ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN Tujuan Instruksional Umum (T.I.U) adalah agar Mahasiswa beriman , bertakwa, berilmu dan berakhlak mulia serta ajaran Islam dijadikan sebagai landasan berpikir dan berperilaku dalam pengembangan profesi. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K) adalah agar Mahasiswa mengetahui, memahami dan menghayati kedudukan akal dan wahyu, klasifikasi ,karakteristik ilmu dalam agama Islam. A. 1. KEDUDUKAN AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM. Fungsi Otak Menurut para pakar ilmu pengetahuan menyatakan bahwa otak merupakan salah satu organ terpenting bagi mahluk hidup yang manandai tinggi rendahnya tingkat kehidupan mereka. Semakin besar dan semakin kompleks organ ini a\mengakibatkan semakin canggih fungsinya. Ukuran otak tergantung pada daya tumbuh badan secara keseluruhan sesuai dengan berbagai pengaruh yang dite-rima. Oleh karena itu terjadi perbedaan ukuran otak antara manusia purba Australopithecus dengan manusia modern . Fosil Australopitheus menunjukkan bahwa tinggi badannya hanya sekitar 1, 25 samapai 1,50 meter, sementara manusia modern 40 centi meter lebih tinggi . Kapasitas tengkorak manusia purba hanya sepertiga dari yang dimiliki manusia modern. Otak mansuaia modern beratnya kurang lebih satu setengah kilogram yang terdiri dari sel-sel dan cairan saraf. Otak manusia modern merupakan hasil perkembangan selama jutaan tahun . Pusat-pusat yang lebih tinggi berkembang sebagai elaborasi bagian-bagian yang rendahdan lebih primitif. Bagian otak paling primitif yang dimiliki oleh semua spesies yang mempunyai lebih dari sekedar sistem saraf sederhana adalah batang otak , bagian yang merupakan akar otak mengelilingi ujung atas sumsum tulang belakang. Batang otak mengatur fungsi dasar kehidupan seperti bernafas dan metabolisme organorgan lain, disamping mengendalikan reaksi dan gerakan dengan pola yang sama. Dengan otak primitif tidak dapat dikatakan berpikir atau belajar, tetapi hanya berupa serang-kaian regulator yang telah diprogramkanuntuk menjaga agar tubuh dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dan bereaksi dengan cara yang tidak membahayakan kelangsungan hidup. Otak ini sa-ngat berkuasa pada zaman reptilia. Kesederhanan perangkat otak ini yang menyebabkan timbul-nya fenomena kanibalisme pada hewan. Contohnya beberapa reptilia memakan anaknya yang baru dilahirkan. Sejak kurang lebih 100 juta tahun yang lalu otak mamalia mengalami pertumbuhan yang lu-ar biasa . Dari akar yang berupa batang otak yang paling primitif terbentuk pusat emosi. Kemudian sejumlah lapisan sel bertambah diatas dua lapis tipis korteks yang merupakan bagaian yang berfung-si merencanakan, memahami apa yang didapatkan dari indera, dan mengatur gerakan untuk membentuk neokorteks. Neokorteks yang merupakan lapisan paling atas berbentuk bonggol besar ja-ringan yang berkerut-kerut. Inilah yang merupakan otak untuk berpikiryang berkembang dari wi-layah emosi. Dari korteks neokorteks menyediakan keunggulan intelektuil , sedangkan otak berpi-kir tumbuh dari wilayah otak emosionil mengungkap banyak hal tentang hubungan antara pikiran dengan perasaan. Neokorteks Homo Sapiens yang jauh lebih besar dari Sapien yang lain telah menambah se-suatu yang menjadi ciri khas manusia. Neokorteks merupakan tempat pikiran dan memuat pusat pengumpulan dan pemahaman apa yang diserap oleh indera. Neokorteks menambahkan perasaan apa yang kita pikirkan dan memungkinkan kita mempunyai perasaan tentang ide-ide seni, simbol-simbol dan khayatan. 2. Akal Akal merupakan perimbangan antara intelek (budi) dan intuisi (hati) manusia, antara pildran dan emosi manusia. Intelek adalah alat untuk memperoleh pengetahuan untuk alam nyata. Dalam membentuk pengetahuan , intelek terikat oleh hal-hal yang konkret, oleh karena itu ia hanya mung-kin berjalan selangkah demi selangkah , untuk menyelesaikannya. Intuisi merupakan alat untuk mengolah alam tak nyata dan dalam mebentuk ilmu pengetahuan ia dapat melakukan lompatan dari tidak tahu ke tiba-tiba menjadi tahu. Contohnya : orang yang akan memahami alam semesta melalui astronomi tidak akan dapat dilakukan kecuali secara bertahap. Ia harus mebekali dirinya dengan matematika, fisika dan kimia. Untuk mengetahui ketiga ilmu itu harus dimulai dengan mengenal huruf dan angka. Lin