STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN PT. NOKIA INDONESIA

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN PT. NOKIA
INDONESIA DALAM MEMBANGUN BRAND AWARENESS
KONSUMEN PADA SMARTPHONE NOKIA SERI LUMIA
Oleh: Elisa Widyakusuma (070810675)
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia dalam
membangun brand awareness konsumen pada smartphone Nokia Seri Lumia.Permasalahan
penelitian ini berdasarkan fenomena pertumbuhan pengguna smartphone naik dari 8%
menjadi 22% di Indonesia dari awal 2011 hingga awal 2012 menurut data dari Ericsson Lab.
Survey Nielsen Indonesia pada pengguna smartphone di Indonesia tahun 2011 yaitu untuk
smartphone Nokia 41 persen, BlackBerry 21 persen, Samsung 9 persen. Di tahun 2011,
smartphone Nokia merilis seri terbaru yaitu Nokia Seri Lumia di Indonesia. Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, peneliti ingin mendapatkan data yang
deskriptif melalui teknik in depth interview dengan subyek penelitian.PT. Nokia Indonesia
dalam membangun brand awareness konsumen pada smartphone Nokia Seri Lumia yaitu
menggunakan research analysis, audiences analysis, budget allocations, setting objectives,
strategic decision-making, operational decision making, implementations dan campaign
evaluation untuk Integrated Marketing Communication dan melakukan digital marketing
untuk relationship marketing sebagai komunikasi pemasaran smartphone Nokia Seri Lumia.
Kata Kunci: Integrated Marketing Communication, Brand Awareness, Konsumen
PENDAHULUAN
Penelitian ini membahas tentang strategi komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia
dalam membangun brand awareness konsumen pada smartphone Nokia Seri Lumia. Tema
ini memiliki signifikansi, karena fenomena smartphone Nokia merupakan hal yang menarik,
melihat smartphone Nokia sudah ada sejak tahun 1996 yaitu Nokia Communicator sebagai
pelopor smartphone di dunia termasuk di Indonesia (Martti, 2002: 32). Hasil survey dari
Nielsen pada pengguna smartphone di Indonesia pada akhir tahun 2011 menunjukkan
smartphone Nokia memperoleh pengguna tertinggi sebesar 41 persen, disusul BlackBerry 21
persen, kemudian Samsung 9 persen (sumber: kompas.com diakses 26 September 2012).
Tahun 2011 ini, Nokia merilis smartphone seri terbaru yaitu Nokia Seri Lumia di Indonesia
(sumber. vivanews.com diakses 6 Juni 2012). Hal ini menunjukkan PT. Nokia Indonesia
melakukan upaya untuk memasarkan Nokia Seri Lumia. Sehingga, peneliti ingin
1
mendeksripsikan strategi komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia dalam membangun
brand awareness konsumen pada smartphone Nokia Seri Lumia.
Globalisasi yang terjadi sekarang membuat segalanya menjadi mudah dan jarak tidak
menjadi masalah. Adanya globalisasi membuat suatu negara tidak dapat membendung
masuknya suatu hal lain yang terjadi di negara lain ke dalam negara sendiri (Pujiastuti, 2006:
100). Era globalisasi sekarang, menimbulkan tantangan-tantangan baru karena menuntut
suatu perusahaan untuk memperluas pasarnya di tengah persaingan kompetitif. Produk yang
memiliki merek yang kuat, akan lebih mudah memenangkan persaingan (Rangkuti, 2009: 2).
Merek juga mempunyai peran yang penting dengan menjadi pembeda antara produk
yang ditawarkan suatu perusahaan dengan merek-merek saingannya (Terence, 2000: 8).
Sementara itu, kecenderungan perkembangan perang pemasaran di masa mendatang akan
menjadi perang antar merek, yaitu suatu persaingan untuk memperoleh dominasi merek
(Rangkuti, 2004: 10). Sehingga, merek dapat memberikan banyak keuntungan bagi
perusahaan dan menjadikan pembeda di antara para pesaing jika dikelola dan dikembangkan
dengan benar.
