Fillum 1 : PORIFERA (PHORUS = LUBANG KECIL, FERRE = MEMBAWA) (hewan yang tubuhnya berpori) KARAKTERISTIK : a. Tubuhnya mempunyai banyak pori, saluran- saluran, rongga tempat air mengalir b. Tubuhnya bersel banyak, simetri radial, asimetri c. Tubuhnya terdiri dua lapis sel (diploblastik) d. Sebagian atau seluruh bagian permukaan dalam tubuhnya tersususn dari sel leher (koanosit) berflagellum e. Pencernaan berlangsung di dalam sel / intraseluler di dalam sel leher f. Belum mempunyai organ tubuh dan anggota gerak bebas. g. Umumnya mempunyai rangka dalam yang tersususn dari zat duri dari kristalin, serabut zat organik yang tersusun tidak teratur atau tersusun dari keduanya h. Perkembangbiakan secara tak kawin dilakukan dengan pembentukan tunas atau budding dan gemulae, sedangkan secara kawin dilakukan dengan sel telur dan spermatozoid. Simetri tubuh Dorsal Bidang simetri Bidang simetri Posterior Dorsal Ventral Simetri radial Anterior Ventral Simetri bilateral Struktur tubuh Tubuh Porifera mempunyai bagian- bagian sebagai beikut : 1. Pori-pori/lobang tubuh disebut ostia/ Ostium (untuk masuknya air) 2. Rongga tubuh disebut Spongocoel 3. Lubang terbuka di ujung spongocoel, disebut Osculum/keluarnya air Antara Ostia Spongocoel dan Oskulum : membentuk sistem salauran air 1. 2. 3. 4. Ostia Spongocoel Osculum Dinding tubuh Struktur tubuh Porifera Sel Amoebosit koanosit Dinding tubuh mengelilingi Spongoecol, tersusun dari 2 lapisan sel, yaitu : 1. Lapisan luar/ epidermis Tersusun dari sel- sel pipih yang disebut : Pinakosit Pada Pinakosit terdapat ostium Pinakosit yang membawa ostium disebut sel porosit 2. Lapisan dalam/ dermal Tersusun dari sel- sel berbentuk botol/corong berflagel disebut sel leher/koanosit Yang berfungsi untuk : mencerna makanan, tempat pembuahan Diantara epidermis dengan dermal terdapat lapisan non seluler dari bahan jeli/gelatin, yang disebut : Mesoglea/ Mesofil Di dalam mesoglea, terdapat : 1. Sel- sel amoebosit Fungsi : - mengambil dan mengedarkan zat makanan dari koanosit - tempat pembentukan gamet betina, dan terjadinya pembuahan 2. Sel- sel Skleroblast Fungsi : - membentuk spikula/ sel- sel duri dari bahan tertentu, sebagai keangka luar(eksoskeleton) Macam- macam spikula : a. Spikula dari zat kapur/CaCO3 b. Spikula dari zat kersik/silika c. Spikula dari zat spongin d. Spikula gabungan b dan c Kerangka zat kapur seperti pada Calcarea, kerangka zat silikat seperti yang dimiliki hexactinellida, atau kerangka lunak (spongin) dimiliki pada Demospongia. ~ Spongin merupakan jaringan serabut sederhana, terbuat dari serat protein membentuk rangka spongin ~ Spikula jenis lain berbentuk kecil, berbentuk duri atau bintang biasanya terbuat dari calsium dan silika. 3. Sel Arkeosit Fungsi : - reproduksi sel, membentuk tunas/ kuncup dan gamet jantan - Mengganti sel- sel rusak, regenerasi sel tubuh Anatomi Tubuh Porifera A. B. C. D. E. F. Ostia/ Ostium Spongocoel Osculum Lapisan Epidermis Lapisan Mesoglea Lapisan Dermal 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sel Amoebosit Sel Arkeosit/Spikula Sel Arkeosit Sel Pinakosit Sel Porosit Sel- sel koanosit Sistem Saluran air - Merupakan sistem yang berperan dalam aliran air (dengan zat makanan) sampai pada pengeluaran - Berdasarkan tingkat kekomplekannya, sistem saluran air pada Porifera dibedakan atas 3 type : 1. ostium 2. spongocoel 3. osculum Type Ascon/Asconid (tipe paling sederhana) Jalannya air : air dari luar ke ostia spongocoel ke luar ke oskulum Koanosit terdapat pada seluruh permukaan dinding dalam yang membatasi spongocoel 1. ostium 2. saluran inkuren 3. saluran radial 4. spongocoel 5. osculum Type Sycon/syconid -mempunyai 2 saluran air : sal. Inkuren