1367 Karakteristik Lahan dan Arahan Komoditas Berdasarkan

advertisement
Karakteristik Lahan dan Arahan Komoditas Berdasarkan
Agroekologi Zone untuk Pengembangan Pertanian
di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan
Khairatun Napisah dan Aidi Noor
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
Jl. Panglima Batur Barat
No. 4 Banjarbaru 70711
Email : [email protected]
Abstrak
Produksi suatu komoditas pertanian yang diusahakan harus berkesinambungan dengan biaya
produksi yang rendah, hal tersebut bisa dicapai apabila pengembangan suatu komoditas sesuai
dengan agroekosistem atau wilayah pengembangan. Penelitian bertujuan untuk mempelajari
karakteristik lahan dan melakukan evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan Agroekologi zone
untuk pengembangan tanaman pangan di Kabupaten Tanah Laut Kkalimantan Selatan. Kegiatan
penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2013 di kabupaten Tanah Laut. Data yang
dikumpulkan meliputi data spasial dan data tabular tanah, iklim, dan sosial ekonomi. Penentuan
sistem pertanian dan alternatif komoditasnya menggunakan program Sistem Penilaian Kesesuaian
Lahan (SPKL). Berdasarkan landformnya, Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh grup Tektonik/
Struktural (58,47%), grup Aluvial (13.50%), Marin (4.39%), Fluvo marin (7.94%), Volkan
(13.67%). Berdasarkan analisis satuan peta tanah/lahan ada lima grup tanah di kab. Tanah Laut
yaitu grup Aluvial (13.5%) dgn lereng < 1%, Marin (4.4%) dgn lereng < 1% , Fluvo marin (8.0%),
Volkan (13.7, Tektonik/ Struktural (58,9. Berdasarkan hasil analisis penilaian kesesuaian lahan
ada lima arahan penggunaan lahan dan alternatif komoditas yang dapat diusahakan di kabupaten
Tanah Laut. Sistem pertanian lahan basah untuk padi, jagung, sayuran 81.886 ha (21.5%).
Pertanian lahan kering tanaman pangan untuk jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah, kacang
tunggak seluas 142.712 ha (37.5%). Pertanian lahan kering tanaman tahunan/perkebunan dan
tanaman pangan (karet, sawit, kelapa, kakao, kopi, buah-buahan, jagung padi gogo seluas 63.135
ha (16.6%). Pertanian lahan kering tanaman tahunan/perkebunan (karet, sawit, kopi, kakao) seluas
34.531 ha (9.1%). Hutan lahan kering/basah (vegetasi alami/konservasi) seluas 50.560 ha (13.3%).
Kata kunci :Kesesuaian komoditas, peta AEZ, sistem pertanian
Pendahuluan
Kebutuhan akan hasil pertanian semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
penduduk, untuk memenuhi kebutuhan akan pangan tersebut diperlukan peningkatan produksi
pertanian. Peningkatan produksi komoditas pertanian terus dilakukan dalam upaya memenuhi
kebutuhan pangan maupun sebagai sumber devisa bagi pemerintah. Peningkatan produksi
pertanian hanya dapat dilakukan apabila komoditas yang diusahakan sesuai dengan daya dukung
lahan untuk menghasilkan produk pertanian secara optimal. Dalam pengembangan suatu wilayah
untuk usaha pertanian baik untuk komoditas tanaman pangan maupun perkebunan sangat
diperlukan informasi potensi sumberdaya lahan dalam bentuk data maupun peta. Tersedianya
informasi sumberdaya lahan akan sangat membantu penataan lahan yang sesuai dengan
peruntukannya dan akan sangat membantu upaya peningkatan produksi komoditas pertanian yang
berkelanjutan.
