BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interaksi antara dua orang atau lebih merupakan syarat utama dalam komunikasi, seperti yang dikatakan oleh Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (2009) bahwa “komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi atara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengetian yang mendalam”. Dari definisi di atas juga ditekankan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan tersebut mempunyai tujuan yakni mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya yang menjadi sasaran komunikasi. 2.1.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa menurut Bittner (2007:3), yaitu: “Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people)”. Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa. 2.1.2. Ciri-ciri Komunikasi Massa 1. Komunikator dalam Komunikasi Massa Melembaga Komuniaktor dalam komunikasi massa biasanya adalah media massa (surat kabar, jaringan televisi, stasiun radio, majalah, atau penerbit buku). Media massa tersebut bisa dikatakan sebuah organisasi sosial karena merupakan 8 9 kumpulan beberapa individu yang bertanggung jawab dalam proses komunikasi massa tersebut. Komunikasi massa bukan merupakan produk perorangan, melainkan produk kelompok. Biasanya birokrasi yang berusaha mendapakan keuntungan. Jadi, jelas sekali bahwa komunikator dalam komunikasi massa itu bukan perorangan, tetapi lembaga atau institusi. 2. Komunikan dalam Komunikasi Massa Bersifat Heterogen Artinya bahwa komunikan dalam komunikasi massa beragam, mulai dari beragam usia, status ekonomi, status sosial, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Sebagai contoh, bila kita sedang menonton petandingan bola AFF di RCTI, maka kita tidak bisa berfikir bahwa hanya kita yang menonton pertandingan tersebut. Di luar sana banyak orang yang berbeda latar belakang seperti yang sudah disebutkann diatas juga dapat menonton pertandingan tersebut. Jadi, heterogenitas itu banyak macamnya, meskipun tidak semua heterogenitas itu harus melekat pada diri komunikan. 3. Pesannya Bersifat Umum Komunikasi massa bersifat terbuka, yaitu komunikasi massa ditujukan untk semua orang dan tidak ditujukan untuk kelompok tertentu saja. Biasanya pesan yang diberikan menggunakan bahasa yang juga mudah dimengerti oleh khalayak luas, bukan dengan menggunakan bahasa khusus atau yang mewakili kelompok tertentu saja. 4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan 10 tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secar serempak dan pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. 5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Komunikasi memiliki dua hal, yaitu dimensi isi dan dimensi hubungan. Dimensi isi menunjukkan muatan atau isi komunikasi, yaitu apa yang dikatakan, sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya, yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para pelaku komunikasi itu. Dalam komunikasi antar personal, kedekatan suatu hubungan sangat berperan penting dalam penyampaian pesan, semakin dekat suatu hubungan maka semakin mudah pula suatu pesan disampaikan. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak harus selalu kenak dengan komunikannya atau sebaliknya. Hal yang terpenting adalah bagaimana seorang komunikator menyusdun pesan secara sistematis, dan sesuai dengan jenis medianya, agar komunikanm dapat memahami isi pesan yang disampaikan. 6. Komunikasi Bersifat Satu Arah Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antar personal. Dengan kata lain, komunikasi massa bersifat satu arah. 7. Stimulasi Alat Indra Terbatas 11 Salah satu kelemahan dari komunikasi massa adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antar personal yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra dari pelaku komunikasi, komunikator, dan komunikan dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat dan mendengar secara langsung. Dalam komunikasi massa, stimulus alat indra tergantung pada media yang digunakan. Pada surat kabar dan majalah, indra yang digunakan adalah mata, yakni melihat. Pada siaran radio khalayak hanya mendengar, dan pada siaran televise atau film, indra yang distimulus adalah mata dan telinga. 