halnya dengan seseorang yang memperoleh pengetahuan tentang keindahan sekuntum bunga. Ia cukup me-lihat sekilas, dapat mengambik kesimpulan tentang keindahan bunga tersebut. Ia tidak perlu mengu kur diameter, jumlah kelopak atau menetukan berapa jenis warna yang ada pada bunga tersebut. Pengajaran melaui intelek hanya mungkin mengubah seseorang sedikit demi sedikit, sedang-kan melalui intuisi dapat mengubah seseorang dengan cepat. Yang bersangkutan tidak terikat oleh lahiriah, karena bahan yang diperlukan untuk diketahi dapat ditangkap dalam kesatuan tanpa dipe-cah-pecah dan dianalisa. Tetapi dalam kenyataannya hidup manusia berada diantara lembaga pengetahuan dalam jiwa tidak dapat bekerja secara terpisah dengan sepenuhnya. Keduanya saling ber- interaksi dan mempengaruhi dengan pola yang berbeda, dimana kejadian ini yang menentukan co-rak akal manusia. Ada manusia yang akalnya sangat didominasi oleh inteleknya dan adapula yang didominasi oleh intuisinya. Ada yang secara porposional dapat mengatur peran keduanya sesuai de-ngan kebutuhan dan kenyataan yang dihadapi. Dalam kadar tertentu yang sangat relatif , akal seo-rang pria mungkin mempunyai corak yang berbeda dengan akal seorang wanita. Intelek manusia harus dilatih dan dikembangkan sehingga memiliki ketajaman yang tinggi. Demikian pula intuisi harus dihidupkan dengan pengayaan batin, baik dari sisi keyakinan , kebuda-yaan, dll. Menurut pengetahuan modern otak manusia terdiri atas bermilyar-milyar sel yang pada awalnya .hubungan antara satu sel dengan lainnya belum berfungsi. Hubungan yang dimaksud akan memfungsikan otak manusia. Pertumbuhan saraf penghubung sangat ditentukan oleh rangsang an-rangsangan pikir dan rasa manusia semenjak kecil. Apabila intelek dan intuisi benar-benar sudah terasah maka kerja akal manusia menjadi sedemikian sensitif. Oleh karena itu seorang pakar seni dapat menghasilkan karya yang sangat bernilai intelek dan seorang pakar fisika dapat menemukan hukumhukum alam melalui kerja intuisi. Akal seperti ini mampu menghasilkan pengetahuan lebih utuh dan menyeluruh. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah : "Maka apakah mereka tidak barjalan di muka bumi , lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami ( ya' qiluna biha) atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka men-dengar ?". Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang ada didalam dada". (Al Hajj, 22). 1. Wahyu Wahyu adalah tuntunan yang diberikan Allah Sang Pencipta kepada para hamba-Nya dalam menjalankan fungsin\ kehidupan di alam semesta ini. Hubungan dengan Pencipta itu tidaklah khu-sus bagi manusia . Sebenarnya cara yang digunakan Al Qur'an dengan kata "wahyu" menunjukkan bahwa Al Qur'an memandangnya sebagai suatu milik hidup yang universal, sekalipun kodrat dan waktunya berbeda menurut perbedaan tingkat kehidupan. Tanaman dapat tumbuh bebas dalam ru-angan, binatang mengembangkan jenis baru untuk penyesuaian diri dengan keadaan sekitarnya. Mahluk , manusia memperoleh penerangan dari makna yang mendalam dari kehidupan. Semua itu berupa wahyu dengan watak yang bermacam-macam tergantung kepada kebutuhan golongan spesi-es tempat si penerima. " Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : Buatlah sarang-sarang di bukitbukit, di pohon-pohon kayu dan tempat - tempat yang dibuat manusia ". (An Nahl, 16 : 68). Selain berarati bimbingann fungsional biologis, wahyu juga merupakan bimbingan ajaran ke pada manusia pilihan Allah swt. Cara penyampaiannya bermacam-macam baik langsung maupun tidak langsung, dengan melalui Malaikat Jibril . Wahyu mencegah pemikiran seseorang dari penga ruh hawa nafsu dan kecenderungan dominasi akal rasional. Hal ini menyebabkan agama wahyu me-njadi sebuah sistem hidup yang dibangun bukan dengan landasan kepentingan manusiawi. " Tiadalah ia berbicara menurut kemauan hawa nafsunya , ucapannya itu tiada lain hanya yang diwahyukan kepadanya " ( An Najm , 53 : 3 - 4). Imam Sayuti berpendapat bahwa hadis-hadis Rasulullah saw, pada dasarnya adalah wahyu juga, tetapi Jibril menyampaikan dalam bentuk makna. Sedangkan Al Qur'an adalah wahyu yang disampaikan dalam bentuk lafaz. B. 1. KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI ILMU DALAM ISLAM Sumber dan Metode Ilmu. Kehidupan agama Islam di panggung sejarah peradaban manusia