Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PENGARUH EKOWISATA TERHADAP KONDISI EKOLOGI, SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT KHALIDA NURUL ADILAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Ekowisata Terhadap Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Desember 2014 Khalida Nurul Adilah I34110009 iii ABSTRAK KHALIDA NURUL ADILAH. Pengaruh Ekowisata terhadap Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN. Ekowisata merupakan bagian dari kegiatan wisata yang bertujuan untuk mengagumi keindahan alam dan budaya dengan tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan (konservasi) dan memberikan keuntungan terhadap komunitas lokal secara ekonomi. Pengembangan ekowisata yang dilakukan berpengaruh terhadap kondisi ekologi, sosial, dan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan ekowisata, baik pengaruh yang diberikan tersebut adalah pengaruh positif maupun negative. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk menganalisis sejauhmana pengaruh adanya pengembangan ekowisata terhadap kondisi ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggal disekitar kawasan ekowisata. Kata Kunci: pengembangan ekowisata, kondisi ekologi, kondisi sosial, kondisi ekonomi, masyarakat ABSTRACT KHALIDA NURUL ADILAH. The Ecotourism Influence for Condition of Ecology, Social and Economic Community. Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN. Ecotourism is part of the tourism activities that aim to admire the beauty of nature and culture with no negative impact on the environment (conservation) and provide economic benefits to local communities. Ecotourism development that do affect the ecological, social, economic and local communities, given the good influence is positive or negative influence. The purpose of this paper is to analyze the extent of the influence of the tourism development of the condition of ecological, social and economic communities living around the area of ecotourism. Key words : ecotourism development, condition of ecology, social and economic, community iv PENGARUH EKOWISATA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT Oleh: KHALIDA NURUL ADILAH I34110009 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 v LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Khalida Nurul Adilah NIM : I34110009 Judul : Pengaruh Ekowisata terhadap Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masayarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Ir. Fredian Tonny N, MS Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan: ______________________ vi PRAKATA Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi pustaka dengan judul “Pengaruh Ekowisata terhadap Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan dalam rangka pemenuhansyarat kelulusan MK. Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa studi pustaka ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terimaksih kepada; 1. Bapak Ir. Fredian Tonny N, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk arahan, masukan, kritik dan saran, serta sabar dalam membimbing penulis selama penulisan studi pustaka ini, 2. Ayahanda M Nur Hasan dan Ibunda Endang Wahyu A, kakak tercinta Aris M Haikal sebagai sumber motivasi dan telah mendukung penulis dalam menempuh pendidikan menjadi mahasiswa Departemen Sains Komunkasi dan Pengembangan Masyarakat, 3. Semua dosen di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan akademisi dan ilmu kehidupan kepada penulis selama studi, 4. Teman sekelompok bimbingan Studi Pustaka Iksan Maulana, Rifayana, Nisa dan Gina Nefstia yang telah memberikan dukungan dan masukan selama menyusun studi pustaka, 5. Riza SU, M Wahyu Jati, Lukman N, Ismiatunnisa, Gusti H, Dhio Alif, dan Bayu Lintang yang tiada henti–hentinya menjadi penyemangat dan selalu memberikan motivasi untuk saya sebagai sahabat, 6. Teman-teman seperjuangan SKPM 48 lainnya yang telah memberikan dukungan dan keceriaan selama melewati masa kuliah di SKPM IPB, 7. Keluarga Ikatan Mahasiswa Jember-Bogor, yang telah memberikan banyak pengalaman organisasi dan dukungan kepada penulis. Serta telah menjadi keluarga terdekat selama menempuh pendidikan di IPB. Akhirnya penulis berharap studi pustaka ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang pengaruh pengembangan ekowisata terhadap kondisi ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat. Kritik dan saran sangat diharapkan dari semua pihak sehingga dapat membangun ke arah yang lebih baik. Bogor, Desember 2014 Khalida Nurul Adilah I34110009 vii DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. viii PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2 Metode Penelitian ................................................................................................ 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA .............................................................. 3 1. Dampak Perkembagan Pariwisata Di Objek Wisata Penglipuran ................. 3 2. Dampak Industri Batubara Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Sekitar Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kertanegara .................................................................................................... 4 3. Identifikasi Sosial Potensi Ekowisata Berbasis Peran Masyarakat .............. 6 4. Implementasi Manajemen Kolaboratif Dalam Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat ..................................................................................... 7 5. Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal Dalam Pemanfaatan Potensi Ekowisata Bagi Pengembangan Ekowisata Di Kawah Dibuni .................... 9 6. Perubahan Struktur Sosial Ekonomi Dari Ekonomi Pertanian ke Ekonomi Industri Pada Masyarakat Desa Kubangwungu Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes Tahun 1969-2010 ........................................................... 10 7. Strategi Pengembangan Ekowisata Di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua ....................................................................................................................... 11 8. Dampak Aktivitas Ekowisata Di Pulau Karimun Jawa Berdasarkan Persepsi Masyarakat ..................................................................................... 12 9. Peluang Usaha Ekowisata Di KAwasan Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa Timur (Ecotourism Business Opportunities in the Region Sempu Island Sanctuary, East Java ..................................................................................... 13 10. Ekowisata Meningkatkan Sosial Ekonomi Masyarakat (Sebuah Studi di Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan) ............................................. 14 11. Pengaruh Keberadaan Bandara Internasional Kaulanama Terhadap Perubahan Sosial Ekonomi dan Perubahan Fisik Kawasan Sekitarnya ....... 15 12. Pengaruh Ekonomi, Sosial-Budaya, dan Lingkungan Pengembangan Desa Wisata Jatiluwih-Tabanan ............................................................................ 16 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .................................................................... 19 Pariwisata, Ekowisata, dan Prinsip Ekowisata .................................................... 19 Ekowisata dan Pengembangannya ....................................................................... 20 Dampak Ekowisata .............................................................................................. 21 SIMPULAN ................................................................................................................ 25 Hasil Rangkuman dan Pembahasan ..................................................................... 25 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian .................................................. 25 Usulan Kerangka Pemikiran Baru ....................................................................... 26 RIWAYAT HIDUP .................................................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 29 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Usulan Kerangka Pemikiran Baru ........................................................... 25 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata, saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World Travel and Tourism Council pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor pariwisata memiliki pertumbuhan yang cukup besar yaitu 4 persen per tahun dan menyumbang sekitar 11,6 persen GDP dunia (Linberg, 2002). Pariwisata mampu menambah devisa pada suatu negara dalam jumlah yang besar. Di negara kita, pariwisata diharapkan mampu menanggulangi adanya krisis pada saat ini. Perkembangan pariwisata dirasakan semakin lama semakin pesat, sehingga tidak heran setiap negara berusaha meningkatkan industri pariwisata sebagai penghasil devisa yang besar dengan kata lain orientasi kepada masalah ekonomi, dengan mengeksploitasi budaya serta keanekaragaman sumber daya alam tanpa mempertimbangkan bahwa pariwisata merupakan suatu industri yang multi kompleks keberadaannya. Tetapi, pariwisata bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah sosial, budaya, politik dan seterusnya. Pariwisata adalah suatu sistem yang multi kompleks, dengan berbagai aspek yang saling terkait dan saling mempengaruhi antar sesama. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, pariwisata telah menjadi sumber penggerak dinamika masyarakat dan menjadi salah satu prime mover dalam perubahan sosial budaya (Pitana, 1999). Pengembangan pariwisata pada daerah tujuan wisata diharapkan dapat mampu memperhatikan kelestarian akan adat istiadat serta budaya lokal dan mampu memberikan tambahan pendapatan pada masyarakat di daerah tujuan wisata. Adanya pengembangan secara fisik serta arus keluar masuk wisatawan sedikit banyak akan membawa pengaruh pada masyarakat lokal, sehingga diperlukan perhatian sejak dini akan dampak pengembangan pariwisata di suatu daerah tempat tujuan wisata guna mewujudkan pengembangan pariwisata yang mampu menjaga kelestarian nilai budaya dan berdaya guna bagi masyarakat. Sebagai industri modern, pariwisata sebenarnya merupakan sebuah industri yang kompleks, yang meliputi industri perhotelan, rumah makan, kerajinan / cinderamata, tour dan travel dan sebagainya sehingga sektor ini bisa berfungsi sebagai katup pengaman atas berbagai persoalan ketenagakerjaan yang semakin serius di masa-masa mendatang. Di samping itu, perkembangan sektor pariwisata selain sebagai penghasil devisa negara juga memberikan keuntungan kepada daerah, serta masyarakat yang tinggal di daerah wisata. Hal inilah yang kemudian mendorong semangat bagi pemerintah pusat maupun daerah untuk memajukan pariwisata, dengan jalan memperbaiki fasilitas yang ada serta melengkapi dan membangun fasilitas di daerah wisata. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, di mana di dalamnya juga diatur tentang penyelenggaraan otonomi daerah menjadikan sektor pariwisata sebagai alternatif pilihan untuk menambah pemasukan bagi daerah. Jenis pariwisata yang kemudian mendapatkan perhatian dari pemerintahan untuk dikembangkan di Indonesia saat ini adalah wisata alam, wisata cagar alam, dan wisata yang memperhatikan konservasi alam yang kemudian dikenal dengan konsep 2 ekowisata. Pengembangan ekowisata ini bertujuan untuk memenuhi tuntutan wisatawan yang pada umumnya berasal dari kota, menginginkan suasana baru di pedesaan atau di alam yang jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kota. Sementara bagi wisatawan mancanegara yang berasal dari daerah industri, berkeinginan melakukan perjalanan yang bermakna dengan melihat daerah atau wilayah yang suasananya berbeda dengan daerah asalnya (Chafid Fandeli, 2000 : 57). Pengembangan pariwisata pada dasarnya perlu memperhatikan aspek ekonomi serta disisi yang lain juga memperhatikan aspek kelestarian alam dan masyarakat lokal (Chafid Fandeli, 2000 : 58). Tujuan Penelitian Penulisan studi pustaka mengenai “Pengaruh Pengembangan Ekowisata terhadap Kondisi Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat” adalah untuk menelusuri lebih jauh mengenai pengaruh apa saja yang ditimbulkan dari adanya pengembangan ekowisata terhadap kondisi ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat. Tujuan selanjutnya yang ingin dicapai adalah untuk menelusuri kajian-kajian sebelumnya dan ada yang belum pernah diteliti untuk dijadikan penulis sebagai rencana penelitian selanjutnya. Dengan demikian, diharapkan kajian yang telah dibuat dapat memberikan sumbangan lebih untuk dunia ilmu sosial ke depannya terkait dengan pengembangan ekowisata. Metode Penulisan Penulisan ini dilakukan dengan mengkaji berbagai kepustakaan. Jenis kepustakaan terdiri dari jurnal ilmiah, laporan hasil penelitian, skripsi/tesis/disertasi, dan dokumen resmi lainnya serta tulisan atau artikel dalam media dan buku-buku yang membahas atau mempublikasikan masalah-masalah terkait. Kajian pustaka selanjutnya diringkas, dianalisis dan disintesis untuk diperoleh kajian lebih mendalam untuk menghasilkan suatu kerangka baru sehingga menghasilkan pertanyaan penelitian yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pembuatan proposal penelitian. 3 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Dampak Perkembangan Pariwisata di Objek Wisata Penglipuran Tahun : 2011 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Putu Agus Prayogi Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Jurnal Perhotelan dan Pariwisata Volume (Edisi); hal : Vol. 1, No. 1; 65-79 Alamat URL/doi : http://www.triatmajaya.triatmamapindo.ac.id/files/journals/2/articles/19/submiss ion/original/19-52-1-SM.pdf Tanggal diunduh : 24 september 2014 Bali merupakan daerah dengan beragam potensi budaya dan alam yang dapat dijadikan sebagai modal untuk mengembangkan kepariwisataannya. Keberhasilan Bali dalam menarik wisatawan menjadi motivasi bagi kabupaten-kabupaten yang ada di Bali untuk mengembangkan serta memanfaatkan potensi wisata yang ada pada daerahnya, termasuk Kabupaten Bangli. Sebagai salah satu objek wisata di Kabupaten Bangli, Desa Adat Penglipuran memiliki berbagai potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung kesana. Pengembangan sektor pariwisata di Desa Penglipuran telah memberikan manfaat bagi masyarakat setempat. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber penghasilan bagi Masyarakat Desa Penglipuran. Namun pengembangan pariwisata di suatu daerah tidak selamanya memberikan dampak yang positif bagi masyarakat maupun daerah tersebut. Disadari ataupun tidak pengembangan pariwisata di suatu daerah juga akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat, budaya maupun alam yang dimiliki oleh daerah tersebut. Begitu juga dengan pengembangan pariwisata di Desa Penglipuran, Kabupaten Bangli. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan observasi serta wawancara mendalam kepada informan kunci dan informan pendamping sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Sumber Data pada penelitian ini adalah Data Primer, yang berasal langsung dari objek penelitian, yaitu data-data berupa potensi wisata yang dimiliki oleh Desa Pengelipuran dan Data Sekunder, yang diperoleh melalui dokumentasi seperti buku-buku literatur dan sumber lainnya. Hasil penelitian ini adalah pengembangan Desa Penglipuran sebagai Objek dan Daya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli, telah memberikan dampak yang secara langsung bisa dinikmati oleh masyarakat setempat. Dampak yang ditimbulkan oleh adanya pengembangan pariwisata tersebut antara lain berpengaruh pada 4 fisik/lingkungan, kehidupan sosial dan budaya Masyarakat Adat Desa Panglipuran, serta terhadap perekonomian masyarakat setempat. Namun tidak semuanya dampak yang diberikan itu bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga memberikan dampak yang sifatnya negatif. ANALISIS : Penulis dalam penelitian ini telah memaparkan bahwa dampak yang diakibatkan oleh pengembangan pariwisata adalah dampak positif dan negative, selain itu penulis juga memaparkan penanggulangan untuk dampak negative yang ditimbulkan daengan adanya pengembangan pariwisata. Namun, dalam penelitian ini tidak disertakan kerangka pemikiran dari penulis. Pada hasil dan pembahasan dari penelitian ini juga tidak disertakan data konkrit dari hasil observasi dan wawancara mendalam di lapang. 2. Dampak Industri Batubara terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di sekitar Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kelu Kabupaten Kutai Kertanegara Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Siska Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : eJournal Administrasi Negara Volume (Edisi); hal : Vol. 1, No. 2;473-493 Alamat URL/doi : http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wp content/uploads/2013/06/Microsoft%20Word% 20-%20e-jurnal%20siska%20%2806-01-13-0511-08%29.pdf Tanggal diunduh : 24 September 2014 Pembangunan industri di daerah Jembayan secara tidak langsung merangsang penduduk setempat memanfaatkan peluang kerja yang semula di bidang pertanian saja, dapat berkembang ke bidang jasa. Tumbuhnya kawasan industri juga tidak menutup kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan di berbagai sisi kehidupan baik perubahan kondisi alamnya maupun perubahan nilai-nilai kehidupannya. Berdirinya industri batubara di daerah Jembayan ini telah menimbulkan daya tarik tersendiri bagi pencari kerja dari luar daerah, sehingga menimbulkan masyarakat yang majemuk. Dengan berbagai macam budaya dan perilaku yang dibawa oleh masing-masing individu, akan berpengaruh pula terhadap kehidupan masyarakat setempat. Pembangunan dan pengembangan industri yang sekarang ini digalakan, secara langsung dan tidak langsung, juga mengandung