ujian Nasional Radiologi Majelis
Penguji Nasional Radiologi Indonesia (MPRI)
Staf Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
USU Medan
Staf Pengajar Nasional pada Pendidikan USG
untuk Dokter Ahli Radiologi Indonesia
Pembimbing Mahasiswa Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Program Studi
Farmakologi.
Pembimbing Mahasiswa Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, Program Studi
Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kepala Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
UISU Medan
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
35
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
l.
2006 – sekarang
m. 2006 – sekarang
E.
Dosen Pengampu Bidang Radiologi pada
Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah
Orthopaedi & Traumatologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Dosen Pengampu Bidang Radiologi pada
Pendidikan
Dokter
Spesialis
Program
Anestesiologi
dan
Reanimasi
Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT ORGANISASI
a. Anggota IDI Sumatera Utara
b. Anggota Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia
(PDSRI)
c. Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Cabang Sumut/
NAD
d. Anggota Perimpunan Ultrasonography Indonesia Cabang Sumut
e. Anggota Perhimpunan Oncologi Indonesia
f. Member of the Indonesian Society of Nuclear Medicine and
Biology
g. Anggota Perhimpunan Peneliti Penyakit Hati Indonesia (PPPHI)
h. Member of International Society of Lymphology
i. Member of Asean Oceanean Association of Radiology
j. Member of Australian College of Radiologist
k. Member of American Institute of Medical and Biology Ultrasound
F.
PENELITIAN
a. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Hubungan Antara Ukuran Diameter
Duktus Kholedochus dengan Usia, Berat Badan, dan Tinggi Badan.
Satu Penelitian Ultrasonography (1995).
b. Aznan Lelo, Abdul Rasyid. Kajian Awal Efek Kurkumin terhadap
Kantong Empedu Manusia: Satu Metode Ultrasonography (1997).
c. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Pengukuran Ultrasonography untuk
Penelitian Sediaan yang Berpengaruh terhadap Kantong Empedu
Manusia (1997).
d. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Efek Kurkumin dan Plasebo terhadap
Kantong Empedu Manusia: Satu Penelitian Ultrasonography
(1997).
e. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Duktus Kholedochus pada Berbagai
Suku di Indonesia: Diameter dan Hubungan Diameter dengan
Usia: Satu Penelitian Ultrasonography (1997).
36
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
f.
Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Efek Sediaan Komersial yang
Mengandung Kurkumin terhadap Kantong Empedu Manusia
(1998).
g. Abdul Rasyid, Aznan Lelo, Abdul Rasyid Abdul Rahman,
Kamaruddin Jaalam. Pengaruh Makanan terhadap Efek Kurkumin
pada Kantong Empedu Manusia (1999).
h. Abdul Rasyid, Aznan Lelo, Abdul Rasyid Abdul Rahman,
Kamaruddin Jaalam. Efek Kurkumin terhadap Kantong Empedu
Manusia: Perbandingan Antara Dosis Tunggal dan Dosis Berulang
(1999).
i. Abdul Rasyid, Aznan Lelo, Abdul Rasyid Abdul Rahman,
Kamaruddin Jaalam. Efek Khronopharmakologik dari Kurkumin
terhadap Kantong Empedu Manusia (1999).
j. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Variasi Bentuk Kantong Empedu
Manusia: Untuk Keperluan Penelitian Pharmakosonography
(2000).
k. Abdul Rasyid. Temuan Ultrasonography dan Radiografi dari 500
Kasus Batu Kantong Empedu (2000).
l. Aznan Lelo, Abdul Rasyid. Perubahan Volume Kantong Empedu
Manusia Setelah Minum Air, Kopi, dan Temulawak (2000).
m. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Pengujian Efek Kurkumin pada
Pembentukan dan Pengaliran Cairan Empedu pada Manusia Secara
Ultrasonography (2000).
n. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Penelitian Ultrasonography Diameter
Duktus Kholedochus pada Pasien Normal dan Pasien dengan Batu
Empedu (2000).
o. Aznan Lelo, Abdul Rasyid. Sediaan Kholekinetik pada Kantong
Empedu Manusia. Perbandingan Erithromisine dan Kurkumin
(2001).
p. Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. Efek Siklus Ovulatori terhadap Kantong Empedu
Wanita dengan dan Tanpa Kurkumin (2001).
