Teori kepribadian Rogers

advertisement
PENDEKATAN PSIKOANALISIS
DASAR-DASAR DARI TEORI
PSIKOANALISA:
Dasar kepribadian seseorang diperoleh sejak
masa kecil
Kejadian pada masa kecil/ lalu menjadi bagian
dari ketidaksadaran
Gangguan jiwa terjadi akibat pertentangan
antara id (dorongan instinktual) dan
Superego (dorongan untuk mengikuti norma
masyarakat)
Pengalaman masa mendatang hanya
pengulangan dari pengalaman masa lalu
DIVISIONS OF THE MIND
Id (Das Es) – dibawa sejak lahir
 Bekerja menurut prinsip kesenangan
 Memiliki 2 proses:
1)Tindakan refleks (reaksi otomatis)
con : mengejapkan mata
2)Proses primer (penurunan
ketegangan dengan cara membentuk
khayalan tentang objek yang dapat
menghilangkan ketegangan (pada
bayi membayangkan makanan )
DIVISIONS OF THE MIND
Superego – hasil interaksi dengan dunia
sekitarnya
Internalisasi nilai dan moral dari lingkungan
sosial
Dibedakan menjadi:
ego ideal (apa yang semestinya/ idealnya
dilakukan)
conscience (apa yang tidak boleh dilakukan)
DIVISIONS OF THE MIND
Ego
 Paham akan realitas dan logika
 Mediator antara id dan superego
 Berfungsi untuk menunda pemuasan
sesuai situasi (reality principle)
PSYCHOANALYTIC APPROACH
Dimensi
kepribadian
yang rational,
planful,
penengah
Conscious
Ego
Superego
Dimensi
kepribadian
moralistic,
judgmental,
perfectionist
Dimensi
kepribadian
irrational,
illogical,
impulsive
Preconscious
Unconscious
Id
Information
in your
immediate
awareness
Information
which can
easily be
made
conscious
Thoughts,
feelings,
urges, and other
information
that is difficult
to bring to
conscious
awareness
PSIKOANALITIK KONTENPORER
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Erickson meluaskan tahap perkembangan Freud sampai usia senja dan pusat dari
teorinya lebih banyak menekankan peranan ego. Erikson yakin bahwa ego
merupakan kekutan positif yang menciptakan identitas diri.
Ego berdasarkan Erikson lebih mengarah kepada pentingnya perubahan yang
terjadi pada tahap perkembangan kehidupan (tertuju pada masyarakat dan
kebudayaan).
Sebagai pusat kepribadian, ego membantu kita beradaptasi dengan beragam
konflik dan krisis kehidupan. Selama masa kanak-kanak, ego sangatlah lemah,
fleksibel dan rapuh, tetapi pada masa remaja, ego mulai mengambil bentuk
tertentu dan memperoleh kekuatannya.
Erickson mendefinisikan ego sebagai kemampuan pribadi untuk menyatukan
pengalaman dan tindakan dengan cara yang adaptif.
Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang. Selama
menyesuaikan diri dengan realita, maka ego mengembangkan perasaan
keberkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.
Erickson mengidentifikasikan tiga aspek ego yang saling berkaitan:
ego-tubuh, ideal-ego, dan identitas ego.
Sumber: Feist, 2008; 214 - 215
Ideal - ego
Ego - tubuh
Mengacu pada pengalamanpengalaman dengan tubuh.
Melihat fisik kita sebagai
hal yang berbeda dari milik
oranglain.
Gambaran mengenai
bagaimana seharusnya diri,
sesuatu yang bersifat ideal
Identitas - ego
Gambaran yang kita miliki
tentang diri kita di beragam
peran sosial yang kita
mainkan
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi
antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakantindakan sosial. Hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir
dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu
organisme. Sehingga seseorang tersebut menjadi matang secara fisik dan
psikologi.
