RESUME BAHASA INDONESIA BAB VIII SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK Disusun untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah : Kajian Bahasa Indonesia Dosen Pengampu : Drs. Umar Samadhy, M.Pd Disusun oleh: Nama : Dedy Yulianto NIM : 1402408254 Kelas :ID PGSD FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2008 SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK Dalam sejarah perkembangannya, lingusitik dipenuhi dengan berbagai aliran, paham, pendekatan dan penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan dan membingungkan, terutama bagi para pemula. Namun, sebenarnya semuanya itu akan menambah wawasan kita terhadap bidang dan kajian linguistik. 8.1. Linguistik Tradisional Orang serting mempertentangkan linguistik tradisional dan linguistik karena kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orangtua sebagai dua hal yang bertentangan sebagai akibat dari pendekatan keduanya yang tidak sama terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu. Dalam merumuskan kata kerja tata bahasa tradisional mengatakan kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan/kejadian. Sedangkan tata bahasa struktural dalam menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat terdistribusi dengan frase “dengan ....”. 8.1.1. Linguistik Zaman Yunani Hal yang dipertentangkan para filosof Yunanai mengenai hakikat bahasa adalah (1) pertentangan antara fisis dan nomos, (2) pertentangan antara analogi dan anomali. Bahasa bersifat alami (fisis) maksudnya bahasa itu mempunyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak dapat diganti di luar manusia itu sendiri, oleh karena itu tidak dapat ditolak. Bahasa bersifat konvensi artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasilhasil tradisi/kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai kemungkinan bisa berubah. Pertentangan analogi dan anomali menyangkut masalah bahasa itu sesuatu yang terakhir/tidak teratur. Kaum analogi, antara lain Plato dan Aristoteles, berpendapat bahwa itu bersifat teratur. Karena adanya keteraturan itulah orang bisa menyusun tata bahasa. Tokoh/kaum yang berperan besar dalam satu dibahasa: Kaum Sophis muncul pada abad ke-5 SM. Mereka dikenal dalam studi bahasa, antara lain karena: a. Mereka melakukan kerja secara empiris. b. Mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuranukuran tertentu. c. Mereka sangat memntingkan bisang retorika dalam studi bahasa. d. Mereka memedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna. Salah seorang tokoh Sophis, yaitu Protogoras, membagi kalimat menjadi kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat laporan, doa dan undangan. Tokoh lain, Georgias, membicarakan gaya bahasa seperti yang kita kenal sekarang.. Plato yang hidup sebelum abad masehi itu, dalam studi bahasa terkenal, antara lain karena: a. Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya “dialog”. Juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan bahasa konvensional. b. Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira bahasa adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantara onomata dan rhemata. c. Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan rhena. Aristoteles adalah salah seorang murid Plato. Dalam studi bahasa dia menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang dibuat gurunya. Plato, yaitu dengan syndesmoi. Jadi menurut Aristoteles ada 3 macam kelas kata, yaitu onoma, rhema dan syndesmoi. Yang dimaksud syndesmoi adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis. Jadi, syndesmoi ini lebih kurang sama dengan kelas preposisi dan konjungsi yang kita kenal sekarang. Dia membedakan jenis kelamin kata (atau gender) menjadi tiga, yaitu maskulin, feminin dan neutrum. Kaum Stoik adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pasa permulaan abad ke-4 SM. Mereka membedakan studi bahasa secara logika dan studi bahasa secara tata bahasa. Mereka membedakan tiga komponen utama dari studi bahasa, yaitu (1) tanda, simbol, sign/semainon, (2) makna, apa yang disebut semainomen/lekton, (3) hal-hal di luar bahasa yakni benda/situasi. Mereka membedakan legein yaitu bunyi yang merupakan bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna dan propherental yaitu ucapan bunyi bahasa yang mengandung makna. Mereka membagi jenis kata menjadi 4, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi dan arthoron yaitu katakata yang menyatakan jenis kelamin serta kata kerja aktif dan kata kerja pasif. Kaum Alexandrian melahirkan karya “Tata Bahasa Dionysius Thrax” sebagai hasil mereka dalam menyidik kereguleran bahasa Yunani. Buku Dionysius Thrax ini lahir lebih kurang tahun 100 SM dan menjadi sikal bakal tata bahasa tradisional. 