DASAR-DASAR TEORI LINGUISTIK MATERI KULIAH SEMESTER IV (2011~2012) Upik Rafida, M. Hum NIP 19570608199802201 UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI SASTRA RUSIA 2012 PENGANTAR • Teori Kebahasaan (Parera, 1991) • Teori/Aliran Linguistik (Soeparno, 2002) • Teori dan Madhab Linguistik (Alwasilah, 1993) • Linguistik dari Segi Sejarah (Pateda, 1994 ) • Sejarah dan Aliran Linguistik (Chaer, 1994) DASAR-DASAR TEORI LINGUISTIK LINGUISTIK Linguistik: Memberi pemahaman mengenai HAKIKAT dan SELUK BELUK BAHASA sebagai alat KOMUNIKASI manusia STUDI BAHASA secara ilmiah (Parera, 1991: 3-4) sebagai satu ilmu menyumberkan pengetahuan tentang bahasa pada rasio dan pengalaman lewat pancaindera kebahasaan Ilmu yang mempelajari, menganalisis, dan meneliti BAHASA sebagai OBJEKnya berdasarkan struktur bahasa tersebut; bahasa merupakan bagian kebudayaan (Parera, 1991: 18-19) Sebagai PENGKAJIAN ILMIAH/studi bahasa secara ilmiah melalui pengamatanpengamatan yang teratur dan secara empiris dapat dibuktikan benar/tidaknya yang mengacu kepada suatu teori umum tentang struktur bahasa (Lyons dalam Soetikno, 1995: 1) DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 2 Studi linguistik harus dapat menelaah dan menganalisis ciri-ciri universal (kesemestaan bahasa) dan ciri-ciri spesifik/khusus bahasa sebagai satu gejala alamiah dan manusiawi (Parera, 1991: 8). Tiga tahapan perkembangan/penelitian studi linguistik (Chaer, 1994: 332): Tahap PERTAMA/tahap SPEKULASI; Pernyataan tentang bahasa bukan berdasarkan data empiris/spekulatif dongeng/cerita rekaan belaka (misal: pernyataan Kemke, filolog Swedia abad ke-17: Nabi Adam dulu di surga berbicara dalam bahasa Denmark atau pendapat suku Dayak Iban: manusia tadinya hanya mempunyai satu bahasa, karena mereka mabuk cendawan menjadi berbicara dalam berbagai bahasa) Tahap KEDUA/tahap OBSERVASI dan KLASIFIKASI; Pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki; belum sampai pada perumusan teori belum dapat dikatakan sebagai pekerjaan ilmiah Tahap KETIGA/PERUMUSAN TEORI Penyelidikan; bersifat ilmiah: diteliti (diamati dan diklasifikasi) dibuat teori. Perkembangan selanjutnya muncul berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan. TEORI HIPOTESA: DALIL-DALIL yang didukung oleh FAKTA-FAKTA sebagai dugaan kuat; sudah dibuktikan kebenarannya TEORI; TEORI: satu SISTEM dari hipotesa yang melukiskan hubungan antara fakta-fakta; CARA: untuk MENGETAHUI objek tertentu TERORGANISIR: memungkinkan untuk MENELUSURI semua objek yang diamati UMUM: alat untuk MENGERTI objek yang sudah diamati atau teralami DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 3 SENJATA: MENGHADAPI kejadian yang sudah lewat, kejadian apapun Sistem DEDUKTIF; dapat digunakan untuk MEMPERKIRAKAN kemungkinan yang muncul dari PREMIS-premisnya, premis ditarik dari kesemestaan yang paling UMUM yang mampu memenuhi kondisi-kondisi penerapannya pada sejumlah besar DATA EMPIRIS TEORI BAHASA; rasional: asumsi hipotesis (data diuji; pemikiran dan empiris); konsepkonsep rasional tentang bahasa fakta bahasa diuji kebenaran ilmiahnya konsep sesuai dengan fakta bahasa kebenaran ilmiah teori; deduktif (Parera, 1991: 4) OBJEK: teks UJARAN dan TULISAN. Tujuan: menyusun METODE PROSEDURAL, dengan metode ini satu teks tertentu bisa dipahami dengan DESKRIPSI yang AJEG dan MENYELURUH; Diharapkan teori linguistik ini dapat MENJAMIN untuk teks lain dalam kondisi yang sama untuk teks yang dimaksud Lebih jauh teori ini mampu MENYUSUN DESKRIPSI dan PREDIKSI bukan hanya teks-teks dalam satu bahasa, tetapi dapat dijadikan patokan dan PRINSIP UMUM tentang bahasa Mampu memberi deskripsi dan prediksi dari teks-teks bahasa apapun. Faktor: APPROPRIATENESS (kelayakan) menjadikan EMPIRIS ARBITRARINESS (kearbriteran) menjadikan CALCULATIVE (kesanggupan memperkirakan mewadahi segala kemungkinan dalam kerangka/rumusan tertentu. TEORI LINGUISTIK identik dengan GRAMMAR Istilah GRAMMAR: Konteks sangat bervariasi Kedwiartian yang sistemik (Chomsky) Mengacu kepada teori yang eksplisit yang diajukan sebagai pemerian kemampuan penutur. BATASAN grammar Palmer (1971: 11-12) dalam Alwasilah (1993: 30-31): DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 4 Tata bahasa suatu bahasa adalah buku yang DITULIS tentang bahasa itu Tata bahasa suatu bahasa ditemukan hanya dalam BAHASA TULISAN; bahasa ucapan hanya sebagian yang bertata bahasa Beberapa bahasa memiliki tata bahasa (misal: bahasa Inggris/sedikit sekali), yang lain tidak (misal: bahasa Cina) Tata bahasa, sesuatu yang bisa baik atau jelek (misal: mengatakan “It’s me”), benar atau tidak benar. PENGERTIAN GRAMMAR Francis (1966: 18-33) dalam Alwasilah (1993: 31-32): Seperangkat POLA FORMAL, di mana kata-kata dalam satu bahasa disusun agar menyampaikan MAKNA-MAKNA lebih luas; diketahui tanpa sadar apa grammar itu Cabang dari ilmu linguistik yang membahas PEMERIAN, ANALISIS dan FORMULASI pola-pola formal dari BAHASA; orang tertentu yang tahu grammar (misal: mahasiswa) ETIKET kebahasaan; grammar sudah dibayangi NORMA-norma SOSIAL kesan: BAIK/BURUK (misal: “He aint here”, grammar kampungan); meskipun dalam batasan