BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan manusia memberi reaksi dan melakukan
interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh
hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Masyarakat
berasal dari sejumlah individu yang berdiam di suatu tempat tertentu dengan
sistem nilai (value system) tertentu pula, mengatur pola-pola interaksi antar
anggota
masyarakat.
Pernyataan
tersebut
sejalan
dengan
pendapat
Koentjaraningrat (2009: 118) yang menyatakan bahwa “Masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama.”
Istilah masyarakat sering kali dikaitkan dengan konsep budaya,
meskipun sesungguhnya keduanya memiliki perbedaan yang jelas. Berkenaan
dengan keterkaitan antara konsep masyarakat dengan konsep budaya
Dayakisni Tri (2008: 9) menyatakan bahwa:
Masyarakat adalah sebuah institusi sosial yang memiliki karakteristik
struktur sosial yang jelas, tersusun atas anggota-anggota, diorganisir
oleh administrator (pemerintah), dan diatur oleh sekelompok peraturan
atau sistem tertentu. Dalam suatu masyarakat, mereka menampilkan
suatu gaya hidup tertentu yang kemudian dipahami sebagai budaya.
Oleh karena itu, term masyarakat dianggap sangat dekat dengan term
budaya.
Konsep masyarakat tidak dapat dipisahkan dengan konsep budaya,
terlebih pada masyarakat multikultural yang memiliki keanekaragaman
budaya dan adat istiadat dengan masyarakat yang multikultural. Masyarakat
adat dan sejumlah keanekaragamannya merupakan salah satu kekayaan yang
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Kekayaan multikultural ini merupakan modal
sosial yang sangat berharga untuk membangun bangsa.
Bangsa Indonesia sampai pada saat ini masih mempertahankan adat
istiadat dan tradisi asli leluhurnya. Masyarakat adat itu sendiri adalah
masyarakat yang masih menjaga dan melestarikan adat dan kebudayaan asli
daerahnya serta mengembangkan ciri-ciri khas hukum adat. Namun secara
definitive “Masyarakat itu adalah sekelompk mausia yang menjalani
kehidupan terintegrasi dengan kebudayaan sebagai alat.” (E. Hiller dalam
Ranidar Darwis, 2008 : 100)
Ter Haar dalam Ranidar Darwis (2008 : 102) mendefinisikan
masyarakat hukum adat sebagai berikut:
Masyarakat hukum adat adalah kesatuan manusia yang teratur,
menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa-penguasa, dan
mempunyai kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud dimana
para anggota kesatuan masing-masing mengalami kehidupan dalam
masyarakat sebagai hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak
seorang pun diantara para anggota itu mempunyai pikiran atau
kecenderungan untuk membubarkan ikatan yang telah tumbuh atau
meninggalkannya dalam arti melepaskan diri dari ikatan untuk selamalamanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang disebut dengan
masyarakat adat adalah masyarakat yang hidup teratur, menetap di suatu
daerah tertentu, memiliki ketua adat atau pemimpin serta mempunyai
kekayaan baik kekayaan yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Kekayaan masyarakat adat yang berwujud tersebut dapat berupa prasasti,
benda-benda pusaka, mesin-mesin, perabot, gedung-gedung, dan lain
sebagainya, sedangkan kekayaan masyarakat adat yang tidak berwujud salah
satunya adalah adanya tradisi adat yang ada dan dilestarikan dalam suatu
kelompok masyarakat. Dalam masyarakat adat ini, mempunyai pandangan
bahwasanya tradisi dari cara-cara mereka jaga dan lestarikan merupakan
sesuatu yang sangat baik dan benar sehingga tradisi tersebut selalu dipelihara
dan dilestarikan sampai ke generasi selanjutnya.
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam setiap tradisi yang dilestarikan masyarakat adat mempunyai
tujuan dan fungsi tertentu, dimana masing-masing tradisi yang dilestarikan di
suatu masyarakat adat yang satu dengan yang lainnya pasti mempunyai
perbedaan. Salah satu tujuan dari tradisi adat yang dilestarikan ialah adanya
harmonisasi antara kehidupan yang nyata dengan kehidupan yang ada di alam
ghaib, melestarikan adat kebiasaan turun temurun, serta sebagai bentuk ucapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Upacara adat merupakan kekayaan tidak berwujud yang dimiliki oleh
masyarakat adat. Upacara merupakan bentuk kegiatan manusia dalam hidup
bermasyarakat yang didorong oleh hasrat untuk memperoleh ketentraman
batin untuk mencari keselamatan. Bentuk upacara yang bertalian dengan adat
atau kehidupan beragama, mencerminkan sistem kepercayaan alam pikiran
serta pandangan hidup masyarakatnya.