Merek yang prestisius merupakan merek yang memiliki brand equity yang kuat
karena memiliki daya tarik yang besar bagi konsumen (Durianto, 2004: 2). Aaker (1991)
mengklasifikasikan elemen-elemen brand equity ke dalam empat kategori yaitu brand
awareness (kesadaran merek), perceived quality (kesan kualitas), brand association (asosiasi
merek), dan brand loyalty (loyalitas merek). Membangun brand awareness adalah suatu
mekanisme untuk memperluas pasar merek. Brand awareness menggambarkan merek di
dalam pikiran konsumen yang dapat menjadi penentu dan kunci dalam brand equity
(Durianto dkk, 2004: 6). Maka dari itu, brand awareness merupakan aset yang lebih berharga
dari sekedar merek karena merupakan inti dari kekuatan merek dalam persaingan pasar.
Merek perlu dikelola, dikembangkan, diperkuat, dan ditingkatkan kualitasnya
sehingga dapat memberikan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan (Rangkuti, 2004: 10).
Komunikasi pemasaran merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi atau membujuk, atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan
perusahaan yang bersangkutan (Tjipjono, 2008: 219). Jadi, membangun brand awareness
dapat dilakukan melalui komunikasi pemasaran.
Komunikasi pemasaran memiliki alat-alat untuk promosi yang disebut dengan
marketing communication tools untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu dan mendorong
seseorang untuk untuk menyukai mereknya yang terdiri dari advertising, sales promotion,
2
public relations, personal selling dan direct marketing (pemasaran langsung). (Hughes &
Fill, 2005: 33). Suatu perusahaan perlu melakukan strategi, yaitu suatu cara untuk mencapai
tujuan (Durianto dkk, 2001: 187).
Strategi dalam suatu perusahaan perlu mengkoordinasikan semua elemen dari
marketing communication tools (Hughes & Fill, 2005: 35). Suatu kampanye yang
dikoordinasikan
harus
mengkomunikasikan
direncanakan
pesan
yang
dan
sama
diseragamkan
(Hughes
&
Fill,
dalam
2005:
rangka
39).
untuk
Dengan
mengkombinasikan lebih dari satu elemen marketing communication tools, maka pesan-pesan
yang disampaikan akan lebih powerful (Hughes & Fill 2005: 36). Maka, perusahaan perlu
melakukan pengintegrasian pesan-pesan kampanyenya sehingga menjadi lebih efisien dan
konsisten melalui Integrated Marketing Communications atau dikenal dengan IMC.
(Sulaksana, 2007: 30).
Four As (the American Association of Advertising Agency), menyatakan bahwa IMC
merupakan konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang mengakui nilai tambah rencana
komprehensif yang mengkaji peran strategis masing-masing bentuk komunikasi (misalnya
iklan, sales promotion, direct marketing, public relation, personal selling) dan
memadukannya untuk meraih kejelasan, konsistensi, dan dampak komunikasi maksimal
melalui pengintegrasian pesan (Sulaksana, 2007: 30). IMC menurut Terence A. Shrimp
(2003: 24), merupakan proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program
komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. IMC
merupakan kunci dari terjalinnya hubungan antara merek dengan pelanggannya (Shimp,
2000: 29). Tujuan IMC mempengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku
khalayak sasaran yang dimilikinya (Shimp, 2000: 29). Sehingga, IMC merupakan
perencanaan komunikasi pemasaran dengan pesan yang terintegrasi dengan tujuan untuk
menciptakan bentuk respon dari perilaku konsumen yang dapat mengarah pada usaha
produsen untuk membangun brand awareness konsumen.
Pelanggan juga merupakan aset yang penting bagi kelangsungan hidup perusahaan,
seperti menurut Botha, Bothma & Geldenhuys dalam bukunya Managing E-Commerce in
Business (2008: 372). Demikian juga menurut Kotler dan Armstrong, bahwa membangun
hubungan dengan konsumen dapat dilakukan melalui relationship marketing (1999: 50).
Perusahaan yang melakukan relationship marketing dengan konsumennya akan
memiliki keunggulan kompetitif seperti pihak internal perusahaan akan lebih baik dalam
memahami konsumen dan konsumen akan secara sukarela berpromosi kepada orang-orang di
sekitarnya, sehingga konsumen sudah tidak rentan dengan serangan dari merek kompetitor.
