bahan hanjar organisasi

advertisement
KOMBES POL Drs. FERDINAND WIBISONO, SH., M.Si
1
2
ILMU
ORGANISASI ?
VISI
MISI
- TUGAS POKOK
PEMIMPIN
PENDAPAT
PAKAR
ILMU
MANAJEMEN ?
(MANUSIA
SDM)
- PERAN
POLRI
- WEWENANG
- FUNGSI
PUAN
MANAJERIAL
ILMU
ADMINISTRASI ?
SISTEM ADM NEGARA RI
SISTEM PERADILAN PIDANA RI
SISTEM HAN & KAM RI
3
PEMERINTAH
POKOK2
KEBIJAKSANAAN
KIB II
PROG. 100 HR
PROG. 1 THN
PROG. 5 THN
PER UU AN
PARTISIPASI &
DUKUNGAN
MASYARAKAT
MIND SET
UUD 1945
FALSAFAH
KEPOLISIAN (TRI
BRATA)
KUHAP
BERPIKIR POSITIF
UU NO. 2 TH
2002
PRINSIP
KEPOLISIAN
•
•
•
•
PERCAYA
HORMAT
PATUH
RASA TURUT
MEMILIKI
OUT PUT
O
R
G
A
N
I
S
A
S
I
MAN, MONEY, MATERIAL & METODE
• GAKKUM
TUPOK
REN
OR
LAK
VISI
MISI
FUNGSI KEPOLISIAN
INTELIJEN
BRIMOB
RESERSE
POL AIR
SAMAPTA
POL UDARA
LANTAS
SATWA KEPOLISIAN
BIMMAS
LABORATORIUM
IDENTIFIKASI
• HARKAMTIBMAS
DAL
• PELINDUNG
• PENGAYOM
MNJ. WAKTU
MNJ. PERSONIL
MNJ. KEUANGAN
MNJ. MATERIAL
MNJ. PENGAWASAN
• PELAYAN
OUT COME
INDIKATOR
KEBERHASILAN
• SITKONBANG
• KAT SAJAH
MASY
• CIPTAKAN
RASA AMAN
• KEADILAN
• KEPUASAN
• KEPASTIAN
HUKUM
• KATKAN
TARAF HIDUP
MASY
4
PERAN PEMIMPIN DI POLRI
PIMPINAN
/KOMANDAN
HANDAL
GURU YANG
MAHIR
STABILISATOR,
MEDIATOR,
KOORDINATOR
TERPERCAYA
PANUTAN YG
IDEAL
IPTEK
MANAJER
TANGGUH
BAPAK
PEMBIMBING
KEPALA
KELUARGA
YG BAHAGIA
5
PENGERTIAN ORGANISASI
 PFIFFNER & SHERWOOD :
ORGANISASI ADLH POLA, JALAN, TMPT SEJUMLAH MANUSIA, …TURUT SERTA DLM SATU
KOMPLEKSITAS TUGAS, MENGHUBUNGKAN DIRI SATU SAMA LAIN DLM KESADARAN
PEMBENTUKAN & PENCAPAIAN TUJUAN BERSAMA YG DISEPAKATI DGN SISTEMATIS
 BAKKE :
ORGANISASI ADLH SUATU ALAT RASIONAL UTK MENCAPAI TUJUAN YG DITETAPKAN
SEBELUMNYA, SBG KESATUAN YG DINASMIS & OPERASIONAL
 ANDREW :
MENYESUAIKAN DIRI SATU DGN YG LAIN THDP STIMULASI PARAMETER SISTEM
YG BERKEMAMPUAN UTK MENCAPAI TUJUAN DIBERBAGAI KONDISI YG BERBEDA-BEDA
 DWIGHT WALDO :
ORGANISASI ADLH STRUKTUR ANTAR HUBUNGAN PRIBADI YG BERDASARKAN ATAS
WEWENANG FORMAL DAN KEBIASAAN DI DLM SUATU SISTEM ADMINISTRASI
 Drs. SLAMET WIYADI ATMOSUDARMO :
1) SUATU BENTUK HIMPUNAN ORG UTK MENCAPAI TUJUAN TERTENTU
2) SUATU POLA STRUKTURAL UTK MELETAKKAN WEWENANG & TANGGUNG JAWAB DI DLM
HIMPUNAN TSB
3) PERUMUSAN TUGAS2/KEWAJIBAN DR ORG2 YG TERGABUNG DLM HIMPUNAN, DGN
SISTEM AGAR DPT MENCAPAI TUJUAN SECARA EFESIEN
6
PENGERTIAN MANAJEMEN
DWIGHT WALDO :
MANAJEMEN ADLH SUATU RANGKAIAN TINDAKAN YG DIMAKSUDKAN UTK
MENCAPAI HUBUNGAN KERJASAMA YG RASIONAL DLM SUATU SISTEM
ADMINISTRASI
TERRY ADALAH CENDEKIAWAN MANAJEMEN YG PERTAMA YG MENYAJIKAN
FUNGSI MANAJEMEN YG PALING MENDASAR & SEDERHANA YG TERDIRI DR
PLANING (P)-PERENCANAAN, ORGANIZING (O)-PENGORGANISASIAN, ACTUATING
(A)-PELAKSANAAN DAN CONTROL (C) - PENGAWASAN/PENGEDALIAN YG DIKENAL
DGN SINGKATAN POAC
7
PENGERTIAN ADMINISTRASI
DWIGHT WALDO :
 ADMINISTRASI ADLH ORGANISASI & MANAJEMEN DR MANUSIA
& BENDA GUNA MENCAPAI TUJUAN
 ADMINISTRASI ADLH SUATU SENI & ILMU TTG MANAJEMEN YG
DIPERGUNAKAN UTK MENGATUR URUSAN2 PEMERINTAHAN
TIMBUL PERTANYAAN YG BERKISAR PD BEDA PENDAPAT TTG RUANG LINGKUP.
BESAR MANA ADMINISTRASI DAN ORGANISASI ?
8
1) INTI & EFESIENSI ORGANISASI
A) TIAP ORG HRS JLS BERTANGGUNGJAWAB PD 1 ORG ATASAN
B) TIAP ORG YG DIKENDALIKAN SEORANG ATASAN HRS DIBATASI OLEH ; PUAN
ATASAN, SIFAT DR PEKERJAAN, LUAS LINGKUP (LOKASI & JMLH SERTA JENIS
PEKERJAAN)
C) TIAP TGS HRS JELAS WEWENANG & TANGGUNGJAWABNYA
D) WEWENANG MEMERINTAH HRS DISERTAI TANGGUNGJAWAB
PENGAWASANNYA
E) WEWENANG MENGUBAH PERINTAH/RENCANA ADA PD ORG YG
MENGELUARKAN PERINTAH/YG MENYETUJUI RENCANA
F) KEPUTUSAN HRD DIDASARKAN PD KENYATAAN BKN ATAS DASAR ASUMSI &
PENDAPAT SAJA
G) KOMUNIKASI HRS SECARA DISIPLIN DISALURKAN LEWAT JENJANG HIERARKI &
GARIS WEWENANG
H) ORGANISASI HRS MEMBERIKAN KEBEBASAN PENUH DLM BERTINDAK DLM
BATAS WEWENANG & TANGGUNGJAWAB
I) NILAI DARI SATU ORGANISASI TDK TERLETAK PD BENTUK & SIFATNYA TETAPI
PD HASIL KARYANYA
9
2) TUJUAN ORGANISASI
A) SETIAP ORGANISASI HRS MEMPUNYAI TUJUAN YG PASTI
B) SETIAP ORGANISASI HRS MENGHASILKAN KARYA TERBAIK DLM
BERUPAYA MERAIH TUJUAN ITU
C) SEMUA GERAK & TINDAKAN HRS MENGARAH HNY PD SATU TITIK;
MENCAPAI TUJUAN ORGANISASI SECARA OPTIMAL
D) TUJUAN HRS DISEPAKATI BERSAMA & DISETUJUI OLEH KEKUASAAN
TERTINGGI, DMN TIAP INDIVIDU PENDUKUNGNYA MENGETAHUI
SECARA PERSIS PERAN & FUNGSINYA DLM ORGANISASI SECARA
KESELURUHAN
E) PERLU ADANYA PENEKANAN BHW TUJUAN HRS DIPAHAMI &
DICAMKAN OLEH SEMUA ORG, SEHINGGA TUJAUN ORGANISASI
DIJIWAI SBG TUJUAN HIDUPNYA
10
3) INTI-INTI EFESIENSI MANAJEMEN
A) MEMBUAT SEMUA ORG MENGUASAI TGSNYA DGN INTENSIF
B) MEMBERI PUAN PD SETIAP ORG UTK MAMPU
MERENCANAKAN/MERANCANG PELAKSANAAN TGS SECARA
TERATUR, BAIK DAN BENAR
C) MEMBERI SEMANGAT, KEPERCAYAAN DIRI, MOTIVASI TINGGI, SERTA
RASA TANGGUNGJAWAB PENUH
D) PEKERJAAN YG DITANGANI SETIAP ORG MEMBERIKAN HASIL SECARA
TERPADU BENAR2 TERARAH PD PENCAPAIAN TUJUAN
E) MANAJEMEN YG BAIK & BENAR AKAN MEMBERI WIBAWA PD SEGENAP
UNSUR PIMPINAN
11
4) INTI DARI ADM DLM ARTI LUAS & PEMIMPIN
A) PEMERINTAH DIBENTUK UTK MENGABDI PD RAKYATNYA
B) KEKUATAN PEMERINTAH SEBAGIAN TERBESAR DITENTUKAN OLEH KUALITAS
PEGAWAINYA (TERMASUK POLRI-NYA)
C) POLRI ADLH PENGEMBAN PEDOMAN HIDUP TRI BRATA (RASTRASEKOTTAMA)
D) SEMUA UNSUR PIMPINAN HRS MELAKUKAN TGNYA SECARA EFESIEN &
MELAKUKAN WAS EFEKTIF MENGARAH PD PENCAPAIAN TUJUAN OPTIMAL,
PENGEMBANGAN ORGANISASI & PARA PELAKSANA UTK MENJADI ABDI MASY
YG SEMAKIN BAIK
E) ADM NEGARA YG BAIK ADLH FAKTOR PENENTU KEMAJUAN BANGSA &
PEMBANGUNAN
F) UNSUR PEMIMPIN HRS MAMPU BERTINDAK SBG TELADAN, MENCIPTKAN
PRESTASI TINGGI SEHINGGA MAMPU MENDAYAGUNAKAN SEMUA SUMBER
DAYA ( MANUSIA, SOFT WARE, HARD WARE ) YG ADA PD KEWENANGANNYA
DGN KEBERHASILAN YG TINGGI
12
13
14
1
FUNGSI, TUGAS DAN TUJUAN POLRI
1. Fungsi Polri (Pasal 2 UU No. 2/2002)
Salah Satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan penertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Tugas Polri (Pasal 13 UU No. 2/2002)
a.
b.
c.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Menegakan hukum
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanankepada masyarakat.
3. Tujuan Polri (Pasal 4 UU No. 2/2002)
Mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia.
2
PERANAN ETIKA POLRI DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN POLRI
Kuantitas
SDM
(SUBYEK)
Keberhasilan
Lakgas Polri
utk wujudkan
tujuan Polri
Penguasan
keahlian
Kualitas
Sumber Daya
lain sbg
pendukung
Penghayatan
norma/nilai
moral (Etika
profesi Polri)
Perilaku Polri
yg etis (profesional dlm
pelaksanaan
tugas
Terwuj
udnya
tujuan
Polri
Tata
Tenteram
Karta
raharja
Anggaran
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
materiil
Penguasaan keahlian dan penghayatan norma-norma nilai-nilai
etika Polri sama-sama menentukan sejauhmana kadar
profesionalisme anggota Polri yang bersangkutan.
Namun demikian dlm hal ini harus digaris bawahi bahwa etika
profesi adalah landasan /dasar untuk menanam dan menumbuh
kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan
masyarakat.
3
PERANAN ETIKA POLRI DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN POLRI
Kuantitas
SDM
(SUBYEK)
Keberhasilan
Lakgas Polri
utk wujudkan
tujuan Polri
Penguasan
keahlian
Kualitas
Sumber Daya
lain sbg
pendukung
Penghayatan
norma/nilai
moral (Etika
profesi Polri)
Perilaku Polri
yg etis (profesional dlm
pelaksanaan
tugas
Terwuj
udnya
tujuan
Polri
Tata
Tenteram
Karta
raharja
Anggaran
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
materiil
Penguasaan keahlian dan penghayatan norma-norma nilai-nilai
etika Polri sama-sama menentukan sejauhmana kadar
profesionalisme anggota Polri yang bersangkutan.
Namun demikian dlm hal ini harus digaris bawahi bahwa etika
profesi adalah landasan /dasar untuk menanam dan menumbuh
kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan
masyarakat.
4
WEWENANG POLRI
Psl. 15
Ayat 1 : Kewenangan secara
umum
Ayat 2 : Sesuai UU
Perundang-undangan lainnya
Wewenang
Polri UU
No. 2/2002
Psl. 16
Ayat (1)
Dibidang proses pidana
antara lain penangkapan,
penahanan, penggeledahan,
penyitaan, pemeriksaan,
penghentian penyidikan,
mengadakan tindakan lain
menurut hukum yg
bertanggung jawab
Psl. 18
Diskresi Kepolisian :
Bertindak menurut
penilaiannya sendiri untuk
kepentingan umum
Kewenangan yg sangat luas
dan diberi wewenang pelanggaran HAM secara sah
Kewenangan yg
mengandung potensi yg
besar utk disalahgunakan.
Dlm setiap tindakan Polri
harus memegang teguh
azas keabsahan (ada dasar
hukumnya), kebutuhan (hrs
sangat diperlukan), dan
keseimbangan (kekuasaan
atau wewenang yg
digunakan harus seimbang
dgn beratnya pelanggaran
dan tujuan penegakan
hukum yg akan dicapai)
NIlai Moral Anggota
Polri:
Menjunjung tinggi
hukum, kebenaran,
keadilan, kejujuran dan
HAM
Menjaga kerahasaiaan
Mampu mengendalikan
diri
Bertanggung jawab atas
tindakannya dan
tindakan anak buahnya.
Dari aspek pro yustisia kewenangan Polri & tata cara pelaksanaannya bersumber dari hukum bukan dari sumber
kekuasaan dan pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pula kepada hukum, kewenangan Proyustisia bersifat
fungsional terlepas dari hierarkhi birokrasi intern Polri maupun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara. Dengan demikian diberi otonomi kewenangan penegakan hukum, bebas dari intervensi atasan maupun
intervensi dari luar Instansi.
5
PENGGUNAAN SENJATA API
Penggunaan senjata api harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada antara lain :
1. Polri hanya boleh menggunakan kekuatan jika sungguh-sungguh diperlukan dan hanya
sebatas yang dituntut untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Pemakaian Senpi dianggap sebagai tindakan ekstrim, tidak boleh digunakan kecuali ketika
tersangka melakukan perlawanan bersenjata atau membahayakan kehidupan orang lain.
3. Dalam pelaksanaan tugas sejauh mungkin dipilih cara yang tidak dapat menyakiti baru dipilih
penggunaan kekerasan dan senjata api apabila cara lain tidak mungkin berhasil dengan baik.
Karena itu bagi pemegang senjata api diberikan perhatian khusus kepada :
1. Isu-isu etika, penegakan hukum dan HAM.
2. Kemungkinan Penggunaan kekerasan dan Senpi termasuk penyelesaian sengketa secara
damai, bagaimana memahami prilaku masa, dan metoda-metoda pembujukan (persuation),
perundingan (negosiation), dan penengahan (mediation).
6
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
1. FKK antara lain :
a. Kemajuan tekhnologi
b. Kemajuan perdagangan
c. Kemajuan travelling
d. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
e. Kesenjangan antara yang punya dan tidak punya
f. Lapangan kerja yang terbatas / pengangguran yang tinggi
2. AF meningkat secara kwalitatif maupun kuantitatif antara
lain :
a. Skala Internasional
- Penyelundupan narkoba
- Terorisme
- Uang palsu
- Money loundring
- Kejahatan dengan menggunakan komputer
- Hak cipta
- Trans national crime
b. Skala Nasional
- Gangguan keamanan
- Kekerasan massal
- Korupsi (tertinggi di dunia)
- Terorisme
- Premanisme
- Kejahatan dengan kekerasan
- Kejahatan perbankan
- Narkotika
- Uang palsu
- Kemaksiatan
- Penyelundupan
- Pelanggaran hak cipta
- Kejahatan ekonomi
3. Pelaku :
a. Melibatkan sindikat Internasional
b. Mulai dari masyarakat awam sd pejabat tinggi negara
dan penguasa
c. Melibatkan oknum TNI/Polri, dan oknum-oknum Instansi
Pemerintah termasuk Instansi Depag, P & K dan aparat
penegak Gakkum
d. Melibatkan Institusi yang Independent yang anggotaanggota dipilih dan diyakini memiliki reputasi yang tidak
diragukan lagi.
4. Keterangan :
a. Apakah indikator ini dapat dianggap bahwa sekarang ini
tidak hanya masih dalam krisis ekonomi saja tetapi juga
mengalami krisis moral ?
b. Bagi anggota Polri :
1) Belum selesai satu masalah sudah timbul masalah lain
yang semuanya menuntut agar diselesaikan secepatnya
sesuai tuntutan masyarakat. Semuanya itu menuntut
anggota Polri pada umumnya harus bekerja keras
melebihi dari ukuran-ukuran yang normal sehingga dapat
mempengaruhi secara negatif terhadap kejiwaan anggota
yang bertugas. Untuk itu anggota Polri dituntut memiliki
semangat tinggi / pantang menyerah,dan senantiasa
berupaya optimal menambah dan mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilannya.
2) Ini adalah tantangan sebagai konsekwensi memilih Polri
sebagai medan pengabdiannya dan utamanya tantangan
bagi anggota Polri yang dipercaya sebagai pimpinan
kesatuan dari tingkat yang paling rendah sampai dengan
Kapolri.
7
MASYARAKAT
1. Harapan masyarakat :
a. Polri mampu melaksanakan fungsi, tugas dan kewajibannya dengan baik, yakni menegakkan hukum,
memelihara kamtibmas, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat sehingga masyarakat
senantiasa merasa aman, tentram dan damai.
b. Tuntutan-tuntutan masyarakat tersebut menuntut agar perlindungan, pelayanan dan pengayoman
masyarakat dengan segera, disini dan sekarang juga sering tanpa memperhatikan kondisi riel yang
ada pada Polri.
