aeschylus 525 - 456 sm

advertisement
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teater dan Sejarahnya
1. Definisi Teater
Kata Teater berasal dari kata Yunani kuno “theatron” yang secara
harfiah berarti gedung, tempat pertunjukan, stage (panggung), maupun pusat
persembahan. Teater bisa juga diartikan mencakup gedung, pekerja (pemain
dan
kru
panggung),
sekaligus
kegiatannya
(isi-pentas/peristiwanya).
Sementara itu, ada juga yang mengartikan teater sebagai semua jenis dan
bentuk tontonan, baik di panggung maupun arena terbuka.
Secara etimologis, teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
Dalam arti luas, teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan
orang banyak. Teater bisa juga diartikan sebagai drama, kisah hidup dan
kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media: percakapan,
gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor,
musik, nyanyian, tarian, dsb.
Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Univesitas Hofstra,
New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater
sebagai ”yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu
waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain”. Teater bisa
juga berbentuk: opera, ballet, pertunjukan boneka, tari India klasik,
improvisasi,
performance,
serta
pantomim.
(dikutip
http://aamovi.wordpress.com/2009/03/26/pengertian-drama-dan-teater-2)
dari
22
Secara singkat dapatlah diberikan definisi terhadap teater yaitu suatu
kegiatan berekspresi yang bertolak dari alur cerita yang dipertunjukkan
dengan menggunakan tubuh sebagai medium utama, sedangkan dalam proses
penciptaannya digunakan unsur gerak, suara, bunyi dan rupa (wujud) yang
disampaikan kepada penonton. Keberadaan teater di tengah kehidupan
masyarakat merupakan resiko kultural dari dinamika kehidupan masyarakat
sama dengan resiko kultural lainnya, politik dan sebagainya. Dengan
pengertian bahwa teater sebagai salah satu bentuk kesenian yang dihadirkan
oleh dinamika masyarakat.
Seni teater menggabungkan unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik
(gerak) yang meliputi bunyi, suara, musik, gerak serta seni rupa. Seni teater
merupakan suatu kesatuan seni yang diciptakan oleh penulis lakon, sutradara,
pemain (pemeran), penata artistik, pekerja teknik, dan diproduksi oleh
sekelompok orang produksi. Sebagai seni kolektif, seni teater dilakukan
bersama-sama yang mengharuskan semuanya sejalan dan seirama serta perlu
harmonisasi dari keseluruhan tim. Pertunjukan ini merupakan proses
seseorang atau sekelompok manusia dalam rangka mencapai tujuan artistik
secara bersama. Dalam proses produksi artistik ini, ada sekelompok orang
yang mengkoordinasikan kegiatan (tim produksi).
2. Sejarah Teater
Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia
mulai
melakukan
berlangsung
interaksi
bersamaan
satu
dengan
sama
lain.
Interaksi
tafsiran-tafsiran
itu
terhadap
juga
alam
23
semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh
berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia
dan alam semesta.
Waktu dan tempat pertunjukan teater pertama kali dimulai tidak
diketahui. Adapun yang dapat diketahui hanyalah teori tentang asal mulanya.
Di antaranya teori tentang asal mula teater adalah sebagai berikut:
a.
Berasal dari upacara agama primitif. Unsur cerita ditambahkan pada
upacara semacam itu yang akhirnya berkembang menjadi pertunjukan
teater. Meskipun upacara agama telah lama ditinggalkan, tapi teater ini
hidup terus hingga sekarang.
b.
Berasal dari nyayian untuk menghormati
seorang pahlawan di
kuburannya. Dalam acara ini seseorang mengisahkan riwayat hidup sang
pahlawan yang lama kelamaan diperagakan dalam bentuk teater.
c.
Berasal dari kegemaran manusia mendengarkan cerita. Cerita itu
kemudian
juga
dibuat
dalam
bentuk
teater
(kisah
perburuan,
kepahlawanan, perang, dsb).
Naskah teater tertua di dunia yang pernah ditemukan ditulis seorang
pendeta Mesir, I Kher-nefert, di jaman peradaban mesir kuno kira-kira 2000
tahun sebelum tarikh Masehi dimana pada jaman itu peradaban Mesir kuno
sudah maju. Mereka sudah bisa membuat piramida, sudah mengerti irigasi,
sudah bisa membuat kalender, sudah mengenal ilmu bedah, dan juga sudah
mengenal tulis menulis.
24
I Kher-nefert menulis naskah tersebut untuk sebuah pertunjukan teater
ritual di kota Abydos, sehingga terkenal sebagai “Naskah Abydos” yang
menceritakan pertarungan antara dewa buruk dan dewa baik. Jalan cerita
naskah Abydos juga diketemukan tergambar dalam relief kuburan yang lebih
tua. Sehingga para ahli bisa mengira bahwa jalan cerita itu sudah ada dan
dimainkan orang sejak tahun 5000 SM. Meskipun baru muncul sebagai
naskah tertulis di tahun 2000 SM. Dari hasil penelitian yang dilakukan
diketahui juga bahwa pertunjukan teater Abydos terdapat unsur-unsur teater
yang meliputi; pemain, jalan cerita, naskah dialog, topeng, tata busana, musik,
nyanyian, tarian, dan properti pemain seperti tombak, kapak, tameng, dan
sejenisnya.
The Theatre berasal dari kata Yunani Kuno, Theatron yang
berarti seeing place atau tempat menyaksikan atau tempat dimana
aktor mementaskan lakon dan orang-orang menontonnya. Sedangkan
istilah teater atau dalam bahasa Inggrisnya theatre mengacu kepada
aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan, kelompok yang
melakukan kegiatan itu dan seni pertunjukan itu sendiri.