3
Elemen-elemen utama dalam relationship marketing yaitu reliability (kemampuan untuk
menampilkan servis yang dijanjikan secara akurat),
responsiveness (keinginan untuk
membantu pelanggan dan memberikan servis yang sesuai), assurance (pengetahuan dan
kemampuan karyawan untuk menginspirasi akan kepercayaan dan kenyamanan), empathy
(peduli, individualisme dan perhatian yang diberikan perusahaan kepada pelanggannya), dan
tangibles (fasilitas secara fisik, kelengkapan dan appearance personel). (Hughes & Hill,
2005: 111).
Peran IMC dan relationship marketing menjadi signifikan di saat perusahaan sedang
memperluas pasarnya sekaligus menghadapi persaingan merek yang kompetitif. Hal ini
terjadi pada PT. Nokia Indonesia. Perusahaan seluler yang telah berdiri lama dari 15 tahun
yang lalu dan juga sebagai perusahaan telekomunikasi seluler ternama di Indonesia, saat ini
berhadapan dengan banyak kompetitor di pasar smartphone seperti Blackberry, Apple
iPhone, Samsung Corby, Nexia, TiPhone, HT Mobile, dan lainnya (Majalah Selular, 2005).
Pada saat yang sama, konsumen dihadapkan dengan berbagai macam preferensi brand
smartphone. Sedangkan konsumen bebas memilih merek yang akan dibelinya karena
pengambilan keputusan ada pada konsumen (Schiffman & Kanuk, 2004: 547). Sehingga
preferensi konsumen, dalam hal ini pada smartphone Nokia, menjadi lebih tinggi karena
banyaknya smartphone yang dipasarkan. Maka, penting bagi PT. Nokia Indonesia untuk
membangun brand awareness untuk dalam komunikasi pemasarannya.
Smartphone Nokia yang terbaru di tahun 2012 adalah Nokia Lumia Series.
Smartphone menjadi tren secara global, termasuk di Indonesia. Data dari Ericsson Lab yang
melakukan riset sejak awal 2011 hingga awal 2012 kepada 6.600 responden di seluruh
Indonesia di perkotaan pertumbuhan penggunanya naik dari 8% menjadi 22% (sumber:
swa.co.id diakses 6 Juni 2012). Pergeseran gaya hidup masyarakat dengan menggunakan
smartphone yang jumlah penggunanya semakin meningkat membuat produsen seluler di
Indonesia bersaing untuk dapat menjadi yang terdepan dan memperluas pasarnya.
Konsumen dihadapkan dengan berbagai macam preferensi brand smartphone.
Sedangkan konsumen bebas memilih merek yang akan dibelinya karena pengambilan
keputusan ada pada konsumen (Schiffman & Kanuk, 2004: 547). Sehingga preferensi
konsumen, dalam hal ini pada smartphone Nokia, menjadi lebih tinggi karena banyaknya
smartphone yang dipasarkan. Maka, penting bagi PT. Nokia Indonesia untuk membangun
brand awareness konsumen. PT. Nokia Indonesia merupakan perusahaan seluler di Indonesia
4
yang meluncurkan smartphone pertama kali pada tahun 1996 yaitu 9000 Communicator
(Martti, 2002: 32).
PT. Nokia Indonesia yang saat ini memperluas pasarnya, bersaing dengan smartphone
dari berbagai macam merek kompetitor. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Nielsen
Indonesia yang dilakukan face to face dan online pada responden berusia 15 tahun ke atas di
9 kota besar Indonesia, smartphone Nokia memperoleh pengguna tertinggi sebesar 41 persen,
disusul Blackberry 21 persen disusul dengan Samsung 9 persen, Nexian 7 persen, Sony
Erricson 7 persen, Cross 5 persen, Apple 2 persen, LG 2 persen, Motorola 1 persen, Dopod 1
persen, dan HTC 1 persen. (sumber: kompas.com diakses 26 September 2012).
Fenomena smartphone Nokia Seri Lumia menjadi menarik, melihat bahwa di tahun
2012 ini smartphone Nokia Seri Lumia menghadapi banyak pesaing smartphone dari
perusahaan seluler lainnya saat melakukan perluasan pasarnya. Hal ini menjadikan peneliti
tertarik untuk mendeskripsikan strategi komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia dalam
membangun brand awareness konsumen pada smartphone Nokia Seri Lumia.
