21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teater dan Sejarahnya 1. Definisi Teater Kata Teater berasal dari kata Yunani kuno “theatron” yang secara harfiah berarti gedung, tempat pertunjukan, stage (panggung), maupun pusat persembahan. Teater bisa juga diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain dan kru panggung), sekaligus kegiatannya (isi-pentas/peristiwanya). Sementara itu, ada juga yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan bentuk tontonan, baik di panggung maupun arena terbuka. Secara etimologis, teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium. Dalam arti luas, teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Teater bisa juga diartikan sebagai drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media: percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai ”yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain”. Teater bisa juga berbentuk: opera, ballet, pertunjukan boneka, tari India klasik, improvisasi, performance, serta pantomim. (dikutip http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2) dari 22 Secara singkat dapatlah diberikan definisi terhadap teater yaitu suatu kegiatan berekspresi yang bertolak dari alur cerita yang dipertunjukkan dengan menggunakan tubuh sebagai medium utama, sedangkan dalam proses penciptaannya digunakan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa (wujud) yang disampaikan kepada penonton. Keberadaan teater di tengah kehidupan masyarakat merupakan resiko kultural dari dinamika kehidupan masyarakat sama dengan resiko kultural lainnya, politik dan sebagainya. Dengan pengertian bahwa teater sebagai salah satu bentuk kesenian yang dihadirkan oleh dinamika masyarakat. Seni teater menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon, sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim. Pertunjukan ini merupakan proses seseorang atau sekelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan artistik secara bersama. Dalam proses produksi artistik ini, ada sekelompok orang yang mengkoordinasikan kegiatan (tim produksi). 2. Sejarah Teater Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia mulai melakukan berlangsung interaksi bersamaan satu dengan sama lain. Interaksi tafsiran-tafsiran itu terhadap juga alam 23 semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia dan alam semesta. Waktu dan tempat pertunjukan teater pertama kali dimulai tidak diketahui. Adapun yang dapat diketahui hanyalah teori tentang asal mulanya. Di antaranya teori tentang asal mula teater adalah sebagai berikut: a. Berasal dari upacara agama primitif. Unsur cerita ditambahkan pada upacara semacam itu yang akhirnya berkembang menjadi pertunjukan teater. Meskipun upacara agama telah lama ditinggalkan, tapi teater ini hidup terus hingga sekarang. b. Berasal dari nyayian untuk menghormati seorang pahlawan di kuburannya. Dalam acara ini seseorang mengisahkan riwayat hidup sang pahlawan yang lama kelamaan diperagakan dalam bentuk teater. c. Berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita. Cerita itu kemudian juga dibuat dalam bentuk teater (kisah perburuan, kepahlawanan, perang, dsb). Naskah teater tertua di dunia yang pernah ditemukan ditulis seorang pendeta Mesir, I Kher-nefert, di jaman peradaban mesir kuno kira-kira 2000 tahun sebelum tarikh Masehi dimana pada jaman itu peradaban Mesir kuno sudah maju. Mereka sudah bisa membuat piramida, sudah mengerti irigasi, sudah bisa membuat kalender, sudah mengenal ilmu bedah, dan juga sudah mengenal tulis menulis. 24 I Kher-nefert menulis naskah tersebut untuk sebuah pertunjukan teater ritual di kota Abydos, sehingga terkenal sebagai “Naskah Abydos” yang menceritakan pertarungan antara dewa buruk dan dewa baik. Jalan cerita naskah Abydos juga diketemukan tergambar dalam relief kuburan yang lebih tua. Sehingga para ahli bisa mengira bahwa jalan cerita itu sudah ada dan dimainkan orang sejak tahun 5000 SM. Meskipun baru muncul sebagai naskah tertulis di tahun 2000 SM. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui juga bahwa pertunjukan teater Abydos terdapat unsur-unsur teater yang meliputi; pemain, jalan cerita, naskah dialog, topeng, tata busana, musik, nyanyian, tarian, dan properti pemain seperti tombak, kapak, tameng, dan sejenisnya. The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang berarti seeing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. Sedangkan istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri. Namun demikian, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari kata Yunani Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan Drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah atau dalam istilah yang lebih ketat berarti lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting 25 tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata drama juga dianggap telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan sedemikian erat seiring dengan perlakuan terhadap teater yang mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau lakon atau karya sastra. Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya, seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks, sehingga sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan berbagai macam keahlian dan keterampilan. Seni teater menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon, sutradara, pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim. Kelompok ini yang menggerakkan dan menyediakan fasilitas, teknik penggarapan, latihan-latihan, dan alat-alat guna pencapaian ekspresi bersama. Hasil dari proses ini dapat dinikmati oleh penyelenggara dan penonton. 26 Adapun sejarah teater di berbagai belahan dunia adalah sebagai berikut : a. Teater Yunani Klasik Tempat pertunjukan teater Yunani pertama yang permanen dibangun sekitar 2300 tahun yang lalu. Teater ini dibangun tanpa atap dalam bentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk penonton melengkung dan berundak-undak yang disebut amphitheater. Ribuan orang mengunjungi amphitheater untuk menonton teater-teater, dan hadiah diberikan bagi teater terbaik. Naskah lakon teater Yunani merupakan naskah lakon teater pertama yang menciptakan dialog diantara para karakternya. b. Teater Romawi Klasik Setelah tahun 200 Sebelum Masehi kegiatan kesenian beralih dari Yunani ke Roma, begitu juga Teater. Namun mutu teater Romawi tak lebih baik daripada teater Yunani. Teater Romawi menjadi penting karena pengaruhnya kelak pada Zaman Renaissance. Teater pertama kali dipertunjukkan di kota Roma pada tahun 240 SM. Pertunjukan ini dikenalkan oleh Livius Andronicus, seniman Yunani. Teater Romawi merupakan hasil adaptasi bentuk teater Yunani. Hampir di setiap unsur panggungnya terdapat unsur pemanggungan teater Yunani. Namun demikian teater Romawi pun memiliki kebaruan-kebaruan dalam penggarapan dan penikmatan yang asli dimiliki oleh masyarakat Romawi. 27 c. Teater Abad Pertengahan Dalam tahun 1400-an dan 1500-an, banyak kota di Eropa mementaskan drama untuk merayakan hari-hari besar umat Kristen. Drama-drama dibuat berdasarkan cerita-cerita Alkitab dan dipertunjukkan di atas kereta, yang disebut pageant, dan ditarik keliling kota. Bahkan kini pertunjukan jalan dan prosesi penuh warna diselenggarakan di seluruh dunia untuk merayakan berbagai hari besar keagamaan. Para pemain drama pageant menggunakan tempat di bawah kereta untuk menyembunyikan peralatan. Peralatan ini digunakan untuk efek tipuan, seperti menurunkan seorang aktor dari atas ke panggung. d. Renaissance Abad 17 memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kebudayaan Barat. Sejarah abad 15 dan 16 ditentukan oleh penemuan-penemuan penting yaitu mesin, kompas, dan mesin cetak. Semangat baru muncul untuk menyelidiki kebudayaan Yunani dan Romawi klasik. Semangat ini disebut semangat Renaissance yang berasal dari kata “renaitre” yang berarti kelahiran kembali manusia untuk mendapatkan semangat hidup baru. Gerakan yang menyelidiki semangat ini disebut gerakan humanisme. e. Teater Zaman Elizabeth Pada tahun 1576, selama pemerintahan Ratu Elizabeth I, gedung teater besar dari kayu dibangun di London Inggris. Gedung ini dibangun seperti lingkaran sehingga penonton bisa duduk dihampir seluruh sisi panggung. Gedung teater ini sangat sukses sehingga banyak gedung 28 sejenis dibangun di sekitarnya. Salah satunya yang disebut Globe, gedung teater ini bisa menampung 3.000 penonton. Penonton yang mampu membeli tiket duduk di sisi-sisi panggung. Mereka yang tidak mampu membeli tiket berdiri di sekitar panggung. Globe mementaskan drama-drama karya William Shakespeare, penulis drama terkenal dari Inggris yang hidup dari tahun 1564 sampai tahun 1616. Ia adalah seorang aktor dan penyair, selain penulis drama. Ia biasanya menulis dalam bentuk puisi atau sajak. Beberapa ceritanya berisi monolog panjang, yang disebut solilokui, dan menceritakan gagasangagasan mereka kepada penonton. Ia menulis 37 (tiga puluh tujuh) drama dengan berbagai tema, mulai dari pembunuhan dan tokoh sampai cinta dan kecemburuan. f. Teater Abad 20 Teater telah berubah selama berabad-abad. Gedung-gedung pertunjukan modern memiliki efek-efek khusus dan teknologi baru. Orang datang ke gedung pertunjukan tidak hanya untuk menyaksikan teater melainkan juga untuk menikmati musik, hiburan, pendidikan, dan mempelajari hal-hal baru. Rancangan-rancangan panggung termasuk pengaturan panggung mengekspresikan arena. Dewasa karakter-karakter ini, berbeda beberapa dalam cara untuk