Namun
demikian, teater selalu dikaitkan dengan kata drama yang berasal dari
kata Yunani Kuno, Draomai yang berarti bertindak atau berbuat dan
Drame yang berasal dari kata Perancis yang diambil oleh Diderot dan
Beaumarchaid
untuk
menjelaskan
lakon-lakon
mereka
tentang
kehidupan kelas menengah atau dalam istilah yang lebih ketat berarti
lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting
25
tapi tidak bertujuan mengagungkan tragika. Kata drama juga dianggap
telah ada sejak era Mesir Kuno (4000-1580 SM), sebelum era Yunani
Kuno (800-277 SM). Hubungan kata teater dan drama bersandingan
sedemikian
erat
seiring
dengan
perlakuan
terhadap
teater
yang
mempergunakan drama lebih identik sebagai teks atau naskah atau
lakon atau karya sastra.
Terlepas dari sejarah dan asal kata yang melatarbelakanginya,
seni teater merupakan suatu karya seni yang rumit dan kompleks,
sehingga sering disebut dengan collective art atau synthetic art artinya
teater merupakan sintesa dari berbagai disiplin seni yang melibatkan
berbagai macam keahlian dan keterampilan. Seni teater menggabungkan
unsur-unsur audio, visual, dan kinestetik (gerak) yang meliputi bunyi, suara,
musik, gerak serta seni rupa. Seni teater merupakan suatu kesatuan seni yang
diciptakan oleh penulis lakon, sutradara, pemain (pemeran), penata artistik,
pekerja teknik, dan diproduksi oleh sekelompok orang produksi. Sebagai seni
kolektif, seni teater dilakukan bersama-sama yang mengharuskan semuanya
sejalan dan seirama serta perlu harmonisasi dari keseluruhan tim. Kelompok
ini yang menggerakkan dan menyediakan fasilitas, teknik penggarapan,
latihan-latihan, dan alat-alat guna pencapaian ekspresi bersama. Hasil dari
proses ini dapat dinikmati oleh penyelenggara dan penonton.
26
Adapun sejarah teater di berbagai belahan dunia adalah sebagai berikut :
a. Teater Yunani Klasik
Tempat pertunjukan teater Yunani pertama yang permanen
dibangun sekitar 2300 tahun yang lalu. Teater ini dibangun tanpa atap
dalam bentuk setengah lingkaran dengan tempat duduk penonton
melengkung dan berundak-undak yang disebut amphitheater. Ribuan
orang mengunjungi amphitheater untuk menonton teater-teater, dan hadiah
diberikan bagi teater terbaik. Naskah lakon teater Yunani merupakan
naskah lakon teater pertama yang menciptakan dialog diantara para
karakternya.
b. Teater Romawi Klasik
Setelah tahun 200 Sebelum Masehi kegiatan kesenian beralih dari
Yunani ke Roma, begitu juga Teater. Namun mutu teater Romawi tak
lebih baik daripada teater Yunani. Teater Romawi menjadi penting karena
pengaruhnya kelak pada Zaman Renaissance. Teater pertama kali
dipertunjukkan di kota Roma pada tahun 240 SM.
Pertunjukan ini dikenalkan oleh Livius Andronicus, seniman
Yunani. Teater Romawi merupakan hasil adaptasi bentuk teater Yunani.
Hampir di setiap unsur panggungnya terdapat unsur pemanggungan teater
Yunani. Namun demikian teater Romawi pun memiliki kebaruan-kebaruan
dalam penggarapan dan penikmatan yang asli dimiliki oleh masyarakat
Romawi.
27
c. Teater Abad Pertengahan
Dalam tahun 1400-an dan 1500-an, banyak kota di Eropa
mementaskan drama untuk merayakan hari-hari besar umat Kristen.
Drama-drama dibuat berdasarkan cerita-cerita Alkitab dan dipertunjukkan
di atas kereta, yang disebut pageant, dan ditarik keliling kota. Bahkan kini
pertunjukan jalan dan prosesi penuh warna diselenggarakan di seluruh
dunia untuk merayakan berbagai hari besar keagamaan. Para pemain
drama
pageant
menggunakan
tempat
di
bawah
kereta
untuk
menyembunyikan peralatan. Peralatan ini digunakan untuk efek tipuan,
seperti menurunkan seorang aktor dari atas ke panggung.
d. Renaissance
Abad 17 memberi sumbangan yang sangat berarti bagi kebudayaan
Barat. Sejarah abad 15 dan 16 ditentukan oleh penemuan-penemuan
penting yaitu mesin, kompas, dan mesin cetak. Semangat baru muncul
untuk menyelidiki kebudayaan Yunani dan Romawi klasik. Semangat ini
disebut semangat Renaissance yang berasal dari kata “renaitre” yang
berarti kelahiran kembali manusia untuk mendapatkan semangat hidup
baru. Gerakan yang menyelidiki semangat ini disebut gerakan humanisme.
e. Teater Zaman Elizabeth
Pada tahun 1576, selama pemerintahan Ratu Elizabeth I, gedung
teater besar dari kayu dibangun di London Inggris. Gedung ini dibangun
seperti lingkaran sehingga penonton bisa duduk dihampir seluruh sisi
panggung. Gedung teater ini sangat sukses sehingga banyak gedung
28
sejenis dibangun di sekitarnya. Salah satunya yang disebut Globe, gedung
teater ini bisa menampung 3.000 penonton. Penonton yang mampu
membeli tiket duduk di sisi-sisi panggung. Mereka yang tidak mampu
membeli tiket berdiri di sekitar panggung.
Globe mementaskan drama-drama karya William Shakespeare,
penulis drama terkenal dari Inggris yang hidup dari tahun 1564 sampai
tahun 1616. Ia adalah seorang aktor dan penyair, selain penulis drama. Ia
biasanya menulis dalam bentuk puisi atau sajak. Beberapa ceritanya berisi
monolog panjang, yang disebut solilokui, dan menceritakan gagasangagasan mereka kepada penonton. Ia menulis 37 (tiga puluh tujuh) drama
dengan berbagai tema, mulai dari pembunuhan dan tokoh sampai cinta dan
kecemburuan.
f. Teater Abad 20
Teater telah berubah selama berabad-abad. Gedung-gedung
pertunjukan modern memiliki efek-efek khusus dan teknologi baru. Orang
datang ke gedung pertunjukan tidak hanya untuk menyaksikan teater
melainkan juga untuk menikmati musik, hiburan, pendidikan, dan
mempelajari hal-hal baru. Rancangan-rancangan panggung termasuk
pengaturan
panggung
mengekspresikan
arena.