pertama/pola formal tidak ada cacat. Grammar (Francis): Sebagai bentuk tingkah laku Sebagai bidang studi Sebagai cabang dari etiket pergaulan. Istilah LINGUISTK: Acuan RELATIF yang disepakati bersama Pemahaman: TEORI LINGUSTIK MENGACU PADA ANALISIS BAHASA SECARA ILMIAH; diantaranya pada grammar. Simpulan: Linguistik lebih umum dari grammar Arti tata bahasa: memasukkan segala sesuatu yang berhubungan dengan bahasa. DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 5 TEORI/ALIRAN LINGUISTIK AliranLinguistik Tradisional (Traditional Grammar); Masa India/Hindu Masa Yunani; Linguistik Zaman Yunani Masa Romawi Masa Pertengahan Masa Renaissance Abad Kedelapan Belas DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 6 Abad Kesembilan Belas Kaum “80” dan sesudahnya Aliran Linguistik Strukturalis; Ferdinand de Saussure Aliran Praha Aliran Glosemantik Aliran Firthian (Tata Bahasa Madhab Firth) Linguistik Sistemik Leonard Bloomfield dan Strukturalis Amerika; Madhab Struktural Amerika (The American Structuralism) Aliran Tagmemik (Tagmemic Grammar) Tata Bahasa Taksonomi (Taxonomic Grammar) Tata Bahasa Madhab Halliday (Neo-Firthian) Tata Bahasa Madhab Stratifikasi (Stratificational Grammar) Kenneth L. Pike Charles Fillmore Linguistik Transformasional dan Aliran-aliran sesudahnya; Tata Bahasa Transformasi/Tata Bahasa Generatif (Transformational Generative Grammar) Semantik Generatif Tata Bahasa Kasus Tata Bahasa Relasional. DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 7 TATA BAHASA TRADISIONAL (TRADITIONAL GRAMMAR) Pengertian/pemahaman Tata Bahasa Tradisional: o Sekumpulan penjelasan mengenai aturan gramatik yang digunakan lebih kurang selama dua ratus tahun yang lalu (Alwasilah, 1993: 33) o Warisan dari studi preskriptif abad ke-18 mengenai studi merumuskan aturan-aturan berbahasa yang benar (Alwasilah, 1993: 33) o Menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik (Chaer,1994: 333) o Teori berdasarkan pola pemikiran secara filosofis (Soeparno, 2002: 44). Ciri-ciri teori tradisional (Soeparno, 2002: 44-47), (Alwasilah, 1993: 33) dan (Parera,1991: 910): o Paling tua tumpuan perkembangan teori-teori kebahasaan yang lain o Bertolak dari pola pikir secara FILOSOFIS Plato (orang pertama yang memikirkan bahasa dan ilmu bahasa) menelorkan pembagian jenis kata bahasa Yunani Kuno dalam kerangka TELAAH FILSAFATnya 2 golongan jenis kata: onoma ( ditafsirkan sebagai jenis/golongan kata yang mengalami perubahan bentuk kata secara deklinatif: perbedaan bentuk jenis kelamin/genus, jumlah, dan kasus) dan rhema (diartikan sebagai golongan kata yang mengalami perubahan konyugatif: perubahan bentuk kata yang disebabkan perbedaan persona, jumlah, dan kala); telaah kata/menggeluti kata (Soeparno, 2002: 12-44); dan Parera, (1991: 9) yang menyatakan berlatar belakang filsafat (dan logika) lahirlah asumsi dan hipotesis tentang bahasa o Tidak ada pengenalan perbedaan antara bahasa ujaran dan bahasa tulis (Alwasilah, 1993: 33) deskripsi hanya bertumpu pada bahasa tulis Teori ini MENCAMPURADUKKAN pengertian BAHASA (dalam arti yang sebenarnya) dan TULISAN (perwujudan bahasa dengan media huruf) mencampuradukkan bunyi DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 8 dan huruf; misal, mencampuradukkan pengertian bunyi/fonem dan huruf berikut: “Antara vokal-vokal itu huruf a adalah yang membentuk lubang mulut yang besar…”, secara logika dan menurut kenyataan tidak ada huruf yang berurusan dengan mulut, bahwa huruf berurusan/berkaitan dengan produksi huruf (Soeparno, 2002: 44-45) o Data bahasa yang diteliti pada awalnya adalah data bahasa tertulis dan bahasa yang telah mengenal ejaan (terbatas pada data bahasa Yunani dan Latin (Parera, 1991: 10) o Penyusunan tata bahasa pada suatu bahasa dideskripsikan dengan mengambil patokanpatokan dari bahasa lain bahasa Latin o Bermain dengan DEFINISI Semua istilah diberi definisi diberi contoh; pengaruh dari cara berpikir deduktif; teori tidak menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa (Alwasilah, 1993: 33 dan Soeparno, 2002: 45) o Pemakaian bahasa berkiblat pada POLA/KAIDAH Kaidah harus benar-benar ditaati , pelanggaran kaidah salah/tercela; Tata Bahasa NORMATIF ( pemakai bahasa harus taat pada norma tata bahasa yang digariskan) dan Tata Bahasa PRESKRIPTIF (cenderung menghakimi benar/salah pemakai bahasa) (Alwasilah,1993: 33 dan Soeparno, 2002: 45) o TATARAN GRAMATIKA BELUM ditata secara RAPIH HURUF (level terendah yang didefinisikan sebagai unsur bahasa yang terkecil) KATA (kumpulan dari huruf yang mengandung arti) KALIMAT (level tertinggi yang didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung pengertian lengkap) (Soeparno, 2002: 46) o Tata bahasa diDOMINASI oleh JENIS KATA (part of speech) Ciri paling menonjol dominasi jenis kata (Soeparno.2002: 46) DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 9 o Dalam pemerian/deskripsi atau memutuskan persoalan bahasa para tata bahasawan sering melibatkan LOGIKA (Alwasilah,1993: 33); dan Parera, (1991: 9) yang menyatakan berlatar belakang logika (dan filsafat) lahirlah asumsi dan hipotesis tentang bahasa o Para tata bahasawan