Uploaded by User27052

5-FAKTOR YANG DIPERLUKAN DALAM PENNGANAN KOTORAN MANUSIA

advertisement
FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENANGANAN
KOTORAN MANUSIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Cair- A
Tahun Ajaran 2019-2020
Dosen Mata kuliah
Syarifudin, SKM.,M.Kes
Zulfiah Maharani
Disusun Oleh :
Kelompok 3 2D-IVA
Azzahra Diah Ayu Amalia
P21335118013
Muhammad Yuda Syahjaya
P21335118038
Maria Carolina
P21335118035
Nurhafzha Hildawati
P21335118048
Tria Wulandari
P21335118068
Winra Nadeak
P21335118076
Zahra Hanafa
P21335118080
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III/F3 KebayoranBaru Jakarta Selatan 12120 Telp. 021-7397641,
7397643 Fax. 021-7397769 Website :www.Poltekkesjkt2.ac.id
Email :[email protected]
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
PENANGANAN KOTORAN MANUSIA”. Sebagai tugas dan bahan diskusi, yang
diberikan oleh dosen Mata Kuliah Pengelolaan Limbah Cair. kami menyadari bahwa
makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak.
Oleh Karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini
Akhir kata penulis haturkan permohonan maaf atas segalah kekurangan, bila
penyusunan Makalah ini dianggap kurang berkenan, terutama oleh pihak dianggap
dirugikan dan lain-lain. Oleh karena itu keritikan yang bersikap konstruktis senantiasa
kami harapkan, baik dari pembimbing maupun yang membaca Makalah ini agar kami
dapat memperbaiki diri.
Oleh sebab itu akibat segalah kekurangan isi Makalah kami, kami ucapkan banyak
terimakasih jika ada segalah kritik dan saran dari berbagai pihak pembaca. Semoga
Tuhan yang Maha Esa senantiasa membalas kebaikan yang telah diperbuat dan
memaafkan setiap kekeliruan yang telah kami lakukan.
Kami menyadari bahwah Makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh sebab itu
kamiakan
sangat
berterima
kasih sekirahnya
mendapatkan
masukan
untuk
menyempurnakan.
penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ...............................................................................1
B. TUJUAN ...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2
A. FAKTOR SOSIAL .......................................................................................2
B. FAKTOR TEKNIS ......................................................................................3
C. JENIS PEMBUANGAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH
TANGGA............................................................................................. 8
BAB III PENUTUP ...............................................................................................11
A. KESIMPULAN ........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran
pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh
bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon
monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan,
keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya.
Ekskreta manusia (human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine)
merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang
menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh.
Jamban Tidak Sehat Dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis
kotoran manusia, yang lebih dipentingkan jenis kotoran manusia, yang lebih
dipentingkan adalah tinja (faeces) dan air seni (urine) karena kedua bahan
buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat menjadi sumber
penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui factor social yang perlu diperhatikan dalam penanganan
kotoran manusia
2. Untuk mengetahui factor teknis
3. Untuk mengetahui jenis pembuangan dan pengelolaan limbah rumah tangga
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. FAKTOR SOSIAL
•
Kepemilikan
Kepemilikan adalah hak dan memegang Kontrol terhadap apa yang dimilikinya,
jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran manusia (tinja) yang lazim disebut kakus atau WC
sehinggga kotoran atau najis tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak
menjadi penyebab penyakit. Menurut tipe kepemilikan jamban di bagi atas 2
macam yaitu jamban pribadi dan jamban umum. Jamban pribadi adalah jamban
yang dimiliki oleh keluaraga tersendiri yang ada di dalam pekarangan rumah,
sedangkan jamban umum adalah jamban yang dimiliki oleh semua masyarakat
(Handayani,2006).
Berkaitan dengan kepemilikan jamban, untuk pembuangan tinja manusia
sebagian keluarga sudah mempunyai jamban keluarga. Umumnya jamban / kakus
tersebut terletak menyatu dengan penggunaaan kamar mandi dan tempat cuci
penduduk satu rumah. Bahkan bagi penduduk dengan bentuk fisik rumah yang
mapan, bentuk dan kebersahn rumah ter jaga (Sukarni,2005).
•Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu,dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap masalah suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni penglihatan, pendegaran, penciuman, rasa dan peraba.
