ASESMEN AUTENTIK DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI : DALAM PEMBELAJARAN IPA KURIKULUM 2013*) Oleh: Dr. Undang Rosidin, M.Pd.**) A. Pendahuluan Dilaksanakannya pengembangan kurikulum 2013 atas dasar prinsip-prinsip utama, antara lain semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap (afektif), keterampilan (psikomotor), dan pengetahuan (kognitif) siswa; semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti; dan harus ada keselarasan antara tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan asesmen (penilaian). Implementasi yang mentaati prinsip-prinsip tersebut akan menjadi sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013. Asesmen adalah suatu proses yang sistematik untuk menentukan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa. Asesmen tidak hanya ditujukan pada penguasaan salah satu aspek saja, melainkan menyeluruh dengan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek: kognitif, yaitu proses mengetahui dan berpikir, afektif atau perasaan dan emosi, serta psikomotor, yaitu keterampilan. Dengan demikian keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran ditandai oleh perubahan-perubahan perilaku yang terjadi pada diri siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang meliputi ketiga aspek tersebut di atas secara komprehensif. Asesmen yang baik adalah asesmen yang dilaksanakan secara komprehensif dan berkesinambungan serta dapat meningkatkan siswa belajar dalam beberapa cara. Tugas atau permasalahan yang diberikan dalam asesmen harus dapat memberikan informasi kepada siswa, jenis pengetahuan dan kemampuan apa yang dapat memberikan nilai tambah bagi siswa. Menurut Howard Gardner, kemampuan siswa tidak tunggal melainkan jamak (multiple), padahal selama ini ------------------------------------------------------------------*) Disampaikan dalam Seminar Pendidikan dalam rangka kegiatan Temu Alumni PS Pendidikan Fisika, Sabtu 31 Agustus 2013 di Aula K FKIP Universitas Lampung **) Dosen FKIP Universitas Lampung dan Pengurus HEPI Pusat/Dewan Penasihat Himpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia (HEPI) Unit Koordinasi Lampung 2 ada kecenderungan sekolah-sekolah hanya melakukan penilaian pada dua kemampuan dasar saja, yaitu kemampuan logical-mathematical dan verbal-linguistic, sedangkan kemampuan lain seperti visual- spatial, bodily-kinesthetic, musical-rhythmical, interpersonal, dan intrapersonal ditinggalkan. Kecenderungan tuntutan asesmen yang hanya berorientasi pada aspek kognitif saja dapat menuntun guru kepada pembelajaran yang juga hanya berorientasi pada aspek kognitif. Padahal Hinduan (1998: 20) menyarankan dengan jelas bahwa pembelajaran IPA harus diberikan berdasarkan pada tingkat pendidikan dengan mengikuti porsi yang digambarkan sebagai berikut. ----------------------------------------------------------------------------------Kognitif SMA/MA -----------------------------------------------------------------------------------, Psikomotorik SMP/M.Ts ---------------------------------------------------------------------------------Afektif SD/MI ------------------------------------------------------------------------------------Gambar 1. Porsi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik pada jenjang pendidikan (Sumber: Hinduan, 1989: 20) Gambar 1 menunjukkan bahwa tahapan pembelajaran IPA, pada jenjang SD/MI meliputi pengamatan lingkungan alam/buatan dengan porsi penekanan aspek afektif, dan psikomotorik yang lebih luas daripada aspek kognitif. Berdasarkan kenyataan tersebut maka penggunaan pola pembelajaran tematik pada tingkat SD/MI terutama kelas rendah, hasilnya akan lebih baik. Pada jenjang SMP/M.Ts meliputi pengetahuan dasar keilmuan dengan penekanan pada aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif yang seimbang. Adapun pada jenjang SMA/MA meliputi pemahaman konsep, dengan penekanan pada kawasan kognitif yang lebih luas. Secara utuh IPA terdiri dari 3 dimensi meliputi IPA sebagai produk (fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum), proses/cara kerja ilmiah (scientific approach), dan sikap (sikap yang mendasari cara berproses). Ketiga dimensi