BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum adat

advertisement
 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hukum adat telah ada di Indonesia jauh sebelum hukum nasional dibentuk.
Aturan dan hukum yang dilaksanakan oleh masyarakat adat, baik itu di bidang
pertanahan maupun di bidang kehidupan lainnya, merupakan warisan budaya dari
para leluhur mereka yang memiliki nilai kearifan lokal yang tinggi, seperti semangat
untuk
menjaga
kelestarian
lingkungan,
mempertahankan
budaya,
menjaga
keseimbangan alam, dan nilai-nilai kearifan lokal lainnya. Saat ini nilai-nilai tersebut
sebagian telah ditinggalkan baik oleh masyarakat adat maupun masyarakat diluarnya.
Bagi masyarakat adat, tanah memiliki nilai yang penting. Di beberapa wilayah
adat tanah dianggap suci dan sakral, bahkan dalam kepercayaan beberapa komunitas
masyarakat adat hak pengelolaan dan kepemilikan atas suatu bidang tanah hanya
boleh dimiliki oleh anggota masyarakat adat tersebut.
Perbedaan karakteristik
masyarakat
munculnya
dan
pola
kehidupannya
mengakibatkan
perbedaan
karakteristik sistem kepemilikan lahan yang berlaku di wilayah adat tersebut,
misalnya mengenai status kepemilikan lahan, jenis hak atas suatu lahan, proses dan
tata cara peralihan hak atas lahan, dan lain sebagainya. Walaupun hukum pertanahan
adat bersifat tidak tertulis, namun
dalam hukum pertanahan adat telah terdapat
pengaturan mengenai batas wilayah adat, aturan pembagian lahan dan juga aturan
mengenai penataan ruang wilayah adat.
Kepemilikan lahan dalam hukum pertanahan adat diatur dan diberikan oleh
ketua adat atau pejabat adat yang berwenang tanpa ada bukti tertulis yang diberikan
kepada pemilik lahan. Aturan kepemilikan lahan yang tidak tertulis dalam hukum
adat ini telah diterapkan sejak awal terbentuknya komunitas adat dan cenderung tidak
menjadi sumber sengketa dalam kepemilikan lahan dalam komunitas adat. Namun,
ketika bersinggungan dengan wilayah diluar adat maka akan muncul konflik dan
sengketa batas. Hal ini terjadi di wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar dimana batas
wilayah adatnya berada di dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
1 Dalam hukum pertanahan nasional hukum adat diakui dan dihormati
keberadaannya, hal ini dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
1999 bahwa suatu hak ulayat atas tanah pada masyarakat adat dianggap masih ada
jika terdapat kelompok orang yang terikat hukum adat, terdapat wilayah tanah
ulayatnya, dan terdapat tatanan hukum adat yang mengatur pertanahannya. Meskipun
hukum pertanahan nasional mengakui dan menghormati keberadaan hukum
pertanahan adat yang ada di Indonesia namun peraturan dan undang-undang
pertanahan nasional masih belum mengatur pertanahan adat secara terperinci baik
segi legal maupun teknisnya, misalnya mengenai status kepemilikan tanah adat, jenis
hak atas tanah adat, dan lain sebagainya.
Perbedaan karakteristik pada setiap hukum adat yang ada di Indonesia menjadi
suatu kendala dalam memformulasikan hukum pertanahan nasional yang dapat
memayungi seluruh hukum pertanahan adat yang ada di Indonesia. Dengan tidak
adanya perundang-undangan yang mengatur tentang tanah adat secara komprehensif,
maka akan timbul berbagai permasalahan, contohnya ketidakjelasan menurut hukum
pertanahan negara atas suatu status kepemilikan bidang tanah yang terletak dalam
lingkungan masyarakat adat. Ketidakpastian ini dapat menimbulkan berbagai
permasalahan di kemudian hari.
Mengingat terdapat perbedaan-perbedaan tatanan hukum pertanahan adat antara
satu wilayah adat dengan wilayah adat yang lainnya, maka diperlukan suatu kajian
untuk mengidentifikasi karakteristik dari setiap hukum pertanahan adat. Dengan
teridentifikasinya karakteristik dari hukum adat diharapkan dapat diformulasikan
hukum pertanahan nasional yang berbasiskan hukum pertanahan adat yang dapat
mengakomodir dan mewakili seluruh wilayah adat di Indonesia.
1.2 Identifikasi Masalah
Setiap wilayah adat di Indonesia memiliki kebudayaan dan pola kehidupan
yang berbeda-beda, hal ini mengakibatkan timbulnya perbedaan hukum pertanahan
adat pada setiap masyarakat adat yang ada di Indonesia. Masyarakat di wilayah adat
Kasepuhan Ciptagelar memiliki pola hidup berpindah-pindah dalam jangka waktu
2 tertentu. Berbeda halnya dengan masyarakat di wilayah adat Kampung Naga yang
telah hidup menetap, dan luas wilayah adatnya cenderung tetap dari waktu kewaktu.