pertunjukan- pertunjukan (di samping nada suara) dapat melalui musik, dekorasi, tata cahaya, dan efek elektronik. Gaya-gaya pertunjukan realistis dan eksperimental ditemukan dalam teater Amerika saat ini. 29 Seiring dengan perkembangan waktu, kualitas pertunjukan realis oleh beberapa seniman dianggap semakin menurun dan membosankan. Hal ini mendorong para pemikir teater untuk menemukan satu bentuk ekspresi baru yang lepas dari konvensi yang sudah ada. Dengan semangat melawan pesona realisme, para seniman mencari bentuk pertunjukannya sendiri. Pada awal abad 20 inilah istilah teater eksperimental berkembang. Banyak gaya baru yang lahir baik dari sudut pandang pengarang, sutradara, aktor ataupun penata artistik. Tidak jarang usaha mereka berhasil dan mampu memberikan pengaruh seperti gaya simbolisme, surealisme, epik, dan absurd. Tetapi tidak jarang pula usaha mereka berhenti pada produksi pertama. Terlepas dari hal itu, usaha pencarian kaidah artistik yang dilakukan oleh seniman teater modern patut diacungi jempol karena usaha-usaha tersebut mengantarkan pada keberagaman bentuk ekspresi dan makna keindahan. 30 Adapun peta peyebaran teater di dunia hingga masuk ke Indonesia adalah sebagai berikut: UPACARA RITUAL - meniru binatang (burung, bison) - meniru alam - memuja Yang Maha Kuasa INDIAN MAYA MESIR PURBA MESOPOTAMIA BABILONIA 5000 SM LAHIRNYA TOPENG SUTRADARA (Dukun) – Pembuat KISAH (Mantra-Mantra) – Audiens CINA 4000-3000 SM CONFOSIUS LAO TZU YUNANI INDIA 3000-2500 SM AESCHYLUS 525 - 456 SM SOPHOCLES 496 - 406 SM EURI PIDES 480 – 406 SM ARISTOPHANES 400 SM (Komedi Lama) MENANDER 342 – 291 SM (Komedi Baru) ROMAWI 200 SM – 600 Pada 324SM ada 175 Festival (101 Festival Teater) BUKU SUCI WEDA MAHABHARATA-VIYASA RAMAYANA-WALMILKI TIMUR TENGAH PRA INDONESIA KEDIRI PARSI ISTAMBUL MPU SENDOK928-974 500 – 900 MASA GELAP TEATER ± 925 Naskah Tiga Maria lakon Dakwah Katolik 600-900 DARMAWANGSA AIRLANGGA KANESWARA JAYABAYA 1130 – 1160 MAJAPAHIT (WAYANG BEBER, WAYANG GOLEK) EROPA 500 – KINI INGGRIS WILLIAM SHAKESPEARE, (1564 – 1616) THE GLOBE, THE FORTUNE, THE SWAN BEN JOHNSHON (1572 – 1637) TRAGIKOMEDI, VOLPONE/ THE FOX SPANYOL LOPE DE VEGA – 1800 DRAMA CALDERON (1615) – 200 DRAMA CERVANTES – DON QUIXOTE JERMAN GOETHE – FAUST SCHILLER – THE ROBBER RUSIA ANTON CHEKOV AMERIKA 1900 – KINI DINASTI TANG WALISONGO (WAYANG KULIT) PERANCIS MOLIERE 1622 – 1673 INDONESIA KLASIK SEBELUM 1885 REVOLUSI TEATER 1960 – 1970an AMERIKA-INGGRIS-PERANCIS-JEPANG TEATER INDONESIA Gambar II. 1 Peta Penyebaran Teater di Dunia JEPANG NOH KABUKI BUNRAKU KOREA 31 g. Teater Indonesia 1. Teater Tradisional Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya. Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah: wayang kulit, wayang wong, ludruk, lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, ketoprak, dan sebagainya. 2. Teater Modern a. Teater Transisi Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita 32 ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta). b. Teater Indonesia tahun 1920-an Teater pada masa kesusasteraaan angkatan Pujangga Baru kurang berarti jika dilihat dari konteks sejarah teater modern Indonesia tetapi cukup penting dilihat dari sudut kesusastraan. Naskah-naskah drama tersebut belum mencapai bentuk sebagai drama karena masih menekankan unsur sastra dan sulit untuk dipentaskan. Drama-drama Pujangga Baru ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual dimasa itu karena penindasan pemerintahan Belanda yang amat keras terhadap kaum pergerakan sekitar tahun 1930-an. c. Teater Indonesia tahun 1940-an Semua unsur kesenian dan kebudayaan pada kurun waktu penjajahan Jepang dikonsentrasikan untuk mendukung pemerintahan totaliter Jepang. Segala daya kreasi seni secara sistematis di arahkan untuk menyukseskan pemerintahan totaliter Jepang. Namun demikian, dalam 33 situasi yang sulit dan gawat serupa itu, dua orang tokoh, yaitu Anjar Asmara dan Kamajaya masih sempat berpikir bahwa perlu didirikan Pusat Kesenian Indonesia yang bertujuan menciptakan pembaharuan kesenian yang selaras dengan perkembangan zaman sebagai upaya untuk melahirkan kreasi-kreasi baru dalam wujud kesenian nasional Indonesia. d. Teater Indonesia Tahun 1950-an Setelah tokoh kemerdekaan, peluang terbuka bagi seniman untuk merenungkan perjuangan dalam tokoh kemerdekaan, juga sebaliknya, mereka merenungkan penderitaan, peristiwa keberanian dan tokoh nilai kemerdekaan, kemanusiaan, kekecewaan, pengkhianatan, kemunafikan, kepahlawanan dan tindakan pengecut, keiklasan sendiri dan pengorbanan, dan lain-lain. Peristiwa tokoh secara khas dilukiskan dalam lakon Fajar Sidik (Emil Sanossa, 1955), Kapten Syaf (Aoh Kartahadimaja, 1951), Pertahanan Akhir (Sitor Situmorang, 1954), Titik-titik Hitam (Nasyah