BAB II - UNIMUS Digital Library Universitas Muhammadiyah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Mata
1. Kelopak Mata
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi yaitu melindungi bola
mata terhadap trauma, trauma sinar, dan pengeringan bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjar yang membentuk film air mata di depan kornea.
Pada kelopak mata terdapat beberapa bagian, diantaranya : kelenjar (kelenjar
Sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis dan kelenjar
Meibom), otot (m. orbikularis okuli), tarsus, septum orbita, pembuluh darah (a.
palpebra), dan persarafan (nervus trigeminus yang mempersarafi kelopak mata
bagian atas, serta cabang kedua nervus trigeminus yang mempersarafi kelopak
mata bagian bawah).
2. Sistem Lakrimal
Sistem lakrimal atau sekresi air mata terletak di daerah temporal bola
mata. Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :
a. Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di
temporo antero superior rongga orbita.
b. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal.
3. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva
ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.
Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
6
http://digilib.unimus.ac.id
4. Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunya kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh
tiga lapis jaringan, yaitu :
a. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
b. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea
dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.
c. Retina, terletak paling dalam dan mempunyai susunan sebanyak 10 lapis
yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar
menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
5. Kornea
Kornea (cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, yang
tembus cahaya, dan merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan, terdiri atas lapis :
a. Epitel, tebalnya 50 µm terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih ; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
b. Membran Bowman, terletak di bawah membran basal epitel kornea yang
merupakan kolagen tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma. Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
c. Stroma, terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
satu dan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur dan di
bagian perifer bercabang. Terbentuknya kembali serat kolagen terkadang
memakan waktu sampai 15 bulan.
7
http://digilib.unimus.ac.id
d. Membran Descement merupakan membran aselular dan merupakan batas
belakang stroma kornea, dihasilkan sel endotel dan merupakan membran
basalnya.
e. Endotel, berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar
20-40 µm.
6. Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola
mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optic, yang menerima 3
akar saraf di bagian posterior yaitu :
a. Saraf sensoris yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar.
b. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri korotis.
c. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
7. Pupil
Cahaya yang masuk melalui kornea akan diteruskan ke pupil. Pupil
merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata. Pupil akan membesar bila intensitas cahaya kecil dan
apabila di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan
mengecil. Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada
akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang
diafragmanya dikecilkan.
8. Iris
Iris atau selaput pelangi merupakan jaringan berbentuk cakram melingkar
yang terdapat persis di depan lensa. Jaringan ini tersusun atas serabut otot sirkuler
dan radial. Di bagian ini terdapat pigmen yang mengatur warna mata. Pada iris
8
http://digilib.unimus.ac.id
didapatkan pupil yang tersusun atas 3 lapisan otot yaitu otot dilatator, sfingter iris
dan otot siliar yang dapat mengatur jumlah sinar yang masuk ke dalam bola mata.
9. Lensa
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris
yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal
dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
10. Badan Kaca
Merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa
dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata. Mengandung air
sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air. Sesungguhnya fungsi
badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata
agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke
retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu
terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana, dan papil saraf optik.
Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. 2
Gambar 2.1. Anatomi bola mata 11
9
http://digilib.unimus.ac.id
B. Kelainan Refraksi
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, dan panjangnya bola mata.
Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjangnya
bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media
penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi. 2
Gambar 2.2. Mata normal (emetropia) 12
Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.
Bila media penglihatan seperti kornea, lensa, dan badan kaca keruh maka sinar
tidak dapat diteruskan ke makula lutea. Keseimbangan dalam pembiasan sebagian
besar ditentukan oleh kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea
mempunyai daya pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa
memegang peranan membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi
atau bila melihat benda yang dekat. Panjang bola mata seseorang berbeda-beda.
Bila terdapat kelainan pembiasan oleh sinar kornea (mendatar, mencembung) atau
adanya perubahan panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar
normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia
yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.
10
http://digilib.unimus.ac.id
Miopia terjadi bila titik fokus sistem optik media penglihatan terletak di
depan makula lutea. Hipermetropia terjadi bila sinar sejajar difokuskan di
belakang makula lutea, sedangkan astigmatisme adalah suatu keadaan dimana
sinar yang sejajar tidak dibiaskan dengan kekuatan yang sama pada seluruh
bidang pembiasan sehingga fokus pada retina tidak pada satu titik. 2
C. Definisi Miopia
Rabun jauh atau disebut Miopia berasal dari bahasa Yunani yang artinya
“pandangan dekat” (nearsightedness) ialah keadaan pada mata akibat objek jatuh
tepat di depan retina sehingga jarak pandang terlampau jauh.
Miopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat
sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan di depan
retina. Kelainan ini diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda
tergeser ke belakang dan diatur agar tepat jatuh di retina.13
Gambar 2.3. Mata miopia 14
11
http://digilib.unimus.ac.id
D. Etiologi
Miopia disebabkan karena terlalu kuat pembiasan sinar di dalam mata
untuk panjangnya bola mata akibat :
1. Kornea terlalu cembung.
2. Lensa mempunyai kecembungan yang kuat sehingga bayangan dibiaskan
kuat.