dan sal. Radial - koanosit hanya terdapat pada sal. Radial Jalannya air : air dari luar ke ostia Sal. Inkuren melalui porosit sal. Radial spongocoel keluar melalui osculum 1. ostia 2. sal. Masuk 3. rongga sub dermis 4. sal. Radial bercabang 5. rongga berkoanosit 6. sal. Keluar 7. spongocoel 8. osculum Type Leucon/leuconyd/rhagon - mempunyai rongga- rongga yang dibatasi oleh koanosit(rongga berkoanosit) - sal. Radial ber-cabang2 sebagai saluran masuk ke spongocoel dan keluar dari spongocoel - koanosit : terdapat pada rongga berkoanosit Jalannya air : air dari luar ke ostia Sal. Masuk rongga sub dermis Sal. Radial bercabang rongga berkoanosit sal. Keluar spongocoel Keluar melalui osculum PERKEMBANGBIAKAN PORIFERA Porifera mempunyai dua fase hidup Fase polip Fase sesil/medusa Fase sesil terjadi pada saat porifera masih larva dan bisa bergerak dengan bebas, Fase polip mereka menempel pada tempat tertentu hingga dewasa. Perkembangbiakan Porifera secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif/aseksual dengan dua cara, yaitu : 1. Pembentukan tunas/kuncup luar/ budding. Tunas yang terbentuk memisahkan diri dari induknya kemudian terbentuk individu baru. atau tetap tinggal berdekatan dengan induknya membentuk koloni 2. Pembentukan tunas dalam/Gemmulae (butir benih). - Gemmulae terbentuk jika keadaan lingkungan sedang tidak menguntungkan. Ketika keadaan lingkungan membaik, gemmulae akan terbentuk menjadi individu baru. - Gemmulae hanya dimiliki oleh porifera air tawar /Spongilidae, - Proses pembentukan gemmulae adalah sebagai berikut : Pertama-tama arkeosit mengumpulkan nutrient dengan memfagosit sel lain untuk dikumpulkan dalam rongga tubuh. Sel tertentu kemudian mengelilingi secret kumpulan tersebut dan membungkusnya. Terbentuklah kumpulan/cluster dan kapsul yang mengelilingi. Pada kondisi yang tepat gemmulae menetas dan sel-sel di dalamnya keluar dan berdiferensiasi membentuk porifera baru 3. Regenerasi, merupakan bentuk lain reproduksi aseksual porifera. Potongan tubuh porifera dapat tumbuh menjadi porifera baru. Secara generati/seksual dengan cara, yaitu : Porifera merupakan hewan hermaprodit (menghasilkan sperma dan ovum), walaupun demikian tidak dapat mebuahi sendiri. Sedangkan perkembangbiakan generatif /seksual berlangsung melalui peleburan gamet jantan dengan gamet betina. Dari peleburan ini dihasilkan zigot yang kemudian berkembang menjadi planula /larva bersilia. yang akhirnya menetap di dasar, menempel untuk berkembang menjadi porifera dewasa. SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAFASAN Porifera memakan zat-zat organic dan organism-organisme kecil seperti plankton. Makanannya dicerna secara intrasel oleh sel-sel koanosit. Di dalam sel, makanan dicerna oleh vakuola makanan, kemudian diteruskan oleh sel amebosit dan diedarkan ke seluruh tubuh. Sedangkan sisa makanan diteruskan ke spongosol kemudian dikeluarkan melalui oskulum. System pernafasan yang dimilikipun sangat sederhana. Oksigen diambil langsung dari air oleh sel-sel koanosit secara absorpsi. Karbon dioksida hasil pernafasan dikeluarkan langsung dari dalam sel ke lingkungan Klasifikasi Berdasarkan jenis bahan dasar spikulanya porifera dikelompokkan atas: 1. Calcarea, merupakan porifera berkapur dengan spikula terbuat dari calsium carbonat Contoh : Leucosolenia,Sycon getinosum,Scypha, Gratia,Clathrina blanca 2. Hexactinelida, termasuk porifera kaca dan keranjang bola pinus dengan spikula terbuat dari silika/SiO2 Contoh : Pheronema, Hyalonema, Aspergillum 3. Demospongia, porifera spons, spikula terbuat dari hanya dari spongin atau spongin bercampur dengan silika. Contoh : Suberit, Euspongia, Spongilla, Cliona, Microciona, Spongia. 