1 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Zoning Grouping

advertisement
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisa Zoning Grouping
4.1.1 Analisa Zoning
Di dalam perancangan interior sanggar diperlukan beberapa alternatif dalam
pembuatan zoning dan grouping. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis di
dalam tahap selanjutnya yaitu pembuatan layout. Beberapa alternatif zoning dapat
dilihat sebagai berikut.
1. Alternatif 1 (Zona terpilih)

Lantai dasar
Gambar 4.1 Zona Lantai dasar
PUBLIK
SEMI PUBLIK
PRIVAT
SERVIS
108
SEMI PRIVAT
109
Positif
 Terdapatnya akses tangga pada kiri dan kanan bangunan sehingga area
publik yang berada dekat dengan pintu utama mudah dijangkau oleh
pengguna.
 Area Servis berada jauh dari area publik sehingga tidak mengganggu
sirkulasi ruang pengguna.
 Area semi publik dan publik mendapatkan cenderung mendapatkan
matahari pagi sehingga view dan pencahayaan cukup optimal.
Negatif
- Area privat berada jauh dari area publik sehingga tidak dapat diakses
secara langsung.

Lantai satu
Gambar 4.2 Zona Lantai satu
PUBLIK
SEMI PUBLIK
PRIVAT
SERVIS
SEMI PRIVAT
110
Positif
 Terdapat dua akses tangga (tangga dari area luar bangunan dan area
dalam bangunan) sehingga akses menuju area privat lebih mudah
dijangkau.
 Area privat berada satu jalur dengan area privat pada lantai dasar
sehingga pipa pembuangan air lebih optimal.
 Terdapat dua akses tangga sehingga untuk menuju area semi publik
lebih mudah dijangkau.
 Area semi privat mendapatkan cahaya matahari sore sehingga
pencahayaan alami yang didapatkan pada sore hari lebih optimal.
Negatif
- Area semi privat bagian tengah berada tepat di belakang auditorium
sehingga kurang mendapatkan pencahayaan alami dan view yang
kurang bagus.
2. Alternatif 2

Lantai dasar
Gambar 4.3 Zona Lantai dasar
PUBLIK
SEMI PUBLIK
PRIVAT
SERVIS
SEMI PRIVAT
111
Positif
 Terdapatnya akses tangga pada kiri dan kanan bangunan sehingga area
publik yang berada dekat dengan pintu utama mudah dijangkau oleh
pengguna.
 Area Servis berada jauh dari area publik sehingga tidak mengganggu
sirkulasi pengguna.
 Area semi publik dan publik mendapatkan cahaya matahari pagi
sehingga mendapatkan view dan pencahayaan alami yang optimal.
Negatif
- Area privat berada jauh dari area publik sehingga pengguna tidak
dapat mengakses area privat secara langsung.

Lantai satu
Gambar 4.4 Zona Lantai satu
PUBLIK
SEMI PUBLIK
PRIVAT
SERVIS
SEMI PRIVAT
112
Positif
 Area servis (kiri) berada jauh dari pintu utama sehingga tidak
mengganggu sirkulasi pengguna.
 Area privat berada dekat dengan semi publik sehingga dapat diakses
secara langsung oleh pengguna.
 Area privat dapat diakses melalui dua tangga (tangga area luar
bangunan dan area dalam bangunan) sehingga lebih mudah dijangkau
oleh pengguna.
Negatif
- Area privat kurang mendapatkan view dan pencahayaan yang baik
karena terhalang oleh area servis.
- Area semi privat bagian tengah berada tepat di belakang auditorium
sehingga kurang mendapatkan pencahayaan alami dan view yang
kurang bagus.
3. Alternatif 3

Lantai dasar
Gambar 4.5 Zona Lantai dasar
PUBLIK
SEMI PUBLIK
PRIVAT
SERVIS
SEMI PRIVAT
113
Positif
 Area publik bagian tengah berada dekat pintu utama sehingga mudah
dijangkau dan dapat diakses melalui tangga di sebelah kiri serta kanan
bangunan.
