bab viii sejarah dan aliran linguistik

advertisement
RESUME
BAHASA INDONESIA
BAB VIII SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah
: Kajian Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Drs. Umar Samadhy, M.Pd
Disusun oleh:
Nama
: Dedy Yulianto
NIM
: 1402408254
Kelas
:ID
PGSD FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2008
SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK
Dalam sejarah perkembangannya, lingusitik dipenuhi dengan berbagai
aliran, paham, pendekatan dan penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat
ruwet, saling berlawanan dan membingungkan, terutama bagi para pemula.
Namun, sebenarnya semuanya itu akan menambah wawasan kita terhadap bidang
dan kajian linguistik.
8.1. Linguistik Tradisional
Orang serting mempertentangkan linguistik tradisional dan linguistik
karena kedua jenis tata bahasa ini banyak dibicarakan orangtua sebagai dua hal
yang bertentangan sebagai akibat dari pendekatan keduanya yang tidak sama
terhadap hakikat bahasa. Tata bahasa tradisional menganalisis bahasa
berdasarkan filsafat dan semantik, sedangkan tata bahasa struktural
berdasarkan struktur atau ciri-ciri formal yang ada dalam suatu bahasa tertentu.
Dalam merumuskan kata kerja tata bahasa tradisional mengatakan kata
kerja adalah kata yang menyatakan tindakan/kejadian. Sedangkan tata bahasa
struktural dalam menyatakan kata kerja adalah kata yang dapat terdistribusi
dengan frase “dengan ....”.
8.1.1. Linguistik Zaman Yunani
Hal yang dipertentangkan para filosof Yunanai mengenai hakikat
bahasa adalah (1) pertentangan antara fisis dan nomos, (2) pertentangan antara
analogi dan anomali. Bahasa bersifat alami (fisis) maksudnya bahasa itu
mempunyai hubungan asal-usul, sumber dalam prinsip-prinsip abadi dan tidak
dapat diganti di luar manusia itu sendiri, oleh karena itu tidak dapat ditolak.
Bahasa bersifat konvensi artinya, makna-makna kata itu diperoleh dari hasilhasil tradisi/kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai kemungkinan bisa berubah.
Pertentangan analogi dan anomali menyangkut masalah bahasa itu
sesuatu yang terakhir/tidak teratur. Kaum analogi, antara lain Plato dan
Aristoteles, berpendapat bahwa itu bersifat teratur. Karena adanya keteraturan
itulah orang bisa menyusun tata bahasa. Tokoh/kaum yang berperan besar
dalam satu dibahasa:
 Kaum Sophis muncul pada abad ke-5 SM. Mereka dikenal dalam studi
bahasa, antara lain karena:
a. Mereka melakukan kerja secara empiris.
b. Mereka melakukan kerja secara pasti dengan menggunakan ukuranukuran tertentu.
c. Mereka sangat memntingkan bisang retorika dalam studi bahasa.
d. Mereka memedakan tipe-tipe kalimat berdasarkan isi dan makna.
Salah seorang tokoh Sophis, yaitu Protogoras, membagi kalimat menjadi
kalimat narasi, kalimat tanya, kalimat jawab, kalimat perintah, kalimat
laporan, doa dan undangan. Tokoh lain, Georgias, membicarakan gaya
bahasa seperti yang kita kenal sekarang..
 Plato yang hidup sebelum abad masehi itu, dalam studi bahasa terkenal,
antara lain karena:
a. Dia memperdebatkan analogi dan anomali dalam bukunya “dialog”.
Juga mengemukakan masalah bahasa alamiah dan bahasa konvensional.
b. Dia menyodorkan batasan bahasa yang bunyinya kira-kira bahasa
adalah pernyataan pikiran manusia dengan perantara onomata dan
rhemata.
c. Dialah orang yang pertama kali membedakan kata dalam onoma dan
rhena.
 Aristoteles adalah salah seorang murid Plato. Dalam studi bahasa dia
menambahkan satu kelas kata lagi atas pembagian yang dibuat gurunya.
Plato, yaitu dengan syndesmoi. Jadi menurut Aristoteles ada 3 macam kelas
kata, yaitu onoma, rhema dan syndesmoi. Yang dimaksud syndesmoi
adalah kata-kata yang lebih banyak bertugas dalam hubungan sintaksis.
