MODUL PERKULIAHAN Kewirausahaan PERENCANAAN DAN OPERASIONALISASI USAHA Fakultas Program Studi MKCU MKCU 2016 1 Tatap Muka Kode MK 10 Disusun Oleh Ahmad Sabir Abstract Kompetensi Memahami dan mengenali perencanaan dan operasionalisasi Mahasiswa memiliki kompetensi agar mampu mengenali perencanaan dan operasionalisasi usaha yang akan dijalankan Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id MENGEMBANGKAN RENCANA BISNIS Sekali wiraswata menciptakan suatu ide bisnis, mereka memperhatikan bagaimana menerapkan fungsi-fungsi bisnis yang baru saja digambarkan, untuk membuat bisnis berhasil. Mereka menciptakan rencana bisnis, yaitu deskripsi rinci dari bisnis yang diusulkan, termasuk suatu deskripsi dari bisnis, jenis pelanggan yang ingin ditarik, persaingan, dan fasilitas yang diperlukan untuk produksi. Rencana bisnis tidak hanya untuk wiraswata, tetapi juga untuk investor atau kreditor yang mungkin memberikan dukungan dana. Wiraswata biasanya memberikan rencananya kepada investor yang mungkin berminat sebagai pemilik sebagian dari bisnis. Mereka juga memberikan rencananya kepada kreditor (bank) yang mungkin memberikan pinjaman bisnis. Jadi, suatu rencana bisnis harus jelas dan menyakinkan orang lain bahwa bisnis tersebut akan menguntungkan. Rencana Manajemen 1. Struktur organisasi, menjelaskan mengenai struktur organisasi yang menggambarkan hubungan antara posisi para karyawan. Struktur ini juga harus memberikan identifikasi tanggung jawab setiap posisi dalam mengatur posisi yang lain dan menjelaskan tugas spesifik dan gaji para manajer dan karyawan lain. 2. Proses produksi, menjelaskan mengenai proses produksi, termasuk lokasi, desain dan tata letak dari fasilitas yang diperlukan untuk menciptakan prodk rancanan juga menjelaskan mengenai rencana jumlah produksi per bulan atau per tahun. 3. Mengelola karyawan, menjelaskan mengenai lingkungan kerja yang digunakan untuk memotivasi karyawan dan rencana pelatihan, evaluasi, dan pemberian kompensasi kepada karyawan. Rencana Pemasaran 1. Target Pemasaran, menjelaskan mengenai profit (misalnya umur dan tingkat penghasilan) pelanggan yang akan membeli produk, karena mereka membentuk target pasar. (siapa yang akan membeli produk ?). 2. Karakteristik produk, menjelaskan ciri khas produk (mengapa pelangga ingin membeli produk). 3. Penentuan harga, menjelaskan bagaimana produk akan diberi harga dibandingkan harga produk pesaing. (bagaimana pelanggan membayar produk tersebut ?). 4. Distribusi, menjelaskan bagaimana produk akan dipromosikan kepada pelanggan yang potensial 2016 2 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (bagaimana pelanggan akan diberi tahu mengenai produk ini ?) Rencana Keuangan 1. Kelayakan bisnis, memperkirakan mengenai penghasilan, pengeluara, dan keuntungan dari bisnis yang diusulkan untuk lima tahun yang akan datang. Harus diperhatikan bahwa estimasi penghasilan, pengeluaran, dan keuntungan yang diusulkan mungkin berubah dengan berbagai kemungkinan kondisi ekonomi atau industri. 2. Dana yang diperlukan, memperkirakan dana yang dibutuhkan untuk mendirikan bisnis dan mendukung operasionalnya selama lima tahun. CARA MEMASUKI DUNIA USAHA Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha yaitu : 1. Merintis usaha baru ( starting), yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis: (1) Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang, (2) Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerjasama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama, dan (3) Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal saham-saham. 2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah didirikan atau dirintis dan diorganisasir oleh orang lain dengan nama (good will) dan organisasi usaha yang sudah ada. 3. Kerjasama manajemen (franchising) yaitu suatu kerjasama antara entrepreneur (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha. Kerjasama ini biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, advertensi, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, standar, promosi, pengendalian kualitas, riset, nasehat hukum, dan sumber-sumber permodalan. Merintis Usaha baru Pada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwa untuk memamsuki dunia usaha (business) seseorang harus berjiwa wirausaha. Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian menghadapi risiko. Sebagai pengelola dan memiliki keberanian menghadapi resiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha kecil (small business operator), ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja, berkemampuan 2016 3 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengorganisir, kreatif, dan lebih menyukai tantangan. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Peggy Lambing (2000:90) hampir setengah atau 43 persen responden (wirausaha) menggunakan sumber ide bisnisnya dari pengalaman yang diperoleh ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya. Mereka mengetahui cara-cara mengoperasikan perusahaan dari pengalaman tersebut. Sebanyak 15 persen lagi dari responden dengan mencobanya dan mereka merasa mampu dengan lebih baik. Sebanyak 1 dari 10 responden (11 persen) dari wirausaha yang disurvai mengungkapkan memulai usaha untuk mencari peluang pasar. Sedangkan sebanyak 46 persen lagi dikarenakan hoby. Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan para wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru, yaitu: Pertama, pendekatan “inside-out” atau disebut dengan “idea generation”, yaitu pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Mereka melihat keterampilan sendiri, kemampuan,latar belakang, dan sebagainya yang menentukan jenis usaha yang akan dirintis. Kedua, pendekatan “the out- side in” yang juga disebut :opportunity recognition”, yaitu pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa suatu perusahaan akan berhasil apabila merespon atau menciptakan suatu kebutuhan di pasar.” Opportunity recognition” tidak lain adalah pengamatan lingkungan ( environment scanning) yai8tu alat untuk pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang ekonomi. Berita-berita peluang tersebut menurut Lambing (2000:92) bersumber dari : a. Surat kabar b. Laporan perodik tentang perubahan ekonomi c. Jurnal perdagangan dan pameran dagang d. Publikasi pemerintah e. Informasi lesensi produk yang disediakan oleh broker, universitas, dan korporasi lainnya. Menurut Lambing, keunggulan dari perusahaan baru datang ke pasar adalah dapat mengidentifikasi “kebutuhan pelanggan” dan “kemampuan pesaing” Berdasarkan pendekatan “in-side-out” di atas, bahwa untuk memulai usaha, seorang calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan meliputi: a. Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta cara menyajikannya. b. Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaimana menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang tepat. c. Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaimana memperoleh sumbersumber dana dan cara menggunakannya. d. Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara mencarikan, memelihara dan mengembangkan relasi, dan kemampuan komunikasi serta negosiasi. 2016 4 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam memasuki arena bisnis atau memulai usaha baru, seorang dituntut tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga harus memiliki ide dan kemauan. Seperti telah disingung, bahwa ide dan kemauan tersebut harus mewujudkan dalam bentuk barang dan jasa yang laku di pasar. Gambar 5.1 merupakan bagan proses bisnis yang diawali dengan kepribadian dan ide. ANDA IDE UANG + FASILITAS BARAN G JASA PASA UANG PROFI Sumber: Norman Scarborough, Effective Small Busines Management, 1993. Hal.3. Pada Gambar 5.1 di atas, bahwa untuk memulai usaha harus diawali dengan adanya ide. Setelah ada ide, langkah berikutnya adalah mencari sumber dana dan fasilitas baik barang uang maupun orang. Sumber dana tersebut adalah berasal dari badan-badan keuangan seperti bank dalam bentuk kredit atau orang yang bersedia menjadi penyandang dana. Tentu saja, barang dan jasa yang akan dijadikan objek bisnis tersebut harus memiliki pasar. Oleh karena itu, mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum produk barang dan jasa diciptakan. Apabila peluang pasar untuk barang dan jasa sudah tersedia, maka barang dan jasa akan mudah laku dan segera mendarangkan keuntungan. Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan : 1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki 2. Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan dipilih 3. Tempat usaha yang akan dipilih 4. Organisasi usaha yang akan digunakan. 5. Jaminan ushaa yang mungkin diperoleh 6. Lingkungan usaha yang akan berpengaruh. Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki Beberapa bidang usaha yang bisa dimasuki, di antaranya : 2016 5 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Bidang Usaha Pertanian ( Agriculture ), meliputi usaha pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan. b. Bidang Usaha Pertambangan ( Mining ), meliputi usaha galian pasir, galian tanah, batu, dan bata. c. Bidang usaha Pabrikasi ( Manufacturing), meliputi usaha industri, assemblasi, dan sintesis d. Bidang Usaha Kontruksi ( Contrucation ) meliputi usaha konstruksi bangunan, jembatan, pengarian, dan jalan raya e. Bidang Usaha Perdagangan ( Trade ), meliputi usaha perdagangan kecil ( retailer ), gorsir, agen, dan ekspor-import f. Bidang Usaha Jasa Keuangan ( Financial Service ), meliputi usaha perbankan, asuransi, dan koperasi. g. Bidang Usaha Jasa Perorangan ( Personal Service ), Meliputi usaha potong rambut, salon loundry, catering. h. Bidang Jasa-jasa Umum ( Public Service ), meliputi usaha pengangkutan, pergudangan wartel, dan distribusi i. Bidang Jasa Wisata ( Tourism ), meliputi berbagai kelompok. Berdasarkan UU No.9/1990 tentang Kepariwisataan ada 86 jenis usaha wisata yang bisa dirintis yang terbagi kedalam tiga kelompok usaha wisata yaitu : 1. Kelompok Usaha Jasa pariwisata, meliputi : a. Jasa biro perjalanan wisata b. Jasa agen perjalanan wisata c. Jasa pramuwisata d. Jasa konvensi perjalanan intensive dan pameran e. Jasa impresariat f. Jasa konsultan pariwisata dan g. Jasa informasi pariwisata Perbandingan antara Usaha Pribadi Persekutuan dan PT No. Karakteristik Usaha Pribadi 1 Metode Dibentuk atas pembentukan keinginan pemiliknya 2 2016 Posisi hukum 6 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Persekutuan PT Dibentuk atas Anggaran dasar keinginan berbagai diterbitkan oleh pihak instansi Bukan entitas Bukan entitas Selalu merupakan pemerintah terpisah: Pemilik hukum terpisah entitas hukum yan adalah bisnisnya pada banyak terpisah dan negara bagian berbeda dengan g berwenang pemiliknya. Adanya suatu fiksi legal untuk tujuan memiliki harta dan menjadi pihak bagi legitimasi Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3 2016 Pertanggungjawa Tanggung jawab tidak ban terbatas 7 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Tak terbatas (kecuali untuk kerja sama terbatas pada CV terbatas ) Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Terbatas untuk pemegang saham dan pemegang saham tidak bertanggung jawab atas 4 Jangka waktu 5 6 Peminda han kepemilik an Manajemen 7 Pajak 8 Ditentukan oleh pemilik Pembubaran secara otomatis sesuai dengan keinginan pemiliknya Kepemilikan dapat dialihkan, tetapi firma milik individu tersebut tidak harus bubar Dibubarkan dengan persetujuan pihakpihak yang bersekutu dengan kematian Meskipun dari satu atau lebih kepemilikan CV pemiliknyadialihkan atau dapat dengan mundurnya salag Sepenuhnya ada pada penunjukan, Masing-masing satu sekutu namun tangan pemilik sekutu si tertunjuk utama tid mempunyai suara ak mempunyai langsung dan hak atas sama penuh pada keputusan Pemilik membayar manajemen Masing-masing kecu pajak, pribadi ata sekutu membayar ali ditentukan pendapatan bisnisnya proporsional dari secarapenghasilan lain pada pajak perjanjian yang atas keuntungan dibuat bersih CV Tidak ada Tidak ada Biaya organisasi, biaya lisensi tahunan dan laporan 2. Pengusaha Objek dan Daya tarik Wisata, meliputi : tahunan a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam utang PT Dapat mempunyai keberadaan selama- lamanya. Saham kepemilikan dapat dengan mudah dialihkan Pemegang saham memiliki direktur yang menentukan kebijakan dengan penentuan tugasPajak tugas yang ganda; harus PT membayar dijalankan pajak penghasilan atau keuntungan bersih tanpa pengurangan untuk dividen dan pemegang saham membayar pajak Semua diperlukan pribadinya b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya c. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus. 3. Usaha Sarana Wisata, meliputi : a. Penyediaan akomondasi b. Penyediaan makanan dan minuman c. Penyediaan angkutan wisata d. Penyediaan sarana wisata dan sebagainya. Bentuk Perusahaan yang akan Dipilih Setelah menentukan bidang dan jenis usaha yang akan dipilih, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha. Ada beberapa bentuk kepemilikan usaha, yang bisa dipilih, diantaranya; a. Perusahaan Perorangan (soleproprietorship ), yaitu suatu perusahaan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang. Kelebihan dari bentuk perusahaan ini adalah mudah untuk didirikan, biaya operasi rendah, bebas dalam pengelolaan, dan memiliki daya rangsang yang lebih tinggi b. Persekutuan (partnership ), yaitu suatu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan. Dalam persekutuan ada 2016 8 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dua macam anggota, yaitu : (a) Sekutu Pimpinan (General Partner ), yaitu anggota yang aktif fan duduk sebagai pengurus persekutuan; (b) Sekutu terbatas ( Limited partner ), yaitu anggota yang bertanggung jawab terbatas terhadap utang perusahaan sebesar modal yang disetorkannya dan orang tersebut tidak aktif dalam perusahaaan. c. Perseroaan ( Corporation), yaitu suatu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para pemegang saham (pesero/stockholder), yang mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang perusahaan sebesar modal disetor. d. Firma, yaitu suatu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama bersama. Bila untung, maka keuntungan dibagi bersama, sebaiknya bila rugi ditanggung bersama. Dalam firma terdapat tanggung jawab rentang antara anggota. Tempat Usaha yang akan Digunakan Dalam menentukan tempat usaha harus dipertimbangkan beberapa perihal di bawah ini : a. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkay oleh konsumen atau pelanggan atau pasar ? Bagaimana akses pasarnya? b. Apakah tempat usaha dekat ke sumber tenaga kerja? c. Apakah dekat di akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat angkut dan jalan raya? Dalam menentukan tempat usaha, perlu dipertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitasnya. Lokasi perusahaan harus mudah dijangkau dan efisien baik bagi perusahaan maupun bagi konsumen. Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha ada beberapa alternatif yang kita bisa pilih yaitu : ❖ Membangun bila ada tempat yang strategis ❖ Membeli atau menyewa bila lebih startegis dan menguntungkan. ❖ Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan MENGELOLA SDM DALAM ORGANISASI BISNIS Bisnis merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan segala sumber yang dimilikinya. Manusia merupakan sumber utama dalam menjalankan bisnis, pengelola bisnis dan sekaligus sebagai pelaksana dalam proses produksi dalam bisnis tersebut, selain itu factor lain yang mendukung seperti dana, lingkungan bisnis dan pemasaran. Apabila melihat lebih dalam lagi, suatu organisasi bisnis pasti akan memiliki suatu 2016 9 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id departemen atau bagian yang khusus menangani orang yang terlibat di organisasi tersebut. 