3. Bola mata dan sumbu mata (jarak kornea - retina) terlalu panjang,
dinamakan miopia sumbu. Daya bias kornea, lensa atau akuos humor
terlalu kuat, dinamakan miopia pembiasan. 15, 16
4. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus.
Kondisi ini disebut miopia indeks.
5. Miopi karena perubahan posisi lensa. Misal pasca operasi glaukoma
mengakibatkan posisi lensa lebih ke anterior. 17
Secara fisiologik sinar yang difokuskan pada retina terlalu kuat sehingga
membentuk bayangan menjadi kabur atau tidak tegas pada makula lutea. Titik
fokus sinar yang datang dari benda yang jauh terletak di depan retina. Titik jauh
(pungtum remotum) terletak lebih dekat atau sinar datang tidak sejajar. 15
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Miopia
Selain itu, ada beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi seseorang
untuk cenderung mengalami miopia, diantaranya adalah :
1. Genetik dan Lingkungan
Anak dengan orang tua yang miopia cenderung mengalami miopia (P=
0,001). Hal ini cenderung mengikuti pola dose-dependent pattern. Prevalensi
miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah 32,9% namun jika anak
dengan salah satu orang tua miopia maka berkurang menjadi 18,2% dan kurang
dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia. 18
12
http://digilib.unimus.ac.id
Ada dua hipotesis yang berkembang untuk menunjukkan hubungan antara
miopia pada orang tua dan miopi pada anak. Yang pertama adalah teori dari
kondisi lingkungan yang diwariskan. Tendensi untuk miopia dalam suatu keluarga
lebih mungkin disebabkan lingkungan yang mendorong untuk melakukan
kegiatan yang berjarak dekat dengan intens dalam keluarga, daripada karena
faktor genetik. Orang tua dengan miopia biasanya akan menetapkan standar
akademik yang tinggi atau mewariskan kesukaan membaca pada anak-anak
mereka daripada mewariskan gen itu sendiri. Penelitian di Tanzania menunjukkan
bahwa orang tua yang memiliki status pendidikan tinggi, terutama ayahnya, lebih
banyak mempunyai anak yang menderita miopia. 19
Berdasarkan penelitian terhadap 1005 anak sekolah dasar di Singapura
rentang umur 7-9 tahun, status sosio-ekonomi seperti tingkat penghasilan keluarga
yang besar, pendidikan orang tua yang tinggi, dan tipe rumah yang luas ternyata
berkaitan dengan terjadinya miopia yang tinggi pada anak.
20
Hal ini sejalan
dengan penelitian yang menunjukkan prevalensi miopia yang lebih tinggi pada
anak di lingkungan urban dan sosio ekonomi tinggi di Malaysia. 21
2. Faktor Perilaku
Selain itu, lamanya bekerja jarak dekat juga mempengaruhi kejadian
miopia pada seseorang. Aktivitas melihat dekat jangka panjang menyebabkan
miopia melalui efek fisik langsung akibat akomodasi terus menerus sehingga
tonus otot siliaris menjadi tinggi dan lensa menjadi cembung. Namun berdasarkan
teori terbaru, aktivitas melihat dekat yang lama menyebabkan miopia melalui
terbentuknya bayangan buram di retina (retina blur) yang terjadi selama fokus
dekat. Bayangan buram di retina ini memulai proses biokimia pada retina untuk
menstimulasi perubahan biokimia dan struktural pada sklera dan koroid yang
menyebabkan elongasi aksial.
22
Peneliti di Singapura mengamati bahwa anak
yang menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton tv, bermain video
game, dan menggunakan komputer lebih banyak mengalami miopia. 6
13
http://digilib.unimus.ac.id
a. Membaca buku
Anak-anak dengan miopia yang tinggi membaca lebih sering dibanding
dengan anak-anak dengan miopia rendah ataupun yang tidak miopia yaitu lebih
dari 2 buku dalam seminggu. 20 Pekerjaan jarak dekat seperti jarak membaca yang
terlalu dekat (< 30 cm) dan lama membaca (> 30 menit) juga dapat meningkatkan
terjadinya miopia pada anak. 23
Kebiasaan membaca dalam waktu lama dapat menyebabkan tonus otot
siliaris menjadi tinggi sehingga lensa menjadi cembung yang mengakibatkan
bayangan objek jatuh di depan retina dan menimbulkan miopia. 24
b. Menggunakan komputer
Semakin lama orang melihat dekat, akan semakin besar kemungkinannya
menderita miopia. Miopia akan mulai timbul bila mengoperasikan komputer
minimal 4 jam sehari, dan paling banyak diderita oleh orang-orang yang bekerja
dengan melihat dekat selama 8-10 jam sehari.
