pemeriksaan bakteri koliform pada selada bokor yang dijadikan

advertisement
PEMERIKSAAN BAKTERI KOLIFORM PADA SELADA
BOKOR YANG DIJADIKAN LALAPAN DI RUMAH MAKAN
DI KECAMATAN CIAMIS PADA TAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Ahli Madya Analis Kesehatan
Pada Program Studi D3 Analis Kesehatan
Oleh:
AI MIA AGUSTRIANI
NIM. 13DA277003
PROGRAM STUDI D3 ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2016
PEMERIKSAAN BAKTERI KOLIFORM PADA SELADA BOKOR
YANG DIJADIKAN LALAPAN DI RUMAH MAKAN DI KECAMATAN
CIAMIS PADA TAHUN 20161
Ai Mia Agustriani2 Atun Farihatun3 Doni Setiawan4
INTISARI
Selada merupakan kelompok tanaman sayuran yang dikenal di
masyarakat. Sayuran ini mengandung zat-zat gizi khususnya vitamin dan
mineral. Selada sebagai bahan makanan bisa dikonsumsi dalam bentuk
mentah sebagai lalapan brsama dengan bahan makanan lain. Selada
dapat tercemar oleh bakteri patogen dari air irigasi yang tercemar limbah,
tanah, atau kotoran hewan yang digunakan sebagai pupuk. Kontaminasi
dapat terjadi akibat kontaminasi silang dari peralatan dan tangan pekerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya kontaminasi pada
selada bokor dengan pemeriksaan bakteri koliform pada selada bokor
yang dijadikan lalapan di rumah makan di Kecamatan Ciamis sudah
sesuai atau tidak dengan standar.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan
di laboratorium Mikrobiologi STIKes Muhammadiyah Ciamis. Sampel
diambil dari 5 rumah makan di wilayah Kecamatan Ciamis. Kemudian
dilakukan pemerikssaan Bakteri Koliform pada sampel selada bokor yang
dijadikan lalapan di rumah makan di wilayah Kecmatan Ciamis.
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 5 rumah makan yang
berada di wilayah Kecamatan Ciamis diperoleh hasil yaitu 28 APM/g, 20
APM/g, 21APM/g, 20APM/g dan 43 APM/g. Melebihi standar atau batas
yang dikeluarkan oleh Food and Drug Administration Philippines 2013
yaitu 3 APM/g.
Kata Kunci
Kepustakaan
Keterangan
: Selada Bokor, Bakteri Koliform
: 18, 2005-2015
: 1 Judul, 2 nama mahasiswa, 3 nama pembimbing I,
4 nama pembimbing II
iv
EXAMINATION OF BACTERIA COLIFORM ON LETTUCE BOWLS ARE
USED AS FRESH VEGETABLES IN A RESTAURANT IN THE
KECAMATAN CIAMIS 20161
Ai Mia Agustriani2 Atun Farihatun3 Doni Setiawan4
ABSTRACK
Letucce is a vegetable plant group know in the community. These
vegetables contain substances nutrien, especiallyvitamins and minerals.
Letucce as food can be consumed in their raw form as fresh vegetables
along with other ffood ingredients. The letucce can be contaminated by
pathogenic bacteria from sewage contaminated irrigation water, soil, or
manure uused as fertillizer. Contamination can occur due to cross
contamination of equipment and the hands of workers.
This study aims to determine the presence of contamination in
letucce bowl with calculation bacteria coliform on a bowl of lettuce
samples were used as vegetables in restaurants in the District of Ciamis.
It is appropriate or not to the standards.
This research is descriptive. The study was conducted in the
laboratory of microbiology STIKes Muhammadiyah Ciamis. Samples were
taken from 5 restaurants in the District of Ciamis. Later examination
bacteria coliform on samples of lettuce bowls are used as vegetables in
restaurants in the Kecamatan Ciamis.
Results of research has been ddone on the 5 restaurants that are in
the districts, namely Ciamis result 28 APM/g, 20 APM/g, 21APM/g,
20APM/g and 43 APM/g. Exceed the standards or limits issued by the
Permenkes RI yaitu 0/g sample.