2016 10 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pada tingkat organisasi perusahaan, masalah-masalah yang menyangkut karyawan mulai dari tingkat pendidikan smpai tingkat kualitas kerjanya, mendapat perhatian lebih dari manajemen. Pengelolaan SDM dimulai dengan perencanaan SDM, menarik SDM dan proses seleksi, selanjutnya dengan melakukan pelatihan terhadap karyawan yang telah ada. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pengelolaan SDM atau manajeman personalia adalah bagian dari proses pencapaian tujuan perusahaan melalui pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, mempertahankan, serta pengembangan sumberdaya manusia yang ada dalam organisasi. Menurut Flippo, manajemen SDM adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan SDM agar tercapai tujuan yang diinginkan. Menurut French, mendefinisikan manajeman personalia sebagai proses penarikan, seleksi dan pengembangan serta pemeliharaan SDM oleh organisasi. Pengelolaan SDM bersifat unik Sumberdaya manusia memiliki cirri khas yang unik yaitu sifat manusia yang berbeda-beda satu sama lain, mamiliki pola pikir, dan bukan benda mati. Kekhususan inilah yang menyebabkan perlu adanya perhatian spesifik terhadap sumberdaya ini. Ruang lingkup kegiatan pengelolaan SDM Proses yang dapat dilakukan oleh manajer personalia dalam menghadapi tantangan dan hambatan yang dihadapi perusahaan untuk mencapai tujuan adalah : 1. Merancang dan mengorganisasian pekerjaan serta mangalokasiaknnya kepada karyawan. 2. Merancanakan, menarik dan menyeleksi, melatih dan mengembangkan karyawan secara efektif untuk dapat melakukan pekerjaan yang telah dirancang sebelumnya. 3. Menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang dapat memuaskan berbagai kebutuhan kayawan melalui kesempatan pengembangan karier, sistem kompensasi atau balas jasa yang adil, serta hubungan antara karyawan dan atasan yang serasi melalui organisasi karyawan yang dibentuk. 2016 11 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Mempertahankan dan menjamin efektivitas dan semangat kerja yang tinggi dalam jangka waktu yang lama. Dalam kenyataannya, yang dihadapi manajer personalia tidak sesederhana proses diatas, namun bersifat lebih kompleks tergantung tantangan yang dihadapi. Tantangan itu antara lain tantangan eksternal yaitu : ekonomi, politik dan peraturan pemerintah, teknologi dan sosial budaya. Dan tantangan organisasional seperti karakter organisasi, serikat pekerja, perbedaan individu, sistem nilai manajer dan karyawan yang berbeda, dan lain-lain. Untuk itu organisasi terutama bagian personalia perlu aktif mengambil langkahlangkah yang dipandang perlu seperti memonitor perubahan lingkungan, mengevaluasi serta melakukan tindakan proaktif dalam mengatasi tantangan melalui teknik dan pendekatan yang cocok. Pergeseran Peran dan Fungsi Sumberdaya Manusia Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa, mesin organisasi adalah manusia. Melakukan investasi pada peralatan kapital, walaupun mahal tetapi tidak akan memberi kontribusi berarti bagi peningkatan nilai organisasi terhadap konsumen, investor, dan pekerja manakala manusia-manusia yang menjalankan investasi tersebut tidak kapabel. Dalam hal ini perlu pengelolaan manusia secara lebih intensif dan pada gilirannya manusia itu merupakan aset perusahaan yang terpenting (Schuler, 1990). Pada masa lalu, faktor sumberdaya manusia kurang mendapat perhatian. Sebagian besar manajer menganggap sumberdaya manusia sebagai sumber ketidakefisienan. Kurangnya perhatian tersebut lebih dikarenakan hasil dari investasi pada sumberdaya manusia sulit dilihat secara langsung dan berjangka panjang. Namun saat ini, sumberdaya manusia bukan lagi menjadi sumber ketidakefisienan tetapi telah menjadi sumber kekuatan tersendiri bagi organisasi bisnis. Menurut Ulrich (1998), kekuatan yang ditunjukkan oleh manajer untuk bersaing saat ini melalui pengelolaan sumberdaya manusia adalah dengan fokus pada pembelajaran, kualitas, team work, dan reengineering yang dikendalikan oleh organisasi. Semua fokus ini, menjadikan peran dan fungsi baru bagi sumberdaya manusia. Lancourt dan Savage (1995) mengidentifikasi bentuk perubahan pada aspek sumberdaya manusia untuk menunjang keunggulan bersaing yang meliputi: a. Tanggung jawab fungsional bergeser ke lini; beberapa fungsi sumberdaya manusia saat ini telah digantikan oleh para manajer dan karyawan, b. Sumberdaya manusia sebagai rekan kerja; sumberdaya manusia dipandang sebagai mitra kerja bukan sebagai bagian dari organisasi, 2016 12 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Fokus pada pengembangan karier dan kompetensi; semakin tinggi aset dalam bentuk pengetahuan, maka kompetensi menjadi fokus perhatian sehingga pengembangan karier dan kompetensi juga ikut menjadi fokus, d. Membayar untuk keahlian; kompetensi memaksa perusahaan untuk mau merevisi manajemen kinerja dan kompensasi, dan e. Organisasi yang lebih egaliter; menciptakan hirarki datar. Lebih lanjut, Ulrich (1998) berpendapat bahwa sumberdaya manusia saat ini dapat membawa organisasi bisnis pada keunggulan bersaing dalam 4 cara: a. Sumberdaya manusia dapat menjadi partner manajer senior dan lini dalam pelaksanaan strategi, b. Sumberdaya manusia dapat menjadi seorang ahli dalam menentukan cara kerja yang terorganisir dan terealisir, c. Sumberdaya manusia dapat menjadi pelopor bagi pekerja, dan d. Sumberdaya manusia dapat menjadi agen perubahan dari transformasi secara terus menerus. Kinerja dan Strategi Organisasi Bisnis Berbagai literatur tentang sumberdaya manusia, telah memasukkan sumberdaya manusia sebagai persoalan penting bagi organisasi bisnis. Tidak seperti sebelumnya, bicara sumberdaya manusia berarti bicara tentang sumberdaya manusia itu sendiri dengan tanpa melihat aspek lain yang melingkupi sumberdaya manusia. Seperti diketahui bahwa, kinerja telah menjadi rerangka pikir sentral untuk dijadikan pemicu pencapaian tujuan organisasi bisnis. Namun, hingga saat ini, belum ada satupun yang dapat dianggap sebagai teori umum tentang kinerja tersebut (Guest, 1997). Teori tentang kinerja tersebut dimaksudkan untuk dapat menjelaskan, memberi suatu peramalan, dan mengendalikan kinerja di masa akan datang. Penjelasan tentang kinerja yang ada pada saat ini, kerapkali dikaitkan dengan masalah kriteria. Dengan kata lain, kinerja menjadi suatu tolok ukur untuk dapat dikatakan suatu aktivitas berjalan sesuai rencana atau tidak. Terhadap tolok ukur ini, Freeman dan Stoner (1990) memberi beberapa prinsip dasar dalam melakukan penilaian kinerja sumberdaya manusia yang meliputi: 1. Berorientasi pada hasil dan keterbukaan, 2. Aspek perilaku kerja yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan, 3. Pemanfaatan hasil catatan-catatan, dan 4. Menitik beratkan pada tanggung jawab penilaian dan pengembangan pekerja kepada 2016 13 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id atasan langsung pekerja. Banyak media yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan ke empat prinsip dasar di atas, diantaranya adalah seperti Balanced Scorecard. Seperti yang disebutkan oleh Kaplan dan Norton (1996), bahwa Balanced Scorecard dapat menjawab tantangan dalam pengukuran kinerja lewat empat perspektif. Ke empat perspektif tersebut meliputi perspektif keuangan, konsumen, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. Ke empat perspektif ini dapat dioprasionalkan secara efektif jika sumberdaya manusia yang dimiliki, andal. Mewujudkan keandalan sumberdaya manusia tersebut, menambah tugas baru bagi manajemen sumberdaya manusia. Lain dengan kinerja, strategi merupakan suatu bentuk atau model yang dimiliki organisasi bisnis untuk menunjang keberhasilan organisasi bisnis. Melalui strategi