25
Dengan posisi duduk didepan
komputer untuk jangka waktu beberapa jam, dapat memperberat kerja otot mata
untuk mengatur fokus dan menimbulkan ketegangan mata. Disamping itu,
penggunaan komputer berlebihan dapat mempercepat angka kejadian miopia. 24
Beban kerja pengguna komputer atas dasar lama waktu kerjanya dibagi
sebagai berikut :
a) Beban kerja berat, lama waktu kerja lebih dari 4 jam secara terus menerus.
b) Beban kerja sedang, lama waktu kerja 2 - 4 jam secara terus menerus.
c) Beban kerja ringan, lama waktu kerja kurang dari 2 jam secara terus
menerus. 26
14
http://digilib.unimus.ac.id
Dr. Masayuki Tatemichi dari Fakultas Kedokteran Universitas TOHO,
melakukan penelitian pada beberapa pekerja di tempat yang berbeda di Jepang
dan membaginya dalam beberapa kelompok berdasarkan lama menggunakan
komputer dalam sehari.
a) Pengguna berat: pengguna komputer dengan lama waktu kerja 9 – 16 jam
dalam sehari.
b) Pengguna sedang: pengguna komputer dengan lama waktu kerja 4 – 8 jam
dalam sehari.
c) Pengguna ringan: pengguna komputer dengan lama waktu kerja 1 – 3 jam
dalam sehari. 27
c. Menonton televisi
Menonton televisi dengan intensitas tertentu juga berpengaruh terhadap
derajat miopia. Sinar biru yang dipancarkan televisi dapat menyebabkan
degenerasi retina dengan merusak sitokrok oksidase dan menghambat pernapasan
sel.
28
Pada jarak yang terlalu dekat saat menonton televisi dapat pula
menimbulkan keluhan seperti kelelahan akibat kekakuan leher dan bahu, pusing,
penglihatan buram, mata merah dan perih, serta nyeri pada mata mata dan wajah.
Intensitas menonton televisi yang dihitung dalam jam atas dasar lama
waktu kerja sekali pemakaian, dengan ketentuan :
1) Intensitas rendah : menonton televisi selama < 1 jam secara terus menerus.
2) Intensitas tinggi : menonton televisi selama > 1 jam secara terus menerus.
29
Total menonton televisi dalam sehari yang dihitung dalam jam, dengan
ketentuan :
1) Beban kerja rendah : menonton televisi selama < 2 jam.
2) Beban kerja sedang : menonton televisi selama 2 – 4 jam.
3) Beban kerja tinggi : menonton televisi selama > 4 jam. 25
15
http://digilib.unimus.ac.id
Sedangkan jarak menonton tv dinilai dalam satuan meter sesuai dengan
ukuran diagonal tv. Perhitungannya adalah sebagai berikut :
Jarak menonton televisi = 6 x diagonal layar tv (dihitung dalam meter dimana 1”
= 0,0254 meter) 29
1) Sesuai : jarak menonton tv sesuai dengan jarak ideal
2) Jauh : jarak menonton tv lebih dari jarak ideal
3) Dekat : jarak menonton tv kurang dari jarak ideal
F. Kelainan Mata Yang Berhubungan Dengan Miopia
1. Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai adanya ekskavasi
glaukomatosa, neuropati saraf optik serta kerusakan lapang pandangan yang khas
dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal.
Adanya hubungan antara miopia tinggi dengan peninggian tekanan
intraokuli dan bertambahnya panjang sumbu bola mata dapat menyebabkan
meningkatnya tekanan intraokuli.
Pasien-pasien dengan miopia cenderung memiliki diskus optikus yang
lebih besar dan dibingungkan dengan bentuk diskus optikus pasien glaukoma.
Nervus optikus pada pasien miopia secara struktural lebih peka terhadap
kerusakan glaukomatous akibat peningkatan TIO dibandingkan mata normal.
Suatu penelitian di Israel dari 2403 subjek dilaporkan terdapat hubungan
signifikan antara miopia dan peningkatan TIO, terutama pada orang asli Afrika
Utara dan Asia. Studi lain melaporkan subjek-subjek miopia meliputi anak-anak
atau pada orang-orang yang mempunyai sumbu bola mata yang terlalu panjang.
