draft dokumen

advertisement
DRAFT DOKUMEN
MEMORANDUM PROGRAM SEKTOR SANITASI
KOTA SEMARANG
TAHUN 2011
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pembangunan sanitasi bagi mayoritas pemerintah daerah di Indonesia hingga saat ini belum
menjadi prioritas. Sanitasi masih jauh di bawah program lain seperti pendidikan atau kesehatan.
Posisi sanitasi dalam skala prioritas masih jauh di bawah program lain, bahkan dapat disebut
sebagai program pinggiran.
Indikasi dari minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan sektor sanitasi
antara lain masih minimnya anggaran sektor tersebut. Dalam APBD kabupaten/kota, sektor
sanitasi masih mendapatkan alokasi anggaran di bawah angka satu persen dari total APBD.
Kondisi tersebut mengakibatkan pembangunan sektor sanitasi mengalami ketertinggalan jika
dibandingkan dengan sektor yang lain. Bahkan kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan
kerugian anggaran pemerintah. Angka kerugian akibat sanitasi buruk secara nasional setiap tahun
mencapai Rp 56 Triliun. Nilai tersebut adalah anggaran yang dibelanjakan untuk biaya pengobatan
akibat merebaknya penyakit akibat sanitasi buruk.
Kota Semarang sebagai salah satu Kota Metropolitan bertekad untuk memperbaiki kondisi
sanitasi kota. Tekad tersebut dibuktikan dengan bergabung dengan program Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang telah dimulai tahun 2010. Keterlibatan dalam
PPSP ditindaklanjuti dengan pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan
Lingkungan (AMPL). Pokja AMPL bertugas menyusun dokumen perencanaan pembangunan
sanitasi jangka menengah. Dokumen tersebut adalah Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi
Sanitasi Kota (SSK).
Keterlibatan Kota Semarang dalam PPSP juga seiring dengan program “Waktunya
Semarang Setara” yang digagas Walikota Soemarmo dan Wakil Walikota Hendi Hendar Prihadi.
Dalam masa kepemimpinan 2010-2015, salah satu program sanitasi menuju realiasasi Semarang
Setara adalah penanganan masalah rob dan banjir. Karena itu diharapkan, dengan adanya dokumen
perencanaan sanitasi yang dihasilkan Pokja AMPL yang seiring dengan program Walikota
tersebut, kondisi sanitasi di Kota Semarang dalam lima tahun ke depan akan semakin membaik.
II. TUJUAN DAN SASARAN
Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) adalah suatu dokumen perencanaan yang
berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota. Guna
menghasilkan strategi sanitasi kota sebagaimana tersebut di atas, maka diperlukan suatu kerangka
kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi penyusunan strategi sanitasi kota dengan tujuan agar
strategi sanitasi kota tersebut memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan.
Kerangka kerja strategi sanitasi kota Semarang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Strategi Sanitasi Kota Semarang. Kerangka kerja sanitasi ini merupakan salah satu produk yang
dihasilkan oleh kelompok kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.
Maksud dari penyusunan Memorandum Program Sektor Sanitasi adalah tersusunnya
dokumen rencana strategis pembangunan sanita kota 5 tahunan sektor sanitasi yang dapat
digunakan sebagai rujukan bagi pemerintah kota dan pihak terkait dalam pelaksanaan
pembangunan sanitasi yang komprehensif pada tingkat kota.
Tujuan dari penyusunan dokumen Memorandum Program Sektor Sanitasi adalah:
a. Tujuan Umum
Memorandum Program Sektor Sanitasi sebagai pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun
2010 sampai dengan tahun 2015.
b. Tujuan Khusus
1. Memorandum Program Sektor Sanitasi ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan
pembangunan Sanitasi Kota Semarang selama 5 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan
tahun 2015.
2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan
sanitasi.
3. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak
swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan
sanitasi daerah Kota Semarang.
III.
LANDASAN HUKUM
1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan
Ekosistemnya.
2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
3 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.
5 Undang-undang No 25 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Nasional.
6 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang nomor 12 tahun 2008 tentang
Perubahan kedua atas Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
7 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah
Pusat dan Daerah.
8 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.
9 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
10 Undang-Undang No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.
11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Jalan.
12 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
13 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman.
14 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
15 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian
Alam.
16 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
17 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
18 Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri.
19 Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri.
20 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan Dalam Wilayah
Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang.
21 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan
Hidup.
22 Peraturan Daerah Kota Semarang No 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Tata Kerja
Dinas Daerah Kota Semarang.
23 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Semarang Tahun 2010 – 2015.
24 Keputusan Walikota Semarang
Nomor 602/274 tanggal 1 Juli 2000 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kodya Dati II Semarang No 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan
di dalam Wilayah Kota Semarang.
25 Peraturan Walikota Semarang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan
Kawasan Terbatas Rokok.
26 Keputusan Walikota Semarang Nomor 660/112 tanggal 20 Mei 2009 tentang pembentukan
Kelompok Kerja (Pokja) Indonesian Sanitation Sector Development Programe (ISSDP) Kota
Semarang.
27 Keputusan Walikota Semarang Nomor 050/059 tanggal 5 Maret 2010 tentang Pembentukan
Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kota Semarang.
IV.
KEDUDUKAN MEMORANDUM PROGRAM SEKTOR SANITASI (MPSS) DALAM
PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERKOTAAN
Penyusunan Program Memorandum Pembangunan Sanitasi Kota Semarang yang diharapkan
dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kota, secara spesifik sesuai
dengan karakteristik dan potensi individual kota sehingga mampu
mendorong pembangunan
ekonomi lokal, penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai
dengan kebutuhan nyata. Karena merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen
perencanaan terkait dengan sektor sanitasi dari berbagai Kementrian / Lembaga, maka secara
struktural Memorandum Program juga merupakan terminal “expenditure plan” dari seluruh
instansi terkait tersebut dalam
penganggaran pendanaan, baik
dalam tingkatan Kota/Kab,
Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya.