yang tepat, organisasi bisnis akan dapat bertahan di era global ini dan bahkan tumbuh dan berkembang. Strategi merupakan suatu kumpulan kebijakan yang mana melalui kebijakan tersebut suatu organisasi bisnis dapat mencapai apa-apa yang dicita-citakannya. Keunggulan Bersaing Lewat Fungsi Sumberdaya Manusia Sekarang ini, hampir seluruh organisasi bisnis digerakkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumberdaya alam dan upah rendah sudah tidak lagi menjadi faktor penentu utama bersaing. Kondisi ini, menuntut organisasi bisnis untuk memberlakukan slogan orang/personel adalah aset penting (Handoko, 2000). Konsekuensinya, organisasi bisnis harus dapat mengarahkan sumberdaya manusianya ke arah praktek dan prosedur manajemen sumberdaya manusia yang sesuai dengan strategi yang telah ditentukan. Untuk mencapai keunggulan bersaing sebagai faktor yang melandasi strategi organisasi bisnis melalui manajemen sumberdaya manusia, ada 13 cara untuk melakukan pengelolaan sumberdaya manusia (Pfeffer, 1995). Ke 13 faktor itu meliputi: jaminan kerja, selektivitas dalam perekrutan, upah tinggi, pemberian insentif, kepemilikan karyawan, berbagi informasi, partisipasi dan pemberian wewenang, tim yang dikelola sendiri, pelatihan dan pengembangan keterampilan, pemanfataan dan pelatihan silang, egalitarianisme simbolik, menekan upah, dan promosi dari dalam. Menurut Porter yang disadur oleh Schuler dan Jackson (1987), ada 3 strategi bersaing yang dapat digunakan oleh perusahaan yaitu inovasi, peningkatan mutu, dan pengurangan biaya. Inovasi digunakan untuk mengembangkan produk/jasa baru yang terus menerus. Peningkatan mutu diarahkan untuk terus menerus memperbaiki mutu produk/jasa. Sedangkan strategi pengurangan biaya ditujukan agar organisasi bisnis menjadi produsen yang memiliki struktur biaya terendah di antara para pesaingnya. Ke tiga strategi itu, butuh 2016 14 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perilaku peran orang yang sesuai dengan tujuan masing-masing strategi. Strategi inovasi misalnya, Manajemen sumberdaya manusia harus mampu menciptakan praktek dan prosedur manajemen sumberdaya manusia dalam hal seperti seleksi individu yang berkompeten tinggi, pemberian kebebasan bertindak kepada karyawan, dan penggunaan kontrol yang minim. Oleh karenanya, praktek dan prosedur yang diberlakukan di bidang manajemen sumberdaya manusia memberikan suatu kondisi kerja yang memungkinkan orang untuk berinovasi. Perlunya strategi manajemen sumberdaya manusia disebabkan seluruh aktivitas manajemen sumberdaya manusia membentang di seluruh bidang yang ada di organisasi. Banyak riset yang memberi catatan bahwa strategi sumberdaya manusia merupakan suatu proses multidimensional dengan pengaruh yang luas. Untuk itu perlu dilakukan integrasi antara manajemen sumberdaya manusia dan bidang-bidang lain. Lengnick-Hall dan Lengnick-Hall (1986) memberi beberapa alasan perlunya integrasi dilakukan. Pertama integrasi memberi rentang solusi yang lebih luas atas masalah perusahaan yang semakin kompleks. Kedua, menjamin penetapan sumberdaya manusia, keuangan, dan teknologi sesuai dengan tujuan yang ditentukan dan penaksiran atas kemampuan implementasinya. Ketiga, memastikan induvidu-induvidu yang sesuai untuk mengimplementasikan strategi dan keempat, adalah menghilangkan pemikiran bahwa sumberdaya manusia adalah bagian yang tidak penting bagi organisasi. Kinerja, Strategi, dan Sumberdaya Manusia Seperti dijelaskan sebelumnya, kinerja merupakan acuan atau karekteristik untuk menentukan sesuatu berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karenanya, ukuran kinerja yang dimiliki suatu organisasi bisnis tidaklah sama dengan organisasi bisnis lainnya. Masingmasing organisasi bisnis melakukan penentuan kinerjanya berpegang pada premis-premis yang berbeda antara satu organisasi bisnis dengan organisasi bisnis lainnya. Jika dikaitkan dengan sumberdaya manusia, kita dapat melihat dari hasil-hasil riset yang disampaikan para peneliti. Hushield et.al (1997), diantaranya, yang menyadur beberapa hasil riset berpendapat bahwa keterlibatan sumberdaya manusia melalui proses kegiatan pendisainan dan penerapan serangkaian kebijakan dan praktik yang secara internal konsisten dapat digunakan untuk memastikan bahwa sumberdaya manusia memberi kontribusi penting terhadap hasil pencapaian tujuan organisasi bisnis. Berdasar simpulan Hushield et.al (1997) tersebut, dapat diambil suatu rerangka pikir bahwa sumberdaya manusia memiliki peran penting dalam pencapaian kinerja yang diharapkan untuk membawa perusahaan pada tujuan-tujuannya. Pada bagian lainnya, Hushield et.al (1997) yang menyadur pendapat Barney (1991) dan Wright et.al (1992) menyatakan bahwa suatu pandangan yang didasarkan kepada 2016 15 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sumberdaya tentang perusahaan menjelaskan bahwa sumberdaya manusia 2016 16 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dapat dimanfaatkan untuk memberi keunggulan bersaing bagi perusahaan. Namun, pendapat ini masih memerlukan serangkaian asumsi yaitu: 1) perusahaan dapat memastikan bahwa sumberdaya manusia yang dimiliki dapat memberi nilai tambah pada proses produksi, dan 2) sumberdaya manusia yang dimiliki merupakan sumber daya yang unik dan tidak dapat direplikasi serta sulit digantikan. Ke dua asumsi ini harus tercipta di lingkungan internal perusahaan jika perusahaan ingin melihat kontribusi sumberdaya manusia dalam pengembangan strategi perusahaan melalui pencapaian kinerja yang diharapkan. Keunikan yang ada pada sumberdaya manusia itulah yang menciptakan keunggulan bersaing (Porter, 1994: 14). Dalam hal keunggulan bersaing melalui keunikan sumberdaya manusia, Becker dan Gerhart (1996) menyatakan bahwa sumberdaya manusia sebagai aset strategi perusahaan. Sebagai implikasi dari pemahaman ini, dapat kita lihat bahwa sumberdaya manusia yang dimiliki sangat menentukan dalam pencapaian kinerja perusahaan. Peran-Peran Baru Bagi Fungsi Sumber Daya Manusia dan Para Praktisinya (Dikutip dari Tulisan Arbono Lasmahadi - Penulis adalah Psikolog lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan praktisi SDM di sebuah perusahaan multinasional -28 Maret 2002) Globalisasi yang terjadi belakangan ini telah memberikan dampak yang signifikan bagi kelangsungan hidup organisasi. Globalisasi telah menyebabkan terjadinya perubahanperubahan yang begitu cepat di dalam bisnis, yang menuntut organisasi untuk lebih mampu beradaptasi, mempunyai ketahanan, mampu melakukan perubahan arah dengan cepat, dan memusatkan perhatiannya kepada pelanggan. Globalisasi ini juga dapat memunculkan bahaya, sekaligus kesempatan bagi organisasi. Menurut pakar perubahan John P. Kotter (1995) dalam bukunya Leading Change, globalisasi yang terjadi di pasar dan kompetisi telah menciptakan ancaman, berupa semakin banyaknya kompetisi dan meningkatnya kecepatan dalam bisnis. Namun demikian juga memunculkan kesempatan berupa semakin besarnya pasar dan semakin sedikitnya hambatan-hambatan yang akan muncul. Dalam suasana bisnis seperti ini, Fungsi Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam perusahaan harus mampu untuk menjadi mitra kerja yang dapat diandalkan, baik oleh para pimpinan puncak perusahaan, maupun manajer lini. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stone (1998), bahwa para Manajer SDM saat ini berada dalam tekanan yang tinggi untuk menjadi mitra bisnis strategis, yaitu berperan dalam membantu organisasi untuk memberikan tanggapan terhadap tantangan-tantangan yang berkaitan dengan down sizing, restrukturisasi, dan persaingan global dengan memberikan kontribusi yang bernilai tambah bagi keberhasilan bisnis. Selama ini Fungsi SDM lebih banyak dilihat sebagai pengelola administrasi personalia atau pengawas dari peraturan perusahaan di bidang ketenaga-kerjaan. 