Jadi, syndesmoi ini lebih kurang sama dengan kelas preposisi dan
konjungsi yang kita kenal sekarang. Dia membedakan jenis kelamin kata
(atau gender) menjadi tiga, yaitu maskulin, feminin dan neutrum.
 Kaum Stoik adalah kelompok ahli filsafat yang berkembang pasa
permulaan abad ke-4 SM. Mereka membedakan studi bahasa secara logika
dan studi bahasa secara tata bahasa. Mereka membedakan tiga komponen
utama dari studi bahasa, yaitu (1) tanda, simbol, sign/semainon, (2) makna,
apa yang disebut semainomen/lekton, (3) hal-hal di luar bahasa yakni
benda/situasi. Mereka membedakan legein yaitu bunyi yang merupakan
bagian dari fonologi tetapi tidak bermakna dan propherental yaitu ucapan
bunyi bahasa yang mengandung makna. Mereka membagi jenis kata
menjadi 4, yaitu kata benda, kata kerja, syndesmoi dan arthoron yaitu katakata yang menyatakan jenis kelamin serta kata kerja aktif dan kata kerja
pasif.
 Kaum Alexandrian melahirkan karya “Tata Bahasa Dionysius Thrax”
sebagai hasil mereka dalam menyidik kereguleran bahasa Yunani. Buku
Dionysius Thrax ini lahir lebih kurang tahun 100 SM dan menjadi sikal
bakal tata bahasa tradisional.
8.1.2. Zaman Romawi
Tokoh pada zaman Romawi yang terkenal antara lain, Varro (116-27
SM) dengan karyanya De Lingua Latina dan Priscia dengan Instituciones
Gramaticae. Dalam buku De Lingua Latina yang terdiri dari 25 jilid, Varro
masih juga mendebatkan masalah analogi dan anomali, buku ini dibadi dalam
bidang-bidang etimologi, morfologi dan sintaksis. Etimologi adalah cabang
linguistik yang menyelidiki asal-usul kata beserta artinya. Dan terjadi
perubahan bentuk serta perubahan makna kata. Morfologi adalah cabang
linguistik yang mempelajari kata dan pembentukannya. Tata bahasa Priscia,
buku ini terdiri dari 18 jilid. 16 jilid mengenai morfologi dan 2 jilid mengenai
sintaksis. Buku ini paling lengkap yang dituturkan oleh pembicara aslinya dan
teori-teori tata bahasanya merupakan tonggak-tonggak utama pembicaraan
bahasa secara tradisional. Segi-segi yang dibicarakan dalam buku ini, antara
lain:
a.
Fonologi, dalam bidang fonologi pertama-tama dibicarakan tulisan dan
huruf yang disebut lutterae (bagian terkecil dari bunyi yang dapat
dituliskan).
b.
Morfologi. Dalam bidang ini dibicarakan mengenai diccio / kata (bagian
minimum dari sesuatu ujaran dan harus diartikan terpisah dalam makna
sebagai satu keseluruhan).
c.
Sintaksis. Bidang sintaksis membicarakan hal yang disebut oratio, yaitu
tata susun kata yang berselaras dan menunjukkan kalimat itu selesai.
Buku in telah menjadi dasar tata bahasa latin dan fisafat zaman pertengahan.
8.1.3. Zaman pertengahan
Dari zaman pertengahan ini yang patut dibicarakan dalam studi bahasa,
antara lain adalah peranan kaum modistae, tata bahasa Spekultiva dan Petrus
Hispanus.
Kaum modistae membicarakan pertentangan antara fisis dan nomos dan
pertentangan
antara
analogi
dan
anomali.
Mereka
berperan
dalam
perkembangan di bidang stimologi. Tata bahasa spekulativa merupakan hasil
integrasi deskripsi gramatikal bahasa latin ke dalam filsafat skolastik. Menurut
tata bahasa spekultiva, kata tidak secara langsung mewakili alam dari benda
yang ditunjuk, kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam berbagai cara,
modus, substansi, aksi, kualitas, dll. Petrus Hispanus, beliau pernah menjadi
Paus, yaitu tahun 1276-1277 dengan gelar Paus Johaness XXI. Bukunya
berjudul Summulae Ligicales. Peranannya dalam bidang lingiustik antara lain:
a.
Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa, membedakan
antara signifikasi utama dan konsignifikasi, yaitu pembedaan pengertian
pada bentuk sifat dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan.
b.
Membedakan nomen atas 2 macam, yaitu nomen substantivium dan
nomen adjectivum.
c.
Membedakan partes orationes atas kategorimatik dan syntategorematik.
Kategorematik adalah semua bentuk yang dapat menjadi subjek/predikat,
syntategorematik adalah suatu bentuk tutur lainnya.
8.1.4. Zaman renaisans
Zaman Renaisans dianggap sebagai zaman pembuka abad modern.
Linguistik Arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa Arab sebagai
bahasa kitab suci agama Islam. Ada 2 aliran bahasa Arab, yaitu aliran Basra
yang mendapat pengaruh konsep analogi dari zaman Yunani dan aliran Kufah
yang memberikan perhatian kepada keanekaragaman bahasa.
Bila kita simpulkan pembicaraan mengenai linguistik tradisional, yaitu:
a.
Pada tata bahasa tradisional tidak dikenal adanay perbedaan antara
bahasa ujaran dengan bahasa tulisan. Oleh karena itu, diskripsi bahasa
hanya bertumpu pada bahasa tulisan.
b.
Bahasa yang disusun tata bahasanya dideskripsikan dengan mengambil
patokan-patokan dari bahasa latin, terutama bahasa latin.
c.
Kaidah-kaidah bahasa dibuat secara prespektif, yakni benar/salah.
d.
Persoalan kebahasaan seringkali dideskripsikan dengan melibatkan
logika.
e.
Penemuan-penemuan kaidah-kaidah terdahulu cenderung untuk selalu
dipertahankan.
8.2.
Linguistik Strukturalis
Ferdinad de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai bapak linguistik
modern berdasarkan pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya
Course de Linguistiques Generals yang disusun dan diterbitkan oleh Carles
Bally dan albert Sechehay tahun 1915 (jadi 2 tahun setalah de Saussure
meninggal). Ferdinad de Saussure membedakan adanya 2 macam hubungan
yaitu hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Hubungan
sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
tuturan yang tersusun secara berurutan, bersifat linier. Hubungan paradigmatik
adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan
unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
Dalam bidang fonologi aliran praha memberi pengaruh sangat besar.
Aliran praha inilah yang pertama-tama membedakan dengan tegas akan
fonetik dan fonologi. Fonetik mempelajari bunyi-bunyi itu sendiri, sedangkan
fonologi mempelajari fungsi bunyi tersebut dalam suatu sistem. Dalam bidang
fonologi aliran praha ini juga memperkenalkan dan mengembangkan suatu
istilah yang disebut morfologi, bidang yang meneliti struktur fonologis
morfem. Bidang ini meneliti perubahan-perubahan fonologis yang terjadi
sebagai akibat hubungan morfem dengan morfem. Dalam bidang sintaksis
Vilem Mathesius mencoba menelaah kalimat melalui pendekatan fungsional.
Struktur informasi menyangkut unsur tema dan rema. Tema adalah apa yang
dibicarakan, sdangkan rema adalah apa yang dikatakan mengenai tema. Setiap
kalimat mengandung unsur tema dan rema.
Aliran biosematik lahir di Denmark, tokohnya antara lain, Louis
Hjemslv (1899-1965) yang meneruskan ajaran Ferdinand de Saussure.
Namanya menjadi terkenal karena usahanya untuk membuat ilmu bahasa
menjadi ilmu yang berdiri sendiri, bebas dari ilmu lain, dengan peralatan,
metodologis dan terminologis sendiri. Analisis bahasa dimulai dari wacana,
kemudian ujaran itu dianalisis atas konstituen-konstituen yang mempunyai
hubungan paradigmatis dalam rangka forma (hubungan gramatikal intern),
substansi (kategori ekstern dari objek material), ungkapan (medium
verbal/grafis) dan isi (makna).
