ِمْ ِ ْ ِ ِ ْ َ َ َةَرِ ْ ا َداَرَأ ْنَ َو ِمْ ِ ْ ِ ِ ْ َ َ َ ْ د ا َد

advertisement
Islam, Sains, dan Teknologi
VIII. Prinsip Islam dalam Sains dan Teknologi
Allah SWT menciptakan manusia dengan tujuan untuk semata-mata
beribadah dan menghambakan diri kepada-Nya (Qs. Adzariyat/52:56). Supaya dapat
mencapai tujuan tersebut, manusia membutuhkan fasilitas hidup berupa pangan
untuk hidup, pakaian untuk menutup aurat, melindungi diri dari cuaca di sekitarnya,
dan papan sebagai tempat tinggal, tempat istirahat, menjaga keselamatan dari
gangguan makhluk lain. Untuk mendapatkan semua itulah Allah SWT membekali
manusia dengan akal dan kemampuan menjadi khalifah di muka bumi (QS. AlAn’am/6: 165).
Dalam menjalankan hidup dan kehidupan di bumi sebagai hamba Allah dan
khalifah-Nya,
manusia
diperintahkan
untuk
mencari
dan
mengusahakan
kesejahteraan dan kebahagiaan baik di akhirat maupun di dunia sebagaimana
termaktub di dalam QS. Al-Qasash/28 ayat 77, sebagai berikut:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS.
Al-Qashash Ayat/28 : 77)
Pada ayat di atas, Allah memberikan arahan kepada manusia untuk
mengupayakan kebahagiaan akhirat tanpa mengabaikan kehidupan dunia. Selaras
dengan ayat alqur’an ini, Salah satu hikmah yang disampaikan oleh Imam AsySyafi’i:
‫َمنْ أَ َرادَ ال ُّد ْن َيا َع َل ْي ِه ِبا ْل ِع ْل ِم َو َمنْ أَ َرادَ ْاآلخ َِر َة َع َل ْي ِه ِبا ْل ِع ْل ِم‬
1
Comment [a1]: Bentuk dan ukuran font apa
mungkin disamakan?
"Barangsiapa yang menginginkan kesuksesan dunia maka dia harus
memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan di akhirat maka
ia juga harus berilmu." (Majmu’ Syarh al-Muhadz-dzab, karya an-Nawawi dan
Mawa'izh al-Imam asy-Syafi’i, karya Shalih Ahmad asy-Syami)
Hal ini menunjukkan bahwa sebagai hamba Allah yang diciptakan untuk
hidup di bumi, manusia harus menguasai ilmu tentang Akhirat yang rinciannya ada
di dalam ayat-ayat qouliyah yakni kitab Allah dan sunnah Rasul, serta menguasai
ilmu keduniaan yang rinciannya berada di dalam ayat-ayat kauniyah yaitu alam
semesta.Sehubungan dengan keharusan manusia untuk mengenal alam sekitarnya
dengan baik, maka Allah SWT. memerintahkan dalam surat Yunus (10) ayat 101,
yaitu:
Katakanlah (wahai Muhammad SAW): "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan
di bumi. Tidaklah bermanfa`at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang
memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman" (QS. Yunus (10):101)
Ayat ini menjelaskan perintah Allah SWT kepada rasul-Nya agar mengatakan
kepada kaumnya untuk memperhatikan segala sesuatu yang ada di langit dan di
bumi
dengan
mata
kepala
dan
akal
budi.
Kemudian
diikuti
dengan
perenunganterhadap kebesaran Allah yang ditandai dengan keajaiban langit yang
penuh dengan bintang-bintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam
dan siang, air hujan yang turun ke bumi, menghidupkan bumi yang mati,
menumbuhkan tanam-tanaman, dan pohon-pohonan dengan buah-buahan yang
beraneka warna dan rasa. Hewan-hewan dengan bentuk dan warna yang bermacammacam hidup diatas bumi, memberi manfaat yang tidak sedikit kepada
manusia.Demikian pula keadaan bumi itu sendiri yang terdiri dari gurun pasir,
lembah yang terjal, dataran yang luas, samudera yang penuh dengan berbagai ikan
yang semuanya itu terdapat tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT bagi
orang-orang yang berfikir dan yakin kepada penciptanya.
2
Akan tetapi bagi mereka yang tidak meyakini adanya pencipta alam ini,
semua tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam ini tidak akan bermanfaat
baginya.
Di dalam ayat lain di surat Al-Ghasyiyah 17 -20
“Apakah mereka tidak memperhatikan (melakukan ‘nazhor) pada unta
bagaimana ia diciptakan?Dan langit bagaimana ia ditinggikan? Dan gununggunung bagaimana ia ditegakkan dipancangkan? Dan bumi bagaimana
dihamparkan ?” (Q.S. al-Ghasyiyah: 17-20)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah SWT berfirman seraya
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk melihat kepada makhluk ciptaan-Nya
yang menunjukkan kekuasaan dan keagungan-Nya.“Maka apakah mereka tidak
memperhtikan unta bagaimana dia diciptakan?” Sesungguhnya ia (unta) merupakan
ciptaan
yang
sangat
menakjubkan
dan
susunan
tubuhnya
yang
sangat
mengherankan di mana unta ini memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Namun
demikian ia sangat lentur untuk dijadikan sebagai sarana pengangkut beban yang
berat dan mengantarkan kusir yang lemah, dagingnya dapat dimakan kulitnya dapat
dimanfaatkan serta susunya dapat pula diminum. Mereka diingatkan mengenai hal
tersebut karena mayoritas binatang ternak yang dimiliki oleh masyarakat Arab
adalah
unta.
“Dan
gunung-gunung
bagaimana
ia
ditinggikan”
Artinya,
menjadikannya tertancap kuat sehingga benar-benar kokoh dan tangguh agar bumi
beserta penghuninya tidak menjadi
goyang.Sedangkandidalamnya diberikan
berbagai manfaat dan juga barang tambang.
“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan” Maksudnya bagaimana bumi itu
dibentangkan, dihamparkan, dan di panjangkan. Dengan demikian Allah telah
mengingatkan orang Arab Badui untuk menjadikan sebagai bukti dari apa yang
3
sering mereka saksikan, yaitu unta yang sering ia naiki, langit yang berada diatas
kepalanya, gunung-gunung yang berada dihadapannya, dan bumi yang berada
dibawahnya, yang semuanya menunjukkan kekuasaan Pencipta semua itu, dan
bahwasanya Dia adalah Rabb yang Maha Agung, Pencipta, Raja, dan Pengendali.
Dan Dia adalah Ilah yang tidak ada Ilah yang berhak di-ibadahi dengan benar kecuali
hanya Dia.
Allah SWT secara lebih rinci menyebutkan ayat-ayat-Nya sebagai tanda
kekuasaan yang perlu kita perhatikan dalam QS.Al Baqarah : 164
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan.” (QS Al Baqarah : 164)
Allah SWT yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk
mendukung kehidupan manusia.Maka Sudah semestinya manusia memperhatikan
dan merenungkan ayat-ayat tanda kebesaran Allah ini untuk semakinmenambah
yakin pada kekuasaan dan keesaan Nya, menambah luas ilmu pengetahuannya
mengenai alam ciptaan Nya dan dapat pula dimanfaatkannya ilmu pengetahuan itu
sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah yang maha mengetahui. Hendaklah selalu
diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu : (1) Bumi yang
4
dihuni manusia dan apa yang tersimpan didalamnya baik didarat maupun dilaut
sebagai bekal kehidupan manusia sampai waktu tertentu. (2) Langit dengan planet
dan bintang-bintangnya semua berjalan dan bergerak menurut orbit masing-masing
dantertib mengikuti aturan Ilahi. Tidak ada yang menyimpang dari aturan-aturan
itu. (3) Pergantian malam dan siang dan perbedaan panjang dan pendeknya pada
beberapa negeri karena perbedaan letaknya, kesemuanya itu membawa faedah dan
manfaat yang amat besar bagi manusia. (4) Bahtera berlayar dilautan untuk
membawa manusia dari satu negeri ke negeri yang lain dan untuk membawa barangbarang perniagaan untuk memajukan perekonomian. (5) Allah SWT menurunkan
hujan dari langit sehingga dengan air hujan itu bumi yang telah mati atau lekang
dapat menjadi hidup dan subur, dan segala macam hewan dapat pula
melangsungkan hidupnya. (6) Pengendalian dan pengisaran angin dari suatu tempat
ke tempat yang lain adalah tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah dan kebesaran
rahmatNya bagi manusia. (7) Demikian pula, harus dipikirkan dan diperhatikan
kebesaran nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan
antara langit dan bumi.
Ringkasnya, semua rahmat yang diciptakan Allah termasuk apa yang
tersebut dalam ayat 164 ini patut dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas dan
diteliti untuk meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk
memajukan ilmu pengetahuan yang juga membawa kepada pengakuan akan keesaan
dan kebesaran Allah.
Dari ayat-ayat di atas nyatalah bahwa Allah SWT, memberikan bimbinganNya lebih lanjut di dalam al-Qur’an, dengan memberikan contoh apa saja yang dapat
diamati dan untuk tujuan apa pengamatan itu dilakukan, agar manusia dapat
mengenal baik lingkungannya. Hal ini pulalah yang dilakukan orang dalam
pengembangan sains pada umumnya, yaitu melakukan observasi agar dapat
menjawab pertanyaan “bagaimana” gejala-gejala yang disebutkan itu berlangsung.
Setelah observasi dengan teliti, apa saja yang harus diperhatikan agar orang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung, di dalam empat ayat surat AlGhasyiyah itu. Di dalam Al-Qur’an sendiri petunjuk itu dengan jelas dinyatakan
dalam surat al-Qomar (54) ayat 49 yaitu:
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu dengan ukuran.”
5
Demikian pula perlakuan para ahli fisika dalam menangani masalah prosesproses alamiah itu. Mereka mengadakan pengukuran atas besaran-besaran fisis
sistem yang diteliti, seperti panjang, berat, suhu, jarak, kelajuan, perlajuan,
kekakuan, dan sebagainya. Alam semesta dan proses-proses yang terjadi didalamnya
seringkali dinyatakan sebagai ayat-ayat Allah, maka memeriksa, meneliti atau
menazhor alam semesta dapat diartikan sebagai membaca ayatullah, sehingga dapat
merinci dan menguraikan serta menerangkan ayat-ayat di dalam al-Qur’an yang
pada umumnya merupakan garis-garis besar saja.
Ayatullah atau ayat-ayat Allah pada dunia sains modern sering diistilahkan
dengan hukum alam. Bagi ilmuwan Muslim hukum alam itu tidak lain adalah segala
aturan Allah swt., sunnatullah yang diberlakukan pada alam semesta, sesaat setelah
ia diciptakan untuk diikutinya. Selanjutnya dalam surat an-Nahl (16) ayat 11-12,
ditekankan tentang pentingnya peranan pikiran kritis dan penalaran yang rasional
bagi pengungkapan alam semesta. Ilmu pengetahuan atau sains, kemudian
dijabarkan penggunaannya sebagai teknologi, bagi pemanfaatan alam dan
pengelolaannya secara baik, sehingga lingkungan hidup yang lestari ini dapat
menjadi sumber penghidupan dan tempat berlindung bagi manusia yang
mengelolanya. Al-Qur’an mengajarkan lebih dari itu, seorang muslim harus menjadi
manusia yang utuh (insan kamil), tidak boleh menyebelah sebagaimana ditegaskan
dalam surat al-Qashash yang tersebut di atas.
Jika menguasai sains, maka akan mengetahui bagaimana dinamika alam
pada kondisi tertentu, akan dapat meramalkan bagaimana alam memberikan reaksi
terhadap tindakan yang dilakukan terhadapnya. Bermodalkan ilmu pengetahuan
kealaman yang dimilikinya, manusia dapat menimbulkan kondisi yang dipilihnya
sehingga alam menyambutnya dengan tanggapan yang menguntungkan. Manusia
memiliki kemampuanuntuk terbang, menyelam hingga dasar laut yang dalam,
bahkan dapat menghubungi teman-temannya yang berada dibelahan bumi yang lain,
sains yang ia kuasai dijadikannya sumber teknologi bagi kesejahteraannya dalam
memanfaatkan lingkungan yang dikelolanya dengan baik, sehingga pantaslah
disebut sebagai “khalifah fil ardl”, penguasa di bumi.
Untuk melaksanakan tugas sebagai khalifah di bumi, kita harus memiliki
teknologi untuk pemanfaatan alam yang berada disekeliling kita dan pelestariannya,
agar kita dapat hidup sejahtera secara berkesinambungan, dari generasi ke generasi.
6
Namun, untuk dapat memiliki teknologi itu, baik dengan mengembangkan sendiri
maupun dengan mengadopsinya dari bangsa lain, kita mau tidak mau harus
melengkapi diri dengan sains yang menjadi pendukungnya. Banyak sekali ilmu yang
harus kita miliki untuk keperluan itu, karena itu Rasulullah SAW memerintahkan
kepada setiap Muslim dan Muslimah untuk mencari ilmu. Namun karena seorang
Muslim harus merupakan manusia yang utuh, agar dapat memperoleh kebahagian di
dunia dan akhirat, maka disamping ilmu keduniaan tersebut harus juga mencari
ilmu keakhiratan.
Keharusan memiliki ilmu keakhiratan dan keduniaan secara utuh karena
diperlukan pada era globalisasi sekarang ini yang melanda seluruh dunia. Dimana
tidak ada lagi bangsa yang terisolasi, apa yang terjadi disalah satu sudut dunia ini
akan diketahui seluruh umat manusia, dan pengaruhnya akan menjalar kemanamana. Berita/informasi dan hiburan yang disiarkan melalui jaringan internet, radio
dan televisi keseluruh pelosok tanah air, baik yang bermutu, yang tidak bermutu
maupun yang berbau maksiat, terutama produk dari luar negeri. Hal ini akan
menimbulkan pergeseran nilai yang harus diwaspadai. Keimanan serta ketaqwaan
yang melandasi akhlak harus di pupuk dan dibina di lingkungan anak remaja,
dewasa, maupun orangtua. Sedangkan aqidah yang menjadi tumpuan segalanya
harus terus dijaga.
Dengan demikian perlu ada keseimbangan dan saling mendukung antara
Iptek (ilmu pengetahuan/sains dan teknologi) dan Imtaq (iman dan taqwa). Masalah
selanjutnya yang menjadi tantangan umat Islam masa kini adalah bagaimana cara
mengembangkan serta memperkuat perpaduan Imtaq dan Iptek tersebut, dengan
harapan mencetak orang-orang beriman yang berkemampuan Iptek, atau sebaliknya
yaitu ahli-ahli Iptek yang ber-Imtaq. Salah satu segi yang perlu dicermati benar
untuk mencapai cita-cita tersebut adalah melalui penyelenggaraan pendidikan
formal, khususnya perguruan tinggi, mengingat perguruan tinggi merupakan jenjang
pendidikan paling kompeten dalam melahirkan sarjana Iptek yang ber-Imtaq.
a. Batasan Sains dan Teknologi
Sebelum membahas lebih jauh tentang hubungan antara Islam dengan Iptek
(ilmu pengetahuan/sains dan teknologi), perlu diberikan batasan atau definisi dari
sains/Iptek, sehingga pembahasan tidak keluar dari koridor dan menyimpang dari
tujuan penulisan. Secara bahasa kata sains berasal dari science dalam bahasa inggris
7
yang bermula dari bahasa latin scientia yang memiliki makna “knowledge” atau
pengetahuan. Filsuf Bertrand Russel (1935) menjelaskan bahwa sains adalah
usaha/percobaan (the attempt) untuk menemukan (to discover), dengan piranti
obervasi (observation) dan pemikiran yang mendalam (reasoning) berdasarkan
pada hasil observasi tersebut, fakta-fakta tertentu tentang alam semesta dan hukumhukum yang menghubungkan satu fakta dengan fakta-fakta alam yang lain. Sains
hanya fokus pada dunia/alam secara fisika yang bertujuan untuk mendapatkan
penjelasan yang semakin akurat tentang fenomena di alam dan menggunakan hanya
ide-ide yang dapat diuji untuk mendapatkan penjelasan yang benar.Sains hanya
bergantung pada bukti fisik (physical evidence) yang bisa diamati dengan indera,
sehingga pada dasarnya kebenaran sains terikat oleh waktu dan bebas dari nilai-nilai
moral.
Adapun secara istilah, ilmu pengetahuan atau sains adalah ilmu pengetahuan
kealaman (natural sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai alam dengan segala
isinya. Menurut Baiquni (1996), sainsadalah himpunan pengetahuan manusia
tentang alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar. Konsensus yaitu
kesepakatan pada penyimpulan secara rasional mengenai hasil-hasil analisis yang
kritis terhadap data-data pengukuran yang diperoleh dari observasi gejala-gejala
alam. Ilmu pengetahuan kealaman dapat dibagi menjadi ilmu kehidupan (life
sciences), yaitu ilmu pengetahuan mengenai makhluk hidup di alam, serta, ilmu
kebendaan (physical sciences) yaitu ilmu pengetahuan mengenai benda mati di
alam.
Sedangkan teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan
untuk memenuhi suatu tujuan, atau menurut istilah Baiquni (1996), yaitu himpunan
pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari
penerapan sains dalam kegiatan yang produktif ekonomis. Dalam hal ini teknologi
mempunyai 4 (empat) bentuk, yaitu technoware, humanware, infoware dan
orgaware. Technoware adalah teknologi dalam bentuk barang. Humanware adalah
teknologi dalam bentuk kemampuan yang tersimpan dalam manusia, yaitu dalam
bentuk pengetahuan, keterampilan, intuisi, dan lain-lain. Inforware adalah
teknologi dalam bentuk informasi seperti teori, jurnal profesi, buku-buku iptek, dan
lain-lain. Orgaware adalah teknologi dalam bentuk organisasi yang diperlukan
untuk melakukan proses transformasi pada kegiatan produksi.
Pada awalnya teknologi berkembang terpisah dari sains, namun pada zaman
8
modern teknologi semakin bergantung pada sains, sebaliknya sains maju pesat
berkat kemajuan teknologi.Dengan kata lain, pada zaman modern sekarang ini untuk
mengetahui “bagaimana” (how), semakin dituntut mengetahui “apa” (what), dan
“apa sebabnya” (why). Sebaliknya untuk mengetaui “apa” (what) dan “apa
sebabnya” (why), harus banyak tahu tentang “bagaimana” (how). Teknologi
seringkali dikaitkan dengan istilah “rekayasa” (engineering), yang ahli nya disebut
dengan “Insinyur” (engineer). Pada dasarnya rekayasa adalah suatu komponen
teknologi, yaitu komponen yang menyangkut bagaimana sumber daya alam diolah
agar bermanfaat bagi manusia. Sedang teknologi adalah totalitas cara untuk
menyediakan, berbagai objek yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia.
Adapun mengenai objek ilmu pengetahuan, yaitu semua makhluk yang ada di
alam semesta ini, merupakan objek yang layak untuk diriset. Jumlah makhluk Allah
yang tersebar di alam semesta tidak dapat dihitung. Jika masing-masing makhluk
terkandung di dalamnya ilmu pengetahuan tentang makhluk itu berarti jumlah ilmu
pengetahuan juga tidak dapat dihitung. Jika jumlah ilmu pengetahuan yang ada
sejak dulu sampai sekarang masih dapat dihitung berarti manusia masih memiliki
peluang yang sangat besar untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru sebanyak
Makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT. Demikian pula karena teknologi bersifat
selalu mengiringi dan mengimbangi terhadap ilmu pengetahuan, maka jumlah
teknologi yang perlu ada juga tidak dapat dihitung.
b. Sunnatullah
Dalam konsep Islam, Allah adalah al-Khaliq (Pencipta), sedangkan manusia
dan alam semesta adalah al-Makhluq (yang diciptakan). Allah menciptakan manusia
dan alam semesta dengan karakteristik dan sifat tertentu, atau istilah al-Qur’an
dengan “fitrah” tertentu. Karena Allah yang menciptakan, maka Allah pulalah yang
mengetahui (al-‘Alim) segala karakteristik dan sifat makhluk ciptaannya. Dengan
demikian hanya Allah yang berhak membuat dan menentukan hukum (aturan) yang
berlaku bagi makhluk-Nya sesuai dengan fitrahnya.
Hukum/aturan Allah (sunnatullah) dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu:Pertama, ayat qauliyah adalah hukum Allah yang tertulis atau diwahyukan
(tersurat). Secara khusus, hukum Allah ini diberikan melalui jalan resmi. Artinya,
secara langsung Allah menurunkan wahyu kepada para Rasul. Ayat qauliyah ini
terhimpun dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Karena ayat qauliyah ini merupakan
9
informasi yang datangnya langsung dari Allah SWT. melalui malaikat Jibril dan
diwahyukan kepada para Rasul, maka ayat ini merupakan sistem/konsep bagi
kehidupan manusia. Kebenaran sunnatullah ini bersifat kualitatif dan deduktif.