 Area privat berada dekat dengan area publik sehingga dapat diakses
secara langsung oleh pengguna.
Negatif
- Area semi publik terhalang oleh area privat dan publik sehingga
pencahayaan alami (cahaya matahari pagi) kurang optimal.
- Area servis berada dekat dengan area publik sehingga sirkulasi cukup
terganggu.

Lantai satu
Gambar 4.6 Zona Lantai satu
PUBLIK
SEMI PUBLIK
PRIVAT
SERVIS
SEMI PRIVAT
114
Positif
 Area servis (kiri) berada jauh dari pintu utama sehingga tidak
mengganggu sirkulasi pengguna.
 Area privat tidak terhalang oleh area servis sehingga view dan
pencahayaan yang didapat cukup optimal.
 Terdapat dua akses tangga (tangga area luar bangunan dan area dalam
bangunan) sehingga area semi publik mudah diakses oleh pengguna.
 Posisi area semi privat tidak terhalang oleh area lainnya sehingga area
mendapatkan pencahayaan alami yang optimal dari dua arah.
Negatif
- Area servis (kanan) berada jauh dengan semi publik sehingga tidak
dapat diakses secara langsung.
- Area semi privat bagian tengah berada tepat di belakang auditorium
sehingga kurang mendapatkan pencahayaan alami dan view yang
kurang bagus.
Dapat diambil kesimpulan yaitu zona terpilih adalah zona alternatif 1 di mana
zona tersebut telah memenuhi kebutuhan pengguna ruang secara optimal.Selain itu
zona alternatif 1 juga memiliki sirkulasi yang baik sehingga mudah diakses oleh para
pengguna.
4.1.2 Analisa Grouping
Berikut ini merupakan beberapa alternatif grouping berdasarkan zoning yang
telah terpilih sebelumnya.
115
1. Alternatif 1 (Grouping terpilih)
Gambar 4.7 Grouping lantai dasar dan lantai satu

PUBLIK
SEMI PUBLIK
PRIVAT
SERVIS
SEMI PRIVAT
Lantai dasar
Positif:
 Pada area lobby berada dekat dengan pintu utama sehingga
memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi.
 Area resepsionis berada di bagian tengah serta menyatu dengan area
tunggu dan gallery, sehingga staff dapat memantau kegiatan yang ada
di kedua area tersebut.
Negatif
-
Letak toilet cukup jauh dari area tunggu, sehingga pengguna tidak
dapat mengakses langsung toilet dan harus melewati area latihan.
116

Lantai satu
Positif:
 Ruang pimpinan mendapatkan pencahayaan alami dan view yang
optimal serta terletak jauh dari pintu utama sehingga jauh dari
sirkulasi pengguna dan lebih privat.
 Toilet (kanan) dekat dengan ruang tunggu, ruang latihan, serta ruang
pengajar sehingga mudah dilalui.
 Ruang latihan mendapatkan cahaya matahari sore secara langsung dan
tidak terhalang oleh area lainnya sehingga pencahayaan alami optimal.
Negatif
-
Ruang latihan tari dan musik terletak berdekatan sehingga dapat
menggangu pembelajaran satu sama lain.
-
Letak ruang ganti terpisah dengan toilet sehingga tidak dapat diakses
langsung.
2. Alternatif 2
Gambar 4.8 Grouping lantai dasar dan lantai satu
PUBLIK
SEMI PUBLIK
PRIVAT
SERVIS
SEMI PRIVAT
117

Lantai dasar
Positif:
 Pada area lobby berada dekat dengan pintu utama sehingga
memudahkan pengunjung untuk mendapatkan informasi.
 Area latihan tari berada pada bagian bawah sehingga mendapatkan
view dan pencahayaan alami khususnya matahari pagi yang cukup
optimal.
 Area resepsionis berada pada bagian bawah dan dekat dengan pintu
utama sehingga area tunggu dan gallery mudah dipantau dan berada di
bawah pengawasan staff
Negatif
-
Letak area resepsionis pada lobby utama tidak berdekatan dengan
pintu utama sehingga sulit diakses oleh pengguna.
