ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH PADA BERBAGAI UMUR REVEGETASI LAHAN REKLAMASI BEKAS TAMBANG BATUBARA PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk AJIZ SAIDUL HAMZAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sifat-Sifat Tanah pada Berbagai Umur Revegetasi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017 Ajiz Saidul Hamzah NIM A14120099 ABSTRAK AJIZ SAIDUL HAMZAH. Analisis Sifat-Sifat Tanah pada Berbagai Umur Revegetasi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Dibimbing oleh SYAIFUL ANWAR dan DWI PUTRO TEJO BASKORO. Reklamasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Penggunaan alat-alat berat dalam kegiatan reklamasi menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. Selain itu, pada proses penimbunan kembali lubang bekas tambang batubara menggunakan alat-alat berat terjadi pencampuran antara top soil, sub soil dan bahan induk tanah. Pencampuran ini mengakibatkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah berubah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah dengan adanya peningkatan umur revegetasi lahan reklamasi bekas tambang dan membandingkannya dengan lahan hutan. Penelitian ini dilakukan di lahan reklamasi bekas tambang batubara umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun IUP Banko Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, serta lahan hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tanah secara umum mengalami perubahan menjadi relatif lebih baik pada sebagian sifat-sifat tanah dengan adanya peningkatan umur revegetasi. Beberapa sifat tanah yang mencakup bobot isi, kapasitas infiltrasi, porositas tanah, C-organik, N-total, P-tersedia, total mikrob dan respirasi tanah mengalami perbaikan terutama pada kedalaman 0-20 cm untuk sifat fisik tanah dan kedalaman 0-5 cm untuk sifat kimia tanah, serta kedalaman 0-10 cm untuk sifat biologi tanah. Beberapa sifat-sifat tanah lainnya mencakup pH, KTK, basa-basa dapat ditukar, dan KB bervariasi diduga lebih dikarenakan variabilitas bahan timbunan pada awal reklamasi. Peningkatan kualitas tanah reklamasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan kualitas tanah hutan. Kata kunci: Air asam tambang, hara makro, infiltrasi, total mikrob. ABSTRACT AJIZ SAIDUL HAMZAH. Soil Properties Analysis at Various Age Revegetation of Coal Mined Land Reclamation. Supervised by SYAIFUL ANWAR and DWI PUTRO TEJO BASKORO. Reclamation regulation enacted in Law No. 4 of 2009 on Mineral and Coal Mining. The use of heavy equipment in reclamation has negative effect on soil physical properties such as soil compaction. In addition the process of back filling on pits coal using heavy equipment created the mixing of top soil, sub soil, and soil parrent material. This mixing results to changes in physical, chemical and biological soil. This study aimed to analyze the changes in the physical, chemical, and biological soil with concomitantly of increasing age revegetation of coal mined land reclamation and compare with forest land. This research was conducted in reclamation land of coal mine revegetation with age of 0, 4, and 7year IUP Banko Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Muara Enim Regency, as well as forest land. The results showed that the soil quality generally has been changed into relatively better in some soil properties with the rising age of revegetation. Some soil properties consist of bulk density, infiltration capacity, soil porosity, organic carbon, total nitrogen, available phosphorus, total microbes and soil respiration has improved, especially at a depth of 0-20 cm to the physical nature and depth of 0-5 cm for chemical properties, as well as the depth of 0-10 cm for biological properties. Some soil properties include pH, CEC, exchangeable bases, and percent base saturation are diverse due to the variability of embankment material at the start of reclamation process. Improving the quality of the reclaimed land is still lower than the quality of forest soil. Keywords: Acid mine drainage, infiltration, macro nutrients, total microbes. ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH PADA BERBAGAI UMUR REVEGETASI LAHAN REKLAMASI BEKAS TAMBANG BATUBARA PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk AJIZ SAIDUL HAMZAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir. Tugas Akhir merupakan kegiatan penerapan ilmu pengetahuan pertanian berupa rangkaian penelitian yang dilaksanakan secara langsung baik di lapangan maupun di laboratorium serta melakukan analisis hasil dari kegiatan tersebut. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah kualitas tanah reklamasi, dengan judul Analisis Sifat-Sifat Tanah pada Berbagai Umur Revegetasi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Baba Barus, MSc selaku Ketua Depatemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, serta Bapak Dr Ir Syaiful Anwar, MSc dan Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi saran dan arahannya. Terima kasih penulis ucapkan juga kepada Dr. Ir. Iskandar selaku dosen penguji yang banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Sukono selaku manajer pengelolaan lingkungan dan Bapak Dedy Saptaria Rosa selaku asisten manajer revegetasi dan pembimbing lapang tugas akhir di PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Bapak Agusman, Bapak Yurdan, Bapak Darvis, Bapak Marwan selaku supervisor di kantor revegetasi dan seluruh staf karyawan Satuan Kerja Kelola Lingkungan, Pengawasan Lingkungan dan Perencanaan Lingkungan serta teman-teman dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih saya sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada rekan-rekan MSL 49 yang banyak memberikan dorongan dan kontribusinya. Semoga skripsi ini bermanfaat baik bagi mahasiswa, perusahaan, instansi pemerintah, masyarakat umum dan berbagai pihak lainnya sebagai bahan ilmu pengetahuan. Bogor, Januari 2017 Ajiz Saidul Hamzah DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 METODE 2 Waktu dan Tempat Penelitan 2 Alat dan Bahan 2 Prosedur Pelaksanaan 3 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 Kondisi Umum PT Bukit Asam (Persero) Tbk 4 Sifat Fisik Tanah 9 Sifat Kimia Tanah 12 Sifat Biologi Tanah 16 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 21 RIWAYAT HIDUP 33 DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 Parameter Analisis Sifat-Sifat Tanah Pertumbuhan dan Kesehatan Tanaman Revegetasi dari Tahun 2011-2015 Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Tekstur Tanah Reklamasi Kandungan Logam Berat dalam Tanah Hasil Pengukuran Bobot Isi, Berat Jenis Partikel, Porositas dan Kapasitas Infiltrasi. 7 Komposisi Fraksi Tanah Reklamasi. 3 7 8 8 9 10 11 DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 Kandungan C-Organik, N-Total, Rasio C/N dan P-Tersedia Nilai pH, Al-dd dan Kejenuhan Al. Nilai KTK dan Persentase KB Kandungan Basa-Basa Dapat Ditukar. Total Mikrob dan Respirasi Tanah Total Fungi pada Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 13 14 15 16 17 17 DAFTAR LAMPIRAN 1 Lokasi Penelitian IUP Banko Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk. 2 Kondisi Lahan Reklamasi: (a) Revegetasi Umur 0 Tahun; (b) Revegetasi Umur 4 Tahun; (c) Revegetasi Umur 7 Tahun; (d) Lahan Hutan. 3 Peta Titik Pengambilan Contoh Tanah. 4 Ijin Usaha Penambangan (IUP) PT Bukit Asam (Persero) Tbk. 5 Data Curah Hujan Tahun 2015 sampai Maret 2016 PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. 