2. Kritik masyarakat terhadap Polri
Kritik masyarakat terhadap Polri sering terlalu tajam dan pahit. Dalam hal ini Polri harus berpikir positif
terhadap kritik-kritik masyarakat tersebut :
a. Kritik masyarakat adalah wajar sebagai kontrol masyarakat dalam negara demokrasi.
b. Harus dianggap kepedulian masyarakat untuk memperbaiki Polisinya.
c. Kalau kritik tersebut mengandung kebenaran harus ditindak lanjuti dengan mengadakan pembenahan.
3
Kesadaran hukum masyarakat masih kurang
4. Partisipasi masyarakat
a. Tanggung jawab menegakkan hukum dan kamtibmas adalah tugas bersama (Polri dan masyarakat).
b. Karena itu partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan dalam membina kamtibmas.
c. Karena itu keberhasilan pelaksanaan tugas Polri sangat tergantung dari sejauh mana keberhasilan
Polri dalam membina kemitraan dengan masyarakat (community policing).
5.
Karena tugas Polisi pada hakekatnya adalah tugas untuk melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat maka paradigma Polri harus berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
8
NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA DEMOKRATIS (Psl 1 (2) UUD 1945)
CIRI-CIRI NEGARA DEMOKRATIS
Adanya
pembagian
kekuasaan
pemerintahan
dipilih secara
demokratis
Rule of Law
Memelihara
agar
pelaksanaan
pemilihan aman
dan lancar
Menegakkan
hukum
Penghormatan
HAM
Hakekat tugas
Polri adalah
menegakkan
HAM/melindungi
HAM
Polri yang kuat Mandiri &
Profesional
Polri secara kelembagaan
pisah dengan
Dep.Hankam/Mabes ABRI
berdiri sendiri langsung
dibawah Presiden RI
UU No. 2 / 2002
Anggaran &
Dukungan Polri
meningkat
Kadar Demokrasi Indonesia
Reformasi supermasi hukum
demokratisasi & HAM
DEMOKRASI
INDONESIA ?
Polri adalah Pilar
Demokrasi
Negara
demokrasi liberal
Negara Otoriter Polisi
sebagai alat penguasa
200 negara demokrasi di dunia
9
NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA HUKUM (Psl. 1 (3) UUD 1945)
CIRI-CIRI NEGARA HUKUM
Kekuasaan
dijalankan
sesuai
dengan
hukum
positif
Kegiatan
negara di
bawah
kontrol
kekuasaan
kehakiman
yang efektif
UUD
menjamin
HAM
Pembagian
kekuasaan
DILEMA YANG
DIHADAPI POLRI
Banyak hukum dari
Warisan Kolonial
POLRI
Semua
tindakannya harus
berdasarkan
hukum positif dan
menjunjung tinggi
HAM
Sebagai penegak
hukum Polri
menindak
pelanggaranpelanggaran
hukum yang terjadi
Ada hukum
yang tidak
sesuai dengan
rasa keadilan
masyarakat
Ada UndangUndang yang
belum sinkron
dengan peraturan
perundangundangan yang
lainnya.
 Polri memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam
 Memahami betul situasi dilapangan
 Bijak dalam bertindak tetapi tetap bertanggung jawab
10
HAK AZASI MANUSIA (HAM)
1. HAM adalah salah satu Hak yang melekat secara kodrati pada manusia yang apabila hak itu tidak ada,
tidak akan bisa hidup sebagai manusia.
2. Nilai-nilai HAM kita dapatkan pada :
a. Pembukaan UUD 1945, dengan Pancasilanya.
b. Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
c. Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM.
d. Undang-Undang No. 26 / 2000 tentang Peradilan HAM.
e. Undang-Undang No. 5 / 1998 tentang Pengesahan Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan
atau penghukuman lain yang kejam tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia.
f. Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri.
g. Tribrata yang lahir juga karena pertimbangan HAM.
h. Kode etik Polri.
3. Kenyataan-kenyataan dilapangan tingkah laku anggota Polri masih banyak yang belum sesuai dengan
HAM sehingga menjadi fokus sorotan dari masyarakat.
4. Agar Polri mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan menjadi pilar demokrasi yang kokoh, maka
Polri senantiasa menjunjung tinggi HAM dalam pelaksanaan tugasnya yang tercermin dari perbuatan yang
senantiasa etis menjunjung dan menghormati HAM.
5. Tugas Polri untuk menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas pada hakekatnya adalah tugas untuk
menegakkan HAM itu sendiri.
11
Era Reformasi : POLRI Profesional dan Mandiri
Ciri-Ciri Pekerjaan Profesional
1. Menurut Buku Hukum Biru Jalan menuju kode jabatan Polisi.
a.
b.
c.
d.
Nama jabatan yang terlindung
Pendidikan kejuruan sendiri
Perkumpulan jabatan sendiri
Mempunyai kode jabatan/ kode etik
2. Ledge dan Exley.
a.
b.
c.
d.
e.
Ketrampilan yang didasarkan atas pengetahuan teoritis
Memperoleh pendidikan yang tinggi dan latihan
Adanya organisasi profesi dan adanya kode etik profesi
Adanya nilai khusus diabadikan pada kemanusiaan
Hidup dari profesinya dan secara terus menerus berusaha meningkatkan keahlian dan ilmunya
sendiri
3. Donald C. Whitlam.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Menggunakan teori ilmu pengetahuan untuk pekerjaan
Keahlian
Pelayanan terbaik bagi pelanggannya
Memiliki otonomi dan cara mengatur perilaku anggota profesi
Adanya organisasi Asosiasi profesi
Memiliki kode etik
Memiliki kebanggaan terhadap profesinya, bertanggung jawab penuh atas monopoli keahlian profesi
12
POLRI MANDIRI
Kemandirian struktural : telah
tercapai dgn mandirinya Polri
terpisah dari Mabes TNI dan
Dep. Han dan langsung berada
di bawah Presiden
KEMANDIRIAN
Kemandirian moral anggota
Polri (???)
Untuk mandiri sebagai Penyidik
Untuk mandiri dalam mengambil
tindakan Diskresi
Untuk mandiri untuk bersifat
netral
Untuk mandiri berani menolak
perintah atasan yg bertentangan
dgn hukum
Untuk mandiri dalam mengambil
langkah-langkah yg benar dan
adil tanpa pengaruh harta,
kedudukan, jabatan dan wanita
Kemandirian adalah kebanggan
yg harus diiringi dgn tanggung
jawab yg lebih besar dari
kemandirian harus dapat
diwujudkan secara konkrit di
lapangan dlm wujud kinerja Polri
yg lebih baik sehingga
masyarakat lebih merasa
dilindungi, dilayani dan diayomi
oleh Polri. Hari ini lebih baik dari
kemarin dan hari esok lebih
bagus dari hari ini
13
Kemandirian Polri adalah otonomi dalam pelaksanaan tugas profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku wewenang dan tanggung jawabnya tanpa adanya campur tangan
lembaga lain
Polri harus mandiri karena :
1. Indonesia adalah negara hukum yang demokratis yang ciri-cirinya adanya supremasi hukum dan dihormati
serta dijunjung tingginya HAM. Tugas-tugas tersebut pada hakekatnya dipercayakan oleh Negara dan
Bangsa untuk diemban oleh Polri sehingga Polri adalah pilar utama tegaknya negara demokratis
berdasarkan hukum.
2. Penyidikan adalah bagian integral dari Criminal Justice System karena itu harus mandiri sebagaimana
Jaksa dan Hakim agar terdapat keadilan dalam penegakan hukum.
3. Polri mempunyai kewenangan diskresi.
4. Polri harus netral (Pasal 28 ayat 1 UU No. 2 / 2002).
5. Menurut kode etik profesi Polri dinyatakan setiap anggota Polri dibenarkan menolak perintah atasan yang
melanggar norma hukum..
6. Tugas Polri menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas merupakan tugas yang strategis dengan
kewenangan yang luas maka ada kecenderungan untuk adanya pihak-pihak yang ingin mengintervensi Polri
untuk melindungi kepentingannya.
14
Tindakan Polri
Preventif langsung
Bentukbentuk
Tindakan
Preventif
Preventif tdk langsung
Represif non yustisial
Represif
Represif yustisial
Benar secara hukum
Tindakan yg
benar
Benar secara teknis
Benar secara moral
Benar secara sosiologis
Asas legalitas
Asas-asas
umum
pelaksanaan
tugas Polri
Asas kewajiban
Asas Partisipasi
Asas Preventip
Asas Subsidiaritas
Asas Oportunitas
15
PERKEMBANGAN FUNGSI KEPOLISIAN SEJALAN DENGAN
PERKEMBANGAN TYPE NEGARA
Type Negara
Fungsi Kepolisian
I. Politiestaat : Negara kekuasaan
Polisi merupakan machts aparat atau alat
kekuasaan untuk menindas rakyat.
II.
Librale Rechstaat : Pemerintah tidak turut
campur tangan dalam kehidupan rakyat
sehari-hari. Pemerintah hanya memberikan
pertolongan, jika terdapat ancaman bahaya
bagi rakyat. Dengan penuh kebebasan yang
tidak diganggu oleh turut campur tangan pihak
pemerintah, rakyat akan memperkembangkan
sendiri kesejahteraannya sampai kepada taraf
setinggi-tingginya. Type negara ini mendapat
julukan negara jaga malam atau
nachswaachter staat
Polisi bertindak hanya kalau ada permintaan dari
rakyat karena terdapat bahaya atau ancaman
bahaya.
Polisi hanya sebagai penjaga malam
16
ETIKA PROFESI KEPOLISIAN
TYPE NEGARA
KEMANDIRIAN & PROFESIONALISME
FUNGSI
INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
TUGAS/KEWAJIBAN
WEWENANG
INDIVIDU
ADM
POLRI
POLRI
MANAJEMEN
KEPEMIMPINAN
PIMPINAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TINDAKAN ETIS
SITUASI LINGKUNGAN, HAM,
DEMOKRATISASI, HUKUM, MASY.
DAN KETERBATASAN POLRI
TEGAKNYA HUKUM
TERWUJUDNYA
KAMTIBMAS
TATA TENTERAM
KERTA RAHARJA
17
ETIKA POLRI
BAB – I
HUBUNGAN ETIKA DENGAN PROFESI POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
LATAR BELAKANG
PENGERTIAN ETIKA
PERANAN ETIKA DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
UNTUK APA ANGGOTA POLRI MEMPELAJARI ETIKA PROFESI POLRI
SISTIMATIKA
BAB – II NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN, DAN ETOS KERJA
1.
2.
3.
4.
NILAI MORAL
NORMA MORAL
TEORI ETIKA
ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN DAN ETOS KERJA
BAB – III KEKHASAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1.
2.
3.
4.
5.
TUGAS POLRI
WEWENANG POLRI
POLRI POLISI NASIONAL
POLRI POLISI PEJUANG
POLRI SIPIL BERUNIFORM DAN BERSENJATA
BAB – IV SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
MASYARAKAT
DEMOKRATISASI, HUKUM DAN HAM
ERA REFORMASI : POLRI PROFESIONAL DAN MANDIRI
KETERBATASAN POLRI
18
BAB – V
TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
TINDAKAN POLRI
BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI
TINDAKAN YANG BENAR
ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
RAMBU-RAMBU / UKURAN TENTANG KEABSAHAN BEBERAPA TINDAKAN POLRI
ASAS-ASAS MORAL POLRI
ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN DEMOKRATIS
BAB – VI LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. LANDASAN YURIDIS
A. UNDANG-UNDANG NO. 2 / 2002
B. UNDANG-UNDANG NO. 8 / 1981
C. UNDANG-UNDANG NO. 39 / 1999
2. LANDASAN KEBIJAKAN
BAB – VII PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
2.
3.
4.
KEBEBASAN
KEWAJIBAN
HATI NURANI DAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TANGGUNG JAWAB
19
BAB – VIII ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI POLRI
1. PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
2. KRONOLOGIS LAHIRNYA TRIBRATA SAMPAI DENGAN LAHIRNYA KODE ETIK
PROFESI POLRI
3. SUMBER KODE ETIK POLRI
A. TRIBRATA
B. CATUR PRASETYA
4. TRIBRATA
5. CATUR PRASETYA
6. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN TRIBRATA
7. HUBUNGAN TRIBRATA DENGAN CATUR PRASETYA
8. LAMBANG POLRI
9. PEMAKNAAN BARU TRIBRATA
10. PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA
11. KODE ETIK PROFESI POLRI
12. INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
13. INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
20
BAB – I
HUBUNGAN ETIKA DAN PROFESI KEPOLISIAN
21
LATAR BELAKANG
Proklamasi
Kemerdekaan RI
17-8-1945
Indonesia Negara yg
merdeka
UUD 1945
18-8-1945
Tujuan Negara
Pembukaan
Batangtubuh
Penjelasan
Rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia
tgl 19 Agustus 1945
Dasar Negara (Pancasila)
Psl 1 ayat (2)
Kedaulatan ditangan rakyat
(Negara Demokrasi)
Sistim pemerintahan negara
- Indonesia Negara Hukum
(Rechstaat)
- Pemerintahan berdasarkan
sistim konstitusi
Pokok pikiran IV yg
terkandung dlm pembukaan :
Negara berdasar atas
Ketuhanan YME menurut
dasar kemanusiaan yg adil
dan beradab
Ada 4 hal yg harus
mendapat perhatian a.l. ttg
pimpinan Kepolisian
Indonesia Negara
Demokrasi
berdasarkan hukum.
Indonesia negara
hukum materiil
Mewajibkan pemerintah
dan lain-lain
penyelenggara negara
untuk memelihara Budi
pekerti kemanusiaan yg
luhur dan memegang
teguh cita-cita moral
rakyat yg luhur
Supaya diperintahkan
dgn petunjuk2 sikap
baru terhadap rakyat
Polri adalah abdi :
Pelayan, pelindung
dan pengayom rakyat,
masyarakat. Polri
bukan alat penguasa
Polri adalah alat
negara yg
bertugas :
memelihara
kamtibmas,
penegak hukum
yg menjunjung
tinggi hukum,
HAM,
transparansi dan
bertanggung
jawab
Perilaku Polri
berpedoman pada
etika profesi Polri
yg dijiwai
Pancasila
Harus ada perubahan sikap polisi
sejalan dgn tuntutan
negara merdeka
Tindakan/
sikap
perilaku
Polri
berpedoman
kepada etika
profesi Polri
: Tri Brata
sbg
pedoman
hidup. Catur
Prasetya
sbg
pedoman
karya. Kode
etik profesi
Polri yg
merupakan
kristalisasi
dari nilainilai Tri
Brata dan
Catur
PRasetya yg
dijiwai oleh
Pancasila
22
Penelitian Prof. Djoko
Soetono SH tentang
perkembangan fungsi
Kepolisian sejalan dg
perkembangan type
Negara di beberapa
Negara
Tri Brata sbg
Pedoman hidup
TRI BRATA
3 jalan menuju Polisi
yang ideal
1 Juli
1955
Panji-panji Polri
Rastra
sewakotama
Polri adalah abdi
utama negara
dan bangsa :
pelayan,
pelindung dan
pengayom
masyarakat
Polri yg
dipercaya
dan
dicintai
masyarakat
23
Era Orde Lama
1945 – 1966
Demokrasi
Terpimpin
UUD 1945
UUD RIS
UUD Sementara 1950
UUD / setelah
amandemen
Psl 31 (1) sistim
pendidikan yg
meningkatkan
keimanan dan
ketakwaan serta
akhlak mulia dlm
rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa
Semua UUD
menyatakan
Indonesia
sebagai Negara
Demokratis,
Negara Hukum
Semakin demokratis suatu negara
semakin dituntut polisi yg
profeional dan mandiri
Era Orde Baru
1966 – 1998
Demokrasi
Pancasila
Era Reformasi
1998 – skrng
Kebangkitan
Demokrasi
UU No. 28 thn 1999 ttg
Penyelengara Negara yg bersih dan
bebas dari KKN diletakkan asasasas umum penyelenggaraan
negara, asas tertib penyelenggara
negara, asas kepentingan umum,
asas keterbukaan, asas
proporsional, asas profesionalitas
dan asas akuntabilitas.
Polisi yg profesional dan mandiri
Reformasi Polri
Struktural
Instrumental
Kultural
Polri berdiri
sendiri
dibawah
Presiden
Perubahan UU
Polri.
UU No. 2/2002
ttg Polri
Memperbaiki
tingkah laku
Polri
Bab V
Pembinaan Profesi
Psl 31 Pejabat
Polri harus
mempunyai
kemampuan
Profesi
Psl 32(1)
Pembinaan
kemampuan melalui
pembinaan etika
profesi dan
pengembangan
pengetahuan teknis
Tingkah laku / sikap
Polri yg profesional
dan mandiri
Intake/ seleksi
personil,
Lemdik dan
kepemimpinan
atasan /
komandan
24
PENGERTIAN ETIKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (yang baru) :
1.
2.
3.
Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (Ahlak)
Kumpulan azas / nilai yang berkenaan dengan ahlak
Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat
Menurut K. Bertens :
1.
2.
3.
Nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya (Sistem nilai)
Kumpulan azas atau nilai moral (kode etik)
Ilmu tentang apa yang baik atau buruk sebagai hasil penelitian sistimatis & metodis (filsafat moral)
Menurut Jenderal Kunarto
1.
2.
3.
4.
Etika adalah ilmu dan pengetahuan tentang perilaku manusia yang terkait dengan norma, nilai-nilai atau
ukuran,buruk baiknya yang berlaku pada masyarakatnya
Etika kepolisian : Norma tentang perilaku Polisi untuk dijadikan pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan
tugas yang baik bagi penegakan hukum, ketertiban umum dan keamanan masyarakat.
Etika Polri adalah perilaku etis setiap anggota Polri dalam semua bentuk penugasan agar semua tugas dapat
dilaksanakan secara baik sehingga terwujud kondisi keamanan serta ketertiban dengan derajat tinggi di
lingkungan masyarakat Indonesia.
Kode etik adalah kumpulan inti-inti etika.
25
PENGERTIAN ETIKA YANG DIGUNAKAN DALAM NASKAH INI
1. Nilai dan norma moral yg
dijadikan pedoman
mengatur tingkah laku
Etis anggota Polri dalam
semua bentuk penugasan
2. Sbg. Etika yg diterapkan
di lingkungan Polri
merupakan cabang dari
ilmu etika atau filsafat
moral yg diterapkan
dilingkungan Polri.
SEMUA TUGASTUGAS YG
MENJADI
KEWAJIBANNYA
DAPAT
DILAKSANAKAN
SECARA BAIK
26
FUNGSI, TUGAS DAN TUJUAN POLRI
1. Fungsi Polri (Pasal 2 UU No. 2/2002)
Salah Satu fungsi pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan penertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
2. Tugas Polri (Pasal 13 UU No. 2/2002)
a.
b.
c.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Menegakan hukum
Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanankepada masyarakat.
3. Tujuan Polri (Pasal 4 UU No. 2/2002)
Mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat serta terbinanya
ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Azasi Manusia.
