BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Zoning Grouping 4.1.1 Analisa Zoning Di dalam perancangan interior sanggar diperlukan beberapa alternatif dalam pembuatan zoning dan grouping. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis di dalam tahap selanjutnya yaitu pembuatan layout. Beberapa alternatif zoning dapat dilihat sebagai berikut. 1. Alternatif 1 (Zona terpilih) Lantai dasar Gambar 4.1 Zona Lantai dasar PUBLIK SEMI PUBLIK PRIVAT SERVIS 108 SEMI PRIVAT 109 Positif Terdapatnya akses tangga pada kiri dan kanan bangunan sehingga area publik yang berada dekat dengan pintu utama mudah dijangkau oleh pengguna. Area Servis berada jauh dari area publik sehingga tidak mengganggu sirkulasi ruang pengguna. Area semi publik dan publik mendapatkan cenderung mendapatkan matahari pagi sehingga view dan pencahayaan cukup optimal. Negatif - Area privat berada jauh dari area publik sehingga tidak dapat diakses secara langsung. Lantai satu Gambar 4.2 Zona Lantai satu PUBLIK SEMI PUBLIK PRIVAT SERVIS SEMI PRIVAT 110 Positif Terdapat dua akses tangga (tangga dari area luar bangunan dan area dalam bangunan) sehingga akses menuju area privat lebih mudah dijangkau. Area privat berada satu jalur dengan area privat pada lantai dasar sehingga pipa pembuangan air lebih optimal. Terdapat dua akses tangga sehingga untuk menuju area semi publik lebih mudah dijangkau. Area semi privat mendapatkan cahaya matahari sore sehingga pencahayaan alami yang didapatkan pada sore hari lebih optimal. Negatif - Area semi privat bagian tengah berada tepat di belakang auditorium sehingga kurang mendapatkan pencahayaan alami dan view yang kurang bagus. 2. Alternatif 2 Lantai dasar Gambar 4.3 Zona Lantai dasar PUBLIK SEMI PUBLIK PRIVAT SERVIS SEMI PRIVAT 111 Positif Terdapatnya akses tangga pada kiri dan kanan bangunan sehingga area publik yang berada dekat dengan pintu utama mudah dijangkau oleh pengguna. Area Servis berada jauh dari area publik sehingga tidak mengganggu sirkulasi pengguna. Area semi publik dan publik mendapatkan cahaya matahari pagi sehingga mendapatkan view dan pencahayaan alami yang optimal. Negatif - Area privat berada jauh dari area publik sehingga pengguna tidak dapat mengakses area privat secara langsung. Lantai satu Gambar 4.4 Zona Lantai satu PUBLIK SEMI PUBLIK PRIVAT SERVIS SEMI PRIVAT 112 Positif Area servis (kiri) berada jauh dari pintu utama sehingga tidak mengganggu sirkulasi pengguna. Area privat berada dekat dengan semi publik sehingga dapat diakses secara langsung oleh pengguna. Area privat dapat diakses melalui dua tangga (tangga area luar bangunan dan area dalam bangunan) sehingga lebih mudah dijangkau oleh pengguna. Negatif - Area privat kurang mendapatkan view dan pencahayaan yang baik karena terhalang oleh area servis. - Area semi privat bagian tengah berada tepat di belakang auditorium sehingga kurang mendapatkan pencahayaan alami dan view yang kurang bagus. 3. Alternatif 3 Lantai dasar Gambar 4.5 Zona Lantai dasar PUBLIK SEMI PUBLIK PRIVAT SERVIS SEMI PRIVAT 113 Positif Area publik bagian tengah berada dekat pintu utama sehingga mudah dijangkau dan dapat diakses melalui tangga di sebelah kiri serta kanan bangunan. Area privat berada dekat dengan area publik sehingga dapat diakses secara langsung oleh pengguna. Negatif - Area semi publik terhalang oleh area privat dan publik sehingga pencahayaan alami (cahaya matahari pagi) kurang optimal. - Area servis berada dekat dengan area publik sehingga sirkulasi cukup terganggu. Lantai satu Gambar 4.6 Zona Lantai satu PUBLIK SEMI PUBLIK PRIVAT SERVIS SEMI PRIVAT 114 Positif Area servis (kiri) berada jauh dari pintu utama sehingga tidak mengganggu sirkulasi pengguna. Area privat tidak terhalang oleh area servis sehingga view dan pencahayaan