cenderung atau bahkan MEMPERTAHANKAN PENEMUANpenemuan atau KAIDAH-kaidah TERDAHULU (Alwasilah, 1993: 33) o Bahasa bukan merupakan produk kebudayaan, melainkan yang utama adalah sarana dan alat komunikasi (Parera, 1991: 10) o Teori-teori kebahasaan yang bersifat trsdisionil merupakan penerapan teori-teori filsafat dan logika dalam analisis bahasa (Parera, 1991: 10) o Fakta dan data bahasa yang tidak sesuai dengan teori filsafat dan logika primitif/kurang baik kekecualian/kesalahan/perlu diperbaiki sesuai teori filsafat dan logika (Parera,1991: 10) o “ALAM” dan “KONVENSI” “Alamiah”: lembaga tersebut berasal dari asas-asas yang abadi dan tidak berubah di luar manusia sendiri tidak dapat diganggu gugat; “Konvensional”: hasil dari kebiasaan dan tradisi (persetujuan yang tidak terucapkan/”Perjanjian Sosial” antara anggota-anggota masyarakat; perbuatan manusia sendiri dapat dibatalkan (Lyons dalam Soetikno, 1995: 4); Etimologi: asal sebuah kata yang berarti yang “benar” (kebenaran “alam”) kaun Naturalis Yunani/filsuf-filsuf Stoa: perangkat “nama”/”penamaan”( hubungan dasar antara kata dan artinya) dasar perkembangan bahasa Lyons dalam Soetikno, 1995: 5); prinsip dasar etimologi 2: (1) arti sebuah kata mungkin menjadi luas karena hubungan “alamiah” antara pemakainya yang pertama kali dan yang kedua, (2) bentuk sebuah kata mungkin berasal dari bentuk kata lain dengan tambahan, pelesapan, substitusi, dan transposisi bunyi-bunyi (bila ada hubungan “alamiah” antara arti kedua kata itu) (Lyons dalam Soetikno, 1995: 6) DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 10 o KAUM ANALOGIS (“keteraturan”) dan KAUM ANOMALIS (“ketidakteraturan) Analogis (lebih khusus “perbandingan”) berpendapat, bahwa hakikat bahasa adalah sistematis dan teratur, misal (bahasa Inggris): boy – boys, girl – girls, cow – cows); Anomalis > < Anologis sangat kabur keduanya menerima adanya “keteraturan” dalam bahasa; perbedaannya dalam hal “tujuan”: kelompok Stoa/Anomalis pada masalah filosofis tentang asal usul bahasa, logika , dan retorika sedangkan kelompok Iskandaria/Analogis pada kritik sastra (Lyons dalam Soetikno, 1995: 8). MASA INDIA Masa/Tradisi India/Hindu; • Sudah berlangsung jauh mendahului linguistik dan tata bahasa Greko-Latin DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 11 • Diwarisi secara turun temurun • Linguistik deskriptif • Berkembang secara OTONOM dan bebas (pada perkembangan itu belum ada kontak antara Yunani-Romawi dengan India ada persamaan: pertentangan status “alamiah” atau “konvensioanal” bahasa, “analogi-anomali”,juga klasifikasi “nomen-verbum” (nomina dan verba); pembedaan “subjek” dan “predikat” cara Plato dalam bahasa Yunani • Keunggulan: melebihi tradisi Linguistik Barat dalam bidang FONETIK: berhubungan dengan penyampaian tradisi sanjak-sanjak buku Veda (mengucapkan doa-doa) penyampaian memperhatikan segi-segi ucapan; keunggulan lain adalah STRUKTUR INTERNAL KATA/struktur dalam sebuah kata • Abjad yang digunakan adalah abjad Brahmi, menurut dugaan diciptakan kaum Brahmana yang cerdik, yang terdiri dari 46 huruf • Bahasa dipelajari untuk tujuan RITUAL (keagamaan) mempelajari bahasa (Sanskerta) lebih saksama dapat mengucapkan doa-doa dengan lebih baik (permintaan kepada dewa akan terkabul) • Terdapat sekitar dua belas aliran teori tata bahasa yang berbeda-beda • Sarjana besar dari tradisi India: PANINI, karya linguistiknya: ASTADHYASI; digambarkan dari sudut pandang KETUNTASAN (dalam batas-batas yang ditetapkan sendiri, terutama berkenaan dengan struktur kata-kata), KONSISTENSI internalnya (kaidah-kaidah diatur berurutan sedemikian, sehingga lingkup suatu kaidah tertentu didefinisikan atau dibatasi oleh kaidah-kaidah sebelumnya, dan PENGHEMATAN pernyataannya (menggunakan singkatan-singkatan dan lambang-lambang); jauh lebih unggul dari tata bahasa apapun yang pernah ditulis DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 12 • Besar pengaruhnya terhadap linguistik modern. MASA YUNANI Masa Yunani: • Studi bahasa zaman Yunani kurang lebih 600 tahun (dari abad ke-5 SM sampai abad ke-2 M) • Pada waktu itu orang yang bergerak dalam bidang bahasa adalah filosof pandangan terhadap bahasa bertitik tolak dari FILSAFAT • Telah mempersoalkan KELAS KATA; Plato membagi atas onoma dan rhema/nomen dan verbum (kata benda dan kata kerja); Aristoteles membagi tiga, yaitu: onoma, rhema, dan syndesmoi (kata sambung/konjungsi); kaum Stoa memperluas pembagian menjadi empat: nomen, verbum, syndesmoi, dan arthron (kata sandang); Kaum Aleksandrian (cenderung bersikap analogis) memperluas menjadi delapan: onoma, rhema, metosche (partisipel), arthron, antonymia (kata ganti), prosthesis (kata depan, epirrhema (kata keterangan), dan syndesmo • Pengenalan kategori “kala” pada kata kerja bahasa Yunani oleh Aristoteles; kaum Stoa (bersikap anomalis) memperkenalkan penggolongan infleksi (misal: boy – boys, atau sing – sang, sung), memberi makna pada istilah “kasus”,dan membedakan istilah “aktif” dan “pasif” juga antara verba “transitif” dan “intransitif”; kaum Aleksandrian (cenderung berskaap analogis) menetapkan aturan-aturan/pola-pola infleksi • Masalah pokok kebahasaan yang menjadi PERTENTANGAN para linguis waktu itu adalah: (1) antara fisis (alami) dan nomos (konvensi), (2) analogi dan anomali DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 13 • Pertentangan antara bahasa yang bersifat alami (FISIS) atau konvensi (NOMOS); bahasa mempunyai hubungan asal usul (sumber: prinsip-prinsip abadi, tidak dapaat digantti di luar manusia itu sendiri tidak dapat ditolak) setiap kata mempunyai hubungan dengan benda yang ditunjuknya setiap kata mempunyai makna secara alami/fisis (misal: kata yang terbentuk berdasarkan peniruan bunyi); penganut paham ini: kaum naturalis. Kaum konvensionalis berpendapat bahwa bahasa bersifat konvensi: makna kata itu diperoleh dari hasil tradisi/kebiasaan-kebiasaan; mempunyai kemungkinan bisa berubah • Pertentangan ANALOGI dan ANOMALI: bahasa itu sesuatu yang teratur atau tidak teratur. Kaum analogi berpendapat (antara lain: Plato , Aristoteles): bahasa bersifat teratur (misal: book – books, muslimun – muslima:ni – muslimu:na) disusun tata bahasa. Kaum anomali berpendapat bahwa bahasa itu tidak teratur (misal: child – children, bukannya childs; write – wrote, bukannya writed) • KAUM SOPHIS (Sofis); muncul pada abad ke-5 SM, melakukan pekerjaan secara empiris, melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuran-ukuran tertentu, lebih mementingkan bidang retorik, membedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi serta maknanya; salah satu tokoh Sophis yaitu Protogoras membagi kalimat atas 7 tipe: kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa, dan undangan • PLATO (429 -347 SM); memperdebatkan tentang bahasa analogi dan anomali dalam karangannya Dialog, mengemukakan masalah bahasa alamiah dan konvensional, memberi batasan bahasa yang berbunyi (melalui Socrates): “Bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata dan rhemata” (onomata berarti: 1. nama dalam bahasa sehari-hari, 2. nomina, nominal dalam istilah tata bahasa, 3. subjek dalam hubungan dengan subjek logis; rhemata berarti: 1. frasa, ucapan dalam bahasa sehari-hari, 2. verba, verbal dalam istilah tata bahasa, 3. predikat dalam hubungan predikat logis); kedua istilah tersebut merupakan anggota logos yang berarti kalimat atau frasa atau klausa • ARISTOTELES (384 – 322 SM); salah seorang murid Plato, selalu bertolak dari segi logika, menambahkan satu kelas kata atas pembagian yang dibuat Plato yaitu: syndesmoi membedakan jenis kelamin/gender DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 14 dalam tiga jenis yaitu: maskulin, feminin, dan netral, rhema menunjukkan “kala” dalam sebuah pekerjaan selesai, belum selesai • Kaum STOIK; kelompok filsuf dan logikus yang berkembang pada permulaan abad ke-4 SM , telah membedakan antara studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara gramatikal/tata bahasa, telah menciptakan istilah-istilah khusus untuk studi bahasa, membedakan tiga aspek utama dari bahasa yaitu: 1. bunyi/materi: tanda/symbol, sign/semainon, 2. makna/semainomenon/lekton (apa yang disebut), 3. hal-hal eksternal/di luar bahasa yang disebut benda atau situasi, membedakan legein (bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna) dan propheretal (ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna), mengatakan bahwa “kasus” itupun onoma juga yang sesuai dengan fungsinya kasus “nominatif” – “genetif” – “datif” – “akusatif” dan sebagainya, membedakan rhema dan kategorrhema dengan pengertian sekarang bentuk “infinitif” dan bentuk “finit”, membagi jenis kata (part of speech) menjadi empat yaitu: kata benda, kata kerja, syndesmoi, dan arthoron, membedakan antara sistem kata kerja komplet dan kata kerja tak komplet, serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif • Kaum ALEXANDRIAN; melanjutkan pekerjaan yang telah dirintis kaum Stoik, di sinilah Tata Bahasa Tradisional dihasilkan yang sekarang kita miliki hasil-hasil karya tata bahasa secara pasti dapat dikodifikasikan, penganut paham analogi menyusun pola “hukum-hukum kanon” (hasil penyelidikan terhadap kereguleran dalam bahasa: “Tata Bahasa “DIONYSIUS THRAX”, lahir kurang lebih tahun 100 SM, buku tata bahasa pertama yang bersifat komprehensif dan sistematis, yang dibicarakan bidang fonologi dan morfologi sebagai model penyusunan buku tata bahasa Eropa lainnya; cikal bakal Tata Bahasa Tradisional ada susunan-susunan paradigma; diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Remmius Palaemon dengan judul “ARS GRAMMATIKA” pada awal abad pertama Masehi). Memiliki 24 huruf mulai dari alpha sampai omega; 8 jenis kata: 1. onoma (jenis kata yang berinfleksi untuk kasus, menyatakan orang/barang; tiga jenis kelamin: maskulin, feminin, netral; tiga pernyataan jumlah: singular, dualis, pluralis; lima kasus: orthe, genike, dotike, aitiatike, kletike), 2. rhema (jenis kata yang tidak berinfleksi dengan kasus berinfleksi utk menyatakan: kala, persona, jumlah, aktif, dan pasif), 3. metoche (jenis kata yang disebut partisipel bertugas mencirikan benda dan kerja), 4. arthron (artikel; berinfleksi untuk kasus; berada di depan/di belakang benda), 5. antonymia (pronomen; jenis