5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar a) Definisi Hasil Belajar Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut orwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 1) Ranah kognitif (pemahaman) Ranah kognitif adalah ranah yang membahas dan berkanaan dengan proses mental, seperti pemahaman terhadap pengetahuan, menyebutkan, pengenalan, menduga, dan lain sebagainya. Ini berarti dapat disimpulkan bahwa ranah kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tngkat yang paling tinggi, yakni evaluasi. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda yaitu tingkat pengetahuan (knowledge), tingkat pemahaman (comprehension), tingkat penerapan (aplication), tingkat analisis (analysis), tngkat sintesis (synthesis), tngkat evaluasi (evaluation). 6 2) Ranah afektif (sikap dan perilaku) Ranah adalah area yang mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan sikap, perilaku, perasaan, dan nilai yang diklasifikasikan menjadi lima tingkat. Dengan demikian, berarti pengembangan nilai-nilai sikap, perasaan, dan perilaku dapat dilakukan melalui pendidikan afektif. Lima tingkatan dalam ranah afektif yaitu tingkat menerima (receiving), tingkat tanggapan (responding), tingkat menilai, tingkat organisasi (organization), tingkat karakterisasi (characterrization). 3) Ranah psikimotor Ranah psikomotor adalah ranah yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi antara proses mental dan fisik dalam melakukan kegiatan atau gerakan yang bersifat jasmaniah. Dengan demikian, ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan seluk-beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Dalam ranah psikomotorik terdiri dari empat tingkatan yaitu gerakan reflek atau seluruh badan(gross body movements), gerakan terkoordinasi (condinated movement), komunikasi non verbal (nonverbal communication), keterampilan dalam berbicara (speech behavior). Dari beberapa pendapat tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas, menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang akan dicapai dengan menggunakan alat penilaian yang disusun guru berupa tes yang hasilnya adalah nilai kemampuan siswa setelah tes diberikan sebagai perwujudan dari upaya yang telah dilakukan selama proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dihitung berdasarkan evaluasi, pengukuran dan asesmen. Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester. Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah 7 ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan dalam belajar menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82 adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni adalah hasil belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) mengemukakan, bahwa keberhasilan dalam belajar yang dilakukan oleh siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa. Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Hasil belajar adalah informasi tentang pengetahuan, sikap dan perilaku serta ketrampilan yang dicapai oleh siswa setelah berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar selama kurun waktu tertentu. Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan tingkat kemampuan siswa dalam menerima dan memahami berbagai konsep yang telah dipelajari.Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelahmengikuti proses pembelajaran setelah diadakan penelitian. Hasil belajar tersebut meliputi kemampuan kognitif, efektif dan psikomotor. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan intruksional khususnya dapat dicapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya KKM, guru perlu mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan intruksional khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan intruksional khusus dari bahan tersebut. 8 b) Indikator Keberhasilan Belajar Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses sedangkan hasil belajar adalah sebagian hasil yang dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengandakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Untuk memahami pengertian hasil belajar maka harus bertitik tolak dari pengertian belajar itu sendiri. Djamarah (2002: 13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Winkel dalam Darsono (2000: 4) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 3). Menurut Sardiman (2004: 21) belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Moh.Uzer Usman dan Lilis Setiawati (2002: 4) mengartikan “Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya”. Sudjana (2000: 5) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahanperubahan aspek lain yang ada pada individu belajar. Whittaker dalam Djamarah (2002: 12) merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. 9 Percival dan Ellington dalam Daryanto (2010: 59), mengungkapkan “Belajar adalah perubahan yang terjadi karena hubungan yang stabil antara stimulus yang diterima oleh organisme secara individual dengan respon yang tersamar, dimana rendah, besar, kecil, dan intensitas respon tersebut tergantung pada tingkat kematangan fisik, mental dan tendensi yang belajar”. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Belajar bukan hanya sekedar pengalaman, belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan (Soemanto, 2006: 112). Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu memahami (Hamalik, 2001: 27). Suhaenah (2001: 2), ”Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya”. Menurut Hamalik (2004: 27), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar juga merupakan suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah suatu usaha sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental, panca indra, otak atau anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, minat, dan sebagainya. Setiap individu pasti mengalamai proses belajar. Belajar dapat dilakukan oleh siapapun, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun orang tua, dan akan berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan disekolah belajar merupakan kegiatan yang pokok yang harus dilaksanakan. Tujuan pendidikan akan tercapai apabila proses belajar dalam suatu sekolah dapat berlangsung dengan baik, yaitu proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam prosses pembelajaran. Djamarah (2002: 15-16) menjelaskan bahwa ciri-ciri belajar sebagai berikut: 1. Perubahan yang terjadi secara sadar. 