benturan-benturan antar nilai- nilai budaya lama dan modern. Industrialisasi merupakan usaha peningkatan produksi berskala besar dengan cara memanfaatkan teknologi modern, sehingga tuntutan kepada masyarakat untuk dapat menguasai teknologi tersebut harus dilihat dalam pola atau system yang 5 modern pula. Nilai-nilai budaya lama dan modern sering menimbulkan konflik. Dampak tersebut bisa menimbulkan kondisi kesenjangan nilai- nilai budaya yang dianut masyarakat. Metode yang dipergunakan adalah suatu penelitian yang bersifat verifikatif, yaitu ingin mengetahui atau menggambarkan objek atau peristiwa dengan maksud untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Sedangkan untuk penelitian ini diambil sampel sejumlah 630 orang dari 6539 orang masyarakat Desa Jembayan. Responden dalam penelitian ini meliputi masyarakat biasa (Penduduk setempat, Karyawan perusahaan) dan Pejabat yang berwenang (Kepala desa, dan pimpinan perusahaan PT. Mega Prima Persada). Penelitian lapangan berupa observasi, penyebaran angket, dokumentasi serta wawancara juga dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah dapat dibuktikan adanya dampak yang ditimbulkan industri batubara di Desa Jembayan. Munculnya industri batubara di Desa Jembayan awalnya menimbulkan pro kontra bahkan sampai sekarang, namun dibalik itu tidak bisa ditampik bahwa daerah tersebut perlu adanya pembangunan, masuknya industri batubara memberikan pembangunan juga terbukanya lapangan kerja serta membawa pengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat. ANALISIS : Berdasarkan penelitian ini, penulis menemukan bahwa dampak industri batu bara terhadap sosial ekonomi masyarakat dinyatakan positif memberikan dampak. Hal ini dilihat dari nilai persentase yang lebih besar terhadap dampak perkembangan penduduk, pola perpindahan penduduk, pola perkembangan ekonomi, peningkatan pendapat masyarakat, dan perubahan lapangan kerja yang meningkat selama 5 tahun, dimana 5 tahun adalah lamanya industri batu bara beroperasi di daerah desa jembayan tersebut. 3. Identifikasi Sosial Potensi Ekowisata Berbasis Peran Mayarakat Lokal Tahun : 2011 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Mochamad Widjanarko, Dian Wismar’ein Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Jurnal Psikologi Volume (Edisi); hal : Vol. 9, No. 1; 33-39 Alamat URL/doi : http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article /view/2883 Tanggal diunduh : 24 september 2014 6 Kawasan wisata alam lereng Pegunungan Muria terletak di sebelah utara Kota Kudus dengan jarak tempuh kurang lebih 18 km dari Kota Kudus. Gunung Muria mempunyai ketinggian 1602 m dpl, sedangkan objek wisata alam lereng Gunung Muria memiliki ketinggian 700 m dpl, sebagian hutan terdiri dari dari hutan-hutan terlindung dan tanaman kopi (Setiyanto, 2003). Keinginan untuk melestarikan dalam model ekowisata sepertinya sudah berlangsung lama akan tetapi belum tampak adanya upaya yang berarti, berbagai upaya yang dijalankan oleh berbagai pihak terlihat masih kurang efektif. Salah satu penyebab ketidakefektifan ini adalah lemahnya kolaborasi antar pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan di Muria. Masing-masing pihak yang berwenang dan berkepentingan belum mampu bersinergi dengan baik dan masih berjalan sendiri-sendiri. Meskipun dijumpai beberapa inisiatif dari beberapa pihak, baik dari perhutani maupun masyarakat, akan tetapi masih bersifat sporadis dan tidak terintegrasi satu dengan yang lain. Oleh karena itu dibutuhkan proses yang mampu menjalin keterpaduan antar pihak yang sebagai landasan dasar pelaksanaan ekowisata di Desa Colo berbasis pada peran masyarakat lokal. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan identifikasi sosial seberapa jauh masyarakat Desa Colo, Kabupaten Kudus mengetahui potensi ekowisata di desanya. Bentuk penelitian ini adalah penelitian kualiatif dengan melakukan pendekatan fenomenologis, peneliti berusaha menggali dan mengidentifikasi potensi ekowisata di Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Teknik pengumpulan data yang digunakan: pertama, wawancara. Kedua, teknik pengamatan terlibat. Ketiga, diskusi kelompok terarah, Keempat, dokumentasi. Dari hasil pengkajian identifikasi sosial masyarakat untuk mengetahui potensi ekowisata di desanya, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan antara lain: pertama, masyarakat Desa Colo sudah memiliki kegiatan yang mengarah ke pengelolaan ekowisata dan sumber daya manusia yang mampu mengerjakan, hanya belum merancang untuk „menjual‟ aktivitas tersebut ke masyarakat umum. Kedua, Belum adanya tata aturan pengelolaan kawasan alam Muria ke depan dengan melibatkan masyarakat dan pemerintah desa terkait. ANALISIS Ekowisata yang melestarikan dan memanfaatkan alam dan budaya masyarakat, jauh lebih ketat dibanding dengan hanya keberlanjutan. Pembangunan ekowisata berwawasan lingkungan jauh lebih terjamin hasilnya dalam melestarikan alam dibanding dengan keberlanjutan pembangunan. Sebab ekowisata tidak melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, fisik dan psikologis wisatawan. 7 4. Implementasi Manajemen Kolaboratif dalam Pengelolaan Ekowisata Berbasis Mayarakat Tahun : 2011 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Wulandari, Titik Sumarti Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Sodality Volume (Edisi); hal : Vol. 5, No. 1; 32-50 Alamat URL/doi : http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/ viewFile/5833/449 Tanggal diunduh : 2 Oktober 2014 Seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan secara global, maka dibidang pariwisata terjadi pula kecenderungan perubahan dari pariwisata yang eksploitatif ke arah pariwisata yang berkelanjutan. Ekowisata merupakan pariwisata alternatif yang timbul sebagai konsekuensi dari ketidakpuasan terhadap bentuk pariwisata yang kurang memperhatikan dampak sosial dan ekologis, dan lebih mementingkan keuntungan ekonomi dan kenyamanan manusia semata (Fennel, 1999 dalam Nugraheni, 2002). Salah satu tempat yang dijadikan tujuan ekowisata adalah taman nasional. Hal ini karena taman nasional memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan berbagai daya tarik obyek ekowisata yang sangat menarik. Salah satu taman nasional yang banyak menjadi tujuan ekowisata adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Rencana Aksi Pengembangan Ekowisata TNGS Tahun 2008-2011 menyebutkan bahwa TNGHS memiliki potensi ekowisata yang tinggi karena terdapat flora, fauna yang khas, gejala alam, panorama alam, peninggalan sejarah, dan atraksi budaya yang spesifik. Pihak yang terlibat dalam pengembangan ekowisata di kawasan ini tidak hanya pihak taman nasional dan masyarakat setempat. Pihak lain yang banyak memberikan kontribusi dalam pengembangan ekowisata ini yaitu adanya keberadaan Yayasan Ekowisata Halimun (YEH) dan berbagai travel agent. Kerja sama multi pihak ini dikenal juga dengan istilah manajemen kolaboratif. Melalui manajemen kolaboratif ini diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan TNGHS yang baik sehingga bermanfaat optimal bagi kepentingan ekologis, sosial dan ekonomi sesuai dengan karakteristik taman nasional. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan manajemen kolaboratif dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat di TNGHS. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji proses kolaborasi dalam program ekowisata berbasis masyarakat dan mengkaji manfaat pengelolaan kolaboratif ekowisata berbasis masyarakat bagi masyarakat Kampung Citalahab dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. 8 Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang suatu peristiwa atau gejala sosial. Srategi penelitian yaitu studi kasus dimana Sitorus (1998) menyebutkan bahwa studi kasus merupakan studi aras mikro yang hanya menyoroti satu atau beberapa kasus dan studi kasus merupakan strategi penelitian yang bersifat multi metode. Pelaksanaan Kolaborasi dalam program ekowisata berbasis masyarakat di Kampung Citalahab telah berada pada tahap ke tiga yaitu melaksanakan kesepakatan. Namun, kolaborasi hanya sebatas pelaksanaan saja dan belum diadakan kegiatan mereview kesepakatan. Selain itu juga belum adanya pelibatan stakeholder lain seperti dinas pariwisata dan swasta dalam pengembangan kesepakatan. ANALISIS Kegiatan ekowisata berbasis masyarakat ini secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan manfaat manfaat sosial kepada masyarakat lokal. Manfaat secara langsung adalah meningkatnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat tentang ekowisata. Sedangkan, manfaat tidak langsung yang diterima oleh masyarakat adalah pelestarian budaya lokal pada kawasan wisata. Selain itu terjadi pula transfer informasi antara masyarakat dan para wisatawan. 5. Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal dalam Pemanfaatan IDENTIFIKASI KAPASITAS KOMUNITAS LOKAL DALAM PEMANFAATAN POTENSI EKOWISATA BAGI PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWAH CIBUNI Tahun : 2012 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Andelissa Nur Imran Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Volume (Edisi); hal : Vol. 23, No. 2; 85-102 Alamat URL/doi : http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/?page_id=117 1 Tanggal diunduh : 2 Oktober 2014 RESUME Ekowisata merupakan bagian dari kegiatan wisata yang bertujuan untuk mengagumi keindahan alam dan budaya dengan tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan (konservasi) dan memberikan keuntungan terhadap komunitas lokal secara 9 ekonomi. Kawah Cibuni yang terletak di daerah Ciwidey, Kabupaten Bandung, merupakan salah satu objek wisata yang memiliki keindahan alam dan budaya yang masih asli, didukung dengan kondisi alamnya yang hijau, alami, dan terdapat penduduk asli yang menempati daerah tersebut. Kawah Cibuni dikenal karena memiliki sumber air panas dan kawah-kawah kecil yang masih aktif di sekitarnya. Kawah Cibuni memiliki kriteria sebagai lokasi ekowisata yang ikut melibatkan peran komunitas lokal dalam pengembangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kapasitas komunitas lokal dalam pemanfaatan potensi ekowisata bagi pengembangan ekowisata di Kawah Cibuni. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai komunitas lokal di Kawah Cibuni. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dimana ada 3 tahap yang harus dilalui, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kawah Cibuni layak untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata karena hampir memenuhi kriteria ekowisata, yaitu konservasi, edukasi, dan sustainability. ANALISIS Kapasitas komunitas dapat menjadi suatu pendekatan penting dalam rangka pengembangan ekowisata. Ekowisata sangat mementingkan pelibatan komunitas lokal di dalamnya, oleh karena itu harus diketahui seperti apa kapasitas yang dimiliki komunitas lokal sehingga mereka mampu berkontribusi dalam pengembangan ekowisata, seperti pada penelitian ini yang dilakukan di Kawah Cibuni. 6. PERUBAHAN STRUKTUR SOSIAL EKONOMI DARI EKONOMI PERTANIAN KE EKONOMI INDUSTRI PADA MASYARAKAT DESA KUBANGWUNGU KECAMATAN KETANGGUNGAN KABUPATEN BREBES TAHUN 1969-2010 Tahun : 2012 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Umi Darojah, Wasino Wasino, P. Eko Prasetyo Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Journal of Educational Social Studies Volume (Edisi); hal : Vol. 1 No. 2; 78-83 Alamat URL/doi Tanggal diunduh RESUME : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess/article/ view/734 : 2 Oktober 2014 10 Sebelum masuknya industri tali tambang, masyarakat Desa Kubangwungu seba- gian besar bermata pencaharian sebagai petani. Setelah masuknya industri tali tam- bang dimungkinkan adanya perubahan kehidupan masyarakat.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui strukur sosial ekonomi masyarakat Desa Kubangwungu ketika masih berbasis pertanian, mengetahui struktur sosial ekonomi masayarakat Desa Kubangwungu setelah berubah dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri tahun 19692010, mengetahui dampak industri tali tambang terhadap gaya hidup masyarakat Desa Kubangwungu Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara, ob- servasi, kepustakaan dan dokumentasi. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Desa Kubangwungu, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes. Hasil penelitian menunjukan bahwa masuknya industri ke desa membawa pergeseran sosial ekonomi pada masyarakat terutama kegiatan ekonomi masyarakat Desa Kubangwungu dan pendapatan masyarakat.Saran penulis adalah para pengrajin dapat membina sikap mental lingkungan masyarakat, perlu dilakukan reorientasi konsep penyuluhan, masyarakat lebih berhemat dengan cara menabung. ANALISIS Perubahan struktur sosial ekonomi dari masyarakat ekonomi pertanian menjadi ekonomi industry merubah gaya hidup masyarakatnya. Masyarakat pertanian dengan tingkat pendapatan yang rendah, maka pola konsumsi dan gaya hidup juga masih sangat rendah. Sedangkan untuk masyarakat industri dengan tingkat pendapatan yang tinggi, maka memiliki gaya hidup dan pola pikir yang sudah tinggi pula. Perubahan gaya hidup tersebut terjadi pada pola konsumsi sehari-hari dengan meningkatkan berbagai kebutuhan, yang sebelumnya pada per- tanian masyarakat lebih cenderung memenuhi kebutuhan sekunder, setelah berkembangnya industri tambang dalam pola konsumsi, mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan primer tetapi juga kebutuhan sekunder, bahkan sebagian sudah pada tingkat kebutuhan mewah. 7. STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KEPULAUAN YAPEN PROVINSI PAPUA Tahun : 2010 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Karsudi, Rinekso Kartodihardjo Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Volume (Edisi); hal : Vol. XVI, (3); 148-154 DI KABUPATEN Soekmadi, Hariadi 11 Alamat URL/doi : http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.php/jmht/article/vi ew/3178/2122 Tanggal diunduh : 30 Oktober 2014 RESUME Kepulauan Yapen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua yang memiliki berbagai potensi wisata yang sangat layak dikembangkan sebagai objek daya tarik ekowisata (terdapat 20 objek wisata yang tersebar secara merata di 12 distrik). Objek wisata yang memiliki keunikan, sangat endemik, dan tidak terdapat di wilayah lain di Indone- sia adalah objek wisata habitat burung cenderawasih. Berdasarkan informasi dari masyarakat, habitat burung cenderawasih di Kepulauan Yapen telah dikenal oleh wisatawan mancanegara sejak tahun 1995. Namun demikian, berdasarkan hasil wawancara terhadap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Yapen diketahui bahwa hingga saat ini tingkat kunjungan wisata di lokasi objek daya tarik wisata habitat burung cenderawasih di Kepulauan Yapen mengalami penurunan, bahkan disebutkan tidak terdapat kunjungan sama sekali. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan ekowisata di Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Data sekunder diperoleh dari kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Yapen, Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan Yapen, dan Bappeda Kabupaten Kepulauan Yapen. Data sekunder juga diperoleh dari laporan penelitian sejenis, berbagai literatur, publikasi ilmiah, dan data yang diunduh melalui internet. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar objek wisata di Kabupaten Kepulauan Yapen baik objek wisata laut, perairan, maupun daratan layak dikembangkan sebagai objek daya tarik ekowisata. Namun, terdapat beberapa potensi objek wisata yang belum layak dikembangkan sebagai objek daya tarik ekowisata karena memiliki hambatan dan kendala untuk dikembangkan yang antara lain berupa potensi pasar yang belum mendukung, lokasi objek yang jauh, dan adanya kesulitan dalam hal aksesibilitas, pengelolaan dan pelayanan belum sesuai dengan standar, akomodasi belum memenuhi syarat, dan hubungan dengan objek sejenis lainnya yang cukup tinggi. ANALISIS Berdasarkan kondisi objektif pengembangan ekowisata saat ini maka strategi pengembangan yang dapat diterapkan yaitu strategi pesimis melalui upaya penataan ruang wisata, pengembangan manajemen atraksi, pengembangan promosi dan pemasaran, pengembangan regulasi dan organisasi pengelola ekowisata, dan menciptakan situasi keamanan yang kondusif baik di dalam maupun luar kawasan wisata. 8. DAMPAK AKTIVITAS EKOWISATA DI BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT PULAU KARIMUNJAWA 12 Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Editor Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi); hal Alamat URL/doi Tanggal diunduh : 2014 : Jurnal : Elektronik : Akhsanul Ni’am Laksono dan Mussadun :::: : Vol. 3, No.2; 262-273 : http://www.ejournals1.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/5048/ pdf_28 : 30 Oktober 2014 RESUMEporsimabok Keindahan pantai di Pulau Karimunjawa memiliki daya tarik bagi para turis domsetik maupun mancanegara. Jumlah wisatawan yang datang semakin meningkat. Penambahan jumlah wisatawan itu menguntungkan masyarakat Karimunjawa. Lapangan kerja terbuka luas dan pendapatan masyarakat bertambah. Namun hal ini berdampak negatif pada terumbu karang dan padang lamun yang terus rusak. Penelitian ini melihat dampak terhadap sumberdaya alam, sosial budaya, ekonomi serta kelembagaannya dengan adanya kegiatan pariwisata menurut persepsi masyarakat yang tinggal di sana. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi karakteristik sumberdaya alam, sosial budaya, ekonomi, dan kelembagaan, kemudian mengidentifikasi jenis pariwisata yang ada di Pulau Karimunjawa. Dari kedua hal tersebut menghasilkan analisis dampak aktifitas wisata terhadap sumberdaya alam, sosial budaya, ekonomi, dan kelembagaan di Pulau Karimunjawa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan melakukan wawancara menggunakan teknik snowball hingga jawaban dari pertanyaan itu berulang dan mengalami kejenuhan. Untuk teknik pengumpulan datanya menggunakan triangulasi, yaitu mengkompilasi hasil observasi, wawancara, dan dari data sekunder baik dari hasil penelitian sebelumnya atau berdasarkan data dari instansi. Hasil penelitian ini adalah ditemukan banyak jenis kegiatan wisata yang dilakukan di Karimun Jawa. Kegiatan-kegiatan wisata tersebut memberikan dampak terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungannya. Dampak-dampak yang ditimbulkan tersebut tidak hanya dampak positif tetapi juga dampak negative. ANALISIS Dari tulisan ini, penulis dapat mengetahui bahwa setiap kegiatan ekowisata yang berkembang tidak sedikit yang menimbulkan dampak-dampak terhadap aspek kehidupan disekitar wilayah ekowisata. Peran pemerintah disini bersama masyarakat 13 setempat dalam pengelolaan kegiatan ekowisata sangat dibutuhkan agar dapat teratasi dampak-dampak negative dari adanya kegiatan ekowisata yang berkembang. 9. PELUANG USAHA EKOWISATA DI KAWASAN CAGAR ALAM PULAU SEMPU, JAWA TIMUR (Ecotourism Business Opportunities in the Region Sempu Island Sanctuary, East Java) Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Hari Purnomo, Bambang Sulistyantara, Andi Gunawan Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Volume (Edisi); hal : Vol. 10 No. 4; 235-246 Alamat URL/doi : http://ejournal.forda-mof.org/ejournallitbang/index.php/JPSE/article/view/172 Tanggal diunduh : 1 November 2014 RESUME Cagar Alam Pulau Sempu sudah menjadi salah satu daerah tujuan wisata alam popular yang banyak dikunjungi orang di Kabupaten Malang. Adanya kegiatan ekowisata di Pulau Sempu menimbulkan permasalahan pengelolaan terkait dengan status kawasan sebagai Cagar Alam. Kawasan Cagar Alam tidak ditujukan untuk kegiatan wisata, melainkan hanya untuk pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi kenyataan yang dihadapi sekarang, kunjungan wisatawan ke Pulau Sempu semakin meningkat dan sudah sangat sulit dihentikan. Penelitian ini bertujuan 1) Menganalisis potensi obyek daya tarik wisata alam; 2) Mengevaluasi dampak ekowisata terhadap kawasan; 3) Merumuskan strategi kebijakan pengelolaan kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan studi pustaka. Untuk merumuskan strategi pengelolaan menggunakan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan kawasan Cagar Alam Pulau Sempu sangat potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan ekowisata dengan daya tarik obyek wisata alam berupa danau “Segara Anakan”, keanekaragaman flora, fauna dan ekosistemnya. Adanya dampak negatif dari wisata alam terhadap kawasan, diperlukan pengelolaan dan perencanaan yang sesuai untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Strategi pengelolaan yang sesuai adalah a) Melakukan evaluasi fungsi kawasan dan membagi blok pengelolaan untuk meminimalkan dampak pengunjung; b) Perubahan status sebagai kawasan Cagar Alam menjadi Taman Wisata Alam; c) Melakukan kolaborasi pengelolaan kawasan dengan masyarakat. 14 ANALISIS Dalam merumuskan strategi kebijakan pengelolaan suatu kawasan ekowista maka perlu diperhatikan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan ekowisata dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi pengembangan ekowisata. Penulis dalam penelitian ini menggunakan analisis SWOT dengan scoring dan pembobotan untuk mendapatkan rumusan strategi pengembangan kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. 10. EKOWISATA MENINGKATKAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT (Sebuah Studi di Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan) Tahun : 2011 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : I Ketut Putra Suarthana Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi Volume (Edisi); hal : Vol 16, No. 2; 24-33 Alamat URL/doi : http://www.triatmamulya.triatmamapindo.ac.id/ojs/index.php/JMNA/article/view/24/25 Tanggal diunduh : 1 November 2014 RESUME Pembangunan pariwisata memiliki peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. Kinerja Pariwisata Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Indonesia memiliki potensi wisata yang sangat potensial untuk mengembangkan pariwisata karena memiliki keindahan alam dan seni budaya 15 yang beraneka ragam Salah satu ekowisata yang menarik minat penulis untuk dikaji pada penelitian ini adalah Taman Nasional Tanjung Puting di Kota Waringin Barat. Hasil dari penelitian ini adalah aktivitas ekowisata di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting ini telah memberi arti dan manfaat yang sangat luas terhadap sumber daya alam dan masyarakat setempat. Kesinambungan ekowisata ini akan terjamin secara utuh apabila seluruh komponen yang terlibat didalamnya berperan aktif serta memiliki komitmen yang tinggi untuk turut menjaga dan mengembangkannya. ANALISIS Suatu kawasan ekowisata harus memiliki ciri khas endemik untuk ditwarkan sebagai objek wisata kepada para turis. Komodifikasi berbasis destinasi lebih berpotensi untuk dikembangkan dan menguntungkan secara komersial. Pada ekowisata yang berbasis masyarakat, kadang kala ditemukan komodifikasi terhadap produk maupun budaya yang dimiliki oleh masyarakat setempat sehingga aktivitas mereka memiliki nilai jual secara komersial. Hal tersebut, menunjukkan bahwa pembangunan pariwisata kebersinambungan dan berwawasan lingkungan jangka panjang sangat penting dalam suatu pengembangan wisata. 11. PENGARUH KEBERADAAN BANDARA INTERNASIONAL KAULANAMA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI DAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI DAN PERUBAHAN FISIK KAWASAN SEKITARNYA Tahun : 2014 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Nia Fitria Indah dan Samsul Marif Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Jurnal Teknik PWK Volume (Edisi); hal : Vol. 3; No.; 182-195 Alamat URL/doi : http://www.ejournals1.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/4389/pdf_12 Tanggal diunduh : 1 November 2014 RESUME Keberadaan Bandara Internasional Kualanamu di Kabupaten Deli Serdang telah memberikan pengaruh terhadap perubahan aktivitas penggunaan lahan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan perubahan nilai lahan kawasan sekitarnya. Perubahan ini didukung dengan adanya pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan bandara 16 dibeberapa kawasan tertentu, sehingga kawasan sekitarnya pun menjadi daya tarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di kawasan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mengacu pada variabel perubahan aktivitas penggunaan lahan, variabel perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan variabel perubahan nilai lahan. Untuk setiap variabel menggunakan teknik analisis skoring. Dari ketiga variabel pengukuran tersebut kemudian dilakukan overlay peta sehingga terlihat jelas perubahan yang terjadi. Berdasarkan dari analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini disimpulkan bahwa keberadaan Bandara Internasional Kualanamu telah memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi dan perubahan fisik kawasan sekitarnya. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas komersial dan bermukim terutama disepanjang jalur utama di kawasan sekitar. ANALISIS Adanya pembangunan bandara tersebut mempengaruhi pertumbuhan kawasan disekitarnya. Pengembangan kawasan bandara ini memberikan dampak terhadap aktivitas penggunaan lahan, sosial ekonomi masyarakat, dan peningkatan nilai lahan disekitarnya. Pertumbuhan kawasan disekitar pembangunan tersebut memicu tumbuhnya aktivitas baru baik yang terjadi secara cepat, sedang, maupun lambat. 