Dalam upaya memberikan arahan dan dasar pertimbangan bagi pembuat kebijakan,
perencana dan pelaksana pembangunan pertanian, maka informasi sumberdaya lahan yang
meliputi iklim, hidrologi, dan tanah yang telah diperoleh baik berupa data dari hasil penelitian
maupun pemetaan perlu dimanfaatkan dengan lebih baik. Pemahaman yang lebih mendalam
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1367
mengenai sumberdaya lahan ini sangat menentukan untuk mencapai pembangunan pertanian yang
tangguh dan berkelanjutan berupa pemilihan komoditas dan cara pengelolaannya yang tepat untuk
masing-masing lahan. Dengan dipilah-pilahnya lahan dalam satuan-satuan poligon yang disajikan
dalam peta zone agroekologi berdasarkan keadaan tanah, hidrologi, dan iklim maka tujuan
pembangunan pertanian yang berkelanjutan akan lebih dipermudah (Amien et al., 1997)
Peta AEZ untuk seluruh wilayah Kalimantan Selatan skala 1.400.000 dan skala
1:250.000 beberapa kabupaten di Kalimantan Selatan telah dibuat sebagai dasar untuk
perencanaan pengembangan dan pembangunan pertanian secara makro pada tingkat kabupaten.
Perencanaan pembangunan pertanian wilayah memerlukan data dan informasi sumberdaya lahan
yang akurat. Untuk perencanaan yang lebih operasional dalam perencanan pembangunan
pertanian ataupun pengembangan suatu komoditas pada tingkat kabupaten/kecamatan diperlukan
data potensi sumberdaya lahan pada skala semi detil dan detil (peta skala 1:50.000 atau lebih
besar) yang lebih rinci.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakteristik tanah dan sekaligus
melakukan evaluasi kesesuaian lahan berdasarkan Agroekologi Zone untuk pengembangan
tanaman pertanian di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan.
Metodologi
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Laut, yaitu wilayah Kabupaten yang
merupakan salah satu daerah prioritas untuk pengembangan pertanian. Kegiatan dilaksanakan pada
bulan Januari – Desember 2013.
Data yang dikumpulkan adalah data spasial dan data tabular atau basis data tanah, iklim,
dan sosial ekonomi. Pengumpulan data tanah dilakukan dengan survey pengamatan topografi,
kelerengan, pengamatan profil tanah dan pengambilan contoh tanah yang mewakili untuk
mengetahui kesuburan tanah.
Untuk penyusunan peta AEZ diperlukan beberapa jenis peta seperti peta
topografi/rupabumi skala 1:50.000, peta tanah skala 1:250.000 dan peta tanah 1:50.000 (kalau
belum ada dilakukan pengamatan di lapang berdasarkan peta skala 1:250.000), peta geologi, peta
klas lereng, peta topografi, peta penggunaan lahan dan peta administrasi skala 1:50.000 yang
terbaru. Sebelum melakukan evaluasi lahan, terlebih dahulu dilaksanakan kegiatan yang meliputi
penyiapan data, penyusunan model evaluasi, dan penyajian hasil evaluasi lahan. Rangkaian
kegiatan ini dilaksanakan secara terkomputerisasi dalam format GIS, data yang disiapkan untuk
keperluan evaluasi lahan terdiri dari atas data satuan peta (mapping unit) dan karakteristik lahan
(land characteristic).
Evaluasi lahan untuk untuk menyusun alternatif komoditas pertanian pada masingmasing wilayah dilakukan dengan menggunakan program Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan
(SPKL). Untuk menggunakan program SPKL tersebut diperlukan data-data : karakteristik lahan,
jenis tanah dan iklim, selain itu data penggunaan lahan saat ini (present land use) juga diperlukan
sebagai salah satu faktor pertimbangan dalam pewilyahan komoditas.
Hasil yang duperoleh dari survey verifikasi lapang dan penyusunan peta dari kegiatan ini
adalah peta Agroekolozone Zone (peta tanah dan peta arahan komoditas) kabupaten Tanah Laut
skala 1:50.000. Berdasarkan peta peta tanah dan peta arahan komoditas skala 1:50.000 bisa
1368
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
diketahui karakteristik lahan dan arahan komoditas yang dapat dikembangkan di kabupaten Tanah
Laut.
.