-
Mushola terletak dekat dengan toilet dan jauh dari area publik
sehingga sulit dijangkau oleh pengguna.

Lantai satu
Positif:
 Ruang pimpinan mendapatkan pencahayaan alami dan view yang
optimal serta terletak jauh dari pintu utama sehingga jauh dari
sirkulasi pengguna dan lebih privat.
 Toilet (kanan) dekat dengan ruang tunggu, ruang latihan, serta ruang
pengajar sehingga mudah dilalui oleh pengguna.
 Ruang latihan mendapatkan cahaya matahari sore secara langsung dan
tidak terhalang oleh area lainnya sehingga pencahayaan alami cukup
optimal.
Negatif
-
Ruang latihan tari dan musik terletak berdekatan sehingga dapat
menggangu pembelajaran satu sama lain.
-
Ruang pimpinan terletak dekat dengan toilet sehingga sirkulasi
pengguna akan terganggu serta penghawaan kurang optimal.
118
3. Alternatif 3

Lantai dasar
Gambar 4.9 Grouping lantai dasar dan lantai satu
PUBLIK
SEMI PUBLIK
PRIVAT
SERVIS
SEMI PRIVAT
Positif:
 Letak area resepsionis dekat dengan pintu utama sehingga lebih
mudah dijangkau oleh pengunjung.
 Area toilet dekat dengan area latihan sehingga mudah dijangkau oleh
para pengguna.
 Area latihan berada menghadap bagian timur sehingga mendapatkan
view dan pencahayaan alami yang cukup optimal terutama pada pagi
hari karena ruangan mendapatkan sinar matahari pagi.
119
Negatif
-
Area cafeteria tidak mendapatkan view yang baik karena tepat berada
di area belakang auditorium.

Lantai satu
Positif
 Ruang pimpinan dan ruang meeting berada menghadap pada bagian
barat sehingga mendapatkan pencahayaan alami (matahari sore) dan
view yang cukup optimal.
Negatif
-
Letak toilet (kiri) terlalu dekat dengan pintu utama sehingga secara
estetika tidak terlalu baik.
-
Ruang pengajar terletak jauh dari ruang ganti dan toilet sehingga
pengajar tidak mendapatkan akses langsung menuju ruang ganti dan
toilet.
Dapat diambil kesimpulan bahwa grouping terpilih merupakan grouping
alternatif 1 di mana peletakkan ruang sudah sesuai dengan aktivitas pengguna ruang
sehingga kegiatan pengguna dapat berjalan dengan maksimal.
4.2
Konsep Perancangan
Di dalam perancangan interior sanggar seni tari tradisional Jawa Barat akan
menggunakan pendekatan desain gaya kontemporer yang bersifat kekinian, dan akan
dipadukan dengan jenis style Art Deco. Ciri-ciri Art Deco adalah bersifat elegan yang
didominasi dengan bentuk geometris serta simetris, dan sering menerapkan elemen
tumbuhan dalam bentuk ataupun ornamen hias. Sehingga pemilihan jenis style ini
dapat dihubungkan dengan tema perancangan, yaitu daerah Jawa Barat yang sering
dikaitkan dengan kekayaan alam yang dimilikinya.
1. Image Pra Desain
Merupakan kumpulan gambar-gambar sebagai referensi penulis. Dari sini
akan berkembang ide dan gaya apa yang akan diterapkan di dalam perancangan
interior sanggar seni tari tradisional Jawa Barat.
120
Gambar 4.10 Image Pra Desain
2. Mood Board
Berikut ini merupakan mood board yang terdiri dari local content apa saja
yang akan digunakan dalam perancangan serta ambience ruang bagaimana yang
ingin diciptakan di dalam perancangan interior sanggar.
Gambar 4.11 Mood Board
121
4.3
Local Content
1. Bentuk Atap Julang Ngapak
Rumah adat tradisional Jawa Barat atau yang biasa disebut dengan kasepuhan
tidak begitu banyak ditemukan saat ini dan hilang seiring dengan perkembangan
zaman. Akan tetapi, penerapan rumah adat ini sering ditemukan dalam gedunggedung bersejarah, ataupun instansi pemerintahan yang ada di daerah Jawa Barat.
