pembelajaran kooperatif untuk mengembangkan budi pekerti

advertisement
ISSN 0215 - 8250
624
PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENGEMBANGKAN
BUDI PEKERTI
oleh
I Nyoman Murda
Jurusan Pendidikan Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan membahas (1) hakekat budi pekerti, (2)
pentingnya budi pekerti, (3) hakekat pembelajaran kooperatif, dan (4)
pembelajaran kooperatif dan pengembangkan budi pekerti. Budi pekerti
dapat diartikan sebagai tingkah laku yang didasari oleh niat, kehendak,
pikiran tertentu dan dilakukan dengan cara tertentu pula. Budi pekerti yang
baik (luhur) adalah suatu tingkah laku yang didasari oleh niat, kehendak,
pikiran yang baik dan dilakukan dengan cara yang baik pula. Selama budi
pekerti diabaikan, maka selama itu hidup bersama yang damai dan bahagia
tidak akan pernah bisa dicapai. Karenanya budi pekerti amat penting artinya
bagi upaya menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan
atas falsafah bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan
kebutuhan yang penting artinya bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa
kerja sama, kehidupan manusia akan punah. Pembelajaran kooperatif
sangat cocok diterapkan tidak hanya untuk meningkatkan prestasi akademik
siswa tetapi juga untuk mengembangkan budi pekerti.
Kata kunci : budi pekerti, pembelajaran kooperatif
ABSTRACT
This article aims at discussing (1) the nature of ethics, (2) the
importance of ethics, (3) the nature of cooverative learning, and (4)
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
625
cooperative learning and the development of ethics. By ethics we mean a
behavior that is based on intention, willingness and a particular thought and
it is conducted in a particular way. As long as ethics is ignored a peaceful
and happy mutual life will never be achieved. Thus ethics has a very
important meaning to the effort to have a peaceful and harmonios life.
Cooperative learning is a learning model that is based on the philosophy
that at human being is social cretaure. Cooperative is a very important need
for the sustainability of the human life. Without coperation, the human life
will end. Cooperative learning is very suitable learning model to be
implemented not only for improving the student’s academic achievement
but also for developing ethics.
Key word : ethics, cooperative leasrning.
1. Pendahuluan
Konsepsi lama masyarakat Indonesia tentang manusia yang
berkualitas tampaknya harus direfleksi, kemudian dirumuskan ulang
sehingga lebih sesuai dengan tuntutan masyarakat itu sendiri yang terus
berubah. Hal itu mungkin karena tuntutan pada zamannya, sejak beberapa
dekade yang lampau, disadari atau tidak, secara tidak formal masyarakat
kita mengkonsepsikan bahwa manusia yang berkualitas adalah manusia
yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Atau lebih sempit lagi,
menguasai sain. Walaupun secara formal dalam tujuan pendidikan nasional,
konsepsi manusia berkualitas yang menjadi tujuan pendidikan kita tidak
seperti itu, tetapi dalam benak dan tindakan keseharian, realitasnya seperti
itu. Tampaknya, susah sekali, misalnya menyadarkan guru atau orang tua,
bahwa pendidikan harus mengembangkan secara seimbang seluruh aspek
kepribadian anak, bukan mengembangkan domain kognitif, tetapi juga
domain yang lainnya. Kalaupun sebagian di antara mereka sadar, masih
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
626
susah sekali mengharapkan agar apa yang mereka sadari
terimplementasikan dalam tindakan keseharian dalam mendidik anak. Suatu
contoh, jika seorang anak nakal di sekolah atau di rumah, dipandang tidak
masalah oleh guru dan orang tua, asalkan anak itu mendapatkan nilai yang
tinggi dalam mata pelajaran. Bahkan ada guru dan orang tua yang
mengatakan bahwa anak yang pintar mesti nakal. Lebih memperihatinkan
lagi, beberapa guru dan orang tua memandang tidak masalah jika murid
mendapatkan nilai rendah dalam mata pelajaran IPS, PPKn, Kesenian, Olah
Raga, dan yang sejenisnya, asalkan anak mendapatkan nilai tinggi pada
Matematika atau IPA. Akibat dari semuanya itu, anak didik pun lebih
berkonsentrasi menguasai Matematika dan IPA. Sementara mata pelajaran
lain, kurang diperhatikan, apalagi untuk berkonsentrasi meningkatkan budi
pekerti yang tidak ada kaitannya dengan mata pelajaran.