kata yang menggantikan benda atau menyatakan orang), 6. prosthesis (preposisi; jenis kata yang ditempatkan di depan kata-kata baik dalam penggabungan dan sintaks), 7. epirrhema (adverbium; jenis kata tanpa infleksi yang ditambahkan pada kata kerja), 8. syndesmoi; {jenis kata yang menghubungkan percakapan yang mengisi lekang dalam interpretasi, dibedakan: kopulatif, disjungtif, DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 15 kondisional, kausal, final, dubitatif (barangkali, entah), ratiocinative (karena itu, akibatnya), ekspletif (sungguh, benar, memang}. Kata sifat termasuk dalam kata benda (berinfleksi menurut kata benda/sama dengan kata benda). Disebutkan dalam uraian kelas kata diterapkan 5 kategori (parepomena): 1. genos (maskulin,feminin, netral), 2. eidos (tipe) ( primer dan derivasi/turunan), 3. schema/bentuk (dasar/simple dan majemuk), 4. arithmos/jumlah (singular, dualis, pluralis), 5. ptosis/kasus (nominatif, genetif, datif, akusatif, vokatif). MASA ROMAWI Masa Romawi: Dianggap KELANJUTAN zaman Yunani Ahli-ahli tata bahasa Romawi mengikuti MODEL-model Yunani MENGUASAI bahasa Romawi dengan baik orang INTELEK Berkembang kebudayaan Romawi “HELLENISME” (ilmu pengetahuan disoroti berdasarkan ajaran Stoik) Linguistik Romawi secara umum merupakan APLIKASI/PENERAPAN dari pikiran- pikiran Yunani DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 16 Kelas kata menjadi SEMBILAN dengan penambahan numeralia (kata bilangan) (dari delapan pembagian kaum Alexandrian) TATA BAHASA ROMAWI disusun dalam TIGA BAGIAN (seperti tata bahasa Dionysius Thrax): bagian pertama menentukan lingkup tata bahasa sebagai seni berbicara yang benar dan alat untuk memahami para penyair, juga membicarakan huruf-huruf dan suku-suku kata; bagian kedua membicarakan kelas-kelas kata lebih terperinci, variasaivariasinya menurut kala, jenis, jumlah, kasus, dan sebagainya; bagian ketiga: membicarakan gaya yang baik dan yang buruk, peringatan-peringatan akan “kesalahankesalahan” umum dan “barbarisme”, serta contoh-contoh yang dianjurkan VARRO; dengan bukunya “DE LINGUA LATINA” yang terdiri atas 25 jilid: masih memperdebatkan masalah analogi dan anomali; buku ini terdiri dari bidang-bidang ETIMOLOGI, MORFOLOGI, dan SINTAKSIS. Etimologi (asal usul kata beserta artinya), Varro mencatat perubahan bunyi dari zaman ke zaman (misal: kata duellum menjadi belum ‘perang’ juga perubahan makna dari sebuah kata (misal: kata hostis yang semula berarti ‘orang asing’ berubah menjadi ‘musuh’). Morfologi (mempelajari kata dan pembentukannya), Varro menunjukkan originalitasnya dalam menjelaskan kata; Kata menurut Varro (Parera, 1991: 43) adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dpisahkan lagi yang merupakan bentuk minimum; kata-kata terjadi bisa secara analogi juga secara anomali ada bentuk yang regular dan ada bentuk yang tidak regular. Membagi kelas kata dalam empat bagian: 1. kata benda (termasuk kata sifat) berinfleksi kasus, 2. kata kerja (kata yang membuat pernyataan) berinfleksi “kala”, 3.partisipel (kata yang menghubungkan); dalam sintaksis: kata benda dan dan kata kerja berinfleksi kasus dan kala”. Kasus ada enam: 1. nominativus (bentuk primer/pokok), 2. genetivus (bentuk yang menyatakan kepunyaan), 3. dativus (bentuk yang menyatakan menerima), 4. akusativus (bentuk yang menyatakan objek), 5. vokativus (bentuk sebagai sapaan/panggilan), 6. ablativus (bentuk yang menyatakan asal). Deklinasi {perubahan kata berkenaan dengan kategori kasus,jumlah, dan jenis dua macam: 1. deklinasi naturalis (perubahan yang bersifat alamiah perubahan dengan sendirinya dan sudah berpola); bersifat reguler biasanya sudah dapat diketahui pemakai bahasa tanpa ragu-ragu, 2. deklinasi voluntaris (perubahan terjadi secara morfologis; bersifat iregular selektif dan manasuka pemakai bahasa harus sadar bagaimana melaksanakan deklinasi itu DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 17 TATA BAHASA PRISCIA (INSTITUTIONES GRAMMATICAE) (500M); terdiri dari 18 jilid (16 jilid mengenai MORFOLOGI: priscianus mayor dan 2 jilid mengenai SINTAKSIS: priscianus minor); menjadi model/contoh dalam penulisan buku tata bahasa di Eropa dan juga di luar Eropa; tata bahasa Latin paling lengkap/dituturkan pembicara aslinya; sebagai tonggak/sumber utama bahasa tradisional; dasar tata bahasa Latin dan filsafat masa pertengahan; norma utama/pembahasan buku ini adalah semantik/makna. FONOLOGI, membicarakan tulisan/huruf: litterae {bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan (Chaer, 1994: 340 dan Parera, 1991: 44)}, nama huruf: figurae; nilai bunyi: postestas, ada 4 macam: 1.vox artikulata: membedakan makna, 2. vox martikulata: menunjukkan makna, 3. vox litterata: bunyi yang dapat dituliskan baik yang artikulata maupun martikulata, 4. vox illiterate: bunyi yang tidak dapat dituliskan. MORFOLOGI, dibicarakan mengenai dictio/kata: bagian yang minimum dari sebuah ujaran dan harus diartikan terpisah dalam makna sebagai satu keseluruhan (Chaer,1994: 341). Kata terdiri atas 8 jenis (partes orationis ‘jenis kata’ ) (Chaer, 1994: 341 dan Parera, 1991: 45): 1. nomen {kata benda(menunjukkan