Dewasa
karakter-karakter
ini,
berbeda
beberapa
dalam
cara
untuk
pertunjukan-
pertunjukan (di samping nada suara) dapat melalui musik, dekorasi, tata
cahaya, dan efek elektronik. Gaya-gaya pertunjukan realistis dan
eksperimental ditemukan dalam teater Amerika saat ini.
29
Seiring dengan perkembangan waktu, kualitas pertunjukan realis
oleh beberapa seniman dianggap semakin menurun dan membosankan.
Hal ini mendorong para pemikir teater untuk menemukan satu bentuk
ekspresi baru yang lepas dari konvensi yang sudah ada. Dengan semangat
melawan pesona realisme, para seniman mencari bentuk pertunjukannya
sendiri. Pada awal abad 20 inilah istilah teater eksperimental berkembang.
Banyak gaya baru yang lahir baik dari sudut pandang pengarang,
sutradara, aktor ataupun penata artistik. Tidak jarang usaha mereka
berhasil dan mampu memberikan pengaruh seperti gaya simbolisme,
surealisme, epik, dan absurd. Tetapi tidak jarang pula usaha mereka
berhenti pada produksi pertama. Terlepas dari hal itu, usaha pencarian
kaidah artistik yang dilakukan oleh seniman teater modern patut diacungi
jempol karena usaha-usaha tersebut mengantarkan pada keberagaman
bentuk ekspresi dan makna keindahan.
30
Adapun peta peyebaran teater di dunia hingga masuk ke Indonesia adalah
sebagai berikut:
UPACARA RITUAL
- meniru binatang (burung, bison)
- meniru alam
- memuja Yang Maha Kuasa
INDIAN MAYA
MESIR PURBA
MESOPOTAMIA
BABILONIA
5000 SM
LAHIRNYA TOPENG
SUTRADARA (Dukun) – Pembuat
KISAH (Mantra-Mantra) – Audiens
CINA
4000-3000 SM
CONFOSIUS
LAO TZU
YUNANI
INDIA
3000-2500 SM
AESCHYLUS 525 - 456 SM
SOPHOCLES 496 - 406 SM
EURI PIDES 480 – 406 SM
ARISTOPHANES 400 SM (Komedi Lama)
MENANDER 342 – 291 SM (Komedi Baru)
ROMAWI
200 SM – 600
Pada 324SM ada 175 Festival
(101 Festival Teater)
BUKU SUCI WEDA
MAHABHARATA-VIYASA
RAMAYANA-WALMILKI
TIMUR
TENGAH
PRA INDONESIA
KEDIRI
PARSI
ISTAMBUL
MPU SENDOK928-974
500 – 900
MASA GELAP TEATER
± 925 Naskah Tiga Maria
lakon
Dakwah Katolik
600-900
DARMAWANGSA
AIRLANGGA
KANESWARA
JAYABAYA
1130 – 1160
MAJAPAHIT
(WAYANG BEBER,
WAYANG GOLEK)
EROPA
500 – KINI
INGGRIS
WILLIAM SHAKESPEARE,
(1564 – 1616) THE GLOBE,
THE FORTUNE, THE SWAN
BEN JOHNSHON (1572 – 1637)
TRAGIKOMEDI, VOLPONE/
THE FOX
SPANYOL
LOPE DE VEGA – 1800 DRAMA
CALDERON (1615) – 200 DRAMA
CERVANTES – DON QUIXOTE
JERMAN
GOETHE – FAUST
SCHILLER – THE ROBBER
RUSIA
ANTON CHEKOV
AMERIKA
1900 – KINI
DINASTI
TANG
WALISONGO
(WAYANG KULIT)
PERANCIS
MOLIERE 1622 – 1673
INDONESIA KLASIK
SEBELUM 1885
REVOLUSI TEATER 1960 – 1970an
AMERIKA-INGGRIS-PERANCIS-JEPANG
TEATER INDONESIA
Gambar II. 1 Peta Penyebaran Teater di Dunia
JEPANG
NOH
KABUKI
BUNRAKU
KOREA
31
g. Teater Indonesia
1. Teater Tradisional
Sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum
Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater
tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater
tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun
upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat
itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater,
dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah
melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut
membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat
dalam masyarakat lingkungannya.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah: wayang kulit,
wayang wong, ludruk, lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, ketoprak,
dan sebagainya.
2. Teater Modern
a. Teater Transisi
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode
saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh
budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater
tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater
Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada
cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita
32
ringkas atau outline story (garis besar cerita per adegan). Cara penyajian
cerita
dengan
menggunakan
panggung
dan
dekorasi.
Mulai
memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode
transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi.
Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga
dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di
Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di
Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada
tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian Jakarta).
b. Teater Indonesia tahun 1920-an
Teater pada masa kesusasteraaan angkatan Pujangga Baru kurang
berarti jika dilihat dari konteks sejarah teater modern Indonesia tetapi
cukup penting dilihat dari sudut kesusastraan. Naskah-naskah drama
tersebut belum mencapai bentuk sebagai drama karena masih menekankan
unsur sastra dan sulit untuk dipentaskan. Drama-drama Pujangga Baru
ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual dimasa itu karena
penindasan pemerintahan Belanda yang amat keras terhadap kaum
pergerakan sekitar tahun 1930-an.
c. Teater Indonesia tahun 1940-an
Semua unsur kesenian dan kebudayaan pada kurun waktu
penjajahan Jepang dikonsentrasikan untuk mendukung pemerintahan
totaliter Jepang. Segala daya kreasi seni secara sistematis di arahkan untuk
menyukseskan pemerintahan totaliter Jepang. Namun demikian, dalam
33
situasi yang sulit dan gawat serupa itu, dua orang tokoh, yaitu Anjar
Asmara dan Kamajaya masih sempat berpikir bahwa perlu didirikan Pusat
Kesenian Indonesia yang bertujuan menciptakan pembaharuan kesenian
yang selaras dengan perkembangan zaman sebagai upaya untuk
melahirkan kreasi-kreasi baru dalam wujud kesenian nasional Indonesia.
