Penerapan Model SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual) untuk

advertisement
Penerapan Model SAVI (Somatik, Auditori, Visual,
Intelektual) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Biologi Kelas X SMA Tamansiswa (Taman Madya) Malang
Melalui PPL Berbasis Lesson Study.
Taufiq, A., H.1, Susilo, H.2, Sulasmi, E., S.2
.
1
Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Malang
2
Jurusan Biologi, Universitas Negeri Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Terdapat tiga jenis gaya belajar untuk memproses informasi yaitu gaya
belajar visual, auditory, kinesthetic. siswa dapat berkembang dengan lebih baik
jika pengajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tindakan yang
diberikan adalah menerapkan model SAVI (Somatik, Auditori, Visual,
Intelektual) melalui PPL berbasis lesson study. Hasil penelitian menunjukan
bahwa penggunaan model SAVI selama PPL berbasis lesson study Setelah
dilakukan 6 open class terjadi peningkatan pada seluruh aspek motivasi belajar.
Kata Kunci: Model SAVI, Motivasi, Hasil Belajar, PPL berbasis Lesson Study
PENDAHULUAN
Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan
individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Ketiga gaya belajar
tersebut adalah gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), auditory (belajar
dengan cara mendengar), dan kinesthetic (belajar dengan cara bergerak, bekerja,
dan menyentuh) (De Potter, 2002).
Harapan dari pengetahuan dan pemahaman tentang gaya belajar siswa
yaitu adanya pelayanan atau perhatian terhadap gaya belajar mereka sehingga
pembelajaran yang baik adalah dengan memperhatikan gaya belajar siswa. Setiap
siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda dalam suatu kelas sehingga
dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan setiap
siswa akan cara belajar mereka. Permasalahan yang tampak pada saat ini banyak
guru yang memahami adanya perbedaan gaya belajar setiap siswa tetapi
pemahaman gaya belajar tidak diaplikasikan dalam pembelajaran. . Hal ini
terbukti dengan seringkali tidak ada perbedaan cara pengajaran pada satu materi
pokok pada tiap kelas, padahal setiap kelas ada kemungkinan gaya belajar yang
dominan di kelas satu dengan yang lain itu berbeda. Perbedaan gaya belajar yang
tidak dapat dilayani dengan merata akan menjadikan adanya perbedaan motivasi
belajar dan hasil belajar karena gaya belajar merupakan suatu kunci untuk proses
penerimaan informasi yang akan diberikan oleh guru.
Salah satunya untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan
menggunakan model pembelajaran SAVI (Somatik, Auditori, Visual, Intelektual).
Melalui pembelajaran SAVI siswa dapat terlibat secara aktif dalam kegiatan
belajarnya di kelas yaitu keterlibatan secara afektif, kognitif dan psikomotorik.
Menurut Meier (2002)
pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang
menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua
indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Pembelajaran melalui
model SAVI ini diharapkan dapat melayani perbedaan gaya belajar siswa.
Adanya perbedaan gaya belajar memerlukan adanya perhatian terhadap siswa agar
diberikan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa tersebut. Hal ini sesuai
dengan fungsi pendidikan untuk membantu siswa dalam pengembangan dirinya,
guru memiliki posisi yang amat penting karena guru merupakan pengatur dalam
kelas.
Kemampuan mengajar sebagai bekal awal guru bukanlah sesuatu yang
“take for granted” atau bakat yang dibawa sejak lahir namun kemampuan ini
dapat dipelajari bahkan untuk disempurnakan secara terus menerus. Peningkatan
kualitas guru sangat diperlukan dalam dunia pendidikan melalui suatu cara yaitu
senantiasa belajar dan membaca beragam informasi, menyerap dan menganalisis
sebanyak mungkin peristiwa atau fenomena pembelajaran, sehingga seorang guru
juga mempunyai kewajiban untuk melakukan analisis terhadap kualitas
pembelajaran. lesson study hadir sebagai salah satu alternatif upaya yang bisa
digunakan untuk melakukan peningkatan kemampuan secara terus menerus
karena dalam lesson study guru melakukan pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual
learning untuk membangun learning community (Susilo, 2010).