2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 10 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6. Perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku. Slameto (2010: 2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berikut ini ciri-ciri perubahan tingkah laku menurut Slameto (2010: 2). 1. Perubahan terjadi secara sadar. 2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. 3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku pada diri seseorang dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Di dalam belajar terdapat prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan, Dalyono (2005: 51-54) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut. 1. Kematangan jasmani dan rohani Salah satu prinsip utama belajara dalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu setelah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar. 2. Memiliki kesiapan Setiap orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup, baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. 3. Memahami tujuan Setiap orang yang belajar harus memahami tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat selesai dan berhasil 11 4. Memiliki kesungguhan Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. 5. Ulangan dan latihan Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil ahir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya (Djamarah, 2000: 25). Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh murid dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sukmadinata (2007: 102) mengatakan hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan hasil belajar menurut Arikunto (2001:63) sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilkukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir catur wulan dan sebagainya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran. Ada faktor yang dapat diubah (seperti cara mengajar, mutu rancangan, metode evaluasi, dan lain-lain), 12 adapula faktor yang harus diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, gaji, lingkungan sekolah, dan lain-lain) Suhardjono dalam Arikunto (2006: 55). Menurut Slameto (2003: 54-60) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain. 1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa). Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi tiga faktor, yakni: a) Faktor jasmaniah 1) Faktor kesehatan 2) Faktor cacat tubuh b) Faktor psikologis 1) Intelegensi 2) Bakat 3) Motif 4) Kematangan. c) Kesiapan. Faktor kelelahan 5) Faktor kelelahan jasmani 6) Faktor kelelehan rohani 2. Faktor ekstern (faktor dari luar diri siswa). Faktor yang berasal dari luar diri siswa sendiri terdiri dari tiga faktor, yakni: a) Faktor keluarga 1) Cara orang tua mendidik. 2) Relasi antar anggota keluarga 3) Suasana rumah 4) Keadaan ekonomi keluarga b) Faktor sekolah 1) Metode mengaja 2) Kurikulum 3) Relasi guru dengan siswa 4) Relasi siswa dengan siswa 5) Disiplin sekolah 6) Alat pelajaran 7) Waktu sekolah 13 8) Standar pelajaran diatas ukuran 9) Keadaan gedung 10) Metode belajar 11) Tugas rumah c) Faktor masyarakat 5) Kesiapan siswa dalam masyarakat 6) Mass media 7) Teman bergaul 8) Bentuk kehidupan masyarakat Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan dengan angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu yang didapat. Hasil belajar yang tinggi atau rendah menunjukkan keberhasilan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dalam proses pembelajaran. Suparno dalam Sardiman (2004: 38) mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari. Djaali (2008: 99) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar antara lain sebagai berikut. 1. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) a) Kesehatan b) c) Intelegensi Minat dan motivasi d) Cara belajar 2. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) a) Keluarga b) Sekolah c) Masyarakat d) Lingkungan 14 Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran dibagi atas beberapa tingkatan taraf sebagai berikut. 1. Istimewa/maksimal, apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh siswa. 2. Baik sekali/optimal, apabila sebagian besar bahan pelajaran dapat dikuasai 76%99%. 3. Baik/minimal, apabila bahan pelajaran hanya dikuasai 60%-75%. 4. Kurang, apabila bahan pelajaran yang dikuasai kurang dari 60%. Sehubungan dengan hal di atas, adapun hasil pengajaran dikatakan betul-betul baik apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 1. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. 2. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik. Pengetahuan hasil proses belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi dirinya (Sardiman, 2008: 49). Penilaian hasil belajar pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan untuk mengukur perubahan prilaku yang telah terjadi pada diri peserta didik. Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk yaitu peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan kelemahannya atas prilaku yang diinginkan dan mereka mendapatkan bahwa prilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau dua tahap sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan prilaku yang sekarang dengan yang diinginkan. Penilaian hasil bertujuan untuk mengetahui hasil belajar atau pembentukan kompetensi peserta didik. Standar nasional pendidikan mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk penilaian harian, penilaian tengah semester, penilaian akhir semester, dan penilaian kenaikan kelas. Hasil belajar pada satu sisi adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada sisi lain, merupakan peningkatan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut sangat berguna bagi guru dan juga siswa. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat 15 diukur, seperti tertuang dalam angka rapot, sedangkan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 4). Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar itu dianggap berhasil, adalah apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai hasil tinggi, baik secara individual maupun kelompok. 2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok. c) Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Siswa Keberhasilan dalam belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan salah satu ukuran terhadap penguasaan materi pelajaran yang disampaikan. Peran guru dalam menyampaikan materi pelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa penting sekali untuk diketahui, artinya dalam rangka membantu siswa mencapai hasil belajar yang seoptimal mungkin. Keberhasilan belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa, terutama kamampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar siswa yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Adapun pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakekat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadarinya, siswa harus merasakan adanya suatu kebutuhan untuk belajar dan berhasil. Ia harus mengerahkan daya dan upaya untuk mencapainya. Sungguh pun demikian, keberhasilan yang dapat diraih masih juga bergantung dari lingkungan, artinya ada faktor-faktor yang berada di luar dirinya yang dapat menentukan dan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan pelajaran yang dominan mempengaruhi keberhasilan belajar di sekolah adalah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran ialah tinggi rendahnya atau pun efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab 16 itu, keberhasilan belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. d) Penilaian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2000. hal 120-121) mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes hasil belajar. Tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sitematis untuk mengukur indikator/kompetensi tertentu (Nanik Sulistya Wardani, 2012). Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes hasil belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian, sebagai berikut: 1) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu. 2) Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat hasil belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor. 3) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah. 2.1.2 Pembelajaran IPA a) Pengertian IPA Ilmu Perngetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan poengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta 17 didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekannkan pada poemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA di arahkan untuk inquiri dan berbuat sehingga dapat membantu pesrta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. b) Prinsip dan Tujuan Pembelajaran IPA Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran IPA(Harsono, 1993) diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalamanpengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar. Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan adalah sebagai berikut: 1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. 2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, selain mengajar secara klasik, guru mempersiapkan beranekaragam kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. 3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Pembelajaran IPA juga memiliki beberapa tujuan pembelajaran bagi peserta didik. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar dan MI oleh Refandi (2006) bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI memiliki beberapa tujuan. Tujuan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 18 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan 5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Kesimpulan dari beberapa pengertian prinsip dan tujuan IPA yaitu belajar Sains tidak hanya menimbun pengetahuan, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan kedalam bentuk yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scintientificinquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional 19 harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap Satuan Pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan (pengetahuan sendiri yang difalitasi oleh guru). Dalam penelitian ini standar kompetensi yang akan digunakan mengacu pada Tabel 2.1 Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan 1) Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia 2. Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan hewan misalnya ikan dan cacing tanah 3. Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan 4. Mengidentifikasi organ peredaran darah manusia 5. Mengidentifikasi gangguan pada organ peredaran darah manusia 2) Memahami cara tumbuhan hijau membuat makanan 1. Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan 2. Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan 3) Mengidentifikasi cara makhluk hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan 1. Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup 2. Mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup Benda dan Sifatnya 4) Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses 1. Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahan penyusunnya, misalnya benang, kain, dan kertas 2. Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap 20 2.1.3 Pembelajaran SAVI a) Pengertian model pembelajaran SAVI Menurut (Herdy, 2007) SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual, dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan symbol. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup. b) Prinsip Dasar Pembelajaran SAVI Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu: 1) pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh 2) pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi. 3) kerjasama membantu proses pembelajaran 4) pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan 5) belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik. 6) emosi positif sangat membantu pembelajaran. 7) otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis. Jadi pada dasarnya pembelajaran savi ini lebih menonjolkan bagaimana siswa menciptakan kreativitasnya sendiri. Hal ini akan berpengaruh pada cara berpikir siswa menjadi lebih terbuka dan mencoba untuk menggali kemamapuannya dalam memperoleh pengetahuan yang baru. c) Karakteristik Pembelajaran SAVI Menurut Henry (2009) sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu: 1) Somatic 21 ”Somatic” berasal dari bahasa Yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). 2) Auditori Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri. 3) Visual Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. 4) Intektual Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah. 22 Karakteristik dalam model pembelajaran SAVI sudah mewakili semua aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata melainkan ia dapat benar-benar memahami secara langsung apa yang ia pelajari. Di sini juga sangat berperan dalam penerapannya. Guru dituntut untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga yang menarik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Dibawah ini adalah beberapa contoh bagaimana membuat aktifitas sesuai dengan cara belajar/ gaya belajar siswa: Table 2.2 Aktifitas siswa Gaya belajar Somatis Aktifitas Orang dapat bergerak ketika mereka: 1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur 2. Menciptakan piktogram dan periferalnya 3. Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep 4. Mendapatkan pengalaman lalu menceritakannya dan merefleksikannya 5. Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar dan lain-lain) 6. Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gambar, dan bicarakan tentang apa yang dipelajari. Auditori Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk meningkatkan sarana auditori dalam belajar 1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan dan komputer 2. Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung materi pembelajaran yang terkandung didalam buku pembelajaran yang dibaca mereka 3. Mintalah pembelajar berpasang-pasangan menbincangkan secara terperinci apa yang mereka baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkanya 4. Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu ketrampilan atau 23 memperagakan suatu fungsi sambil mengucapkan secara singkat dan terperinci apa yang sedang mereka kerjakan 5. Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah atau membuat rencana jangka panjang Visual Intelektual Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajaran lebih visual adalah: 1. Bahasa yang penuh gambar (metafora, analogi) 2. Grafik presentasi yang hidup 3. Benda 3 dimensi 4. Bahasa tubuh yang dramatis 5. Cerita yang hidup 6. Kreasi piktrogram (oleh pembelajar) 7. Pengamatan lapangan 8. Dekorasi berwarna-warni 9. Ikon alat bantu kerja Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika kita mengajak pembelajaran tersebut dalam aktivitas seperti: 1. Memecahkan masalah 2. Menganalisis pengalaman 3. Mengerjakan perencanaan strategis 4. Memilih gagasan kreatif 5. Mencari dan menyaring informasi 6. Merumuskan pertanyaan 7. Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan 8. Menciptakan makna pribadi 9. Meramalkan inplikasi suatu gagasan Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap: 1. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan) 24 Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal: a) memberikan sugesi positif b) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna d) membangkitkan rasa ingin tahu e) menciptakan lingkungan fisik yang positif. f) menciptakan lingkungan emosional yang positif g) menciptakan lingkungan sosial yang positif h) menenangkan rasa takut i) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar j) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah k) merangsang rasa ingin tahu siswa l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal. 2. Tahap Penyampaian (kegiatan inti) Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal- hal yang dapat dilakukan guru: a) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan b) pengamatan fenomena dunia nyata c) pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh d) presentasi interaktif e) grafik dan sarana yang presentasi brwarna-warni f) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar g) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) i) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual j) pelatihan memecahkan masalah 3. Tahap Pelatihan (kegiatan inti) 25 Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu: a) aktivitas pemrosesan siswa b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali c) simulasi dunia-nyata d) permainan dalam belajar e) pelatihan aksi pembelajaran f) aktivitas pemecahan masalah g) refleksi dan artikulasi individu h) dialog berpasangan atau berkelompok i) pengajaran dan tinjauan kolaboratif j) aktivitas praktis membangun keterampilan k) mengajar balik 4. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup) Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal –hal yang dapat dilakukan adalah: a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi c) aktivitas penguatan penerapan d) materi penguatan prsesi e) pelatihan terus menerus f) umpan balik dan evaluasi kinerja g) aktivitas dukungan kawan h) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung. d) Kelemahan dan kelebihan dari model pembelajaran SAVI Pembelajaran dalam pendekatan SAVI memiliki Kelebihan dan Kelemahan diantaranya: 26 1) Kelebihan a. Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual b. Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri pengetahuannya. c. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika. d. Memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai. e. Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif f. Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa g. Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa h. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik. i. Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskanjawabannya. j. Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar 2) Kelemahan a. Pendekatan ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh. b. Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhannya, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar. Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang canggih dan menarik. Ini dapat terpenuhi pada sekolah-sekolah maju. c. Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan dalam menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri. d. Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah. e. Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu. f. Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi atau memberi nilai. 27 g. Pendekatan SAVI masih tergolong baru, sehingga banyak pengajar guru yang belum mengetahui pendekatan SAVI tersebut h. Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadika siswa itu minder. i. Pendekatan ini tidak dapat diterapkan untuk semua pelajaran. Solusi dari kelemahan ini adalah siswa dapat diperkenalkan dalam pembelajaran SAVI mulai dari I tindakan/langkah. Pada dasarnya menerapkan langkah-langkah pendekatan SAVI dalam pembelajaran tidak harus selalu berurutan dari aktivitas somatis, auditori, visual, intelektual, namun dapat dimulai dari aktivitas mana saja bisa dari auditori, visual, somatis, intelektualatau lain sebagainya. Hal yang perlu dicatat dalam menerapkan pendekatan SAVI yaitu menggabungkan aktivitas somatis, auditori, visual, dan intelektual pada satu peristiwa pembelajaran. e) Langkah-langkah model pembelajaran SAVI 1. Tahapan-tahapan metode pembelajaran SAVI Tahapan yang perlu ditempuh dalam SAVI adalah persiapan,penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil. Kreasi apapun, guru perlu dengan matang, dalam keempat tahaptersebut a. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan) Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal: 1. Memberikan sugesti positif 2. Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa 3. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna 4. Membangkitkan rasa ingin tahu 5. Menciptakan lingkungan fisik yang positif 6. Menciptakan lingkungan emosional yang positif 7. Menciptakan lingkungan social yang positif 8. Menenangkan rasa takut 28 9. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar 10. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah 11. Merangsang rasa ingin tahu siswa 12. Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal b. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti) Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang barudengan cara melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal-hal yangdapat dilakukan guru: 1. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan 2. Pengamatan fenomena dunia nyata 3. Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh 4. Presentasi interaktif 5. Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni 6. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar 7. Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim 8. Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) 9. Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual 10. Pelatihan memecahkan masalah c. Tahap Pelatihan (Kegiata Inti) Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerapengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu: 1. Aktivitas pemrosesan siswa 2. Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali 3. Simulasi dunia-nyata 4. Permainan dalam belajar 5. Pelatihan aksi pembelajaran 6. Aktivitas pemecahan masalah 7. Refleksi dan artikulasi individu 8. Dialog berpasangan atau berkelompok 29 9. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif 10. Aktivitas praktis membangun keterampilan 11. Mengajar balik d. Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup) Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuanatau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah: 1. Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera 2. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi 3. Aktivitas penguatan penerapan 4. Materi penguatan persepsi 5. Pelatihan terus menerus 6. Umpan balik dan evaluasi kinerja 7. Aktivitas dukungan kawan,Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung. f) Aplikasi model pembelajaran SAVI pada pembelajaran IPA di sekolah Metode pembelajaran IPA dengan pendekatan SAVI yaitu cara belajar yang melibatkan seluruh indera, belajar dengan bergerak aktif secara fisik dan membuat seluruh tubuh atau pikiran ikut terlibat dalam proses belajar. Unsur-unsur pendekatan SAVI adalah belajar Somatis, belajar Auditori, belajar Visual, dan belajar Intelektual. Tindakan guru yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan SAVI adalah dengan menyatukan keempat unsur SAVI ada dalam satu pembelajaran IPA. Suasana belajar dikatakan baik apabila didukung dengan keadaan yang positif dan adanya minat dalam diri pembelajar sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran. Menurut Dave Meier(2002:33-34) ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan SAVI dalam kegiatan belajar sehari-hari khususnya belajar matematika pada pokok bahasan kubus dan balok: 1. Dapat terciptanya lingkungan yang posotif 2. Keterlibatan pembelajar sepenuhnya 30 3. Adanya kerjasama diantara pembelajar 4. Menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari pokok bahasan yang dipelajari 5. Dapat menggunakan belajar kontekstual 6. Dapat menggunakan alat peraga Belajar bisa menjadi optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Dalam pokok bahasan perubahan sifat benda dengan menerapkan pendekatan SAVI langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mengelompokkan siswa dalam kelompok beranggotakan empat orang. 