4. Schlerospongiea, spikula dari silika dan kristal CaCO3, sebagai porifera koral, hidup di air dangkal Contoh : Regadrella, Corcauiela, Merlia. Contoh-contoh Porifera Euplectella Niphates digitalis Spons Clathrina Leucettusa lancifer White pencil sponge (Ciocalypta penicillus) Orange encrusted Light coloured turret sponge golfball sponge (Haliclona (Tethya spp1) oculta)-2 White tube sponge (Leucosolenia spp) Purple encrusted turret sponge (Haliclona oculta)-3 Peach ball Sponge (Suberites sp) Deadmans finger Grey wall sponge Vagabond (Stelletta sp) sponge sponge (Neoesperiopsis (Spheciospongia sp) sp) Orange wall sponge (Spirastrella sp) Nodular cup sponge (Ircinia sp) Brain sponge (Isodictya sp) Scroll sponge (Chondropsis sp) Flat leaf sponge (Clathria dayi) Tree sponge (Echinoclathria dichotoma) Fillum 2 : COELENTERATA (coilos : rongga, enteron : usus ) (hewan yang mempunyai rongga berfungsi sebagai usus,rongga gastrovaskuler) Karakteristik : Hewan multiseluler, metazoa, diploblastik (tersusun 2 lapisan kulit), dan simetri radial Ukuran tubuh 10 mm – 10 m Belum mempunyai sistem darah dan sistem saraf pusat Sistem saraf berupa sistem saraf diffus yang berbentuk jala Respirasi dan ekskresi sisa- sisa metabolisme secara difusi Mempunyai mulut yang juga berfungsi sebagai anus, dikelilingi oleh tentakel/lengan- lengan. Sistem gerak dengan : menggunakan tentakel Menggunakan otot- otot pada ektoderm Habitat : diperairan jernih (terutama di laut) Makanan : berupa bahan organik Reproduksi : vegetatif : dengan pembentukan kuncup fragmentasi Generatif :dengan fertilisasi, bersifat hermaprodit Struktur tubuh - Bentuk tubuh dibedakan atas : - 1. Polip : bentuk yang melekat/menetap pada habitatnya - 2. Medusa : bentuk yang dapat bergerak bebas - Bagian tubuh dibedakan atas - 1. Bagian depan terdapat mulut - 2. Bagian belakang bagian oral sebagai bagian aboral/kaki - 3. Tentakel/ lengan, berfungsi : - bergerak, menangkap, melumpuhkan mangsa - Pada tentakel terdapat sel- sel yang beracun disebut : Knidoblast - Pada knidoblast dilengkapi alat penyengat disebut : nematokist - Lapisan penyusun tubuh terdiri atas : - 1. Lapisan luar : ektoderm/ epidermis - 2. Lapisan dalam : endoderm : yang membentuk/ berfungsi sebagai usus/ perut, disebut sebagai rongga gastrovaskuler - Diantara ektoderm dengan endoderm terdapat lapisan gelatin a. It s body has many pores, channels, cavities where waterflows b. Multicellular body, radial symmetry, asymmetry c. His body consists of two layers of cells d. Some or all parts of the surface of cells in the body tersusun mesoglea neck (koanosit) berflagellum e. Digestion took place in the cell / intracellular in the neck f. Not to have the organs and limbs free. g. Generally have a framework in which tersususn of thorns ofcrystalline substances, organic substances fi bers arranged irregularly atau composed of both h. Breeding marriages are not performed by the formation of buds or budding and gemulae, whereas the mating is done by the egg and spermatozoid. The sponges are an ancient group with a fossil record back as far as the Precambrian. There are about 10 000 known species of marine sponges, and about 150 freshwater sponges. They are relatively abundant in all marine waters at all depths. They vary in size from a few millimetres to over two metres across. Their cells are structured around a system of pores, chambers and canals through which water is moved by the action of the flagellae of the choanocyte cells. The large pores called oscula (singular - osculum) are water outlets, and the small pores called ostia are water inlets. Sponges is grouped into four classes Class Hexactinellida