BAB II LANDASAN TEORI A. Karakteristik kemampuan bahasa usia taman kanak – kanak. 1. Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 4 tahun a. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahsa anak. Ia telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar. b. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaksis bahasa yang di gunakannya. c. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. 2. Karakteristik kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun a. Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2500 kosa kata b. Lingkup kosa kata yang dapat di ucapkan anak menyangkut: warna, ukuran, bentuk, rasa, bau, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak, permukaan (kasar halus) c. Anak usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan peran sebagai pendengar yang baik. d. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut. e. Percakapan yang di lakukan oleh anak usia 5-6 tahun telah menyangkut berbagai komentarnya terhadap apa yang di lakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang di lihatnya. Anak pada usia 5-6 tahun sudah dapat melakukan ekspresi diri,menulis, membaca dan bahkan berpuisi. B. Pengertian Gangguan Bahasa Reseptif - Gangguan perkembangan khas dimana pengertian anak dalam bahasa, di bawah kemampuan rata – rata anak dalam usia mentalnya (PPDGJ-III) C. Ciri – ciri Gangguan Berbahasa Reseptif Pedoman Diagnostik Gangguan Berbahasa Reseptif menurut PPDGJ-III, antara lain : - Kegagalan dalam memberi respons terhadap nama yang familiar ( tidak adanya petunjuk non-verbal ) pada ulang tahun yang pertama, ketidakmampuan dalam identifikasi beberapa objek yang sederhana dalam usia 18 bulan, atau kegagalan dalam mengikuti instruksi sederhana pada usia 2 tahun dapat dicatat sebagai tanda-tanda dari kelambatan. Di kemudian hari kesulitan – kesulitan mencakup ketidakmampuan untuk mengerti struktur tata bahasa ( bentuk kalimat negatif,pertanyaan, perbandingan, dsb ) dan kekurangan dalam mengerti aspek penghalus dari bahasa ( nada suara, gerakan tubuh, dsb ). - Kriteria dari gangguan perkembangan pervasif tidak dijumpai. - Pada hampir semua kasus, perkembangan dari bahasa ekspresif juga terlambat dan lazim ada suara ucapan yang tidak normal. Dari semua variasi gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa, gangguan berbahasa reseptif mempunyai tingkat hubungan yang tinggi dengan gangguan sosio-emosional-perilaku. D. Pengertian Gangguan Berbahasa Ekspresif - Gangguan perkembangan khas dimana kemampuan anak dalam mengekspresikan bahasa dengan berbicara, jelas dibawah rata – rata anak dalam usia mentalnya, tetapi pengertian bahasa dalam batas – batas normal, dengan atau tanpa gangguan artikulasi. ( PPDGJ-III) E. Ciri – Ciri Gangguan Berbahasa Ekspresif Pedoman Diagnostik Gangguan Berbahasa Ekspresif menurut PPDGJ-III, antara lain : 1. Tidak adanya kata atau beberapa kata yang muncul pada usia 2 tahun, dan ketidakmampuan dalam mengerti kata majemuk sederhana pada usia 3 tahun ;dapat diambil sebagai tanda yang bermakna dari keterlambatan. 2. Kesulitan kesulitan yang tampak belakangan,termasuk perkembangan kosa kata yang terbatas, kesulitan dalam memilih dan mengganti kata – kata yang tepat, penggunaan berlebihan dari sekelompok kecil kata – kata umum, memendekkan ucapan yang panjang, struktur kalimat yang mentah, kesalahan kalimat ( syntactical), kehilangan awalan atau akhiran yang khas, dan salah atau gagal dalam menggunakan aturan tata bahasa seperti kata penghubung, kata ganti, kata sandang, dan kata kerja dan kata benda yang terinfleksi ( berubah ) 3. Ketidakmampuan dalam bahasa lisan sering disertai dengan kelambatan atau kelainan dalam bunyi kata yang dihasilkan. 4. Penggunaan bahasa non –verbal ( seperti senyum dan gerakan tubuh ), dan bahasa “internal” yang tampak dalam imajinasi atau dalam permainan khayalan harus secara relatif utuh, dan kemampuan dalam komunikasi sosial tanpa kata – kata terganggu. 