Karakteristik Lahan dan Arahan Komoditas Berdasarkan Agroekologi Zone untuk Pengembangan Pertanian di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan Khairatun Napisah dan Aidi Noor Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru 70711 Email : [email protected] Abstrak Produksi suatu komoditas pertanian yang diusahakan harus berkesinambungan dengan biaya produksi yang rendah, hal tersebut bisa dicapai apabila pengembangan suatu komoditas sesuai dengan agroekosistem atau wilayah pengembangan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari karakteristik lahan dan melakukan evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan Agroekologi zone untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Tanah Laut Kkalimantan Selatan. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2013 di kabupaten Tanah Laut. Data yang dikumpulkan meliputi data spasial dan data tabular tanah, iklim, dan sosial ekonomi. Penentuan sistem pertanian dan alternatif komoditasnya menggunakan program Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan (SPKL). Berdasarkan landformnya, Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh grup Tektonik/ Struktural (58,47%), grup Aluvial (13.50%), Marin (4.39%), Fluvo marin (7.94%), Volkan (13.67%). Berdasarkan analisis satuan peta tanah/lahan ada lima grup tanah di kab. Tanah Laut yaitu grup Aluvial (13.5%) dgn lereng < 1%, Marin (4.4%) dgn lereng < 1% , Fluvo marin (8.0%), Volkan (13.7, Tektonik/ Struktural (58,9. Berdasarkan hasil analisis penilaian kesesuaian lahan ada lima arahan penggunaan lahan dan alternatif komoditas yang dapat diusahakan di kabupaten Tanah Laut. Sistem pertanian lahan basah untuk padi, jagung, sayuran 81.886 ha (21.5%). Pertanian lahan kering tanaman pangan untuk jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah, kacang tunggak seluas 142.712 ha (37.5%). Pertanian lahan kering tanaman tahunan/perkebunan dan tanaman pangan (karet, sawit, kelapa, kakao, kopi, buah-buahan, jagung padi gogo seluas 63.135 ha (16.6%). Pertanian lahan kering tanaman tahunan/perkebunan (karet, sawit, kopi, kakao) seluas 34.531 ha (9.1%). Hutan lahan kering/basah (vegetasi alami/konservasi) seluas 50.560 ha (13.3%). Kata kunci :Kesesuaian komoditas, peta AEZ, sistem pertanian Pendahuluan Kebutuhan akan hasil pertanian semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, untuk memenuhi kebutuhan akan pangan tersebut diperlukan peningkatan produksi pertanian. Peningkatan produksi komoditas pertanian terus dilakukan dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan maupun sebagai sumber devisa bagi pemerintah. Peningkatan produksi pertanian hanya dapat dilakukan apabila komoditas yang diusahakan sesuai dengan daya dukung lahan untuk menghasilkan produk pertanian secara optimal. Dalam pengembangan suatu wilayah untuk usaha pertanian baik untuk komoditas tanaman pangan maupun perkebunan sangat diperlukan informasi potensi sumberdaya lahan dalam bentuk data maupun peta. Tersedianya informasi sumberdaya lahan akan sangat membantu penataan lahan yang sesuai dengan peruntukannya dan akan sangat membantu upaya peningkatan produksi komoditas pertanian yang berkelanjutan. Dalam upaya memberikan arahan dan dasar pertimbangan bagi pembuat kebijakan, perencana dan pelaksana pembangunan pertanian, maka informasi sumberdaya lahan yang meliputi iklim, hidrologi, dan tanah yang telah diperoleh baik berupa data dari hasil penelitian maupun pemetaan perlu dimanfaatkan dengan lebih baik. Pemahaman yang lebih mendalam Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 1367 mengenai sumberdaya lahan ini sangat menentukan untuk mencapai pembangunan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan berupa pemilihan komoditas dan cara pengelolaannya yang tepat untuk masing-masing lahan. Dengan dipilah-pilahnya lahan dalam satuan-satuan poligon yang disajikan dalam peta zone agroekologi berdasarkan keadaan tanah, hidrologi, dan iklim maka tujuan pembangunan pertanian yang berkelanjutan akan lebih