Memorandum Program merupakan terminal dari seluruh dokumen perencanaan pembangunan
jangka menengah sektor sanitasi di tingkat kota/kabupaten yang meliputi sub-sektor Air Limbah,
sub-sektor Persampahan, sub-sektor Drainase dan Higiene (ditambahkan untuk air bersih).
Memorandum Program disusun oleh Pemerintah Kota/Kabupaten, dengan mengacu pada kondisi
dan permasalahan yang ada, yang merupakan hasil suatu konsolidasi dan integrasi keluaran proses
perencanaan, tidak hanya SSK tetapi juga rencana investasi dalam RPIJM Bidang Keciptakaryaan
dan dokumen perencanaan lainnya dari berbagai SKPD. Memorandum Program ini akan menjadi
dasar bagi Pemerintah Kota dalam melaksanakan strategi pembangunan sektor sanitasi.
•Kampanye,
edukasi,
advokasi dan
pendampingan
Tahap 1
Tahap 2
•Pengembangan
Kelembagaan
dan Peraturan
Tahap 6
Tahap 4
•Penyusunan
Rencana Strategis
(SSK)
•Penyusunan
Memorandum
Program
Tahap 3
Gambar 1.1. Tahapan PPSP
•Implementasi
Tahap 5
•Pemantauan,
Pembimbingan,
Evaluasi, dan
Pembinaan
Sumber :
Gambar 1.2. Kedudukan Dokumen MPSS dalam PPSP
V. RUANG LINGKUP MPSS
Ruang lingkup Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kota Semarang ini meliputi
Sektor Air Limbah, Sektor Drainase, Sektor Persampahan. Kegiatan untuk masing masing sektor
disusun selama tahun 2010 – 2015 sesuai dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM), yang dijabarkan dalam kegiatan atau program tahunan.
VI.
METODE PENYUSUNAN MPSS
Metode penyusunan Memorandum Program Sektor Sanitasi
 Studi dokumen dan analisa data sekunder
 Pengamatan secara langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi nyata.
 Wawancara mendalam kepada narasumber kunci.
 Diskusi kelompok terfokus dengan pihak terkait untuk mendapatkan hasil analisa secara lebih
luas.
 Analisis SWOT dan matriks rangking isu prioritas
Proses penyusunan Memorandum Program Sektor Sanitasi terdiri dari beberapa tahapan yang
tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kota saat ini yang dirupakan dalam suatu
dokumen Buku Putih Sanitasi Kota yang di dalamnya menggambarkan kondisi pengelolaan
sektor sanitasi untuk belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang tidak
diinginkan.
2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan ke dalam dokumen
strategi Sanitasi Kota (SSK) berupa Visi dan Misi Sanitasi Kota dan Tujuan serta Sasaran
Pembangunan Sanitasi Kota.
3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini denan kondisi yang diinginkan untuk
mengidentifikasi di mana kekuatan, kelemahan, tantangan/ancaman serta peluang Kota
Semarang dalam melangkah untuk mengatasi mencapai Visi dan Misi Sanitasi Kota Semarang
2015.
4. Merumuskan Strategi Sanitasi Kota yang menjadi basis penyusunan Program dan Kegiatan
Pembangunan Sanitasi Kota Jangka Menengah (5 tahunan) yang dituangkan dalam rencana
kegiatan tahunan.
VII. SISTEMATIKA DOKUMEN
Dokumen ini terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu:
Bab 1. Pendahuluan
Menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan Draft MPSS, landasan
hukum, metode penyusunan dan sistematika dokumen.
Bab 2. Kerangka Logis Pembangunan Sanitasi Kota Semarang
Berisi tentang kerangka logis pembangunan sanitasi kota untuk masing-masing sub-sektor air
minum, air limbah, persampahan, drainase dan aspek higienis.
Bab 3. Konsolidasi Program dan Kegiatan
Berisi uraian tentang metode konsolidasi, proses dan hasil konsolidasi, serta program prioritas
Kota Semarang.
Bab 4. Studi dan Desain Lanjutan
Berisi uraian dari kebutuhan studi dan desain lanjutan yang diperlukan sehubungan dengan
pencapaian sasaran dan target pembangunan sanitasi kota.
Bab 5. Rencana Implementasi
Berisi uraian yang berkaitan dengan perencanaan program, pengelolaan program, rencana
anggaran dan sumber pendanaan / pembiayaan, dan rencana jadwal Pelaksanaan.
Bab 6. Rekomendasi dan Tindak Lanjut
Berisi mengenai rekomendasi dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan Kota Semarang.
BAB II
KERANGKA KERJA LOGIS PEMBANGUNAN SANITASI
2.1. Umum
Kota Semarang terletak antara garis 6º 50’ - 7º 10’ LS dan garis 109º 50’ 110º 35’ BT, secara administratif Kota Semarang dibatasi oleh:
Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Selatan
: Kabupaten Semarang
Sebelah Barat
: Kabupaten Kendal
Sebelah Timur
: Kabupaten Demak
Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 – 348 meter di atas permukaan
laut. Secara administratif Kota Semarang terdiri atas 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan.
Luas wilayah Kota Semarang adalah 373,70 Km2. Berikut ini adalah pembagian
wilayah di Kota Semarang beserta luas lahan yang dimiliki masing-masing wilayah,
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Administrasi Kota Semarang
Sumber : Revisi RTRW Kota Semarang
Kota Semarang memiliki karakteristik topografi yang unik berupa daerah
pantai dan daerah perbukitan. Elevasi topografi berada di ketinggian 0,75 m sampai 350
m di atas permukaan laut. Kondisi topografi menciptakan potensi panorama yang indah
dan ekosistem yang beragam.
Ketinggian Kota Semarang berkisar 0,75 - 348 meter di atas permukan laut.
Ketinggian 0,75 – 90,5 meter termasuk dalam kawasan Pusat Kota Semarang (Dataran
Rendah Semarang Bagian Utara) yang diwakili oleh titik tinggi di daerah Pantai
Pelabuhan Tanjung Mas, Simpang Lima, Candibaru. Sedangkan ketinggian 90,5 – 348
meter terletak pada daerah pinggir Kota Semarang, yang terbesar di sepanjang arah
mata angin yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel,
Semarang Selatan, Tugu, Mijen dan Gunungpati.
1. Kondisi Topografi Kota Semarang terdiri :
a.
Dataran pesisir pantai
: 1 % dari luas wilayah total dengan ketinggian wilayah
0 – 0,75 meter dpl.
b.
Dataran rendah
: 33% dari luas wilayah total dengan ketinggian wilayah
0,75 – 5 meter dpl.
c.
Dataran tinggi
: 66% dari luas wilayah total dengan ketinggian wilayah
5 – 348 meter dpl.
2. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu :
a. Lereng I (0-2 %), luasan wilayah Kota Semarang dengan kelerengan sebesar 02% adalah sebesar 16574,6 Ha (43%). Sebaran wilayah dengan tingkat
kelerengan ini sebagian besar berada meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan,
Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu serta sebagian wilayah
Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen.
b. Lereng II (2-15 %), dengan luas wilayah sebesar 14.090,5 Ha (37%). Wilayah di
Kota Semarang dengan tingkat kelerengan ini meliputi Kecamatan Semarang
Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan.
c. Lereng III (15-40 %), meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo
(Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah Kecamatan Mijen (daerah
Wonoplumbon), sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan
Candisari dengan luas keseluruhan sebesar 7050,8 Ha (18 %).
d. Lereng IV (> 40 %) meliputi sebagian wilayah Banyumanik (sebelah tenggara),
dan sebagian wilayah kecamatan Gunungpati, terutama disekitar kali Garang
dan Kali Kripik yang memiliki keseluruhan luasan sebesar 766,7 Ha (2%).
Ketinggian Kota Semarang yang bervariasi ini menjadikan pemanfaatan
bagian atas Kota Semarang harus berhati-hati, dan lebih difungsikan sebagai daerah
konservasi untuk melindungi Kota Semarang bagian bawah.
