Majalah Kesehatan PharmaMedika, Vol,, No, Artikel Penelitian Studi Retrospektif Lupus Eritematosus di Subdivisi Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode Friska Jifanti, Alwi Mappiasse Abstrak . Bagian/SMFIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Jl.Perintis Kemerdekaan Km., Tamalanrea, Makassar Correspondence Dr.Friska Jifanti, Bagian/SMFIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Jl.Perintis Kemerdekaan Km., Tamalanrea, Makassar Lupus eritematosus LE adalah penyakit jaringan konektif yang ditandai dengan adanya auto antibodi melawan beberapa sel autoimun. Kelainan kulit merupakan manifestasi klinis yang paling umum setelah artritis dan belum pernah ada laporan atau publikasi mengenai studi retrospektif LE di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum penyakit LE yang meliputi distribusi kasus baru, kelompok usia, jenis kelamin, tipe LE , kelainan yang ditemukan berdasarkan kriteria ARA, dan data pemeriksaan penunjang. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan mengambil datadata dari rekam medik penderita baru lupus eritematosus di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama tahun, mulai Juni Mei . Dalam kurun waktu mulai diperoleh data jumlah kunjungan baru LE sebanyak kasus. Pada studi ini tahun ditemukan pasien , yang merupakan kasus LE terbanyak. Terdapat kunjungan terbanyak pada pasien wanita yaitu kasus dibandingkan pasien lakilaki sebanyak kasus . Berdasarkan kelompok umur, penderita baru LE paling banyak berada dikelompok usia tahun . Berdasarkan tipe LE, yang terbanyak adalah tipe lupus eritemasosus diskoid LED yaitu sebanyak pasien ,. Berdasarkan kelainan yang ditemukan dengan menggunakan kriteria ARA American Rheumatism Association yang paling banyak adalah eritema fasial sebanyak pasien ,. Berdasarkan data pemeriksaan laboratorium, didapatkan pemeriksaan laju endap darah merupakan pemeriksaan terbanyak yang mengalami peningkatan yaitu sebanyak pasien , dan hanya pasien , yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. Disimpulkan bahwa kasus LE terbanyak ditemukan tahun dengan jenis LED dan berdasarkan kriteria ARA paling banyak dijumpai adalah eritema fasial. Keywords Lupus eritematosus diskoid, sistemik lupus eritematosus Pengantar Lupus eritematosus LE adalah suatu penyakit autoimun yang menyerang jaringan penyangga connective tissue disease dimana penyakit ini dapat mengenai berbagai sistem organ dengan manifestasi klinis dan prognosis yang bervariasi. Kelainan kulit merupakan manifestasi klinis LE yang paling umum setelah arthritis Nurjanti et al., . Insawang dan Kulthanan, Kole dan Ghosh,. Penyakit lupus dapat ditemukan pada semua kelompok usia dimana banyak mengenai usia produktif yaitu antara usia sampai tahun dengan prevalensi sampai dalam . penduduk pada suku AfroKaribia. Di Eropa Utara, prevalensi penyakit lupus berkisar kasus per . penduduk dan kasus per . penduduk ditemukan pada orang dengan kulit hitam. Meskipun penyakit ini merupakan penyakit autoimun, akan tetapi terdapat peran eksogen misalnya lingkungan ultraviolet, hormon maupun faktor endogen seperti faktor genetic Insawang dan Kulthanan, Panjwani, . James N. Gilliam membedakan LE berdasarkan onset, klinis, morfologis dan pemeriksaan imunofluoresens menjadi tipe utama yaitu LE nonspesifik dan LE spesifik kutan , dimana pada LE nonspesifik kutan sering kali berhubungan dengan sistemik lupus eritematosus SLE yang melibatkan multipel oragan dan vaskular. Sedangkan LE spesifik kutan dibagi menjadi tiga subtipe yaitu akut kutaneus lupus eritematosus ACLE, subakut kutaneus lupus eritematosus SCLE, dan kronik kutaneus lupus eritematosus CCLE Kole dan Ghosh, Costner dan Sontheimer, Walling dan Sontheimer, Simon, Wolf dan Johnson, . Akut kutaneus LE lebih banyak ditemukan pada perempuan dari pada lakilaki . Sekitar penderita ACLE juga menderita SLE. Subakut kutaneus LE memiliki gejala ekstra kutan terbanyak adalah artritis dan mialgia dengan angka rekurensi sekitar dan dapat