27
PERANAN ETIKA POLRI DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
UNTUK MEWUJUDKAN TUJUAN POLRI
Kuantitas
SDM
(SUBYEK)
Keberhasilan
Lakgas Polri
utk wujudkan
tujuan Polri
Penguasan
keahlian
Kualitas
Sumber Daya
lain sbg
pendukung
Penghayatan
norma/nilai
moral (Etika
profesi Polri)
Perilaku Polri
yg etis (profesional dlm
pelaksanaan
tugas
Terwuj
udnya
tujuan
Polri
Tata
Tenteram
Karta
raharja
Anggaran
Tersedianya
Sarana dan
Prasarana
materiil
Penguasaan keahlian dan penghayatan norma-norma nilai-nilai
etika Polri sama-sama menentukan sejauhmana kadar
profesionalisme anggota Polri yang bersangkutan.
Namun demikian dlm hal ini harus digaris bawahi bahwa etika
profesi adalah landasan /dasar untuk menanam dan menumbuh
kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan
masyarakat.
28
UNTUK APA ANGGOTA POLRI MEMPELAJARI ETIKA PROFESI POLRI?
1.
2.
3.
4.
Meningkatkan pemahaman dan penghayatan bahwa Etika Polri adalah dasar untuk menanam dan menumbuh
kembangkan profesionalisme Polri yang semakin menjadi tuntutan masyarakat.
Membantu meningkatkan kesadaran moral dan menjadi siap untuk mengambil keputusan etis yang tepat dan
berbobot dalam pengabdiannya selaku anggota Polri.
Meningkatkan pemahaman dan penghayatan etika profesi sebagai pedoman moral yang berfungsi sebagai
pengawas dan pengendali tingkah laku sebagai anggota Polri dalam pengabdiannya kepada negara dan bangsa
Indonesia.
Bagi Perwira Polri dituntut untuk memahami dan menghayati etika profesi Polri secara mendalam karena :
a.
b.
c.
Perwira harus memegang teguh kesetiaan dan ketaatan. Perwira adalah pemimpin yang menjadi suri
tauladan dari bawahannya.
Keputusan-keputusan dari Perwira selaku pemimpin mempunyai dampak yang luas dan mendalam,
menyangkut kehormatan dan martabat serta kebanggaan kesatuan yang dipimpinnya.
Sebagai Perwira dituntut keberanian untuk bertanggung jawab atas semua tindakannya termasuk
tanggung jawab terhadap tindakan dari bawahannya.
29
BAB – II
NILAI MORAL, NORMA MORAL, TEORI ETIKA
DAN ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN
DAN ETOS KERJA
1. Nilai Moral
2. Norma Moral
3. Teori Etika
4. Etika Kewajiban, Etika Keutamaan dan Etos Kerja
30
ETIKA
Nilai
&
Norma
moral
Menjadi
pegangan
bagi
seseorang /
kelompok
Berkaitan dengan apa yang baik dan
buruk, yang boleh dan yang dilarang,
yang patut dan yang tidak patut
dilakukan
Dalam
mengatur
tingkah
lakunya
Tindakan
etis
31
relatif
harga
intrinsik
martabat
Nilai
Nilai
ekonomi
Berkaitan dgn tanggung jawab
estetika
Berkaitan dengan hati nurani
moral
Ciri-ciri
Mewajibkan  kewajiban moral
tdk datang dari luar tetapi
berakar dlm kemanusiaan itu
sendiri
Norma
Aturan/ kaidah
yang dipakai
sebagai tolok
ukur untuk
menilai sesuatu
Norma moral
Norma agama
Norma kesopanan
Norma hukum
Sanksi : pelanggaran norma moral adalah keluar
dari hati nurani berupa penyesalan
Norma moral menentukan
apakah perilaku kita baik
atau buruk dari sudut moral
Generalisasi the golden rule of ethics hendaklah
memperlakukan orang lain sebagaimana anda
sendiri ingin diperlakukan
Norma moral, norma yang tertinggi yang tidak bisa
ditaklukkan pada norma lain, sebaliknya norma
moral menilai norma lain
Jika ada UU yang dianggap tidak
etis, UU itu harus dihapus atau
diubah. Apa arti UU kalau tidak
disertai moralitas
Sebaliknya moral membutuhkan
hukum, moral akan mengawangawang saja, kalau tdk diungkapkan dan dlembagakan dlm masy
32
33
Dasar Nilai dan norma moral
pada suatu kebudayaan
Adat / kebiasaan
Kodrat
Nilai-nilai dan norma
moral bisa berubah
Nilai dan norma moral
tidak bisa dirubah
Apa yang dinilai baik
hari ini, besok bisa
dinilai buruk
Sofistic – sofi
Ada nilai-nilai dan norma
moral yang tetap dan tidak
terubahkan
Socrates dan Plato
menentang para sofis
Teori-teori Etika
Sistim Filsafat Moral
Teologis
(Terarah pada tujuan)
Hedonisme
34
Deontologis
Vdeon = Kewajiban
Eudonisme
Utilitarisme
I. Kant
W.D. Ross
Aristoteles
(341-270 SM)
Aristippos
(433-355 SM)
Epikuros
(341-270 SM)
Klasik
Jeremy Bentham
(1748-1832)
Aturan
John Stuart Mill
(1806-1873)
Stephan
Toulmin
Richard B.
Brandt
Tidak ada satu sistimpun yang sama sekali memuaskan. Disamping segi-segi yang menarik, setiap sistim ada
kelemahannya juga. Hal itu berlaku juga untuk dua sistim yang paling berbobot dalam sejarah filsafat modern,
Utilitarisme dan Deontologi. Karena itu dalam filsafat moral dewasa ini sebenarnya tidak ada lagi utilitarisme
murni atau deontologi murni. Sekarang para filsuf berusaha menjadikan sintesis antara pendekatan utilitaristis
dan pendekatan deontologis. Disamping itu mereka seringkali memanfaatkan unsur-unsur dari sistim-sistim
lainnya khususnya Eudonisme Aristoteles.
Learning Point dari teori-teori etika sistim filsafat moral
Kewajiban
Pedoman Bertindak
Pengendalian diri
Kehendak baik
Pola hidup sederhana
Bertindak
karena
kewajiban
• Jalankan fungsi khas sebagai manusia
yg baik/ akal budi atau ratio sebagai
suatu sikap tetap. Berarti kegiatan2
rasionalnya harus dijalankan dengan
disertai keutamaan intelektual dan
keutamaan moral. Keutamaan
intelektual akan menyempurnakan
langsung rasio, dengan keutamaan
moral, rasio akan menjalankan pilihanpilihan yang perlu diadakan dalam
hidup sehari-hari (profesional).
• Kegunaannya untuk masyarakat
Kalau ada beberapa kewajiban yang
tidak dapat dilaksanakan sekaligus
dipilih kewajiban yang terpenting
(pengambilan keputusan) tindakan yang
etis / profesional.
Tujuan
Kesenangan
- Ada keseimbangan antara
kesenangan badaniah dan rohaniah.
- Tidak saja aktual saja tetapi juga
kesenangan masa depan.
- Ataraxia : ketenangan batin
Kebahagiaan
Bernilai guna / bermanfaat untuk
kebahagiaan orang banyak
- The greatest happines of the
greatest number (Benthorn)
- Everybody to count for one, no body
to count for more than one
(John Stuart Rill)
- Perbuatan baik secara moral bila
sesuai dgn sistim aturan moral yg
paling berguna bg suatu masyarakat
Tugas yang menjadi kewajiban
dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya
35
36
ETIKA KEWAJIBAN, ETIKA KEUTAMAAN DAN ETOS KERJA
Etika Profesi Polri
Etika
Kewajiban
Angg.
Polri
What should I do?
Apa yg seharusnya
saya perbuat sbg
anggota Polri
Angg.
Keutamaan Polri
Etika
Etika
Profesi
Polri
TB
CP
KEP
What kind of person
should I be? Menjadi
macam anggota Polri
apa seharusnya saya
Ethos
Polri sbg
Kesatuan
Menjadi / profesi
bagaimana
seharusnya Polri
TB, CP, KEP
Dijadikan penyaring
untuk ambil tindakan
oleh anggota Polri
didalam menghadapi
permasalahan di
lapangan
Pebuatan
anggota
polri yg
baik
TB, CP, KEP
Dijadikan sifat
keutamaan yg
merupakan
kecenderungan tetap
sikapnya oleh angg.
Polri
anggota
polri yg
baik
TB, CP, KEP
Menjadi sifat baik yang
merupakan karakteristik
/ identitas / ciri khas
Polri sbg kesatuan /
Profesi
Kesatuan/
Profesi
polri yg
baik
Etika profesi
Polri merupakan
landasan yg
kokoh membangun Polri yg
profesional dan
mandiri
Polri yg
dipercaya dan
di cintai
masyarakat
37
BAB – III
KEKHASAN KEPOLISIAN RI
1. Tugas Polri
2. Wewenang Polri
3. Polri Polisi Nasional
4. Polri Polisi Pejuang
5. Polri : Civil beruniform dan bersenjata
38
TUGAS POLRI
1. Berat dengan resiko Tinggi
a.
b.
c.
d.
e.
Trend Kriminilitas yang meningkat dan tidak mengenal batas-batas negara.
Ujung tombak penegakan hukum
Menyidiktersangka anggota Polri
Menyidik tersangka anggota TNI – tersangka pelaku tindak pidana umum (tergantung dari Undang-undang
yang baru yang akan menggantikan UU No. 31 tahun 1997 tentang Peradilan militer)
Resiko dengan mempertaruhkan nyawa “satu kaki di kuburan satu kaki di penjara”.
2. Terhormat dan Mulia :
a.
b.
c.
Tugas yang berat dengan resiko tinggi tersebut dipercayakan negara dan bangsa kepada Polri
Tugas Polri pada hakekatnya tugas kemanusiaan yang melindungi HAM.
Tugas Polri adalah tugas yang profesional yang membutuhkan keahlian dan memiliki kode etik profesi.
3. Membanggakan
a.
b.
c.
Untuk menjadi anggota Polri yang mengemban tugas berat serta mulia itu harus lulus dari seleksi dan
menyelesaikan pendidikan pembentukan, kejuruan, keahlian.
Tugas Polri adalah tugas yang strategis karena penegakan tata/aturan dan memelihara ketentraman adalah
syarat utama untuk mencapai dan menjamin terselenggaranya kesibukan kerja dalam pembangunan,
mewujudkan masyarakat yang raharja, masyarakat yang sejahtera adil dan makmur
Kalau tugas yang berat dengan resiko yang tinggi tapi merupakan tugas yang terhormat dan mulia tersebut
dapat dilaksanakan secara profesional akan merupakan kebanggaan karena pengabdiannya merupakan
kontribusi mencapai masyarakat tata tenteram karta raharja.
4. Nilai moral yang dituntut terhadap anggota Polri : Tekad untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan rakyat
/ hukum melalui pengabdian yang terbaik, pantang menyerah, tidak terikat sesuatu dan rela berkorban.
39
WEWENANG POLRI
Psl. 15
Ayat 1 : Kewenangan secara
umum
Ayat 2 : Sesuai UU
Perundang-undangan lainnya
Wewenang
Polri UU
No. 2/2002
Psl. 16
Ayat (1)
Dibidang proses pidana
antara lain penangkapan,
penahanan, penggeledahan,
penyitaan, pemeriksaan,
penghentian penyidikan,
mengadakan tindakan lain
menurut hukum yg
bertanggung jawab
Psl. 18
Diskresi Kepolisian :
Bertindak menurut
penilaiannya sendiri untuk
kepentingan umum
Kewenangan yg sangat luas
dan diberi wewenang pelanggaran HAM secara sah
Kewenangan yg
mengandung potensi yg
besar utk disalahgunakan.
Dlm setiap tindakan Polri
harus memegang teguh
azas keabsahan (ada dasar
hukumnya), kebutuhan (hrs
sangat diperlukan), dan
keseimbangan (kekuasaan
atau wewenang yg
digunakan harus seimbang
dgn beratnya pelanggaran
dan tujuan penegakan
hukum yg akan dicapai)
NIlai Moral Anggota
Polri:
Menjunjung tinggi
hukum, kebenaran,
keadilan, kejujuran dan
HAM
Menjaga kerahasaiaan
Mampu mengendalikan
diri
Bertanggung jawab atas
tindakannya dan
tindakan anak buahnya.
Dari aspek pro yustisia kewenangan Polri & tata cara pelaksanaannya bersumber dari hukum bukan dari sumber
kekuasaan dan pelaksanaannya dipertanggungjawabkan pula kepada hukum, kewenangan Proyustisia bersifat
fungsional terlepas dari hierarkhi birokrasi intern Polri maupun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara. Dengan demikian diberi otonomi kewenangan penegakan hukum, bebas dari intervensi atasan maupun
intervensi dari luar Instansi.
40
POLRI POLISI NASIONAL
Penetapan Pemerintah No. 11 s/d 2946
Sejak 1 Juli 1946 Jawatan Kepolisian Negara Keluar dari Departemen Dalam Negeri dan menjadi Jawatan tersendiri
langsung di bawah Presiden, 1 Juli diperingati sebagai hari Bhayangkara.
Kecuali padaperiode RIS sejak 1 Juli 1946 sampai dengan sekarang walaupun sejak 1969 s/d 2000 Polri dibawah
Mabes ABRI dan Dep. Hankam tetapi Polri adalah Polisi Nasional
Nilai-nilai moral yang seharusnya dimiliki Polri antara lain :
Kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
Kecintaan terhadap konstitusi.
Rasa senasib dan sepenanggungan dengan semua anggota Polri di seluruh Indonesia
Kesediaan untuk berkoordinasi
Pemimpin Polri yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang terpilih yang mampu memimpin Polri yang merupakan
kesatuan yang besar dengan bentangan wilayah kepulauan yang luas.
41
POLRI POLISI PEJUANG
Semenjak lahirnya Polri adalah POLISI Pejuang bersama-sama angkatan perang dan rakyat
pejuang. Hal ini tampak pada peranan Polri dalam merebut kekuasaan dari tangan Jepang,
Peranan Polri dalam menghadapi sekutu dan Belanda, peranan Polri dalam menanggulangi agresi
militer I dan II.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Polri adalah satu-satunya Instansi yang memegang senjata.
Dengan menggunakan Polri sebagai modal kekuatan, disana sini Rakyat berhasil merampas
senjata dari Jepang. Polri menyatakan diri sebagai combatan.
Nilai-nilai yang diwariskan :
1. Kecintaan kepada Bangsa dan Negara.
2. Percaya pada kemampuan diri.
3. Tidak kenal menyerah / militansi yang tinggi tapi bukan militerisme.
4. Rela berkorban.
5. Tanpa pamrih.
42
POLRI ADALAH POLISI PEJUANG
Pada periode masa tahun 1945 – 1950 dalam pengabdian Polri terhadap Negara dan Bangsa. Polri adalah Polisi Pejuang tampak
pada peranan Polri dalam merebut kekuasaan di Jepang, peranan Polri dalam menghadapi sekutu dan Belanda, peranan Polri
dalam menanggulangi operasi militer I & II. Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 Polri salah satu Instansi
yang memegang senjata api. Dengan menggunakan Polri sebagai modal kekuatan, disana sini rakyat berhasil merampas senjata
api dari Jepang baik dengan jalan damai maupun dengan jalan kekerasan.
Selanjutnya fakta-fakta menyatakan bahwa Polri ikut serta secara aktif dalam merebut kekuasaan dari Tentara Jepang bahkan
dibeberapa daerah mereka itu merupakan pelopor-pelopor utama yang militan baik didalam tindakan penurunan bendera Jepang
menggantikan dengan Sang Merah Putih maupun dalam mengambil alih kekuasaan dari Tentara Jepang.
Polri bersama-sama dengan TNI dan Badan-badan Perjuangan lainnya dengan persenjataan yang dapat direbut dari Jepang
menyambut kedatangan tentara sekutu yang membawa NICA dengan pertempuran-pertempuran sengit yang terjadi diberbagai
tempat diseluruh Indonesia yang menimbulkan korban pada kedua belah pihak.
Misalnya di Surabaya, untuk menggempur Surabaya tentara Inggris mengerahkan seluruh kekuatannya baik di darat, dilaut maupun
di udara.
Dalam penggempuran tersebut salah satu tempat yang menjadi sasaran musuh adalah Markas Besar Polisi Istimewa Surabaya.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945.
Kesatuan-kesatuan Polisi Istimewa Karesidenan Surabaya beserta anggota-anggota Kepolisian yang bertugas di seksi-seksi Polisi
diseluruh Kota Surabaya bersama-sama dengan pasukan-pasukan perjuangan lainnya melakukan perlawanan yang gigih terhadap
pasukan tentara Sekutu. Tanggal 10 Nopember inilah dijadikan Hari Pahlawan, memang Polisi senantiasa menjadi penjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat walaupun dalam keadaan perang sejarah menunjukan bahwa Polisi kita adalah Polisi yang
dituntut pengabdiannya untuk memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan kita, kedaulatan negara dengan demikian
Polisi kita adalah Polisi yang combatan.
Karena itu pada setiap Polri telah diwariskan untuk dimiliki nilai-nilai kejuangan : nilai-nilai untuk cinta akepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia percaya pada kemampuan sendiri, pantang menyerah, rela berkorban dalam pengabdiannya kepada Nusa dan
Bangsa.
43
POLRI CIVIL : BERUNIFORM DAN BERSENJATA
TUGAS POLRI YG BERAT DGN RESIKO YG TINGGI
POLRI ADALAH SIPIL YG MENGGUNAKAN UNFORM DAN BERSENJATA
TETAPI BUKAN ANGKATAN PERANG / MILITER





POLRI HARUS TUNDUK PADA HUKUM
MAHIR MENGGUNAKAN HUKUM SBG SENJATANYA
DIIKAT OLEH DISIPLIN DGN HIERARKHI YG JELAS DAN KETAT
MENJUNJUNG TINGGI HAM
MEMPUNYAI ETIKA PROFESI
44
SERAGAM POLRI
Mencerminkan Hirarkhi
Kemampuan / keahlian
Keabsahan wewenang dan tanggung jawab
(Ta/Ba Polri tanda pangkatnya dipundak sama dgn Pa menunjukkan
semua anggota Polri mempunyai tanggung jawab sendiri-sendiri)
TANDA
PANGKAT




TANDA
JABATAN
 Tanggung jawab dikaitkan dengan jabatan yang dipangkunya
EMBLEM
INDUK SAT
NAMA
TANDA JASA
Bintang tiga mengartikan Tribrata sbg sumber kode etik profesi Polri
Perisai – Pelindung
Obor – memberi penerangan
Tiang – Pilar negara
Tangkai Padi – kesejahteraan masyarakat
Jumlah tangkai Padi dan Kapas menunjukkan diangkatnya Kepala
Kepolisian Negara tanggal 29 September 1945
 Rastra Sewa Kottama – menunjukkan Brata pertama dari Tribrata /
Polri sbg abdi utama Nusa dan Bangsa.