Di Pesisir Pantai Utara, Kabupaten Indramayu, di sepanjang lajur
sebelah kanan jalan by pass dari arah Jakarta ke Cirebon, terdapat sebuah jalan
kecil yang bila ditelusuri menuju ke lokasi pemukiman sebuah masyarakat
adat yang menamakan dirinya Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu. Orang luar sering juga menyebutnya dengan istilah “Dayak
Losarang”, atau “Dayak Indramayu”. Masyarakat adat ini bermukim di
Kampung Segandu, Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten
Indramayu.
Tradisi yang terus dijaga dan dipelihara oleh masyarakat adat Suku
Dayak Hindu Budha Bumi Segandu diantaranya adalah upacara adat Laku
Pepe dan Laku Kungkum yang diadakan setiap malam Jum’at Kliwon setiap
bulannya. Laku Kungkum adalah ritual yang dilakukan dengan cara berendam
di sungai sebatas leher sejak pukul 24:00 WIB sampai dengan pagi hari,
kemudian dilanjutkan dengan ritual Laku Pepe, yaitu berjemur di bawah terik
matahari hingga siang hari. Seluruh ritual ini dilakukan atas dasar keinginan
dan kemampuan tanpa adanya paksaan. Selain untuk melesterikan adat
kebiasaan turun temurun, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum juga
dimaksudkan sebagai ritual untuk menyatukan diri dengan alam, pengabdian
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada keluarga, membiasakan hidup jujur, serta untuk melatih kesabaran pada
masyarakat adat tersebut.
Oleh karena itu, upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum ini terus
dijaga dan dilestarikan secara turun temurun oleh setiap generasi yang ada di
masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu sebagai
bentuk untuk menyatukan diri dengan alam, pengabdian pada keluarga, hidup
jujur, serta melatih kesabaran. Selain itu juga, untuk terus melestarikan
kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu
Budha Bumi Segandu Indramayu, Kampung Segandu, Desa Krimun,
Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu.
Berangkat dari pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian mengenai tradisi adat yang ada dan dilestarikan
pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
Hal tersebut dilatarbelakangi pula oleh suatu keyakinan bahwa tradisi yang
ada dan dilestarikan dalam masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu merupakan kebiasaan atau cara-cara yang sesuai dengan
keyakinan adat istiadat leluhur Pulau Jawa, khsuusnya Jawa Indramayu.
Oleh karena itu, penulis mengambil judul Kajian Terhadap Upacara
Adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai Pelaksanaan Kewajiban Adat
(Studi Deskriptif terhadap Masyarakat Adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pemaparan
latar
belakang
diatas,
penulis
dapat
mengidentifikasi beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
ini, yaitu asal mula pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum
yang masih dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat adat Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu hingga saat ini. Proses pelaksanaan
upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum yang dianggap memiliki nilainilai penting bagi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu.
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan demikian, yang menjadi fokus penelitian ini adalah “Mengapa
upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku
Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dianggap sebagai bentuk
pelaksanaan kewajiban adat?”
Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka
pokok permasalahan tersebut dijabarkan menjadi rumusan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha
Bumi Segandu Indramayu?
2. Bagaimana proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku
Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu?
3. Nilai-nilai apa saja yang terkandung pada upacara adat Laku Pepe dan
Laku Kungkum pada masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu?
4. Bagaimana bentuk dan proses yang menunjukkan ketaatan masyarakat
adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam upacara
adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?
5. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak
Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu dalam mewarisi dan memelihara
upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?
6. Bagaimana kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam
membangun warga negara yang baik?
7. Bagaimana
upaya
dari
pemerintah
setempat
dalam
memajukan
kebudayaan daerah setempat dalam memajukan kebudayaan daerah terkait
pelestarian upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan
tindakan. Dengan tujuan, maka tindakan akan terarahkan secara fokus,
begitupun dalam penelitian ini memiliki tujuan.
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tujuan Secara Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan
menggambarkan mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum
sebagai pelaksanaan kewajiban adat masyarakat adat Suku Dayak Hindu
Budha Bumi Segandu Indramayu Desa Krimun, Kecamatan Losarang,
Kabupaten Indramayu.