d. Teater Indonesia Tahun 1950-an
Setelah tokoh kemerdekaan, peluang terbuka bagi seniman untuk
merenungkan perjuangan dalam tokoh kemerdekaan, juga sebaliknya,
mereka
merenungkan
penderitaan,
peristiwa
keberanian
dan
tokoh
nilai
kemerdekaan,
kemanusiaan,
kekecewaan,
pengkhianatan,
kemunafikan, kepahlawanan dan tindakan pengecut, keiklasan sendiri dan
pengorbanan, dan lain-lain. Peristiwa tokoh secara khas dilukiskan dalam
lakon Fajar Sidik (Emil Sanossa, 1955), Kapten Syaf (Aoh Kartahadimaja,
1951), Pertahanan Akhir (Sitor Situmorang, 1954), Titik-titik Hitam
(Nasyah Jamin, 1956) Sekelumit Nyanyian Sunda (Nasyah Jamin, 1959).
e. Teater Indonesia Tahun 1980 – 1990-an
Tahun 1980-1990-an situasi politik Indonesia kian seragam melalui
pembentukan lembaga-lembaga tunggal di tingkat nasional. Ditiadakannya
kehidupan politik kampus sebagai akibat peristiwa Malari 1974.
Dewan-dewan Mahasiswa ditiadakan. Dalam latar situasi seperti itu lahir
beberapa kelompok teater yang sebagian merupakan produk festival teater.
Di Jakarta dikenal dengan Festival Teater Jakarta (sebelumnya disebut
Festival Teater Remaja). Beberapa jenis festival di Yogyakarta, di
34
antaranya Festival Seni Pertunjukan Rakyat yang diselenggarakan
Departemen Penerangan Republik Indonesia (1983). Di Surabaya ada
Festival Drama Lima Kota yang digagas oleh Luthfi Rahman, Kholiq
Dimyati dan Mukid F.
f. Teater Kontemporer Indonesia
Teater Kontemporer Indonesia mengalami perkembangan yang
sangat membanggakan. Sejak munculnya eksponen 70 dalam seni teater,
kemungkinan ekspresi artistik dikembangkan dengan gaya khas masingmasing seniman. Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 80-an sampai
saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan. Meksipun seni teater
konvensional tidak pernah mati tetapi teater eksperimental terus juga
tumbuh. Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater
dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur
pertunjukan yang lain. Dengan demikian, wilayah jelajah ekspresi menjadi
semakin luas.
35
Adapun jalur penyebaran teater di Indonesia dapat dilihat pada peta
penyebaran teater berikut:
MENDU
1870
TEATER
TRADISI
TEATER
RAKYAT
MASA PERINTISAN
TEATER INDONESIA
1870-1925
SANDIWARA
BANGSAWAN
MAMAK PUSHI
BAI KASIM
1885-1902
OPERA
DERMA
AMATIR
PROFESIONAL
1908-1925
KOMEDIE
STAMBOEL
JAAFAR
AUGUST MAHIEU
1891-1906
GAGAK
SOLO
TIO TEK DJIN
MIS RIBOET ORION
THE MALAY OPERA
“DARDANELLA”
A.PIEDRO
BUNGA ROOS
DARI
TJI KEMBANG
1920
MISS CICIH
OPERA
VALENCIA
1905
1926
1935
MASA
KEBANGKITAN
TEATER
INDONESIA
1925-1941
SUNDA
WARGO-JAWA
SASTRA DRAMA
PUJANGGA BARU
JARANG
DIPENTASKAN
IRAMA
MASA
WARNA
SARI
MURNI
SEMARANG
WS. RENDRA
BENGKEL TEATER
TEATER KECIL
ARIFIN C. NOER
TEATER MANDIRI
PUTU WIJAYA
TEATER KUBUR
DINDON WS
BINTANG
SOERABAJA
FREED YOUNG
1942
BOLERO – 1936
FIFI YOUNG
PAGODA
DEWI MADA
1943
PANTJA WARNA
JAKARTA
SANDIWARA
PENGGEMAR MAYA
USMAR ISMAIL
ATNI
AKADEMI TEATER
NASIONAL INDONESIA
JIM LIM
STUDI KLUB
TEATER BANDUNG
TEATER
KONTEMPORER
TEATER SAE
BOEDI S. OTONG
SANDIWARA
ANGKT.MUDA
MATAHARI JAKARTA
TEATER POPULER
TEGUH KARYA
1968
TEATER PAYUNG HITAM
RAHMAN SABUR
Gambar II.2 Peta Penyebaran Teater di Indonesia
1942-1945
TEATER ZAMAN
JEPANG
TEATER POPULIS
(RAKYAT)
DIHANCURKAN DAN
DIPAKSA MENJADI
TEATER
PROPAGANDIS
USMAR ISMAL
ASRUL SANI
D.DJAJAKUSUMA
TEATER
LEMBAGA
LPKJ-IKJ
DEWAN
KESENIAN
JAKARTA
WAHYU
SIHOMBING
FESTIVAL
TEATER
REMAJA
36
B. Fungsi Teater
Teater merupakan salah satu media massa dari komunikasi massa,
maka peran dan fungsi teater sendiri sama dengan peran dan fungsi dari
komunikasi massa, yaitu sebagai sarana penyebaran informasi mengenai
kejadian-kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam
masyarakat.
Media massa merupakan entitas bisnis, entitas sosial, entitas
budaya, sekaligus merupakan sebuah entitas politik. Dalam konteks
hubungan media dengan publik seperti halnya media massa yang lain,
teater juga menjalankan fungsi utama media massa seperti yang
dikemukakan oleh Laswell sebagai berikut:
1) The surveillance of the Environment. Artinya media massa mempunyai
fungsi sebagai pengamat lingkungan, yaitu sebagai pemberi informasi
tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan penglihatan masyarakat.