These are commonly known as the glass sponges . They are often radially symmetrical and vase- or funnel-shaped and can be up to 1 m across and 1 m high, and are very beautiful. Their distinguishing feature is the network formed by the six-rayed siliceous spicules. There are about 500 species. They occur mainly in deep, cold waters between 200 - 2000 m, although some can be found below 6000. Class Calcarea As the name suggests sponges in this class have spicules of calcium carbonate. The spicules are either free or fused. They tend to be relatively small, mostly less than 10 cm, and tubular or vase-shaped. All three types of canal system occur in this class. There are about 100 species, mainly marine in water no deeper than 1000m. Class Demospongiae This is the largest Class containing over 90% of living sponges, and nearly all the larger species. They can be found at all depths in both fresh and salt water. The skeleton can be siliceous, spongin, or both. The spicules are either simple or four-rayed. All have the leuconoid canal system. Demospongiae are often brightly coloured. Class Sclerospongiae This is a small group of sponges that resemble corals. They are usually found in dark tunnels in coral reefs. The skeleton consists of siliceous spicules and spongin on a thick basal layer of calcium carbonate. All in this class have the leuconoid canal system. Coelenterata Coelentearata berasal dari kata koilos yang berarti rongga tubuh atau selom dan enteron yang berarti usus. Coelenterata memiliki struktur yang lebih kompleks daripada porifera. Namun, ia tetap digolongkan ke dalam makhluk hidup tingkat rendah. Namanya diambil dari rongga yang berfungsi sebagai usus yakni solenteron. Jadi hewan ini tidak memiliki usus yang sebenarnya. Coelenterata termasuk hewan diploblastik (tersusun 2 lapisan kulit), yaitu ektoderma dan mesoderma. Lapisan ektoderma disebut juga lapisan epidermmis. Sedangkan lapisan endoderma bisa disebut dengan gastrodermis (gaster = perut, dermis = kulit) 1. STRUKTUR dan FUNGSI TUBUH COELENTERATA Tubuhnya bersimetri radial. Antara ektoderma dan endoderma terdapat rongga yang berbahan dari gelatin, yang disebut mesoglea. Pada tubuh sebelah atas, terdapat lubang mulut yang dikelilingi oleh lengan-lengan yang disebut tentakel. Pada permukaan tentakel terdapat sel knidoblas yang beracun 2. KLASIFIKASI COELENTERATA Terdapat 3 kelas, yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, Anthozoa HYDROZOA hidup solitaire (koloni) contoh Hydrozoa adalah Hydra dan Obelia Hydra adalah coelenterata yang hidup di air tawar yang hidup solitaire hewan ini bereproduksi secara aseksual dengan membentuk kuncup dan secara seksual dengan peleburan gamet. Testis dihasilkan oleh sel-sel ektoderma di dekat tentakel yang berubah menjadi testis. Ovum dihasilkan ovarium di dekat bagian kaki Obelia adalah coelenterata yang hidup di laut secara berkoloni. Bentuk dominan polip Bagian polip yang berfugsi dalam hal makanan disebut hydrant, sedangkan yang berfungsi sebgai reproduksi disebut gonangium hydra obelia SCYPHOZOA Memiliki bentuk dominan sebagai medusa Scyphozoa banyak ditemukan di pantai yang biasa kita kenal dengan ubur-ubur (Aurelia aurita) ANTHOZOA Anthozoa artinya binatang bunga Hewan yang tergolong Anthozoa adalah anemon laut dan hewan karang Tubuhnya umumnnya berbentuk polip. Hewan ini memiliki banyak tentakel yang berwarna-warni Di antara anggota Anthozoa ada yang dapat menghasilkan kerangka dari zat kapur yang sangat keras. Kerangka inilah yang membentuk terumbu karang anemon laut 3. REPRODUKSI COELENTERATA aseksual : membentuk kuncup seksual : gamet CYCLUS HIDUP AVERTEBRATA Share COELENTERATA(HEWANBERONGGA) KLASIFIKASI