Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia “Memulihkan dan Memperkuat Landasan bagi Kenaikan Pertumbuhan Ekonomi Nasional yang Berkelanjutan” SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA JAKARTA CONVENTION CENTER, 15 NOVEMBER 2015 Perkembangan Ekonomi Dunia • Ekonomi Global mengalami stagnasi dan ketidakseimbangan tabungan dan investasi • Negara maju (US, JP, EURO) menghindari reformasi yang bersifat struktural karena biaya politik yang tinggi, akhirnya hanya mengandalkan kebijakan moneter • China sedang mengalami penyesuaian dari pertumbuhan tinggi menjadi pertumbuhan sedang, dari investasi yang tinggi ke konsumsi yang lebih tinggi, ditengah persoalan demografi • Negara negara yang tergantung kepada China dan tergantung kepada komoditas (Rusia, Brazil, Australia, Afrika Selatan, Malaysia, Indonesia, Thailand) mengalami perlambatan ekonomi. • Harga minyak yang turun tajam telah membuat kesulitan negara penghasil minyak, terutama negara negara Timur tengah mengalami defisit fiskal yang sangat besar (Saudi Arabia) 2 Resesi Global Dunia menjadi lebih lama manakala para pemimpin politik menghindar 3 3 Perlambatan pertumbuhan masih akan berlangsung Ekonomi negara maju mengalami stagnasi suku bunga mendekati “zero”, dan inflasi tetap rendah padahal kebijakan pelonggaran likuitas terus berlangsung Dalam jangka menengah (3-5) tahun kedepan, perekonomian dunia akan pulih secara gradual. Pemulihan ekonomi di negara maju tidak sebaik yang diperkirakan, sementara itu negara berkembang masih alami perlambatan. Negara negara di Asia masih tetap menjadi motor utama ekonomi dunia hingga jangka menengah bertumbuh rata rata di kisaran 5% 4 4 Risiko Global Jangka Pendek dan Antisipasi Dampaknya ke Indonesia Perlambatan ekonomi dunia dan China yang jauh lebih dalam dari perkiraan semula berdampak negatif terhadap permintaan dan harga komoditas : Defisit di neraca berjalan Pengurangan pendapatan negara Keutungan perusahaan berkurang atau bahkan rugi Pendapatan rumah tangga menurun Tekanan di pasar keuangan dengan volatilitas yang dapat disebabkan oleh kenaikan suku bunga di US serta tekanan di pasar keuangan China berpotensi mendorong perpindahan modal ke negara maju: Tekanan pada sistem keuangan Spill over ke sektor riil Pembayaran hutang dan peminjaman kembali 5 Pertumbuhan Ekonomi dan Pengendalian Inflasi Inflasi Pertumbuhan PDB 8.00 Indonesia 20 Peers (Baa1-Baa3) CPI y-o-y 18 6.00 6.5 6.8 6.1 Core y-o-y 16 6.4 Administered Prices yo-y 14 12 4.8 4.00 4.1 3.6 3.7 10 3.6 8 2.00 6 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.26 5.58 5.02 4.73 0.00 4 2 0 -1.1 -2.00 Jan Mar May Jul Sept Nov Jan Mar May Jul Sept Nov Jan Mar May Jul Sept Nov Jan Mar May Jul Sept 2012 2013 2014 2015 Source: Bank Indonesia Pertumbuhan ekonomi ekonomi Indonesia juga mengalami perlambatan seiring dengan trend perekonomian global Pada kwartal ketiga mulai terlihat pemulihan meskipun masih pada tahap awal. Belanja pemerintah menjadi faktor pemicu untuk menstimulasi aktivitas ekonomi pada Q3. Kepercayaan investor masih belum sepenuhnya pulih Inflasi inti cenderung terkendali dalam 4 tahun terakhir. Sementara Indonesia mengalami deflasi pada bulan Oktober, dan diperkirakan laju inflasi akan berada dibawah 4% pada tahun 2015 6 Defisit transaksi berjalan membaik, sementara pelemahan rupiah belum mampu mendorong ekspor Neraca Pembayaran Nilesporai Tukar dan