 Menunjukkan Induk kesatuan dari anggota yang bersangkutan
 Menunjukkan identitas Pribadi dari anggota
 Tanda kehormatan yang diberikan negara atas pengabdiannya pada
Negara dan Bangsa
• DENGAN BERSERAGAM
SETIAP ANGGOTA
DIDORONG
BERPENAMPILAN
KOREK DAN
BERTINGKAH LAKU ETIS
• DGN SERAGAM TANPA
BICARA PENAMPILAN
ANGGOTA PLRI
DITENGAH
MASYARAKAT TELAH
MEMANCARKAN
WIBAWA PETUGAS YG
MEMBERIKAN DAMPAK
PSICHOLOGIS KEPADA
ANGGOTA
MASYARAKAT
SEKITARNYA
• DENGAN SERAGAM
MASYARAKAT CEPAT
MENGETAHUI
KEBERADAAN
ANGGOTA POLRI
• SERAGAM ADALAH
KEBANGGAN BAGI
ANGGOTA
45
PENGGUNAAN SENJATA API
Penggunaan senjata api harus berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada antara lain :
1. Polri hanya boleh menggunakan kekuatan jika sungguh-sungguh diperlukan dan hanya
sebatas yang dituntut untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Pemakaian Senpi dianggap sebagai tindakan ekstrim, tidak boleh digunakan kecuali ketika
tersangka melakukan perlawanan bersenjata atau membahayakan kehidupan orang lain.
3. Dalam pelaksanaan tugas sejauh mungkin dipilih cara yang tidak dapat menyakiti baru dipilih
penggunaan kekerasan dan senjata api apabila cara lain tidak mungkin berhasil dengan baik.
Karena itu bagi pemegang senjata api diberikan perhatian khusus kepada :
1. Isu-isu etika, penegakan hukum dan HAM.
2. Kemungkinan Penggunaan kekerasan dan Senpi termasuk penyelesaian sengketa secara
damai, bagaimana memahami prilaku masa, dan metoda-metoda pembujukan (persuation),
perundingan (negosiation), dan penengahan (mediation).
46
UNTUK ITU SEORANG PETUGAS POLRI HARUS :
1. Lulus tes psikologi.
2. Menguasai ketentuan-ketentuan hukum / peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan senjata
api termasuk pula kumpulan standard, panduan dan instrumen internasional dari PBB antara lain :
a. Pedoman tindak tanduk untuk para penegak hukum (code of conduct for law enforcement
officials).
b. Prinsip-prinsip dasar penggunaan senjata api oleh petugas penegak hukum (basic principals
for the use of force and fire arm by law enforcements officials).
3. Memiliki kemampuan pengendalian diri.
4. Menghormati dan menjunjung tinggi HAM.
5. Dilengkapi oleh Pimpinan kepada anggota yang bertugas berbagai senjata api dan amunisi yang
memungkinkan penggunaan persenjataan / agar tidak mematikan / melukai.
47
BAB IV
SITUASI DAN KONDISI YANG DIHADAPI
POLRI
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
2. MASYARAKAT
3. DEMOKRATISASI, HUKUM dan HAM
ERA REFORMASI : POLRI PROFESIONAL DAN MANDIRI
5. KETERBATASAN POLRI
1.
4.
48
TREND GANGGUAN KAMTIBMAS
1. FKK antara lain :
a. Kemajuan tekhnologi
b. Kemajuan perdagangan
c. Kemajuan travelling
d. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
e. Kesenjangan antara yang punya dan tidak punya
f. Lapangan kerja yang terbatas / pengangguran yang tinggi
2. AF meningkat secara kwalitatif maupun kuantitatif antara
lain :
a. Skala Internasional
- Penyelundupan narkoba
- Terorisme
- Uang palsu
- Money loundring
- Kejahatan dengan menggunakan komputer
- Hak cipta
- Trans national crime
b. Skala Nasional
- Gangguan keamanan
- Kekerasan massal
- Korupsi (tertinggi di dunia)
- Terorisme
- Premanisme
- Kejahatan dengan kekerasan
- Kejahatan perbankan
- Narkotika
- Uang palsu
- Kemaksiatan
- Penyelundupan
- Pelanggaran hak cipta
- Kejahatan ekonomi
3. Pelaku :
a. Melibatkan sindikat Internasional
b. Mulai dari masyarakat awam sd pejabat tinggi negara
dan penguasa
c. Melibatkan oknum TNI/Polri, dan oknum-oknum Instansi
Pemerintah termasuk Instansi Depag, P & K dan aparat
penegak Gakkum
d. Melibatkan Institusi yang Independent yang anggotaanggota dipilih dan diyakini memiliki reputasi yang tidak
diragukan lagi.
4. Keterangan :
a. Apakah indikator ini dapat dianggap bahwa sekarang ini
tidak hanya masih dalam krisis ekonomi saja tetapi juga
mengalami krisis moral ?
b. Bagi anggota Polri :
1) Belum selesai satu masalah sudah timbul masalah lain
yang semuanya menuntut agar diselesaikan secepatnya
sesuai tuntutan masyarakat. Semuanya itu menuntut
anggota Polri pada umumnya harus bekerja keras
melebihi dari ukuran-ukuran yang normal sehingga dapat
mempengaruhi secara negatif terhadap kejiwaan anggota
yang bertugas. Untuk itu anggota Polri dituntut memiliki
semangat tinggi / pantang menyerah,dan senantiasa
berupaya optimal menambah dan mengembangkan
pengetahuan dan ketrampilannya.
2) Ini adalah tantangan sebagai konsekwensi memilih Polri
sebagai medan pengabdiannya dan utamanya tantangan
bagi anggota Polri yang dipercaya sebagai pimpinan
kesatuan dari tingkat yang paling rendah sampai dengan
Kapolri.
49
MASYARAKAT
1. Harapan masyarakat :
a. Polri mampu melaksanakan fungsi, tugas dan kewajibannya dengan baik, yakni menegakkan hukum,
memelihara kamtibmas, melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat sehingga masyarakat
senantiasa merasa aman, tentram dan damai.
b. Tuntutan-tuntutan masyarakat tersebut menuntut agar perlindungan, pelayanan dan pengayoman
masyarakat dengan segera, disini dan sekarang juga sering tanpa memperhatikan kondisi riel yang
ada pada Polri.
2. Kritik masyarakat terhadap Polri
Kritik masyarakat terhadap Polri sering terlalu tajam dan pahit. Dalam hal ini Polri harus berpikir positif
terhadap kritik-kritik masyarakat tersebut :
a. Kritik masyarakat adalah wajar sebagai kontrol masyarakat dalam negara demokrasi.
b. Harus dianggap kepedulian masyarakat untuk memperbaiki Polisinya.
c. Kalau kritik tersebut mengandung kebenaran harus ditindak lanjuti dengan mengadakan pembenahan.
3
Kesadaran hukum masyarakat masih kurang
4. Partisipasi masyarakat
a. Tanggung jawab menegakkan hukum dan kamtibmas adalah tugas bersama (Polri dan masyarakat).
b. Karena itu partisipasi masyarakat mutlak dibutuhkan dalam membina kamtibmas.
c. Karena itu keberhasilan pelaksanaan tugas Polri sangat tergantung dari sejauh mana keberhasilan
Polri dalam membina kemitraan dengan masyarakat (community policing).
5.
Karena tugas Polisi pada hakekatnya adalah tugas untuk melindungi, mengayomi dan melayani
masyarakat maka paradigma Polri harus berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
50
NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA DEMOKRATIS (Psl 1 (2) UUD 1945)
CIRI-CIRI NEGARA DEMOKRATIS
Adanya
pembagian
kekuasaan
pemerintahan
dipilih secara
demokratis
Rule of Law
Memelihara
agar
pelaksanaan
pemilihan aman
dan lancar
Menegakkan
hukum
Penghormatan
HAM
Hakekat tugas
Polri adalah
menegakkan
HAM/melindungi
HAM
Polri yang kuat Mandiri &
Profesional
Polri secara kelembagaan
pisah dengan
Dep.Hankam/Mabes ABRI
berdiri sendiri langsung
dibawah Presiden RI
UU No. 2 / 2002
Anggaran &
Dukungan Polri
meningkat
Kadar Demokrasi Indonesia
Reformasi supermasi hukum
demokratisasi & HAM
DEMOKRASI
INDONESIA ?
Polri adalah Pilar
Demokrasi
Negara
demokrasi liberal
Negara Otoriter Polisi
sebagai alat penguasa
200 negara demokrasi di dunia
51
NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA HUKUM (Psl. 1 (3) UUD 1945)
CIRI-CIRI NEGARA HUKUM
Kekuasaan
dijalankan
sesuai
dengan
hukum
positif
Kegiatan
negara di
bawah
kontrol
kekuasaan
kehakiman
yang efektif
UUD
menjamin
HAM
Pembagian
kekuasaan
DILEMA YANG
DIHADAPI POLRI
Banyak hukum dari
Warisan Kolonial
POLRI
Semua
tindakannya harus
berdasarkan
hukum positif dan
menjunjung tinggi
HAM
Sebagai penegak
hukum Polri
menindak
pelanggaranpelanggaran
hukum yang terjadi
Ada hukum
yang tidak
sesuai dengan
rasa keadilan
masyarakat
Ada UndangUndang yang
belum sinkron
dengan peraturan
perundangundangan yang
lainnya.
 Polri memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam
 Memahami betul situasi dilapangan
 Bijak dalam bertindak tetapi tetap bertanggung jawab
52
HAK AZASI MANUSIA (HAM)
1. HAM adalah salah satu Hak yang melekat secara kodrati pada manusia yang apabila hak itu tidak ada,
tidak akan bisa hidup sebagai manusia.
2. Nilai-nilai HAM kita dapatkan pada :
a. Pembukaan UUD 1945, dengan Pancasilanya.
b. Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
c. Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM.
d. Undang-Undang No. 26 / 2000 tentang Peradilan HAM.
e. Undang-Undang No. 5 / 1998 tentang Pengesahan Konvensi menentang penyiksaan dan perlakuan
atau penghukuman lain yang kejam tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia.
f. Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri.
g. Tribrata yang lahir juga karena pertimbangan HAM.
h. Kode etik Polri.
3. Kenyataan-kenyataan dilapangan tingkah laku anggota Polri masih banyak yang belum sesuai dengan
HAM sehingga menjadi fokus sorotan dari masyarakat.
4. Agar Polri mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan menjadi pilar demokrasi yang kokoh, maka
Polri senantiasa menjunjung tinggi HAM dalam pelaksanaan tugasnya yang tercermin dari perbuatan yang
senantiasa etis menjunjung dan menghormati HAM.
5. Tugas Polri untuk menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas pada hakekatnya adalah tugas untuk
menegakkan HAM itu sendiri.
53
6. Masalah-masalah yang dihadapi Polri dilapangan.
a.
b.
c.
Masyarakat sering menuntut HAM untuk ditegakan tetapi mereka sendiri melakukan tindakantindakan yang melanggar HAM orang lain. Masyarakat banyak yang belum menyadari bahwa
disamping mereka memiliki HAM, mereka juga memiliki kewajiban azasi manusia. Kebebasan azasi
seseorang dibatasi oleh hak azasi orang lain. Dilapangan banyak dijumpai tindakan-tindakan
masyarakat yang menghakimi sendiri dan melawan serta menentang petugas.
Sebagai akibat tuntutan yang tinggi masyarakat terhadap HAM, masyarakat menyoroti setiap tindak
tanduk Polri, sehingga seolah-olah tindakan Polri semua salah, tindakan Polri tidak ada yang benar.
Hal ini menimbulkan dampak ada kecenderungan dari anggota Polri ragu dalam melaksanakan
tugasnya. Dalam hal ini perlu dihayati semua anggota Polri bahwa tidak perlu ragu-ragu bertindak
melaksanakan tugas sepanjang dalam penggunaan kekuasaan atau wewenang Polri senantiasa
memegang azas legality, necesity, proporsionality serta etis.
Dalam Era globalisasi sekarang ini dimana mobilitas orang sekarang ini sangat tinggi maka setiap
orang yang berada di yuridiksi Indonesia tidak hanya warga negara Indonesia tetapi juga warga
negara asing harus tunduk pada hukum Indonesia, karena itu tuntutan untuk menjunjung tinggi HAM
bukan hanya masyarakat Indonesia tetapi juga merupakan tuntutan dunia internasional, karena itu
Polri dalam menegakkan hukum disamping landasan hukum positif yang ada juga memperhatikan
ketentuan-ketentuan internasional dibidang HAM.
54
Era Reformasi : POLRI Profesional dan Mandiri
Ciri-Ciri Pekerjaan Profesional
1. Menurut Buku Hukum Biru Jalan menuju kode jabatan Polisi.
a.
b.
c.
d.
Nama jabatan yang terlindung
Pendidikan kejuruan sendiri
Perkumpulan jabatan sendiri
Mempunyai kode jabatan/ kode etik
2. Ledge dan Exley.
a.
b.
c.
d.
e.
Ketrampilan yang didasarkan atas pengetahuan teoritis
Memperoleh pendidikan yang tinggi dan latihan
Adanya organisasi profesi dan adanya kode etik profesi
Adanya nilai khusus diabadikan pada kemanusiaan
Hidup dari profesinya dan secara terus menerus berusaha meningkatkan keahlian dan ilmunya
sendiri
3. Donald C. Whitlam.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Menggunakan teori ilmu pengetahuan untuk pekerjaan
Keahlian
Pelayanan terbaik bagi pelanggannya
Memiliki otonomi dan cara mengatur perilaku anggota profesi
Adanya organisasi Asosiasi profesi
Memiliki kode etik
Memiliki kebanggaan terhadap profesinya, bertanggung jawab penuh atas monopoli keahlian profesi
55
POLRI ADALAH KELOMPOK PEKERJAAN PROFESIONAL KARENA
MEMENUHI KRITERIA :
1. Polri adalah nama jabatan yang terlindung :
-
Orang hanya dapat mengatakan, bahwa ia adalah bhayangkara Polisi, Bintara Polisi, Perwira Polisi, jika
memiliki ijazah Tamtama, Seba Polri, Secapa atau Akademi Polisi atau Pendidikan Perwira Sumber Sarjana
(PPSS)
2.
Polri memiliki pendidikan kejuruan, adapula pendidikan keahlian seperti PTIK serta
ada juga pendidikan-pendidikan seperti : Selapa, Sespim Polri, Sespati Polri
3.
Ada organisasi Asosiasi Profesi seperti : ISIK
4.
Mempunyai kode etik profesi Polri
Jadi ciri-ciri yang dimiliki Polri telah memiliki ciri-ciri profesional seperti pada buku biru
Agar memenuhi ciri-ciri profesional menurut Ledge Exley serta Donald C Whitlam perlu harus betul-betul dapat
diwujudkan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat yang membutuhkan, ketaatan akan kode etik, meningkatkan
Kebanggan profesi, bertanggung jawab penuh atas keahlian profesi, senantiasa secara terus menerus
meningkatkan Keahlian serta ilmunya, meningkatkan control yang efektif terhadap tingkah laku anggota.
56
POLRI MANDIRI
Kemandirian struktural : telah
tercapai dgn mandirinya Polri
terpisah dari Mabes TNI dan
Dep. Han dan langsung berada
di bawah Presiden
KEMANDIRIAN
Kemandirian moral anggota
Polri (???)
Untuk mandiri sebagai Penyidik
Untuk mandiri dalam mengambil
tindakan Diskresi
Untuk mandiri untuk bersifat
netral
Untuk mandiri berani menolak
perintah atasan yg bertentangan
dgn hukum
Untuk mandiri dalam mengambil
langkah-langkah yg benar dan
adil tanpa pengaruh harta,
kedudukan, jabatan dan wanita
Kemandirian adalah kebanggan
yg harus diiringi dgn tanggung
jawab yg lebih besar dari
kemandirian harus dapat
diwujudkan secara konkrit di
lapangan dlm wujud kinerja Polri
yg lebih baik sehingga
masyarakat lebih merasa
dilindungi, dilayani dan diayomi
oleh Polri. Hari ini lebih baik dari
kemarin dan hari esok lebih
bagus dari hari ini
57
Kemandirian Polri adalah otonomi dalam pelaksanaan tugas profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku wewenang dan tanggung jawabnya tanpa adanya campur tangan
lembaga lain
Polri harus mandiri karena :
1. Indonesia adalah negara hukum yang demokratis yang ciri-cirinya adanya supremasi hukum dan dihormati
serta dijunjung tingginya HAM. Tugas-tugas tersebut pada hakekatnya dipercayakan oleh Negara dan
Bangsa untuk diemban oleh Polri sehingga Polri adalah pilar utama tegaknya negara demokratis
berdasarkan hukum.
2. Penyidikan adalah bagian integral dari Criminal Justice System karena itu harus mandiri sebagaimana
Jaksa dan Hakim agar terdapat keadilan dalam penegakan hukum.
3. Polri mempunyai kewenangan diskresi.
4. Polri harus netral (Pasal 28 ayat 1 UU No. 2 / 2002).
5. Menurut kode etik profesi Polri dinyatakan setiap anggota Polri dibenarkan menolak perintah atasan yang
melanggar norma hukum..
6. Tugas Polri menegakkan hukum dan memelihara Kamtibmas merupakan tugas yang strategis dengan
kewenangan yang luas maka ada kecenderungan untuk adanya pihak-pihak yang ingin mengintervensi Polri
untuk melindungi kepentingannya.
58
KETERBATASAN POLRI
1.
Keterbatasan POLRI dan integrasi Polri dalam ABRI :
a.
b.
c.
Personil
1) Jumlah personil kurang
2) Profesionalisme rendah
Anggota POLRI kecil akibat daripada metode operasi dimana operasi Kamtibmas merupakan sub sistim dari operasi
Kamdagri. Operasi Kamtibmas sejajar dengan Operasi Terr, OPS Pur dan Operasi Intel. Semua bentuk Operasi itu
dibawah Kodal Pangab, sedangkan Operasi Kepolisian hanya merupakan Operasi rutin yang tidak didukung dengan
anggaran.
Saran dan prasarana serta Alut Polri sangat kecil.
2.
Dengan adanya reformasi maka secara struktural Polri telah mandiri lepas dari Dephan / Mabes TNI, berdiri sendiri langsung
di bawah Presiden serta anggaran dukungan untuk Polri sudah jauh meningkat.
3.
Dalam kaitan ini Polri harus dapat menunjukan pengabdian karya nyata yang dirasakan oleh masyarakat semakin meningkat,
kalau masih dirasakan adanya kekurangan harus dijadikan tantangan untuk lebih meningkatkan kinerjanya sehingga
walaupun masih ada keterbatasan Polri mampu mempersembahkan kinerja yang jauh lebih baik daripada sebelumnya.