Artinya, secara kualitas dan secara lengkap ayat qauliyah ini benar, dibuktikan atau
tidak, kebenarannya mutlak. Menurut Al-Ghazali, interpretasi manusia terhadap
ayat qauliyah ini dikumpulkan dan disusun sehingga menghasilkan ilmu yang
disebut ‘ulum naqliyah’ atau ‘ulum syar’iyah; seperti 'ulu- mul-Qur’an, ‘ulum alHadits, usulfiqh, sirah al-Nabawiyah, dan sebagainya.
Kedua, ayat kauniyah adalah hukum Allah yang tidak tertulis atau tidak
diwahyukan (tersirat). Secara umum, hukum Allah ini diberikan melalui jalan yang
berbeda dengan ayat qouliyah. Allah memberikan ilham kepada manusia secara
inderawi atau lewat penelitian dan observasi (al-mubasyirah) untuk mengungkap
gejala-gejala/fenomena kauniyah. Fenomena kauniyah ini terdapat di alam semesta,
baik dari benda mati (abiotik) seperti: tanah, air, benda angkasa, dan lain-lain. Dan
makhluk hidup (biotik) seperti: manusia dan binatang. Ayat kauniyah ini hanya
merupakan sarana bagi kehidupan manusia (wasail al-hayah). Karena didapatkan
melalui penelitian dan observasi, maka kebenarannya bersifat kuantitatif dan
induktif. Artinya, kebenarannya tidak lengkap dan relatif, dapat berubah-ubah
tergantung kuantitas/banyaknya data dan fakta yang mendukung. Oleh karena itu
kebenarannya harus dibuktikan lebih dahulu secara empiris dan observatif dengan
percobaan-pecobaan ilmiah (misal: laboratoris). Kebenaran hukum Allah ini bersifat
praktis (al-haqiqah al-tajribiyah). Menurut Al-Ghazali, interpretasi manusia
terhadap ayat kauniyah ini dikumpulkan dan disusun sehingga menghasilkan ilmu
yang disebut ‘ulutri ‘aqliyah, ‘ulum ghoiru syar’iyah. Ilmu ini dibedakan atas
kelompok ilmu-ilmu alam seperti: matematika, fisika, kimia, biologi, botani, zoologi,
kedokteran, dan lain-lain; Dan kelompok ilmu-ilmu sosial seperti: sejarah,
komunikasi, antropologi, psikologi, dan lain-lain.
Dengan demikian, jelaslah bahwa sains (ilmu pengetahuan) menurut Islam
bersumber dari Allah SWT., yang objeknya berupa wahyu dan alam semesta.
Sehubungan dengan ini, maka definisi sains menurut ahli pendidikan dan ahli ilmu
pengetahuan yang diakui oleh UNESCO, adalah “segala ilmu yang dapat diketahui
dan dibuktikan dengan indera dan eksperimen”. Menurut konsep Islam hal ini tidak
dibenarkan, karena pembatasan tersebut mengimplikasikan bahwa sesuatu yang
menyangkut Allah, akhirat dan para Nabi tidak dianggap sebagai suatu ilmu, dan
10
orang-orang yang mempelajarinya tidak disebut sebagai ilmuwan. Sehingga menurut
mereka membahas hal-hal tersebut termasuk ceritera-ceritera bohong. Oleh karena
itu seorang muslim harus menolak definisi sains menurut versi mereka. Seorang
muslim harus mengajukan alternatif definisi sains yang Islami dan tidak
menyimpang dari definisi dasar, yaitu sains adalah segala sesuatu yang dapat
diketahui dan dibuktikan melalui wahyu, indera (termasuk akal) dan eksperimen.
Jadi, ukuran ilmiah tidaknya hanya ditentukan dari aspek inderawi dan eksperimen
semata, tetapi juga dari segi wahyu. Dengan ukuran ilmiah seperti ini, maka seluruh
ajaran Islam adalah ilmiah. Pemahaman seorang muslim terhadap definisi sains
yang benar (Islami) merupakan hal yang sangat penting, karena keberhasilan dan
kegagalan proses pendidikan sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh definisi sains
yang dipegang oleh setiap pelaku pendidikan. Selain itu dalam mempelajari sains
seorang muslim harus memperhatikan prioritasnya. Karena ayat qauliyah atau alQur,an merupakan konsep kehidupan, maka harus lebih diprioritaskan oleh setiap
individu (fardlu 'ain) daripada ayat kauniyah yang hanya merupakan sarana/fasilitas
kehidupan untuk kesejahteraan bersama (fardlu kifayah).
Dalam pandangan seorang muslim ayat qauliyah akan memberikan
petunjuk/isyarat bagi kebenaran ayat kauniyah, misalnya surat an-Nur (24): 43
mengisyaratkan terjadinya hujan, surat al-Mukminun (23): 12-14 mengisyaratkan
kejadian manusia, surat ar-Rahman (55): 7 mengisyaratkan tentang keseimbangan
dan kestabilan pada sistem tata surya, surat al- Ankabut (29): 20 mengisyaratkan
adanya evolusi pada penciptaan makhluk di bumi, surat az-Zumar (39): 5 dan surat
an-Naml (27): 88 mengisyaratkan adanya rotasi bumi dan bulatnya bumi.
Sebaliknya ayat kauniyah akan menjadi bukti (al-Bur- han) bagi kebenaran ayat
qauliyah (lihat Surat Fushshilat/41: 53). Kedua hukum Allah/sunnatullah (yaitu ayat
qauliyah dan kauniyah) tersebut berlaku pada kehidupan manusia. Oleh karena itu,
bagi seorang muslim mempelajari fenomena qauliyah dan kauniyah adalah dalam
rangka meningkatkan ibadahnya kepada Allah, dan menambah keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt.
Dengan demikian, Islam mengajarkan bahwa segala aturan, hukum, rumus
atau dalil yang berlaku di alam semesta, baik yang berkenaan dengan benda mati
(abiotik) maupun makhluk hidup (biotik) adalah pertama, hukum Allah/sunnatullah
yang berlaku pada makhluk-Nya yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadits
(qauliyah) atau yang telah diobservasi dari alam semesta (kauniyah). Jadi bagi
11
seorang muslim gaya gravitasi Newton, molekul-molekul saling berikatan bukan
sekedar karena adanya ikatan kimia semata, arus mengalir dalam suatu tegangan
yang bertahanan bukan sekedar mengikuti hukum Ohm atau Kirchoff, kestabilan
sruktur kayu atau beton bukan sekedar mengikuti hukum-hukum mekanika teknik,
beredarnya planet mengelilingi matahari bukan karena sekedar tunduk kepada
hukum Kepler, tetapi kesemuanya itu adalah hukum Allah yang ditetapkan-Nya atas
seluruh benda yang diciptakannya (lihat Surat Fushshilat/41; 11). Newton, Ohm,
Kirchoff, Keppler atau siapapun yang menemukan aturan, rumus, hukum atau dalil
yang berkaitan dengan makhluk Allah hanyalah sebagai peneliti yang menemukan
dan mengidentifikasikan hukum Allah yang telah ada sebelumnya.
Kedua hukum Allah (qauliyah dan kauniyah) harus diintegrasikan dalam
diri seorang muslim. Mereka yang mengambil spesialisasi qauliyah harus menguasai
dasar-dasar berfikir kauniyah, sebaliknya mereka yang mengambil spesialisasi
kauniyah harus menguasai dasar-dasar berfikir qauliyah. Dengan demikian terdapat
himpunan irisan yang merupakan wilayah komunikasi antar ulama (mereka yang
hanya menguasai qauliyah) dan ilmuwan (mereka yang hanya menguasai kauniyah).
Semakin luas irisan keduanya semakin baik dan luas wilayah komunikasinya.
Pada dasarnya IPTEKS adalah bebas nilai moralsehingga bisa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat (mashlahat) disatu sisi, sedangkan disisi lain bisa
menjadikan mudlarat bagi manusia. Oleh karena itu, Islam memandang teknologi
dari pemanfaatannya, untuk kemashlahatan atau kemadlaratan. Bahkan lebih jauh
lagi Islam telah membingkai seluruh aktivitas manusia dalam rangka beribadah
kepada Allah (lihat Surat adz-Dzariyat/51:56). Dengan demikian, penguasaan sains
dan teknologi mensyaratkan penguasaan dan pemahaman ayat-ayat qauliyah sebagai
kontrol pemanfaatan sains dan teknologi tersebut. Jika sains dan teknologi dikuasai
oleh mereka yang tidak memiliki basis pemahaman ayat qauliah, maka
pemanfaatannya cenderung liar, tidak terkontrol, dan sangat membahayakan
kehidupan manusia.
c. Landasan Filosofis dalam beriptek
Ditinjau dari sisi ilmu pengetahuan/sains, maka al-Qur,an sebagai petunjuk
(hudan) merupakan peletak landasan filosofis manusia dalam memandang dan
memahami alam semesta, al-Qur’an merupakan rumus/formula baku dan alam
semesta dengan segala perubahannya merupakan yang layak dan perlu dijawab. al12
Qur’an merupakan kamus alam semesta. Solusi tentang rahasia alam semesta, akan
terselesaikan dengan benar jika digunakan rumusan yang tepat yaitu al-Qur’an.
Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat qauliyah akan berjalan secara
paralel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi teknologi
maka akan menjadikan teknologi itu berbasiskan al-Qur’an atau teknologi yang
Qur’anik. Metode seperti ini disebut induksi al-Qur’an. Pada kondisi yang lain, tidak
menutup kemungkinan bahwa dengan melalui proses deduksi yaitu pengamatan
terhadap alam semesta, maka akan dihasilkan kesimpulan yang mengarah
kebenaran al-Qur’an.
Al-Qur,an adalah firman Allah yang diturunkan kepada manusia sebagai
petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Juga al-Qur,an merupakan produk iptek
Allah yang diturunkan kepada manusia untuk menuntun manusia akan jalur-jalur
riset yang perlu ditempuh, sehingga manusia memperoleh hasil yang benar. Pada sisi
ini fungsi al-Qur’an sebagai hudan memberikan kecerahan pada akal manusia,
sehingga manusia merasa lapang dihadapan Allah yang Maha Luas. Kebenaran hasil
riset ini dapat diukur dari kesesuaian antara akal dengan naql. Kerja akal yang sesuai
dengan naql ini dapat dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah SWT. dan
sekaligus turut mengisi definisi ijtihad dalam arti umum yang memiliki nilai yang
sangat besar.
Usaha berkelanjutan untuk mengkaji al-Qur’an perlu dilakukan dan bahkan
hukumnya menjadi fardlu ‘ain bagi setiap ilmuwan yang akan meriset terhadap alam
semesta, menciptakan produk teknologi merupakan hasil kerja dari orang-orang
yang taat kepada tata tertib al-Qur’an. Al- Qur’an juga merupakan sumber fenomena
yang layak untuk diriset, yang dimaksud disini bukan al-Qur’annya itu sendiri yang
diriset, namun permasalahan riset dapat saja muncul setelah orang membaca dan
mengkaji al-Qur’an. Metode ini termasuk jenis induktif. Selain itu Islam juga
mempersilahkan kepada para periset untuk menggunakan metode deduktif. Oleh
sebab itu, jika periset merupakan orang yang beriman maka tidak ada masalah untuk
menggunakan metode riset, apakah itu induktif atau deduktif.
Sedangkan teknologi dalam Islam adalah bukan merupakan tujuan, tetapi
sebagai alat yang digunakan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah serta
bisa lebih memahami ayat-ayat Allah. Semakin maju teknologi, semakin banyak
informasi yang diperoleh. Penemuan-penemuan baru akan semakin membantu
kepada orang Islam untuk lebih mudah mengagungkan Allah sehingga baginya
13
benar-benar bahwa Allah itu Maha Besar, dan sebaliknya manusia merupakan
makhluk yang amat kecil. Dengan demikian, diharapkan akan semakin memperbesar
peran manusia sebagai khalifah Allah di permukaan bumi yakni memakmurkan
bumi dan mengusahakan kesejahteraan bagi segenap penghuni bumi.
IX. Sejarah PerkembanganSains dan Teknologi modern dan Kontribusi
Muslim
Prof. Cemil Akdogan (2005) memaparkan tentang asal usul sains modern
dan kontribusi muslim sebagai berikut:
Dewasa ini, dunia barat merupakan kiblat perkembangan sains dan teknologi
karena mereka lebih cepat dan kuat dibandingkan dengan peradaban-peradaban
lain. Hal ini tidak terjadi begitu saja secara tiba-tiba, akan tetapi merupakan hasil
pengembangan dan perubahan secara revolusioner yaitu revolusi ilmu, revolusi
perancis, revolusi industri dan disusul oleh-revolusi-revolusi abad 20 dalam bidang
IPTEK yang saling berkesinambungan sejak abad pertengahan yang pada akhirnya
tidak hanya mempengaruhi Barat itu sendiri, tetapi juga seluruh dunia. Faktorfaktor yang paling signifikanpengaruhnya dalam revolusi-revolusi tersebut adalah
sains dan teknologi.Teknologi adalah pengetahuan praktis yang sudahdigunakan
oleh manusia sejak awal keberadaannya,sedangkan sains berkembangsejak sekitar
600 SM oleh para filosof Yunani.Akan tetapi, perkembangan sains timbul tenggelam
secara bergantian oleh peradaban-peradaban yang berbeda sebelum Revolusi llmiah
serta sebelum Revolusi Industri.Dalam perkembangan sains dan teknologisampai
dekade pertengahan abad ke- 19, keduanya mengikuti jalan-jalan yang berbeda dan
independen.Saat itu Teknologi berkembang tanpa suatu input ilmiah/sains. Setelah
sains benar-benar mempengaruhi teknologi, iatelah menjadi faktor pembeda utama
dalam memisahkan periode modern dengan periode pertengahan dan periode klasik.
Pada akhirnyasains maupun teknologi menjadi tiang utama dalam peradaban
Baratdalam mengukuhkan superioritasnya dan dominasinya atas peradaban
lainhingga saat ini.
Sains telah menjadi bagian penting, sebagai fondasi dan mesin pengembang,
dalam pengembangan teknologi yang canggih. Sains merupakan usaha keras yang
abstrak dan tak nampak, berhubungan dengan ide-ide dalam cara-cara yang abstrak,
berbeda dengan teknologi yang bertujuan memproduksi benda-benda yang dapat
digunakan untuk meningkatkan taraf hidup. Jadi teknologi merupakan aplikasi
pengetahuan ilmiah, dan tanpa pemahaman dan penguasaan Iandasan ilmiah. Kita
14
harus sadar bahwa sains itu bukan teknologi. Jika hanya memproduksi pirantipiranti teknologis melalui imitasi produk-produk teknologi barat adalah sangat
berisiko, dan akan selalu tertinggal. Kalau bangsa-bangsa Muslim atau Timur tidak
mengambil alih kepemimpinan ilmiah dari Barat, supremasi Barat dalam teknologi
berbasis sains akan terus berlanjut.
Sejarah kebudayaan dan peradaban manusia oleh Kaum humanis Italia pada
periode Renaissance dibagi menjadi tiga periode yakni periode kuno, pertengahan,
dan modern.Periode modern diidentifikasikan dengan perubahan dan kemajuan
terutama di bidang sains dan teknologi.
Asal-usuldominasi Barat atas dunia laindalam bidang sains ditelusuri dengan
membahas perubahan dan kemajuan sains dalam periode pertengahan dan modern.
Namun, dalam melakukannya atau untuk mendapatkan gambaran besar bagi topik
ini, kita perlu membandingkan dan membedakan Islam dan Barat. Walaupun orang
Islam dahulu tidak ingin melepaskan diri dari paradigma-paradigma Aristoteles
dalam fisika, Ptolemy dalam astronomi dan Galen dalam ilmu kedokteran, mereka
menyiapkan landasan bagi Revolusi Ilmiah dan bahkan membuat kontribusikontribusi yang sangat penting bagi fondasi utama sains modern. Orang-orang Barat
pertama-tama belajar danmengasimilasi apa yang telah dicapai umat Islam di semua
lapangan, kemudian melalui perubahan-perubahan revolusioner tertentu mengambil
alih kepemimpinan, terutama dalam teknologi dan sains, dan juga dalam urusanurusan militer dan politik. Ketika akhirnya mereka menggabungkan sains dan
teknologi pada abad kesembilan belas, mereka mengukuhkan kembali kekuasaan
mereka dan menjadi tak tertandingi.
Fakta sejarah menggambarkan bahwa asal-usul sains modern, atau Revolusi
Ilmiah, berasal dari atau minimal dipengaruhi oleh peradaban Islam.Sebagaimana
yang disampaikan oleh Prof. Thomas Arnold di dalam bukunya “The Preaching of
Islam”hal 131: “Muslim Spain had written one of brightest pages in the history of
mediavel Europe. Her influence had passed through Provence into the other
countries of Europe, bringing into birth a new poetry and a new culture, and it was
from her that Cristian scholars received what of Greek Philosophy and science they
had to stimulate their mental activity up to the time of Renaissance” (Muslim
Spanyol telah menuliskan dengan tinta emas dalam salah satu lembaran sejarah
eropa di abad pertengahan. Pengaruhnya telah jauh melewati wilayah Provence
menuju ke berbagai negara eropa, sehingga melahirkan sastra dan budaya baru,
15
serta dari merekalah Ilmuwan-ilmuwan Kristen menerima filsafat yunani, dan sains
yang mereka punya untuk memperkuat aktivitas mental mereka sampai pada masa
Renaissance) (Hamza Tzortzis, 2013).
Umat Islam melalui ilmuwan-ilmuwannya adalah pionir sains modern (D.C
Lindberg, 1976). Jikalau faktor-faktor yang menghambat perkembangan sains di
dunia islam tidak terjadi: seperti peperangan di antara sesama muslim, tentara
Kristen tidak mengusirnya dari Spanyol, dan orang-orang Mongol tidak menyerang
dan merusak bagian-bagian dari negeri-negeri Islam pada abad ke-13, Dunia islam
akan mampu menciptakan seorang Descartes, seorang Gassendi, seorang Hume,
seorang Copernicus, dan seorang Tycho Brahe, karena telah ditemukan bibit-bibit
filsafat mekanika, empirisisme, elemen-elernen utama dalam heliosentrisme, dan
instrumen-instrumen Tycho Brahe, dalam karya-karya Al-Ghazãli, lbn Al-Shãtir,
para astronom pada observatorium Maragha, dan karya-karya Takiyuddin.
Untuk memasuki suatu periode baru seperti Renaissance dan kemudian
untuk mencapai Revolusi llmiah; prasyarat pertama adalah mematahkan pegangan
pada pijakan sains dan filsafat sebelumnya, dalam hal ini pada Aristoteles, yang
dilakukan oleh Al-Ghazali secara menakjubkan dalam Tahafut al-Falãsifah-nya di
penghujung abad ke- 11. Al-Ghazali, untuk pertama kalinya, menghancurkan otoritas
Aristoteles dan pada saat yang sama menabur bibit-bibit filsafat mekanika, fondasi
metafisika untuk sains modern. Maka kontribusinya itu tidak hanya destruktif, tetapi
juga konstruktif.
Setelah al-Ghazãli, sains dalam Islam terutamanya dalam aritmetika dan
astronomi terus berkembang. Misalnya, sekitar dua puluh astronom bekerja sama
dalam observatorium Maragha di Timur pada abad ke- 13 dan mengumpulkan data
selama dua puluh tahun. Sejauh yang kita ketahui inilah observatorium terorganisir
yang pertama yang di dalamnya terkonstruksi instrumen-instrumen dan juga perpustakaan. Walaupun mereka bekerja di dalam kerangka astronomi Ptolemaik,
mereka juga melakukan kritik terhadapnya. Itulah mengapa kepala observatoriurn
ini, Nasir al-Din al-’Tüsi dan muridnya, Qutb al-Din al-Shirãzi bekerja sama
membangun model yang lebih konservatif dalam menerima gerak seragam (uniform
motion) ketimbang sistem Ptolemaik. Belakangan, dalam sistem Copernican, kita
juga menemukan sikap konservatif yang sama. Pada abad keempat belas Ibn alShãtir, seorang astronom Damaskus, menyempurnakan model Tusi dan Shirãzi
dengan mengembangkan model-model planet yang non-Ptolemaik dan teori lunar
16
(bulan).
Eropa
sungguh
beruntung
dapat
menikmati
stabilitas
politik
dan
kemakmuran ekonomi setelah abad ke- 11. Jika saja orang-orang Mongol menginvasi
keseluruhan Eropa, yang mereka mampu lakukan, orang-orang Barat tidak akan
mendapatkan stabilitas dan kemakmuran yang cukup
untuk bisa sukses
menyempurnakan Revolusi Ilmiah (Scientific Revolution). Seperti kita ketahui,
orang-orang Mongol, setelah mengambil Silesia pada tahun 1241, kembali ke negeri
mereka, sejak raja mereka di Mongolia mati dan mereka harus memilih pemimpin
baru mereka.