2. Tujuan Secara Khusus
Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus
untuk mengungkapkan dan menggambarkan hal-hal berikut:
a. Posisi eksistensi masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu.
b. Proses pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum
masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu.
c. Nilai yang terkandung dalam upacara adat Laku Pepe dan Laku
Kungkum masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu
Indramayu.
d. Bentuk dan proses ketaatan masyarakat adat terhadap upacara adat
Laku Pepe dan Laku Kungkum.
e. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha
Bumi Segandu Indramayu dalam memelihara upacara adat Laku Pepe
dan Laku Kungkum.
f. Kontribusi upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum dalam
membangun warga negara yang baik.
g. Upaya yang dilakukan pemerintah setempat dalam memajukan
kebudayaan daerah terkait peelstarian upacara adat Laku Pepe dan
Laku Kungkum.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Memberikan wawasan keilmuan bagi penulis khusunya melatih diri
dalam menyusun karya ilmiah yang benar dan mampu memberikan
sumbangan konsep-konsep baru, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang dapat menunjang terhadap pewarisan nila-nilai budaya.
b. Hasil penelitian ini merupakan sumbangan terhadap ilmu pendidikan,
khususnya dala, membangun nilai-nilai positif eksistensi adat istiadat
bagi pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan kemasyarakatan
(civic community) serta dapat hidup sesuai dengan kebudayaan dan
mengembangkan kebudayaan untuk kehidupan yang lebih baik.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan berupa saran
kepada masyarakat adat untuk memberdayakan dirinya sesuai dengan
perkembangan zaman.
b. Penelitian ini secara praktis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi para pengambil kebijakan dalam upaya pelestarian
dan pembinaan nilai- nilai budaya masyarakat adat. Selain itu juga,
untuk menjadi bahan masukan bagi pemerintahan atau pemegang
keputusan sebagai
pengembang pariwisata
dapat
dilihat dari
banyaknya pengunjung luar daerah yang dating untuk menyaksikan
jalannya upacara adat tersebut.
c. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi peneliti lain.
E. Penjelasan Istilah
Menurut Surakhmad (Arikunto, Suharsimi, 1998: 60) menyatakan
bahwa asumsi atau anggapan dasar adalah sebuah titik tolak yang
kebenarannya diterima oleh penyelidik. Berdasarkan pendapat tersebut,
asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1.
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut
suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat
oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1990: 146).
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Adat berarti kebiasaan, yaitu perilaku masyarakat yang selalu terjadi
berulang kali (Ranidar Darwis, 2008: 3).
3. Masyarakat adat merupakan kesatuan manusia yang teratur, menetap di
suatu daerah tertentu, mempunyai penguasa- penguasa dan mempunyai
kekayaan yang berwujud ataupun tidak berwujud, dimana para anggota
kesatuan masing- masing mengalami kehidupan dalam masyarakat sebagai
hal yang wajar menurut kodrat alam dan tidak seorangpun diantara para
anggota itu mempunyai pikiran atau kecenderungan untuk membubarkan
ikatan yang telah tumbuh itu atau meninggalkannya dalam arti melepaskan
diri dari ikatan itu untuk selama- lamanya (Teer Haar, dalam Muhammad,
2002:21).
4. Nilai merupakan sesuatu yang abstrak, yang dijadikan pedoman pedoman
serta prinsip- prinsip umum dalam bertindak dan bertingkahlaku
(Theodorson, dalam Felly, 1994:101).
5. Budaya merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhannya dari hasil budi dan
karyanya itu (Koentraningrat, 1994: 9).
6. Nilai budaya merupakan konsepsi- konsepsi yang hidup dalam alam
pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal- hal yang harus
mereka anggap amat bernilai dalam hidup (Koentraningrat, 1994: 25).
7. Kebudayaan berarti segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran
(logika), kemauan (etika), serta perasaan (estetika) manusia dalam rangka
perkembangan kepribadian manusia, hubungan manusia dengan alam, dan
hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa (Daoed Joesoef, dalam
Burhanuddin Salam, 1996: 116).
8. Tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan
dalam masyarakat atau suatu penilaian atau anggapan bahwa cara-cara
yang telah ada merupakan cara yang paling baik (Depdiknas, 2001 : 1208).