substansi dan kualitas) dan kata sifat; klasifikasi sekarang}, 2. verbum (kata: menyatakan perbuatan/dikenai perbuatan; memiliki infleksi untuk kala dan modus tidak berinfleksi kasus), 3. participium (kata: berderivasi dari verbum, mengambil kategori verbum dan nomen/kala dan kasus), 4. pronomen (kata-kata yang dapat menggantikan nomen: orang pertama, kedua dan ketiga), 5. adverbium (katakata secara sintaksis dan semantik merupakan atribut verbum; digunakan dalam konstruksi bersama verbum), 6. praepositio (kata-kata yang terletak di depan bentuk yang berkasus), 7. interjection (kata-kata yang menyatakan perasaan, sikap atau pikiran; terlepas dari verbum), 8. conjunction (kata-kata yang secara sintaksis bertugas menghubungkan anggota-anggota kelas kata yang lain untuk menyatakan hubungan antarsesamanya; tidak mengalami infleksi). SINTAKSIS/oratio: tata susun kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai; sebuah kata kalimat penuh; kalimat jawaban singkat. MASA PERTENGAHAN Masa Pertengahan: o BAHASA LATIN menduduki posisi PENTING dalam sistem pendidikan (pendidikan bersifat liberal); bahasa liturgi, kitab suci/bahasa gereja bahasa universal: diplomasi, ilmu pengetahuan, kebudayaan lingua franca DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 18 o Tujuh SISTEM utama dalam PENDIDIKAN: trivium (gramatika, dialektika/logika, retorik) dan quadrivium ( aritmetika, geometrik, astronomi, dan musik) o Tujuan ahli tata bahasa mencari persesuaian antara peristiwa-peristiwa bahasa dan prinsip teori yang telah disusun lebih dahulu o Jaman filsuf-filsuf skolastik; SKOLASTIS berkembang (suatu cara mempelajari ilmu yang diperoleh di biara-biara, pertemuan alim ulama, dan di sekolah-sekolah istana) o Interpretasi Skolastis akan ajaran-ajaran Aristoteles; buku pegangan berdasar tata bahasa Donatus dan Priscianus o Karya penting yang dilakukan para sarjana: memasukkan PRADUGA-praduga FILOSOFIS; ke dalam studi bahasa o Tata bahasa: teori filsafat mengenai kelas-kelas kata dan “modus-modus penandaan” yang khas o Membentuk kategori-kategori tata EPISTEMOLOGI, dan METAFISIKA o Semantik sebagai dasar penyebutan definisi-definisi bentuk-bentuk bahasa mencari sumber makna etimologi berkembang pesat; sumber: 20 jilid Etymologies o Perbedaan-perbedaan tata bahasa atau perbedaan-perbedaan “kebetulan”/tidak penting; keUNIVERSALan tata bahasa o Perkembangan linguistik: kaum Modistae dan Tata Bahasa Spekulatif. DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU bahasa dari kategori-kategori LOGIKA, gramatikal bukan 19 o MODISTAE mengagungkan unsur SEMANTIK tiap benda mempunyai beberapa ciri: modi essendi (pikiran manusia yang dapat menangkap pengertian konsep baik secara aktif/pasif: modi significandi activi) dialihkan ke dalam bunyi-bunyi/kegiatan aktif yang dibagi atas bentuk kata dan ujaran DE MODIS SIGNIFICANDI; Pertentangan antara Fisis – Nomos, Analogi dan Anomali; menerima konsep ANALOGI bahasa bersifat regular dan universal o Tugas tata bahasa ilmiah/”SPEKULATIF”: menemukan asas-asas/prinsip-prinsip yang menjadi dasar hubungan antara kata sebagai “TANDA” dengan pikiran manusia di satu pihak, dan dengan benda yang digambarkannya/yang “DITANDAI”nya/referencenya di lain pihak prinsip bersifat UNIVERSAL/KONSTAN (Lyons dalam Soetikno, 1995: 15); (kata tidak secara langsung mewakili reference); substansial: sama dalam segala bahasa semua bahasa mesti memiliki KATA-kata untuk PENGERTIAN-pengertian yang sama (mempunyai kata untuk konsep yang sama) dan semua bahasa mesti menunjukkan kelasKELAS KATA yang SAMA (kesamaan jenis kata) dan kategori-kategori tata bahasa/gramatikal yang lain (Chaer, 1994: 342) o PETRUS HISPANUS; pernah menjadi Paus “Paus Johannes XXI” (1276 – 1277), wakil kaum Modistae, judul buku “SUMMULAE LOGICALES”, peran di bidang linguistik: 1. memasukkan PSIKOLOGI dalam analisis makna bahasa, 2. membedakan antara SIGNIFIKASI UTAMA dan KONSIGNIFIKASI (pembedaan pengertian pada bentuk akar/root dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan/afik), 3. membedakan NOMEN atas NOMEN SUBSTANTIVUM dan NOMEN ADJECTIVUM berdasarkan kasus (infleksi kasus kedua bentuk ini sama), 4. membedakan PARTES ORATIONIS {(menurut Aristoteles dan kaum Stoik dicirikan sebagai substansi dan kualitas untuk kata benda; aktif dan pasif untuk kata kerja) para logikus: mewakili sesuatu dan menunjuk sesuatu} atas CATEGOREMATIK (semua bentuk yang dapat menjadi subjek atau predikat) dan SYNTATEGOREMATIK (semua bentuk yang lain dalam tutur); pada Aristoteles yang membedakan anoma, rhema, dan syndesmoi, 5. membedakan antara SIGNIFICATIO, SUPPOTIO, dan APPELATIVA (Chaer, 1994: 342). DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 20 MASA RENAISSANCE Dianggap sebagai jaman PEMBUKAAN abad PEMIKIRAN MODERN (renaitre: lahir kembali) masa kehidupan kembali mempelajari masa kuno/Yunani dan Romawi (filsafat, kesenian, sastra abad XVI dan XVII); menolak tradisi skolastik; yang berpengaruh humanisme (humanitas/istilah Cicero, yang bersinonim dengan “peradaban”/sivilisasi dan berlawanan dengan “barbarisme”) HUMANISME, prinsip: menggunakan bahasa