12. DAMPAK EKONOMI, SOSIAL- BUDAYA, DAN LINGKUNGAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI JATILUWIH-TABANAN Tahun : 2006 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : I Nengah Subadra, Nyoman Mastiani Nadra Nama Editor :Judul Buku :Kota dan Nama :Penerbit :Nama Jurnal : Volume (Edisi); hal : Vol. 5, No. 1; 46-64 Alamat URL/doi : http://triatmamulya.triatmamapindo.ac.id/ojs/index.php/JMPII/article/view/11/11 Tanggal diunduh : 1 November 2014 RESUME Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan (segala sesuatu yang kita nikmati) sekarang dan selanjutnya diwariskan kepada generasi mendatang. Jadi, dengan pola pembangunan 17 berkelanjutan generasi sekarang dan generasi yang akan datang mempunyai hak yang sama untuk menikmati alam beserta isinya ini. Sehubungan dengan pesatnya perkembangan pariwisata di Bali, pola pembangunan berkelanjutan sangat cocok diterapkan dalam pengembangan pariwisata di Bali. Ini bertujuan untuk melestarikan keberadaan pariwisata yang ada sekarang ini kepada generasi yang akan datang. Salah satu upaya penerapan pola pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah dengan pemilihan percontohan Desa Wisata. Ada tiga percontohan Desa Wisata di Bali yaitu; Desa Adat Pangelipuran di Kabupaten Bangli, Desa Adat Sebatu di Kabupaten Gianyar dan Desa Adat Jatiluwih di Kabupaten Tabanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak pengembangan pariwisata di Objek Desa Wisata Jatiluwih terhadap lingkungan, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi masyarakat lokal dengan menggunakan pendekatan pembangunan pariwisata berkelanjutan. Data penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa cara antara lain: (1) obervasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subjek dan objek Desa Wisata dan komponen industri pariwisata; (2) wawacara, yaitu mengumpulkan informasi melalui wawancara terstruktur dengan responden yang dipilih secara acak yaitu subyek dan Objek Desa Wisata, berbagai industri pariwisata dan masyarakat setempat; dan (3) dokumentasi, yaitu dengan mengabadikan dokumen-dokumen dan foto-foto dari subyek dan Objek Desa Wisata. Pembanguanan pariwisata berkelanjutan di Desa Wisata Jatiluwih belum sepenuhnya memenuhi aspek-aspek pola pembangunan pariwisata berkelanjutan. Dua aspek keberlanjutan yaitu aspek sosial-budaya dan lingkungan telah terpenuhi. Kehidupan sosial budaya khususnya pertanian, gotong royong, dan kegiatan-kegiatan keagamaan masih tetap terjaga kelestarianya walaupun tempat ini bnayak dikunjungi wisatawan. Sumber daya alam (sawah teras siring) yang dijadikan sebagai objek dan daya tarik wisata utama masih dijaga kelestariannya oleh masyarakat lokal yang secara langsung melestarikan budaya pertaniannya. Sedangkan aspek pemberian manfaat ekonomi kepada masyarakat lokal belum terpenuhi karena kurangya peran serta masyarakat dalam proses perencanaan, pembangunan, pelestarian dan penilaian terhadap pembangunan pariwisata di Desa Wisata Jatiluwih. ANALISIS Konsep pembangunan pariwisata berkelanjuatan merupakan konsep pembangunan yang sangat ideal untuk diterapkan dalam berbagai pembangunan dalam bidang pariwisata. pariwisata berkelanjutan mempunyai penekanan khusus pada tiga hal yaitu; 1. Pelestarian warisan alam dan budaya serta tradisi masyarakat local dengan mengurangi konteks yang intensif dan massal terhadap objek- objek wisata budaya; 2. Pengurangan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan sehubungan dengan pengembangan pariwisata; 3. Pemberdayaan masyarakat lokal untuk mempertinggi kehidupan sosial dan budayanya guna meningkatkan kualitas dan standar hidup masyarakat lokal. Tetapi, realisasi konsep pembangunan pariwisata berkelanjutan tersebut tidak mudah untuk diterapkan. 18 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Pariwisata, Ekowisata, dan Prinsip Ekowisata Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu dan menghabiskan waktu senggang atau waktu libur (Zalukhu 2009 seperti dikutip Saputro 2011). Berbeda dengan pariwisata, ekowisata didefinisikan The International Ecotourism Society (TIES) (2000) seperti dikutip Damanik dan Weber (2006) sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Istilah ekowisata mulai diperkenalkan pada tahun 1987 oleh Hector Ceballos Lascurian, setelah itu beberapa pakar mendefinisikan ekowisata yang masing-masing meninjau dari sudut pandang berbeda. Menurut Hector CeballosLascurain definisi dari ecoturism (ekowisata) adalah perjalanan wisata alam yang tidak mengganggu atau merusak lingkungan alam, dengan tujuan khusus misalnya untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan serta tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, seperti setiap perwujudan kebudayaan (baik masa lampau atau sekarang) yang ada di daerah yang bersangkutan (Fennell 1999). From (2004) seperti dikutip Damanik dan Weber (2006) menyusun tiga konsep dasar yang lebih operasional tentang ekowisata, yaitu sebagai berikut: Pertama, Perjalanan outdoor dan di kawasan alam yang tidak menimbulkan kerusakan 19 lingkungan. Wisata ini biasanya menggunakan sumberdaya hemat energi, seperti tenaga surya, bangunan kayu, bahan daur ulang, dan mata air. Sebaliknya kegiatan tersebut tidak mengorbankan flora dan fauna, tidak mengubah topografi lahan dan lingkungan dengan mendirikan bangunan yang asing bagi lingkungan dan budaya masyarakat setempat. Kedua, wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas transportasi yang diciptakan dan dikelola masyarakat kawasan itu. Prinsipnya, akomodasi yang tersedia bukanlah perpanjangan tangan hotel internasional dan makanan yang ditawarkan juga bukan makanan berbahan baku impor, melainkan semuanya berbasis produk lokal. Oleh sebab itu, wisata ini memberikan keuntungan langsung bagi masyarakat lokal. Ketiga, perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal. Para wisatawan biasanya banyak belajar dari masyarakat lokal bukan sebaliknya mengurangi mereka. Wisatawan tidak menuntut masyarakat lokal agar menciptakan pertunjukan dan hiburan ektra tetapi mendorong mereka agar diberi peluang untuk menyaksikan upacara dan pertunjukan yang sudah dimiliki oleh masyarakat setempat. Dari definisi di atas dapat diidentifikasi beberapa prinsip ekowisata TIES (2000) dikutip Damanik dan Weber (2006), yaitu sebagai berikut: a) Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata. b) Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal, maupun pelaku wisata lainnya. c) Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi obyek daya tarik wisata. d) Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan. e) Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal. f) Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik di daerah tujuan wisata. g) Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata. Definisi dan prinsip-prinsip ekowisata yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan inilah yang telah mendorong para pengelola tempat wisata untuk menerapkan konsep ekowisata pada daerah tujuan wisata. Seperti yang telah diterapkan di sejumlah taman nasional di Indonesia yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kutai, Taman Nasional Bukit Tigapuluh, dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Terdapat pula di kawasan konservasi mangrove di Nusa Lembongan Bali dan Teluk Youtefa, Jayapura. Ekowisata Bahari juga diterapkan di Pulau Mansuar Raja Ampat, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Taman Nasional Teluk Cendrawasih Papua, dan Pulau Pasi Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan. Di kawasan 20 dataran tinggi, terdapat ekowisata Dataran Tinggi Dieng dan yang terakhir adalah kawasan konservasi penyu di Kepulauan Derawan Kalimantan Timur. Ekowisata dan Pengembangannya Ekowisata merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial yang diberi batasan sebagai kegiatan yang bertumpu pada lingkungan dan bermanfaat secara ekologi, sosial dan ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya dan keberlanjutannya (Fandeli dan Mukhlison, 2000). Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi, oleh karena itu ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata yang bertanggung jawab. Rencana Pengembangan Ekowisata Ekowisata merupakan suatu konsep baru, maka diperlukan perencanaan dan kebijaksanaan, sehingga upaya pengembangan yang dilakukan akan berjalan dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan ekowisata. Secara konseptual menurut Kembudpar (2003a) ekowisata menekankan 3 prinsip dasar pengembangan, yaitu: 1. Prinsip konservasi : pengembangan ekowisata atau ekoturisme harus mampu memelihara, melindungi dan atau berkonstribusi untuk memperbaiki sumberdaya alam; 2. Prinsip partisipasi masyarakat : pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan menghormati nilai-nilai sosial-budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat di sekitar kawasan. 