itu sama pentingnya dan sebagai kebulatan yang utuh dalam pembelajaran IPA. Oleh karena itu, hasil belajar IPA sebagai akibat proses pembelajaran, harus dinilai secara autentik dan menyeluruh dengan meliputi dimensi produk, pross dan sikap IPA sebagai suatu kesatuan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka guru perlu mengembangkan model asesmen yang dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran 3 berlangsung dengan mengungkap keterampilan/performans bukan hanya mengingat/ menghapal, berkesinambungan, terintegrasi; serta dapat digunakan sebagai umpan balik. B. Asesmen Otentik Asesmen otentik adalah asesmen yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. Asesmen otentik dilakukan untuk mengecek pengetahuan dan keterampilan siswa secara aktual, keterampilan, dan disposisi yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran. Beragam bentuk yang menunjukan bukti dari kegiatan belajar dihimpun dalam kurun waktu tertentu dan dalam konteks yang beragam. Asesmen otentik merupakan metode asesmen alternatif yang memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugastugas, menyelesaikan masalah atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui secara nyata. Asesmen otentik bertujuan untuk menyediakan informasi yang absah/valid dan akurat mengenai hal yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa. Aktivitas siswa terdiri dari aktivitas nyata yang dapat diamati dan aktivitas tersembunyi yang tidak dapat diamati seperti berpikir, dan tanggapan siswa terhadap pengalaman tertentu. Fokus asesmen otentik bergeser dari peserta didik dituntut “beraktivitas untuk mendapatkan nilai dengan cara menjawab atau memilih jawaban” menjadi “beraktivitas untuk untuk mendapatkan nilai dengan menunjukkan apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan”. Perubahan fokus asesmen tersebut memberikan implikasi terhadap perluasan metode dan teknik asesmen yang tidak hanya bergantung pada paper-pencil test. Asesmen terhadap perilaku (sikap dan keterampilan) yang kompleks dan multidimensional tidak dapat lagi mengandalkan cara asesmen tunggal seperti yang dilaksanakan guru selama ini. Menunjuk pada pembelajaran yang dilaksanakan dengan pendekatan kontekstual maka diperlukan juga teknik asesmen yang kontekstual, yaitu asesmen dalam bentuk perilaku peserta didik dalam menerapkan apa yang dipelajarinya secara nyata. Wiggins (1993) menyatakan bahwa asesmen yang tidak kontekstual kurang validitasnya. Pengembangan asesmen yang kontekstual ini diperlu- 4 kan asesmen yang valid dan otentik terhadap hal yang telah dipahami siswa. Dengan demikian asesmen otentik harus dipahami dan dilakukan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Dalam konteks tersebut, asesmen dilakukan untuk mendukung upaya peningkatan mutu proses pembelajaran C. Teknik-Teknik Asesmen Otentik Berbagai teknik asesmen otentik dapat dilakukan antara lain dengan observasi, simulasi, tugas, praktek, self assessment dan sebagainya (Wick, 1987). Untuk menilai aspek keterampilan dapat juga digunakan asesmen yang berupa penyelesaian tugas ilmiah atau berupa praktikum dengan komponen asesmen terdiri dari lembar tugas, format jawaban, dan rubrik (pedoman pensekoran). 1. Observasi/Pengamatan Dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap tingkah laku siswa. Dalam kegiatan pembelajaran informasi tingkah laku siswa sangat penting dalam melengkapi data asesmen. Walaupun secara alami kita sering melakukannya, namun mengobservasi melalui perencanaan yang matang dapat membantu meningkatkan keterampilan guru dalam melakukan observasi. Dari kegiatan observasi guru dapat memperoleh gambaran mengenai sikap dan disposisi terhadap IPA. Pada saatnya nanti informasi seperti ini diperlukan untuk mendorong siswa bekerja atas kelebihan-kelebihan yang dimilikinya dan mencoba dan juga menyadari akan kelemahannya. Catatan guru mengenai hasil observasi berguna bukan saja sebagai anecdotal records (catatan harian, sering lucu) untuk keperluan asesmen dan perencanaan pembelajaran, namun diperlukan dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan segera ketika guru menyajikan konsep baru. 2. Bertanya