Dengan mewarisi pencapaian-pencapaian sains dan intelektual dunia Islam
dalam berbagai area melalui penerjemahan dan kontak personal dan juga dengan
peminjaman dan penggunaan kompas magnetik, mesiu, teknik-teknik pembuatan
kertas dan percetakan dari umat Islam, orang-orang Barat mulai membangun
struktur sains dan teknologi modern.
Pada permulaan abad ke-13 orang-orang Barat telah menerjemahkan hampir
seluruh buku Aristoteles, para filosof Yunani lain, dan para filosof, teolog dan
saintis-saintis Islam, dari Bahasa Arab ke Latin. Mereka menerima karya-karya
ilmiah teknis tentang astronomi, optik, astrologi, matematika, kimia dan kedokteran
secara antusias dan dengan keasyikan tersendiri, sejak itu mereka dapat menutup
jurang keterpisahan yang ada.
Di Barat, sains terus berkembang dan tidak pernah kehilangan peluang
seperti halnya kondisidi dunia Islam, terutamanya disebabkan oleh institusi-institusi
pendidikan khas yang disebut universitas. Komunitas filosof dan mahasiswa terbesar
pada Abad Pertengahan mempelajari ide-ide Aristoteles melalui interpretasi dan
kornentar-komentar lbn Sinã dan lbn Rushd pada institusi-institusi ini dan mencoba
mengembangkannya lebih jauh. Dengan kata lain, disebabkan oleh matriks disiplin
yang sama, yaitu Aristotelianisme, para mahasiswa dilatih di dalam pandangan alam
(woridview) Aristotelian. Dengan demikian, sebagai hasil dan standardisasi
pendidikan, professor dan mahasiswa dapat berpindah dan satu universitas ke
universitas yang lain.
Zaman Renaissance
Renaissance, Abad Kelahiran Kembali, antara rentang tahun 1350 hingga
1550, pertama-tama dimulai di Italia dan belakangan menyebar ke Eropa Utara.
17
Menurut kaum humanis, Renaissance berlangsung sejak keruntuhan lmperium
Romawi, zaman kegelapan di Eropa berlangsung selama seribu tahun. Periode, yang
juga disebut Abad Pertengahan (Middle Ages), bersifat tidak produktif, mandeg, dan
gelap. Ini disebabkan oleh keringnya logika dan metafisika Aristotelian. Sebagai
reaksi melawan spekulasi yang gagal dan Skolastikisme dan Kristen, mereka
memfokuskan perhatian pada ide-ide tentang figur-figur klasik dalam sastra,
arsitektur dan seni. Tetapi tujuan mereka sebenarnya adalah untuk menciptakan
zaman baru.
Untuk mencapai zaman baru, orang-orang Eropa mulai menggunakan
teknologi. Setelah mengkonstruksi hukum-hukum dan membangun kapal-kapal
yang lebih canggih, mereka mulai mengeksplorasi dunia dan menemukan tanahtanah baru. Dengan perjalanan-perjalanan penemuan itulah mereka menemukan
emas, budak dan rempah-rempah di tanah-tanah baru dan, agar dapat
mengeksploitasi sumber-sumber dan orang-orang di tanah baru itu lebih lanjut,
mereka pun menjajahnya. Maka sejak abad kelima belas itulah mereka mulai
mendominasi dunia.
Dalam periode krisis ini, para pemikir, ilmuwan, dan filosof percaya bahwa
alam semesta (universe) merupakan satu organisme dan selalu terdapat kekuatan
gaib di mana-mana. Kekuatan-kekuatan superioryang dimiliki oleh organ-organ
langit dapat mempengaruhi kekuatan-kekuatan inferior. Dengan ide-ide inilah
Renaissance menjadi sebuah periode magis para excellence, sejak itu magis atau
anti-rasionalisme untuk pertama kalinya mendapatkan status intelektual. Dengan
demikian, periode ini, yang di dalamnya terjadi pemburuan para penyihir, bukanlah
serasional seperti yang biasa diperkirakan, dan sebenarnya periode ini adalah
periode anti-ilmiah.
Filsafat Mekanika
Pada abad ketujuh belas, Filsafat mekanika yang menjadi fondasi sains
modern muncul melawan animisme Renaissance. Filsafat mekanika sebagai
alternatif bagi Aristotelianisme maupun animisme pada akhirnya menjadi
paradigma dominan dan mencapai puncaknya pada masa Isaac Newton.Descartes,
Kepler, Galileo, Boyle dan para filosof mekanika lainnya membedakan antara
kualitas primer dan kualitas sekunder untuk mencopot animisme dari alam.
Menurut mereka, kualitas-kualitas primer (properti geometris) dimiliki alam, tetapi
18
kualitas-kualitas sekunder seperti warna, kehalusan, kekerasan, rangsangan, dan
rasa pahit hanya muncul dalam pikiran manusia (human mind).
Dengan cara inilah orang-orang Barat memisahkan alam dan pikiran dan Tuhan agar dapat memahami dan memanipulasinya dalam kerangka Francis Bacon.
Maka, jika kita menggunakan istilah Alexander Koyre, alam menjadi “dijinakkan”
(devalorized). Sebagaimana Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas secara tepat
menggambarkannya:” Revolusi Cartesian pada abad ke-17 rnenghasilkan dualisme
final antara materi dan spirit dalam cara yang membuat alam dibiarkan terbuka
untuk dikaji dan melayani sains sekular, dan meletakkan manusia dalam tingkatan
dimana tidaic ada yang lain kecuali dunia yang ada di tangannya”.
Seperti yang diindikasikan sebelumnya, Descartes itu bukanlah satu-satunya
arsitek filsafat mekanika. Misalnya, filosof mekanika lain, Gassendi, membangkitkan
kembali dan mengknisteruisasi madzhab atomistik kuno dan menenima kesimpulankesimpulan skeptisisme dengan menekankan kompleksitas alam. Berbeda dengan
Descartes, ia mengklaim bahwa Untuk memahami esensi sesuatu itu tidak mungkmn
dan bahwa satu-satunya yang dapat dibuat adalah mendesknipsikan penampakanpenampakan (appearances).
Filsafat mekanika mempenganuhi Revolusi Ilmiah, yang pada gilirannya
memainkan peran penting baik pada masa Pencerahan maupun Revolusi Perancis,
tetapi sains mendapatkan kekuatan yang sebenarnya ketika ia mulai mempengaruhi
teknologi dalam artian yang riil.
Revolusi Ilmiah
Tahapan revolusi ilmiah dimulai dengan usaha membangun sains baru oleh
beberapa ilmuwan barat, diantarnya: Francis Bacon menulis Novuni Organum
(Instrumen Baru), Tartaglia menulis Nova Scientia (Sains Baru), Giambattista Vico
Nova Scienza (Sains Baru), Kepler Astronomia Nova (Astronomi Baru), dan Galileo
Two New Sciences (Dua Sains Baru).
Dalam
Bidang
Astronomi,
Copernicus,
Tycho
Brahe,
dan
Keppler
merumuskan meletakkan dasar sains astronomi modern. Prestasi terbesar
Coppernicus adalah mematematisasi sistem heliosentris, tetapi ia masih memakai
model-model Ptolemaik, seperti epicycles on deferents (poros lingkar kecil benda
langit berorbit di garis lingkar besar bumi), eksentrika (keganjilan), dan epicycles
over epicycle (pergerakan dalam garis lingkar kecil).
19
Tycho Brahe mengumpulkan data akurat selama lebih dan dua puluh tahun
dengan bantuan instrumen-instrumen besar dan banyak asisten untuk dapat memecahkan masalah-masalah astronomi teoretis dan praktis secara sekaligus. Kepler,
dengan~ menggunakan data Tycho, menemukan tiga hukum deskriptif bagi bendabenda langit. Hukum pertamanya—sebetulnya hukum kedua dalam proses
penemuan— menyatakan bahwa planet-planet bergerak dalam orbit elips
mengelilingi matahari yang ia (matahari) sendiri menempati salah satu dan pusat
elips.
Kepler pertama-tama mencoba untuk mencocokkan data Tycho ke dalam
sistem Copernican, tetapi apapun yang ia kerjakan ia tidak menemukan kecocokan
yang sempurna antara orbit sirkular Mars dengan data Tycho. Setelah bergelut dengan masalah ini, paling tidak selama enam tahun, ia menemukan bahwa orbit-orbit
planet itu elips. Dengan penolakan atas orbit-orbit sirkular yang telah tertanam
dalam pikiran manusia selama dua puluh abad, Kepler merevolusi astronomi.
Dalam fisika, Galileo menggagas gerak lamban (inertial motion) secara
orisinil dan revolusioner sehingga ia dapat mempertahankan sistem Copernicus dari
sudut pandang fisika. Menurut Galileo, jika bumi bergerak dan jika kita
menjatuhkan sebongkah batu dari atas menara, objek itu akan mendarat pada
bagian bawah menara, tetapi tidak ke jurusan barat sebagaimana diklaim oleh Tycho
Brahe dan anti-Copernican lainnya, karena objek itu akan mengikuti gerak bumi
atau ia akan mempunyai gerak lamban (gerak horizontal) dan mula hingga akhir.
Dengan cara ini, Galileo telah melepaskan salah satu dan keberatan-keberatan kaum
anti-Copernican.
Selanjutnya, Galileo menggunakan teleskop untuk tujuan-tujuan astronomi
untuk pertama kalinya dan membuat banyak observasi. Ia menemukan banyak bintang baru, titik-titik di matahari, fase-fase Venus, satelit Jupiter, cincin Saturnus,
dan permukaan bulan yang kasar, dan secara sukses menggunakan semua observasi
ini untuk membela sistem Copernican. Misalnya, bulan itu seperti bumi. Ia penuh
dengan kawah, wilayah-wilayah gelap (sama seperti lautan di bumi), bukit-bukit dan
gunung-gunung. Maka bulan itu adalah besar, sangat besar, dan berat, dan, sejauh
kita ketahui, siapapun tidak keberatan dengan ide gerak bulan. Lantas mengapa
harus ada orang yang keberatan dengan ide gerak bumi, objek lain yang seperti
bulan?
Dalam babak akhir Revolusi llmiah, Isaac Newton menemukan heterogenitas
20
cahaya dan hukum kekuatan gravitasi. Dalam mekanika ia menambahkan kategori
ketiga, yaitu kekuatan (force) atas materi dan gerak, dan merumuskan hukum
gravitasi universal secara matematis, dan dengan memakai hukum baru itu ia dapat
menjelaskan seluruh gerak dalam alam semesta.Setelah prestasi besar Newton, para
pemikir periode Pencerahan mendewakan manusia dan mendasarkan segala sesuatu
pada kekuatan rasional. Maka, disebabkan oleh dampak Revolusi Ilmiah, pandangan
dunia mekanis dan sekular telah mencapai puncaknya dan mulai berdaulat penuh di
Barat. Dalam kata-kata Profesor Al-Attas:” Dan abad ke-17 hingga ke-19 Pencerahan
Eropa dihubungkan dengan, dan memang merupakan kelanjutan dan, Renaissance.
Periode ini dicirikan dengan semangatnya untuk materialisasi dan sekularisasi
manusia ideal dalam masyarakat ideal. Para filosof naturalis menulis tentang hukum
alam,
agama
alamiah,
dan
menekankan
pada
kemanusiaan,
kebebasan,
kemerdekaan, keadilan. Ide-ide mereka menjadi kenyataan di Amenika dan
dijadikan sebagai filsafat dasar bagi Independensi. Jika renaissance berarti ‘terlahir’,
dan enlightenment menandakan ‘datangnya abad’ manusia Barat dan keadaan bayi
yang mana rasionya harus bergantung atas bantuan yang lain, kini disebut sebagai
telah matang dan penuh pengalaman untuk mengarahkan jalannya sendiri.
Profesionalisasi SainsPada abad kesembilan belas struktur institusional dan
sosial Sains berubah drastis, Revolusi ilmiah ke-2 ditandai dengan kernunculan sains
sebagai profesi. Hal ini memicu untuk menghasilkan teknologi berbasis sains dan
semakin mendekatkan pertautan universitas, pemerintah, dan industri. Untuk
memahami bagaimana revolusi ilmiah kedua ini, akan dibandingkan kesempatankesempatan pendidikan dan profesi yang mempengaruhi perkembangan sains di
Inggris, Perancis, dan Jerman.
Pada abad sebelumnya, abad ketujuh belas dan kedelapan belas, ilmuwanilmuwan di lnggris Datang terutamanya dan kelas atas (upper class), mereka mempunyai kekayaan dan waktu luang, dan bagi mereka sains adalah suatu hobi,
sehingga mereka tidaklah profesional. Pada masa in, Pengajaran dan kerja penelitian
aktual itu terpisah, para ilmuwan tingkat pertama lnggnis tidak berafiliasi dengan
universitas. Terlebih lagi, pemerintah Inggris secara finansial tidak mendukung
sains.Revolusi industri awal mula terjadi di lnggris pada tahun 1780-an dalam
industri tekstil, batu bara, dan industri besi, sebagai hasilnya Inggris menjadi negara
nomor satu dalam bidang industri-industri tensebut.Revolusi industri pertama in
tidak bersifat ilmiah, sehingga tentu saja tidak dapat dan tidak memprofesionalisasi
21
sains, tetapi mempengaruhinya secana massif. masyanakat ilmiah baru benmunculan di Leeds, Birmingham, Manchester, Bristol, dan Newcastle, Komunitas ilmuwan ini berusaha untuk memecahkan masalah-masalah industri dengan aplikasi
pengetahuan ilmiah/sains. Hal ini menjadikan sains mendapatkan bentuknya yang
utilitarian.Revolusi Industri juga berpengaruh terhadap asal-usul sosial (social
origin) para ilmuwan
yang bergeser dari kelas atas (upper class) kepada kelas
menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). Pada abad ketujuh belas, 47
persen dari para ilmuwan yang datang dan kelas menengah dan bawah, pada akhir
abad kedelapan belas, menjadi 82 persen. Walaupun Inggris tidak kekurangan
pakar-pakar sains seperti Herschel, Joseph Black, Davy Faraday, Dalton, Playfair,
Priestley, Cavendish, dan Brewster, negeri ini kekurangan sistem pendidikan untuk
melatih ilmuwan profesional atau ilmuwan kelas-dua.
Revolusi Perancis menyebabkan seluruh universitas dan sekolah yang
berafiliasi dengan gereja atau pendidikan klasik ditutup, dan diganti dengan sistem
pendidikan sentralistis baru yang disebut acole centrale. Pada sekolah-sekolah dan
universitas yang baru dibangun itulah penekanan ditumpukan pada ilmu-ilmu alam
seperti matematika, fisika dan kimia ketimbang bahasa Latin dan Yunani. Harapannya, matematika dan fisika dapat menjadi penawar pada prasangka-prasangka
dan cara pikir lama dan ide-ide demokratis dan rasional dapat dimasukkan ke dalam
pemikiran mahasiswa.Memang, Revolusi Perancis merupakan upaya untuk
menerapkan ide-ide Pencerahan pada isu-isu sosial dan politik, tetapi apa yang lebih
menjadi perhatian kita adalah bahwa para arsitek revolusi itu telah memahami
secara benar peran utama dan fundamental sains murni sebagai fondasi
teknologi.Pemenintahan Perancis mendukung dan mengarahkan profesionalisasi
sains dengan menawarkan kerja kepada ilmuwan kelas-pertama pada sekolahsekolah dan universitas-universitas baru, dengan menyiapkan imbalan untuk
mendorong penelitian-penelitian yang berharga, dan dengan mengintegrasikan
pengajaran dan kerja penelitian aktual—dua hal di Inggris yang memang
terpisah.Pendidikan ilmiah dalam artian modern itu tidak ada sebelum ãcole
Polytechnique didirikan pada tahun 1794 sebagai sekolah teknologi untuk memenuhi
kebutuhan praktis Republik tersebut. Sekolah unik ini berisi sains-sains teoretis dan
praktis dan untuk pertama kalmnya memperkenalkan laboratorium-laboratorium
penelitian untuk fisika dan kimia, sehingga dapat membangun tradisi baru yang
penting yang terus berlanjut hingga sekarang.
22
Di antara para professor ãcole Polytechnique, adalah ilmuwan terkenal
Perancis seperti Monge, Fourier, Lagrange, Laplace, Prony, Poinsot dan Berhollet.
Hal ini menarik banyak mahasiswa-mahasiswa luar negeri seperti Justus Liebig,
Count Rumford, Alexander von Humboldt, dan Volta datang ke sekolah
ini.Sentralisasi institusi keilmuan membuktikan dirinya berguna, tetapi ternyata
dikemudian hari ia menjadi penghalang kemajuan pendidikan ilmiah di Perancis.
Hal inilah yangmenjadi salah satu sebab Perancis kehilangan kepemimpinannya
dalam pendidikan ilmiah, kalah oleh Jerman setelah dekade pertama abad kesembilan belas, terutama setelah Napoleon melakukan militerisasi ãcole Polytechnique
dan menyatukannya dengan universitas-universitas lain.
Sebelum Revolusi Industri, pengelola sekolah di Jerman yang berwawasan
jauh
kedepan
menginisiasi
pembaruan
sekolah-sekolah
dengan
sistem
desentralisasihal in karena didukung oleh struktur politiknya, sehingga kompetisi
sehat antara universitas-universitas dari berbagai negara bagian meningkatkan
kualitas pendidikan. Universitas-universitas tua agar tidak punah, orang-orang
Jerman membuka universitas-universitas baru yang menitikberatkan pada ilmu
alam agar mendukung universitas-universitas tua tersebut. Mereka juga mendirikan
sekolah-sekolah teknik baru atau Technisches Hochschulen, yang dipolakan
mengikuti cicole Polytechnique, yaitu untuk memenuhi kebutuhan industri dan
komersial masyarakat.Orang-orang Jerman memahami peran sentral sains dalam
teknologi dan untuk menitikberatkan poin tersebut mereka mengajarkan ilmu-ilmu
alam sekalipun di sekolah-sekolah teknik. Utamanya, kerja penelitian dalam kimia
dilakukan di laboratoriurn-laboratorium sekolah-sekolah praktis tersebut. Mengenai
penguasaan ilmu-ilmu alarn, kita juga melihat bahwa terdapat kompetisi yang tajam
antar universitas dan sekolah -sekolah teknik. Untuk berkompetisi secara efektif
dengan sekolah-sekolah teknik, universitas-universitas juga mengajarkan aplikasiaplikasi sains.
Maka tidaklah heran jika Jerman menikmati keunggulannya disebabkan
penggunaan laboratoriumn-laboratorium penelitian secara efektif di universitasuniversitas dan sekolah-sekolah teknik. Beberapa ilmuwan seperti Henry Rose,
Gustav Magnus, dan Purkinje mendirikan laboratorium-laboratoriurn penelitian di
tempat tinggal mereka. Terutama sekali, laboratoriurn penelitian kimia Justus Liebig
pada Universitas Giessen mendapatkan reputasi yang luas disebabkan oleh
pentingnya industri kirnia. Liebig dapat mengilhami dan mendorong antusiasmenya
23
kepada para rnahasiswa, dan sebagai hasilnya tesis-tesis doktoral pun mulai
membanjiri laboratoriumnya. Pada gilirannya, rnahasiswa yang dilatih oleh Liebig
rnenyebarkan pengajaran laboratoriurn tersebut ke banyak ternpat.
Para ilmuwanprofesional Jerman juga telah mendirikan masyarakat baru
dan mulai berkumpul di banyak kota setiap tahun dengan dukungan antusias dari
raja. Masyarakat ini, yang disebut “Gesellschaft Deutscher Naturforscher und Artze”
diuruskan semata-rnata oleh para ilmuwan profesional yang telah rnenerbitkan beberapa artikel selain disertasi doktoral mereka, dan para ketua masyarakat ini
diganti setiap tahun untuk membuat masyarakat tersebut tetap dinarnis. Dengan
kerja serius mereka para ilmuwan telah rnendapatkan perhatian publik dan
pernerintah dan rnendapatkan dukungan finansial yang cukup dan berbagai pihak.
Walaupun mereka rnendapatkan dukungan finansialnya terutarna dan pemerintah,
rnereka tetap rnenikrnati atrnosfir kebebasan yang luar biasa.