3. Prinsip ekonomi : pengembangan ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat, khususnya setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya untuk memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat mengembangkan pembangunan yang berimbang (balanced development) antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak; Sedangkan dalam penerapannya, juga sebaiknya dapat mencerminkan dua prinsip lainnya, yaitu: 1. Prinsip edukasi : pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan untuk mengubah sikap atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan budaya; 2. Prinsip wisata : pengembangan ekowisata harus dapat memberikan kepuasan dan memberikan pengalaman yang orisinil kepada pengunjung serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan. Menurut Gunn (1994) perencanaan pengembangan pariwisata ditentukan oleh keseimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang dimiliki sebagai penawaran dan permintaan atau minat wisatawan sebagai permintaan. Komponen penawaran terdiri dari : atraksi (potensi keindahan alam dan budaya serta bentuk aktivitas wisata), transportasi (aksesibilitas), pelayanan informasi, akomodasi dan sebagainya. Sedangkan komponen permintaan terdiri atas pasar wisata dan motivasi 21 wisatawan. Fandeli dan Mukhlison (2000) menyatakan suatu perencanaan akan menghasilkan pengembangan yang baik, bila dilaksanakan dengan pengenalan secara menyeluruh elemen-elemennya. Untuk menyajikan seluruh elemen ekowisata dapat didekati dengan elemen dan sistem pariwisata. Pada dasarnya setiap bentuk pengembangan pariwisata bertumpu pada dua elemen, yaitu produk (destination) dan pasar wisata (market). Untuk dapat mengembangkan kedua aspek ini diperlukan upaya pemasaran dan mengatur aspek perjalanan. Dalam pengembangannya, terutama dalam tahapan perencanaan dan programming, perlu dilakukan upaya pembekalan dan pemberdayaan, baik pada pihakpihak yang ingin mengembangkan ekowisata dan masyarakat setempat. Selanjutnya pola pengembangannya berbeda dari satu tempat atau daerah yang lain (karena status dan kondisi masing-masing daerah berbeda-beda satu sama lain). Dampak Ekowisata Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas (Soemarwoto 1989). Ekowisata merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan. Pengelolaan ekowisata yang baik akan menghasilkan beberapa keuntungan dalam berbagai aspek. Akan tetapi, apabila tidak dikelola dengan benar, maka ekowisata dapat berpotensi menimbulkan masalah atau dampak negatif. Berdasarkan kacamata ekonomi makro, ekowisata memberikan beberapa dampak positif (Yoeti 2008), yaitu: 1. Menciptakan kesempatan berusaha; 2. Menciptakan kesempatan kerja; 3. Meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan masyarakat, sebagai akibat multiplier effect yang terjadi dari pengeluaran wisatawan yang relatif cukup besar; 4. Meningkatkan penerimaan pajak pemerintah dan retribusi daerah; 5. Meningkatkan pendapatan nasional atau Gross Domestic Bruto (GDB); 6. Mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sector ekonomi lainnya; 7. Memperkuat neraca pembayaran. Bila neraca pembayaran mengalami surplus, dengan sendirinya akan memperkuat neraca pembayaran Indonesia, dan sebaliknya. Pengembangan ekowisata tidak saja memberikan dampak positif, tetapi juga dapat memberikan beberapa dampak negatif, antara lain (Yoeti 2008): 1. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, yang menyebabkan Indonesia akan kehilangan daya tariknya untuk jangka panjang; 2. Pembuangan sampah sembarangan yang selain menyebabkan bau tidak sedap, juga dapat membuat tanaman di sekitarnya mati; 3. Sering terjadi komersialisasi seni-budaya; dan 4. Terjadi demonstration effect, kepribadian anak-anak muda rusak. Cara berpakaian anak-anak sudah mendunia berkaos oblong dan bercelana kedodoran. 22 Yoeti (2008) mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan ekowisata dapat memberikan pengaruh pada berbagai aspek seperti sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pengaruh terhadap Ekologi Pengembangan ekowisata harus benar-benar dilakukan denagn penuh kehatihatian dan pengelolaan yang cermat, tidak terjebak atau tergiur pada keuntungan ekonomi jangka pendek, tetapi harus berpedoman pada pengembangan berkelanjutan. Artinya, generasi kini dapat memetik manfaatnya, namun tanpa melupakan bahwa generasi berikutnya pun memiliki hak mendapat manfaat SDA yang sama (Warpani 2007). Oleh karena itu, kebijakan dalam kaitan dengan ekowisata dilandasi oleh dimensi ekologi yaitu (Damanik dan Weber 2006): 1. Penentuan dan konsistensi pada daya dukung lingkungan 2. Pengelolaan limbah dan pengurangan penggunaan bahan baku hemat energy 3. Prioritas pengembangan produk dan layanan jasa berbasis lingkungan 4. Peningkatan kesadaran lingkungan dengan kebutuhan konservasi Pengembangan ekowisata dapat mendatangkan dampak positif berupa meningkatnya upaya reservasi sumberdaya alam, pembangunan taman nasional, perlindungan pantai, dan taman laut. Namun di lain pihak, pengelolaan kegiatan ekowisata yang kurang tepat dapat menimbulkan dampak negatif berupa polusi, kerusakan lingkungan fisik, pemanfaatan berlebihan, pembangunan fasilitas tanpa memperhatikan kondisi lingkungan, dan kerusakan hutan mangrove (Tuwo 2011). Pengaruh terhadap Sosial-Budaya Ekowisata sebagai industri pariwisata merupakan bagian dari cultural industry yang melibatkan seluruh masyarakat. Meskipun hanya sebagian masyarakat yang terlibat, namun pengaruh sosial lebih luas seperti terjadinya ketimpangan/kesenjangan sosial dalam masyarakat. Pengaruh pariwisata terhadap masyarakat termasuk terjadinya perubahan proses sosial masyarakat yang di dalamnya terdapat kerjasama dan persaingan antara pelaku pariwisata. Proses sosial adalah hubungan timbal balik antar individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok, berdasarkan potensi atau kekuatan masing-masing (Abdulsyani 1994). Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat dimana terdapat proses hubungan antar manusia berupa interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia secara terus-menerus. Terbentuknya interaksi sosial apabila terjadi kontak sosial dan komunikasi sosial. Proses sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk yaitu, kerjasama, persaingan, pertikaian/pertentangan, dan akomodasi (Tafalas 2010). Supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskan norma-norma masyarakat. Mula-mula norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun lama-kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar. Norma-norma yang ada di masyarakat, mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang, sampai yang terkuat daya ikatnya. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma 23 tersebut, secara sosiologis Soekanto dibagi menjadi 4 tingkatan norma (Soekanto 1982), yaitu: a. Cara (usage): suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan individu dalam suatu masyarakat tetapi tidak secara terus-menerus; b. Kebiasaan (folkways): suatu bentuk perbuatan berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan- tujuan jelas dan dianggap baik dan benar; c. Tata kelakuan (mores): sekumpulan perbuatan yang mencerminkan sifat- sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh sekelompok masyarakat terhadap anggota- anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur memaksa atau melarang suatu perbuatan; dan d. Adat istiadat (custom): kumpulan tata kelakuan yang paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat kuat terhadap masyarakat yang memilikinya. Pengaruh terhadap Ekonomi Menurut Sedarmayanti (2005) kegiatan ekowisata yang banyak menarik minat wisatawan telah memberikan sumbangan devisa untuk negara dan juga telah membuka kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat tidak saja mendapatkan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, tetapi juga dapat menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang menunjang kegiatan pariwisata. Taraf hidup dikutip dari Data BPS tahun 2005 dalam Rahman (2009) adalah variabel kemiskinan yaitu luas lantai bangunaan tempat tinggal, jenis lantai bangunan tempat tinggal, jenis dinding bangunan tempat tinggal, fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan rumah tangga, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, konsumsi daging/ayam/susu/perminggu, pembeliaan pakaian baru setiap anggota rumah tangga setiap tahun, frekuensi makan dalam sehari, kemampuan membayar untuk berobat ke puskesmas atau dokter, lapangan pekerjaan kepala rumahtangga, pendidikan tertinggi kepala rumah tangga dan kepemilikan asset/harta bergerak maupun tidak bergerak. Taraf hidup adalah tingkat kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 24 SIMPULAN Rangkuman dan Pembahasan Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli dengan menghargai warisan budaya dan alamnya guna mendukung upaya-upaya konservasi agar tidak menghasilkan dampak negatif dan memberi keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan serta menghargai partisipasi komunitas lokal. Saat ini, ekowisata telah berkembang menjadi suatu bentuk pariwisata yang sedang diminati oleh masyarakat umum. Ekowisata mempunyai pasar tersendiri, karena biasanya menuntut kemampuan fisik dan mental. Dalam pengembangannya, ekowisata ini juga harus didukung dengan partisipasi dari komunitas lokal di sekitar objek wisata tersebut. Pelibatan komunitas lokal secara aktif dapat menjadi kunci dalam pengembangan ekowisata. Sehingga komunitas lokal di sana bukan hanya menjadi objek wisata, tetapi juga ikut berperan aktif dalam membantu pengembangan ekowisata maupun pengelolaan dari kawasan ekowisata tersebut. Pelibatan komunitas lokal ini sangat diperlukan karena berkaitan dengan peningkatan kualitas dan kondisi sosial dan ekonomi komunitas lokal. Pengelolaan wisata yang tidak sesuai dengan konsep konservasi maka akan memberikan dampak negative terhadap aspek kehidupan masyarakat lokal dibidang sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sebaliknya, pengelolaan ekowisata yang sesuai dan memperhatikan konsep konservasi serta kesejahteraan masyarakat lokal akan banyak memberikan dampak yang positif bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dalam ketiga aspek tersebut. 