Pasien dengan miopia memiliki 2 – 3 kali peningkatan resiko glaukoma
dibandingkan dengan non miopia. 30
16
http://digilib.unimus.ac.id
2. Strabismus
Strabismus adalah kelainan kedudukan bola mata dan bisa terjadi pada
arah atau jarak penglihatan tertentu saja, misalnya kelainan kedudukan untuk
penglihatan jarak jauh saja atau ke arah apa saja, atau terjadi pada semua arah dan
jarak penglihatan. Gangguan fungsi mata seperti pada kasus kesalahan refraksi
berat bisa berakhir pada strabismus. Strabismus esotropia terjadi karena pada
pasien miopia memiliki pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam
atau kedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia
konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat
juling kedalam atau esotropia. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu
mata telah berkurang atau terdapat ambliopia. 2
G. Epidemiologi
Miopia merupakan salah satu gangguan mata yang mempunyai prevalensi
yang tinggi. Kejadian miopia semakin lama semakin meningkat dan diestimasikan
bahwa separuh dari penduduk dunia menderita miopia pada tahun 2020. 20
Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak penderita miopia atau rabun
jauh, hal ini dikarenakan kebiasaan buruk yang sering kali dilakukan, ada pula
karena faktor keturunan. Diperkirakan penderita miopia atau rabun jauh antara
800 juta - 2,3 milyar orang. Di negara-negara seperti Cina, India dan Malaysia 41
% penduduk negara tersebut dari orang dewasa menderita miopia dengan minus 1
(-1.00). 31
Para peneliti dari Australia mengatakan bahwa pancaran sinar matahari
dapat menstimulasi produksi dopamin kimia yang mencegah pupil mata
memanjang sehingga dapat mencegah terjadinya miopia (rabun jauh). Jika
dilakukan suatu perbandingan antara penduduk Australia dan Singapura, akan
ditemui kesimpulan seperti : rata-rata anak-anak dan remaja di Singapura hanya
menghabiskan waktu di luar rumah untuk sekedar bermain dan hanya
menghabiskan waktu 30 menit per hari, akan tetapi 90% remaja dan anak-anak di
17
http://digilib.unimus.ac.id
Singapura mengenakan kacamata permanen maupun sementara, berbeda dengan
anak-anak dan remaja di Australia. Para remaja dan anak – anak di Australia lebih
banyak menghabiskan waktu bermain di luar rumah sekitar 2-3 jam per hari dan
tentunya hal ini yang mendorong remaja dan anak-anak di Australia, lebih sedikit
yang menderita miopia atau rabun jauh cenderung sekitar 20 % dari total
penduduk Australia.
32
Oleh karenanya para bayi atau balita usia 0-3 bulan sering
kali dijemur pada pagi hari agar sel-sel dan saaraf tubuh seluruhnya berkembang
baik dan memberi rangsang terhadap jaringan otot, otak dan mata.
Dari hasil penelitian pada 157 mahasiswa kedokteran di Singapura tahun
kedua (usia 19-23 tahun) didapatkan 89,8% menderita miopi dan presentasi ini
meningkat dari hasil penelitian sebelumnya tahun 1990 saat didapatkan hasil
82%.4
Penelitian lain menyebutkan, dari 140 mahasiswa kedokteran senior di
Fakultas Kedokteran Universitas Trondheim, Norwegia, 133 (75 perempuan, 58
laki-laki) telah diperiksa dan didapatkan prevalensi miopia 50,3% pada mata
kanan (n = 67) tanpa perbedaan yang signifikan antara siswa perempuan dan lakilaki. Sebanyak 43,3% mahasiswa yang mengalami miopia memakai kacamata
pada usia sekitar 20 tahun, hal ini menunjukkan angka prevalensi yang relatif
tinggi pada onset dewasa miopia. 33
H. Klasifikasi
Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau
kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa bentuk miopia
seperti :
a. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti
terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung
sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia bias atau miopia
indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea
dan lensa yang terlalu kuat.
18
http://digilib.unimus.ac.id
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
norm
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam :
a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3
1 dioptri
b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6
3 dioptri
c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri.
Miopia berdasarkan umur :
a. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak)
anak
b. Youth-onset
onset myopia (< 20 tahun)
c. Early adult-onset
onset myopia (20 - 40 tahun)
d. Late adult-onset
onset myopia (> 40 tahun).
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :
a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah
setela dewasa
b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambahnya panjang bola mata
c. Miopia
maligna,
miopia
yang
berjalan
progresif,
yang
dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia
pernisiosa = miopia maligna
ma
= miopia degeneratif.
Gambar 2.4. Fundus miopia pada miopia tinggi
19
Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya bila miopia lebih dari 6
dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai
terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai
dengan atofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi
sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan
rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi
bercak Fuch berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris
retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.
I. Patofisiologi Miopia
Kata miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang
mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti
mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri – ciri penderita miopia yang suka
menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas,
karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga
titik fokus yang tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke belakang
mendekati retina.
Sebenarnya, miopia juga dapat dikatakan merupakan keadaan di mana
panjang fokus media refrakta lebih pendek dari sumbu orbita (mudahnya, panjang
aksial bola mata jika diukur dari kornea hingga makula lutea di retina).
Berdasarkan pengertian ini, maka dikenal dua jenis miopia, yaitu:
1. Miopia aksial
Adalah miopia yang disebabkan oleh sumbu orbita yang lebih panjang
dibandingkan panjang fokus media refrakta. Dalam hal ini, panjang fokus media
refrakta adalah normal (± 22,6 mm) sedangkan panjang sumbu orbita > 22,6 mm.
