II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan. Jenis domba di Indonesia menurut Salmena (2003) dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu Domba Ekor Tipis, Domba Ekor Gemuk dan Domba Priangan. Domba diklasifikasikan menurut Heriyadi, dkk. (2002) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata (bertulang belakang) Class : Mamalia (hewan menyusui) Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap) Sub Ordo : Ruminantia (hewan yang memiliki rumen) Family : Caprinae Genus : Ovis Species : Ovis aries Domba Priangan merupakan domba yang berasal dari Jawa Barat dan juga merupakan plasma nutfah asli Jawa Barat. Domba Priangan merupakan hasil perkawinan dari tiga bangsa yaitu Domba Kaapstad, Domba Merino, dan Domba Lokal. Domba Priangan mempunyai ciri-ciri perpaduan antara telinga rubak (mempunyai panjang lebih dari 8cm) 8 dengan tipe ekor ngabuntut beurit atau ngabuntut bagong. Warna sangat beragam dari putih, hitam, coklat, abu-abu dan kombinasi dari warnawarna tersebut. 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Domba Pertumbuhan dan perkembangan pasti akan dialami oleh setiap ternak, dari mulai prenatal (sebelum kelahiran) sampai mencapai dewasa tubuh. Natasasmita (1978) mengatakan pertumbuhan-perkembangan ialah pertumbuhan yang terus menerus tanpa hambatan, mulai dari awal kehidupan sampai mencapai bobot dewasa. Lebih lanjut Sugeng (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah pertambahan bobot badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur dan perkembangan adalah perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh mulai dari embrio sampai dewasa. Spedding juga (1970) mengatakan bahwa pertumbuhan domba berlangsung sejak kelahiran sampai dewasa atau dipotong. Periode pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu periode prenatal atau sebelum lahir dan postnatal atau sesudah lahir pertumbuhan dan perkembangan prenatal dibedakan menjadi tiga periode, yaitu periode ovum, embrio, dan fetus. Pertumbuhan postnatal dapat dibagi menjadi dua periode yaitu sebelum penyapihan dan sesudah penyapihan (Soeparno, 2005). Bentuk kurva pertumbuhan untuk semua ternak adalah sama yaitu mengikuti pola pertumbuhan kurva sigmoid Gambar 2. Laju pertumbuhan mula-mula terjadi sangat lambat, kemudian cepat, selanjutnya berangsur- 9 angsur melambat dan berhenti setelah mencapai kedewasaan tubuh (Tulloh, 1978). Berat Tahun Gambar 2 Kurva Pertumbuhan pada Beberapa Jenis Ternak dan Mamalia (Sumber: Lawrence dan Fowler, 2002) Berdasarkan kurva di atas pada domba umur kurang dari satu tahun mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat sampai dengan umur satu tahun, kemudian pada umur domba satu tahun pertumbuhan akan mengalami perlambatan dan pertumbuhan mulai konstan dan pada umur domba dua tahun sampai dengan delapan tahun pertumbuhan akan mencapai fase perlambatan, dimana pertumbuhan sudah tidak terjadi lagi. pertumbuhan akan konstan. Berbeda dengan pertumbuhan, laju pertumbuhan menurut Wiliams (1982), akan mengalami akselerasi atau 10 percepatan dari konsepsi sampai pubertas, kemudian mengalami deselerasi atau perlambatan hingga menjadi nol bila berat dewasa telah tercapai. Bagian-bagian tubuh akan mengalami perubahan selama pertumbuhan dan perkembangan. Bagian-bagian tubuh akan mengalami pertumbuhan yang berbeda dan mencapai pertumbuhan yang maksimal dengan kecepatan yang berbeda. Bagian tubuh akan mengalami pertambahan berat selama pertumbuhan sampai mencapai kedewasaan (soeparno, 2005). Menurut Anggorodi (1990), pertumbuhan murni mencakup pertumbuhan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat, daging, tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak), dan alat-alat tubuh. Tulang, otot, dan lemak merupakan komponen utama penyusun tubuh. Sesuai dengan pola pertumbuhan tulang akan tumbuh lebih awal dilanjutkan pertumbuhan otot sampai pubertas, kemudian setelah pubertas pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak meningkat (Soeparno, 2005). Selama pertumbuhan, tulang akan tumbuh secara kontinyu dengan laju pertumbuhan yang relatif lambat, sedangkan pertumbuhan otot relatif cepat, sehingga rasio otot dengan tulang meningkat selama pertumbuhan (Berg dan Butterfield, 1976). 