pembahasan umum - IPB Repository

advertisement
65
PEMBAHASAN UMUM
Pengembangan domba lokal memiliki potensi yang besar khususnya
sebagai produksi daging merah untuk penyangga kebutuhan swasembada daging
sapi yang selama ini masih harus diimpor. Keunggulan domba lokal adalah sifat
prolifik (beranak kembar), relatif lebih tahan terhadap penyakit serta proses
produksi yang relatif lebih cepat, beberapa kelemahan domba lokal yang perlu
dibenahi antara lain performa pertumbuhan, serta kualitas karkas dan daging yang
masih rendah. Karakterisasi domba lokal sangat diperlukan, baik terkait dengan
keragaman
genetiknya
maupun
keragaman
performa
produksi
dan
produktivitasnya.
Performa pertumbuhan domba lokal pada penelitian ini khususnya
pertambahan bobot badan harian terhitung masih rendah, namun variasi
pertumbuhannya cukup beragam. Berdasarkan variasi pertumbuhan yang cukup
tinggi
(37.67 – 169.50 g/ekor/hari), memungkinkan pemanfaatan
program
seleksi baik secara konvensional maupun melalui pendekatan seleksi dengan
bantuan marka DNA.
Gen kalpastatin
(CAST) sebagai salah satu kandidat gen untuk sifat
pertumbuhan dan kualitas karkas diketahui memiliki keragaman yang cukup
tinggi pada populasi domba lokal dengan ditemukannya tiga macam alel (CAST1, CAST-2 dan CAST-3). Jumlah alel tersebut kemungkinan bisa bertambah
jika jumlah sampel dan populasi yang diidentifikasi lebih tersebar lagi. Alel yang
umum ditemukan di populasi adalah CAST-1 dan CAST-2, sedangkan alel
CAST-3 cenderung lebih langka dan hanya ditemukan pada populasi DET dengan
frekuensi yang cukup rendah (4.2%). Berdasarkan analisis hubungan antara
keragaman gen CAST dengan performa pertumbuhan diperoleh hasil bahwa
genotipe CAST-23 dan CAST-33 yang membawa alel CAST-3 nyata memiliki
pertambahan bobot badan yang relatif lebih tinggi dibanding genotipe lainnya.
Hubungan positif keragaman gen CAST terhadap perbedaan pertambahan
bobot badan harian pada domba lokal menunjukkan bahwa alel gen CAST
khususnya alel CAST-2 dan CAST-3 atau kombinasinya (genotipe CAST-23)
kemungkinan
potensial
untuk
digunakan
sebagai
marker
seleksi
guna
66
mendapatkan domba yang cepat tumbuh, yang implikasinya pada usaha
penggemukan domba adalah peningkatan efisiensi usaha yang berasal dari margin
pertumbuhan domba yang lebih cepat dengan lama penggemukan yang relatif
lebih singkat untuk menghasilkan domba dengan bobot akhir (bobot potong)
yang sama.
Alel CAST-3 kemungkinan merupakan alel yang potensial dan terkait
dengan sifat pertumbuhan pada domba lokal, namun karena frekuensinya yang
relatif rendah dalam populasi maka verifikasi lebih lanjut untuk sifat karkas dan
dagingnya tidak dapat dilakukan. Rendahnya frekuensi alel CAST-3 dalam
populasi kemungkinan akibat seleksi negatif, ternak-ternak dengan performa
unggul ini kemungkinan banyak terjual atau dipotong.
Keragaman gen CAST yang diidentifikasi tidak mempengaruhi sifat
kualitas daging khususnya keempukan (tenderness) pada domba lokal.
Kalpastatin mengontrol kualitas daging khususnya keempukan pasca pemotongan
(postmortem) melalui pengaturan aktivitas enzim kalpain yang mengontrol proses
degradasi protein miofibril. Keempukan daging dapat pula dipengaruhi oleh
kandungan lemak dalam daging khususnya lemak intramuskuler. Beberapa
penelitian terkait dengan polimorfisme gen-gen pengontrol lemak seperti gen
FABP4 (Xu et al. 2011) dan DGAT1 (Xu et al. 2008) menunjukkan hubungan
positif antara variasi gen-gen tersebut dengan kandungan lemak intramuskuler
yang terkait dengan sifat keempukan pada daging domba. Penelitian ini
merupakan langkah awal dalam mengkarakterisasi sifat kualitas daging pada
domba lokal, sehingga potensi untuk mengidentifikasi gen-gen potensial lain yang
terkait dengan kualitas daging masih terbuka.