Hasil dan Pembahasan
Kondisi Iklim Lokasi Penelitian
Curah hujan merupakan unsur cuaca utama yang sangat berperan penting dalam pertanian
dan menentukan kesesuaian tanaman yang akan ditanam ditempat tersebut.Jumlah curah hujan
secara keseluruhan sangat penting dalam menentukan hasil (Anwar et al., 2015).Berdasarkan data
rata-rata curah hujan selama 15 tahun terakhir di kabupaten Tanah Laut (Gambar 1) menunjukkan
curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.461 mm, dengan jumlah bulan basah (>200 mm) sebanyak
6 bulan, dan bulan kering (< 100 mm) sebanyak 2 bulan. Bulan-bulan basah adalah pada bulan
Nopember, Desember, Januari, Pebruari, Maret dan April, sedangkan bulan kering pada bulan
Agustus dan September.
Gambar 1. Rata-rata curah hujan bulanan selama 15 tahun (1998-2012) kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan
Luas Lahan Tanah Laut Berdasarkan Kelas Lereng
Komponen penyusun satuan peta tanah semi detil skala 1 : 50.000 Kabupaten tanah Laut
terdiri dari : satuan landform, satuan relief, satuan bahan induk, satuan tanah pada tingkat sub grup
yang dilengkapi dengan luas masing-masing satuan peta tanah dinyatakan dalam Ha dan
persentase terhadap luas total (Gambar 2).
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1369
Gambar 2. Peta tanah semi detail kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan
Berdasarkan peta tanah / peta satuan lahan skala 1:50.000 dilihat dari permukaan lahan
(relief) dan tingkat kemiringannya (Tabel 1), kabupaten Tanah Laut didominasi areal berombak
dengan kelas kemiringan 3-8% seluas 126.295 ha (33,1 %), lahan datar (lereng < 1%) cukup luas
yaitu 98.284 ha (25.7%), lahan bergelombang (lereng 8-15%) seluas 63.135 ha (16.5%), lahan
agak datar (lereng 1-3%) seluas 22.188 ha (5.8%), berbukit kecil (lereng (15-25%) seluas 12.175
ha (3,2%), berbukit (lereng 25-40) seluas 18.198 ha (4.8%), dan bergunung (lereng >40%) seluas
33.852 ha (8,9%).
Tabel 1. Luas lahan kabupaten Tanah Laut berdasarkan kelas lereng
No.
Topografi
Lereng
Luas (ha)
1.
Datar
<1%
2.
Agak datar
1-3 %
22,188
5.8
3.
Berombak
3-8 %
126,295
33.1
4.
Bergelombang
8-15 %
63,135
16.5
5.
Berbukit kecil
15-25 %
12,175
3.2
6.
Berbukit
25-40 %
18,198
4.8
7.
Bergunung
> 40 %
33,852
8.9
8.
Lain-lain
7,701
2.0
381,828
100.0
Jumlah
98,284
%
25.7
Lereng merupakan faktor yang menentukan kemampuan lahan dan kesesuaian komoditas
yang akan diusahakan di suatu wilayah. Kemiringan suatu lahan berhubungan dengan erosi,
sehingga apabila penggunaan lahan tidak sesuai dengan kondisi fisik lahan akan menyebabkan
terjadinya erosi tanah. Apabila tanah bukan menjadi kendala, maka lahan yang datar dengan
lereng sampai 8% dapat dipergunakan untuk pertanian intensif seperti pertanian tanaman
semusim. Apabila tanah berdrainase buruk sehingga tanah terus basah sepanjang tahun, sebaiknya
dipergunakan untuk persawahan. Sedangkan lahan landai dengan lereng antara 8-15 % dapat
diusahakan untuk wanatani. Dalam wanatani berbagai kombinasi tanaman keras dan tanaman
semusim dapat dipilih sesuai dengan keadaan iklim. Unsur iklim utama yang dipertimbangkan
1370
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
adalah suhu yang dapat diduga dari elevasi dan ketersediaan air yang dapat diduga dari pola hujan
atau keadaan drainase tanah. Penanaman tanaman permanen seperti rumput atau pepohonan pakan
ternak memotong kontur akan mencegah erosi dan dalam jangka panjang akan membentuk teras
(Amien, 1995).
