TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan Sherly Asriany Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Khairun. Abstrak Kebudayaan membangun dalam arsitektur tradisional di Indonesia menjadi sebuah tradisi utama dalam menentukan keberlanjutan dari kebudayaan masyarakat setempat. Tradisi yang telah ada dan menjadi pola keteraturan dalam masyarakat. Maluku Utara khususnya Tidore Kepulauan, memiliki keunikan tersendiri dalam tradisi membangun rumah tradisional Folajiku Sorabi. Desa Gurabunga merupakan satu-satunya desa yang masih memiliki dan mempertahankan tradisi membangun rumah tradisional Tidore. Di desa tersebut hidup lima marga, dimana masing-masing marga memiliki rumah tradisional Folajiku Sorabi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kajian literatur, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, arsitektur tradisional Folajiku Sorabi merupakan salah satu bentuk budaya masyarakat Tidore Kepulauan khususnya Gurabunga. Pandangan hidup dan sistem nilai budaya orang Gurabunga sebagai suatu masyarakat adat tercermin melalui rumah tradisional Folajiku Sorabi. Kata-kunci : tradisi membangun, arsitektur tradisional, folajiku sorabi Pengantar Tradisi adalah sesuatu yang timbul dalam proses yang lama, disepakati bersama secara kelompok, mempunyai nilai sejarah, spritual, moral, seni, mitos, kearifan lokal, dan sebagainya. Arsitektur pada suatu suku bangsa selalu berhubungan dengan kepercayaan yang dianut, iklim, dan kondisi alam setempat serta mata pencaharian. Sedangkan tradisi mendirikan sebuah bangunan disadari atau tidak merupakan sebuah tradisi ber-arsitektur yang telah dilakukan oleh sukusuku bangsa yang ada di Indonesia sejak jaman dahulu. Arsitektur tradisional berkembang dalam proses, terbentuk oleh interaksi manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Alam tidak hanya dipandang secara konkrit saja, namun juga secara abstrak. Untuk melestarikan arsitektur tradisional bukan semata-mata estetika saja, melainkan harus mempertimbangkan dampak langsung maupun tidak langsung pada masyarakat. Keinginan untuk menampilkan identitas budaya melalui karya arsitektur, dan nilai-nilai tradisi dari kearifan lokal. Arsitektur tradisional di Tidore Kepualauan mulai mengalami perubahan yang berdampak mulai kaburnya nilai-nilai arsitektur tradisional Folajiku Sorabi. Sementara Folajiku Sorabi merupakan bagian terpenting dari kebudayaan masyarakat Tidore Kepulauan. Permasalahan inilah yang mendorong dilakukannya penelitian terhadap arsitektur tradisional Folajiku Sorabi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali pengetahuan membangun dari arsitektur tradisional Folajiku Sorabi. Metode Lokasi penelitian berada di desa Gurabunga, Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui kajian pustaka untuk menProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 | I 151 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan dapatkan data sekunder, pengamatan (observasi) langsung ke lokasi penelitian, wawancara dengan beberapa narasumber (Sultan, tokoh adat, dan masyarakat), pengukuran dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan setelah data primer dan sekunder terkumpul. Analisis data kualitatif digunakan untuk mengungkap temuan melalui tiga tahap, yaitu: mengklasifikasi dan mereduksi data, menganalisis, dan mengverifikasi. Analisis dan Interpretasi Folajiku Sorabi yang merupakan rumah adat Tidore, dimana Fola berarti