9. Laku Pepe adalah melakukan ritual dengan cara menjemur diri dibawah
terik sinar matahari.
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10. Laku kungkum pelaksanaan ritual dengan cara berendam di dalam air
(sampai sebatas leher).
F. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2010: 9)
mendefinisikan penelitian kualitatif adalah pendekatan yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek
yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.
Secara umum, penelitian deskriptif mempunyai cirri-ciri yaitu memusatkan
penelitian pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yaitu
masalah aktual dan data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan kemudian dianalisis.
Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk memperoleh
gambaran yang nyata mengenai upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan), yaitu suatu pengamatan yang meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera (Arikunto, 2002 : 133). Dengan melakukan observasi peneliti
dapat memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang
sedang diteliti dan dapat memberikan deskripsi mengenai gambaran
umum tentang objek yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini yang
menjadi pengamatan peneliti adalah tradisi masyarakat adat yaitu
pelaksanaan upacara adat Laku Pepe dan Laku Kungkum sebagai
pelaksanaan kewajiban adat.
2. Wawancara (Interview), merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara tanya jawab yang dilakukan oleh dua pihak yaitu
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan informan atau yang
diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan kepada tokoh adat, tokoh masyarakat,
aparat desa, dan masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu Indramayu. Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten
Indramayu.
3.
Studi dokumentasi, yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis.
Studi
dokumentasi
dilakuakn
dengan
mengumpulkan,
menganalisis dokumen- dokumen, catatan- catatan penting dengan
tujuan untuk membantu memecahkan permasalahan dalam penelitian.
Studi dokumenter dengan mengumpulkan dokumentasi dokumentasi
atau arsip-arsip.
4. Studi
literatur,
yaitu
penelitian
dilakukan
melalui
kepustakaan,
mengmpulkan data- data dan keterangan melalui buku buku dan bahan
lainnya yang ada hubungannya dengan masalah- masalah yang diteliti.
Studi literatur ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui bukubuku yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
MATRIKS HASIL PENELITIAN
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI
PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
(Studi Deskriptif di Desa Krimun, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)
No
1
Rumusan Masalah
Bagaimana
eksistensi
masyarakat
2
Metode
Penelitian
posisi Metode
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan
Saran
1. Objek dalam penelitian ini adalah Kesimpulan:
penelitian
adat yang
Saran
masyarakat adat Suku Dayak Hindu a. Masyarakat
adat
Suku a. Bagi
pemerintah
setempat,
Budha Bumi Segandu Indramayu,
Dayak Hindu Budha Bumi
perlu melakukan pendekatan
Suku Dayak Hindu digunakan
berada dalam kawasan pemerintahan
Segandu Indramayu tidak
yang
Budha
desa Krimun, Kecamatan Losarang,
memiliki KTP, hal ini
membuka
Bumi dalam
bisa
wawasan
dan
pikiran
masyarakat
adat
tersebut
akan
penelitian ini
Kabupaten Indramayu. Akan tetapi,
disebabkan
Indramayu?
adalah metode
meskipun secara demografi berada
mereka
tidak
terdaftar
dalam kawasan pemerintahan Desa
sebagai
warga
negara,
memiliki identitas diri yang
Krimun,
Losarang,
sehingga mereka terbebas
berupa KTP, sebagai bukti
upacara adat Laku kualitatif,
Kabupaten Indramayu, namun secara
dari pemerintahan, dalam
identitas
Pepe
Laku dengan teknik
administrated masyarakat adat ini
artian mereka bebas untuk
sehingga bisa bergabung dan
Kungkum
pada pengumpulan
tidak tercatat. Kondisi ini terjadi
tidak
terlibat dalam pemerintahan.
masyarakat
adat data
karena masyarakat adat ini tidak
pemerintahan,
contohnya b. Bagi masyarakat adat Suku
Suku Dayak Hindu observasi
memiliki KTP. Alasan masyarakat
dalam
hal
pemilihan
Budha
adat tidak memiliki KTP diantaranya
umum,
karena
karena masyarakat adat ini tidak ikut
beranggapan
pelaksanaan
dan
Segandu
proses deskkriptif,
pendekatan
berupa
Bumi (pengamatan,
wawancara
Kecamatan
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
agar
untuk
Segandu
Bagaimana
karena
intensif,
mendukung
mereka
hidup
ini
diri
pentingnya
yang
resmi
Dayak Hindu Budha Bumi
Segandu
turut
Indramayu,
berpartisipasi
agar
dalam
Indramayu?