Klasifikasi Landform dan Jenis Tanah
Jenis tanah pada suatu wilayah berhubungan dengan sifat-sifat lain yang dapat
berpengaruh terhadap kesesuaian suatu komoditas walaupun mempunyai kelerengan yang sama.
Jenis tanah dipengaruhi oleh pembentukan tanah yang berhubungan dengan bahan induk tanah dan
juga iklim yang mempengaruhi pembentukan tanah tersebut. Jenis tanah berhubungan dengan sifat
fisik dan kimia tanah seperti pH tanah, tekstur, dan kandungan unsur hara lainnya. Hasil pemetaan
tanah semi detail (Gambar 2.) yang telah dilakukan menunjukkan kabupaten Tanah Laut terdiri
dari 5 grup tanah yaitu : tanah-tanah aluvial (Aquic Eutrudepts, Typic Endoaquepts, Fluvaquents,
Typic Endoaquepts, Aquic Eutrudepts, Typic Dystrudepts, Fluventic Eutrudepts), yang terdiri dari
4 satuan peta tanah/lahan seluas 51.339 ha (13,5%), tanah-tanah pada grup marin seluas 16.709 ha
(4,39%), tanah-tanah pada grup Fluvio-marin seluas 30.236 ha (7,94%), tanah-tanah pada grup
volkan seluas 52.005 ha (13,67%), dan tanah-tanah pada grup tektonik/struktural 223.838 ha
(58,47%). (Tabel 2).
Tabel 2. Klasifikasi landform di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan
No
Grup Utama
Landform
Luas
Ha
%
1
Aluvial (A)
Dataran banjir pada sungai meander, Dataran
aluvial, Jalur aliran, Depresi aluvial
51.339
13,5
2
Marin (M)
Punggung dan cekungan pesisir resen, Punggung
dan cekungan pesisir subres, Pesisir lumpur, Rawa
belakang pasang surut
16.709
4,39
3
Fluvio Marin (B)
Dataran estuarin, sepanjang sungai dan pantai,
dataran fluvio marin
30.236
7,94
4
Volkanik (V)
52.005
13,67
5
Tektonik (T)
222.472
58,47
Volkan tua
Punggung atau perbukitan paralel, Dataran
tektonik, Perbukitan
Penggunaan Lahan / Pewilayahan Komoditas
Hasil pemetaan kesesuaian lahan dan arahan komoditas (Gambar 3) yang sesuai pada
masing-masing zona lahan di kabupaten Tanah Laut menunjukkan zona atau lahan yang sesuai
untuk pertanian lahan basah seluas 81.836 ha (21,5%) terdiri dari 3 zona yaitu IV/Wr untuk padi
sawah seluas 48.796 ha (12,8%), zona IV/Wrf sesuai untuk padi sawah dan jagung seluas 10.329
ha (2.7%), dan zona IV/Wrfh sesuai untuk padi sawah, jagung, dan sayuran seluas 22.711 ha
(6,0%).
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1371
Gambar 2. Peta sistem pertanian dan arahan penggunaan lahan (komoditas) pertanian
kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan
Zona pertanian lahan kering tanaman pangan seluas 142.712 ha (37,5%) terdiri dari dua
zona yaitu IV/Df-1 sesuai untuk jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah, kacang tunggak seluas
37.690 ha (9,9%), zona IV/Df-2 sesuai untuk jagung dan pdi gogo seluas 105,022 ha (27,6%).
Zona pertanian lahan kering tanaman tahunan/perkebunan dan tanaman pangan seluas 63.135 ha
(16,6%) terdiri dar dua zona yaitu III/Def sesuai untuk kakao, kopi, jagung dan padi gogo seluas
18.643 ha (4,9%), zona III/Defh sesuai untuk karet, sawit, kelapa, duku, cempedak, pepaya,
durian, pisang, jagung dan padi gogo seluas 44.492 ha (11.7%). Zona pertanian lahan kering,
tanaman tahunan/perkebunan seluas 34.531 ha (9.1%) terdiri dari 3 zona yaitu II/De-1 sesuai untuk
karet seluas 25.828 ha (6,8%), zona II/De-2 sesuai untuk karet dan sawit seluas 5.472 ha (1,4%),
zona II/De-3 sesuai untuk karet, sawit, kopi, kakao seluas 3.231 ha (0,8%).