M.A.K Haliday yaitu salah seorang murid firth yang mengembangkan
teori fith menganai bahasa, khususnya yang berkenan dengan segi
kemasyarkatan bahasa dengan nama aliran linguistik sistematik. Pokok-pokok
pandangan systemic linguistic (SL) adalah:
a. SL memberikan perhatian penuh pada segi kemasyarakatan bahasa
terutama mengenai fungsi kemasyarakatan bahasa dan bagaimana fungsi
kemasyarakatan itu telaksana dalam bahasa.
b. SL memandang bahasa sebagai “pelaksana”.
c. SL lebih mengutamakan pemerian ciri-ciri bahasa tertentu beserta variasivariasinya, tidak/kurang tertarik pada semesta bahasa.
d. SL mengenal adanya gradasi/kontimum. Batas butir-butir bahasa bahasa
seringkali tidak jelas.
e. SL menggambarkan 3 tataran utama.
Faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya secara pesat aliran
strukturalis di Amerika pada tahun 30-an:
a. Pada masa itu para linguis di Amerika menghadapi masalah yang sama
yaitu banyak sekali bahasa Indian di Amerika yangbelum diberikan.
b. Sikap Bloomfield yang menolak metalistik sejalan dengan iklim filsafat
yang berkembang pada fakta-fakta yang dapat dicocokkandengan
kenyataan-kenyataan yang dapat diamati.
c. Diantara linguis-linguis itu ada hubungan yang baik, karena adanya The
Linguistics Society of Amerika yang menerbitkan majalah Language;
wadah tempat melaporkan hasil kerja mereka.
Aliran strukturalis yang dikembangkan Bloomfield dengan para
pengikutnya
sering
juga
disebut
aliran
taksonomi
dan
aliran
Bloomfieldian/post bloomfieldian, karena bermula/bersumber pada gagasan
Blomfield. Disebut aliran taksonomi karena aliran itu menganalisis dan
mengklarifikasikan unsur-unsur bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya.
Dalam
menganalisis
kaimat,
mislanya
digunakan
teknik
Immediate
Constituensts Analysis (IC analiysis) untuk melihat unsur-unsur langsung
yang membangun kalimat tesebut.
Aliran Tagmemik dipelopori oleh Kenneth L. Pike, sedangkan tokoh di
Summei Institure of Linguistik, yang mewarisi pandangan-pandangan
Bloomfiled, sehingga aliran ini juga bersifat strukturalis, tetapi juga
antropologis. Menurut aliran ini satuan dasar dari sintaksis adalah tegmen
(susunan) tagmen adalah korelasi antara fungsi gramatikal / slot dengan
sekelompok bentuk-bentuk kata yang dapat saling dipertukarkan untuk
mengisi slot tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua unsur tagmem,
yaitu fungsi danbentuk (atau kategori pengisi fungsi) perlu ditambah pula
dengan unsur peran (pengisi makna) dan kohesi (keterikatan antara satuansatuan lingual) yang membentuk jalinan yang erat.
8.3.
Linguistik Transformasional dan Aliran-Aliran Sesudahnya
 Tata bahasa transformasi
Dapat dikatakan tata bahasa transformasi lahir dengan terbitnya
buku Noam Chomsky yang berjudul syntactic Structure pada tahun 1957,
yang kemudian dikembangkan karena adanya kritik dan saran dari
berbagai pihak, di dalam buku Chomsky yang ke-2 yang berjudul Aspect
of the Theory of Syntax pada tahun 1965. Nama yang dikembangkan
untuk model tata bahasa yang dikembangkan oleh Chomsky ini adalah
Transformational Generative Grammar; tetapi dalam bahasa indonesia
lazim disebut tata bahasa transformasi / tata bahasa generatif. Menurut
Chomsky salah satu tujuan dari penelitian bahasa adalah menyusun tata
bahasa dari bahasa tersebut. Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut
Chomsky adalah merupakan teori dari bahasa itu sendiri dan tata bahasa
itu harus memenuhi 2 syarat, yaitu:
a. Kalimat yang dihasilkan oleh tata bahasa itu harus dapat diterima oleh
pemakai bahasa tersebut sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuatbuat.
b. Tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga
satuan/istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa
tertentu saja dan semuanya ini harus sejajar dengan teori linguistik
tertentu.