2016 17 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengalaman penulis yang berkecimpung sebagai praktisi SDM, menunjukkan 2016 18 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bahwa Fungsi SDM selama ini lebih banyak berperan dalam hal-hal yang menyangkut penyelenggaraan hubungan industrial di perusahaan, seperti pembuatan Peraturan Perusahaan/Kesepakatan Kerja Bersama, menjalin kerjasama dengan Departemen Tenaga Kerja, menyelesaikan perselisihan antara perusahaan dengan serikat pekerja atau karyawan. Yang lebih menyedihkan lagi bila peran Fungsi SDM hanya dianggap penting saat perusahaan ingin melakukan pengurangan jumlah karyawan. Selain itu, Fungsi SDM juga seringkali dipersepsikan perannya tidak lebih sebagai pelaksana Administrasi Personalia, yaitu yang mengurus masalah pembayaran gaji karyawan, mengurus cuti karyawan, penggantian biaya kesehatan, dan sebagainya. Demi mendukung para pimpinan puncak dan manajer lini di perusahaan dalam melaksanakan langkah-langkah strategis yang tepat untuk bersaing di pasar global, maka Fungsi SDM dituntut untuk meredefinisi perannya di dalam perusahaan. Tuntutan terhadap peran baru Fungsi SDM sejalan dengan pesan disampaikan oleh Dave Ulrich (1997), seorang Profesor di bidang Pengembangan Perusahaan dari Universitas Michigan: “ In the field of Human Resources, death rites have been proclaimed, eulogies written and funerals prepared for the demise of the HR Function. But these eulogies are premature. HR as we know it (with images of policy police, regulators, administrative guardians) has passed, and the rise of the new HR is well underway” Dari ungkapan di atas, terlihat bahwa peran tradisional Fungsi SDM , yang selama ini ada, tidak dapat lagi dipertahankan sepenuhnya seperti dulu, bila fungsi tersebut ingin tetap hadir di dalam bisnis. Peran tradisional ini bukanlah tidak penting, namun peran tradisional tersebut harus diperluas dan diperkaya. Untuk itulah, maka Fungsi SDM yang ada di perusahaan harus sudah mulai melakukan perubahan perannya, dari pemain peran tradisional yang pasif, menjadi pemain peran yang bertindak proaktif dan memberikan nilai tambah kepada perusahaan. Menurut Ulrich (1997), Fungsi SDM harus menetapkan standard yang lebih tinggi dari yang telah mereka miliki hingga saat ini. Mereka harus mengerakkan para praktisinya lebih tinggi dari peran sebagai polisi atau penjaga kebijakan atau peraturan, sehingga dapat menjadi mitra, pemain dan pelopor dalam memberikan keuntungan kepada perusahaan. Untuk itulah Ulrich ( 1997) menyarankan 4 peran baru yang harus dimainkan oleh Fungsi SDM dan para praktisinyanya, agar dapat memberikan hasil dan menciptakan keuntungan dari keberadaan mereka di dalam perusahaan, yaitu : Sebagai mitra bisnis strategis, Fungsi SDM dan para praktisinyanya dituntut untuk mempunyai kemampuan dalam menterjemahkan strategi bisnis 2016 19 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang ditetapkan perusahaan , menjadi tindakan-tindakan yang nyata di lapangan. Fungsi SDM dan para praktisinya harus mampu memberikan masukkanmasukkan yang bernilai tambah kepada tim bisnis perusahaan, dalam penyusunan strategi bisnis. Disamping itu, seorang praktisi SDM harus mampu mengembangkan ketajaman pengetahuannya di bidang bisnis, mempunyai orientasi terhadap pelanggan dan mempunyai pemahaman tentang kompetisi yang terjadi dalam bisnis yang dijalani oleh perusahaan. Ahli di bidang administrasi Sebagai ahli di bidang administrasi, Fungsi SDM dan para praktisinya harus mampu melakukan rekayasa ulang terhadap proses-proses kerja yang dilakukannya selama ini. Dengan demikian proses adminsitrasi di bidang SDM akan menjadi lebih efisien dan efektif dalam melayani kebutuhan manajemen atau para karyawan akan informasi SDM. Pendukung & pendorong kemajuan karyawan Dalam perannya sebagai pendukung dan pendorong kemajuan karyawan, Fungsi SDM dan para praktisinyanya dituntut untuk mampu mengenali kebutuhan-kebutuhan para karyawan, menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan karyawan dengan harapan-harapan perusahaan, dan berupaya keras untuk melakukan langkah-langkah terbaik untuk mendorong agar kebutuhankebutuhan tersebut terpenuhi secara optimal. Fungsi SDM dan para praktisinya juga harus mampu untuk menciptakan suasana kerja yang dapat memberdayakan karyawan dan memotivasi mereka untuk memberikan kontribusi terbaiknya kepada perusahaan. Agen perubahan Dalam kapasitasnya sebagai agen perubahan, Fungsi SDM dan para praktisinyanya dituntut untuk mampu menjadi katalisator perubahan di dalam perusahaan. Fungsi SDM dan para praktisinyanya harus mampu berperan dalam mempercepat dan mengelola proses perubahan yang dicanangkan oleh perusahaan secara efektif. Disamping itu, mereka dituntut pula untuk mampu mengenali hambatan-hambatan yang mungkin dihadapi oleh perusahaan bila perubahan dilakukan. Dengan demikian dapat mencegah terjadinya gejolak sosial, yang kontra produktif di dalam perusahaan. 2016 20 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Permasalahan Untuk mewujudkan peran-peran seperti tersebut di atas, tampaknya bukanlah hal yang mudah. Banyak masalah yang harus dihadapi oleh Fungsi SDM dan para praktisinyanya. Masalah-masalah tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Adanya mitos yang tidak tepat tentang Profesi SDM yang selama ini hidup di masyarakat, para pemimpin perusahaan, maupun di kalangan praktisi SDM sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Ulrich ( 1997) berikut ini: MITOS REALITAS Orang memilih profesi SDM karena Fungsi SDM tidak dirancang untuk menciptakan aktivitas sosial yang menyukai berhubungan dengan membuat karyawan merasa nyaman, tetapi dirancang untuk membuat manusia karyawan menjadi lebih kompetitif Setiap orang dapat kegiatan di bidang SDM menjalankan Kegiatan-kegiatan di bidang SDM didasarkan atas teori dan penelitian. Praktisi di bidang SDM harus mampu menguasai keduanya Fungsi SDM hanya berkaitan dengan Dampak dari pelaksanaan aktivitas di bidang SDM terhadap bisnis harus dapat sisi lunak dari bisnis, sehingga hasil diukur. Praktisi di bidang SDM harus mampu menjabarkan pekerjaannya kerjanya tidak perlu diukur dalam bentuk kinerja yang mempunyai nilai finansial Fungsi SDM memusatkan perhatiannya pada pengawasan biaya semata Para praktisi di bidang SDM adalah orang-orang yang lemah lembut Fungsi SDM harus memusatkan perhatiannya pada peningkatan nilai tambah kepada perusahaan, dan bukan menurunkan biaya Para praktisi di bidang SDM pada suatu saat harus mampu untuk bertindak tegas, berdebat, beradu argumentasi, namun tetap suportif 2. Belum tersosialisasinya pemahaman tentang Fungsi SDM sebagai sebuah profesi yang bersifat multi disipliner (Psikologi, Ekonomi/Manajemen/Bisnis, Hukum, Teknologi Informasi/Manajemen Informasi) di kalangan praktisi SDM. Hal ini terkadang membuat para praktisi SDM hanya memusatkan sejumlah aspek saja dari disiplin ilmu SDM tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena para praktisi yang bersangkutan kurang memahami disiplin ilmu lainnya dibandingkan dengan disiplin ilmu yang dikuasainya. 2016 21 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. Peran tradisional dari Fungsi SDM di masa lalu membuat banyak praktisi SDM yang mempunyai keterbatasan dalam memahami strategi bisnis dan keuangan perusahaan secara menyeluruh 4. Mahalnya investasi di bidang Sistim Informasi SDM (Human Resources Information System) Beberapa Saran Masalah-masalah yang diungkapkan di atas tentunya perlu dicarikan jalan keluarnya. Penulis memahami bahwa masalah-masalah tersebut, bukanlah hal yang mudah untuk diselesaikan. Atas dasar pemikiran itulah, penulis mencoba untuk mengusulkan alternatif pilihan penyelesaian masalah berikut ini, untuk menjadi bahan renungan dan pertimbangan, khususnya bagi para praktisi SDM. Penulis menyadari bahwa alternatifalternatif yang diusulkan di bawah ini, bukanlah seperti sebuah obat mujarab yang langsung dapat menyembuhkan penyakit, namun lebih sebagai sebuah proses berkesinambungan yang sebaiknya perlu mulai dilakukan. 