Dengan kondisi-kondisi yang menguntungkan inilah Jerman mampu mencetak banyak ahli kimia profesional, dengan kata lain, bukan para jenius, tetapi para
ilrnuwan kelas dua dan tiga yang dapat bekerja dalam laboratorium-laboratorium
industri. Sejak Inggris kekurangan ilmuwan profesional, Jerman dengan mudah
mengambil alih kepemimpinan industri pewarnaan (celup) dan untuk pertarna
kalinya rnernulai teknologi berbasis sains, yaitu pada perrnulaan sains-terapan,
antara tahun 1858 dan 1862. Para ahli kimia Jerrnan rnengganti celup binatang dan
tumbuhan dengan substansi-substansi yang diproduksi secara ilrniah. Secara lebih
khusus, mereka mendapatkan bahan-bahan celup sintetis yang lebih baik dan tar
batu bara yang diirnport yang kemudian diproses secara kirniawi. Setelah 1870
Jerman juga menjadi pemimpin dalarn industri-industri listrik, baja, minyak, kimia,
dan mesin pembakaran internal.
Dengan mengikuti model Jerman, Amerika Serikat pada akhir abad kesembilan belas juga memprofesionalisasi sains. Sebagai indikasi dan perkembangan ini,
maka pada tahun 1890 didirikanlah American Associaton for the Advancement of
Science, sebagai masyarakat ilmuwan profesional pertarna. Menjelang tahun 1900
Arnerika Serikat berencana menjadi kekuatan industri dan ekonomi yang penting
dan, terutama setelah Perang Dunia Kedua, mengambil alih kepemimpinan hampir
di setiap bidang.
Dari paparan di atas, Teknologi berbasis sains menjadikan hubungan antara
universitas, pemerintah dan industri berkembang sangat pesat. Kini para ilmuwan
24
berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan ataupun industri-industri,
dan juga mendapatkan posisi-posisi tinggi pada hampir setiap cabang pemerintahan.
Misalnya, di Amerika Serikat mereka memberi nasihat kepada Presiden dan Kongres
tentang isu-isu penting (kebanyakannya bersifat ilmiah).
Sains betul-betul telah menjadi faktor pembeda utama dalam memisahkan
periode modern dengan periode pertengahan dan periode kiasik, terutama setelah ia
betul-betul mempengaruhi teknologi. Namun, kini kita juga menyadari bahwa sains
itu hanya merupakan instrumen yang diciptakan oleh para filosof dan ilmuwan. Dengan demikian, sains ataupun teknologi berbasis-sains sebagai instrumen buatan
manusia yang mempunyai keterbatasannya sendiri tidak dapat kita harapkan sebagai
obat mujarab bagi segala penyakit di dunia yang kini kita hadapi
25
X. Alqur’an dan Sains Modern
a. Mu’jizat Kebenaran Alqur’an
Lebih dari 14 abad yang lalu, Allah menurunkan Al- Qur'an kepada
Rasulullah Muhammad SAW.Kitab yang berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman
hidup manusia yang penuh mengandung hikmah, menyeru manusia kepada
kebenaran dan untuk selalu mentaati nilai/norma/aturan yang termaktub dalam
kitab tersebut. Kitab ini telah dan akan senantiasa menjadi petunjuk yang
paripurna bagi manusia sejak diturunkan sampai hari qiyamah (Qur'an, 68:52).
Alqur’an memiliki bahasa yang mudah dipahami dan bisa diakses oleh semua
manusia sepanjang masa (Qur'an, 54:22).Kesempurnaan isi dan bahasa Al-qur’an
yang tidak tertandingi ini merupakan bukti kebenaran alqur’an sebagai
kalamullah.Mu’jizat kebenaran Alqur’an telah diakui luas baik oleh ilmuwan
muslim (Ulama) maupun yang non muslim / orientalis.
Beberapa ilmuwan barat orientalis yang menyatakan dan mengakui
keajaiban alqur’an diantarnya adalah:
i.
Prof. Bruce Lawrence dalam bukunya: The Qur’an: A Biography. Atlantic
Books, p. 8: “As tangible signs, Qur’anic verse are expressive of an
inexhaustible truth, they signify meaning layered with meaning, light upon
light, miracle after miracle.”
ii.
Hamilton Gibb, 1980. Islam: A Historical Survey, Oxford University Press, p.
28: “the Meccans still demanded of him a miracle, and with remarkable
boldness and self confidence Mohammad appealed as a supreme
confirmation of his mission to the Koran itself. Like all Arabs they were the
connoisseurs of language and rhetoric. Well, then if the Koran were his own
composition other men could rival it. Let them produce ten verses like it. If
they could not (and it is obvious that they could not), then let them accept the
Koran as an outstanding evident miracle”, pada kutipan lain: “….As a literary
monument the Koran thus stands by itself, a production unique to the Arabic
literature, having neither forerunners nor successors in its own idiom.
Muslims of all ages are united in proclaiming the inimitability not only of its
contents but also of its style”
26
iii. E H Palmer, as early as 1880, recognized the unique style of the Qur'an. But
he seems to have been wavering between two thoughts. He writes in the
Introduction to his translation of the Qur'an: “That the best of Arab writers
has never succeeded in producing anything equal in merit to the Qur'an itself
is not surprising. In the first place, they have agreed before-hand that it is
unapproachable, and they have adopted its style as the perfect standard; any
deviation from it therefore must of necessity be a defect. Again, with them
this style is not spontaneous as with Muhammad and his contemporaries, but
is as artificial as though Englishmen should still continue to follow Chaucer
as their model, in spite of the changes which their language has
undergone. With the Prophet, the style was natural, and the words were those
in every-day ordinary life, while with the later Arabic authors the style is
imitative and the ancient words are introduced as a literary embellishment.
The natural consequence is that their attempts look laboured and unreal by
the side of his impromptu and forcible eloquence”
iv. Alfred Guillaume, Islam, 1990 (Reprinted), Penguin Books, pp. 73-74: “The
Quran is one of the world's classics which cannot be translated without grave
loss. It has a rhythm of peculiar beauty and a cadence that charms the
ear. Many Christian Arabs speak of its style with warm admiration, and most
Arabists acknowledge its excellence. When it is read aloud or recited it has an
almost hypnotic effect that makes the listener indifferent to its sometimes
strange syntax and its sometimes, to us, repellent content. It is this quality it
possesses of silencing criticism by the sweet music of its language that has
given birth to the dogma of its inimitability; indeed it may be affirmed that
within the literature of the Arabs, wide and fecund as it is both in poetry and
in elevated prose, there is nothing to compare with it”
v.
Paul Casanova : “Whenever [Prophet] Muhammad [saas] was asked a
miracle, as a proof of the authenticity of his mission, he quoted the
composition of the Qur'an and its incomparable excellence as proof of its
divine origin. And, in fact, even for those who are non-Muslims nothing is
more marvellous than its language with such apprehensible plenitude and a
grasping sonority… The ampleness of its syllables with a grandiose cadence
and with a remarkable rhythm have been of much moment in the conversion
of the most hostile and the most sceptic” (From Paul Casanova's article,
27
"L'Enseignement de I'Arabe au College de France" [The Arab Teaching at the
College of France])
Adapun para ulama telah merangkum berbagai
kemu’jizatan Alquran
sebagai bukti kebenarannya diantaranya adalah Ibnu Taymiyah, Almawardi, Imam
Fakhruddin, Al-Zamlakani, Al-Isfahani, Al-Sakaki, dan Syaikh Ali Ashobuniy serta
ulama-ulama lain, sebagai berikut:
1.
Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra
yang dimiliki oleh orang-orang Arab
2.
Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya
bahasa yang dimiliki oleh bangsa Arab
3.
Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan
oleh semua makhluk termasuk jenis manusia
4.
Keringkasan lafadz al-Quran, tapi sempurna maknanya
5.
Kesempurnaan syariat yang dibawanya yang mengungguli semua syariat
dan aturan-aturan lainnya
6.
Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatologis yang tidak mungkin
dapat dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu alQuran itu sendiri
7.
Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya
dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu
pengetahuan
8.
Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Quran
9.
Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat
dan ilmu pengetahaun alam (tentang jagat raya).
10.
Menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia
11.
Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada hati para
pengikut dan musuh-musuhnya
12.
Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan
kerancuan.
13.
Al-Quran mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak dapat diliputi oleh
manusia dan tidak dapat berkumpul pada seseorang.
14.
Tidak ada umat yang sanggup menentang al-Quran
15.
Terpelihara keasliannya, sedikit pun tambahan yang disisipkan atau
pengubahan lafadz-lafadznya dapat diketahui.
28
16.
Al-Quran itu lebih tinggi dari segala martabat pembicaraan. Martabat
pembicaraan terbagi tiga:
a. Mantsur yang dapat dibuat oleh segenap manusia.
b. Syi’ir yang hanya dapat disusun oleh sebagian manusia
c. Al-Quran melampaui kedua martabat itu. Martabatnya tidak sanggup
dicapai oleh golongan a dan b.
b. Membaca Ayat-Ayat Allah SWT
Setelah kita mengenal adanya ayat qouliyah dan kauniyah, Lalu bagaimana
kita membaca ayat-ayat Allah?Kewajiban kita terhadap ayat-ayat qauliyah adalah
tadabbur (QS Muhammad ayat 24), yaitu dengan membacanya dan berusaha untuk
memahami dan merenungi makna dan kandungannya.Sedangkan kewajiban kita
terhadap ayat-ayat kauniyah adalah tafakkur (QS Ali ‘Imran ayat 190 – 191) dengan
memperhatikan, merenungi, dan mempelajarinya dengan seksama.Allah telah
karuniakan kepada kita piranti untuk melakukan dua kewajiban tersebut, yakni
dengan menggunakan akal pikiran dan hati.
Adapun tujuan utama dan pertama dalam membaca ayat-ayat Allah adalah
untuk semakin mengenal Allah (ma’rifatullah). Dengan semakin mengenal Allah
dengan baik, seorang hamba akan semakin takut, semakin beriman, dan semakin
bertakwa kepada-Nya. Apakah seseorang membaca ayat-ayat Allah dengan baik,
dapat terlihat dari beberapa indikator: yakni meningkatnya keimanan (QS AlAnfal: 2), ketakwaan, dan rasa takut kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala (QS Ali
‘Imran: 191).
Tujuan selanjutnya adalah agar dapat memahami sunnah-sunnah Allah
(sunnatullah), baik pada manusia dalam bentuk ketentuan syar’i (taqdir syar’i)
maupun
pada
ciptaan-Nya
dalam
bentuk
ketentuan
penciptaan
(taqdir
kauni).Dengan memahami ketentuan syar’i, kehidupan ini bisa jalankan sesuai
dengan syariat yang Allah SWT kehendaki, dan dalam hal ini kita bebas untuk
memilih untuk taat atau ingkar.Namun, apapun pilihan kita, taat atau ingkar,
memiliki konsekuensinya dan akibat masing-masing.
Setelah memahami ketentuan penciptaan, baik itu mengenai alam maupun
sejarah dan ihwal manusia, kita bisa memanfaatkan alam dan sarana-sarana
kehidupan untuk kemakmuran bumi dan kesejahteraan umat manusia. Dengan
29
pemahaman yang baik mengenai ketentuan tersebut, kita akan mampu mengelola
kehidupan dengan ihsan tanpa melakukan perusakan.
Perpaduan antara taddabur ayat qouliyah dan tafakkur ayat kauniyah
semakin menguatkan bukti bahwa Al Qur’an sebagai mukjizat terbesar yang
diturunkan oleh Allah kepada manusia.Tadabbur dan tafakkur ayat-ayat qouliyah
yang termaktub di dalam alqur’an yang mengindikasikan ilmu pengetahuan/sains
menunjukkan adanya kesesuaian dengan bukti-bukti ilmiah empiris yang dicapai
oleh IPTEK modern. Ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan di abad ke 7 masehi di
mana ilmu pengetahuan belum berkembang, sangat sesuai dengan ilmu
pengetahuan modern yang dicapai oleh manusiadi abad 20-21 ini.
Namun sebagai bekal untuk memahami ayat-ayat qouliyahdalam Al Qur’an
yang berhubungan dengan sains perlu memperhatikan beberapa catatan penting
berikut ini:
1.
Al
Qur’an
bukanlah
kitab
sains
dan
teknologi.
Ia
adalah
kitab
Hidayah(petunjuk) bagi manusia untuk mencapai tujuan penciptaannya
terkhusus
bagi
orang-orang
yang
beriman.
Sebagian
besar
Al
Qur’anmengandung ajaran Tauhid (keesaan Allah), Ibadah, Syari’ah dan
Akhlak disamping ilmu pengetahuan.
2.
Beberapa ayat Al
Qur’an
memberikan Isyarat Ilmiah
yang
telah
terbuktikebenarannya oleh sains modern Abad 20/21.Hal in menunjukkan
bukti/dalil terbesar akan kebenaran Al Qur’an sebagai kalamullah
yang
mengandung mukjizat Sains/Ilmiah.
3. Dalam memahami ayat yang mengandung isyarat sains tidak cukup hanya
dengan membaca Al Qur’an dan tafsirnya.Ungkapan Al Qur’an masih bersifat
global dan tidak terperinci, mengingat poin nomor 1 (satu) bahwa Alqur’an
bukan kitab sains dan teknologi.Sumber-sumber ilmiah lain yang lebih rinci
bisa digunakan sebagai rujukan untuk menjelaskan dan memahami ayat-ayat
tersebut.
4. Kebenaran mutlak/absolut hasil penemuan Ilmiah modern akan selalu
kompatibel dengan kebenaran mutlak tentang sains yang disebutkan Al
Qur’an. Penemuan ilmiyah yang masih diragukan yang bertentangan dengan
Alqur’an tidak bisa digunakan untuk menolak kebenarannya.termasukayat Al
qur’an yang masih diperselisihkan maksudnya (dzonniyyud dalalah) tidak
30
bisa dijadikan dalil bagi penemuan ilmiyah yang masih diragukan.
5. Ayat-ayat sains menunjukkan kebenaranayat Allah saw : “Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa
Al Quran itu adalah benar”. (QS. Fushshilat : 53). Ayat ini adalah ajakan
untuk beriman, berpengetahuan dan beramal serta dapat digunakan sebagai
sarana untuk berdakwah di kalangan para scientistdi manapun berada.
XI. Alqur’an dan Sains Modern:
Berikut adalah ayat-ayat Alqu’an yang mengandung isyarat sains yang kompatibel
dengan sains modern dan penjelasannya secara ringkas:
a. Penciptaan dan Konsepsi tentang Alam Semesta
Dalam hal penciptaan alam semesta dan segala isinya, Allah SWT mengajak
manusia untuk berpikir menggunakan akalnya, sebagaimana dalam QS. AthThur:35-36:
(35) "Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, yang menciptakan
mereka (terjadi begitu saja)?, ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)? (36) "Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya
mereka tidak menyakini (apa yang mereka katakan)."
Dua ayat tersebut mengajak manusia untuk menggunkan nalarnya serta menjelaskan
bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini asala keberadaannya ada beberapa
kemungkinan:
1. Diciptakan atau tiba-tiba muncul dan ada begitu saja (out of nothing)
2. Menciptakan diri sendiri (self created)
3. Diciptakan oleh sesuatu yang diciptakan juga
4. Diciptakan oleh Dzat yang tidak dicipta.
Dari keempat macam konsep tersebut, berdasarkan argumen filosofis dan sains
modern maka kemungkinan keempatlah yang paling rasional (Hamza Tzortzis). Hal
31
ini sejak awal sudah dinyatakan dalam alqur’an bahwa Asal mula alam semesta
digambarkan dalam ayat berikut:
"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)
Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu
pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa
keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada
sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini,
yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15
milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan
satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang
merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan
mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi
ada.
Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi
ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya
mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini,
yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al
Qur'an 1.400 tahun lalu.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan
NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang.
Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan
penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
Adapun tentang konsepsi alam semesta, Isac Newton seorang ahli fisika
beranggapan bahwa jagad raya ini tidak terbatas dan besarnya tak terhingga; Sebab
kalau ia terbatas, bintang dan galaksi yang ada di tepi akan merasakan gaya tarik
gravitasi dari satu sisi saja, yaitu kearah pusat alam semesta, sehingga lama
kelamaan benda-benda langit itu akan mengumpul di sekitar pusat tersebut. Karena
kecenderungan semacam itu tidak pernah tampak pada pengamatan, maka orang
berkesimpulan bahwa alam ini tidak terbatas.
Tidak hanya itu saja konsepsinya; alam menurut para pakar fisika “tidak
hanya tak berhingga besarnya dan tak berbatas”, tetapi juga “tidak berubah
keadaannya” sejak waktu tak terhingga lamanya yang telah lampau sampai waktu tak
32
terhingga lamanya yang akan datang. Sebab menurut pengalaman para fisikawan di
laboratorium, materi itu kekal adanya. Apapun reaksi yang dialaminya, kimia atau
fisis, massanya tak pernah hilang atau paling akan berubah menjadi energi yang
setara. Dengan konsep bahwa alam ini kekal, astrofisika tidak mengakui adanya
penciptaan alam.Sudah barang tentu gagasan semacam itu tidak sesuai dengan
ajaran Islam sebagaimana ia terkandung dalam al-Qur’an yang mengatakan bahwa
Allahlah Yang’ Qadim dan Dia jualah Yang Baqa’.
Newton melontarkan konsepsi tersebut pada akhir abad ke-17, kemudian
Lavoiser sekitar akhir abad ke-18 menegaskan kekekalan massa, dan diperluas oleh
Einstein dalam abad ke- 20 ini menjadi kekekalan massa dan energi atau secara
singkat kekekalan materi. Dari prinsir-prinsip dasar Einstein membuat suatu
perumusan matematis yang ia harapkan akan dapat melukiskan alam yang sesuai
dengan pengertian para ilmuwan pada waktu itu, namun Friedman mengungkapkan
bahwa model ini tidak melukiskan alam yang statis yang menjadi konsensus para
astronom-kosmolog pada waktu itu, melainkan jagad raya yang dinamis. Model ini
kemudian dikenal sebagai model Friedman. Hal ini tidak berkenan di hati Einstein
dan dengan kecewa ia mengadakan perubahan pada perumusannya dengan
menambahkan bilangan konstan padanya, sehingga hasilnya cocok menurut
seleranya, ia ternyata melukiskan alam yang statis. Padahal alam semesta yang
dilukiskannya bukan alam yang ada menurut ajaran Islam, yakni “yang diciptakan
pada suatu waktu dan akan ditiadakan pada saat yang lain, ” melainkan alam
semesta yang tidak pernah diciptakan, yang qadim dan kekal, sesuai dengan
konsensus yang didasarkan pada kesimpulan yang rasional sebagai hasil analisis
yang kritis terhadap berbagai data yang diperoleh dari pengukuran dan pengamatan.
Pada tahap itu, fisika mempunyai konsepsi yang bertentangan dengan agama Islam.
Meskipun al-Qur’an diturunkan sekitar 14 abad yang lalu, yang mengandung
uraian garis besar tentang penciptaan alam semesta, namun umat yang awam tidak
mengetahui maknanya secara jelas, sebab rincian dari skenario kejadian itu terdapat
dalam al-Kaun sebagai ayatullah yang harus dibaca, dan Umat Islam tidak mampu
membacanya karena fisika dan sains pada umumnya telah dilepaskannya enam abad
yang lalu. Sehingga kita menjadi bodoh dalam membaca ayat-ayat kauniyah.
Pada tahun 1929 terjadi peristiwa penting yang menjadi awal pergeseran ،
pandangan di lingkungan para ahli tentang “penciptaan alam”, yang mengubah
secara radikal konsepsi para fisikawan mengenai munculnya jagad raya. Sebab pada
33
tahun itu, Hubble mempergunakan teropong bintang terbesar di dunia melihat
galaksi-galaksi disekeliling kita, yang menurut analisis spektrum cahaya yang
dipancarkannya menjauhi kita dengan kelajuan yang sebanding dengan jaraknya
dari bumi, yang terjauh bergerak paling cepat meninggalkan kita.Kejadian ini
merupakan pukulan berat bagi Einstein, karena observasi Hubble itu menunjukkan
bahwa alam kita ini tidak statis, melainkan merupakan alam yang dinamis seperti
model yang dikemukakan oleh Friedman.Karena observasi Hubble ini mendorong
para ilmuwan untuk berkesimpulan bahwa alam yang kita huni ini mengembang,
volume ruang jagad raya ini bertambah besar setiap saat.Sehingga timbul teori
universum berekspansi.Dari perhitungan mengenai perbandingan jarak dan
kelajuan gerak masing-masing galaksi yang teramati, para fisikawan-astronom
menarik kesimpulan bahwa semua galaksi di jagad raya ini semula bersatu padu
dengan galaksi kita yaitu Bimasakti, kira-kira 12 milyar tahun yang lalu.Gamow,
Alpher dan Herman mengatakan bahwa pada saat itu terjadi ledakan yang maha
dahsyat yang melemparkan materi seluruh jagad raya ke semua arah, yang kemudian
membentuk bintang-bintang dan galaksi. Karena tidak mungkin materi seluruh alam
itu berkumpul disuatu tempat dalam ruang alam tanpa meremas diri dengan gaya
gravitasi yangsangat kuat, hingga volumenya mengecil menjadi titik, maka
disimpulkan kemudian bahwa “dentuman besar” (big bang) itu terjadi ketika seluruh
materi kosmos kejuar dengan kerapatan yang sangat besar dan suhu yang sangat
tinggi dari volume yang sangat kecil. Alam semesta lahir dari singularitas fesis
dengan keadaan ekstrim. Nyata disini bahwa akhirnya fisika mengakui bahwa semua
alam tiada, tetapi kemudian sekitar 12 milyar tahun yang lalu tercipta dari ketiadaan,
sebab fakta dari hasil observasi yang menelorkan kesimpulan itu tidak dapat
disangkal.
