Meningkatkan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran SAVI

advertisement
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1
Hasil Belajar
a) Definisi Hasil Belajar
Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan atau
proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai
keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode
tertentu. Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan
pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut orwart Kingsley dalam
bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan
kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 :
22). Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat
sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya
bahan pelajaran. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
1) Ranah kognitif (pemahaman)
Ranah kognitif adalah ranah yang membahas dan berkanaan dengan proses
mental, seperti pemahaman terhadap pengetahuan, menyebutkan, pengenalan,
menduga, dan lain sebagainya. Ini berarti dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif
adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang berawal
dari tingkat pengetahuan sampai ke tngkat yang paling tinggi, yakni evaluasi. Ranah
kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda yaitu
tingkat pengetahuan (knowledge), tingkat pemahaman (comprehension), tingkat
penerapan (aplication), tingkat analisis (analysis), tngkat sintesis (synthesis), tngkat
evaluasi (evaluation).
6
2) Ranah afektif (sikap dan perilaku)
Ranah adalah area yang mencakup berbagai aspek yang berhubungan
dengan sikap, perilaku, perasaan, dan nilai yang diklasifikasikan menjadi lima tingkat.
Dengan demikian, berarti pengembangan nilai-nilai sikap, perasaan, dan perilaku
dapat dilakukan melalui pendidikan afektif. Lima tingkatan dalam ranah afektif yaitu
tingkat menerima (receiving), tingkat tanggapan (responding), tingkat menilai, tingkat
organisasi (organization), tingkat karakterisasi (characterrization).
3) Ranah psikimotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang membahas hal-hal yang berhubungan
dengan koordinasi antara proses mental dan fisik dalam melakukan kegiatan atau
gerakan yang bersifat jasmaniah. Dengan demikian, ranah psikomotorik adalah ranah
yang berhubungan dengan seluk-beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot
oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Dalam ranah
psikomotorik terdiri dari empat tingkatan yaitu gerakan reflek atau seluruh badan(gross
body movements), gerakan terkoordinasi (condinated movement), komunikasi non
verbal (nonverbal communication), keterampilan dalam berbicara (speech behavior).
Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa
dalam mengikuti pembelajaran di kelas, menerima suatu pelajaran untuk mencapai
kompetensi yang akan dicapai dengan menggunakan alat penilaian yang disusun guru
berupa tes yang hasilnya adalah nilai kemampuan siswa setelah tes diberikan sebagai
perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar. Hasil belajar
siswa dihitung berdasarkan evaluasi, pengukuran dan asesmen.
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia
memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah
ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa
dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam
bentuk raport pada setiap semester.
Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh
seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan
yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah
7
ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar
terhadap keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan dalam belajar menurut W. Winkel
(dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82 adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa,
yakni adalah hasil belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung:
Jemmars, 1980:25) mengemukakan, bahwa keberhasilan dalam belajar yang dilakukan
oleh siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan
tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan belajar
adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan
membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Hasil belajar
adalah informasi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku serta ketrampilan yang dicapai
oleh siswa setelah berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar selama kurun waktu
tertentu. Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan tingkat kemampuan siswa dalam
menerima dan memahami berbagai konsep yang telah dipelajari.Hasil belajar dalam
penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelahmengikuti proses pembelajaran
setelah diadakan penelitian. Hasil belajar tersebut meliputi kemampuan kognitif, efektif dan
psikomotor.
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap
guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk
menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini
yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khususnya dapat
dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya KKM, guru perlu mengadakan tes formatif
pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus yang ingin
dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam
rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi
siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan
berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut.
8
b) Indikator Keberhasilan Belajar
Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena
kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang
dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu
mengandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Untuk memahami pengertian
hasil belajar maka harus bertitik tolak dari pengertian belajar itu sendiri.
Djamarah (2002: 13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Menurut Winkel dalam Darsono (2000: 4) belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan
dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003: 3).
Menurut Sardiman (2004: 21) belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan berkaitan dengan
penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Moh.Uzer Usman dan Lilis
Setiawati (2002: 4) mengartikan “Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”.