Yang membuat rumah adat ini unik adalah penerapan jenis atap pada masing-masing
daerah memiliki perbedaan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah.
Bentuk atap ini biasa disebut dengan suhunan, dan salah satu jenis atap yang akan
diterapkan dalam perancangan interior adalah Julang Ngapak.
Bentuk atap Julang Ngapak merupakan salah satu bentuk atap dari rumah
tradisional Jawa Barat. Bentuk ini sering dikaitkan dengan bentuk burung yang
sedang mengepakkan sayap. Pada bagian puncak terdapat capit hurang yang secara
teknis berfungsi untuk mencegah rembesan air serta sebagai lambang kesatuan antara
bagian rumah dengan alam. Di dalam perancangan interior, bentuk atap Julang
Ngapak dapat diaplikasikan dalam ornamen hias serta peletakkan furniture
khususnya pada bagian Gallery Exhibition.
Gambar 4.12 Atap Julang Ngapak
Sumber: anjjabar.go.id
2. Material Bambu
Bambu merupakan salah satu kekayaan alam yang terdapat di daerah Jawa
Barat.Material ini sering digunakan dalam pembuatan rumah tinggal, kerajinan
122
tangan, hingga alat musik tradisional. Di dalam perancangan interior sanggar seni
tradisional, pemakaian material bambu akan diterapkan dengan konsep kontemporer
yang bersifat kekinian. Seperti misalnya di dalam wall treatment, floor covering, dan
ornamen hias.
Gambar 4.13 Wall Treatment
Sumber: bambooindustry.com dan pinterest.com
3. Material Rotan
Rotan merupakan jenis tumbuhan merambat atau menjalar yang hidup
tersebar di daerah hutan tropis di benua Asia, salah satunya adalah Indonesia. Hingga
saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rotan terbesar di dunia
(BPS 2002). Material rotan di Indonesia telah dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan furniture, kerajinan, peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Sifat rotan
yang kuat, lentur, dan mudah dibentuk menjadikan rotan sebagai salah satu bahan
non-kayu yang sangat penting di dalam industri mebel.
Selain material bambu, daerah Jawa Barat juga terkenal dengan pengolahan
material rotan. Salah satu daerah penghasil rotan terbesar di Jawa Barat adalah
Kabupaten Cirebon, di mana rotan menjadi ikon kabupaten tersebut. Khususnya pada
Kecamatan Plered, di mana rotan diolah menjadi berbagai macam bentuk seperti
furniture, kerajinan tangan, dan lain-lain. Di dalam perancangan interior sanggar seni
tari tradisional, material rotan dapat dimanfaatkan dalam pembuatan furniture,
ataupun wall treatment dengan gaya kontemporer masa kini.
123
Gambar 4.14 Berbagai macam kursi dengan material rotan
Sumber: inhabitat.com
Gambar 4.15 Berbagai macam furniture dengan gaya kontemporer
Sumber: onthenest.com
4. Motif Bordir Tasikmalaya
Bordir Tasikmalaya atau yang sering dikenal juga dengan sebutan Bordir
Kawalu merupakan salah satu industri terkenal di daerah Tasikmalaya. Pada awalnya
seni hiasan bordir telah ditemukan sejak era Byzantium. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia sendiri definisi bordir adalah hiasan rajutan benang pada kain.
Tasikmalaya merupakan kota industri kreatif yang hingga saat ini
berkembang dan menjadi salah satu sumber perekonomian Kota Tasikmalaya itu
sendiri. Beberapa industri kreatif yang ada di daerah ini diantaranya adalah industri
bordir, batik, alas kaki, payung geulis, serta anyaman. Yang akan dijelaskan secara
detail yaitu industri bordir.