Kalau kita bandingkan konsep fisika tentang penciptaan alam semesta itu
dengan ajaran al-Qur’an, kita dapatkan dalam surat al-Anbiya (21) ayat 30:
“Dan tidaklah orang-orang kafir itu mengetahui bahwa langit (ruang alam)
dari bumi (materi alam) itu dahulu sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
34
keduanya itu”. (Q.s. al-Anbiya’: 30)
Keterpaduan ruang dan materi yang dinyatakan pada ayat di atas, hanya
dapat kita fahami jika keduanya berada disuatu titik, titik singularitas yang
merupakan volume yang berisi seluruh materi. Sedangkan pemisahan mereka terjadi
dalam suatu ledakan dahsyat atau “dentuman besar” yang melontarkan materi
keseluruh penjuru ruang alam yang berkembang dengan Sangat cepat sehingga
tercipta “universum yang berekspans”. Selanjutnya, mengenai ekspansi alam
semesta ini yang menaburkan materi paling tidak sebanyak 100 milyar galaksi yang
masing-masing berisi rata-rata 100 milyar bintang, kitab suci al-Qur’an mengatakan
dalam surat adz-Dzariyat (51) ayat 47 yaitu:
“Dan langit (ruang alam) itu Kami bangun dengan kekuatan dan Kamilah
sesungguhnya yang melakukannya.” (Q.S. adz- Dzariyat: 47)
Kekuatan yang terlibat dalam pembangunan alam ini, dan yang mampu
melemparkan kira-kira 10.000 milyar-milyar bintang yang masing-masing masanya
sekitar massa matahari keseluruh pelosok alam itu, tentu saja tidak dapat kita
bayangkan; yang timbul dari ucapan dan fikiran seorang mukmin hanyalah “ucapan
pengagungan” kepada Allah SWT. Dari perbandingan semacam ini dapat kita
ketahui bahwa pada akhirnya, fisika, yang dikembangkan untuk mencari kebenaran,
sampai juga pada fakta yang: ditunjukkan oleh al-Qur’an.
b. Hidrologi: Siklus Air
Dari hasil observasi dan penelitian yang berulang-ulang bahwa “siklus
hidrologi” atau sirkulasi air (hydrologic Cycle) dapat dijelaskan sebagai berikut:
35
Gambar Siklus Hidrologi (sumber: id.wikipedia.org)
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang terjadi akibat radiasi/panas
matahari, sehingga air yang berada di laut, sungai, danau dan tanah mengalami
penguapan ke udara (evaporation), dan juga air pada tumbuh-tumbuhan mengalami
penguapan ke udara (transpiration), sehingga dikenal sebagai evapotrans-piration,
lalu uap air tersebut pada ketinggian tertentu menjadi dingin dan terkondensasi
menjadi awan. Akibat angin, berkumpulah awan dengan ukuran tertentu dan
terbentuk awan hujan, karena pengarah berat dan gravitasi kemudian terjadilah
hujan (presipitation). Beberapa air hujan ada yang mengalir di atas permukaan,
tanah sebagai aliran limpasan (overland flow) dan ada yang terserap ke dalam tanah
(infiltration). Aliran limpasan selanjutnya dapat mengisi tampungan-cekungan
(depression storage). Apabila tampungan ini telah terpenuhi, air akan menjadi
limpasan permukaan (surface runoff) yang selanjutnya mengalir ke laut. Sedangkan
air yang terinfiltrasi, bila keadaan formasi geologi memungkinkan, sebagian dapat
mengalir lateral dilapisan tidak kenyang air (unsaturated Zone) sebagai aliran
antara (subsurface flow/inter flow). Sebagian yang lain mengalir vertikal yang
disebut dengan “perkolasi” (percolation) yang akan mencapai lapisan kenyang air
(saturated zone/aquifer). Air dalam akifer ini akan mengalir sebagai air tanah
(ground water flow/ base flow) ke sungai atau ketampungan dalam (deep storage).
Siklus hidrologi ini terjadi terus menerus atau berulang-ulang dan tidak terputus.
Pada penjelasan fenomena kauniyah, dapat kita tarik kesimpulan bahwa
“siklus hidrologi” memiliki 4 (empat) macam proses yang saling berkaitan, yaitu:
a. Hujan/presipitasi
b. Penguapan/emporasi
36
c. Infiltrasi dan perkolasi (peresapan)
d. Limpasan
permukaan
(surface
runoff)
dan
limpasan
air
tanah
(subsurfacerzrnoff).
Isyarat adanya fenomena “siklus hidrologi”terdapat diQS An-Nur (24):43, yakni:
،،
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkannya antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celahcelahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan seperti) gunung-gunung, maka
ditimpakannya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya
dan dipalingkanNya dari siapa yang dikehendaki-Nya, Kilauan kilat awan
itu hampir-hampir menghilangkan penglihatannya.”(Q.S. an-Nuur: 43)
Pada ayat di atas, menunjukkan adanya dua proses inti yang sedang
berlangsung dan merupakan bagian dari proses “siklus hidrologi.” Kedua proses itu,
yaitu proses penguapan (evaparasi) yang ditunjukkan dengan kata “awan” dan
proses hujan (presipitasi) yang berupa keluarnya air dan butiran es dari awan.
Dimana awan adalah massa uap air yang terkumpul akibat penguapan dan kondisi
atmosfir tertentu. Menurut Prof. Sri Harto (2000) seorang pakar hidrologi, awan
dalam keadaan ini yang kalau masih mempunyai butir-butir air berdiameter lebih
kecil dari 1 mm masih akan melayang-layang di udara karena berat butir-butir
tersebut masih lebih kecil daripada gaya tekanke atas udara. Sehingga pada kondisi
ini awan masih bisa bergerak terbawa angin, kemudian berkumpul menjadi banyak
dan bertindih-tindih (bercampur), dalam ayat lain awan menjadi bergumpal-gumpal
seperti pada surat ar Rum (30) ayat 48:
“Allah, Dia-lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan
dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya,
dan menjauhkannya bergumpal-gumpal. Lalu kamu lihat hujan keluar dari
celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendaki Nya tiba-iba mereka menjadi gembira. ”(Q.s. arRuum:48)
Demikian jelaslah bahwa dengan terbawanya awan oleh pergerakkan angin,
maka awan akan terkumpul menjadi banyak dan bergumpal-gumpal. Akibat
berbagai sebab klimatologis seperti pengaruh kondensasi, awan tersebut dapat
menjadi awan yang potensial menimbulkan hujan, yang biasanya menurut Sri Harto
37
(2000) terjadi bila butir-butir berdiameter lebih besar daripada 1 mm. Sehingga
pada ayat di atas “hujan keluar dari celah-celahnya” awan, maksudnya secara ilmiah
“hujan” turun tidak seperti menggelontornya air, melainkan berupa butir-butir air
kecil (lebih besar dari 1 mm) yang turun dari awan akibat pengaruh berat dan
gravitasi bumi, searti jatuhnya tetes-tetes air dari celah-celah mata air. Sedangkan
turunnya butiran-butiran es dari langit, itu disebabkan apabila gumpalan-gumpalan
awan pada ketinggian tertentu dan kondisi atmosfir tertentu mengalami kondensasi
sampai mencapai kondisi titik beku, sehingga terbentuklah gunung-gunung es.
Kemudian karena pengaruh berat dan gravitasi bumi sehingga jatuh/turun ke
permukaan bumi, dan dalam perjalanannya dipengaruhi oleh termperatur,
pergerakan angin dan gesekan dengan lapisan udara, maka gunung-gunung es itu
pecah menjadi buir-butir es yang jatuh sampai di permukaan bumi.
Bila terjadi ‘hujan’, masih besar kemungkinan air teruapkan kembali sebelum
sampai dipermukaan bumi, karena keadaan atmosfir tertentu. ‘Hujan’ baru disebut
sebagai hujan apabila telah sampai di permukaan bumi dan dapat diukur. Air hujan
yang jatuh dipermukaan terbagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai air limpasan dan
sebagai bagian air yang' terinflocrsi meresap kedalam tanah (Sri Harto. 2000).
Kaidah-kaidah di atas ditunjukkan pula pada surat al-Mu’minun (23) ayat 18:
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya kami benar-benar
berkuasa menghilangkannya.”(Q.S. al-Mu’minun: 18)
Pada ayat di atas, Allah menurunkan hujan menurut suatu ukuran, sehingga
hujan yang sampai dipermukaan bumi dapat diukur. Hanya tinggal kemampuan
manusia sampai dimana tingkat validitasnya dalam mengukur dan memperkirakan
jumlah kuantitas hujan. Sehingga timbul beberapa teori pendekatan dalam analisis
kuantitas hujanyang menjadikan berkembangnya ilmu hidrologi. “LaluKami jadikan
air itu menetap di bumi,” maksudnya adalah air yang jatuh dari langit itu tinggal di
bumi menjadisumber air, sebagaimana tercantum pada surat az-Zumar (39) ayat 21:
“Apakah kamu tidak memperhatikanya bahwa sesungguhnya Allah
menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di
bumi, kemudian ditumbuhkannya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya
kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-bedei.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. ” (Q.S. az-Zumar: 21)
38
Sumber-sumber air di bumi bisa berupa air sebagai aliran limpasan seperti
air sungai, danau, dan laut. Juga bisa berupa air tanah (ground water) sebagai
akibat dari infiltrasi seperti air sumur, air artesis, sungai bawah tanah. “dan
sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” Maksudnya Allah
berkuasa untuk menghilangkannya sumber-sumber air tadi, seperti dengan cara
kemarau panjang (akibat siklus musim yang dipengaruhi oleh pergerakan matahari
disekitar equator), sehingga tidak ada suplei air sebagai pengisian (recharge) ke
dalam permukaan tanah atau bawah permukaan tanah. Sedangkan, proses
penguapan, pergerakan air permukaan dan pergerakkan air tanah berlangsung
terus-menerus, sehingga lapisan muka air tanah (water table) menjadi turun dan
sumber mata air menjadi berkurang, bahkan lebih drastis lagi muka air tanah bisa
turun mencapai lapisan akifer artesis yang kedap air. Maka pada kondisi seperti itu
seringkali terlihat sungai-sungai kekeringan, sumur-sumur air dangkal kekeringan,
muka air danau susut dan bahkan ada yang sampai kering, dan pohon-pohon
mengalami
kerontokkan
dan
mati
kekeringan.
Kaidah-kaidah
seperti
ini
sebagaimana telah digambarkan pada surat az-Zumar (39) ayat 21 di atas. Dengan
demikan bahwa kajian ayat-ayat qauliyah di atas meliputi adanya empat proses yang
saling berhubungan dan mengikuti suatu sunnatullah “daur” yangterus menerus
tidak terputus, seperti lingkaran setan yang disebut sebagai “siklus hidrologi.
c. Fisika dan Kimia: Materi, bagian lebih kecil dari atom
”Dan orang-orang yang kafir berkata: "Hari berbangkit itu tidak akan datang
kepada kami". Katakanlah: "Pasti datang, demi Tuhanku Yang Mengetahui yang
ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada
tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di
bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan
tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)", (QS 34:3)
39
Ayat ini menunjukkan Allah SWT mahatahu, Dia mengetahui segala sesuatu
baik yang tersembunyi maupun yang nampak termasuk segala sesuatu yang
berukuran kecil, lebih kecil atau lebih besar dari atom.Sehingga Ayat ini
menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih kecil dari atom, pengetahuan yang
hanya bisa diungkap oleh penemuan sains modern.
Pandangan awal atom sebagai bola pejal super kecil dan bagian terkecil suatu
benda yang tidak dapat dibelah diyakini para ilmuwan sampai akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20.Pada akhirnya para ilmuwan mengungkapkan bahwa atom sebagai
butira terkecil dapat dibelah menjadi init, dan beberapa butiran kecil disebut
elektron yang bergerak mengitari inti.Adapun inti sendiri masih tersusun dari
butiran-butiran kecil berupa proton dan netron.
d. Ilmu dan Teknologi Bahan: Besi dan Tembaga Cor
“Berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama
rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah
(api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api,
diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku
kutuangkan ke atas besi panas itu" Qs. Al-Kahfi:96.
Agus Purwanto (2015) dalam bukunya Nalar Ayat-ayat Semesta memaparkan
bahwa Ayat tersebut di atas, menjelaskan secara garis besar suatu teknologi
perpaduan logam besi dan tembaga. Ayat 96 dari Surat Al-Kahfi tersebut
menceritakan tentang Zulkarnain yang diminta penduduk untuk menyelamatkan
mereka dari gangguan Ya’juj wa Ma’juj. Usaha penyelamatan dilakukan dengan
membangun dinding kokoh dari perpaduan besi dan tembaga di celah dua gunung
yang tinggi.Ayat ini juga menjelaskan teknik pembuatannya yakni teknik pengecoran
logam dan bahan dasarnya.
Teknik pengecoran logam yang dijelaskan meliputi dua unsur bahan: besi (alhadid) dan tembaga (qithrun), dua keadaan yakni: sama rata dengan dua tempat
yang kokoh ( sawa baina al-shdafaini) dan api (narun), serta dua proses: meniup
(anfakhu) dan mencurahkan, menuangkan (ufrigh). Tujuan pengecoran perpaduan
40
besi-tembaga untuk menghasilkan logam paduan (alloy) yang lebih kuat daripada
logam besi murni sehingga lebih kokoh sebgai benteng pembatas.
Proses yang dilakukan oleh Zulkarnain adalah proses pengecoran (casting). Proses
ini merupakan teknologi pembuatan produk dengan jalan pencairan atau peleburan
logam dalam tungku, kemudian dituangkan dalam cetakan. Setelah itu logam cair
dikembalikan menjadi bentuk padat, dan cetakan di singkirkan untuk mendapatkan
produk yang diinginkan.
Ayat ini mengindikasikan sains dan Teknologi Bahan yang meliputi pembagian
bahan
di
alam
yang
bisa
diklasifikasikan
sebagai
unsur,
senyawa,
dan
campuran.Menjelaskan tentang teknologi pengecoran logam dan prosesnya, serta
informasi mengenai perpaduan logam (alloy) yang memiliki sifat lebih baik dari pada
logam murninya.
e. Rahasia Besi
Al-qur’an menyatakan secara jelas salah satu unsur di alam in yaitu besi (Fe),
bahkan disebutkan dalam 7 ayat yang berbeda. Salah satu ayat yang menyatakan
tentang besi ada di surat Al Hadiid, sebagai berikut:
”Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang
nyata dan Kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan)agar
manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai
kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui
siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa” (Al Qur'an,
57:25).
Penerjemahan kata "anzalnaa" pada awalnya sering dirubah ke “kami
menciptakan”, padahal secara harfiah yang berarti "kami turunkan". Jika
41
diterjemahkan dengan kiasan “kami menciptakan” sebenarnya agak ganjil, karena
dalam satu ayat in saja kata “anzalnaa” dipakai dua kali, yang pertama “wa anzalnaa
ma’ahum al-kitab” yag diterjemahkan secara harfiah, seharusnya supaya konsisten
Kata "anzalnaa" digunakan untuk besi dalam ayat in juga diterjemahkan secara
harfiah “kami telah menurunkan”. Sesungguhnya Jika diterjemahkan secara harfiah
kata
ini,
yakni
"Dia
(Allah
SWT)telah
menurunkandari
langit",
akan
mengindikasikan keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Hal ini dapat dijelaskan dengan penemuan sains modern bidang astronomi
yang mengungkap bahwa logam besi diciptakan di pusat bintang melalui proses
termonuklir yang melepaskan energi. Pada saat jumlah besi telah mencapai batas
tertentu dalam sebuah bintang, terjadilah reaksi lain yang melibatkan besi yaitu
penggabungan inti besi menjadi unsur-unsur lain yang lebih berat. Reaksi in
menyerap energi dari lingkungannya yang menyebabkan inti bintang menjadi
dingin.Akibat pendinginan in adalah tidak adanya radiasi yang menahan gravitasi
dari lapisan sekitar yang menyelubungi inti. bintang tersebut tidak mampu lagi
menanggungnya, dan akhirnya bintang tersebut meledak dan runtuh melalui
peristiwa yang disebut "nova" atau "supernova". Akibat dari ledakan ini, sebagian
besar massanya termasuk yang mengandung besi /meteor-meteor yang mengandung
besi terlempar di seluruh penjuru alam semesta dan ke seluruh ruang.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa logam besi tidak tercipta langsung
di bumi melainkan hasil lemparan/kiriman dari bintang-bintang yang meledak
dalam peristiwa “supernova” di ruang angkasa melalui massa/meteor-meteor yang
"diturunkan ke bumi", sebagaimana diindikasikan oleh terjemahan harfiyahayat
tersebut.Fakta yang diungkap oleh sains modern in tentunya tidakmungkindapat
dijangkau secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur'an diturunkan.
f. Oceanologi:
42
Sains modern baru-baru in menemukan bahwa salah satu sifat lautan yang
baru-baru ini yang berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut:
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu,
antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing."
(QS. 55:19-20)
“Maraja” secara harfiah bermakna: keduanya bertemu dan saling bercampur
satu dengan yang lain. Kata “barzakh” berarti pembatas/pemisah akan tetapi tidak
nampak secara fisik. Keadaandua lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak
bercampur satu sama lain in diungkapkan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Hal
in dikarenakan adanya perbedaan gaya fisika yang dinamakan "tegangan
permukaan".Air dari laut-laut yang saling bertemu tetapi tidak menyatu.Hal in
disebabkan karena perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah dua
lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding pembatas tipis yang
memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don
Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.). Hal in ditemukan di Selat
Gibraltar, selat yang memisahkan benua Afrika dan Eropa, tepatnya antara negera
Maroko dan Spanyol. Disamping itu ada fenomena lain
yang ditemukan para
ilmuwan modern bahwa di muara sungai, di mana air sungai dan air laut bertemu,
kondisinya berbeda dengan ketika dua air laut bertemu. Terungkap juga bahwa jika
air tawar bertemu dengan air asin bergaram akan ada zona pemisah yang disebut
“pycnoclyne zone” yang mempunyai kandungan garam yang berbeda baik dengan air
sungai maupun air laut. Hal in disebutkan juga di dalam QS.Al-furqan ayat 53.
43
“Dan, Dialah yang menciptakan dua laut mengalir (berdampingan) yang satu
tawar lagi segar dan yang lainnya masin lagi pahit. Dan Dia jadikan antara
kedua-duanya dinding dan batas yang menghalanginya.”(QS. Al-furqan: 53)
Hal yang sangat mengesankan dari penjelasan di atas adalah bahwa pada
zaman abad ke-7 M ketika sains yang dimiliki manusia belum pengetahuan
mengenai fisika, tegangan permukaan, densitas, ataupun ilmu kelautan, hal yang
menakjubkan ini telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
44
XII. Revolusi Sains dan Teknologi
a. Mengapa terjadi di Eropa: Faktor yang mendukung
Tidak diragukan lagi bahwa dibalik kemajuan dan tradisi sains di Eropa sejak
revolusi ilmu hingga saat ini ada banyak kontribusidari dunia Muslim. Di saat dunia
Muslim telah berhasil memunculkan ilmuwan-ilmuwan besar dan mengembangkan
tradisi keilmuan dan intelektual, orang Eropa saat itu masih terbelakang jauh dari
sejarah keilmuan. Para penulis Eropa sendiri menandakan periode ini (900-1500-an
M) sebagai era kegelapan yang melambangkan keterbelakangan Eropa dalam sains
dan intelektual. Jadi dapat dikatakan bahwa faktor pertama dan utama yang
membantu perkembangan sains di Eropa adalah hasil adopsiperadaban Islam. Hasil
adopsi itu merupakan teori-teori sains dan metode-metode ilmiah yang berwujud
sebagai paradigma dasar dalam perkembangan sains di Eropa dan titik puncaknya
dan semua itu adalah revolusi sains sekitar abad 17. Edward Grant, salah satu ilmuan
kontemporer dalam Sejarah sains tidak hanya mengetahui fakta itu tetapi juga
men-gakuinya. Hal ini dapat diketahui dan catatannya berikut:
“Revolusi sains tidak akan terjadi di Eropa abad 17 M jika standar sains dan
filsafat natural masih setaraf sains pada pertengahan pertama abad 12 M, yaitu
sebelum adanya penerjemahan sains Yunani-Arab di pertengahan akhir abad itu.