Pengetahuan masyarakat dalam pembuangan tinja juga memerlukan suatu proses
dalam melakukan perubahan. Perubahan ini dapat muncul disebabkan dengan
kemajuan tehnologi.
Dari pengalamanya dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang dasar oleh
masyarakat tidak bisa meninggalkan kebiasaaan buang air besar pada tempatnya,
padahal mereka lebih tahu tentang bahaya yang akan ditimbulkan akibat buang air
besar disembarangan tempat. Salah satu diantaranya terjadi transisi penyakit
melalui kontak langsung dengan tanah, factor ini juga didukung dengan kurang
pahamnya masyarakat tentang pentingnya hidup sehat. ( Notoadmodjo, 2007 )
2
•Tingkat Ekonomi
Ekonomi adalah tingkat penghasilan penduduk, semakin tinggi penghasilan
semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang
makanan, juga semakin tinggi penghasilan keluarga semakin baik pula status gizi
masyarakat (Notoadmodjo, 2007).
Mata pencaharian kepala kepala keluarga sangat berhubungan dengan factor –
factor kesehatan, hal ini disebabkan oleh mata pencaharian ada habungannya
dengan pendidikan dan tingkat pendapatan. Oleh sebab itu sangat penting
mengetahui penyebaran mata pencaharian penduduk menurut jenis kelamin, daerah
seperti penyebaran penduduk menurut jenis kelamin, daerah seperti penyebaran
penduduk berdasarkan pekerja aktif, pengangguran dan bekerja yang tidak aktif
(Sukarni, 2000)
Keadaan Ekonomi atau penghasilan memegang peranan sangat penting dalam
meningkatkan status kesehatan lingkungan. Jenis pekerjaan orang tua erat
kaitannya dengan tingkat penghasilan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan
dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemamfaatan pelayanan
kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkatkan, dibandinkan dengan
penghasilan rendah akan berdampak pada kurangnya pemampaatan pelayaan
kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya
transpormasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan (Notoamodjo, 2007).
•Pendidikan
Pendidikan adalah perubahan sikap dan tingkah laku serta pembahan ilmu
pengatahuan. Pendidikan akan terjadi melalui proses pendidikan, pengalaman dan
wawasan bagi seseorang untuk perubahan tingkah laku dalam melaksanakan
aktivitas sehari-sehari. Tingkat pendidikan berkaiatan erat dengan pembuangan
tinja yang tidak memiliki jamban keluarga, bagi yang berpendidikan tingkat tinggi
mempunyai wawasan dan pengetahuan terhadap pembuanagan tinja baik, dan dapat
menghindari dari pencemaran lingkungan (Azwar,2007).
Pendidikan masyarakat tentang pembuangan tinja dengan menggunakan jamban
keluarga juga di peroleh melalui pendidikan, pengetahuan serta berbagai informasi
yang digunakan dan diterapkan oleh masayarakat terhadap kegiatan pengelolaan
dan penggunaan jamban keluarga. tampa adanya pendidikan masyarakat untuk
3
mengelola dan menggunakan jamban sesuai dengan syarat pendidikan kesehatan
tentang penggunaan jamban yang baik perlu dimiliki atau dididirikan oleh
seseorang
sehingga
dalam
menjalankan
jehidupan
sehari-hari
maupun
memanfaatkan jamban keluarga dengan baik (Handayani, 2006).
Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan pembuangan tinja yang tidak memiliki
jamban keluarga, bagi berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan pengetahuan
terhadap pembuangan tinja yang baik dan dapat menghindari terjadi pencemaran
lingkungan.
•
Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan atau pencaharian yang dijadikan
pokok penghidupan seseorang yang dilakukan untuk mendapatkan hasil
(Depdikbut, 2010). Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan
pendapatan,status sosial ekonomi, resiko cidera atau masalah kesehatan dalam
suatu kelompok populasi, pekerjaan tertentu serta merupakan predictor status
determinan resiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan
tertentu serta merupakan predictor status kesehatandan kondisi tempat suatu
populasi bekerja (widyastuti,2006).
Faktor yang penting adalah pengeluaran yang tidak terduga untuk pemeliharaan
kesehatan serta penyediaan fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan kesehatan
seperti jamban keluarga, tempat sampah lainnya. Berhubungan dengan tingkat
pendapatan keluarga yang rendah akan dapat membawa dampak terhadap
pembuangan tinja dan penyediaan jamban keluarga sehat, sumber air bersih dan
sebagainya, sehingga akan dapat mempengaruhi terhadap derajad kesehatan
anggota keluarga (Sukarni, 2007).
