E-LEARNING PAI JANUARI 2015

advertisement
ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa beriman ,
bertakwa, berilmu dan berakhlak mulia serta ajaran Islam dijadikan sebagai
landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan profesi.
Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah agar Mahasiswa mengetahui,
memahami dan menghayati kedudukan akal dan wahyu, klasifikasi ,karakteristik
ilmu dalam agama Islam.
A.
1.
KEDUDUKAN AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM.
Fungsi Otak
Menurut para pakar ilmu pengetahuan menyatakan bahwa otak merupakan
salah satu organ
terpenting bagi mahluk hidup yang manandai tinggi rendahnya tingkat kehidupan
mereka. Semakin besar dan semakin kompleks organ ini a\mengakibatkan
semakin canggih fungsinya. Ukuran otak tergantung pada daya tumbuh badan
secara keseluruhan sesuai dengan berbagai pengaruh yang dite-rima. Oleh karena
itu terjadi perbedaan ukuran otak antara manusia purba Australopithecus dengan
manusia modern . Fosil Australopitheus menunjukkan bahwa tinggi badannya
hanya sekitar 1, 25 samapai 1,50 meter, sementara manusia modern 40 centi meter
lebih tinggi . Kapasitas tengkorak manusia purba hanya sepertiga dari yang
dimiliki manusia modern. Otak mansuaia modern beratnya kurang lebih satu
setengah kilogram yang terdiri dari sel-sel dan cairan saraf.
Otak manusia modern merupakan hasil perkembangan selama jutaan tahun
. Pusat-pusat yang lebih tinggi berkembang sebagai elaborasi bagian-bagian yang
rendahdan lebih primitif.
Bagian otak paling primitif yang dimiliki oleh semua spesies yang mempunyai
lebih dari sekedar sistem saraf sederhana adalah batang otak , bagian yang
merupakan akar otak mengelilingi ujung atas sumsum tulang belakang. Batang
otak mengatur fungsi dasar kehidupan seperti bernafas dan metabolisme organorgan lain, disamping mengendalikan reaksi dan gerakan dengan pola yang sama.
Dengan otak primitif tidak dapat dikatakan berpikir atau belajar, tetapi
hanya berupa serang-kaian regulator yang telah diprogramkanuntuk menjaga agar
tubuh dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dan bereaksi dengan cara yang
tidak membahayakan kelangsungan hidup. Otak ini sa-ngat berkuasa pada zaman
reptilia.
Kesederhanan perangkat otak ini yang menyebabkan timbul-nya
fenomena kanibalisme pada hewan. Contohnya beberapa reptilia memakan
anaknya yang baru dilahirkan.
Sejak kurang lebih 100 juta tahun yang lalu otak mamalia mengalami
pertumbuhan yang lu-ar biasa . Dari akar yang berupa batang otak yang paling
primitif terbentuk pusat emosi. Kemudian sejumlah lapisan sel bertambah diatas
dua lapis tipis korteks yang merupakan bagaian yang berfung-si merencanakan,
memahami apa yang didapatkan dari indera, dan mengatur gerakan untuk membentuk neokorteks. Neokorteks yang merupakan lapisan paling atas berbentuk
bonggol besar ja-ringan yang berkerut-kerut. Inilah yang merupakan otak untuk
berpikiryang berkembang dari wi-layah emosi. Dari korteks neokorteks
menyediakan keunggulan intelektuil , sedangkan otak berpi-kir tumbuh dari
wilayah otak emosionil mengungkap banyak hal tentang hubungan antara pikiran
dengan perasaan.
Neokorteks Homo Sapiens yang jauh lebih besar dari Sapien yang lain
telah menambah se-suatu yang menjadi ciri khas manusia. Neokorteks
merupakan tempat pikiran dan memuat pusat pengumpulan dan pemahaman apa
yang diserap oleh indera. Neokorteks menambahkan perasaan apa yang kita
pikirkan dan memungkinkan kita mempunyai perasaan tentang ide-ide seni,
simbol-simbol dan khayatan.
2.
Akal
Akal merupakan perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati)
manusia, antara pildran
dan emosi manusia. Intelek adalah alat untuk memperoleh pengetahuan untuk
alam nyata. Dalam membentuk pengetahuan , intelek terikat oleh hal-hal yang
konkret, oleh karena itu ia hanya mung-kin berjalan selangkah demi selangkah ,
untuk menyelesaikannya. Intuisi merupakan alat untuk mengolah alam tak nyata
dan dalam mebentuk ilmu pengetahuan ia dapat melakukan lompatan dari tidak
tahu ke tiba-tiba menjadi tahu.