Jamin, 1956) Sekelumit Nyanyian Sunda (Nasyah Jamin, 1959). e. Teater Indonesia Tahun 1980 – 1990-an Tahun 1980-1990-an situasi politik Indonesia kian seragam melalui pembentukan lembaga-lembaga tunggal di tingkat nasional. Ditiadakannya kehidupan politik kampus sebagai akibat peristiwa Malari 1974. Dewan-dewan Mahasiswa ditiadakan. Dalam latar situasi seperti itu lahir beberapa kelompok teater yang sebagian merupakan produk festival teater. Di Jakarta dikenal dengan Festival Teater Jakarta (sebelumnya disebut Festival Teater Remaja). Beberapa jenis festival di Yogyakarta, di 34 antaranya Festival Seni Pertunjukan Rakyat yang diselenggarakan Departemen Penerangan Republik Indonesia (1983). Di Surabaya ada Festival Drama Lima Kota yang digagas oleh Luthfi Rahman, Kholiq Dimyati dan Mukid F. f. Teater Kontemporer Indonesia Teater Kontemporer Indonesia mengalami perkembangan yang sangat membanggakan. Sejak munculnya eksponen 70 dalam seni teater, kemungkinan ekspresi artistik dikembangkan dengan gaya khas masingmasing seniman. Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 80-an sampai saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan. Meksipun seni teater konvensional tidak pernah mati tetapi teater eksperimental terus juga tumbuh. Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain. Dengan demikian, wilayah jelajah ekspresi menjadi semakin luas. 35 Adapun jalur penyebaran teater di Indonesia dapat dilihat pada peta penyebaran teater berikut: MENDU 1870 TEATER TRADISI TEATER RAKYAT MASA PERINTISAN TEATER INDONESIA 1870-1925 SANDIWARA BANGSAWAN MAMAK PUSHI BAI KASIM 1885-1902 OPERA DERMA AMATIR PROFESIONAL 1908-1925 KOMEDIE STAMBOEL JAAFAR AUGUST MAHIEU 1891-1906 GAGAK SOLO TIO TEK DJIN MIS RIBOET ORION THE MALAY OPERA “DARDANELLA” A.PIEDRO BUNGA ROOS DARI TJI KEMBANG 1920 MISS CICIH OPERA VALENCIA 1905 1926 1935 MASA KEBANGKITAN TEATER INDONESIA 1925-1941 SUNDA WARGO-JAWA SASTRA DRAMA PUJANGGA BARU JARANG DIPENTASKAN IRAMA MASA WARNA SARI MURNI SEMARANG WS. RENDRA BENGKEL TEATER TEATER KECIL ARIFIN C. NOER TEATER MANDIRI PUTU WIJAYA TEATER KUBUR DINDON WS BINTANG SOERABAJA FREED YOUNG 1942 BOLERO – 1936 FIFI YOUNG PAGODA DEWI MADA 1943 PANTJA WARNA JAKARTA SANDIWARA PENGGEMAR MAYA USMAR ISMAIL ATNI AKADEMI TEATER NASIONAL INDONESIA JIM LIM STUDI KLUB TEATER BANDUNG TEATER KONTEMPORER TEATER SAE BOEDI S. OTONG SANDIWARA ANGKT.MUDA MATAHARI JAKARTA TEATER POPULER TEGUH KARYA 1968 TEATER PAYUNG HITAM RAHMAN SABUR Gambar II.2 Peta Penyebaran Teater di Indonesia 1942-1945 TEATER ZAMAN JEPANG TEATER POPULIS (RAKYAT) DIHANCURKAN DAN DIPAKSA MENJADI TEATER PROPAGANDIS USMAR ISMAL ASRUL SANI D.DJAJAKUSUMA TEATER LEMBAGA LPKJ-IKJ DEWAN KESENIAN JAKARTA WAHYU SIHOMBING FESTIVAL TEATER REMAJA 36 B. Fungsi Teater Teater merupakan salah satu media massa dari komunikasi massa, maka peran dan fungsi teater sendiri sama dengan peran dan fungsi dari komunikasi massa, yaitu sebagai sarana penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Media massa merupakan entitas bisnis, entitas sosial, entitas budaya, sekaligus merupakan sebuah entitas politik. Dalam konteks hubungan media dengan publik seperti halnya media massa yang lain, teater juga menjalankan fungsi utama media massa seperti yang dikemukakan oleh Laswell sebagai berikut: 1) The surveillance of the Environment. Artinya media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan, yaitu sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan penglihatan masyarakat. 2) The corrections of the parts of society to the environment. Artinya media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan interpretasi informasi. Dalam hal ini peranan media adalah melakukan seleksi mengenai apa yang pantas dan perlu untuk disiarkan. 3) The transmition of the social heritage from one generation to the next. Artinya media merupakan sarana penyampaian nilai dan warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Fungsi ini merupakan fungsi pendidikan oleh media massa. 37 Seni teater sebagai “seni bebas” bisa membantu pemahaman kita terhadap semesta dan dunia yang kita tinggali sekarang ini. Teater mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakatnya, sekaligus juga berpengaruh terhadap masyarakat atau mampu menimbulkan dampak. Setiap masyarakat, pernah atau masih, memiliki teater yang dapat membantu mereka mempelajari hidupnya dan hidup orang lain. Teater adalah “gerakan sosial” dan bisa jadi merupakan profesi tertua sesuda kekuasaan/politik. Teater juga suatu gerakan atau kekuatan pribadi. Di dalamnya terkandung unsur-unsur komitmen, kerja sama, kepekaan, kerja keras demi hasil akhir yang prima, kepuasan pribadi, pembangunan serta pengembangan karakter, kreativitas (daya kritis), pengembangan diri, pembelajaran terhadap pengalaman hidup, penghargaan bagi manusia dan alam, serta tanggung jawab. Sebagai seni, teater adalah sebuah objek, dan merupakan kombinasi dari berbagai bentuk seni. Meski, jika diletakkan sejajar, teater akan terasa memiliki kelebihan yang spesifik disbanding seni-seni yang lain. Misalnya, teater sebagai seni literature (drama). Drama mengandung seni sastra dan mungkin juga filsafat, bahkan sejarah, antropologi, geografi, sosiologi, psikologi-psikiatri. Dan jika digelar sebagai pertunjukan, bisa jadi membutuhkan dukungan dari seni rupa, arsitektur, seni gerak, seni suara, dan seni musik. 