dan Wawancara Mengajukan pertanyaan-pertanyaan ketika sedang melakukan observasi dalam kegiatan pembelajaran akan memperlengkap informasi yang diperlukan mengenai siswa. Misalnya ketika seorang siswa menjelaskan bahwa masa dan berat itu sama, guru dapat menggunakan teknik bertanya yang baik sehingga siswa itu dapat menyimpulkan sendiri bahwa masa tidak sama dengan berat. Jika seorang siswa menghadapi suatu kesulitan padahal ia diketahui oleh guru temasuk siswa yang percaya diri dan memiliki kemampuan dalam IPA, maka 5 guru dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa itu menggunakan pertanyaan. Pertanyaan langsung seperti “Apa yang tidak kamu pahami?”, tampaknya tidak akan banyak membantu, namun serentetan pertanyaan yang sifatnya menggiring siswa untuk mengemukakan argumentasi dan permasalahan akan lebih membantu dalam melokalisasi jenis kesulitan yang dialaminya. Wawancara adalah kombinasi dari bertanya dan observasi, biasanya dilakukan dengan seorang siswa di suatu tempat yang tenang. Cara ini merupakan cara yang handal untuk mempelajari bagaimana seorang siswa berpikir atau memberikan perhatian khusus. Faktor kunci dalam melakukan wawancara adalah melaporkan sesuatu yang diketahui guru mengenai siswa, menerima jawaban siswa tanpa menghakiminya, dan mendorong siswa untuk bicara dan berargumentasi. 3. Tugas (Proyek atau Produk) Dalam pembelajaran IPA memberikan tugas dan latihan seringkali dilakukan. Informasi tingkat pemahaman siswa tentang IPA dapat dilihat dari tugas yang diselesaikannya. Contoh tugas yang diberikan kepada siswa adalah tugas tertulis, proyek atau produk yang dibuat siswa yang dikumpulkan dan dinilai. Hal penting yang dapat dilihat dari penyelesaian tugas siswa ini adalah apa dan sejauh mana siswa mempelajari IPA. Oleh karena itu untuk tugas tertentu dapat dirancang gradasi (pentahapan) tugas mulai tugas sederhana sampai tugas yang kompleks. Di bawah ini disajikan contoh pengembangan dan penerapan asesmen otentik bentuk tugas dengan langkah sebagai berikut. a) Penyusunan tugas Mengidentifikasi dimensi produk, keterampilan proses, dan sikap IPA Merancang tugas-tugas dan disusun dalam format lembar tugas siswa (LTS) Menetapkan kriteria keberhasilan b) Penyusunan rubrik (kriteria asesmen) Menetapkan dimensi yang diukur Definisi dan contoh yang merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi Menetapkan skala yang akan digunakan untuk menilai dimensi Menetapkan standar untuk setiap skala (deskripsi gradasi) 6 Secara sederhana langkah-langkah tertulis di atas dapat divisualisasikan dalam diagram alur seperti tercantum dalam Gambar 2. Identifikasi dimensi produk IPA IPA (Fisika) IPA Identifikasi dimensi Identifikasi dimensi keterampilan proses IPA IPA proses Validasi Dimensi yang diukur LTS Rubrik/ LOS Skala Identifikasi dimensi sikap IPA Digunakan untuk model penilaian otentik Deskripsi gradasi Gambar 2. Diagram alur pengembangan asesmen otentik bentuk tugas 4. Asesmen diri (self assessment) Tidak mustahil apabila siswa sendiri dijadikan sebagai penilai terbaik untuk pekerjaan dan perasaannya sendiri. Bila siswa belajar mengases sendiri pekerjaannya ia akan merasa bertanggung jawab atas kegiatan belajar yang dilakukannya. Bisa dimulai misalnya dengan memeriksa apakah pekerjaannya benar atau salah, menganalisis strategi yang dilakukan siswa lain, dan melihat cara yang dilakukannya yang paling sesuai dengan pemikirannya. 5. Penilaian Kinerja (Performance Assessment) Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilaku-kan dengan mengamati kegiatan mahasiswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini tepat dilakukan untuk menilai keterca-paian kompetensi yang menuntut mahasiswa menun-jukkan kinerjanya. Dalam penilaian kinerja perlu dipertimbangkan hal-hal berikut: a. Identifikasi langkah-langkah kinerja yang diharapkan sesuai dengan Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. c. Upayakan kemampuan yang dinilai tidak terlalu banyak agar dapat diamati. d. Kemampuan yang dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang diamati. 