2) The corrections of the parts of society to the environment. Artinya
media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan
interpretasi informasi. Dalam hal ini peranan media adalah melakukan
seleksi mengenai apa yang pantas dan perlu untuk disiarkan.
3) The transmition of the social heritage from one generation to the next.
Artinya media merupakan sarana penyampaian nilai dan warisan sosial
budaya dari satu generasi ke generasi lainnya. Fungsi ini merupakan
fungsi pendidikan oleh media massa.
37
Seni teater sebagai “seni bebas” bisa membantu pemahaman kita
terhadap semesta dan dunia yang kita tinggali sekarang ini. Teater
mencerminkan
nilai-nilai
sosial
masyarakatnya,
sekaligus
juga
berpengaruh terhadap masyarakat atau mampu menimbulkan dampak.
Setiap masyarakat, pernah atau masih, memiliki teater yang dapat
membantu mereka mempelajari hidupnya dan hidup orang lain.
Teater adalah “gerakan sosial” dan bisa jadi merupakan profesi
tertua sesuda kekuasaan/politik. Teater juga suatu gerakan atau kekuatan
pribadi. Di dalamnya terkandung unsur-unsur komitmen, kerja sama,
kepekaan, kerja keras demi hasil akhir yang prima, kepuasan pribadi,
pembangunan serta pengembangan karakter, kreativitas (daya kritis),
pengembangan
diri,
pembelajaran
terhadap
pengalaman
hidup,
penghargaan bagi manusia dan alam, serta tanggung jawab.
Sebagai seni, teater adalah sebuah objek, dan merupakan
kombinasi dari berbagai bentuk seni. Meski, jika diletakkan sejajar, teater
akan terasa memiliki kelebihan yang spesifik disbanding seni-seni yang
lain. Misalnya, teater sebagai seni literature (drama). Drama mengandung
seni sastra dan mungkin juga filsafat, bahkan sejarah, antropologi,
geografi,
sosiologi,
psikologi-psikiatri.
Dan
jika
digelar
sebagai
pertunjukan, bisa jadi membutuhkan dukungan dari seni rupa, arsitektur,
seni gerak, seni suara, dan seni musik.
38
Namun teater sebenarnya bersumber dari seni-peran. Dan di luar
dari itu semua, sesungguhnya, sama halnya dengan seni dan filsafat, teater
adalah sebuah hiburan. Paling tidak kita bisa melihat teater lewat 4 cara:
1. Sebagai hiburan,
2. Sebagai alat pendidikan,
3. Sebagai senjata sosial/politik,
4. Sebagai dokumen sejarah.
Sebagai dokumen sejarah misalnya, peristiwa-peristiwa teater dan
drama dari periode yang berbeda-beda bisa dilihat sebagai dokumentasi
sejarah yang sedikit-banyak menggambarkan zaman, peta bumi, dan
kebudayaannya.
C. Komunikasi Nonverbal sebagai Penjelas Makna
Ketika kita berkomunikasi, kita menerjemahkan gagasan kita ke
dalam bentuk lambang, baik berupa lambang verbal maupun nonverbal.
Proses ini lazim disebut dengan penyandian (encoding).
Pemakanaan (meanings) merujuk pada cara interpretasi suatu
pesan; sedangkan fungsi (functions) merujuk pada tujuan dan hasil suatu
interaksi. Setiap penjelasan terhadap makna dan fungsi komunikasi
nonverbal harus menggunakan sistem. Hal ini disebabkan karena
pandangan terhadap perilaku nonverbal melibatkan penjelasan dari
beberapa kerangka teoritis (penulis: sosiologi, antropologi, psikologi,
etnologi, dan lain-lain) seperti teori sistem, interaksionalme simbolis, dan
kognisi.
39
Lambang nonverbal dalam komunikasi manusia sangat memegang
peranan penting. Ray L. Birdwhistell dari University of Pennsylvania,
salah satu ahli komunikasi nonverbal, mengatakan bahwa hanya sekitar
30-38% komunikasi manusia dilangsungkan melalui kata-kata (verbal),
dan selebihnya melalui cara-cara nonverbal.
Dale Leathers menyebutkan lima alasan penting dari pesan nonverbal:
1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal
ketimbang pesan verbal.
3. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat
diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
4. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien
dibandingkan dengan pesan verbal.
5. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Fungsi Pesan Nonverbal
Menurut
Simon
Capper-Suzugamine
Women’s
College,
Hiroshima, 1997 dalam Liliweri (2009:140), setidaknya ada lima kategori
fungsi komunikasi nonverbal:
1. Fungsi Regulasi
Regulation function. Fungsi regulasi menjelaskan bahwa simbol
nonverbal
yang
digunakan
mengisyaratkan
bahwa
proses
komunikasi verbal sudah berakhir. Dalam percakapan dengan
40
sesama, kita akan mengalami kesulitan menyatakan diri, atau
memberikan reaksi balik (feedback). Fungsi regulasi dimaksudkan
untuk
membantu
orang
yang
sedang
mendengarkan
kita
memberikan interpretasi yang tepat terhadap apa yang kita
sampaikan secara verbal. Jadi fungsi regulasi bermanfaat untuk
mengatur pesan nonverbal secara seksama untuk meyakinkan
orang lain menginterpretasi makna yang disampaikan secara
verbal.
2. Fungsi Interpersonal
Interpersonal
function.
Fungsi
ini
membantu
kita
untuk
menyatakan sikap dan emosi dalam relasi antarpribadi. Dalam
beberapa penelitian yang berkaitan dengan pertukaran nonverbal
ditunjukkan bahwa ada sinkronisasi, kongruens dan konvergensi
yang dapat ditunjukkan oleh pesan nonverbal. Mereka menemukan
bahwa pesan nonverbal dapat meningkatkan relasi yang sangat
tinggi antara para peserta komunikasi, misalnya meningkatkan
simpati dan daya tarik kepada lawan bicara.