38 Namun teater sebenarnya bersumber dari seni-peran. Dan di luar dari itu semua, sesungguhnya, sama halnya dengan seni dan filsafat, teater adalah sebuah hiburan. Paling tidak kita bisa melihat teater lewat 4 cara: 1. Sebagai hiburan, 2. Sebagai alat pendidikan, 3. Sebagai senjata sosial/politik, 4. Sebagai dokumen sejarah. Sebagai dokumen sejarah misalnya, peristiwa-peristiwa teater dan drama dari periode yang berbeda-beda bisa dilihat sebagai dokumentasi sejarah yang sedikit-banyak menggambarkan zaman, peta bumi, dan kebudayaannya. C. Komunikasi Nonverbal sebagai Penjelas Makna Ketika kita berkomunikasi, kita menerjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang, baik berupa lambang verbal maupun nonverbal. Proses ini lazim disebut dengan penyandian (encoding). Pemakanaan (meanings) merujuk pada cara interpretasi suatu pesan; sedangkan fungsi (functions) merujuk pada tujuan dan hasil suatu interaksi. Setiap penjelasan terhadap makna dan fungsi komunikasi nonverbal harus menggunakan sistem. Hal ini disebabkan karena pandangan terhadap perilaku nonverbal melibatkan penjelasan dari beberapa kerangka teoritis (penulis: sosiologi, antropologi, psikologi, etnologi, dan lain-lain) seperti teori sistem, interaksionalme simbolis, dan kognisi. 39 Lambang nonverbal dalam komunikasi manusia sangat memegang peranan penting. Ray L. Birdwhistell dari University of Pennsylvania, salah satu ahli komunikasi nonverbal, mengatakan bahwa hanya sekitar 30-38% komunikasi manusia dilangsungkan melalui kata-kata (verbal), dan selebihnya melalui cara-cara nonverbal. Dale Leathers menyebutkan lima alasan penting dari pesan nonverbal: 1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. 2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang pesan verbal. 3. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. 4. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. 5. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Fungsi Pesan Nonverbal Menurut Simon Capper-Suzugamine Women’s College, Hiroshima, 1997 dalam Liliweri (2009:140), setidaknya ada lima kategori fungsi komunikasi nonverbal: 1. Fungsi Regulasi Regulation function. Fungsi regulasi menjelaskan bahwa simbol nonverbal yang digunakan mengisyaratkan bahwa proses komunikasi verbal sudah berakhir. Dalam percakapan dengan 40 sesama, kita akan mengalami kesulitan menyatakan diri, atau memberikan reaksi balik (feedback). Fungsi regulasi dimaksudkan untuk membantu orang yang sedang mendengarkan kita memberikan interpretasi yang tepat terhadap apa yang kita sampaikan secara verbal. Jadi fungsi regulasi bermanfaat untuk mengatur pesan nonverbal secara seksama untuk meyakinkan orang lain menginterpretasi makna yang disampaikan secara verbal. 2. Fungsi Interpersonal Interpersonal function. Fungsi ini membantu kita untuk menyatakan sikap dan emosi dalam relasi antarpribadi. Dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan pertukaran nonverbal ditunjukkan bahwa ada sinkronisasi, kongruens dan konvergensi yang dapat ditunjukkan oleh pesan nonverbal. Mereka menemukan bahwa pesan nonverbal dapat meningkatkan relasi yang sangat tinggi antara para peserta komunikasi, misalnya meningkatkan simpati dan daya tarik kepada lawan bicara. 3. Fungsi Emblematis Emblematic function menerangkan bahwa pesan nonverbal dapat disampaikan melalui isyarat-isyarat gerakan anggota tubuh, terutama tangan. Contoh yang baik untuk ini adalah ketika anda menyatakan kemenangan itu dengan membuat huruf ‘V” dengan jari telunjuk dan jari tengah. 41 4. Fungsi Ilustrasi Illustrative function. Fungsi ilustrasi menerangkan bahwa pesan nonverbal digunakan untuk mengindikasikan ukuran, bentuk, jarak, dan lain-lain. Contoh, ketika anda memberikan pengarahan kepada seseorang maka anda akan menunjukkan jarak suatu obyek, apakah dekat-jauh, besar-kecil, tinggi-rendah. 5. Fungsi Adaptasi Adaptive function. Fungsi adaptif dimaksudkan sebagai fungsi pesan nonverbal untuk menyesuaikan pelbagai pesan baik verbal maupun nonverbal. Misalnya, anda menciptakan jenis-jenis tanda atau simbol yang menyenangkan diri sendiri (kesukaan). Kadangkadang tanda-tanda itu anda lakukan secara tidak sadar. Gerakangerakan refleks itu seperti memegang-megang jenggot, mencabut kumis, mengurai rambut, menggigit kuku, mencubit-cubit jerawat termasuk dalam kategori fungsi adaptasi. 