Kemampuan bawaan penting dalam perkembangan kepribadian namun, ego
muncul karena dibentuk oleh masyarakat. Bagi Erickson , pada waktu manusia
lahir, ego hadir hanya sebagai potensi namun, untuk menjadi aktual dia harus
hadir dalam lingkungan kultural.
Masyarakat yang berbeda, dengan perbedaan kebiasaan
cara mengasuh anak, cenderung membentuk kepribadian
yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai budayanya
Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadarn diri
seseorang. Selama menyesuaikan diri dengan realita, maka
ego mengembangkan perasaan keberkelanjutan diri dengan
masa lalu dan masa yang akan datang.
Sumber: Feist, 2008; 215 - 217
PSIKOLOGI INDIVIDUAL
ALFRED ADLER
KERANGKA PENDEK ADLER
1. Satu-satunya kekuatan dinamis di balik perilaku
manusia adalah perjuangan menuju
keberhasilan/keunggulan (striving for success or
superiority)
2. Kepribadian merupakan sebuah kesatuan dan
konsisten dalam diri (unified and self-consistent)
3. Nilai semua aktivitas manusia harus dilihat dari
sudut pandang kepedulian sosial
4. Struktur kepribadian yang selalu konsisten dalam
diri ini berkembang menjadi gaya hidup pribadi
tersebut
5. Gaya hidup dibentuk oleh daya creative manusia
STRIVING FOR SUPERIORITY
1. Manusia selalu terdorong untuk menjadi lebih
sempurna
2. Superioritas adalah keadaan subjektif dari
pengalaman dan perasaan cukup berharga
PERSEPSI-PERSEPSI SUBJEKTIF
Fictional finalism
Manusia lebih terdorong oleh harapannya di masa
depan (tujuan/goalnya) walaupun bersifat
fiktif/semu (cita-cita yang tak mungkin tercapai)
Manusia normal dapat membebaskan diri dari fiksi,
sedangkan orang neurotis tidak
Inferioritas
& Kompensasi
1. Inferioritas: perasaan yang muncul akibat
adanya kekurangan psikologis atau sosial
yang dirasakan secara subjektif maupun
akibat kelemahan/ cacat yang nyata
2. Inferioritas bukanlah abnormalitas
3. Manusia didorong oleh kebutuhannya
mengatasi inferioritas sehingga melakukan
perbaikan-perbaikan
4. Inferiority complex terjadi jika individu tidak
mampu mengkompensasi inferioritasnya
Proses inferioritas sudah ada sejak anak masih kecil,
ia merasa tidak berdaya dan membutuhkan orang
dewasa secara totalitas.
Anak sadar akan kekuatan yang lebih besar yaitu
orang tua.
Anak sadar akan perasaan tidak berdaya untuk
menentang kekuatannya.
Anak mengembangkan perasaan inferioritas yang
relatif kuat.
Inferioritas bukan ditentukan oleh faktor
genetik tetapi lebih kepada fungsi lingkungan
dimana anak tidak berdaya dan cenderung
tergantung pada orang dewasa.
Inferioritas membuat orang menjadi termotivasi
untuk berusaha, untuk maju, untuk sukses.
Gerakan untuk maju dan meningkat merupakan
hasil dari usaha kompensasi perasaan
inferioritas
HUMANISTIK
ABRAHAM MASLOW
PENGANTAR
Psikologi humanistik merupakan suatu gerakan
yang disebut “KEKUATAN KETIGA” dan berakar
pada EKSISTENSIALISME (setiap individu
memiliki kebebasan untuk memilih tindakan,
menentukan sendiri nasib/wujud
keberadaannya serta bertanggungjawab atas
pilihan dan keberadaannya tersebut.
PENGARUH EKSISTENSIALISME
TERHADAP HUMANISTIK :
Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan
pengalamannya sendiri. Individu adalah agen yang
sadar, bebas memilih atau menentukan setiap
tindakannya  mahluk bebas dan bertanggungjawab.