8. Umpan Balik Tertunda dan Tidak Langsung Komunikator komunikasi massa tidak dapat segera mengetahui bagaimana reaksi khalayak terhadap pesan yang disampaikannya. Tanggapan khalayak bisa diterima lewat telepon, e-mail, atau surat pembaca. Proses penyampaian melalui cara tersebut merupakan umpan balik. Sedangkan waktu yangh dibutuhkan untuk menggunakan telepon, e-mail, atau surat pembaca itu menunjukkan bahwa umpan balik komunikasi massa bersifat tertunda atau tidak langsung. 2.1.3 Komponen Komunikasi Massa Hiebert, Ungurait, dan Bohn, mengemukakan komponen-komponen komunikasi massa meliputi communications, codes and contents, gatekeepers, the media, regulators, filter, audience, dan feedback. (2007:31) 1. Communicator 12 Komunikator dalam media massa berbeda dengan komunikator dalam komunikasi antar personal. Pengirim pesan komunikasi massa bukan seorang individu, melainkan institusi, gabungan dari berbagai pihak. 2. Codes and Content Codes adalah sistem simbol yang digunakan untuk menyampaikan pesan komunikasi, misalnya: kata-kata lisan, tulisan, foto, music, dan film. Content atau isi media merujuk pada makna dari sebuah pesan, bisa berupa informasi mengenai perang Irak atau sebuah lelucon yang dilontarkan seorang comedian. Sedangkan codes adalah symbol yang digunakan untuk membawa pesan tersebut, misalnya kata-kata yang diucapkan atau ditulis, foto, maupun gambar bergerak. Dalam komunikasi massa, codes dann content berinteraksi sehingga codes yang berbeda dari jenis media yang berbeda, dapat memodifikasi persepsi khalayak atas pesan, walaupun content-nya sama. 3. Gatekeeper Gatekeeper seringkali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai penjaga gawang. Gawang yang dimaksud dalam hal ini adalah gawang dari sebuah media massa, agar media massa tersebut tidak “kebobolan”. Kebobolan dalam pengertian media massa tersebut tidak diajukan ke pengadilan oleh pembacanya karena menyampaikan berita yang tidak akurat, menyinggung reputasi seseorang, mencemarkan nama baik seseorang, dan lain-lain. Sehingga gatekeeper pada media massa menentukan penilaian apakah suatu informasi penting atau tidak. Ia menaikkan berita yang penting dan menghapus informasi yang tidak memiliki nilai berita. 4. Regulator 13 Dalam proses komunikasi massa, regulasi media massa adalah suatu proses yang rumit dan melibatkan banyak pihak. Peran regulator hampir sama dengan gatekeeper, namun regulator bekerja di luar institusi media yang menghasilkan berita. Regulator bisa menghentikan aliran berita dan menghapus suatu informasi, tapi ia tidak dapat menambah atau memulai informasi, dan bentuknya lebih seperti sensor. 5. Media Media massa terdiri dari: Media cetak, yaitu surat kabar dan majalah. Media elektronik, yaitu radio siaran, televisi, dan media online (internet). 6. Audience Marshall McLuhan menjabarkan audience sebagai sentral komunikasi massa yang secara konstan dibombardir oleh media. Media mendistribusikan informasi yang merasuk pada masing-masing individu. Audience hampir tidak bisa menghindari drai media massa, sehingga beberapa individu menjadi anggota audiences yang besar, yang menerima ribuan pesan media massa.(2007:41) Berikut merupakan gambaran individu yang dihadapkan pada berbagai pilihan media massa: Magazine Books Television INDIVIDU Radio Newspaper Phonograph Film Gambar 2.1 14 7. Filter Banyaknya audience media massa yang tersebar, dan heterogen (berbeda usia, jenis kelamin, agama, latar belakang sosial, tingkat penghasilan, pekerjaan, dan lain-lain). Sudah tentu masing-masing audience mempunyai lingkup pengalaman dan kerangka acuan yang berbeda-beda, sehingga pemaknaan terhadap pesan pun berbeda, sehingga mereka akan merespons pesan secara berbeda pula. 8. Feedback Komunikasi adalah proses dua arah anatar pengirim dan penerima pesan. Proses komunikasi belum lengkap apabila audience tidak mengirimkan respons atau tanggapan kepada komunikator terhadap pesan yang disampaikan. Respons atau tanggapan ini disebut feedback. Dalam percakapan tatap muka, penerima pesan merespons secara natural, langsung, dan segera, kepada pesan dan pengirim pesan. Respons ini dapat berupa mengangkat alis, menggelengkan kepala, memimta komunikator untuk mengulang pesannya, atau bahkan mendebat suatu pesan. Para pelaku komunikasi terus menerus berinteraksi dan secara konstan berganti-ganti peran. Komukator menjadi komunikan, dan sebaliknya. 