3. Fungsi Emblematis
Emblematic function menerangkan bahwa pesan nonverbal dapat
disampaikan melalui isyarat-isyarat gerakan anggota tubuh,
terutama tangan. Contoh yang baik untuk ini adalah ketika anda
menyatakan kemenangan itu dengan membuat huruf ‘V” dengan
jari telunjuk dan jari tengah.
41
4. Fungsi Ilustrasi
Illustrative function. Fungsi ilustrasi menerangkan bahwa pesan
nonverbal digunakan untuk mengindikasikan ukuran, bentuk, jarak,
dan lain-lain. Contoh, ketika anda memberikan pengarahan kepada
seseorang maka anda akan menunjukkan jarak suatu obyek, apakah
dekat-jauh, besar-kecil, tinggi-rendah.
5. Fungsi Adaptasi
Adaptive function. Fungsi adaptif dimaksudkan sebagai fungsi
pesan nonverbal untuk menyesuaikan pelbagai pesan baik verbal
maupun nonverbal. Misalnya, anda menciptakan jenis-jenis tanda
atau simbol yang menyenangkan diri sendiri (kesukaan). Kadangkadang tanda-tanda itu anda lakukan secara tidak sadar. Gerakangerakan refleks itu seperti memegang-megang jenggot, mencabut
kumis, mengurai rambut, menggigit kuku, mencubit-cubit jerawat
termasuk dalam kategori fungsi adaptasi.
42
Selain lima fungsi diatas, komunikasi nonverbal juga memiliki
beberapa fungsi lagi. Mark L. Knapp dikutip dari Psikologi Komunikasi,
1996 oleh Nina Muthmainnah dan M. Fauzi (Universitas Terbuka),
menyebutkan lima fungsi komunikasi nonverbal, yaitu:
1. Repitisi.
Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal.
Misalnya: jika saya menunjukkan persetujuan, maka saya akan
menganggukkan kepala saya berkali-kali.
2. Substitusi.
Menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya: tanpa berkata,
Anda menunjukkan persetujuan Anda dengan mengangguk-angguk.
3. Kontradiksi.
Menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap
pesan verbal. Misalnya: Anda memuji prestasi kawan Anda dengan
raut muka yang sinis.
4. Komplemen.
Melengkapi dan memperkaya makna pesan verbal. Misalnya: air
muka Anda menunjukkan tingkat kesedihan atau penderitaan yang
tidak terungkap dengan kata-kata.
5. Aksentuasi.
Menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahi. Misalnya: Anda
mengungkapkan kejengkelan Anda dengan memukul meja, atau
43
sebaliknya Anda mengungkapkan kegembiraan dengan tertawa dan
bertepuk tangan.
Komunikasi nonverbal sangatlah kompleks. Dimana kita
mengekspresikan apa yang ingin kita sampaikan melalui gerakan
tubuh. Maka dari itu, sebagai seorang komunikator untuk memahami
komunikasi nonverbal, kita harus memahami seluk beluk sosial
budayanya terlebih dahulu. Karena komunikasi baru akan terjadi
secara efektif jika kita mempunyai kesamaan makna dengan
komunikan. Maksud disini, mengapa kita harus mengenal budayanya
karena setiap daerah memiliki budayanya sendiri-sendiri, misalnya di
Arab tanda acungan jempol adalah tanda berhenti, sedangkan di
Indonesia tanda acungan jempol adalah mengatakan “oke”.
Komunikasi nonverbal adalah semua bentuk komunikasi yang
tidak menggunakan pesan berupa kata-kata. Pesan nonverbal dapat
terbagi atas:
1. Paralinguistik (paralanguage)
Apa yang kita lakukan menggunakan kata, frase atau kalimat
penting dalam proses komunikasi. Namun, seringkali cara kita
menggunakan bahasa jauh lebih penting sebagai sumber informasi
daripada
kata-kata
itu
sendiri.
Inilah
yang
dikenal
sebagai
paralanguage (paralinguistik), cara kita menggunakan bahasa.
Paralanguage dapat terbagi dua, yaitu:
44
a. Bentuk vokalik (ucapan)
b. Bentuk tertulis.
Paralanguage dalam bentuk ucapan misalnya: kecepatan bicara,
tinggi rendahnya suara, dialek, intonasi, cara berhenti, ucapan-ucapan
tertentu dalam bicara (misalnya, seringkali dalam berbicara orang banyak
berkata: nah, eh, daripada, ehm, oh, oh ya?, dsb), artikulasi, keteraturan
berbicara sesuai tata bahasa, dan sebagainya.
Paralanguage dalam bentuk tulisan adalah penampilan visual
materi tertulis. Misalnya: kerapian tulisan, format tulisan, pemisahan suku
kata, penggunaan huruf besar dan kecil, warna tinta yang dipakai, aturan
tata bahasa, dan sebagainya.
Paralinguistik dapat menunjukkan hal-hal tertentu tentang sumber,
seperti: etnik, tingkat pendidikan, usia, tingkat emosi atau perasaan, dan
sebagainya. Semuanya itu dapat menjadi dasar persepsi kita tentang orang
lain.
2. Penampilan (appearance)
Dalam komunikasi manusia, penampilan memegang peranan
penting. Kesan pertama seseorang tentang orang lain umumnya dibentuk
dari penampilan orang tersebut. Kesan awal ini menentukan proses
komunikasi selanjutnya.
Sejumlah faktor yang menyumbang penampilan adalah: wajah,
mata, rambut, bentuk fisik tubuh, pakaian dan perlengkapan yang
digunakan.
45
Wajah seseorang merupakan sumber informasi terbaik yang
menunjukkan kondisi emosional seseorang. Melalui wajah seseorang, kita
dapat mengetahui perasaan orang tersebut. Menurut penelitian, wajah
seseorang bisa menampilkan 250.000 ekspresi.
3. Kinesik (gesture)
Desmond Morris, seorang antropolog yang mendalami kinesik,
mengatakan bahwa gerakan tubuh seseorang diperoleh dengan cara: 1)
diwariskan, 2) menemukan sendiri, 3) meniru, dan 4) training atau latihan.