Sejalan dengan konsep Langue dan Parok dari de saussure, maka
chomsky membedakan adanya kemampuan (competence) dan perbuatan
bahasa (performance). Kemampuan (competence) adalah pengetahuan
yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya, sedangkan perbuatan
berbahasa (performance) adalah pemakaian bahasa itu sendiri dalam
keadaan yang sebenarnya. Dalam tata bahasa generatif ini, maka yang
menjadi objeknya adalah kemampuan ini, meskipun perbuatan berbahasa
juga penting, dan yang perlu dan menarik bagi seorang peneliti bahasa
adalah kaidah yang dipakai di pembicara untuk membuat kalimat yang
diucapkannya.
Tata bahasa transformasi lahir bersamaan dengan terbitnya buku
syntatic structure pada tahun 1957. Teori yang dikemukakan dalam buku
ini sering disebut dengan nama “tata bahasa transformasi klasik”. Adanya
sambutan yang berupa kritik dan saran atas kekurangan yang ada dalam
teori itu menyebabkan munculnya lagi buku chomsky pada tahun 1965
dengan judul Aspect of Theory Syntac. Dalam buku ini. Chomsky telah
menyempurnakan teorinya mengenal
sintaks
dengan mengadakan
beberapa perubahan yang prinsipil.
Tidak sama dengan tata bahasa strukturalis yang berusaha
mendeskripsikan ciri-ciri bahasa tertentu, maka tata bahasa transformasi
(dan sama dengan tata bahasa tradisonal), berusaha mendeskripsikan ciriciri kesemestaan bahasa. Lalu, karena pada mulanya teori tata bahasa ini
dipakai untuk mendeskripsikan kaidah-kaidah bahasa Inggris, maka
kemudian ketika pata pengikut teori ini mencoba untuk menggunakannya
terhadap bahasa-bahasa lain timbullah berbagai masalah. Oleh karena itu,
usaha-usaha perbaikan telah dilakukan oleh para bekas murid/bekas
pengikut aliran ini. Umpamanya yang dilakukan oleh kaum semantik
generatif, aliran tata bahasa kasus dan aliran tata bahasa relasional.
Struktur semantik itu serupa dengan struktur logika, berupa ikatan
tidak berkata antara predikat dengan seperangkat argumen dalam suatu
proposisi. Struktur logika itu tergambar sebagai bagan berikut:
Atau dapat dirumuskan sebagai: BELI (nenek, adik, baju baru). Jadi,
proposisi kalimat itu mempunyai predikat yang berargumen tiga. Kalimat
“Nenek membelikan adik baju baru” adalah kalimat yang proposisinya
mempunyai predikat yang berargumen tiga, yaitu BELI (nenek, adik, baju
baru).
 Tata bahasa kasus
Dalam karangan Charles J. Fillmore pada tahun 1968, ia membagi kalimat
atas (1) modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala, aspek dan advebia,
(2) proposisi, yang terdiri dari sebuah verba disertai dengan sejumlah
kasus. Perhatikan bagan berikut!
Yang dimaksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan
antara verba dengan nomina. Verba disini sama dengan predikat.
Sedangkan nomina sama dengan argumen dalam teori semantik generatif.
Hanya argumen dalam teori ini diberi label khusus.
Dalam teori tahun 1968 Fillmore tidak membatasi jumlah kasus
itu, tetapi dalam versi 1971 dibatasi atas kausus agent, eksperiencer,
object, means, source, goal dan referential.
-
Agent adalah perlaku perbuatan/yang melakukan suatu perbuatan.
Contoh: perbuatan makan, menendang dan membawa.
-
Eksperiencer adalah yang mengalami persitiwa psikologis.
Contoh: saya dan dia dalam kalimat “saya tahu” dan “dia merasa
takut”.
-
Object adalah sesuatu yang dikenai perbuatan/yang mengalami suatu
proses.
Contoh: bola dan rumah dalam kalimat “Dika menendang bola” dan
“Pak Lurah membangun rumah”
-
Source adalah keadaan, tempat/waktu yang sudah
Contoh: Bandung dalam kalimat “Bus tu datang dari Bandung”.