yang didapat cukup optimal. Terdapat dua akses tangga (tangga area luar bangunan dan area dalam bangunan) sehingga area semi publik mudah diakses oleh pengguna. Posisi area semi privat tidak terhalang oleh area lainnya sehingga area mendapatkan pencahayaan alami yang optimal dari dua arah. Negatif - Area servis (kanan) berada jauh dengan semi publik sehingga tidak dapat diakses secara langsung. - Area semi privat bagian tengah berada tepat di belakang auditorium sehingga kurang mendapatkan pencahayaan alami dan view yang kurang bagus. Dapat diambil kesimpulan yaitu zona terpilih adalah zona alternatif 1 di mana zona tersebut telah memenuhi kebutuhan pengguna ruang secara optimal.Selain itu zona alternatif 1 juga memiliki sirkulasi yang baik sehingga mudah diakses oleh para pengguna. 4.1.2 Analisa Grouping Berikut ini merupakan beberapa alternatif grouping berdasarkan zoning yang telah terpilih sebelumnya. 115 1. Alternatif 1 (Grouping terpilih) Gambar 4.7 Grouping lantai dasar dan lantai satu PUBLIK SEMI PUBLIK PRIVAT SERVIS SEMI PRIVAT Lantai dasar Positif: Pada area lobby berada dekat dengan pintu utama sehingga memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi. Area resepsionis berada di bagian tengah serta menyatu dengan area tunggu dan gallery, sehingga staff dapat memantau kegiatan yang ada di kedua area tersebut. Negatif - Letak toilet cukup jauh dari area tunggu, sehingga pengguna tidak dapat mengakses langsung toilet dan harus melewati area latihan. 116 Lantai satu Positif: Ruang pimpinan mendapatkan pencahayaan alami dan view yang optimal serta terletak jauh dari pintu utama sehingga jauh dari sirkulasi pengguna dan lebih privat. Toilet (kanan) dekat dengan ruang tunggu, ruang latihan, serta ruang pengajar sehingga mudah dilalui. Ruang latihan mendapatkan cahaya matahari sore secara langsung dan tidak terhalang oleh area lainnya sehingga pencahayaan alami optimal. Negatif - Ruang latihan tari dan musik terletak berdekatan sehingga dapat menggangu pembelajaran satu sama lain. - Letak ruang ganti terpisah dengan toilet sehingga tidak dapat diakses langsung. 2. Alternatif 2 Gambar 4.8 Grouping lantai dasar dan lantai satu PUBLIK SEMI PUBLIK PRIVAT SERVIS SEMI PRIVAT 117 Lantai dasar Positif: Pada area lobby berada dekat dengan pintu utama sehingga memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi. Area latihan tari berada pada bagian bawah sehingga mendapatkan view dan pencahayaan alami khususnya matahari pagi yang cukup optimal. Area resepsionis berada pada bagian bawah dan dekat dengan pintu utama sehingga area tunggu dan gallery mudah dipantau dan berada di bawah pengawasan staff Negatif - Letak area resepsionis pada lobby utama tidak berdekatan dengan pintu utama sehingga sulit diakses oleh pengguna. - Mushola terletak dekat dengan toilet dan jauh dari area publik sehingga sulit dijangkau oleh pengguna. Lantai satu Positif: Ruang pimpinan mendapatkan pencahayaan alami dan view yang optimal serta terletak jauh dari pintu utama sehingga jauh dari sirkulasi pengguna dan lebih privat. Toilet (kanan) dekat dengan ruang tunggu, ruang latihan, serta ruang pengajar sehingga mudah dilalui oleh pengguna. Ruang latihan mendapatkan cahaya matahari sore secara langsung dan tidak terhalang oleh area lainnya sehingga pencahayaan alami cukup optimal. Negatif - Ruang latihan tari dan musik terletak berdekatan sehingga dapat menggangu pembelajaran satu sama lain. - Ruang pimpinan terletak dekat dengan toilet sehingga sirkulasi pengguna akan terganggu serta penghawaan kurang optimal. 