Keywords
Bibliography
Description
: Lettuce bowls, Bacteria Coliform
: 18, 2005-2015
: 1 title, 2 student name, 3 name of supervisor I,
4 name supervisor II
v
BAB I
PENDAHULUAAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber
hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang
diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia, meliputi berbagai macam bahan tambahan pangan, bahan
baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan dan minuman
(SNI, 2009).
Sayuran merupakan bagian tanaman yang dapat dikonsumsi
seperti daun, batang, akar, umbi, dan bunga. Secara umum, sayuran
mengandung kadar karbohidrat yang relatif tinggi dengan nilai pH 5,07,0 sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
berbagai jenis bakteri, khamir, dan kapang jika kondisi sesuai.
(Sopandi dan Wardah, 2014).
Selada merupakan bahan makanan yang bisa dikonsumsi
dalam bentuk mentah. Selada merupakan sayuran yang sejajar
dengan
permukaan
tanah,
sehingga
rawan
bagi
konsumen
terkontaminasi unsur-unsur maupun bakteri patogen yang terdapat
dalam sayuran tersebut. Selada dapat tercemar oleh bakteri patogen
dari air irigasi yang tercemar Shigella sp, Salmonella sp, Escherichia
coli (E.coli), dapat menyebabkan diare dan Vibrio cholera penyebab
kolera (Djaafar dan Rahayu, 2007).
Pola makanan dipengaruhi oleh selera yaitu suka atau tidaknya
masyarakat terhadap suatu makanan. Misalnya yogyakarta yang
dikenal dengan makanan rasa manis, begitupun orang sunda memiliki
kebiasaan memakan lalapan atau bagian dari tumbuhan yang
dimakan sebagai pelengkap nasi.
1
2
Pada dasarnya semua yang ada di langit dan di bumi di
ciptakan oleh Allah SWT, makanan yang halal dan baik hakikatnya
adalah makanan yang didapat dan diolah dengan cara yang benar
meurut agama. Sebagai mana firman Allah dalam surat Al Baqarah :
168
Yang artinya : “wahai sekalian manusia makanlah yang halal
lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu
adalah musuh yang nyata bagimu”.
Pemeriksaan bakteri Koliform pada selada bokor yang akan
diteliti ini kita dapat mengetahui apakah suatu makanan itu layak atau
tidak dikonsumsi setelah hasilnya dibandingkan dengan Food and
Drug Administration Philippines 2013.
Bulan Januari sampai Oktober tahun 2015 penemuan kasus
penyakit diare sebanyak 12.663 kasus, disentri sebanyak 878 kasus
dan tifus 1.802 kasus.
Escherichia coli merupakan penyebab diare khususnya pada
daerah
dengan
tingkat
sanitasi
rendah.
Strain
bakteri
ini
ditransmisikan secara langsung atau tidak langsung melalui manusia
pembawa. Beberapa serotif terlibat dalam wabah penyakit bawaan
makanan dan minuman di berbagai negara. Patogenesis dihasilkan
karena kemampuan kontak fisik bakteri dengan sel epitel usus halus
yang menyebabkan lesi (Sopandi dan Wardah, 2014).
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah
pada penelitian ini adalah “berapakah nilai bakteri koliform pada
selada bokor yang dijadikan lalapan di rumah makan yang berada di
Kecamatan Ciamis pada tahun 2016 dan dibandingkan dengan Food
and Drug Administration Philippines 2013?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri koliform pada
selada bokor yang dijadikan lalapan di rumah makan yang berada di
wilayah Kecamatan Ciamis pada tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu dan keterampilan di bidang
bakteriologi.
2. Untuk Pedagang
Sebagai masukan agar pedagang lebih memperhatikan kualitas
lalapan dan memperhatikan kebersihan lalapan.
3. Untuk masyarakat
Sebagai masukan supaya masyarakat lebih memperhatikan
kebersihan dari lalap yang akan dikonsumsi.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Handarini (2005)
dengan judul Survai Kualitas Mikrobiologi Sayuran Segar Siap Santap.