Gambar 2. Prosentase Luas Lahan Berdasarkan Kelerengannya di Kota
Semarang
3% area yang harus hatihati dalam
pemanfaatannya
3% 3%
16%
78%
landai
agak curam
curam
sangat curam
Sumber : Kota Semarang Dalam Angka, 2008
Dengan demikian secara umum kriteria kemiringan lereng di Kota Semarang
dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kemiringan lereng
yang datar dan landai, yaitu seluas 29.190,52 Ha (sekitar 78,11%), agak curam seluas
6.080,18 Ha (16,7%), curam seluas 1138,80 Ha (3,05%) dan terjal/sangat curam seluas
960,50 Ha (2,57%).
Kota Semarang memiliki iklim tropis dengan dua jenis musim, yaitu musim
kemarau dan musim penghujan yang memiliki siklus bergantian selama lebih kurang
enam bulan. Menurut data Dinas Meteorologi dan Geofisika pada umumnya hujan di
Kota Semarang turun pada bulan Desember sampai Mei, sedangkan antara bulan Juni
sampai November merupakan musim kemarau. Kondisi curah hujan berkisar antara
1500 mm per tahun sampai 3000 mm per tahun. Antara tahun 1963 sampai dengan 1995
curah hujan efektif konstan, yaitu rata-rata 2398,76 mm per tahun. Sedangkan rata-rata
hari hujan per bulan pada tahun 2008 adalah 117 hari dengan jumlah curah hujan 7929
mm. Temperatur udara kota ini berkisar antara 25,80 oC sampai dengan 29,30 oC,
kelembaban udara rata-rata berkisar dari 62 % sampai dengan 84 %. Arah angin
sebagian besar bergerak dari arah tenggara menuju barat laut, dengan kecepatan ratarata berkisar antara 5,7 km/jam. Pada tahun 2008 temperatur udara rata-rata 33 oC,
sehingga Kota Semarang secara umum dikatakan bersuhu udara panas. Untuk intensitas
panas Matahari di Kota Semarang berkisar 5 – 10,5 jam / hari dengan penyinaran
minimum rata-rata 5 jam / hari bila musim hujan dan maksimum 10,5 jam / hari.
Struktur geologi Kota Semarang terdiri tiga bagian yaitu struktur joint (kekar),
patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai
porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen,
sehingga mudah bergerak atau longsor. Pada daearah aliran sungai Kaligarang
merupakan patahan Kaligarang yang membujur arah utara sampai selatan di sepanjang
Kaligarang yang berbatasan dengan bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante
ke arah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang
memotong formasi Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante,
dan pelurusan Kaligarang serta beberapa mata air di Bendan Duwur. Daerah patahan
lainnya adalah Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya dengan arah patahan melintas
dari utara ke selatan. Sedangkan pada wilayah Kota Semarang yang berupa dataran
rendah memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam.
Adapun karakteristik persebaran struktur geologi di Kota Semarang adalah :
1. Bagian utara sebagian besar ditutupi oleh endapan permukaan yang merupakan
alluvium hasil pembentukan delta Kaligarang. Terdiri dari lapisan pasir, lempung,
kerikil.
2. Bagian selatan memiliki lapisan litologi breksi dan lava andesit, termasuk ke dalam
endapan vulkanik.
3. Daerah perbukitan (Srondol Wetan, Banyumanik, dan sekitarnya terdiri dari lapisan
batuan breksi vulkanik dengan sisipan lava batu pasir tufa dan tanah berwarna
merah dengan ketebalan 50-200meter.
4. Pembagian tingkat permeabilitas tanah berdasarkan jenis litologi ialah sebagai
berikut :
a.
Sebagian wilayah kecamatan Semarang Selatan, Semarang Barat, Gunungpati,
dan Mijen dan kondisi tidak permabel (kedap) dengan nilai antara 0,04-87,5
liter/m2/hari.
b.
Sebagian wilayah Tugu, Mijen, Semarang Timur dan Genuk mempunyai tingkat
permeabilitas rendah dengan nilai antara 4-2.037 liter/m2/hari.
c.
Sebagian wilayah Genuk, Semarang Tangah, Semarang Utara, Semarang Barat
dan Tugu mempunyai tingkat permeabilitas dengan nilai antara 4.037-122.000
liter/m2/hari.
d.
Wilayah Kecamatan Mijen, Gunungpati dan Semarang Selatan mempunyai
permeabilitas tinggi dengan nilai antara 8.149-203.735 liter/m2/hari.
Permasalahan dalam hidrologi Kota Semarang adalah debit saluran dan sungai
di kota bagian bawah tidak sebanding dengan volume air. Semakin banyak daerah
terbangun pada daerah tangkapan air, dan semakin banyak curah hujan akan
mempengaruhi kecepatan aliran air (run off) sehingga debit air pada sungai-sungai
tersebut semakin besar. Kesesuaian debit dengan dimensi saluran berpengaruh terhadap
luasnya daerah genangan di Kota Semarang bagian bawah. Adanya sungai yang
mengalami penyempitan dan sedimentasi serta kurangnya drainase dibandingkan
dengan lahan terbangun merupakan faktor penyebab terjadinya banjir ataupun genangan
di Kota Semarang bagian bawah di musim penghujan. Berdasarkan kondisi masingmasing wilayah, maka kondisi Hidrologi di Kota Semarang secara lebih detail dapat
diuraikan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.1
Geohidrologi berdasarkan keadaan wilayah
per Kecamatan di Kota Semarang
Kecamatan Semarang memiliki persediaan air rata-rata cukup
Tengah
baik.
Kedalaman sumber air dangkal / sumur berkisar antara
5-10 meter; beberapa wilayahnya dekat dengan kawasan
pantai perlu mewaspadai adanya intrusi air laut yang
masuk pada wilayah daratan; kawasan yang berbatasan
dengan Kali Banger (Kelurahan Purwodinatan), kondisi
air permukaan cukup berlimpah, tetapi juga rawan
terhadap genangan air
Kecamatan Semarang Rata-rata kedalaman permukaan air dangkal / sumur
Timur
antara 5-10 meter, beberapa wilayah yang berbatasan
dengan Sungai Banjir Kanal Timur termasuk daerah
yang cukup subur karena ketersediaan air cukup
berlimpah (Kelurahan Kemijen, Rejomulyo, Mlatiharjo,
Mlatibaru dan Bugangan), perlu penghijauan untuk
peresapan di sepanjang kawasan tepi sungai.
Kecamatan Semarang Rata-rata kedalaman permukaan air dangkal / sumur
Selatan
antara 5-10 meter, beberapa wilayah yang berbatasan
dengan Sungai Banjir Kanal barat termasuk daerah yang
cukup subur karena ketersediaan air cukup berlimpah
(Kelurahan Bulustalan dan Barusari), terancam bahaya
bencana banjir bandang yang merupakan kiriman dari
daerah atas (Kabupaten Semarang).
Kecamatan
Termasuk kawasan perbukitan dengan karakteristik
Gajahmungkur
ketersediaan air berkurang pada musim kemarau, tetapi
sebaliknya, debit dan aliran air cukup tinggi pada
musim penghujan, rata-rata kedalaman air tanah dan
permukaan air dangkal mencapai 10-20 meter, memiliki
potensi daerah Genangan dengan luas genangan
mencapai 1-25 Hektar (Kelurahan Petompon, Bendan
Ngisor dan Karangrejo).
Kecamatan Candisari
Rata-rata kedalaman air tanah dan permukaan air
dangkal
mencapai
10-20
meter,
potensi
daerah
Genangan dengan luas genangan mencapai 1-25 Hektar
(Kelurahan Kaliwiru).
Kecamatan Semarang Termasuk daerah Akuifer Produktif dengan Penyebaran
Utara
Luas mencapai 5-10 liter/detik (Kelurahan Tanjung
Mas, Bandarharjo dan Kuningan), memiliki akuifer
produktif Tinggi yang mencapai lebih dari 10 liter/detik
sangat berpotensi mengakibatkan timbulnya genangan
air laut / rob, kedalaman sumur rata-rata 3-10 meter,
daerah genangan / rob dengan ketinggian rata-rata
20-60 cm, dengan lama genangan 2,5-7 jam, penetrasi
air laut mencapai 11-15 meter, pada jarak 3,5 Km dari
garis pantai, kedalaman air payau 1-10 meter pada jarak
3,5 Km dari garis pantai.