124
Gambar 4.16 Bordir Tasik
Sumber: imahtasik.com
Bordir Tasikmalaya telah cukup terkenal di Indonesia hingga mancanegara
karena jenis border yang unik serta terkenal dengan pembuatannya yang dilakukan
secara manual. Bordir ini sendiri mendapatkan pengaruh budaya Cina karena lokasi
Tasikmalaya yang berada di pesisir sehingga memungkinkan pedagang Cina untuk
mendatangi wilayah ini dan memberikan pengaruh di dalam kebudayaan
masyarakatnya. Untuk motifnya sendiri sebagian besar mengambil motif alam,
seperti bunga, daun, dan sulur tanaman, yang kemudian diaplikasikan ke dalam
tekstil dalam baju, sprei, sarung bantal, hingga taplak meja. Begitu juga dengan
motif batik yang ada di Tasikmalaya, sebagian besar menggunakan motif alam
dengan warna-warna cerah.
Di dalam perancangan interior sanggar, bordir Tasikmalaya dapat
diaplikasikan ke dalam bentuk pola wall treatment ataupun ceiling.
Gambar 4.17 Motif Batik Tasikmalaya
Sumber: tasikmalayakota.gov.id
125
4.4
Citra Ruang
Citra ruang yang ingin ditimbulkan di dalam perancangan interior sanggar tari
tradisional adalah sifat alami dan cerah yang dipadukan dengan keberagaman
ornamen khas Jawa Barat. Selain itu pemakaian warna netral dipadukan dengan
warna-warna aksen sehingga menjadi suatu ruangan yang elegan dan bergaya
kontomporer. Bentuk organik yang diterapkan berasal dari alam seperti floral dan
tanaman yang merupakan salah satu kekayaan alam Jawa Barat.
Untuk area pembelajaran seperti studio tari, citra ruang yang ingin
ditimbulkan adalah kesan luas dan tenang yang ditonjolkan dengan cara pemilihan
material dan pencahayaan yang tepat.
Gambar 4.18 Studio Tari
Sumber: barrebodystudio.com
126
Gambar 4.19 Interior Lounge
Sumber: Capitol Hotel Tokyo
4.5
Konsep Material Lantai, Dinding, Ceiling
Tabel 4.1 Tabel pemakaian material dalam perancangan Interior
No.
Material
Ruang
Keterangan
LANTAI
Marmer
Lobby,
ruang
tunggu,
cafetaria
1
Jenis batu alam,
dapat
dikombinasikan
dalam berbagai
macam bentuk
dan pola.
Vinyl Floor Tile
Merupakan
lembaran yang
Studio
diproses dengan
tari dan
tekstur
musik
menyerupai
kayu dan lentur.
2.
3
Ceramic Tile
(40x40 cm)
Area
Servis,
gudang
Terbuat
dari
tanah liat beserta
campuran bahan
lainnya.
Kelebihan Kekurangan
Ketahanan
tinggi,
keras,
cocok
digunakan
pada area
sirkulasi
tinggi.
Tidak
memantulk
an bunyi,
mudah
dalam
perawatan,
relatif
murah,
tahan air.
Relatif
murah
dengan
beragam
jenis warna
Mahal,
memantulkan
suara,
memerlukan
perawatan
khusus.
Tidak tahan
bentur
atau
benda tajam.
Licin, dapat
memantulkan
suara.
127
dan motif,
tahan
basah.
DINDING
Gypsumboard
Merupakan
mineral
kalsium sulfat
yang
ditambang dari
tanah.
Dinding
partisi
antar
ruang,
kantor
3
Acoustic Board
4.
Material
buatan yang
Studio tari bertujuan
dan musik untuk
menyerap
suara.
Beton
Dinding
permanen
bangunan
5.
Material
bangunan
komposit,
kombinasi
aggregate dan
pengikat
semen.
Ringan,
murah,
mudah
dibentuk
dan
dipasang,
padat,
tahan api,
dan
memantulk
an suara.
Menyerap
suara,
ringan,
murah,
kering,
jenis
beragam.
Sangat
kuat, tahan
api, mudah
dalam
perawatan,
permukaan
rata
dan
halus.