Semua sampel yang digunakan yaitu selada, paprika, wortel, tomat
dan bawang bombay, menunjukan hasil berkisar antara 106 s/d 108
CFU/g nilai ini melebihi dari standar. Perbedaan penelitian adalah
sampel yang digunakan hanya selada bokor kemudian waktu dan
tempat penelitiannya berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LandasanTeori
1. Selada
a. Definisi Selada
Tanaman selada termasuk dalam famili Compositae
yang merupakan sayuran berumur semusim. Tanaman ini
berasal dari daerah beriklim sedang di kawasan Asia Barat
dan Amerika. Kini selada meluas ke berbagai negara,
termasuk
ke
negara-negara
yang
beriklim
panas.
Di
indonesia, mulai dikembangkan di berbagai wilayah. Namun
perkembangannya belum sepesat jenis sayuran lainnya.
Hanya daerah yang menjadi pusat-pusat produsen sayur saja
yang banyak membudidayakan selada (Prasetio, 2013).
b. Klasifikasi Ilmiah Selada
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Asterales
Family
: Asteraceae
Genus
: Lactuca
Spesies
: Lactuca sativa
(Haryanto E, dkk, 2007).
Selada memiliki nama latin Lactuca sativa merupakan
sayuran yang umum dibudidayakan di dataran tinggi seperti
perbukitan yang luas. Selain ditanam di area perbukitan atau
dataran tinggi, selada juga dapat tumbuh di dataran rendah.
Berdasarkan proses penanamannya, selada dibagi
menjadi dua, yaitu selada organik dan selada non-organik.
Selada
organik
merupakan
4
selada
yang
sejak
awal
5
penanamannya hingga panen terus hanya menggunakan
pupuk dan pestisida organik. Sedangkan selada non-organik
merupakan selada yang sejak awal hingga panen juga
menggunaka pupuk kimia dan pestisida kimia. Umumnya para
petani lebih suka menanam selada non-organik karena dirasa
lebih efektif dan efisien. Jadi selada yang dijual di pasar
umumnya selada non-organik. Pupuk dan pestisida kimia
yang
digunakan
pada
saat
proses
penanaman
dan
pemberantasan hama dan penyakit mungkin masih menempel
pada selada sehingga sangat dianjurkan untuk mencuci
selada non-organik sampai besih sebelum dikonsumsi.
Tanaman selada di daerah pegunungan daunnya dapat
membentuk krop yang besar. Sebaliknya, di dataran rendah
tanaman ini hanya membentuk krop yang kecil, tetapi cepat
berbunga. Adapun syarat penting agar selada dapat tumbuh
dengan baik ialah tanah mengandung pasir atau lumpur
(subur), suhu udara 15-200C, dan derajat keasaman tanah
(pH) 5-6,5.
Tidak semua musim menghasilkan selada yang baik,
misalnya musim hujan membuat tanaman selada tidak dapat
tumbuh dengan baik karena tanaman selada tidak mampu
menahan air hujan.
Selada pada umumnya tersaji mentah sebagai salad
bersama sayuran lain dan buah-buahan. Selain itu, selada
juga
digunakan
sebagai
penghias
hidangan.
Untuk
menyegarkan selada atau lettuce yang layu, rendam dalam
mangkok berisi air dingin yang dicampur dengan sedikit
perasan sari lemon. Simpan di kulkas selama 1 jam dan
lettuce akan segera seperti baru (Redaksi Health Secret,
2015).
6
c. Jenis-jenis selada
1) Selada bokor
Di beberapa negara Eropa sering disebut dengan
selada bokor. Selada bokor memiliki tekstur yang renyah
dengan citarasa yang segar, jenis selada dengan bonggol
yang besar dan lembaran daun yang berlapis-lapis.
Selada jenis ini bisa ditemukan pada musim panas,
setelah dipanen selada bokor harus segera dikonsumsi
(Haryanto, 2007).