8.1.2. Zaman Romawi Tokoh pada zaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro (116-27 SM) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan Instituciones Gramaticae. Dalam buku De Lingua Latina yang terdiri dari 25 jilid, Varro masih juga mendebatkan masalah analogi dan anomali, buku ini dibadi dalam bidang-bidang etimologi, morfologi dan sintaksis. Etimologi adalah cabang linguistik yang menyelidiki asal-usul kata beserta artinya. Dan terjadi perubahan bentuk serta perubahan makna kata. Morfologi adalah cabang linguistik yang mempelajari kata dan pembentukannya. Tata bahasa Priscia, buku ini terdiri dari 18 jilid. 16 jilid mengenai morfologi dan 2 jilid mengenai sintaksis. Buku ini paling lengkap yang dituturkan oleh pembicara aslinya dan teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan bahasa secara tradisional. Segi-segi yang dibicarakan dalam buku ini, antara lain: a. Fonologi, dalam bidang fonologi pertama-tama dibicarakan tulisan dan huruf yang disebut lutterae (bagian terkecil dari bunyi yang dapat dituliskan). b. Morfologi. Dalam bidang ini dibicarakan mengenai diccio / kata (bagian minimum dari sesuatu ujaran dan harus diartikan terpisah dalam makna sebagai satu keseluruhan). c. Sintaksis. Bidang sintaksis membicarakan hal yang disebut oratio, yaitu tata susun kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai. Buku in telah menjadi dasar tata bahasa latin dan fisafat zaman pertengahan. 8.1.3. Zaman pertengahan Dari zaman pertengahan ini yang patut dibicarakan dalam studi bahasa, antara lain adalah peranan kaum modistae, tata bahasa Spekultiva dan Petrus Hispanus. Kaum modistae membicarakan pertentangan antara fisis dan nomos dan pertentangan antara analogi dan anomali. Mereka berperan dalam perkembangan di bidang stimologi. Tata bahasa spekulativa merupakan hasil integrasi deskripsi gramatikal bahasa latin ke dalam filsafat skolastik. Menurut tata bahasa spekultiva, kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda yang ditunjuk, kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam berbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas, dll. Petrus Hispanus, beliau pernah menjadi Paus, yaitu tahun 1276-1277 dengan gelar Paus Johaness XXI. Bukunya berjudul Summulae Ligicales. Peranannya dalam bidang lingiustik antara lain: a. Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa, membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi, yaitu pembedaan pengertian pada bentuk sifat dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan. b. Membedakan nomen atas 2 macam, yaitu nomen substantivium dan nomen adjectivum. c. Membedakan partes orationes atas kategorimatik dan syntategorematik. Kategorematik adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek/predikat, syntategorematik adalah suatu bentuk tutur lainnya. 8.1.4. Zaman renaisans Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembuka abad modern. Linguistik Arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci agama Islam. Ada 2 aliran bahasa Arab, yaitu aliran Basra yang mendapat pengaruh konsep analogi dari zaman Yunani dan aliran Kufah yang memberikan perhatian kepada keanekaragaman bahasa. Bila kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional, yaitu: a. Pada tata bahasa tradisional tidak dikenal adanay perbedaan antara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, diskripsi bahasa hanya bertumpu pada bahasa tulisan. b. Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil patokan-patokan dari bahasa latin, terutama bahasa latin. c. Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prespektif, yakni benar/salah. d. Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan logika. e. Penemuan-penemuan kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu dipertahankan. 8.2. Linguistik Strukturalis Ferdinad de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai bapak linguistik modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya Course de Linguistiques Generals yang disusun dan diterbitkan oleh Carles Bally dan albert Sechehay tahun 1915 (jadi 2 tahun setalah de Saussure meninggal). Ferdinad de Saussure membedakan adanya 2 macam hubungan yaitu hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan yang tersusun secara berurutan, bersifat linier. Hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan. Dalam bidang fonologi aliran praha memberi pengaruh sangat besar. Aliran praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri, sedangkan fonologi mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem. Dalam bidang fonologi aliran praha ini juga memperkenalkan dan mengembangkan suatu istilah yang disebut morfologi, bidang yang meneliti struktur fonologis morfem. Bidang ini meneliti perubahan-perubahan fonologis yang terjadi sebagai akibat hubungan morfem dengan morfem. Dalam bidang sintaksis Vilem Mathesius mencoba menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional. Struktur informasi menyangkut unsur tema dan rema. Tema adalah apa yang dibicarakan, sdangkan rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema. Setiap kalimat mengandung unsur tema dan rema. Aliran biosematik lahir di Denmark, tokohnya antara lain, Louis Hjemslv (1899-1965) yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure. Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan, metodologis dan terminologis sendiri. Analisis bahasa dimulai dari wacana, kemudian ujaran itu dianalisis atas konstituen-konstituen yang mempunyai hubungan paradigmatis dalam rangka forma (hubungan gramatikal intern), substansi (kategori ekstern dari objek material), ungkapan (medium verbal/grafis) dan isi (makna). M.A.K Haliday yaitu salah seorang murid firth yang mengembangkan teori fith menganai bahasa, khususnya yang berkenan dengan segi kemasyarkatan bahasa dengan nama aliran linguistik sistematik. Pokok-pokok pandangan systemic linguistic (SL) adalah: a. SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa terutama mengenai fungsi kemasyarakatan bahasa dan bagaimana fungsi kemasyarakatan itu telaksana dalam bahasa. b. SL memandang bahasa sebagai “pelaksana”. c. SL lebih mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasivariasinya, tidak/kurang tertarik pada semesta bahasa. d. SL mengenal adanya gradasi/kontimum. Batas butir-butir bahasa bahasa seringkali tidak jelas. e. SL menggambarkan 3 tataran utama. Faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya secara pesat aliran strukturalis di Amerika pada tahun 30-an: a. Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yangbelum diberikan. b. Sikap Bloomfield yang menolak metalistik sejalan dengan iklim filsafat yang berkembang pada fakta-fakta yang dapat dicocokkandengan kenyataan-kenyataan yang dapat diamati. c. Diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena adanya The Linguistics Society of Amerika yang menerbitkan majalah Language; wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka. Aliran strukturalis yang dikembangkan Bloomfield dengan para pengikutnya sering juga disebut aliran taksonomi dan aliran Bloomfieldian/post bloomfieldian, karena bermula/bersumber pada gagasan Blomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran itu menganalisis dan mengklarifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya. Dalam menganalisis kaimat, mislanya digunakan teknik Immediate Constituensts Analysis (IC analiysis) untuk melihat unsur-unsur langsung yang membangun kalimat tesebut. Aliran Tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike, sedangkan tokoh di Summei Institure of Linguistik, yang mewarisi pandangan-pandangan Bloomfiled, sehingga aliran ini juga bersifat strukturalis, tetapi juga antropologis. Menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tegmen (susunan) tagmen