Total Ekspor 20 16000 Export IDR 15000 18 13000 16 12000 14 11000 12.53 10000 12 9000 10 8000 2012 Sumber : Bank Indonesia 2013 2014 2015 Sep-15 Sumber : BPS, Bloomberg Defisit transaksi berjalan dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III-2015 tercatat sebesar USD4,0 miliar (1,86% PDB), membaik dibandingkan dengan defisit di triwulan III-2014 sebesar USD7,0 miliar (3,02% PDB) maupun defisit di triwulan II-2015 sebesar USD4,2 miliar (1,95% PDB). Di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global, kinerja transaksi modal dan finansial masih mencatat surplus. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan III-2015 tercatat sebesar USD1,2 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada triwulan II-2015 sebesar USD 2,2 miliar maupun triwulan III-2014 sebesar USD14,7 miliar. Surplus transaksi modal dan finansial yang menurun tersebut tidak dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan sehingga overall balance NPI triwulan III-2015 mengalami defisit sebesar USD4,6 miliar. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa turun dari USD108,0 miliar pada akhir Juni 2015 menjadi USD101,7 miliar pada akhir September 2015. 7 IDR/USD Billions USD 14000 Perkembangan ekspor industri manufaktur Manufaktur berbasis komoditas dominan, padat karya melambat Manufactured, Labor-Intensive & Commodity-Based Exports in Current Prices (US$) 1975-2015 160 140 120 100 80 60 40 20 0 Manufactured exports Commodity-based exports Labor-intensive manufactures Manufaktur berbasis komoditas mengalami negatif growth untuk periode 2013-2014 Percentage Change in Exports, 1975-2014 (%) In constant prices - in US $ 60% 50% 49% 40% 33% 32% 30% 26% 23% 17% 20% 10% 0% 5% 5% 0% 85-90 96-13 1% -10% -20% -18% Manufactured Products 90-96 4%5% Jan-July -4% 2013-2014 -30% 75-85 5% Labor-intensive manufactures Commodity-based exports Pemerintah Mulai Merespon Secara Konsisten Sejak September 2015 10 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I … mendorong daya saing industri nasional melalui kebijakan deregulasi, debirokrasi, dan insentif fiskal Cut Red Tapes Percepatan Realisasi Proyek Strategis Nasional • Deregulasi 81 peraturan • Kebijakan deregulasi antara lain relaksasi persyaratan pemberian visa, penyesuaian harga untuk industri tertentu dan peningkatan fungsi koperasi • Penyederhanaan pembuatan ijin usaha dan implementasi e-service • Penyederhanaan ijin tata ruang dan penyediaan lahan • Percepatan pengadaan barang dan jasa pemerintah • Kebijakan dalam mengatasi hambatan masalah hukum • Penguatan peran pemerintah daerah dalam percepatan proyek strategis nasional Mendorong Perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah • Mendukung perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah • Perluasan kesempatan untuk investasi di sektor properti Source: Ministry of Finance Source: Ministry of Finance 11 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II … kemudahan perijinan investasi dan memperbaiki ketentuan atas devisa hasil ekspor Penyederhanaan Persyaratan Perijinan Insentif Pajak Fasilitas logistik yang terintegrasi • Memberikan perizinan investasi dalam waktu tiga jam • Pengurusan Tax Allowance dan Tax Holiday yang lebih cepat • Mempercepat ijin investasi dan produksi sektor kehutanan • Pembebasan PPN untuk alat transportasi. Pembebasan diberikan untuk galangan kapal, kereta api, pesawat dan