Kecamatan Semarang Termasuk kawasan dengan Akuifer Produktif Sedang,
Barat
dengan penyebaran luas mencapai 5 liter/detik, daerah
yang dekat ke arah pantai / laut muncul daerah
genangan air pasang laut / rob dengan ketinggian ratarata 20-60 cm, dengan lama genangan 2,5-7 jam
Kecamatan Genuk
Termasuk kawasan dengan Akuifer Produktif Sedang,
dengan
penyebaran
luas
mencapai
5
liter/detik,
beberapa tempat (Kelurahan Terboyo Kulon, Terboyo
Wetan
dan
genangan
Trimulyo)
dan
rob
sangat
dengan
berpotensi
ketinggian
terjadi
genangan
mencapai 0,5-1 meter dan lama genangan mencapai 1-2
hari, kawasan sepanjang tepi Sungai Banjir Kanal
Timur sumber air berkurang akibat terjadi pendangkalan
dasar sungai karena endapan dan sedimentasi, serta
terjadi penyempitan sungai karena perkerasan dan
sedimentasi,
genangan yang berasal dari luapan air
sungai Banjir Kanal Timur di bagian hilir yang menuju
ke laut, karena rendahnya derajat kemiringan sungai
terhadap permukaan air laut, sehingga aliran sungai
terhambat masuk ke laut dan meluap ke arah daratan,
posentase daerah Catchment Area pada Daerah Aliran
Sungai semakin berkurang.
Kecamatan
Termasuk kawasan dengan Akuifer Produktif Sedang,
Gayamsari
dan tinggi dengan Penyebaran Luas mencapai 5-10
liter/detik, potensi air Tanah sangat tinggi, rawan
genangan air, dengan tinggi genangan antara 0,5-1
meter dan lama genangan mencapai 1-2 hari.
Kecamatan
Termasuk kawasan dengan Akuifer Produktif Sedang,
Pedurungan
dan tinggi dengan penyebaran luas mencapai 5-10
liter/detik, potensi air tanah sangat tinggi, rawan
genangan air terutama di Kelurahan Plamongansari
akibat aliran Sungai Pengkol.
Kecamatan
Termasuk daerah sumber mata air dengan ketersediaan
Tembalang
air cukup tinggi, termasuk dalam aliran Sungai Kali
Ketekan, Hulu Kali Pengkol, Kali Watuanak dan Kali
Durga Dewi.
Kecamatan
Termasuk daerah sumber mata air dengan ketersediaan
Banyumanik
air cukup tinggi, termasuk dalam aliran Sungai Kali
Ketekan, Hulu Kali Pengkol, Kali Watuanak dan Kali
Durga Dewi.
Kecamatan
Termasuk dalam arah aliran air Sungai Kreo, Kali
Gunungpati
Kripik dan Kaligarang, terdapat beberapa DAM, yaitu
DAM Sigotek, DAM Jinunjung, DAM Gandhu dan
DAM Kripik, fluktuasi air sangat tinggi, sebagai sumber
mata air dan termasuk daerah kawasan konservasi air
bagi wilayah Semarang bagian bawah, kedalaman muka
air tanah berkisar antara 2,5-15 meter.
Kecamatan Mijen
Termasuk dalam arah aliran air Sungai Kreo, Kali
Blorong, Kali Joho dan Kali Palapa, fluktuasi air
tergantung musim, run off air cukup tinggi, beberapa
tempat (Kelurahan Ngadirgo dan Bubakan) kedalaman
air tanah mencapai lebih dari 50 meter.
Kecamatan Ngaliyan
Termasuk dalam arah aliran air Sungai Beringin,
potensi bahaya terhadap luapan air sungai, kedalaman
air tanah antara 15-30 meter.
Kecamatan Tugu
Dilalui aliran Sungai Kali Mangkang, Kali Beringin,
Kali Tambakromo dan Kali Delik, bahaya luapan air
sungai dan tambak pada daerah yang berdekatan dengan
kawasan pantai.
Sumber: Revisi RTRW Kota Semarang
Pembangunan sanitasi Kota Semarang diharapkan berkontribusi dalam pencapaian visi misi kota yang
telah disusun oleh Pemerintah Kota Semarang (2010 – 2015) dan pencapaian visi misi sanitasi yang
telah disusun oleh Tim Sanitasi Kota (2010) sebagai berikut:
Visi dan Misi Kota Semarang
(Dalam RPJMD Tahun 2010 – 2015)
Visi Misi Sanitasi Kota Semarang
(Dalam Strategi Sanitasi Kota (SSK))
”TERWUJUDNYA
SEMARANG
KOTA
PERDAGANGAN DAN JASA, YANG BERBUDAYA
MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA “
“
TERWUJUDNYA
LINGKUNGAN
KOTA
SEMARANG YANG TERTATA, SEIMBANG,
BERSIH DAN SEHAT MENUJU MASYARAKAT
SEJAHTERA”
MISI SANITASI KOTA SEMARANG :
1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat pada budaya
hidup bersih dan sehat melalui kegiatan sosialisasi
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
2. Mewujudkan ruang lingkungan yang lebih tertata
dan seimbang melalui penataan ruang.
3. Meningkatkan infrastruktur sarana dan prasarana
air minum dan sanitasi dengan memprioritaskan
program air minum dan sanitasi.
4. Melaksanakan
pembinaan
kelembagaan
pengelolaan air minum dan sanitasi dengan
pelatihan.
5. Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia
usaha dalam membangun dan mengembangkan
sistem pembiayaan sanitasi yang terpadu dengan
pelibatan partisipasi masyarakat dan program
tanggungjawab sosial perusahaan.
6. Melaksanakan pendidikan sanitasi dan PHBS sejak
usia dini melalui kurikulum di sekolah.
7. Melaksanakan kegiatan sosialisasi sanitasi melalui
media massa.
MISI KOTA SEMARANG :
1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat
Kota Semarang yang berkualitas
2. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan
efisien, meningkatkan kualitas pelayanan publik, serta
menjunjung tinggi supremasi hukum
3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah
4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur
yang berkelanjutan
5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera
(Sumber : RPJMD Kota Semarang Tahun 2010-2015)
Dalam menjelaskan kerangka kerja logis tiap-tiap sektor sanitasi dijelaskan dari tujuan, sasaran dan
tahapan pencapaian program masing-masing sektor sanitasi.
2.2. Air Limbah
Tujuan secara umum dalam penyusunan memorandum program pada sektor air
limbah adalah sebagai berikut :
1.
Menyediakan sarana dan prasarana air limbah yang berwawasan lingkungan
bagi masyarakat sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.
2.
Memastikan pengutamaan penerapan teknologi air limbah domestik yang ekonomis
sehingga dapat mencakup pelayanan air limbah yang luas.
3.
Mewujudkan pembangunan sanitasi yang partisipatif sehingga menumbuhkan
kesadaran masyarakat terhadap sanitasi.
4.
Menerapkan SPM untuk layanan air limbah domestik sehingga terwujud
pelayanan bidang air limbah yang optimal.
Sasaran :
1. Meningkatnya pengetahuan personil Dinas Kebersihan Pertamanan, BLH, dan Dinas Tata
Kota & Permukiman dan Kelompok Swadaya Masyarakat tentang pilihan teknologi
pengelolaan air limbah disesuakan dengan kondisi lingkungan setempat yang sesuai
geografinya pada akhir tahun 2015.
2. Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT dari 82 m3 per bulan menjadi 150
m3 per bulan pada tahun 2015.
3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana air limbah dengan sistem terpusat
(offsite) dan setempat (onsite) dari dari 58% menjadi 63% pada akhir tahun 2015”.
4. Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABs) dari 10% menjadi 0% pada
tahun 2015.
5. Tersedianya peraturan daerah tentang pengelolaan air limbah domestik pada tahun
2015.
Tahapan Pencapaian :
No.
Sasaran
1.
Meningkatnya pengetahuan
personil Dinas Kebersihan
Pertamanan, BLH, dan Dinas
Tata Kota & Permukiman dan
Kelompok Swadaya Masyarakat
tentang pilihan teknologi
pengelolaan air limbah
disesuakan dengan kondisi
lingkungan setempat yang sesuai
geografinya pada akhir tahun
2015
2.
Meningkatnya volume lumpur
tinja yang masuk
2011
2012
2013
2014
2015
82 m3
90m3
95m3
100 m3
150 m3
Meningkatnya akses
58 %
masyarakat terhadap sarana air
limbah dengan sistem offsite
dan onsite dari dari 58%
menjadi 63% pada akhir tahun
2015”.
Berkurangnya praktek buang air 9 %
besar sembarangan (BABs)
59 %
60 %
62 %
63 %
7%
5%
2%
0%