Proporsi dan distribusi komponen karkas seperti daging, lemak dan tulang
adalah faktor utama penentu kualitas karkas. Hasil menunjukkan bahwa CAST-22
memiliki proporsi daging yang lebih bagus hampir di semua potongan utama
karkas, dengan perlemakan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan CAST11, namun tidak berbeda dengan CAST-12. Umumnya pada beberapa negara
termasuk Indonesia, konsumen lebih memilih karkas yang lebih ringan
dibandingkan
karkas yang lebih berat.
Hal tersebut terkait dengan sifat
komponen karkas, bahwa karkas yang lebih berat cenderung memiliki perlemakan
67
yang lebih tinggi, sebaliknya karkas yang lebih ringan umumnya memiliki indeks
perdagingan yang lebih bagus dengan kandungan lemak yang lebih rendah (Macit
2002).
Implikasi hasil dengan pengembangan sistem produksi dan perbibitan
pada domba lokal dapat ditempuh dengan pengembangan sistem produksi yang
fleksibel. Sistem produksi yang fleksibel dalam artian bahwa jika ingin
memproduksi domba dengan proporsi daging dalam karkas yang lebih tinggi
maka domba yang membawa genotipe CAST-22 lebih menguntungkan untuk
diproduksi, namun jika menginginkan karkas domba yang lebih berat dengan
perlemakan tertentu maka domba lokal dengan genotipe CAST-11 yang akan
lebih menguntungkan untuk diproduksi. Upaya untuk mengurangi perlemakan
pada daging domba mungkin dapat meningkatkan efisiensi produksi serta persepsi
konsumen akan makanan yang lebih sehat, namun lemak pada daging domba
sangat terkait dengan sifat kualitas daging seperti keempukan dan juiciness
(Lambe et al. 2009).
Aplikasi hasil di lapangan khususnya usaha perbibitan domba baik yang
ada di masyarakat peternak maupun milik pemerintah dapat diterapkan melalui
sinergi program seleksi
dengan hasil yang diperoleh saat ini. Kendala yang
dihadapi pada saat ini adalah masih terbatasnya usaha perbibitan atau lembaga
yang khusus menekuni perbibitan domba di Indonesia belum berkembang, namun
melalui sinergi dengan usaha penggemukan yang saat ini cukup berkembang
dapat dilakukan introduksi teknologi seleksi untuk peningkatan akurasi metode
seleksi yang selama ini hanya berbasis pada pengalaman (indigenous knowledge)
berdasarkan nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Penerapan lebih
jauh dapat pula dilakukan pada unit Village Breeding Centre (VBC) yang saat ini
banyak tersebar di perdesaan. Namun, aplikasi di VBC harus didukung dengan
pelaksanaan Good Breeding Practice yang meliputi pencatatan (recording),
seleksi dan kontrol inbreeding. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan
adalah manajemen pencatatan (recording) yang benar sehingga aplikasi teknologi
MAS di lapangan dapat lebih efisien dan efektif.
68
Penelitian lanjutan yang dapat dilakukan berbasis hasil penelitian ini
antara lain uji penerapan MAS berdasarkan marka gen CAST yang diketahui
memiliki hubungan positif dengan sifat pertumbuhan dan kualitas karkas. Aplikasi
tersebut dapat dimulai dengan seleksi dan perbanyakan individu domba yang
membawa alel langka atau alel yang diinginkan melalui pola perkawinan yang
didesain khusus atau melalui aplikasi bioteknologi reproduksi. Bioteknologi
reproduksi seperti inseminasi buatan (IB) maupun embrio transfer meskipun
belum umum dilakukan pada domba namun dapat menjadi alternatif teknologi
untuk mempercepat intrograsi alel gen CAST yang diinginkan.
Download