•Perilaku
Perilaku manusia merupakan salah satu factor yang banyak memegang peranan
dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Bahkan menurut bloom,factor
perilaku memberikan kontribusi terbesar dalam menentukan status kesehatan
individu maupun masyarakat (Nur Nasri Noor, 2008).
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan keshatan, makanan,
dan minuman, serta lingkungan. (Notoadmojo 2007).
4
Aspek kebiasaan pembuangan tinja kesungai membuanag tinja kekebun
kosong,membuanag tinja kekali atau selokan-selokan. Kalau membuag tinja ke
sungai, factor yang mempengaruhinya seperti merasa aman, merasa enak, dan tidak
mempunyai jamban. Kalau membuang tinja ke kali factor yang mempengaruhi
seperti sudah biasa,merasa enak,tidak mempunyai jamban dan lain-lainnya.
B. FAKTOR TEKNIS
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam metode pembuangan tinja
antara lain faktor teknis dan non teknis. (Ricki, 2005)
a.
Faktor teknis meliputi:
1)
Faktor dekomposisi ekskreta manusia
Fenomena terjadinya dekomposisi ekskreta manusia memegang peranan
yang amat penting dalam perencanaan sistem sarana pembuangan tinja.Banyak
sarana pembuangan tinja direncanakan kapasitas serta prinsip kerjanya dengan
mendasarkan pada fenomena ini. Dekomposisi ekskreta yang merupakan proses
dan berlansung secara alamiah ini melaksanakan 3 aktivitas utama :
a)
Pemecahan senyawa-senyawa organik kompleks seperti protein dan urea
kedalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan stabil.
b)
Pengukuran volume dan massa (kadang-kadang sampai mencapai 80%)
bahkan yang mengalami dekomposisi dengan menghasilkan gas-gas seperti
methan, carbon dioxide, ammonia, dan nitrogen yang dibebaskan ke atmosfir dan
dengan menghasilkan bahan-bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu
meresap masuk dalam tanah.
c)
Penghancuran organisme pathogenyang dalam beberapa hal tidak bertahan
hidup dalam proses-proses dekomposisi atau terhadap serangan kehidupan biologik
yang sangat banyak terdapat dalam massa yang mengalami dekomposisi.
Bakteri memainkan peranan utama dalam dekomposisi dan aktivitas bakteri baik
aerobik maupun anaerobik melansungkan proses dekomposisi ini.
2)
Faktor kuantitas tinja manusia
5
Kuantitas kotoran manusia yang dihasilkan dipengaruhi oleh kondisi
setempat, bukan hanya faktor physiologis, tetapi juga faktor-faktor budaya dan
agama. Apabila di suatu daerah tidak tersedia data hasil penelitian setempat maka
keperluan perencanaan dapat digunakan angka total produksi ekskreta 1 kg (berat
bersih) per orang/hari.
3)
Faktor pencemaran tanah dan air tanah
Pada penemaran tanah dan air tanah oleh ekskreta merupakan informasi
penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan sarana pembuangan tinja,
khususnya dalam perencanaan lokasi kaitannya dengan sumber-sumber air minum
yang ada.Jarak perpindahan bakteri dalam tanah dipengaruhi berbagai faktor, salah
satu faktor penting adalah faktor parositas tanah. Perpindahan bakteri air tanah
biasanya mencapai jarak kurang dari 90 cm, dan secara vertikal kebawah kurang
dari 3 m pada lubang yang terbuka terhadap hujan lebat dan tidak lebih dari 60 cm
biasanya pada tanah yang poreus.
4)
Faktor penempatan sarana air tinja
Tidak ada aturan yang pasti untuk menentukan jarak yang aman antara
jamban dan air minum, sebab hal itu dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
kemiringan dan ketinggian air tanah serta permeabilitas tanah.
5)
Faktor perkembangbiakan lalat pada ekskreta
Perlu dihindarkan atau dicegah terjadinya perkembang biakan lalat pada
tinja dalam lubang jamban.Kondisi lubang jamban yang gelap dan tertutup
sebenarnya sudah dapat mencegah perkembang biakan lalat ini, baik karena
kerapatannya maupun karena sifat lalat yang phototropisme positif (tertarik pada
sinar dan menjauhi kegelapan atau permukaan yang gelap).