7 6. Jurnal dan Portofolio Jurnal dimaksudkan untuk mengungkap kompetensi komunikasi secara lisan maupun tertulis. Kompetensi komunikasi ini penting dalam IPA. Cara sederhana untuk memulai melatih siswa terampil berkomunikasi adalah menyuruh siswa untuk menulis apa yang mereka pahami dan apa yang mereka tidak pahami mengenai IPA, bagaimana perasaan mereka mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan, apa yang telah dipelajari hari ini di kelas, atau apa yang mereka sukai dari IPA, dan apa yang harus dilakukan siswa kemudian.. Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan yang telah dilakukan oleh siswa. Di dalamnya bisa termasuk tugas, proyek, jurnal, hasil tes, laporan, catatan guru, dan sebagainya. Portofolio merupakan sumber informasi yang lengkap bagi guru mengenai prestasi yang telah dicapai siswa. Selain itu portofolio memiliki nilai tambah untuk siswa dalam mengases diri. Oleh karena itu sangat penting siswa menuliskan tanggal dalam setiap isian portofolio. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapan melihat perkembangan yang terjadi terhadap dirinya dalam kurun waktu tertentu. Hal penting lainnya adalah dokumen yang terkumpul dalam portofolio dapat membantu siswa melihat dan menjelaskan kembali tugas yang pernah dikerjakannya dan membuat refleksi dari pekerjaannya itu. Penyekoran untuk portofolio menggunakan catatan kemajuan prestasi siswa yang dilakukan oleh guru. D. Asesmen Berpikir Tingkat Tinggi 1. Tingkatan Berpikir (Bloom-Krathwohl) Mengingat mengerti menerapkan menganalisi/mensintesismengevaluasiMencipta C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 2. Tingkatan Berpikir (Cohen) Memecahkan masalah membuat keputusan kritiskreatif 3. Tingkatan Berpikir (Guilford) Sebab Transformasi Relasi Klasifikasikualifikasi Catatan: semakin ke kanan jenjang kemampuan berpikir semakin tinggi C-6 8 Bagaimanakah Instrumen untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis? 1. Membandingkan - Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan .... - Bandingkan dua cara berikut tentang .... 2. Hubungan sebab-akibat -Apa penyebab utama .... -Apa akibat .... 3. Memberi alasan (justifying) - Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa? - Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang .... 4. Meringkas -Tuliskan pernyataan penting yang termasuk .... -Ringkaslah dengan tepat isi .... 5. Menyimpulkan -Susunlah beberapa kesimpulan yang bersasal dari data .... -Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut ...... 6. Berpendapat (inferring) -Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila .... -Apa reaksi A terhadap .... 7. Mengelompokkan -Kelompokkan hal berikut berdasarkan .... -Apakah hal berikut memiliki .... 8. Menciptakan -Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang .... -Lengkapilah proses ... tentang apa yang akan terjadi bila .... 9. Menerapkan -Selesaikan hal berikut dengan menggunakan konsep .... -Tuliskan formulasi ... dengan menggunakan ketentuan .... .... 9 10. Analisis -Manakah proses yang akan terjadi pada reaksi .... -Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama .... 11. Sintesis -Tuliskan satu rencana untuk pembuktian .... -Tuliskan sebuah laporan .... 12. Evaluasi -Apakah kelebihan dan kelemahan .... -Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah alternatif yang akan anda pilih! Bagaimana instrumen untuk mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah? 1. Mengidentifikasi masalah Contoh indikator soalnya: Disajikan deskripsi suatu situasi/masalah, siswa dapat mengidentifikasi masalah yang nyata atau masalah apa yang harus dipecahkan. 2. Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan yang berisi sebuah masalah, siswa dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan. 3. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai Contoh indikator soalnya: Disajikan beberapa informasi yang relevan dan tidak relevan terhadap masalah, siswa dapat mengidentifikasi semua informasi yang tidak relevan. 4. Memilih masalah sendiri Contoh indikator soalnya: Disajikan beberapa masalah, siswa dapat memberikan alasan satu masalah yang dipilih sendiri, dan menjelaskan cara penyelesaiannya. 