Becoming (kemenjadian) : manusia tidak pernah diam,
tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu
yang lain dari sebelumnya  terjadi jika lingkungan
memungkinkan.
AJARAN DASAR PSIKOLOGI
HUMANISTIK
1. INDIVIDU SEBAGAI KESELURUHAN YANG
INTEGRAL.
Prinsip holistik : motivasi mempengaruhi
individu secara keseluruhan, bukan secara
bagian. Tidak ada kebutuhan perut, mulut,
yang ada kebutuhan individu.
TEORI KEBUTUHAN BERTINGKAT
Manusia sebagai mahluk yang tidak pernah
berada dalam keadaan sepenuhnya puas.
Kepuasan bersifat sementara. Jika suatu
kebutuhan terpuaskan akan muncul
kebutuhan lain dan menuntut pemuasan 
kepuasan sementara.
Kebutuhan manusia merupakan bawaan dan
tersusun menurut tingkatan.
KEBUTUHAN KONATIF
Merupakan Lima jenis kebutuhan yang
membentuk hirarki kebutuhan
Artinya bercirikan daya juang atau
motivasi
Suatu tingkatan kebutuhan mengarah
ke kebutuhan diatasnya
menunjukkan adanya dorongan
menuju kebutuhan yang lebih tinggi
sekaligus menjadi syarat utama untuk
bisa bertahan hidup lebih jauh
Aktualisasi
Diri
Harga Diri
1. Menghargai diri sendiri
2. Dihargai oleh orang lain
Belongingness and love needs
Keinginan untuk dimiliki
dan dicintai mencintai
Kebutuhan akan Rasa Aman
keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum,
keteraturan, batas, kebebasan dari takut dan cemas.
Kebutuhan Fisiologis
bersifat homeostatis (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik)
Makan, Minum,
HUMANISTIK CARL RANSOM ROGERS
THE HUMANISTIC APPROACH
Teori kepribadian Rogers (1969) menyatakan
bahwa…
Kita memiliki dorongan/ innate drive (self
actualising tendency) untuk menjadi apa yang
kita inginkan (ideal self), suatu konsep yang
sebagian besar ditentukan melalui pengalaman
kita terhadap dunia dan orang lain
Manusia pada dasarnya positif dan merupakan
makhluk sosial
Arah dari setiap perilaku manusia pada dasarnya
adalah mencapai aktualisasi diri
Manusia kadangkala irasional, tidak sosial,
destruktif pada saat neurotik dan tidak berfungsi
penuh sebagai manusia
STRUKTUR KEPRIBADIAN
Self
Bagian dari medan fenomenal yang terdiferensiasikan
dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian
sadar atas diri sendiri.
Sifat self:
Berkembang dari interaksi dengan lingkungan
Individu berperilaku dengan cara yang selaras/
konsisten dengan self
Pengalaman yang tidak selaras dengan self dianggap
sebagai ancaman
Self mungkin berubah sebagai hasil dari
maturation dan proses belajar
IDEAL SELF
Konsep diri yang individu inginkan untuk dimiliki.
Meliputi: persepsi dan arti yang secara potensial
berhubungan dengan self dan diberi nilai lebih
oleh individu
SELF CONSISTENCY & CONGRUENCE
Manusia berfungsi untuk mempertahankan
konsistensi antara self perceptions dan kongruensi
antara persepsi tentang self dan pengalaman
Lecky: manusia berusaha untuk mempertahankan
struktur self-nya.
Individu mengembangkan sistem nilai,
mengorganisasikan nilai tersebut, dan berfungsi
untuk melestarikan sistem self itu
INCONGRUENCE
Incongruence terjadi jika terdapat pertentangan
antara self yang dirasakan dengan pengalaman
riil.