memiliki arti tersendiri , termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Islam memberi warna khas corak peradaban yang diwa-risi Romawi - Yunani yang pernah berjaya selama satu millenium sebelumnya. Walaupun apada awalnya karakteristik ini mudah berlaku, karena pengaruh peradaban helenisme yang begitu kuat. Namun dalam waktu tidak begitu panjang akhirnya kaum Muslimin dapat memainkan peran dalam peradaban yang unik selama beberapa abad . Ilmu dalam Islam berdasarkan paham kesatupaduan yang merupakan inti wahyu Allah swt. Seni Islam murni melahirkan bentuk plastis yang dapat membuat orang merenung keesaan Ilahi., begitu pula semua ilmu yang bersifat Islam menunjukan kesatupaduan dan saling berhubungan . Dengan merenungkan kesatupaduan alam , orang dapat me-nuju kearah keagungan dan keesaan Ilahi. Sebelum Nabi Muhammad saw diutus untuk menjalankan dan menyebarkan risalah Allah, sumber-sumber dunia ilmu pengetahuan, hanya merupakan pengembaraan akal yang dikuasai oleh naluri dalam berbagai nafsu manusia. Dengan berbekal uraian diatas manusia mengembangkan pe-mikiran induktif dan kemudian melahirkan karya-karya yang besar pada zamannya. Namun demi-kian pengaruh pemikiran mitos masih saja berpengaruh melampaui batas-batas yang telah digaris-kan. Turunnya wahyu Allah swt kepada Nabi Muhammad saw, membawa semangat baru bagi dunia ilmu penegtahuan. Ditinjau dari peran kewahyuan dalam kehidupan manusia, sebenarnya apa yang terjadi pada diri Nabi bukanlah hal yang baru. Para nabi Allah , sebelumnya pernah diutus ke berbagai generasi manusia dalam suatu kurun waktu yang sangat panjang, tetapi keunikan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad membawa semangat baru untuk memecahkan kebekuan zaman. Lahirnya Islam membawa manusia kepada sumber-sumber pengetahuan lain dengan tujuan baru, yang berupa lahirnya tradisi intelek induktif. " Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda ( kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri , sehingga jelas bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apa-kah Tuhan tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikansegala sesuatu " (Fus Silat , 41 : 53). Al Qur'an menganggap "anfus" (ego) dan "afak" (dunia) sebagai sumber pengetahuan. Allah menampakkan tanda-tanda -Nya dalam pengalaman batin dan juga pada pengalaman lahir. Ilmu dalam Islam memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman. Pengalaman batin merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya yang atmosfernya telah dipenuhi oleh nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al Qur'an membimbing pengalaman lahit manusia ke arah objek alam dan sejarah . Al Qur'an memperlihatkan tanda-tanda kebenarab dalam matahari, bulan, bintang, peman-jangan bayang-bayang, pergantin siang dan malam, aneka macam warna kulit dan bahasa manusia , dan peredaran sejarah diantara bangsa-bangsa . Pengarahan kepada objek yang konkrit telah mela-hirkan tradisi induksi yang kritis, dinamis, dan intelek. Metode ini melepaskan ilmuwan Muslimin dari kungkungan pengaruh filsafar Yunani. Jiwa budaya Islam yang diarahkan kepada hal yang konkrit dan terbatas, telah melahirkan metode observasi dan eksperimen yang bukan merupakan hasil kompromi dengan pemikiran Yuna-ni. Setelah melalui pergulatan panjang ilmuwan Muslim akhirnya mampu memperbaiki dan me-ngoreksi karya-karya Yunani. Yang jelas ilmu -ilmu Muslim memiliki jati diri yang tegas. Ibn Haysam ( Alhazen) mengkritik teori penglihatan Yunani dan Ibn Khaldun meletakan lan dasan filsafah sejarah yang kokoh yang didasari darin pengalaman batin dalam menghayati ajaran Al Qur'an. 2. Keterbatasan Ilmu. Manusia diberi anugerah oleh Allah alat-alat kognitif yang secara alami terpasang pada tubuh mereka. Dengan alat tersebut manusia dapat melakukan observasi,. eksperimentasi dan rasio-nalisasi "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,penglihatan dan hati agar kemu bersyukur" (An Nahl, 16 : 78) Namun demilkian alat-alat tersebut bukanlah sesuatu yang sempurna dan tidak memiliki cacat. Pandangan mata dan struktur ingatan manusia memilik kemampuan terbatas yang dapat menyebabkan distorsi baik dalam pengambilan data observasu , eksperimen dan rasionalisasi. " Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatan itupun dalam keadaan