5. Mendeskripsikan berbagai strategi Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat memecahkan masalah ke dalam dua cara atau lebih, kemudian menunjukkan solusinya ke dalam gambar, diagram, atau grafik. 10 6. Mengidentifikasi asumsi Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat memberikan solusinya berdasarkan pertimbangan asumsi untuk saat ini dan yang akan datang. 7. Mendeskripsikan masalah Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat menggambarkan sebuah diagram atau gambar yang menunjukkan situasi masalah. 8. Memberi alasan masalah yang sulit Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah masalah yang sukar dipecahkan atau informasi pentingnya dihilangkan, siswa dapat menjelaskan mengapa masalah ini sulit dipecahkan atau melengkapi informasi penting yang dihilangkan. 9 . Memberi alasan solusi Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih kemungkinan solusinya, siswa dapat memilih satu solusi yang paling tepat dan memberikan alasannya. 10. Memberi alasan strategi yang digunakan Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat memilih satu strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah itu dan memberikan alasannya. 11. Memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah cerita, kartun, grafik atau tabel dan sebuah pernyataan masalah, siswa dapat memecahkan masalah dan menjelaskan prosedur yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah. 12. Membuat strategi lain Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan satu strategi untuk menyelesaikan masalanya, siswa dapat menyelesaikan masalah itu dengan menggunakan strategi lain. 11 13. Menggunakan analogi Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan strategi penyelesaiannya, siswa dapat: (1) mendeskripsikan masalah lain (analog dengan masalah ini) yang dapat diselesaikan dengan menggunakan strategi itu, (2) memberikan alasannya. 14. Mengevaluasi kualitas solusi Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan masalah dan beberapa strategi untuk menyelesaikan masalah, siswa dapat: (1) menjelaskan dengan menerapkan strategi itu, (2) mengevaluasinya, (3) menentukan strategi mana yang tepat, (4) memberi alasan mengapa strategi itu paling tepat dibandingkan dengan strategi lainnya. 15. Mengevaluasi strategi sistematikanya Contoh indikator soalnya: Disajikan sebuah pernyataan masalah,beberapa strategi pemecahan masalahnya, dan prosedurnya, siswa dapat mengeva luasi strategi pemecahannya berdasarkan prosedur yang disajikan. Contoh-contoh soal menggunakan bentuk-bentuk stimulus 1. Contoh stimulus berbentuk gambar Kompetensi yang diuji : Menerapkan konsep dinamika gerak lurus dan gerak melingkar. Indikator : Disajikan gambar sepeda, siswa dapat menentukan perbandingan kelajuan linier dua gir sepeda yang mempunyai jari-jari berbeda. Contoh Soal : Sebuah sepeda terlihat seperti pada gambar di bawah! Perbandingan jari-jari gir depan dan jari-jari gir belakang 2 : 1. Jika sepeda dikayuh, maka perbandingan laju linier gir depan dan laju linier gir belakang adalah .... a. 1 : 1 b. 1 : 2 c. 1 : 4 d. 2 : 1 e. 4 : 1 12 2. Contoh stimulus berbentuk gambar percobaan Kompetensi yang diuji : Memahami pengangkutan bahan pada tumbuhan melalui difusi, osmosis, dan transpor aktif. Indikator : Disajikan data atau hasil percobaan, siswa dapat menjelaskan proses osmosis. Contoh Soal: Keterangan : 1. tidak direndam 2. direndam air 3. direndam larutan gula 25% Perhatikan perlakuan terhadap kentang ini. a. Percobaan tersebut mengenai apa? b. Kentang pada cawan 1, 2, dan 3 sebelum percobaan sama berat. Setelah diberi perlakuan seperti gambar selama 60 menit, jelaskan perubahan yang terjadi apakah beratnya naik atau turun! Berikan alasannya! 13 3. Contoh pilihan berbentuk grafik Kompetensi yang diuji: Menerapkan kinematika gerak lurus dan membuat grafik perpindahan (r) terhadap waktu (t). Indikator : Siswa dapat menentukan grafik hubungan antara perpindahan (r) terhadap waktu (t) dari suatu benda yang bergerak lurus berubah beraturan/ beraturan. Contoh Soal : Sebuah partikel bergerak lurus dari keadaan diam dengan percepatan tetap selama t1, kemudian dengan kecepatan tetap selama t2. Grafik perpindahan (r) terhadap waktu (t) adalah .... 