Tidak tahan
akan tekanan,
tidak
tahan
basah
dan
lembab.
Tidak dapat
dibentuk,
tidak
tahan
tekanan dan
basah.
Memantulkan
suara.
CEILING
Gypsumboard
6.
Acoustic Board
7.
Ringan,
murah,
mudah
Merupakan
Dinding
dibentuk
mineral
partisi
dan
kalsium sulfat
antar
dipasang,
yang
ruang,
padat,
ditambang dari
kantor
tahan api,
tanah.
dan
memantulk
an suara.
Material
Menyerap
buatan yang suara,
Studio tari bertujuan
ringan,
dan musik untuk
murah,
menyerap
kering,
suara.
jenis
Tidak tahan
akan tekanan,
tidak
tahan
basah
dan
lembab.
Tidak dapat
dibentuk,
tidak
tahan
tekanan dan
basah.
128
beragam.
4.5.1
Lantai
Material lantai yang digunakan disesuaikan dengan aktivitas di dalam ruang
tersebut. Pada area publik seperti lobby, area menunggu dengan tingkat mobilitas
yang cukup tinggi dapat menggunakan material seperti marmer dan granit yang
memiliki tingkat ketahanan tinggi dengan perawatan yang cukup mudah serta tahan
lama. Penggunaan material tersebut juga mendukung ambience ruangan sehingga
terlihat lebih mewah.
Sedangkan pada area pembelajaran menggunakan material lantai yang rata
dan halus sehingga aman digunakan bagi para pengguna studio. Material lantai
seperti vinyl tile dengan motif kayu dapat digunakan pada area ini karena memiliki
karakter yang kesat, tidak licin dan halus sehingga tidak mengganggu di dalam
melakukan gerakan tari yang mudah ataupun sulit.
Gambar 4.20 Pengaplikasian lantai marmer dalam ruang
Sumber: boora.com
129
Gambar 4.21 Pengaplikasian Vinyl Floor Tile pada studio tari
Sumber: detail-online.com
4.5.2
Dinding
Material dinding yang digunakan diharapkan juga dapat mendukung aktivitas
di dalam ruang dan menekankan ke dalam sistem akustik. Material gypsumboard
dan acoustic board dapat digunakan sebagai dinding partisi karena dapat
memantulkan suara dengan baik dan lebih tahan api.
Pemilihan wall treatment juga penting karena bersifat estetik dan dapat
mendukung konsep dan tema secaa visual. Pemilihan wall treatment yang tepat dapat
digunakan di dalam area publik seperti lobby dan lounge sehingga dapat menarik
perhatian tamu dan juga pengguna. Sedangkan di dalam area pembelajaran seperti
studio tari dan musik, diperlukan material kedap suara yang bersifat lunak dan dapat
mendukung pembelajaran tari dan musik.
130
Gambar 4.22 Wall treatment pada area lobby
Sumber:lemeridienistanbuletiler.com
4.5.3
Ceiling
Material ceiling hampir sama dengan material dinding dengan menggunakan
material dari bahan yang lunak dan dapat memantulkan serta menyerap suara.
Material yang cocok digunakan adalah gypsumboard, kayu, kain, serta acoustic
board. Perlu diperhatikan dalam faktor estetika, ceiling dapat dibentuk sesuai dengan
konsep dan tema sehingga dapat menarik perhatian dari para pengguna ruangan.
Gambar 4.23 Aplikasi ceiling dalam ruangan
Sumber: archdaily.com
131
4.6
Konsep Warna
Warna yang diterapkan merupakan warna netral yang erat kaitannya dengan
alam seperti tumbuhan dan floral, karena Jawa Barat terkenal dengan sebutan Bumi
Parahyangan yang penuh dengan kekayaan alamnya. Warna netral yang digunakan
seperti warna turunan coklat, putih, hitam, serta kuning dan merah sebagai aksen.
Warna-warna tersebut sering diterapkan ke dalam motif-motif batik yang ada di Jawa
Barat. Semakin menuju pesisir, warna batik semakin cerah dan mencolok bertolak
belakang dengan batik pada daerah tinggi.