6 Peta Tanah Kabupaten Muara Enim. 7 Hasil Analisis C-Organik, N-Total, P-Tersedia, dan Rasio C/N pada Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 8 Hasil Analisis pH, Al-dd dan Kejenuhan Al pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 9 Hasil Analisis Basa-Basa Dapat Ditukar pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 10 Hasil Analisis KTK dan KB pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 11 Hasil Analisis Total Mikrob, Total Fungi dan Respirasi Tanah pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 12 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Pusat penelitian Tanah 1983) 23 24 24 25 26 27 28 29 30 31 32 32 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, menyatakan bahwa pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara. Lahan pascatambang yang telah mengalami kerusakan lingkungan dapat diperbaiki dengan cara melakukan reklamasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang, dan Permen ESDM RI Nomor 07 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, menyatakan bahwa reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya. Penambangan batubara di lokasi penelitian menggunakan metode penambangan terbuka (opened pit mining). Penambangan terbuka merupakan sistem penambangan yang umum diaplikasikan pada kegiatan esktraksi batubara di Indonesia. Cadangan batubara di Indonesia umumnya terletak dekat dengan permukaan tanah sehingga penambangan terbuka merupakan cara yang paling aman dan ekonomis. Penambangan terbuka menyebabkan lahan teraduk dan tersingkap sehingga terjadi fenomena air asam tambang. Air asam tambang memiliki pH tanah yang sangat rendah sehingga terjadi defisiensi hara makro dan keracunan hara mikro, akibatnya upaya revegetasi lahan menghadapi banyak hambatan. Kegiatan penambangan batubara metode terbuka secara teknis meliputi proses pembersihan lahan, pengambilan dan penimbunan bahan tanah serta bahan penutup (overbuden), penambangan bahan galian dan penimbunan kembali lubang bekas tambang, kegiatan ini memberikan dampak perubahan bentang alam dan perubahan karakteristik atau sifat-sifat tanah yang baru (Widyati 2009). Reklamasi merupakan akhir dari kegiatan penambangan yang diharapkan dapat mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Kegiatan reklamasi meliputi penimbunan kembali (back filling) dan penataan lahan (recontouring), pembuatan saluran drainase, penyebaran tanah zona perakaran (top soil spreading) dan ameliorasi, pengendalian erosi dan revegetasi (legume cover crops dan tanaman pioner), pengendalian air asam tambang dan pemeliharaan tanaman (Febrianty 2015). Penggunaan alat-alat berat dalam kegiatan reklamasi menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. Selain itu, pada proses penimbunan kembali lubang bekas tambang batubara menggunakan alat-alat berat terjadi pencampuran antara top soil, sub soil dan bahan induk tanah. Pencampuran ini membuat tanah pada lahan bekas tambang mempunyai tingkat kualitas fisik, kimia, dan biologi tanah bervariasi, tetapi pada umumnya rendah (Permana 2010). Oleh karena itu, analisis 2 sifat-sifat tanah perlu dilakukan untuk melihat perkembangan dan hasil dari kegiatan reklamasi. . Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan sifat kimia, fisik, dan biologi tanah dengan adanya peningkatan umur revegetasi lahan reklamasi bekas tambang batubara dan membandingkannya dengan lahan hutan. METODE Waktu dan Tempat Penelitan Penelitian ini dilakukan di lahan reklamasi bekas tambang IUP Banko Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim (Lampiran 1). Lokasi penelitian meliputi pit 3 timur umur revegetasi 0 tahun, pit 3 barat umur revegetasi 4 tahun, dan pit 1 timur umur revegetasi 7 tahun serta lahan hutan. Lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun (Lampiran 2) merupakan lahan yang baru mengalami tahapan penataan lahan (recontouring), penyebaran tanah zona perakaran dan masih dalam proses revegetasi. Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun merupakan lahan dengan tanaman LCC, vegetasi lokal yaitu merbau dan vegetasi non-lokal yaitu kayu putih yang telah berumur 4 tahun. Sebagian lahan ini telah dialihfungsikan menjadi tempat pemakaman umum (TPU) atau disebut banko green land memorial park. Lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun merupakan lahan reklamasi yang telah ditanami tanaman LCC, vegetasi lokal yaitu merbau dan vegetasi non-lokal yaitu kayu putih yang telah berumur 7 tahun dan juga ditanami tanaman sisipan seperti mahoni, angsana, dan jambu mete. Lahan hutan merupakan lahan hutan alami di wilayah PT. Bukit Asam (persero) Tbk yang dilindungi kelestariannya. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Eksplorasi Rinci PT Bukit Asam (Persero) Tbk, dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Laboratorium Fisika Tanah, Laboratorium Bioteknologi Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Agustus 2016. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan lapang dan peralatan laboratorium. Peralatan lapang seperti cangkul, ring sampel/mould, double ring infiltrometer, ember, palu, kantong plastik, kertas label, karet gelang, tali rafia, karung, trash bags, pisau lapang, gunting, ice box, pH paper, abney level, GPS, alat ukur, alat tulis, dan satu set alat safety standar perusahaan tambang. Peralatan analisis laboratorium yang digunakan terdiri dari oven, piknometer, alat gelas, alat ukur (seperti pH meter, UV-Vis Spectrophotometer, Flamephotometer, Atomic Absorbsion Spectrophotometer dan timbangan), tarra, ayakan, termometer digital, autoclave, laminar flow, inkubator, cawan petri, dan pipet. 3 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi contoh tanah dan bahan-bahan kimia. Contoh tanah lahan reklamasi bekas tambang batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah disesuaikan dengan parameter yang diteliti. Prosedur Pelaksanaan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan reklamasi bekas tambang batubara pada berbagai umur revegetasi dengan kondisi lereng yang relatif sama yaitu berombak (undulating) kecuali umur revegetasi 0 tahun yang relatif datar. Terdapat 4 lahan pengamatan yaitu lahan reklamasi dengan umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan (Lampiran 2). Setiap lahan pengamatan diambil 3 titik sebagai ulangan secara transek (memotong lereng) meliputi lereng atas, lereng tengah dan lereng bawah pada lahan reklamasi dan lahan hutan (Lampiran 3). Pengukuran Infiltrasi dilakukan di tiga titik tersebut secara transek pada lahan reklamasi umur 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan alami. Pengukuran infiltrasi tanah dilakukan langsung di lapang dengan menggunakan double ring infiltrometer dan hasil yang diperoleh merupakan nilai kapasitas infiltrasi konstan. Tabel 1. Parameter Analisis Sifat-Sifat Tanah Parameter Sifat Fisik Bobot Isi Berat Jenis Partikel Porositas tanah Infiltrasi Fraksi Kasar dan Tekstur Tanah Sifat Kimia pH H2O C-organik N-total P-tersedia K-dd, Na-dd Ca-dd, Mg-dd KTK KB Al-dd Sifat Biologi Total Mikrob Respirasi Tanah Total Fungi Metode Analisis Gravimetri Picnometer (1 – BI/BJP) x 100% Double Ring Infiltrometer Ayakan dan Pipet pH meter Walkley and Black Kjeldah Ekstraksi Bray I 1 N NH4OAc pH 7.0 1 N NH4OAc pH 7.0 1 N NH4OAc pH 7.0 (Jumlah Basa-Basa/KTK) x 100% N KCl Cawan Hitung (plate count method) Verstrate 1981 Cawan Hitung (plate count method) 4 Pengambilan Contoh dan Analisis Tanah Contoh tanah diambil masing-masing 3 titik secara transek di lahan reklamasi bekas tambang batubara umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan, setiap titik untuk pengambilan contoh tanah terdiri dari 3-5 titik yang telah dikompositkan. Pengambilan contoh tanah dibagi menjadi 3, yaitu contoh tanah untuk sifat fisik, kimia, dan biologi. Pengambilan contoh untuk sifat fisik tanah dilakukan dalam bentuk contoh tanah utuh pada kedalaman 0-20 cm untuk menentukan bobot isi, berat jenis partikel dan porositas tanah. Pengambilan contoh tanah terganggu pada kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm untuk menentukan sifat fisik tanah yaitu tekstur tanah dan sifat kimia tanah meliputi COrganik, N-total, P-tersedia, pH, Al-dd, KTK, basa-basa dapat ditukar, dan KB. Analisis sifat biologi tanah meliputi total mikrob, respirasi dan total fungi tanah dilakukan dengan pengambilan contoh tanah terganggu pada kedalaman 0-10 cm dan disimpan di dalam ice box. Parameter analisis sifat-sifat tanah ditunjukkan pada Tabel 1. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum PT Bukit Asam (Persero) Tbk Letak Geografis dan Kondisi Iklim Secara administrasi (Lampiran 4) PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit pertambangan Tanjung Enim (UPTE) terletak di Desa Tanjung Enim Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. PT Bukit Asam (Persero) Tbk berada sekitar 220 km barat daya dari Palembang. Secara geografis terletak pada koordinat 3º40’-3º45’ LS dan 103º40’-103º48’ BT. Pada sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) memanjang dari selatan ke utara antara 9582500-9593500 dan dari barat ke timur antara 360000–367000. Kegiatan penambangan batubara PT. Bukit Asam (Persero) Tbk memiliki batasbatas wilayah, sebelah utara yaitu Kecamatan Muara Enim, sebelah timur Kecamatan Lawang Kidul, sebelah selatan Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Merapi Timur dan Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat (Satker Renling 2015). Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, tipe iklim wilayah Indonesia rata-rata mempunyai tipe iklim A dengan bulan basah dan bulan kering yang relatif terjadi selama enam bulan termasuk wilayah PT bukit Asam (Persero) Tbk. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 57% – 85% dengan temperatur antara 23ºC – 36ºC. Kegiatan penambangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk menggunakan metode penambangan terbuka sehingga seluruh aktivitas penambangan berhubungan secara langsung dengan kondisi iklim dan berdampak pada sistem operasional penambangan. Berdasarkan data curah hujan di PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tahun 2015 sampai bulan Maret 2016 (Lampiran 5), curah hujan tertinggi di lokasi IUP Banko Barat pada tahun 2015 terjadi pada bulan Februari sebesar 368,40 mm, dan terendah pada bulan Oktober sebesar 16,90 mm. Pada tahun 2016 curah hujan tertinggi di lokasi IUP Banko Barat terjadi pada bulan 5 Maret sebesar 692,60 mm dan terendah pada bulan Februari sebesar 321,20 mm (Satker Renop 2016). Geomorfologi, Geologi dan Jenis Tanah Kondisi topografi di daerah penambangan merupakan daerah bergelombang dengan ketinggian ± 60–110 meter di atas permukaan air laut. Bukit-bukit yang termasuk dalam wilayah penambangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk antara lain Bukit Serelo, Bukit Munggu, Bukit Tapuan dan Bukit Murman yang pada umumnya berkomposisi batuan andesit. Sungai yang mengalir di daerah ini adalah Sungai Enim di sebelah timur dan Sungai Lawai di sebelah barat. Keadaan bentang alam dan bentuk fisiografi wilayah penambangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung Enim termasuk ke dalam fisiografi cekungan Sumatera Selatan. Cekungan Sumatera Selatan berada pada bagian tepi barat yang merupakan bagian dari hamparan cekungan Sumatera Timur dan terpisahkan dari cekungan Sumatera Tengah oleh tinggian asahan di sebelah barat laut. Bagian cekungan ini membentang ke arah selatan yang kemudian dibatasi oleh pegunungan Bukit Barisan di sebelah timur laut dan tersusun oleh dominansi batuan sedimen yaitu batu lanau (silt stone), batu klei dan batu pasir yang merupakan formasi pembawa batubara. Lapisan batubara di penambangan batubara Tanjung Enim dan sekitarnya tersusun dari sumbu sinklin dan antiklin yang tersebar ke arah barat dengan kemiringan lapisan lahan yang cukup terjal. Terdapat tiga lapisan batubara utama yaitu, lapisan suban, lapisan mangus dan lapisan petai. Setiap lapisan memiliki susunan sisipan berupa batuan sedimen yaitu batu lempung lanauan hingga pasiran (Satker Eksplorasi Rinci 2013). Lokasi penambangan batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk terletak di wilayah Indonesia bagian barat yang beriklim tropika basah menjadikan keadaan tapak lahan mudah mengalami perubahan terutama batuan dan organisme. Perubahan tersebut menghasilkan material berupa tanah. Jenis tanah berdasarkan soil taxonomy (Lampiran 6) yang berada pada kawasan pertambangan batubara di Tanjung Enim ini merupakan tanah-tanah yang berkembang lanjut dan membentuk jenis tanah podsolik merah-kuning dan tanah aluvial atau dalam sistem soil taxsonomy USDA berordo Ultisol dan Inceptisol (Bappeda Kab. Muara Enim 2011). Kegiatan Reklamasi Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya (Permen ESDM RI No. 07 Tahun 2014). Tujuan jangka pendek reklamasi adalah membentuk bentang alam (landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu, reklamasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaikan dengan rencana reklamasi dan pascatambang. Penentuan rencana rekalamasi dan pascatambang sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain potensi ekologis lokasi tambang, keinginan masyarakat dan pemerintah. Beberapa faktor yang merupakan pembatas utama dalam mereklamasi antara lain rendahnya pH (sangat masam), tingginya kadar garam, rendahnya tingkat kesuburan, 6 tingginya tingkat kepadatan tanah, lambatnya permeabilitas dan buruknya aerasi tanah (Retno et al. 1995). Berdasarkan penelitian Febrianty (2015) pelaksanaan kegiatan reklamasi telah dilakukan sesuai dengan tata laksana pedoman acuan rencana kerja tahunan teknis dan lingkungan (RKTTL) PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit pertambangan Tanjung Enim (UPTE) yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kemajuan tambang. Realisasi yang telah dilakukan untuk perencanaan reklamasi sampai tahun 2015 sebagai berikut: a. Penataan Lahan dan Penimbunan Kembali Lahan Bekas Tambang. Realisasi pelaksanaan penatagunaan lahan bekas tambang yang telah dilakukan dari tahun 2011 sampai dengan 2015 triwulan I yaitu seluas 350,5 ha dengan kejadian erosi < 10%. Salah satu kejadian erosi jurang yang terjadi di lokasi Mahayung IUP TAL. b. Penyebaran Tanah Pucuk (Top Soil). Pelaksanaan penyebaran tanah pucuk telah dilakuakn pada luas lahan yang telah ditata dan siap penanaman. Kondisi awal pH tanah yang telah diukur berkisar antara 4 – 6. Jika pH tanah sangat masam, maka pihak pengelola lingkungan akan melakukan tindakan perbaikan untuk menetralkan tanah dengan menggunakan amelioran seperti kapur pertanian. Pelaksanaan penyebaran untuk ketebalan tanah pucuk yaitu minimal 30 cm dan maksimal 50 cm. Lahan yang telah dilakukan penebaran tanah zona pengakaran yaitu sebanyak 3.247.216,4 bcm. c. Pengendalian Erosi. Dalam pelaksanaannya PT Bukit Asam (persero) Tbk unit pertambangan Tanjung Enim (UPTE) telah membuat bangunan untuk mengurangi terjadinya erosi dan sedimentasi di lahan reklamasi. Saluran yang dibuat dalam 5 tahun terakhir sampai dengan tahun 2015 triwulan I yaitu sepanjang 2.1750,4 m. Adanya saluran dan bangunan pengendalian erosi tersebut maka erosi dan sedimentasi dapat teratasi sehingga kejadian erosi sedikit dan dapat diminimalisir. d. Revegetasi. Jumlah benih legume cover crops (LCC) yang ditabur telah sesuai dengan ketentuan perencanaan yang ada dalam dokumen RKTTL yaitu 100 kg/ha luas lahan yang terdiri dari 50 kg LCC jenis Calopogonium mucunoides dan 50 kg LCC jenis Centrosema pubescens. Jika lahan untuk penanaman curam atau landai maka lahan yang akan ditabur benih LCC dipasang ECB (Erosion Control Blanket) yang berfungsi agar benih terjaga dan tidak hanyut jika terjadi hujan. Pada luas lahan 1 ha telah memenuhi ketentuan dengan menanam ≥625 batang/ha dengan jarak tanam 4 x 4 m. Untuk realisasi revegetasi penanaman cover crop dan tanaman keras dalam 5 (lima) tahun terakhir yaitu seluas 351,8 ha. Pada 5 (lima) tahun terakhir pengkayaan dengan menambahkan tanaman-tanaman lokal telah dilakukan sebanyak 113328 batang. e. Penutupan Tajuk. Hasil pemantauan yang telah dilakukan (Tabel 2) bahwa semakin tahun revegetasi semakin membaik dibandingkan dengan laporan pemantauan revegetasi tahun sebelumnya pada tabel di bawah ini. 7 Tabel 2. Pertumbuhan dan Kesehatan Tanaman Revegetasi dari Tahun 2011-2015 Tanaman Hidup/ No Tahun Tanaman Sehat Tumbuh 1. 2011 100% 26,40% 2. 2012 73,53% 53,56% 3. 2013 84,77% 76,19% 4. 2014 83,22% 95,42% 5. 