5. Sebagai kompensasi dari kekurangannya, anak akan berusaha berkomunikasi dengan menggunakan demonstrasi, (gesture), mimik, atau bunyi yang non-bahasa. lagak BAB III HASIL OBSERVASI A. IDENTITAS DIRI Observasi dan Interview di lakukan pada seorang anak yang duduk di bangku TK berusia 5,5 tahun, dengan identitas diri sebagai berikut : - Nama Lengkap : Atharulli Adilah Purba - Nama Panggilan : Atha - Jenis Kelamin : Laki – laki - Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 28 November 2008 - Agama : islam - Anak ke : 1 ( satu ) - Bahasa sehari – hari : Bahasa Indonesia - Golongan darah :O - Alamat : Komplek Bank Mandiri, MampangPrapatan Jakarta Selatan – DKI Jakarta. B. HASIL OBSERVASI - INTERVIEW Dari observasi yang dilakukan oleh penulis dan kelompok, ada beberapa data yang bisa kami kumpulkan, antara lain : - Atha memiliki badan yang sedikit kurus dibanding teman teman seusianya di sekolah tersebut, namun untuk tinggi badan, hampir sama rata dengan teman – temannya yang lain. - Atha ke sekolah dengan memakai sepatu sandal ( tidak memakai sepatu ) , padahal teman – teman lainnya memakai sepatu. - Atha memakai baju yang dikeluarkan, padahal teman – temannya memakai baju dengan rapi. - Atha terlihat sering bermain sendiri, dan tidak membaur dengan teman – temannya yang lain. - Atha terlihat banyak melakukan gerakan badan yang dirasa cukup mengganggu teman – teman lainnya ( tangan Atha sering bergerak – gerak ke segala arah ). - Ketika diajak berbicara, memerlukan pertanyaan yang harus diulang hingga 2 – 3 kali untuk bisa mendapatkan jawaban. - Menjawab pertanyaan yang cenderung menggunakan bahasa Inggris ( yes – no ) - Atha terlihat jarang berkomunikasi / bicara dengan orang kesulitan dalam disekitarnya. - Ketika berbicara , Atha terlihat mengalami menemukan kosa kata yang tepat, serta berbicara dalam bahasa yang kurang jelas, sehingga sebagai gantinya dia lebih banyak menggunakan mimik muka dan bahasa tubuh guna mengutarakan maksudnya. - Ketika lawan bicara Atha terlihat tidak dapat memahami maksudnya , Atha memberikan reaksi terlihat mulai emosi dengan marah dan berteriak teriak. - Ketika diberikan pertanyaan, Atha cenderung menjawab menggunakan bahasa Inggris ( “Yes” atau “No”), serta beberapa kata dalam kosa kata Bahasa Inggris. - Ketika ada motor berhenti parkir, Atha tidak menghindari motor tersebut, dan terus berjalan lurus menabrak motor tersebut, sehingga harus ditarik oleh pengasuhnya menghindari motor tersebut. - Atha berusaha menaiki ayunan yang sedang diayun oleh temannya, sehingga pengasuh terpaksa memberhentikan ayunan tersebut agar Atha bisa naik. ( Atha terlihat kurang bisa memahami bahaya dari lingkungan sekitarnya ) - informasi dari guru, Atha pernah mendapat terapi wicara di rumah. - Atha terlihat berusaha mempertahankan diri, terlihat ketika berbaris, ada seorang anak yang menempati tempat dia berdiri tadi, dan dia berusaha mendorong anak tersebut untuk bisa mendapatkan tempatnya kembali. - Atha tidak mendengarkan instruksi dari guru, kecuali dari orang – orang yang benar – benar dia kenal ( di Sekolah, hanya mendengarkan instruksi dari guru kelas, namun ketika ada guru lain yang memberikan instruksi, diabaikan olehnya ). - Di dalam kelas, Atha terlihat kurang fokus dalam mengikuti pendidikan yang diberikan oleh guru ( sering melamun, atau melakukan kegiatan sendiri ). - Atha terlihat sering melamun untuk beberapa saat ( hilang fokus ). - Atha terlihat lebih sering mengikuti gerakan teman – temannya dibandingkan mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru kelas. Misalnya : Ketika membaca Iqra’ satu persatu, Atha terlihat menirukan suara sambil melihat bahasa bibir dari mulut guru kelas, namun tidak memperhatikan tulisan yang ditunjukkan di buku. Ketika ada instruksi berbaris, dia tidak langsung berbaris, namun melihat teman – temannya berbaris dahulu, kemudian dia menyusul berbaris di belakang teman yang lainnya. Ketika menyanyikan lagu disertai gerakan bersama – sama temannya, Atha melakukan gerakan yang dibilang lebih lamban dibanding teman – temannya yang lain, dan terlihat seperti dia hanya menirukan gerakan teman – temannya yang lain ( Teman – temannya yang lain mampu menyanyi dan melakukan gerakan bersamaan bersamaan dengan instruksi guru kelas ). BAB IV PEMBAHASAN Anak “mempelajari” bahasa dengan berbagai cara, yakni meniru, menyimak, mengekspresikan, dan juga bermain. Melalui bermain, anak dapat belajar menggunakan bahasa secara tepat dan belajar mengkomunikasikannya secara efektif