adalah korelasi antara fungsi gramatikal / slot dengan sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk mengisi slot tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua unsur tagmem, yaitu fungsi danbentuk (atau kategori pengisi fungsi) perlu ditambah pula dengan unsur peran (pengisi makna) dan kohesi (keterikatan antara satuansatuan lingual) yang membentuk jalinan yang erat. 8.3. Linguistik Transformasional dan Aliran-Aliran Sesudahnya Tata bahasa transformasi Dapat dikatakan tata bahasa transformasi lahir dengan terbitnya buku Noam Chomsky yang berjudul syntactic Structure pada tahun 1957, yang kemudian dikembangkan karena adanya kritik dan saran dari berbagai pihak, di dalam buku Chomsky yang ke-2 yang berjudul Aspect of the Theory of Syntax pada tahun 1965. Nama yang dikembangkan untuk model tata bahasa yang dikembangkan oleh Chomsky ini adalah Transformational Generative Grammar; tetapi dalam bahasa indonesia lazim disebut tata bahasa transformasi / tata bahasa generatif. Menurut Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah menyusun tata bahasa dari bahasa tersebut. Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri dan tata bahasa itu harus memenuhi 2 syarat, yaitu: a. Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh pemakai bahasa tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuatbuat. b. Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan/istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu. Sejalan dengan konsep Langue dan Parok dari de saussure, maka chomsky membedakan adanya kemampuan (competence) dan perbuatan bahasa (performance). Kemampuan (competence) adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya, sedangkan perbuatan berbahasa (performance) adalah pemakaian bahasa itu sendiri dalam keadaan yang sebenarnya. Dalam tata bahasa generatif ini, maka yang menjadi objeknya adalah kemampuan ini, meskipun perbuatan berbahasa juga penting, dan yang perlu dan menarik bagi seorang peneliti bahasa adalah kaidah yang dipakai di pembicara untuk membuat kalimat yang diucapkannya. Tata bahasa transformasi lahir bersamaan dengan terbitnya buku syntatic structure pada tahun 1957. Teori yang dikemukakan dalam buku ini sering disebut dengan nama “tata bahasa transformasi klasik”. Adanya sambutan yang berupa kritik dan saran atas kekurangan yang ada dalam teori itu menyebabkan munculnya lagi buku chomsky pada tahun 1965 dengan judul Aspect of Theory Syntac. Dalam buku ini. Chomsky telah menyempurnakan teorinya mengenal sintaks dengan mengadakan beberapa perubahan yang prinsipil. Tidak sama dengan tata bahasa strukturalis yang berusaha mendeskripsikan ciri-ciri bahasa tertentu, maka tata bahasa transformasi (dan sama dengan tata bahasa tradisonal), berusaha mendeskripsikan ciriciri kesemestaan bahasa. Lalu, karena pada mulanya teori tata bahasa ini dipakai untuk mendeskripsikan kaidah-kaidah bahasa Inggris, maka kemudian ketika pata pengikut teori ini mencoba untuk menggunakannya terhadap bahasa-bahasa lain timbullah berbagai masalah. Oleh karena itu, usaha-usaha perbaikan telah dilakukan oleh para bekas murid/bekas pengikut aliran ini. Umpamanya yang dilakukan oleh kaum semantik generatif, aliran tata bahasa kasus dan aliran tata bahasa relasional. Struktur semantik itu serupa dengan struktur logika, berupa ikatan tidak berkata antara predikat dengan seperangkat argumen dalam suatu proposisi. Struktur logika itu tergambar sebagai bagan berikut: Atau dapat dirumuskan sebagai: BELI (nenek, adik, baju baru). Jadi, proposisi kalimat itu mempunyai predikat yang berargumen tiga. Kalimat “Nenek membelikan adik baju baru” adalah kalimat yang proposisinya mempunyai predikat yang berargumen tiga, yaitu BELI (nenek, adik, baju baru). Tata bahasa kasus Dalam karangan Charles J. Fillmore pada tahun 1968, ia membagi kalimat atas (1) modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek dan advebia, (2) proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah kasus. Perhatikan bagan berikut! Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dengan nomina. Verba disini sama dengan predikat. Sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif. Hanya argumen dalam teori ini diberi label khusus. Dalam teori tahun 1968 Fillmore tidak membatasi jumlah kasus itu, tetapi dalam versi 1971 dibatasi atas kausus agent, eksperiencer, object, means, source, goal dan referential. - Agent adalah perlaku perbuatan/yang melakukan suatu perbuatan. Contoh: perbuatan makan, menendang dan membawa. - Eksperiencer adalah yang mengalami persitiwa psikologis. Contoh: saya dan dia dalam kalimat “saya tahu” dan “dia merasa takut”. - Object adalah sesuatu yang dikenai perbuatan/yang mengalami suatu proses. Contoh: bola dan rumah dalam kalimat “Dika menendang bola” dan “Pak Lurah membangun rumah” - Source adalah keadaan, tempat/waktu yang sudah Contoh: Bandung dalam kalimat “Bus tu datang dari Bandung”. - Goal adalah keadaan tempat/waktu yang kemudian Contoh: guru dalam kalimat “Dia mau jadi guru” - Referential adalah acuan Contoh: Husin dalam kalimat “Husin temanku” Tata bahasa relational Tata bahasa relational muncul pada tahun 1970-an sebagai tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari teori sintaksis yang dirancang oleh aliran tata bahasa transformasi. Sama halnya dengan tata bahasa transformasi, tata bahasa relasional juga berusaha mencari kaidah kesemestaan bahasa. Dalam hal ini tata bahasa relasional (TR) banyak menyerang tata bahasa transformasi (TT), karena menganggap teori-teori TT itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa lain selain bahasa Inggris. Menurut teori tata bahasa relasional, setiap struktur kalusa terdiri dari jaringan relasional (relational network) ynag melibatkan 3 macam maujud (entity), yaitu: a. Seperangkat sampai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di dalam suatu struktur. b. Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam hubungannya dengan elemen lain. c. Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada tataran yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain. 8.4. Tentang Linguistik di Indonesia Pada awalnya penelitian bahasa Indonesia dialkukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pemerintahan kolonial sangat memerlukan informasi mengenai bahasa-bahasa yang ada di bumi Indonesia utnuk melancarkan jalannya pemerintahan kolonial di Indonesia, di samping utnuk kepentingan lain, seperti penyebaran agama Nasrani, informasi yang lengkap danluas mengenai bahasa-bahasa daerah itu, terutama bahasa daerah yang penuturnya banyak, adalah sangat penting dalam menjalankan administrasi dan roda pemerintahan kolonial. Oleh karena itu, penelitian terhadap bahasa-bahasa daerah itu sangat digalakkan oelh pemerintahan kolonial Belanda itu. Banyak sarjana dikirim ke berbagai daerah untuk melakukan penelitian bahasa. Sejalan dengan perkembangan dan makin semaraknya stidu linguistik, pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior, berdirilah organisasi kelinguistikan yang diebri nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). Tiga tahun sekali MLI mengadakan musyawarah nasional. Selain membicarakan masalah organisasi, juga seminar mengenai linguistik dengah masalah yang disajikan oleh para anggota. Untuk melengkapi keberadaannya, sejak 1983 MLI menerbitkan sebuah jurnal yang diberi nama Linguistik indonesia. Jauh sebelum terbitnya Jurnal Linguistik Indonesia sebenarnya Indonesia sudah ada majalah linguistik yang menggunakan bahasa pengantar Inggris. Majalah ini lebih dikenal dengan nama NUSA dirintis penerbitnya oleh Prof. Dr. J.W.M. Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa basional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia, Universitas Leiden di Negeri Belanda telah mempunyai sejarah panjang dalam penelitian bahasa-bahasa nusantara. Di sana, antara lain ada Uhlenbeck dengan kajiannya yang sangat luas terhadap bahasa jawa, ada Voorhove, Teeuw, Rolvink dan terakhir Grijins dengan kajian dialek jakarktanya. Di London, Amerika dan masih banyak lagi yang menggunakan kajian tentang bahasa-bahasa Indonesia. Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa pesatuan dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki empat sentral dalam kajian linguistik deswasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.