4.
Dalam kaitan keterbatasan ini harus disadari :
a. Keterbatasan sumber daya senantiasa dihadapi oleh semua organisasi
b. Polri harus tahu persis apa yang dibutuhkan dan berapa yang dibutuhkan
c. Senantiasa memanfaatkan sumber daya yang terbatas adanya secara optimal sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas.
d. Berupaya memperjuangkan kepada atasan perlunya ada prioritas tambahan dukungan yang betul-betul diperlukan dengan
alasan-alasan yang rasional untuk mendukung peningkatan kinerja Polri yang baik.
5.
Untuk itu dituntut Polri yang efisien, efektif, membuat prioritas, hemat.
59
BAB V
TINDAKAN POLRI DAN ASAS-ASAS
PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
TINDAKAN POLRI
BENTUK-BENTUK TINDAKAN POLRI
TINDAKAN YANG BENAR
ASAS-ASAS UMUM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENEGAKKAN HUKUM
RAMBU-RAMBU/UKURAN TENTANG KEABSAHAN
BEBERAPA TINDAKAN POLRI
ASAS-ASAS MORAL POLRI
ASAS-ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA
PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL PEMOLISIAN
DEMOKRATIS
60
Tindakan Polri
Preventif langsung
Bentukbentuk
Tindakan
Preventif
Preventif tdk langsung
Represif non yustisial
Represif
Represif yustisial
Benar secara hukum
Tindakan yg
benar
Benar secara teknis
Benar secara moral
Benar secara sosiologis
Asas legalitas
Asas-asas
umum
pelaksanaan
tugas Polri
Asas kewajiban
Asas Partisipasi
Asas Preventip
Asas Subsidiaritas
Asas Oportunitas
Prinsip-prinsip
dasar
penegakkan
hukum
61
legalitas
nesesitas
proporsionalitas
noodzakelijk
zakelijk
Keabasahan atas kewajiban umum
kepolisian
dolmatig
evenridig
Tindakan lain yg bertanggung jawab
Rambu-rambu /
ukuran
keabsahan
beberapa
tindakan Polri
Diskresi
Vide pasal 5 dan 7 KUHAP
Vide Pasal 18 UU No. 2 / th 2002
Untuk kepentingan umum
Hanya dapat dilakukan dlm keadaan
yg sangat perlu
Memperhatikan peraturan per-UU-an
dan kode etik profesi Polri
Upaya paksa a.l.
Pemanggilan, penangkapan, pemeriksaan,
penggeledahan, penahanan, penyitaan,
penghentian penyidikan
Vide UU No. 8 thn
1981 ttg KUHAP
61
Pedoman Hidup Tribrata
Lambang Polri
Asas-asas dan
Norma moral Polri
Pedoman Karya Catur Prasetya
Pemahaman Baru Tribrata
Pemaknaan Baru Catur Prasetya
Kode etik Profesi Polri
Asas kepastian hukum
Asas tertib penyelenggaraan Negara
Asas-asas umum
penyelenggaraan
negara
Asas Kepentingan Umum
Asas Keterbukaan
Asas Proporsionalitas
Asas Profesionalitas
Asas Akuntabilitas
63
Menurut David Bruce dan
Rachel Neild
Prinsip-prinsip Universal
Perpolisian Demokratis
Menurut Kevin Cordy
Menurut Negara-negara Afrika
64
BAB VI
LANDASAN PELAKSANAAN TUGAS POLRI
1. LANDASAN YURIDIS
a. UNDANG-UNDANG NO. 2 / 2002
b. UNDANG-UNDANG NO. 8 / 1981
c. UNDANG-UNDANG NO. 39 / 1999
2. LANDASAN KEBIJAKAN
65
LANDASAN YURIDIS
a.
Undang-undang yang menjadi landasan Yuridis dalam pelaksanaan tugas Polri yang syarat dengan nilai-nilai
moral yang harus dipedomani Polri :
1) Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
2) Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana
3) Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM
4) Berbagai Undang-Undang lainnya.
b.
Undang-Undang No. 2 / 2002 tentang Polri
1) Kemandirian dalam pelaksanaan tugas proyustitial
2) Lebih mengedepankan fungsi pelayanan dan perlindungan yang merupakan orientasi dari Polisi negaranegara modern
3) Polisi tunduk pada peradilan umum
4) Ingin diwujudkan Polisi yang berwajah sipil, mandiri, profesional dan modern, bersih dan taat pada azas
hukum. Ada Lembaga Komisi Nasional yang independent.
5) Azas-azas pelaksanaan tugas Polri
6) Persyaratan untuk diangkat menjadi anggota Polri
7) Sumpah yang diucapkan oleh anggota Polri untuk menjadi anggota Polri
8) Bersifat netral
9) Memberikan landasan hukum adanya kode etik profesi Polri
10) Bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan serta
menjunjungi tinggi HAM
Etika Profesi Polri dan UU No. 2 / 2002
Kewajiban
wewenang
Tugas
Wewenang
umum psl.
15(1)
Tugas Pokok
Psl 13
Tugas-tugas
Psl 14
Wewenang
sesuai peraturan per-UUan lain nya psl
15(2)
Wewng dlm
bid. proses
pidana psl
16(1)
Wewenang
diskusi psl
18(1) memperhatikan
peraturan perUU-an & kode
etik
Kehndak baik
utk melaksanakan apa yg
menjadi
kewajiban
Menggunakan
kewenangan
sesuai peraturan per-UUan
Nilai/norma & landasan
pelaksanaan tugas
Pasal 19(1) Bertindak
berdasarkan hukum dan
mengindahkan norma
agama, kesopanan,
kesusilaan serta menjunjung
tinggi HAM
Pasal 19(2) mengutamakan
pencegahan
Pasal 23 Lafal sumpah
Pasal 34(1) Kode Etik Profesi
Taat hukum,utamakan
pencegahan, perhatikan normanorma lain, junjung tinggi HAM,
pegang teguh sumpah
Pembinaan Profesi
Profesionalisme Polri
Psl 32(1)
Pembinaa
n Etika
Polri
Pembinaan
Profesi/
Kemamp
uan
Profesi
Psl 31
66
Tanggung
jawab
Psl 8(2)
Presiden
Psl 43 angka
2
Pidana
Psl 27(1)
disiplin
Psl 32(1)
Pengembangan
pengetahuan dan
pengalama
n di bidang
teknis
kepolisi-an
Pembinaan Profesi meliputi
pembinaan Etika Profesi dan
pengembangan pengetahuan
dan pengalaman dibidang
teknis kepolisian
Tujuan
Psl 4
Tujuan
Polri
Psl 35(1)
sidang
komisi kode
etik
Psl 10(1)
2(2)
tanggung
jawab secara
hirarki
Pertanggungj
awaban
pelaksanaan
tugas/
kewajiban
Tolak ukur
kebrhsilan
pelksnaan
tugas/kewaj
iban
67
c. Undang-Undang No. 8 / 1981 tentang Hukum Acara Pidana
1) Azas praduga tak bersalah
2) Persamaan dimuka hukum
3) Hak pemberian bantuan hukum
4) Peradilan yang cepat, sederhana dan biaya ringan
5) Upaya paksa harus dengan perintah tertulis
6) Kesalahan, kekeliruan upaya paksa dapat diajukan ganti rugi, pra peradilan, atau tuntutan pidana.
d. Undang-Undang No. 39 / 1999 tentang HAM
68
LANDASAN KEBIJAKAN
a.
Landasan kebijakan :
1) Cita-cita nasional yang termuat dalam UUD 1945.
2) Indonesia negara demokratis yang berdasarkan hukum ( pasal 1 (1) dan pasal 1 (3) UUD 1945).
b.
Fungsi dan tugas Polri :
1) Dikaitkan dengan cita-cita nasional maka fungsi dan tugas Polri berkaitan dengan melindungi
segenap bangsa Indonesia dan membantu melaksanakan ketertiban dunia.
2) Polri adalah pilar utama dari negara Indonesia merupakan negara demokratis yang berdasarkan
hukum.
3) Semuanya menuntut terwujudnya Polri yang kuat, mandiri dan profesional.
c.
Kebijakan yang menyangkut Polri, karena itu semua kebijakan yang menyangkut Polri diarahkan untuk
membangun Polri yang kuat, mandiri dan profesional agar dapat mengawal pelaksanaan demokrasi dan
pencapaian cita-cita nasional.
69
d.
Institusi-institusi yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang menyangkut tugas Polri adalah :
1) DPR :
a) Membuat Undang-Undang
b) Menetapkan Anggaran
c) Persetujuan Kapolri yang akan diangkat oleh Presiden
2) Pemerintah / Presiden :
a) Kebijakan yang menyangkut Polri
b) Peraturan Pemerintah yang menyangkut pelaksanaan tugas Polri.
c) Mengangkat Kapolri setelah mendapat persetujuan DPR.
3) Komisi Kepolisian Nasional :
a) Menyarankan kebijakan yang menyangkut Polri kepada Presiden.
b) Mengajukan saran calon Kapolri kepada Presiden.
4) Kapolri
a) Kebijakan teknis Polri.
b) Hubungan kerja dengan Badan, Lembaga serta instansi didalam dan luar negeri.
5) Kepala-kepala Kesatuan Polri :
a) Menentukan kebijakan Kepala Kesatuan yang dianalisa berdasarkan SWOT dan kebijakan
atasan serta kebijakan instansi-instansi samping.
b) Melakukan pengawasan dan pengendalian pembinaan etika profesi Polri yang merupakan
fungsi Komando.
70
BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
KEBEBASAN
2. KEWAJIBAN
3. HATI NURANI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
4. TANGGUNG JAWAB
1.
71
KEBEBASAN
1.
Kebebasan Struktural
Dengan terpisahnya Polri dengan Dep. Hankam dan Mabes ABRI menjadi institusi yang berdiri sendiri
yang langsung dibawah Presiden.
2.
Kebebasan Individual
a. Kebebasan yuridis :
Kewenangan yang diberikan Undang-Undang dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang.
b. Kebebasan fisik
c. Kebebasan psikologis
d. Kebebasan moral
e. Kebebasan eksistensial
Dalam pelaksanaan tugas Polri senantiasa dihadapkan pada ancamanancaman phisik, psikis dan ancaman moral, dihadapkan dengan
godaan-godaan harta, jabatan, dalam bentuk penyanderaan, teror,
godaan-godaan dan janji-janji.
Untuk itu anggota Polri dituntut memiliki ketangguhan moral, dalam
mengatasi segala bentuk ancaman dan godaan terhadap kebebasan
anggota Polri.
Merupakan kebebasan tertinggi, kebebasan untuk tetap menjadi dirinya sendiri, dengan teguh memegang
pendiriannya, karena hanya terikat pada kebenaran, kejujuran, keadilan tanpa terpengaruh dan atau mau
dipengaruhi oleh intervensi dari manapun juga. Dia sungguh-sungguh berpikir bebas dan mandiri, ia
berbuat baik bukan pengaruh orang lain tetapi keluar dari kesadarannya sendiri karena kewajibannyalah
yang menuntut dia berbuat seperti itu.
72
KEWAJIBAN
1.
Tugas yang diberikan Undang-Undang kepada Polri menjadi kewajibannya untuk diselesaikan secara baik.
Tugas kewajiban yang berat dan beresiko tinggi tersebut maka perlu digaris bawahi pula bahwa anggota
Polri mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri yaitu kewajiban untuk mempertahankan diri.
KEWAJIBAN POLRI
- Thdp. Masy = tugas Polri
- Thdp dirinya sendiri :
mempertahankan diri.
HAK POLRI
- Berdasarkan azas plichmatigheid maka
kewajiban itu dijadikan dasar untuk
melakukan tindakan-tindakan misalnya
Diskresi Kepolisian
- Hak untuk melakukan upaya paksa agar
hukum tetap tegak dan terwujudnya
ketertiban dan keamanan
HAK MASYARAKAT
- Untuk memperoleh perlindungan,
pelayanan dan pengayoman dari Polri
sehingga merasa aman dan tentram.
KEWAJIBAN MASYARAKAT
- Mentaati semua peraturan-peraturan hukum
termasuk mentaati hukum upaya paksa oleh
Polri, sepanjang dilakukan sesuai ketentuan
hukum
73
HATI NURANI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.
HATI NURANI IALAH : PENGHAYATAN TENTANG BAIK ATAU BURUK BERHUBUNGAN DENGAN
TINGKAH LAKU KONKRIT KITA.
2.
HATI NURANI MEMERINTAHKAN ATAU MELARANG KITA UNTUK MELAKUKAN SESUATU KINI DAN
DISINI.
3.
HATI NURANI MERUPAKAN INSTANSI YANG MENILAI DARI SEGI MORAL PERBUATANPERBUATAN YANG KITA LAKUKAN.
4.
YANG MUTLAK DARI HATI NURANI ADALAH TUNTUTAN UNTUK TIDAK PERNAH MEYELEWENG
DARI APA YANG KITA SADARI SEBAGAI KEWAJIBAN KITA.
5.
HATI NURANI MENUNTUT TUNTUTAN MUTLAK UNTUK SELALU BERTINDAK BAIK,JUJUR,BENAR
DAN ADIL.
6.
TIDAK MENGIKUTI HATI NURANI BERARTI MENGHANCURKAN INTEGRITAS PRIBADI KITA DAN
MENGHIANATI MARTABAT TERDALAM KITA.
74
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Bagi anggota Polri di lapangan
yang dihadapkan pada masalahmasalah yg timbul secara tiba-tiba
dan harus diputus saat itu juga,
maka hampir tidak ada waktu
untuk Pulta dan analisa data. Dia
harus bertindak berdasarkan
penilaiannya sendiri memutuskan
tindakan yang cepat dan tepat
Kesalahan pengambilan
keputusan dilapangan walaupun
pertama-tama kelihatannya kecil
tetapi dapat berdampak luas dan
fatal
1. PUTA
Berbagai masukan, referensi,
saran-saran/ pendapat orang lain
2. ANALISA
- Alt. 1
- Alt. ……
- Alt. N.
Pada umumnya sejak awal hati
nurani telah mempunyai
kecenderungan pemecahan
masalah semua masukanmasukan diolah oleh hati nurani
sehingga dia mendapatkan
pemecahan permasalahan yang
disadari sebagai kewajiban
yang diambil
3. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sesuai apa yang disadari oleh hati nurani sebagai kewajiban yang harus
diambil.
Kewajiban untuk selalu bertindak sesuai hati nurani, tentu tidak menjadi
jaminan bahwa keputusan itu pasti benar.
Pada kenyataannya keputusan yang diambil bisa saja secara obyektif tidak
benar, yang mungkin karena informasi/masukan yang tidak lengkap atau
karena kita sebagai manusia biasa yang tidak ada yang sempurna
Anggota Polri terutama dilapangan
mutlak dituntut untuk memiliki
keberanian dan kemantapan
moral, dia tidak boleh ragu-ragu,
dia harus tegas dan bertanggung
jawab atas segala tindakannya
Tetapi keputusan yang salah itu tidak berarti keputusan tersebut secara
moral salah juga
Keputusan yang diambil secara hati nurani itu merupakan identitas
kemandirian moral kita
75
TANGGUNG JAWAB
1.
2.
3.
4.
Tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari kewajiban dan kebebasan yang dimiliki Polri.
Tanggung jawab tidak dapat dilimpahkan.
Yang dipertanggung jawabkan adalah semua perbuatan dengan segala akibatnya termasuk pula tidak
berbuat yang sebenarnya menjadi kewajibannya dengan segala akibatnya.
Tanggung jawab :
a. Tanggung jawab individu :
1) Tanggung jawab hukum :
a) Hukum disiplin
b) Tuntutan pra peradilan
c) Tuntutan perdata / ganti rugi
d) Tuntutan PTUN
e) Tuntutan pidana
2) Tanggung jawab moral
a) Sidang kode etik
b) Penyesalan
b. Tanggung jawab kolektif
Menyangkut nilai-nilai / norma-norma moral, maka tanggung jawab pada hakekatnya adalah
tanggung jawab individu, tetapi kalau ada korban adalah baik kalau Komando membantu menolong,
meringankan beban korban walaupun anggota yang berbuat belum tentu salah.
Secara moral adalah baik, kalau Komando berbuat demikian, lebih-lebih karena Polri adalah
pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat.
76
5.
Walaupun secara moral yang bertanggung jawab adalah masing-masing individu atas tingkah laku
yang diperbuat akan tetapi kalau kita mau jujur perlu pula dikaji apakah perbuatan / tingkah laku
individu itu tidak ada korelasinya dengan suatu kebijakan yang tidak tepat? Karena itu kalau ada kasuskasus besar yang terjadi walaupun berpangkal kepada kesalahan tingkah laku dilapangan perlu
masing-masing mengkaji secara moral pejabat-pejabat yang mengeluarkan kebijakan terkait dengan
kasus tersebut, mulai dari DPR, Presiden, Komisi Kepolisian Nasional, Kapolri, dan Kepala-kepala
Kesatuan Polri.
Kalau memang ada kesalahan dalam kebijakan maka kepada masing-masing pejabat yang terkait
secara moral juga dituntut untuk bertanggung jawab dan kalau memang ada kekeliruan yang harus
dipertanggung jawabkan secara hukum maka pejabat-pejabat yang terkait tersebut juga dituntut berani
mempertanggung jawabkan kebijakannya secara hukum.
Tanggung jawab adalah identitas dari orang yang memiliki kepribadian dengan moral yang
tertinggi dan terhormat.
77
BAB VIII
ETIKA DAN KODE ETIK PROFESI POLRI
1.
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN
2.
KRONOLOGIS LAHIRNYA TRIBRATA SAMPAI DENGAN LAHIRNYA KODE
ETIK PROFESI POLRI
3.
SUMBER KODE ETIK POLRI
A. TRIBRATA
B. CATUR PRASETYA 45
4.
TRIBRATA
5.
CATUR PRASETYA
6.
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN TRIBRATA
7.
HUBUNGAN TRIBRATA DENGAN CATUR PRASETYA
8.
LAMBANG POLRI
9.