G.
SEMINAR NASIONAL SEBAGAI PEMBICARA
a. Abdul Rasyid. Radiological Aspect of Osteoporosis, Scientific
Approach in the Management of Osteoporosis FK USU Medan, 2
November 1994.
b. Abdul Rasyid. Pemeriksaan Ultrasonography pada Limpa,
Perhimpunan Ultrasonik Kedokteran Indonesia (Kursus USG
Tingkat Madya Pra-Kongres Nasional ke-V PUSKI) Jakarta, 7 – 10
November 1994.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
37
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
c. Abdul Rasyid. Pemeriksaan USG pada kelainan kelenjar adrenal.
Kongres Nasional ke-V PUSKI) Jakarta, 11 – 12 November 1994.
d. Abdul Rasyid. Gambaran Ultrasonography dari Hepatoma
Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia, Menyambut
100 Tahun Penemuan Sinar Roentgen, Jakarta, 5 November 1995.
e. Abdul Rasyid. Radiology of Head Injuries, Symposium
Kegawatan Darurat Trauma Kapitis, FK USU, 11 November 1995.
f. Abdul Rasyid. Pendeteksian Ovarial Malignancy dengan Color
Doppler USG Kongres Nasional Radiologi VIII Perhimpunan Dokter
Spesialis Radiologi Indonesia Bandung, 3 – 6 Juli 1996.
g. Aznan Lelo, Abdul Rasyid. Kajian Awal Efek Kurkumin terhadap
Kantong Empedu Manusia: Satu Metode Ultrasonography. National
Seminar Indonesian Medical Plant XIII, Malang Indonesia, May
12 – 13 1998.
h. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Efek Sediaan Komersial yang
Mengandung Kurkumin terhadap Kantong Empedu Manusia
National Seminar Indonesian Medical Plant XIII, Malang Indonesia,
May 12 – 13 1998.
i. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Efek Kurkumin dan Plasebo terhadap
Kantong Empedu Manusia: Satu Penelitian Ultrasonography.
National Seminar Indonesian Medical Plant XIII, Malang Indonesia,
May 12–13 1998.
j. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Efek Curcumin dengan Dosis Berbeda
terhadap Kantong Empedu Manusia. National Seminar Indonesian
Medical Plant XIII, Malang Indonesia, May 12 – 13 1998.
k. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Variasi Volume Kantong Empedu
Manusia dalam 6 Jam Setelah Pemberian Curcumin. National
Seminar Indonesian Medical Plant XIII, Malang Indonesia May
12 – 13 1998.
l. Aznan Lelo, Abdul Rasyid. Studi Awal Efek Alpina Galanga L
(laos) terhadap Kantong Empedu Manusia. National Seminar
Indonesian Medical Plant XV, Jakarta Indonesia, March 3–4 1999.
m. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. Efek Curcumin terhadap Kontraksi
Kantong Empedu Manusia dengan Pemberian Bersama Makanan
Ataupun Tanpa Makanan. National Seminar Indonesian Medical
Plant XV, Jakarta Indonesia, March 3 – 4 1999.
o. Abdul Rasyid. An Ultrasonography Measurement Used for
Studying of Pharmaco-Dynamic Action of Drugs on Human
Gallbladder. The IXth National Congress on Radiology Bogor, July
13 – 15 2000.
38
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
p. Abdul Rasyid. Pharmacosonography: Gallbladder as a Model.