payah". (Al- Mulk : 67 ; 4) Alat-alat kognisi manusia untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan juga memiliki kele-mahan atau kenisbian. Tingkat realitas yang untuk pendekatan kepada ilmu pengetahuan menentu-kan kualitas kebenaran yang dihasilkan. Realitas yang bersifat fisik dan kasar berada pada tingkat yang mudah terjangkau dibandingkan dengan realitas yang sangat halus, rinci dan abstrak, seperti pada hukum-hukum alam. Buktinya alam telah bergerak bermilyar-milyar tahun , tetapi manusia baru seribu tahun dapat mendeteksi keteraturannya, dan baru satu abad mengenal hukum yang meng aturnya secara global. Kenyataannya diuraikan pada : "Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan apa yang kamu tidak lihat " (Al- Haaqqah, 69 ; 38 - 39). "Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya ……………………………….." (Luqman, 31 : 10). Dikaitkan dengan peristiwa ini sangat wajar jika sejarah ilmu pengetahuan manusia tidak akan pernah berakhir. Menangkap hakikat alam semesta yang sangat halus mustail terjadi. Bahkan semakin banyak hal yang dketahui oleh para ilmuwan banyak pula pertanyaan baru yang muncul . Penemuan ilmiah tak habis-habisnya karena senantiasa dikoreksi atau diperbaiki dari zaman ke zaman. " Kami tinggikan derajat orang yang Kami kehendaki dan di atas tiap-tiap orang yang berpengeta-huan itu ada lagi Yang Maha Mengetahui." (Yusuf, 12 : 76) " Katakanlah : kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimatkalimat Tuhanku, sung-guh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimatkalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula" (Al Kahfi, 18 : 109). Keterbatasan ilmu manusia tidak menghilangkan makna ayat-ayata Allah dialam semesta yang diciptakan agar manusia dapat mengenal eksistensi-Nya. Sesungguhnya pengalaman empiris yang sederhana sekalipun dapat menghantarkan manusia kepada pangkuan keberadaan Allah. Karena pada dasarnya manusia memang telah memiliki potensi pengalaman batin yang dialaminya secara fitriah. Maka ayat-ayata Allah tetap relevan menghantar manusia kepada tauhid dari dahulu hingga sekarang. Secara relatif semakin dalam ilmu seseorang akan menghantarkannya kepada penghayatan akan keberadaan dan keagungan Allah yang semakin dalam . "Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba -Nya, hanyalah ulama . Sesung-guhnya Allah Mahaperkasa, lagi Maha Pengampun'. (Faatir , 35 : 28). 3. Ilmu-ilmu Semu. Untuk menyingkap ilmu dari berbagai fenomena alam yang ada tidak senantiasa membawa manusia kepada tujuan Islam. Begitu juga pendalaman seseorang kepada sebuah cabang ilmu be-lum tentu dapat membawa kepada hasil yang mendalam kepada kekuasaan dan keesaan Allah. Banyak orang yang mempelajari pengetahuan tetapi dirinya bersikap sekuler, tak terkesan se dikitpun cenderung kapda Islam. Ilmu-ilmu seperti itu yang disebut sebagai ilmu semu, karena tidak membawa manusia kepada tujuan hakiki. Hal tersebut terjadi ,karena disebabkan oleh bebera-pa hal antara lain : a. Sikap apriori dari para pencari ilmu dengan tidak meyakini bahwa ajaran Islam benar-benar dari Allah swt. Dan tidak berguna bagi kehidupan manusia di dunia. "Katakanlah : Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tan-da kekuasaan Allah dan rasul-rasul, yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman." ( Yunus, 10 : 101). b. Sikap sombong terhadap kebenaran dengan membiarkan hawa nafsunya menguasai cara berpikir mereka. "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah : "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk yang benar". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah pengetahuan datang kepada kamu , Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu". (Al Baqarah, 2: 120). "Sesungguhnya kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyak-an diantara kamu benci kepada kebenaran". (Az Zukhruf, 43 : 78). " Maka tatkala ayat-ayat (muldjzat- mukjizat) Kami yang jelas itu sampai kepada mereka dan berkatalah : Ini adalah sihir yang nyata. Dam mereka mengingkarinya karena kezalim- an dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini kebenarannya. Maka perhati-kanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan". (An Naml, 27 : 13 14) a. Terbelenggunya akal pikiran kerena pikiran karena peniruan yang membabi buta ter hadap karya-karya pendahulu