Muhammad Istiqlal, M.Pd. Sebagai seorang guru, setiap tahun anda akan bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak baru di kelas anda. Semakin banyak anda mempelajari perkembangan anak, semakin banyak pemahaman anda tentang cara yang tepat untuk mengajari mereka. Setiap anak sebagian berkembang sebagaimana anak-anak lainnya, dan sebagian berkembang dengan cara yang berbeda dengan anak lain. Perkembangan adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional yang dimulai sejak lahir dan terus berlanjut di sepanjang hayat. Kebanyakan perkembangan adalah pertumbuhan, meskipun pada akhirnya ia mengalami penurunan. Pendidikan harus sesuai dengan perkembangan ini. Artinya, pengajaran untuk anak-anak harus dilakukan pada tingkat yang tidak terlalu sulit dan terlalu menegangkan atau terlalu mudah dan menjemukan. Memahami perkembangan anak membantu anda untuk memahami seperti apakah level yang optimal untuk pengajaran dan pembelajaran Anda. Misalnya, adalah keliru jika anda mendesak murid untuk membaca padahal mereka belum siap untuk itu dari sudut perkembangan; tetapi jika mereka sudah siap, membaca materi mata pelajaran harus diberikan pada level yang pas. Pola perkembangan anak adalah pola yang kompleks karena merupakan hasi dari beberapa proses: proses biologis, kognitif, dan sosioemosional. Perkembangan juga bisa dideskripsikan berdasarkan periodenya. Proses Biologis adalah perubahan dalam tubuh anak. Warisan genetic memainkan peran penting. Proses biologis melandasi perkembangan otak, berat dan tinggi badan, perubahan dalam kemampuan bergerka, dan perubahan hormonal di masa puber. Proses Kognitif adalah perubahan dalam pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif merupakan kemampuan anak untuk mengingat puisi, membayangkan bagaimana cara memecahkan soal matematika, menyusun strategi kreatif, atau menghubungkan kalimat menjadi pembicaraan yang bermakna. Perkembangan sosioemosional adalah perubahan dalam hubungan anak dengan orang lain, perubahan dalam emosi, dan perubahan dalam kepribadian. Pengasuhan anak, perkelahian anak, perkembangan ketegasan anak perempuan, dan perasaan gembira remaja saat mendapatkan nilai yang baik semuanya itu mencerminkan proses perkembangan sosioemosional. Dalam sistem klasifikasi yang paling banyak dipakai, periode perkembangan meliputi periode infancy (bayi), early childhood (usia balita), middle dan late childhood (periode sekolah dasar), adolescence (masa remaja), early adulthood, middle adulthood, dan late adulthood. Infancy adalah periode dari kelahiran sampai usia dua puluh empat bulan. Ini adalah masa ketika anak sangat tergantung kepada orang tuanya. Banyak aktivitasnya, seperti perkembangan bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan pembelajaran sosial, baru dimulai. Early childhood (kadang dinamakan usia “prasekolah”) adalah periode dari akhir masa bayi sampai umur lima atau enam tahun. Selama periode ini, anak menjadi makin mandiri, siap untuk bersekolah (seperti mulai belajar untuk mengikuti perintah danmengidentifikasikan huruf), dan banyak menghabiskan waktu bersama teman. Selepas taman kanak-kanak biasanya dianggap sebagai batas berakhirnya periode ini. Middle dan late childhood (terkadang disebut “masa sekolah dasar”) dimuylai dari usia enam sampai sebelas tahun. Anak mulai menguasai keahlian membaca, menulis, dan menghitung. Prestasi menjadi tema utama dari kehidupan anak dan mereka semakin mampu mengendalikan diri. Dalam periode ini, mereka berinteraksi dengan dunia sosial yang lebih luas di luar keluarganya. Adolescence (remaja) adalah transisi dari masa anak-anak ke usia dewasa. Periode ini dimulai sekitar usia sepuluh atau dua belas tahun sampai ke usia delapan belas atau dua puluh tahun. Remaja mulai mengalami perubahan fisik yang cepat, termasuk