Zona hutan lahan kering/basah seluas 50.560 ha (13,3%) terdiri dari 2 zona yaitu zona
V/Dj diperuntukan untuk vegetsi alami/konservasi seluas 16.708 ha (4,4%) dan zona I/Dj untuk
vegetasi alami atau daerah konservasi seluas 33.852 ha (8,9%) (Tabel 3).
Tabel 3. Sistem pertanian dan arahan / alternatif komoditas pertanian di kabupaten Tanah Laut,
Kalimantan Selatan
ZONA
LUAS
SISTEM PERTANIAN/ALTERNATIF KOMODITAS
PERTANIAN
Ha
%
Pertanian Lahan Basah
IV/wr
padi sawah
48,796
12.8
IV/wrf
padi sawah, jagung
10,329
2.7
22,711
6.0
37,690
9.9
IV/wrfh
padi sawah, jagung, sayuran (kubis, bayam, terung, tomat
dan brokoli)
Pertanian Lahan kering tanaman pangan
IV/Df-1
1372
jagung, padi gogo, kedelai, kacang tanah, kc. Tunggak, ubi
jalar, ubi kayu
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
ZONA
IV/Df-2
LUAS
SISTEM PERTANIAN/ALTERNATIF KOMODITAS
PERTANIAN
jagung, padi gogo, buah-buahan (duku, cempedak, manggis,
durian, pepaya, rambutan, pisang)
Ha
%
105,022
27.6
Pertanian Lahan Kering, tanaman tahunan/perkebunan dan tanaman pangan
III/Def
kakao, kopi, jagung, padi gogo
18,643
4.9
III/Defh
karet, sawit, kelapa, duku, cempedak, pepaya, durian,
pisang, jagung, padi gogo
44,492
11.7
Pertanian lahan kering, tanaman tahunan/perkebunan
II/De-1
karet
25,828
6.8
II/De-2
karet dan sawit
5,472
1.4
II/De-3
karet, sawit, kopi, kakao
3,231
0.8
Hutan Lahan Kering/Basah
V/Dj
Vegetasi alami/konservasi
16,708
4.4
I/Dj
Vegetasi alami/konservasi
33,852
8.9
Pemukiman, Badan air dan Lahan terbuka
7,702
2.0
380,476
100.00
X1, X2,
X3
JUMLAH
Sebagian besar penggunaan lahan di Kabupaten Tanah diusahakan untuk perkebunan
(sawit dan karet) seluas 81.305 ha (22,4%), kemudian lahan sawah dengan total 75. 667 (20,9%),
hutan negara 55.450 ha (15,3%), tegalan atau kebun, huma yang biasa digunakan untuk pertanian
tanaman pangan hanya sekitar 34.825 ha dan 6118 ha (BPS, 2013). Penggunaan lahan perkebunan
di kabupaten Tanah Laut sebagian menggunakan lahan-lahan datar yang sebenarnya sesuai untuk
pertanian tanaman pangan. Untuk keberlanjutan swasembada pangan dalam pengembangan
tanaman perkebunan sebaiknya diarahkan pada lahan-lahan dengan kemiringan >8%, sedangkan
lahan-lahan dengan kemiringan < 8 % adalah untuk pengembangan tanaman pangan. Penggunaan
lahan apabila digunakan sesuai dengan kemampuannya seperti peta arahan penggunaan lahan yang
telah dibuat, diharapkan selain akan meningkatkan produktivitas tanaman yang diusahakan,
penggunaan input produksi juga lebih sedikit, dan penggunaan lahan tersebut juga akan terus
menghasilkan secara berkelanjutan.