Selain itu, sistem kompetisi yang selama ini diterapkan dalam
pembelajaran dan penilaian, semakin menjauhkan anak dari keinginan
untuk mengembangkan budi pekerti. Menurut Lie ( 2004) dalam
pembelajaran kompetis siswa belajar dalam suasana persaingan. Dalam
persaingan siswa yang dianggap unggul adalah anak yang memenangkan
persaingan, dan untuk memenangkan persaingan siswa harus mengalahkan
yang lain. Sering sekali seorang anak yang mau memenangkan persaingan
harus melakukan berbagai upaya yang kadang-kadang “jahat” untuk
mengalahkan teman pesaingnya. Kemudian anak yang menang akan
bahagia dan anak yang kalah akan merasa sedih. Sistem pembelajaran
seperti itu akan mengajarkan kepada anak bagaimana berbuat “jahat” untuk
memenangkan persaingan, dan juga mengajarkan kepada anak untuk
terbiasa berbahagia di atas penderitaan orang lain yang kalah dalam
persaingan. Hal itu tidak disadari bahwa sistem pembelajaran yang
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
627
demikian telah semakin menjauhkan siswa dari budi pekerti, karena budi
pekerti menuntut agar anak tidak memiliki niat jahat kepada orang lain, dan
tidak tega berbahagia di atas penderitaan orang lain.
Jika demikian, pertanyaan yang muncul, model pembelajaran apa
harus yang harus diterapkan agar persoalan seperti di atas tidak terjadi?
Lie (2004) menawarkan model pembelajaran kooperatif sebagai
pengganti model pembelajaran kompetisi. Menurut Lie (2004), falsafah
yang medasari pembelajaran kooperatif adalah homo homini socius.
Manusia adalah makhluk social. Kerja sama merupakan kebutuhan yang
penting artinya bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa kerja sama tidak
akan ada individu, keluarga, organisasi, dan sekolah. Tanpa kerja sama
kehidupan ini akan punah. Demikian Lie mengatakan.
Berkaitan dengan uraian di atas, maka tulisan ini bermaksud
menjawab beberapa persoalan pokok, yakni (1) Apa hakekat budi perkerti
itu, (2) Mengapa budi pekerti penting dalam kehidupan, (3) Apa hakekat
pemebelajaran kooperatif itu ? (4) Apakah pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan budi pekerti pada anak didik ?
2. Pembahasan
2.1 Hakekat Budi Pekerti
Budi pekerti berasal dari kata budi dan pekerti. Budi menurut
Suriasumantri (1994) merupakan pola kejiwaan yang di dalamnya
terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, instink, perasaan,
pikiran, kemauan, dan fantasi. Budi inilah yang menyebabkan manusia
mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan lingkungan.
Kemudian Salam (2000) menyatakan bahwa budi tumbuh di dalam jiwa,
bila sudah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
628
budi pekerti, pangkal nilainya adalah dari dalam jiwa, semasih menjadi
angan, imaji, cita, niat hati sampai ia lahir ke luar berupa perbuatan nyata.
Dalam kaitan dengan ini perbuatan dibedakan menjadi : (1) tujuannya baik,
tetapi cara mencapainya tidak baik, (2) tujuannya tidak baik, tetapi cara
mencapainya kelihatannya baik, (3) tujuannya tidak baik, cara mencapainya
juga tidak baik, (4) tujuannya baik, dan cara mencapainya juga baik. Jika
tingkah laku seseorang termasuk dalam klasifikasi yang ke empat
(tujuannya baik dan cara mencapainya juga baik) maka orang tersebut
disebut berbudi pekerti yang baik atau berbudi pekerti luhur. Sementara jika
tingkah laku seseorang termasuk klasifikasi yang lain, seseorang yang
melakukan tingkah laku itu disebut berbudi pekerti kurang baik atau tidak
luhur. Istilah budi pekerti oleh Salam (2000) disamakan dengan istilah
moral. Penyamaan ini beralasan, sebab menurut Hurlock (1993) istilah
moral disebut berasal dari kata Latin mores yang berarti tatacara,
kebiasaan, atau adat. Perilaku moral atau perilaku bermoral menurut
Hurlock (1993) adalah perilaku yang sesuai dengan norma-norma yang
berlaku di suatu kelompok masyarakat di mana perilaku itu dilakukan, dan
perilaku itu dilakukan dengan sukarela atau dengan niat yang ikhlas. Dalam
hal ini Hurlock ingin menandaskan bahwa perilaku bermoral adalah
perilaku yang dilakukan atas kendali internal orang itu sendiri (bukan atas
paksaan orang lain) dan sesuai dengan norma atau harapan masyarakat di
mana perilaku itu dilakukan.