bertambah tinggi dan berat bdan, dan perkembangan fungsi seksual. Di masa ini, individu semakin ingin bebas dan mencari jati diri (identitas diri). Pemikiran mereka menjadi semakin abstrak, logis, dan idealistis. Early adulthood dimulai di akhir usia remaja atau awal usia 20an sampai ke usia 30-an. Ini adalah masa ketika kerja dan cinta menjadi tema utama dalam kehidupan mereka. Individu mulai menetukan karir dan biasaya mencari pasangan intim untuk pacaran atau bahkan untuk membangun rumah tangga atau perkawinan. Periode perkembangan lainnya adalah masa dewasa (adult), tetapi kita mebatasi pembahasan kita hanya pada perodiede yang paling relevan bagi pendidikan anak. Penyair Amerika abad ke-20 Marianne Moore mengatakn bahwa pikiran adalah (sesuatu yang bernyanyi”. Bagaimana cara pikiran ini berkembangan telah menarik perhatian banyak psikolog. Kita akan membahas terlebih dahulu mengenai perkembangan otak dan kemudian berlaih membahas teori perkembangan kognitif. Darah dan sel otak. Jumlah dan ukuran sara otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja. Beberapa penambahan ukutan otak juga disebabkan oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat-sekat. Ini menambah kecepatan arus informasi dalam sistem saraf. Myelination dalam daerah otak yang berhubungan dengan koordinasi mata-tangan belum lengkap sampai usia empat tahun. Myelination dalam area otak yang penting dalam memfokuskan perhatian belum lengkap sampai akhir usia sekolah dasar. Bagi pengajaran, hal ini berimplikasi bahwa anak-anak di usia balita akan sulit mefokuskan perhatian dan mempertahankan perhatian dalam jangka waktu yang lama, tetapi perhatian mereka akan semakin kuat saat mereka memasuki usia sekolah dasar. Lateralisasi adalah spesifikasi fungsi dalam satu bagian otak atau satu bagian lainnya. Dalam individu dengan otak yang utuh, ada spesialisasi fungsi di beberapa area: 1. Pemrosesan vebal. Riset paling ekstensif terhadap dua belahan otak adalah pada aspek bahas. Dalam kebanyakn indvidu, ucapan dan tata bahasa berada di belahan kiri otak. Akan tetapi, ini bukan berarti bahwa semua pemrosesan bahasa dilakukan di belahan kiri. Misalnya, pemahaman aspek bahasa seperti penggunaan bahasa yang tepat dalam konteks yang berbeda-beda, metafora, dan humor, juga melibatkan belahan otak kana. 2. Pemrosesan nonverbal. Belahan kanan biasanya lebih dominan dalam pemrosesan informasi nonverbal, seperti persepsi ruang (spasial), pengenalan visual, dan emosi. Misalnya, bagi kebanyakan orang, belahan otak kanan bekerja terutama saat mereka memproses informasi tentang wajah seseorang. Otak belahan kanan mungkin juga aktif saat orang mengekspresikan emosi dan saat mereka mengenali emosi orang lain. Ada banyak klaim tentang bagaimana pendidikan anak harus didasarkan pada kemampuan otak. Beberpa jurnalis menegaskan bahwa pendidik harus menengok pada ilmu saraf untuk menjawab pertanyaan seperti bagaiman cara terbaik mengajar anak berdasarkan pertumbuhan dan perkembangan otak. Namun, pernyataan tegas tentang implikasi ilmu otak untuk pendidikan anak adalah pernyataan yang spekulatif dan sering kali berbeda dari apa yang diketahui ilmuwan tentang otak. Kita cukup melihat pernyataan berlebihan tentang otak kiri yang logis dan otak kana yang kreatif untuk melihat di mana terdapat kesalahan dalam upaya mengaitkan antara ilmu saraf dengan pendidikan otak. Pernyataan lain yang berasal dari pandangan tentang kaitan antara ilmu saraf dan pendidikan otak menyatakan bahwa ada periode kritis atau periode sensitif ketika pembelajaran menjadi mudah, efektif dan gampang dicapai. Meski otak anak-anak medapatkan banyak informasi pada tahuntahun awal, sebagian besar proses belajar terjadi setelah formasi synaptic menjadi stabil, yakni setelah usia sepuluh tahun. Tahap sensorimotor. Tahap ini