Contoh: anda merasa sebagai orang yang tidak
memiliki rasa benci, tapi saat ini membenci
seseorang
Jika muncul dan tidak disadari individu, dapat
mengakibatkan ketegangan sehingga individu
rentan akan anxiety
TEORI KOGNITIF SOSIAL
ALBERT BANDURA
KONSEP
Bandura  banyak mengkaji dan meneliti
belajar OBSERVASIONALseseorang belajar
melalui observasi/mengamati
SOSIAL  pikiran dan tindakan manusia
memiliki asal usul yang bersifat sosial.
KOGNITIF  pikiran manusia akan
mempengaruhi motivasi, perasaan dan
tindakan manusia.
LANJUTAN DETERMINISME..
B
P
E
B = Perilaku (behavior)
P = faktor-faktor pribadi internal (kejadian kognitif,
afektif dan biologis)  Personality
E = lingkungan eksternal  Environment
Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari
pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka
pelajari dari aktivitas mengamati perilaku orang lain
PEMBELAJARAN DENGAN MENGAMATI
(OBSERVATIONAL LEARNING)
Belajar  kegiatan pemrosesan informasi tentang
struktur perilaku dan kejadian-kejadian lingkungan
ditransformasikan (diubah) ke dalam representasi
simbolik yang berperan sebagai panduan bagi
perilaku.
Bandura : “tindakan mengamati memberikan ruang
pada manusia untuk belajar tanpa berbuat apapun”
ex: fenomena alam, tumbuhan, tata surya
Teori Kognitif Sosial  manusia belajar dgn
mengamati prilaku orang lain.
Perbedaan pendapat dgn Skinnerpenguatan BUKAN
esensi pembelajaran. Meski penguatan memfasilitasi
pembelajaran tapi bukan syarat utamanya.
Pembelajaran manusia yg utama adalah mengamati
model-model & pengamatan inilah yg terus-menerus
diperkuat.
Dengan mengamati orang lain manusia belajar respon
mana yg diikuti penghukuman atau mana yg tidak
mendapat penguatan
FAKTOR YG MENENTUKAN SESEORANG BELAJAR DARI
SUATU MODEL ATAU TIDAK:
1. Karakteristik model
 Cenderung menyukai model yg statusnya
lebih tinggi, menyukai pribadi yg kompeten
drpd yg tidak & menyukai pribadi yg kuat
drpd lemah
2. Konsekuensi perilaku yg dimodelkan
 Semakin besar nilai yang diberikan
pengamat, makin besar nilai diserap
 Apakah model mendapatkan konsekuensi
negatif? hukuman, kesulitan
PENGONDISIAN OPERANT
BURRHUS FREDERIC SKINNER
TIPE BELAJAR
OPERANT CONDOTIONING
Perilaku beroperasi pada lingkungan
untuk menghasilkan akibat.
Contoh :
belajar tekun  nilai bagus
Memasukkan kunci ke lubang dan
memutar  mesin mobil nyala.
A. PEMBENTUKAN / SHAPING
• Adalah prosedur yg didalamnya peneliti /
lingkungan menilai perilaku secara umum,
kemudian menilai lebih dekat lagi hingga
akhirnya dapat menggarap prilaku yang
diinginkan
• Dilakukan melalui proses penguatan terhadap
pendekatan bertahap (successive
approximation)penguatan berturut-turut
memberi penghargaan bagi tindakantindakan yg semakin dekat dgn target
prilaku yg diharapkan
• Contoh : melatih anak memakai pakaian sendiri.
• Tujuan final anak sanggup mengenakan pakaian dengan
lengkap.
• Tiap proses dipisah menjadi perilaku2 kecil
a. Anak diberi hadiah ketika dapat menekuk lengan siku
dengan benar kearah lengan baju kiri. Setelah mendpt
penguatan beberapa kali hadiah dpt ditahan
b. Jika anak dpt memasukkan seluruh tangan ke lengan baju
dengan cepat maka akan mendpt hadiah.