Contohnya : orang yang akan memahami alam semesta melalui astronomi
tidak akan dapat dilakukan kecuali secara bertahap. Ia harus mebekali dirinya
dengan matematika, fisika dan kimia. Untuk mengetahui ketiga ilmu itu harus
dimulai dengan mengenal huruf dan angka. Lin halnya dengan seseorang yang
memperoleh pengetahuan tentang keindahan sekuntum bunga. Ia cukup me-lihat
sekilas, dapat mengambik kesimpulan tentang keindahan bunga tersebut. Ia tidak
perlu mengu kur diameter, jumlah kelopak atau menetukan berapa jenis warna
yang ada pada bunga tersebut.
Pengajaran melaui intelek hanya mungkin mengubah seseorang sedikit
demi sedikit, sedang-kan melalui intuisi dapat mengubah seseorang dengan cepat.
Yang bersangkutan tidak terikat oleh lahiriah, karena bahan yang diperlukan
untuk diketahi dapat ditangkap dalam kesatuan tanpa dipe-cah-pecah dan
dianalisa. Tetapi dalam kenyataannya hidup manusia berada diantara lembaga pengetahuan dalam jiwa tidak dapat bekerja secara terpisah dengan sepenuhnya.
Keduanya saling ber- interaksi dan mempengaruhi dengan pola yang berbeda,
dimana kejadian ini yang menentukan co-rak akal manusia. Ada manusia yang
akalnya sangat didominasi oleh inteleknya dan adapula yang didominasi oleh
intuisinya. Ada yang secara porposional dapat mengatur peran keduanya sesuai
de-ngan kebutuhan dan kenyataan yang dihadapi. Dalam kadar tertentu yang
sangat relatif , akal seo-rang pria mungkin mempunyai corak yang berbeda
dengan akal seorang wanita.
Intelek manusia harus dilatih dan dikembangkan sehingga memiliki
ketajaman yang tinggi. Demikian pula intuisi harus dihidupkan dengan pengayaan
batin, baik dari sisi keyakinan , kebuda-yaan, dll. Menurut pengetahuan modern
otak manusia terdiri atas bermilyar-milyar sel yang pada awalnya .hubungan
antara satu sel dengan lainnya belum berfungsi. Hubungan yang dimaksud akan
memfungsikan otak manusia. Pertumbuhan saraf penghubung sangat ditentukan
oleh rangsang an-rangsangan pikir dan rasa manusia semenjak kecil. Apabila
intelek dan intuisi benar-benar sudah terasah maka kerja akal manusia menjadi
sedemikian sensitif. Oleh karena itu seorang pakar seni dapat menghasilkan karya
yang sangat bernilai intelek dan seorang pakar fisika dapat menemukan hukumhukum alam melalui kerja intuisi. Akal seperti ini mampu menghasilkan
pengetahuan lebih utuh dan menyeluruh. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah
:
"Maka apakah mereka tidak barjalan di muka bumi , lalu mereka mempunyai hati
yang dengan itu mereka dapat memahami ( ya' qiluna biha) atau mempunyai
telinga yang dengan itu mereka men-dengar ?". Karena sesungguhnya bukanlah
mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada didalam dada". (Al Hajj,
22).
1.
Wahyu
Wahyu adalah tuntunan yang diberikan Allah Sang Pencipta kepada para
hamba-Nya dalam menjalankan fungsin\ kehidupan di alam semesta ini.
Hubungan dengan Pencipta itu tidaklah khu-sus bagi manusia . Sebenarnya cara
yang digunakan Al Qur'an dengan kata "wahyu" menunjukkan bahwa Al Qur'an
memandangnya sebagai suatu milik hidup yang universal, sekalipun kodrat dan
waktunya berbeda menurut perbedaan tingkat kehidupan. Tanaman dapat
tumbuh bebas dalam ru-angan, binatang mengembangkan jenis baru untuk
penyesuaian diri dengan keadaan sekitarnya. Mahluk , manusia memperoleh
penerangan dari makna yang mendalam dari kehidupan. Semua itu berupa wahyu
dengan watak yang bermacam-macam tergantung kepada kebutuhan golongan
spesi-es tempat si penerima.
" Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : Buatlah sarang-sarang di bukitbukit, di pohon-pohon kayu dan tempat - tempat yang dibuat manusia ". (An
Nahl, 16 : 68).
Selain berarati bimbingann fungsional biologis, wahyu juga merupakan
bimbingan ajaran ke pada manusia pilihan Allah swt. Cara penyampaiannya
bermacam-macam baik langsung maupun tidak langsung, dengan melalui
Malaikat Jibril . Wahyu mencegah pemikiran seseorang dari penga ruh hawa
nafsu dan kecenderungan dominasi akal rasional. Hal ini menyebabkan agama
wahyu me-njadi sebuah sistem hidup yang dibangun bukan dengan landasan
kepentingan manusiawi.
" Tiadalah ia berbicara menurut kemauan hawa nafsunya , ucapannya itu tiada
lain hanya yang diwahyukan kepadanya " ( An Najm , 53 : 3 - 4).
Imam Sayuti berpendapat bahwa hadis-hadis Rasulullah saw, pada
dasarnya adalah wahyu juga, tetapi Jibril menyampaikan dalam bentuk makna.