Dengan demikian, budi pekerti (yang baik) dapat diartikan sebagai
suatu tingkah laku yang didasarkan atas dorongan, niat, pikiran, perasaan,
kemauan yang baik dan dilakukan dengan cara yang baik pula.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
629
2.2 Pentingnya Budi Pekerti (yang Luhur)
Unesco (dalam Mulyasa, 2003) mengemukakan bahwa pendidikan
harus diletakkan pada empat pilar, yaitu : belajar mengetahui (learning to
know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam
kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjdi diri sendiri
(learning to be).
Salah satu pilar pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Unesco
di atas adalah bahwa kita harus belajar hidup bersama (learning to live
together). Ini mengandung arti bahwa tiap manusia di muka bumi ini harus
memiliki kemampuan untuk hidup bersama secara selaras jika tidak ingin
hidup ini terasa menyiksa. Untuk dapat hidup bersama secara selaras maka
manusia harus mampu berperilaku yang baik dan didasari oleh niat yang
baik pula. Baik, dalam arti sesuai dengan norma-norma yang berlaku atau
sesuai dengan harapan masyarakat di mana perilaku itu dilakukan. Dengan
kata lain agar kita bisa hidup bersama secara selaras, tiap manusia harus
memiliki budi pekerti yang baik. Karena dengan budi pekerti yang baik
kehidupan bersama akan berlangsung secara damai.
Kenyataan menunjukkan bahwa banyak sekali interaksi antara
manusia di muka bumi ini, mulai dari komunikasi antar bangsa sampai ke
komunikasi antar pribadi dilakukan tanpa didasari oleh budi pekerti yang
baik. Misalnya saja, suatu bangsa yang ingin menegakkan keadilan di muka
bumi ini, dilakukan dengan jalan membunuh orang-orang yang dianggap
tidak mendukung penengakan keadilan. Sekelompok orang yang
bermaksud menengakkan kebenaran di muka bumi ini, dilakukan dengan
jalan membantai orang-orang yang dianggap bersalah. Dalam skala
hubungan antar pribadi, seseorang yang ingin mendapatkan penghormatan
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
630
dari orang lain dilakukan dengan jalan meremehkan atau merendahkan
martabat orang lain.
Akibat semuanya itu kehidupan di muka bumi ini terasa mecekam,
menyiksa, dan semakin jauh dari kebahagiaan, yang sesungguhnya menjadi
cita-cita tiap manusia yang hidup di muka bumi ini. Selama budi pekerti
diabaikan, maka selama itu hidup bersama yang damai dan bahagia tidak
akan pernah bisa dicapai. Karenanya budi pekerti penting artinya bagi
upaya menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis (Unesco,2000)
2.3 Hakikat Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran kooperatif muncul sebagai salah satu alternatif
pembelajaran, di saat pembelajaran dengan model kompetisi telah
melahirkan kerusakan moral atau budi pekerti manusia. Pembelajaran
dengan model kompetisi telah menyebabkan anak merasa bahwa temantemannya adalah musuh yang harus dikalahkan, kalau saja ia ingin disebut
unggul di kelas atau di sekolah. Perasaan seperti itu tidak jarang terbawa
setelah anak itu terjun ke masyarakat. Menurutnya orang lain adalah musuh
yang harus dikalahkan kalau saja ia ingin unggul dalam kehidupan.