PPL keguruan merupakan kegiatan praktik mengajar yang dilakukan oleh
mahasiswa kependidikan di sekolah tujuan PPL supaya mahasiswa dapat menjadi
tenaga pendidik yang profesional yang dapat menyusun perangkat pembelajaran,
melaksanakan kegiatan praktik mengajar di kelas, melaksanakan layanan studi
kasus, mengatasi kesulitan belajar bidang studi dan memahami manajemen
pendidikan di sekolah. Kegiatan PPL yang berpola lesson study, masing-masing
peserta mahasiswa PPL, guru pamong, DPL, bahkan kepala sekolah bisa saling
belajar banyak hal tentang pembelajaran (Ibrohim, 2011).
Melalui lesson study dengan melihat aspek pengajaran SAVI diharapkan
adanya perbaikan dalam pengajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar
dan hasil belajar terhadap siswa dengan memperhatikan gaya belajarnya karena
lesson study bukan merupakan metode atau strategi pembelajaran, tetapi dengan
lesson study dapat menerapkan berbagai metode atau strategi pembelajaran yang
sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan guru yang nantinya akan dibantu
dengan pembelajaran SAVI yang mengedepankan pelayanan gaya belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Tindakan yang diberikan adalah menerapkan model SAVI
melalui PPL berbasis lesson study dengan siklus plan, do, see. peneliti bertindak
sebagai perancang penelitian sekaligus sebagai guru model dan observer.
Penelitian dilakukan di sekolah Tingkat Menengah Atas (SMA) pada kelas
X di SMA Taman Madya Malang bersamaan dengan PPL Pengambilan data
dilaksanakan di kelas X, yaitu XA dan XB. Penelitian bertujuan untuk melihat
motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas X melalui aspek SAVI berbasis
lesson study. Data yang dihasilkan pada penelitian merupakan deskripsi dari
pelaksanaan lesson study, model SAVI, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar
siswa kognitif, psikomotor, afektif.
Gaya belajar siswa dianalisis dengan menggunakan angket gaya belajar.
Pemberian angket motivasi digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi
belajar siswa sebelum dan selama pelaksanaan pembelajaran berbasis lesson study
dengan menggunakan angket motivasi belajar siswa model ARCS dan angket
refleksi siswa terhadap pembelajaran dalam kegiatan lesson study. Pada angket
motivasi belajar siswa model ARCS terdapat 33 pertanyaan yang berisi aspek
Attention (perhatian), Relevance (keterkaitan), Confidence (kepercayaan diri), dan
Satisfaction (kepuasan) yang diberikan setelah open lesson selesai dan untuk hasil
belajar kognitif menggunakan soal tes sedangkan untuk hasil belajar psikomotor
dan afektif dengan lembar observasi.
Pada saat pelaksanaan tindakan observasi dilakukan untuk mengetahui
aktivitas siswa, pelaksanaan lesson study dan motivasi belajar siswa selama
pembelajaran. Lembar observasi pelaksanaan lesson study dengan lembar
monitoring tahap Plan, Do, See yang diberikan kepada salah satu observer untuk
mengamati setiap aspek yang terdapat pada lembar pedoman monitoring.
Keterlaksanaan pembelajaran SAVI diukur menggunakan lembar
keterlaksanaan SAVI yang diberikan kepada observer untuk mengamati aspek
keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru model. Motivasi belajar
siswa diamati dengan menggunakan lembar observasi motivasi belajar siswa yang
diamati selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung oleh observer.
Pengumpulan data dengan cara observasi dan dokumentasi Cara
menganalisis data dalam penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan model
Miles dan Huberman meliputi: mereduksi data, penyajian data, menarik
kesimpulan dan verifikasi. Prosedur penelitian dengan observasi awal sebelum
masuk kelas, pra tindakan lesson study untuk mengetahui kondisi awal siswa di
kelas, pelaksanaan lesson study dilakukan dengan menggunakan tahapan plan, do,
see.
HASIL PENELITIAN
Gaya belajar yang dimiliki oleh kelas XA adalah 44% auditori, 29%
visual, 27% kinesthetik dan kelas XB adalah 35% auditori, 25% visual, 40%
kinesthetik. Dari pengetahuan gaya belajar yang dimiliki kelas maka dapat
dilakukan pengajaran sesuai gaya belajar kelas adapun pembelajaran kelas sebagai
berikut.
