DASAR-DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN PUTRI AYU UTAMI S.Kep. Ns Latar Belakang • Sejak 400 tahun yang lalu sebelum masehi, manusia telah menduga adanya hubungan antara lingkungan dan penyakit. • Upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk perbaikan kualitas lingkungan fisik, atau dikenal sebagai awal dari upaya kesehatan lingkungan telah dimulai sejak jaman Romawi dan Mesir. • Untuk di Indonesia sendiri sudah dirintis sejak tahun 1882 melalui undang-undang tentang higiene. Pengertian 1. Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula (Notoatmojo S, 2003) 2. Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan yang berakibat atau memengaruhi derajat kesehatan manusia (Walter R. L.) Ruang Lingkup 1. Lingkungan fisik, meliputi tanah, air, dan udara serta hasil interaksi di antara faktor-faktor tersebut. 2. Lingkungan biologi, yang termasuk ke dalam lingkungan ini adalah semua organisme hidup seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, serta mikroorganisme lainnya 3. Lingkungan sosial, lingkungan yang dimaksud adalah semua interaksi antara manusia, yang meliputi faktor budaya, ekonomi, dan psikososial. Masalah kesehatan lingkungan di Indonesia • Sampai saat ini kesehatan lingkungan di Indonesia masih dirasakan belum memenuhi kebutuhan sanitasi dasar. • Kriteria tersebut antara lain adalah: 1. Perbaikan perumahan 2. Jamban 3. Sarana penyediaan air minum 4. Pembuangan sampah dan air limbah. Peran perawat • Care giver 1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga , kelompok atau masyarakat sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah yang kompleks. 2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien. • Advocate 1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan 2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. • Consellor 1. Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. 2. Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. 3. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu. 4. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan • Faktor-faktor yang diperhatikan dalam membangun sebuah rumah: 1. Faktor lingkungan Lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial 2. Tingkat kemampuan dan ekonomi masyarakat Mendirikan rumah adalah bukan sekedar berdiri pada saat itu saja, namun diperhatikan pemeliharan seterusnya. 3. Teknologi yang dimiliki oleh masyarakat 4. Kebijaksanaan (peraturan-peraturan) pemerintah yang mencakup tata guna tanah. Perumahan sehat 1. Memenuhi kebutuhan fisik a. Bahan bangunan b. Ventilasi c. Pencahayaan d. Luas bangunan rumah f. Fasilitas di dalam rumah sehat 2. Kebutuhan Psikologis Memberikan penghuninya kebebasan dan kehangatan dalam berinteraksi 3. Pencegahan perlindungan terhadap gangguan kesehatan a. Mencegah bersarangnya binatang seperti lalat, kecoa, dan tikus. b. Tersedianya air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan dengan kapasitas 601/orang/hari. c. Pengelolaan limbah cair dan padat tidak mencemari lingkungan d. Tersedianya tempat penyimpanan makanan yang menjamin tidak terkontaminasi dengan makanan tersebut. 4. Penggunaan bahan baku rumah yang memenuhi syarat agar tidak menimbulkan kecelakaan dan kebakaran. Pengelolaan air bersih • Syarat fisik: tidak berwarna, berasa dan berbau. • Syarat bakteriologis: bebas dari segala bakteri, terutama yang bersifat patogen • Syarat kimia: air minum yang sehat jg harus mengandung zatzat tertentu. Zat kimia yang terdapat di dalam air: 1. Fluor (F) 2. Khlor (Cl) 3. Arsen (Ar) 4. Temabaga (Cu) 5. Besi (Fe) 6. Zat organik kadar yg diperkenankan 10 mg/L 7. pH keasaaman 8. Co2 Sumber-Sumber Air Minum 1. 2. 3. 4. 5. Air hujan Air sungai dan danau Mata air Air sumur dangkal Air sumur dalam Pengolaan Air Minum 1. Pengolaan secara alamiah dilakukan dalam bentuk penyimpanan sehingga terjadi endapan. 2. Pengolaan air dengan menyaring dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan kerikil, ijuk, dan pasir. 3. Pengolaan air dengan Menambahkan zat kimia Zat kimia untuk proses kongulasi (pengendapan) dan membunuh bibit penyakit yang ada di dalam air. 4. Pengolaan air dengan menggunakan udara 5. Pengolaan air dengan memasak sampai mendidih. Pembagian Air limbah • Domestic wastes water (berasal dari rumah tangga) terdiri dari ekskreta (tinja dan urine), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, umumnya terdiri dari bahan-bahan organik. • Industrial wastes water (berasal dari industri) mengandung zat-zat kimia seperti nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, zat pewarna, dll • Municipal waste water (berasal dari kotapraja) zat yang terkandung di dalamnya sama dengan limbah rumah tangga. Pengelolaan Air Limbah • Dilution (Pengenceran) Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru di buang ke badan-badan air. • Oxidation fonds (kolam oksidasi) Menggunakan sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. • Irigasi Air limbah dialirkan ke dalam parit terbuka yang digali dan air akan merembesmasuk ke dalam tanah. Jenis-Jenis Sampah • Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya: 1. Sampah an-organik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk 2. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk. Pengelolaan Sampah • Pengumpulan dan pengangkutan sampah • Pemusnahan dan pengolahan sampah. Pengolahan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: 1. Ditanam (land fill) 2. Dibakar (inceneration) 3. Dijadikan pupuk (composing). Persyaratan Jamban Sehat 1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut 2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya 3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya 4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang lainnya 5. Tidak menimbulkan bau 6. Mudah digunakan dan dipelihara 7. Sederhana desainnya 8. Murah 9. Dapat diterima oleh pemakainya Tipe-Tipe Jamban 1. 2. 3. 4. 5. Jamban Cemplung, Kakus (Pit Latrine) Jamban cemplung berventilasi Jamban empang Jamban pupuk Septic tank a. Proses Kimiawi akibat penghancuran tinja akan diresuksi dan sebagian besar zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki. Lapisan atas mempertahankan suasana anareob yang membuat bakteri tumbuh subur b. Proses Biologis bakteri yang tumbuh subur membentuk gas dan zat cair lainnya, dan pengurangan tinja. Pengelolaan Tinja • Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungannya, maka perlu dipenuhi pesyaratan tempat pembuangan tinja yaitu: 1. Jamban dibangun tertutup 2. Bangunan jamban mempunyai tempat berpijak dan lantai yang kuat, mudah dibersihkan dan tidak terlalu licin. 3. Lokasi jamban tidak mengganggu pandangan/merusak estetika bangunan dan tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. 4. Perlengkapan/sarana di jamban selalu tersedia, seperti sabun, air, dan tisu pembersih. Sanitasi makanan • Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Cara Pengolahan Makanan • Tempat pengolahan makanan Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini sering disebut dapur. • Tenaga pengolah makanan Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan sampai penyajian. • Cara pengolahan makanan Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau disebut GMP (good manufacturing practice)