Sedangkan Al Qur'an adalah wahyu yang disampaikan dalam bentuk lafaz.
B.
1.
KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI ILMU DALAM ISLAM
Sumber dan Metode Ilmu.
Kehidupan agama Islam di panggung sejarah peradaban manusia
memiliki arti tersendiri ,
termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Islam memberi warna khas corak
peradaban yang diwa-risi Romawi - Yunani yang pernah berjaya selama satu
millenium sebelumnya. Walaupun apada awalnya karakteristik ini mudah
berlaku, karena pengaruh peradaban helenisme yang begitu kuat. Namun dalam
waktu tidak begitu panjang akhirnya kaum Muslimin dapat memainkan peran
dalam peradaban yang unik selama beberapa abad . Ilmu dalam Islam
berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan inti wahyu Allah swt. Seni
Islam murni melahirkan bentuk plastis yang dapat membuat orang merenung
keesaan Ilahi., begitu pula semua ilmu yang bersifat Islam menunjukan
kesatupaduan dan saling berhubungan . Dengan merenungkan kesatupaduan alam
, orang dapat me-nuju kearah keagungan dan keesaan Ilahi.
Sebelum Nabi Muhammad saw diutus untuk menjalankan dan
menyebarkan risalah Allah, sumber-sumber dunia ilmu pengetahuan, hanya
merupakan pengembaraan akal yang dikuasai oleh naluri dalam berbagai nafsu
manusia. Dengan berbekal uraian diatas manusia mengembangkan pe-mikiran
induktif dan kemudian melahirkan karya-karya yang besar pada zamannya.
Namun demi-kian pengaruh pemikiran mitos masih saja berpengaruh melampaui
batas-batas yang telah digaris-kan.
Turunnya wahyu Allah swt kepada Nabi Muhammad saw, membawa
semangat baru bagi dunia ilmu penegtahuan. Ditinjau dari peran kewahyuan
dalam kehidupan manusia, sebenarnya apa yang terjadi pada diri Nabi bukanlah
hal yang baru. Para nabi Allah , sebelumnya pernah diutus ke berbagai generasi
manusia dalam suatu kurun waktu yang sangat panjang, tetapi keunikan ajaran
Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad membawa semangat baru untuk
memecahkan kebekuan zaman. Lahirnya Islam membawa manusia kepada
sumber-sumber pengetahuan lain dengan tujuan baru, yang berupa lahirnya tradisi
intelek induktif.
" Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda ( kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri , sehingga jelas bagi mereka bahwa Al
Qur'an itu adalah benar. Dan apa-kah Tuhan tidak cukup (bagi kamu) bahwa
sesungguhnya Dia menyaksikansegala sesuatu "
(Fus Silat , 41 : 53).
Al Qur'an menganggap "anfus" (ego) dan "afak" (dunia) sebagai sumber
pengetahuan. Allah menampakkan tanda-tanda -Nya dalam pengalaman batin dan
juga pada pengalaman lahir.
Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang
dari berbagai sisi pengalaman. Pengalaman batin merupakan pengembaraan
manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya telah
dipenuhi oleh nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al Qur'an membimbing
pengalaman lahit manusia ke arah objek alam dan sejarah .
Al Qur'an memperlihatkan tanda-tanda kebenarab dalam matahari, bulan,
bintang, peman-jangan bayang-bayang, pergantin siang dan malam, aneka macam
warna kulit dan bahasa manusia , dan peredaran sejarah diantara bangsa-bangsa .
Pengarahan kepada objek yang konkrit telah mela-hirkan tradisi induksi yang
kritis, dinamis, dan intelek. Metode ini melepaskan ilmuwan Muslimin dari
kungkungan pengaruh filsafar Yunani.
Jiwa budaya Islam yang diarahkan kepada hal yang konkrit dan terbatas,
telah melahirkan metode observasi dan eksperimen yang bukan merupakan hasil
kompromi dengan pemikiran Yuna-ni. Setelah melalui pergulatan panjang
ilmuwan Muslim akhirnya mampu memperbaiki dan me-ngoreksi karya-karya
Yunani. Yang jelas ilmu -ilmu Muslim memiliki jati diri yang tegas.
Ibn Haysam ( Alhazen) mengkritik teori penglihatan Yunani dan Ibn
Khaldun meletakan lan dasan filsafah sejarah yang kokoh yang didasari darin
pengalaman batin dalam menghayati ajaran Al Qur'an.
2.
Keterbatasan Ilmu.
Manusia diberi anugerah oleh Allah alat-alat kognitif yang secara alami
terpasang pada tubuh mereka. Dengan alat tersebut manusia dapat melakukan observasi,.
eksperimentasi dan rasio-nalisasi
"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,penglihatan dan
hati agar kemu bersyukur"
(An Nahl, 16 : 78)
Namun demilkian alat-alat tersebut bukanlah sesuatu yang sempurna dan
tidak memiliki cacat. Pandangan mata dan struktur ingatan manusia memilik
kemampuan terbatas yang dapat menyebabkan distorsi baik dalam pengambilan
data observasu , eksperimen dan rasionalisasi.
" Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatan itupun dalam
keadaan payah".
(Al- Mulk : 67 ; 4)
Alat-alat kognisi manusia untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan juga
memiliki kele-mahan atau kenisbian. Tingkat realitas yang untuk pendekatan
kepada ilmu pengetahuan menentu-kan kualitas kebenaran yang dihasilkan.
Realitas yang bersifat fisik dan kasar berada pada tingkat yang mudah terjangkau
dibandingkan dengan realitas yang sangat halus, rinci dan abstrak, seperti pada
hukum-hukum alam. Buktinya alam telah bergerak bermilyar-milyar tahun ,
tetapi manusia baru seribu tahun dapat mendeteksi keteraturannya, dan baru satu
abad mengenal hukum yang meng aturnya secara global. Kenyataannya diuraikan
pada :
"Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan apa yang kamu
tidak lihat "
(Al- Haaqqah, 69 ; 38 - 39).
"Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya
……………………………….."
(Luqman, 31 : 10).
Dikaitkan dengan peristiwa ini sangat wajar jika sejarah ilmu pengetahuan
manusia tidak akan pernah berakhir. Menangkap hakikat alam semesta yang
sangat halus mustail terjadi. Bahkan semakin banyak hal yang dketahui oleh para
ilmuwan banyak pula pertanyaan baru yang muncul .
Penemuan ilmiah tak habis-habisnya karena senantiasa dikoreksi atau
diperbaiki dari zaman ke zaman.
" Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki dan di atas tiap-tiap orang
yang berpengeta-huan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui." (Yusuf, 12 : 76)
" Katakanlah : kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimatkalimat Tuhanku, sung-guh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimatkalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula" (Al
Kahfi, 18 : 109).
Keterbatasan ilmu manusia tidak menghilangkan makna ayat-ayata Allah
dialam semesta yang diciptakan agar manusia dapat mengenal eksistensi-Nya.
Sesungguhnya pengalaman empiris yang sederhana sekalipun dapat
menghantarkan manusia kepada pangkuan keberadaan Allah. Karena pada
dasarnya manusia memang telah memiliki potensi pengalaman batin yang
dialaminya secara fitriah. Maka ayat-ayata Allah tetap relevan menghantar
manusia kepada tauhid dari dahulu hingga sekarang.
Secara relatif semakin
dalam ilmu seseorang akan menghantarkannya kepada penghayatan akan
keberadaan dan keagungan Allah yang semakin dalam .
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba -Nya, hanyalah
ulama . Sesung-guhnya Allah Mahaperkasa, lagi Maha Pengampun'. (Faatir , 35 :
28).
3.
Ilmu-ilmu Semu.
Untuk menyingkap ilmu dari berbagai fenomena alam yang ada tidak
senantiasa membawa
manusia kepada tujuan Islam. Begitu juga pendalaman seseorang kepada sebuah
cabang ilmu be-lum tentu dapat membawa kepada hasil yang mendalam kepada
kekuasaan dan keesaan Allah.
Banyak orang yang mempelajari pengetahuan tetapi dirinya bersikap
sekuler, tak terkesan se dikitpun cenderung kapda Islam. Ilmu-ilmu seperti itu
yang disebut sebagai ilmu semu, karena tidak membawa manusia kepada tujuan
hakiki. Hal tersebut terjadi ,karena disebabkan oleh bebera-pa hal antara lain :
a.
Sikap apriori dari para pencari ilmu dengan tidak meyakini bahwa
ajaran Islam benar-benar dari Allah swt. Dan tidak berguna bagi
kehidupan manusia di dunia.
"Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tan-da kekuasaan Allah dan rasul-rasul, yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman." ( Yunus, 10 : 101).
b.
Sikap sombong terhadap kebenaran dengan membiarkan hawa
nafsunya menguasai cara berpikir mereka.
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : "Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar". Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti hawa nafsu mereka setelah pengetahuan datang kepada kamu ,
Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu".
(Al Baqarah, 2: 120).
"Sesungguhnya kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada
kamu tetapi kebanyak-an diantara kamu benci kepada kebenaran". (Az
Zukhruf, 43 : 78).
" Maka tatkala ayat-ayat (muldjzat- mukjizat) Kami yang jelas itu sampai
kepada mereka dan berkatalah : Ini adalah sihir yang nyata. Dam mereka
mengingkarinya karena kezalim- an dan kesombongan (mereka) padahal
hati mereka meyakini kebenarannya. Maka perhati-kanlah betapa
kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan". (An Naml, 27 : 13 14)
a.