Sudjana (2000: 5) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahanperubahan aspek lain yang ada pada individu belajar. Whittaker dalam Djamarah (2002:
12) merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.
9
Percival dan Ellington dalam Daryanto (2010: 59), mengungkapkan “Belajar
adalah perubahan yang terjadi karena hubungan yang stabil antara stimulus yang diterima
oleh organisme secara individual dengan respon yang tersamar, dimana rendah, besar,
kecil, dan intensitas respon tersebut tergantung pada tingkat kematangan fisik, mental dan
tendensi yang belajar”. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup
manusia. Belajar bukan hanya sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses bukan
suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan (Soemanto, 2006: 112).
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu memahami
(Hamalik, 2001: 27). Suhaenah (2001: 2), ”Belajar merupakan suatu aktivitas yang
menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang
dilakukannya”.
Menurut Hamalik (2004: 27), belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Belajar juga merupakan suatu bentuk pertumbuhan dan
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru
sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah suatu usaha sungguh-sungguh, dengan
sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental, panca indra,
otak atau anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi,
bakat, minat, dan sebagainya.
Setiap individu pasti mengalamai proses belajar. Belajar dapat dilakukan oleh
siapapun, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun orang tua, dan akan
berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan disekolah belajar merupakan kegiatan yang
pokok yang harus dilaksanakan. Tujuan pendidikan akan tercapai apabila proses belajar
dalam suatu sekolah dapat berlangsung dengan baik, yaitu proses belajar yang melibatkan
siswa secara aktif dalam prosses pembelajaran. Djamarah (2002: 15-16) menjelaskan
bahwa ciri-ciri belajar sebagai berikut:
1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
10
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
6. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku.
Slameto (2010: 2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Berikut ini ciri-ciri perubahan tingkah laku menurut Slameto (2010: 2).
1. Perubahan terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
3.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku pada diri seseorang
dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan
penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan
bahkan persepsi manusia. Di dalam belajar terdapat prinsip-prinsip belajar yang harus
diperhatikan, Dalyono (2005: 51-54) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai
berikut.
1. Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip utama belajara dalah harus mencapai kematangan jasmani
dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu
setelah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah kuat untuk
melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah memiliki
kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Memiliki kesiapan
Setiap orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan
kemampuan yang cukup, baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.
3. Memahami tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami tujuannya, kemana arah tujuan
itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar
agar proses yang dilakukannya dapat selesai dan berhasil
11
4. Memiliki kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya.
Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
5. Ulangan dan latihan
Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu
yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai
sepenuhnya dan sukar dilupakan.
Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah
dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan
tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan
yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil
ahir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses
belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa
bertambah dari hasil sebelumnya (Djamarah, 2000: 25).
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam
mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar.
Sukmadinata (2007: 102) mengatakan hasil belajar merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Sedangkan hasil belajar menurut Arikunto (2001:63) sebagai hasil yang telah dicapai
seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan
evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.
Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan
minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran. Hasil belajar sering
dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat
apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah,
tes lisan yang dilkukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir catur wulan dan
sebagainya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran. Ada faktor yang
dapat diubah (seperti cara mengajar, mutu rancangan, metode evaluasi, dan lain-lain),
12
adapula faktor yang harus diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, gaji,
lingkungan sekolah, dan lain-lain) Suhardjono dalam Arikunto (2006: 55). Menurut Slameto
(2003: 54-60) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain.
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa
sendiri meliputi tiga faktor, yakni:
a) Faktor jasmaniah
1) Faktor kesehatan
2) Faktor cacat tubuh
b) Faktor psikologis
1) Intelegensi
2) Bakat
3)
Motif
4) Kematangan.
c)
Kesiapan. Faktor kelelahan
5) Faktor kelelahan jasmani
6) Faktor kelelehan rohani
2. Faktor ekstern (faktor dari luar diri siswa). Faktor yang berasal dari luar diri siswa
sendiri terdiri dari tiga faktor, yakni:
a) Faktor keluarga
1) Cara orang tua mendidik.