Gambar 2.1 Selada Bokor
(Sumber : Anonim, 2009)
2) Selada Keriting
Selada keriting ini berwarna hijau hingga kuning
muda. Memilii daun yang ramping dengan bagian
ujungnya bergelombang. Tulang daunnya berwarna putih
dan empuk. Selada ini memiliki cita rasa yang netral,
cocok dipadukan dengan beragam dressing (Harjana,
2014).
Gambar 2.2Selada Keriting
(Sumber :Kontak Tani Nelayan Andalan, 2011)
7
3) Selada Keriting Merah
Selada jenis ini memiliki kategori yang sama
dengan selada keriting, tapi bedanya, jenis dedaunan ini
berwarna
kemerahan
pada
ujungnya.
Selada
ini
mempunyai pigmen yang disebut antosianin sehingga
memberi warna merah. Pigmen ini berfungsi sebagai
antioksidan menghilangkan radikal bebas yang merusak
sel. Selada jenis ini juga mengandung flanoid yang
merupkan antioksidan kuat (Harjana D, 2013).
Gambar 2.3Selada Keriting Merah
(Sumber : Indoagrow, 2012)
4) Selada Air
Selada air banyak tumbuh disekitar aliran sungai
kecil, olam atau bahkan rawa. Bersifat akuatik dan semi
akuatik, asli Eropa dan Asia. Tanaman ini bukan termasuk
Genus Lactuca yang menurunkan Varietas Lactuca sativa.
Selada air ini tergolong Genus Nasturtium officinale.
Selada air memiliki batang yang menjalar dengan daun
agak bulat yang berdiameter 1,5-3 cm (Haryanto, dkk,
2007).
8
Gambar 2.4 Selada Air
(Sumber : Indoagrow, 2012)
d. Kandungan Selada
Selada merupakan sayuran segar yang bisa dimakan
mentah ini tidak mengandung kolesterol, sangat rendah kalori
dan memiliki banyak manfaat yang sangat baik bagi tubuh.
Selada adalah sayuran yang kaya dengan vitamin A dan
vitamin C serta mineral Ca, Fe, dan K. Selain itu, selada
adalah sumber folat yang perlu dipertimbangkan. Sayuran ini
juga dikenal sebagai penyumbang serat yang baik, dan dari
100 gram selada diperoleh energi lebih kurang 5 kalori. Daun
selada yang berwarna hijau mengandung lebih banyak vitamin
dan zat besi (Haryanto, dkk, 2007).
e. Manfaat selada
Selada biasanya digunakan untuk lalab, gado-gado dan
salad. Akan tetapi salad tidak baik bagi penderita sakit perut.
Berbeda dengan sayuran lainnya, selada tidak pernah
dimasak karena rasanya menjadi agak liat dan sulit dicerna.
Selada mengandung banyak nutrisi bagi kesehatan.
Berikut ini beberapa manfaat selada, diantaranya:
1) Sumber vitamin A
9
2) Mencegah degenerasi makula terkait usia
3) Memperkuat tulang
4) Meningkatkan laju metabolisme
5) Menjaga berat badan
6) Membantu pemulihan jaringan (Harjana D, 2013).
2. Mikroba pada sayuran segar
Buah dan sayuran dapat tercemar oleh bakteri patogen dari
air irigasi yang tercemar limbah, tanah, atau kotoran hewan yang
digunakan sebagai pupuk. Cemaran akan semakin tinggi pada
bagian tanaman yang ada di dalam tanah atau dekat dengan
tanah.
Kontaminasi
patogen
dapat
juga
terjadi
selama
penanganan saat panen, dari tempat penyimpanan maupun dari
tangan petani kemudian masuk pada sayuran dan menetap pada
sayuran tersebut. Mikroba yang dapat tumbuh dengan baik pada
sayuran mentah termasuk selada yaitu E.coli.
E.coli dapat tumbuh pada suhu 80C, padahal suhu
penyimpanan sayuran segar atau salad biasanya lebih tinggi,
karena biasanya produk tersebut dibiarkan selama beberapa jam
terutama saat dipajang di restoran maupun saat dipasarkan. E.coli
menurun pada penyimpanan 50C dan meningkat pada suhu 120C
dan 210C seslama lebih dari 14 hari penyimpanan.