Terbelenggunya akal pikiran kerena pikiran karena peniruan yang
membabi buta ter
hadap karya-karya pendahulu mereka. Juga terbelenggu oleh orang-orang
yang mempunyai otoritas terhadap diri mereka
Dan mereka berkata : " Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
mentaati pemimpin-pe-mimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dai jalan yang benar" (Al Ahzab , 33 : 36).
Dan apabila dikatakan kepad mereka : "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah". Mereka menjawab: " Tidak kami hanya mengikuti apa
yang telah kemi dapati dari perbuatan nenek moyang kami ". Apakah
mereka akan mengikuti juga? Walaupun nenek moyang mereka tidak
mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk.
(Al Baqarah, 2 : 170)
d.
Mereka mengikuti persangka yang tidak mempunyai landasan
ilmiah yang kokoh, hanya bersifat spekulatif.
" Dan mereka mempunyai sesuatu pengetahuan tentang itu . Mareka tidak
lain hanyalah mengikuti persangkaan, sedang sesungguhnya itu tidak
berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran". ( An Najm , 53 ; 28).
4.
Klasifikasi Ilmu.
Upaya mengklasifikasi ilmu pengetahuan oleh ilmuwan Muslim telah
berlangsung selama
berabad-abad. Ilmuwan Yunani telah melakukan upaya dan dilanjutkan oleh
ilmuwan Muslim pada masa berikutnya. Beberapa tipe klasifikasi telah
dihasilkan.melalui beberapa aspek peninjauan dan penghayatan terhadap ilmuilmu yang berkembang. Klasifikasi yang telah dihasilkan antara lain oleh AL
Kindi (801-873 M) , Al Farabi (870-950 M), Al Ghazali (1058-1111 M) dan Ibn
Khaldun (wafat 1406 M).
Pada dasarnya ilmu itu dibagi menjadi dua bagian yaitu ilmu tanziliyah
yaitu ilmu yang di-kembangkan oleh akal manusia terkait dengan nilai-nilai yang
diturunkan Allah, baik dalam kitab-Nya maupun hadis Rasulullah. Yang satunya
adalah ilmu kauniyah , yang dikembangkan oleh akal manusia karena interaksi
dengan alam.
Dengan mengunakan sumber Al Qur'an dan hadis , ilmu tanziliyah
berkembang sedemikian rupa sehingga membentuk cabang-cabang ilmu
diantaranya Ulumul Qur'an, Ulumul Qadis. Usul Qigh, Tarikhul Anbiya , Sirah
Nabawiyah, dll. Masing-masing ilmu tersebut melahirkan ilmu-ilmu , contohnya
dalam Ulumul Qur'an terdapat ilmu Qiraat, ilmu Asbabun Nuzul , Ilmu Tajwid dll.
Dengan bersumber ayat-ayat Allah swt di alam raya ini akal manusia
melahirkan banyak se-kali cabang ilmu . Ilmu itu terkait dengan benda mati yang
melahirkan ilmu kealaman, yang terkait dengan pribadi manusia dan melahirkan
ilmu kemanusiaan (humaniora) dan terkait dengan interak- si antar manusia, yang
melahirkan ilmu sosial. Dari ilmu kealaman lahir ilmu astronomi, fisika, ki-mia ,
biologi dll.
Sedangkan ilmu humaniora melahirkan ilmu psikologi, bahasa dll.
Ilmu sosial, melahirkan ilmu politik, hukum dll.
Antara ilmu tanziliyah dan kauniyah tidak dapat dipisahkan , karena
keduanya saling meleng kapi bagi kehidupan manusia. Ilmu tanziliyah berfungsi
menuntun jalan kehidupan manusia. Ilmu kauniyah menjadi sarana manusia
dalam memakmurkan alam.
Kadang kala ayat-ayat Al Qur'an atau teks-teks
hadis dapat memberi rangsangan manusia untuk lebih menekuni ilmu-ilmu
kauniyah. Sebaliknya ilmu kauniyah dapat memperkuat bukti -bukti
keagungandan kebesaran ayat-ayat Allah.
C.
1.
KUWAJIBAN MENUNTUT ILMU
Penghargaan Terhadap Ilmu
Penghargaan terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi sekali , karena
merupakan cerminan
harga diri bagi manusia itu sendiri. Manusia satu -satunya mahluk yang secara
potensia diberi ke-mampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan. Adapun arti
penghargaan dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu :
a.
Turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw :
" Bacalah dengan menyebut nama Allah, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah ,
yang mengajar (manusia ) dengan perantaraan kalam . Dia mengajar apa
yang tidak aku ketah ". (Al Alaq, 96 : 1-5).
Ayat yang dimulai dengan perintah untuk membaca, mencerminkan
pentingnya aktivitas tersebut bagi kehidupan manusia terutama dalam
menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam sekitarnya.
Membaca dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam menagkap dan
menghayati berbagai feno-mena didalam dan sekitar diri, sehingga dapat
terpahami betul makna dan hakikatnya.