2) Relasi antar anggota keluarga
3) Suasana rumah
4) Keadaan ekonomi keluarga
b) Faktor sekolah
1) Metode mengaja
2) Kurikulum
3) Relasi guru dengan siswa
4) Relasi siswa dengan siswa
5) Disiplin sekolah
6) Alat pelajaran
7) Waktu sekolah
13
8) Standar pelajaran diatas ukuran
9) Keadaan gedung
10) Metode belajar
11) Tugas rumah
c)
Faktor masyarakat
5) Kesiapan siswa dalam masyarakat
6)
Mass media
7) Teman bergaul
8) Bentuk kehidupan masyarakat
Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses
pembelajaran yang dituangkan dengan angka maupun dalam pengaplikasian pada
kehidupan sehari-hari atas ilmu yang didapat. Hasil belajar yang tinggi atau rendah
menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam proses
pembelajaran.
Suparno dalam Sardiman (2004: 38) mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi
oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar
seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi
yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Djaali (2008: 99) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar antara lain sebagai berikut.
1.
Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri)
a) Kesehatan
b)
c)
Intelegensi
Minat dan motivasi
d) Cara belajar
2.
Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri)
a) Keluarga
b) Sekolah
c) Masyarakat
d) Lingkungan
14
Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas beberapa
tingkatan taraf sebagai berikut.
1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa.
2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%99%.
3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%.
4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%.
Sehubungan dengan hal di atas, adapun hasil pengajaran dikatakan betul-betul
baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.
Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.
2.
Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik.
Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah
merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi
pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati
dan penuh makna bagi dirinya (Sardiman, 2008: 49).
Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk
mengukur perubahan prilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Pada umumnya
hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk yaitu peserta didik akan
mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas prilaku yang diinginkan
dan mereka mendapatkan bahwa prilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap
atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan prilaku yang
sekarang dengan yang diinginkan.
Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan
kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian
hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester,
penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas.
Hasil belajar pada satu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan
pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan mental siswa. Hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut
sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat
15
diukur, seperti tertuang dalam angka rapot, sedangkan dampak pengiring adalah terapan
pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2006: 4).
Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar itu dianggap
berhasil, adalah apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai hasil tinggi, baik
secara individual maupun kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh
siswa, baik secara individual maupun kelompok.
c) Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Siswa
Keberhasilan dalam belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan salah
satu ukuran terhadap penguasaan materi pelajaran yang disampaikan. Peran guru dalam
menyampaikan materi pelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa penting sekali untuk diketahui,
artinya dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar yang seoptimal mungkin.
Keberhasilan belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni
faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa, terutama
kamampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap keberhasilan belajar siswa yang dicapai.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain seperti
motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adapun pengaruh dari
dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakekat perbuatan belajar
adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya, siswa harus
merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berhasil. Ia harus mengerahkan
daya dan upaya untuk mencapainya.
Sungguh pun demikian, keberhasilan yang dapat diraih masih juga bergantung
dari lingkungan, artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat
menentukan dan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan
pelajaran yang dominan mempengaruhi keberhasilan belajar di sekolah adalah kualitas
pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau pun
efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab
16
itu, keberhasilan belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran.
d) Penilaian Hasil Belajar
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2000. hal 120-121)
mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
tersebut dapat dilakukan melalui tes hasil belajar. Tes adalah prosedur pengukuran yang
sengaja dirancang secara sitematis untuk mengukur indikator/kompetensi tertentu (Nanik
Sulistya Wardani, 2012). Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes hasil belajar dapat
digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut:
1) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap
pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dalam waktu tertentu.
2) Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah
diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat hasil belajar siswa. Hasil tes
subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan
diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan
pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua
bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat
keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif
ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai
ukuran mutu sekolah.
2.1.2
Pembelajaran IPA
a) Pengertian IPA
Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan poengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
17
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekannkan pada poemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA di
arahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu pesrta didik untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
b) Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA
Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA(Harsono, 1993) diterapkan dalam
program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalamanpengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta
peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan
siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Implikasi teori kognitif Piaget pada
pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar
kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses
yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam
kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru
mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik.
3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.
Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan
yang berbeda.
Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik.
Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi
(2006) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
18
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan
masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut.
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan
pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.