6)
Faktor tutup lubang jamban
Harus diupayakan adanya tutup lubang jamban yang dapat mendorong
pemakai jamban untuk memfungsikan sebagaiman mestinya.Dalam konstruksi
yang
sederhana
mungkin
hingga
pemakai
menggunakannya.
6
tidak
terlalu
sulit
untuk
7)
Faktor tekhnis engineering
Dalam perencanaan dan pembangunan sarana pembuangan tinja agar diupayakan:
a)
Penerapan pengetahuan tekhnik engineering, misalnya dalam melakukan
pemilihan tipe instalasi sesuai dengan kondisi lapisan tanah yang ada.
b)
Pengguanaan bahan bangunan yang ada setempat untuk dapat melakukan
penghematan biaya secara berarti, misalnya pengguanaan bambu untuk penahan
runtuhnya dinding lubang, untuk tulang penguat slab dan sebagainya.
c)
Pemilihan dan penentuan desain bangunan instalasi yang dapat ditangani oleh
pekerja setempat, juga tenaga terampil yang ada perlu dimanfaatkan semaksimal
mungin.
b.
Faktor non teknis:
1)
Faktor manusia
Dalam soal pembuangan tinja, faktor manusia sama pentingnya dengan
faktor tekhnis. orang tidak akan mau menggunakan jamban dari tipe yang tidak
disukainya atau yang tidak memberikan privacy yang cukup padanya, atau yang
tidak dapat dipelihara kebersihannya. Tahap pertama dalam perencanaan system
pembuangan tinja disuatu daerah adalah perbaikan system yang sudah
ada.Pengembangan system tersebut selanjutnya harus senantiasa mengupayakan
pemberian/penciptaan privacy yang secukupnya bagi calon pemakai.Aplikasi dari
pada prinsip ini adalah perlunya dilakukan pemisahan yang jelas antara ruang
jamban untuk jenis kelamin yang berbeda, perlunya disediakan jumlah ruang
jamban yang cukup sesuai dengan jumlah pemakai.Satu lubang jamban cukup
untuk satu keluarga yang terdiri dari 5 atau 6 orang. Jamban umum yang digunakan
untuk perkemahan, pasar atau tempat-tempat yang sejenisnya harus disediakan
minimal 1 lubang untuk 15 orang dan untuk sekolah 1 lubang jamban untuk 15
orang wanita dan satu lubang + 1 urinoir untuk 25 orang pria.
2)
Faktor biaya
7
Jenis jamban yang dianjurkan bagi masyarakat dan keluarga harus
sederhana,
dapat
diterima,
ekonomis
pembangunan,
pemeliharaan
serta
penggantiannya. Faktor biaya ini bersifat relatif, sebab system paling mahal
pembuatannya dapat menjadi paling murah untuk perhitungan jangka panjang,
mengingat masa penggunaannya yang lebih panjang karena kekuatannya serta
paling mudah dan ekonomis dari segi pemeliharaannya. Dalam perencanaan dan
pemilihan tipe jamban, biaya tidak boleh dijadikan faktor dominant.Perlu dicarikan
jalan tengah berdasarkan pertimbangan yang seksama atas semua unsure yang
terkait, yang dapat menciptakan lingkungan yang saniter serta dapat diterima oleh
keluarga.
C. JENIS PEMBUANGAN DAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH
TANGGA
Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi,
cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah
merupakan buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat.
Dalam air limbah terdapat bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan
berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman
penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air limbah tersebut
harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan
lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.
Dalam dunia arsitektur ada metode yang bisa diterapkan dalam
merencanakan pengolahan limbah rumah tangga yaitu dengan :
• Membuat saluran air kotor
• Membuat bak peresapan
• Membuat tempat pembuangan sampah sementara
Hal-hal tersebut dapat dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai
berikut ;
1) Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah.
2) Tidak mengotori permukaan tanah.
8
3) Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah.
4) Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain.
5) Tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
6) Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah.
7) Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan
pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda
yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk
menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan
khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan
pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda
yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk
menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat
stabil dalam bak pembusukan lumpur, di mana lumpur menjadi semakin pekat dan
stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang.
Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui
oksidasi dengan menggunakan saringan khusus.
Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara
pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari,
suhu yang tinggi di daerah tropis yang dapat dimanfaatkan.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah rumah tangga untuk limbah cair,
padat dan gas.
1.
Pengelolaan air limbah kakus I.
2.
Pengelolaan air limbah kakus II.
3.
Pengelolaan air limbah cucian.
4.
Pembuatan saluran bekas mandi dan cuci.
5.
Pengelolaan sampah.
6.
Pengelolaan limbah industri rumah tangga.
7.
Pengelolaan air limbah rumah tangga I
9
8.
Pengelolaan air limbah rumah tangga II
9.
Pengelolaan air limbah
 Limbah Rumah Tangga Dari Buangan Closet (Wc)
Closet (WC) adalah suatu cara pembuangan air kotoran manusia agar air
kotoran tersebut tidak mengganggu kesehatan dan lingkungan. Dibuat bak
penampung kotoran (septik tank) yang terdiri dari bak pengumpul dan bak
peresapan serta dihubungkan dengan saluran pipa pralon. Air limbah closet (WC)
dialirkan melalui pralon ke bak penampung kotoran berdinding kedap air.
 Limbah Industri Rumah Tangga
Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lainlain perlu dikelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut menimbulkan bau
yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya.
Salah satu cara mengelola limbah rumah tangga adalah dengan membuat 3
bak. Ketiga bak tersebut digunakan sebagai tempat pengendapan limbah secara
bertahap. Dengan demikian air limbah yang keluar dari bak terakhir sudah tidak
membahayakan lagi.
Cara pembuatannya ialah buat bak sebanyak 3 buah dari batu bata dengan
campuran pasir dan semen. Kemiringan saluran harus diperhitungkan. Usahakan
jangan sampai ada benda pada air limbah, sebab apabila ada akan menempel dan
menyumbat saluran. Antara bak satu dengan lainnya dihubungkan pipa pralon,
antara satu dengan yang lain letaknya lebih rendah. Susunan dan sifat air limbah
yang berasal dari limbah industri rumah tangga tergantung pada macam dan
jenisnya, industri.
Air limbah dapat berupa limbah dari pabrik susu, rumah makan, pemotongan
hewan, pabrik tahu, pabrik tempe, dsb. Kotoran air limbah yang masuk ke bak I,
akan mengapung. Pada bagian bawah limbah melalui pipa akan terus mengalir ke
bak II. Lemak akan tertinggal dan akan menempel pad dinding. Untuk mengambil
lemak perlu diserok. Dalam Bak II limbah akan mengalami pengendapan, terus ke
bak III begitu juga. Dari pipa pralon pada bak III air limbah akan keluar dan sudah
tidak membahayakan lagi. Untuk membawa lumpur diperlukan kecepatan
0.1m/detik dan untuk membawa pasir kasar perlu kecepatan 0,2m/detik
 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Bak sampah dapat dipakai untuk membuang kotoran seperti daun, plastik,
kertas. Pembakaran kotoran dari sampah untuk bak yang dibuat dari kayu diambil
dahulu lalu dibakar di tempat. Sampah kompleks perumahan biasanya diambil
dengan gerobak sampah/truk sampah dan dibuang ke tempat lain.
Dapat dibuat bak, bisa dari kayu bekas/batu bata atau bisa juga dari porselin.
Bak dari kayu lebih sederhana tetapi kotoran tidak dapat dibakar, karena bak akan
terbakar. Bak yang dari batubata, kotorannya bisa dibakar. Agar supaya kayu bawah
10
tidak terkena rayap dapat dibuatkan kaki. Begitu pula pada bak batu bata, agar
mudah memindahkan bak.
1. Mendaur Ulang Sampah Rumah Tangga
Mendaur ulang sampah merupakan salah satu cara yang perlu mendapat
prioritas utama dalam pengelolaan sampah rumah tangga, karena gangguan
pencemarannya tinggi. Pengomposan sebaiknya dilakukan di dalam wadah untuk
mencegah pencemaran lingkungan, gangguan binatang dan menjaga estetika.
Bahan wadah tempat sampah:
• Wadah portable dapat menggunakan drum, plastik, kayu, anyaman bambu, dsb.