Oleh sebab itu aktivitas membaca tidak selalu terkait dengan bisa tidaknya
seseorang mem-baca tulisan yang merupakan simbol dari bahasa. Ketika
Malaikat Jibril menurunkan ayat ini Rasulullah pada awalnya berkata :
" Ma ana biqari ". ( Saya tidak dapat membaca). (Hadis Riwayat
Bukhari Muslim)
Sebetulnya Rasulullah telah beberapa telah melakukan pembacaan
terhadap keadaan di seki-tarnya. Beliau mengamati kondisi sosial
masyarakat Quraisy yang memprihatinkan di kota Mekah , yang berupa
kehidupan yang kacau serta rendahnya moralitas masyarakat. Rasulullah
meras cemas dan ia belum dapat menemukan jalan keluarnya. Pembacaan
ini semakin tajam dan intensif dan beliau memutuskan untuk ber taqaru
laila Allah (mendekat-kan diri kepad Allah, untuk memperoleh jalan
keluar yang benar) di gua Hira.
" Dan dia didapati sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberi
petunjuk"
b.
(Ad Duhaa, 93 ; 7)
Banyak ayat Al Qur'an yang memerintahkan manusia untuk
menggunakan akal, pi-kiran dan pemahaman, yang menandakan bahwa
manusia tidak memfungsikan kemampuan terbesar yang ada pada dirinya .
Sehingga manusia tersebut tidak berharga.
"Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedang kamu
melupakan dari kuwajibanmu sendiri, padahal kamu membaca Al- Kitab .
Maka tidaklah kamu berpikir".
(Al Baqarah : 2 : 44).
" Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya miscaya Kami
kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka apakah mereka tidak
memikirkan ". (Yaa Sin, 36 : 68).
"Katakanlah : Apakah sama orang yang buta dengan orang yang
melihat?." Maka apakan kamu tidak memikirkan?". (Al-An'aam, 6 : 50).
c.
Allah swt , memandang rendah orang-orang yang tidak mau
menggunakan potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan
binatang bahkan lebih rendah lagi. Sebagai mana telah dibahas diatas,
otak binatang hanya memiliki fungsi yang sangat terbatas diban-dingkan
manusia. Bahkan binatang yang paling primitifhanya memiliki otak yang
berfungsi untuk mengatur proses-proses fisik seperti pernapasan,
metabolisme dan gerak tubuh.
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan
dari jin dan manu-sia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipargunakan
untuk memahami ayat-ayat Allah, dan mereka mempunyai mata , tetapi
tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekua-saan Allah. Dan
mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk
mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak,
bahkan mereka lebih sesat lagi. Mere-ka itulah oarang yang lalai". (Al
Akraaf, 7 : 79).
d.
Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu
dibandingkan orang-orang yang bodoh. Kedua kelompok orang ini tidak
sama. Hal ini disebabkan oleh ilmu seseorang yang dapat beramal dengan
baik dan benar.
"Hai orang-orang musyrik yang telah beruntung , ataukan orang yang
beribadat diwaktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada azab akhirat dan mengharap rah-mat Tuhannya ? Katakanlah :
Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat
menerima pelajaran". (Az Zumar, 39 : 9).
"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu :
Berlapang-lapanglah da-lam majelis , maka niscaya Allah akan memeberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dika-takan : Berdirilah kamu , maka
berdirilah , niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
terhadap apa yang kamu kerjakan". (Al Mujaadilah , 58 ; 11).
e.
Allah akan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang
melakukan sesuatu de-ngan tidak berdasarkan ilmu. Tradisi ilmiah dalam
kehidupan seorang Muslim , dengan de-mikian akan menjadi
suatu.keniscayaan.
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan ten-tangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati semuannya akan mempertang-gung jawabkannya".(Al Israa, 17 : 36).
f.
Pemahaman terhadap ajaran agama Islam harus berdasarkan ilmu.
Seorang Muslim tidak boleh menerima ajaran yang tidak memiliki
landasan ilmiah yang kokoh. Selain itu ia juga harus memahami ajaran
tersebut dengan pemahaman yang benar..
"Maka ketahuilah , bahwa seseungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah
dan memohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang
Mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu
berusaha dan tempat tinggalmu". (Muhammad, 47: 19).
"Allah mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selainAllah dan
malaikat -malaikat mengakui dan orang-orang berilmu yang tegak dengan
keadilan". (Ali Imran 3 : 18).
g.
Dalam menentukan orang-orang pilihan yang akan memimpin
manusia di muka bumi , Allah melihat dari sisi keilmuannya . Ilmu adalah
salah satu syarat kepemimpinan yang tidak boleh diabaikan . Sebagian
manusia memandang kekayaan sebagai sebuah syarat kepemimpinan. Ini
pendapat yang sangat lemah..