berkembang menjadi SLE ringan. Diskoid LE DLE merupakan salah satu varian dari CCLE dan dalam perjalanan penyakitnya dapat berkembang menjadi SLE pada kurang dari pasien Insawang dan Kulthanan, Simon, . Artikel Penelitian Majalah Kesehatan PharmaMedika, Vol,, No, American Rheumatology Association ARA mengeluarkan kriteria untuk menegakkan diagnosis SLE. Diagnosis ditegakkan bila terdapat atau lebih dari kriteria. Kelainan kulit yang termasuk dalam kriteria ARA ialah malar rash/butterfly rash, lesi diskoid, ulkus di mulut dan rinofaring, sikatrik hipotrofik, peningkatan fotosensitivitas, artritis, serositis, kelainan ginjal, kelainan darah, serta adanya gangguan imunologik Wolf dan Johnson, Franciscus, . Tujuan penelitian retrospektif ini adalah untuk mengetahui gambaran umum penyakit LE di Subdivisi AlergiImunologi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode yang meliputi distribusi kasus baru, kelompok usia , jenis kelamin, tipe LE, kelainan yang ditemukan dengan kriteria ARA, serta data laboratorium. Cara Kerja Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan mengambil datadata dari rekam medik penderita baru LE di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama tahun, mulai Juni Mei . Hasil Jumlah kunjungan baru LE ditemukan kasus. Dengan kunjungan pada tahun sebanyak pasien ,, sebanyak pasien , tahun dan sebanyak pasien masingmasing ,, tahun sebanyak pasien , yang merupakan kasus LE terbanyak, dan pada tahun sebanyak pasien ,. gambar . total Garfik . Distribusi kasus baru LE di Subdivisi Alergi Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP.Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar Selama perode tahun, Juni Mei Terdapat dominasi kunjungan pada pasien wanita yaitu sebanyak kasus dibandingkan pasien lakilaki hanya kasus Gambar Grafik . Prevalensi penderita LE berdasarkan jenis kelamin Berdasarkan kelompok usia, penderita baru LE paling banyak berada dikelompok usia tahun dengan usia termuda tahun dan usia tertua tahun. tabel . Tabel . Distribusi penderita LE berdasarkan kelompok usia Kelompok Umur tahun Jumlah Pasien Persentase Jumlah pasien Berdasarkan tipe LE, ditemukan DLE sebanyak pasien , dan SLE sebanyak pasien ,. tabel . Tabel . Distribusi penderita LE berdasarkan tipe LE Tipe LE Jumlah Pasien Presentase , , DLE SLE Majalah Kesehatan PharmaMedika, Vol,, No, Artikel Penelitian Berdasarkan kelainan yang ditemukan dengan kriteria ARA American Rheumatism Association yang paling banyak adalah eritema fasial sebanyak pasien ,, kelainan kedua terbanyak adalah artritis sebanyak pasien ,. tabel . Tabel . Distribusi penderita LE berdasarkan kelainan yang ditemukan dengan kriteria ARA Tabel . Distribusi penderita LE berdasarkan data laboratorium Pemeriksaan Laboratorium Laju endap darah Fungsi hati SGPT/SGOT Fungsi ginjal ureum/kreatinin ANA test Sel LE Reumatoid faktor RF Urin rutin sel epitel, eritrosit, proteinuria Darah rutin Histopatologi Jumlah Persentase , , , , , , , , Kelainan yang ditemukan Eritema fasial Lesi diskoid Sikatrik hipotrofik Fotosensitif Ulkus mulut amp rinofaring Artritis Serositis pleuritis, perikarditis Kelainan ginjal proteinuria Kelainan neurologic psikosis Kelainan darah Gangguan imunologik Sel LE, ANA Jumlah Persentase ,,,,, Diskusi Lupus eritematosus LE adalah suatu penyakit autoimun inflamasi kronis yang memiliki spektrum yang luas berdasarkan manifestasi klinis dan perjalanan penyakitnya yang bervarias Gill et al., Kuhn et al., Amero et al.,. Etiologi dan mekanisme patogenesis yang berperan pada LE belum dapat dipahami secara pasti. Patogenesis LE kutan tampaknya tumpang tindih dengan patogenesis SLE, dimana interaksi antara faktorfaktor host genetik, hormonal dan faktorfaktor lingkungan radiasi ultraviolet, virus, obatobatan mengarah pada hilangnya toleransi, dan menginduksi suatu autoimunitas. Diikuti dengan aktivasi dan ekspansi sistem imun dan akibatnya terjadi kerusakan jaringan akibat respon imun dan ekspresi klinis penyakit Rahman dan