Kesimpulan dari beberapa pengertian prinsip dan tujuan IPA yaitu belajar Sains
tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan
kedalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scintientificinquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai
aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional
19
harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di
setiap
Satuan Pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan
peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan (pengetahuan sendiri
yang difalitasi oleh guru). Dalam penelitian ini standar kompetensi yang akan digunakan
mengacu pada
Tabel 2.1
Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi
Makhluk Hidup dan
Proses Kehidupan
1) Mengidentifikasi fungsi
organ tubuh manusia
dan hewan
Kompetensi Dasar
1. Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia
2. Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan hewan
misalnya ikan dan cacing tanah
3. Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan
hubungannya dengan makanan dan kesehatan
4. Mengidentifikasi organ peredaran darah manusia
5. Mengidentifikasi gangguan pada organ peredaran darah
manusia
2) Memahami cara
tumbuhan hijau
membuat makanan
1. Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan
2. Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan
pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan
3) Mengidentifikasi cara
makhluk hidup
menyesuaikan diri
dengan lingkungan
1. Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan
lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup
2. Mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan
lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup
Benda dan Sifatnya
4) Memahami hubungan
antara sifat bahan
dengan penyusunnya
dan perubahan sifat
benda sebagai hasil
suatu proses
1. Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan
bahan penyusunnya, misalnya benang, kain, dan kertas
2. Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat
benda, baik sementara maupun tetap
20
2.1.3
Pembelajaran SAVI
a) Pengertian model pembelajaran SAVI
Menurut (Herdy, 2007) SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual, dan
Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori
otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori
kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman;
belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang
menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua
indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu
lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.
Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan
hidup.
b) Prinsip Dasar Pembelajaran SAVI
Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning
(AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:
1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh
2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.
3) kerjasama membantu proses pembelajaran
4) pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan
5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.
6) emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.
Jadi pada dasarnya pembelajaran savi ini lebih menonjolkan bagaimana siswa
menciptakan kreativitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada cara berpikir siswa
menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali kemamapuannya dalam memperoleh
pengetahuan yang baru.
c) Karakteristik Pembelajaran SAVI
Menurut Henry (2009) sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic,
Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu:
1) Somatic
21
”Somatic” berasal dari bahasa Yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan
belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga
pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan
tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu
kegiatan pembelajaran berlangsung).
2) Auditori
Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita
sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan
tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa
area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran
siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari,
menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat
memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat
rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar,
atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri.
3) Visual
Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih
banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang
lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat
melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau
program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka
dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya
ketika belajar.
4) Intektual
Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang
melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan
kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan,
makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan
makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan
masalah.
22
Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah mewakili semua aktifitas
siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan
semata melainkan ia dapat benar-benar memahami secara langsung apa yang ia pelajari.
Di sini juga sangat berperan dalam penerapannya. Guru dituntut untuk mengembangkan
kreatifitasnya dalam memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga yang menarik dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dibawah ini adalah beberapa contoh bagaimana
membuat aktifitas sesuai dengan cara belajar/ gaya belajar siswa:
Table 2.2
Aktifitas siswa
Gaya belajar
Somatis
Aktifitas
Orang dapat bergerak ketika mereka:
1.
Membuat model dalam suatu proses atau prosedur
2.
Menciptakan piktogram dan periferalnya
3.
Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep
4.
Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan
merefleksikannya
5.
Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar
dan lain-lain)
6.
Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan
tentang apa yang dipelajari.
Auditori
Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori
dalam belajar
1.
Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan
komputer
2.
Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran
yang terkandung didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka
3.
Mintalah pembelajar berpasang-pasangan menbincangkan
secara terperinci apa yang mereka baru saja mereka pelajari dan
bagaimana mereka akan menerapkanya
4.
Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu ketrampilan atau
23
memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat
dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan
5.
Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat
sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana
jangka panjang
Visual
Intelektual
Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah:
1.
Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi)
2.
Grafik presentasi yang hidup
3.
Benda 3 dimensi
4.
Bahasa tubuh yang dramatis
5.
Cerita yang hidup
6.
Kreasi piktrogram (oleh pembelajar)
7.
Pengamatan lapangan
8.
Dekorasi berwarna-warni
9.
Ikon alat bantu kerja
Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak
pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti:
1.
