8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika H.C

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika
H.C Witherington
(dalam Aunurrahman, 2011) mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepribadian atau suatu pengertian. Abdillah (dalam Aunurrahman, 2011)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh
individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman
yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk
memperoleh tujuan tertentu.
Menurut pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses aktif yang disengaja sehingga menyebabkan
perubahan tingkah laku menuju ke arah yang lebih sempurna. Kegiatan dan
usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar.
Sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil dari belajar.
Mohammad Surya (dalam Rusman, 2011) menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Dahlan
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
8
(dalam Isjoni, 2011) pembelajaran adalah suatu proses perubahan yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan
siswa, dimana guru sebagai fasilitator belajar dan siswa memperoleh
informasi yang dibutuhkan dari apa yang disampaikan oleh guru.
Russel (dalam Hamzah, 2009) mendefinisikan bahwa matematika
sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat
dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik
(kontruktif), secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari
bilangan bulat ke bilangan pecahan, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari
penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan menuju
matematika yang lebih tinggi. Definisi lain yang dikemukakan oleh Cockroft
(dalam Hamzah, 2009) yang mengemukakan tentang mengapa matematika
diajarkan , hal ini disebabkan matematika sangat dibutuhkan dan berguna
dalam kehidupan sehari-hari, bagi sains, perdagangan dan industri.
Pembelajaran Matematika dapat diartikan suatu upaya yang
dilakukan dengan tujuan untuk menyediakan suatu kondisi yang mampu
menjadikan proses belajar matematika dapat berlangsung lebih baik dengan
adanya interaksi yang baik antara peserta didik, pendidik (guru) dan sumber
belajar matematika.
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
9
B. Pemahaman Konsep
Menurut Jihad dan Abdul
(2008) pemahaman konsep adalah
kompetensi yang ditunjukan siswa dalam memahami konsep dan dalam
melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat,
sedangkan
menurut
Heruman
(2007)
pemahaman
konsep
adalah
pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang bertujuan agar siswa
lebih memahami suatu konsep matematika.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep adalah sebuah pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep agar siswa lebih memahami konsep sehingga dapat melakukan
prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat.
Menurut Jihad dan Abdul (2008), Indikator yang menunjukkan
menunjukan pemahaman konsep antara lain :
a) Menyatakan ulang sebuah konsep.
b) Mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
c) Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
e) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.
f)
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi
tertentu.
g) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
10
C. Pendekatan SAVI dan Konvensional
Menurut Sanjaya (2012) pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode
pembelajaran yang digunakan dapat berumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu.
Roy Killen (dalam Sanjaya, 2012) mencatat ada dua pendekatan
dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan
pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori merupakan
beberapa contoh pendekatan yang berpusat pada guru, sedangkan pendekatan
SAVI merupakan contoh pendekatan yang berpusat pada siswa.
1.
Pendekatan SAVI
SAVI merupakan kependekan dari Somatis, Auditory, Visual
dan Intellectual. SAVI termasuk ke dalam pendekatan yang berpusat
pada
siswa
(Student
Centered
Approach).
Deporter
(2012)
mengungkapkan bahwa anak memiliki 3 gaya belajar yang berbeda
sebagai modalitas awal dalam belajar yaitu Visual, Auditorial dan
Kinestetik/Somatik. Meier (2002) menambahkan satu lagi modalitas
dalam belajar anak, yaitu modalitas Intelektual.
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
11
Definisi dari masing-masing modalitas yang disebutkan di atas
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Modalitas Dasar Belajar
Modalitas Dasar
1.
Somatis
2.
Auditori
3.
Visual
4.
Intektual
Cara Belajar
Belajar dengan bergerak dan
berbuat
Belajar dengan berbicara dan
mendengarkan
Belajar dengan mengamati dan
menggambarkan
Belajar dengan pemecahan masalah
dan refleksi
Berdasarkan
pokok-pokok
pemikiran
Meier
(2002),
pembelajaran dengan menggunakan prinsip SAVI adalah sebagai berikut:
a.
Somatis
“Somatis” berasal dari bahasa Yunani yang berarti
tubuh/soma. Jadi, pembelajaran somatis berarti proses belajar
dengan menggunakan indra peraba, kinestetis, praktis-melibatkan
fisik dan menggunakan serta gerakan tubuh sewaktu belajar.
Berikut
ini
adalah
beberapa
cara
untuk
dapat
mengoptimalkan pembelajaran somatis:
1) Membuat model dalam suatu proses atau prosedur
2) Secara fisik menggerakan berbagai komponen dalam suatu
proses atau sistem
3) Menciptakan bagan, diagram atau piktogram
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
12
4) Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep
5) Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik
6) Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar
dan lain lain)
7) Dalam tim, menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi
seluruh kelas.
b.
Auditori
Auditori dalam kamus besar bahasa inggris dapat diartikan
sebagai pendengaran. Jadi, pembelajaran auditori adalah proses
belajar dari suara, dialog, membaca keras, dari menceritakan kepada
orang lain apa yang baru saja mereka alami, dari berbicara dengan
diri sendiri, dari mengingat bunyi dan irama, dari mendengarkan
kaset, dan dari mengulang suara dalam hati.