4. Contoh-contoh soal lainnya: a. Seorang pecinta alam ingin menikmati matahari terbit dari gunung Rinjani. Pecinta alam memerlukan waktu satu hari untuk naik ke puncak gunung. Setelah menikmati matahari terbit, dia turun ke kaki gunung. Dia memerlukan waktu setengah hari untuk turun. Jalan yang dilalui untuk naik sama dengan jalan untuk turun. Adakah satu tempat yang dilalui pencinta alam pada waktu yang sama. Jelaskan jawab Ibu/Bapak. b. Satu kelompok bajing hidup di sebuah pulau tanpa pemangsa. Kelompok bajing lain hidup di sebuah pulau dengan pemangsa. Kelompok mana yang memilki kemungkinan lebih besar menjadi pelari lebih cepat? Tulis sebuah hipotesis. Jelaskan penalaranmu! c. Seekor terwelu salju memiliki bulu putih pada saat musim dingin dan bulu coklat pada saat musim panas. Mengatakan apa kepadamu tentang habitat terwelu salju itu? 14 d. Tiap hari selama lima hari, Susan berenang satu putran di sebuah kolam renang. Diagram batang di bawah ini menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan Susan untuk menempuh satu putran tersebut tiap hari. Pada hari apa Susan berenang paling cepat? A. Senen B. Rabu C. Kamis Alasan: ............ E. Penutup Asesmen merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pembelajaran. Informasi yang terkumpul melalui kegiatan asesmen sangat diperlukan dalam mengambil keputusan pada saat pembelajaran dan memantau perkembangan siswa. Semua itu dilakukan tidak lain untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghimpun informasi dari kegiatan pembelajaran, mulai dari pengamatan informal sampai ke pengukuran formal seperti tes kemampuan. Menghimpun informasi mengenai kegiatan siswa belajar hanyalah salah satu tujuan. Hal lain yang juga penting adalah untuk memperoleh informasi mengenai disposisi siswa terhadap IPA. Semua informasi ini perlu dicatat agar lebih mudah dianalisis dan selanjutnya untuk ditindaklanjuti. Asesmen dapat dimanfaatkan untuk beragam kepentingan terutama yang berkaitan upaya meningkatkan kualitas kegiatan siswa belajar IPA. Guru dapat menggunakannya untuk hal yang positif seperti mendorong siswa menjadi pembelajar yang mandiri, membuat inovasi dalam pembelajaran, atau untuk bahan laporan kepada orang tua siswa. 15 F. Daftar Pustaka Airasian, P.W. (1991). Classroom assessment. New York: McGraw Hill. Angelo, Thomas A and Cross, K. Patricia (1993). Classroom Assessment Techniques San Francisco Jossey-Bass Publishers. Darling-Hammond, L, Ancess, J & Falk, B. (1995). Authentic assessment in action. New York: Teacher College Press. Doran, et al. (1994). Research on assessment in science. Dalam Gabel, D.L. (1994) Handbook of research on science teaching and learning. New York: McMillan Publishing Company. Engelhard, George Jr. (1996). Evaluating rater accuracy in performance assessment Journal of Educational Measurement. Spring, 33 (1); 5670. Furqon. (1999). Sistem penilaian kelas untuk meningkatkan mutu KBM. Buletin Pengujian dan Penilaian Pendidikan. Maret 1999. Herman, J.L., Aschbacher, P.P, & Winters, L (1992). A Practical guide to alternative assessment. The Regents of the University of California. Hinduan, Achmad. (Maret 1998). Kecenderungan pembelajaran fisika di SLTP dan SMU. Makalah disajikan dalam penataran PGSM di Ditjen Dikti Jakarta. Hopkins, Charles D. dan Antes, Richard L. (1990). Classroom measurement and evaluation. Itasca, Illinois: F.E. Peacock Publisher, Inc. Nur, Muhammad, 2011. “Kiat-kiat sebagai Mahasiswa Pendidikan MIPA Menuju Guru yang Profesional” Makalah yang disampaikan dalam kegiatan Stadium General Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung yang diselenggarakan pada Sabtu, 1 Oktober 2011 di Aula FKIP Universitas Lampung Puckett & Black .(1994). Authentic assessment of the young child: Celebrating development and learning. New York: Mcmillan. Rosidin, Undang 2011. Asesmen Otentik dalam Pembelajaran Sains. Bandar Lampung: CV. Aura Printing Wiggins (1993). A true test: Toward more authentic and equitable assess ment. Journal Phi Delta Kappan, 70(9), 703-713. Wick, J.W. (1987). School-based evaluation. Boston: Kluwer Academic Publishers.