Kongres Nasional VI Perhimpunan Ultrasonik Kedokteran
Indonesia, Jakarta, November 2 – 4 2000.
q. Abdul Rasyid. CT Scann in Liver Malignancy, Perhimpunan
Dokter Spesialis Radiologi Indonesia. Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan ”Bidang CT Scanning & Kedokteran Nuklir” Bukit
Tinggi, 19 – 20 April 2003.
r. Abdul Rasyid. CT Scann Pancreas, Perhimpunan Dokter Spesialis
Radiologi Indonesia. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ”Bidang
CT Scanning & Kedokteran Nuklir” Bukit Tinggi, 19 – 20 April 2003.
s. Abdul Rasyid. Ovarian Masses Ultrasound and Clinical Approach,
AAR Educational Symposia & Pediatrics – Obgyn Symposia, Asean
Association of Radiology, Persatuan Dokter Spesialis Radiologi
Indonesia, Semarang, 20 – 21 Agustus 2004.
t. Abdul Rasyid. Keganasan Saluran Cerna pada Bidang Radiologi,
Simposium V Keganasan Saluran Cerna Gastro Entero-Hepatologi
Update II, Convention Room Hotel Danau Toba Medan, 17 – 18
September 2004.
u. Abdul Rasyid. Adnexal Masses Ultrasound Approach. Pertemuan
Ilmiah Radiologi Ultrasonografi III Perhimpunan Dokter Spesialis
Radiologi Indonesia, Surabaya, 23 April 2005.
v. Abdul Rasyid. Adnexal Mass with Pelvic Pain. Pertemuan Ilmiah
Tahunan IV Radiologi Ultrasonografi 2006, Bandung 31 Maret–1
April 2006.
w. Abdul Rasyid. Kapan Pemeriksaan Radiologis OA Dilakukan?
Mini–Simposia Nyeri 2006, Medan 8 April 2006.
x. Abdul Rasyid. Radiologi Aspect in Dysphagia Patient. Symposium
dan Workshop Management of Dysphagia, Medan 5 – 6 Agustus
2006.
H.
SEMINAR INTERNASIONAL SEBAGAI PEMBICARA
a. Abdul Rasyid. A case of Hepatocellular Carcinoma of The
Diameter More Than 10 cm, Diagnostic and Treatment. 7th Asian &
Oceanian Congress of Radiology Kuala Lumpur, Malaysia 28th May
to 1st June 1995.
b. Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. The Effect of Curcumin on Contracting Human
Gallbladder after Administered with and Without Meal. Fifth
National Conference on Medical Sciences School of Medical
Sciences University Sains Malaysia Kota Bharu, Kelantan Malaysia,
May 4 – 5 1999.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
39
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
c. Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. The Chronopharmacological Effect of Curcumin on The
Human Gallbladder. 1st Asean Conference on Medical Sciences,
Kota Bharu, Kelantan Malaysia, 18 – 21 May 2001.
d. Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. The Effect of Ovulatory Cycle on The Gallbladder of
Women Administered with and Without Curcumin. 1st Asean
Conference on Medical Sciences, Kota Bharu, Kelantan Malaysia
18 – 21 May 2001.
e Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. An Ultrasonographic Measurement Used for Studying
Agents Acting on Human Gallbladder. IMTGT Scientific Meeting,
Penang, Malaysia, 12 – 16 May 1999.
I.
PUBLIKASI
Nasional
a. Abdul Rasyid. Satu Kasus Karsinoma Hepato Selular Diameter
Lebih dari 10 cm Diagnostik dan Terapi. Majalah Radiologi
Indonesia Thn III No. 1 1994.
b. Rosmita Ginting, Abdul Rasyid. Ultrasonography pada “IUD yang
Hilang”. Majalah Radiologi Indonesia Thn III No. 3 1995.
c. Abdul Rasyid. Deteksi Kelenjar Getah Bening Abnormal Secara
Ultrasonografi. Majalah University of North Sumatra Vol: XXII
No. 1 1996.
d. Abdul Rasyid. Hubungan Besarnya Diameter Ductus Choledochus
dengan Jenis Kelamin, Usia, Berat Badan, dan Tinggi Badan
Seseorang dengan USG. Majalah Radiologi Indonesia Thn IV No. 2
1996.
e. Abdul Rasyid. Pemeriksaan USG pada Kelainan Kelenjar Adrenal.