Pertumbuhan yang paling cepat terjadi pada selada dan
mentimun yang disimpan padan suhu 210C. Keberadaan mikroba
golongan coliform pada sayuran segar ini disebabkan karena
terjadinya kontaminasi silang dari air pencuci, maupun air irigasi
yang digunakan saat ditingkat petani, sayuran segar diketahui
secara umum sebagai penyebab terjadinya kasus “Traveler
diaerhea” ketika orang melakukan kunjungan di daerah-daerah
yang berkembang.
10
Penyakit ini biasanya dihubungkan dengan jenis mikroba
E.coli. keberadaan golongan mikroba ini merupakan indikator
terdapatnya bakteri patogen pada sayuran segar tersebut. Jika
jumlah coliform tinggi maka kemungkinan tercemar oleh patogen
juga tinggi (Irianto, 2014).
3. Bakteri Koliform
Bakteri koliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. Lebih tepatnya, bakteri koliform fekal adalah
bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Bakteri
koliform antara lain bersifat anaerob fakultatif, termasuk ke dalam
bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora,
memiliki flagel peritrikus, berkapsul atau tidak, dan dapat
memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada
suhu 35ºC - 37ºC. Koliform merupakan suatu grup bakteri yang
digunakan sebagai indikator adanya populasi kotoran dan kondisi
sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk –
produk susu. Adanya bakteri koliform didalam makanan atau
minuman menunjukan kemungkinan adanya mikroorganisme yang
bersifat enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi
kesehatan (Irianto, 2013).
Kelompok bakteri koliform yang digunakan sebagai indeks
sanitasi berasal dari spesies dari genus Escherichia, Enterobacter,
Citrobacter, dan Klebsiella. Sedangkan dalam kelompok bakteri
pembentuk fekal yaitu Escherichia coli.
Escherichia merupakan bakteri yang berbentuk batang
lurus dengan ukuran 1-4 μm, motil atau nonmotil dan mesofil.
Bakteri ini ditemukan dalam isi intestinal manusia, hewan
berdarah hangat dan unggas. Banyak strain bakteri ini yang
bersifat non patogen, tetapi beberapa strain patogen terhadap
manusia dan hewan, serta terkait dengan penyakit bawaan
11
pangan. Escherichia digunakan sebagai salah satu indikator
sanitasi (strain patogen) dalam kelompok koliform dan koliform
fekal. Spesies penting pada pangan adalah Escherichia coli.
Enterobacter merupakan bakteri yang berbentuk batang
lurus dengan ukuran 1-2 μm, motil, dan mesofil. Enterobacter
ditemukan dalam isi intestinal manusia , hewan, unggas dan
lingkungan. Bakteri ini termasuk dalam koliform sebagai salah
satu indikator sanitasi. Spesies penting pada pangan adalah
Enterobacter aerogenes.
Klebsiella merupakan bakteri yang berbentuk batang
medium dengan ukuran 1-4 μm, sel tunggal atau berpasangan,
motil, mempunyai kapsul, dan termasuk bakteri mesofil. Bakteri ini
ditemukan dalam isi intestinal manusia, hewan, unggas, tanah, air
dan biji-bijian tanaman. Bakteri ini termasuk koliform sebagai
salah satu indikator sanitasi. Spesies penting pada pangan adalah
Klebsiella pneumoniae.
Aerobacter dan klebsiella yang biasa disebut golongan
perantara, mempunyai sifat seperti Coli, tetapi lebih banyak
didapatkan didalam habitat tanah dan air dari pada didalam usus,
sehingga disebut non-fekal dan umumnya tidak patogen (Unus, S.
2008).
Penentuan koliform fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkolerasi positif dengan
keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi koliform jauh
lebuh murah, cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri
patogenik lain (Friedheim, 2007).