Tanpa penerjemahan yang mengubah kehidupan intelektual Eropa itu dan beberapa
peristiwa setelahnya, Revolusi sains abad 17 mustahil dapat terwujudkan”.
Catatan itu menunjukkan bahwa penerjemahan sains dan filsafat YunaniArab natural ke dalam bahasa Latinadalahadalah titik tolak kemunculan tradisi
keilmuan di Eropa.Faktor ini adalah poin penting yang harus digarisbawahi, seperti
yang diungkapkan Grant berikut:
“Dikarenakan pentingnya karya-karya terjemahan itu, peradaban Islam
haruss diberi temp at yang memadai dalam sumbangsihnya dalam pencapaian dunia
Barat dalam bidang sains. Beberapa abad sebelumnya, ilmuwan Muslim telah
menerjemahkan sebagian besar sains Yunani ke dalam bahasa Arab dan kemudian
memberi tambahan dan kontribusi yang banyak terhadap aslinya sehingga terbentuk
apa yang sekarang dinamakan sains Yunani-Arab (Yunani-lslam), dimana terdapat
karya-karya Aristoteles, berikut dengan karya komentar atasnya. Sebagian besar
kerangka keilmuan ini kemudian ditransfer ke dunia Barat secara terus-menerus.
45
Meskipun sains di Barat bisa saja berkembang tanpa mengambil peninggalan
Yunani-lslam, akan tetapi sains modern sudah pasti harus menunggu berabad-abad
lagi untuk lahir, atau mungkin masih berdiam dalam rahim masa depan”.
Pengakuan Grant bahwa orang Muslim ‘memberi banyak tambahan dari teks
aslinya” untuk ide-ide Yunani sebelum di-transfer ke Barat - sebuah fakta yang tidak
diakui oleh banyak ahli sejarah sains Barat yang subjektif. Seandainya saja orang-orang Islam tidak memberikan tambah-an apa-apa, sudah tentu mereka sekarang
tidak akan membuat klaim-klaim penting terhadap fenomeria sains saat ini.
Sebenarnya, Edward Grant bukan satu-satunya yang mengakui kontribusi
besar dan orang Muslim kepada tradisi sains dan keilmuan Eropa. Sebelumnya
sudah ada Goichon AM. Dalam Ency-clopaedia of Islam, entry “lbn Sina”, dia
mengatakan:
Transmisi sains Yunani oleh orang Arab (baca Muslim) ke dalam bahasa
Latin melahirkan pencerahan (renaissance) perta-ma di selatan Eropa mulai abad 10
di Si-silia, kemudian abad 12 di sekitar Toledo dan tidak lama kemudian di Perancis.
Dua karya utama Ibn Sina, Shifa’ dan Qanün, menjadikannya master tanpa tanding
dalam bidang kedokteran, ilmu penge-tahuan alam dan filsafat. Sejak abad 12 hingga
16 M, pengajaran dan praktek kedokteran [di Eropa] merujuk padanya. Karya Abu
Bakar Muhammad bin Zakariyya al-Rãzi juga terkenal dan dia sendiri dianggap ahli
klinik terbaik tetapi buku Qanün tetap menjadi Korpus pen-gajaran yang tidak
tergantikan karena buku Ibn Rushd Kitãb al-Kulliyydt fi al-Tibb hanya memuat
masalah bagian pertama Qanin. Karya lbn Rushd tersebut telah diterjemahkan
seluruhnya oleh Gerard dan Cremona antara tahun 1150 dan 1187 M. Ada 87
terjemahan karya itu dan beberapa di antaranya merupakan terjemahan se-bagian.
Setelah mewarisi pradigma keilmuan dasardari orang Muslim, orang Barat
ke-mudian membekali dirinya dengan ilmu yang dengan segala cara bertransformasi
agar siap menyambut revolusi sains. Pros-es terpenting dan transformasi keilmuan
ini adalah institusionalisasi. Orang Eropa lantas membentuk institusi universitas.
Ak-tivitas inilah yang menjadi fondasi sains modern sejak abad pertengahan hingga
sekarang ini.
Di univeristas, dapat dilihat bagai-mana ilmu sains dan filsafat itu diatur
de-ngan baik. Pengajar dan pelajar betul-betul memanfaatkan kesempatan yang
sangat berguna ini. Mereka tidak hanya saling bertukar ilmu pengetahuan tetapi juga
membuat penyelidikan lanjutan di dunia ilmu pengetahuan. Filsafat natural
46
ter-nyata lebih unggul di Barat karena dapat menyerapkan karya-karya filsafat agung
kedalam dunia pengetahuan. Elemen penting lainnya dalam kelembagaan ini ialah
adanya kebebasan yang dinikmati oleh pengajar dan pelajar di universitas. Meskipun
para guru mempunyai kesem-patan untuk mempunyai pelajar dan Ia-tarbelakang
yang mapan, para murid tidak terikat atau terpaksa bergantung kepada satu guru
saja. Pada saat yang sama, para pelajar dapat mempunyai lingkup mata pelajaran
yang luas dimana mereka akan memilih spesialisasi. Di samping ilmu filsafat natural
dan logika, para pelajar juga dikenalkan dengan ilmu-ilmu eksakta seperti
aritmatika, geometri, musik, dan astronomi, yang menjadi mata pelajaran untuk
tingkatan sarjana muda (baccalaureate) and Master (Master of Arts). Dua jen-jang
ini dan digabungkan dengan ba-nyaknya waktu yang dihabiskan pelajar di setiap
jenjang tersebut sebelum kelulusan, merupakan indikasi bagaimana proses
pembelajaran di dunia Barat menjadi begitu terorganisir dan maju. Hampir semua
pelajar di universitas sama-sama dikenalkan dengan kajian ilmiah. Jadi, Sebagai
lembaga yang bertanggungjawab dalam memproduksi dan melipatganda-kan
ilmuwan-ilmuwan masa depan, universitas, dengan segala sarananya dibentuk untuk
memfasilitasi dan memastikan berkembangnya sains di bagman dunia itu.
Di samping penerjemahan dan universitas, faktor ketiga majunya tradisi
keil-muan di Eropa adalah munculnya golongan ahli filsafat-teologi. Mereka
berper-anan utama dalam menyokong filsafat sebagai lapangan studi yang penting.
Pada dasarnya merekalah yang menyelamatkan filsafat dan biang kemarahan gereja.
Dibandingkan dengan kolega mereka di dunia Islam yang bermusuhan dengan
fil-safat, ahli teologi di Barat mencari kompromi antara filsafat dan teologi. Bahkan
jika perlu teologi memakai ide-ide filsafat, misalnya Aristotel, digunakan untuk
mem-pertahankan doktrin- doktrin Bibel yang tidak masuk akal seperti Trinitas dan
Ekaristia (Eucharist). Fakta pertautan filsafat dengan para ahli teologi ml
menjelaskan paradoks mengapa filsafat Aristotelis yang tidak disukai pihak Gereja
dapat tumbuh di universitas abad pertengahan, padahal saat itu universitas di bawah
perlindungan gereja. ini bukan berarti bahwa para filosof di Barat Iebih bebas
daripada di dunia Muslim . Adanya insiden seperti pengutukan tahun 1277 M dan
penganiayaan terhadap ilmuwan Seperti Galileo (1564-1642 M) merupakan contoh
nyata dan kemurkaan abadi Gereja terhadap sains yang menyebabkan para ahli
filsafat-teologi berpihak kepada sains. Begitu menyokong filsafat, para ahil teologi ini
memberikan fasilitas studi di universitas. Bahkan mereka menjadikan filsafat
47
sebagai syarat perpelon-coan bagi pelajar yang ingin meraih gelar teologi dan
diharuskan mendapat nilai tinggl dalam filsafat.24 Hasil dan skema ini dapat dilihat
jelas dengan munculnya para saintis terkenal yang pada saat yang sama juga ahli
teologi. Tokoh seperti Al-bertus Magnus, Robert Grosseteste, Joh Pecham, Theodoric
dan Freiberg, Tho-mas Brandwardine, Nicole Oresme dan Henry dan Langenstein
mewakili fakta ini.
Di luar faktor-faktor utama di atas, secara umum kondisi di Barat
menduku-ng aktifitas keilmuan. Di antara yang terpenting ialah suasana damai di
Eropa menjelang abad 17 M. Pada umumnya adanya stabilitas sosial dan politik juga
berarti adanya stabilitas mental, dan tan-panya kemajuan mntelektual tidak akan
wujud. Eropa Barat tidak pernah menga-lami terror seperti yang dilakukan bang-sa
Mongol dan pasukan Salib terhadap dunia Muslim. Kemakmuran ekonomi juga
berkaitan erat dengan susana damai di Eropa. Negara kota di sana pada umumnya
lebih makmur dibandingkan dengan kesultanan di dunia Muslim. Di Eropa saat itu
terkenal dengan perusahaan pribadi yang maju dan golongan pengusaha yang kaya
raya. Pengusaha-pengusaha ini menjadi penopang kemakmuran bagi semua jenis
kehidupan. Orang Eropa menemukan dunia melalui lautan dan daratan, bukan
hanya sekadar renca-na untuk mewadahi lahirnya ide-ide gemilang dan mengalirkan
kemakmuran ekonomi, tetapi juga sebuah petualangan untuk pencarian ilmu
pengetahuan. Eksperimen-eksperimen mahal disponsori dan banyak sekali aktivitas
belajar yang dibiayai. Bahkan sebenarnya, pendanaan universitas itu sukses
sebagiannya karena orang Eropa banyak yang makmur.
Dengan berbekal kondisi yang san-gat menguntungkan itu, maka masuk di.
akal bahwa revolusi ilmu pengetahuan terjadi di Eropa pada abad 17 M.
b. Mengapa tidak di dunia muslim: Faktor yang merintangi
Banyak kalangan ilmuwan, baik para kritikus maupun apologetis, dengan
ber-bagai argumentasi berusaha menjelaskan mengapa revolusi sains tidak terjadi di
dunia Muslim? Bukan maksud saya untuk mengangkat kembali argumentasi
mere-ka, tapi suatu penelitian diperlukan untuk membuat kritik atas argumentasi
para kritikus yang menuduh bahwa tabiat Islam sebagai suata agama adalah yang
ber-tanggung jawab atas kegagalan ini. Pervez Amrali Hoodbhoy kiranya adalah
orang yang paling memperolok-olok dengan kritikannya yang cenderung ke-pada
tuduhan yang tak terbantahkan. Dalam usahanya mengumpulkan argu-mentasi atas
48
kegagalan revolusi sains terjadi di dunia Muslim, dia menyinggung filsafat Islam
sebagai berikut:
Masyarakat yang berorientasi pada doktrin fatalisme, atau seseorang yang
ter-lalu diintervensi oleh Tuhan dan yang merupakan bagian dan matrik sebab
aki-bat (kausalitas), terpaksa menghasilkan individu-individu yang kurang berhasrat
menyelidiki hal-hal yang tidak diketahui dengan piranti sains.
Kemudian Amrali selalu menyindir bahwa tabiat hukum Islam te!ah
men-gobarkan permusuhan selama berabad-abad terhadap elemen-elemen kapitalis
yang dia anggap sebagai prasyarat perkembangan sains. Penjelasan semacam ini,
yang sama sekali tidak ber-dasar dan merupakan distorsi fakta Se-jarah dan
pandangan keliru terhadap Muslim dan filsafat Islam.
Di sisi lain, para apologetis menganggap Al-Ghazzali sebagai orang yang
berperan dalam menggagalkan revolusi sains dalam dunia Muslim. Mereka
berargumen bahwa karya al-Ghazzali tentang teologi Asy’ari dan Tasawuf
memberikan pukulan telak terhadap pertumbuhan tradisi sains orang Muslim.
Pendapat ini bertolak-belakang dengan fakta bahwa bagaimana pun al-Ghazzali
sendiri adalah ilmuwan sains yang mempunyai sejumlah karya yang dengan tepat
digambarkan oleh Hossein Nasr sebagai berikut
“Risalah termasyur al-Ghazali pada abad 5H/IIM yang mengkritik filosuf
rasionalistik pada zamannya, menandai kemenangan akhir pemikiran intelek
terhadap
rasio-logika
yang
independen-sebuah
kemenangan
yang
tidak
menghancurkan filsafat rasionalistik sama sekali- menjadikannya berhubungan
dengan pengetahuan rohani/batin. Dengan hasil kekalahan dan penaklukan yang
dilakukan oleh al-Ghazali dan tokoh-tokoh penganut silogis dan sistematis filsafat
Aristoteles di abad 5 H/i I M, tradisi ilmu rohani Islam bisa bertahan hidup hingga
saat ini dan tidak tercekik seperti lainnya dalam atmosfir yang terlalu rasionalistik.”
Jikalau kritik dan apologi ditolak, maka dimanakah keberadaan argumen
yang tepat untuk menjelaskan keadaan yang menyedihkan atas fenomena sains
dalam dunia Muslim khususnya setelah abad 1 3 M? Mengilas balik faktor eksternal
dan internal mungkin dapat menunjukkan jawaban pertanyaan ini.
Secara eksternal, dua invasi yang berdampak permusuhan telah dilakukan
terhadap dunia Muslim. Kedua invasi ini adalah invasi bangsa Mongolia dan kaum
Salib. Bangsa Mongolia dikenal sangat biadab, penghasut perang yang primitif yang
banyak menggarong kota dan menghancurkan berbagai peradaban yang telah lama
49
kokoh, mulai dan Cina sampai Eropa Timur. Gerombolan yang biadab ini kemudian
menyerang Timur Tengah dan menguasainya selama setengah abad (1218-1268 M).
Selama periode ini mereka tidak hanya meneror masyarakat tapi juga terlibat aktif
dalam menghancurkan struktur-struktur penting yang merupakan hasil sains yang
agung. David Nicolle menggambarkan kerusakan ini sebagai berikut:
ImageBudaya perusakan bangsa Mongolia sangat besar dan mencakup
perusakan kota dan sekolahan, pembantaian guru dan ilmuwan serta melenyapkan
para ilmuwan. Para ahli menduga bahwa bangkitnya peradaban Eropa Barat dan
kondisi budaya dan teknologinya yang terbelakang, berganti menjadi bangsa
adidaya, antaranya disebabkan oleh perusakan yang menimpa dunia Muslim yang
dilakukan bangsa Mongolia. Kemudian dilanjutkan penjarahan pasukan Salib di
Konstantinopel Byzantium pada tahun 1204 M”.
Ujian selanjutnya dari invasi Mongolia sungguh merupakan tabiat perusakan
yang lebih parah dan pada perusakan kota. Mereka adalah bangsa yang
berlatarbelakang pengembara. Dimana pun mereka berpindah, mereka membawa
kuda dan keledai yang tidak diberi makan dengan makanan ternak, tapi
digembalakan di padang rumput. Akibatnya bangsa Mongolia tidak bisa jauh dan
daerah pinggiran, ketika mereka menaklukkan kota manapun. Maka dari itu mereka
tidak segan melenyapkan penduduk yang sudah terbiasa dengan pertanian dimana
kota tempat kerja sains bergantung.
Konsekwensi nyata dan fenomena semacam ini adalah kehidupan
masyarakat yang tertimpa invasi menjadi kehilangan harmoni dan tidak menentu
arahnya. Nicolle menggambarkan invasi Mongolia terhadap daerah-daerah Muslim
Sebagai berikut:
“Setelah menaklukkan Baghdad, Hulegu membawa pasukannya kembali ke
Azerbeijan, suatu kawasan jauh utara-barat yang sekarang masuk wilayah Iran. Di
daerah tersebut terdapat padang rumput yang sangat luas yang disediakan untuk
makanan kuda-kuda bangsa Mongolia, sementara kota Maragha dan Tabriz
disiapkan sebagai kota administrasi. Istana Hulegu selalu berpindah-pindah dan
seluruh area dijadikan sebagai basecamp yang sangat besar bagi tentara predatornya.
Begitulah fungsi Azer-beijan dan Hamadan sepanjang sejarah.”
Jadi, invasi Mongolia yang penuh dengan teror telah melepaskan ikatan
masyarakat Muslim dengan segala bentuknya untuk memperlambat semua
formalitas peradaban termasuk perkembangan sains. Tidak hanya pusat-pusat studi
50
yang dirusak dan ilmuwannya yang dibunuh atau dibuat panik, tapi juga semua
tempat yang nyaman untuk penciptaan sains diganggu dengan hebatnya.
Efek yang sama juga dirasakan oleh dunia Muslim dengan invasi kaum Salib.
ini adalah kelompok lain dan penghasut perang yang dilancarkan oleh Paus di awal
abad 13 M yang kononnya bermaksud membebaskan Jerussalem dari tangan
Muslim. Berkali-kali perang Salib didengungkan selama 2 abad (1095-1290 M).
Seperti halnya bangsa Mongolia, kaum Salib juga menjarah kota-kota Muslim,
membunuh dan meneror penduduknya kemudian mengganggu ketenangan tempattempat yang kondusif bagi perkembangan sains.
Sedangkan dan sisi internal, yang paling rasional atas kemandegan sains di
dunia Muslim adalah kegagalan pemimpin memanfaatkan dan mengkoordinasikan
disiplin ilmu sains. Semenjak awal, filosof dan ilmuwan sains Muslim sangat
independen tanpa bantuan yang memadai dari khalifah atau Sultan. Konstruksi
khalifah Mamun di Bayt al-Hikmah sekitar tahun 200 H/815 M, di mana terdapat
perpustakaan dan observatorium adalah permulaan yang baik tapi tidak diteruskan
oleh khalifah berikutnya. Di samping itu Bayt al-Hikmah lebih merupakan pusat
riset daripada institusi pengajaran. Walaupun banyak pusat-pusat kajian yang
dijumpai di dunia Muslim, seperti: Dar at ‘Jim di Kairo (395 HI 1005 M), Nizhãm alMulk di Baghdad (459 H/1067 M) dan Madrasah Granada (750 H/1349 M), tapi
semua institusi ini tidak memperhatikan masalah filsafat natural dan ilmu pasti
secara murni. Hal ini berakibat pada kegagalan melembagakan filsafat natural dan
sains. Filosuf natural dan ilmuwan sains Muslim lebih nampak sebagai individuindividu terpisah dan pada sebagai satu badan yang terorganisir. Mereka
mempelajari filsafat secara privat dan walaupun sudah bertugas di istana khalifah,
mereka jarang didukung dengan kebijakan pemerintah untuk mengajar filsafat
natural dan sains di Madãris. Ilmuwan lainnya yang tidak mempunyai akses dengan
istana, mereka bebas mengajar di halaqah-halaqah mereka sendiri dimana para
murid datang sendiri dan mendapat untuk belajar sampai tamat dengan
mendapatkan ijazah yang menjadi lisensi mereka untuk mengajarkan ajaran-ajaran
gurunya. Sistem pendidikan ini mempunyai masalah dan keterbatasannya sendiri.
Guru terbatas dengan idenya sendiri sementara para murid hanya mempunyai akses
kepada ide gurunya saja. Kondisi diskusi yang kondusif sesama teman sekolah atau
memanfaatkan calon-calon ilmuwan hampir tidak tercipta di sini. Kondisi seperti ini
ha-nya dapat tercipta jika jika sebuah institusi akademi dan universitas didirikan.
51
Dengan akademi, murid akan terekspos pada bidang disiplin ilmu yang bermacammacam dan oleh guru yang berlainan, dengan cara sistematis yang memakai
prosedur dan standar tertentu yang hams dilalui oleh para murid sampai tamat masa
belajarnya. Dalam kerangka seperti inilah sains dapat diinstitusionalisasikan dalam
rangka memenuhi penelitian sains yang terkoordinasi sehingga berkembang menjadi
revolusi sains.
Jadi dalam konteks ini, kegagalan revolusi sains dalam dunia Muslim secara
internal lebih disebabkan oleh metode atau organisasi daripada aspek teologi. Hal ini
bukanlah tabiat Islam yang menyebabkan kegagalan Muslim dalam revolusi sains
itu, tapi karena masalah organisasi yang bersamaan dengan faktor eksternal yang
sudah dibicarakan di atas. Siapa tahu, jika bangsa Mongolia dan kaum Salib tidak
menghancurkan lahan-lahan kaum Muslim, maka mereka pasti akan dapat
merealisasikan kebutuhannya dalam meletakkan institusi yang terorganisir untuk
mempromosikan pendidikan sains dalam skala yang lebih komprehensif.
52
XIII. Biografi ilmuwan muslim dan Penemuan-penemuan Penting
bidang sains dan teknologi
Mengapa kita harus mengungkap kejayaan para penemu muslim di masa lalu?