PEMAKNAAN BARU TRIBRATA
10. PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA
11. KODE ETIK PROFESI POLRI
12. INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
13. INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
78
PENYIMPANGAN
ETIKA
HATI NURANI
SALAH/
BURUK
PENYIM
PANGAN
BENAR/
BAIK
PERBUATAN
ETIS
MASALAH
TIDAK HANYA
PEMIKIRAN
TETAPI JUGA
RASA
TOLOK UKUR
PENYIMPANGAN
SECARA UMUM
PENYIMPANGAN2 /
PELANGGARAN
TERHADAP
HUKUM
DISIPLIN
KODE ETIK
PEDOMAN
PERILAKU
ANGGOTA
POLRI
79
RINGAN
- WAKTU PEMERIKSAAN TIDAK TEPAT WAKTU/ TIDAK SESUAI DGN
SURAT PANGGILAN (BERBAHAYA KALAU ADA KECENDERUNGAN
DIANGGAP BIASA/ BUKAN MERUPAKAN PENYIMPANGAN
- .…………………
- .…………………
JENIS
PENYIMP
ANGAN
- TIDAK JUJUR, MELAKUKAN KEKERASAN DISKRIMINATIF
- MENERIMA HADIAH, PENAHANAN TIDAK SAH
- MENGGELAPKAN BARANG BUKTI
- .…………………
- .…………………
BERAT
- PELANGGARAN HAM BERAT
UNTUK LEBIH MENDALAMI PENYIMPANGAN DAPAT DIBACA ANTARA LAIN :
1.
HASIL TEMUAN PENELITIAN “MENYANGKUT PERILAKU KORUPSI POLISI”; PENELITIAN
DILAKUKAN OLEH 147 MAHASISWA PTIK ANGKATAN 39 A DI 19 POLDA
2.
HASIL PENELITIAN PTIK TAHUN 2002 TENTANG KINERJA POLRI PASCA POLRI MANDIRI
3.
POLICE DEVIANCE (PENYIMPANGAN POLISI) OLEH THOMAS BARKER & DAVID L. CARTER
80
AKIBAT PENYIMPANGAN
1.
TERUTAMA PELANGGARAN HAM DAPAT MEMICU KERUSUHAN YANG BISA
BERKEMBANG DARI LOKAL MENJADI KERUSUHAN YANG BERSIFAT NASIONAL
2.
TIDAK HANYA MENODAI NAMA BAIK POLRI TETAPI JUGA DAPAT
MENGHANCURKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT
3.
DAPAT MERUSAK HUBUNGAN MASYARAKAT & POLRI, DAPAT MERUSAK C.J.S
4.
KEEFEKTIFAN PENEGAKAN HUKUM BISA RUSAK
81
KRONOLOGIS LAHIRNYA TRI BRATA S/D LAHIRNYA KODE ETIK
PROFESI POLRI
1.
TRIBRATA
a. DIGALI SEJAK TH. 1952 OLEH SEKELOMPOK GURU BESAR PTIK
b. THN 1953, TRIBRATA PADA AWALNYA ADALAH PENGIKAT DISIPLIN UNIVERSITER PADA PTIK
c. PADA 3 MEI 1954 DIIKRARKAN OLEH DRS. SOEPARNO SOERIAATMADJA PADA WISUDA
MAHASISWA PTIK ANGK. II ABIMANYU
d. PADA THN 1954 DIUSULKAN TRI BRATA TIDAK HANYA BERLAKU DI PTIK SAJA
e. TGL 1 JULI 1955 TRI BRATA DIIKRARKAN MENJADI PEDOMAN HIDUP POLRI, DIMANA PADA SAAT
ITU JUGA PRESIDEN SOEKARNO MENYERAHKAN PANJI-PANJI POLRI
f. TRI BRATA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP PERLU DITEGAKKAN PULA SECARA TERHORMAT MAKA
DIBENTUKLAH DEWAN KEHORMATAN DI BAWAH PIMPINAN KOMBES POL SOEBARKAH
2.
PEDOMAN LANJUTAN TRI BRATA
PADA RAPAT KEPALA POLISI KOMISARIAT SELURUH INDONESIA DI BANDUNG, 5 S/D 7 MEI 1958,
DISYAHKAN RUMUSAN TENTANG PEDOMAN LANJUTAN TRI BRATA (15 BUTIR)
3
CATUR PRASETYA ADALAH 4 SIFAT GAJAH MADA YANG BERASAL DARI TULISAN MPU
PRAPANCA YG MELUKISKAN KEBESARAN GAJAH MADA SEBAGAI MAHAPATIH KERAJAAN
MAJAPAHIT DALAM BUKUNYA NEGARA KERTAGAMA PADA TAHUN 1 365. PADA 1 JULI 1960
DALAM RANGKA KONFERENSI PARA KEPALA POLISI DI YOGYA SECARA RESMI CATUR
PRASETYA DIJADIKAN PEDOMAN KARYA AKRI
4
SURAT KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL: SKEP/213/VII/1985 TANGGAL 1 JULI 1985 TENTANG
KODE ETIK KEPOLISIAN POLRI.
82
5.
KEPUTUSAN KAPOLRI NO.POL.: KEP/05/III/2001 TANGGAL 7 MARET 2001 TENTANG KODE
ETIK PROFESI POLRI DAN KEPUTUSAN KAPOLRI NO.POL. : KEP/04/III/2001 TANGGAL 7
MARET 2001 TENTANG BUKU PETUNJUK ADMINISTRASI UMUM KODE ETIK PROFESI POLRI.
KEPUTUSAN KAPOLRI INI SEBAGAI REALISASI PASAL 23 UU NO. 28 TAHUN 1997 DAN TAP
MPR NO. VI/MPR/2000 TENTANG PEMISAHAN TNI DAN POLRI.
6
KEPUTUSAN KAPOLRI NO.POL : KEP/17/VI/2002 TANGGAL 24 JUNI 2002 TENTANG
PEMAKNAAN BARU TRI BRATA.
7
KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/32/VII/2003 TANGGAL 1 JULI 2003 TENTANG KODE ETIK
PROFESI POLRI DAN KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/33/VII/2003 TANGGAL 1 JULI 2003
TENTANG TATA CARA SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI.
8.
KEPUTUSAN KAPOLRI NO. POL : KEP/39/IX/2004 TANGGAL 9 SEPTEMBER 2004 TENTANG
PENGESAHAN PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA.
9.
PERATURAN KAPOLRI NO. POL : 7 TAHUN 2006 TANGGAL 1 JULI 2006 TENTANG KODE ETIK
PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN PERATURAN KAPOLRI NO. POL :
8 TAHUN 2006 TANGGAL 1 JULI 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE
ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA.
83
SUMBER KODE ETIK PROFESI POLRI
PASAL 34 AYAT (1) UU NO. 2/2002
PENJELASAN PASAL 34 AYAT (1)
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS ANGGOTA POLRI HARUS MENCERMINKAN KEPRIBADIAN
BHAYANGKARA NEGARA SEUTUHNYA YAITU : PEJUANG, PENGAWAL DAN PENGAYOM NEGARA
REPUBLIK INDONESIA, HARUS MENGHAYATI & DIJIWAI OLEH ETIKA PROFESI POLRI YANG
TERCERMIN DALAM SIKAP DAN PERILAKUNYA
DIRUMUSKAN DALAM KODE ETIK PROFESI POLRI YANG MERUPAKAN KRISTALISASI NILAI-NILAI
YANG TERKANDUNG DALAM
TRIBRATA
CATUR PRASETYA
DILANDASI DAN DIJIWAI
OLEH PANCASILA
TRI BRATA
(3 JALAN MENUJU POLRI YANG IDEAL)
RUMUSAN TRI BRATA
BAHASA BELANDA
1. De Politie is de
eerste dienar van
landen volk.
2. De Politie is de
eerste burger van
den staat.
3. De Politie is het
self discipline
organ van het
volk De Politieis
het geueten van
het volk.
BAHASA SANSEKERTA
DAN INDONESIA
1. Polisi itu Rastra
Sewakottama. Polisi itu
abdi utama daripada nusa
dan bangsa.
2. Polisi itu Nagara
Yanottama. Polisi itu
warga negara utama dari
pada negara.
3. Polisi itu Yana Anucasana
Dharma. Polisi itu wajib
menjaga ketertiban pribadi
dari pada rakyat.
PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
Kami Polisi Indonesia
• Berbakti kepada Nusa dan Bangsa dengan
penuh ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
• Menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan
kemanusiaan dalam menegakkan hukum
negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
• Senantiasa melindungi, mengayomi &
melayani masyarakat dengan keihlasan
untuk mewujudkan keamanan dan
ketertiban.
DIUBAH
Polisi adalah
• Rastra Sewakottama, abdi utama dari pada nusa dan bangsa.
• Nagara Yanottama, warga negara teladan dari pada negara.
• Yana Anucasana Dharma wajib menjaga ketertiban pribadi dari pada rakyat.
84
85
TRI BRATA ADALAH KAUL/IKRAR YANG MERUPAKAN SUATU PERNYATAAN YANG LUHUR DARI
JIWA SENDIRI KARENA TIDAK DAPAT MENYATAKAN LAIN DARI ITU. KAUL BUKAN SUMPAH
KARENA SUMPAH MENGANDUNG UNSUR PAKSAAN DARI LUAR.
DIPERGUNAKAN BAHASA SANSEKERTA KARENA :
SESUAI DENGAN SUASANA TRADISIONAL YANG HARUS DICIPTAKAN DALAM LINGKUNGAN SUATU
PERGURUAN TINGGI. SEBAGAI LEMBAGA BERSEJARAH DIANGGAP LEBIH DAPAT MENYINARKAN
PAMOR, SEBAGAIMANA DIHARAPKAN SUATU PERUMUSAN PEDOMAN HIDUP YANG AKAN
DIJUNJUNG TINGGI.
MENURUT MAYJEN POL. SOEPARNO SOERIA ATMADJA LATAR BELAKANG TRI BRATA USAHA
MENCARI PEDOMAN BAGI POLRI DALAM :
1.
2.
MENGHADAPI PERUBAHAN MASYARAKAT INDONESIA DARI JAMAN PENJAJAHAN MENJADI
NEGARA MERDEKA YANG MERUPAKAN NEGARA HUKUM YANG BERSIFAT MATERIAL
(NEGARA HUKUM DALAM ARTI SOCIAL SERVICE STATE).
PERUBAHAN JAMAN MODERN YANG MENUNJUKKAN ADANYA PERUBAHAN DARI
MASYARAKAT LAISER FAIRE KEPADA MASYARAKAT BERENCANA YANG DEMOKRATIS.
86
HUBUNGAN TRI BRATA DENGAN NEGARA HUKUM MATERIAL
CORAK POKOK NEGARA HUKUM MATERIAL
ADANYA HAM & KEWAJIBAN
ASASI ANTARA LAIN
HAK UNTUK MENDAPAT
PERLINDUNGAN DARI NEGARA
DAN MENDAPAT LINGKUNGAN
KEBEBASAN PERORANGAN
TERTENTU
HAK-HAK POLITIK
HAK-HAK EKONOMI
HAK-HAK SOSIAL
HAK-HAK KEBUDAYAAN
POLRI MELAKSANAKAN BINKAM
DAN GAKKUM DENGAN TITIK
BERAT
PREVENTIF
PADA
HAKEKATNYA
UNTUK
MELINDUNGI HAM
BRATA III
ADANYA JAMINAN
TERSELENGGARANYA HAKHAK ASASI TSB
PEMBAGIAN KEKUASAAN
DALAM PEMERINTAHAN
PEMERINTAHAN
BERDASARKAN UNDANGUNDANG
PERUBAHAN BUDAYA
PEMERINTAH MENYAJIKAN JASAJASA BAGI KEPENTINGAN
MASYARAKAT DI MANA PEJABATPEJABAT NEGARA
BERKEDUDUKAN SEBAGAI ABDI
DARI PADA KEPENTINGAN
MASYARAKAT
ADANYA PERADILAN
ADMINISTRASI
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS
POLRI HARUS BERDASARKAN
HUKUM/UU & HARUS TUNDUK
DAN TAAT SERTA PATUH PADA
HUKUM
BRATA II
TRI BRATA
POLRI
SEBAGAI
APARATUR
NEGARA ADALAH ABDI NEGARA
& BANGSA WAJIB MENYAJIKAN
JASA-JASA,
MELINDUNGI,
MENGAYOMI
&
MELAYANI
KEPENTINGAN MASYARAKAT
BRATA I
87
PERKEMBANGAN FUNGSI KEPOLISIAN SEJALAN DENGAN
PERKEMBANGAN TYPE NEGARA
Type Negara
Fungsi Kepolisian
I. Politiestaat : Negara kekuasaan
Polisi merupakan machts aparat atau alat
kekuasaan untuk menindas rakyat.
II.
Librale Rechstaat : Pemerintah tidak turut
campur tangan dalam kehidupan rakyat
sehari-hari. Pemerintah hanya memberikan
pertolongan, jika terdapat ancaman bahaya
bagi rakyat. Dengan penuh kebebasan yang
tidak diganggu oleh turut campur tangan pihak
pemerintah, rakyat akan memperkembangkan
sendiri kesejahteraannya sampai kepada taraf
setinggi-tingginya. Type negara ini mendapat
julukan negara jaga malam atau
nachswaachter staat
Polisi bertindak hanya kalau ada permintaan dari
rakyat karena terdapat bahaya atau ancaman
bahaya.
Polisi hanya sebagai penjaga malam
88
III. Negara Hukum yang bersifat formil.
Rakyat menghendaki lagi adanya turut campur
tangan pemerintah akan pengaturan
kehidupan sehari-harI. Hanya campur tangan
pemerintah harus diletakkan dahulu dalam
undang-undang yang dibuat oleh para wakil
dari rakyat. Diluar undang-undang pemerintah
tidak diperbolehkan mengulurkan tangan
membantu kehidupan sehari-hari daripada
rakyat karena turut campur tanpa undangundang dikhawatirkan akan kembalinya
kesewenang-wenangan, siapa yang
melanggar undang-undang, ia dihadapkan
dimuka pengadilan, dimana hakim
memberikan hukuman yang setimpal dengan
kesalahan yang dibuat para terdakwa. Dalam
negara hukum yang bersifat formil ini UU dan
hakim menjadi soko gurunya.
Tugas polisi lebih ditujukan kepada kegiatan untuk
membantu hakim dan jaksa, yang menjadi
penuntut umum dalam tiap sidang pengadilan.
Jadi yang dipentingkan adalah untuk menyidik
para pelanggar UU dan mengajukannya
dihadapan jaksa dan sidang pengadilan atau tugas
yustisillah yang diutamakan oleh Polisi.
89
IV. Materiil Rechtstaat atau social ethics atau
welvaart staat.
Untuk mengurus dan mencukupi kebutuhan
rakyat yang luas dan mendadak. Pihak
eksekutif tidak dapat lagi menunggu keluarnya
UU yang mengijinkannya untuk turut serta
mengatur pemenuhan kebutuhan dikalangan
masyarakat itu, sebab bila pengaturan
terlambat maka akibatnya akan buruk sekali.
Karena itu pihak legislatif terpaksa
menyerahkan banyak diantara wewenang
untuk mengatur kepada pihak eksekufit
sehingga kedudukan eksekutif menonjol
kemuka. Negara adalah publich dienst yang
harus menyediakan servis yang sebesarbesarnya dan dengan waktu yang secepatcepatnya kepada masyarakat.
Tugas polisi ditujukan kepada pelayanan kepada
masyarakat yang setingi-tingginya. Apabila dalam
tipe negara hukum yang bersifat formil, tindakan
represif terhadap kejahatan sudah dianggap
memadai, maka dalam negara hukum yang
bersifat materiil tugas represif saja tidak
mencukupi, namun yang lebih penting adalahtudas-tugas preventif. Tugas polisi harus
mengabdikan diri sebesar-besarnya kepada
kepentingan rakyat / masyarakat.
90
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP LAHIRNYA TRI
BRATA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP POLRI
1.
DIBENTUKNYA PANITIA UU KEPOLISIAN NEGARA YANG MEMBUTUHKAN SUATU NOTA TENTANG
PERKEMBANGAN TENTANG FUNGSI POLISI, UNTUK MENGETAHUI BAGAIMANA TENTANG
KEDUDUKAN POLISI DALAM NEGARA YANG STAATS TYPENYA SEBAGAIMANA YANG
DILETAKKAN DALAM PASAL 1 AYAT 1 UUDS TAHUN 1950 ADALAH DEMOKRATISCHE
RECHTSTAAT (NEGARA DEMOKRATIS YANG BERDASARKAN HUKUM).
2.
RAPAT DEWAN GURU BESAR PTIK TAHUN 1953 YANG AKAN MEWISUDA MAHASISWA PTIK
ANGKATAN II YANG MEMBUTUHKAN KAUL UNTUK DIUCAPKAN.
3.
PERMINTAAN DARI KEPALA POLISI PROPINSI PADA KONFERENSI DI AULA PTIK MEMINTA
KEPADA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA AGAR SUPAYA TRI BRATA ITU TIDAK HANYA DIPAKAI
SEBAGAI IKRAR DAN PEDOMAN HIDUP DARI KELUARGA PTIK SAJA TETAPI SUPAYA TRI BRATA
DIPAKAI PULA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP DARI JAWATAN KEPOLISIAN NEGARA.
4.
DIIKRARKAN TRI BRATA PADA 1 JULI 1955 SEBAGAI PEDOMAN HIDUP KEPOLISIAN NEGARA
91
ALASAN LAHIRNYA TRI BRATA
1.
2.
3.
POLRI BELUM PUNYA PEDOMAN HIDUP SEBAGAIMANA TNI TELAH PUNYA SAPTA MARGA.
MASYARAKAT DALAM KEADAAN KRISIS
BELUM ADANYA INSTRUKSI BAGAIMANA POLISI HARUS BERTINDAK, MASIH HARUS
BERSANDARKAN PEDOMAN PENINGGALAN JAMAN HINDIA BELANDA & JAMAN JEPANG,
SEHINGGA PERLU ADANYA PEDOMAN HIDUP.
TRI BRATA MERUPAKAN PEDOMAN HIDUP KEPOLISIAN
1.
TRI BRATA MENGANDUNG AZAS-AZAS YANG BERGUNA SEBAGAI BATU UJIAN DALAM
MEMPERKEMBANGKAN NORMA-NORMA, TETAPI TIDAK DAPAT DITERAPKAN KEPADA
PERBUATAN DALAM KENYATAAN PRAKTEK YANG KONKRIT KARENA SIFATNYA TERLALU UMUM.
2.
TRI BRATA ITU TIDAK MEMBERIKAN SUATU NORMA TETAPI DISERAHKAN KEPADA ANGGOTA
KEPOLISIAN NEGARA, UNTUK MENJELMAKAN SENDIRI. KALAU KITA BERHADAPAN DENGAN
SUATU MASALAH BAGAIMANA TINDAKAN KITA, KALAU KITA MEMAHAMI SEBAGAI PEDOMAN,
SEBAGAI CITA-CITA IALAH TRI BRATA MAKA CITA MENJADI BEGINSEL DAN BEGINSEL MENJADI
GENERALE NORMA DAN GENERALE NORMA MENJADI CASUS ATAU CONCRETENORM. INI
DISERAHKAN KEPADA ANGGOTA KEPOLISIAN.
3.