118 3. Alternatif 3 Lantai dasar Gambar 4.9 Grouping lantai dasar dan lantai satu PUBLIK SEMI PUBLIK PRIVAT SERVIS SEMI PRIVAT Positif: Letak area resepsionis dekat dengan pintu utama sehingga lebih mudah dijangkau oleh pengunjung. Area toilet dekat dengan area latihan sehingga mudah dijangkau oleh para pengguna. Area latihan berada menghadap bagian timur sehingga mendapatkan view dan pencahayaan alami yang cukup optimal terutama pada pagi hari karena ruangan mendapatkan sinar matahari pagi. 119 Negatif - Area cafeteria tidak mendapatkan view yang baik karena tepat berada di area belakang auditorium. Lantai satu Positif Ruang pimpinan dan ruang meeting berada menghadap pada bagian barat sehingga mendapatkan pencahayaan alami (matahari sore) dan view yang cukup optimal. Negatif - Letak toilet (kiri) terlalu dekat dengan pintu utama sehingga secara estetika tidak terlalu baik. - Ruang pengajar terletak jauh dari ruang ganti dan toilet sehingga pengajar tidak mendapatkan akses langsung menuju ruang ganti dan toilet. Dapat diambil kesimpulan bahwa grouping terpilih merupakan grouping alternatif 1 di mana peletakkan ruang sudah sesuai dengan aktivitas pengguna ruang sehingga kegiatan pengguna dapat berjalan dengan maksimal. 4.2 Konsep Perancangan Di dalam perancangan interior sanggar seni tari tradisional Jawa Barat akan menggunakan pendekatan desain gaya kontemporer yang bersifat kekinian, dan akan dipadukan dengan jenis style Art Deco. Ciri-ciri Art Deco adalah bersifat elegan yang didominasi dengan bentuk geometris serta simetris, dan sering menerapkan elemen tumbuhan dalam bentuk ataupun ornamen hias. Sehingga pemilihan jenis style ini dapat dihubungkan dengan tema perancangan, yaitu daerah Jawa Barat yang sering dikaitkan dengan kekayaan alam yang dimilikinya. 1. Image Pra Desain Merupakan kumpulan gambar-gambar sebagai referensi penulis. Dari sini akan berkembang ide dan gaya apa yang akan diterapkan di dalam perancangan interior sanggar seni tari tradisional Jawa Barat. 120 Gambar 4.10 Image Pra Desain 2. Mood Board Berikut ini merupakan mood board yang terdiri dari local content apa saja yang akan digunakan dalam perancangan serta ambience ruang bagaimana yang ingin diciptakan di dalam perancangan interior sanggar. Gambar 4.11 Mood Board 121 4.3 Local Content 1. Bentuk Atap Julang Ngapak Rumah adat tradisional Jawa Barat atau yang biasa disebut dengan kasepuhan tidak begitu banyak ditemukan saat ini dan hilang seiring dengan perkembangan zaman. Akan tetapi, penerapan rumah adat ini sering ditemukan dalam gedunggedung bersejarah, ataupun instansi pemerintahan yang ada di daerah Jawa Barat. Yang membuat rumah adat ini unik adalah penerapan jenis atap pada masing-masing daerah memiliki perbedaan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah. Bentuk atap ini biasa disebut dengan suhunan, dan salah satu jenis atap yang akan diterapkan dalam perancangan interior adalah Julang Ngapak. Bentuk atap Julang Ngapak merupakan salah satu bentuk atap dari rumah tradisional Jawa Barat. Bentuk ini sering dikaitkan dengan bentuk burung yang sedang mengepakkan sayap. Pada bagian puncak terdapat capit hurang yang secara teknis berfungsi untuk mencegah rembesan air serta sebagai lambang kesatuan antara bagian rumah dengan alam. Di dalam perancangan interior, bentuk atap Julang Ngapak dapat diaplikasikan dalam ornamen hias serta peletakkan furniture khususnya pada bagian Gallery Exhibition. Gambar 4.12 Atap Julang Ngapak Sumber: anjjabar.go.id 2. Material Bambu Bambu merupakan salah satu kekayaan alam yang terdapat di daerah Jawa Barat.Material ini sering digunakan dalam pembuatan rumah tinggal, kerajinan 122 tangan, hingga alat musik tradisional. Di dalam perancangan interior sanggar seni tradisional, pemakaian material bambu akan diterapkan dengan konsep kontemporer yang bersifat kekinian. Seperti misalnya di dalam wall treatment, floor covering, dan ornamen hias. Gambar 4.13 Wall Treatment Sumber: bambooindustry.com