3
(interview),
serta dalam pemerintahan, dalam
harus didasarii oleh rassa
program-program pemerintah.
Nilai-nilai apa saja studi
artian masyarakat adat ini selalu
keadilan.
Salah satunya dengan adanya
yang
golput pada setiap kali diadakannya b. Masyarakat
terkandung dokumentasi,
pada upacara adat serta
Laku
4
Pepe
dan literatur.
studi
adat
ini
ritual
kepemilikan KTP, karena hal
pemilihan umum atau pemilihan
mengadakan
ini
akan
kepala daerah. Selain itu juga karena
menyembah Sang pencipta
keuntungan
memberikan
bagi
mereka
Laku
Kungkum
dalam pembuatan KTP, harus diisi
dan penguasa alam dengan
sendiri. Contohnya dalam hal
pada
masyarakat
format agama, dan mengenakan foto,
dua cara, yaitu Laku Pepe
mendapatkan
adat Suku Dayak
sedangkan masyarakat adat ini tidak
dan Laku Kungkum.
kesehatan yang diberikan oleh
Hindu Budha Bumi
mempunyai agama, hanya menganut c. Upacara dat Laku Pepe
Segandu
kepercayaan, dan hanya mengenakan
dan Laku Kungkum, nilai c. Dalam melaksanakan upacara
Indramayu?
celana tanpa baju.
yang
Bagaimana bentuk
dan
proses
dalamnya
yaitu
di
pemerintah setempat.
dat
Laku
Kungkum,
untuk
sebaiknya menggunakan air
rasa
yang bersih, agar terhindar
Budha Bumi Segandu Indramayu ini
membangun
menunjukkan
memiliki
kebersamaan,
persatuan,
dari penyakit yang terrdapat
ketaatan masyarakat
dinamakan Laku Pepe dan Laku
melatih
kesabaran,
dalam air kotor. Selain itu
adat Suku Dayak
Kungkum yang dilaksanaan pada
menerima apa adanya atau
juga, masyarakat adat ini
Hindu Budha Bumi
Jum’at Kliwon pada setiap bulannya.
ikhlas,
hendaknya
Segandu Indramayu
Laku Pepe dilaksanakan pada siang
dengan
dalam pelaksanaan
hari sambil berjemur dibawah terik
bermakna
upacara adat Laku
matahari, sedangkan Laku Kungkum
meminta
Pepe
dilaksanakan pada dini hari sambil
kepada Sang pencipta dan
beremdam di parit berisi air. tujuan
penguasa alam.
dan
Kungkum?
yang
2. Masyarakat adat Suku Dayak Hindu
terkandung
pelayanan
Laku
upacara
adat
yang
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat
membaur
dalam
alam,
serta
membersihkan badan, akan
pula
guna
lebih baik jika batinnya pun
keselamatan
turut dibersihkan dengan cara
shalat.
d. Kepada masyarakat adat, agar
5
6
Bagaimana
upaya
diadakannya upacara adat ini adalah d. Upacara dat Laku Pepe
lebih taat lagi dalam setiap
yang dilakukan oleh
untuk melatih kesabaran, meminta
dan Laku Kungkum hanya
pelaksanaan
masyarakat
keselamatan, serta membersihkan
diikuti
Laku
Suku Dayak Hindu
diri
adat yang bersedia untuk
Kungkum,
Budha
menempel pada tubuh.
melaksanakan
suasana kehidupan yang lebih
adat
Bumi
kotoran-kotoran
yang
masyarakat
upacara
dan
Laku
Pepe
agar
tercipta
3. Nilai yang tekandung dalam upacara
dalam mewarisi dan
adat ini adalah membangun rasa
memelihara upacara
kebersamaan,
dat Laku Pepe dan
kesabaran, menerima apa adanya
upacara
Laku Kungkum?
atau ikhlas, dapat membaur dengan
melibatkan
Bagaimana
alam.
dengan tujuan agar anak-
budaya masyarakat tersebut.
anak dapat mewarisi dan f.