PEMBAHASAN
Yang menjadi sasaran penelitian atau subyek penelitian ialah Corporate
Communication Lead & Public Relations PT. Nokia Indonesia yaitu Jodie O’tania dan Head
of Marketing Communications, Brand & Consumer Insight PT. Nokia Indonesia yaitu Triari
Senawirawan.
Corporate Communication Lead & Public Relations PT. Nokia Indonesia dan Head
of Marketing Communications, Brand & Consumer Insight PT. Nokia Indonesia dipilih
sebagai subyek penelitian sebab tim ini yang mengurusi seluruh komunikasi pemasaran PT.
Nokia Indonesia. Selain itu, tim ini juga berhak menentukan dan menjalankan strategi
komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia. Oleh sebab itu, Corporate Communication Lead
& Public Relations PT. Nokia Indonesia dan Head of Marketing Communications, Brand &
Consumer Insight PT. Nokia Indonesia dirasa sesuai untuk dijadikan subyek penelitian
mengenai strategi komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia dalam membangun brand
awareness pada smartphone Nokia Seri Lumia.
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Di
mana peneliti mendeskripsikan strategi komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia dalam
membangun brand awareness konsumen pada smartphone Nokia Seri Lumia. Metode yang
5
digunakan dalam penelitian ini ialah indepth interview dengan melakukan wawancara
mendalam pada beberapa informan yang berkaitan langsung dengan topik penelitian ini.
Sasaran penelitian ini adalah dua orang narasumber yang memiliki jabatan sebagai Corporate
Communication Lead & Public Relations PT. Nokia Indonesia dan Head of Marketing
Communications, Brand & Consumer Insight PT. Nokia Indonesia.
Dua orang narasumber tersebut ialah Jodie O’tania selaku Corporate Communication
Lead & Public Relations PT. Nokia Indonesia dan Triari Senawirawan selaku Head of
Marketing Communications, Brand & Consumer Insight PT. Nokia Indonesia. Yang menjadi
unit analisis dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa narasi-narasi dari hasil in
depth interview. Narasi-narasi tersebut berasal dari transkrip wawancara mendalam dengan
Corporate Communication Lead & Public Relations PT. Nokia Indonesia yaitu Jodie O’tania
dan Head of Marketing Communications, Brand & Consumer Insight PT. Nokia Indonesia
yaitu Triari Senawirawan, yang telah diwawancara sesuai dengan pedoman wawancara.
Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan wawancara mendalam sebagai
data primer. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur, jurnal dan internet. Setelah
semua data yang diperlukan terkumpul, maka peneliti mulai melakukan analisis data. Hasil
wawancara mendalam dengan informan berupa rekaman suara digital diubah menjadi
transkrip wawancara untuk memudahkan analisis data. Analisis dilakukan dengan
memadukan teori yang ada dengan data yang diperoleh yaitu berkaitan dengan strategi
komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia dalam membangun brand awareness pada
smartphone Nokia Seri Lumia.
Yang akan menjadi obyek penelitian kali ini ialah khusus PT. Nokia Indonesia.
Kemudian subyek penelitian yang ingin diwawancara peneliti berada pada departemen
Corporate
Communication
Lead
&
Public
Relations
dan
Head
of
Marketing
Communications, Brand & Consumer Insight yang mengurusi seluruh komunikasi pemasaran
PT. Nokia Indonesia.
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan yang berkaitan dengan penelitian ini,
ditemukan data bahwa PT. Nokia Indonesia telah menerapkan integrated marketing
communication dan relationship marketing pada seluruh strategi komunikasi pemasarannya.
PT. Nokia Indonesia melakukannya melalui integrated marketing communication sebagai
pendekatan baru untuk strategi komunikasi pemasarannya dan relationship marketing untuk
hubungan jangka panjang dengan konsumennya. Integrated marketing communication yang
dilakukan oleh PT. Nokia Indonesia yaitu sebagai berikut:
6
1.Research and Analysis: Situational Analysis
PT. Nokia Indonesia saat ini sedang menghadapi banyak kompetitor brand smartphone
yang lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Sehingga, PT. Nokia Indonesia
mendapatkan peluang pasar melalui Focus Group Discussion dan survey kuartal dengan
mengubah target market untuk usia yaitu 19-25 tahun dan berdasarkan wilayah yaitu kotakota besar atau ibukota di Indonesia.