Open class siklus 1 dan 2. Materi metode ilmiah dengan model SAVI
yaitu somatik dengan menggunakan percobaan/eksperimen, Gaya belajar auditori
disepakati dengan melakukan diskusi kelompok yang dibantu dengan LKPD
(Lembar Kerja Peserta Didik) dan memberikan kesempatan untuk
mempresentasikan laporan percobaan. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual
selain telah membaca literatur dengan menjawab LKPD ditunjang dengan
diberikannya video suatu percobaan selain sebagai pengingat siswa dengan gaya
belajar yang lain. Perbedaan antara kelas XB dan XA terletak pada banyaknya
percobaan untuk kelas XA hanya menggunakan 1 percobaan yang nantinya akan
diberikan soal untuk diskusi lebih banyak karena kelas XA mempunyai kelas gaya
belajar yang sedikit kinestetik dan banyak auditori dan visual.
Open class siklus 3 dan 4. Materi ciri-ciri virus, struktur virus (sub bab
virus) visual adalah dengan menggunakan power point, gambar dan model
Virus.Untuk Somatik dengan memberdayakan siswa membuat model virus
dengan menggunkan LKPD yang memfasilitasi siswa berdiskusi dan juga
presentasi untuk Auditori. Perbedaan antara kelas XB dan XA adalah guru model
lebih aktif untuk menjelaskan tentang virus dari ciri-ciri sampai struktur dan
pembuatan model virus hanya 1 model guna mempersingkat waktu. Tetapi tiap
kelompok memiliki model yang berbeda sehingga model sama seperti kelas XB.
Open class siklus 5 dan 6. Materi perkembangbiakan virus (sub bab
virus) visual dengan menggunakan gambar terpotong-potong dalam bebrapa
tahap. LKPD guna memfasilitasi siswa auditori dengan adanya diskusi dan juga
presentasi sedangkan untuk somatik dengan game hunter atau talking stick.
Perbedaan pembelajaran dari kelas X B adalah dengan mengubah permainan
hunter atau perburuan harta karun dengan talking stick.
Keterlaksanaan lesson study pada tahap perencanaan (plan) 93% dengan
taraf kualitas sangat terlaksana keterlaksanaan lesson study pada tahap pelaksanan
(do) 81% dengan taraf kualitas terlaksana.dan keterlaksanaan lesson study pada
tahap refleksi (see) 87% dengan taraf kualitas terlaksana. Berdasarkan lembar
observasi keterlaksanaan SAVI rata-rata keterlaksanaan SAVI 93% dengan taraf
kualitas sangat terlaksana.
Data motivasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan angket
motivasi dan lembar observasi motivasi siswa. Angket motivasi belajar ARCS
siswa diberikan sebelum open class dan setelah open class. Nilai rata-rata
motivasi sebelum open class dan setelah open class berdasarkan angket diketahui
bahwa motivasi siswa pada kelas XA mengalami peningkatan sebelum open class
3.0 dan setelah open class 4.1 Motivasi meningkat setelah open class. Nilai ratarata motivasi kelas XB sebelum open class 2.9 dan setelah open class 4.6.
Motivasi belajar menggunakan lembar observasi motivasi siswa yang
dilakukan selama KBM berlangsung. Nilai rata-rata motivasi siswa berdasarkan
lembar observasi diketahui bahwa dari hasil observasi yang dilakukan oleh
observer didapatkan persentase tingkat motivasi siswa pada saat pelaksanaan
sebelum open class untuk kelas X A adalah 58% dan kelas X B adalah 76%
Kualitas tingkat motivasi siswa untuk kelas X A setelah open class adalah 80%
dengan kualitas sangat baik sedangkan pelaksanaan open class di kelas XB
mengalami peningkatan yaitu persentase belajar siswa adalah 94% Kualitas
tingkat motivasi siswa berdasarkan persentase tersebut adalah Sangat baik.
Data hasil belajar kognitif siswa terdiri dari data kemampuan awal siswa
sebelum open class dan data kemampuan setelah open class. Data kemampuan
awal siswa diperoleh dari nilai tes awal. Nilai setelah open class diperoleh
melalui tes yang dilakukan setelah Open class. Nilai rata-rata hasil awal dan
setelah open class siswa Dilihat dari nilai KKM di SMA Tamansiswa (Taman
Madya) malang adalah 75,0, maka persentase ketuntasan klasikal pada kelas XA
sebesar 86,0%, dan kelas XB 85,0% tuntas.