20
http://digilib.unimus.ac.id
2. Miopia refraktif
Adalah bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih
kuat.
Pada penderita miopia, sinar yang datang menuju mata dbiaskan dengan
tidak tepat sehingga menghasilkan bayangan yang tidak tepat pula. Penderita yang
memiliki bola mata yang terlalu panjang atau kornea yang terlalu melengkung
menyebabkan sinar yang masuk ke mata dibiaskan tidak tepat pada retina (di
depan retina) sehingga menyebabkan penglihatan penderita menjadi kabur.
Kadang-kadang keadaan miopia pada penderita dapat menetap (stasioner) namun
dapat pula memburuk seiring bertambahnya usia penderita. 2
J. Manifestasi Klinis
Penderita miopia yang dikatakan sebagai rabun jauh akan mengatakan
penglihatannya kabur untuk melihat jauh dan hanya jelas pada jarak tertentu atau
dekat. Seseorang dengan miopia selalu ingin melihat dekat dengan mendekatkan
benda yang dilihat pada mata.
Pasien dengan miopia lebih dari -3.00 dioptri tidak akan melihat baik pada
pekerjaannya bila tidak menggunakan kacamata. Pasien dengan ukuran lebih dari
-4.00 dioptri akan terganggu dalam pekerjaannya untuk melihat jauh.
Pasien dengan miopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering
disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang miopia
mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya bila ia melihat jauh untuk
mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil)
sehingga dapat melihat jelas. 2, 15
Apabila terdapat miopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang
lain, dapat terjadi ambliopia pada mata yang miopianya lebih tinggi. Penglihatan
yang baik harus jernih dan bayangan terfokus pada kedua mata. Bila bayangan
kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka
21
http://digilib.unimus.ac.id
jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan dapat memburuk.
Bila hal ini terjadi, otak akan “mematikan” mata yang tidak fokus dan penderita
akan bergantung pada satu mata untuk melihat. Beratnya ambliopia berhubungan
dengan lamanya mengalami kurangnya rangsangan untuk perkembangan
penglihatan makula. Mata ambliopia yang menggulir ke temporal disebut
strabismus divergen (eksotropia). 2, 15, 16
Pasien miopia mempunyai pungtum remotum yang dekat sehingga mata
selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan
astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan
terlihat juling ke dalam atau esoptropia. 2
Penderita miopia menyenangi membaca, apakah hal ini disebabkan
kemudahan untuk membaca dekat tidak diketahui dengan pasti. 15
Gejala subyektif :
a. Kabur bila melihat jauh.
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat
c. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi), astenovergens.
Gejala obyektif :
1. Miopia simpleks
a. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
b. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau
dapat disertai cresen miopia (myopia crescent) yang ringan di sekitar papil
saraf optik.
22
http://digilib.unimus.ac.id
2. Miopia patologik
a. Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks
b. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainankelainan pada:
a) Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa perdarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi
badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan
miopia.
b) Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil
dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur.
c) Makula: berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang
ditemukan perdarahan subretina pada daerah makula.
d) Retina bagian perifer: berupa degenerasi sel retina bagian perifer.
e) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih
jelas dan disebut sebagai fundus tigroid.
23
http://digilib.unimus.ac.id
K. Diagnosis
Untuk
mendiagnosis
miopia
dapat
dilakukan
dengan
beberapa
pemeriksaan pada mata. Pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Refraksi Subyektif
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan dengan optotipe Snellen. Adapun
syarat-syarat pemeriksaan ini, antara lain :
a. Jarak pemeriksa dan penderita sejauh 6 m.
b. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan tenang, baik pemeriksa maupun
penderita.
c. Pada pemeriksaan terlebih dahulu ditentukan tajam penglihatan atau visus
VOD (visus oculi dextra) dan VOS (visus oculi sinistra).
Ketajaman penglihatan yang kurang baik dapat dikoreksi dengan
menggunakan lensa sferis + (S+), sferis – (S-), silindris +/- (C+/-). Pada kelainan
refraksi miopia, ketajaman penglihatan dapat dikoreksi dengan menggunakan
sferis negatif terkecil yang akan memberikan ketajaman penglihatan terbaik tanpa
akomodasi. 34
Gambar 2.5. Miopia tak terkoreksi dan miopia yang dikoreksi dengan lensa
minus35
2. Refraksi Obyektif
a. Pemeriksaan oftalmoskopi direk bertujuan untuk melihat kelainan dan
keadaan fundus okuli, dengan dasar cahaya yang dimasukkan ke dalam
fundus akan memberikan refleks fundus dan akan terlihat gambaran
24
http://digilib.unimus.ac.id
fundus. Pemeriksaan oftalmoskopi pada kasus yang disertai dengan
kelainan refraksi akan memperlihatkan gambaran fundus yang tidak jelas,
terkecuali jika lensa koreksi pada lubang penglihatan oftalmoskopi diputar.