TRI BRATA MENGANDUNG AZAS-AZAS YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN LUAS DENGAN SELURUH
KEHIDUPAN KEPOLISIAN SEHARI-HARI.
TRI BRATA SEBAGAI
LOGOS, MITHOS DAN ETHOS
1. SEBAGAI LOGOS
TRI BRATA ADALAH HASIL KESIMPULAN PENYELIDIKAN ILMIAH DENGAN MENGGUNAKAN
METHODE ILMIAH (METHODE FUNCTIONAL) DARI PERKEMBANGAN FUNGSI POLISI, SEJALAN
DENGAN PERKEMBANGAN TYPE NEGARA SAMPAI MENCAPAI TYPE NEGARA HUKUM MATERIAL
ATAU RECHTSTAAT DALAM ARTI SOSIAL ETIS. JADI TRI BRATA BUKAN SEBAGAI HASIL RENUNGAN
TETAPI SEBAGAI HASIL PENYELIDIKAN ILMIAH, MENGGUNAKAN METHODE ILMIAH, DIPEROLEH
DARI BERPIKIR TERTIB DAN BENAR SEHINGGA KESIMPULANNYA MERUPAKAN RUMUSAN YANG
BENAR.
2. SEBAGAI MITHOS
TRI BRATA SEBAGAI MITHOS BERBEDA DENGAN MITHOS PADA UMUMNYA YANG TIDAK
BERDASARKAN KENYATAAN, SEDANGKAN TRI BRATA ADALAH SUATU MITHOS YANG
BERDASARKAN SUATU LOGOS, BERDASARKAN LOGISITERING SERTA RASIONALISATIE DARI
PERKEMBANGAN FUNGSI POLISI. KARENA ITU PADA UMUMNYA MITHOS DIPERCAYA
KEBENARANNYA YANG TIDAK USAH DIUJI LAGI TETAPI TRI BRATA DIPERCAYA KEBENARANNYA
KARENA BERDASARKAN KENYATAAN SEBAGAI HASIL PENELITIAN ILMIAH DAN MENDALAM
TENTANG PERKEMBANGAN FUNGSI KEPOLISIAN.
TRI BRATA SEBAGAI JALAN YANG MERUPAKAN CAKUPAN TYPE IDEAL PERKEMBANGAN FUNGSI
POLISI MAKA DARI LOGOS MENJADI MITHOS SERTA PEDOMAN HIDUP YANG BAIK, DARI
KENYATAAN DAS SEIN MENJADI DAS SOLLEN. MITHOS BERTUJUAN UNTUK MENGGERAKKAN
HINGGA ANGGOTA POLRI TERDORONG UNTUK BERTINDAK SEBAGAI APA YANG TELAH
DITUNJUKKAN OLEH TRI BRATA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP ITU.
92
93
3. SEBAGAI ETHOS
LOGOS SEPERTI YANG TELAH DIJELASKAN MENJADI SUATU MITHOS YANG MENJADI / MERUPAKAN
PEDOMAN HIDUP DARI SELURUH ANGGOTA POLRI YANG HARUS DITEPATI, MAKA MITHOS ITU
MEMPENGARUHI LEVENSHOULDING DARI MANUSIA DAN DISINI JALAN MEMPENGARUHI DARI
ANGGOTA POLRI LANTAS MENJADI SUATU ETHOS DARI KEPOLISIAN NEGARA. DARI ETHOS ITU
MEMBERIKAN INSPIRASI DAN MEMBERIKAN SUATU ARHEIDSUREUGLE MENJAMIN BAHWA
ANGGOTA POLISI MERASA BANGGA TERHADAP BEROEPSETHIEEKNYA SEBAGAIMANA
TERCANTUM DALAM TRI BRATA.
108
ARTI BRATA I RASTRA SEWAKOTTAMA
(ABDI UTAMA DARI PADA NUSA & BANGSA)
DALAM NEGARA HUKUM MATERIAL MAKA NEGARA/PEMERINTAH MENYAJIKAN JASA-JASA BAGI
KEPENTINGAN RAKYAT/MASYARAKAT, DIMANA PEJABAT NEGARA BERKEDUDUKAN SEBAGAI ABDI
DARI PADA NUSA DAN BANGSA SEBAGAI ABDI DARI PADA KEPENTINGAN MASYARAKAT.
POLISI SEBAGAI ORGAN DARI PADA NEGARA BERTUGAS UNTUK MELAYANI KEPENTINGAN
MASYARAKAT, MENYANGKUT KETERTIBAN DAN KEAMANAN UMUM.
POLISI ADALAH ABDI UTAMA NUSA DAN BANGSA (UTAMA KARENA POLISI ADALAH APARATUR
NEGARA YANG PALING PERTAMA/MEMPUNYAI HUBUNGAN YANG PALING ERAT DENGAN
MASYARAKAT, INGAT AZAS SUBSIDIARITAS).
DILIHAT DARI PENGERTIAN
GEMEIN SCHAFT, NEGARA
NASIONAL SEBAGAI
MASYARAKAT GOTONG
ROYONG YANG BERSIFAT
SPONTANPARA ANGGOTA
MASYARAKAT DIANGGAP
ABDI YANG PENUH CINTA
KEPADA TANAH AIR, SIAP
SEDIA BERBHAKTI UNTUK
KEPENTINGAN MASYARAKAT
TANPA PAMRIH, RELA
BERKORBAN PANTANG
MENYERAH.
ABDI MENGANDUNG MAKNA :
MELINDUNGI, MENGAYOMI &
MELAYANI KEPENTINGAN
MASYARAKAT
DENGAN PENGABDIAN YANG
SEBESAR-BESAR
DIUSAHAKAN AGAR SUPAYA
DAPAT DICEGAH SEGALA
KEJAHATAN &
PELANGGARAN,
KETERTIBAN & KEAMANAN
UMUM (MENGANDUNG AZAS
PREVENTIF).
109
NILAI MORAL YANG TERKANDUNG DIDALAMNYA
MELAYANI, MENGAYOMI, MELINDUNGI, PATRIOTISME, CINTA TANAH AIR, CINTA NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA, CINTA NUSA & BANGSA INDONESIA, RELA BERKORBAN, PANTANG
MENYERAH, MENGUTAMAKAN PENCEGAHAN.
CATATAN
1.
JOHN MOYLEN DALAM BUKUNYA DENGAN JUDUL “THE POLICE OF BRITAIN”
MENYATAKAN :
THE POLICEMAN IS WHAT HIS NAME DENOTES, THE COMMUNITYMAN, COUCERNED
WITH THE GENERAL GOOD RULE AND GOVERNMENT OF AN ORGANIZED SOCIETY OR
POLICY AND MAY PROVERLY BE CALLED UPON FOR MANY KIND OF SERVICE.
JADI PEJABAT POLISI DISEBUT SEBAGAI ABDI MASYARAKAT (THE COMMUNITY MAN)
YANG DAPAT DIPANGGIL UNTUK PELBAGAI KEPERLUAN FOR MANY KINDS OF SERVICE.
KUTIPAN INI MERUPAKAN BUKTI BAHWA BRATA I TRI BRATA DIKUKUHKAN OLEH
KEDUDUKAN POLISI DI INGGRIS.
2.
PENJELASAN PROF. DJOKO SOETONO, SH DALAM KULIAH DI PTIK “TRI BRATA” SEBAGAI
LOGOS, MITHOS DAN ETHOS MENYATAKAN : “MAKA POLISI SEBAGAI ORGAN DARI PADA
RAKYAT, SEBAGAI HATI NURANI SELALU MEMPERINGATKAN RAKYAT, INI TINDAKAN
KAMU SALAH, TETAPI KAMI ADALAH TIDAK DI ATAS KAMU, KAMI ADALAH SOCIALE
INSTITUT KAMI ADALAH SEBAGAI WARGA NEGARA DARI PADA REPUBLIK INDONESIA.
110
SENDI ABDI UTAMA DIANGGAP SEBAGAI SENDI
YANG PALING PENTING
DITARUH PADA
URUTAN I DARI TRI
BRATA / JADI BRATA I
DARI TRI BRATA
MENCAKUP SELURUH
SENDI-SENDI LAINNYA /
DIMAKSUDKAN SEBAGAI
PARS PROTOTO UNTUK
SELURUH TRI BRATA
MOTTO RASTRA
SEWAKOTTAMA
DICANTUMKAN DALAM
PANJI-PANJI POLRI
BUKTI SEJAK AWAL TELAH DILETAKKAN LANDASAN DALAM TRI BRATA BAHWA POLRI
HARUS PERTAMA-TAMA MENGUTAMAKAN ORIENTASI PELAKSANAAN TUGASNYA
ADALAH PELAYANAN, PERLINDUNGAN DAN PENGAYOMAN KEPADA MASYARAKAT.
111
ARTI BRATA II
NAGARA YANOTTAMA : WARGA NEGARA TELADAN DARI PADA NEGARA
NEGARA DILIHAT DARI PENGERTIAN GESELLSCHAFT YANG BERSIFAT RASIONAL DIMANA NEGARA
SEBAGAI ORGANISASI YANG TERSUSUN SECARA RASIONAL DIMANA ANGGOTA MASYARAKAT
BERKEDUDUKAN SEBAGAI WARGA NEGARA YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN.
SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK MAKA SENANTIASA MENJUNJUNG TINGGI KAEDAH-KAEDAH
NEGARA.
POLISI ADALAH WARGA NEGARA TELADAN DARI PADA NEGARA : POLISI ADALAH ORANG YANG
DIPERCAYA MENGEMBAN TUGAS UNTUK MENEGAKKAN HUKUM SUPAYA TIDAK TERJADI KRISIS
KEWIBAWAAN MAKA PERTAMA-TAMA DITUNTUT PADA DIRINYA HARUS BERSIH TERLEBIH DAHULU
DAN HARUS MENTAATI SEMUA KEWAJIBANNYA SEBAGAI WARGA NEGARA. KARENA ITU POLISI
HARUS PERTAMA-TAMA MEMBERI CONTOH DAHULU, DIA DITUNTUT UNTUK MENJADI WARGA
NEGARA UTAMA YANG BISA DIJADIKAN TELADAN OLEH MASYARAKAT.
JADI PENGERTIAN TELADAN / UTAMA DISINI BUKAN MERUPAKAN WARGA NEGARA KELAS SATU
YANG MEMPUNYAI HAK LEBIH TINGGI DARI PADA WARGA NEGARA LAINNYA TETAPI WARGA NEGARA
YANG HARUS BISA MEMBERIKAN TELADAN / CONTOH BAGI MASYARAKAT, SEHINGGA MENDORONG
MASYARAKAT UNTUK MEMATUHI HUKUM.
112
PROF. DR. HOTMAN R. SIAHAAN PADA ORASI ILMIAH DIES NATALIS KE-59 PTIK YANG BERJUDUL
PARADIGMA PERPOLISIAN KOMUNITAS MENGANTISIPASI KONFLIK SOSIAL PILKADA PADA HAL 41
MENYATAKAN :
ADA BEBERAPA PEMIKIRAN YANG MUNGKIN DAPAT DIPERTIMBANGKAN OLEH JAJARAN
KEPOLISIAN MENGHADAPI POTENSI KONFLIK YANG MUNCUL DALAM PILKADA DISEANTERO
NEGERI INI ANTARA LAIN : UNTUK MENIMBULKAN SOCIAL TRUST MASYARAKAT TERHADAP
KINERJA APARAT KEPOLISIAN, JUGA INSTITUSI KEPOLISIAN, MAKA SELURUH JAJARAN
KEPOLISIAN DITUNTUT MENGEMBANGKAN DIRI MEREKA SEBAGAI MINORITAS KREATIF (CREATIVE
MINORITY) DALAM PENEGAKAN HUKUM DAN HAM, SERTA JUGA MAMPU MENEMPATKAN DIRI
SEBAGAI TELADAN MORALITAS DALAM MASYARAKATNYA, DAN JUGA MEMBANGUN HUMAN
RELATIONS DENGAN SEMUA LAPISAN MASYARAKAT/KHUSUSNYA DALAM KONTEKS PILKADA
ADALAH PARA POLISI, DAN JUGA TOKOH AGAMA UNTUK MENUMBUHKAN CITRA POSITIP POLRI.
JADI BUKAN HANYA TELADAN DALAM MENTAATI HUKUM SAJA TETAPI LEBIH DARI PADAITU ADALAH
TELADAN MORALITAS YANG TERCERMIN PADA PERILAKU ANGGOTA POLRI DALAM PELAKSANAAN
FUNGSI DAN TUGAS POLRI SEBAGAI PELINDUNG, PELAYAN, PENGAYOM MASYARAKAT, SEBAGAI
PENEGAK HUKUM DAN MEMELIHARA KAMTIBMAS.
NILAI-NILAI MORAL YANG TERKANDUNG : MENTAATI HUKUM / ATURAN-ATURAN YANG BERLAKU
MENJUNJUNG TINGGI HAM DAN MENGINDAHKAN NORMA AGAMA, KESOPANAN, KESUSILAAN.
113
ARTI BRATA III YANA ANUCASANA DHARMA
(WAJIB MENJAGA KETERTIBAN PRIBADI DARI PADA RAKYAT)
TATA
TENTRAM
KERTA
RAHARJA
TUGAS POLISI
MEMELIHARA
KAMTIBMAS
MENEGAKKAN
HUKUM
MENGAYOMI, MELINDUNGI DAN
MELAYANI MASYARAKAT
TUGAS DAPAT DICAPAI KALAU ADA SELF DISIPLIN DARI MASYARAKAT, ADANYA KESADARAN
BERKAIDAH DARI MASYARAKAT.
ADANYA KETERTIBAN PRIBADI DARI MASYARAKAT UNTUK MEMATUHI DAN MENTAATI HUKUM
YANG PADA HAKEKATNYA TERGANTUNG DARI PADA HATI NURANI DARI PADA MASYARAKAT.
TUGAS POLISI ADALAH MENJAGA KETERTIBAN PRIBADI DARI PADA RAKYAT / MENJAGA HATI
NURANI DARI PADA RAKYAT (POLISI ADALAH SELF DISIPLIN MASYARAKAT, POLISI ADALAH HATI
NURANI DARI PADA MASYARAKAT)
NILAI MORAL YANG TERKANDUNG
KEWASPADAAN POLISI BERJAGA
SEPANJANG WAKTU AGAR MASY.
TENTRAM (VIGILAT QUISCANT)
MENGUTAMAKAN
TINDAKAN PREVENTIF
TINDAKAN BERDASARKAN
HUKUM DAN JUNJUNG HAM
114
TRI BRATA
BRATA I
(Bhakti)
BRATA II
(Dharma)
BHAKTI ADALAH PENGABDIAN
YANG DILANDASI CINTA
DHARMA BANYAK ARTI KEBENARAN,
HUKUMAN KEBAJIKAN & AGAMA
BERJAGA SEPANJANG WAKTU AGAR
MASY. TENTRAM
PENGABDIAN SEORANG ABDI
UNTUK MELAYANI, MELINDUNGI
& MENGAYOMI MASYARAKAT
SEMUANYA DILANDASI
ATAS
KECINTAAN KEPADA NEGARA,
TANAH
AIR,
BANGSA/
MASYARAKAT
DALAM PELAKSANAAN TUGAS POLRI
HARUS MENTAATI HUKUM, SEMUA
TINDAKANNYA
BERDASARKAN
HUKUM
DAN
SENANTIASA
MENJUNJUNG
TINGGI/MEMBELA
KEBENARAN DAN KEBAJIKAN YANG
DILANDASI ATAS KEIMANAN DAN
KETAQWAAN KEPADA TUHAN YANG
MAHA
ESA,
SEHINGGA
BISA
MENJADI
TELADAN
DIRI
MASYARAKAT.
MEMONITOR
PERKEMBANGAN
SITUASI SEHINGGA DENGAN CEPAT
DAPAT DIAMBIL LANGKAH YANG
TEPAT AGAR SENANTIASA DAPAT
DIJAGA KETERTIBAN PRIBADI DARI
PADA
MASYARAKAT
DENGAN
MENITIK
BERATKAN
LANGKAH
PREVENTIF, LANGKAH REPRESIF
HANYA KALAU DIPERLUKAN
RELA
BERKORBAN,
IHKLAS,
TIDAK PAMRIH, SETIA, PANTANG
MENYERAH,
MENGUTAMAKAN
PENCEGAHAN
PATUH PADA HUKUM, MENJUNJUNG
TINGGI
HAM,
MEMBELA
KEBENARAN/KEADILAN, KEBAJIKAN
IMAN DAN TAQWA KEPADA TUHAN
YANG MAHA ESA
BHAKTI – DHARMA – WASPADA
BRATA III
(Waspada)
SENANTIASA
PREVENTIF
SIAP
SIAGA,
115
CATUR PRASETYA
CATUR PRASETYA
CATUR PRASETYA
SIFAT-SIFAT YG MELAMBANGKAN
KEBESARAN MAHA PATIH GAJAH MADA
AMANAT PRESIDEN SOEKARNO KEPADA POLISI
NEGARA UNTUK DIJADIKAN PEDOMAN KERJA
POLRI
SEKARANG
PADA WAKTU ITU
BENTUK NEGARA
KERAJAAN
KEDAULATAN
ADA PADA RAJA
POLISI/
BHAYANGKARA
ALAT PENGUASA/
RAJA
PASUKAN
BHAYANGKARA
MENJAGA KETENTRAMAN,
KETERTIBAN, PENEGAKAN
PERATURAN SEKALIGUS
PENGAWAL PRIBADI RAJA
DAN NEGARA MAJAPAHIT
INDONESIA
NEGARA
KESATUAN
YANG
BERBENTUK
REPUBLIK
KEDAULATAN
ADA DI TANGAN
RAKYAT/NEGAR
A DEMOKRATIS
YANG
BERDASARKAN
HUKUM
POLRI ADALAH ALAT NEGARA ABDI
NUSA & BANGSA YANG BERTUGAS
MELAYANI, MELINDUNGI,
MENGAYOMI, MEMELIHARA
KEAMANAN & KETERTIBAN SERTA
MENEGAKKAN HUKUM
HARUS ADA PENYESUAIAN DALAM MEMBERI ARTI
DARI PRASETYA-PRASETYA DARI CATUR PRASETYA
POLRI
BERDIRI
SENDIRI
LEPAS
DARI TNI
FUNGSI
POLRI
FUNGSI
KEAMANA
N
116
ARTI CATUR PRASETYA
1.
SATYA HAPRABU : SETIA KEPADA NEGARA DAN PIMPINANNYA, SETIA KEPADA NEGARA
KESATUAN REPUBLIK INDONESIA, SETIA KEPADA BANGSA/RAKYAT INDONESIA SEBAGAI
PEMEGANG KEDAULATAN, SETIA KEPADA PEMERINTAH NEGARA, SETIA KEPADA WILAYAH
NEGARA KESATUAN R.I., SERTA KEPADA PEMERINTAH NEGARA SUDAH TERMASUK
KESETIAAN KEPADA KEPALA NEGARA / PIMPINAN NEGARA.
