Templat tugas akhir S1

advertisement
ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH PADA BERBAGAI UMUR
REVEGETASI LAHAN REKLAMASI BEKAS TAMBANG
BATUBARA PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk
AJIZ SAIDUL HAMZAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sifat-Sifat
Tanah pada Berbagai Umur Revegetasi Lahan Reklamasi Bekas Tambang
Batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2017
Ajiz Saidul Hamzah
NIM A14120099
ABSTRAK
AJIZ SAIDUL HAMZAH. Analisis Sifat-Sifat Tanah pada Berbagai Umur
Revegetasi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Bukit Asam (Persero)
Tbk. Dibimbing oleh SYAIFUL ANWAR dan DWI PUTRO TEJO BASKORO.
Reklamasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara. Penggunaan alat-alat berat dalam kegiatan
reklamasi menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. Selain itu, pada proses
penimbunan kembali lubang bekas tambang batubara menggunakan alat-alat berat
terjadi pencampuran antara top soil, sub soil dan bahan induk tanah. Pencampuran
ini mengakibatkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah berubah. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah
dengan adanya peningkatan umur revegetasi lahan reklamasi bekas tambang dan
membandingkannya dengan lahan hutan. Penelitian ini dilakukan di lahan
reklamasi bekas tambang batubara umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun IUP Banko
Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, serta
lahan hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tanah secara umum
mengalami perubahan menjadi relatif lebih baik pada sebagian sifat-sifat tanah
dengan adanya peningkatan umur revegetasi. Beberapa sifat tanah yang mencakup
bobot isi, kapasitas infiltrasi, porositas tanah, C-organik, N-total, P-tersedia, total
mikrob dan respirasi tanah mengalami perbaikan terutama pada kedalaman 0-20
cm untuk sifat fisik tanah dan kedalaman 0-5 cm untuk sifat kimia tanah, serta
kedalaman 0-10 cm untuk sifat biologi tanah. Beberapa sifat-sifat tanah lainnya
mencakup pH, KTK, basa-basa dapat ditukar, dan KB bervariasi diduga lebih
dikarenakan variabilitas bahan timbunan pada awal reklamasi. Peningkatan
kualitas tanah reklamasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan
kualitas tanah hutan.
Kata kunci: Air asam tambang, hara makro, infiltrasi, total mikrob.
ABSTRACT
AJIZ SAIDUL HAMZAH. Soil Properties Analysis at Various Age Revegetation
of Coal Mined Land Reclamation. Supervised by SYAIFUL ANWAR and DWI
PUTRO TEJO BASKORO.
Reclamation regulation enacted in Law No. 4 of 2009 on Mineral and Coal
Mining. The use of heavy equipment in reclamation has negative effect on soil
physical properties such as soil compaction. In addition the process of back filling
on pits coal using heavy equipment created the mixing of top soil, sub soil, and
soil parrent material. This mixing results to changes in physical, chemical and
biological soil. This study aimed to analyze the changes in the physical, chemical,
and biological soil with concomitantly of increasing age revegetation of coal
mined land reclamation and compare with forest land. This research was
conducted in reclamation land of coal mine revegetation with age of 0, 4, and 7year IUP Banko Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Muara Enim
Regency, as well as forest land. The results showed that the soil quality generally
has been changed into relatively better in some soil properties with the rising age
of revegetation. Some soil properties consist of bulk density, infiltration capacity,
soil porosity, organic carbon, total nitrogen, available phosphorus, total microbes
and soil respiration has improved, especially at a depth of 0-20 cm to the physical
nature and depth of 0-5 cm for chemical properties, as well as the depth of 0-10
cm for biological properties. Some soil properties include pH, CEC, exchangeable
bases, and percent base saturation are diverse due to the variability of
embankment material at the start of reclamation process. Improving the quality of
the reclaimed land is still lower than the quality of forest soil.
Keywords: Acid mine drainage, infiltration, macro nutrients, total microbes.
ANALISIS SIFAT-SIFAT TANAH PADA BERBAGAI UMUR
REVEGETASI LAHAN REKLAMASI BEKAS TAMBANG
BATUBARA PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk
AJIZ SAIDUL HAMZAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Tugas Akhir. Tugas
Akhir merupakan kegiatan penerapan ilmu pengetahuan pertanian berupa
rangkaian penelitian yang dilaksanakan secara langsung baik di lapangan maupun
di laboratorium serta melakukan analisis hasil dari kegiatan tersebut. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah
kualitas tanah reklamasi, dengan judul Analisis Sifat-Sifat Tanah pada Berbagai
Umur Revegetasi Lahan Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Bukit Asam
(Persero) Tbk.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Baba Barus, MSc selaku
Ketua Depatemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, serta Bapak Dr Ir Syaiful
Anwar, MSc dan Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak memberi saran dan arahannya. Terima kasih penulis
ucapkan juga kepada Dr. Ir. Iskandar selaku dosen penguji yang banyak memberi
saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Sukono
selaku manajer pengelolaan lingkungan dan Bapak Dedy Saptaria Rosa selaku
asisten manajer revegetasi dan pembimbing lapang tugas akhir di PT Bukit Asam
(Persero) Tbk. Bapak Agusman, Bapak Yurdan, Bapak Darvis, Bapak Marwan
selaku supervisor di kantor revegetasi dan seluruh staf karyawan Satuan Kerja
Kelola Lingkungan, Pengawasan Lingkungan dan Perencanaan Lingkungan serta
teman-teman dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Brawijaya, Universitas
Sumatera Utara yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan
terima kasih saya sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala
doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga saya sampaikan kepada
rekan-rekan MSL 49 yang banyak memberikan dorongan dan kontribusinya.
Semoga skripsi ini bermanfaat baik bagi mahasiswa, perusahaan, instansi
pemerintah, masyarakat umum dan berbagai pihak lainnya sebagai bahan ilmu
pengetahuan.
Bogor, Januari 2017
Ajiz Saidul Hamzah
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
x
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitan
2
Alat dan Bahan
2
Prosedur Pelaksanaan
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Kondisi Umum PT Bukit Asam (Persero) Tbk
4
Sifat Fisik Tanah
9
Sifat Kimia Tanah
12
Sifat Biologi Tanah
16
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
33
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
Parameter Analisis Sifat-Sifat Tanah
Pertumbuhan dan Kesehatan Tanaman Revegetasi dari Tahun 2011-2015
Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah
Tekstur Tanah Reklamasi
Kandungan Logam Berat dalam Tanah
Hasil Pengukuran Bobot Isi, Berat Jenis Partikel, Porositas dan Kapasitas
Infiltrasi.
7 Komposisi Fraksi Tanah Reklamasi.
3
7
8
8
9
10
11
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
Kandungan C-Organik, N-Total, Rasio C/N dan P-Tersedia
Nilai pH, Al-dd dan Kejenuhan Al.
Nilai KTK dan Persentase KB
Kandungan Basa-Basa Dapat Ditukar.
Total Mikrob dan Respirasi Tanah
Total Fungi pada Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan.
13
14
15
16
17
17
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lokasi Penelitian IUP Banko Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
2 Kondisi Lahan Reklamasi: (a) Revegetasi Umur 0 Tahun; (b) Revegetasi
Umur 4 Tahun; (c) Revegetasi Umur 7 Tahun; (d) Lahan Hutan.
3 Peta Titik Pengambilan Contoh Tanah.
4 Ijin Usaha Penambangan (IUP) PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
5 Data Curah Hujan Tahun 2015 sampai Maret 2016 PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk.
6 Peta Tanah Kabupaten Muara Enim.
7 Hasil Analisis C-Organik, N-Total, P-Tersedia, dan Rasio C/N pada
Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan.
8 Hasil Analisis pH, Al-dd dan Kejenuhan Al pada Berbagai Lahan
Reklamasi dan Lahan Hutan.
9 Hasil Analisis Basa-Basa Dapat Ditukar pada Berbagai Lahan Reklamasi
dan Lahan Hutan.
10 Hasil Analisis KTK dan KB pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan
Hutan.
11 Hasil Analisis Total Mikrob, Total Fungi dan Respirasi Tanah pada
Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan.
12 Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Pusat penelitian Tanah 1983)
23
24
24
25
26
27
28
29
30
31
32
32
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, menyatakan bahwa pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau
batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan
penjualan, serta kegiatan pascatambang. Penambangan adalah bagian kegiatan
usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara. Lahan
pascatambang yang telah mengalami kerusakan lingkungan dapat diperbaiki
dengan cara melakukan reklamasi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor
78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang, dan Permen ESDM RI
Nomor 07 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, menyatakan bahwa
reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan
lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar dapat
berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
Penambangan batubara di lokasi penelitian menggunakan metode
penambangan terbuka (opened pit mining). Penambangan terbuka merupakan
sistem penambangan yang umum diaplikasikan pada kegiatan esktraksi batubara
di Indonesia. Cadangan batubara di Indonesia umumnya terletak dekat dengan
permukaan tanah sehingga penambangan terbuka merupakan cara yang paling
aman dan ekonomis. Penambangan terbuka menyebabkan lahan teraduk dan
tersingkap sehingga terjadi fenomena air asam tambang. Air asam tambang
memiliki pH tanah yang sangat rendah sehingga terjadi defisiensi hara makro dan
keracunan hara mikro, akibatnya upaya revegetasi lahan menghadapi banyak
hambatan. Kegiatan penambangan batubara metode terbuka secara teknis meliputi
proses pembersihan lahan, pengambilan dan penimbunan bahan tanah serta bahan
penutup (overbuden), penambangan bahan galian dan penimbunan kembali
lubang bekas tambang, kegiatan ini memberikan dampak perubahan bentang alam
dan perubahan karakteristik atau sifat-sifat tanah yang baru (Widyati 2009).
Reklamasi merupakan akhir dari kegiatan penambangan yang diharapkan
dapat mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai lahan produktif. Kegiatan reklamasi meliputi penimbunan
kembali (back filling) dan penataan lahan (recontouring), pembuatan saluran
drainase, penyebaran tanah zona perakaran (top soil spreading) dan ameliorasi,
pengendalian erosi dan revegetasi (legume cover crops dan tanaman pioner),
pengendalian air asam tambang dan pemeliharaan tanaman (Febrianty 2015).