2015 89,00% 97,5% Sumber : Febrianty (2015) f. g. Pengendalian Air Asam Tambang. Pelaksanaan pembuatan kolam pengendapan lumpur (KPL) untuk 5 tahun terakhir yaitu sebanyak 10 unit dari 12 yang direncanakan. Adapun rata-rata parameter yang telah diukur yaitu pH 6 – <7; TSS <10 ppm; Fe (besi) <3 ppm dan Mn (mangan) <2 ppm pada outlet sebelum dialirkan ke sungai sesuai dengan KepMen Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003 dan Peraturan Gubernur No. 8 tahun 2012 pada triwulan I tahun 2015. Pemeliharaan Tanaman. Pemeliharaan tanaman revegetasi dilakukan dengan tahapan siklus T0, T1, dan T2. T0 yaitu penyulaman, T1 yaitu Pemupukan, dan T2 yaitu pengkayaan. Luas lahan reklamasi yang telah dilakukan perawatan terhadap revegetasi untuk 5 (lima) tahun terakhir yaitu seluas 619,3 ha. Karakteristik Lahan Reklamasi Hasil analisis karakteristik kimia tanah (Tabel 3) Rusdiana et al. (2013) yang dilakukan di dua tempat yaitu bekas tambang terbuka PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim dengan umur reklamasi 3 tahun dan bekas jalan dengan umur reklamasi 4 tahun, yang ditanami dengan tanaman hutan akasia (Acacia auriculiformis) dan kayu putih (Melaleuca cajuputi) menunjukkan bahwa tanah reklamasi memiliki pH berkisar 3,60−4,40 yang bersifat asam serta kapasitas tukar kation (KTK) yang rendah sampai sedang. Kandungan N-total (%) tergolong rendah sampai sedang pada kedalaman 0-10 cm, sedangkan P-tersedia yang ditemukan pada kedua lokasi nilainya kurang dari 10 ppm sehingga tergolong sangat rendah. Hara kalium dapat ditukar dalam tanah yang biasanya banyak tersedia, namun di kedua lokasi penelitian jumlah kalium yang ditemukan 0,25−0,62 me/100 g tergolong sangat rendah sampai rendah. Kondisi pH tanah yang rendah akan menyebabkan penurunan jumlah unsurunsur seperti fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium secara cepat (Lubis 2012). Tanaman mempunyai kemungkinan besar teracuni oleh logam berat yang pada akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut jika pH tanah terlalu rendah. Pada areal reklamasi bekas tambang umur reklamasi 3 tahun kadar aluminium dapat ditukar (Tabel 3) lebih dari 3 me/100g yaitu sebesar 3,48-3,70 me/100g sehingga tanaman di areal tersebut dapat dipastikan teracuni oleh Al yang akan menghambat pertumbuhan akar primer dan menghalangi pembentukan akar lateral dan bulu akar, ujung akar menebal sehingga menghasilkan sistem perakaran tanaman yang kerdil (Rusdiana et al. 2013). Hasil analisis tekstur tanah (Tabel 4) yang dilakukan di dua tempat yaitu bekas tambang terbuka PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Kabupaten 8 Muara Enim dengan umur reklamasi 3 tahun dan bekas jalan dengan umur reklamasi 4 tahun, tanaman hutan akasia (Acacia auriculiformis) dan kayu putih (Melaleuca cajuputi) menunjukkan tekstur pasir pada umur reklamasi 4 tahun berkisar 62% - 68,3% yang memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan umur reklamasi 3 tahun berkisar 21,4% - 48,6%. Ketersediaan hara yang rendah pada bekas jalan umur reklamasi 4 tahun dibandingkan dengan bekas tambang terbuka umur reklmasi 3 tahun juga dipengaruhi tekstur tanahnya (Tabel 4), hal tersebut dikarenakan kemampuan pasir untuk mengikat air dan hara sangat rendah serta mudah tercuci (Rusdiana et al. 2013). Tabel 3. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Sifat Kimia Tanah pH KTK (me/100g) N-total (%) P-tersedia (ppm) K-dd (me/100 g) Mg-dd (me/100 g) K-dd (me/100 g) N-dd (me/100 g) C-Organik (%) Al-dd (me/100 g) Kedalaman (cm) 0-10 10-20 0-10 10-20 0-10 10-20 0-10 10-20 0-10 10-20 0-10 10-20 0-10 10-20 0-10 10-20 0-10 10-20 0-10 10-20 Umur Reklamasi 3 Tahun 4 Tahun 4,40 3,90 4,40 3,60 9,52 21,52 6,80 14,27 0,08 0,24 0,04 0,13 2,30 4,30 2,00 2,40 1,16 4,94 1,06 3,67 2,42 10,36 1,34 4,94 0,25 0,62 0,36 0,47 0,60 0,71 0,55 1,30 0,80 3,25 0,32 1,44 3,48 0,72 3,70 0,80 Sumber : Rusdiana et al. 2013 Tabel 4. Tekstur Tanah Reklamasi Umur Kedalaman Reklamasi (cm) Pasir (%) 3 Tahun 0-10 21,4 10-20 48,6 4 Tahun 0-10 62,0 10-20 68,3 Sumber : Rusdiana et al. (2013) Tekstur Tanah Debu (%) 24,9 36,5 30,6 24,2 Klei (%) 53,7 14,9 7,4 7,6 Berdasarkan hasil penelitian Tala’ohu dan Deddy (2013) pada tanah timbunan di Outside Dump, di areal penambangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim dengan indikator tanaman Calopogonium muconoides berumur 7 bulan, menunjukkan bahwa sifat fisika tanah masih menjadi kendala dalam 9 menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada areal timbunan seperti kepadatan tanah dan permeabilitas yang lambat. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian mulsa rumput lokal 6 ton/ha belum mampu memberikan pengaruh yang berarti dalam pembentukan struktur tanah yang gembur. Selain itu, kandungan beberapa unsur logam berat (Tabel 5) masih berada di bawah baku mutu untuk lahan pertanian, namun khusus untuk Cadmium (Cd) perlu diwaspadai karena berada pada ambang batas baku mutu (Tala’ohu dan Deddy 2013). Tabel 5. Kandungan Logam Berat dalam Tanah Perlakuan Kontrol S1d1 S1d2 S2d1 S2d2 Kedalaman (cm) 0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40 0-20 20-40 Pb 33,35 38,10 40,49 42,86 38,11 40,49 42,87 38,10 42,87 40,50 Cd 0,40 2,02 0,80 1,21 0,81 2,01 1,20 0,80 1,61 1,60 Logam Berat (ppm) Cr Ni Zn 67,94 25,56 46,72 73,62 22,48 49,54 71,71 26,56 44,85 62,28 26,56 57,35 62,28 18,38 52,35 60,39 22,46 52,67 52,85 18,38 38,61 52,85 16,34 34,69 56,61 16,35 36,25 56,63 22,47 35,95 Cu 5,09 6,25 6,25 5,86 6,24 5,48 4,70 3,91 3,52 3,52 Sumber : Tala’ohu dan Deddy 2013 Sifat Fisik Tanah Bobot Isi, Berat Jenis Partikel, Porositas dan Kapasitas Infiltrasi Tanah Bobot isi (BI) merupakan perbandingan antara bobot tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Satuan bobot isi tanah biasanya dinyatakan dalam gram/cm3. Hasil pengukuran (Tabel 7) menunjukkan nilai bobot isi tanah terendah dijumpai pada lahan hutan dan tertinggi pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun. Bobot isi tanah pada lahan reklamasi menurun seiring meningkatnya umur revegetasi dan semakin mendekati bobot isi tanah hutan. Pertumbuhan vegetasi seperti legume cover crops dan tanaman pioner yang tumbuh di lahan reklamasi seiring dengan meningkatnya umur akan meningkatkan bahan organik tanah sehingga pori-pori dan struktur tanah semakin berkembang karena adanya peningkatan aktivitas akar dan organisme tanah akibatnya terjadi penurunan bobot isi tanah (Shrestha dan Lal 2011). Berat jenis partikel (BJP) adalah perbandingan antara berat kering tanah dengan volume padatan tanah (tidak termasuk pori yang terdapat diantara partikel) yang dinyatakan dalam g/cm3. Berat jenis partikel tertinggi (Tabel 7) dijumpai pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan terendah pada lahan hutan. Berat jenis partikel menurun seiring dengan peningkatan umur revegetasi. Data hasil pengukuran menunjukkan berat jenis partikel berkisar antar 2,61g/cm3 sampai 2,68 g/cm3. Berat jenis partikel dipengaruhi oleh jumlah dan jenis mineral penyusun tanah serta bahan organik tanah. Porositas tanah (soil porosity) adalah total ruang tanah yang ditempati oleh udara dan/atau air, mencerminkan kondisi pori-pori tanah yang berpengaruh atau 10 yang menentukan pergerakan air dan udara dalam tanah. Hasil pengukuran (Tabel 7) menunjukkan nilai porositas tanah semakin meningkat dengan meningkatnya umur revegetasi mendekati nilai porositas lahan hutan alami. Bahan organik tanah dapat berperan sebagai bahan penyemen yang membuat agregat lebih stabil sehingga dapat membuat jumlah pori dan distribusi ruang pori menjadi stabil. Agregat yang stabil akan menghasilkan struktur dan kontinuitas pori tanah menjadi lebih baik. Peningkatan produksi bahan organik seiring dengan meningkatnya umur revegetasi dapat meningkatkan populasi organisme tanah sehingga aktivitas organisme tanah semakin meningkat, sehingga pori-pori tanah terbentuk. Porositas tanah ditentukan oleh jumlah pori total dan distribusi ukuran pori (Rachman et al 2013). Tabel 6. Hasil Pengukuran Bobot Isi, Berat Jenis Partikel, Porositas dan Kapasitas Infiltrasi. Kelas Kapasitas Tahun BI BJP Porositas Kapasitas No Infiltrasi Revegetasi (g/cm3) (g/cm3) (%) Infiltrasi (cm/jam) Sangat Lambat 1. 0 1,48 2,68 44,74 <0,1 Sedang 2. 4 1,45 2,65 45,46 2,80 Agak Cepat 3. 7 1,33 2,66 50,00 11,00 Cepat 4. Hutan 1,06 2,61 59,34 23,73 Infiltrasi merupakan kemampuan tanah menampung air yang masuk kedalam tanah per satuan waktu yang dinyatakan dalam satuan mm/jam atau cm/jam (Kohnke 1968). Kapasitas infiltrasi merupakan laju infiltrasi maksimum atau potensial. Sifat-sifat tanah yang menentukan kapasitas infiltrasi adalah ukuran pori yang halus, kemantapan pori, kandungan air, dan profil tanah (Arsyad 2009). Berdasarkan hasil pengukuran di lapang (Tabel 7) dengan menggunakan Double Ring Infiltrometer, klasifikasi kapasitas infiltrasi yang diperoleh dari lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun memiliki kelas infiltrasi sangat lambat. Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki kelas infiltrasi sedang. Lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun memiliki kelas infiltrasi agak cepat dan lahan hutan alami memiliki kelas infiltrasi cepat. Kapasitas infiltrasi terendah dijumpai pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan tertinggi pada lahan hutan alami. Hal tersebut dikarenakan lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun merupakan lahan yang baru direklamasi dengan vegetasi berupa legum cover crop dan bibit tanaman pioner (gamal, matua, durian, jambu bol, dan rambutan) yang baru ditanam sehingga pemadatan tanah yang terjadi pada saat penimbunan yang dilakukan dengan menggunakan alat berat pada awal reklamasi belum bisa diperbaiki oleh vegetasi di atasnya. Kapasitas infiltrasi pada lahan reklamasi memperlihatkan pola peningkatan seiring meningkatnya umur revegetasi dan semakin mendekati kapasitas infiltrasi tanah hutan. Peningkatan tersebut menunjukkan terjadinya perkembangan makro porositas sehingga secara signifikan dapat menurunkan aliran permukaan, aktivitas biota tanah seperti aktivitas akar tanaman dan organisme tanah mempengaruhi pembentukan struktur dan agregat tanah (Guebert dan Gardner 2001). Banyaknya perakaran meningkatkan granulasi dan aktivitas mikroorganisme yang pada akhirnya meningkatkan porositas tanah dan kestabilan 11 struktur tanah. Sistem perakaran dan serasah yang dihasilkan dapat membantu menaikkan permeabilitas tanah dan kapasitas infiltrasi (Asdak 2002). Komposisi Fraksi Tanah Penggunaan alat-alat berat dalam kegiatan reklamasi memberikan efek negatif terhadap sifat fisik tanah seperti pemadatan tanah. Pencampuran antara top soil, sub soil dan bahan induk terjadi pada proses penimbunan kembali (back filling) dan penyebaran tanah zona perakaran (top soil spreading). Pencampuran bahan timbunan tersebut menyebabkan timbulnya fraksi kasar ke permukaan. Berdasarkan hasil analisis fraksi kasar (>2 mm) yang disajikan pada Tabel 8. Lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun memiliki persentase fraksi kasar anatara 14,11% - 21,42%. Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki selang persen fraksi kasar lebih rendah dari umur revegetasi 0 tahun sebesar 13,84% 19,99% sedangkan lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun memiliki selang persen fraksi kasar paling rendah diantara lahan reklamasi lainnya sebesar 11,72% - 12,45%. Tabel 7. Komposisi Fraksi Tanah Reklamasi. Umur Revegetasi 0 Tahun 4 Tahun 7 Tahun *Hutan Kedalaman 0-5 cm 5-10 cm 10-20 cm 0-5 cm 5-10 cm 10-20 cm 0-5 cm 5-10 cm 10-20 cm Fraksi (%) ≤2 mm >2 mm 85,89 14,11 79,92 20,08 78,58 21,42 86,16 13,84 82,71 17,29 80,01 19,99 87,55 12,45 87,53 12,47 88,28 11,72 Fraksi Halus/Tekstur (%) Pasir Debu Klei 25,65 31,73 42,62 20,34 33,38 46,28 22,39 34,47 43,14 29,61 27,77 42,62 27,61 26,8 45,59 12,85 31,01 56,13 32,03 24,36 43,61 26,2 23,74 50,06 25,95 25,54 48,51 0-5 cm - - 9,9 42,46 47,64 5-10 cm 10-20 cm - - 8,95 8,3 37,35 38,67 53,7 53,03 Kelas Teksture Klei Klei Klei Klei Klei Klei Klei Klei Klei Klei Berdebu Klei Klei Keterangan : *Lahan hutan tidak memiiki fraksi kasar (>2 mm). Partikel tanah memiliki persentase ukuran partikel klei (<0,002 mm), debu (0,002-0,05 mm), dan pasir (0,05-2,0 mm). Tekstur tanah merupakan susunan relatif dari tiga ukuran partikel tanah yaitu pasir, debu dan klei. Tekstur tanah memliliki peran penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman maupuan fungsi tanah yaitu kapasitas retensi air, kapasitas tukar kation, pemantapan agregat, kemudahan untuk diolah, erodibilitas tanah, drainase tanah, soil subsidence, dan biodiversitas tanah serta pergerakan air dan udara dalam tanah (Rachman et al 2013). Hasil analisis tekstur tanah pada lahan reklamasi dan lahan hutan disajikan pada Tabel 8. Hasil analisis tekstur menunjukkan bahwa tanah pada seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan bertekstur klei (clay) pada setiap kedalaman yang diamati kecuali pada lahan hutan dengan kedalaman 0-5 cm memliki tekstur klei berdebu (silty clay). Tekstur tanah pada setiap kedalaman didominasi oleh klei 12 dengan kisaran antara 42,62-56.13 %, diikuti pasir dengan kisaran 8,30-29,16 %, dan debu dengan kisaran antara 23,74-42,46 %. Tekstur tanah pada seluruh lahan reklamasi dipengaruhi oleh bahan tanah yang digunakan untuk menimbun pada saat awal proses reklamasi. Tekstur tanah mempengaruhi kemampuan tanah mengikat air dan hara bagi tanaman. Sifat Kimia Tanah C-Organik, N-Total, Rasio C/N, dan P-Tersedia Lahan reklamasi dan lahan hutan pada setiap kedalaman tanah yang diamati memiliki kandungan C-organik, N-total, P-tersedia dan C/N rasio beserta kriterianya menurut Pusat Penelitian Tanah Tahun 1983 disajikan pada Lampiran 7. Hasil analisis kandungan C-organik dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun tergolong sangat rendah sebesar 0,99%, Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun dan 7 tahun tergolong sedang sebesar 2,01% dan 2,02%, dan pada lahan hutan tergolong tinggi sebesar 3,22%. Kandungan Ntotal pada kedalaman 0-20 cm lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 4 tahun tergolong sangat rendah sebesar 0,08%, sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun tergolong rendah dan lahan hutan tergolong sedang sebesar 0,12% dan 0,24%. Kandungan P-tersedia (P2O5) dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamsi umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun tergolong sangat rendah sebesar 8,22 ppm, 6,62 ppm dan 9,11 ppm, sedangkan lahan hutan tergolong rendah sebesar 10,62 ppm. Rasio C/N dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan hutan tergolong sedang sebesar 11,84 dan 13,38. Rasio C/N dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun dan 7 tahun tergolong tinggi sebesar 24,72 dan 17,21. Peningkatan bahan organik seiring peningkatan umur reklamasi akan menyebabkan peningkatan N-total dalam tanah. Kandungan C-organik dan Ntotal relatif menurun seiring dengan peningkatan kedalaman yang ditunjukkan pada Gambar 1, kecuali pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun yang bervariasi tergantung dari kandungan C-organik dan N-total tanah yang digunakan untuk menimbun. Tingginya rasio C/N pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 dan 7 tahun dikarenakan berada dalam fase depresi nitrat yang terjadi akibat mikrob pelapuk mendominasi sedangkan mikrob nitrifikasi kurang aktif, hal tersebut dikarenakan C-organik yang tergolong relatif sedang (S) dibandingkan Ntotal yang relatif sangat rendah (SR) sampai rendah (R). Lahan hutan yang telah mengalami banyak siklus karbon dan nitrogen memiliki rasio C/N bersifat lebih mantap, artinya persentase kehilangan nitrogen sama dengan persentase kehilangan karbon, sehingga untuk tanah daerah basah rasio C/N berkisar antara 8:1 sampai 15:1 (Supardi 1983). Kandungan P-tersedia berdasarkan kedalaman (Gambar 1) menunjukkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun bervariasi tergantung kandungan tanah yang digunakan untuk menimbun. Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun mengalami penurunan kandungan P-tersedia seiring peningkatan kedalaman, hal tersebut terjadi karena kandungan kalsium dan magnesium dapat ditukar yang relatif tinggi seiring bertambahnya kedalaman, sedangkan lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun dan lahan hutan menunjukkan penurunan seiring dengan 13 Kedalaman (cm) Kedalaman (cm) peningkatan kedalaman, hal tersebut terjadi karena peningkatan Al-dd dan kejenuhan Al seiring dengan peningkatan kedalaman. 0,0 C-Organik (%) 1,0 2,0 3,0 4,0 0,00 5,0 0-5 0-5 5-10 5-10 10-20 10-20 0,00 C/N 10,00 N-Total (%) 0,20 0,30 0,40 P-Tersedia (ppm P2O5) 20,00 30,00 0,00 0-5 0-5 5-10 5-10 10-20 10-20 Revegetasi 0 Tahun 0,10 Revegetasi 4 Tahun 5,00 10,00 15,00 Revegetasi 7 Tahun Hutan Gambar 1. Kandungan C-Organik, N-Total, Rasio C/N dan P-Tersedia Tanah masam banyak mengandung Al dan Fe bebas, Al dan Fe hidrus oksida, dan kaolinit yang banyak dijumpai pada tanah-tanah yang telah mengalami pelapukan lanjut seperti pada tanah Ultisol dan Oksisol, rendahnya kandungan P-tersedia dikarenkan fiksasi fosfat yang terjadi antara Al dan Fe hidrus oksida bereaksi cepat dengan fosfat terlarut membentuk seri hidroksifosfat sukar larut. Selain itu, reaksi fosfat dan mineral silikat dapat berjalan dengan cepat melalui kombinasi jerapan non-spesifik dan pertukaran ligan pada ujung mineral. Fiksasi fosfat juga dapat terjadi pada tanah-tanah yang banyak mengandung kalsium dan magnesium larut dan dapat ditukar, reaksi tersebut dapat membentuk senyawa kompleks yang tidak larut seperti fluorapatit (Ca5(PO4)3F), hidroksiapatit (C5(PO4)3OH), oktakalsium fosfat (Ca4H(PO4)3), dan dikalsium fosfat dihidrat (CaHPO4.2H2O) (Anwar dan Sudadi 2013). Reaksi Tanah dan Kejenuhan Aluminium Reaksi tanah (pH) dan kejenuhan aluminium serta kriterianya menurut Pusat Penelitian Tanah Tahun 1983 disajikan pada Lampiran 8. Gambar 2 menunjukkan bahwa reaksi tanah (pH) relatif seragam pada setiap kedalaman dan setiap lahan reklamasi serta lahan hutan kecuali pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun. Lahan Reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki pH berkisar antara 4,98-5,41 dikategorikan masam dan terlihat memiliki pH lebih tinggi dibandingkan yang lainnya, hal tersebut dikarenakan rendahnya Al-dd dan kejenuhan aluminium. Nilai pH pada lahan reklamasi lebih dipengaruhi variabilitas bahan tanah yang digunakan untuk menimbun. Kandungan Al-dd relatif meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman kecuali pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun, tingginya nilai Al-dd menyebabkan rendahnya nilai pH akibatnya kelarutan hara mikro menjadi 14 tinggi dan upaya revegetasi sukar dilakukan karena terjadi defisiensi hara makro dan keracunan hara mikro (Shrestha dan Lal 2011). Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun memliki kandungan Al-dd sangat rendah karena memiliki basabasa dapat ditukar dan kejenuhan basa yang sangat tinggi, hal ini diduga variabilitas dari bahan tanah untuk menimbun pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun ini berbeda dengan yang lainnya. Hasi penelitian Rusdiana et al. (2013) menyatakan bahwa Al-dd lebih dari 3 me/100g, tanaman dapat dipastikan teracuni oleh Al yang akan menghambat pertumbuhan. Fakta dilapangan tidak demikian, tanaman dapat tumbuh dengan baik pada lahan hutan dan lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun dengan kandungan Al-dd sebesar 5,67 me/100g dan 5,96 me/100g pada kedalaman 0-20 cm (Lampiran 8), Al-dd tidak bisa dijadikan parameter untuk menilai tanaman teracuni oleh aluminium karena Al-dd tidak mempertimbangkan KTK efektif sehingga harus menggunakan parameter kejenuhan aluminium. Kejenuhan aluminium (Kej. Al) pada kedalaman 0-20 cm lahan reklamasi berumur revegetasi 0 dan 7 tahun tergolong sangat tinggi sebesar 76,60 % dan 73,18 %, pada lahan reklamasi berumur revegetasi 4 tahun tergolong sangat rendah sebesar 2,41 %, dan lahan hutan tergolong tinggi sebesar 40,20 %. Al-dd (me/100g) pH Kedalaman (cm) 0,0 2,0 4,0 0,0 6,0 5,0 Kej. Al (%) 0,0 10,0 0-5 0-5 0-5 5-10 5-10 5-10 10-20 10-20 10-20 Revegetasi 0 Tahun Revegetasi 4 Tahun 50,0 Revegetasi 7 Tahun 100,0 Hutan Gambar 2. Nilai pH, Al-dd dan Kejenuhan Al. Perbedaan kejenuhan alumunium pada lahan reklamasi terjadi karena perbedaan bahan tanah yang digunakan untuk menimbun pada masing-masing lahan reklamasi, sedangkan lahan hutan memiliki kejenuhan alumunium bervariasi dikarenakan perbedaan kandungan bahan organik. Alumunium merupakan logam transisi (border line cation) yang dapat membentuk ikatan koordinasi dengan ligan organik sehingga sukar ditukar oleh kation basa-basa kuat (Anwar dan Sudadi 2013). Hasil Analisis (Gambar 2) menunjukkan kejenuhan Al meningkat dengan meningkatnya kedalaman, hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan kandungan bahan organik. Pola grafik kejenuhan alumunium ini sejalan dengan pola yang dihasilkan oleh nilai aluminium dapat ditukar. KTK, Basa-Basa Dapat Ditukar dan KB Kandungan kalium dapat ditukar (K-dd), natrium dapat ditukar (Na-dd), kalsium dapat ditukar (Ca-dd), Magnesium dapat ditukar (Mg-dd), kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan pada setiap kedalaman tanah beserta kriterianya menurut Pusat Penelitian Tanah 15 Tahun 1983 disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Kapasitas tukar kation dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 7 tahun tergolong rendah sebesar 14,29 me/100g dan 14,07 me/100g, sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun tergolong sedang sebesar 20,69 me/100g dan lahan hutan tergolong tinggi sebesar 25,12 me/100g. Persentase KB dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 7 tahun tergolong sangat rendah sebesar 16,78% dan 16,24%, sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun tergolong sangat tinggi sebesar 76,70 dan lahan hutan tergolong sedang sebesar 35,51 me/100g. Kandungan K-dd dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 7 tahun tergolong rendah sebesar 0,18 me/100g dan 0,23 me/100g, sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun dan lahan hutan tergolong tinggi sebesar 0,64 me/100g dan 0,77 me/100g. Kandungan Na-dd dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 7 tahun tergolong rendah sebesar 0,24 me/100g, sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun tergolong sangat tinggi sebesar 1,93 me/100g dan lahan hutan tergolong sedang sebesar 0,53 me/100g. Kedalaman (cm) 0 KTK (me/100g) 10 20 30 0 40 0-5 0-5 5-10 5-10 10-20 10-20 Revegetasi 0 Tahun Revegetasi 4 Tahun 20 KB (%) 40 60 Revegetasi 7 Tahun 80 100 Hutan Gambar 3. Nilai KTK dan Persentase KB Kandungan Ca-dd dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 7 tahun tergolong sangat rendah sebesar 0,63 me/100g dan 0,82 me/100g, sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun tergolong sedang sebesar 6,80 me/100g dan lahan hutan tergolong rendah sebesar 5,19 me/100g. Kandungan Mg-dd dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun tergolong sedang sebesar 1,40 me/100g dan lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun tergolong rendah sebesar 0,95 me/100g, sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun dan lahan hutan tergolong tinggi sebesar 6,53 me/100g dan 2,56 me/100g. Nilai KTK dan persentase KB di setiap kedalaman yang diamati (Gambar 3) relatif seragam, selain itu kandungan basa-basa dapat ditukar (Gambar 4) juga relatif seragam terutama pada reklamasi umur revegetasi 0 tahun, hal tersebut diduga terjadi pencampuran bahan tanah yang digunakan untuk menimbun pada awal reklamasi. Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki nilai KTK dan persentase KB (Gambar 3) serta kandungan basa-basa ditukar di setiap kedalaman yang diamati (Gambar 4) relatif meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman dan memliki nilai paling tinggi dibandingkan lahan reklamasi lainnya maupun lahan hutan, hal tersebut dikarenakan bahan tanah atau bahan induk untuk 16 Kedalaman (cm) menimbun pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun ini berbeda dengan yang lainnya. Dominasi mineral-mineral yang kaya akan Ca dan Mg penyusun bahan tanah pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun relatif tinggi. Selain itu, nilai pH pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun lebih tinggi dibandingkan lahan reklamasi lainnya maupun lahan hutan. Lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun dan lahan hutan memiliki nilai KTK dan persentase KB (Gambar 3) serta kandungan basa-basa dapat ditukar (Gambar 4) cenderung menurun seiring bertambahnya kedalaman, hal itu dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan pH yang semakin menurun seiring bertambahnya kedalaman. K-dd (me/100g) 0,5 0,0 0,0 1,0 0-5 0-5 5-10 5-10 10-20 10-20 Kedalaman (cm) Ca-dd (me/100g) 0,0 2,0 4,0 6,0 8,0 0,0 10,0 0-5 0-5 5-10 5-10 10-20 10-20 Revegetasi 0 Tahun Revegetasi 4 Tahun 2,0 Na-dd (me/100g) 1,0 2,0 3,0 Mg-dd (me/100g) 4,0 6,0 8,0 10,0 Revegetasi 7 Tahun Hutan Gambar 4. Kandungan Basa-Basa Dapat Ditukar. Sifat Biologi Tanah Total Mikrob, Respirasi dan Total Fungi Tanah Dekomposisi bahan organik yang bersumber dari tanaman dan hewan dilakukan oleh adanya aktivitas mikrob tanah termasuk fungi tanah, sedangkan respirasi tanah dihasilkan dari proses degradasi berbagai bahan organik. Mikroorganisme tanah merupakan kunci yang sangat penting dalam keseimbangan ekosistem seperti aktivitas dekomposisi dan mineralisasi (Helingerova, Frouz, dan Santruckova 2010). Hasil analisis total mikrob, respirasi dan total fungi tanah disajikan pada Lampiran 11. Total mikrob pada lahan reklamasi umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan dengan kedalaman 0-10 cm berkisar antara 5,35-18,57 x 106 SPK/g BKM. Total fungi pada lahan reklamasi umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan dengan kedalaman 0-10 cm berkisar antara 5,31-10,55 x 104 SPK/g BKM. Respirasi tanah pada lahan reklamasi umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan dengan kedalaman 0-10 cm berkisar antara 2,88-11,35 mg CO2-C/kg tanah/hari. 17 106 SPK/g BKM 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 0 4 7 Hutan Umur Revegetasii (Tahun) mg CO2-C/kg tanah/hari Total mikrob (Gambar 5) menunjukkan jumlah tertinggi pada lahan hutan sebesar 18,57 x 106 SPK/g BKM dan terendah pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun sebesar 5,35 x 106 SPK/g BKM. Sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 dan 7 tahun relatif sama sebesar 7,50 x 106 SPK/g BKM dan 7,83 x 106 SPK/g BKM. Peningkatan umur revegetasi dapat meningkatkan total mikrob hal tersebut dikarenakan perbedaan kandungan bahan organik dalam tanah. 