berlangsung sejak kelahiran sampai sekita usia dua tahun. Dalam tahp ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indera (sensory) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motor (otot) mereka (menggapai, menyentuh) – dan karenanya diistilahkan sebagai sensorimotor. Pencapaian kognitif di usia bayi adalah object permanence. Ini berarti pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis bahkan ketika objek dan kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Pencapaian kedua adalah realisasi bertahap bahwa ada perbedaan atau batas antara diri dan lingkungan sekitar. Bayangkan seperti apa pikiran anda jika anda tidak dapat membedakan antara diri anda dengan lingkungan anda. Pemikiran anda akan kacau, tidak beraturan, da tak bisa diprediksi. Menurut Piaget, seperti inilah kehidupan mental dalam bayi yang baru saja lahir. Jabang bayi tidak dapat mebedakan antara dirinya dan duniayanya dan tidak punya pemahaman tentang kepermanenan objek. Menjelang akhir periode sensorimotor, anak bisa membedakan antara dirinya dan dunia di sekitarnya danmenyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu. Tahap pra-operasional. Tahap ini berlangsung kurang lebih mulai dari usia dua tahun sampai tujuh tahun. Ini adalah tahap pemikiran yang lebih simbolis ketimbang pada tahap sensorimotor tetapi tidak melibatkan pemikiran operasional. Namun, tahap ini lebih bersifat egosentris (tidak mampu membedakan persepktif diri sendir dengan perspekti orang lain) dan intuitif ketimbang logis. Pemikiran pra-operasioanl bisa dibagi lagi menjadi dua subtahap: Subtahap fungsi simbolis terjadi kira-kira antara usia dua sampi empat tahun. Dalam subtahap ini, anak kecil secara mental mulai bisa merepresentasikan objek yang tak hadir. Ini memperluas dunia mental anak hingga mencakup dimesi-dimensi baru. Subtahap pemikiran intuitif. Pada subtahap ini anak mulai menggunakan penalaran prmitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Piaget menyebut tahap ini sebagai “intuitif” karena anak-anak tampaknya merasa yakin terhadap pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui apaapa yang ingin mereka ketahui. Artinya, mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Misalnya, orang dewasa tahu bahwa volume air akan sama meskipun tempatnya dipindah namun anakanak pada tahap ini mengatakan bahwa volume airnya bertambah atau berkurang dari sebelumnya. Tahap operasional konkrit. Ini adalah tahap perkembanagan kognitif ketiga, dimulai dari sekitar umur tujuh tahun sampai sekitar sebelas tahun. Pemikiran operasional konkret mecakup penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam situasi konkrit. Kemampuan menggolonggolongkan sudah ada, tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret adalah tindakan mental yang bisa dibalikkan yang dikaitkan dengan objek konkret nyata. Tahap operasional formal. Tahap ini, yang muncul pada usia sebelas sampai lima belas tahun. Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Asumsi Vigotsky 1. keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental 2. kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa, dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental 3. kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosikultural Pendekatan Developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan transformasinya dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya. Klaim kedua, yakni untuk memahami fungsi kognitif kita harus memeriksa alat yang memperantarai dan membentuknya, membuat Vygotsky percaya bahwa bahasa adalah alat yang paling penting Klaim ketiga menyatakan bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kultur Zone of Proximal Developent Serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Scaffolding Sebuah teknik untuk mengubah level dukungan.