Penggunaan alat-alat berat dalam kegiatan reklamasi menyebabkan terjadinya
pemadatan tanah. Selain itu, pada proses penimbunan kembali lubang bekas
tambang batubara menggunakan alat-alat berat terjadi pencampuran antara top soil,
sub soil dan bahan induk tanah. Pencampuran ini membuat tanah pada lahan
bekas tambang mempunyai tingkat kualitas fisik, kimia, dan biologi tanah
bervariasi, tetapi pada umumnya rendah (Permana 2010). Oleh karena itu, analisis
2
sifat-sifat tanah perlu dilakukan untuk melihat perkembangan dan hasil dari
kegiatan reklamasi.
.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan sifat kimia, fisik,
dan biologi tanah dengan adanya peningkatan umur revegetasi lahan reklamasi
bekas tambang batubara dan membandingkannya dengan lahan hutan.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitan
Penelitian ini dilakukan di lahan reklamasi bekas tambang IUP Banko Barat
PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim (Lampiran
1). Lokasi penelitian meliputi pit 3 timur umur revegetasi 0 tahun, pit 3 barat
umur revegetasi 4 tahun, dan pit 1 timur umur revegetasi 7 tahun serta lahan hutan.
Lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun (Lampiran 2) merupakan lahan yang
baru mengalami tahapan penataan lahan (recontouring), penyebaran tanah zona
perakaran dan masih dalam proses revegetasi. Lahan reklamasi umur revegetasi 4
tahun merupakan lahan dengan tanaman LCC, vegetasi lokal yaitu merbau dan
vegetasi non-lokal yaitu kayu putih yang telah berumur 4 tahun. Sebagian lahan
ini telah dialihfungsikan menjadi tempat pemakaman umum (TPU) atau disebut
banko green land memorial park. Lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun
merupakan lahan reklamasi yang telah ditanami tanaman LCC, vegetasi lokal
yaitu merbau dan vegetasi non-lokal yaitu kayu putih yang telah berumur 7 tahun
dan juga ditanami tanaman sisipan seperti mahoni, angsana, dan jambu mete.
Lahan hutan merupakan lahan hutan alami di wilayah PT. Bukit Asam (persero)
Tbk yang dilindungi kelestariannya. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium
Eksplorasi Rinci PT Bukit Asam (Persero) Tbk, dan Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Laboratorium Fisika Tanah, Laboratorium Bioteknologi Tanah
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Agustus 2016.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi peralatan lapang dan
peralatan laboratorium. Peralatan lapang seperti cangkul, ring sampel/mould,
double ring infiltrometer, ember, palu, kantong plastik, kertas label, karet gelang,
tali rafia, karung, trash bags, pisau lapang, gunting, ice box, pH paper, abney level,
GPS, alat ukur, alat tulis, dan satu set alat safety standar perusahaan tambang.
Peralatan analisis laboratorium yang digunakan terdiri dari oven, piknometer, alat
gelas, alat ukur (seperti pH meter, UV-Vis Spectrophotometer, Flamephotometer,
Atomic Absorbsion Spectrophotometer dan timbangan), tarra, ayakan, termometer
digital, autoclave, laminar flow, inkubator, cawan petri, dan pipet.
3
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi contoh tanah dan
bahan-bahan kimia. Contoh tanah lahan reklamasi bekas tambang batubara PT
Bukit Asam (Persero) Tbk umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan.
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah disesuaikan dengan parameter yang diteliti.
Prosedur Pelaksanaan
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lahan reklamasi bekas tambang batubara pada
berbagai umur revegetasi dengan kondisi lereng yang relatif sama yaitu berombak
(undulating) kecuali umur revegetasi 0 tahun yang relatif datar. Terdapat 4 lahan
pengamatan yaitu lahan reklamasi dengan umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta
lahan hutan (Lampiran 2). Setiap lahan pengamatan diambil 3 titik sebagai
ulangan secara transek (memotong lereng) meliputi lereng atas, lereng tengah dan
lereng bawah pada lahan reklamasi dan lahan hutan (Lampiran 3). Pengukuran
Infiltrasi dilakukan di tiga titik tersebut secara transek pada lahan reklamasi umur
0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan alami. Pengukuran infiltrasi tanah dilakukan
langsung di lapang dengan menggunakan double ring infiltrometer dan hasil yang
diperoleh merupakan nilai kapasitas infiltrasi konstan.
Tabel 1. Parameter Analisis Sifat-Sifat Tanah
Parameter
Sifat Fisik
Bobot Isi
Berat Jenis Partikel
Porositas tanah
Infiltrasi
Fraksi Kasar dan Tekstur Tanah
Sifat Kimia
pH H2O
C-organik
N-total
P-tersedia
K-dd, Na-dd
Ca-dd, Mg-dd
KTK
KB
Al-dd
Sifat Biologi
Total Mikrob
Respirasi Tanah
Total Fungi
Metode Analisis
Gravimetri
Picnometer
(1 – BI/BJP) x 100%
Double Ring Infiltrometer
Ayakan dan Pipet
pH meter
Walkley and Black
Kjeldah
Ekstraksi Bray I
1 N NH4OAc pH 7.0
1 N NH4OAc pH 7.0
1 N NH4OAc pH 7.0
(Jumlah Basa-Basa/KTK) x 100%
N KCl
Cawan Hitung (plate count method)
Verstrate 1981
Cawan Hitung (plate count method)
4
Pengambilan Contoh dan Analisis Tanah
Contoh tanah diambil masing-masing 3 titik secara transek di lahan
reklamasi bekas tambang batubara umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan
hutan, setiap titik untuk pengambilan contoh tanah terdiri dari 3-5 titik yang telah
dikompositkan. Pengambilan contoh tanah dibagi menjadi 3, yaitu contoh tanah
untuk sifat fisik, kimia, dan biologi. Pengambilan contoh untuk sifat fisik tanah
dilakukan dalam bentuk contoh tanah utuh pada kedalaman 0-20 cm untuk
menentukan bobot isi, berat jenis partikel dan porositas tanah. Pengambilan
contoh tanah terganggu pada kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm untuk
menentukan sifat fisik tanah yaitu tekstur tanah dan sifat kimia tanah meliputi COrganik, N-total, P-tersedia, pH, Al-dd, KTK, basa-basa dapat ditukar, dan KB.
Analisis sifat biologi tanah meliputi total mikrob, respirasi dan total fungi tanah
dilakukan dengan pengambilan contoh tanah terganggu pada kedalaman 0-10 cm
dan disimpan di dalam ice box. Parameter analisis sifat-sifat tanah ditunjukkan
pada Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum PT Bukit Asam (Persero) Tbk
Letak Geografis dan Kondisi Iklim
Secara administrasi (Lampiran 4) PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit
pertambangan Tanjung Enim (UPTE) terletak di Desa Tanjung Enim Kecamatan
Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan. PT Bukit
Asam (Persero) Tbk berada sekitar 220 km barat daya dari Palembang. Secara
geografis terletak pada koordinat 3º40’-3º45’ LS dan 103º40’-103º48’ BT. Pada
sistem koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) memanjang dari selatan
ke utara antara 9582500-9593500 dan dari barat ke timur antara 360000–367000.
Kegiatan penambangan batubara PT. Bukit Asam (Persero) Tbk memiliki batasbatas wilayah, sebelah utara yaitu Kecamatan Muara Enim, sebelah timur
Kecamatan Lawang Kidul, sebelah selatan Kecamatan Tanjung Agung,
Kabupaten Muara Enim dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Merapi
Timur dan Kecamatan Merapi Barat Kabupaten Lahat (Satker Renling 2015).
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson, tipe iklim wilayah Indonesia
rata-rata mempunyai tipe iklim A dengan bulan basah dan bulan kering yang
relatif terjadi selama enam bulan termasuk wilayah PT bukit Asam (Persero) Tbk.
Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 57% – 85% dengan temperatur antara
23ºC – 36ºC. Kegiatan penambangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk menggunakan
metode penambangan terbuka sehingga seluruh aktivitas penambangan
berhubungan secara langsung dengan kondisi iklim dan berdampak pada sistem
operasional penambangan. Berdasarkan data curah hujan di PT Bukit Asam
(Persero) Tbk Tahun 2015 sampai bulan Maret 2016 (Lampiran 5), curah hujan
tertinggi di lokasi IUP Banko Barat pada tahun 2015 terjadi pada bulan Februari
sebesar 368,40 mm, dan terendah pada bulan Oktober sebesar 16,90 mm. Pada
tahun 2016 curah hujan tertinggi di lokasi IUP Banko Barat terjadi pada bulan
5
Maret sebesar 692,60 mm dan terendah pada bulan Februari sebesar 321,20 mm
(Satker Renop 2016).
Geomorfologi, Geologi dan Jenis Tanah
Kondisi topografi di daerah penambangan merupakan daerah bergelombang
dengan ketinggian ± 60–110 meter di atas permukaan air laut. Bukit-bukit yang
termasuk dalam wilayah penambangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk antara lain
Bukit Serelo, Bukit Munggu, Bukit Tapuan dan Bukit Murman yang pada
umumnya berkomposisi batuan andesit. Sungai yang mengalir di daerah ini adalah
Sungai Enim di sebelah timur dan Sungai Lawai di sebelah barat. Keadaan
bentang alam dan bentuk fisiografi wilayah penambangan PT Bukit Asam
(Persero) Tbk di Tanjung Enim termasuk ke dalam fisiografi cekungan Sumatera
Selatan. Cekungan Sumatera Selatan berada pada bagian tepi barat yang
merupakan bagian dari hamparan cekungan Sumatera Timur dan terpisahkan dari
cekungan Sumatera Tengah oleh tinggian asahan di sebelah barat laut. Bagian
cekungan ini membentang ke arah selatan yang kemudian dibatasi oleh
pegunungan Bukit Barisan di sebelah timur laut dan tersusun oleh dominansi
batuan sedimen yaitu batu lanau (silt stone), batu klei dan batu pasir yang
merupakan formasi pembawa batubara. Lapisan batubara di penambangan
batubara Tanjung Enim dan sekitarnya tersusun dari sumbu sinklin dan antiklin
yang tersebar ke arah barat dengan kemiringan lapisan lahan yang cukup terjal.