Sehingga dengan terlebih dahulu memperlihatkan keadaan refraksi
pemeriksa, maka pada pemeriksaan oftalmoskopi besar lensa koreksi yang
digunakan dapat menentukan macam dan besar kelainan refraksi pada
penderita secara kasar.
b. Pemeriksaan streak retinoskopi yaitu menggunakan retinoskopi dengan
lensa kerja ∫+2.00D. Pemeriksa mengamati refleks fundus yang bergerak
berlawanan arah dengan gerakan retinoskop (against movement) kemudian
dikoreksi dengan lensa negative sampa tercapai netralisasi.36
L. Penatalaksanaan
Penderita miopia dapat dikoreksi dengan menggunakan kacamata, lensa
kontak atau melalui operasi. Terapi terbaik pada miopia adalah dengan
penggunaan kacamata atau lensa kontak yang akan mengkompensasi panjangnya
bola mata dan akan memfokuskan sinar yang masuk jatuh tepat di retina.
1. Kaca mata
Kacamata merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
memperbaiki kelainan refraksi mata. Dalam hal ini fungsi dari kacamata adalah
mengatur supaya bayangan benda yang tidak dapat dilihat dengan jelas oleh mata
menjadi jatuh tepat di titik jauh mata (pada penderita miopia). Selain itu,
penggunaan kacamata memiliki salah satu kelebihan dimana dapat memperbaiki
keadaan mata miopi meskipun kedua mata penderita memiliki perbedaan ukuran
minus (sebagai contoh mata kanan -5,00 D, mata kiri -3,00 D), dalam hal ini
pembuatan lensa negatif dapat disesuaikan sehingga penderita dapat melihat lebih
jelas.
25
http://digilib.unimus.ac.id
Terdapat keuntungan dan kerugian memakai kacamata pada mata dengan miopia.
a. Keuntungan
a) Memberikan perbaikan penglihatan dengan mengoreksi bayangan pada
miopia.
b) Memundurkan bayangan ke retina.
c) Mencegah munculnya pterigium yang biasanya diakibatkan oleh
paparan sinar matahari dan iritasi kronik dari lingkungan (udara, angin,
debu) yang dapat menimbulkan gangguan penglihatan.
b. Kerugian
a) Walaupun
kacamata
memberikan
perbaikan
penglihatan,
berat
kacamata akan bertambah bila kekuatan lensa bertambah, selain juga
menganggu penampilan.
b) Tepi gagang disertai tebalnya lensa akan mengurangi lapang pandang
penglihatan tepi.
c) Kacamata tidak selalu bersih.
d) Pemakaian kacamata dengan lensa positif/negatif yang berat, akan
melihat benda menjadi lebih besar/kecil.
e) Terasa ada yang mengganjal di dekat hidung dan telinga sehingga tidak
nyaman.
f) Mengganggu aktivitas. Bila berada dalam lingkungan yang panas, kaca
sering berembun atau terkena keringat.
2. Lensa kontak
Penggunaan lensa kontak merupakan pilihan kedua pada terapi miopia.
Lensa kontak merupakan lengkungan yang sangat tipis terbuat dari plastik yang
dipakai langsung di mata di depan kornea. Meski terkadang ada rasa tidak nyaman
pada awal pemakaian tetapi kebanyakan orang akan cepat membiasakan diri
26
http://digilib.unimus.ac.id
terhadap pemakaian lensa kontak. Kelebihan dan kekurangan dalam memakai
lensa kontak adalah :
a. Kelebihan
a) Pada kelainan refraksi yang berat, penglihatan melalui lensa kontak
praktis tidak berubah (seperti penglihatan mata normal).
b) Dengan lensa kontak, luas lapang pandangan tidak berubah.
c) Pada anisometropia (perbedaan refraksi, mata kanan dan kiri yang
melebihi 2.5 – 3 D), besarnya gambaran penglihatan mata kanan – kiri
dengan lensa kontak kurang lebih sama.
d) Dapat digunakan untuk tujuan kosmetik yaitu pada miopia tinggi yang
memerlukan kaca mata berlensa tebal.
b. Kekurangan
a) Mata lebih mudah kena infeksi, apabila pemakainya kurang
mengindahkan kebersihan atau bila lingkungan sekitarnya kurang
bersih.
b) Lebih mudah terjadi erosi kornea, terutama bila lensa kontak dipakai
terlalu lama, atau dipakai tidak teratur.
c) Pemakaian lensa kontak, hendaknya didasarkan atas alasan-alasan
medik saja. Lengkungan belakang lensa kontak (lengkung dasar, base
curve) hendaknya sesuai dengan lengkungan kornea. Oleh karena itu
pemeriksaan dengan keratometer untuk memeriksa lengkung kornea
adalah penting. 16
3. Bedah pada miopia
Adalah tidak mungkin untuk memendekkan bola mata pada miopia. Pada
keadaan tertentu miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea. Pada saat
ini telah terdapat berbagai cara pembedahan pada miopia seperti keratotomi radial,
keratektomi fotorefraktif, dan laser asisted in situ interlamelar keratomilieusis
(LASIK).