42 Selain lima fungsi diatas, komunikasi nonverbal juga memiliki beberapa fungsi lagi. Mark L. Knapp dikutip dari Psikologi Komunikasi, 1996 oleh Nina Muthmainnah dan M. Fauzi (Universitas Terbuka), menyebutkan lima fungsi komunikasi nonverbal, yaitu: 1. Repitisi. Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya: jika saya menunjukkan persetujuan, maka saya akan menganggukkan kepala saya berkali-kali. 2. Substitusi. Menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya: tanpa berkata, Anda menunjukkan persetujuan Anda dengan mengangguk-angguk. 3. Kontradiksi. Menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya: Anda memuji prestasi kawan Anda dengan raut muka yang sinis. 4. Komplemen. Melengkapi dan memperkaya makna pesan verbal. Misalnya: air muka Anda menunjukkan tingkat kesedihan atau penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata. 5. Aksentuasi. Menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahi. Misalnya: Anda mengungkapkan kejengkelan Anda dengan memukul meja, atau 43 sebaliknya Anda mengungkapkan kegembiraan dengan tertawa dan bertepuk tangan. Komunikasi nonverbal sangatlah kompleks. Dimana kita mengekspresikan apa yang ingin kita sampaikan melalui gerakan tubuh. Maka dari itu, sebagai seorang komunikator untuk memahami komunikasi nonverbal, kita harus memahami seluk beluk sosial budayanya terlebih dahulu. Karena komunikasi baru akan terjadi secara efektif jika kita mempunyai kesamaan makna dengan komunikan. Maksud disini, mengapa kita harus mengenal budayanya karena setiap daerah memiliki budayanya sendiri-sendiri, misalnya di Arab tanda acungan jempol adalah tanda berhenti, sedangkan di Indonesia tanda acungan jempol adalah mengatakan “oke”. Komunikasi nonverbal adalah semua bentuk komunikasi yang tidak menggunakan pesan berupa kata-kata. Pesan nonverbal dapat terbagi atas: 1. Paralinguistik (paralanguage) Apa yang kita lakukan menggunakan kata, frase atau kalimat penting dalam proses komunikasi. Namun, seringkali cara kita menggunakan bahasa jauh lebih penting sebagai sumber informasi daripada kata-kata itu sendiri. Inilah yang dikenal sebagai paralanguage (paralinguistik), cara kita menggunakan bahasa. Paralanguage dapat terbagi dua, yaitu: 44 a. Bentuk vokalik (ucapan) b. Bentuk tertulis. Paralanguage dalam bentuk ucapan misalnya: kecepatan bicara, tinggi rendahnya suara, dialek, intonasi, cara berhenti, ucapan-ucapan tertentu dalam bicara (misalnya, seringkali dalam berbicara orang banyak berkata: nah, eh, daripada, ehm, oh, oh ya?, dsb), artikulasi, keteraturan berbicara sesuai tata bahasa, dan sebagainya. Paralanguage dalam bentuk tulisan adalah penampilan visual materi tertulis. Misalnya: kerapian tulisan, format tulisan, pemisahan suku kata, penggunaan huruf besar dan kecil, warna tinta yang dipakai, aturan tata bahasa, dan sebagainya. Paralinguistik dapat menunjukkan hal-hal tertentu tentang sumber, seperti: etnik, tingkat pendidikan, usia, tingkat emosi atau perasaan, dan sebagainya. Semuanya itu dapat menjadi dasar persepsi kita tentang orang lain. 2. Penampilan (appearance) Dalam komunikasi manusia, penampilan memegang peranan penting. Kesan pertama seseorang tentang orang lain umumnya dibentuk dari penampilan orang tersebut. Kesan awal ini menentukan proses komunikasi selanjutnya. Sejumlah faktor yang menyumbang penampilan adalah: wajah, mata, rambut, bentuk fisik tubuh, pakaian dan perlengkapan yang digunakan. 45 Wajah seseorang merupakan sumber informasi terbaik yang menunjukkan kondisi emosional seseorang. Melalui wajah seseorang, kita dapat mengetahui perasaan orang tersebut. Menurut penelitian, wajah seseorang bisa menampilkan 250.000 ekspresi. 3. Kinesik (gesture) Desmond Morris, seorang antropolog yang mendalami kinesik, mengatakan bahwa gerakan tubuh seseorang diperoleh dengan cara: 1) diwariskan, 2) menemukan sendiri, 3) meniru, dan 4) training atau latihan. Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan iya, untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu, menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan, untuk mengatur atau mengendalikan jalannya percakapan, atau untuk melepaskan ketegangan. 4. Sentuhan (haptik) Alat penerima sentuhan ialah kulit, yang mampu menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan merupakan ungkapan seperti perhatian, rasa sayang, rasa takut, marah, kebahagiaan dan keakraban. Semua sentuhan dapat menunjukkan tingkat keakraban hubungan seseorang dengan orang lain, budaya dan suku bangsa seseorang. Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, pukulan, dan 46 lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif maupun negatif. 5. Ruang dan jarak (proksemik) Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan tingkat keakraban kita dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Edward T. Hall menyebutkan ada empat macam jarak dalam interaksi antarmanusia, yaitu: 1. Jarak intim, jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan. 2. Jarak personal, jarak yang menunjukkan perasaan masingmasing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki. 3. Jarak sosial, dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak menganggu dan menekan orang lain, 47 keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki. 4. Jarak publik, jarak publik yakni berkisar dua belas kaki sampai tak terhingga. 6. Kronemik (waktu) Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut untuk dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu. Penggunaan waktu juga penting dalam komunikasi manusia. Konsep waktu berbeda antara budaya yang satu dengan yang lain. Orang Indonesia terkenal punya “jam karet”, sementara orang Barat terkenal tepat waktu. Bagi suku bangsa tertentu, “besok” bisa berarti “kapan-kapan”. Prinsip “waktu adalah uang” mempengaruhi perilaku kita. Anda datang terlambat atau tepat waktu pada sebuah pertemuan juga bisa berarti banyak. Dalam sebuah pertemuan atau upacara penting, biasanya, orang yang paling tinggi jabatannya adalah orang yang datang paling akhir. Semua itu sangat mempengaruhi proses komunikasi. 7. Olefatik Studi komunikasi melalui indra penciuman disebut sebagai olefatik. Bau masih merupakan suatu hal yang sangat susah dimengerti dalam komunikasi. Bau-bauan telah digunakan manusia untuk 48 berkomunikasi secara sadar atau tidak. Sebagai contoh, bila seseorang sedang dalam keadaan tegang maka akan mengeluarkan keringat yang mempunyai bau yang khas. “The average person looks without seeing, listens without hearing, touches without feeling, moves without physical awareness and talks without thinking.” _ Leonardo da Vinci “Rata-rata orang melihat tanpa memperhatikan, mendengar tanpa menyimak, menyentuh menyadarinya secara tanpa fisik merasakan, dan berbicara bergerak tanpa tanpa berfikir.” _Leonardo da Vinci Kemampuan untuk membaca bahasa tubuh (nonverbal) orang lain membuat Anda bisa memodifikasi dan membentuk pesan Anda berdasarkan isyarat-isyarat samar, baik positif maupun negatif, yang Anda terima selama berinteraksi dengan orang lain. D. Kinesik Pada tahun 1872, Charles Darwin sang pencetus teori evolusi menulis buku pertamanya yang berjudul The Expression of the Emotion in Man and Animals. Sayangnya, tidak ada penelitian ilmiah lanjutan mengenai topik tersebut hingga satu setengah abad berikutnya. Salah seorang pelopor di bidang penelitian bahasa tubuh adalah Ray Birdwhistell, seorang antropolog Amerika yang mengabdi pada tahun 1950an. Dia menyebut komunikasi tanpa kata-kata ini sebagai kinesics karena 49 penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagian-bagian tubuh tertentu, atau secara keseluruhan yang memiliki peran utama dalam mengkomunikasikan sebuah pesan. Kinesik (ilmu gerak) adalah ilmu yang mempelajari sesuatu yang dapat diobservasi, tersembunyi dan penuh arti bagi komunikasi dalam lingkungan pergaulan dengan tujuan untuk mencari arti gerakan itu. Kinesik diperhatikan secara abstrak dari pergantian otot yang teratur dimana karakter yang ada pada sistem psikologis bergabung untuk bergerak secara bersamaan pada proses komunikasi dan untuk sistem interaksi pada kelompok sosial. Komunikasi kinesik merupakan bentuk komunikasi nonverbal yang paling jelas tapi juga merupakan bentuk komunikasi yang paling membingungkan karena memberikan bermacam-macam arti melalui gerakan anggota tubuh. Studi kinesik dan kebudayaan biasanya terbatas pada kebudayaan khusus gerak isyarat. Kinesik memusatkan perhatian pada pemberian pesan yang diperlihatkan dalam kebudayaan kinesik. Kelompok manusia sering menyatakan “ya” dan “tidak” secara kinesik, walaupun tidak mengangguk dan menggelengkan kepala yang di asosiaskan dengan positif dan negatif. Pengamatan tanda “ya‟ dan “tidak” merupakan studi bagaimana studi kinesik dapat terjadi dalam kehidupan yang berbeda, meskipun terdapat banyak kesamaan. Sebagai contoh, pengangkatan alis mata, secara universal, menyatakan “ya” dan menggelengkan kepala untuk mengatakan“tidak” dalam interaksi 50 sosial. Penggelengan kepala ini sangat biasa terjadi pada manusia dan hewan. Darwin menghubungkan hal itu dengan penolakan bayi terhadap pemberian susu ketika bayi merasa kenyang. Eibl-Eiblesfeldt menemukan keadaan ini pada anak-anak buta-tuli. Dia merasa penolakan itu berasal dari cara penggelengan hewan. Kinesik memegang peranan yang besar dalam perubahan kontrol. Ada pembicara yang melakukan gerakan yang berbeda, seperti gerak kepala yang singkat seirama dengan ucapan dan gerak tubuh yang memperjelas ucapan. Dengan menghentikan gerak seperti itu, berarti dia berhenti berbicara. Secara umum, pendengar melihat kepada pembicara lebih banyak dari pada pembicara melihat pada pendengar. Adapun komponen utama dari komunikasi kinesik yaitu: 1. Facial Signs Facial Signs meliputi mimik wajah, kontak mata, gerak kening, alis, mulut dan lain-lain. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita paling sering melihat wajah mereka. Pada wajah terdapat 90-an syaraf yang dapat menyampaikan pesan. Sedikit perubahan dapat saja mengubah arti dari pesan yang ingin disampaikan. Alis dan kening juga menambah makna pesan dari terkejut sampai dengan marah. Mulut, ketika tidak berbicara dapat membentuk sudut turun atau sudut naik yang membentuk sebuah senyuman. Kontak mata adalah saluran yang penting dari komunikasi interpersonal, yang membantu dalam mengalirkan komunikasi dan juga 51 menunjukkan minat pada seseorang. Lebih lanjut, kontak mata antara pembicara dengan penerima pesan dapat meningkatkan kredibilitas pembicara. Pembicara yang dapat mengadakan kontak mata dengan baik dapat membuka alur komunikasi dan menunjukkan minat, perhatian, kehangatan, dan kredibilitasnya. Dalam bahasa tubuh, wajah kita adalah bagian yang paling ekspresif, dalam setiap interaksi wajah merupakan hal pertama yang akan dirujuk secara alami, kita cenderung memandang wajah saat berbicara dengan orang lain. Kata-kata kita dipertegas oleh ekspresi wajah kita. Kita memberikan lebih banyak isyarat melalui wajah kita daripada melalui bagian tubuh yang lain, sesuatu yang memang harus kita harapkan dari keberadaan 22 otot di setiap sisi wajah. Ekspresi/mimik wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja, tapi umumnya ekspresi wajah dialami secara tidak sengaja akibat perasaan atau emosi manusia tersebut. Biasanya amat sulit menyembunyikan perasaan atau emosi dari wajah, walaupun banyak orang yang merasa amat ingin melakukannya. Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan wajah. Namun penelitian Charles Darwin-lah yang pertama kali menyoroti pentingnya mempelajari ekspresi wajah dan berbagai emosi yang ditunjukkan melalui wajah. Secara umum, telah diterima bahwa, oleh semua budaya, terdapat 6 jenis emosi yang mudah untuk diidentifikasi. 52 Enam Emosi Universal: Kebahagiaan Kesedihan Keterkejutan Muak Rasa Takut Marah 2. Gesture Gestur meliputi gerakan tubuh dan tangan saat berkomunikasi. Jika kita gagal dalam memberikan isyarat saat berbicara maka kita dapat dianggap membosankan, kaku dan tidak hidup. Ekman dan Friesen (1969) mengidentifikasi lima tipe gestur, yaitu: a. Emblems, yaitu gestur yang secara langsung menggantikan arti kata. b. Illustrator, yaitu gestur yang membentuk apa yang ingin dikatakan. c. Affective Displays, yaitu gestur yang menunjukkan perasaan. d. Regulators, yaitu gestur yang berfungsi untuk mengontrol alur dari pembicaraan. e. Adapters, yaitu gestur yang mengacu pada pelepasan ketegangan dan bentuk lainnya. 53 3. Body Posture Body Posture adalah sikap tubuh saat berkomunikasi. Sikap tubuh yang terbuka dan memerlukan ruang yang besar dapat mengindikasikan kenyamanan dan dominasi, sebaliknya sikap tubuh tertentu membuat seseorang terlihat kecil dan mengindikasikan inferioritas. Kita mengkomunikasikan sejumlah pesan dengan cara kita berjalan, berbicara, berdiri, dan duduk. Berdiri tegak tapi tidak kaku dan sedikit condong kedepan menyatakan kepada orang lain bahwa Anda dapat didekati, menerima dan ramah. Lebih jauh, kedekatan interpersonal tercipta ketika kita dan lawan bicara kita berhadapan satu sama lain. Berbicara dengan membalikkan punggung atau melihat ke lantai atau atap seharusnya dihindari karena menyatakan ketidaktertarikan Anda. Ekman dan Friesen mengindetifikasikan dua (2) hal yang berkaitan dnegan gerakan tubuh, yaitu: Aksi Tubuh: gerakan yang terobservasi dengan awal dan akhir yang jelas Posisi Tubuh: ketiadaan gerak pada waktu-waktu yang jelas pada semua bagian tubuh Halloway mengidentifikasikan 7 arti gerak tubuh: 1. mendorong/mengikat 2. keharmonisan/ketidakharmonisan 3. kepekaan/ketidakpekaan 4. pengaruh positive/negative 54 5. penuh/tidak perhatian 6. mempermudah/tidak menerima 7. mendukung/tidak menyetujui Kinesik juga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Di bidang seni misalnya, kecerdasan bahasa tubuh dapat diukur dari segi penghayatan seorang artis dalam bermain film, berteater, atau membaca puisi. Dalam bidang pendidikan, seorang guru akan menggunakan bahasa tubuh untuk memperjelas materi yang ia sampaikan.