Selain warna yang berkaitan dengan alam, menurut Sulasmi Darmaprawira
(1989) menyatakan bahwa warna khas Parahyangan atau Jawa Barat banyak
diungkapkan dalam bentuk sastra atau lagu-lagu Sunda lama serta pada pantun yang
dikenal dengan sebutan sisindiran atau paparikan. Warna yang dikenal masyarakat
Sunda adalah gandaria (ungu), kayas (merah muda), paul (biru ultramarine), serta
hejo paul (biru turquoise). Selain itu dikenal juga warna gradasi antara merah dengan
biru, serta warna gumading atau gading (krem).
Untuk area pembelajaran tari dan musik menggunakan warna netral seperti
kuning muda, putih gading, ataupun coklat muda hingga krem. Pemilihan warna ini
digunakan sehingga tidak mengganggu fokus di dalam pembelajaran dan akan
memberikan kesan luas di dalam ruangan studio tari tersebut.
Warna-warna yang diaplikasikan di dalam perancangan interior ruang yaitu
warna light yellow sebagai warna dominan dengan persentase 50%, coklat sebagai
warna sub dominan dengan persentase 25%, pale yellow 15%, off white 6,25%, serta
warna merah, biru, oranye, dan turquoise sebagai warna aksen dengan persentase
masing-masing 1,5%.
132
SD
25%
D
50%
6,25 %
15 %
1,5 % 1,5 %
1,5 % 1,5 %
4.7
Konsep Pencahayaan
Pencahayaan ruang secara umum lebih kepada menggunakan general lighting
dengan color temperature warm white sehingga mata tidak lelah terutama pada saat
pembelajaran tari dan musik. Untuk elemen dekoratif dapat menggunakan indirect
lighting serta accent lighting yang diaplikasikan ke dalam beberapa titik. Selain itu
konsep pencahayaan yang hangat dapat diaplikasikan ke dalam area lobby dan
lounge (area menunggu) dan memberikan kesan mewah di dalam area tersebut.
Gambar 4.24 Aplikasi pencahayaan buatan dalam ruangan
Sumber: archdaily.com
133
Keadaan bangunan juga memungkinkan untuk memanfaatkan pencahayaan
alami, yaitu matahari yang dapat digunakan untuk menerangi ruangan di saat pagi
hingga siang hari sehingga dapat menghemat energi listrik.
Gambar 4.25 Perpaduan pencahayaan alami dan buatan
Sumber: archdaily.com
4.8
Konsep Penghawaan
Penghawaan di dalam perancangan sanggar seni tari dan musik menggunakan
jenis penghawaan alami dan buatan. Penghawaan alami didapatkan dengan cara
memberi bukaan di beberapa bagian ruangan sehingga udara dapat masuk ke dalam.
Penghawaan juga dapat menghemat pemakaian energi listrik di dalam gedung.
Gambar 4.26 Konsep penghawaan alami
134
Penghawaan buatan yang digunakan adalah AC dengan jenis split terutama
pada area pembelajaran. AC split memiliki kelebihan tidak menimbulkan suara
bising yang dapat mengganggu konsentrasi para pengguna studio tari dan musik.
Suhu minimal ruang adalah 22-26°C yang dapat memberikan kenyamanan bagi para
penggunanya. Pengaplikasian difuser dapat disesuaikan dengan keadaan ceiling
sehingga bentuk dan material tidak baku dan dapat dirubah sesuai dengan keinginan.
Gambar 4.27 Contoh Difuser AC
4.9
Konsep Akustik Ruang
Perlu diperhatikan di dalam konsep akustik ruang, di mana penggunaan
material yang dapat mengurangi tingkat kebisingan perlu diaplikasikan di dalam
beberapa ruangan, khususnya area pembelajaran studio tari dan musik. Material yang
diperlukan yaitu material dengan bahan berpori, lembut, serta memiliki fungsi
sebagai penyerap suara. Material tersebut dapat digunakan ke dalam pemilihan
penutup lantai, dinding, serta ceiling. Hal ini dilakukan guna mencegah terjadinya
kebocoran suara yang dapat mengganggu aktivitas pengguna lainnya.