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, bobot badan, umur, nutrisi, dan genetik. Individu di dalam suatu bangsa ternak terdapat perbedaan respon terhadap 11 pengaruh linkungan nutrisional, fisis, dan mikrobiologis (Soeparno, 2005), perbedaan respon inilah yang menyebabkan perbedaan kadar laju pertumbuhan dari tiap individu ternak. Konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan menurut soeparno, (2005) konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilakan laju pertumbuhan yang lebih cepat. Perbedaan laju pertumbuhan diantara bangsa dan individu ternak di dalam suatu bangsa disebabkan oleh perbedaan ukuran tubuh, bangsa ternak yang besar akan lahir lebih berat, tumbuh lebih cepat, dan lebih berat sampai mencapai kedewasaan daripada bangsa ternak yang kecil (Williams, 1982). Jenis kelamin akan mempegaruhi laju pertumbuhan. Ternak jantan biasanya tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ternak betina pada umur yang sama (Hammond dll., 1984). Hormon steroid yang terlibat dalam pengaturan pertumbuhan, dan terutama bertanggung jawab atas perbedaan komposisi tubuh antara jenis kelamin jantan dan betina (Soeparno, 2005). 2.4 Non Karkas Bagian-bagian non karkas terdiri dari darah, kepala,kaki, saluran pencernaan, intestine, kantong urin, jantung, trakea, paru-paru, ginjal, kulit, limpha, dan jaringan lemak (Lawrie,2003). Pakan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bagian-bagian non karkas. Menurut Soeparno (1984), domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi tinggi mempunyai jantung, paru-paru, dan ginjal lebih 12 berat daripada domba yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan energi rendah pada kondisi pemeliharaan kandang individu. Perlakuan nutrisi dan spesies pasture pada ternak domba tidak mempengaruhi berat kepala, kaki, dan kulit pada berat tubuh yang sama (Soeparno, 1984). Non karkas dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian internal dan eksternal. Faktor yang mempengaruhi kedua bagian tersebut salah satunya adalah umur, persentase rumen, retikulum, dan omasum akan meningkat dengan bertambahnya umur (Berg dan Butterfield, 1976). Natasaswita (1978), menyatakan bahwa perkembangan yang cepat dari saluran pencernaan terjadi selama kehidupan dini. Pada kepala dan kaki menurut Tobing, dkk (2004) menjelaskan bahwa pertumbuhan kepala dan kaki merupakan bagian tubuh ternak yang masak dini, kedua bagian tersebut mengalami pertumbuhan yang besar pada awal kehidupan, tetapi mengalami penurunan pertumbuhan pada akhir kehidupan. Bagian jantung dan hati menurut Wandrop dan Coombe (1960), menyatakan bahwa persentase bobot hati dan jantung terhadap bobot tubuh anak domba akan semakin menurun pada minggu pertama kehidupan, bobot limpa akan meningkat pada minggu pertama dan selanjutnya akan konstan. Bobot kulit dipengaruhi oleh bobot potong dan umur, bobot potong yang semakin berat akan menghasilkan kulit yang semakin luas. Penelitian Tobing, dkk (2004), menunjukan bahwa bobot kulit dan volume darah pada domba sebanding dengan bobot potongnya. Ternak yang lebih muda akan menghasilkan struktur kulit yang lebih halus dan kompak dibandingkan ternak yang lebih tua. 13 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bagian non-karkas selain umur adalah bangsa dan jenis kelamin. Kedua faktor tersebut hanya mempunyai pengaruh kecil terhadap pertumbuhan non karkas seperti yang diutarakan Jones dkk.(1983) bangsa dan jenis kelamin hanya mempunyai pengaruh yang kecil terhadap pertumbuhan komponen nonkarkas, kecuali kepala dan usus kecil. Adanya pengaruh bangsa terhadap bobot non karkas telah dilaporkan oleh Wood, dkk (1983) pada ternak domba pengaruh bangsa berhubungan dengan genetik tiap bangsa dalam mencapai ukuran dewasa. 14