Terdapat tiga lapisan batubara utama yaitu, lapisan suban, lapisan mangus dan
lapisan petai. Setiap lapisan memiliki susunan sisipan berupa batuan sedimen
yaitu batu lempung lanauan hingga pasiran (Satker Eksplorasi Rinci 2013).
Lokasi penambangan batubara PT Bukit Asam (Persero) Tbk terletak di
wilayah Indonesia bagian barat yang beriklim tropika basah menjadikan keadaan
tapak lahan mudah mengalami perubahan terutama batuan dan organisme.
Perubahan tersebut menghasilkan material berupa tanah. Jenis tanah berdasarkan
soil taxonomy (Lampiran 6) yang berada pada kawasan pertambangan batubara di
Tanjung Enim ini merupakan tanah-tanah yang berkembang lanjut dan
membentuk jenis tanah podsolik merah-kuning dan tanah aluvial atau dalam
sistem soil taxsonomy USDA berordo Ultisol dan Inceptisol (Bappeda Kab.
Muara Enim 2011).
Kegiatan Reklamasi
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan rnemperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya (Permen ESDM RI No.
07 Tahun 2014). Tujuan jangka pendek reklamasi adalah membentuk bentang
alam (landscape) yang stabil terhadap erosi. Selain itu, reklamasi juga bertujuan
untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk
digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai
menyesuaikan dengan rencana reklamasi dan pascatambang. Penentuan rencana
rekalamasi dan pascatambang sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain
potensi ekologis lokasi tambang, keinginan masyarakat dan pemerintah. Beberapa
faktor yang merupakan pembatas utama dalam mereklamasi antara lain rendahnya
pH (sangat masam), tingginya kadar garam, rendahnya tingkat kesuburan,
6
tingginya tingkat kepadatan tanah, lambatnya permeabilitas dan buruknya aerasi
tanah (Retno et al. 1995).
Berdasarkan penelitian Febrianty (2015) pelaksanaan kegiatan reklamasi
telah dilakukan sesuai dengan tata laksana pedoman acuan rencana kerja tahunan
teknis dan lingkungan (RKTTL) PT Bukit Asam (Persero) Tbk unit pertambangan
Tanjung Enim (UPTE) yang disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kemajuan
tambang. Realisasi yang telah dilakukan untuk perencanaan reklamasi sampai
tahun 2015 sebagai berikut:
a. Penataan Lahan dan Penimbunan Kembali Lahan Bekas Tambang.
Realisasi pelaksanaan penatagunaan lahan bekas tambang yang telah
dilakukan dari tahun 2011 sampai dengan 2015 triwulan I yaitu seluas 350,5
ha dengan kejadian erosi < 10%. Salah satu kejadian erosi jurang yang terjadi
di lokasi Mahayung IUP TAL.
b. Penyebaran Tanah Pucuk (Top Soil).
Pelaksanaan penyebaran tanah pucuk telah dilakuakn pada luas lahan yang
telah ditata dan siap penanaman. Kondisi awal pH tanah yang telah diukur
berkisar antara 4 – 6. Jika pH tanah sangat masam, maka pihak pengelola
lingkungan akan melakukan tindakan perbaikan untuk menetralkan tanah
dengan menggunakan amelioran seperti kapur pertanian. Pelaksanaan
penyebaran untuk ketebalan tanah pucuk yaitu minimal 30 cm dan maksimal
50 cm. Lahan yang telah dilakukan penebaran tanah zona pengakaran yaitu
sebanyak 3.247.216,4 bcm.
c. Pengendalian Erosi.
Dalam pelaksanaannya PT Bukit Asam (persero) Tbk unit pertambangan
Tanjung Enim (UPTE) telah membuat bangunan untuk mengurangi terjadinya
erosi dan sedimentasi di lahan reklamasi. Saluran yang dibuat dalam 5 tahun
terakhir sampai dengan tahun 2015 triwulan I yaitu sepanjang 2.1750,4 m.
Adanya saluran dan bangunan pengendalian erosi tersebut maka erosi dan
sedimentasi dapat teratasi sehingga kejadian erosi sedikit dan dapat
diminimalisir.
d. Revegetasi.
Jumlah benih legume cover crops (LCC) yang ditabur telah sesuai dengan
ketentuan perencanaan yang ada dalam dokumen RKTTL yaitu 100 kg/ha
luas lahan yang terdiri dari 50 kg LCC jenis Calopogonium mucunoides dan
50 kg LCC jenis Centrosema pubescens. Jika lahan untuk penanaman curam
atau landai maka lahan yang akan ditabur benih LCC dipasang ECB (Erosion
Control Blanket) yang berfungsi agar benih terjaga dan tidak hanyut jika
terjadi hujan. Pada luas lahan 1 ha telah memenuhi ketentuan dengan
menanam ≥625 batang/ha dengan jarak tanam 4 x 4 m. Untuk realisasi
revegetasi penanaman cover crop dan tanaman keras dalam 5 (lima) tahun
terakhir yaitu seluas 351,8 ha. Pada 5 (lima) tahun terakhir pengkayaan
dengan menambahkan tanaman-tanaman lokal telah dilakukan sebanyak
113328 batang.
e. Penutupan Tajuk.
Hasil pemantauan yang telah dilakukan (Tabel 2) bahwa semakin tahun
revegetasi semakin membaik dibandingkan dengan laporan pemantauan
revegetasi tahun sebelumnya pada tabel di bawah ini.
7
Tabel 2. Pertumbuhan dan Kesehatan Tanaman Revegetasi dari Tahun 2011-2015
Tanaman Hidup/
No
Tahun
Tanaman Sehat
Tumbuh
1.
2011
100%
26,40%
2.
2012
73,53%
53,56%
3.
2013
84,77%
76,19%
4.
2014
83,22%
95,42%
5.
2015
89,00%
97,5%
Sumber : Febrianty (2015)
f.
g.
Pengendalian Air Asam Tambang.
Pelaksanaan pembuatan kolam pengendapan lumpur (KPL) untuk 5 tahun
terakhir yaitu sebanyak 10 unit dari 12 yang direncanakan. Adapun rata-rata
parameter yang telah diukur yaitu pH 6 – <7; TSS <10 ppm; Fe (besi) <3 ppm
dan Mn (mangan) <2 ppm pada outlet sebelum dialirkan ke sungai sesuai
dengan KepMen Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003 dan Peraturan
Gubernur No. 8 tahun 2012 pada triwulan I tahun 2015.
Pemeliharaan Tanaman.
Pemeliharaan tanaman revegetasi dilakukan dengan tahapan siklus T0, T1,
dan T2. T0 yaitu penyulaman, T1 yaitu Pemupukan, dan T2 yaitu pengkayaan.
Luas lahan reklamasi yang telah dilakukan perawatan terhadap revegetasi
untuk 5 (lima) tahun terakhir yaitu seluas 619,3 ha.
Karakteristik Lahan Reklamasi
Hasil analisis karakteristik kimia tanah (Tabel 3) Rusdiana et al. (2013)
yang dilakukan di dua tempat yaitu bekas tambang terbuka PT Bukit Asam
(Persero) Tbk Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim dengan umur reklamasi 3
tahun dan bekas jalan dengan umur reklamasi 4 tahun, yang ditanami dengan
tanaman hutan akasia (Acacia auriculiformis) dan kayu putih (Melaleuca
cajuputi) menunjukkan bahwa tanah reklamasi memiliki pH berkisar 3,60−4,40
yang bersifat asam serta kapasitas tukar kation (KTK) yang rendah sampai sedang.
Kandungan N-total (%) tergolong rendah sampai sedang pada kedalaman 0-10 cm,
sedangkan P-tersedia yang ditemukan pada kedua lokasi nilainya kurang dari 10
ppm sehingga tergolong sangat rendah. Hara kalium dapat ditukar dalam tanah
yang biasanya banyak tersedia, namun di kedua lokasi penelitian jumlah kalium
yang ditemukan 0,25−0,62 me/100 g tergolong sangat rendah sampai rendah.
Kondisi pH tanah yang rendah akan menyebabkan penurunan jumlah unsurunsur seperti fosfor, kalium, kalsium, dan magnesium secara cepat (Lubis 2012).
Tanaman mempunyai kemungkinan besar teracuni oleh logam berat yang pada
akhirnya dapat mati karena keracunan tersebut jika pH tanah terlalu rendah. Pada
areal reklamasi bekas tambang umur reklamasi 3 tahun kadar aluminium dapat
ditukar (Tabel 3) lebih dari 3 me/100g yaitu sebesar 3,48-3,70 me/100g sehingga
tanaman di areal tersebut dapat dipastikan teracuni oleh Al yang akan
menghambat pertumbuhan akar primer dan menghalangi pembentukan akar lateral
dan bulu akar, ujung akar menebal sehingga menghasilkan sistem perakaran
tanaman yang kerdil (Rusdiana et al. 2013).
Hasil analisis tekstur tanah (Tabel 4) yang dilakukan di dua tempat yaitu
bekas tambang terbuka PT Bukit Asam (Persero) Tbk Tanjung Enim, Kabupaten
8
Muara Enim dengan umur reklamasi 3 tahun dan bekas jalan dengan umur
reklamasi 4 tahun, tanaman hutan akasia (Acacia auriculiformis) dan kayu putih
(Melaleuca cajuputi) menunjukkan tekstur pasir pada umur reklamasi 4 tahun
berkisar 62% - 68,3% yang memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan umur
reklamasi 3 tahun berkisar 21,4% - 48,6%. Ketersediaan hara yang rendah pada
bekas jalan umur reklamasi 4 tahun dibandingkan dengan bekas tambang terbuka
umur reklmasi 3 tahun juga dipengaruhi tekstur tanahnya (Tabel 4), hal tersebut
dikarenakan kemampuan pasir untuk mengikat air dan hara sangat rendah serta
mudah tercuci (Rusdiana et al. 2013).