IPLT
3.
4.
5.
Tersedianya peraturan daerah
0%
tentang pengelolaan air limbah
domestik pada tahun 2015
0%
0%
0%
100%
Isu dan Permasalahan Pengelolaan Air Limbah
1. Belum optimalnya pelaksanaan standar operasional dan pemeliharaan IPLT
2. Belum tersedianya standar operasional dan pemeliharaan IPAL Komunal
3. Kurangnya ketersediaan lahan untuk pembangunan sarana dan prasarana air limbah domestik di
wilayah pemukiman padat
4. Belum adanya peraturan daerah tentang pengelolaan limbah cair domestik
5. Wilayah cakupan pengelolaan air limbah domestik secara terpusat (offsite) dan
sewerage system masih terbatas
6. Kondisi topografi perbukitan menyulitkan penanganan limbah cair secara terpusat skala kota
7. Sarana sanitasi air limbah di kawasan pesisir sangat berpotensi terganggu banjir dan rob
Matrik Kerangka Logis ????
2.3.
Persampahan
Tujuan secara umum dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) pada sektor
persampahan adalah sebagai berikut :
1.
Menyediakan sarana dan prasarana persampahan yang memadai dan mampu
memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
2.
Mewujudkan pembangunan persampahan yang partisipatif dan tanggap kebutuhan.
3.
Meningkatkan penanganan sampah dengan upaya 3R dan pengurangan volume
sampah mulai dari sumbernya.
4.
Memenuhi SPM untuk layanan persampahan.
5.
Meningkatkan intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara terus
menerus di sub sektor persampahan.
Sasaran :
1.
Meningkatnya cakupan skala pengelolaan sampah hingga 75% pada akhir tahun 2015.
2.
Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah (TPA, TPS,
Kontainer dan armada).
3.
Meningkatnya kuantitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah hingga 100% pada
tahun 2015.
4.
Mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sebesar 30% pada akhir tahun 2015.
5.
Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan persampahan sesuai dengan UU
persampahan dan SPM pada akhir tahun 2015.
6.
Diterapkannya pengelolaan sampah ramah lingkungan dengan Program 3 R oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan, Badan Lingkungan Hidup dan masyarakat di lokasi
prioritas 16 Kelurahan di tahun 2015.
7.
Tersedianya revisi Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993 yang sesuai dengan
UU persampahan pada akhir tahun 2015.
8.
Meningkatnya kesadaran masyarakat ber-PHBS dalam pengelolaan persampahan
sebesar 65% dari jumlah penduduk pada tahun 2015.
Tahapan Pencapaian :
No
Sasaran
2011
2012
2013
2014
2015
1
Meningkatnya kualitas dan kuantitas
sarana pengelolaan sampah
10 %
20 %
30 %
40 %
50 %
2
Mengurangi volume sampah yang
masuk ke TPA
10%
15%
20%
25%
30%
3
Meningkatnya cakupan skala
pelayanan penanganan sampah
60 %
63 %
68 %
72 %
75 %
4
5
Diterapkannya pengelolaan sampah
ramah lingkungan dengan Program 3
R oleh SKPD dan masyarakat di 16
Kelurahan di tahun 2015
2 Kel.
3 Kel.
3 Kel.
3 Kel.
5 Kel.
Meningkatnya kesadaran masyarakat 45 %
ber-PHBS
dalam
pengelolaan
persampahan
50 %
55 %
60 %
65 %
Gambar 2.3 Peta Situasi Sektor Persampahan
Isu dan Permasalahan Persampahan
1.
Pemilahan dan pemanfaatan sampah organik dan anorganik dari sumbernya belum
terlaksana secara optimal
2.
Belum optimalnya pelaksanaan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di masyarakat
3.
Cakupan pelayanan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) masih terbatas
4.
Ketersediaan sarana dan prasarana pengangkutan sampah masih kurang
5.
TPA Jatibarang belum menerapkan sistem sanitary landfill
Matrik Kerangka Logis ????
2.4.
Drainase
Tujuan secara umum dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) pada sektor
Drainase Lingkungan adalah sebagai berikut :
1.
Terkelolanya pengendalian banjir.
2.
Tersedianya sarana dan prasarana drainase lingkungan bagi masyarakat yang
tinggal di wilayah rawan genangan.
3.
Terwujudnya pembangunan drainase lingkungan yang partisipatif bagi masyarakat
yang bermukim di zona genangan.
4.
Meningkatnya intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara
terus menerus di sub drainase lingkungan sehingga derajat kesehatan meningkat .
Sasaran :
1. Meningkatnya kualitas drainase berkaitan dengan kapasitas saluran sampai tahun 2015;
2. Meningkatkan kuantitas prasarana penanganan sistem jaringan drainase 90% hingga tahun
2015 ;
3. Meningkatnya sarana (alat berat) penanganan sistem jaringan drainase 50% sampai tahun
2015;
4. Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan sistem jaringan drainase 100% hingga
tahun 2015;
5. Tersedianya regulasi tentang Drainase Lingkungan berupa Peraturan Daerah di tahun 2015;
Tahapan Pencapaian :
No.
Sasaran
2011
1
Meningkatnya kualitas dan
kuantitas
prasarana
penanganan sistem jaringan
dtainase
82 %
2
Meningkatkan
penanganan
jaringan drainase
30 %
3
Meningkatnya
kapasitas 80 %
kelembagaan
pengelolaan
system jaringan drainase
sarana
sistem
2012
2013
2014
2015
86 %
88 %
90 %
35 %
40 %
45 %
50 %
85%
90 %
95 %
100 %
84 %
Isu dan Permasalahan Drainase
1. Pembuangan air limbah domestik ( grey water dan black water ) ke dalam saluran
drainase
2. Perubahan tata guna lahan di daerah hulu
3. Penambangan galian golongan C yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan dan tidak
dilakukan sesuai prosedur yang berlaku
4. Banyaknya sampah yang masuk ke dalam saluran drainase menyebabkan tidak lancarnya
aliran air sehingga mengakibatkan banjir
5. Masih adanya bangunan liar di sepanjang sempadan sungai yang mengakibatkan fungsi
sungai tidak optimal
Matrik Kerangka Logis ????
2.5. Sub Sektor Air Bersih
Tujuan secara umum dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) pada sektor
Air Bersih adalah sebagai berikut :
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam penyediaan air bersih melalui
peningkatan kualitas, kuantitan dan kontinuitas dengan memanfaatkan sumber daya
yang ada secara effektif dan effisien.
Sasaran :
1.
Terpenuhinya Kualitas air bersih sesuai standar dari Departemen Kesehatan.
2.
Meningkatnya kontinuitas aliran ke palanggan menuju durasi aliran 24 jam dengan
kuantitas yang cukup.
3.
Meningkatnya cakupan pelayanan PDAM dari 56,9 % menjadi 70,19 di tahun 2012.
4.
Menurunnya tingkat kehilangan air dari 56,15 % menjadi 20,51 di tahun 2012.
5.
Berubahnya budaya kerja dan meningkatnya etos kerja pegawai
6.
Meningkatnya kinerja PDAM yang sehat sesuai indikator dalam Kepmendagri
7.
Perbaikan struktur keuangan.
Tahapan Pencapaian :
No.
1.
Uraian
Proyeksi Kenaikan
Tarif
Full Cost Recovery
Tarif Rata-Rata
Biaya Dasar
2.
Tingkat kehilangan
air
Pencapaian Pada Tahun
2007
Audit
2008
2009
2010
2011
2012
0,00%
3,73%
17,18%
2,48%
5,79%
0,32%
2.402,44
2.491,99
2.920,07
2.992,47
3.165,66
3.175,92
2.220,70
2.084,48
2.146,59
2.296,55
2.535,34
2.694,91
50,51%
56,15%
48,91%
36,71%
29,81%
20,51%
56,93%
56,52%
59,61%
63,23%
66,71%
70,19%
3.
Cakupan pelayanan
4.
Rasio pegawai per
1000 pelanggan
5
5
5
4
4
4
Jangka waktu
penagihan piutang
(hari)
40
48
48
37
37
36
5.
6.
Laba/Rugi ( Rp juta)
(35.947,60)
(9.854,58)
2.489,31
10.449,98 18.004,06
7.
Investasi (Rp juta).
8.
Saldo Kas (Rp juta.)
(45.553,98
)
9.665
54.950,62
9.609
60.235,49
25.705
35.641,39
63.516
17.788,20
45.525
57.604
20.150,14 14.450,22
Isu dan Permasalahan sektor air bersih :