1. Para praktisi SDM sudah selayaknya menanamkan kesadaran bahwa dalam setiap kebijakan yang dibuat maupun tindakan yang dilakukan, haruslah memberikan nilai tambah kepada perusahaan. Nila tambah ini tidak saja bersifat kualitatif, tetapi juga kuantitatif, yang dapat diukur keberhasilannya. Untuk itulah dalam penyusunan sasaran-sasaran sebaiknya didasarkan atas kriteria-kriteria SMART (Specific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time Frame), yang berati bahwa setiap sasaran yang dibuat harus jelas, dapat diukur, dapat dicapai, realistis, dan mempunyai ukuran waktu yang jelas. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun sasaran-sasaran di bidang SDM, antara lain Performance Management, Balance Scorecard, dll*. (lihat penjelasan istilah) 2. Untuk meluaskan wawasannya di bidang SDM, maka para praktisi SDM diharapkan untuk dapat secara aktif terlibat dalam membangun jaringan SDM melalui asosiasiasosiasi SDM, baik yang bersifat lintas bisnis maupun bisnis sejenis. 3. Untuk menjadi mitra bisnis strategis, maka para praktisi SDM perlu lebih banyak meluangkan waktu untuk membaca buku-buku/koran/majalah atau mendengarkan ulasan-ulasan di bidang bisnis, bertukar-pikiran dengan para praktisi bisnis di dalam perusahaan, maupun di luar perusahaan, dan secara proaktif memberikan saransaran kepada manajemen puncak di perusahaan tentang langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh Fungsi SDM dalam mendukung keberhasilan bisnis perusahaan. 2016 22 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Meningkatkan pengetahuan di bidang finansial dengan cara bertukar pikiran dengan para praktisi keuangan di dalam perusahaan, maupun dengan menghadiri pelatihan mengenai keuangan, yang dirancang khusus bagi para manajer/praktisi di luar Bidang Keuangan. 5. Fungsi SDM dapat memberikan pelayanan yang cepat dan tepat di bidang administrasi kepada manajemen dan para karyawan antara lain melalui penggunaan teknologi tepat guna di bidang sistim informasi (HRIS), evaluasi proses kerja, implementasi pendekatan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), dan sebagainya. 6. Agar menjadi pendukung dan pendorong kemajuan karyawan, Fungsi SDM perlu menyelengarakan program-program pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan para karyawan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Misalnya program pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi, mengelola waktu kerja, menetapkan sasaran kerja, dan kepemimpinan. Disamping itu para praktisi SDM perlu meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal dan komunikasi di dalam perusahaan, pengembangan dan pendidikan karyawan, serta kemampuan dalam menyusun strategi remunerasi yang tepat. Mengikuti pelatihan yang terkait dapat menjadi salah satu alternatif. Alternatif lainnya adalah dengan membangun hubungan yang akrab dengan para karyawan melalui kegiatan olah raga maupun rekreasi. Dengan kegiatan olah raga dan rekreasi ini, diharapkan akan terjalin komunikasi yang lebih baik dengan para karyawan. 7. Fungsi SDM harus dapat memberikan contoh kepada fungsi-fungsi lain di dalam perusahaan dalam hal memulai dan menerima perubahan. Fungsi SDM dapat terus menyempurnakan proses kerjanya, melalui umpan balik yang diterima dari hasil audit internal di bidang SDM, survey pendapat karyawan, maupun dengan menerapkan prinsip-prinsip yang menekankan pada upaya untuk selalu melakukan perbaikan-perbaikan mutu secara berkesinambungan dalam setiap kebijakan yang dibuat atau dalam setiap tindakan yang dilakukan. Mengingat mahalnya perangkat lunak sistim informasi SDM (HRIS), maka mengembangkan sendiri sistim informasi SDM merupakan salah satu kiat yang dapat dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan ahli-ahli yang ada di dalam perusahaan atau tenaga ahli lepas. Sistim yang dikembangkan ini, harus didasarkan atas hasil survey dan analisa yang mendalam mengenai kebutuhan dan manfaat yang diperoleh dari investasi bidang HRIS ini. Kiat yang lain adalah dengan melakukan outsourcing kebutuhan HRIS kepada pihak diluar perusahaan. 2016 23 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penutup Peran dari Fungsi SDM dan para praktisinya saat ini dan di masa yang akan datang harus pararel dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam perusahaannya yang senantiasa berubah dengan cepat, sejalan dengan terjadinya globalisasi. Dalam atmosfir perusahaan seperti ini Fungsi SDM dan para praktisinya dituntut untuk mulai melakukan perubahan yang mendasar dalam memainkan perannya di perusahaan. Dengan perubahan ini, maka Fungsi SDM dan para praktisinya dapat memberikan nilai tambah kepada bisnis perusahaan. Mereka harus mampu untuk menjadi mitra strategis yang handal bagi pimpinan puncak perusahaan, ahli di bidang administrasi, pendukung dan pendorong kemajuan karyawan, dan agen perubahan yang selalu siap untuk menjadi katalisator terhadap perubahan yang digulirkan oleh perusahaan. Peran tradisional sebagai pelaksana administrasi dan penjaga peraturan sudah selayaknya diperbaharui dan diperluas. Untuk mewujudkan peran seperti yang diharapkan di atas, tentunya memerlukan kerja keras dan tekad yang kuat dari para praktisi SDM untuk secara terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya di bidang-bidang yang selama ini mungkin kurang mendapatkan perhatian, seperti bisnis dan finansial, maupun di bidang-bidang yang selama ini menjadi bagian dari Fungsi SDM (Rekrutmen dan Seleksi, Pelatihan, Administrasi Personalia, Hubungan Industrial, dsbnya) . Investasi di bidang sistim informasi SDM juga layak untuk dipertimbangkan, sebagai salah cara yang dapat dilakukan untuk membuat kinerja dari Fungsi SDM menjadi lebih efisien dan efektif.(jp) Penjelasan Istilah: Performance Management adalah sebuah konsep atau pendekatan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dan kinerja individual dari karyawan. Tujuan dari performance management ini adalah untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan kinerja karyawan secara keseluruhan, dengan cara menyelaraskan sasaran-saaran yang ingin dicapai perusahaan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh individu karyawan, dan secara berkesinambungan mengevaluasi kemajuan yang dicapai dari sasaran-sasaran tersebut. Balance Scorecard adalah salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan. Pendekatan ini dilakukan dengan cara mengkombinasikan pengukuran-pengukuruan tradisional yang menggunakan parameter finansial dengan pengukuran-pengukuran yang bersifat non-finansial. Pendekatan ini dapat memberikan para manajer informasi yang lebih kaya dan lebih 2016 24 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id relevan tentang aktifitas-aktifitas yang dikelolanya. Balance scorecard secara klasik mempunyai 4 parameter/struktur yang harus diukur, yaitu: 1. Perspektif finansial (mis: keuntungan, pertumbuhan, biaya, dll) 2. Perspektif pelanggan (mis: persepsi terhadap harga, kualitas pelayan, kepuasan pelanggan, dll) 3. Perspektif internal (mis: daur waktu, produktifitas, proses kerja, dll) 4. Perspektif belajar dan tumbuh (mis: Pengetahuan, pengembangan produk, pelatihan, dll) Kegiatan Fungsional Manajemen Sumber Daya Manusia Perencanaan Sumberdaya Manusia Perancanaan SDM adalah proses menentukan kebutuhan SDM dan menjamin bahwa organisasi memiliki jumlah dan kualitas yang sesuai dengan yang dibutuhkan pada saat yang tepat. Perencanaan ini dapat dilaukan dalam jangka pendek dan panjang. Secara jangka pendek adalah pemenuhan terhadap kebutuhan tenaga kerja stu tahun mendatang, jangka penjang adalah estimasi