Memecahkan masalah
2.
Menganalisis pengalaman
3.
Mengerjakan perencanaan strategis
4.
Memilih gagasan kreatif
5.
Mencari dan menyaring informasi
6.
Merumuskan pertanyaan
7.
Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan
8.
Menciptakan makna pribadi
9.
Meramalkan inplikasi suatu gagasan
Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap:
1. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)
24
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan
positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka
dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal:
a) memberikan sugesi positif
b) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
d) membangkitkan rasa ingin tahu
e) menciptakan lingkungan fisik yang positif.
f)
menciptakan lingkungan emosional yang positif
g) menciptakan lingkungan sosial yang positif
h) menenangkan rasa takut
i)
menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
j)
banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k) merangsang rasa ingin tahu siswa
l)
mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.
2. Tahap Penyampaian (kegiatan inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar
yang baru dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan
cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru:
a) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan
b) pengamatan fenomena dunia nyata
c) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
d) presentasi interaktif
e) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni
f)
aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
g) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i)
pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
j)
pelatihan memecahkan masalah
3. Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
25
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan
menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara
spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
a) aktivitas pemrosesan siswa
b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
c) simulasi dunia-nyata
d) permainan dalam belajar
e) pelatihan aksi pembelajaran
f)
aktivitas pemecahan masalah
g) refleksi dan artikulasi individu
h) dialog berpasangan atau berkelompok
i)
pengajaran dan tinjauan kolaboratif
j)
aktivitas praktis membangun keterampilan
k) mengajar balik
4. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga
hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal –hal yang
dapat dilakukan adalah:
a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
c) aktivitas penguatan penerapan
d) materi penguatan prsesi
e) pelatihan terus menerus
f)
umpan balik dan evaluasi kinerja
g) aktivitas dukungan kawan
h) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.
d) Kelemahan dan kelebihan dari model pembelajaran SAVI
Pembelajaran dalam pendekatan SAVI memiliki Kelebihan dan Kelemahan
diantaranya:
26
1) Kelebihan
a. Membangkitkan
kecerdasan
terpadu
siswa
secara
penuh
melalui
penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual
b. Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya.
c. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa
diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika.
d. Memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat
membantu yang kurang pandai.
e. Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif
f.
Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor
siswa
g. Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa
h. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik.
i.
Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani
menjelaskanjawabannya.
j.
Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar
2) Kelemahan
a. Pendekatan ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat
memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.
b. Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana
pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya,
sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk
pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat terpenuhi
pada sekolah-sekolah maju.
c. Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan
dalam menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri.
d. Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah.
e. Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu.
f.
Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi
atau memberi nilai.
27
g. Pendekatan SAVI masih tergolong baru, sehingga banyak pengajar guru yang
belum mengetahui pendekatan SAVI tersebut
h. Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa
yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadika siswa itu minder.
i.
Pendekatan ini tidak dapat diterapkan untuk semua pelajaran.
Solusi dari kelemahan ini adalah siswa dapat diperkenalkan dalam pembelajaran
SAVI mulai dari I tindakan/langkah. Pada dasarnya menerapkan langkah-langkah
pendekatan SAVI dalam pembelajaran tidak harus selalu berurutan dari aktivitas
somatis, auditori, visual, intelektual, namun dapat dimulai dari aktivitas mana saja bisa
dari auditori, visual, somatis, intelektualatau lain sebagainya. Hal yang perlu dicatat
dalam menerapkan pendekatan SAVI yaitu menggabungkan aktivitas somatis, auditori,
visual, dan intelektual pada satu peristiwa pembelajaran.
e) Langkah-langkah model pembelajaran SAVI
1. Tahapan-tahapan metode pembelajaran SAVI
Tahapan
yang
perlu
ditempuh
dalam
SAVI
adalah
persiapan,penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru
perlu dengan matang, dalam keempat tahaptersebut
a. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)
Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan
perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan
menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik
meliputi hal:
1. Memberikan sugesti positif
2. Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
3. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
4. Membangkitkan rasa ingin tahu
5. Menciptakan lingkungan fisik yang positif
6. Menciptakan lingkungan emosional yang positif
7. Menciptakan lingkungan social yang positif
8. Menenangkan rasa takut
28
9. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
10. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
11. Merangsang rasa ingin tahu siswa
12. Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal
b. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi
belajar yang barudengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk
semua gaya belajar. Hal-hal yangdapat dilakukan guru:
1. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
2. Pengamatan fenomena dunia nyata
3. Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
4. Presentasi interaktif
5. Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni
6. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar
7. Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
8. Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
9. Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
10. Pelatihan memecahkan masalah
c. Tahap Pelatihan (Kegiata Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan
dan menyerapengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.
Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
1. Aktivitas pemrosesan siswa
2. Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali
3. Simulasi dunia-nyata
4. Permainan dalam belajar
5. Pelatihan aksi pembelajaran
6. Aktivitas pemecahan masalah
7. Refleksi dan artikulasi individu
8. Dialog berpasangan atau berkelompok
29
9. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
10. Aktivitas praktis membangun keterampilan
11. Mengajar balik
d. Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan
memperluas pengetahuanatau keterampilan baru mereka pada pekerjaan
sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus
meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:
1. Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
2. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
3. Aktivitas penguatan penerapan
4. Materi penguatan persepsi
5. Pelatihan terus menerus
6. Umpan balik dan evaluasi kinerja
7. Aktivitas dukungan kawan,Perubahan organisasi dan lingkungan yang
mendukung.
f) Aplikasi model pembelajaran SAVI pada pembelajaran IPA di sekolah
Metode pembelajaran IPA dengan pendekatan SAVI yaitu cara belajar yang
melibatkan seluruh indera, belajar dengan bergerak aktif secara fisik dan membuat seluruh
tubuh atau pikiran ikut terlibat dalam proses belajar. Unsur-unsur pendekatan SAVI adalah
belajar Somatis, belajar Auditori, belajar Visual, dan belajar Intelektual. Tindakan guru
yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA melalui pendekatan SAVI adalah dengan menyatukan keempat unsur SAVI ada dalam
satu pembelajaran IPA.
Suasana belajar dikatakan baik apabila didukung dengan keadaan yang positif
dan adanya minat dalam diri pembelajar sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran.
Menurut Dave Meier(2002:33-34) ada beberapa alasan yang melandasi perlunya
diterapkan pendekatan SAVI dalam kegiatan belajar sehari-hari khususnya belajar
matematika pada pokok bahasan kubus dan balok:
1. Dapat terciptanya lingkungan yang posotif
2. Keterlibatan pembelajar sepenuhnya
30
3. Adanya kerjasama diantara pembelajar
4. Menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari pokok bahasan yang
dipelajari
5. Dapat menggunakan belajar kontekstual
6. Dapat menggunakan alat peraga
Belajar bisa menjadi optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa
pembelajaran. Dalam pokok bahasan perubahan sifat benda dengan menerapkan
pendekatan SAVI langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Mengelompokkan siswa dalam kelompok beranggotakan empat orang.
2. Semua siswa mempunyai alat peraga
3. Meminta siswa memperagakan konsep yang dipelajari sambil mengucapkan secara
terperinci langkah-langkahnya(somatik dan auditori)
4. Setiap kelompok diberi soal-soal yang telah disiapkan oleh guru
5. Setiap siswa
diminta mendiskusikan tentang
soal-soal
yang
diberikan
perkelompok(auditori, visual, dan intelektual)
6. Selama diskusi berlangsung guru mengamati kerja setiap kelompok secara
bergantian dan mengarahkan atau membantu siswa yang kesulitan.
7. Pada akhir kerja kelompok, setiap kelompok diminta perwakilan untuk mengerjakan
soal-soal yang telah diberikan di papan tulis. Sedangkan siswa yang lain
menanggapinya(somatik, auditori, visual dan intelektual).
Dengan memeperhatikan pendekatan SAVI pada pokok bahasan perubahan sifat
benda dapat menggunakan alat peraga dimana siswa dapat belajar dengan berbuat dan
bergerak yang menjadikan siswa aktif dan tidak merasa jenuh.
Pendekatan SAVI merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan
gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dalam belajar.