dan pinterest.com 3. Material Rotan Rotan merupakan jenis tumbuhan merambat atau menjalar yang hidup tersebar di daerah hutan tropis di benua Asia, salah satunya adalah Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rotan terbesar di dunia (BPS 2002). Material rotan di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan furniture, kerajinan, peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Sifat rotan yang kuat, lentur, dan mudah dibentuk menjadikan rotan sebagai salah satu bahan non-kayu yang sangat penting di dalam industri mebel. Selain material bambu, daerah Jawa Barat juga terkenal dengan pengolahan material rotan. Salah satu daerah penghasil rotan terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Cirebon, di mana rotan menjadi ikon kabupaten tersebut. Khususnya pada Kecamatan Plered, di mana rotan diolah menjadi berbagai macam bentuk seperti furniture, kerajinan tangan, dan lain-lain. Di dalam perancangan interior sanggar seni tari tradisional, material rotan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan furniture, ataupun wall treatment dengan gaya kontemporer masa kini. 123 Gambar 4.14 Berbagai macam kursi dengan material rotan Sumber: inhabitat.com Gambar 4.15 Berbagai macam furniture dengan gaya kontemporer Sumber: onthenest.com 4. Motif Bordir Tasikmalaya Bordir Tasikmalaya atau yang sering dikenal juga dengan sebutan Bordir Kawalu merupakan salah satu industri terkenal di daerah Tasikmalaya. Pada awalnya seni hiasan bordir telah ditemukan sejak era Byzantium. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri definisi bordir adalah hiasan rajutan benang pada kain. Tasikmalaya merupakan kota industri kreatif yang hingga saat ini berkembang dan menjadi salah satu sumber perekonomian Kota Tasikmalaya itu sendiri. Beberapa industri kreatif yang ada di daerah ini diantaranya adalah industri bordir, batik, alas kaki, payung geulis, serta anyaman. Yang akan dijelaskan secara detail yaitu industri bordir. 124 Gambar 4.16 Bordir Tasik Sumber: imahtasik.com Bordir Tasikmalaya telah cukup terkenal di Indonesia hingga mancanegara karena jenis border yang unik serta terkenal dengan pembuatannya yang dilakukan secara manual. Bordir ini sendiri mendapatkan pengaruh budaya Cina karena lokasi Tasikmalaya yang berada di pesisir sehingga memungkinkan pedagang Cina untuk mendatangi wilayah ini dan memberikan pengaruh di dalam kebudayaan masyarakatnya. Untuk motifnya sendiri sebagian besar mengambil motif alam, seperti bunga, daun, dan sulur tanaman, yang kemudian diaplikasikan ke dalam tekstil dalam baju, sprei, sarung bantal, hingga taplak meja. Begitu juga dengan motif batik yang ada di Tasikmalaya, sebagian besar menggunakan motif alam dengan warna-warna cerah. Di dalam perancangan interior sanggar, bordir Tasikmalaya dapat diaplikasikan ke dalam bentuk pola wall treatment ataupun ceiling. Gambar 4.17 Motif Batik Tasikmalaya Sumber: tasikmalayakota.gov.id 125 4.4 Citra Ruang Citra ruang yang ingin ditimbulkan di dalam perancangan interior sanggar tari tradisional adalah sifat alami dan cerah yang dipadukan dengan keberagaman ornamen khas Jawa Barat. Selain itu pemakaian warna netral dipadukan dengan warna-warna aksen sehingga menjadi suatu ruangan yang elegan dan bergaya kontomporer. Bentuk organik yang diterapkan berasal dari alam seperti floral dan tanaman yang merupakan salah satu kekayaan alam Jawa Barat. Untuk area pembelajaran seperti studio tari, citra ruang yang ingin ditimbulkan adalah kesan luas dan tenang yang ditonjolkan dengan cara pemilihan material dan pencahayaan yang tepat. Gambar 4.18 Studio Tari Sumber: barrebodystudio.com 126 Gambar 4.19 Interior Lounge Sumber: Capitol Hotel Tokyo 4.5 Konsep Material Lantai, Dinding, Ceiling Tabel 4.1 Tabel pemakaian material dalam perancangan Interior No. Material Ruang Keterangan LANTAI Marmer Lobby, ruang tunggu, cafetaria 1 Jenis batu alam, dapat dikombinasikan dalam berbagai macam bentuk dan pola. Vinyl Floor Tile Merupakan lembaran yang Studio diproses dengan tari dan tekstur musik menyerupai kayu dan lentur. 