Permasalahan yang sering terjadi dalam penyediaan Air Bersih di Kota Semarang
adalah :
a. Efektivitas produksi baru mencapai 78% dari kapasitas terpasang 3.207 liter/det (idle
capacity 698 liter/det). Hal ini disebabkan :
b. Produksi air yang dihasilkan oleh IPA Kudu pada saat ini masih belum termanfaatkan
secara maksimal karena jaringan pipa distribusi belum seluruhnya menjangkau ke wilayah
potensi pengembangan sambungan baru pelanggan.
c. Gangguan kontinuitas pasokan air baku dari waduk Kedung Ombo dan saluran terbuka
Klambu – Kudu sepanjang  42 km.
d. Penurunan debit sumur dalam.
e. Lokasi sumber air baku di luar administrasi Kota Semarang.
1). Kehilangan air masih cukup tinggi 57,07%. Tingginya tingkat kehilangan air tersebut
disebabkan :
a). Kondisi meter pelanggan yang kurang baik.
b). Kondisi jaringan sebagian sudah tua.
c). Sistem jaringan belum tertata dengan baik.
d).Adanya kehilangan air nonfisik yang disebabkan adanya konsumsi air tidak resmi.
2). Cakupan pelayanan masih sebesar 58,69%. Hal ini disebabkan:
a). Terbatasnya pasokan air terutama untuk area cabang Semarang Selatan dan
Semarang Barat.
b). Terbatasnya jangkauan pipa distribusi tersier.
c). Diameter pipa distribusi primer yang sudah tidak memadai.
d). Rata – rata tingkat konsumsi pelanggan masih rendah. Rendahnya tingkat
konsumsi penggunaan air PDAM disebabkan:
1)). Pelanggan memiliki alternates sumber air.
2)). Diduga terdapat sambungan (T) sebelum meter air.
3)). Harga air PDAM dinilai mahal
b)
Debit sumber air tidak sesuai dengan debit rencana
c)
Kualitas sumber air terkadang tidak sesuai dengan persyarakat kualitas air bersih.
d)
Karena pengelolaan dilakukan oleh masyarakat untuk pengembangan stagnan.
e)
Belum adanya penetapan kewenangan kegiatan yang berhubungan dengan
penyediaan air bersih antara Dinas PSDA & ESDM dengan SKPD lainnya.
f)
Adanya penurunan muka air tanah akibat terlalu banyak adanya sumur artetis ;
g)
Lamanya sambungan listrik oleh PLN sebagai penggerak pompa, jika tidak ada
saluran listrik maka sumur artetis tidak dapat berfungsi ;
h)
Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan sumur artetis yang telah
disediakan tersebut, sehingga ada beberapa sumur artetis yang tidak dapat
berfungsi maksimal ;
i)
Belum dibentuknya badan pengelola oleh masyarakat sehingga tidak adanya
kejelasan pihak yang melaksanakan pengelolaan sarana air bersih.
BAB III
KONSOLIDASI DAN PRIORITASI PROGRAM DAN KEGIATAN (dikoreksi)
4.1 Metode Konsolidasi
Penyusunan Memorandum Program yang difasilitasi oleh Konsultan Manajemen
Propinsi dan memiliki tahapan konsolidasi sebagai berikut:
1. Rekapitulasi program kegitan dalam dokumen perencanaan yaitu RPJMD, RPIJM,
SSK, Renstra SKPD, dan RKPD
2. Tatap muka langsung dan kunjungan ke SKPD terkait untuk sinkronisasi program
kegiatan dari berbagai dokumen perencanaan yang dihadiri SKPD terkait.
3. Cross check rencana investasi sanitasi dengan SKPD terkait didampingi konsultan dari
KMP.
4. Pembahasan, konsolidasi, sinkronisasi dan indikasi sumber pendanaan program dan
kegiatan Sanitasi dari APBD Provinsi dan APBN akan difasilitasi oleh POKJA AMPL
Provinsi Jawa Tengah.
4.2 Proses dan Hasil Konsolidasi
Proses konsolidasi program dan kegiatan ini dilakukan oleh Tim Sanitasi Kota Semarang
yang difasilitasi oleh KMP yang dimulai sejak bulan September 2011 dengan melakukan
updating data kondisi eksisting sampai dengan tahun 2011 serta konsolidasi dan sinkronisasi
program dan kegiatan dari berbagai sumber dokumen perencanaan. Konsolidasi juga
dilakukan antara SKPD terkait pada tataran kota. Hasil konsolidasi dan sinkronisasi program
dan kegiatan Sanitasi sudah digunakan sumber data penyusunan Draft MPSS.
Hasil konsolidasi dan sinkronisasi tingkat kota kemudian akan dilakukan koordinasi dan
sinkronisasi dengan stakeholder pada tataran provinsi yang yang difasilitasi oleh Pokja
AMPL Provinsi Jawa Tengah.
Hasil konsolidasi dan sinkronisasi untuk pendanaan dari provinsi dan pusat sampai saat
ini masih dalam proses, sedangkan program dan kegiatan untuk masing-masing sumber
pendanaan (APBD Kota, APBD Provinsi dan APBN) versi Pokja Sanitasi Kota seperti pada
Lampiran.
Hasil konsolidasi merupakan dokumen Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi
(MPSS) yang di dalamnya dilampiri matrik rencana investasi sanitasi Tahun 2011 sampai
dengan 2015 Kota Semarang. Dokumen ini nantinya digunakan sebagai pedoman dari
Pemerintah Pusat, Propinsi dalam menentukan prioritas dan memberikan bantuan dana guna
pembangunan sanitasi dari Tahun 2011-2015.
4.3 Program Prioritas
Program prioritas sanitasi disusun berdasarkan kesesuaian prioritas penanganan
sanitasi sebagaimana terdapat dalam Buku Putih, SSK, Masterplan dan RPIJM Kota
Semarang 2010 - 2015. Program yang menjawab permasalahan sanitasi di wilayah prioritas
sanitasi (terdapat dalam Buku Putih dan RPIJM) akan menjadi program prioritas
pengembangan sanitasi Kota Semarang dan disusun sebagai rencana program untuk tahun
2011 yang sudah tersedia dana untuk masing-masing kegiatan sedangkan untuk tahun 2012 –
2015 ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan kota untuk mendukung kegiatan-kegiatan
yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan terjadi kesinambungan program dan
kegiatan dalam percepatan pembangunan sanitasi. Kebutuhan yang paling mendesak dan
kegiatan yang mendukung tercapainya visi dan kota merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan.
a. Air Limbah
Prioritas pembangunan dan pengelolaan air limbah Kota Semarang adalah:
1. Pengembangan pengolahan air limbah berbasis masyarakat/komunal.
2. Pengembangan sistem pengolahan air limbah domestik (Rumah Tangga) skala
lingkungan dan kawasan/kota.
3. Optimalisasi dan rehabilitasi IPLT.
4. Review Master Plan dan DED.
b. Persampahan
Prioritas pembangunan dan pengelolaan persampahan Kota Semarang adalah:
1. Optimalisasi TPA dengan sistem Sanitary Landfill termasuk pengadaan Alat Berat
untuk Operasional TPA.
2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung sistem 3R (TPST dan Bank Sampah)
3. Penambahan sarana dan prasarana pengangkutan sampah.
4. Review Master Plan dan DED.
c. Drainase
Prioritas pembangunan drainase kota Semarang adalah:
1. Review Masterplan dan perencanaan detail (DED).
2. Pembangunan saluran drainase primer dan sekunder.
3. Pembangunan Embung.
d. Hiegene
Prioritas Pengembangan Pola Hidup Bersih dan Sehat kota Semarang adalah:
1. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat didalam pengembangan PHBS
2. Evaluasi data, kajian dan studi untuk mendukung PHBS
3. Penyediaan sarana fisik untuk mendukung PHBS
Daftar kegiatan prioritas sektor sanitasi secara detail dapat dilihat dalam Lampiran.
BAB IV
STUDI DAN DESAIN LANJUTAN (dikoreksi)
4.4 Umum
Dari daftar program dan kegitan maka dapat diidentifikasi kebutuhan studi dan desain
lanjutan yang diperlukan sebelum kegiatan implementasi fisik pembangunan sanitasi dapat
dilakukan. Studi dan desain lanjutan ini diperlukan untuk dapat menjamin pembangunan yang
dilakukan tepat guna memenuhi persyaratan teknis yang berlaku.
4.5 Masterplan
Masterplan adalah merupakan rencana jangka panjang skala kota setidaknya untuk jangka
waktu 20 tahun. Masterplan setidaknya berisi:

Penjelasan dan pemetaan tentang kondisi eksisting

Tinjauan terhadap aspek kelembagaan, social, ekonomi, finansiil dan teknis.

Prediksi kebutuhan prasarana dan sarana jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang.

Pilihan penanganan dari permasalahan yang ada.

Pengembangan aspek kelembagaan.

Rencana pengembangan, perkiraan biaya serta jadwal inplementasi untuk jangka
pendek, jangka menengah da jangka panjang.
Kebutuhan penyusunan Masterplan untuk masing-masing sub-sektor dapat dilihat pada
Lampiran.
a. Air Limbah
1. Review Master Plan Air Limbah dan DED
2. FS Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat
3. FS Optimalisasi IPLT Tambakrejo
b. Persampahan
1. Review Master Plan Persampahan dan DED
2. FS Kebutuhan TPST Kota Semarang
3. Penyusunan Perda Pengelolaan Sampah Persampahan
4. FS TPA Baru
5. FS Pengelolaan Sampah dengan system 3R
c. Drainase
1. Master Plan Drainase Kota
2. FS Daerah Genangan
3. DED Saluran Drainase Kota
4.6 Studi Kelayakan
Studi kelayakan harus setidaknya berisi:

Studi kelayakan yang ditinjau dari aspek teknis, social, ekonomi, finansiil dan
kelembagaan.

Studi tentang besaran tarif dan mekanisme pengumpulan untuk kegiatan yang
berkaitan dengan retribusi.
Kebutuhan Studi Kelayakan untuk masing-masing sub-sektor dapat dilihat pada Lampiran.
4.7 Detailed Engineering Design
Penyusunan Detailed Engineering Design (DED) harus dapat dipertanggung jawabkan
meliputi:

Pengumpulan data

Survai topografi.

Survai investigasi permasalahan.

Pelibatkan masyarakat melalui sosialisasi dan diskusi dengan pengguna khususnya
untuk perencanaan yang berbasis masyarakat.

Analisa dan perhitungan

Pilihan teknologi yang tepat, efisien dan efektif serta mudah dan murah didalam O
dan P

Perencanaan dan penggambaran detail.

Penyusunan manual Operasi dan Pemeliharaan ( O & P ).

Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).

Penyusunan rencana anggaran biaya.