mereka. Juga terbelenggu oleh orang-orang yang mempunyai otoritas terhadap diri mereka Dan mereka berkata : " Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pe-mimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dai jalan yang benar" (Al Ahzab , 33 : 36). Dan apabila dikatakan kepad mereka : "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah". Mereka menjawab: " Tidak kami hanya mengikuti apa yang telah kemi dapati dari perbuatan nenek moyang kami ". Apakah mereka akan mengikuti juga? Walaupun nenek moyang mereka tidak mengetahui sesuatu apapun dan tidak mendapat petunjuk. (Al Baqarah, 2 : 170) d. Mereka mengikuti persangka yang tidak mempunyai landasan ilmiah yang kokoh, hanya bersifat spekulatif. " Dan mereka mempunyai sesuatu pengetahuan tentang itu . Mareka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, sedang sesungguhnya itu tidak berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran". ( An Najm , 53 ; 28). 4. Klasifikasi Ilmu. Upaya mengklasifikasi ilmu pengetahuan oleh ilmuwan Muslim telah berlangsung selama berabad-abad. Ilmuwan Yunani telah melakukan upaya dan dilanjutkan oleh ilmuwan Muslim pada masa berikutnya. Beberapa tipe klasifikasi telah dihasilkan.melalui beberapa aspek peninjauan dan penghayatan terhadap ilmuilmu yang berkembang. Klasifikasi yang telah dihasilkan antara lain oleh AL Kindi (801-873 M) , Al Farabi (870-950 M), Al Ghazali (1058-1111 M) dan Ibn Khaldun (wafat 1406 M). Pada dasarnya ilmu itu dibagi menjadi dua bagian yaitu ilmu tanziliyah yaitu ilmu yang di-kembangkan oleh akal manusia terkait dengan nilai-nilai yang diturunkan Allah, baik dalam kitab-Nya maupun hadis Rasulullah. Yang satunya adalah ilmu kauniyah , yang dikembangkan oleh akal manusia karena interaksi dengan alam. Dengan mengunakan sumber Al Qur'an dan hadis , ilmu tanziliyah berkembang sedemikian rupa sehingga membentuk cabang-cabang ilmu diantaranya Ulumul Qur'an, Ulumul Qadis. Usul Qigh, Tarikhul Anbiya , Sirah Nabawiyah, dll. Masing-masing ilmu tersebut melahirkan ilmu-ilmu , contohnya dalam Ulumul Qur'an terdapat ilmu Qiraat, ilmu Asbabun Nuzul , Ilmu Tajwid dll. Dengan bersumber ayat-ayat Allah swt di alam raya ini akal manusia melahirkan banyak se-kali cabang ilmu . Ilmu itu terkait dengan benda mati yang melahirkan ilmu kealaman, yang terkait dengan pribadi manusia dan melahirkan ilmu kemanusiaan (humaniora) dan terkait dengan interak- si antar manusia, yang melahirkan ilmu sosial. Dari ilmu kealaman lahir ilmu astronomi, fisika, ki-mia , biologi dll. Sedangkan ilmu humaniora melahirkan ilmu psikologi, bahasa dll. Ilmu sosial, melahirkan ilmu politik, hukum dll. Antara ilmu tanziliyah dan kauniyah tidak dapat dipisahkan , karena keduanya saling meleng kapi bagi kehidupan manusia. Ilmu tanziliyah berfungsi menuntun jalan kehidupan manusia. Ilmu kauniyah menjadi sarana manusia dalam memakmurkan alam. Kadang kala ayat-ayat Al Qur'an atau teks-teks hadis dapat memberi rangsangan manusia untuk lebih menekuni ilmu-ilmu kauniyah. Sebaliknya ilmu kauniyah dapat memperkuat bukti -bukti keagungandan kebesaran ayat-ayat Allah. C. 1. KUWAJIBAN MENUNTUT ILMU Penghargaan Terhadap Ilmu Penghargaan terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi sekali , karena merupakan cerminan harga diri bagi manusia itu sendiri. Manusia satu -satunya mahluk yang secara potensia diberi ke-mampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan. Adapun arti penghargaan dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu : a. Turunnya wahyu pertama kepada Rasulullah saw : " Bacalah dengan menyebut nama Allah, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah , yang mengajar (manusia ) dengan perantaraan kalam . Dia mengajar apa yang tidak aku ketah ". (Al Alaq, 96 : 1-5). Ayat yang dimulai dengan perintah untuk membaca, mencerminkan pentingnya aktivitas tersebut bagi kehidupan manusia terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam sekitarnya. Membaca dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam menagkap dan menghayati berbagai feno-mena didalam dan sekitar diri, sehingga dapat terpahami betul makna dan hakikatnya. Oleh sebab itu aktivitas membaca tidak selalu terkait dengan bisa tidaknya seseorang mem-baca tulisan yang merupakan simbol dari bahasa. Ketika Malaikat Jibril menurunkan ayat ini