2. 3 Ceramic Tile (40x40 cm) Area Servis, gudang Terbuat dari tanah liat beserta campuran bahan lainnya. Kelebihan Kekurangan Ketahanan tinggi, keras, cocok digunakan pada area sirkulasi tinggi. Tidak memantulk an bunyi, mudah dalam perawatan, relatif murah, tahan air. Relatif murah dengan beragam jenis warna Mahal, memantulkan suara, memerlukan perawatan khusus. Tidak tahan bentur atau benda tajam. Licin, dapat memantulkan suara. 127 dan motif, tahan basah. DINDING Gypsumboard Merupakan mineral kalsium sulfat yang ditambang dari tanah. Dinding partisi antar ruang, kantor 3 Acoustic Board 4. Material buatan yang Studio tari bertujuan dan musik untuk menyerap suara. Beton Dinding permanen bangunan 5. Material bangunan komposit, kombinasi aggregate dan pengikat semen. Ringan, murah, mudah dibentuk dan dipasang, padat, tahan api, dan memantulk an suara. Menyerap suara, ringan, murah, kering, jenis beragam. Sangat kuat, tahan api, mudah dalam perawatan, permukaan rata dan halus. Tidak tahan akan tekanan, tidak tahan basah dan lembab. Tidak dapat dibentuk, tidak tahan tekanan dan basah. Memantulkan suara. CEILING Gypsumboard 6. Acoustic Board 7. Ringan, murah, mudah Merupakan Dinding dibentuk mineral partisi dan kalsium sulfat antar dipasang, yang ruang, padat, ditambang dari kantor tahan api, tanah. dan memantulk an suara. Material Menyerap buatan yang suara, Studio tari bertujuan ringan, dan musik untuk murah, menyerap kering, suara. jenis Tidak tahan akan tekanan, tidak tahan basah dan lembab. Tidak dapat dibentuk, tidak tahan tekanan dan basah. 128 beragam. 4.5.1 Lantai Material lantai yang digunakan disesuaikan dengan aktivitas di dalam ruang tersebut. Pada area publik seperti lobby, area menunggu dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi dapat menggunakan material seperti marmer dan granit yang memiliki tingkat ketahanan tinggi dengan perawatan yang cukup mudah serta tahan lama. Penggunaan material tersebut juga mendukung ambience ruangan sehingga terlihat lebih mewah. Sedangkan pada area pembelajaran menggunakan material lantai yang rata dan halus sehingga aman digunakan bagi para pengguna studio. Material lantai seperti vinyl tile dengan motif kayu dapat digunakan pada area ini karena memiliki karakter yang kesat, tidak licin dan halus sehingga tidak mengganggu di dalam melakukan gerakan tari yang mudah ataupun sulit. Gambar 4.20 Pengaplikasian lantai marmer dalam ruang Sumber: boora.com 129 Gambar 4.21 Pengaplikasian Vinyl Floor Tile pada studio tari Sumber: detail-online.com 4.5.2 Dinding Material dinding yang digunakan diharapkan juga dapat mendukung aktivitas di dalam ruang dan menekankan ke dalam sistem akustik. Material gypsumboard dan acoustic board dapat digunakan sebagai dinding partisi karena dapat memantulkan suara dengan baik dan lebih tahan api. Pemilihan wall treatment juga penting karena bersifat estetik dan dapat mendukung konsep dan tema secaa visual. Pemilihan wall treatment yang tepat dapat digunakan di dalam area publik seperti lobby dan lounge sehingga dapat menarik perhatian tamu dan juga pengguna. Sedangkan di dalam area pembelajaran seperti studio tari dan musik, diperlukan material kedap suara yang bersifat lunak dan dapat mendukung pembelajaran tari dan musik. 