Bagi
terus melestarikan upacara
hendaknya
persatuan,
dari pihak manapun.
melatih e. Setiap
4. Pelaksanaan upacara adat ini, hanya
pelaksanaan
adat,
selalu
anak-anak
dapat
menjaga
dan
melestarikan nilai-nilai luhur
yang
terkandung
pemerintah
dalam
setempat,
Laku
berjenis kelamin laki-laki. dalam
adat iini.
memperhatikan
keberadaan
dalam membangun
melaksanakan
Pelaksanaan upacara adat
budaya
ada
warga negara yang
masyarakat sangat taat, tidak ada
Laku
Laku
masyarakat adat Suku Dayak
baik?
paksaan
manapun,
Kungkum
mengandung
Hindu Budha Bumi Segandu,
semuanya karena kesadaran dari
nilai-nilai
masing-masing individu.
Bagaimana
dari
upaya
pemerintah
setempat
dalam
upacara
pihak
adat
adat
e. Hendaknya masyarakat adat
dilakukan
dari
masyarakat
baik lagi.
adat Laku Pepe dan
Kungkum
oleh
tersebut, tidak ada paksaan
adat
Segandu Indramayu
kontribusi upacara
7
dari
oleh
upacara
ini, f.
5. Keberadaan upacara adat ini sangat
memajukan
dijaga
kelestariannya,
sehingga
kebudayaan daerah
dalam setiap pelaksanaan upacara
Pepe
dan
luhur,
lebih
yang
pada
yaitu
agar budaya yang telah ada
diantaranya
untuk
dapat dikembangkan sebagai
membangun
rasa
fungsi
ekonomi
yang
kebersamaan,
persatuan,
memanfaatkan kesempatan ini
melatih
kesabaran,
dengan cara berjualan di area
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terkait
pelestarian
adat, selalu melibatkan anak-anak
menerima apa adanya atau
pelaksanaan
upacara dat Laku
walau hanya melihat pada saat
ikhlas,
serta
dapat
dengan
menjual
Pepe
upacara adat berlangsung.
membaur
dengan
alam.
souvenir
khas
dan
Kungkum?
Laku
6. efek
positif
dalam
pelaksanaan
Dengan adanya nilai luhur
adat,
souvenirmasyarakat
adat tersebut.
upacara adat tersebut dapat menjaga
tersebt,
kelestarian
memberikan efek positif
yang dapat mengkaji lebih
dengan sesame, dan terbangunnya
bagi
dalam
gotong royong, serta terbangunnya
bermasyarakat di wilayah
pelaksanaan
rasa persaudaraan yang semakin erat.
masyarakat
yang
Laku
akan
Kungkum di masyarakat adat
warga
Suku Dayak Hindu Budha
alam,
hidup
rukun
7. Sejauh ini tidak ada upaya yang
maka
upacara
dapat g. Diharapkan ada peneliti lain
kehidupan
adat
kemudian
dilakukan oleh pemerintah setempat
menghasilkan
untuk menjaga budaya yang ada
negara yang baik.
dalam masyarakat adat ini. Namun, g. Belum
da
upaya
dari
pemerintah
melestarikan
dalam melestarikan serta
dari
setempat
pemerintah, masyarakat adat tersebut
memajukan
tetap
yang ada pada masyarakat
berusaha
memajukan
dan
keras
untuk
melestarikan
adat.
kebudayaan yang telah ada.
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pepe
dengan
Upacara
adat
dan
Laku
Bumi Segandu Indramayu.
meskipun tidak adanya upaya untuk
kebudayaan
berkenaan
kebudayaan
G. Lokasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Menurut Sukardi (2003: 53), bahwa yang dimaksud dengan lokasi
penelitian atau tempat penelitian tidak lain adalah tempat dimana proses
studi yang dilakukan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian
berlangsung.
Adapun lokasi penelitian ini terletak di RT 13 RW 03, Desa
Krimun, Kecamatan Losarang, atau 300 m dari jalur utama Pantura
Indramayu. Sedangkan sampel penelitiannya adalah masyarakat adat Suku
Dayak Hindu- Budha Bumi Segandu Indarmayu.
2. Sampel Penelitian
Nasution (1992: 32), mengemukakan bahwa sampel penelitian
adalah sumber penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara
purposive dan bertalian dengan tujuan tertentu. Yang menjadi sampel
dalam penelitian ini adalah masyarakat adat Suku Dayak Hindu Budha
Bumi Segandu Indramayu.
Diah Ratna Shabarwati, 2013
KAJIAN TERHADAP UPACARA ADAT LAKU PEPE DAN LAKU KUNGKUM SEBAGAI PELAKSANAAN
KEWAJIBAN ADAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Download