Isenberg, Simon, Yuriawantini dan Suryana,. Pada studi ini, kunjungan kasus baru adalah sebanyak kasus dengan kunjungan terbanyak pada tahun yaitu sebanyak pasien , yang merupakan kasus LE terbanyak. Jumlah kasus yang tidak banyak ini dikarenakan kemungkinan pasien datang dengan keluhan artritis dimana gejala ini termasuk yang paling sering ditemukan sehingga pasien langsung datang ke bagian penyakit dalam. Kemungkinan lain adalah penderita enggan berobat ke Rumah Sakit besar dan cenderung memilih berobat ke fasilitas pengobatan lain. Distribusi menurut jenis kelamin pada studi ini didominasi oleh wanita yaitu dibandingkan pasien lakilaki yang hanya . Berdasarkan kelompok usia, penderita baru paling banyak berada dikelompok usia tahun dengan usia termuda tahun dan usia tertua tahun. , , ,, Berdasarkan data laboratorium, didapatkan pemeriksaan laju endap darah merupakan pemeriksaan terbanyak yang mengalami peningkatan yaitu sebanyak pasien , dan fungsi hati merupakan pemeriksaan kedua terbanyak yang mengalami peningkatan yaitu sebanyak pasien , dan hanya pasien , yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. tabel . Artikel Penelitian Majalah Kesehatan PharmaMedika, Vol,, No, Hal tersebut sesuai dengan penelitian Komalig FM, dkk yang melaporkan bahwa wanita SLE di Jakarta tahun sebesar ,, dan kelompok umur terbanyak di usia subur tahun ,. Hal ini dimungkinkan kerena pada pasien lupus terjadi peningkatan hormon estrogen kali lipat dibandingkan dengan pasien yang sehat. Faktor jenis kelamin dan usia merupakan faktor host yang berperan dalam patogenesis lupus eritematosus, selain itu keterpaparan lingkungan seperti obatobatan, virus, sinar UV yang turut berperan. Diketahui bahwa wanita memiliki predisposisi SLE jauh lebih banyak daripada pria dikarenakan memiliki kromosom X. Onset penyakit yang jarang diderita oleh perempuan prepubertas dan menopouse, mendukung keterlibatan hormon seks terhadap patogenesisnya Rahman dan Isenberg,. Pada studi ini, berdasarkan penelesuran dari rekam medik yang dilakukan hanya didapatkan dua diagnosis terhadap penyakit LE yaitu DLE dan SLE. Ditemukan DLE sebanyak , dan SLE sebanyak ,, dari kasus yang ditemukan hanya kasus , yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. Dikepustakaan disebutkan bahwa didapatkan persamaan pada kelompok penyakit ini dengan penyakit lainnya dan perubahan pada kulit merupakan gambaran yang paling menonjol pada semua penyakit jaringan konektif, sehingga pemeriksaan histopatologi kulit sangat penting dalam membantu membedakan dan menegakkan diagnosis Nurjanti et al., Komalig et al, . Lupus eritematosus diskoid mengenai kulit tanpa atau dengan keterlibatan sistemik yang minimal. Karakteristik lesi ditandai dengan eritem, plak berskuama yang meluas secara sentifugal, permukaan plak menebal Williams, . Bila menyembuh dapat dengan pembentukan skar, atrofi, dan pigmentasi. Lesi terdapat pada area yang terpapar sinar matahari dan banyak ditemukan adanya gejala fotosensitivitas. DLE merupakan lesi yang kronis dan dapat terjadi remisi dan relaps, serta dapat berkembang menjadi SLE Nurjanti et al., Panjwani, Simon, . Lupus eritematosus sistemik ditandai oleh produksi antibodi terhadap komponen inti sel yang berhubungan dengan manifestasi klinis yang luas yang terjadi terutama pada usia reproduksi dan melibatkan mulipel organ dan dapat menyebabkan kematian. Kulit merupakan organ kedua terbanyak yang terkena setelah artritis. Pada kasus dapat melibatkan kulit dan membran mukosa. Gambaran klinis SLE sangat beraneka ragam, sehingga lebih merupakan kumpulan sindrom daripada gambaran klinik penyakit yang khas. Diagnosis SLE ditegakkan bila memenuhi dari kriteria yang dikeluarkan American College of Rheumatology. Kriteria yang termasuk yaitu malar rash, diskoid rash, fotosensitif, ulkus di mulut, artritis, serositis, kelainan ginjal, kelainan neurologis, kelainan hematologi, kelainan imunologi dan antibodi antinuklear Simon, . Berdasarkan data laboratorium pada studi ini, didapatkan