2.1.4 Pengindraan Sebagai Filter Kita menggunakan indra kita yang berfungsi sebagai filter komunikasi, hak tersebut dipengaruhi physical.(2007:44) 1. Cultural oleh 3 kondisi yaitu cultural, psychological, dan 15 Pengindraan kita diwarnai, diganggu, dan dibiaskan oleh budaya kita. Menurut Edward T. Hall, budaya adalah menyangkut kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di suatu tempat dengan segala aspeknya. Seringkali, perbedaan budaya mengakibatkan adanya perbedaan persepsi terhadap suatu pesan. Adakalanya sesuatu yang dianggap wajar di suatu budaya tertentu mungkin bisa dianggap tidak wajar atau tidak pantas bagi budaya lainnya. Dalam konteks komunikasi massa, pesan komunikasi bisa dipersepsi berbeda, ada perbedaan antara pesan yang disampaikan komunikator dengan pesan yang diterima khalayak. 2. Psychological Kita membentuk persepsi kita berdasarkan kerangka acuan kita, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman, dan lain-lain. Sebagai contoh, banyak anakanak yang mengikuti smackdown yang dilihatnya di televisi padahal hal tersebut sangat berbahaya dan bahkan menimbulakan korban jiwa. Anak-anak meniru hal tersebut karena filter anak-anak tersebut belum digunakan secara sempurna, hal tersebut dipengaruhi tingkat pendidikan yang masih rendah dan pengalaman yang masih minim. 3. Physical Kondisi fisik internal berhubungan dengan kesehatan individu anggota audience. Saat sedang dalam keadaan sakit, seseorangakan menyaring pesan secara berbeda dibandingkan dengan ketika dia dalam keadaan sehat. Sebagai contoh, bila seseorang sedang sakit maag dan melihat iklan obat maag, maka orang tersebut akan bereaksi lebih aware pada iklan tersebut ketimbang orang yang sedang sehat ketika melihat iklan tersebut. 16 2.1.5 Efek Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial kearah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan terperinci mengenai kekuatan social yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/audio visual) perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologis dan analisis sosial. Yang dimaksud dengan analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis social adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat unik serta kompleks. 2.1.6 Teori Uses and Gratification Teori penggunaan dan kepuasaan atau uses and gratifications theory disebut sebagai salah satu teori yang paling populer dalam studi komunikasi massa. Teori ini mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu menyebabkan audien mencari, menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda diantara individu audien. Teori ini memfokuskan perhatian pada audien sebagai konsumen media massa dan bukan pada pesan yang disampaikan. Teori ini menilai bahwa audien dalam menggunakan media berorientasi pada tujuan, bersifat aktif sekaligus diskriminatif. Audien dinilai mengetahui kebutuhan mereka dan mengetahui serta bertanggung jawab terhadap pilihan media. 17 Cikal bakal teori penggunaan dan kepuasan dimulai pada tahun 1940-an. Ketika sejumlah peneliti mencoba mencari tahu motif yang melatarbelakangi audien mendengarkan radio dan membaca surat kabar. Mereka meneliti siaran radio dan mencari tahu mengapa orang tertarik terhadap program yang disiarkan, seperti kuis dan serial drama radio. Mencari tahu kepuasan apa yang diperoleh atau apa motif orang membaca surat kabar. Menurut Herta Herzog (1944) dipandang sebagai orang pertama yang mengawali riset penggunaan dan kepuasan ini. Ia mengelompokkan berbagai alasan mengapa orang memilih mengonsumsi surat kabar daripada radio dan mempelajari peran keinginan dan kebutuhan audien terhadap pilihan media. Ia menemukan adanya tiga jenis atau tipe pemuasan, yaitu: 1. Sebagian orang menyukai sinetron karena berfungsi sebagai sarana pelepasan emosi dengan cara melihat dan mendengar masalah orang lain melalui TV. 2. Audien dapat berangan-angan (wishful thinking) terhadap sesuatu yang tidak mungkin mereka raih, mereka sudah cukup memperoleh kepuasan hanya dengan melihat pengalaman orang lain di layar kaca; 3. Sebagian orang merasa mereka dapat belajar dari program sinetron karena jika seseorang menonton program tersebut dan sesuatu terjadi dalam hidupnya, maka ia sudah tahu apa yang harus dilakukan berdasarkan ‘pelajaran’ yang diperoleh dari sinetron yang bersangkutan. Untuk memahami mengapa individu menggunakan media, kita dapat menggunakan yang dikemukakan Harold D Lasswell (1948). Ia mengemukakan tiga fungsi utama media terhadap masyarakat. 