Tabel 3. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah
Sifat Kimia Tanah
pH
KTK (me/100g)
N-total (%)
P-tersedia (ppm)
K-dd (me/100 g)
Mg-dd (me/100 g)
K-dd (me/100 g)
N-dd (me/100 g)
C-Organik (%)
Al-dd (me/100 g)
Kedalaman
(cm)
0-10
10-20
0-10
10-20
0-10
10-20
0-10
10-20
0-10
10-20
0-10
10-20
0-10
10-20
0-10
10-20
0-10
10-20
0-10
10-20
Umur Reklamasi
3 Tahun
4 Tahun
4,40
3,90
4,40
3,60
9,52
21,52
6,80
14,27
0,08
0,24
0,04
0,13
2,30
4,30
2,00
2,40
1,16
4,94
1,06
3,67
2,42
10,36
1,34
4,94
0,25
0,62
0,36
0,47
0,60
0,71
0,55
1,30
0,80
3,25
0,32
1,44
3,48
0,72
3,70
0,80
Sumber : Rusdiana et al. 2013
Tabel 4. Tekstur Tanah Reklamasi
Umur
Kedalaman
Reklamasi
(cm)
Pasir (%)
3 Tahun
0-10
21,4
10-20
48,6
4 Tahun
0-10
62,0
10-20
68,3
Sumber : Rusdiana et al. (2013)
Tekstur Tanah
Debu (%)
24,9
36,5
30,6
24,2
Klei (%)
53,7
14,9
7,4
7,6
Berdasarkan hasil penelitian Tala’ohu dan Deddy (2013) pada tanah
timbunan di Outside Dump, di areal penambangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk
Tanjung Enim dengan indikator tanaman Calopogonium muconoides berumur 7
bulan, menunjukkan bahwa sifat fisika tanah masih menjadi kendala dalam
9
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman pada areal timbunan seperti
kepadatan tanah dan permeabilitas yang lambat. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian mulsa rumput lokal 6 ton/ha belum mampu memberikan pengaruh
yang berarti dalam pembentukan struktur tanah yang gembur. Selain itu,
kandungan beberapa unsur logam berat (Tabel 5) masih berada di bawah baku
mutu untuk lahan pertanian, namun khusus untuk Cadmium (Cd) perlu
diwaspadai karena berada pada ambang batas baku mutu (Tala’ohu dan Deddy
2013).
Tabel 5. Kandungan Logam Berat dalam Tanah
Perlakuan
Kontrol
S1d1
S1d2
S2d1
S2d2
Kedalaman
(cm)
0-20
20-40
0-20
20-40
0-20
20-40
0-20
20-40
0-20
20-40
Pb
33,35
38,10
40,49
42,86
38,11
40,49
42,87
38,10
42,87
40,50
Cd
0,40
2,02
0,80
1,21
0,81
2,01
1,20
0,80
1,61
1,60
Logam Berat (ppm)
Cr
Ni
Zn
67,94
25,56
46,72
73,62
22,48
49,54
71,71
26,56
44,85
62,28
26,56
57,35
62,28
18,38
52,35
60,39
22,46
52,67
52,85
18,38
38,61
52,85
16,34
34,69
56,61
16,35
36,25
56,63
22,47
35,95
Cu
5,09
6,25
6,25
5,86
6,24
5,48
4,70
3,91
3,52
3,52
Sumber : Tala’ohu dan Deddy 2013
Sifat Fisik Tanah
Bobot Isi, Berat Jenis Partikel, Porositas dan Kapasitas Infiltrasi Tanah
Bobot isi (BI) merupakan perbandingan antara bobot tanah kering dengan
volume tanah termasuk volume pori-pori tanah. Satuan bobot isi tanah biasanya
dinyatakan dalam gram/cm3. Hasil pengukuran (Tabel 7) menunjukkan nilai bobot
isi tanah terendah dijumpai pada lahan hutan dan tertinggi pada lahan reklamasi
umur revegetasi 0 tahun. Bobot isi tanah pada lahan reklamasi menurun seiring
meningkatnya umur revegetasi dan semakin mendekati bobot isi tanah hutan.
Pertumbuhan vegetasi seperti legume cover crops dan tanaman pioner yang
tumbuh di lahan reklamasi seiring dengan meningkatnya umur akan
meningkatkan bahan organik tanah sehingga pori-pori dan struktur tanah semakin
berkembang karena adanya peningkatan aktivitas akar dan organisme tanah
akibatnya terjadi penurunan bobot isi tanah (Shrestha dan Lal 2011).
Berat jenis partikel (BJP) adalah perbandingan antara berat kering tanah
dengan volume padatan tanah (tidak termasuk pori yang terdapat diantara partikel)
yang dinyatakan dalam g/cm3. Berat jenis partikel tertinggi (Tabel 7) dijumpai
pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan terendah pada lahan hutan.
Berat jenis partikel menurun seiring dengan peningkatan umur revegetasi. Data
hasil pengukuran menunjukkan berat jenis partikel berkisar antar 2,61g/cm3
sampai 2,68 g/cm3. Berat jenis partikel dipengaruhi oleh jumlah dan jenis mineral
penyusun tanah serta bahan organik tanah.
Porositas tanah (soil porosity) adalah total ruang tanah yang ditempati oleh
udara dan/atau air, mencerminkan kondisi pori-pori tanah yang berpengaruh atau
10
yang menentukan pergerakan air dan udara dalam tanah. Hasil pengukuran (Tabel
7) menunjukkan nilai porositas tanah semakin meningkat dengan meningkatnya
umur revegetasi mendekati nilai porositas lahan hutan alami. Bahan organik tanah
dapat berperan sebagai bahan penyemen yang membuat agregat lebih stabil
sehingga dapat membuat jumlah pori dan distribusi ruang pori menjadi stabil.
Agregat yang stabil akan menghasilkan struktur dan kontinuitas pori tanah
menjadi lebih baik. Peningkatan produksi bahan organik seiring dengan
meningkatnya umur revegetasi dapat meningkatkan populasi organisme tanah
sehingga aktivitas organisme tanah semakin meningkat, sehingga pori-pori tanah
terbentuk. Porositas tanah ditentukan oleh jumlah pori total dan distribusi ukuran
pori (Rachman et al 2013).
Tabel 6. Hasil Pengukuran Bobot Isi, Berat Jenis Partikel, Porositas dan
Kapasitas Infiltrasi.
Kelas
Kapasitas
Tahun
BI
BJP
Porositas
Kapasitas
No
Infiltrasi
Revegetasi (g/cm3) (g/cm3)
(%)
Infiltrasi
(cm/jam)
Sangat Lambat
1.
0
1,48
2,68
44,74
<0,1
Sedang
2.
4
1,45
2,65
45,46
2,80
Agak Cepat
3.
7
1,33
2,66
50,00
11,00
Cepat
4.
Hutan
1,06
2,61
59,34
23,73
Infiltrasi merupakan kemampuan tanah menampung air yang masuk
kedalam tanah per satuan waktu yang dinyatakan dalam satuan mm/jam atau
cm/jam (Kohnke 1968). Kapasitas infiltrasi merupakan laju infiltrasi maksimum
atau potensial. Sifat-sifat tanah yang menentukan kapasitas infiltrasi adalah
ukuran pori yang halus, kemantapan pori, kandungan air, dan profil tanah (Arsyad
2009). Berdasarkan hasil pengukuran di lapang (Tabel 7) dengan menggunakan
Double Ring Infiltrometer, klasifikasi kapasitas infiltrasi yang diperoleh dari lahan
reklamasi umur revegetasi 0 tahun memiliki kelas infiltrasi sangat lambat. Lahan
reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki kelas infiltrasi sedang. Lahan
reklamasi umur revegetasi 7 tahun memiliki kelas infiltrasi agak cepat dan lahan
hutan alami memiliki kelas infiltrasi cepat.
Kapasitas infiltrasi terendah dijumpai pada lahan reklamasi umur revegetasi
0 tahun dan tertinggi pada lahan hutan alami. Hal tersebut dikarenakan lahan
reklamasi umur revegetasi 0 tahun merupakan lahan yang baru direklamasi
dengan vegetasi berupa legum cover crop dan bibit tanaman pioner (gamal, matua,
durian, jambu bol, dan rambutan) yang baru ditanam sehingga pemadatan tanah
yang terjadi pada saat penimbunan yang dilakukan dengan menggunakan alat
berat pada awal reklamasi belum bisa diperbaiki oleh vegetasi di atasnya.
Kapasitas infiltrasi pada lahan reklamasi memperlihatkan pola peningkatan seiring
meningkatnya umur revegetasi dan semakin mendekati kapasitas infiltrasi tanah
hutan. Peningkatan tersebut menunjukkan terjadinya perkembangan makro
porositas sehingga secara signifikan dapat menurunkan aliran permukaan,
aktivitas biota tanah seperti aktivitas akar tanaman dan organisme tanah
mempengaruhi pembentukan struktur dan agregat tanah (Guebert dan Gardner
2001). Banyaknya perakaran meningkatkan granulasi dan aktivitas
mikroorganisme yang pada akhirnya meningkatkan porositas tanah dan kestabilan
11
struktur tanah. Sistem perakaran dan serasah yang dihasilkan dapat membantu
menaikkan permeabilitas tanah dan kapasitas infiltrasi (Asdak 2002).
Komposisi Fraksi Tanah
Penggunaan alat-alat berat dalam kegiatan reklamasi memberikan efek
negatif terhadap sifat fisik tanah seperti pemadatan tanah. Pencampuran antara top
soil, sub soil dan bahan induk terjadi pada proses penimbunan kembali (back
filling) dan penyebaran tanah zona perakaran (top soil spreading). Pencampuran
bahan timbunan tersebut menyebabkan timbulnya fraksi kasar ke permukaan.
Berdasarkan hasil analisis fraksi kasar (>2 mm) yang disajikan pada Tabel 8.
Lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun memiliki persentase fraksi kasar anatara
14,11% - 21,42%. Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki selang
persen fraksi kasar lebih rendah dari umur revegetasi 0 tahun sebesar 13,84% 19,99% sedangkan lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun memiliki selang
persen fraksi kasar paling rendah diantara lahan reklamasi lainnya sebesar 11,72%
- 12,45%.
Tabel 7. Komposisi Fraksi Tanah Reklamasi.