Nabi mengatkan kepada mereka :" Sseungguhnya Allah Telah mengangkat
Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab : " Bagaimana Thalut
memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan
pemerintahan dari padanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang
banyak". Nabi mereka berkata : Sesungguhnya Allah telah memimilihnya
menjadi ra-jamu dengan menganugerahkan ilmu yang luas dan tubuh
yang perkasa ". Allah memberi-kan pemerintahan kepada siapa yang
dikehendaki-Nya, Dan Allah Maha luas pemberian-Nyalagi Maha
Mengetahui". (Al Bqarah, 2 : 247)
h.
Allah menganjurkan kepada seseorang yang beriman untuk
senantiasa berdoa bagi pertambahan keluasan ilmunya. Sebagai
implikasinya ia harus selalu belajar dan bekerja agar ilmunya terus
bertambah.
"Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah
kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan
mewahyukannya kepadamu dan katakanlah : Ya Tuhan ku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengethuan". (Taha , 20 : 114)
2.
Perintah Menuntut Ilmu.
Menuntut Ilmu adalah bagian yang sangat penting dari pengalaman ajaran
Islam. Ilmu me-nunjukkan seseorang pada jalan kehidupan yang dapat
memberikan keyakinan. Ilmu juga diperlukan bagi pembangunan
masyarakat karena bermanfaat untuk meningkatkan kemam-puan produksi
dalam berbagai sektor kehidupan . Oleh sebab itu dalam Islam terdapat
kuwa-jiban untuk menunutut ilmu baik secara pribadi maupun kelompok.
"Maka bertanyalah kamu kepada ahli ilmu, jika kamu tidak
mengetahuinya". (An Nahl,16 : 43).
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang Mukmin itu pergi semuanya ke
medan perang. Menga-pa tidak pula berangkat dari tiap-tiap golongan
diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaummnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga di-rinya. (At Taubah, 9 : 122).
Rasululllah bersabda :
"Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka
dianugerahi Allah kepada-nya jalan ke surga" (Hadis Riwayat Muslim)
"Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap Muslim .". (Hadis Riwayat Ibnu
Majah)
Ilmu yang telah diperoleh dan diterima manusia sangat luas, dan sangat
mustail bagi seseo-rang untuk mencari segala jenis yang sedalamdalamnya. Oleh sebab itu terdapat pembatas-an tertentu dalam kaitannya
dengan kuwajiban menuntut ilmu. Ada ilmu-ilmu tertentu yang harus
dikuasai oleh seseorang dengan kondis yang menyertainya . Seseorang
yang telah ba-lig ( yang ditandai dengan datangnya haid bagi seorang
wanita, dan mimpi bagi seorang pria) maka wajib baginya untuk
mengetahui pokok-pokok ajaran agamanya. Ia wajib untuk memahami
makna dua kalimah sahadat : " Laa ilaaha illa Allahu, Muhammadur
Rasulullah".
Kuwajiban lainnya datang menurut kondisi, jika waktu shalat ia wajib
melaksanakan shalat, maka wajib baginya untuk mempelajari ilmu
tentang shalat. Jika Ramadhan tiba wajib men-jalankan ibadah puasa,
maka wajib bagi mereka untuk mempelajari ilmu puasa. Kuwajiban
menuntui ilmu yang terkait dengan kepentingan individu disebut dengan
fardlu ain.
Dr Yusuf Qardawi menyebutkan empat macam ilmu yang
termasuk fardlu ain antara lain :
a.
Ilmu mengenai aqidah yaqiniyah (Prinsip-prinsip aqidah yang
perlu dipercya) yang benar, selamat dari syirik dan khurafat.
b.
Ilmu yang membuat ibadah seseorangterhadap Tuhannya berjalan
dengan benar se-suai dengan ketentuan yang disyariatkan, secara lahiriah
dan secara batiniah yaitu memenuhi syarat niat dan ikhlas kerena Allah.
c.
Ilmu yang diterima dengan jiwa bersih , hati yang suci segala
fadilat (keutamaan) yang dikenal dan kemudian untuk diamalkan. Begitu
pula hal-hal yang dikenal secara razi-lah (kenistaan) atau membinasakan
untuk kemudian ditinggalkan.
d.
Ilmu yang memberikan petunjuk mendisiplinkan tingkah laku
dalam hubunga dengan dirinya, atau keluarga dan khalayak ramai baik
penguasa atau rakyat , muslim nonmuslim
Dengan ilmu tersebut yang bersangkutan dapat mengetahui hukum halal,
haram, wajib bu-kan wajib. pantas tidak pantas, bermanfaat tidak
bermanfat.
Sedangkan ilmu-ilmu yang terkait dengan kepentingan masyarakat
Muslim dan masyarakat
umum tergolong fardlu khifayah. Apabila ilmu yang diperlukan tersebut sudah
ditekuni dan dige-luti telah mencukupi kebutuhan masyarakat oleh sejumlah
ilmuwan, maka impaslah yang bersang-kutan dari kuwajiban penuntut ilmu .