Rasulullah pada awalnya berkata : " Ma ana biqari ". ( Saya tidak dapat membaca). (Hadis Riwayat Bukhari Muslim) Sebetulnya Rasulullah telah beberapa telah melakukan pembacaan terhadap keadaan di seki-tarnya. Beliau mengamati kondisi sosial masyarakat Quraisy yang memprihatinkan di kota Mekah , yang berupa kehidupan yang kacau serta rendahnya moralitas masyarakat. Rasulullah meras cemas dan ia belum dapat menemukan jalan keluarnya. Pembacaan ini semakin tajam dan intensif dan beliau memutuskan untuk ber taqaru laila Allah (mendekat-kan diri kepad Allah, untuk memperoleh jalan keluar yang benar) di gua Hira. " Dan dia didapati sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberi petunjuk" b. (Ad Duhaa, 93 ; 7) Banyak ayat Al Qur'an yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pi-kiran dan pemahaman, yang menandakan bahwa manusia tidak memfungsikan kemampuan terbesar yang ada pada dirinya . Sehingga manusia tersebut tidak berharga. "Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedang kamu melupakan dari kuwajibanmu sendiri, padahal kamu membaca Al- Kitab . Maka tidaklah kamu berpikir". (Al Baqarah : 2 : 44). " Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya miscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkan ". (Yaa Sin, 36 : 68). "Katakanlah : Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?." Maka apakan kamu tidak memikirkan?". (Al-An'aam, 6 : 50). c. Allah swt , memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi akalnya sehingga mereka disederajatkan dengan binatang bahkan lebih rendah lagi. Sebagai mana telah dibahas diatas, otak binatang hanya memiliki fungsi yang sangat terbatas diban-dingkan manusia. Bahkan binatang yang paling primitifhanya memiliki otak yang berfungsi untuk mengatur proses-proses fisik seperti pernapasan, metabolisme dan gerak tubuh. "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manu-sia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipargunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, dan mereka mempunyai mata , tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekua-saan Allah. Dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mere-ka itulah oarang yang lalai". (Al Akraaf, 7 : 79). d. Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang bodoh. Kedua kelompok orang ini tidak sama. Hal ini disebabkan oleh ilmu seseorang yang dapat beramal dengan baik dan benar. "Hai orang-orang musyrik yang telah beruntung , ataukan orang yang beribadat diwaktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada azab akhirat dan mengharap rah-mat Tuhannya ? Katakanlah : Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakal lah yang dapat menerima pelajaran". (Az Zumar, 39 : 9). "Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu : Berlapang-lapanglah da-lam majelis , maka niscaya Allah akan memeberi kelapangan untukmu. Dan apabila dika-takan : Berdirilah kamu , maka berdirilah , niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan". (Al Mujaadilah , 58 ; 11). e. Allah akan meminta pertanggungjawaban orang-orang yang melakukan sesuatu de-ngan tidak berdasarkan ilmu. Tradisi ilmiah dalam kehidupan seorang Muslim , dengan de-mikian akan menjadi suatu.keniscayaan. "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan ten-tangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuannya akan mempertang-gung jawabkannya".(Al Israa, 17 : 36). f. Pemahaman terhadap ajaran agama Islam harus berdasarkan ilmu. Seorang Muslim tidak boleh menerima ajaran yang tidak memiliki landasan ilmiah yang kokoh. Selain itu ia juga harus memahami ajaran tersebut dengan pemahaman yang benar.. "Maka ketahuilah , bahwa seseungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah dan memohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang Mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu". (Muhammad, 47: 19). "Allah mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selainAllah dan malaikat -malaikat mengakui dan orang-orang berilmu yang tegak dengan keadilan". (Ali Imran 3 : 18). g. Dalam menentukan orang-orang pilihan yang akan memimpin manusia di muka bumi , Allah melihat dari sisi keilmuannya . Ilmu adalah salah satu syarat kepemimpinan yang tidak boleh diabaikan . Sebagian manusia memandang kekayaan sebagai sebuah syarat kepemimpinan. Ini