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak
mata, ekspresi wajah, isyarat dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya
digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya
mengangguk untuk mengatakan iya, untuk mengilustrasikan atau
menjelaskan sesuatu, menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja
untuk menunjukkan kemarahan, untuk mengatur atau mengendalikan
jalannya percakapan, atau untuk melepaskan ketegangan.
4. Sentuhan (haptik)
Alat penerima sentuhan ialah kulit, yang mampu menerima dan
membedakan berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan.
Sentuhan merupakan ungkapan seperti perhatian, rasa sayang, rasa takut,
marah, kebahagiaan dan keakraban. Semua sentuhan dapat menunjukkan
tingkat keakraban hubungan seseorang dengan orang lain, budaya dan
suku
bangsa
seseorang.
Sentuhan
dapat
termasuk:
bersalaman,
menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, pukulan, dan
46
lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan
tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat
menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif
maupun negatif.
5. Ruang dan jarak (proksemik)
Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan tingkat keakraban
kita dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka
atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga
menunjukkan simbol sosial.
Edward T. Hall menyebutkan ada empat macam jarak dalam
interaksi antarmanusia, yaitu:
1. Jarak intim, jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu
setengah
kaki.
Biasanya
jarak
ini
untuk
bercinta,
melindungi, dan menyenangkan.
2. Jarak personal, jarak yang menunjukkan perasaan masingmasing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan
keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara
satu setengah kaki sampai empat kaki.
3. Jarak sosial, dalam jarak ini pembicara menyadari betul
kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara
berusaha tidak menganggu dan menekan orang lain,
47
keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat
kaki hingga dua belas kaki.
4. Jarak publik, jarak publik yakni berkisar dua belas kaki
sampai tak terhingga.
6. Kronemik (waktu)
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu
dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi
nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas,
banyaknya aktivitas yang dianggap patut untuk dilakukan dalam jangka
waktu tertentu, serta ketepatan waktu. Penggunaan waktu juga penting
dalam komunikasi manusia. Konsep waktu berbeda antara budaya yang
satu dengan yang lain. Orang Indonesia terkenal punya “jam karet”,
sementara orang Barat terkenal tepat waktu. Bagi suku bangsa tertentu,
“besok” bisa berarti “kapan-kapan”. Prinsip “waktu adalah uang”
mempengaruhi perilaku kita. Anda datang terlambat atau tepat waktu pada
sebuah pertemuan juga bisa berarti banyak. Dalam sebuah pertemuan atau
upacara penting, biasanya, orang yang paling tinggi jabatannya adalah
orang yang datang paling akhir. Semua itu sangat mempengaruhi proses
komunikasi.
7. Olefatik
Studi komunikasi melalui indra penciuman disebut sebagai
olefatik. Bau masih merupakan suatu hal yang sangat susah dimengerti
dalam
komunikasi.
Bau-bauan
telah
digunakan
manusia
untuk
48
berkomunikasi secara sadar atau tidak. Sebagai contoh, bila seseorang
sedang dalam keadaan tegang maka akan mengeluarkan keringat yang
mempunyai bau yang khas.
“The average person looks without seeing, listens without hearing,
touches without feeling, moves without physical awareness and
talks without thinking.” _ Leonardo da Vinci
“Rata-rata orang melihat tanpa memperhatikan, mendengar tanpa
menyimak,
menyentuh
menyadarinya
secara
tanpa
fisik
merasakan,
dan
berbicara
bergerak
tanpa
tanpa
berfikir.”
_Leonardo da Vinci
Kemampuan untuk membaca bahasa tubuh (nonverbal) orang lain
membuat Anda bisa memodifikasi dan membentuk pesan Anda
berdasarkan isyarat-isyarat samar, baik positif maupun negatif, yang Anda
terima selama berinteraksi dengan orang lain.
D. Kinesik
Pada tahun 1872, Charles Darwin sang pencetus teori evolusi menulis
buku pertamanya yang berjudul The Expression of the Emotion in Man and
Animals. Sayangnya, tidak ada penelitian ilmiah lanjutan mengenai topik
tersebut hingga satu setengah abad berikutnya.
Salah seorang pelopor di bidang penelitian bahasa tubuh adalah Ray
Birdwhistell, seorang antropolog Amerika yang mengabdi pada tahun 1950an. Dia menyebut komunikasi tanpa kata-kata ini sebagai kinesics karena
49
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagian-bagian tubuh tertentu, atau
secara keseluruhan yang memiliki peran utama dalam mengkomunikasikan
sebuah pesan.
Kinesik (ilmu gerak) adalah ilmu yang mempelajari sesuatu yang dapat
diobservasi, tersembunyi dan penuh arti bagi komunikasi dalam lingkungan
pergaulan dengan tujuan untuk mencari arti gerakan itu. Kinesik diperhatikan
secara abstrak dari pergantian otot yang teratur dimana karakter yang ada pada
sistem psikologis bergabung untuk bergerak secara bersamaan pada proses
komunikasi dan untuk sistem interaksi pada kelompok sosial.
Komunikasi kinesik merupakan bentuk komunikasi nonverbal yang
paling jelas tapi juga merupakan bentuk komunikasi yang paling
membingungkan karena memberikan bermacam-macam arti melalui gerakan
anggota tubuh.
Studi kinesik dan kebudayaan biasanya terbatas pada kebudayaan
khusus gerak isyarat. Kinesik memusatkan perhatian pada pemberian pesan
yang diperlihatkan dalam kebudayaan kinesik. Kelompok manusia sering
menyatakan “ya” dan “tidak” secara kinesik, walaupun tidak mengangguk dan
menggelengkan kepala yang di asosiaskan dengan positif dan negatif.
Pengamatan tanda “ya‟ dan “tidak” merupakan studi bagaimana studi kinesik
dapat terjadi dalam kehidupan yang berbeda, meskipun terdapat banyak
kesamaan.
Sebagai contoh, pengangkatan alis mata, secara universal, menyatakan
“ya” dan menggelengkan kepala untuk mengatakan“tidak” dalam interaksi
50
sosial. Penggelengan kepala ini sangat biasa terjadi pada manusia dan hewan.