rumah, Jiko/Jiku berarti model, sedangkan Sorabi/Sarabi berarti serambi (teras). Rumah adat tersebut bila dipandang dari arah depan nampak seperti orang yang duduk bersilah dan berzikir (analogi). Bagian-bagian dari rumah adat ini, mulai dari atap sampai pondasi melambangkan anatomi tubuh manusia yang bersandar pada ajaran agama, yaitu: (1). Atap melambangkan kepala manusia, (2). Tiang rumah melambangkan kapita (pengawal) dari lima marga atau lima rumah adat yang ada di Tidore, (3). Jendela melambangkan keterbukaan dan kemurahan hati, (4). Pintu melambangkan baju panjang (jubah) yang biasa dipakai oleh Sultan, (5). Tiang raja melambangkan sifat tegas dari sang pemimpin, (6). Dinding melambangkan badan manusia, dan (7) Pondasi melambangkan kaki manusia yang duduk diantara dua sujud. Tipologi Folajiku Sorabi Rumah adat Folajiku Sorabi merupakan simbol masyarakat adat di Gurabunga. Di rumah ini berlangsung seluruh aktivitas masyarakat yang berkaitan dengan adat istiadat, musyawarah, penyelesaian masalah/sengketa adat. Selain itu juga berfungsi sebagai tempat ritual adat yang bersifat magis seperti penyembahan kepada roh leluhur, penyembuhan bagi si sakit, permohonan untuk mendapatkan pekerjaan, jabatan, jodoh, dan sebagainya. Untuk itu pembangunan rumah adat Folajiku Sorabi harus mengikuti tata aturan ada yang telah ada sejak dahulu. I 152 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 Gambar 1. Rumah Adat Folajiku Sorabi di Gurabunga, Tidore Kepulauan. Rumah adat Folajiku Sorabi berbentuk empat persegi panjang. Denah ruang terdiri atas 5 (lima) ruang yang melambangkan sholat lima waktu. Adapun ruang-ruang tersebut adalah: (1). Ruang tunggu, (2). Ruang kerja, (3). Ruang tamu, (4). Ruang sholat/ganti (tempat penyimpanan peralatan upacara adat) dan, (5). Ruang puji. Sedangkan fungsi dari ruang-ruang tersebut adalah: (1). Ruang tunggu (teras) berfungsi sebagai tempat menunggu bagi tamu sebelum dipersilahkan masuk, (2). Ruang kerja digunakan sebagai tempat upacara adat seperti acara tumbuk padi sambil mendendangkan lagu ‘kabata’, (3). Ruang tamu, difungsikan sebagai upacara adat pembacaan doa-doa. Upacara ini biasanya dilakukan 3 hari 3 malam (malam senin, malam selasa, dan malam kamis), (4). Ruang sholat/ganti, difungsikan untuk ruang sholat atau berganti pakaian sebelum dilakukan pengobatan, (5). Ruang puji yang berlantai tanah, difungsikan sebagai tempat mandi dan mengobati pasien kusta. Lantai tanah dipercaya dapat menyembuhkan orang berpenyakit kusta ataupun penyakit lainnya dalam jangka waktu sebulan. Sherly Asriany pada kebudayaan tradisi yang lahir di Gurabunga. 3. Kaki. Pondasi bangunan diibaratkan sebagai kaki manusia yang harus mampu menjadi tumpuan dalam kondisi apapun. Konsep ini menjadi kuat dengan adanya empat sudut tiang yang melambangkan unsur religi yang diwariskan sebagai ajaran Islam di Tidore. Gambar 2. Denah Rumah Adat Folajiku Sorabi di Gurabunga, Tidore Kepulauan. Folajiku Sorabi Dalam Pendekatan Kosmologi Orang Tidore Bagi masyarakat Tidore Folajiku Sorabi dalam pendekatan mikro kosmos adalah bahwa seluruh aktivitas akan bertumpu pada rumah. Kondisi sosial budaya akan selalu tergambar dalam tradisi membangun dan mendirikan sebuah rumah. Arsitektur tradisional Tidore memiliki perwujudan bentuk tubuh manusia yang terbagi dalam tiga bagian utama, yaitu: 1. Kepala, diibaratkan sebagai kepala manusia yang merupakan bagian tertinggi dan paling penting peranannya dalam struktur tubuh manusia. Kepala/atap harus menampilkan bentuk yang khas dan mengandung nilainilai sakral. Pada kebudayaan masyarakat Tidore, Folajiku Sorabi merupakan rumah adat yang memiliki ciri khas tertentu yang disepakati sebagai raja yang memerintah bagi empat marga yang ada di Tidore. 