Majalah Radiologi Indonesia Thn V No. 2 1997.
f. Rosmita Ginting, Abdul Rasyid. Diameter Vena Porta
Dihubungkan dengan Usia dan Jenis Kelamin Menurut USG.
Majalah Radiologi Indonesia Thn V No. 2 1997.
g. Abdul Rasyid. Ultrasonografi Payudara. Majalah Kedokteran
Nusantara. Vol. XXVII No. 4 Desember 1997.
h. Aznan Lelo, Abdul Rasyid, Misra, Rozaimah Zain Hamid. Efek
Kurkumin pada Kandung Empedu Manusia dalam Bentuk Sediaan
Tablet, Kapsul, dan Bubuk. Majalah Kedokteran Universitas
Brawijaya, Malang Indonesia Vol. XIV, No. 3 Desember 1998.
i. Aznan Lelo, Abdul Rasyid, Misra, Rosihan Arbie, Rozaimah Zain Hamid.
Pengkajian Awal Efek Kurkumin pada Kandung Empedu Manusia.
Majalah Kedokteran Nusantara. Vol. XXIX. No. 1 Maret 1999.
40
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
j.
Abdul
Rasyid.
Karsinoma
Nasofaring:
Penatalaksanaan
Radioterapi. Majalah Kedokteran Nusantara Medical Journal of the
University of North Sumatera. Vol. XXXIII No. 1 Maret 2000.
k. Abdul
Rasyid.
Karsinoma
Nasofaring:
Penatalaksanaan
Radiodiagnostik. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 50 No. 8
Agustus 2000.
l. Abdul Rasyid. Temuan Ultrasonografi dan Radiografi Foto Polos
Perut dari 500 Pasien Batu Kandung Empedu. Buletin PDSRI II No.
5 Februari 2001.
m. Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. The Chronopharmacological Effect of Curcumin on
Human Gall-Bladder. Medical Journal of Indonesia. Vol. 10. No. 4,
October – December 2001.
n. Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. Pengaruh Makanan terhadap Efek Kurkumin pada
Kandung Empedu Manusia. Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 52
No. 3 Maret 2002.
o. Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. Efek Kurkumin pada Kandung Empedu Manusia:
Perbandingan Antara Dosis Tunggal dan Dosis Berulang. Majalah
Kedokteran Indonesia Vol. 52 No. 4 April 2002.
p. Abdul Rasyid. Temuan Ultrasonografi Kanker Hati Hepato Selular
(Hepatoma). The Journal of Medical School University of Sumatera
Utara. Vol. 39 No. 2, Juni 2006.
Internasional
a. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. An Ultrasonographic Measurement
Used for Studying Agents Acting on Human Gallbladder. Asian
Oceanian Journal of Radiology, Vol. 3 No. 2 Oct – Dec 1998.
b. Abdul Rasyid, Aznan Lelo. The Effect of Curcumin and Placebo on
Human Gallbladder Function: an ultrasound study. Aliment
Pharmacol Ther 1999; 13.
c. Marwali Harahap, Abdul Rasyid. Treatment of Non-melanoma
Skin Cancer. Medical Progress. Vol. 27 No. 11 November 2000.
d. Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. Variation of human gallbladder froms: The need for
pharmaco-sonography studies. Asian Oceanian Journal of
Radiology, Vol. 5 No. 4 October–December 2000.
e. Abdul Rasyid, Abdul Rasyid Abdul Rahman, Kamaruddin Jaalam,
Aznan Lelo. Effect of Different Curcumin Dosages on Human
Gallbladder. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 11 (4)
January 2002.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
41
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Universitas Sumatera Utara
J.