kuno sebagai dasar studi; kesusasteraan klasik: sumber NILAI-nilai PERADABAN mempelajari bahasa dan kebudayaan klasik yang bertujuan PEDAGOGIS dan ILMIAH ada usaha mengumpulkan dan memPUBLIKASIkan NASKAH -naskah para PENULIS KLASIK; ditemukan alat pencetak penyebaran naskah-naskah yang benar secara luas dan cepat Buku GRAMMAIRE GENERALE ET RAISONNEE (Tata Bahasa Umum dan Penalaran) diterbitkan oleh guru-guru di Port Royal (menghidupkan cita-cita tata bahasa spekulatif) bertujuan menunjukkan bahwa struktur suatu bahasa adalah: PENALARAN; bahasa yang berbeda-beda ragam sistem yang lebih logis, rasional, dan umum; semua tata bahasa “rasional” berkisar dalam batas-batas tradisi klasik dan tidak menghasilkan teori-teori linguistik baru Selain bahasa Latin, bahasaYunani, Ibrani, dan Arab, juga bahasa-bahasa Eropa lain mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa juga perbandingan HOMO TRILINGUIS (menguasai bahasa Latin, Yunani, dan Ibrani) BAHASA IBRANI perlu kedudukan sebagai bahasa kitab “PERJANJIAN LAMA” dan “PERJANJIAN BARU”, tata bahasa Ibrani ditulis: Roger Bacon, N. Clenard, dan Reuchlin/Jerman (buku: DE RUDIMENTIS HEBRAICIS; penggolongan/pengelasan kata DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 21 bahasa Ibrani: NOMEN, VERBUM, dan PARTIKEL mirip penggolongan dalam linguistik bahasa Arab: ismun, fi’lun, dan harfun); linguistik Ibrani berkembang dalam pengaruh linguistik Arab; abad ke-14 bahasa Ibrani dan bahasa Arab diakui resmi di Universitas Paris; akhir abad ke-21 tata bahasa Ibrani ditulis oleh orang-orang Yahudi yang tinggal di Spanyol (misal: keluarga Qimbi), Ibn Barun membuat studi perbandingan bahasa Ibrani dan bahasa Arab LINGUISTIK ARAB dimulai abad ke-7 M, berkembang pesat: kedudukan sebagai bahasa dalam kitab suci “AL QURAN” (dalam terminologi bahasa Arab Al Quran tidak boleh diterjemahkan tafsir; timbulkan eksegisi dan komentar linguistik); Dua aliran linguistik Arab: aliran BASRA (pengaruh konsep analogi masa Yunani berpegang pada KEREGULERAN dan KESISTEMATISAN bahasa Arab sebagai bahasa tutur yang logis) dan KUFAH (KEANEKARAGAMAN bahasa termasuk dialek-dialek; paham anomali); Buku tata bahasa Arab: Al Kitab “KITAB AL AYN” karya Sibawaihi (aliran Basra) membagi kata atas tiga kelas: ISMUN (nomen), FI’LUN (verbum), dan HARFUN (partikel); Deskripsi FONETIK secara sistematik artikulatoris dan arus (dimulai dari belakang: bunyi glotal stop ayn), velarisasi dan palatalisasi sudah digambarkan, satu kontras yang belum dibahas yaitu antara bunyi bersuara dan tak bersuara BAHASA-bahasa EROPA; selain bahasa Latin dan bahasa Yunani, abad VII ada buku tata bahasa IRLANDIA/tata bahasa Gaelig, abad X PENYELIDIKAN BAHASA oleh Basque, abad XII adanya buku tata bahasa ISLANDIA/tata bahasa Islan, abad XIII ada buku tata bahasa PROVENCAL/tata bahasa Pruvenco. Adanya studi yang serius mengenai bahasa ROMAN/NEO-LATIN. Buku tulisan Dante “DE VULGARI ELOQUENTIA” (Gaya Bahasa Orang Banyak): mempelajari bahasa yang digunakan sehari-hari yang diketahui sejak kecil, gaya epik Virgilius; Milton mirip dengan Homerus; Racine yang dijiwai Sophocles; perubahan bunyi/waktu itu perubahan huruf dipelajari (hubungan dan perubahan bunyi bahasa Spanyol, Perancis, Itali dengan bahasa Latin), lahirnya studi bahasa-bahasa secara diakronik, muncul diskusi tentang perubahan linguistik, kontak-kontak bahasa, percampuran bahasa, pengalihan bahasa dari generasi satu ke generasi lain Perhatian bahasa DI LUAR EROPA telah ada; usaha para misionaris Yesuit dari Propaganda Fide (laporan tentang bahasa-bahasa di Asia: bahasa Jepang, Tionghoa, India, Indonesia; tujuan: melengkapi perbandingan bahasa yang mereka kerjakan); Kegiatan keagamaan, politik, perdagangan, diplomasi dan sebagainya menyadarkan perlunya akan sebuah bahasa perhubungan (lingua franca) antarbangsa (misal: bahasa DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 22 Melayu/bahasa suku bangsa di daerah Selat Malaka lingua franca bagi para pedagang, pelaut, juga kaum penjajah) PETRUS RAMUS/Pierre Rames (1515 – 1572); TOKOH TRANSISI jaman pertengahan ke jaman modern, dianggap sebagai tokoh PELOPOR strukturalisme, menolak gagasan Aristoteles, menulis tata bahasa Yunani, Latin, dan Perancis, meletakkan dasar teori tata bahasa “SCHOLAE GRAMMATICAE” analisis dan deskripsi bahasa bersifat formal dan struktural, meninggalkan semantik dan logika hubungan antara masing-masing kata dan ciri-ciri formal. FONOLOGI; menyusun kamus dasar ucapan bahasa Perancis, membedakan antara bahasa tulisan dan bahasa lisan. MORFOLOGI; mengakui sistem klasifikasi tradisional memberi ciri formal dan membedakan sistem klasifikasi formal dalam ke-parisilaba-an dan ke-imparisilaba-an. SINTAKSIS; membedakan kata dalam hubungan mereka dalam bentuk infleksi, menentukan hubungan sintaksis bentuk concord ‘kesesuaian’ MASA ABAD KEDELAPAN BELAS Perhatian para sarjana TIDAK EROPASENTRIS lagi diarahkan juga kepada bahasa- bahasa di luar Eropa; PENGUMPULAN BAHASA SECARA BESAR-BESARAN (misal: P. S. Pallas, dengan bantuan ratu Rusia Katharina II berhasil mengumpulkan katakata dari 272 bahasa di Eropa, Asia, dan