2. Semua siswa mempunyai alat peraga 3. Meminta siswa memperagakan konsep yang dipelajari sambil mengucapkan secara terperinci langkah-langkahnya(somatik dan auditori) 4. Setiap kelompok diberi soal-soal yang telah disiapkan oleh guru 5. Setiap siswa diminta mendiskusikan tentang soal-soal yang diberikan perkelompok(auditori, visual, dan intelektual) 6. Selama diskusi berlangsung guru mengamati kerja setiap kelompok secara bergantian dan mengarahkan atau membantu siswa yang kesulitan. 7. Pada akhir kerja kelompok, setiap kelompok diminta perwakilan untuk mengerjakan soal-soal yang telah diberikan di papan tulis. Sedangkan siswa yang lain menanggapinya(somatik, auditori, visual dan intelektual). Dengan memeperhatikan pendekatan SAVI pada pokok bahasan perubahan sifat benda dapat menggunakan alat peraga dimana siswa dapat belajar dengan berbuat dan bergerak yang menjadikan siswa aktif dan tidak merasa jenuh. Pendekatan SAVI merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra dalam belajar. Pendekatan SAVI memiliki empat unsur diantaranya : belajar somatik, belajar auditori, belajar visual dan belajar intelektual. Dan pendekatan SAVI memiliki langkah-langkah yaitu langkah yang pertama belajar visual, yang kedua belajar auditori, langkah ketiga belajar somatis dan yang keempat belajar intelektual. Disamping memiliki unsur dan langkahlangkah, pendekatan SAVI ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pendekatan pembelajaran SAVI diantaranya : siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun 31 sendiri pengetahuannya, suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa merasa diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar matematika, memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan dapat membantu yang kurang pandai, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik, melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya. Sedangkan kelemahan dari pendekatan pembelajaran SAVI adalah karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa kesulitan dalam menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri, membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah, membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran saat itu, dan belum ada pedoman penilaian sehingga guru merasa kesulitan dalam evaluasi. 2.2 Penelitian Yang Relevan Purwanti Silvianawati, 2011 dalam penelitiannya “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tematik Kelas 2 SD dengan Menggunakan Model Pembelajaran SAVI Terhadap Hasil Belajar Siswa SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester 2 Tahun 2010/2011”. Menyimpulkan bahwa pembelajaran SAVI lebih baik dalam meningkatkan nilai siswa pada tema Hewan dan Tumbuhan, sehingga hasil belajar yang dicapai lebih tinggi dengan hasil rata-rata hasil untuk kelas eksperimen 82.8125 dan 69.6875 untuk kelas kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan supaya menjadi bahan masukan untuk dapat menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada saat proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa lebih optimal. Krisnawati, Ony. 2011 dalam penelitiannya “Mengubah miskonsepsi IPA melalui model SAVI pada siswa kelas 4 SDN Talangagung 01 Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang” Menyimpulkan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model SAVI dapat mengubah miskonsepsi siswa, meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan miskonsepsi siswa yakni 5 siswa (25%) masih mengalami terkait sumber energi panas dan 4 siswa 20% masih mengalami miskonsepsi terkait sumber energi bunyi, meningkatnya aktivitas belajar pada siklus I mencapai rata-rata 84,7 dan siklus II mencapai rata-rata 94,42. Sedangkan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada siklus I dan II. Pada siklus I diperoleh rata-rata 90,70 dan siklus II diperoleh rata-rata 89,37. 32 Fitrianingsih, Ika 2009 dalam penelitiannya Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan “SAVI” Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Menyimpukan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kombinasi efek antara pembelajaran dengan pendekatan SAVI dan motivasi belajar siswa. Ini berarti bahwa hasil belajar akan lebih tinggi dapat dicapai pada pembelajaran dengan penggunaan pendektan SAVI dengan ditinjau dari motivasi belajar siswa yang tinggi. Dari ketiga penelitian diatas terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan dimana penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran SAVI. Dari ketiga penelitian tersebut membuktikan bahwa model SAVI dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Perbedaan dari penelitian ini adalah obyek dimana siswa dari berbagai tingkatan kelas menjadi obyek penelitian dimana mendapatkan hasil yang beragam. 2.3 Kerangka Pikir penggunaan model pembelajaran di Kelas 5 SD Negeri Ngawen 02 belum efektif karena belum dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar, sehingga berimbas pada hasil belajar yang kurang optimal. Pengajaran merupakan suatu sistem yaitu sebagai kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka pencapaiantujuan yang diinginkan (Sumaatmadja,1984). Sebagai suatu sistem, pengajaran mengandung sejumlah komponen antara lain pendekatan pembelajaran, oleh karena itu pembelajaran akan menerapkan model pembeljaran SAVI untuk mencapai tujuan yang dinginkan. Penerapan model pembelajaran SAVI pada penelitian ini karena dapat memotivasi siswa saat belajar dan memancing siswa untuk lebih dapat menggunakan seluruh kemampuannya dan tertarik dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih giat belajar dan akan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran dan akan berimbas pada hasil belajar IPA akan meningkat 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan hipotesis dalam penelitian ini adalah “diduga dengan menggunakan model pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri Ngawen 02 semester I Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati tahun 2013/2014.