Area penggunaan lahan hutan negara atau hutan rakyat di Kabupaten Tanah Laut
umumnya berada pada lahan-lahan dengan kemiringan > 40 %, ada juga di daerah lahan rawa,
lahan-lahan dekat pantai merupakan daerah konservasi dan dibiarkan tetap alami tidak boleh
diusahakan. Wilayah perkebunan yang telah terlanjur diusahakan pada lahan-lahan < 8%, dapat
juga diusahakan dan diintegrasikan dengan tanaman pangan sampai umur tanaman tahunan
tersebut berumur sekitar 3-4 tahun.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
1373
Kesimpulan
Berdasarkan landformnya, Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh grup Tektonik/
Struktural (58,47%) dgn lereng 1 - >40%, dan sisanya grup Aluvial (13.50%) dgn lereng < 1%,
Marin (4.39%) dgn lereng < 1%, Fluvo marin (7.94%) dgn lereng < 1%, Volkan (13.67%) dgn
lereng 3-40%.
Hasil analisis penilaian kesesuaian lahan ada lima arahan penggunaan lahan dan alternatif
komoditas yang dapat diusahakan di kabupaten Tanah Laut. Sistem pertanian lahan basah untuk
padi, jagung, sayuran 81.886 ha (21.5%). Pertanian lahan kering tanaman pangan untuk jagung,
padi gogo, kedelai, kacang tanah, kacang tunggak seluas 142.712 ha (37.5%). Pertanian lahan
kering tanaman tahunan/perkebunan dan tanaman pangan (karet, sawit, kelapa, kakao, kopi, buahbuahan, jagung padi gogo seluas 63.135 ha (16.6%). Pertanian lahan kering tanaman
tahunan/perkebunan (karet, sawit, kopi, kakao) seluas 34.531 ha (9.1%). Hutan lahan kering/basah
(vegetasi alami/konservasi) seluas 50.560 ha (13.3%).
Daftar Pustaka
Amien, I. 1995. Tata ruang pertanian berdasarkan sumberdaya lahan. Dalam. Prosiding
Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat : Makalah Kebijakan, Cisarua,
Bogor, 10-12 Januari, 1995. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Amien, I., H. Sosiawan, dan E. Susanti. 1997. Agroekologi dan alternatif pengembangan
pertanian di Kalimantan. Dalam. Prosiding Temu Konsultasi Sumberdaya Lahan untuk
Pembangunan Wilayah Kalimantan, Palangkaraya, 5-6 Oktober 1993. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimnat, Bogor.
Anwar,M.R.,Liu
D.L.,Farquharson
R,Macadam
I,AbadiA,Finlayson
J,WangB,
RamilanT.2015.Climatechangeimpactson phenologyandyieldsoffive broadacre crops
atfour climatologicallydistinctlocations in Australia. AgriculturalSystems132:133-144.
Bachri, S., A. Mulyani, Ropik dan H. Hidayat. 2012. Evaluasi Lahan dan Perwilayahan
Komoditas. Program Sistem Penilaian Kesesuaian Lahan (SPKL) versi 1.0. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor.
Balai Penelitian Tanah, 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai
Penelitian Tanah. Puslitbangtanak.Badan Litbang Pertanian. Deptan. Bogor.
BPS Kabupaten Tanah Laut, 2013. Tanah Laut Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Tanah Laut.
CSR/FAO Staff. 1983. Reconnaissance land resource surveys 1:250.000 scale Atlas Format
Procedures. AGOF/INS/78/006. Manual 4, Version 1, CSR?FAO. Bogor.
Kips, A. D. Djaenudin, snd N. Suharta. 1981. The land unit approach to land resource surveys for
land use planning with particular reference to the Sekampung watershed, Lampung
Province, Sumatera, Indonesia. AGOF/INS/78/006. Technical Note No. 11. Center for
Soil Research. Bogor.
Rositter, D.G. and A.R. van Wambeke. 1997. Automated land Evaluation System. ALES Version
46,5d. Cornell university, Departement of Soil, Crop and Atmospheric Science, SCS,
Ithaca, NY, USA.
Soil Survey Staff. 1998. Keys to Soil Taxonomy. United States Department of Agriculture. Natural
Resources Conservation Service. Eight Edition. 1998.
1374
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Banjarbaru, 20 Juli 2016
Download