termasuk suku cadangnya • Pengurangan pajak bunga deposito diberikan pada eksportir yang berkewajiban melaporkan devisa hasil ekspor • Fasilitas insentif pada pusat logistik • Pembangunan dua pusat logistik berikat di Cikarang dan merak Source: Ministry of Finance 12 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III … fasilitasi dalam pelayanan keuangan, pembiayaan ekspor dan pengurangan beban usaha Penurunan Harga BBM, Listrik dan Gas • Penurunan harga BBM • Penurunan harga gas untuk pabrik atau industri tertentu • Penurunan tarif listrik untuk industri Source: Ministry of Finance Penyederhanaan Izin Pertanahan Dalam Kegiatan Penanaman Modal • 3 jam untuk informasi ketersediaan lahan • Percepatan waktu persetujuan untuk ijin pembangunan gedung, dll Perluasan Wirausahawan penerima KUR • Keluarga yang mempunyai penghasilan tetap dapat menerima KUR untuk sektor usaha produktif 13 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV … peningkatan kesejahteraan pekerja Sistem Pengupahan yang Adil, Sederhana dan Terproyeksi Kebijakan KUR yang lebih Murah dan Meluas • Penyusunan peraturan Upah Minimum Provinsi • Formula untuk menyusun UMP untuk menjamin kepastian pengupahan • Penerima KUR adalah individu atau perseorangan yang meliputi : UMKM yang produktif, calon TKI yang akan bekerja diluar negeri, anggota keluarga dari karyawan/karyawati atau TKI yang berpeghasilan tetap, TKI purna • Usaha produktif yang meliputi: Pertanian, perikanan, dan perdagangan Source: Ministry of Finance 14 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid V … memperbaiki lingkungan industri dan investasi melalui insentif pajak dan deregulasi perbankan syariah Revaluasi Aset • Semenjak Peraturan dikeluarkan s.d. 31 Desember 2015 dikenakan tarif Pajak 3% • 1 Januari – 30 Juni 2016 dikenakan tarif Pajak 4% • 1 Juli s.d. 31 December 2016 dikenakan tarif pajak 6% Source: Ministry of Finance Menghilangkan Pajak Berganda Dana Investasi Real Estate, Properti dan Infrastruktur • Memperkenalkan produk baru dalam pasar modal • Skema pajak baru untuk produk pasar modal tertentu (Kontrak Investasi Kolektif-Dana Investasi Real Estate) Deregulasi di Bidang Perbankan Syariah • Berkoordinasi dengan OJK, peraturan untuk meningkatkan pengembangan produk dan perluasan bisnis 15 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI … Menggerakkan Ekonomi di Wilayah Pinggiran, Penyediaan Air untuk Rakyat Secara Berkeadilan, dan Proses Cepat Impor Bahan Baku Obat Menggerakkan Ekonomi Pinggiran Melalui Kawasan Ekonomi Khusus Penyediaan Air secara berkelanjutan dan Berkeadian Proses Cepat (Paperless) Perizinan Impor Bahan Baku Obat • Pemberian insentif fiskal, serta berbagai fasilitas dan kemudahan di bidang ketenagakerjaan, keimigrasian pertanahan dan kemudahan perizinan • Penyusunan RPP Pengusahaan Sumber Daya Air dan RPP tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk memberikan kepastian dalam pengelolaan sumber daya air • Penyederhanaan proses impor bahan baku obat dan makanan hingga waktu yang dibutuhkan kurang dari 6 jam dan 100% paperless 16 Respon pasar terhadap paket kebijakan pemerintah Pasar menyambut positif adanya paket kebijakan pemerintah … Pergerakan Nilai Tukar Mata Uang beberapa negara utama ASEAN+India terhadap Dolar AS (2 September -1 November 2015) PAKET I PAKET II PAKET III PAKET IV PAKET V Gambar diatas mengilustrasikan bagaimana pasar merespon