Umur
Revegetasi
0 Tahun
4 Tahun
7 Tahun
*Hutan
Kedalaman
0-5 cm
5-10 cm
10-20 cm
0-5 cm
5-10 cm
10-20 cm
0-5 cm
5-10 cm
10-20 cm
Fraksi (%)
≤2 mm >2 mm
85,89
14,11
79,92
20,08
78,58
21,42
86,16
13,84
82,71
17,29
80,01
19,99
87,55
12,45
87,53
12,47
88,28
11,72
Fraksi Halus/Tekstur (%)
Pasir
Debu
Klei
25,65
31,73
42,62
20,34
33,38
46,28
22,39
34,47
43,14
29,61
27,77
42,62
27,61
26,8
45,59
12,85
31,01
56,13
32,03
24,36
43,61
26,2
23,74
50,06
25,95
25,54
48,51
0-5 cm
-
-
9,9
42,46
47,64
5-10 cm
10-20 cm
-
-
8,95
8,3
37,35
38,67
53,7
53,03
Kelas
Teksture
Klei
Klei
Klei
Klei
Klei
Klei
Klei
Klei
Klei
Klei
Berdebu
Klei
Klei
Keterangan : *Lahan hutan tidak memiiki fraksi kasar (>2 mm).
Partikel tanah memiliki persentase ukuran partikel klei (<0,002 mm), debu
(0,002-0,05 mm), dan pasir (0,05-2,0 mm). Tekstur tanah merupakan susunan
relatif dari tiga ukuran partikel tanah yaitu pasir, debu dan klei. Tekstur tanah
memliliki peran penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman maupuan fungsi
tanah yaitu kapasitas retensi air, kapasitas tukar kation, pemantapan agregat,
kemudahan untuk diolah, erodibilitas tanah, drainase tanah, soil subsidence, dan
biodiversitas tanah serta pergerakan air dan udara dalam tanah (Rachman et al
2013). Hasil analisis tekstur tanah pada lahan reklamasi dan lahan hutan disajikan
pada Tabel 8. Hasil analisis tekstur menunjukkan bahwa tanah pada seluruh lahan
reklamasi dan lahan hutan bertekstur klei (clay) pada setiap kedalaman yang
diamati kecuali pada lahan hutan dengan kedalaman 0-5 cm memliki tekstur klei
berdebu (silty clay). Tekstur tanah pada setiap kedalaman didominasi oleh klei
12
dengan kisaran antara 42,62-56.13 %, diikuti pasir dengan kisaran 8,30-29,16 %,
dan debu dengan kisaran antara 23,74-42,46 %. Tekstur tanah pada seluruh lahan
reklamasi dipengaruhi oleh bahan tanah yang digunakan untuk menimbun pada
saat awal proses reklamasi. Tekstur tanah mempengaruhi kemampuan tanah
mengikat air dan hara bagi tanaman.
Sifat Kimia Tanah
C-Organik, N-Total, Rasio C/N, dan P-Tersedia
Lahan reklamasi dan lahan hutan pada setiap kedalaman tanah yang diamati
memiliki kandungan C-organik, N-total, P-tersedia dan C/N rasio beserta
kriterianya menurut Pusat Penelitian Tanah Tahun 1983 disajikan pada Lampiran
7. Hasil analisis kandungan C-organik dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan
reklamasi umur revegetasi 0 tahun tergolong sangat rendah sebesar 0,99%, Lahan
reklamasi umur revegetasi 4 tahun dan 7 tahun tergolong sedang sebesar 2,01%
dan 2,02%, dan pada lahan hutan tergolong tinggi sebesar 3,22%. Kandungan Ntotal pada kedalaman 0-20 cm lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 4
tahun tergolong sangat rendah sebesar 0,08%, sedangkan pada lahan reklamasi
umur revegetasi 7 tahun tergolong rendah dan lahan hutan tergolong sedang
sebesar 0,12% dan 0,24%. Kandungan P-tersedia (P2O5) dengan kedalaman 0-20
cm pada lahan reklamsi umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun tergolong sangat rendah
sebesar 8,22 ppm, 6,62 ppm dan 9,11 ppm, sedangkan lahan hutan tergolong
rendah sebesar 10,62 ppm. Rasio C/N dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan
reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan hutan tergolong sedang sebesar 11,84 dan
13,38. Rasio C/N dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur
revegetasi 4 tahun dan 7 tahun tergolong tinggi sebesar 24,72 dan 17,21.
Peningkatan bahan organik seiring peningkatan umur reklamasi akan
menyebabkan peningkatan N-total dalam tanah. Kandungan C-organik dan Ntotal relatif menurun seiring dengan peningkatan kedalaman yang ditunjukkan
pada Gambar 1, kecuali pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun yang
bervariasi tergantung dari kandungan C-organik dan N-total tanah yang digunakan
untuk menimbun. Tingginya rasio C/N pada lahan reklamasi umur revegetasi 4
dan 7 tahun dikarenakan berada dalam fase depresi nitrat yang terjadi akibat
mikrob pelapuk mendominasi sedangkan mikrob nitrifikasi kurang aktif, hal
tersebut dikarenakan C-organik yang tergolong relatif sedang (S) dibandingkan Ntotal yang relatif sangat rendah (SR) sampai rendah (R). Lahan hutan yang telah
mengalami banyak siklus karbon dan nitrogen memiliki rasio C/N bersifat lebih
mantap, artinya persentase kehilangan nitrogen sama dengan persentase
kehilangan karbon, sehingga untuk tanah daerah basah rasio C/N berkisar antara
8:1 sampai 15:1 (Supardi 1983).
Kandungan P-tersedia berdasarkan kedalaman (Gambar 1) menunjukkan
pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun bervariasi tergantung kandungan
tanah yang digunakan untuk menimbun. Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun
mengalami penurunan kandungan P-tersedia seiring peningkatan kedalaman, hal
tersebut terjadi karena kandungan kalsium dan magnesium dapat ditukar yang
relatif tinggi seiring bertambahnya kedalaman, sedangkan lahan reklamasi umur
revegetasi 7 tahun dan lahan hutan menunjukkan penurunan seiring dengan
13
Kedalaman (cm)
Kedalaman (cm)
peningkatan kedalaman, hal tersebut terjadi karena peningkatan Al-dd dan
kejenuhan Al seiring dengan peningkatan kedalaman.
0,0
C-Organik (%)
1,0
2,0
3,0
4,0
0,00
5,0
0-5
0-5
5-10
5-10
10-20
10-20
0,00
C/N
10,00
N-Total (%)
0,20
0,30
0,40
P-Tersedia (ppm P2O5)
20,00
30,00
0,00
0-5
0-5
5-10
5-10
10-20
10-20
Revegetasi 0 Tahun
0,10
Revegetasi 4 Tahun
5,00
10,00
15,00
Revegetasi 7 Tahun
Hutan
Gambar 1. Kandungan C-Organik, N-Total, Rasio C/N dan P-Tersedia
Tanah masam banyak mengandung Al dan Fe bebas, Al dan Fe hidrus
oksida, dan kaolinit yang banyak dijumpai pada tanah-tanah yang telah
mengalami pelapukan lanjut seperti pada tanah Ultisol dan Oksisol, rendahnya
kandungan P-tersedia dikarenkan fiksasi fosfat yang terjadi antara Al dan Fe
hidrus oksida bereaksi cepat dengan fosfat terlarut membentuk seri hidroksifosfat
sukar larut. Selain itu, reaksi fosfat dan mineral silikat dapat berjalan dengan cepat
melalui kombinasi jerapan non-spesifik dan pertukaran ligan pada ujung mineral.
Fiksasi fosfat juga dapat terjadi pada tanah-tanah yang banyak mengandung
kalsium dan magnesium larut dan dapat ditukar, reaksi tersebut dapat membentuk
senyawa kompleks yang tidak larut seperti fluorapatit (Ca5(PO4)3F),
hidroksiapatit (C5(PO4)3OH), oktakalsium fosfat (Ca4H(PO4)3), dan dikalsium
fosfat dihidrat (CaHPO4.2H2O) (Anwar dan Sudadi 2013).
Reaksi Tanah dan Kejenuhan Aluminium
Reaksi tanah (pH) dan kejenuhan aluminium serta kriterianya menurut Pusat
Penelitian Tanah Tahun 1983 disajikan pada Lampiran 8. Gambar 2 menunjukkan
bahwa reaksi tanah (pH) relatif seragam pada setiap kedalaman dan setiap lahan
reklamasi serta lahan hutan kecuali pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun.
Lahan Reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki pH berkisar antara 4,98-5,41
dikategorikan masam dan terlihat memiliki pH lebih tinggi dibandingkan yang
lainnya, hal tersebut dikarenakan rendahnya Al-dd dan kejenuhan aluminium.
Nilai pH pada lahan reklamasi lebih dipengaruhi variabilitas bahan tanah yang
digunakan untuk menimbun.
Kandungan Al-dd relatif meningkat seiring dengan bertambahnya
kedalaman kecuali pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun, tingginya nilai
Al-dd menyebabkan rendahnya nilai pH akibatnya kelarutan hara mikro menjadi
14
tinggi dan upaya revegetasi sukar dilakukan karena terjadi defisiensi hara makro
dan keracunan hara mikro (Shrestha dan Lal 2011). Lahan reklamasi umur
revegetasi 4 tahun memliki kandungan Al-dd sangat rendah karena memiliki basabasa dapat ditukar dan kejenuhan basa yang sangat tinggi, hal ini diduga
variabilitas dari bahan tanah untuk menimbun pada lahan reklamasi umur
revegetasi 4 tahun ini berbeda dengan yang lainnya. Hasi penelitian Rusdiana et al.
(2013) menyatakan bahwa Al-dd lebih dari 3 me/100g, tanaman dapat dipastikan
teracuni oleh Al yang akan menghambat pertumbuhan. Fakta dilapangan tidak
demikian, tanaman dapat tumbuh dengan baik pada lahan hutan dan lahan
reklamasi umur revegetasi 7 tahun dengan kandungan Al-dd sebesar 5,67
me/100g dan 5,96 me/100g pada kedalaman 0-20 cm (Lampiran 8), Al-dd tidak
bisa dijadikan parameter untuk menilai tanaman teracuni oleh aluminium karena
Al-dd tidak mempertimbangkan KTK efektif sehingga harus menggunakan
parameter kejenuhan aluminium. Kejenuhan aluminium (Kej. Al) pada kedalaman
0-20 cm lahan reklamasi berumur revegetasi 0 dan 7 tahun tergolong sangat tinggi
sebesar 76,60 % dan 73,18 %, pada lahan reklamasi berumur revegetasi 4 tahun
tergolong sangat rendah sebesar 2,41 %, dan lahan hutan tergolong tinggi sebesar
40,20 %.