4. Uji Koliform
Salah satu metode untuk pemeriksaan bakteri pada
makanan dan minuman yaitu menggunakan metode MPN. Metode
MPN adalah singkatan dari Most Porbable Number yaitu jumlah
12
perkiraan
terdekat.
Pemeriksaan
bakreri
koliform
dapat
menggunakan metode MPN (Most Probable Number) pada
metode ini menggunakan medium cair didalam tabung reaksi,
dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang
positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada
suhu dan waktu tertentu.
Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan
mengamati timbulnya kekeruhan, dan terbentuknya gas didalam
tabung kecil (tabung Durham) yang diletakan pada posisi terbalik,
yaitu untuk jasad renik pembentuk gas. Untuk setiap pengenceran
pada umumnya digunakan menunjukan ketelitian yang lebih tinggi,
tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak. Prinsip utama
metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu
sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau
sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi
pertumbuhan tabung positif namun tidak selalu hasilnya positif.
Semakin besar jumlah sampel yang dimasukan (semakin rendah
jumlah pengenceran yang dilakukan) dan semakin sering tabung
yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukan
(semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin
jarang tabung positif yang muncul.
Jumlah sampel atau pengenceran yang baik adalah yang
menghasilkan tabung positif. Semua tabung positif yang dihasilkan
sangat tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet
saat
memasukannya
ke
dalam
media.
Oleh
karena
itu
homogenisasi mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya)
atau
negatif
(tidak)
ini
menggambarkan
konsentrasi
mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan (Bloodge,
robert, 2006).
13
Pada metode MPN terdapat tiga kali pengujian, yaitu :
a. Uji Praduga
Merupakan uji spesifik untuk mendeteksi bakteri
koliform. Aliquot terukur dari air yang akan diuji ditambahkan
ke dalam kaldu fermentasi laktosa yang didalamnya terdapat
sebuah tabung gas terbalik. Karena bakteri ini mampu
menggunakan laktosa sebagai sumber karbon (organisme
enterik yang lain tidak mampu), pemeriksaan bakteri koliform
dipermudah dengan menggunakan media ini.
b. Uji Penegasan
Hasil dari uji duga positif atau meragukan secara
langsung menyatakan bahwa sampel air yang diuji tidak layak
dikonsumsi. Penegasan hasil uji ini diperlukan karena hasil uji
duga positif mungkin saja dihasilkan oleh organisme bukan
koliform. Pada uji penegasan media selektif dan diferensial
seperti agar eosin metilen biru (eosin methylene blue, EMB)
atau agar Endo, diinokulasikan dengan biakan dari tabung
kaldu laktosa yang positif pada uji duga dengan menggunakan
tekhnik gores.
c. Uji Lengkap
Uji lengkap merupakan analisis tahap akhir untuk
sampel air. Uji ini digunakan untuk memeriksa koloni koliform
yang tampak pada lempeng agar EMB atau Endo pada uji
penegasan. Suatu koloni yang terpisah (isolat) diambil dari
lempeng uji penegasan dan diinokulasikan kedalam tabung
berisi kaldu laktosa dan digoreskan pada suatu agar nutrien
miring untuk dilakukan pewarnaan gram. Setelah diinokulasi
dan diinkubasi, tabung-tabung yang menunjukan adanya
14
asam dan gas dalam kaldu laktosa dan adanya basillus gramnegatif pada pemeriksaan mikroskopis menegaskan dengan
lebih jelas adanya pertumbuhan bakteri koliform (James,
2013).
5. Upaya Pengendalian Kontaminasi pada Sayuran
Mengkonsumsi sayuran mentah seperti selada sebaiknya
cuci berulang kali hingga bersih. Air yang dipakai untuk mencuci
harus bebas dari mikroba patogen atau mikroba penyebab
kebusukan makanan. Pencucian juga dapat dilakukan dengan
desinfektan seperti klorin, setelah dicuci dengan klorin sayuran
harus dicuci kembali dengan air bersih. Ada cara yang lain untuk
mencuci sayuran yaitu dengan cara pemblansiran. Blansir adalah
suatu cara perlakuan panas pada bahan dengan cara pencelupan
ke dalam air panas atau pemberian uap panas pada suhu sekitar
82-93oC selama 1-11 menit. Bagian-bagian sayuran yang tidak di
inginkan, seperti akar maupun daun yang sudah mulai membusuk
sebaiknya dibuang (Fauziah R, 2015).