18 1. Media berfungsi untuk memberitahu audien mengenai apa yang terjadi di sekitar mereka (surveying the environment). 2. Melalui pandangan yang diberikan media terhadap berbagai hal yang terjadi, maka audien dapat memahami lingkungan sekitarnya secara lebih akurat (correlationof environmental parts). 3. Pesan media berfungsi menyampaikan tradisi dan nilai-nilai sosial kepada generasi audien selanjutnya (transmit social norms and customs). Para ahli komunikasi telah mengembangkan emapat model teori untuk menjelaskan bagaimana individu menggunakan atau mengonsumsi media dan efek yang ditimbulkannya. 2.2 Media Massa Media massa adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio siaran, televisi, majalah, komputer, dan internet. 2.2.1 Dampak Sosial Media Massa Media massa secara pasti mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media massa mempengaruhi budaya, social, dan politik. Secara instan media massa 19 dapat membentuk kristalisasi opini publik untuk melakukan tindakan tertentu. Media massa terutama televisi, yang menjadi agen sosialisasi (penyebaran nilai-nilai) memainkan peranan penting dalam transmisi sikap, persepsi dan kepercayaan. 2.2.2 Televisi Pengertian televisi dalam sistem penyiaran dengan disertai bunyi (suara) melalui kabel atau angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi cahaya yang dapat diingat.(2006:7) Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita, dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonyon televisi sekitar tujuh jam dalam sehari. (2007:134) 2.2.3 Karakteristik Televisi Ditinjau dari stimulasi alat indra, dalam radio siaran, surat kabar, dan majalah hanya satu alat indra yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan indra pendengaran, surat kabar dan majalah dengan indra penglihatan.(2007:137) a. Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat. Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik, dan efek suara maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. b. Berpikir Dalam Gambar 20 Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengaruh acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi seseorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaliknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. 2.2.4 Stimulus Respon Prinsip stimulus-respons pada dasarnya merupakan suatu prinsip belajar yang sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimuli tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan atau memperkirakan suatu kaitan erat antara pesanpesan media dan reaksi audience. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah: pesan (stimulus), seorang penerima atau receiver (organisme), efek (respons). Prinsip stimulus respons ini merupakan dasar dari teori jarum hipodermik, teori klasik mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh. Dalam teori ini isi media dipandang sebagai obat yang disuntikkan kedalam pembuluh darah atau audience, yang kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti yang diharapkan. Dibalik konsepsi ini sesungguhnya terdapat dua pemikiran yang mendasarinya: 1. Gambaran mengenai suatu masyarakat modern yang merupakan agregasi dari individu-individu yang relatif terisolasi (atomized) yang bertindak berdasarkan kepentingan pribadinya, yang tidak terlalu terpengaruh oleh kendala dan ikatan sosial. 