Al-dd (me/100g)
pH
Kedalaman (cm)
0,0
2,0
4,0
0,0
6,0
5,0
Kej. Al (%)
0,0
10,0
0-5
0-5
0-5
5-10
5-10
5-10
10-20
10-20
10-20
Revegetasi 0 Tahun
Revegetasi 4 Tahun
50,0
Revegetasi 7 Tahun
100,0
Hutan
Gambar 2. Nilai pH, Al-dd dan Kejenuhan Al.
Perbedaan kejenuhan alumunium pada lahan reklamasi terjadi karena
perbedaan bahan tanah yang digunakan untuk menimbun pada masing-masing
lahan reklamasi, sedangkan lahan hutan memiliki kejenuhan alumunium
bervariasi dikarenakan perbedaan kandungan bahan organik. Alumunium
merupakan logam transisi (border line cation) yang dapat membentuk ikatan
koordinasi dengan ligan organik sehingga sukar ditukar oleh kation basa-basa kuat
(Anwar dan Sudadi 2013). Hasil Analisis (Gambar 2) menunjukkan kejenuhan Al
meningkat dengan meningkatnya kedalaman, hal tersebut dikarenakan terjadinya
penurunan kandungan bahan organik. Pola grafik kejenuhan alumunium ini
sejalan dengan pola yang dihasilkan oleh nilai aluminium dapat ditukar.
KTK, Basa-Basa Dapat Ditukar dan KB
Kandungan kalium dapat ditukar (K-dd), natrium dapat ditukar (Na-dd),
kalsium dapat ditukar (Ca-dd), Magnesium dapat ditukar (Mg-dd), kapasitas tukar
kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) seluruh lahan reklamasi dan lahan hutan
pada setiap kedalaman tanah beserta kriterianya menurut Pusat Penelitian Tanah
15
Tahun 1983 disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Kapasitas tukar kation
dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 7
tahun tergolong rendah sebesar 14,29 me/100g dan 14,07 me/100g, sedangkan
pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun tergolong sedang sebesar 20,69
me/100g dan lahan hutan tergolong tinggi sebesar 25,12 me/100g. Persentase KB
dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 7
tahun tergolong sangat rendah sebesar 16,78% dan 16,24%, sedangkan pada lahan
reklamasi umur revegetasi 4 tahun tergolong sangat tinggi sebesar 76,70 dan lahan
hutan tergolong sedang sebesar 35,51 me/100g. Kandungan K-dd dengan
kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 7 tahun
tergolong rendah sebesar 0,18 me/100g dan 0,23 me/100g, sedangkan pada lahan
reklamasi umur revegetasi 4 tahun dan lahan hutan tergolong tinggi sebesar 0,64
me/100g dan 0,77 me/100g. Kandungan Na-dd dengan kedalaman 0-20 cm pada
lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun dan 7 tahun tergolong rendah sebesar
0,24 me/100g, sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun tergolong
sangat tinggi sebesar 1,93 me/100g dan lahan hutan tergolong sedang sebesar 0,53
me/100g.
Kedalaman (cm)
0
KTK (me/100g)
10
20
30
0
40
0-5
0-5
5-10
5-10
10-20
10-20
Revegetasi 0 Tahun
Revegetasi 4 Tahun
20
KB (%)
40
60
Revegetasi 7 Tahun
80
100
Hutan
Gambar 3. Nilai KTK dan Persentase KB
Kandungan Ca-dd dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi umur
revegetasi 0 tahun dan 7 tahun tergolong sangat rendah sebesar 0,63 me/100g dan
0,82 me/100g, sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun tergolong
sedang sebesar 6,80 me/100g dan lahan hutan tergolong rendah sebesar 5,19
me/100g. Kandungan Mg-dd dengan kedalaman 0-20 cm pada lahan reklamasi
umur revegetasi 0 tahun tergolong sedang sebesar 1,40 me/100g dan lahan
reklamasi umur revegetasi 7 tahun tergolong rendah sebesar 0,95 me/100g,
sedangkan pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun dan lahan hutan
tergolong tinggi sebesar 6,53 me/100g dan 2,56 me/100g.
Nilai KTK dan persentase KB di setiap kedalaman yang diamati (Gambar 3)
relatif seragam, selain itu kandungan basa-basa dapat ditukar (Gambar 4) juga
relatif seragam terutama pada reklamasi umur revegetasi 0 tahun, hal tersebut
diduga terjadi pencampuran bahan tanah yang digunakan untuk menimbun pada
awal reklamasi. Lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki nilai KTK dan
persentase KB (Gambar 3) serta kandungan basa-basa ditukar di setiap kedalaman
yang diamati (Gambar 4) relatif meningkat seiring dengan bertambahnya
kedalaman dan memliki nilai paling tinggi dibandingkan lahan reklamasi lainnya
maupun lahan hutan, hal tersebut dikarenakan bahan tanah atau bahan induk untuk
16
Kedalaman (cm)
menimbun pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun ini berbeda dengan yang
lainnya. Dominasi mineral-mineral yang kaya akan Ca dan Mg penyusun bahan
tanah pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun relatif tinggi. Selain itu, nilai
pH pada lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun lebih tinggi dibandingkan lahan
reklamasi lainnya maupun lahan hutan. Lahan reklamasi umur revegetasi 7 tahun
dan lahan hutan memiliki nilai KTK dan persentase KB (Gambar 3) serta
kandungan basa-basa dapat ditukar (Gambar 4) cenderung menurun seiring
bertambahnya kedalaman, hal itu dipengaruhi oleh kandungan bahan organik dan
pH yang semakin menurun seiring bertambahnya kedalaman.
K-dd (me/100g)
0,5
0,0
0,0
1,0
0-5
0-5
5-10
5-10
10-20
10-20
Kedalaman (cm)
Ca-dd (me/100g)
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
0,0
10,0
0-5
0-5
5-10
5-10
10-20
10-20
Revegetasi 0 Tahun
Revegetasi 4 Tahun
2,0
Na-dd (me/100g)
1,0
2,0
3,0
Mg-dd (me/100g)
4,0
6,0
8,0
10,0
Revegetasi 7 Tahun
Hutan
Gambar 4. Kandungan Basa-Basa Dapat Ditukar.
Sifat Biologi Tanah
Total Mikrob, Respirasi dan Total Fungi Tanah
Dekomposisi bahan organik yang bersumber dari tanaman dan hewan
dilakukan oleh adanya aktivitas mikrob tanah termasuk fungi tanah, sedangkan
respirasi tanah dihasilkan dari proses degradasi berbagai bahan organik.
Mikroorganisme tanah merupakan kunci yang sangat penting dalam
keseimbangan ekosistem seperti aktivitas dekomposisi dan mineralisasi
(Helingerova, Frouz, dan Santruckova 2010). Hasil analisis total mikrob, respirasi
dan total fungi tanah disajikan pada Lampiran 11. Total mikrob pada lahan
reklamasi umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan dengan kedalaman
0-10 cm berkisar antara 5,35-18,57 x 106 SPK/g BKM. Total fungi pada lahan
reklamasi umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan dengan kedalaman
0-10 cm berkisar antara 5,31-10,55 x 104 SPK/g BKM. Respirasi tanah pada lahan
reklamasi umur revegetasi 0, 4, dan 7 tahun serta lahan hutan dengan kedalaman
0-10 cm berkisar antara 2,88-11,35 mg CO2-C/kg tanah/hari.
17
106 SPK/g BKM
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
0
4
7 Hutan
Umur Revegetasii (Tahun)
mg CO2-C/kg tanah/hari
Total mikrob (Gambar 5) menunjukkan jumlah tertinggi pada lahan hutan
sebesar 18,57 x 106 SPK/g BKM dan terendah pada lahan reklamasi umur
revegetasi 0 tahun sebesar 5,35 x 106 SPK/g BKM. Sedangkan pada lahan
reklamasi umur revegetasi 4 dan 7 tahun relatif sama sebesar 7,50 x 106 SPK/g
BKM dan 7,83 x 106 SPK/g BKM. Peningkatan umur revegetasi dapat
meningkatkan total mikrob hal tersebut dikarenakan perbedaan kandungan bahan
organik dalam tanah.
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0
0
4
7 Hutan
Umur Revegetasi (Tahun)
Gambar 5. Total Mikrob dan Respirasi Tanah
104 SPK/g BKM
Hasil analisis (Gambar 5) menunjukkan terjadi peningkatan respirasi tanah
seiring dengan peningkatan umur revegetasi, namun peningkatan tersebut masih
lebih rendah dibandingkan dengan respirasi tanah hutan. Respirasi tanah pada
hutan memiliki nilai tertinggi sebesar 11,35 mg CO2-C/kg tanah/hari dan terendah
pada lahan reklamasi umur revegetasi 0 tahun sebesar 2,88 mg CO2-C/kg
tanah/hari. Respirasi tanah menunjukkan tingkat aktivitas mikrob tanah dan
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, transformasi N atau P, pH dan ratarata jumlah mikrob.
12,0
10,0
8,0
6,0
4,0
2,0
0,0
0
4
7
Hutan
Umur Revegetasi (Tahun)
Gambar 6. Total Fungi pada Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan.