Pikiran auditori kita lebih kuat dari yang kita sadari. Telinga
kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi. Setiap
orang yang berbicara dan mendengar, beberapa area penting otak
orang tersebut menjadi aktif. Belajar auditori menjadi sangat penting
bahkan telah menjadi cara belajar standar bagi semua orang sejak
awal sejarah.
Beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengoptimalkan
aktivitas belajar auditori dalam pembelajaran matematika misalnya :
1) Mendiskusikan
apa
yang
dipelajari
dan
bagaimana
menerapkannya
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
13
2) Meminta
peserta
didik
untuk
mempraktikan
sesuatu
menjelaskan kepada peserta didik yang lain tentang apa yang
sedang mereka praktikan.
3) Mendengarkan materi yang disampaikan dan meringkasnya.
c.
Visual
Visual dalam kamus besar bahasa inggris dapat diartikan
sebagai ketajaman mata. Jadi, pembelajaran visual adalah proses
belajar dengan melihat
contoh dari dunia nyata, diagram, peta
gagasan, ikon, gambar dan gambaran dari segala macam hal ketika
mereka sedang belajar.
Ketajaman visual sangatlah kuat pada diri setiap orang.
Alasannya adalah bahwa didalam otak terdapa lebih banyak
perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra
yang lain.
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat digunakan
untuk mengoptimalkan pembelajaran visual, antara lain :
1) Mengamati gambar tiga dimensi kemudian memaknainya
2) Melihat benda tiga dimensi secara langsung yang kemudian
digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
d.
Intelektual
Intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana
yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman,
menciptakan jaringan syaraf baru dan belajar.
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
14
Tanpa adanya belajar intelektual, sebuah pelatihan belajar
sebagus apapun akan terlihat menjadi dangkal, begitu pula pada
pembelajaran yang hanya melihatkan aspek S-A-V, tanpa adanya
intelektual pembelajaran ini hanya akan menjanjikan di awal-awal
pembelajaran, namun akan musnah ketika hujan realitas turun. Ini
menunjukan betapa pentingnya memasukan aspek intelektual dalam
pembelajaran.
Berikut adalah cara yang ditempuh untuk mengoptimalkan
cara belajar intelektual :
1) Pemecahan masalah, misal dalam memecahkan masalah dalam
contoh soal maupun latihan soal
2) Menganalisis pengalaman dan kasus
3) Menciptakan
makna
pribadi,
misalkan
siswa
menarik
kesimpulan
Meier (2003) menyatakan bahwa pembelajaran akan berlangsung
lebih optimal bila keempat aspek yaitu Somatis, auditori, visual dan
intelektual ada dalam sebuah pembelajaran.
2.
Pendekatan Konvensional
Menurut Sanjaya (2006) pendekatan konvensional memandang
bahwa
proses
pembelajaran
yang dilakukan
sebagaimana
guru
mengajarkan materi kepada siswa. Peran guru sangatlah dominan di
dalam kelas. Pembelajarannya bersifat transfer ilmu, artinya guru
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
15
mentransfer ilmu kepada siswanya, sedangkan siswa lebih banyak
sebagai penerima.
Pendekatan konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pembelajaran ekspositori. Menurut Sanjaya (2012) pembelajaran
ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran
secara optimal.
Karakteristik pembelajaran ekspositori, antara lain:
a.
Pembelajaran ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan
materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan
merupakan alat utama dalam melakukan pembelajaran ini, oleh
karena itu orang sering mengidentifikasikan dengan ceramah.
b.
Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang
sudah jadi seperti fakta-fakta, konsep-konsep tertentu yang harus
dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
c.
Penguasaan materi pelajaran, artinya setelah proses pembelajaran
berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar
dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang sudah
diuraikan.
Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran
yang berorientasi
kepada
guru
(teacher
centered
approach). Dikatakan demikian, sebab dalam pembelajaran ini guru
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
16
memegang peran yang sangat dominan. Guru menyampaikan materi
pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik.
Menurut Sanjaya (2012) pembelajaran ekspositori akan efektif,
apabila :
a.
Guru menyampaikan bahan-bahan baru serta kaitannya dengan yang
akan dan harus dipelajari siswa. Biasanya bahan baru itu diperlukan
untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti kegiatan pemecahan
masalah atau untuk melakukan proses tertentu. Oleh karena itu,
materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar seperti konsepkonsep tertentu, prosedur dan lain sebagainya.
b.
Apabila guru menginginkan agar siswa mempunyai gaya model
intelektual tertentu, misalnya agar siswa bisa mengingat bahan
pelajaran sehingga ia akan dapat mengungkapkan kembali manakala
diperlukan.
c.