Manfaat apa yang bisa kita ambil? Sebagian orang mungkin menilai hal in sebagai
sikap apologis umat islam yang saat ini dalam kondisi yang tertinggal. Namun
setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita petik manfaatnya, sebagaimana yang
disampaikan oleh Prof. Mujammil Qomar (2012) dalam bukunya:
a. Mengungkapkan informasi dan fakta sejarah peradaban islam yang pernah
mencapai masa keemasannya kepada generasi islam masa kini. Agar
generasi muda islam memiliki semangat yang menggelora untuk
memperjuangkan masa depan peradaban islam.
b. Mengajarkan hal-hal strategis berharga yang bisa dilakukan generasi
muslim sekarang untuk merintis kejayaan peradaban islam di masa
mendatang.
c. Melakukan telaah yang mendalam serta evaluasi yang menyeluruh
sehingga rahasia kesuksesan ilmuwan muslim masa lalu bisa diteruskan
oleh generasi muslim masa kini.
Dengan sikap yang senantiasa berorientasi masa depan dan berpijak pada
kesuksesan masa lalu, dengan izin Allah SWT, peradaban islamakan bangkit lagi
dalam waktu yang tidak lama lagi.
53
Tabel Ilmuwan Muslim dari abad 7 -14 M
701 (died) - Khalid Ibn Yazeed Alchemy
721 - Jabir Ibn Haiyan (Geber) (Great Muslim Alchemist)
740 - Al-Asmai (Zoology, Botany, Animal Husbandry)
780 - Al-Khwarizmi (Algorizm) (Mathematics, Astronomy)
787 - Al Balkhi, Ja'Far Ibn Muhammas (Albumasar) Astronomy,
Fortune-telling
796 (died) - Al-Fazari,Ibrahim Ibn Habeeb Astronomy, Translation
800 - Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus) (Philosophy, Physics, Optics)
808 - Hunain Ibn Is'haq Medicine, Translator
815 - Al-Dinawari, Abu-Hanifa Ahmed Ibn Dawood Mathematics,
Linguistics
836 - Thabit Ibn Qurrah (Thebit) (Astronomy, Mechanics)
838 - Ali Ibn Rabban Al-Tabari (Medicine, Mathematics)
852 - Al Battani Abu Abdillah (Albategni) Mathematics, Astronomy,
Engineering
857 - Ibn MasawaihYou'hanna Medicine
858 - Al-Battani (Albategnius) (Astronomy, mathematics)
860 - Al-Farghani (Al-Fraganus) (Astronomy,Civil Engineering)
884 - Al-Razi (Rhazes) (Medicine,Ophthalmology, Chemistry)
870 - Al-Farabi (Al-Pharabius) (Sociology, Logic, Science, Music)
900 (died) - Abu Hamed Al-ustrulabi Astronomy
903 - Al-Sufi (Azophi) Astronomy
908 - Thabit Ibn Qurrah Medicine, Engineering
912 (died) - Al-Tamimi Muhammad Ibn Amyal (Attmimi) Alchemy
923 (died) - Al-Nirizi, AlFadl Ibn Ahmed (wronge Altibrizi)
Mathematics, Astronomy
930 - Ibn Miskawayh, Ahmed Abuali Medicine, Alchemy
932 - Ahmed Al-Tabari Medicine
936 - Abu Al-Qasim Al-Zahravi (Albucasis) Surgery, Medicine
940 - Muhammad Al-Buzjani Mathematics, Astronomy, Geometry
950 - Al Majrett'ti Abu-alQasim Astronomy, Alchemy, Mathematics
960 (died) - Ibn Wahshiyh, Abu Baker Alchemy, Botany
965 - Ibn Al-Haitham (Alhazen) Physics, Optics, Mathematics)
973 - Abu Raihan Al-Biruni Astronomy, Mathematics
976 - Ibn Abil Ashath Medicine
980 - Ibn Sina (Avicenna) Medicine, Philosophy, Mathematics
983 - Ikhwan A-Safa (Assafa) Group of Muslim Scientists
1019 - Al-Hasib Alkarji Mathematics
1029 - Al-Zarqali (Arzachel) Astronomy (Invented Astrolabe)
1044 - Omar Al-Khayyam Mathematics, Poetry
1060(died) - Ali Ibn Ridwan Abu'Hassan Ali Medicine
1077 - Ibn Abi-Sadia Abul Qasim Medicine
1090 - Ibn Zuhr (Avenzoar) Surgery, Medicine
1095 - Ibn Bajah, Mohammed Ibn Yahya
1097 - Ibn Al-Baitar Diauddin (Bitar) Botany, Medicine, Pharmacology
1099 - Al-Idrisi (Dreses) Geography, World Map (First Globe)
1091 - Ibn Zuhr (Avenzoar) Surgery, Medicine
1095 - Ibn Bajah, Mohammad Ibn Yahya (Avenpace) Philosophy, Medicine
1099 - Al-Idrisi (Dreses) Geography -World Map, First Globe
1100 - Ibn Tufayl Al-Qaysi Philosophy, Medicine
1120 (died) - Al-Tuhra-ee, Al-Husain Ibn Ali Alchemy, Poem
1128 - Ibn Rushd (Averroe's) Philosophy, Medicine
1135 - Ibn Maymun, Musa (Maimonides) Medicine, Philosphy
1140 - Al-Badee Al-Ustralabi Astronomy, Mathematics
1155 (died) - Abdel-al Rahman AlKhazin Astronomy
1162 - Al Baghdadi, Abdellateef Muwaffaq Medicine, Geography
1165 - Ibn A-Rumiyyah Abul'Abbas (Annabati) Botany
1173 - Rasheed AlDeen Al-Suri Botany
1184 - Al-Tifashi, Shihabud-Deen (Attifashi) Metallurgy, Stones
1201 - Nasir Al-Din Al-Tusi Astronomy, Non-Euclidean Geometry
1203 - Ibn Abi-Usaibi'ah, Muwaffaq Al-Din Medicine
1204 (died) - Al-Bitruji (Alpetragius) Astronomy
1213 - Ibn Al-Nafis Damishqui Anatomy
1236 - Kutb Aldeen Al-Shirazi Astronomy, Geography
1248 (died) - Ibn Al-Baitar Pharmacy, Botany
1258 - Ibn Al-Banna (Al Murrakishi), Azdi Medicine, Mathematics
1262 (died) - Al-Hassan Al-Murarakishi Mathematics, Astronomy,
Geography
1273 - Al-Fida (Abdulfeda) Astronomy, Geography
1306 - Ibn Al-Shater Al Dimashqi Astronomy, Mathematics
1320 (died) - Al Farisi Kamalud-deen Abul-Hassan Astronomy, Physics
1341 (died) - Al-Jildaki, Muhammad Ibn Aidamer Alchemy
1351 - Ibn Al-Majdi, Abu Abbas Ibn Tanbugha Mathematics, Astronomy
1359 - Ibn Al-Magdi,Shihab-Udden Ibn Tanbugha Mathematic,
Astronomy
54
Jabr ibnu Hayyan(w. 803 M)
Jabir Ibnu Hayyan yang di dunia barat lebih dikenal dengan nama Geber
adalah seorang ilmuwan muslim yang diakui secara luas sebagai Bapak Ilmu
Kimia. Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan terkadang juga dipanggil dengan nama AlHarrani dan Al-Sufi, terlahir dari orang tua yang ahli obat (Apoteker/druggist).
Beliau mulai menunjukkan bakat dan prestasi luar biasa dibidang kimia pada 776
M di Kufah.Kontribusi sains yang paling menonjol dari Jabir Ibnu Hayyan adalah
bidang kimia. Beliaulah yang memperkenalkan metode ilmiah dalam penelitian
kimia dengan caraexperimen yang merupakan cikal bakal kimia modern.
Kontribusi
penyempurnaan
evaporasi,
yang
paling
teknologi
termasuk
fundamental
kristalisasi,
pengembangan
dalam
distilasi,
piranti
bidang
kalsinasi,
untuk
kimia
adalah
sublimasi, dan
aplikasi
teknologi
tersebut.Capaian yang paling fenomenal adalah penemuan dan pengklasifikasian
berbagai jenis mineral dan asam yang diproduksi dengan menggunakan piranti
rancangannya yang disebut alembic/Anbique.
Disamping kontribusi beliau dalam bidang dasar-dasar kimia murni, Jabir
Ibnu Hayyan juga mengembangkan proses-proses kimia terapan. Hal in
menjadikan beliau juga sebagai pioner dalam bidang kimia terapan. Diantara
capaian beliau di bidang kimia terapan adalah: Pemurnian beberapa logam,
pengembangan baja, pewarna pakaian dan penyamakan kulit, pembuatan gelas,
dll. Salah satu hasil pengembangan Jabir Ibnu Hayyan yang masih digunakan
sampai sekarang adalah larutan aqua regia untuk melarutkan emas dan metode
distilasi.
Buku-buku karya jabir ibnu hayyan yang populer diantaranya: Kitab Al-Kimya
dan Kitab Al-Sab’iin, akan tetapi masih banyak karya karya beliau yang lain.
55
Mohammad Bin Musa Al-Khawarizmi
(w. 840M)
Abu Abdallah Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi terlahir di, Khwarizm,
Khiva modern (sekarang Usbekistan), selatan laut Aral sekitar tahun 780 M, di
sebuah Desa bernama Kath dan meninggal pada tahun sekitar 840 M. Beliau hidup
pada masa khalifah Al-Ma’mun yang mengangkatnya menjadi astronomer istana.
Salah satu karya monumentalnya adalah IlmAl-Jabr wa al-Muqabalah, yang
merumuskan dan meletakkan dasar ilmu Al-jabar, salah satu cabang matematika. Aljabar (Al-gebra - Eng) diambil langsung dari judul buku di atas.Namanya juga
dikenang selalu dalam salah satu cabang matematika Al-goritma yang diambil dari
kata bahasa inggris Al-gorithm yang ternyata adalah pengucapan Alkhawarizmi.
Al-Khawarizmi tidak hanya ahli dibidang matematika, bahkan astronomi dan
geografi.Pertama kali mengembangkan tabel trigonometri sinus dan diperluas
menjadi tangen.memperkenalkan angka 0untuk melengkapi angka 1 – 9, sehingga
terjadilah revolusi besar dibidang matematika pada abad ke-9. Di bidang geografi AlKhawarizmi merevisi dan mengkoreksi pendapat Ptolemy dan menghasilkan peta
dunia pertama kali pada tahun 830 M. Al-Khawarizm
juga
berhasil
mengembangkan formula untuk volume dan keliling bumi. Termasuk juga
berkontribusi dalam bidang pembuatan jam, jam bayangan matahari (sundials), dan
astrolabes.
Buku-buku karya Al-Khawarizmi diantaranya: Kitab Al-Jam'a wal- Tafreeq
bil Hisab Al-Hindi di bidang aritmatika, Kitab Surat-Al-Ard (permukaan bumi) yang
dilengkapi dengan peta dunia, dan Istikhraj Tarikh Al-Yahud tentang kalender
yahudi. Dan masih banyak yang lainnya. Salah satu hal yang perlu kita cermati
adalah bahwa semangat mengembangkan ilmu pengetahuan didasari niat untuk
beribadah kepada Allah SWT dan mempermudah menjalankan syari’at islam seperti
dalam perhitungan warisan dan perdagangan.
56
Al-Jahiz (781 – 869 M)
Ilmuwan muslim keturunan arab negro dari afrika timur ini bernama asli Abu
Utsman Amr ibn Bahr Al-Kinani Al-Fuqaimi Al-Bashri. Beliau dilahirkan di Bashrah
dan pada perkembangannya lebih dikenal dengan sebutan Al-Jahiz. Karya-karya
beliau sangat luas dalam beberapa subjek, diantaranya: sastra arab (prosa), filsafat,
kalam, psikologi, sejarah, biologi, dan zoologi. Salah satu karya monumentalnya
adalah kitab Al-Hayawan, ensiklopedia lebih dari 350 jenis hewan yang ditulis dalam
tujuh volume buku. Gagasan tentang seleksi alam juga sudah disampaikan oleh AlJahiz dalam buku tersebut: “Hewan harus berjuang untuk hidup dan eksis di
tengah sumber daya yang tersisa, menghindari agar tidak dimakan, dan
berkembang biak. Faktor lingkungan turut mempengaruhi suatu organisme
mengembangkan karakteristik baru untuk memastikan kelangsungan hidup
jenisnya sehingga akan bergeser menjadi spesies yang baru. Hewan yang
bertahan akan berkembang biak dan mewariskan karakteristik mereka kepada
keturunannya” (Agus Purwanto, 2015).
57
Al-Battani (Al-Bategni)
(868 – 929 M)
Al-Battani yang bernama lengkapAbu Abdallah Mohammad ibn Jabir ibn
Sinan al-Raqqi al-Harrani al-Sabi al-Battani lahir di Battan, Harran, Suriah pada
sekitar 868 M. Ia adalah ilmuwan terkemuka di bidang astronomi yang salah satu
karya monumentalnya adalah kitab Al-Zij. Al-Battani berhasil menentukan bahwa
Bumi mengelilingi matahari selama 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, yang juga
menunjukkan lama waktu satu tahun. Dia juga menghitung bahwa garis bujur
terjauh matahari meningkat sebesar 16.47 derajad dibanding hasil perhitungan
Ptolemaeus. Kemiringan ekliptika dan panjang musing telah dapat Ia tentukan
secara akurat. Bahkan dengan diketemukannya orbit bulan dan planet, teori baru
dapat ditetapkan sehingga bisa menentukan kemungkinan terlihatnya bulan baru di
awal bulan.
Al-battani
telah
memberikan
kontribusi
yang
sangat
penting
pada
pengembangan sains, salah satu yang utama adalah pengaruh besar hasil karyanya
terhadap pada ilmuwan barat, contoh: Tycho Brahe, Kepler, Galileo, dan Copernicus.
Hasil karya Al-Battani dalam pengukuran tentang pergerakan matahari ternyata
lebih akurat dibanding apa yang telah dilakukan oleh Copernicus.
58
Yaqub Ibn Ishaq Al-Kindi (Alkindus)
(800 – 873 M)
Alkindi lahir dan dibesarkan di kota Kufah yang pada abad 9 adalah pusat
kebudayaan dan peradaban, tempat yang sangat sempurna untuk mendapatkan
pendidikan dasar. Pendidikan tingkat lanjut beliau dapatkan di Baghdad hingga
mencapai popularitas dalam bidang akademik dan sains.Hal inimengesankan
khalifah Al-Makmun sehingga menugasi Al-Kindi untuk mendirikan “Bayt AlHikmah, House of Wisdom” di mana karya-karya filsafat dan sains yunani
diterjemahkan ke dalam bahasa arab.
Al-Kindi boleh jadi lebih terkenal sebagai seorang Filsuf, akan tetapi
sebenarnya beliau juga seorang ahli matematika dan ilmuwan berbagai bidang.
Karya-karya Alkindi diantaranya adalah dibidang Aritmetika, geometri, kimia,fisika
optik, dan kedokteran. Dalam bidang pengobatan ini, AlKindi adalah orang pertama
kali yang melakukan secara sistematis dan administratif dalam penentuan dosis
obat.Sehingga memudahkan dokter dalam menuliskan resep. Buku-buku karya
beliau diberbagai bidang berjumlah 241 buah dengan kategori sebagai berikut:
Astronomi 16, Aritmetika 11, Geometri 32, Kedokteran 22, Fisika 12, Filsafat 22,
Logika 9, Psikologi 5, and Musik 7.
Beliau dikenal dengan sebutan Al-Kindus dalam bahasa latin, cukup banyak
buku karya beliau yang diterjemahkan ke dalam bahasa latin, diantaranya: Risalah
dar Tanjim, Ikhtiyarat al-Ayyam, Ilahyat-e-Aristu, al-Mosiqa, Mad-o-Jazr, and
Aduiyah Murakkaba.
Pengaruh Al-Kindi terhadap pengembangan sains sangat signifikan telah
diakui secara luas. Hasil karyanya bahkan telah mendasari dan menginspirasi
pengembangan dan penemuan sains lebih lanjut dalam berbagai bidang: Fisika,
matematika, kedokteran, dan musik.
59
Al Biruni
(973 – 1048 M)
Abu Raihan Mohammad Ibn Ahmad al-Biruni lahir di Kheva dekat
Ural (sekarang Usbekistan) pada 973M, adalah salah satu tokoh ilmuwanyang
populerpada masa Raja Mahmood Ghaznavi, raja muslim pada abad 11. Al-Biruni
adalah
seorang
ilmuwan
multitalenta
dalam
bidang
fisika,
metafisika,
matematika, geografi dan sejarah yang semasa dengan Ibnu Sina.Beberapa
kesempatan Al-biruni melakukan perjalananke seluruh India selama 20 tahun.
Selama perjalanan keliling India, dia belajar filsafat Hindu, matematika, geografi
dan agama dari beberapa orang dengan ketentuan ia mengajar sains Yunani dan
Arab serta filsafat pada orang-orang tersebut. Al-Biruni wafat pada 1048 Masehi
pada usia 75, setelah 40 tahun mengumpulkan ilmu pengetahuan sains dan telah
memberikan kontribusi yang sangat besar di dunia sains.
AL-Biruni termasuk salah satu peletak dasar metode ilmiahsebagai
pondasi awal ilmu pengetahuan modern. Beberapa karya Al-Biruni Selain Kitab
al-Hind (Sejarah dan Geografi India), al-Qanun al-Masudi (Astronomi,
Trigonometri), al-Athar al-Baqia (Sejarah Kuno dan Geografi), Kitab al-Saidana
(Materia Medica) dan Kitab al-Jamahir (Batu mulia) tersebut di atas, bukunya alTafhim-li-Awail Sina'at di-Tanjim memberikan ringkasan matematika dan
astronomi. Ia telah dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar Islam, bahkan
yang terbesar sepanjang masa.
60
Ibnu Al-Haitham
(965 – 1040 M)
Abu Ali Hasan Ibn al-Haitham lahir di Bashrah 965 M dan mengenyam
pendidikan di kota kelahirannya dan juga Baghdad. Kemudian beliau melakukan
perjalanan ke Mesir dan Spanyol hingga mencapai puncak capaian di bidang sains
pada masa tersebut.Ibnu Al-Haitham populer di dunia barat dengan sebutan
Alhazen.
Ibnu
Al-Haithammelakukan
penelitian
yang
mendalam
untuk
mempelajari cahaya dan penglihatan.Dia adalah orang pertama yang mampu
mendeskripsikan secara akurat bagian-bagian mata dan penjelasan ilmiah
bagaimana mata bisa melihat.Penelitian yang intensif di bidang optik dengan
pertama kalinya menggunakan kamera obscura menjadikan Ibnu Al-Haithami
didaulat sebagai Bapak optik modern.Atas kontribusinya tersebut, saat in kita bisa
menikmati kecanggihan kamera.Beliau telah membantah secara ilmiah teori
Ptolemy dan Euclid tentang penglihatan, dan menjelaskan dengan benar bahwa
untuk dapat melihat bukan mata kita yang memancarkan cahaya, tetapi justru
benda yang kita lihat yang memantulkan cahaya ke mata kita.
Salah satu karya pentingnya, Kitab al-Manadhir, memberikan
pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sains di dunia barat, sebagai
contoh: hasil karya Roger Bacon dan Keppler. Dalam karyanya yang lain, Mizan
al-Hikmah Ibn al-Haitham, menjelaskan densitas atmosfer dan pengaruh dari
ketinggian, termasuk juga teori tarik menarik antar dua massa. Sepertinya beliau
juga sudah menyadari adanya gaya gravitasi. Beliau juga sanngat berjasa di bidang
matematika, terutama geometri analitik yang menunjukkan hubungan antara
aljabar dan geometri.
Total karya Ibnu Al-Haitham lebih dari 200 buku, yang menunjukkan
kepiawaian beliau dalam menerapakan metode ilmiah meliputi observasi,
hipotesis, dan verifikasi yang merupakan pintu gerbang menuju sains modern.
61
Selain ketujuh ilmuwan muslim yang disebutkan biografinya di atas,
masih banyak sekali ilmuwan muslim lainnya yang telah memberikan kontribusi
dalam perkembangan sains modern seperti disajikan pada Tabel 1. Sebagai
tambahan,Prof. Mujamil Qomar (2012) menyebutkan di dalam bukunya beberapa
ilmuwan muslim dan kontribusinya, yaitu:
a. Ibnu Hazm dan Ibnu Taimiyah (1328) sebagai perintis metode ilmiah modern
dengan metode induksi yang mendahului Francis Bacon (1561-1626)
b. Dalam bidang kedokteran: Al-Razi (Rhazes), Ali Ibnu Abbas, Ibnu Sina
(Avicenna), Abul Kasim (Albucasia), Ibnu Zuhr (Aven-Zour), Ibnu Rusyd
(Averoes), Abdullah Ibnu Ahmad Ibn Ali Al-Bithar (Aben-Bethar).
c. Al-Damiri (Aldemri), berkontribusi dalam sejarah tentang bintang, karya yang
mendahului imuwan barat Buffon 7 abad sebelumnya.