2.
HANYAKEN MUSUH : MENGENYAHKAN MUSUH-MUSUH NEGARA DAN MASYARAKAT. MUSUH
POLRI YANG HARUS DIHILANGKAN/DIBASMI ADALAH FKK, PH & AF BERUPA KEJAHATAN,
PELANGGARAN DAN GANGGUAN KETERTIBAN DAN KEAMANAN MASYARAKAT. SEDANGKAN
PELAKU KEJAHATAN, PELANGGARAN DAN GANGGUAN KAMTIBMAS ADALAH WARGA NEGARA
ATAU MASYARAKAT YANG TERSESAT YANG HARUS DIBIMBING UNTUK BISA KEMBALI MENJADI
WARGA MASYARAKAT YANG TAAT & PATUH HUKUM, SEBAGAI INDIVIDU MUSUH ANGGOTA
POLRI ADA DI DALAM DIRINYA SENDIRI ADALAH NIAT UNTUK MELAKUKAN PENYIMPANGAN
JUGA HARUS DIBASMI DENGAN SENANTIASA MEMELIHARA, MEMUPUK DAN MENUMBUH
KEMBANGKAN INTERNALISASI NILAI-NILAI MORAL ETIKA PROFESI POLRI.
3.
GINEUNG PRATIDINA : MENGAGUNGKAN NEGARA. ANGGOTA POLRI HARUS SENANTIASA
MENGAGUNGKAN NEGARA MELALUI KERJA KERAS / RAME ING GAWE DALAM
PENGABDIANNYA KEPADA NEGARA DAN BANGSA.
4.
TAN SATRISNA : TIDAK TERIKAT TRISNA KEPADA SESUATU. MELAKSANAKAN TUGAS, TIDAK
TERIKAT SESUATU SEPI ING PAMRIH, MELAKSANAKAN TUGAS KARENA PANGGILAN
PENGABDIAN. KARENA KEWAJIBAN.
117
HUBUNGAN PANCA SILA DENGAN TRI BRATA
T
R
I
B
R
A
T
A
I. ABDI UTAMA ADALAH
GOTONG ROYONG DALAM
ARTI SOLIDARISME
II. WARGANEGARA TELA DAN
TOLONG MENOLONG
III. MENJAGA KETERTIBAN
PRIBADI DARI PADA RAKYAT
SELF DISIPLIN
MAU
MEMBIKIN
MASA
MENJADI
GEMENSCHAP
GOTONG ROYONG
ADALAH INTI DARI
MASYARAKAT
YANG
GEMENSCHAP
PANCA SILA
DIPERAS MENJADI
EKA SILA
JADI MENURUT PROF. DJOKO SOETONO, SH., MELIHAT HUBUNGAN PANCASILA DAN TRI BRATA
SECARA UMUM YANG MENDASAR YAITU GOTONG ROYONG.
 SILA-SILA PANCASILA TERPANCAR MENYINARI TRI BRATA DALAM WUJUD GOTONG ROYONG
HUBUNGAN PANCA SILA DAN TRI BRATA
(MENURUT Drs. SOEPARNO SOERIA ATMADJA)
JIKA DIADAKAN TINJAUAN TENTANG ISI DARI PADA TRI BRATA MAKA DIDALAMNYA TERSIMPUL PULA
SENDI-SENDI YANG TERDAPAT PADA PANCA SILA SEHINGGA TRI BRATA SEOLAH-OLAH MENDAPAT
SINAR DARI PADA PANCA SILA
1.
SILA III
MENYINARI BRATA I & II
PADA BRATA I + II TERSIMPUL IDEA NEGARA NASIONAL / KEBANGSAAN SILA
KEBANGSAAN ADALAH SILA III DARI PANCA SILA
2.
SILA II
MENYINARI BRATA III & I
3.
SILA IV
MENYINARI BRATA II
4.
SILA V
MENYINARI BRATA II
5.
SILA I
MENYINARI BRATA I, II & III
CATATAN : SEBENARNYA SILA KE II MENYINARI PULA BRATA II
118
119
HUBUNGAN TRI BRATA DAN CATUR PRASETYA
TRI BRATA
(Pedoman Hidup)
CATUR PRASETYA
(Pedoman Karya)
TAMPAK LEMAH, KURANG TEGAS, TAPI JUSTRU
DISANALAH BERSEMAYAM JIWA KESATRIA TANGGUH,
MERUPAKAN KEKUATAN POTENSIAL DALAM MELAKSANAKAN PENGABDIANNYA YANG MEMIHAK KEPADA
RAKYAT, MEMIHAK KEPADA YANG LEMAH. KALAU
TERSINGGUNG DALAM MELAKSANAKAN TUGAS SELALU
DIHADAPI DENGAN KEBESARAN JIWA & LAPANG DADA.
TRI BRATA TIDAK BOLEH DICERAIKAN
DARI CATUR PRASETYA :
 OLEH KARENA SAKING BHAKTINYA,
TERLALU DHARMANYA, TERLALU
WASPADANYA MAKA TERJADI TIDAK
HANYAKEN MUSUH DENGAN
SECEPAT-CEPATNYA.
 SEBALIKNYA JIKA HANYAKEN MUSUH
DENGAN MENINGGALKAN TRI BRATA
AKAN TERJADI EKSES / PELIARAN DI
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS.
DENGAN CATUR PRASETYA TERUTAMA HANYAKEN
MUSUH, TUGAS POLRI MENJADI DIPERTAJAM,
DIPERTEGAS HANYAKEN MUSUH TIDAK BERARTI
MEMBUNUH TETAPI YANG PENTING ADALAH
MENIADAKAN KEGIATAN DARI PADA MUSUH DAN
TETAP MENYELAMATKAN PELAKUNYA DENGAN
MENGUTAMAKAN USAHA-USAHA SESUAI DENGAN
HUKUM, SEIMBANG MENURUT KEPERLUANNYA.
DALAM MENILAI MUSUH
HARUS SELALU WASPADA
SEHINGGA DAPAT DIAMBIL
TINDAKAN / SIKAP YANG
TEGAS
DI SAMPING DISIPLIN YANG
KUAT (CATUR PRASETYA)
HARUS ADA KETAHANAN
MENTAL & MORAL YANG
TINGGI BAHKAN BERSEDIA
MATI SAHID/GUGUR DALAM
MEDAN PENGABDIANNYA.
DALAM HANYAKEN MUSUH TRI BRATA
MEMBERI KETAHANAN DAN KEULETAN
BATHIN MEMBERI JIWA POTENSIAL
YANG MEMBAJA DAN GEMBLENGAN
YANG MEMANCAR DARI KELUHURAN
JIWA, PANCARAN HATI NURANI NAN
BERSIH
TRI BRATA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
BAGAIKAN PEMANCARAN HALUS DARI
PADA
PANCASILA,
SELALU
MEMBIMBING, MEMBERI PIMPINAN DAN
PENGENDALIAN (BUKAN SEMANGAT
LAHIR SAJA) DALAM MENGAMALKAN
CATUR PRASETYA. .
LAMBANG POLRI
RASTRA SEWAKOTAMA : Abdi utama daripada Nusa dan Bangsa (Brata pertama dari Tri Brata) 
sekalugus pelindung dan pengayom rakyat.
Tidak bertindak dan bersikap sebagai penguasa.
New Modern Police Philosopy “Vigilat Quiescant” (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).
PERISAI : Pelindung
TIANG dan OBOR : Penerang, pemyadaran hati nurani masyarakat
PANCARAN OBOR : 17 – 8 – 1945 : Polri berperan langsung pada proses kemerdekaan dan sebagai
pernyataan tidak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.
TANGKAI PADI dan KAPAS : Cita-cita bangsa masyarakat adil dan makmur, 20 september 1945
pelantikan Kepala Kepolisian Negara yang pertama.
TIGA BINTANG : TRI BRATA Pedoman Hidup Polri
WARNA KUNING KEEMASAAN : Kebesaran jiwa dan keagungan hati nurani anggota POLRI
WARNA HITAM : Keabadian, Sikap tenang dan mantap, selalu berpikir jernih, bersih dan tepat dalam
mengambil keputusan.
120
PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
Keputusan Kapolri No. Pol : Kep/17/VI/2002
Tanggal 24 Juni 2003
LATAR BELAKANG
PERLINDUNGAN
HAM
TUNTUTAN
REFORMASI
SUPREMASI
HUKUM
TUNTUTAN
PELAKSANAAN
TUGAS POLRI YANG
LEBIH PROFESIONAL
LANGKAH PERUBAHAN
ASPEK STRUKTURAL
ASPEK INSTRUMENTAL
PEMAKNAAN BARU TRI BRATA
SEBAGAI FAKTOR STIMULUS
BAGI TERCIPTANYA KULTUR
POLISI YANG DIHARAPKAN
ASPEK KULTURAL
ASPEK KULTURAL DIHARAPKAN
SELURUH ANGGOTA POLRI MAMPU
MENJAWAB TANTANGAN TUGAS
YANG SEMAKIN KOMPLEK
TANPA MENINGGALKAN MAKNA-MAKNA TRI BRATA YG SUDAH DIKENAL SELAMA INI
DAN TERBUKTI MAMPU MENGAWAL SEGENAP INSAN POLRI DALAM
PENGABDIANNYA KEPADA MASYARAKAT, BANGSA DAN NEGARA
121
122
DASAR PEMIKIRAN
DIRUMUSKAN
DALAM BAHASA
SANSEKERTA
SULIT DIMENGERTI
/ DIPAHAMI
TRI BRATA
SARAT DENGAN
FILSAFAT
DIPERLUKAN RUMUSAN
DALAM BAHASA INDONESIA
YANG LEBIH SEDERHANA DAN
MUDAH DIMENGERTI
PEMAHAMAN BARU TRI BRATA
ARTI TRI BRATA – 3 AZAS KEWAJIBAN
NILAI DASAR TRI BRATA
• PAHAM KEBANGSAAN
• KETUHANAN
• PAHAM NEGARA HUKUM
• PAHAM SOCIAL WELFARE STATE
NILAI TRI BRATA
• BERBHAKTI
• BERTAKWA
• KEBENARAN
• KEADILAN
• KEMANUSIAAN
• PEMAKNAAN PERAN SEBAGAI PELINDUNG,
PENGAYOM DAN PELAYAN MASYARAKAT
• KEIKHLASAN
123
PEMAKNAAN BARU CATUR PRASETYA
(KEP. KAPOLRI NO. POL : KEP/39/VII/2004)
TGL. 1 JULI 2004
SEBAGAIMANA TRI BRATA SIFAT CATUR PRASETYA YANG DITULIS DALAM BAHASA
SANSEKERTA MENGUNDANG BANYAK PERTANYAAN TERMASUK PENGERTIANNYA
DALAM BAHASA INDONESIA YANG SELAMA INI DAPAT MENIMBULKAN BANYAK
MAKNA DAN INTERPRETASI
TANPA MENGURANGI MAKNA DARI NASKAH ASLINYA DI SUSUNLAH
PERUMUSAN DAN PEMAKNAAN CATUR PRASETYA YANG SARAT DENGAN NILAINILAI FILOSOFI TETAPI MUDAH DIMENGERTI DAN DAPAT DIIMPLEMENTASIKAN.
MENIADAKAN SEGALA
BENTUK GANGGUAN
KEAMANAN DIRINCI
ATAS 4 KANDUNGAN
MAKNA
MENJUNJUNG TINGGI
KESELAMATAN JIWA
RAGA, HARTA BENDA
DAN HAM DIRINCI
DALAM 4 KANDUNGAN
MAKNA
MENJAMIN KEPASTIAN
BERDASARKAN
HUKUM DIRINCI ATAS 4
KANDUNGAN MAKNA
MEMELIHARA
PERASAAN TENTRAM
DAN DAMAI DIRINCI
ATAS 4 KANDUNGAN
MAKNA
PEMAKNAAN BARU CATRUR PRASETYA BERISI 16 KANDUNGAN MAKNA
124
KODE ETIK PROFESI POLRI
TRI BRATA
PEDOMAN LANJUTAN TRI BRATA 7 MEI
58 EMBRIO DARI KODE ETIK POLRI
1 JULI 1960
CATUR PRASETYA
TRI BRATA + CATUR PRASETYA
KODE ETIK POLRI
Surat Keputusan Kapolri No. Po : Skep/213/VII/1985 Tanggal 1 Juli 1985
KODE ETIK PROFESI POLRI
Keputusan Kapolri No. Po : Kep/05/III/2001 Tanggal 7 Maret 2001
KODE ETIK PROFESI POLRI
Keputusan Kapolri No. Po : Kep/32/VII/2003 Tanggal 1 Juli 2003
ETIKA PENGABDIAN
ETIKA KELEMBAGAAN
ETIKA KENEGARAAN
KODE ETIKA PROFESI POLRI
Peraturan Kapolri No. Pol : 7 tahun 2006 Tanggal 1 Juli 2006
ETIKA KEPRIBADIAN
ETIKA KENEGARAAN
ETIKA KELEMBAGAAN
ETIKA DALAM HUBUNGAN
DENGAN MASYARAKAT
125
PERUBAHAN/PENYESUAIAN
KODE ETIKA PROFESI
KODE ETIK TIDAK STATIS  DISESUAIKAN/DISELARASKAN DENGAN
PERUBAHAN/PERKEMBANGAN JAMAN  DISESUAIKAN DENGAN PERKEMBANGAN TUNTUTAN
MASYARAKAT.
PERUBAHAN
PERKEMBANGAN
JAMAN/TUNTUTAN
MASYARAKAT
TERHADAP POLRI
KODE ETIK POLRI
APANYA YANG
DIUBAH
DIUBAH/
DISESUAIKAN
MENGAPA DIUBAH
BAGAIMANA
PERUBAHANNYA
DIMENGERTI
DIPAHAMI
DISOSIALISASIKAN
DIHAYATI
DIAMALKAN
TERCERMIN PADA TINGKAH LAKU POLRI YANG ETIS
DALAM MELAKSANAKAN TUGAS PENGABDIANNYA
KODE
ETIK
PROFESI
YANG
BARU
126
PERUBAHAN KODE ETIK PROFESI SELAMA INI BELUM
DAPAT DIRASAKAN SECARA CUKUP BERARTI UNTUK
MEMPERBAIKI/MENINGKATKAN TAMPILAN TINGKAH LAKU
POLRI YANG ETIS DI LAPANGAN
PERUBAHAN KODE ETIK PROFESI YANG TERAKHIR PADA
1 JULI 2006
TANTANGAN & MOMENTUM YANG BAIK UNTUK
MENSOSIALISASIKAN KODE ETIK PROFESI INI SEHINGGA
BETUL-BETUL DAPAT DIMENGERTI, DIPAHAMI DAN
DIHAYATI SERTA DIAMALKAN
TAMPILAN TINGKAH LAKU POLRI YANG ETIS /
PROFESIONAL DI LAPANGAN
CITRA POLRI
PARTISIPASI MASYARAKAT
127
INSTRUMEN-INSTRUMEN PBB
MASYARAKAT SEMAKIN MAJU
SEMAKIN MAJU TATA CARA
PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEJAHATAN
SEMAKIN MANUSIAWI DALAM
MEMPERLAKUKAN PELAKU DAN
KORBAN KEJAHATAN
POLRI HARUS MENGERTI DAN
MEMAHAMI STANDAR, PEDOMAN
DAN INSTRUMEN-INSTRUMEN
PBB YANG BERKAITAN DENGAN
TUGAS POLRI BAIK YANG SUDAH
DIRATIFIKASI/BELUM
PENCEGAHAN &
PENANGGULANGAN DENGAN
MENGADAKAN DAN
MENINGKATKAN KERJASAMA
NEGARA-NEGARA DI DUNIA
TIDAK MENGENAL
BATAS NEGARA
ORGANIZED CRIME
TRANSNATIONAL CRIME
DEKLARASI UNIVERSAL TENTANG HAM (THE
INTERNATIONAL BILL OF HUMAN RIGHTS)
STANDAR ATURAN MINI MAL PERLAKUAN TERHADAP
NARA PIDANA / STANDAR MINIMUM RULES FOR THE
TREATMENT OF PRISIONER)
DEKLARASI ANTI PENYIKSAAN DAN TINDAKAN ATAU
HUKUMAN KEJAM, TIDAK MANUSIAWI ATAU
MERENDAHKAN MARTABAT MANUSIA (DECLARATION
AGINST TURTUNE AND OTHER CRUEL, IN HUMAN OR
DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT)
PEDOMAN TINDAK TANDUK UNTUK PARA PENEGAK
HUKUM (CODE OF CONDUCT FOR LAW ENFORCEMENT
OFFICIALS)
PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGGUNAAN KEKERASAN
DAN SENJATA API OLEH PETUGAS PENEGAK HUKUM
(BASIC PRINCIPLES ON THE USE OF FORCE AND FIRE
ARMS BY LAW ENFORCEMENT OFFICIALS)
PELAKU DAN KORBAN KEJAHATAN
MELIBATKAN WARGA NEGARA ASING
TREND PERKEMBANGAN KEJAHATAN
128
INTERNALISASI ETIKA PROFESI POLRI
TAHAPAN LEARNING
MENGERTI
MEMAHAMI
MENGHAYATI
MENGAMALKAN
JALAN INTERNALISASI
1. SELEKSI :  CALON YANG
MEMPUNYAI STRUKTUR
KEPRIBADIAN YANG BAIK, IMAN DAN
TAKWA SERTA MEMILIKI INTELEK
YANG BAIK.
2. PENDIDIKAN UTAMANYA PADA
PENDIDIKAN PEMBENTUKAN :
PENANAMAN NILAI-NILAI KODE ETIK
PROFESI, BAHAN AJARAN,
INSTRUKTUR, ALIN & ALONGINS YANG
BAIK SERTA STAF & PIMPINAN YANG
BERI CONTOH
3. DIPRAKTEK TUGAS LAPANGAN
- PEMELIHARAAN, PEMUPUKAN DAN
PENGEMBANGAN
- MEMIMPIN YANG BAIK,
PENGAWASAN, PELATIHAN,
PEMBIMBINGAN, PEMBINAAN YANG
DILANDASI PEMBERIAN CONTOH/
TELADAN
- PEMBINAAN KARIER YANG ADIL,
PEMBERIAN PENGHARGAAN &
HUKUMAN YANG ADIL DAN BIJAK
TUJUAN INTERNALISASI
1. ETIKA PROFESI POLRI
SEBAGAI POLISINYA
POLISI
2. TINGKAH LAKU SESUAI
DENGAN APA YANG
DIRASAKAN HATI
NURANI SEBAGAI
KEWAJIBAN
3. PENGAMALAN TINGKAH
LAKU YANG ETIS DAN
PROFESIONAL
Download