• Wadah permanen dapat menggunakan pasangan semen dengan ukuran: panjang
dan lebar minimal 75 cm, sedangkan tingginya lebih kurang 100 cm. Bagian atas
dibuatkan tutup yang mudah dibuka/tutup, bagian depan bawah diberi lobang panen
kompos.
2. Tempat Pembuangan Akhir dan Penerapan Sanitary Landfill
Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan sampah yang mengembangkan
lahan cekungan dengan syarat tertentu, antara lain jenis dan porositas tanah. Dasar
cekungan pada sistem ini dilapisi geotekstil. Lapisan yang menyerupai plastik ini
menahan peresapan lindi ke tanah. Diatas lapisan ini, dibuat jaringan pipa yang akan
mengalirkan lindi ke kolam penampungan. Lindi yang telah melalui instalasi
pengolahan baru dapat dibuang ke sungai. Sistem ini juga mensyaratkan sampah
diuruk dengan tanah setebal 15 cm tipa kali timbunan mencapai ketinggian 2 meter.
Gambar 12. Pengolahan sampah dengan system Sanitary Landfill
Sistem Sanitary Landfill tentunya harus memenuhi desain teknis tertentu
sehingga sampah yang dimasukkan ke tanah tidak mencemarkan tanah dan air
tanah. Di sejumlah negara maju, sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir
(TPA), sampah dipilah terlebih dahulu antara sampah organik dan non-organik,
sampah yang mudah terdegradasi dan yang sulit.
11
Sistem ini mampu mengontrol emisi gas metan, karbondioksida atau gas
berbahaya lainnya akibat proses pemadatan sampah. RSL juga bisa mengontrol
populasi lalat di sekitar TPA. Sehingga mencegah penebaran bibit penyakit.
Pengolahan Air Limbah
Air buangan melalui limbah rumah tangga yang dibuang sembarang, dapat
menyebabkan air di sekitar rumah dan tanah menjadi tercemar. Limbah cair rumah
tangga di bagi menjadi 3 yaitu, grey water yaitu limbah cair yang bukan berasal dari
kotoran manusia, black water yaitu limbah yang berasal dari kotoran manusia, dan
clear water yaitu limbah hasil tetesan AC dan kulkas. Setiap limbah memerlukan
cara pengolahan yang berbeda- beda. Karena sifat dari limbah tersebut berbedabeda. Berikut adalah beberapa pengolahan limbah rumah tangga :
A. Grey Water
Grey water adalah cairan limbah rumah tangga yang berasal dari hasil cucimencuci dan hasil memasak. Limbah ini harus diberlakkan berbeda dengan limbah
yang berasal dari kotoran manusia. Sehingga limbah greywater tidak boleh di buang
di septitank. Kandungan sabun yang ada di limbah ini, mampu membunuh
mikroorganisme atau bakteri yang bertugas mengurai limbah manusia.
Oleh karena itu, terkadang limbah grey water ini dibiarkan dialirkan secara
sembarang ke selokan- selokan, yang pada akhirnya bermuara ke sungai. Hal ini
menyebabkan air sungai menjadi tercemar. Salah satu langkah yang dapat diambil
untuk mencegah semakin banyak air kotor jatuh ke sungai adalah dengan menanam
tanaman yang bisa menyarap zat pencemar pada selokan. Tanaman tersebut adalah
bunga ungu, lidi air, futoy ruas, bunga coklat, malati air dan lidi air. Walau kesemua
tanaman ini mampu menyerap zat pencemar di dalam air, zat yang mampu diserap
sangat sedikit, sehingga di anggap kurang efisien. Oleh karena ini mengudakan
system pengolahan limbah yang lebih canggih sangat diperlukan.
System Pengolahan Air Limbah atau SPAL adalah salah satu system pengolahan
limbah sederhana yang dapat dipakai dalam menangani limbah yang non kakus.
Pada SPAL, dibutuhkan dua buah bak, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan.
Pada bak pengumpul, di beri ruang yang berguna sebagai penangkap sampah, pasir
12
dan minyak. Pada ruangan tersebut, disekat dengan menggunakan kasa setebal satu
centimeter. Kasa tersebut bertugas menyaring air limbah yang masuk, sehingga
hanya air limbah saja yang masuk ke dalam tangki resapan. Pad atangki resapan,
terdapat arang dan batu koral yang bertugas menyaring zat pencemar. Cara kerja
dari SPAL adalah:
1. Air yang kotr akan masuk pada bak pengumpul.
2. Minyak, pasir dan sampah akan tertinggal di dalam sampah dan
terperangkap di dasar bak pengumpul dan mengendap.