Apabila kurang dan menyebabkan gangguan terhadap masya-rakat , maka untuk
mencukupinya menjadi kuwajiban dan tanggung jawab yang bersangkutan .
Ilimu-ilmu yang termasuk fardlu khifayah terdiri dari ilmu yang terkait
dengan pendalaman, pemahaman syariat seperti tafsir, ilmu mustalah hadis, ilmu
usul fiqh, ilmu yang terkait dengan ke-butuhan hidup di dunia seperti ilmu
kedokteran, teknik, pertanian dll. Ilmu tersebut dibutuhkan oleh kaum Muslimin
dalam rangka meningkatkan kekuatan dan kualitas hidup , sehingga mampu
berpe-ran secara optimal sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Sebuah pemerintahan sudah selayaknya menentukan gambaran tentang
kondisi ilmu yang dibutuhkan masyarakat dan diupayakan secara cukup. Ilmu
yang dimaksud apabila berkecukupan ,akan menciptakan jalan pemerintah dalam
kondisi seimbang . Kadangkala ada ilmu yang ditekuni oleh sebagian besar
orang yang mencapai titik jenuh, pada sisi lain terdapat ilmu yang kurang diminati . Kejadian semacam ini mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan
dalam memperoleh pelayanan .
D.
1.
STUDI KASUS ISLAM DALAM KONTEKS BIDANG STUDI
Ilmu Kealaman
Arahan -arahan Al Qur'an terhadap ilmu-ilmu kealaman terdapat dalam
banyak iempat , mencakup beberapa bidang yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, diantaranya :
a.
Pencipta Alam Semesta.
" Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal".
(Ali Imran, 3 :190)
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi
itu keduanya da-hulu suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antar
keduanya ……………………".
(Al Anbiyaa, 21 : 30).
b.
Fisika Inti : Hakikat Zarah ( Elemen Terdasar).
"Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarah di bumi
atau di langit . Tidak ada yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih besar
dari itu, melainkan semua tercatat dalam kitab yang nyata ". ( Yunus, 10
: 61)
c.
Astronomi.
"Tidaklah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan
malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia
tundukkan matahari dan bulan masing-masing barjalan sampai pada
waktu yang ditentukan dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan". ( Luqman, 31 : 29)
d.
Asal ususl Kehidupan.
"dan dari air mani Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tidak juga beriman?". ( Al Anbiyaa, 21 : 30).
e.
Geologi.
" Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya . Ia memancarkan darinya mata
air, dan dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan ". ( An Naazi'aat, 79 :
30-31).
2.
Ilmu Kemanusiaan.
Al Qur'an memuat ayat-ayat yang mengisyaratkan kondisi kejiwaan
manusia dan segala sifat yang terkait dengan kemanusiaan. Dalam kaitan
ini terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan :
a.
Psikologi.
"Tiap-tiap jiwa bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya".
(Al Muddassir, 74 : 38)
"Tiada suatu jiwapun melainkan ada penjaganya". ( At Taariq, 86; 4).
b.
Bahasa.
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan
bumi dan berlain-lainan bahasamu , warna kulitmu . Sesungguhnya yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orangnyang
mengetahui". ( Ar Ruum, 30 : 22).
c.
Sastra.
" Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidaklah
kamu melihat bahwa mengembara di tiap-tiap lembah dan bahwa mereka
suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya.
Kecuali penyair-penyair yang beriman dan beramal saleh dan banyak
menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman.
Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana
mereka akan kembali ". ( Asy Syu"araa' 26 : 224-227).
3.
Ilmu Sosial
Ayat-ayat Al Qur'an yang terjait dengan berbagai ilmu sosial antara lain :
a.
Politik .
Katakanlah : " Wahai Tuhan yang mempunyai karajaan. Engkau berikan
kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang-orang yang
Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang engkau kehendaki.
Di tangan Engkaulah segala kebajikan . Sesungguhnya Engkau Maha
kuasa atas segala sesuatu ". ( Ali Imran, 3 : 26)
b.
Ekonomi.
"Celakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang menerima
takaran dari orang lain minta dipenuhi dan bila ia memberikan dan
menimbang untuk orang lain mdan menimbang untuk orang lain meka
menguranginya ". (At Tatfif, 83 : 1-3).
c.
Hukum .
Katakanlah : " Sesungguhnya aku berada diatas hujah yang nyata (Al
Qur'an) dari Tuhanku
sedang kamu mendustakannya. Bukanlah wewenangku untuk menurunkan
azab yang kamu tuntut untuk disegerakan ketadangan -Nya. Menetapkan
hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan
Dia Pemberi keputusan yang paling baik ".
d.
(Al An'aam, 6 : 57).
Pendidikan.
"Bacalah dengan menyebut nama Allah yang menciptakan . Dia telah
menciptakan manu-sia dari segumpal darah . Bacalah dan Tuhanmulah
yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di-ketahuinya".
( Al Alaq, 96 : 1-5).
Download