Kecenderungan seperti ini diperkeras atau dipertegas oleh pernyataan para
pakar, atau para pejabat, bahwa dalam era globalisasi persaingan hidup
semakin keras. Kita harus mampu memenangkan persaingan itu jika kita
tidak ingin hidup tertinggal atau tertindas. Semua itu membuat tiap manusia
mempersepsi hidup itu sebagai persaingan atau pergulatan, yakni manusia
satu harus mengalahkan manusia lain jika ia ingin hidup bahagia. Di sinilah
manusia secara sistematis dan konsisten, mulai dari keluarga, sekolah,
kemudia di masyarakat, diajari untuk terbiasa bahagia di atas penderitaan
orang lain.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
631
Pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Lie (2004)
adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan atas falsafah bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupaka kebutuhan yang
amat penting artinya bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa kerja sama,
menurut Lie (2004) kehidupan manusia akan punah. Oleh karena itu orang
lain adalah kawan untuk diajak bekerja sama, bukan musuh yang harus
dikalahkan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang satu harus bekerja
sama dengan siswa yang lain dalam suatu kelompok untuk mencapai
prestasi bersama, bukan harus dikalahkan untuk mencapai prestasi
individual. Menurut Johnson & Johnson (1994) untuk mencapai hasil yang
maksimal, dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan lima unsur
model pembelajaran gotong royong. Kelima unsur tersebut meliputi : (1)
saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perorangan, (3) tatap
muka, (4) komunikasi antaranggota, dan (5) evaluasi proses kelompok.
Dalam saling keteragntungan positif, proses belajar dianalogikan
seperti proses terbitnya suatu surat kabar hingga surat kabar itu sampai ke
tangan pembaca. Dalam proses penerbitan suatu surat kabar, wartawan
mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, tukang ketik mengetik
kembali tulisan tersebut, bagian percetakan mencetak, dan loper membawa
surat kabar ke pembaca. Semua orang bekerja demi tercapainya tujuan
bersama yaitu terbitnya suatu surat kabar hingga sampai ke pembaca. Setiap
pihak bekerja secara maksimal serta mendukung yang lain sehingga proses
penerbitan surat kabar berjalan lancar dan menghasilkan surat kabar hingga
siap dibaca para pembaca. Bisa dipahami dalam hal ini, betapa tiap pihak
harus mendukung atau membantu pihak lain, bukan harus dihambat atau
dikalahkan. Caranya mendukung atau membantu yang lain adalah dengan
mengerjakan secara optimal tugas masing-masing.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
632
Tanggung jawab perseorangan, maksudnya, tiap orang harus
bertanggung jawab dengan tugasnya masing-masing. Hanya dengan
demikian maka tugas kelompok akan selesai dengan baik. Jika salah
seorang saja tidak bertanggung jawab pada tugasnya, maka tugas kelompok
tidak akan terselesaikan dengan baik.
Tatap muka, maksudnya, setiap kelompok harus diberikan
kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini
akan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk membentuk sinergi
yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala
biasanya akan lebih kaya daripada hasil pemikiran satu kepala saja. Lebih
jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil
masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.
Kemudian komunikasi antar anggota, maksudnya para anggota
harus berkomunikasi secara baik antara yang satu dengan yang lain. Para
siswa perlu dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi.
Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, guru perlu mengajarkan caracara berkomunikasi. Sebab tidak setiap siswa mempunyai keterampilan
mendengarkan dan mengemukakan pendapat secara baik. Hal ini penting
karena keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
mengutarakan pendapat mereka. Ada kalanya, siswa perlu diberi tahu
secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif, seperti
bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus
menyinggung perasaan orang tersebut.
Yang terakhir adalah evaluasi proses kelompok, maksudnya
evaluasi dilakukan untuk menilai proses kerjasama dalam kelompok.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
633
Misalnya apakah mereka sudah saling membantu ? Apakah anggota
kelompok sudah memperhatikan giliran berbicara ? Apakah mereka sudah
saling mendengarkan ? Dan lain sebagainya. Dengan evaluasi proses ini,
para anggota kelompok akan lebih berkonsentrasi untuk terlibat secara baik
dalam proses, dan tidak semata-mata mementingkan hasil.
Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif menurut Slavin (1995)
dibedakan menjadi 6 macam, yaitu (1) Divisi Tim Siswa Berprestasi
(Student Team Achievement- Divition=STAD). Dalam bentuk ini siswa
belajar dalam sebuah tim. Tiap anggota bdertanggung jawab pada tugasnya
sendiri dan memberikan kontribusi kepada anggota tim lainnya untuk dapat
berprestasi bersama-sama secara optimal. (2) Tim Turnamen Bermain
(Teams-Games-Tournament=TGT). Bentuk ini sama seperti STAD tetapi
soal mingguan diganti dengan pertandingan antar kelompok yang berbentuk
kuis. Umumnya anggota kelompok ini bersifat homogen dalam hal
kemampuan. Tiap kelompok terdiri atas 3 orang anggota yang dipih dari
kelompok sebagai wakil kelompok dengan kemampuan beragam. (3) Tim
Individuasi Berbantuan. Pada dasarnya bentuk ini merupakan kombinasi
antara belajar kooperatif dengan belajar individu. Dalam hal ini siswa tetap
dikelompokkan, tetapi setiap siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan
kemampuan masing-masing . Namun masing-masing anggota kelompok
saling membantu dan saling mengecek. (4) Gergaji Silang ( Jigsaw ) Teknik
ini mengisyaratkan bahwa setiap anggota kelompok diberi tugas berbeda,
diharapkan nantinya masing-masing kelompok untuk menceritakan atau
menyampaikan hasil pembahasan kelompoknya dan bekerja secara
berkelompok untuk menemukan science yang berdasarkan pada aktivitas
yang berorientasi science, lalu menyampaikannya pada kelompok lainnya.
(5) Investigasi kelompok. Dalam penerapan metode Investigasi kelompok
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
634
pebelajar diberikan informasi jauh sebelumnya berkaitan dengan konsep
yang akan diajarkan, sehingga guru dapat dengan penuh
mengimplementasikan
kompetensi-kompetensi
pebelajar
setelah
pembelajaran dimulai. Bentuk ini sama seperti gergaji silang hanya saja
siswa sebagai salah satu anggota kelompok menyajikan kepada tim lainnya
apa yang telah dipelajari. (6) Belajar Bersama ( Learning
Together/TG)Belajar bersama adalah metode pembelajaran kooperatif yang
kemungkinannya paling banyak digunakan dari metode-metode
pembelajaran kooperatif lain dan telah dicobakan dengan jumlah yang
paling besar dari pembelajaran metode kooperatif. Metode pembelajaran
kooperatif penekanannya terletak pada aspek sosial dan menggunakan
kelompo kecil yang terdiri atas 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi
heterogen, artinya siswa dalam satu kelompok ada yang memiliki
kemmpuan ting,sedang dan rendah serta jenis kelamin yang berbeda. Hal
ini dimaksudkan agar siswa yang kemmpuannya rendah dapat dibantu oleh
siswa yang memiliki kemmpuan tinggi untuk menghasilkan pemikiran dan
tantangan miskonsepsi sebagai unsur kuncinya. Ini berarti bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan pembejaran yang didasarkan pada
faham konstruktivisme dari Vigotsky yang mengasumsikan bahwa siswa
akan lebih mudah mengkonstruksi pengetahuannya, lebih mudah
menemukan dan lebih mudah memahami pemecahan konsep-konsep yang
sulit jika mereka sedang mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan
temannya ( Mudiyah dalam Kartawan, 2003 : 30 ).
2.4 Pembelajaran Kooperatif dan Pengembangan Budi Pekerti
Persoalan pertama yang ingin dijawab berikut ini adalah, apakah
melalui pembelajaran kooperatif budi pekerti dapat dikembangkan ? Dalam
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
635
pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan di atas, ada 5 unsur
yang harus diterapkan, yaitu : saling ketergantungan positif, tanggung
jawab perseorangan, komunikasi antara anggota, tatap muka, dan evaluasi
proses kelompok (Lie, 2004) Dalam penerapan unsure-unsur ini tiap-tiap
anggota kelompok mengerjakan bagian-bagian tertentu dari suatu tugas
yang merupakan satu kesatuan. Untuk menyelesaikan tugas secara
keseluruhan diperlukan tanggung jawab pribadi sekaligus tanggung jawab
bersama. Masing-masing anggota kelompok harus bertanggung jawab
menyelesaikan tugas yang menjadi bagiannya, tetapi menyelesaikan tugas
pribadi saja secara baik belum cukup, sebab jika anggota kelompok lain
tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka tugas secara
keseluruhan tidak akan terselesaikan dengan baik. Proses belajar seperti ini
akan melatih siswa untuk terbiasa bertanggung jawab secara pribadi
sekaligus bertnggung jawab bersama-sama. Proses pembelajaran seperti ini
juga akan membuat siswa mengerti apa yang tak boleh dilakukan dan apa
yang seharusnya dilakukan sehingga kerja sama dalam kelompok menjadi
kohesif, efektif sekaligus efisien. Dalam proses pembelajaran seperti ini
juga akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi antara
anggota yang satu dengan yang lainnya. Mereka belajar bahwa kerjasama
yang baik akan menghasilkan penyelesaian tugas yang baik. Di samping
itu, mereka mengerti bahwa kerja sama yang baik baru bisa dibangun jika
masing-masing anggota bertanggung jawab sendiri-sendiri terlebih dahulu.