2. Badan, diibaratkan sebagai badan manusia. Badan bangunan merupakan inti bangunan yang meliputi: dinding dan ruang-ruang yang terdiri dari sistem konstruksi, bahan/ material, ornamen, dan pola penataan ruang. Bagian ini sangat menentukan keberlanjutan tradisi masyarakat Tidore yang berpangkal Gambar 3. Konstruksi Rumah Adat Folajiku Sorabi Sebagai Perwujudan Manusia Pada Folajiku Sorabi tidak ditemukan ornamen atau ragam hias karena konstruksi dindingnya menggunakan bambu sebagai material bangunan. Unsur kelengkapannya tergambar pada ukuran genap dan ganjil. Dimana unsur genap mewakili pria dan unsur ganjil mewakili wanita. Dalam tradisi masyarakat Tidore, pria diibaratkan sebagai laut dan wanita sebagai darat. Filosofinya adalah wanita masuk didalamnya dan pria akan melindungi. Gambar 4. Tampak Depan (kiri) dan Tampak Belakang (kanan) Rumah Adat Folajiku Sorabi Gambar 5. Tampak Samping Kiri (kiri) dan Tampak Samping Kanan (kanan) Rumah Adat Folajiku Sorabi Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016| I 153 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan Bahan bangunan sebagian besar menggunakan bambu yang dipakai sebagai dinding, plafon, dan rangka atap. Saat ini pondasi rumah menggunakan pondasi batu kali, tiang terbuat dari kayu dan pengikat rumah menggunakan tali ijuk dengan ikatan dua dua yang berarti 2 kalimat syahadat (2 kali ikatan). Peletakan bambu pada rumah adat Folajiku Sorabi tidak sembarang tetapi mempunyai aturan tersendiri. Peletakan bambu (jaro) semuanya berdiri, pantatnya dibawah sama seperti tumbuhnya bambu. Ini bermakna kebersamaan, selalu sejalan dan tidak boleh berlawanan karena ciptaan Tuhan itu tidak boleh berlawanan. Atap rumah adat Folajiku Sorabi dikenal dengan nama Goakalaguti yang berarti sistem gunting atau bangunan tanpa tiang nok. Rangka atap terbuat dari bambu utuh, tali ijuk digunakan sebagai pengikat, dan bahan penutup atap terbuat daun sagu (gaba-gaba). Seiring berjalannya waktu daun sagu (gaba-gaba) diganti dengan atap seng. Di bagian bawah atap terdapat loteng yang digunakan sebagai tempat penyimpanan alat-alat rumah tangga, bahan makanan, dan gerabah. Gambar 6. Tampak Prespektif Rumah Adat Folajiku Sorabi Gambar 7. Potongan Rangka Atap Rumah Adat Folajiku Sorabi I 154 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016 Gambar 8. Loteng Pada Rumah Adat Folajiku Sorabi Penggunaan dua pintu pada rumah adat Folajiku Sorabi dimaksudkan agar tamu atau orang yang ingin berobat tidak berdesak-desakan untuk memasuki rumah. Pintu rumah yang tinggi menjulang melambangkan baju panjang (jubah) yang biasa dipakai oleh sultan, sedangkan jendela melambangkan keterbukaan dan kemurahan hati. Gambar 9. Pintu dan Jendela Pada Rumah Adat Folajiku Sorabi Gambar 10. Rangka Atap Rumah Adat Folajiku Sorabi Sherly Asriany Sorabi. Alat/bahan yang digunakan dalam ritual tersebut adalah: (1). Tiang utama (kayu/bambu), (2). Sirih, pinang, (3). Mata uang yang diletakkan pada dasar tiang utama, dan (4). Air di mangkuk. b. Saat Mendirikan Bangunan Gambar 11. Pondasi Rumah Adat Folajiku Sorabi Gambar 12. Pintu Masuk Rumah Adat Folajiku Sorabi Tradisi Membangun