pendapat yang sangat lemah.. Nabi mengatkan kepada mereka :" Sseungguhnya Allah Telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab : " Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan dari padanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak". Nabi mereka berkata : Sesungguhnya Allah telah memimilihnya menjadi ra-jamu dengan menganugerahkan ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa ". Allah memberi-kan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, Dan Allah Maha luas pemberian-Nyalagi Maha Mengetahui". (Al Bqarah, 2 : 247) h. Allah menganjurkan kepada seseorang yang beriman untuk senantiasa berdoa bagi pertambahan keluasan ilmunya. Sebagai implikasinya ia harus selalu belajar dan bekerja agar ilmunya terus bertambah. "Maka Mahatinggi Allah Raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu dan katakanlah : Ya Tuhan ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengethuan". (Taha , 20 : 114) 2. Perintah Menuntut Ilmu. Menuntut Ilmu adalah bagian yang sangat penting dari pengalaman ajaran Islam. Ilmu me-nunjukkan seseorang pada jalan kehidupan yang dapat memberikan keyakinan. Ilmu juga diperlukan bagi pembangunan masyarakat karena bermanfaat untuk meningkatkan kemam-puan produksi dalam berbagai sektor kehidupan . Oleh sebab itu dalam Islam terdapat kuwa-jiban untuk menunutut ilmu baik secara pribadi maupun kelompok. "Maka bertanyalah kamu kepada ahli ilmu, jika kamu tidak mengetahuinya". (An Nahl,16 : 43). "Tidak sepatutnya bagi orang-orang Mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Menga-pa tidak pula berangkat dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaummnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga di-rinya. (At Taubah, 9 : 122). Rasululllah bersabda : "Barangsiapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepada-nya jalan ke surga" (Hadis Riwayat Muslim) "Menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap Muslim .". (Hadis Riwayat Ibnu Majah) Ilmu yang telah diperoleh dan diterima manusia sangat luas, dan sangat mustail bagi seseo-rang untuk mencari segala jenis yang sedalamdalamnya. Oleh sebab itu terdapat pembatas-an tertentu dalam kaitannya dengan kuwajiban menuntut ilmu. Ada ilmu-ilmu tertentu yang harus dikuasai oleh seseorang dengan kondis yang menyertainya . Seseorang yang telah ba-lig ( yang ditandai dengan datangnya haid bagi seorang wanita, dan mimpi bagi seorang pria) maka wajib baginya untuk mengetahui pokok-pokok ajaran agamanya. Ia wajib untuk memahami makna dua kalimah sahadat : " Laa ilaaha illa Allahu, Muhammadur Rasulullah". Kuwajiban lainnya datang menurut kondisi, jika waktu shalat ia wajib melaksanakan shalat, maka wajib baginya untuk mempelajari ilmu tentang shalat. Jika Ramadhan tiba wajib men-jalankan ibadah puasa, maka wajib bagi mereka untuk mempelajari ilmu puasa. Kuwajiban menuntui ilmu yang terkait dengan kepentingan individu disebut dengan fardlu ain. Dr Yusuf Qardawi menyebutkan empat macam ilmu yang termasuk fardlu ain antara lain : a. Ilmu mengenai aqidah yaqiniyah (Prinsip-prinsip aqidah yang perlu dipercya) yang benar, selamat dari syirik dan khurafat. b. Ilmu yang membuat ibadah seseorangterhadap Tuhannya berjalan dengan benar se-suai dengan ketentuan yang disyariatkan, secara lahiriah dan secara batiniah yaitu memenuhi syarat niat dan ikhlas kerena Allah. c. Ilmu yang diterima dengan jiwa bersih , hati yang suci segala fadilat (keutamaan) yang dikenal dan kemudian untuk diamalkan. Begitu pula hal-hal yang dikenal secara razi-lah (kenistaan) atau membinasakan untuk kemudian ditinggalkan. d. Ilmu yang memberikan petunjuk mendisiplinkan tingkah laku dalam hubunga dengan dirinya, atau keluarga dan khalayak ramai baik penguasa atau rakyat , muslim nonmuslim Dengan ilmu tersebut yang bersangkutan dapat mengetahui hukum halal, haram, wajib bu-kan wajib. pantas tidak pantas, bermanfaat tidak bermanfat. Sedangkan ilmu-ilmu yang terkait dengan kepentingan masyarakat Muslim dan masyarakat umum tergolong fardlu khifayah. Apabila ilmu yang diperlukan tersebut sudah ditekuni dan dige-luti telah mencukupi kebutuhan masyarakat oleh sejumlah ilmuwan, maka impaslah yang bersang-kutan dari kuwajiban penuntut ilmu . Apabila kurang dan menyebabkan gangguan terhadap masya-rakat , maka untuk mencukupinya menjadi