135
Gambar 4.28 Penerapan material penyerap suara dalam ruang
Sumber: blackcatacoutics.co.uk
Berikut ini merupakan beberapa jenis produk yang dapat diaplikasikan
sebagai sistem akustik ruang pembelajaran tari dan musik.
1.
Fabric Wall Panels
Material kain atau fabric dapat menjadi salah satu material pelapis untuk
peredam suara yang cukup baik, terjangkau, serta mudah di dalam
pemasangannya. Material berbahan dasar fiberglass ini cocok digunakan
dalam ruangan yang memerlukan peredaman suara seperti auditorium,
studio musik, gym, dan sebagainya.
Gambar 4.29 Penerapan material penyerap suara dalam ruang
Sumber: acousticfirst.com
136
2.
Fibreglass Absorber Panels
Panel dengan material fiberglass dapat diaplikasikan dalam elemen
interior dinding ataupun ceiling. Memiliki berbagai macam bentuk
sehingga dapat disesuaikan dengan konsep perancangan ruang. Berikut
ini merupakan beberapa jenis pengaplikasian panel.
Gambar 4.30 Panel pada Ceiling
Sumber: arqen.com
Gambar 4.31 Panel pada Ceiling dan Dinding
Sumber: esi.info
3.
Foam Acoustic Panels
Jenis material foam sangat cocok digunakan untuk meredam suara,
khususnya dalam ruangan tertutup seperti studio karena sifatnya yang
lembut sehingga bising akan sepenuhnya diserap oleh material tersebut.
Di dalam pengaplikasiannya pun Foam acoustic panels memiliki
berbagai macam variasi bentuk sehingga cocok digunakan di dalam
137
perancangan interior dengan konsep yang sesuai. Selain panel untuk
dinding, foam dapat diaplikasikan sebagai panel untuk ceiling.
Gambar 4.31 Foam Panels untuk Ceiling dan Dinding
Sumber: archiexpo.com
4.10
Konsep Keamanan
Penempatan tangga darurat, jalur evakuasi dan peralatan keselamatan telah
ditempatkan sesuai dengan perancangan arsitektur gedung. Akan tetapi diperlukan
beberapa hal untuk mencegah dan menanggulangi bahaya di dalam ruangan, seperti:
1. Smoke dan heat detector di seluruh ruangan dengan titik pasang yang
disesuaikan dengan area ruangan.
2. Pemasangan sprinkler di seluruh ruangan.
3. Menyediakan tabung pemadam kebakaran portabel di setiap lantai.
4. Pemasangan CCTV di beberapa titik yang perlu pengawasan khusus
seperti lobby, studio tari dan musik, serta ruang kostum. CCTV dipasang
secara tersembunyi dan langsung terhubung dengan ruang kontrol
keamanan yang ada di dalam gedung.
Gambar 4.32 Smoke Detector, Sprinkler, CCTV, Tabung pemadam kebakaran
138
4.11
Konsep Signage
Signage diperlukan sebagai sebuah petunjuk di dalam gedung sebagai
pemberi arah menuju suatu ruangan tertentu ataupun nama instansi. Pemakaian
signage dapat disesuaikan dengan konsep perancangan dengan memperhatikan
beberapa hal seperti:
1. Mudah terlihat oleh pengguna sehingga diaplikasikan di beberapa titik
yang terbuka atau terekspos.
2. Penggunaan huruf dan warna yang mudah dimengerti dan tidak
menyesatkan.
3. Tinggi Signage sekitar 150 cm dari ketinggian lantai dengan ukuran
sekitar 50x30 cm setiap signage.
4. Tidak mengganggu sirkulasi dan dapat mengarahkan pengunjung dengan
baik.
Berikut ini merupakan beberapa contoh signage yang dapat diterapkan ke
dalam perancangan interior sanggar seni tari tradisional.
Gambar 4.33 Contoh signage dalam interior
139
Download