pemeriksaan laju endap darah merupakan pemeriksaan terbanyak yang mengalami peningkatan yaitu , dan fungsi hati merupakan pemeriksaan kedua terbanyak yang mengalami peningkatan yaitu sebanyak , dan hanya pasien , yang dilakukan pemeriksaan histopatologi. Dikepustakaan dikatakan pemeriksaan laboratorium untuk ACLE berhubungan dengan SLE, karena terdapat hubungan erat antara ACLE dan SLE. Pemeriksaan darah dan urine rutin, serologis, histopatologi dan imunohistologi dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. Pada kepustakaan disebutkan penderita SLE membentuk autoantibodi, dimana autoantibodi mempunyai spesifitas terhadap eritrosit, trombosit dan limfosit yang berturutturut dapat menyebabkan gejala anemia, trombositopenia dan limfopenia Nurjanti et al.,. Berdasarkan kelainan yang ditemukan dengan kriteria ARA yang paling banyak adalah kelainan pada kulit yaitu eritema fasial ,, kelainan kedua terbanyak adalah artritis , hal ini sesuai dengan penelitian Kole dan Ghosh . Berbeda dengan kepustakaan lain, kulit merupakan organ kedua terbanyak yang terkena setelah artritis. Pada kasus dapat melibatkan kulit dan membran mukosa. Pada penelitian ini, tidak semua pasien dilakukan pemeriksaan ANA test, dimana hanya kasus , yang dilakukan pemeriksaan ini. Pada kepustakaan pemeriksaan ANA positif ditemukan pada penderita SLE, ANA memiliki sensitifitas sangat tinggi namun spesifitas rendah karena dapat ditemukan positif pada penyakit jaringan konektif lainnya. Pemeriksaan ANA yang negatif kemungkinan untuk terjadinya SLE sangat kecil dan hanya terdapat pada kasus SLE Yuriawantini dan Suryana, . Simpulan Dari studi ini disimpulkan bahwa kasus LE terbanyak ditemukan tahun dengan jenis LED dan berdasarkan kriteria ARA paling banyak dijumpai adalah eritema fasial. Daftar Pustaka Amerio P, Innocente C, Feliciani C.. Druginduced cutaneous lupus erythematosus after years of treatment with carbamazepine. Eur J Dermatol , Costner M dan Sontheimer R. .Lupus erythematosus. In Wolf K, Goldsmith L, editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. ed. New York McGrawHill p. . Majalah Kesehatan PharmaMedika, Vol,, No, Artikel Penelitian Eapen B, Salim T. . Clinical presentation and treatment outcome in systemic lupus erythematosus. Indian J Dermatol. . Franciscus A.. HCV Extrahepatic ManifestationsSystemic Lupus Erythematosus. cited Available from www.hcvadvocate.org Gill JM, Quisel AD, Rocca P. . Diagnosis of Systemic Lupus Erythematosus. Am J Fam Physician . Insawang M dan Kulthanan K... Discoid lupus erythematosus Description of cases and review of their natural history and clinical course. J of Clinic Immunol and Immunopathol, . Kole A dan Ghosh A. . Cutaneous manifestation of systemic lupus erythematosus in a tertiary refferak centre. Indian J Dermatol.. Komalig FM, Hananto M, Sukana B, Pardosi J.. Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan resiko penyakit lupus eritematosus sistemik. Jurnal Ekologi Kesehatan . Kuhn A, Lehmann P, Ruzicka T.. Classificationof Cutaneous Lupus Erythematosus. In Kuhn A, Lehmann P, Ruzicka T, editors. Cutaneus lupus erythematosus. Germany p. . Nurjanti L, Setyaningsih T, Murtiastutik D. Chronic discoid lupus erythematosus. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit amp Kelamin. . Panjwani S.,. Early Diagnosis and Treatment of Discoid Lupus Erythematosus. J Am Board Fam Med,. Rahman dan Isenberg DA. ,. Mechanisms of Disease Systemic Lupus Erythematosus. N Engl J Med . . Simon JC.. Clinical manifestations of cutaneous lupus erythematosus. Germany J Dermatol ,. Walling H dan Sontheimer R. . Cutaneous Lupus Erythematosus Issues in Diagnosis and Treatment. Am J Clin Dermatol , . Williams D. . Chronic Cutaneous Discoid Lupus Erythematosus. J Insur Med, . Wolf K dan Johnson R.. Lupus erythematosus. In Wolf K, Johnson R, editors. Fitzpatricks colour atlas amp synopsis of clinical dermatology. th ed. New York McGrawHill. p. . Yuriawantini dan Suryana K.. Aspek imunologi SLE. J Peny Dalam. .