dipermudah (Amien et al., 1997) Peta AEZ untuk seluruh wilayah Kalimantan Selatan skala 1.400.000 dan skala 1:250.000 beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan telah dibuat sebagai dasar untuk perencanaan pengembangan dan pembangunan pertanian secara makro pada tingkat kabupaten. Perencanaan pembangunan pertanian wilayah memerlukan data dan informasi sumberdaya lahan yang akurat. Untuk perencanaan yang lebih operasional dalam perencanan pembangunan pertanian ataupun pengembangan suatu komoditas pada tingkat kabupaten/kecamatan diperlukan data potensi sumberdaya lahan pada skala semi detil dan detil (peta skala 1:50.000 atau lebih besar) yang lebih rinci. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik tanah dan sekaligus melakukan evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan Agroekologi Zone untuk pengembangan tanaman pertanian di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Metodologi Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Laut, yaitu wilayah Kabupaten yang merupakan salah satu daerah prioritas untuk pengembangan pertanian. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2013. Data yang dikumpulkan adalah data spasial dan data tabular atau basis data tanah, iklim, dan sosial ekonomi. Pengumpulan data tanah dilakukan dengan survey pengamatan topografi, kelerengan, pengamatan profil tanah dan pengambilan contoh tanah yang mewakili untuk mengetahui kesuburan tanah. Untuk penyusunan peta AEZ diperlukan beberapa jenis peta seperti peta topografi/rupabumi skala 1:50.000, peta tanah skala 1:250.000 dan peta tanah 1:50.000 (kalau belum ada dilakukan pengamatan di lapang berdasarkan peta skala 1:250.000), peta geologi, peta klas lereng, peta topografi, peta penggunaan lahan dan peta administrasi skala 1:50.000 yang terbaru. Sebelum melakukan evaluasi lahan, terlebih dahulu dilaksanakan kegiatan yang meliputi penyiapan data, penyusunan model evaluasi, dan penyajian hasil evaluasi lahan. Rangkaian kegiatan ini dilaksanakan secara terkomputerisasi dalam format GIS, data yang disiapkan untuk keperluan evaluasi lahan terdiri dari atas data satuan peta (mapping unit) dan karakteristik lahan (land characteristic). Evaluasi lahan untuk untuk menyusun alternatif komoditas pertanian pada masingmasing wilayah dilakukan dengan menggunakan program Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan (SPKL). Untuk menggunakan program SPKL tersebut diperlukan data-data : karakteristik lahan, jenis tanah dan iklim, selain itu data penggunaan lahan saat ini (present land use) juga diperlukan sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pewilyahan komoditas. Hasil yang duperoleh dari survey verifikasi lapang dan penyusunan peta dari kegiatan ini adalah peta Agroekolozone Zone (peta tanah dan peta arahan komoditas) kabupaten Tanah Laut skala 1:50.000. Berdasarkan peta peta tanah dan peta arahan komoditas skala 1:50.000 bisa 1368 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 diketahui karakteristik lahan dan arahan komoditas yang dapat dikembangkan di kabupaten Tanah Laut. . Hasil dan Pembahasan Kondisi Iklim Lokasi Penelitian Curah hujan merupakan unsur cuaca utama yang sangat berperan penting dalam pertanian dan menentukan kesesuaian tanaman yang akan ditanam ditempat tersebut.Jumlah curah hujan secara keseluruhan sangat penting dalam menentukan hasil (Anwar et al., 2015).Berdasarkan data rata-rata curah hujan selama 15 tahun terakhir di kabupaten Tanah Laut (Gambar 1) menunjukkan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.461 mm, dengan jumlah bulan basah (>200 mm) sebanyak 6 bulan, dan bulan kering (< 100 mm) sebanyak 2 bulan. Bulan-bulan basah adalah pada bulan Nopember, Desember, Januari, Pebruari, Maret dan April, sedangkan bulan kering pada bulan Agustus dan September. Gambar 1. Rata-rata curah hujan bulanan selama 15 tahun (1998-2012) kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan Luas Lahan Tanah Laut Berdasarkan Kelas Lereng Komponen penyusun satuan peta tanah semi detil skala 1 : 50.000 Kabupaten tanah Laut terdiri dari : satuan landform, satuan relief, satuan bahan induk, satuan tanah pada tingkat sub grup yang dilengkapi dengan luas masing-masing satuan peta tanah dinyatakan dalam Ha dan persentase terhadap luas total (Gambar 2). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 1369 Gambar 2. Peta tanah semi detail kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan Berdasarkan peta tanah / peta satuan lahan skala 1:50.000 dilihat dari permukaan lahan (relief) dan tingkat kemiringannya (Tabel 1), kabupaten Tanah Laut didominasi areal berombak dengan kelas kemiringan 3-8% seluas 126.295 ha (33,1 %), lahan datar (lereng < 1%) cukup luas yaitu 98.284 ha (25.7%), lahan bergelombang (lereng 8-15%) seluas 63.135 ha (16.5%), lahan agak datar (lereng 1-3%) seluas 22.188 ha (5.8%), berbukit kecil (lereng (15-25%) seluas 12.175 ha (3,2%), berbukit (lereng 25-40) seluas 18.198 ha (4.8%), dan bergunung (lereng >40%) seluas 33.852 ha (8,9%). Tabel 1. Luas lahan kabupaten Tanah Laut berdasarkan kelas lereng No. Topografi Lereng Luas (ha) 1. Datar <1% 2. Agak datar 1-3 % 22,188 5.8 3. Berombak 3-8 % 126,295 33.1 4. Bergelombang 8-15 % 63,135 16.5 5. Berbukit kecil 15-25 % 12,175 3.2 6. Berbukit 25-40 % 18,198 4.8 7. Bergunung > 40 % 33,852 8.9 8. Lain-lain 7,701 2.0 381,828 100.0 Jumlah 98,284 % 25.7 Lereng merupakan faktor yang menentukan kemampuan lahan dan kesesuaian komoditas yang akan diusahakan di suatu wilayah. Kemiringan suatu lahan berhubungan dengan erosi, sehingga apabila penggunaan lahan tidak sesuai dengan kondisi fisik lahan akan menyebabkan terjadinya erosi tanah. Apabila tanah bukan menjadi kendala, maka lahan yang datar dengan lereng sampai 8% dapat dipergunakan untuk pertanian intensif seperti pertanian tanaman semusim. Apabila tanah berdrainase buruk sehingga tanah terus basah sepanjang tahun, sebaiknya dipergunakan untuk persawahan. Sedangkan lahan landai dengan lereng antara 8-15 % dapat diusahakan untuk wanatani. Dalam wanatani berbagai kombinasi tanaman keras dan tanaman semusim dapat dipilih sesuai dengan keadaan iklim. Unsur iklim utama yang dipertimbangkan 1370 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 adalah suhu yang dapat diduga dari elevasi dan ketersediaan air yang dapat diduga dari pola hujan atau keadaan drainase tanah. Penanaman tanaman permanen seperti rumput atau pepohonan pakan ternak memotong kontur akan mencegah erosi dan dalam jangka panjang akan membentuk teras (Amien, 1995). Klasifikasi Landform dan Jenis Tanah Jenis tanah pada suatu wilayah berhubungan dengan sifat-sifat lain yang dapat berpengaruh terhadap kesesuaian suatu komoditas walaupun mempunyai kelerengan yang sama. Jenis tanah dipengaruhi oleh pembentukan tanah yang berhubungan dengan bahan induk tanah dan juga iklim yang mempengaruhi pembentukan tanah tersebut. Jenis tanah berhubungan dengan sifat fisik dan kimia tanah seperti pH tanah, tekstur, dan kandungan unsur hara lainnya. Hasil pemetaan tanah semi detail (Gambar 2.) yang telah dilakukan menunjukkan kabupaten Tanah Laut terdiri dari 5 grup tanah yaitu : tanah-tanah aluvial (Aquic Eutrudepts, Typic Endoaquepts, Fluvaquents, Typic Endoaquepts, Aquic Eutrudepts, Typic Dystrudepts, Fluventic Eutrudepts), yang terdiri dari 4 satuan peta tanah/lahan seluas 51.339 ha (13,5%), tanah-tanah pada grup marin seluas 16.709 ha (4,39%), tanah-tanah pada grup Fluvio-marin seluas 30.236 ha (7,94%), tanah-tanah pada grup volkan seluas 52.005 ha (13,67%), dan tanah-tanah pada grup tektonik/struktural 223.838 ha (58,47%). (Tabel 2). Tabel 2. Klasifikasi landform di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan No Grup Utama Landform Luas Ha % 1 Aluvial (A) Dataran banjir pada sungai meander, Dataran aluvial, Jalur aliran, Depresi aluvial 51.339 13,5 2 Marin (M) Punggung dan cekungan pesisir resen, Punggung dan cekungan pesisir subres, Pesisir lumpur, Rawa belakang pasang surut 16.709 4,39 3 Fluvio Marin (B) Dataran estuarin, sepanjang sungai dan pantai, dataran