Folajiku Sorabi a.Sebelum Mendirikan Bangunan Masyarakat Gurabunga, Tidore akan melakukan ritual utama untuk menentukan pembangunan rumah adat Folajiku Sorabi. Ritual yang dilaksanakan adalah penentuan waktu yang tepat untuk melakukan penebangan tiang raja yang diikuti dengan tiang-tiang pendukung. Upacara ritual akan dilakukan oleh tetua adat ‘imam togubu’. Penyelenggaraan ritual/upacara tetap mengacu pada lima marga utama pendukung kebudayaan di Tidore. Pemotongan tiang pertama dilakukan oleh tetua adat kemudian diikuti oleh kelima marga dan para tukang. Da-lam tradisi masyarakat setempat, setelah kayu/bambu dipotong maka selama seminggu kayu/bambu akan direndam dalam air laut dengan tujuan agar kayu/bambu akan tahan lebih lama. Selain itu juga ada kepercayaan bahwa air laut akan memberikan kehidupan bagi masyarakat. Setelah itu dilakukan ritual ‘boso kene’ yaitu ritual penentuan lokasi oleh tetua adat. Penentuan lokasi menggunakan pendekatan arah matahari terbit yang akan menjadi acuan utama dalam menentukan lokasi rumah adat Folajiku Semua bahan bangunan telah disiapkan sejak sore hari oleh para tukang. Tiang utama diletakkan di tengah denah bangunan, dengan tanda-tanda khusus dari pemotongan. Peserta ritual berkumpul yang terdiri dari kepala tukang, tetua adat, sambil berdiri mengelilingi denah bangunan. Upacara doa dilakukan ditengah bangunan. Tetua adat akan membaca doa sambil beberapa orang mengangkat tiang utama dan diletakkan ditempatnya. Setelah tiang dinaikkan, air disiram disekitarnya. Acara ritual ini merupakan pembukaan pekerjaan pendirian bangunan, yang selanjutnya disusul dengan tiangtiang lainnya dengan cara yang sama. Selanjutnya pelaksanaan pekerjaan bangunan Folajiku Sorabi dikerjakan terus menerus sampai rampung. Saat pekerjaan rampung maka dilakukan ritual selama 3 hari 3 malam. Tujuan ritual ini adalah sebagai wujud kegembiraan seluruh masyarakat dan juga sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan karena pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Tempat ritual dilaksanakan pada bangunan baru dan halaman sekitarnya pada waktu petang dan pesta di malam hari. Penyelenggaraan ritual adalam seluruh masyarakat yang dikoordinir oleh panitia yang telah dibentuk oleh tetua adat. Peserta ritual adalah para tetua adat, masyarakat, pemerintah desa, dan para undangan dari kampung tetangga disekitarnya. Kesimpulan Rumah tradisional Folajiku Sorabi selain merupakan rumah adat juga merupakan rumah musyawarah. Pada ritual masa kini masih sering dilakukan ritual penyembahan terhadap leluhur melalui kekuatan supernatural. Konsep Folajiku Sorabi dalam kebudayaan masyarakat Tidore mewakili representasi kosmologi orang Tidore. Keterpaduan unsur kearifan lokal dalam arsiProsiding Temu Ilmiah IPLBI 2016| I 155 Tradisi Membangun Arsitektur Tradisional Folajiku Sorabi, Tidore Kepulauan tektur tradisional Folajiku Sorabi dirancang mewakili unsur manusia dan hewan. Daftar Pustaka Yusuf, (1998), Beberapa Catatan Bangunan Tradisional Kawasan Utara Propinsi Maluku, Lembaga Kebudayaan Daerah Maluku Kie Abdulrahman, Raha, Ternate. Joseph, I.C., (2005), Aspek Arsitektur Tradisional Daerah Maluku (1981-1982), Proyek Inventarisasi Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Maluku. Pattipeilohy, Julian J., (2013), Arsitektur Tradisional Tidore Kepulauan, Jurnal Penelitian, Vol.6, No.5 Edisi April 2013. I 156 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2016