Data hasil belajar psikomotor pada kelas XA dan XB didapatkan selama
KBM berlangsung, yakni pada saat kegiatan praktikum tentang respirasi dan
ekosistem, perakitan model virus dan penempelan gambar menjadi siklus
reproduksi. Hasil belajar psikomotor diukur menggunakan lembar observasi
psikomotor siswa dengan terjadinya peningkatan hasil belajar psikomotor. Data
hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata klasikal hasil belajar
psikomotor pada kelas XA sebesar 90,2 pada kelas XB sebesar 91,3.
Hasil belajar afektif diukur menggunakan lembar observasi afektif,
lembar observasi diberikan kepada observer dari observasi diketahui terjadi
peningkatan hasil belajar afektif. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
rata-rata klasikal hasil belajar afektif pada kelas XA sebesar 79,9 dan pada kelas
XB sebesar 81,2.
PEMBAHASAN
PPL berbasis lesson study yang dilakukan 3 kali open class untuk tiap
kelas. Setiap open class dilakukan pengamatan berdasarkan lembar keterlaksanaan
tahap plan, do, dan see dimana tahap plan mempunyai keterlaksanaa 93%
sehingga taraf keterlaksanaan tahap plan adalah sangat terlaksana, tahap do
mempunyai keterlaksanaa 81% sehingga taraf keterlaksanaan tahap do adalah
terlaksana, tahap see mempunyai keterlaksanaa 87%
sehingga taraf
keterlaksanaan tahap see adalah terlaksana dan untuk rerata keterlaksanaan lesson
study selama 6 kali adalah 87% sehingga taraf keterlaksanaan adalah terlaksana.
Melihat dari pencapaian keterlaksanaan LS maka dapat mendukung
Tujuan PPL supaya mahasiswa dapat menjadi tenaga pendidik yang profesional
yang dapat menyusun perangkat pembelajaran, melaksanakan kegiatan praktik
mengajar di kelas, melaksanakan layanan studi kasus, mengatasi kesulitan belajar
bidang studi dan memahami manajemen pendidikan di sekolah.
Peningkatan kemampuan pedagogik guru ditandai dengan peningkatan kualitas
pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran selama implementasi PPL
berbasis lesson study dapat dilihat dari motivasi dan hasil belajar siswa.
Model SAVI ini bisa lebih efektif dan menyenangkan. Untuk melihat
keterlaksanaan SAVI digunakan lembar observasi keterlaksanaan SAVI dan hasil
dari lembar tersebut adalah dengan persentase 93% dengan kategori sangat
terlaksana. Hal ini karena belajar dengan model SAVI merupakan belajar yang
menggabungkan empat cara belajar siswa yaitu somatik, auditori, visual, dan
intelektual. Melalui pembelajaran SAVI siswa dapat terlibat secara aktif dalam
kegiatan belajarnya di kelas yaitu keterlibatan secara afektif, kognitif dan
psikomotorik. Menurut Meier (2002) pembelajaran SAVI adalah pembelajaran
yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan
semua indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran.
Motivasi siswa berdasarkan angket motivasi menunjukkan peningkatan
yang dapat dilihat dari motivasi sebelum open class dan motivasi setelah open
class. hasil perhitungan dari data angket tersebut didukung oleh perhitungan data
dari hasil observasi motivasi selama KBM berlangsung dari hasil observasi
motivasi siswa pada kelas. Motivasi siswa pada kelas XA mengalami peningkatan
sebelum open class 3.0 dan setelah open class 4.4 Nilai rata-rata motivasi kelas
XB sebelum open class 2.9 dan setelah open class 4.6. Terjadi peningkatan
motivasi belajar dimana dengan penggunaan model SAVI ini menjadikan siswa
mempunyai dorongan dari dirinya karena kesesuaian dengan gaya belajar dirinya.
Selain itu juga menjadikan model SAVI sebagai motivasi ekserinsik yang
mendorong siswa untuk meningkatkan motivasi belajar.
Sesuai dengan pernyataan Dimyati & Moedjiono (2006) menyebutkan
bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar. Jadi dapat disimpulkan
bahwa motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu energi yang
menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan
aktivitas siswa kepada tujuan belajar.
Perbedaan hasil belajar siswa antara sebelum open class dan sesudah open
class menunjukkan bahwa PPL berbasis lesson study yang dikombinasikan
dengan model SAVI dapat mempengaruhi hasil belajar. Hal ini karena pada
lesson study terdapat 3 tahap. Tahap Plan yang dapat memberikan masukan dalam
RPP maupun cara mengajar sehingga dapat memberikan cara yang lebih baik.