Perbedaan aturan diantara hukum pertanahan adat mengakibatkan sulitnya melakukan
pengintegrasian hukum pertanahan adat ke hukum pertanahan nasional. Oleh karena
itu diperlukan identifikasi untuk mendeskripsikan karakteristik hukum adat.
Karakteristik kepemilikan lahan dalam hukum adat dapat diidentifikasi dari
berbagai aspek diantaranya yaitu status kepemilikan tanah adat, jenis hak atas tanah
adat, proses dan tata cara peralihan hak atas lahan, cara penetapan batas persil, dan
lain sebagainya. Dalam peraturan pertanahan nasional aturan penetapan batas persil
tertera dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, dimana disebutkan bahwa
bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang
berbatas. Dalam penetapan batas bidang tanah diperlukan data-data fisik yang
diperoleh dengan mengukur bidang-bidang tanah setelah sebelumnya ditetapkan
letaknya, batas-batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan tanda-tanda batas di
setiap sudut bidang tanah yang bersangkutan. Penetapan batas bidang tanah
diupayakan berdasarkan kesepakatan dengan pemilik tanah yang berbatasan.
Berbeda dengan hukum pertanahan nasional, di dalam hukum pertanahan adat
batas-batas yang digunakan dalam penentuan suatu bidang tanah masih bersifat
tradisional. Penetapan batas umumnya menggunakan batas-batas atau tanda-tanda
alam, seperti sungai, pohon, bukit, dan sebagainya sedangkan satuan unit pengukuran
menggunakan satuan tradisonal seperti depa, langkah, dan sebagainya. Data
pengukuran tradisional tersebut belum bersifat baku sehingga tidak memberikan
kepastian hukum yang jelas dan kuat atas status kepemilikan suatu lahan di dalam
hukum pertanahan nasional.
Dengan mengidentifikasi dan membandingkan karakteristik sistem kepemilikan
lahan yang dimiliki oleh masing-masing hukum pertanahan adat maka dapat dilihat
persamaan dan perbedaan yang terdapat pada setiap hukum adat. Hasil perbandingan
karakteristik sistem kepemilikan lahan dalam hukum adat selanjutnya dapat dijadikan
dasar dalam model awal pengintegrasian hukum pertanahan adat ke dalam hukum
pertanahan nasional.
3 Dalam penulisan tugas akhir ini terdapat pertanyaan utama yang menjadi fokus
dalam penelitian ini, yaitu:
”Dimana letak perbedaan dan persamaan antara karakteristik hukum
pertanahan adat yang berlaku di wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung
Naga dengan hukum pertanahan nasional?”
Untuk menjawab pertanyaan utama diatas maka dibuat pertanyaan turunan dari
pertanyaan utama tersebut, yaitu:
‐
Apa saja parameter karakteristik sistem kepemilikan lahan dalam
hukum pertanahan adat di Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga?
‐
Bagaimana karakteristik sistem kepemilikan lahan yang berlaku di
wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah:
1. Menentukan parameter yang digunakan untuk membandingkan karakteristik
sistem kepemilikan lahan.
2. Mengetahui jenis hak atas tanah yang ada dalam hukum pertanahan adat di
wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga.
3. Mengetahui karakteristik hak atas tanah yang ada dalam hukum pertanahan
adat di wilayah adat Kasepuhan ciptagelar dan Kampung Naga.
4. Melihat persamaan dan perbedaan karakteristik sistem kepemilikan lahan
dalam hukum pertanahan adat yang berlaku di wilayah adat Kasepuhan
Ciptagelar dengan wilayah adat Kampung Naga.
5. Membandingkan karakteristik sistem kepemilikan lahan dalam hukum
pertanahan adat di wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga
dengan hukum pertanahan nasional.
Melalui penyusunan tugas akhir ini akan dapat diidentifikasi karakteristik dari
hukum pertanahan adat di wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga,
untuk kemudian dapat digunakan sebagai masukan dalam formulasi model
pengintegrasian hukum pertanahan adat ke sistem hukum pertanahan nasional.
4 1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah:
1. Batasan materi
a) Pengidentifikasian aturan kepemilikan bidang tanah pada hukum adat.
b) Pengidentifikasian aturan penetapan batas bidang tanah pada hukum adat.
c) Pendefinisian penetapan batas bidang-bidang tanah menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 serta pedoman pelaksanaan penguasaan
tanah ulayat berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 5 tahun 1999
d) Pengidentifikasian karakteristik dari sistem kepemilikan lahan dalam
hukum pertanahan adat di wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar dan
Kampung Naga.
e) Perbandingan aturan penetapan batas bidang tanah dalam sistem
kepemilikan lahan antara hukum tanah adat dengan hukum pertanahan
nasional.