MENGHADIRI PERTEMUAN ILMIAH
a. Simposium “Acid Related Disease Update 1993”, Medan.
b. Simposium “Scientific Approach in The Management of
Osteoporosis, Medan 02 November 1994.
c. Kursus USG Tingkat Madya Pra-Kongres Nasional V PUSKI, Jakarta
7 – 10 November 1994.
d. Simposium Perkembangan Baru Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus, Medan 5 Desember 1994.
e. Simposium Pengenalan M.R.I. dan Aplikasi Kliniknya, Uniplaza
Convention Center Medan 25 Maret 1995.
f. Kongres Nasional Perhimpunan Nefrologi Indonesia 1995, Medan
14 September 1995.
g. Pertemuan Ilmiah “The Role of Famvir in Management of Zoster
Herpes”, Medan 26 Juli 1996.
h. Temu Ilmiah: Penatalaksanaan Perdarahan Subarahnoid pada
Trauma Kapitis, Medan 29 Oktober 1996.
i. Simposium Penanggulangan Infeksi Saluran Napas Terkini, Medan
30 Augustus 1997.
j. 2nd Simposium New Approaches in Critical Care Management,
Medan 30 Augutus 1997.
k. Seminar “Upaya Pencegahan Bahaya Hipertensi, Gagal Ginjal,
Penyakit Jantung Koroner, dan Stroke”, Medan 21 Augustus 1999.
l. Kongres Nasional IX Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
(PGI) Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI)
dan Pertemuan Ilmiah X Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia
(PPHI), Jakarta 25 – 28 November 1999.
m. Simposium Sehari “Acute Coronary Syndrome and Acute Ischemic
Brain Injury from Basic Science to Clinical Outcome” Medan,
4 Maret 2000.
n. Simposium “Breakthrough Treatment of Rheumatic Diseases at
the New Millenium”, Medan 25 Maret 2000.
o. Indonesian Radiological Society. The IXth National Congress on
Radiology Bogor, July 13 – 15, 2000.
p. Pertemuan Ilmiah Tahunan III. New Approach in Internal Medicine
Year 2002, Medan 7 – 9 Maret 2002.
q. The 11th Congress of Asean Association of Radiology, Bali 5 – 7
September 2002.
r. Pertemuan Ilmiah Nasional Pain Update, Surabaya, 19 – 20 Juni
2004.
s. AAR Educational Symposia & Pediatrics–Obgyn Symposia, Asean
Association of Radiology, Persatuan Dokter Spesialis Radiologi
Indonesia, Semarang 20 – 21 Agustus 2004.
42
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
Pentingnya Peranan Radiologi dalam Deteksi Dini dan Pengobatan Kanker Hati Primer
t. Simposium V Keganasan Saluran Cerna Gastro Entero-Hepatologi
Update II, Convention Room Hotel Danau Toba Medan 17 – 18
September 2004.
u. Pertemuan Ilmiah Radiologi Ultrasonografi III Perhimpunan Dokter
Spesialis Radiologi Indonesia, Surabaya, 23 April 2005.
v. Pertemuan Ilmiah Tahunan IV Radiologi Ultrasonografi 2006,
Bandung 31 Maret–1 April 2006.
w. Mini–Simposia Nyeri 2006, Medan 8 April 2006.
x. Symposium dan Workshop Management of Dysphagia, Medan 5 –
6 Agustus 2006.
K.
PENGHARGAAN
a. Perhargaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 20 Oktober 1999
Alimentary Pharmacology & Therapeutics: The effect of curcumin
and placebo on human Gallbladder function: an ultrasound study.
b. Penghargaan Sudjono Djuned Pusponegoro 11 September
2003 Kelompok Artikel Penelitian: Pengaruh Makanan terhadap
Efek Kurkumin pada Kandung Empedu Manusia.
Abdul Rasyid: Pentingnya Peranan Radiologi Dalam Deteksi Dini Dan Pengobatan Kanker Hati Primer, 2006.
USU e-Repository © 2008
43
Download