27
http://digilib.unimus.ac.id
a. Keratotomi radial
Pada keratotomi radier dilakukan sayatan radier pada permukaan kornea
sehingga berbentuk jari-jari roda. Bagian sentral kornea tidak disayat. Bagian
kornea yang disayat akan menonjol sehingga bagian tengah kornea menjadi rata.
Ratanya kornea bagian tengah akan memberikan suatu pengurangan kekuatan bias
kornea sehingga dapat mengganti lensa kaca mata negatif.
Keratotomi radial bermanfaat untuk memperbaiki miopia -2.00 hingga 6.00 Dioptri dan astigmat ringan. Efek samping yang terjadi pada RK adalah :
a) Penglihatan yang tidak stabil
b) Koreksi lebih atau kurang
Gambar 2.6. Keratotomi Radial
b. Keratotekmi fotorefraktif
Merupakan cara yang mempergunakan sinar excimer untuk membentuk
permukaan kornea. Sinar pada excimer akan memecah molekul sel kornea. Akibat
lamanya sinar akan memberikan suatu pemecahan sejumlah molekul sel
permukaan kornea.
28
http://digilib.unimus.ac.id
Keuntungan dan kerugian sinar excimer antara lain :
a) Keuntungan
Luka sayatan yang dihasilkan laser excimer sangat kecil yaitu 0,54 mm
dan proses operasi hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk
kedua mata.
b) Kerugian
Mahalnya alat dan mempunyai efek samping sepert eritema (kemerahan),
hiperpigmentasi dan erosi (luka). Dalam kebanyakan kasus hal ini dapat
ditoleransi dengan baik dan tidak perlu menghentikan perlakuan.
Gambar 2.7. Keratektomi fotorefraktif
c. Laser asisted in situ interlamelar keratomilieusis (LASIK)
LASIK merupakan metode terbaru di dalam operasi mata. LASIK
direkomendasikan untuk miopia dengan derajat sedang sampai berat. Pada LASIK
digunakan laser dan alat pemotong yang dinamakan mikrokeratome untuk
memotong flap secara sirkular pada kornea. Flap yang telah dibuat dibuka
29
http://digilib.unimus.ac.id
sehingga terlihat lapisan dalam dari kornea. Kornea diperbaiki dengan sinar laser
untuk mengubah bentuk dan fokusnya, setelah itu flap ditutup kembali.
Syarat untuk dilakukan LASIK :
a) Umur telah lebih dari 18 tahun
b) Tidak mempunyai riwayat penyakit auto imun
c) Tidak sedang menyusui atau sedang hamil
d) Kacamata telah stabil ukurannya
Gambar 2.8. LASIK
d. Miopia diperbaiki tanpa pembedahan
Ada beberapa cara yang diduga dapat mengatasi miopia tanpa tindakan
pembedahan yang masih perlu mendapatkan pembuktian. Dikenal cara
orthokeratology (ortho = pendek, kerato). Dengan meletakkan lensa kontak keras
dan gas permiable pada permukaan kornea dapat dirubah atau ditekan permukaan
kornea sehingga rata yang akan mengurangkan miopia mata.
Orthokeratology efektif untuk miopia ringan sampai 2 dioptri. Untuk
mencegah kambuh maka pemakaian dapat dicoba sendiri oleh pasien. 37
30
http://digilib.unimus.ac.id
M. Prognosis
Kacamata dan kontak lensa dapat mengkoreksi ( tetapi tidak selalu )
penglihatan pasien menjadi 5/5. Operasi mata dapat memperbaiki kelainan mata
pada orang yang memenuhi syarat. Faktor genetik yang mempengaruhi
perkembangan dan derajat keparahan miopi tidak dapat diubah, tetapi kita dapat
mempengaruhi faktor lingkungan sebagai sebab timbulnya miopi. Cara
pencegahan yang dapat kita lakukan adalah dengan membaca di tempat yang
terang, menghindari membaca pada jarak dekat, beristirahat sejenak ketika bekerja
di depan komputer atau mikroskop, nutrisi yang baik dan terapi penglihatan.
Tidak ada angka kejadian berdasarkan penelitian yang menjelaskan bahwa
kontak lensa atau latihan mata dapat menghentikan progresifitas dari miopi.
Ketegangan mata dapat dicegah dengan menggunakan cahaya yang cukup pada
saat membaca dan bekerja, dan menggunakan kacamata atau lensa yang
disarankan. Pemeriksaan secara teratur sangat penting untuk penderita degeneratif
miopi karena mereka mempunyai faktor resiko untuk terjadinya ablasi retina,
degenerasi retina atau masalah lainnya.
N. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penderita miopia antara lain ablasi
retina dan strabismus esotropia. Ablasi retina terjadi karena pada miopia tinggi
terbentuk stafiloma sklera posterior yang terletak dipolus posterior, maka retina
harus meliputi permukaan yang lebih luas sehingga teregang dan menimbulkan
fundus tigroid. Akibat regangan mungkin dapat menyebabkan ruptura dari
pembuluh darah retina dan mengakibatkan perdarahan yang dapat masuk kedalam
badan kaca, mungkin juga terjadi ablasi retina akibat timbulnya robekan karena
tarikan. Strabismus esotropia terjadi karena pada pasien miopia memiliki pungtum
remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau kedudukan konvergensi
yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini
31
http://digilib.unimus.ac.id
menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Bila terdapat
juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.
O. Pencegahan
1. Mencegah terjadinya kebiasaan buruk
a. Anak dibiasakan duduk dengan posisi tegak sejak kecil,
b. Memegang alat tulis dengan benar, 38
c. Mengistirahatkan mata selama 5 hingga 10 menit setiap melakukan
pekerjaan dekat selama 30-45 menit, 39
d. Batasi jam membaca,
e. Aturlah jarak baca yang tepat yaitu 30 sentimeter, dan gunakanlah
penerangan yang cukup,
f. Bila memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur
tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm.
2. Jangan biasakan anak untuk membaca dengan posisi tiduran di lantai
maupun tempat tidur. 40
3. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau
melihat jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah miopia,
4. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan
menunggu sampai ada gangguan pada mata. Jika tidak diperbaiki sejak
awal, maka kelainan yang ada bisa menjadi permanen, misalnya bayi
prematur harus terus dipantau selama 4-6 minggu pertama di ruang
inkubator untuk melihat apakah ada tanda-tanda retinopati,
5. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera lakukan
konsultasi dengan dokter spesialis mata anak supaya tidak terjadi juling.
Patuhi setiap perintah dokter dalam program rehabilitasi tersebut,
32
http://digilib.unimus.ac.id
6. Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu hamil
tetap perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan vitamin A selama
hamil,
7. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang kurang,
segeralah melakukan pemeriksaan. 41
33
http://digilib.unimus.ac.id
P. Kerangka Teori
FAKTOR PERILAKU
Intensitas menggunakan
komputer secara terus
menerus
Total menggunakan
komputer dalam
sehari
Intensitas
menonton tv
secara terus
menerus
Total menonton tv
dalam sehari
Jarak menonton
tv
Sesuai
Beban
kerja
ringan
<2
jam
Beban
kerja
sedang
2-4 jam
Beban
kerja
tinggi
>6
jam
Beban
kerja
ringan
1-3
jam
Beban
kerja
sedang
4-8 jam
Beban
kerja
tinggi
9-16
jam
Intensitas
rendah
< 1 jam
Rendah
< 2 jam
Intensitas
tinggi
> 1 jam
Tinggi
> 4 jam
Daya lensa
positif lebih kuat
sehingga sinar di
fokuskan di
depan retina
Derajat
miopia
34
http://digilib.unimus.ac.id
Sedang
2-4 jam
Dekat
Lama membaca
buku dalam sekali
baca secara terus
menerus
Jarak
membaca
buku
Jauh
Baik
≤ 30
menit
Tidak
baik
> 30
menit
Cukup
30 cm
Dekat
< 30
cm
Q. Kerangka Konsep
Variabel independen
variabel dependen
Faktor Perilaku :
1. intensitas menggunakan
komputer secara terus
menerus
2. total menggunakan
komputer dalam sehari
3. intensitas menonton tv
secara terus menerus
4. total menonton televisi
dalam sehari
5. jarak menonton tv
6. lama membaca buku
dalam sekali baca secara
terus menerus
7. jarak membaca buku
Derajat
Miopia
R. Hipotesis
1. Hipotesis Mayor
Ada hubungan antara faktor perilaku dengan derajat miopia pada
mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
2. Hipotesis Minor
a. Ada hubungan antara intensitas menggunakan komputer secara terus
menerus
dengan
derajat
miopia
pada
mahasiswa
kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang.
b. Ada hubungan antara total menggunakan komputer dalam sehari
dengan derajat miopia pada mahasiswa kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.
35
http://digilib.unimus.ac.id
c. Ada hubungan antara intensitas menonton televisi secara terus menerus
dengan derajat miopia pada mahasiswa kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.
d. Ada hubungan antara total menonton televisi dalam sehari dengan
derajat
miopia
pada
mahasiswa
kedokteran
Universitas
Muhammadiyah Semarang.
e. Ada hubungan antara jarak menonton televisi dengan derajat miopia
pada mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
f. Ada hubungan antara lama membaca buku sekali baca secara terus
menerus
dengan
derajat
miopia
pada
mahasiswa
kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang.
g. Ada hubungan antara jarak membaca buku dengan derajat miopia pada
mahasiswa kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.
36
http://digilib.unimus.ac.id
Download