dengan orang lain. Melalui bermain anak juga belajar tentang daya bahasa. Aspek yang berkaitan dalam perkembangan bahasa anak ada beberapa, antara lain kosa kata, sintaksis, semantik, dan fonem. Perkembangan bahasa sendiri tergantung dari tingkat kognitif masing masing anak. Berdasarkan assesment yang dilakukan oleh penulis dan kelompok, terdapat beberapa symptom yang menunjukkan adanya indikasi bahwa objek penderita memiliki gangguan berbahasa reseptif, yang pada akhirnya berakibat pada melambatnya perkembangan bahasa ekspresif. Gangguan berbahasa reseptif dapat terlihat dari beberapa hal yang dialami oleh objek penderita, antara lain : - Ketika diajak berbicara, memerlukan pertanyaan yang harus diulang hingga 2 – 3 kali untuk bisa mendapatkan jawaban dari objek penderita. - Menjawab pertanyaan yang cenderung menggunakan bahasa Inggris ataupun kata – kata singkat ( yes – no ). - Objek penderita terlihat lebih sering mengikuti gerakan teman – temannya dibandingkan mengikuti langsung instruksi yang diberikan oleh guru kelas. Misalnya : Ketika membaca Iqra’ satu persatu, Atha terlihat menirukan suara sambil melihat bahasa bibir dari mulut guru kelas, namun tidak memperhatikan tulisan yang ditunjukkan di buku. Ketika ada instruksi berbaris, dia tidak langsung berbaris, namun melihat teman – temannya berbaris dahulu, kemudian menyusul berbaris di belakang teman yang lainnya. Ketika menyanyikan lagu disertai gerakan bersama – sama temannya, objek penderita melakukan gerakan yang dibilang lebih lamban dibanding teman – temannya yang lain, dan terlihat seperti hanya menirukan gerakan teman – temannya yang lain ( Teman – temannya yang lain mampu menyanyi dan melakukan gerakan bersamaan bersamaan dengan instruksi guru kelas ). - Objek penderita terlihat banyak melakukan gerakan badan yang dirasa cukup mengganggu teman – teman lainnya ( tangan Atha sering bergerak – gerak ke segala arah ), - Objek penderita terlihat sering bermain sendiri, dan tidak membaur dengan teman – temannya yang lain, - Objek penderita tidak mendengarkan instruksi dari guru, kecuali dari orang – orang yang benar – benar dia kenal ( di Sekolah, hanya mendengarkan instruksi dari guru kelas, namun ketika ada guru lain yang memberikan instruksi, diabaikan olehnya ). Hal ini kemungkinan di karenakan objek penderita lebih memahami instruksi guru dari gerak tubuh yang biasa bersama – sama dia saat di sekolah. Sedangkan gangguan berbahasa ekspresif, dapat terlihat dari beberapa symptom, antara lain : - Ketika berbicara , Atha terlihat mengalami kesulitan dalam menemukan kosa kata yang tepat, serta berbicara dalam bahasa yang kurang jelas, sehingga sebagai gantinya dia lebih banyak menggunakan mimik muka dan bahasa tubuh guna mengutarakan maksudnya. - Ketika diberikan pertanyaan, Atha cenderung menjawab menggunakan bahasa Inggris ( “Yes” atau “No”), atau menggunakan kata – kata yang singkat. - Ketika lawan bicara Atha terlihat tidak dapat memahami maksudnya , Atha memberikan reaksi terlihat mulai emosi dengan marah dan berteriak teriak. - Atha terlihat jarang berkomunikasi / bicara dengan orang disekitarnya, kemungkinan dikarenakan dia memahami beberapa - Ketika ada motor berhenti parkir, Atha tidak menghindari motor tersebut, dan terus berjalan lurus menabrak motor tersebut, sehingga harus ditarik oleh pengasuhnya menghindari motor tersebut. - Atha berusaha menaiki ayunan yang sedang diayun oleh temannya, sehingga pengasuh terpaksa memberhentikan ayunan tersebut agar Atha bisa naik. ( Atha terlihat kurang bisa memahami bahaya dari lingkungan sekitarnya ) - informasi dari guru, Atha pernah mendapat terapi wicara di rumah. - Atha terlihat berusaha mempertahankan diri, terlihat ketika berbaris, ada seorang anak yang menempati tempat dia berdiri tadi, dan dia berusaha mendorong anak tersebut untuk bisa mendapatkan tempatnya kembali. - Di dalam kelas, Atha terlihat kurang fokus dalam mengikuti pendidikan yang diberikan oleh guru ( sering melamun, atau melakukan kegiatan sendiri ). - Atha terlihat sering melamun untuk beberapa saat ( hilang fokus ). - Adanya dampak dari gangguan berbahasa reseptif, yang mempunyai hubungan tingkat hubungan yang tinggi dengan gangguan sosioemosional-perilaku., antara lain :