•
Penguatan tdk mesti diberikan setiap saat anak berhasil
•
Prilaku final dapat dicapai setelah prilaku dipisah menjadi
bagian2 kecil prilaku
B. PENGUATAN / REINFORCEMENT
• Memiliki 2 efek : memperkuat prilaku &
menghargai pribadi yg melakukannya
• Tidak setiap prilaku yg diperkuat mendapat
penghargaan atau membuat pribadi pelakunya
senang.
• Contoh : manusia diperkuat untuk bekerja namun
banyak org yg merasa pekerjaannya
membosankan, tidak berharga dll.
• Penguatan dibagi 2 : yg menghasilkan kondisi
lingkungan yg menguntungkan & menghindarkan
kondisi tidak menguntungkan
PENGUATAN POSITIF / POSITIVE
REINFORCEMENT
Adalah  Stimulus apapun yg ketika
ditambahkan pada situasi tertentu dapat
meningkatkan probabilitas kemunculan prilaku
yg diinginkan.
Contoh : makanan, air bersih, uang, penerimaan
sosial, kenyamanan fisik & psikologis
 karena adanya air bersih seseorang semakin
rajin mandi
TEORI MEDAN
KURT LEWIN
 DINAMIKA KEPRIBADIAN 
A. ENERGI : kekuatan/dorongan yang ada pada
individu yang menyebabkan bergerak atau
bertingkah laku. Jadi kepribadian sebagai
system energi  energi psikis.
B. TENSION : situasi atau keadaan pribadi yang
secara relatif memiliki energi-energi yang
memerlukan penyaluran. Kurt Lewin
mengatakan daerah yang mengalami
tension sebagai sistem tension.
SISTEM TENSION
1. Keadaan tegang pada suatu sistem cenderung utk
menyamakan diri dengan sistem disekitarnya. Sistem
yg punya tegangan tinggi (karena adanya
penumpukan energi) mengalirkan energi ke sekitarnya
yg tegangannya lebih rendah. Kejadian psikologis
penyebab tension disebut PROSES PSIKOLOGIS 
berpikir, mengingat, merasakan, mengamati dsb.
ex: Individu menghadapi masalah  energi
psikis berkumpul  berpikir  seimbang.
2. Bagaimana tension tersebut merata tergantung kuat lemahnya batas antara sistem-sistem itu
(rigidity dan fluidity).
Rigid: kaku / tdk bisa tertembus
ex: lapar tapi harus kuliah  tegang terus
Fluid: batas bisa langsung tertembus
C. NEED / Kebutuhan :
keadaan atau sifat pribadi yang menyebabkan
meningkatnya tension, berupa :
1. kebutuhan fisiologis : haus, lapar, dorongan seks,
dll.
2. Keinginan akan sesuatu, misal : baju, mobil, dll.
3. Keinginan mengerjakan sesuatu, misal : bermain
bola, nonton, dll.
 Jadi need/kebutuhan merupakan motif, keinginan
atau dorongan.
D. VALENSI/valance (=Press-Murray) :
sifat lingkungan psikologis nilai lingkungan
psikologis bagi pribadi. Yaitu tuntutan dari luar, ada 2
:
 A. Positif : lingkungan yang menyebabkan
berkurangnya tension jika pribadi mendekati atau
memasuki daerah tersebut, serta menyebabkan
meningkatnya tension jika pribadi terhambat untuk
menuju ke daerah tersebut.
 contoh : makanan bagi orang yang lapar.
B. Negatif : valensi yang menyebabkan meningkatnya
ketegangan/tension jika pribadi menghampiri atau
mendekati lingkungan tersebut, serta menyebabkan
menurunnya tension jika menjauh, contoh : anjing
bagi orang yang takut anjing.
Jadi valensi positif bersifat menarik dan valensi
negatif bersifat menolak.
“Anjing jadi (-) tergantung P individu”
Download