Pendekatan SAVI memiliki empat unsur diantaranya : belajar somatik, belajar auditori,
belajar visual dan belajar intelektual. Dan pendekatan SAVI memiliki langkah-langkah yaitu
langkah yang pertama belajar visual, yang kedua belajar auditori, langkah ketiga belajar
somatis dan yang keempat belajar intelektual. Disamping memiliki unsur dan langkahlangkah, pendekatan SAVI ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pendekatan
pembelajaran SAVI diantaranya : siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun
31
sendiri pengetahuannya, suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena
siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika,
memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang
kurang pandai, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik, melatih siswa untuk
terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pembelajaran SAVI adalah karena siswa
terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan dalam menemukan
jawaban ataupun gagasannya sendiri, membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa
yang lemah, membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu,
dan belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Purwanti Silvianawati, 2011 dalam penelitiannya “Pengaruh Penerapan
Pembelajaran Tematik Kelas 2 SD dengan Menggunakan Model Pembelajaran SAVI
Terhadap Hasil Belajar Siswa SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester 2 Tahun
2010/2011”. Menyimpulkan bahwa pembelajaran SAVI lebih baik dalam meningkatkan nilai
siswa pada tema Hewan dan Tumbuhan, sehingga hasil belajar yang dicapai lebih tinggi
dengan hasil rata-rata hasil untuk kelas eksperimen 82.8125 dan 69.6875 untuk kelas
kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan supaya menjadi bahan masukan untuk
dapat menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI
pada saat proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa lebih optimal.
Krisnawati, Ony. 2011 dalam penelitiannya “Mengubah miskonsepsi IPA melalui
model SAVI pada siswa kelas 4 SDN Talangagung 01 Kecamatan Kepanjen Kabupaten
Malang” Menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model SAVI
dapat mengubah miskonsepsi siswa, meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan miskonsepsi siswa yakni 5 siswa
(25%) masih mengalami terkait sumber energi panas dan 4 siswa 20% masih mengalami
miskonsepsi terkait sumber energi bunyi, meningkatnya aktivitas belajar pada siklus I
mencapai rata-rata 84,7 dan siklus II mencapai rata-rata 94,42. Sedangkan hasil belajar
siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I dan II. Pada siklus I diperoleh rata-rata
90,70 dan siklus II diperoleh rata-rata 89,37.
32
Fitrianingsih, Ika 2009 dalam penelitiannya Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan “SAVI” Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Menyimpukan bahwa hasil
penelitian ini menunjukkan terdapat kombinasi efek antara pembelajaran dengan
pendekatan SAVI dan motivasi belajar siswa. Ini berarti bahwa hasil belajar akan lebih
tinggi dapat dicapai pada pembelajaran dengan penggunaan pendektan SAVI dengan
ditinjau dari motivasi belajar siswa yang tinggi.
Dari ketiga penelitian diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan dimana penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran SAVI. Dari ketiga
penelitian tersebut membuktikan bahwa model SAVI dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Perbedaan dari penelitian ini adalah obyek dimana siswa dari berbagai tingkatan
kelas menjadi obyek penelitian dimana mendapatkan hasil yang beragam.
2.3 Kerangka Pikir
penggunaan model pembelajaran di Kelas 5 SD Negeri Ngawen 02 belum efektif karena
belum dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar, sehingga berimbas pada hasil belajar yang
kurang optimal. Pengajaran merupakan suatu sistem yaitu sebagai kesatuan yang saling
berhubungan
satu
sama
lain
dalam
rangka
pencapaiantujuan
yang
diinginkan
(Sumaatmadja,1984). Sebagai suatu sistem, pengajaran mengandung sejumlah komponen antara
lain pendekatan pembelajaran, oleh karena itu pembelajaran akan menerapkan model pembeljaran
SAVI untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Penerapan model pembelajaran SAVI pada
penelitian ini karena dapat memotivasi siswa saat belajar dan memancing siswa untuk lebih dapat
menggunakan seluruh kemampuannya dan tertarik dalam proses pembelajaran, sehingga siswa
lebih giat belajar dan akan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan akan berimbas pada
hasil belajar IPA akan meningkat
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan hipotesis dalam penelitian ini
adalah “diduga dengan menggunakan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Ngawen 02 semester I Kecamatan Margorejo
Kabupaten Pati tahun 2013/2014.
Download