2. Audiences: Determining Marketing Communications targets
Target audiens brand smartphone Nokia yaitu kota-kota besar atau ibukota di Indonesia
karena karakteristik masyarakat yang open-minded. Hal ini sesuai dengan karakteristik
smartphone sebagai alat komunikasi yang memiliki sistem operasi canggih yang sesuai
dengan aplikasi pada komputer sehingga fungsinya telah berbeda, karena menggabungkan
kapabilitas ponsel dengan fitur-fitur yang ada pada komputer (Zheng & Ni, 2006: 63)
3. Budget: Setting budget allocations, making resources available
PT. Nokia Indonesia menggunakan sistem top to bottom. Top-down budgeting atau
authoritative budgeting merupakan alokasi budget yang dipersiapkan oleh top
management dan kemudian disebarkan ke lower management yaitu manajer-manajer. Cara
ini merupakan pendekatan tradisional dalam alokasi budget (Albrecht, 2008: 877)
4. Objectives: Setting objectives
PT. Nokia Indonesia memiliki obyektif komunikasi pemasaran yaitu menjadi brand
smartphone terbaik di Indonesia yang menjadi pilihan consumer. Jadi, tujuan dari obyektif
komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia yaitu sebagai brand smartphone terbaik di
Indonesia untuk meraih consumer.
5. Strategy: Strategic decision-making
Strategic decision-making PT. Nokia Indonesia yaitu 360 degree campaign melalui Above
The Line (ATL), Below The Line (BTL), dan digital marketing dengan menunjukkan
mengenai keunggulan-keunggulan brand smartphone Nokia.
6. Tactics: Operational decision-making
PT. Nokia Indonesia menggunakan konsep ABC, yaitu Attention, Branding, dan
Communication dalam taktik komunikasi pemasaran terpadunya serta menggunakan
digital marketing. Sehingga, PT. Nokia Indonesia dalam taktik ini menunjang strategi
yang telah ditentukan yaitu melalui Above The Line dengan konsep ABC menggunakan
advertising, Below The Line menggunakan marketing communication tools dan digital
marketing melalui media sosial dan website resmi Nokia Indonesia.
7
7. Implementations: Implementations and action
Implementasi dilakukan melalui marketing communication tools yaitu advertising, public
relations, direct marketing, personal selling dan sales promotion. Strategi komuniaksi
pemasaran baru yang dilakukan PT. Nokia Indonesia ialah melalui digital marketing, yaitu
dengan media sosial dan website resmi PT. Nokia Indonesia.
8. Control: Campaign evaluation
PT. Nokia Indonesia memiliki departemen untuk campaign evaluation yaitu departemen
Field Force. Dengan adanya departemen ini, maka dapat mengetahui kampanye
komunikasi pemasaran PT. Nokia Indonesia berjalan sesuai rencana dan efektif serta
efisien atau tidak
PT. Nokia Indonesia juga melakukan relationship marketing untuk hubungan jangka
panjang dengan konsumen yaitu melalui Nokia Care Center (NCC) dan layanan purna jual.
Layanan purna jual adalah bentuk jaminan dan tanggung jawab perusahaan kepada
pelanggan, ini faktor yang menunjang kesempurnaan pelayanan untuk kepuasan pelanggan
(Barata, 2003: 276). Sehingga, PT. Nokia Indonesia mampu membangun brand awareness
konsumennya salah satunya melalui relationship marketing yang telah dilakukan melalui
Nokia Care Center (NCC).
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan selama proses penelitian komunikasi
pemasaran PT. Nokia Indonesia dalam membangun brand awareness konsumen pada
smartphone Nokia Seri Lumia maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut,
situational analysis PT. Nokia Indonesia untuk smartphone Nokia dilakukan melalui
organisational analysis, competitor analysis, consumer analysis, market analysis, dan
product analysis dengan ditemukannya peluang pasar yaitu kelompok usia 19-25 tahun dan
menjadi patokan bagi PT. Nokia Indonesia untuk menjadi brand smartphone yang memiliki
fitur-fitur baru sesuai dengan apa yang menjadi ekspektasi kelompok usia tersebut
berdasarkan survey kuartal dan Focus Group Discussion (FGD).