kuwajiban dan tanggung jawab yang bersangkutan . Ilimu-ilmu yang termasuk fardlu khifayah terdiri dari ilmu yang terkait dengan pendalaman, pemahaman syariat seperti tafsir, ilmu mustalah hadis, ilmu usul fiqh, ilmu yang terkait dengan ke-butuhan hidup di dunia seperti ilmu kedokteran, teknik, pertanian dll. Ilmu tersebut dibutuhkan oleh kaum Muslimin dalam rangka meningkatkan kekuatan dan kualitas hidup , sehingga mampu berpe-ran secara optimal sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sebuah pemerintahan sudah selayaknya menentukan gambaran tentang kondisi ilmu yang dibutuhkan masyarakat dan diupayakan secara cukup. Ilmu yang dimaksud apabila berkecukupan ,akan menciptakan jalan pemerintah dalam kondisi seimbang . Kadangkala ada ilmu yang ditekuni oleh sebagian besar orang yang mencapai titik jenuh, pada sisi lain terdapat ilmu yang kurang diminati . Kejadian semacam ini mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan dalam memperoleh pelayanan . D. 1. STUDI KASUS ISLAM DALAM KONTEKS BIDANG STUDI Ilmu Kealaman Arahan -arahan Al Qur'an terhadap ilmu-ilmu kealaman terdapat dalam banyak iempat , mencakup beberapa bidang yang sangat penting dalam kehidupan manusia, diantaranya : a. Pencipta Alam Semesta. " Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal". (Ali Imran, 3 :190) "Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya da-hulu suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antar keduanya ……………………". (Al Anbiyaa, 21 : 30). b. Fisika Inti : Hakikat Zarah ( Elemen Terdasar). "Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarah di bumi atau di langit . Tidak ada yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih besar dari itu, melainkan semua tercatat dalam kitab yang nyata ". ( Yunus, 10 : 61) c. Astronomi. "Tidaklah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing barjalan sampai pada waktu yang ditentukan dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". ( Luqman, 31 : 29) d. Asal ususl Kehidupan. "dan dari air mani Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?". ( Al Anbiyaa, 21 : 30). e. Geologi. " Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya . Ia memancarkan darinya mata air, dan dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan ". ( An Naazi'aat, 79 : 30-31). 2. Ilmu Kemanusiaan. Al Qur'an memuat ayat-ayat yang mengisyaratkan kondisi kejiwaan manusia dan segala sifat yang terkait dengan kemanusiaan. Dalam kaitan ini terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan : a. Psikologi. "Tiap-tiap jiwa bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya". (Al Muddassir, 74 : 38) "Tiada suatu jiwapun melainkan ada penjaganya". ( At Taariq, 86; 4). b. Bahasa. "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu , warna kulitmu . Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orangnyang mengetahui". ( Ar Ruum, 30 : 22). c. Sastra. " Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidaklah kamu melihat bahwa mengembara di tiap-tiap lembah dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. Kecuali penyair-penyair yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali ". ( Asy Syu"araa' 26 : 224-227). 3. Ilmu Sosial Ayat-ayat Al Qur'an yang terjait dengan berbagai ilmu sosial antara lain : a. Politik . Katakanlah : " Wahai Tuhan yang mempunyai karajaan. Engkau berikan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang-orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan . Sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala sesuatu ". ( Ali Imran, 3 : 26) b. Ekonomi. "Celakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang menerima takaran dari orang lain minta dipenuhi dan bila ia memberikan dan menimbang untuk orang lain mdan menimbang untuk orang lain meka menguranginya ". (At Tatfif, 83 : 1-3). c. Hukum . Katakanlah : " Sesungguhnya aku berada diatas hujah yang nyata (Al Qur'an) dari Tuhanku sedang kamu mendustakannya. Bukanlah wewenangku untuk menurunkan azab yang kamu tuntut untuk disegerakan ketadangan -Nya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik ". d. (Al An'aam, 6 : 57). Pendidikan. "Bacalah dengan menyebut nama Allah yang menciptakan . Dia telah menciptakan manu-sia dari segumpal darah . Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di-ketahuinya". ( Al Alaq, 96 : 1-5).