series paket-paket kebijakan ekonomi Sumber: Bloomberg 17 Meskipun pasar sudah bereaksi positif namun pekerjaan jauh dari selesai. Pekerjaan rumah : beberapa isu dan masalah mendasar ekonomi yang harus ditangani 18 Kecenderungan Menabung Turun Sektor keuangan didominasi oleh sektor perbankan tetapi kecenderungan masyarakat untuk menabung menurun • • MPS Gross Nasional Saving per GDP dan MPS cenderung menurun. Jumlah rekening mengalami kenaikan, namun Saldo per Rekening Tabungan cenderung menurun. GDP/Cap GNS/GDP Sumber: OJK 19 Sementara Kebutuhan Pendanaan Investasi Meningkat RPJMN 2015-2019 Rp Triliun Sektor Jalan Kereta Api Perhubungan Laut4 Udara Darat (termasuk ASDP) Transportasi Perkotaan 5 Ketenagalistrikan 6 Energi (Migas) Teknologi Komunikasi dan Informatika Sumber Daya Air Air Minum dan Limbah Perumahan TOTAL INFRASTRUKTUR APBN1 340.0 150.0 498.0 85.0 50.0 90.0 100.0 3.6 APBD 200.0 5.0 15.0 - BUMN2 65.0 11.0 238.2 50.0 10.0 5.0 445.0 151.5 Swasta3 200.0 122.0 163.8 25.0 5.0 435.0 351.5 12.5 15.3 27.0 223.0 277.8 275.5 227.0 384.0 2,215.6 68.0 198.0 44.0 545.3 7.0 44.0 12.5 1,066.2 50.0 30.0 87.0 1,692.3 400.5 499.0 527.5 5,519.4 100.00 % Total 805.0 283.0 900.0 165.0 60.0 115.0 980.0 506.6 40.14% 9.88% 19.32% 30.66% Persentase 1) Dukungan pendanaan APBN yang diharapkan Sumber : Bappenas 2) Dukungan pendanaan BUMN yang diharapkan. 3) Kemampuan maksimal swasta melalui percepatan kerjasama pemerintah dan swasta termasuk business to business 4) Kenaikan karena pertambahan komponen tol laut serta biaya rutin 5) Alokasi tersebut terdiri untuk kegiatan Angkutan Perkotaan Berbasis Rel dan Jalan. 6) Kemampuan PT PLN hanya sekitar 250 T, selebihnya memerlukan PMN 20 Penciptaan Lapangan Pekerjaan Tingkat Pengangguran Penduduk Bekerja Menurut Sektor (Juta Jumlah Orang Menganggur 10 Tingkat Pengangguran (RHS) 9 8 7.41 7.14 (%) Jasa Kemasyarak atan/Peroran gan 8 7 6.80 6.56 6.32 7 6.14 5.88 6.17 Lainnya 6 5.7 5.94 5.81 6.18 6 5 Pertanian Keuangan 5 4 4 8.59 8.36 8.12 7.70 7.61 7.24 7.17 7.41 7.15 7.24 7.45 7.56 3 3 Transportasi Pergudangan Komunikasi 2 2 1 1 Industri 0 0 Feb Ags 2010 Feb Ags 2011 Feb Ags 2012 Feb Ags 2013 Feb Ags 2014 Feb Ags 2015 Perdagangan Konstruksi Sumber: BPS • Penciptaan tenaga kerja juga menurun seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat, mengakibatkan kenaikan pengangguran. • Penyerapan tenaga kerja masih lebih banyak disektor perdagangan dan pertanian yang juga penyumbang terbanyak pekerja informal dengan produktivitas yang rendah. • Sementara itu penciptaan lapangan kerja di sektor manufaktur mengalami perlambatan. • Penciptaan lapangan kerja menjadi fokus utama program ekonomi pemerintah kedepan, mengingat pencari kerja baru yang berusia muda mencapai sekitar 2 juta pertahun 21 ISU MENDASAR YANG MENJADI PEKERJAAN RUMAH DAN MASIH HARUS DITANGANI SECARA SERIUS 1. Perbaikan stok modal manusia berkualitas 2. Pemupukan tabungan dan modal secara berkesinambungan (baik dari dalam maupun luar negeri) 3. Perbaikan Total Factor Productivity (TFP) atau penurunan ICOR 4. Perbaikan kelembagaan (hukum, legislatif dan eksekutif (pusatdaerah)) secara terus menerus sehingga mampu mendukung pembuatan kebijakan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat secara berkesinambungan dan mengimplementasi kebijakan secara efektif dan efisien 22 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia www.ekon.go.id 2015