fluvio marin 30.236 7,94 4 Volkanik (V) 52.005 13,67 5 Tektonik (T) 222.472 58,47 Volkan tua Punggung atau perbukitan paralel, Dataran tektonik, Perbukitan Penggunaan Lahan / Pewilayahan Komoditas Hasil pemetaan kesesuaian lahan dan arahan komoditas (Gambar 3) yang sesuai pada masing-masing zona lahan di kabupaten Tanah Laut menunjukkan zona atau lahan yang sesuai untuk pertanian lahan basah seluas 81.836 ha (21,5%) terdiri dari 3 zona yaitu IV/Wr untuk padi sawah seluas 48.796 ha (12,8%), zona IV/Wrf sesuai untuk padi sawah dan jagung seluas 10.329 ha (2.7%), dan zona IV/Wrfh sesuai untuk padi sawah, jagung, dan sayuran seluas 22.711 ha (6,0%). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 1371 Gambar 2. Peta sistem pertanian dan arahan penggunaan lahan (komoditas) pertanian kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan Zona pertanian lahan kering tanaman pangan seluas 142.712 ha (37,5%) terdiri dari dua zona yaitu IV/Df-1 sesuai untuk jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah, kacang tunggak seluas 37.690 ha (9,9%), zona IV/Df-2 sesuai untuk jagung dan pdi gogo seluas 105,022 ha (27,6%). Zona pertanian lahan kering tanaman tahunan/perkebunan dan tanaman pangan seluas 63.135 ha (16,6%) terdiri dar dua zona yaitu III/Def sesuai untuk kakao, kopi, jagung dan padi gogo seluas 18.643 ha (4,9%), zona III/Defh sesuai untuk karet, sawit, kelapa, duku, cempedak, pepaya, durian, pisang, jagung dan padi gogo seluas 44.492 ha (11.7%). Zona pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan seluas 34.531 ha (9.1%) terdiri dari 3 zona yaitu II/De-1 sesuai untuk karet seluas 25.828 ha (6,8%), zona II/De-2 sesuai untuk karet dan sawit seluas 5.472 ha (1,4%), zona II/De-3 sesuai untuk karet, sawit, kopi, kakao seluas 3.231 ha (0,8%). Zona hutan lahan kering/basah seluas 50.560 ha (13,3%) terdiri dari 2 zona yaitu zona V/Dj diperuntukan untuk vegetsi alami/konservasi seluas 16.708 ha (4,4%) dan zona I/Dj untuk vegetasi alami atau daerah konservasi seluas 33.852 ha (8,9%) (Tabel 3). Tabel 3. Sistem pertanian dan arahan / alternatif komoditas pertanian di kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan ZONA LUAS SISTEM PERTANIAN/ALTERNATIF KOMODITAS PERTANIAN Ha % Pertanian Lahan Basah IV/wr padi sawah 48,796 12.8 IV/wrf padi sawah, jagung 10,329 2.7 22,711 6.0 37,690 9.9 IV/wrfh padi sawah, jagung, sayuran (kubis, bayam, terung, tomat dan brokoli) Pertanian Lahan kering tanaman pangan IV/Df-1 1372 jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah, kc. Tunggak, ubi jalar, ubi kayu Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 ZONA IV/Df-2 LUAS SISTEM PERTANIAN/ALTERNATIF KOMODITAS PERTANIAN jagung, padi gogo, buah-buahan (duku, cempedak, manggis, durian, pepaya, rambutan, pisang) Ha % 105,022 27.6 Pertanian Lahan Kering, tanaman tahunan/perkebunan dan tanaman pangan III/Def kakao, kopi, jagung, padi gogo 18,643 4.9 III/Defh karet, sawit, kelapa, duku, cempedak, pepaya, durian, pisang, jagung, padi gogo 44,492 11.7 Pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan II/De-1 karet 25,828 6.8 II/De-2 karet dan sawit 5,472 1.4 II/De-3 karet, sawit, kopi, kakao 3,231 0.8 Hutan Lahan Kering/Basah V/Dj Vegetasi alami/konservasi 16,708 4.4 I/Dj Vegetasi alami/konservasi 33,852 8.9 Pemukiman, Badan air dan Lahan terbuka 7,702 2.0 380,476 100.00 X1, X2, X3 JUMLAH Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Tanah diusahakan untuk perkebunan (sawit dan karet) seluas 81.305 ha (22,4%), kemudian lahan sawah dengan total 75. 