Tahap Do membantu guru untuk menganalisis pemelajaran yang berlangsung
sehingga dapat digunakan untuk perbaikan. Tahap See hasil dari tahap Do
didiskusikan sehingga akan membantu sebagai bahan acuan untuk pembelajaran
selanjutnya.
Penerapan model SAVI memiliki kombinasi strategi yang terdapat
somatik dimana dapat meningkatkan aktivitas sehingga dapat meningkatkan
mental siswa karena mereka melakukan aktivitas fisik dengan gerak aktif
sehingga akan meningkatkan mental dan auditori yang memfasilitasi siswa yang
memiliki cara belajar auditori sehingga siswa yang mempunyai kepekaan belajar
dengan audio dapat memaksimalkan potensinya dengan saling bertukar pendapat
melalui diskusi maupun dari guru, dan visual untuk memfasilitasi siswa yang
memiliki cara belajar visual atau kepekaan indera dari penglihatan sehingga siswa
dapat memaksimalkan potensinya melaui belajar visual dengan cara membaca
ataupun melihat gambar maupun video. Sehingga dari semua tahap mempunyai
tahap intelektual sehingga dapat memberikan perbedaan hasil belajar.
Hasil belajar psikomotor yang diukur menggunakan lembar observasi
psikomotor siswa. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata
klasikal hasil belajar psikomotor pada kelas XA sebesar 90,2 pada kelas XB
sebesar 91,3. Sehingga hasil belajar siswa kelas XA dan XB mempuyai
ketuntasan belajar yang sangat baik dan nilai ini yang tidak bersifat subjektif
tetapi objektif karena nilai hasil belajar psikomotor siswa didapatkan dari hasil
observasi. Aspek yang diamati tentang kelengkapan alat dan bahan, prosedur
menggunakan alat dan bahan, pelaksanaan eksperimen/pengamatan, kerjasama,
dan kebersihan atau kerapian alat setelah selesai eksperimen/pengamatan. Seperti
yang telah dijelaskan Winkel (1996) ranah psikomotorik (Simpson) itu tertuju
pada keterampilan motorik siswa yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan yang terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan
kreativitas.
Peningkatan atau perubahan hasil belajar psikomotor karena dengan model
SAVI Siswa didorong untuk bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan
memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh/pikiran
terlibat dalam proses belajar Meier (2002).
Penelitian ini selain mengukur hasil belajar kognitif dan psikomotor,
penelitian ini juga mengukur hasil belajar afektif siswa yang menggunakan lembar
obeservasi afektif siswa. Lembar observasi afektif siswa diberikan pada para
observer saat KBM berlangsung. Dari data hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai rata-rata klasikal hasil belajar afektif pada kelas XA sebesar 79,9. pada kelas
XB sebesar 81,2. karena nilai hasil belajar afektif siswa didapatkan dari hasil
observasi. Dari hasil observasi tersebut diketahui bahwa nilai belajar afektif
adalah baik hal ini dimugkinkan karena siswa masih merasa malu pada awalnya
kerena diawasi dengan banyak orang sehingga tidak leluasa mengungkapkan
pendapat atau memperlihatkan ketertarikannya terhadap suatu materi.tetapi seiring
dengan berjalannya waktu mereka tidak terlalu malu dan sudah ada kebranian
ditunjang dengan model belajar yang menggunakan aspek somatik. Belajar
dengan banyak aktifitas dan melibatkan gerak fisik akan meningkatkan dan
mempengaruhi mental siswa sehingga kepercayaan diri siswa dan sikap siswa
akan lebih baik Meier (2002).
Pembelajaran model savi menggunakan suatu pendekatan dimana guru
harus mengetahui gaya belajar siswa yang natinya sebagai acauan dari metode
yang akan dilakukan sehingga diharapkan dapat memfasilitasi siswa yang
mempunyai gaya belajar yang berbeda pada pembelajaran dengan SAVI terdapat
4 cara pembelajaran Belajar somatik merupakan belajar dengan bergerak dan
berbuat yaitu dengan indera peraba, kinetis, praktis melibatkan fisisk dan
menggunkan serta menggerakan tubuh sewaktu belajar
Belajar auditori yaitu belajar dengan berbicara dan mendengarkan.
Pembelajaran auditori belajar dari suara, dialog, membaca keras, menceritakan,
kepada orang lain apa yang baru saja mereka alami, dengar, atau pelajari,
berbicara dengan diri sendiri, dari mengingat bunyi dan irama
Belajar visual merupakan belajar dengan mengamati dan menggambarkan.