Target audiens PT. Nokia Indonesia untuk smartphone Nokia yaitu kelompok usia 1925 tahun yang berada di kota-kota besar atau ibukota di Indonesia. Alokasi budget PT. Nokia
Indonesia untuk smartphone Nokia yaitu top to bottom budgeting dan memiliki tujuan umum
yaitu untuk kepentingan konsumen dan pemilik modal (investor). Objective setting PT. Nokia
8
Indonesia yaitu sebagai smartphone terbaik di Indonesia yang menjadi pilihan consumer
dengan tujuan untuk meraih consumer. Strategic decision-making PT. Nokia Indonesia untuk
smartphone Nokia yaitu 360 degree campaign melalui Above The Line (ATL), Below The
Line (BTL), dan digital marketing dengan menunjukkan mengenai keunggulan-keunggulan
smartphone Nokia.
Taktik PT. Nokia Indonesia untuk smartphone Nokia yaitu menggunakan konsep
ABC, yaitu Attention, Branding, dan Communication dan digital marketing. Implementations
and actions PT. Nokia Indonesia untuk smartphone Nokia yaitu dengan menggunakan
marketing communication tools yaitu:
1. Advertising: celebrity endorser, advertorial, rational message, musik,
online advertising, dan direct response ad.
2. Direct Marketing: Social media (Twitter Nokia Indonesia, facebook Nokia
Indonesia dan website Nokia Indonesia).
3. Sales Promotion: cash back, undian, lucky dip, brosur, contest, dan causerelated promotions.
4. Personal Selling: Nokia Care Center dan social media (Twitter Nokia
Indonesia, facebook Nokia Indonesia dan website Nokia Indonesia)
5. Public Relations: events, majalah perusahaan,dan media gathering.
Campaign evaluation PT. Nokia Indonesia untuk brand smartphone Nokia yaitu
dengan memiliki departemen untuk campaign evaluation yaitu departemen Field Force.
Relationship marketing PT. Nokia Indonesia yaitu melalui Nokia Care Center (NCC) dan
website resmi Nokia Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, Stice, Swain. 2008. Accounting: Concepts & Application. USA: Cengage
Learning.
Durianto, Darmadi; Sugiarto; Joko Budiman, Lie. Brand Equity Ten: Strategi Memimpin
Pasar. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2004
Durianto, Darmadi; Sugiarto; Sitinjak, Tony. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset
Ekuisitas & Perilaku Merk. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2001
Häikio, Martti. The Nokia Revolution: Kisah dan Prinsip Sukses Perusahaan yang Mengubah
Industri Dunia. PT Cahaya Insan Suci: Jakarta. 2002
Hughes, Graham; Fill, Chris. Marketing Communications 2005-2006. Elsevier – Butterworth
Heinemann: Oxford. 2005
9
Rangkuti, Freddy. Strategi Promosi Yang Kreatif & Analisis Kasus Integrated Marketing
Communication. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2009
Pei Zheng dan Lionel Ni. Smart Phone and Next Generation Mobile Computing. 2006: 63
Pujiastuti, Y. Sri; Tamtomo, T.D. Haryo; Suparno, N. IPS Terpadu Semester 1. Erlangga:
Jakarta. 2006
Simamora, Bilson. Aura Merek: 7 Langkah Membangun Merek yang Kuat. PT. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta. 2003
Sulaksana, Uyung. Integrated Marketing Communication. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2007
Tjiptono, Fandy. Brand Management & Strategy. ANDI: Yogyakarta. 2005
Donald, W. Jackson, Jr. Relationship Selling: The Personalization Of Relationship
Marketing. Asia-Australia Marketing Journal Vol. 2, No.1: Arizona State University.
Anwar, Ifan. Menelusuri Perkembangan Sistem Operasi Ponsel. Diakses tanggal 23
November
2011
http://teknologi.kompasiana.com/gadget/2010/05/28/menelusuri
perkembangan-sistem-operasi-ponsel/
Wicaksono, Radita. Nokia Luncurkan Asha 303 Qwerty. diakses tanggal 21 November 2011
http://swa.co.id/2011/11/nokia-luncurkan-asha-303-qwerty
10
Download