2. Batasan wilayah studi
Pada penulisan tugas akhir ini wilayah studi yang dipilih adalah
Wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga, dengan alasan:
‐ Masyarakat di kedua wilayah adat tersebut masih memegang teguh
hukum adat dalam pengaturan di bidang pertanahan.
‐ Masyarakat di kedua wilayah adat tersebut memiliki pola kehidupan
yang berbeda, salah satu perbedaanya yaitu masyarakat adat di
Kasepuhan Ciptagelar hidup dengan berpindah-pindah sedangkan
masyarakat adat di Kampung Naga hidup menetap.
1.5 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang dilakukan pada penulisan tugas akhir ini adalah:
1.
Persiapan, dilakukan dengan kegiatan studi literatur yang berkaitan dengan
hukum dan aturan adat mengenai pertanahan yang berlaku pada wilayah
adat khususnya Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga baik dari buku-
5 buku yang menunjang penelitian, dari hasil penelitian lain yang pernah
dilakukan, maupun dari situs internet.
2.
Pengumpulan data melalui studi kasus, dilakukan dengan mengumpulkan
data yang berkaitan dan menunjang terhadap proses penelitian di lapangan.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan metode Etnografi yaitu dengan
melakukan pengamatan langsung ke lokasi Kasepuhan Ciptagelar dan
Kampung Naga untuk melakukan proses pendeskripsian budaya dan pola
kehidupan masyarakat adat yang berkaitan dengan pertanahan yang diambil
dari sudut pandang masyarakat adat untuk memperoleh data berupa
gambaran langsung mengenai pelaksanaan hukum pertanahan adat
mengingat sifat hukum pertanahan adat yang umumnya tidak tertulis.
Metode etnografi diwujudkan dalam kegiatan wawancara, pengamatan, dan
dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan terstruktur dan menggunakan
pedoman wawancara yang berkembang sesuai kebutuhan di lapangan.
Pengamatan yang dilakukan bersifat non-partisipatif. Dokumentasi
didapatkan dari pemotretan di lapangan untuk menunjukkan penerapan
aturan pertanahan di Kampung Naga seperti penetapan batas wilayah adat,
persil lahan pemukiman, dan pertanian.
3.
Pengolahan data, diawali dengan melakukan identifikasi aturan dan tata
cara kepemilikan lahan yang berlaku di wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar
dan Kampung Naga berdasarkan hasil wawancara dan survey etnografi
terhadap masyarakat di wilayah adat tersebut. Kemudian menentukan
parameter-parameter yang digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik
hukum pertanahan adat dimana parameter yang digunakan diadopsi dari
aturan kepemilikan lahan dalam hukum nasional.
4.
Analisis, dilakukan dengan cara metode perbandingan, hasil analisis terdiri
dari:
a. Analisis perbandingan antara karakteristik sistem kepemilikan lahan
yang berlaku di Kasepuhan Ciptagelar dengan Kampung Naga
6 b. Analisis perbandingan antara karakteristik sistem kepemilikan lahan
yang berlaku di Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga dengan
hukum dan peraturan pertanahan nasional mengenai kepemilikan
lahan.
5.
Kesimpulan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Untuk lebih memperjelas mengenai tahapan-tahapan yang akan dilakukan
dalam membuat tugas akhir ini maka dibuat strategi penelitian yang digambarkan
dalam diagram berikut ini:
Gambar 1.1 Metodelogi Penelitian
7 1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi 5 bab yang secara rinci
dibagi menjadi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah, maksud dan tujuan penulisan,
ruang lingkup kajian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini akan memaparkan mengenai sistem kepemilikan lahan dalam hukum dan
perundang-undangan pertanahan nasional, pembahasan mengenai sistem kepemilikan
lahan dalam hukum pertanahan adat dan hukum pertanahan nasional, dan juga akan
menjelaskan tentang aspek sejarah dan karakteristik komunitas adat Kasepuhan
Ciptagelar dan Kampung Naga, terutama hukum dan peraturan pertanahan yang
berlaku di wilayah adat tersebut.
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
Didalam bab ini akan dijelaskan tentang tahapan-tahapan penelitian, hingga diperoleh
infomasi tentang hukum dan aturan mengenai pertanahan yang berlaku di wilayah
adat Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga.
BAB IV ANALISIS
Didalam bab ini akan disampaikan analisis yang dilakukan terhadap hasil identifikasi
karakteristik sistem kepemilikan tanah.
BAB V PENUTUP
Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian
ini.
8 
Download