tenaga kerja dalam skala lima sampai sepuluh tahun mendatang. Proses perencanaan sangat rumit dan melibatkan berbagai pertimbangan internal dan eksternal untuk mendapatkan hasil yang optimal.Permintaan tenaga dipengaruhi oleh perubahan lingkungan eksternal (ekonomi, social, politik, teknologi), organisasional (rencana strategic, anggaran, desain pekerjaan), dan lingkungan kerja (absensi, pension, pemberhentian kerja). Hal ini menjadi peramalan tentang seberapa banyak kebutuhan tenaga kerja dalam jangka pendek dan jangka panjang yang kemudian menjadi permintaan tenaga kerja. Dari sisi pernawaran tenaga kerja, yang perlu dilakukan adalah dengan melihat bagan penempatan tenaga kerja dalam perusahaan. Bagan ini memuat pengisian lowongan jabatan dalam perusahaan, pola perpindahan kerja karyawan yang berguna untuk mengetahui persediaan internal sebagai langkah dalam menginventarisaasi tenaga kerja. Jumlah tersebut kemudian dibandingkan dan dilihat dari sisi pasar tenaga kerja. Jadi ada dua penawaran tenaga kerja, yaitu dari internal perusahaan dan dari pasar tenaga kerja. Proses terakhir adalah terjadinya kesesuaian antara permintaan tenaga kerja dengan penawaran yang terjadi. Pola ini diatur dalam perencanaan SDM yang matang dan optimal bagi perusahaan. 2016 25 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sistem perencanaan SDM ini memberikan manfaat bagi perusahaan karena: 2016 26 Kewirausahaan I Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Sebagai landasan bagi pengadaan tenaga kerja yang ekonomis dan efektif bagi perusahaan. 2. Mangembangkan informasi dasar manajemen personalia untuk membantu kegiatankegiatan personalia dan unit-unit organisasi lainnya. 3. Mengkoordinasi program-progranm personalia yang berbeda-beda. Misalnya: rencana penariakn tenaga kerja dan proses seleksi karyawan. Analisis Pekerjaan, Deskripsi Pekerjaan, dan Spesifikasi Pekerjaan Analisis pekerjaan yaitu proses penentuan tugas-tugas yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan kualifikasi pengetahuan, keahlian dan kemampuan (KSA: Knowledge, Skill, and Ability). Proses tersebut meliputi mengumpulkan, mengevaluasi dan mengorganisasikan informasi tentang pekerjaan-pekerjaan. Setelah data diperoleh dari analisis pekerjaan, maka selanjutnya disusun deskripsi pekerjaan yaitu pernyataan tertulis tentang fungsi, tugas, tanggung jawab, wewenang, kondisi kerja dan aspek lain yang ada dilapangan.Dengan kata lain Deskripsi pekerjaan adalah uraian mengenai profil pekerjaan secara menyeluruh. Sedangkan tahap berikutnya adalah menyusun spesifikasi pekerjaan, yaitu pernyataan mengenai siapa saja yang berhak untuk memegang pekerjaan tersebut dengan melihat karakteristik manusia seperti pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja serta persyaratan fisik dan mental. Penarikan Sumberdaya Manusia Penarikan adalah proses pencarian dan memikat calon tenaga kerja yang mampu melamar sebagai karyawan perusahaan dengan kualifikasi yang baik. Calon karyawan ini nantinya akan mengisi jabatan atau pekerjaan yang kosong diperusahaan tersebut. Untuk itu sebelumnya calon karyawan baru perlu mengetahui jabatan atau pekerjaan yang akan diberikan kepadanya. Proses Penarikan dan Kendala-kendala Proses ini dimulai dengan mencari pelamar dan diakhiri dengan penyerahan lamaran-lamaran daari calon karyawan. Pelaksanaan dari proses ini biasanya departemen personalia dengan nama tim recruiters. Tim ini membentuk jalur-jalur penarikan karyawan melalui beberapa cara: pasif (menunggu lamaran), rekomendasi dari karyawann perusahaan, periklanan, agen-agennnn penempatan tenega kerja dan melalui lembaga pendidikan. Evaluasi perlu dilakuakan untuk mengetahui kesuksesan atau kegagalan penarikan, antara lain dengan melihat jumlah pelamar, jumlah pelamar yang diterima dan penempatan karyawan yang berhasil. Seleksi Sumberdaya Manusia Seleksi Sumberdaya Manusia yaitu proses yang dimulai dengan penyaringan awal dan diakhiri dengan pengambilan keputusan tentang siapa yang akan diterima. Langkahlangkah ini mencakup penyatuan kebutuhan-kebutuhan kerja pelamar dan organisasi sehingga akan menghasilkan karyawan yang loyal dan layak untuk bekerja. Secara umum proses seleksi melewati tahap-tahap : 1. Melengkapi formulir lamaran 2. Wawancara awal dan wawancara lanjutan 3. Tes seleksi 4. Pemeriksaaan latar belakang calon tenaga kerja 5. Tes fisik atau kesehatan 6. Percobaan, yaitu suatu tahap yang harus dilalui oleh calon tenaga kerja sebelum diputuskan menjadi tenaga kerja tetap. Pelatihan dan Pengembangan SDM Karyawan bagi perusahaan merupakan asset penting yang menunjang keberhasilan bisnis perusahaan. Peningkatan kinerja karyawan tidak hanya cukup dengan memperhitungkan lamanya berkerja, namun perlu dipercepat melalui program pelatihan dan pengembangan. Masa Orientasi Karyawan baru biasanya mendapatkan masa orientasi yaitu masa pengenalan kondisi kerja dan lingkungan kerja. Orientasi ini dapat bersifat formal dengan satu hari kerja membahas topik-topik perusahaan atau bersifat informal melalui karyawan senior untuk mengajak karyawan baru berkeliling lokasi kerja. Pelatihan Sumberdaya Manusia Ini merupakan suatu aktivitas untuk mendidik karyawan tentang bagaimana melaksanakan pekerjaan. Demi keberhasilan pelatihan maka perlu dilakukan tahap-tahap 2016 28 Kewirausahaan Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id seperti penilaian kebutuhan yang mendiagnosa masalah dan tantangan lingkungan yang dihadapi organisasi, merumuskan tujuan-tujuan program, isi program dan prinsip-prinsip pembelajaran. Juga perlu mendesain lingkungan pembelajaran yang kondusif terhadap materi pembelajaran. Program pelatihan pada dasarnya memiliki dua kategori utama yaitu: 1. Metode Praktis (on the job training) Contoh: rotasi jabatan, magang, penugasan sementara. 2. Metode Presentasi dan simulasi dikelas (off the job training) Contoh: studi kasus, presentasi video, kuliah. Masing-masing kategori mempunyai sasaran sikap, konsep dan keterlampilan yang berbeda. Dan dalam kenyataannya sering terdapat trade-off atau tidak ada satu teknik yang selalu paling baik sehingga perlu dilakukan kombinasi untuk mencukupi kebutuhan yang diperlukan. Kriteria baik tidaknya suatu teknik harus dilihat dari aspekaspek sebagai berikut: 1. Efektivitas biaya 2. Isi program yang dikehendaki 3. Kelayakan fasilitas-fasilitas 4. Preferensi dan kemampuan peserta 5. Preferensi dan kemampuan pelatih 6. Prinsip-prinsip pembelajaran terpenihi karena adanya transfer pengetahuan dalam pelatihan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengembangan SDM yaitu aktivitas untuk mempersiapkan karyawan dalam melaksanakan tanggungjawab pekerjaan melalui proses membangunan dan mendidik karyawan terseleksi sehingga memiliki KSA(Knowledge, Skill, Ability) yang dibutuhkan untuk masa mendatang. Ada dua tahap dalam peningkatan kinerja karyawn yaitu melelui pelatihan untuk membentuk karakter kerja yang sesuai dengan lingkungna kerja saat ini dan mengembangkan keterlampilan yang telah dimiliki tadi dengan pengetahuan, keahlian dan keterlampilan yang lebih tinggi untuk menghadapi tantangan. Manfaat Pelatihan dan Pengembangan 2016 29 Kewirausahaan Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Secara jangka panjang pelatihan dan pengembangan memiliki manfaat bagi karyawan dalam kmenunjang karier dan pengambangan keterlampilan dimasa mendatang. Dengan demikian keterlampilan yang dimilikinya akan lebih dihargai dan bermanfaat untuk jabatan yang akan diemban selanjutnya. Penilaian Prestasi Karyawan Semua manajer memiliki tanggungjawab untuk memberikan supervisi kepada karyawannya. Pekerjaan supervisi menyangkut berbagai hal yang ditunjukan untuk memperbaiki prestasi karyawan. Penilaian kerja secara komprehensif berarti pengevaluasian tingkat prestasi kerja karyawan disbanding dengan