Sekaligus mereka belajar menghargai diri sendiri dan menghargai orang
lain. Dalam hal ini mereka belajar betapa penting peranan diri dan peranan
orang lain dalam menyelesaikan suatu persoalan. Dalam penerapan unsure
komunikasi antar anggota, para siswa belajar bagaimana menegur orang
lain tanpa menimbulkan ketersingan bagi orang lain, bagaimana memuji
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
636
orang lain tanpa terkesan mencari muka, dan lain sebagainya. Begitu juga
mereka belajar menerima kritik secara bijaksana, menjadikan kritik sebagai
motivasi, bagaimana bertoleransi terhadap kekurangan orang lain, dan
sebagainya.
Jadi pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin
(1995) tidak hanya merupakan teknik instruksional untuk meningkatkan
prestasi akademik siswa (student achievement), tetapi juga cara untuk
meningkatkan kemampuan afeksi dan kemampuan interpersonal. Sementara
menurut Douglass (dalam Slavin, 1990) pembelajaran kooperatif mampu
mengembangkan keterampilan-keterampilan kerjasama yang amat penting
(basic cooperative skills) seperti : mendengarkan secara aktif, memberikan
balikan secara konstruktif, respek terhadap orang lain, melibatkan orang
lain dalam diskusi, dan lain sebagainya.
Hal-hal yang dapat dipelajari atau dikembangkan dalam
pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan di atas merupakan
unsur-unsur penting dari budi pekerti. Karena budi pekerti perilaku
terhadap orang lain yang didasari oleh niat yang baik dan dilakukan dengan
cara yang dapat diterima oleh orang lain. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan tidak
hanya untuk meningkatkan prestasi akademik siswa tetapi juga untuk
mengembangkan budi pekerti.
3. Penutup
Budi pekerti dapat diartikan sebagai tingkah laku yang didasari oleh
niat, kehendak, pikiran tertentu dan dilakukan dengan cara tertentu pula.
Budi pekerti yang baik (luhur) adalah suatu tingkah laku yang didasari oleh
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
637
niat, kehendak, pikiran yang baik dan dilakukan dengan cara yang baik
pula.
Selama budi pekerti diabaikan, maka selama itu hidup bersama yang
damai dan bahagia tidak akan pernah bisa dicapai. Karenanya budi pekerti
amat penting artinya bagi upaya menciptakan kehidupan yang damai dan
harmonis.
Pembelajaran kooperatif) adalah suatu model pembelajaran yang
didasarkan atas falsafah bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama
merupaka kebutuhan yang amat penting artinya bagi kelangsungan hidup
manusia. Tanpa kerja sama, kehidupan manusia akan punah.
Pembelajaran kooperatif sangat cocok diterapkan tidak hanya untuk
meningkatkan prestasi akademik siswa tetapi juga untuk mengembangkan
budi pekerti.
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat disarankan agar guru-guru
mempelajarin secara seksama dan menerapkan pembelajaran kooperatif di
kelas guna dapat meningkatkan budi pekerti dan prestasi belajar para siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B.1993. Child Development Sixth Edition. New York :
McGraw-Hill, Inc.
Johnson, David & Rogers Johnson. 1994. Leading the Cooperative School.
Edina, MN: Interactian Book Company.
Kartawan, Arya I Made. 2003. Pengaruh Metode Pembelajaran dan
Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Kimia (Studi
Eksperimentasi pada Siswa SMU Negeri di Kota Singaraja), Tesis
Singaraja : Program Pasca Sarjana IKIP Negeri Singaraja.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
638
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperative
Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Salam, H. Burhanuddin. 2000. Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral.
Jakarta : Rineka Cipta.
Slavin, Robert. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and
PracticeSecond Edition. Boston : Allyn and Bacon.
Suriasumantri, Jujun S.1994. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Unesco. 2000. Belajar Untuk Hidup Bersama dalam Damai dan Harmoni.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
Download