-
Goal adalah keadaan tempat/waktu yang kemudian
Contoh: guru dalam kalimat “Dia mau jadi guru”
-
Referential adalah acuan
Contoh: Husin dalam kalimat “Husin temanku”
 Tata bahasa relational
Tata bahasa relational muncul pada tahun 1970-an sebagai
tantangan langsung terhadap beberapa asumsi yang paling mendasar dari
teori sintaksis yang dirancang oleh aliran tata bahasa transformasi. Sama
halnya dengan tata bahasa transformasi, tata bahasa relasional juga
berusaha mencari kaidah kesemestaan bahasa. Dalam hal ini tata bahasa
relasional (TR) banyak menyerang tata bahasa transformasi (TT), karena
menganggap teori-teori TT itu tidak dapat diterapkan pada bahasa-bahasa
lain selain bahasa Inggris. Menurut teori tata bahasa relasional, setiap
struktur kalusa terdiri dari jaringan relasional (relational network) ynag
melibatkan 3 macam maujud (entity), yaitu:
a. Seperangkat sampai (nodes) yang menampilkan elemen-elemen di
dalam suatu struktur.
b. Seperangkat tanda relasional (relational sign) yang merupakan nama
relasi gramatikal yang disandang oleh elemen-elemen itu dalam
hubungannya dengan elemen lain.
c. Seperangkat “coordinates” yang dipakai untuk menunjukkan pada
tataran yang manakah elemen-elemen itu menyandang relasi
gramatikal tertentu terhadap elemen yang lain.
8.4. Tentang Linguistik di Indonesia
Pada awalnya penelitian bahasa Indonesia dialkukan oleh para ahli
Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan untuk kepentingan pemerintahan
kolonial. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 pemerintahan kolonial
sangat memerlukan informasi mengenai bahasa-bahasa yang ada di bumi
Indonesia utnuk melancarkan jalannya pemerintahan kolonial di Indonesia, di
samping utnuk kepentingan lain, seperti penyebaran agama Nasrani, informasi
yang lengkap danluas mengenai bahasa-bahasa daerah itu, terutama bahasa
daerah yang penuturnya banyak, adalah sangat penting dalam menjalankan
administrasi dan roda pemerintahan kolonial. Oleh karena itu, penelitian
terhadap bahasa-bahasa daerah itu sangat digalakkan oelh pemerintahan
kolonial Belanda itu. Banyak sarjana dikirim ke berbagai daerah untuk
melakukan penelitian bahasa.
Sejalan dengan perkembangan dan makin semaraknya stidu linguistik,
pada tanggal 15 November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior,
berdirilah organisasi kelinguistikan yang diebri nama Masyarakat Linguistik
Indonesia (MLI). Tiga tahun sekali MLI mengadakan musyawarah nasional.
Selain membicarakan masalah organisasi, juga seminar mengenai linguistik
dengah masalah yang disajikan oleh para anggota. Untuk melengkapi
keberadaannya, sejak 1983 MLI menerbitkan sebuah jurnal yang diberi nama
Linguistik indonesia. Jauh sebelum terbitnya Jurnal Linguistik Indonesia
sebenarnya Indonesia sudah ada majalah linguistik yang menggunakan bahasa
pengantar Inggris. Majalah ini lebih dikenal dengan nama NUSA dirintis
penerbitnya oleh Prof. Dr. J.W.M.
Penyelidikan terhadap bahasa-bahasa daerah Indonesia dan bahasa
basional Indonesia, banyak pula dilakukan orang di luar Indonesia,
Universitas Leiden di Negeri Belanda telah mempunyai sejarah panjang dalam
penelitian bahasa-bahasa nusantara. Di sana, antara lain ada Uhlenbeck
dengan kajiannya yang sangat luas terhadap bahasa jawa, ada Voorhove,
Teeuw, Rolvink dan terakhir Grijins dengan kajian dialek jakarktanya. Di
London, Amerika dan masih banyak lagi yang menggunakan kajian tentang
bahasa-bahasa Indonesia.
Sesuai dengan fungsinya sebagai bahasa nasional, bahasa pesatuan dan
bahasa negara, maka bahasa Indonesia tampaknya menduduki empat sentral
dalam kajian linguistik deswasa ini, baik di dalam negeri maupun di luar
negeri.
Download