25 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Ekowisata merupakan suatu bentuk perjalanan wisata ke tempat yang memiliki daya tarik alami dengan mengutamakan aspek konservasi. Aspek konservasi inilah yang membedakan ekowisata dengan pariwisata yang bertujuan untuk kepuasan semata sehingga ekowisata dapat menyadarkan wisatawan dan pengelola agar bertanggungjawab akan kelestarian lingkungan dan budaya daerah tujuan wisata. Daya tarik alami ekowisata berasal dari keindahan alam, kebudayaan, tradisi, dan kesenian khas dari masyarakat suatu daerah. Hal ini memungkinkan masyarakat setempat untuk dapat mengelola ekowisata berdasarkan pengetahuan tentang alam dan budaya yang mereka miliki. Pengembangan ekowisata tentu akan memberikan pengaruh terhadap kehidupan masyarakat, sehingga terjadi perubahan dalam aspek ekologi sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Perubahan tersebut ada yang bersifat positif dan ada yang negatif. Pada aspek sosial, adanya interaksi antara masyarakat setempat untuk mengelola ekowisata menjadikan tingkat kerjasama dan tolong menolong dapat menjadi semakin erat. Pada aspek ekonomi tentu terjadi perubahan, antara lain perubahan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pada aspek lingkungan diharapkan dapat terjaga kelestariannya untuk keberlanjutan ekowisata. Dengan demikian, agar nantinya pengelolaan ekowisata dapat lebih memberikan kontribusi secara signifikan terhadap ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat setempat, maka sejak awal perlu dilakukan penelitian yang mendalam mengenai pengaruh ekowisata terhadap ekologi, sosial, dan ekonomi di kawasan ekowisata Terkait dengan kondisi tersebut, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perubahan kondisi sosial yang terjadi setelah adanya pengembangan ekowisata? 2. Bagaimanakah perubahan kondisi ekonomi yang terjadi setelah adanya pengembangan ekowisata? 3. Bagaimana perubahan kondisi ekologi yang terjadi setelah adanya pengembagan ekowisata? 26 Usulan Kerangka Pemikiran Baru Perkembangan ekowisata yang terjadi telah memberikan dampak positif dan negatif pada kehidupan masyarakat yang tinggal disekitar kawasan ekowisata. Penelitian ini akan mengkaji perubahan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang terjadi sebelum dan setelah adanya perngembangan ekowisata. Perubahan dari aspek ekonomi, dapat dilihat dari variabel tingkat pendapatan dan taraf hidup masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Sedangkan dari aspek sosial, dilihat dari variabel tingkat kerjasama antar masyarakat. Serta pada aspek ekologi yaitu tingkat keterlibatan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 1. Kondisi sebelum Ekowisata Kondisi sebelum Ekowisata Pengembangan Ekowisata Perubahan pada Masyarakat Ekologi : Sosial : Ekonomi : Tingkat Kelestarian Lingkungan Tingkat Kerjasama Masyarakat 1. Tingkat pendapatan 2. Taraf hidup rumah tangga - 27 Gambar 1. Usulan Kerangka Pemikiran Baru Keterangan : = berpengaruh = fokus penelitian RIWAYAT HIDUP Khalida Nurul Adilah dilahirkan di Jember pada tanggal 26 Juni 1993. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan M Nur Hasan dan Endang Wahyu Astutyk. Penulis menempuh pendidikan formal sejak taman kanak-kanak, di TK Idhata (19981999), kemudian MIMA KH SHIDDIQ, Kabupaten Jember (1999-2005), SMP Negeri 1 Jember (2005-2008), hingga tahun (2008-2011) penulis melanjutkan pendidkan di SMA Negeri 1 Jember. Pada tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan. Semasa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan organisasi, yaitu sebagai Ketua Divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi UKM Gentra Kaheman, sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA), Divisi Photography-Cinematography. Selanjutnya penulis juga menjadi pengurus OMDA Ikatan Mahasiswa Jember di Bogor (IMJB) sebagai Penanggung Jawab Internal OMDA. Tidak hanya di organisasi, penulis juga aktif diberbagai kepantiaan dan pelatihan kemampuan softskill dalam berbagai kegiatan. 28 DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta (ID): Bumi Aksara. Aksara Rahman A. 2009a. Evaluasi tanggung jawab sosial pt holcim Indonesia Tbk (studi kasus baitul maal wa tamwil swadaya pribumi, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Damanik J dan Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta (ID): Andi. Darojah U, Wasino W, Prasetyo E. 2012. Perubahan struktur sosial ekonomi dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri pada masyarakat desa kubangwungu kecamatan ketanggungan kabupaten brebes tahun 1969-2010, 1 (2): 78-83. [Internet]. [diunduh tanggal: 2 Oktober 2014]. Tersedia pada : http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess/article/view/734. Fennell, D.A. 1999. Ecotourism an Introduction. London: Routledge. Hasan I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta (ID): Bumi Indah, NF. Marif, S. 2014. Pengaruh Keberadaan Bandara Internasional Kualanamu terhadap Perubahan Sosial Ekonomi dan Perubahan Fisik Kawasan Sekitarnya, 3 (1): 182-195. [Internet]. [diunduh tanggal: 1 November 2014]. Tersedia pada : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/4389/pdf_12. Imran, A.N. 2012. Identifikasi kapasitas komunias lokal dalam pemanfaatan potensi ekowisata bagi pengembangan ekowisata di kawah cibuni, 23 (2): 85-102. 29 [Internet]. [diunduh tanggal: 2 Oktober http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/?page_id=1171. 2014]. Tersedia pada : Karsudi, Soekmadi R, Kartodiharjo H. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua, 16 (3): 148-154. [Internet]. [diunduh tanggal: 30 Oktober 2014]. Tersedia pada: http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.php/jmht/article/view/3178/2122. Laksono, AM. Mussadun. 2014. Dampak Aktivitas Ekowisata di Pulau Karimunjawa Berdasarkan Persepsi Masyarakat, 3 (2): 262-273. [Internet]. [diunduh tanggal: 30 Oktober 2014]. Tersedia pada : http://www.ejournals1.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/5048/pdf_28. Prayogi, P.A. 2011. Dampak perkembangan pariwisata di objek wisata penglipuran, 1(1) : 65-79. [Internet]. [diunduh tanggal: 24 September 2014]. Tersedia pada: http://www.triatmajaya.triatma-mapindo.ac.id/files/journals/2/articles/19/submis sion/original/19-52-1-SM.pdf. Purnomo, H. Sulistyantara B, Gunawan A. 2013. Peluang usaha ekowisata di kawasan cagar alam pulau sempu, jawa timur, 10 (4): 235-246. [Internet]. [diunduh tanggal: 1 November 2014]. Tersedia pada : http://ejournal.forda mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPSE/article/view/172. Saputro PB. 2011. Tata kelola wisata di dataran tinggi dieng provinsi jawa tengah. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siska. 2013. Dampak industri batubara terhadap sosial ekonomi masyarakat di sekitar Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kertanegara, 1(2): 473493. [Internet]. [diunduh tanggal: 24 September 2014]. Tersedia pada: http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/06/Microsoft% 20Word%20-%20e-jurnal%20siska%20%2806-01-13-05-11-08%29.pdf. Soekanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Soemarwoto O. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Pr. Suarthana IKP. 2011. Ekowisata meningkatkan sosial ekonomi masyarakat (Sebuah Studi di Taman Nasional Tanjung Puting Kalimantan), 16 (2): 24-33. [Internet]. [diunduh tanggal: 1 November 2014]. Tersedia pada : http://www.triatmamulya.triatma-mapindo.ac.id/ojs/index.php/JMNA/article/ view/24/25. Subadra, I N, Nadra, N M. 2006. Dampak ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan pengembangan desa wisata di jatiluwih-tabanan, 5 (1): 46-64. [Internet]. [diunduh tanggal: 1 November 2014]. Tersedia pada : http://triatmamulya.triatma-mapindo.ac.id/ojs/index.php/ JMPII/ article/ view /11/11 30 Tafalas M. 2010. Dampak pengembangan ekowisata terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat lokal studi kasus ekowisata bahari Pulau Mansuar Kabupaten Raja Ampat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tuwo A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut. Surabaya (ID): Brilian Internasional. Widjanarko, M. Wismar’ein D. 2011. Identifikasi sosial potensi ekowisata berbasis peran masyarakat lokal, 9(1): 33-39. [Internet]. [diunduh tanggal: 24 September 2014]. Tersedia pada: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/ article/view/2883. Wulandari, Sumarti T. 2011. Implementasi manajemen kolaboratif dalam pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat, 5(1): 32-50. [Internet]. [diunduh tanggal: 2 Oktober 2014]. Tersedia pada: http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/ article/ viewFile/5833/449. Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta (ID): Kompas.