3. Air yang bebas dari munyak, sampah, dan pasir akan turun ke dalam tangki
resapan.
4. Didalam tangki resapan, air akan tersaring oleh batu koral dan arang.
5. Air yang keluar akan menjadi air yang lebih bersih.
SPAL adalah salah satu pengelolaam limbah yang murah dan mudah dilakukan di
lakukan. Bahkan di Selandia Baru, air yang keluar dari SPAL masih di sterilkan
lagi, sehingga dapat dipakai kembali untuk mencuci dan memasak.
B. Black Water
Black water adalah limbah yang berasal dari kotoran manusia. Limbah ini dibuang
ke dalam septi tank yang didalamnya telah terdapat mikroorganisme. Kegunaan
mikroorganisme ini dipakai untuk mengurangi lumpur tinja yang bertumpuk. Akan
tetapi pembuatan septi tank yang salah dapat menyebabkan mikroorganisme tidak
mau tumbuh di dalamnya. Septi tank yang baik dapat menggunakan teknologi
biority.
Teknologi ini memakai media techcell, yaitu sebuah media yang memiliki
kemampuan untuk mempercepat perkembangan biakan mikroorganisme dan
mempercepat sedimen lumpur. Biority dapat ditanam di dalam tanah, atau berada
dipermukaan tanah. Karena biority memiliki ukuran yang kecil, sehingga tidak
memakan banyak tempat. Keunggulan dari teknologi biority antara lain ramah
lingkungan, proses pemasangan yang cepat, karena ukurannya yang kecil maka
biority ini tidak memakan banyak ruang, material yang dipakai tahan korosi
13
sehingga dapat berumur panjang, air buang dari biority adalah air yang bersih,
sehingga dapat langsung di buang keselokan.
C. Clear Water
Clear water adalah cairan yang keluar dari tetesan AC dan kulkas. Pada dasarnya
air limbah ini adalah air bersih yang dapat dipakai untuk mencuci. Hanya saja,
tempat penampungan tetesan air AC terkadang tidak dijaga kebersihannya,
sehingga mengundang lumut dan bau yang tidak sedap.
Dengan menjaga tempat penampungan AC dan kulkas tetap bersih, maka air tetesan
ini dapat dipakai kembali. selain itu, air dari tetesan AC dapat dipakai sebagai air
raditaor. karena sifat air yang dikeluarkan oleh AC dingin, maka air tersebut mampu
mendinginkan mesin mobil.
Untuk pemakaian air tetesan AC pada radiator, jika radiator baru pertama kali
memakai air tetesan AC, maka radiator harus terlebih dahulu di kuras memakai air
tetesan AC. Saat sudah bersih, baru dapat dipakai sebagai air radiator. Akan tetapi
air tetesan air AC atau air tetesan kulkas, sebaiknya tidak dipakai untuk memasak.
Walau air yang di keluarkan oleh AC dan kulkas adalah air yang bersih, karena
berasal dari pembuangan AC dan kulkas, air ini belum dapat dipastikan
kelayakannya untuk di konsumsi, meskipun telah melewati proses pemasakan. Oleh
karena itu, air ini hanya dapat dipakai untuk mencuci dan mengisi air radiator.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menjaga kesehatan lingkungan sangat penting salah satunya tinja yang ada
disekeliling kita. Untuk mencegahnya, sekurang-kurangnya mengurangi
kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus
dikelola dengan baik, dengan memenuhi syarat-syarat jamban yang sehat.
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui
anus sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran
pencernaan (tractus digestifus).Manfaat pengelolaan tinja manusia yaitu dapat
memotong jalur transmisi pada sumbernya serta dari segi estetika pemandangan,
dan penciuman yang kurang sedap.
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagioleh
tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.Zat-zat yang harusdikeluarkan dari
dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), danCO2 sebagai hasil dari
proses pernapasan.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://desrinawati.blogspot.com/2014/12/
Soeparman dan Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu
Pengantar. Jakarta : EGC.
http://software-comput.blogspot.com/2013/04/makalah-pengelolaan-limbahrumahtangga_8.html
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/pengolahan-limbah-rumah-tangga
16
Download