Guru menginginkan untuk mendemonstrasikan suatu teknik atau
prosedur tertentu untuk kegiatan praktik. Prosedur tersebut biasanya
merupakan langkah baku atau langkah standar yang ahrus ditaati
dalam melakukan suatu proses tertentu. Manakala langkah itu tidak
ditaati, maka dapat menimbulkan pengaruh atau resiko tertentu.
d.
Apabila seluruh siswa memiliki kesulitan yang sama sehingga guru
perlu menjelaskan untuk seluruh siswa.
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
17
e.
Apabila guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata
memiliki kemampuan rendah. Berdasarkan hasil penelitian Ross &
Kyle (1987) pembelajaran ini sangat efektif untuk mengajarkan
konsep
dan
keterampilan
untuk
anak-anak
yang
memliki
kemampuan kurang.
f.
Jika lingkungan tidak mendukung untuk menggunakan pembelajaran
yang berpusat pada siswa, misalnya tidak adanya sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
g.
Jika guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan
pendekatan yang berpusat pada siswa.
Menurut Sanjaya (2012) keunggulan pembelajaran ekspositori,
antara lain :
a.
Dengan pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan
keluasan materi pelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui
sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang
disampaikan.
b.
Pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi
pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara waktu
yang dimiliki untuk belajar terbatas.
c.
Melalui pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar
melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus
siswa bisa melihat atau mengobservasi (melakukan pelaksanaan
demonstrasi).
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
18
d.
Pembelajaran ini dapat digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran
kelas yang benar.
Selain itu Sanjaya (2012) juga mengungkapkan beberapa
kelemaham pembelajaran ekspositori, antara lain :
a.
Pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa
yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak dengan baik.
Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu
digunakan pembelajaran yang lain.
b.
Pembelajaran ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap
individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan,
minat, bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c.
Karena pembelajaran lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka
akan
sulit
mengembangkan
kemampuan
siswa
dalam
hal
kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan
berpikir kritis.
d.
Keberhasilan pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa
yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, percaya diri,
semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan seperti
kemampuan bertutur dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu
sudah dipastikan proses pembelajaran tidak mengkin berhasil.
e.
Karena gaya komunikasi pembelajaran lebih banyak terjadi satu
arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan
sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bias
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
19
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada
apa yang diberikan guru.
Melihat beberapa kelemahan di atas, maka sebaiknya dalam
melaksanakan pembelajaran ini guru perlu persiapan yang matang baik
mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan maupun mengenai
beberapa hal yang dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar.
D. Prisma dan Limas
Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas,
dan
bagian-bagiannya
serta
menentukan
pengukurannya.
Kompetensi Dasar
: Menghitung luas permukaan dan volume kubus,
balok, prisma, dan limas.
Indikator
: - Mengidentifikasikan sifat-sifat prisma dan limas
beserta bagian-bagiannya
- Membuat jaring-jaring prisma dan limas
- Menghitung luas permukaan prisma dan limas
- Menghitung volume prisma dan limas
E. Kerangka Berpikir
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar berpengaruh terhadap tingkat pemahaman konsep siswa. Karena itu
pemilihan pendekatan yang tepat akan mempengaruhi tingkat pemahaman
konsep siswa tersebut.
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
20
Terdapat beberapa macam pendekatan, diantaranya pendekatan yang
berpusat dari guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan
SAVI merupakan contoh pendekatan yang berpusat pada siswa dan
pendekatan konvensional (ekspositori) merupakan pendekatan yang berpusat
pada guru.
Pendekatan SAVI merupakan pendekatan yang berangkat dari teori
tentang modalitas awal siswa sehingga pendekatan ini berusaha untuk
mengoptimalkan setiap potensi yang dimiliki masing-masing siswa ,
sedangkan
pendekatan
konvensional
merupakan
pendekatan
yang
berlandaskan bahwa guru adalah sumber pengetahuan sehingga siswa kurang
aktif dalam proses belajar mengajar.
Siswa dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional
lebih kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan dibandingkan
dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan SAVI karena pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konvensional (ekspositori) secara otomatis akan mengurangi kontrol guru
terhadap siswa sehingga konsentrasi siswa akan mudah terpecah dan tidak
terfokus kepada materi yang disampaikan guru, sedangkan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan SAVI akan mengoptimalkan kontrol guru
terhadap aktivitas siswa dan siswa akan disibukan dengan diskusi, mengamati
dan menyelesaikan masalah dalam upaya mempelajari materi yang
disampaikan oleh guru sehingga konsentrasi siswa akan lebih terfokus
terhadap materi pelajaran.
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
21
Berdasarkan hal tersebut diperkirakan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan SAVI akan lebih baik dibandingkan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan konvensional (ekspositori) jika dilihat dari
pemahaman konsep siswa.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan uraian sebelumnya, maka dapat
ditarik suatu hipotesis yaitu pembelajaran matematika pada materi prisma dan
limas dengan menggunakan pendekatan SAVI lebih baik daripada
menggunakan pendekatan konvensional bila ditinjau dari pemahaman konsep
siswa.
Perbandingan Pembelajaran Matematika..., Rifqi Subekti, FKIP UMP, 2013
22
Download