MELIPUTI 1. Kelas : Hydrozoa : Hydra , Obelia 2. Kelas : Anthozoa : Metridium ( Mawar Laut) 3. Kelas : Schypozoa: Aurelia aurita ( Ubur ubur ) 1. CYCLUS HIDUP Obelia Fertilisasi sperma dan ovum di air - zigot - morula - planula (larva berenang bebas) - koloni muda - tunas (fase polip) - medusa - medusa dewasa melepaskan diri dari polip (terdiri dari jantan dan betina) Cyclus Hidup / Daur Obelia ( HIDROZOA ) 2. CYCLUS HIDUP Aurelia aurita Kelas Scyphozoa : Aurelia auria Fertilisasi sperma dan ovum di air - zigot planula (larva bersilia) - skifistoma (fase polip) - strobila (kuncup) - efira - medusa - medusa jantan dan betina Cyclus Aurelia aurita ( ubur ubur) SCHYPOZOA PLATYHELMINTHES ( CACING PIPIH ) KLASIFIKASI 1. 2. 3. TREMATODA CESTODA TURBELLARIA ( ( ( CACING CACING CACING HATI PITA MEKIPUTI ) ) PLANARIA) CYCLUS HIDUP KELOMPOK TREMATODA Fasciola hepatica ( Cacing hati ) Schistoma 1. Fasciola hepatica Telur keluar menetas di air - larva bersilia (mirasidium) menempel pada tubuh siput air ( Lymnea truncatulla) - mirasidium berubah menjadi larva sporosista sporosista melakukan PAEDOGENESIS membentuk banyak redia - larva Redia juga melakukan Paedogenesis membentuk Larva serkaria - larva sercaria muncul ekor membentuk Larva Metaserkaria segera Larva metaserka berenang dari siput menuju kedarat menempel pada tumbuhan sekitar perairan tersebut - tanaman dimakan hewan ternak - Larva metacercaria pecah dari kistanya masuk ke usus ternak menerobos menuju hati ternak menjadi Cacing Dewasa 2. Kelompok cacing Schistoma Telur dikeluarkan bersama kotoran dan urine ke lingkungan Dalam kondisi lingkungan yang yang optimal telur menetas menjadi larva mirasidiumLarva mirasidium berenang mencari siput air ( Lymnea truncatula) Larva segera masuk ketubuh siput sebagai inang sementara (host intermediate) Tahapan selanjutnya di tubuh siput , Mirasidium tumbuh menjadi larva disebut sporocyst Larva sporosis melakukan Paedogenesis (masih larva mampu menurunkan keturunan) membentuk Redia Begitu pula larva Redia melakukan Paedogenesis kembali membentuk serkaria Setelah itu, Larva serkaria tumbuh ekor untuk berenang keluar dari tubuh inang Siput Ciri karakter cacing ini ekornya bercabang Cacing Schistosoma segera mencari inang tetap manusia dengan menembus kulit Schistosoma masuk melalui beberapa jaringan menuju vena Cacing dewasa pada manusia berada di venula mesenterika di berbagai lokasi Spesifik untuk species Schistosoma japonicum lebih sering ditemukan di vena mesenterika superior pada usus halus sedang Schistosoma mansoni lebih sering terjadi di pembuluh darah mesenterika superior pada usus besar Namun itupun tidak selalu tetap di tempat tersebut karena ia bisa bergerak bisa juga ditemukan di tempat lainnya sehingga tidak mungkin untuk mengatakan secara tegas bahwa suatu spesies hanya terjadi di satu lokasi Schistosoma haematobium paling sering terjadi pada pleksus vena kandung kemih, tetapi juga dapat ditemukan dalam venula dubur cacing Schistoma jenis Betina berukuran lebih besar (ukuran 7-20 mm) dibanding yang jenis jantan Telur dalam venula kecil dari sistem portal dan perivesical bisa bergerak pindah kearah lumen pada usus pada cacing jenisSchistosoma mansoni dan Schistosoma japonicum) dan pada cacingSchistosoma haematobium telur bisa berada dikandung kemih dan ureter sehingga telur pada kelompok cacing Schistoma ini bisa dikeluarkan melalui kotoran atau urine kontak manusia dengan air sehingga diperlukan untuk infeksi oleh schistosomes. Juga berbagai binatang seperti anjing, kucing, tikus, babi, kuda dan kambing bisa menjadi inang untuk Schistosoma japonicum . Distribusi Geografis: Schistosoma mansoni