130 Gambar 4.22 Wall treatment pada area lobby Sumber:lemeridienistanbuletiler.com 4.5.3 Ceiling Material ceiling hampir sama dengan material dinding dengan menggunakan material dari bahan yang lunak dan dapat memantulkan serta menyerap suara. Material yang cocok digunakan adalah gypsumboard, kayu, kain, serta acoustic board. Perlu diperhatikan dalam faktor estetika, ceiling dapat dibentuk sesuai dengan konsep dan tema sehingga dapat menarik perhatian dari para pengguna ruangan. Gambar 4.23 Aplikasi ceiling dalam ruangan Sumber: archdaily.com 131 4.6 Konsep Warna Warna yang diterapkan merupakan warna netral yang erat kaitannya dengan alam seperti tumbuhan dan floral, karena Jawa Barat terkenal dengan sebutan Bumi Parahyangan yang penuh dengan kekayaan alamnya. Warna netral yang digunakan seperti warna turunan coklat, putih, hitam, serta kuning dan merah sebagai aksen. Warna-warna tersebut sering diterapkan ke dalam motif-motif batik yang ada di Jawa Barat. Semakin menuju pesisir, warna batik semakin cerah dan mencolok bertolak belakang dengan batik pada daerah tinggi. Selain warna yang berkaitan dengan alam, menurut Sulasmi Darmaprawira (1989) menyatakan bahwa warna khas Parahyangan atau Jawa Barat banyak diungkapkan dalam bentuk sastra atau lagu-lagu Sunda lama serta pada pantun yang dikenal dengan sebutan sisindiran atau paparikan. Warna yang dikenal masyarakat Sunda adalah gandaria (ungu), kayas (merah muda), paul (biru ultramarine), serta hejo paul (biru turquoise). Selain itu dikenal juga warna gradasi antara merah dengan biru, serta warna gumading atau gading (krem). Untuk area pembelajaran tari dan musik menggunakan warna netral seperti kuning muda, putih gading, ataupun coklat muda hingga krem. Pemilihan warna ini digunakan sehingga tidak mengganggu fokus di dalam pembelajaran dan akan memberikan kesan luas di dalam ruangan studio tari tersebut. Warna-warna yang diaplikasikan di dalam perancangan interior ruang yaitu warna light yellow sebagai warna dominan dengan persentase 50%, coklat sebagai warna sub dominan dengan persentase 25%, pale yellow 15%, off white 6,25%, serta warna merah, biru, oranye, dan turquoise sebagai warna aksen dengan persentase masing-masing 1,5%. 132 SD 25% D 50% 6,25 % 15 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 4.7 Konsep Pencahayaan Pencahayaan ruang secara umum lebih kepada menggunakan general lighting dengan color temperature warm white sehingga mata tidak lelah terutama pada saat pembelajaran tari dan musik. Untuk elemen dekoratif dapat menggunakan indirect lighting serta accent lighting yang diaplikasikan ke dalam beberapa titik. Selain itu konsep pencahayaan yang hangat dapat diaplikasikan ke dalam area lobby dan lounge (area menunggu) dan memberikan kesan mewah di dalam area tersebut. Gambar 4.24 Aplikasi pencahayaan buatan dalam ruangan Sumber: archdaily.com 133 Keadaan bangunan juga memungkinkan untuk memanfaatkan pencahayaan alami, yaitu matahari yang dapat digunakan untuk menerangi ruangan di saat pagi hingga siang hari sehingga dapat menghemat energi listrik. Gambar 4.25 Perpaduan pencahayaan alami dan buatan Sumber: archdaily.com 4.8 Konsep Penghawaan Penghawaan di dalam perancangan sanggar seni tari dan musik menggunakan jenis penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami didapatkan dengan cara memberi bukaan di beberapa bagian ruangan sehingga udara dapat masuk ke dalam. Penghawaan juga dapat menghemat pemakaian energi listrik di dalam gedung. Gambar 4.26 Konsep penghawaan alami 134 Penghawaan buatan yang digunakan adalah AC dengan jenis split terutama pada area pembelajaran. AC split memiliki kelebihan tidak menimbulkan suara bising yang dapat mengganggu konsentrasi para pengguna studio tari dan musik. Suhu minimal ruang adalah 22-26°C yang dapat memberikan kenyamanan bagi para penggunanya. Pengaplikasian difuser dapat disesuaikan dengan keadaan ceiling sehingga bentuk dan material tidak baku dan dapat dirubah sesuai dengan keinginan. Gambar 4.27 Contoh Difuser AC 4.9 Konsep Akustik Ruang Perlu diperhatikan di dalam konsep akustik ruang, di mana penggunaan material yang dapat mengurangi tingkat kebisingan perlu diaplikasikan di dalam beberapa ruangan, khususnya area pembelajaran studio tari dan musik. Material yang diperlukan yaitu material dengan bahan berpori, lembut, serta memiliki fungsi sebagai penyerap suara. Material tersebut dapat digunakan ke dalam pemilihan penutup lantai, dinding, serta ceiling. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya kebocoran suara yang dapat mengganggu aktivitas pengguna lainnya. 135 Gambar 4.28 Penerapan material penyerap suara dalam ruang Sumber: blackcatacoutics.co.uk Berikut ini merupakan beberapa jenis produk yang dapat diaplikasikan sebagai sistem akustik ruang pembelajaran tari dan musik. 1. Fabric Wall Panels Material kain atau fabric dapat menjadi salah satu material pelapis untuk peredam suara yang cukup baik, terjangkau, serta mudah di dalam pemasangannya. Material berbahan dasar fiberglass ini cocok digunakan dalam ruangan yang memerlukan peredaman suara seperti auditorium, studio musik, gym, dan sebagainya. Gambar 4.29 Penerapan material penyerap suara dalam ruang Sumber: acousticfirst.com 136 2. Fibreglass Absorber Panels Panel dengan material fiberglass dapat diaplikasikan dalam elemen interior dinding ataupun ceiling. Memiliki berbagai macam bentuk sehingga dapat disesuaikan dengan konsep perancangan ruang. Berikut ini merupakan beberapa jenis pengaplikasian panel. Gambar 4.30 Panel pada Ceiling Sumber: arqen.com Gambar 4.31 Panel pada Ceiling dan Dinding Sumber: esi.info 3. Foam Acoustic Panels Jenis material foam sangat cocok digunakan untuk meredam suara, khususnya dalam ruangan tertutup seperti studio karena sifatnya yang lembut sehingga bising akan sepenuhnya diserap oleh material tersebut. Di dalam pengaplikasiannya pun Foam acoustic panels memiliki berbagai macam variasi bentuk sehingga cocok digunakan di dalam 137 perancangan interior dengan konsep yang sesuai. Selain panel untuk dinding, foam dapat diaplikasikan sebagai panel untuk ceiling. Gambar 4.31 Foam Panels untuk Ceiling dan Dinding Sumber: archiexpo.com 4.10 Konsep Keamanan Penempatan tangga darurat, jalur evakuasi dan peralatan keselamatan telah ditempatkan sesuai dengan perancangan arsitektur gedung. Akan tetapi diperlukan beberapa hal untuk mencegah dan menanggulangi bahaya di dalam ruangan, seperti: 1. Smoke dan heat detector di seluruh ruangan dengan titik pasang yang disesuaikan dengan area ruangan. 2. Pemasangan sprinkler di seluruh ruangan. 3. Menyediakan tabung pemadam kebakaran portabel di setiap lantai. 4. Pemasangan CCTV di beberapa titik yang perlu pengawasan khusus seperti lobby, studio tari dan musik, serta ruang kostum. CCTV dipasang secara tersembunyi dan langsung terhubung dengan ruang kontrol keamanan yang ada di dalam gedung. Gambar 4.32 Smoke Detector, Sprinkler, CCTV, Tabung pemadam kebakaran 138 4.11 Konsep Signage Signage diperlukan sebagai sebuah petunjuk di dalam gedung sebagai pemberi arah menuju suatu ruangan tertentu ataupun nama instansi. Pemakaian signage dapat disesuaikan dengan konsep perancangan dengan memperhatikan beberapa hal seperti: 1. Mudah terlihat oleh pengguna sehingga diaplikasikan di beberapa titik yang terbuka atau terekspos. 2. Penggunaan huruf dan warna yang mudah dimengerti dan tidak menyesatkan. 3. Tinggi Signage sekitar 150 cm dari ketinggian lantai dengan ukuran sekitar 50x30 cm setiap signage. 4. Tidak mengganggu sirkulasi dan dapat mengarahkan pengunjung dengan baik. Berikut ini merupakan beberapa contoh signage yang dapat diterapkan ke dalam perancangan interior sanggar seni tari tradisional. Gambar 4.33 Contoh signage dalam interior 139