2. Suatu pandangan yang dominan mengenai media massa yang seolah-olah sedang melakukan kampanye untuk mobilisasi perilaku sesuai dengan tujuan dari 21 berbagai kekuatan yang ada dalam masyarakat (biro iklan, pemerintah, parpol dan sebagainya). Dari pemikiran tersebut, dikenal apa yang disebut “masyarakat massa”, dimana prinsip stimulus-respons mengasumsikan bahwa pesan dipersiapkan dan didistribusikan secara sistematik dan dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut dapat tersedia bagi sejumlah besar individu, dan bukan ditunjukan pada orang per orang. Penggunaan teknologi untuk penerimaan dan respons oleh audience. Dalam hal ini tidak diperhitungkan kemungkinan adanya intervensi dari sktuktur sosial atau kelompok dan konsekuensinya, seluruh individu yang menerima pesan dianggap sama atau seimbang. Jadi, hanya agregasi jumlah yang dikenal, seperti konsumen, supporter dan sebagainya. Selain itu diasumsikan pula bahwa terpaan pesan-pesan media, dalam tingkat tertentu, akan menghasilkan efek. Jadi kontak dengan media cemerlang diartikan dengan adanya pengaruh tertentu dan media, sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan media tidak akan terpengaruh. Pada tahun 1970, Melvin DeFleur melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respons dengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi massa (individual differences). Disini diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audience. Teori Defleur ini secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi variabel-variabel psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek. Berangkat dari teori perbedaan individu dan stimulus-respons ini, Defleur mengembangkan model psikodinamik yang didasarkan pada keyakinan bahwa kunci 22 dari persuasi yang efektif terletak pada modifikasi struktur psikologis internal individu. Melalui modifikasi inilah respons tertentu yang diharapkan muncul dalam perilaku individu akan tercapai. Esensi dari model ini adalah fokusnya pada variabelvariabel yang berhubungan dengan inidividu sebagai penerima pesan, suatu kelanjutan dari asumsi sebab-akibat, dan mendasarkan pada perubahan sikap sebagai ukuran bagi perubahan perilaku.(2007.5.15). 2.2.5 Presenter Presenter, atau yang disebut sebagai komunikator merupakan bagian yang paling dominan dalam keseluruhan proses komunikasi untuk mencapai efektivitas. Mereka yang meyusun dan melontarkan pesan atau pernyataan umum kepada khalayak. Kedudukan dan fungsi presenter dalam upaya meciptakan efektivitas dalam proses komunikasi adalah penting sekali, karena daripadanya terletak efektit tidaknya pesan-pesan yang disampaikan. (2009) Unsur komunikator harus pula disesuaikan dengan kebutuhan khalayak dan termasuk dalam keseluruhan strategi komunikasi. Berbeda presenter, dengan membawa pesan yang sama dalam suasana yang sama pula, dapat menimbulkan efek yang berbeda. Tidak semua presenter mempunyai daya tarik yang sama. Khalayak memiliki presenter kesayangan dan kepercayaan. Unsur komunikator kadang lebih kuat pengaruhnya daripada pesan yang disampaikan, dengan kata lain siapa yang menyampaikan pesan, jauh lebih penting dan berpengatuh dari apa yang disampaikan. Khalayak sangat menghargai presenter yang berkompeten, yang dikenal, yang dikagumi, dan yang cukup disegani oleh masyarakat. 23 Presenter yang mampu menciptakan efektivitas, harus memenuhi syarat tertentu terutama kepercayaan. Artinya khalayak menilainya sebagai pihak yang terpercaya. Kepercayaan itu tergantung pada (2009:218): 1. Kemampuan dan keahlian mengenai pesan yang disampaikan. 2. Kemampuan dan keterampilan menyajikan pesan dalam arti memilih tema, metode dan media, sesuai dengan situasi. 3. Memiliki kepribadian dan budi pekerti yang baik dan disegani oleh masyarakat. 4. Memiliki keakraban atau hubungan baik dengan khalayak. 2.2.6 Minat Crow & Crow (1984) menjabarkan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, Sesuatu barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Lebih lanjut, Crow and Crow menyebutkan bahwa minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan-dorongan, motif-motif dan respon-respon emosional. Minat, menurut Chauhan (1978) pada orang dewasa menentukan aturan penting dalam perkembangan pribadi dan prilaku mereka. Minat adalah hal penting untuk mengerti individu dan menuntun aktivitas dimasa yang akan datang. Tampubolon (1993) mengemukakan bahwa minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html 2.2.7 Penonton 24 Marshall Mc Luhan menjabarkan bahwa penonton adalah sentral komunikasi massa yang secara massal dibombardir oleh media. Media menyampaikan informasi yang ditujukan langsung pada masing-masing individu. (2007:40)