Belajar dengan melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, dan
gambaran segala macam Belajar intelektual merupakan belajar dengan
memecahkan masalah. Intelektual di sini adalah belajar dengan menghubungkan
pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna
baru bagi dirinya sendiri.
Model pembelajaran SAVI dapat diartikan bahwa menggabungkan segala
aspek gaya belajar yang dimiliki siswa sesuai dengan keadaan kelas dan juga
proporsi gaya belajar yang ada di dalam kelas yang dimaksudkan agar motivasi
dan hasil belajar dapat meningkat ataupun sesuai dengan harapan. Berbeda dengan
pengajaran biasa dimana pembelajaran biasa tanpa melihat gaya belajar
siswa/memperdulikan gaya belajar siswa dengan menganggap bahwa setiap siswa
mempunyai gaya belajar yang sama sehingga pembelajarannya akan berdasarkan
keinginan guru tanpa melihat keinginan siswa. Pada dasarnya guru yang mengajar
terkadang sudah memunculkan aspek SAVI tetapi penerapannya kurang sesuai
karena tidak mengetahui karakteristik siswanya.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Terjadi perubahan motivasi belajar biologi siswa kelas X SMA Tamansiswa
(Taman Madya) Malang yang dibelajarkan menggunakan model SAVI untuk
kelas XA dari baik setelah 3 kali open class dengan model SAVI menjadi sangat
baik dan kelas XB dari baik setelah 3 kali open class dengan model SAVI menjadi
sangat baik.
2. Terjadi perubahan belajar biologi siswa kelas X SMA Tamansiswa (Taman
Madya) Malang yang dibelajarkan menggunakan model SAVI untuk kelas XA
awalnya ada yang tidak tuntas setelah 3 kali open class dengan model SAVI
menjadi tuntas dan kelas XB ada yang tidak tuntas setelah 3 kali open class
dengan model SAVI menjadi tuntas.
3. Hasil belajar psikomotor biologi siswa kelas X SMA Tamansiswa (Taman
Madya) Malang yang dibelajarkan menggunakan model SAVI untuk kelas XA
dengan 3 kali open class dengan model SAVI adalah 91,3% (Sangat Baik) dan
kelas XB dengan 3 kali open class dengan model SAVI adalah 92%. (Sangat
Baik)
4. Hasil belajar psikomotor biologi siswa kelas X SMA Tamansiswa (Taman
Madya) Malang yang dibelajarkan menggunakan model SAVI untuk kelas XA
dengan 3 kali open class dengan model SAVI adalah 79,9% (Baik) dan kelas XB
dengan 3 kali open class dengan model SAVI adalah 81,2% (Baik).
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran
sebagai berikut.
1. Kepada guru biologi disarankan untuk mencoba menerapkan model SAVI
melalui lesson study dalam pembelajaran biologi, karena telah terbukti dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Kepada peneliti yang menggunakan strategi model SAVI melalui lesson study
diharapkan dapat mengelola alokasi waktu dengan lebih tepat karena metode ini
membutuhkan waktu yang lama.
3. Kepada para calon pendidik diharapkan menggunakan model SAVI dengan
implementasi PPl berbasis lesson study karena selain meningkatkan motivasi dan
hasil belajar cara ini dapat meningkatkan keakraban kepada siswa dan tentunya
keterampilan guru.
DAFTAR RUJUKAN
De Potter, Bobbi., Reardon, M., & Singer-Nourie, S. 2002. Quantum Teaching
(Mempraktikan QuantumLearning di Ruang-ruang Kelas). Bandung:
Kaifa.
Dimyati & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrohim, Syamsuri, Istamar. 2011. Lesson Study sebagai Pola Alternatif untuk
Meningkatkan Pola Efektivitas Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)
Mahasiswa Calon Guru. Makalah disajikan dalam Workshop Lesson
Study untuk Mahasiswa, Guru dan Dosen FMIPA Universitas Negeri
Malang Semester Genap 2011/2012, Malang, 1-2 Januari.
Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan
Efektif Merancang Program Pendidikan, Pelatihan. Bandung: Kaifa
Susilo, Herawati. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana Pengembang
Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia
Susilo, Herawati.2010. Lesson Study Berbasis MGMP sebagai Sarana
Pengembangan Keprofesionalan Guru. Malang: Surya Pena Gemilang
Download