Amerika; Lorenzo Hervasy Panduro membuat ikhtisar bahasa dari 300 bahasa, 40 diantaranya bahasa Indian Amerika) Sudah mempersoalkan ASAL USUL BAHASA/perhatian tertuju pada asal ususl bahasa (meskipun perhatian masih pada bahasa-bahasa tertulis hanya membaca dan membandingkan teks) menyatukan para filsuf yang berciri PERSUASI EMPIRIS dan RASIONALIS dengan Pergerakan ROMANTISISME; bahasa sebagai alat komunikasi akal (VERNUNFTMENSCH) dan perasaan (GEFUHLSMENSCH) Age of Reason/Age of English tenment sebutan abad ke-18: MENDEWAKAN PEMIKIRAN abad kemenangan akal terhadap kepercayaan, dilihat dari akal dan rasio muncul pemikir-PEMIKIR DUNIA DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 23 G.W. LEIBNITZ (1646-1716), sarjana yangbergerak di bidang bahasa, yang menguraikan KEKELUARGAAN BAHASA-bahasa yang terdapat di EROPA dan ASIA LAMBERT TEN KATE (1674-1731), menyatakan bahwa HUKUM BAHASA TIDAK boleh dinyatakan secara APRIORI, melainkan harus dicari atas dasar PENYELIDIKAN KENYATAAN E. B. CONDILLAC, mendiskusikan ASAL MULA BAHASA dan PERKEMBANGAN PERTAMA bahasa/UJARAN manusia, berpendapat: mulanya bahasa merupakan ISYARAT-isyarat DEITIK dan IMITATIF serta bunyi-BUNYI ALAMIAH tidak memenuhi sebagai alat komunikasi menjadi sistem TANDA (= LAMBANG) bahkan mendukung MAKNA tertentu, membicarakan hubungan bahasa dengan bentuk-bentuk puisi, berpendapat bahwa dalam bahasa lebih penting BAHASA TUTUR dan bukan bahasa tulis, tahun 1746 Condillac membahas bahasa dalam karyanya ESSAI SUR L’ORIGINALE DES CONNONISSANCES HUMAINES, kaum tradisi rasionalis empiris ROUSSEAU, mendiskusikan asal mula bahasa dan perkembangan pertama bahasa/ujaran manusia, berpendapat: mulanya bahasa merupakan isyarat-isyarat deitik dan imitatif serta bunyi-bunyi alamiah tidak memenuhi sebagai alat komunikasi menjadi sistem tanda (= lambang) bahkan mendukung makna tertentu, membicarakan hubungan bahasa dengan bentuk-bentuk puisi, berpendapat bahwa dalam bahasa lebih penting bahasa tutur dan bukan bahasa tulis, mengatakan bahwa bahasa puisi itu sesungguhnya adalah bahasa tutur, tahun 1755 membahas bahasa mengenai asal mula ketaksamaan dan menyitir beberapa pandangan Condillac, Gerakan Romantik JOHANN GOTFRIED HERDER (1744-18040), penjelasannya mengenai ketidakterpisahkan antara bahasa dan pikiran tertuang dalam karangannya ABHANDLUNG UBER DEN URSPRUNG DER SPRACHE konsekuensi: bahasa rasional harus dipelajari untuk mengenal dan mengetahui pikiran, kesusasteraan, dan sebagainya; untuk mengenal budaya suatu bangsa maka gunakanlah bahasa bangsa itu sendiri, mendapat pengaruh dari gerakan rasionalis dan romantik, penerima hadiah Akademi Prusia dalam tulisannya mengenai asal mula bahasa DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 24 JAMES HARRIS, seorang wakil teori filsafat yang universal, dipandang sebagai wakil dari kelompok “Platonist Cambridge”, menganggap bahwa dalam bahasa terdapat hal-hal yang universal yang diketahui oleh semua pemakai bahasa, mengakui mengenai kemampuan manusia menciptakan kata dan makna sebagai pemberian Tuhan karyanya yaitu teori filsafat bahasa Inggris SIR WILLIAM JONES, pegawai perpustakaan dari Inggris yang bekerja di India, tahun 1786 membawa hasil penelitian orang India Kuno, membacakan kertas kerja dihadapan The Royal Asiatic Society mengenai HUBUNGAN antara BAHASA SANSKERTA, KLASIK INDIA, YUNANI, LATIN, dan bahasa-BAHASA JERMAN YANG LAIN; menimbulkan minat para sarjana Barat/Eropa mempelajari bahasa di Timur Dekat dan India KETERBUKAAN SEJARAH LINGUISTIK dan BANDINGAN BAHASA, memperkenalkan Gantula dan Manu TAhun 1786 sebagai PATOKAN permulaan ilmu pengetahuan LINGUISTIK MODERN tahun BREAKTHROUGHS DAFTAR PUSTAKA Kepustakaan Wajib: 1. Alwasilah, A Chaedar. 1993. Beberapa Madhab & Dikotomi. Teori Linguistik. Bandung: Angkasa 2. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 25 3. Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Introduction to Theoritical Linguistics. Diindonesiakan oleh I Soetikno. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 4. Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga 5. Pateda, Mansoer. Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa 6. Robins, RH. 1995. Sejarah Singkat Linguistik. Edisi Ketiga. Bandung: ITB 7. Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik. Yogya: PT Tiara Wacana Yogya Kepustakaan Pendukung: 1. Bloomfield Leonard. 1995. Language. Bahasa. Diindonesiakan oleh I Sutikno. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 2. Newmayer, Frederick J. 1997. Generative Linguistics. A Historical Perspective. London and New York: Routledge 3. O’ Grady, William at all. Linguistics. Contamporary Linguistics. An Introduction. Second Edition. New York: St. Martin’s Press 4. Robins, R. H. 1992. Linguistik Umum. Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius 5. Saussure, Ferdinand. 1993. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press 6. Verhaar, J. W. M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada university Press 7. Verhaar, J. W. M. 1995. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press DSR 2 T LINGSTK SM IV (1112): URRU 26