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 0 4 7 Hutan Umur Revegetasi (Tahun) Gambar 5. Total Mikrob dan Respirasi Tanah 104 SPK/g BKM Hasil analisis (Gambar 5) menunjukkan terjadi peningkatan respirasi tanah seiring dengan peningkatan umur revegetasi, namun peningkatan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan respirasi tanah hutan. Respirasi tanah pada hutan memiliki nilai tertinggi sebesar 11,35 mg CO2-C/kg tanah/hari dan terendah pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun sebesar 2,88 mg CO2-C/kg tanah/hari. Respirasi tanah menunjukkan tingkat aktivitas mikrob tanah dan dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, transformasi N atau P, pH dan ratarata jumlah mikrob. 12,0 10,0 8,0 6,0 4,0 2,0 0,0 0 4 7 Hutan Umur Revegetasi (Tahun) Gambar 6. Total Fungi pada Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. Total fungi (Gambar 6) menunjukkan jumlah tertinggi pada lahan hutan sebesar 10,55 x 104 SPK/g BKM dan terendah pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun sebesar 5,31 x 104 SPK/g BKM. Sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 dan 7 tahun sebesar 9,18 x 104 SPK/g BKM dan 7,89 x 104 SPK/g BKM. Perbedaan populasi fungi pada berbagai lahan reklamasi dan lahan hutan dapat disebabkan oleh perbedaan pH dan kandungan bahan organik, 18 lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki pH lebih tinggi dari pada lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi yaitu pH tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan organik dan kelembaban tanah (Ma’shum et al 2003). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik tanah pada berbagai umur revegetasi lahan reklamasi bekas tambang batubara menunjukkan perbaikan sifat-sifat tanah. Peningkatan umur revegetasi menyebabkan semakin tingginya suplai bahan organik sebagai salah satu penyusun tanah. Peningkatan umur revegetasi menyebabkan terjadinya perbaikan bobot isi, kapasitas infiltrasi, porositas tanah, total mikrob dan respirasi tanah pada kedalaman 0-10 cm. Pengaruh dari kegiatan reklamasi dan revegetasi terhadap sifat kimia tanah terlihat jelas pada kedalaman 0-5 cm dengan parameter C-organik, N-total dan P-tersedia. Perbaikan sifat kimia tanah seperti basa-basa dapat ditukar, KTK, KB dan Kejenuhan Al dengan kedalaman 0-5 cm tanah pada berbagai umur reklamasi juga relatif meningkat seiring lamanya umur revegetasi, kecuali pada lahan rekalamasi umur revegetasi 4 tahun yang memliki kandungan basa-basa dapat ditukar sangat tinggi, hal tersebut diduga karena variabilitas bahan tanah yang digunakan untuk menimbun pada awal reklamasi. Walaupun demikian peningkatan kualitas sifat-sifat tanah tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan kualitas tanah hutan karena lahan hutan yang diamati merupakan lahan alami yang tidak terganggu ekologi tanahnya. Saran Pengukuran parameter kualitas tanah perlu dilakukan secara berkala untuk memantau perkembangan keberhasilan reklamasi dari segi kualitas tanah. DAFTAR PUSTAKA Anas I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB. Anwar S dan Sudadi U. 2013. Kimia Tanah. Bogor (ID): Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. [Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2011. Peta Jenis Tanah Kabupaten Muara Enim. Muara Enim (ID): Pemerintah Daerah Kab. Muara Enim Febrianty D. 2015. Evaluasi Tingkat Keberhasilan Kegiatan Reklamasi Tahap Operasi Produksi di PT Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Pertambangan 19 Tanjung Enim Tahun 2015 [skripsi]. Palembang (ID): Universitas Sriwijaya. Guebert MD, Gadner TW. 2001. Macropore flow on a reclaimed surface mine: infiltration dan hillslope hydrology. J Geomorfh. 39 (3): 151 – 169. doi: 10.1016/S0169-555X(00)00107-0. Helingerova M, Frouz J, Santruckova H. 2010. Microbial activity in reclamimed ad unreclaimed post-mining site near sokolov (Czech Republic). J Ecoleng. 36 (3): 768 – 776. doi: 10.1016/j.ecoleng.2010.01.007. Kohnke H. 1968. Soil Conservation. New York (US): McGraw-Hill Book Company Inc. Lubis RS. 2012. Pendugaan korelasi antara karakteristik tanah terhadap cadangan karbon (carbon stock) pada hutan sekunder [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Ma’shum J, Soedarsono, Endang L. 2003. Biologi Tanah. Jakarta (ID): Bagpro Peningkatan Kualitas SDM, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Permana RB. 2010. Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Berau Coal Site Binungan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rachman LM, Wahjunie ED, Brata KR, Purwakusuma W, Murtilaksono K. 2013. Fisika Tanah Dasar. Bogor (ID): Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Retno LW, Wiwik H, Widjaja A. 1995. Penjajagan hara pada beberapa lapisan geologi di PTBA Tanjung Enim. Prosiding Pembahasan Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bidang Kesuburan dan Produktivitas Tanah; 1995 Jan 10-12. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. hlm 75-86. Rao NSS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Terjemahan Herawati S. Jakarta (ID): UI Press. Rusdiana O, Mulyana D, Willujeng CU. 2013. Pendugaan Potensi Simpanan Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu Putih di Area Reklamasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Jurnal Silvikultur Tropika. 04(3):183-189. [Satker Eksplorasi Rinci] Satuan Kerja Eksflorasi Rinci. 2013. Laporan Pemantauan Lingkungan. Tanjung Enim (ID): PT Bukit Asam (Persero) Tbk. [Satker Renop] Satuan Kerja Perencanaan Operasi. 2016. Data Curah Hujan Harian. Tanjung Enim (ID): PT Bukit Asam (Persero) Tbk. [Satker Renling] Satuan Kerja Perencanaan Lingkungan. 2015. Rencana Kerja Tahunan dan Teknis Lingkungan (RKTTL) PT Bukit Asam. Tanjung Enim (ID): PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Shrestha RK, Lal R. 2011. Change in physical and chemical properties of soil after surface mining adn reclamation. J Geoderm. 161(3): 168-176. doi: 10.1016/j.geoderma.2010.12.015. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Departemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Sutedjo MM, Kartasapoetra AG, Sastroatmodjo RDS. 1996. Mikrobiologi Tanah. Jakarta (ID): Rineka Cipta. 20 Tala’ohu SH, Erfandi D. 2013. Inovasi Teknologi Penanggulangan Masalah Salinitas pada Lahan Timbunan Pasca Penambangan Batubara. Di dalam: Harijati S. editor. Pembangunan dan Lingkungan dalam Perspektif Sains dan Teknologi [internet]. 2013 Nov 18. Tanggerang Selatan (ID): Universitas Terbuka. hlm B11-B21. (diunduh 2015 Des 25). Tersedia pada:http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/index.php?option=com_content& view=category&id=185&Itemid=545 Widyati E. 2009. Kajian fitoremidiasi sebagai salah satu upaya menurunkan akumulasi logam akibat air asam tambang pada lahan bekas tambang batubara. J tekno hutan tanaman. 2(2): 67-75. 21 LAMPIRAN 22 23 .Lampiran 1. Lokasi Penelitian IUP Banko Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk. 24 Lampiran 2. Kondisi Lahan Reklamasi: (a) Revegetasi Umur 0 Tahun; (b) Revegetasi Umur 4 Tahun; (c) Revegetasi Umur 7 Tahun; (d) Lahan Hutan. Lampiran 3. Peta Titik Pengambilan Contoh Tanah. 