62
XIV. Umat Islam dan Pengembangan IPTEK
a. Aspek Kekinian
Ada beberapa kendala yang menghambat perkembangan dunia sains dan
teknologi di kalangan umat Islam sekarang ini, diantaranya adalah mereka lalai dan
mengabaikan dalam memahami serta mengamalkan ajaran Islam, sementara ajaran
Islam sendiri sebenarnya menganjurkan umatnya untuk menguasai Iptek.
Demikian pula orientasi fiqh yang terlalu kuat, sehingga fiqh-fiqh yang ada
tidak memuat unsur-unsur Iptek, adalah sebab lain yang kian mendorong adanya
keterbelakangan tadi. Hal ini dapat dilihat, misalnya dalam istilah ulama yang masih
dimaknai sebagai orang-orang ahli dibidang “keagamaan”. Padahal Al-Qur’an sendiri
mengartikan ulama sebagai cendikiawan di berbagai bidang, tidak hanya dibidang
“keagamaan” saja. Sebagai bukti, dalam Qur’an surat Fathir (35) ayat 27-28 yang
menegaskan bawa ulama disini adalah cendikiawan di bidang kealaman.
Aspek nostalgia, turut berperan dalam ketertinggalannya umat Islam pada
pengembangan Iptek. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Munawar Ahmad
Anees (1990), kita merasa puas dengan diri kita sendiri, kita katakan bahwa karena
dimasa lampau kita sudah menghasilkan bermacam-macam ilmu pengetahuan dan
mampu melakukan hal ini dan hal itu, bahwa renaisance di Barat terjadi karena
adanya alih teknologi peradaban Muslim ke peradaban Barat. Aspek ini masih
mengakar di kalangan sebagian orang-orang Muslim.
Dekadensi moral atau kemerosotan akhlak dikalangan sebagian umat Islam
semakin meningkat. Apalagi dengan adanya globalisasi, banyak pengaruh-pengaruh
asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islami merasuki sebagian umat Islam dan
semakin memperkuat dekadensi moral. Hal ini menyebabkan umat Islam semakin
jauh dari manhajnya yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah, semakin jauh dari
petunjuknya, sehingga semakin meninggalkan perintah menuntut ilmu dan
pengembangan sains yang quranik. Prof. Ali Gharisah (1991) mengatakan, bahwa
akhlak sebagai pengawas fikiran agar jangan sampai tergelincir dan sengsara. Akhlak
memiliki tempat yang besar dalam Islam, mempunyai pengaruh efektif sekali dan
lapangan pertamanya adalah fikiran. Sehingga banyak ahli fikir yang tergelincir
karena berjalan, tanpa akhlak. Berapa banyak orang yang berjalan dengan fikiran
63
yang jauh dari akhlak, sehingga mereka sesat dan menyesatkan, sengsara dan
menyengsarakan.
Kurangnya ukhuwah Islamiyah (persatuan umat Islam), salah satu penyebab
kemunduran umat Islam dalam pengembangan lptek. Hal ini terbukti, banyak
negara-negara Islam (mayoritas penduduknya Islam) yang berselisih, bahkan tidak
sedikit yang didikte dan diadu domba serta dipengaruhi oleh negara adidaya atau
sekutu zionis. Peperangan sering terjadi antara umat Islam (negara Islam), seperti
perang Irak-Iran, perang Irak-Kuwait; dimusuhinya Afghanistan (Taliban) oleh
sebagian negara Islam, seperti tetangganya Pakistan yang bersekutu dengan yahudi
Amerika, dengan tuduhan Afghanistan melindungi teroris Usamah bin Laden, yang
belum tentu benar salahnya. Sehingga umat Islam disibukkan dengan perang tanpa
punya waktu/kesempatan untuk mengembangkan diri dalam penguasaan lptek.
Prof. Ali Abdul Halim Mahmud (1992), mengatakan bahwa fakta ini (peperangan
yang dipaksakan kepada umat Islam) merupakan penyebab utama kemunduran
umat Islam sekarang di bidang peradaban. Karena umat ini disibukkan terus
menerus dengan perang, tak ada peran yang dilakukan selain perang.
Masih kuatnya filsafat ma’rifat iluminatif Al-Ghazali yang mempengaruhi
dalam kehidupan keagamaan dan keilmuan dunia Islam sekarang ini. Filsafat ini
cenderung mengikuti aliran teologi Al-Asy’ariah dan Maturidiah, dengan memakai
istilah Harun Nasution (1983) yaitu teologi tradisional, yang memfokuskan
eskatisisme dengan tujuan mencari puncak pengetahuan isaterik yang disebut
dengan Ma’rifat, mengabaikan sifat rasionalitas dan melalaikan sarat intelektual.
Filsafat teologi ini masih mengakar dalam pengamalan agama umat Islam di seluruh
dunia. Sementara teologi Mu’tazilah (teologi Liberal, menurut istilah Harun
Nasution) hanyalah tinggal nama dalam sejarah, meskipun sekarang ini timbul NeoMu ’tazilah terutama dikalangan terpelajar. Akan tetapi belum bisa diterima oleh
sebagian besar umat Islam, aliran ini masih dipandang sebagai aliran yang
menyimpang dari Islam, terutama di Indonesia. Harun Nasution (1983) mengatakan
bahwa pandangan demikian timbul karena kaum Mu’tazilah dianggap tidak percaya
kepada wahyu dan hanya mengakui kebenaran yang diperoleh dengan perantaraan
rasio.
Menurut Harun Nasution (1983), teologi Liberal (aliran Mu’tazilah)
menghasilkan faham dan pandangan liberal tentang ajaran-ajaran Islam. Penganutpenganut teologi ini hanya terikat pada dogma-dogma yang dengan jelas lagi tegas
64
disebut dalam ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits, yaitu teks ayat-ayat al-Quran dan
Hadits yang tidak bisa diinterpretasikan lagi mempunyai arti selain leterlek yang
terkandung di dalamnya. Ayat-ayat serupa ini, yang disebut mempunyai arti Qoth’i,
tidak banyak terdapat dalam al-Qur,an. Dengan demikian ruang gerak dalam
menyesuaikan hidup dengan peradaban zaman dan perubahan kondisi dalam
masyarakat bagi para penganutnya adalah luas. Para penganutnya tidak banyak
menghadapi kesulitan-kesulitan dalam menyesuaikan hidup dengan perkembanganperkembangan yang timbul dalam masyarakat modern, terutama dalam lapangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan lain kata dalam masyarakat yang
menganut teologi liberal, kemajuan dan pembangunan dapat berjalan lancar.
Dalam teologi tradisional, sebaliknya penganutnya kurang mempunyai ruang
gerak karena mereka terikat tidak hanya pada dogma-dogma, tetapi juga pada ayatayat yang mengandung arti dhanni, yaitu ayat-ayat yang boleh mengandung arti lain
dari arti leterlek yang terkandung di dalamnya, dan ayat-ayat ini mereka artikan
secara leterlek. Dengan demikian para penganut teologi ini sukar dapat mengikuti
perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat modern. Rasanya
tidak terlalu jauh dari kebenaran, jika dikatakan bahwa teologi Tradisional dapat
merupakan salah satu dari faktor-faktor yang memperlambat kemajuan dan
pembangunan.
Langkah – langkah ke depan
Ada beberapa alternatif dalam pemecahan masalah tersebut, meliputi faktor
internal dari eksternal, yang menurut Ali Abdul Halim Mahmud (1992) kedua faktor
tesebut harus diatasi untuk menjawab/solusi dari “kemunduran peran umat Islam di
bidang peradaban”, sebagai berikut,
a. Mengatasi faktor internal, yaitu dengan:
1)
Mengkaji, memahami dan mengamalkan Al- Qur'an danSunnah Rasul,
sebagai pegangan dan manhaj Islami; serta memegang teguh manhaj Islam
tersebut dalam kehidupan dengan berbagai aspeknya.
2)
Mencari ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi, serta mengembangkannya.
Kemudian menumpahkan seluruh kemampuan mendapatkan penemuan
baru dalam bidang sains dan teknologi yang canggih dan baik (jayyid
wajadid). Bertitik tolak dari keyakinan bahwa hidup kaum muslimin harus
mulia, karena kemulyaan yang sesungguhnya hanyalah bagi Allah, Rasul65
Nya dan orang-orang bertaqwa. Kemuliaan pertama adalah Iman, kemudian
sarana-sarana kekuatan. Sedangkan sains dan tek¬nologi merupakan sarana
yang paling menonjol.
3)
Menggalang persatuan dan persaudaraan umat Islam (ukhuwah islamiyah).
Seperti wadah-wadah, organisasi-organisasi yang tumbuh dalam tubuh umat
Islam haruslah dalam konteks persatuan umat, bukan justru untuk memecah
keutuhanya. Bertitik tolak dari prinsip, mereka adalah umat yang satu. Tidak
ada makna hidup memeka tanpa persatuan. Dengan rasa inilah semua
permasalahan dunia Islam diselesaikan, dengan inilah tegaknya kembali
“Khilafah”. Juga harus bekerja menyatukan faksi-faksi jama’at yang bekerja
untuk Islam, karena meyakini bahwa tujuan amal Islami itu hanya satu,
yaitu agar tidak ada yang disembah dimuka bumi ini, selain dari Allah. Kaum
mukmin adalah ibarat satu tubuh, dan terhadap orang luar, mereka ibarat
tangan bagi saudaranya.
4)
Meningkatkan bidang dakwah. Dakwah merupakan kewajiban semua kaum
muslimin, tetapi tugas ini dilakukan setelah memperbaiki jiwa/mentalitas
dan memegang teguh adab Islam dalam kehidupannya.
5)
Amar ma’ruf nahi munkar (menganjurkan kebaikan dan memberantas
kemungkaran). Karena dengan menegakkan kewajiban inilah terealisasi
masyarakat
yang
tentram
dan
bahagia.
Setiap
muslim
dituntut
menganjurkan kebaikan dan memerangi kemungkaran sesuai dengan kadar
kemampuannya, agar masyarakat ini terlepas dari segala yang bertentangan
dengan hukum Allah, sistem dan manhaj-Nya.
6)
Melaksanakan kewajiban “jihad fi sabilillah”.Untuk menegakkan kalimat
(konsep) Allah dan meruntuhkan konsep orang kafir diperlukan jihad. Jihad
merupakan satu langkah dalam menapaki jalan terciptanya “(Ummah
Islamiyah” yang mengerti kewajibannya, dan “Baulah Islamiyah” yang
menjaga kesuciannya.
7)
Melaksanakan akhlak Islam dan etikanya serta memegang teguh nilainilainya dalam setiap ucapan dan perbuatan. Umat Islam meyakini bahwa
moral Islam adalah kunci kemenangan kaum muslimin di dunia dan di
akhirat.
8)
Menyelesaikan dengan cara yang Islami paham-paham dan aliran-aliran
yang menyimpang dari kebenaran. Dengan melihat siapa diantara mereka
66
yang bisa didekati dengan “hasanah”, siapa pula yang perlu dijihadi tetapi
dengan cara terbaik, dan siapa yang perlu dihadapi dengan jihad. Hal ini
didasarkan kepada keyakinan bahwa menjamin keamanan kerja Islami dari
gangguan pemikiran atau ide yang menyimpang itu merupakan jaminan
lancarnya perjalanan, dan sekaligus merupakan usaha serius untuk sampai
kepada tujuan.
9)
Pembinaan masyarakat Islam (al-Mujtama’ al-Islamiyah). Pembinaan ini
dimulai
dari
pribadi
mukmin
yang
berpegang
teguh
(multazim),
menciptakan rumah tangga mukmin yang multazim, membentuk jamaah
mukmin yang multazim, membentuk masyarakat mukmin yang multazim,
membentuk Ummah Islamiyah yang multazim; kemudian sampai kepada
membangun Dauluh Islamiyah yang multazim, terutama profil Imam
(pemimpin) kaum muslimin dan Khalifah (penerus) Rasulullah SAW
Menurut Syamsul Balda (1993), hal ini perlu dilaksanakan pendidikan Islam
yang berkesinambungan (Attarbiya al-Islamiyah al-Mustamirah) yang selalu
berpegang kepada manhaj (metoda) Islam.
10) Revolusi informasi. Bagi dunia muslim revolusi informasi menghadirkan
tantangan-tantangan khusus yang harus diatasi demi kelangsungan hidup
fisik maupun budaya umat. Kita harus bisa memahami manfaat dan
mudlarat teknologi informasi, serta secara sadar memanfaatkannya untuk
mencapai tujuan-tujuan kita, dan bukan tujuan-tujuan mereka pada
pembuat dan penyipta teknologi itu. Namun demikian, menurut Ziauddin
Sardar (1988) kita harus mengembangkan dan menerapkan suatu strategi
yang menyeluruh, matang dan jelas, untuk menghadapi tantangantantangan abad informasi. Kita harus menggali informasi-informasi baru
yang sesuai dengan kondisi setempat.
11)
Rekonstruksi ilmu pengetahuan, bila diperlukan Rekonstruksi ilmu
pengetahuan disini dalam arti “Islamisasi Sains” bagi ilmu-ilmu tertentu
yang mungkin ada sedikit menyimpang dari aqidah Islam, sebagai contoh
konsep seni yang non-Islam bahwa “sesuatu yang indah itu adalah seni”
meskipun lukisan itu telanjang bulat dan melukiskan orang yang sedang
berzina. Hal-hal yang demikian tidak bisa ditolerir di dalam Islam, sehingga
perlu Islamisasi Sains. Dalam hal ini, disatu sisi kita harus menguasai dasardasar ilmu pengetahuan yang dibangun oleh Barat sebagai pendekatan
67
terhadap sains modern dan tidak boleh menutup pintu. Di sisi lain, harus
didukung oleh etika Islam (moral Islam), pandangan dunia Islam dengan
petunjuk dari al-Qur’an dan al- Hadits; dari keduanya kita harus
menciptakan konseptual. Untuk menciptakan hal ini, Dr. Munawar Ahmad
Annees (1990) berpendapat, bahwa kita membutuhkan tiga tahap sebagai
jalan
masuk
pengetahuan
kepada
akan
ilmu
pengetahuan
membawa
kita,
Barat.
pertama,
Rekonstruksi
kepada
ilmu
reorientasi
epistemologis yakni membangun matrik konseptual. Tahap kedua, matrik
konseptual ini akan membawa kita kepada ilmu pengetahuan moral
operasional dan disinilah kita mulai dapat membangun definisi-definisi
operasional. Lalu pada tingkat ketiga, kita memiliki domain metodologis
yang di dalamnya kita berbicara soal operasionalisasi ilmu pengetahuan.
Dalam hal ini ketiga langkah tersebut seluruhnya haruslah diatur oleh kode
etik Islam sebagaimana diajarkan oleh Kitabullah dan Sunnah Rasul. Tujuan
dari rekonstruksi ilmu pengetahuan adalah supaya diperoleh suatu dasar
ilmu pengetahuan (sains) sebagai domain metodologis yang mengikuti etika
Islam dan mengenal dimensi moral.
Adi Setia (2005) menambahkan perlunya integrasi sains dan ilmu
diniyyah.Pandangan dikhotomis ilmu dinniyyah dan sains/iptek harus dihilangkan.
Sehingga nanti akanmuncul muslim yang ‘alim bidang dinniyah sekaligus menguasai
cabang-cabang sains sebagaimana ilmuwan-ilmuwan muslim dahulu.
b. Mengatasi faktor eksternal, yaitu dengan:
1)
Berupaya menjinakkan musuh dengan cara-cara yang dibolehkan. Agar
mereka alihkan kedengkian mereka dari kaum muslimin. Atau berupaya
memecah belah persatuan mereka. Karena bertitik tolak dari keyakinan bahwa
banyaknya
musuh,
sangat
menyibukkan,
bahkan
dapat
mengganggu
sampainya pada tujuan. Kita harus membuat “perjanjian” dengan mereka
untuk hidup damai, hingga kekuatan umat Islam menjadi mapan dan memiliki
semua yang diperlukan untuk menghadapi musuh yang menolak perdamaian.
Inilah jalan yang harus dilalui.
2)
Mengambil sikap terhadap badan-badan internasional dan pakta-pakta yang
memusuhi Islam. Sikap minimum yang dituntut dalam hubungan ini,
menghapus persepsi selama ini, bahwa badan-badan dunia atau pakta-pakta
68
itu membantu umat Islam untuk kebaikan yang menguntungkan mereka.
Image ini harus dihapus. Bertitik tolak dari keyakinan masalah apapun yang
mereka hadapi, harus mereka selesaikan sendiri dengan kemampuan sendiri
pula.
3)
Mengambil sikap tegas terhadap peperangan yang direkayasa di dunia Islam.
Sikap tersebut harus mencakup seluruh dimensi kerja sebelum dilaksanakan.
Dan tidak boleh berbaik sangka pada musuh yangsenantiasa berbuat makar
dan memusuhi kaum muslimin. Ini bertitik tolak dari prinsip, seorang mukmin
harus cerdas dan tanggap. Dia tidak boleh menipu, tetapi juga tidak boleh jadi
korban penipu- an.Peranan yang harus dimainkan oleh kaum muslimin
sekarang dipentas peradaban modern, harus melakukan langkah-langkah awal
atau pendahuluan. Langkah-langkah pendahuluan 'yang diperlukan adalah
sebagai berikut:
4)
Perasaan bangga (mulia) dengan Dienul Islam, bersama segenap perangkat
manhaj dan sistemnya, dan menjadikannya acuan dalam menghadapi setiap
persoalan hidup.
5)
Setiap muslim harus menyiapkan dirinya untuk memikul kewajiban Islam.
Untuk itu dituntut mempunyai profil sebagai berikut: bertubuh sehat/kuat,
berakhlak mulia, berfikir intelek, mampu berusaha sendiri, beraqidah benar,
beribadah shahih, berjuang/berjihad, menundukkan hawa nafsunya, disiplin
dengan waktu, rapi dalam segala urusan, dan bermanfaat bagi orang lain
6)
Membentuk rumah tangga muslim yang sakinah.
7)
Berusaha semaksimal mungkin untuk membebaskan negerinya, bahkan
semua negeri kaum muslimin, jika mampu dari semua bentuk kekuasaan
asing. Tapi, semua itu dapat terwujud dengan kerja keras. Sebelumnya harus
berpegang teguh (iltizam) dengan Iman.
Selain
beberapa
langkah
di
atas,
Kaum
muslim
juga
harus
senantiasa
mengembalikan izzah dan marwah sehingga disegani oleh bangsa-bangsa lain
Prof. Mujamil Qomar menyampaikan pandangannya tentang strategi-strategi
untuk menyambut kejayaan umat islam kembali, yang terbagi menjadi 2 kategori
utama yakni (1) strategi dekonstruktif dan (2) strategi rekonstruktif.
a.
Strategi-strategi dekonstruktif meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengubah tradisi berfikir normatif menjadi berpikir teoritis-aplikatif.
69
2. Mengubah tradisi berpikir ideologis fanatis menjadi berpikir rasional
ilmiah yang berpihak pada kebenaran dengan berdasar Alqur’an dan
sunnah
3. Mengubah tradisi penyakralan pemikiran islam menjadi kritik konstruktif
ilmiah
4. Mengubah
kecenderungan
berpikir
aksiologis
menjadi
berpikir
epistemologis
5. Mengubah tradisi berpikir yang menekankan penguasaan materi menjadi
penekanan metodologis
6. Mengubah perasaan inferior (rendah diri) menjadi percaya diri
menyumbangkan pemikiran-pemikiran strategis
7. Mengubah tradisi mengekspresikan pikiran secara lisan menjadi tulisan
8. Mengubah tradisi hanya menyampaikan pemikiran orang lain, menjadi
tradisi menyampaikan hasil temuan pemikiran sendiri
9. Mengembangkan disseminasi dan sosialisasi pemikiran dari lokalnasioanl menjadi skala internasional.
b.
Strategi rekonstruksi diantaranya dengan
1. Reaktualisasi
Islam
dengan
menerapkan
konsep
integrasi
dan
kesinambungan antara teori dan praktek.
2. Menggerakkan pemikiran islam metodologis yang “wasathan” dan
memiliki sifat: inisiatif, kreatif, produktif, sistematis, sinergis, strategis,
pencarian alternatif solusi dan jelasnya target yang dituju.
3. Memantabkan pilar-pilar kemajuan peradaban, yakni:
- Pendidikan yang modern dan berkualitas yang mampu memajukan
bangsa dan negara
- Ilmu
pengetahuan
dan
Teknologi
yang
mampu
berkontribusi
penguatan peradaban
- Ekonomi yang maju seiring dengan peningkatan pendidikan dan
IPTEK
- Politik
yang
stabil
yang
mampu
mendukung
pendidikan, IPTEK, dan ekonomi
- Militer yang menjaga pertahanan dan keamanan negara
70
pengembangan
4. Membangun budaya dialogis untuk mengurangi konflik internal dan
meningkatkan ukhuwah islamiyyah
71
Download