Darwin menghubungkan hal itu dengan penolakan bayi terhadap pemberian
susu ketika bayi merasa kenyang. Eibl-Eiblesfeldt menemukan keadaan ini
pada anak-anak buta-tuli. Dia merasa penolakan itu berasal dari cara
penggelengan hewan.
Kinesik memegang peranan yang besar dalam perubahan kontrol. Ada
pembicara yang melakukan gerakan yang berbeda, seperti gerak kepala yang
singkat seirama dengan ucapan dan gerak tubuh yang memperjelas ucapan.
Dengan menghentikan gerak seperti itu, berarti dia berhenti berbicara. Secara
umum, pendengar melihat kepada pembicara lebih banyak dari pada
pembicara melihat pada pendengar.
Adapun komponen utama dari komunikasi kinesik yaitu:
1. Facial Signs
Facial Signs meliputi mimik wajah, kontak mata, gerak kening,
alis, mulut dan lain-lain. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita
paling sering melihat wajah mereka. Pada wajah terdapat 90-an syaraf
yang dapat menyampaikan pesan. Sedikit perubahan dapat saja mengubah
arti dari pesan yang ingin disampaikan. Alis dan kening juga menambah
makna pesan dari terkejut sampai dengan marah. Mulut, ketika tidak
berbicara dapat membentuk sudut turun atau sudut naik yang membentuk
sebuah senyuman.
Kontak mata adalah saluran yang penting dari komunikasi
interpersonal, yang membantu dalam mengalirkan komunikasi dan juga
51
menunjukkan minat pada seseorang. Lebih lanjut, kontak mata antara
pembicara dengan penerima pesan dapat meningkatkan kredibilitas
pembicara. Pembicara yang dapat mengadakan kontak mata dengan baik
dapat membuka alur komunikasi dan menunjukkan minat, perhatian,
kehangatan, dan kredibilitasnya.
Dalam bahasa tubuh, wajah kita adalah bagian yang paling
ekspresif, dalam setiap interaksi wajah merupakan hal pertama yang akan
dirujuk secara alami, kita cenderung memandang wajah saat berbicara
dengan orang lain. Kata-kata kita dipertegas oleh ekspresi wajah kita. Kita
memberikan lebih banyak isyarat melalui wajah kita daripada melalui
bagian tubuh yang lain, sesuatu yang memang harus kita harapkan dari
keberadaan 22 otot di setiap sisi wajah.
Ekspresi/mimik wajah merupakan salah satu cara penting dalam
menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan manusia. Manusia dapat
mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja, tapi umumnya ekspresi
wajah dialami secara tidak sengaja akibat perasaan atau emosi manusia
tersebut. Biasanya amat sulit menyembunyikan perasaan atau emosi dari
wajah, walaupun banyak orang yang merasa amat ingin melakukannya.
Banyak penelitian yang telah dilakukan terkait dengan wajah.
Namun penelitian Charles Darwin-lah yang pertama kali menyoroti
pentingnya mempelajari ekspresi wajah dan berbagai emosi yang
ditunjukkan melalui wajah. Secara umum, telah diterima bahwa, oleh
semua budaya, terdapat 6 jenis emosi yang mudah untuk diidentifikasi.
52
Enam Emosi Universal:

Kebahagiaan

Kesedihan

Keterkejutan

Muak

Rasa Takut

Marah
2. Gesture
Gestur meliputi gerakan tubuh dan tangan saat berkomunikasi. Jika
kita gagal dalam memberikan isyarat saat berbicara maka kita dapat
dianggap membosankan, kaku dan tidak hidup.
Ekman dan Friesen (1969) mengidentifikasi lima tipe gestur, yaitu:
a. Emblems, yaitu gestur yang secara langsung menggantikan arti
kata.
b. Illustrator, yaitu gestur yang membentuk apa yang ingin
dikatakan.
c. Affective Displays, yaitu gestur yang menunjukkan perasaan.
d. Regulators, yaitu gestur yang berfungsi untuk mengontrol alur
dari pembicaraan.
e. Adapters, yaitu gestur yang mengacu pada pelepasan
ketegangan dan bentuk lainnya.
53
3. Body Posture
Body Posture adalah sikap tubuh saat berkomunikasi. Sikap tubuh
yang terbuka dan memerlukan ruang yang besar dapat mengindikasikan
kenyamanan dan dominasi, sebaliknya sikap tubuh tertentu membuat
seseorang terlihat kecil dan mengindikasikan inferioritas.
Kita mengkomunikasikan sejumlah pesan dengan cara kita
berjalan, berbicara, berdiri, dan duduk. Berdiri tegak tapi tidak kaku dan
sedikit condong kedepan menyatakan kepada orang lain bahwa Anda dapat
didekati, menerima dan ramah. Lebih jauh, kedekatan interpersonal
tercipta ketika kita dan lawan bicara kita berhadapan satu sama lain.
Berbicara dengan membalikkan punggung atau melihat ke lantai atau atap
seharusnya dihindari karena menyatakan ketidaktertarikan Anda.
Ekman dan Friesen mengindetifikasikan dua (2) hal yang berkaitan
dnegan gerakan tubuh, yaitu:

Aksi Tubuh: gerakan yang terobservasi dengan awal dan akhir yang
jelas

Posisi Tubuh: ketiadaan gerak pada waktu-waktu yang jelas pada
semua bagian tubuh
Halloway mengidentifikasikan 7 arti gerak tubuh:
1. mendorong/mengikat
2. keharmonisan/ketidakharmonisan
3. kepekaan/ketidakpekaan
4. pengaruh positive/negative
54
5. penuh/tidak perhatian
6. mempermudah/tidak menerima
7. mendukung/tidak menyetujui
Kinesik juga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Di bidang seni misalnya, kecerdasan bahasa tubuh dapat diukur
dari segi penghayatan seorang artis dalam bermain film, berteater, atau
membaca puisi. Dalam bidang pendidikan, seorang guru akan menggunakan
bahasa tubuh untuk memperjelas materi yang ia sampaikan.
Download
Study collections