Total fungi (Gambar 6) menunjukkan jumlah tertinggi pada lahan hutan
sebesar 10,55 x 104 SPK/g BKM dan terendah pada lahan reklamasi umur
revegetasi 0 tahun sebesar 5,31 x 104 SPK/g BKM. Sedangkan pada lahan
reklamasi umur revegetasi 4 dan 7 tahun sebesar 9,18 x 104 SPK/g BKM dan 7,89
x 104 SPK/g BKM. Perbedaan populasi fungi pada berbagai lahan reklamasi dan
lahan hutan dapat disebabkan oleh perbedaan pH dan kandungan bahan organik,
18
lahan reklamasi umur revegetasi 4 tahun memiliki pH lebih tinggi dari pada lahan
reklamasi umur revegetasi 7 tahun. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan fungi yaitu pH tanah, pupuk anorganik, kandungan bahan
organik dan kelembaban tanah (Ma’shum et al 2003).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik tanah pada berbagai umur revegetasi lahan reklamasi bekas
tambang batubara menunjukkan perbaikan sifat-sifat tanah. Peningkatan umur
revegetasi menyebabkan semakin tingginya suplai bahan organik sebagai salah
satu penyusun tanah. Peningkatan umur revegetasi menyebabkan terjadinya
perbaikan bobot isi, kapasitas infiltrasi, porositas tanah, total mikrob dan respirasi
tanah pada kedalaman 0-10 cm. Pengaruh dari kegiatan reklamasi dan revegetasi
terhadap sifat kimia tanah terlihat jelas pada kedalaman 0-5 cm dengan parameter
C-organik, N-total dan P-tersedia. Perbaikan sifat kimia tanah seperti basa-basa
dapat ditukar, KTK, KB dan Kejenuhan Al dengan kedalaman 0-5 cm tanah pada
berbagai umur reklamasi juga relatif meningkat seiring lamanya umur revegetasi,
kecuali pada lahan rekalamasi umur revegetasi 4 tahun yang memliki kandungan
basa-basa dapat ditukar sangat tinggi, hal tersebut diduga karena variabilitas
bahan tanah yang digunakan untuk menimbun pada awal reklamasi. Walaupun
demikian peningkatan kualitas sifat-sifat tanah tersebut masih lebih rendah
dibandingkan dengan kualitas tanah hutan karena lahan hutan yang diamati
merupakan lahan alami yang tidak terganggu ekologi tanahnya.
Saran
Pengukuran parameter kualitas tanah perlu dilakukan secara berkala untuk
memantau perkembangan keberhasilan reklamasi dari segi kualitas tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Anas I. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor (ID): Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB.
Anwar S dan Sudadi U. 2013. Kimia Tanah. Bogor (ID): Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Press.
[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2011. Peta Jenis Tanah
Kabupaten Muara Enim. Muara Enim (ID): Pemerintah Daerah Kab.
Muara Enim
Febrianty D. 2015. Evaluasi Tingkat Keberhasilan Kegiatan Reklamasi Tahap
Operasi Produksi di PT Bukit Asam (Persero), Tbk Unit Pertambangan
19
Tanjung Enim Tahun 2015 [skripsi]. Palembang (ID): Universitas
Sriwijaya.
Guebert MD, Gadner TW. 2001. Macropore flow on a reclaimed surface mine:
infiltration dan hillslope hydrology. J Geomorfh. 39 (3): 151 – 169. doi:
10.1016/S0169-555X(00)00107-0.
Helingerova M, Frouz J, Santruckova H. 2010. Microbial activity in reclamimed
ad unreclaimed post-mining site near sokolov (Czech Republic). J Ecoleng.
36 (3): 768 – 776. doi: 10.1016/j.ecoleng.2010.01.007.
Kohnke H. 1968. Soil Conservation. New York (US): McGraw-Hill Book
Company Inc.
Lubis RS. 2012. Pendugaan korelasi antara karakteristik tanah terhadap cadangan
karbon (carbon stock) pada hutan sekunder [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Ma’shum J, Soedarsono, Endang L. 2003. Biologi Tanah. Jakarta (ID): Bagpro
Peningkatan Kualitas SDM, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional.
Permana RB. 2010. Analisis Sifat Fisik, Kimia, dan Biologi Tanah pada Lahan
Reklamasi Bekas Tambang Batubara PT Berau Coal Site Binungan,
Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Rachman LM, Wahjunie ED, Brata KR, Purwakusuma W, Murtilaksono K. 2013.
Fisika Tanah Dasar. Bogor (ID): Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Retno LW, Wiwik H, Widjaja A. 1995. Penjajagan hara pada beberapa lapisan
geologi di PTBA Tanjung Enim. Prosiding Pembahasan Penelitian Tanah
dan Agroklimat, Bidang Kesuburan dan Produktivitas Tanah; 1995 Jan
10-12. Bogor (ID): Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. hlm 75-86.
Rao NSS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Terjemahan
Herawati S. Jakarta (ID): UI Press.
Rusdiana O, Mulyana D, Willujeng CU. 2013. Pendugaan Potensi Simpanan
Karbon Tegakan Campuran Akasia dan Kayu Putih di Area Reklamasi PT.
Bukit Asam (Persero) Tbk. Jurnal Silvikultur Tropika. 04(3):183-189.
[Satker Eksplorasi Rinci] Satuan Kerja Eksflorasi Rinci. 2013. Laporan
Pemantauan Lingkungan. Tanjung Enim (ID): PT Bukit Asam (Persero)
Tbk.
[Satker Renop] Satuan Kerja Perencanaan Operasi. 2016. Data Curah Hujan
Harian. Tanjung Enim (ID): PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
[Satker Renling] Satuan Kerja Perencanaan Lingkungan. 2015. Rencana Kerja
Tahunan dan Teknis Lingkungan (RKTTL) PT Bukit Asam. Tanjung Enim
(ID): PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
Shrestha RK, Lal R. 2011. Change in physical and chemical properties of soil
after surface mining adn reclamation. J Geoderm. 161(3): 168-176. doi:
10.1016/j.geoderma.2010.12.015.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Departemen Ilmu-Ilmu
Tanah. Fakultas Pertanian IPB.
Sutedjo MM, Kartasapoetra AG, Sastroatmodjo RDS. 1996. Mikrobiologi Tanah.
Jakarta (ID): Rineka Cipta.
20
Tala’ohu SH, Erfandi D. 2013. Inovasi Teknologi Penanggulangan Masalah
Salinitas pada Lahan Timbunan Pasca Penambangan Batubara. Di dalam:
Harijati S. editor. Pembangunan dan Lingkungan dalam Perspektif Sains
dan Teknologi [internet]. 2013 Nov 18. Tanggerang Selatan (ID):
Universitas Terbuka. hlm B11-B21. (diunduh 2015 Des 25). Tersedia
pada:http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/index.php?option=com_content&
view=category&id=185&Itemid=545
Widyati E. 2009. Kajian fitoremidiasi sebagai salah satu upaya menurunkan
akumulasi logam akibat air asam tambang pada lahan bekas tambang
batubara. J tekno hutan tanaman. 2(2): 67-75.
21
LAMPIRAN
22
23
.Lampiran 1. Lokasi Penelitian IUP Banko Barat PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
24
Lampiran 2.
Kondisi Lahan Reklamasi: (a) Revegetasi Umur 0 Tahun; (b)
Revegetasi Umur 4 Tahun; (c) Revegetasi Umur 7 Tahun; (d)
Lahan Hutan.
Lampiran 3. Peta Titik Pengambilan Contoh Tanah.
25
Lampiran 4. Ijin Usaha Penambangan (IUP) PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
Sumber : Satker perencanaan lingkungan 2015
26
Lampiran 5. Data Curah Hujan Tahun 2015 sampai Maret 2016 PT. Bukit Asam
(Persero) Tbk.
Tahun
2015
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Tahun
2016
Januari
Februari
Maret
Air Laya
mm
119,90
330,20
335,70
385,70
30,50
47,20
39,00
152,10
17,60
21,60
297,40
259,00
2035,90
Air Laya
mm
536,50
380,80
701,20
MTBU Timur
mm
128,50
452,70
338,80
277,10
33,20
87,40
25,60
80,00
22,10
10,70
336,00
297,50
2089,60
MTBU Timur
Mm
535,80
294,80
679,60
MTBU Barat
mm
123,90
464,10
283,90
310,00
36,30
83,30
20,10
85,90
15,30
11,70
328,40
293,60
2056,50
MTBU Barat
Mm
488,00
289,50
561,30
Sumber : Satker Perencanaan Operasi 2016
Bangko Barat
mm
160,80
368,40
340,80
291,30
23,00
46,20
24,50
89,27
41,00
16,90
312,80
236,30
1951,27
Bangko Barat
Mm
476,50
321,20
692,60
Mahayung
mm
128,80
350,60
420,20
277,70
29,40
53,20
20,80
136,70
17,20
22,20
311,80
321,10
2089,70
Mahayung
mm
487,70
383,60
773,10
Lampiran 6. Peta Tanah Kabupaten Muara Enim.
27
%
1,14
0,90
0,97
2,41
1,88
1,87
2,90
1,80
1,68
4,50
3,01
2,69
Kedalaman
(cm)
0-5
5-10
10-20
0-5
5-10
10-20
0-5
5-10
10-20
0-5
5-10
10-20
C-Organik
0-20
K
P
cm
R 0,28
SR 0,23 0,99
SR 0,48
S 0,60
R 0,47 2,01
R 0,94
S 0,73
R 0,45 2,02
R 0,84
T 1,12
T 0,75 3,22
S 1,34
T
S
S
SR
K
0,10
0,08
0,08
0,12
0,08
0,07
0,18
0,11
0,09
0,35
0,23
0,19
%
R
SR
SR
R
SR
SR
R
R
SR
T
S
R
K
0,02
0,02
0,04
0,03
0,02
0,03
0,05
0,03
0,05
0,09
0,06
0,10
P
N-Total
0,24
0,12
0,08
0,08
0-20
cm
S
R
SR
SR
K
7,03
8,38
8,74
7,74
6,17
6,28
10,12
9,33
8,49
11,64
10,23
10,30
ppm
SR
SR
SR
SR
SR
SR
R
SR
SR
R
R
R
K
1,76
2,09
4,37
1,94
1,54
3,14
2,53
2,33
4,24
2,91
2,56
5,15
P
9,11
6,62
8,22
0-20
cm
10,62
P-Tersedia
R
SR
SR
SR
K
11,70
10,91
12,37
20,20
23,09
27,80
15,72
16,56
18,28
12,82
13,06
13,81
C/N
S
S
S
T
T
ST
T
T
T
S
S
S
K
2,92
2,73
6,19
5,05
5,77
13,90
3,93
4,14
9,14
3,21
3,27
6,91
P
Rasio C/N
Keterangan:
 K = Kelas, kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983)
 Proporsi (P) = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm)
 Kandungan (0-20 cm) = Ʃ (Proporsi kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm)
 SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi
Hutan
7
4
0
Umur
Revegetasi
(Tahun)
Lampiran 7. Hasil Analisis C-Organik, N-Total, P-Tersedia, dan Rasio C/N pada Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan.