standard tertentu guna menentukan promosi, kompensasi, pelatihan dan pemecatan. Penilaian kinerja mencakup kegiatan-kegiatan berikut: 1. Penetapan standard prestasi 2. Mengkomunikasiakan standard kerja 3. Mengukur prestasi 4. Mendiskusikan hasil pengukuran dengan karyawan 5. Mengambil tindak koreksi 6. Menggunakan hasil evaluasi untuk mengambil keputusan. KOMPENSASI ATAU BALAS JASA TERHADAP KARYAWAN Kompensasi adalah semua jenis imbalan yang diterima karyawan atas pengorbanan dan unjuk kerjanya sebagai anggota organisasi. Kompensasi sebenarnya banyak ragamnya namun masyarakat umum memandng kompensasi identik dengan gaji atu upah. Ukuran gaji ini yang digunakan sebagai standar apakah kerja tersebut layak untuk dilakukan. Untuk pekerja tingkat bawah lebih menekankan pada ukuran umum berapa upah yang diterima untuk pekerjaan sejenis. Sedang pekerja tingkat menengah dan tinggi menekankan pada kelayakan upah atau gaji yang ia terima dengan modal yang dimilikinya seperti pengalaman kerja, tingkat pendidikan dan tanggungjawab yang dipikul bila bekerja. Program kompensasi penting bagi perusahaan karena mencerminkan upaya organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan SDM. Selain itu kompensasi juga menjadi komponen biaya yang cukup besar. Keadilan dalam Kompensasi 2016 30 Kewirausahaan Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kompensasi akan menjadi sorotan utama karyawan, terutama bila dirasa terjadi ketidak sesuaian antara keinginan dan harapan karyawan. Untuk itu perusahaan harus menerapkan prinsip keadilan dalam menetapkan kebijakan kompensasi. Prinsip ini bila dilihat dari persepsi karyawan dipengaruhi dua faktor : 1. Rasio antara kompensasi dengan masukan-masukan seseorang yang berupa tenaga kerja, pengalaman, pendidikan, daya tahan, dan lain-lain. 2. Perbandingan rasio tersebut dengan yang diterima oleh orang lain. Proses dalam Kebijakan Kompensasi Dalam melaksanakan kebiajakan kompensasi,perlu dikaji adanya peraturan tentang kompensasi dengan maksud agar dapat memberikan balas jasa kepada karyawan secara adil dan terstruktur sehingga akan memperlancar administrasi penggajian dan untuk memotivasi karyawn supaya berprestasi. Metode yang dapat digunakan adalah dengan: 1. Analisis pekerjaan 2. Evaluasi pekerjaan 3. Survey pengupahan dan penggajian 4. Rencana-rencana kompensasi variabel 5. Penilaian kinerja dan lain-lain Jenis-jenis Kompensasi Kompensasi dapat dibedakan menjadi dua kategori. Kartegori pertama adalah kompensasi keuangan, dibedakan menjadi Keuangan Langsung berupa pembayaran upah, gaji, dan intensif atau bonus, yang kedua adalah pemberian kompensasi pelengkap atau tidak langsung, yaitu pemberian pelayanan dan fasilitas kepada karyawan seperti program beasiswa pendidikan, perumahan, libur dan cuti dan lain-lain. Baik langsung maupun tidak langsung bagi perusahaan adalah suatu paket dalam pencapaian tujuan berikut: 1. Menarik calon karyawan atau pelamar 2. Memperoleh karyawan yang berkualitas 3. Memotivasi karyawan agar berprestasi 4. Kemudahan pengaturan administrasi dan aspek hukum 5. Bersaing dalam keunggulan kompetitif 2016 31 Kewirausahaan Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Katergori kedua adalah kompensasi non keuangan, dibedakan menjadi kepuasan dari pekerjaan itu sendiri dan kepuasan yang diperoleh dari lingkungan kerja karyawan. Implementasi Keputusan Terhadap Karyawan Pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap karyawan sering dilakuakn oleh manajer untuk menjaga sirkulasi dan kesinambungan kerja dari orang-orang yang bekerja dalam organisasi. Keputusan yang sering diambil dalam hal ini adalah: Promosi adalah Perubahan pekerjaan yang menuntut tanggungjawab yang lebih besar dengan peningkatan gaji sebagai kompensasinya. Karyawan biasanya mendapat promosi berdasarkan kinerja yang dianggap tinggi dan sesuai apa yang diharapkan organisasi. Transfer adalah Perpindahan pekerjaan secara setara, dalam arti bahwa posisi baru memiliki tingkat tanggungjawab dan penggajian yang sama dengan pekerjaan sebelumnya. Transfer biasanya dilakukan untuk pelatihan dan pengembangan karyawan supaya lebih mendalami dan menguasai beberapa bidang yang ada dalam organisasi. Demosi adalah Perpindahan dari suatu posisi keposisi lain yang memiliki tingkat tanggungjawab dan penggajian yang lebih rendah. Ini dilakuakn untuk memberikan hukuman kepada karyawan akibat kinerjanya yang semakin memburuk sebelum dilakuakn tindakkan pemberhentian. Disis lain Demosi sebagai salah satu cara agar karyaawan terlepas dari beban yang terlalu berat, menghilangkan stres, dan juga memberikan kebebasan untuk memilih apa yang diinginkan bahkan untuk alasan pribadi seperti agar dapat merawat anak-anak dan berkonsentrasi kepada keluarga. Pemberhentian atau separasi kerja adalah keluarnya karyawan dari lingkungan organisasi, baik secara sukarela maupun paksa. Untuk yang bersifat sukarela adalah pengajuan untuk mundur dan pensiun. Sedangkan secara paksa adalah pemutusan hubungan kerja, dirumahkan untuk sementara waktu, bahkan dilakukan pemecatan. Salah satu bentuk pemberhentian sukarela adalah adanya pensiun dini dan pensiun reguler. Untuk pensiun dini perusahaan memberikan dorongan atau motivasi kepada karyawan dengan adanya intensif yang menarik. Biasanya pensiun dini terjadi pada perusahaan yang akan melakukan restrukturisasi organisasi atau program perampingan organisasi. Sedang pensiun reguler merupakan sistem rutin yang diterpkan bagi karyawan yang dianggap tidak mampu bekerja secara optimal untuk perusahaan. 2016 32 Kewirausahaan Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Untuk pemberhentian yang bersifat sementara, bentuk yang ditawarkan adalah melakuakn pemotongan jam kerja, pembagian kerja atau pemandatan kerja, mengoptimalkan jenis kerja pada orang yang sama. Pemecatan secara sepihak dari perusahaan paling dihindari karena dampak dan biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal secara jangka panjang. Biayanya meliputi proses penggantiankerja, pembayaran gaji dan biaya asuransi karyawan. 2016 33 Kewirausahaan Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DAFTAR PUSTAKA 1. Suharyadi, Arissetyanto Nugroho, Purwanto S.K., Maman Faturohman, 2007. Kewirausahaan, Membangun Usaha Sukses Sejak Usia Muda, Salemba Empat. 2. Calvin R. J. 2002. Entrepreneurial Management. McGraw-Hill. New York. 3. Cooper A.C., S. A. Alvarez, A. A. Carera. 2006. Entrepreneurial Strategies: New Technologies in Emerging Markets. Blackwell Publising. Australia. 4. Dollinger M. J., 2003. Entrepreneurship Strategies and Resources. Printice Hall. Ney Jersey. 5. Hendrowinoto N., dkk. 2005. H. Probosutedjo Merindukan Kesejahteraan Rakyat Jelata. Mercu Buana University Press. Jakarta. 6. Longenecker, J. G., C. W. Moore., J.W. Petty. Kewirausahaan Manajemen Bisnis Kecil. Salemba Empat. Jakarta, 7. Lupiyoadi, R. 2004. Entrepreneurship: From Mindset to Strategy. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Jakarta. 8. Kao J. J. 1989. Entrepreneurship, Creativity and Organization. business School. Printice-Hall. New Jersey. Harvard 9. Seng, W. A. 2006. Rahasia Bisnis Orang Cina. Hikmah. Jakarta. 10. Suharno B., 2006. Langkah jitu memulai Bisnis dari Nol. Penebar Swadaya. Jakarta. 11. Lambing P., and C. R. Kuehl. Entrepreneurship. 2000. Prentice-Hall Inc. New Jersey. 12. Riyanti B. P. D. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Grasindo. Jakarta. 13. Widyatmoko A., 2006. 100 Peluang Usaha. Agromedia Pustaka. Tangerang. 14. Zubir Z. 2005. Studi Kelayakan Usaha. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 15. Zimmerer, W. T. Dan N. M. Scarborough. 2005. Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Binsnis Kecil. Ed. Keempat. PT. Indeks. Jakarta. 2016 34 Kewirausahaan Ahmad Sabir, M. Phil Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id