25 Lampiran 4. Ijin Usaha Penambangan (IUP) PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Sumber : Satker perencanaan lingkungan 2015 26 Lampiran 5. Data Curah Hujan Tahun 2015 sampai Maret 2016 PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tahun 2015 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Tahun 2016 Januari Februari Maret Air Laya mm 119,90 330,20 335,70 385,70 30,50 47,20 39,00 152,10 17,60 21,60 297,40 259,00 2035,90 Air Laya mm 536,50 380,80 701,20 MTBU Timur mm 128,50 452,70 338,80 277,10 33,20 87,40 25,60 80,00 22,10 10,70 336,00 297,50 2089,60 MTBU Timur Mm 535,80 294,80 679,60 MTBU Barat mm 123,90 464,10 283,90 310,00 36,30 83,30 20,10 85,90 15,30 11,70 328,40 293,60 2056,50 MTBU Barat Mm 488,00 289,50 561,30 Sumber : Satker Perencanaan Operasi 2016 Bangko Barat mm 160,80 368,40 340,80 291,30 23,00 46,20 24,50 89,27 41,00 16,90 312,80 236,30 1951,27 Bangko Barat Mm 476,50 321,20 692,60 Mahayung mm 128,80 350,60 420,20 277,70 29,40 53,20 20,80 136,70 17,20 22,20 311,80 321,10 2089,70 Mahayung mm 487,70 383,60 773,10 Lampiran 6. Peta Tanah Kabupaten Muara Enim. 27 % 1,14 0,90 0,97 2,41 1,88 1,87 2,90 1,80 1,68 4,50 3,01 2,69 Kedalaman (cm) 0-5 5-10 10-20 0-5 5-10 10-20 0-5 5-10 10-20 0-5 5-10 10-20 C-Organik 0-20 K P cm R 0,28 SR 0,23 0,99 SR 0,48 S 0,60 R 0,47 2,01 R 0,94 S 0,73 R 0,45 2,02 R 0,84 T 1,12 T 0,75 3,22 S 1,34 T S S SR K 0,10 0,08 0,08 0,12 0,08 0,07 0,18 0,11 0,09 0,35 0,23 0,19 % R SR SR R SR SR R R SR T S R K 0,02 0,02 0,04 0,03 0,02 0,03 0,05 0,03 0,05 0,09 0,06 0,10 P N-Total 0,24 0,12 0,08 0,08 0-20 cm S R SR SR K 7,03 8,38 8,74 7,74 6,17 6,28 10,12 9,33 8,49 11,64 10,23 10,30 ppm SR SR SR SR SR SR R SR SR R R R K 1,76 2,09 4,37 1,94 1,54 3,14 2,53 2,33 4,24 2,91 2,56 5,15 P 9,11 6,62 8,22 0-20 cm 10,62 P-Tersedia R SR SR SR K 11,70 10,91 12,37 20,20 23,09 27,80 15,72 16,56 18,28 12,82 13,06 13,81 C/N S S S T T ST T T T S S S K 2,92 2,73 6,19 5,05 5,77 13,90 3,93 4,14 9,14 3,21 3,27 6,91 P Rasio C/N Keterangan: K = Kelas, kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983) Proporsi (P) = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm) Kandungan (0-20 cm) = Ʃ (Proporsi kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm) SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi Hutan 7 4 0 Umur Revegetasi (Tahun) Lampiran 7. Hasil Analisis C-Organik, N-Total, P-Tersedia, dan Rasio C/N pada Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 13,38 17,21 24,72 11,84 0-20 cm S T T S K 28 K SM SM SM M M M SM SM SM SM SM SM pH 3,71 3,79 3,62 5,02 4,98 5,41 4,09 3,93 3,98 4,01 3,84 3,71 H2O (1:5) 75,94 76,31 77,07 3,80 2,09 1,88 53,39 78,39 80,48 13,09 37,61 55,06 % ST ST ST SR SR SR T ST ST R T T K 18,98 19,08 38,53 0,95 0,52 0,94 13,35 19,60 40,24 3,27 9,40 27,53 Proporsi Kejenuhan Al ST SR ST T 2,41 73,18 40,20 K 76,60 0-20 cm 7,58 7,44 8,55 0,44 0,29 0,37 4,68 6,35 6,41 2,33 4,91 7,72 me/100g 1,90 1,86 4,27 0,11 0,07 0,19 1,17 1,59 3,21 0,58 1,23 3,86 Proporsi Al-dd Keterangan: K = Kelas, Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983) Proporsi = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm) Kandungan 0-20 cm = Ʃ (Proporsi kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm) SM = Sangat Masam, M = Masam, SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi Umur Kedalaman Reklamasi (cm) (Tahun) 0-5 0 5-10 10-20 0-5 4 5-10 10-20 0-5 7 5-10 10-20 0-5 Hutan 5-10 10-20 Lampiran 8. Hasil Analisis pH, Al-dd dan Kejenuhan Al pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 5,67 5,96 0,37 8,03 0-20 cm 29 0,70 10-20 0,19 0,97 10-20 0-5 0,73 0,31 0,24 0-5 5-10 5-10 0,54 0,74 0,54 0-5 5-10 10-20 0,18 0,19 0,17 0-5 5-10 10-20 me/100g Kedalaman (cm) T T R T S R S T S R R R K 0,35 0,18 0,10 0,24 0,08 0,06 0,13 0,37 0,13 0,04 0,09 0,04 P K-dd 0,77 0,23 0,64 0,18 0-20 cm T R T R K 0,50 0,49 0,22 0,64 0,27 0,24 1,44 2,52 1,24 0,22 0,26 0,22 me/100g S S R S R R ST ST ST R R R K 0,25 0,12 0,11 0,16 0,07 0,06 0,36 1,26 0,31 0,05 0,13 0,06 P Na-dd 0,53 0,24 1,93 0,24 0-20 cm S R ST R K 3,26 4,49 0,43 9,76 1,87 0,55 5,66 8,43 4,67 0,55 0,65 0,68 me/100g R R SR S SR SR R S R SR SR SR K 1,63 1,12 0,21 2,44 0,47 0,14 1,41 4,22 1,17 0,14 0,33 0,17 P Ca-dd 5,19 0,82 6,80 0,63 0-20 cm R SR S SR K 1,85 2,44 0,71 4,10 1,63 0,73 6,02 7,65 4,78 1,36 1,45 1,34 me/100g S T R T S R T T T S S S K 0,92 0,61 0,36 1,03 0,41 0,18 1,51 3,83 1,20 0,34 0,72 0,33 P Mg-dd Keterangan: K = Kelas, Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983) Proporsi (P) = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm) Kandungan (0-20 cm) = Ʃ (Proporsi kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm) SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi Hutan 7 4 0 Umur Revegetasi (Tahun) Lampiran 9. Hasil Analisis Basa-Basa Dapat Ditukar pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 2,56 0,95 6,53 1,40 0-20 cm T R T S K 30 K R R R S S S R R R T S S me/100g 14,03 13,92 14,61 17,73 20,26 22,39 15,32 14,09 13,44 30,64 24,23 22,81 3,51 3,48 7,30 4,43 5,06 11,19 3,83 3,52 6,72 7,66 6,06 11,40 Proporsi KTK R S R T 20,69 14,07 25,12 K 14,29 0-20 cm 16,67 16,29 17,08 62,57 68,74 87,74 27,13 13,49 12,17 51,70 34,18 28,08 % SR SR SR T T ST R SR SR T R R K 4,17 4,07 8,54 15,64 17,19 43,87 6,78 3,37 6,08 12,92 8,55 14,04 Proporsi KB 35,51 16,24 76,70 16,78 0-20 cm Keterangan: K = Kelas, Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983) Proporsi (P) = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm) Kandungan (0-20 cm) = Ʃ (Proporsi kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm) SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi Umur Kedalaman Reklamasi (cm) (Tahun) 0-5 0 5-10 10-20 0-5 4 5-10 10-20 0-5 7 5-10 10-20 0-5 Hutan 5-10 10-20 Lampiran 10. Hasil Analisis KTK dan KB pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. S SR ST SR K 31 Umur Reklamasi (Tahun) 0 4 7 Hutan Kedalaman (cm) 0-10 0-10 0-10 0-10 Mikrob Tanah 106 SPK/g BKM 5,35 7,50 7,83 18,57 pH H2O (1:5) Sifat Tanah C (%) N (%) C/N P2O5 HCl (me/100g) P2O5 Bray 1 (ppm) P2O5 Olsen (ppm) K2O HCl 25% (me/100g) KTK (me/100g) Sususnan Kation : K (me/100g) Na (me/100g) Ca (me/100g) Mg (me/100g) Kejenuhan Basa (%) Kejenuhan Alumunium (%) <0,1 <0,1 <0,4 <2 <20 <10 Sangat Masam <4,5 Sangat Rendah <1,00 <0,10 <5 <10 <10 <10 <10 <5 Sedang 2,01-3,0 0,21-0,50 11,0-15,0 21,0-40,0 15,0-25,0 26,0-45,0 21,0-40,0 17,0-24,0 Fungi Tanah 104 SPK/g BKM 5,31 9,18 7,89 10,55 0,1-0,2 0,3-0,5 0,1-0,3 0,4-0,7 0,4-1,0 1,1-2,0 2,0-5,0 6,0-10,0 20,0-35,0 36,0-50,0 10,0-20,0 21,0-30,0 Masam Agak Masam Netral 4,5 – 5,5 5,6 – 6,5 6,6 – 7,5 Rendah 1,00-2,00 0,10-0,20 5,0-10,0 10,0-20,0 10,0-15,0 10,0-25,0 10,0-20,0 5,00-16,0 Lampiran 12. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Pusat penelitian Tanah 1983) 1. 2. 3. 4. No 0,6 -1,0 0,8-1,0 2,1-8,0 11,0-20,0 51,0-70,0 31,0-60,0 Agak Alkali 7,6 – 8,5 Tinggi 3,01-5,00 0,51-0,75 16,0-25,0 41,0-60,0 16,0-35,0 45,0-60,0 41,0-60,0 25,0-40,0 > 1,0 > 1,0 > 8,0 > 20 > 70,0 > 60,0 Alkali >8,5 Sangat Tinggi > 5,00 > 0,75 > 25 > 60 > 35 > 60 > 60 > 40 Respirasi Tanah mg CO2-C/kg tanah/hari 2,88 4,78 5,87 11,35 Lampiran 11. Hasil Analisis Total Mikrob, Total Fungi dan Respirasi Tanah pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan. 32 33 RIWAYAT HIDUP Ajiz Saidul Hamzah dilahirkan di Ciams pada 07 November 1994 sebagai anak keempat dari pasangan Bapak Ace dan Ibu Nining. Pendidikan dasar ditempuh di SDN 1 Batumalang Kec. Cimerak Kab. Pangandaran pada tahun 2000-2006, SMPN 1 Cijulang Kec. Cijulang Kab. Pangandaran pada tahun 20062009 dan MAN Muara Enim Kec. Muara Enim Kab. Muara Enim tahun 20092012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dengan Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Semasa SMP penulis aktif diberbagai ekstrakurikuler seperti pramuka, basket dan bulutangkis. Semasa SMA penulis meraih peringkat pertama (juara umum) selama menjalani status siswa MAN Muara Enim. Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kepengurusan seperti anggota Divisi Pengmbangan Keprofesian Ilmu Tanah HMIT IPB periode 2014-2015, selain itu penulis aktif dalam seminar, pelatihan dan kepanitiaan seperti Seminar Nasional Ilmu Tanah dengan topik “Inovasi Pengelolaan Lahan Gambut” tahun 2016, Pelatihan Pertanian Organik dengan topik “Membangun Etnik Pertanian yang Harmonis Dengan Pertanian Organik”, Kegiatan IPB Goes To Field tahun 2014 di Kec. Kintamani Keb. Bangli. Pada kegiatan akademik penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Agrogeologi (2014) dan Kimia Tanah (2016), penulis juga aktif dalam kegiatan pekan kreativitas mahasiswa (PKM) seperti PKM-P dan PKM-M. Penulis juga mengikuti kegiatan KKN-P di Kabupaten Sumedang dan juga mengikuti program yang diselengarakan oleh Kementrian Pertanian yaitu Pendampingan Upaya Khusus Swasembada Padi, Jagung Dan Kedelai (UPSUS PAJALE) di Kabupaten Sumedang.