13,38
17,21
24,72
11,84
0-20
cm
S
T
T
S
K
28
K
SM
SM
SM
M
M
M
SM
SM
SM
SM
SM
SM
pH
3,71
3,79
3,62
5,02
4,98
5,41
4,09
3,93
3,98
4,01
3,84
3,71
H2O (1:5)
75,94
76,31
77,07
3,80
2,09
1,88
53,39
78,39
80,48
13,09
37,61
55,06
%
ST
ST
ST
SR
SR
SR
T
ST
ST
R
T
T
K
18,98
19,08
38,53
0,95
0,52
0,94
13,35
19,60
40,24
3,27
9,40
27,53
Proporsi
Kejenuhan Al
ST
SR
ST
T
2,41
73,18
40,20
K
76,60
0-20 cm
7,58
7,44
8,55
0,44
0,29
0,37
4,68
6,35
6,41
2,33
4,91
7,72
me/100g
1,90
1,86
4,27
0,11
0,07
0,19
1,17
1,59
3,21
0,58
1,23
3,86
Proporsi
Al-dd
Keterangan:
 K = Kelas, Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983)
 Proporsi = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm)
 Kandungan 0-20 cm = Ʃ (Proporsi kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm)
 SM = Sangat Masam, M = Masam, SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi
Umur
Kedalaman
Reklamasi
(cm)
(Tahun)
0-5
0
5-10
10-20
0-5
4
5-10
10-20
0-5
7
5-10
10-20
0-5
Hutan
5-10
10-20
Lampiran 8. Hasil Analisis pH, Al-dd dan Kejenuhan Al pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan.
5,67
5,96
0,37
8,03
0-20 cm
29
0,70
10-20
0,19
0,97
10-20
0-5
0,73
0,31
0,24
0-5
5-10
5-10
0,54
0,74
0,54
0-5
5-10
10-20
0,18
0,19
0,17
0-5
5-10
10-20
me/100g
Kedalaman
(cm)
T
T
R
T
S
R
S
T
S
R
R
R
K
0,35
0,18
0,10
0,24
0,08
0,06
0,13
0,37
0,13
0,04
0,09
0,04
P
K-dd
0,77
0,23
0,64
0,18
0-20
cm
T
R
T
R
K
0,50
0,49
0,22
0,64
0,27
0,24
1,44
2,52
1,24
0,22
0,26
0,22
me/100g
S
S
R
S
R
R
ST
ST
ST
R
R
R
K
0,25
0,12
0,11
0,16
0,07
0,06
0,36
1,26
0,31
0,05
0,13
0,06
P
Na-dd
0,53
0,24
1,93
0,24
0-20
cm
S
R
ST
R
K
3,26
4,49
0,43
9,76
1,87
0,55
5,66
8,43
4,67
0,55
0,65
0,68
me/100g
R
R
SR
S
SR
SR
R
S
R
SR
SR
SR
K
1,63
1,12
0,21
2,44
0,47
0,14
1,41
4,22
1,17
0,14
0,33
0,17
P
Ca-dd
5,19
0,82
6,80
0,63
0-20
cm
R
SR
S
SR
K
1,85
2,44
0,71
4,10
1,63
0,73
6,02
7,65
4,78
1,36
1,45
1,34
me/100g
S
T
R
T
S
R
T
T
T
S
S
S
K
0,92
0,61
0,36
1,03
0,41
0,18
1,51
3,83
1,20
0,34
0,72
0,33
P
Mg-dd
Keterangan:
 K = Kelas, Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983)
 Proporsi (P) = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm)
 Kandungan (0-20 cm) = Ʃ (Proporsi kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm)
 SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi
Hutan
7
4
0
Umur
Revegetasi
(Tahun)
Lampiran 9. Hasil Analisis Basa-Basa Dapat Ditukar pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan.
2,56
0,95
6,53
1,40
0-20
cm
T
R
T
S
K
30
K
R
R
R
S
S
S
R
R
R
T
S
S
me/100g
14,03
13,92
14,61
17,73
20,26
22,39
15,32
14,09
13,44
30,64
24,23
22,81
3,51
3,48
7,30
4,43
5,06
11,19
3,83
3,52
6,72
7,66
6,06
11,40
Proporsi
KTK
R
S
R
T
20,69
14,07
25,12
K
14,29
0-20 cm
16,67
16,29
17,08
62,57
68,74
87,74
27,13
13,49
12,17
51,70
34,18
28,08
%
SR
SR
SR
T
T
ST
R
SR
SR
T
R
R
K
4,17
4,07
8,54
15,64
17,19
43,87
6,78
3,37
6,08
12,92
8,55
14,04
Proporsi
KB
35,51
16,24
76,70
16,78
0-20 cm
Keterangan:
 K = Kelas, Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983)
 Proporsi (P) = (x/y)*Kandungan Tiap Lapisan yang Diamati, x = ketebalan lapisan dan y = ketebalan tanah total (20 cm)
 Kandungan (0-20 cm) = Ʃ (Proporsi kedalaman 0-5 cm, 5-10 cm, dan 10-20 cm)
 SR = Sangat Rendah, R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi, ST = Sangat Tinggi
Umur
Kedalaman
Reklamasi
(cm)
(Tahun)
0-5
0
5-10
10-20
0-5
4
5-10
10-20
0-5
7
5-10
10-20
0-5
Hutan
5-10
10-20
Lampiran 10. Hasil Analisis KTK dan KB pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan.
S
SR
ST
SR
K
31
Umur Reklamasi
(Tahun)
0
4
7
Hutan
Kedalaman
(cm)
0-10
0-10
0-10
0-10
Mikrob Tanah
106 SPK/g BKM
5,35
7,50
7,83
18,57
pH H2O (1:5)
Sifat Tanah
C (%)
N (%)
C/N
P2O5 HCl (me/100g)
P2O5 Bray 1 (ppm)
P2O5 Olsen (ppm)
K2O HCl 25% (me/100g)
KTK (me/100g)
Sususnan Kation :
K (me/100g)
Na (me/100g)
Ca (me/100g)
Mg (me/100g)
Kejenuhan Basa (%)
Kejenuhan Alumunium (%)
<0,1
<0,1
<0,4
<2
<20
<10
Sangat Masam
<4,5
Sangat Rendah
<1,00
<0,10
<5
<10
<10
<10
<10
<5
Sedang
2,01-3,0
0,21-0,50
11,0-15,0
21,0-40,0
15,0-25,0
26,0-45,0
21,0-40,0
17,0-24,0
Fungi Tanah
104 SPK/g BKM
5,31
9,18
7,89
10,55
0,1-0,2
0,3-0,5
0,1-0,3
0,4-0,7
0,4-1,0
1,1-2,0
2,0-5,0
6,0-10,0
20,0-35,0
36,0-50,0
10,0-20,0
21,0-30,0
Masam
Agak Masam
Netral
4,5 – 5,5
5,6 – 6,5
6,6 – 7,5
Rendah
1,00-2,00
0,10-0,20
5,0-10,0
10,0-20,0
10,0-15,0
10,0-25,0
10,0-20,0
5,00-16,0
Lampiran 12. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Pusat penelitian Tanah 1983)
1.
2.
3.
4.
No
0,6 -1,0
0,8-1,0
2,1-8,0
11,0-20,0
51,0-70,0
31,0-60,0
Agak Alkali
7,6 – 8,5
Tinggi
3,01-5,00
0,51-0,75
16,0-25,0
41,0-60,0
16,0-35,0
45,0-60,0
41,0-60,0
25,0-40,0
> 1,0
> 1,0
> 8,0
> 20
> 70,0
> 60,0
Alkali
>8,5
Sangat Tinggi
> 5,00
> 0,75
> 25
> 60
> 35
> 60
> 60
> 40
Respirasi Tanah
mg CO2-C/kg tanah/hari
2,88
4,78
5,87
11,35
Lampiran 11. Hasil Analisis Total Mikrob, Total Fungi dan Respirasi Tanah pada Berbagai Lahan Reklamasi dan Lahan Hutan.
32
33
RIWAYAT HIDUP
Ajiz Saidul Hamzah dilahirkan di Ciams pada 07 November 1994 sebagai
anak keempat dari pasangan Bapak Ace dan Ibu Nining. Pendidikan dasar
ditempuh di SDN 1 Batumalang Kec. Cimerak Kab. Pangandaran pada tahun
2000-2006, SMPN 1 Cijulang Kec. Cijulang Kab. Pangandaran pada tahun 20062009 dan MAN Muara Enim Kec. Muara Enim Kab. Muara Enim tahun 20092012. Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dengan Mayor Manajemen
Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Semasa SMP penulis aktif diberbagai ekstrakurikuler seperti pramuka,
basket dan bulutangkis. Semasa SMA penulis meraih peringkat pertama (juara
umum) selama menjalani status siswa MAN Muara Enim. Selama masa
perkuliahan penulis aktif dalam kepengurusan seperti anggota Divisi
Pengmbangan Keprofesian Ilmu Tanah HMIT IPB periode 2014-2015, selain itu
penulis aktif dalam seminar, pelatihan dan kepanitiaan seperti Seminar Nasional
Ilmu Tanah dengan topik “Inovasi Pengelolaan Lahan Gambut” tahun 2016,
Pelatihan Pertanian Organik dengan topik “Membangun Etnik Pertanian yang
Harmonis Dengan Pertanian Organik”, Kegiatan IPB Goes To Field tahun 2014 di
Kec. Kintamani Keb. Bangli.
Pada kegiatan akademik penulis pernah menjadi Asisten Praktikum
Agrogeologi (2014) dan Kimia Tanah (2016), penulis juga aktif dalam kegiatan
pekan kreativitas mahasiswa (PKM) seperti PKM-P dan PKM-M. Penulis juga
mengikuti kegiatan KKN-P di Kabupaten Sumedang dan juga mengikuti program
yang diselengarakan oleh Kementrian Pertanian yaitu Pendampingan Upaya
Khusus Swasembada Padi, Jagung Dan Kedelai (UPSUS PAJALE) di Kabupaten
Sumedang.
Download