667 (20,9%), hutan negara 55.450 ha (15,3%), tegalan atau kebun, huma yang biasa digunakan untuk pertanian tanaman pangan hanya sekitar 34.825 ha dan 6118 ha (BPS, 2013). Penggunaan lahan perkebunan di kabupaten Tanah Laut sebagian menggunakan lahan-lahan datar yang sebenarnya sesuai untuk pertanian tanaman pangan. Untuk keberlanjutan swasembada pangan dalam pengembangan tanaman perkebunan sebaiknya diarahkan pada lahan-lahan dengan kemiringan >8%, sedangkan lahan-lahan dengan kemiringan < 8 % adalah untuk pengembangan tanaman pangan. Penggunaan lahan apabila digunakan sesuai dengan kemampuannya seperti peta arahan penggunaan lahan yang telah dibuat, diharapkan selain akan meningkatkan produktivitas tanaman yang diusahakan, penggunaan input produksi juga lebih sedikit, dan penggunaan lahan tersebut juga akan terus menghasilkan secara berkelanjutan. Area penggunaan lahan hutan negara atau hutan rakyat di Kabupaten Tanah Laut umumnya berada pada lahan-lahan dengan kemiringan > 40 %, ada juga di daerah lahan rawa, lahan-lahan dekat pantai merupakan daerah konservasi dan dibiarkan tetap alami tidak boleh diusahakan. Wilayah perkebunan yang telah terlanjur diusahakan pada lahan-lahan < 8%, dapat juga diusahakan dan diintegrasikan dengan tanaman pangan sampai umur tanaman tahunan tersebut berumur sekitar 3-4 tahun. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016 1373 Kesimpulan Berdasarkan landformnya, Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh grup Tektonik/ Struktural (58,47%) dgn lereng 1 - >40%, dan sisanya grup Aluvial (13.50%) dgn lereng < 1%, Marin (4.39%) dgn lereng < 1%, Fluvo marin (7.94%) dgn lereng < 1%, Volkan (13.67%) dgn lereng 3-40%. Hasil analisis penilaian kesesuaian lahan ada lima arahan penggunaan lahan dan alternatif komoditas yang dapat diusahakan di kabupaten Tanah Laut. Sistem pertanian lahan basah untuk padi, jagung, sayuran 81.886 ha (21.5%). Pertanian lahan kering tanaman pangan untuk jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah, kacang tunggak seluas 142.712 ha (37.5%). Pertanian lahan kering tanaman tahunan/perkebunan dan tanaman pangan (karet, sawit, kelapa, kakao, kopi, buahbuahan, jagung padi gogo seluas 63.135 ha (16.6%). Pertanian lahan kering tanaman tahunan/perkebunan (karet, sawit, kopi, kakao) seluas 34.531 ha (9.1%). Hutan lahan kering/basah (vegetasi alami/konservasi) seluas 50.560 ha (13.3%). Daftar Pustaka Amien, I. 1995. Tata ruang pertanian berdasarkan sumberdaya lahan. Dalam. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat : Makalah Kebijakan, Cisarua, Bogor, 10-12 Januari, 1995. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor. Amien, I., H. Sosiawan, dan E. Susanti. 1997. Agroekologi dan alternatif pengembangan pertanian di Kalimantan. Dalam. Prosiding Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan untuk Pembangunan Wilayah Kalimantan, Palangkaraya, 5-6 Oktober 1993. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimnat, Bogor. Anwar,M.R.,Liu D.L.,Farquharson R,Macadam I,AbadiA,Finlayson J,WangB, RamilanT.2015.Climatechangeimpactson phenologyandyieldsoffive broadacre crops atfour climatologicallydistinctlocations in Australia. AgriculturalSystems132:133-144. Bachri, S., A. Mulyani, Ropik dan H. Hidayat. 2012. Evaluasi Lahan dan Perwilayahan Komoditas. Program Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan (SPKL) versi 1.0. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor. Balai Penelitian Tanah, 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah. Puslitbangtanak.Badan Litbang Pertanian. Deptan. Bogor. BPS Kabupaten Tanah Laut, 2013. Tanah Laut Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut. CSR/FAO Staff. 1983. Reconnaissance land resource surveys 1:250.000 scale Atlas Format Procedures. AGOF/INS/78/006. Manual 4, Version 1, CSR?FAO. Bogor. Kips, A. D. Djaenudin, snd N. Suharta. 1981. The land unit approach to land resource surveys for land use planning with particular reference to the Sekampung watershed, Lampung Province, Sumatera, Indonesia. AGOF/INS/78/006. Technical Note No. 11. Center for Soil Research. Bogor. Rositter, D.G. and A.R. van Wambeke. 1997. Automated land Evaluation System. ALES Version 46,5d. Cornell university, Departement of Soil, Crop and Atmospheric Science, SCS, Ithaca, NY, USA. Soil Survey Staff. 1998. Keys to Soil Taxonomy. United States Department of Agriculture. Natural Resources Conservation Service. Eight Edition. 1998. 1374 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016