Menurut
Marlis
2004
pengendalian
kontaminan
pada
sayuran segar diperlukan untuk mengurangi residu kontaminan
tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah :
a. Pencucian menggunakan air mendidih, air mengalir, larutan
sabun, maupun ozon terlarut.
b. Pembersihan, pengupasan, dan pemotongan bagian akar
maupun kulit terluar.
c. Pencelupan dalam air panas atau pemblansiran.
d. Penggunaan sanitizer yaitu untuk mengendalikan kontaminan
pada sayuran dan buah-buahan, sanitizer yang sering
digunakan adalah klorin dan hidrogen peroksida.
15
B. Kerangka Konsep
Selada bokor
Proses Panen
Penyajian
-Dari air irigasi
- Tidak mencuci
kembali sebelum
dihidangkan
-Kotoran hewan
yang digunakan
sebagai pupuk
- Disimpan pada suhu
ruangan yaitu 25270C.
- disimpan pada
wadah yang terbuka
Proses
pengangkutan
- Pengiriman ke
pasar disatukan
dengan sayuran
lain
-Dijual tanpa dicuci
terlebih dahulu
Selada yang
terkontaminasi Bakteri
Uji koliform
Angka kuman
Tidak ada
bakteri
koliform
Ada bakteri
koliform
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
Keterangan :
= yang akan di teliti
= tidak akan di teliti
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahan. (2005) Jakarta : PT. Syamill Cipta Media
Anonim.
(2009)
Budidaya
Selada.Tersedia
dalam.http://ayobertani.wordpress.com/2009/04/29/budidayaselada[diakses tanggal 6 Agustus 2015].
Djafar Titiek F. dan Rahayu Siti. (2007) Cemaran Mikroba Pada produk
Pertanian, Penyakit yang ditimbulkan dan pencegahannya. Jurnal
Litbang Pertanian http://www.pustakadeptar.go.id[diakses tanggal
28 Desember 2014.
Fauziah, R. (2015) Cara Mencuci Sayuran Yang Benar. Tersedia dalam
http://www.umy.ac.id. [diaksestanggal 6 Agustus 2016.
Friedheim, E and Michaelis, L. (2007) Biol. Chem. 91,55-368,Cit.
Harjana, D. (2013) Manfaat Kandungan Khasiat Daun Selada.
http://www.manfaatnyasehat.com[diakses tanggal 3 Januari 2015].
Haryanto E, dkk. (2007) Sawi dan Selada edisi reivisi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Indoagrow.(2012)
Jenis-Jenis
Selada.Tersedia
dalam
http://indoagrow.wordpress.com/2012/02/12/Jenis-Jenis-Selada
[diaksestanggal6 Agustus 2015].
Irianto, Koes. (2013) Mikrobiologi Medis. Bandung: Cv. Alfabeta.
,. (2014) Bakteriologi, Mikologi, Virologi Panduan Medis dan
Klinis. Bandung : Cv. Alfabeta.
James, G. (2013) MicrobiologyA Laboratory Manual. Jakarta : KDT.
Nugroho, A. (2006) Bioindikator Kualitas Air. Universitas Trisakti. Jakarta.
Prasetio, Bambang. (2013)
Budidaya Sayuran Organik di Pot.
Yogyakarta : Lily Publisher.
Redaksi Health Secret. (2015) Salad Organik Untuk Detoksifikasi Tubuh.
Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Sopandi Tatang, dan Wardah. (2014) Mikrobiologi Pangan. Yogyakarta:
CV. Andi.
Suriawira, Unus. (2008) Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan
secara Biologis. Bandung : FKM, Alumni.
30
31
Syahrurachman dkk. (2013) Buku Ajar
Tanggerang:Bina Putra Aksara.
Mikrobiologi
Kedokteran.
Download
Study collections