ditemukan di beberapa bagian Amerika Selatan dan Karibia, Afrika, dan Timur Tengah Schistosoma haematobium dapat ditemukan di Afrika dan Timur Tengah Sedang Schistosoma. japonicum ditemukan di jepang Schistosoma mekongi , Schistosoma intercalatum serta Schistosoma focally ditemukan di Asia Tenggara dan Afrika Barat 5. Kelas Cestoda : Taenia ( CACING PITA) Proglotid dikeluarkan, berisi ribuan telur. Di dalam telur ada larva (onkosfer) - tertelan babi/sapi Onkosfer tumbuh kait sebanyak 6 (Hexa) membentu Hexacant Hexacant dengan kaitnya keluar menembus dinding usus menuju saluran limfe dan ikut aliran darah otot sapi/babi di otot ternak tersebut larva bertahan membentuk kista disebut larva Cistiserkus / Cacing gelembung Cystycercus di otot / daging itu termakan manusia karena pengolahannya tidak matang Cystycercus tumbuh membentuk scolex dalam perjalanan menuju usus dan kemudian Scolex menempel di dinding usus membentuk Proglotid ( ruas ruas ) terbetuklah cacing pita Cacing pita dewasa yang diusus ini tumbuh terus hingga membentuk pita yang panjang ( bisa 20 m) di usus Cacing Pita yang ada di usus itu menyerap sari makanan secara osmosis meleluia seluruh permukaan proglotidnya sehingga penderita (Taeniasis) tubuhnya kurus Life cycle of Taenia saginata and Taenia solium: Humans are the only definitive hosts for Taenia saginata and Taenia solium. Eggs or gravid proglottids are passed with feces ; the eggs can survive for days to months in the environment. Cattle (T. saginata) and pigs (T. solium) become infected by ingesting vegetation contaminated with eggs or gravid proglottids . In the animal's intestine, the oncospheres hatch , invade the intestinal wall, and migrate to the striated muscles, where they develop into cysticerci. A cysticercus can survive for several years in the animal. Humans become infected by ingesting raw or undercooked infected meat . In the human intestine, the cysticercus develops over 2 months into an adult tapeworm, which can survive for years. The adult tapeworms attach to the small intestine by their scolex and reside in the small intestine . Length of adult worms is usually 5 m or less for T. saginata (however it may reach up to 25 m) and 2 to 7 m for T. solium. The adults produce proglottids which mature, become gravid, detach from the tapeworm, and migrate to the anus or are passed in the stool (approximately 6 per day). T. saginata adults usually have 1,000 to 2,000 proglottids, while T. solium adults have an average of 1,000 proglottids. The eggs contained in the gravid proglottids are released after the proglottids are passed with the feces. T. saginata may produce up to 100,000 and T. solium may produce 50,000 eggs per proglottid respectively. Geographic Distribution: Both species are worldwide in distribution. Taenia solium is more prevalent in poorer communities where humans live in close contact with pigs and eat undercooked pork, and in very rare in Muslim countries NEMATHELMINTHES ( CACING GILIG ) 1. CACING PERUT ( Ascaris lumbricoides ) Usus manusia - cacing - telur cacing keluar bersama feses - tersebar menempel pada makanan - termakan menetas - larva menembus usus - aliran darah - jantung - paru-paru - kerongkongan - tertelan - usus manusia cacing dewasa Adult worms live in the lumen of the small intestine. A female may produce approximately 200,000 eggs per day, which are passed with the feces Unfertilized eggs may be ingested but are not infective. Fertile eggs embryonate and become infective after 18 days to several weeks , depending on the environmental conditions (optimum: moist, warm, shaded soil). After infective eggs are swallowed , the larvae hatch , invade the intestinal mucosa, and are carried via the portal, then systemic circulation to the lungs . The larvae mature further in the lungs (10 to 14 days), penetrate the alveolar walls, ascend the bronchial tree to the throat, and are swallowed . Upon reaching the small intestine, they develop into adult worms . Between 2 and 3 months are required from ingestion of the infective eggs to oviposition by the adult female. Adult worms can live 1 to 2 years. Geographic Distribution: The most common human helminthic infection. Worldwide distribution. Highest prevalence in tropical and subtropical regions, and areas with inadequate sanitation. Occurs in rural areas of the southeastern United States 2. CACING TAMBANG ( Ankylostoma duodenale) Usus manusia - cacing - telur keluar bersama feses - tempat becek - menetas - hidup lama - menempel pada kaki manusia - menembus kaki - aliran darah - jantung - paruparu - kerongkongan - tertelan - usus manusia - cacing dewasa Eggs are passed in the stool shade), larvae hatch in 1 to 2 days. , and under favorable conditions (moisture, warmth, The released rhabditiform larvae grow in the feces and/or the soil , and after 5 to 10 days (and two molts) they become become filariform (third-stage) larvae that are infective . These infective larvae can survive 3 to 4 weeks in favorable environmental conditions. On contact with the human host, the larvae penetrate the skin and are carried through the veins to the heart and then to the lungs. They penetrate into the pulmonary alveoli, ascend the bronchial tree to the pharynx, and are swallowed . The larvae reach the small intestine, where they reside and mature into adults. Adult worms live in the lumen of the small intestine, where they attach to the intestinal wall with resultant blood loss by the host . Most adult worms are eliminated in 1 to 2 years, but longevity records can reach several years 3. CACING KREMI (Oxyuris vermicularis ) Eggs are deposited on perianal folds . Self-infection occurs by transferring infective eggs to the mouth with hands that have scratched the perianal area . Person-to-person transmission can also occur through handling of contaminated clothes or bed linens. Enterobiasis may also be acquired through surfaces in the environment that are contaminated with pinworm eggs (e.g., curtains, carpeting). Some small number of eggs may become airborne and inhaled. These would be swallowed and follow the same development as ingested eggs. Following ingestion of infective eggs, the larvae hatch in the small intestine adults establish themselves in the colon . and the The time interval from ingestion of infective eggs to oviposition by the adult females is about one month. The life span of the adults is about two months. Gravid females migrate nocturnally outside the anus and oviposit while crawling on the skin of the perianal area . The larvae contained inside the eggs develop (the eggs become infective) in 4 to 6 hours under optimal conditions . Retroinfection, or the migration of newly hatched larvae from the anal skin back into the rectum, may occur but the frequency with which this happens is unknown. Geographic Distribution: Worldwide, with infections more frequent in school- or preschool- children and in crowded conditions. Enterobiasis appears to be more common in temperate than tropical countries. The most common helminthic infection in the United States (an estimated 40 million persons infected) ARTHROPODA ( HEWAN BERUAS RUAS ) Telur - larva (ulat) - kepompong (pupa) - dewasa (imago) kupu-kupu (kelas Lepidoptera)Metamorfosis sempurna (Holometabola) Capung , Belalang , Jangkrik dll Metamorfosis tak sempurna (hemimetabola) Pr