Penyusunan dokumen tender
Kebutuhan Detail Engineering Design untuk masing-masing sub-sektor dapat dilihat pada
Lampiran.
4.8 Perlindungan Sosial dan Lingkungan
Perlindungan sosial dan lingkungan dimaksudkan untuk me-minimal-kan dampakdampak yang akan terjadi baik dampak social maupun lingkungan terhadap suatu kegiatan
konstruksi. Pendekatan studi yang dilakukan adalah dengan studi AMDAL atau UKL/UPL
dan atau LARAP sesuai dengan kebutuhan.
Hal-hal yang perlu dilakukan studi adalah prediksi dampak dan penanganan yang harus
dilakukan pada saat sebelum/mulai kegiatan, waktu pelaksanaan dan sesudah (pasca)
konstruksi. Kebutuhan Studi Perlindungan Sosial dan Lingkungan untuk masing-masing
sub-sektor dapat dilihat pada Lampiran.
LAMPIRAN:
Ruang Lingkup Pekerjaan Konsultansi Perencanaan
Studi dan Desain
I.
STUDI MASTERPLAN
a.
Sub-sektor air limbah
Review Masterplan Air Limbah
b. Sub-sektor persampahan
Review Masterplan Persampahan
Judul studi
Penyusunan Review Masterplan pengelolaan persampahan di Kota
Semarang
Lingkup pekerjaan
Review Masterplan ini mencakup:
- Kondisi eksisting pengelolaan persampahan yang meliputi
aspek teknis, kelembagaan, ekonomi dan keuangan, dan sosial.
- Perhitungan untuk timbulan sampah saat ini, karakteristik
sampah yang ada, serta estimasi produksi air limbah hingga 20
tahun.
- Identifikasi dan pemetaan terhadap kegiatan yang menimbulkan
timbulan sampah.
- Opsi sistem pengelolaan sampah skala kota yang efektif dan
efisien.
- Indikasi kebutuhan peralatan seperti tempat sampah, TPS,
transfer depo, gerobag dsb berikut dengan penempatannya.
- Indikasi kebutuhan alat angkut dan alat berat serta
penempatannya.
- Indikasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pembangunan fasilitasi pengelolaan yang dibutuhkan serta
jadwal implementasi.
Luas area studi
Keseluruhan wilayah administratif Kota Semarang seluas kurang
lebih 3.258 Ha.
Judul studi
Studi manajemen dan teknis (SOP) pengelolaan persampahan kota
Semarang
Lingkup pekerjaan
Studi ini mencakup:
- Kondisi eksisting pengelolaan persampahan.
- Perhitungan untuk timbulan sampah saat ini, karakteristik
sampah yang ada, serta estimasi timbulan sampah hingga 20
tahun.
- Identifikasi dan pemetaan terhadap kegiatan yang menimbulkan
timbulan sampah.
- Opsi sistem pengelolaan dan pengangkutan sampah skala kota
yang efektif dan efisien.
- Indikasi kebutuhan peralatan seperti tempat sampah, TPS,
transfer depo, gerobag dsb berikut dengan penempatannya.
- Indikasi kebutuhan alat angkut dan alat berat serta
penempatan/penyebarannya.
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
34
- Perkiraan biaya operasi dan pemeliharan sarana dan prasarana
persampahan.
- Perhitungan besaran retribusi.
Luas area studi
c.
Keseluruhan wilayah administratif Kota Semarang seluas kurang
lebih 3.258 Ha.
Sub-sektor drainase
Review Masterplan Drainase
Judul studi
Review Masterplan dan DED sistem drainase di Kota Semarang
Lingkup pekerjaan
Review Masterplan ini mencakup:
- Masterplan yang ada dibuat tahun 2003, sudah tidak sesuai lagi
dengan kondisi saat ini.
- Lingkup kegiatan meliputi sistem drainase makro (sungai) dan
sistem drainase mikro (Sal. Drainase primer dan Sal. drainase
sekunder).
- Kondisi eksisting sistem drainase dan pengelolaannya yang
meliputi aspek teknis, kelembagaan, ekonomi dan keuangan, dan
sosial.
- Identifikasi dan pemetaan titik-titik genangan yang meliputi
lokasi genangan, luas genangan, tinggi genangan, lama
genangan, frekuensi genangan dan penyebabnya serta indikasi
penanganan yang diperlukan.
- Penyusunan Database Saluran Drainase Skala Kota Semarang
dengan Software dan training.
- Perhitungan kapasitas saluran yang ada dan indikasi
penanganannya.
- Pemetaan dan pembagian sub-sistem drainase.
- Perhitungan kerugian yang ditimbulkan oleh adanya genangan
yang terjadi.
- Opsi penanganan genangan secara menyeluruh skala kota.
- Indikasi dimensi saluran yang diperlukan untuk penanganan
genangan.
- Indikasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan
pembangunan fasilitasi pengelolaan yang dibutuhkan serta
jadwal implementasi.
- Penyusunan skala prioritas.
- Saran dan rekomendasi
Detail Engineering Design (DED) Saluran Drainase.
a. DED Saluran drainase sepanjang 4 km pada daerah prioritas.
b. Pengukuran topografi
c. Pengumpulan data permasalahan saluran drainase dan
genangan dengan melibatkan masyarakat setempat.
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
35
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Luas area studi
Survey identifikasi saluran drainase yang ada.
Penyusunan konsep dan layout penanganan saluran drainase.
Melakukan konsultasi kepada masyarakat atau tokoh
masyarakat dan kepala desa terhadap konsep penanganan
saluran yang diusulkan dan untuk memperoleh masukan dari
masyarakat.
Perhitungan hidrologi dan hidrolika.
Pemilihan teknologi yang tepat, efisien dan efektif.
Perencanaan detail yang meliputi Design Note dan Gambar
Perencanaan Detail.
Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
Penyusunan rencana anggaran
Penyusunan dokumen tender
Keseluruhan wilayah administratif Kota Semarang seluas kurang
lebih 3.258 Ha.
DED Saluran Drainase sepanjang 4 km.
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
36
II.
STUDI KELAYAKAN (disesuaikan RPIJM)
a.
Sub-sektor air limbah
FS Jaringan Air Limbah Terpusat
FS Rehabilitasi IPLT
b.
Sub-sektor persampahan
FS Rehabilitasi TPA Jatibarang
FS Pengolahan Sampah menjadi Briket
FS Kebutuhan TPST
Judul studi
Studi kelayakan TPA Jatibarang Sanitary Landfill
Lingkup pekerjaan
Studi kelayakan TPA Jatibarang meliputi:
a. Pengumpulan data dan analisa.
b. Kelayakan lokasi yang ditinjau dari manajemen
pengangkutan sampah, manajemen pengelolaan dan teknik
pengumpulan.
c. Kelayakan dari Aspek Finansiil,
d. Kelayakan dari Aspek Ekonomi
e. Kelayakan ditinjau dari Aspek Sosial Budaya masyarakat
sekitar.
f. Kelayakan ditinjau dari Aspek Teknis.
g. Mengacu kepada Standart Nasional Indonesia SNI 033241-1994 dan SNI 19-2454-2002.
Luas area studi
4 Ha.
Perkiraan beneficiaries
Masyarakat seluruh kota Semarang
Judul studi
Studi kelayakan pembangunan TPA Regional Sanitary
Landfill
Lingkup pekerjaan
Studi kelayakan TPA Regional meliputi:
a. Pengumpulan data dan Analisa data persampahan Kota
Semarang dan Kabupaten Semarang.
b. Kelayakan lokasi yang ditinjau dari manajemen
pengangkutan sampah, manajemen pengelolaan dan teknik
pengumpulan.
c. Kelayakan dari Aspek Finansiil,
d. Kelayakan dari Aspek Ekonomi
e. Kelayakan ditinjau dari Aspek Sosial Budaya masyarakat
sekitar.
f. Kelayakan ditinjau dari Aspek Teknis.
g. Mengacu kepada Standart Nasional Indonesia SNI 033241-1994 dan SNI 19-2454-2002.
Luas area studi
20 Ha.
Perkiraan beneficiaries
Masyarakat seluruh Kota dan Kabupaten Semarang.
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
37
c.
Sub-sektor drainase
FS Drainase Perkotaan
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
38
III.
DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) (disesuaikan RPIJM)
a. Sub-sektor Air Limbah
- DED Optimalisasi IPLT Tambak Lorok
Judul studi
Lingkup pekerjaan
Perencanaan Teknis (DED) Integrated Waste Water
Treatment Plan Skala kawasan
Penyusunan DED ini meliputi:

Pengukuran topografi

Perhitungan produksi air limbah domestic, bengkel,
dorsmeer, industri rumah tangga (tahu-tempe & batik),
limbah ternak skala rumah tangga dan IPLT serta
karakteristik air limbahnya dalam skala kawasan.

Pemilihan lokasi yang tepat dengan melibatkan
masyarakat yang difasilitasimoleh pemerintah kota.

Melakukan sosialisasi kepada masyarakat.

Pilihan teknologi pengolahan yang tepat, efektif dan
efisien.

Perhitungan dimensi, perhitungan struktur dan Design
Note.

Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan.

Penyusunan Gambar Detail Bangunan dan fasilitas
pendukungnya.

Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).

Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan

Penyusunan dokumen tender

Penyusunan rencana besaran retribusi.
Luas area studi
 Penyusunan standart operasional dan pemeliharaan.
150 Ha.
Perkiraan beneficiaries
8.000 jiwa dan IPLT untuk skala kota.
Judul studi
Penyusunan DED MCK, Septiktank dan IPAL komunal
Lingkup pekerjaan
Penyusunan DED ini meliputi Perencanaan SANIMAS/MCK dan
MCK plus, IPAL komunal dan Septiktank komunal, lokasi
tersebar di beberapa tempat:

Pengukuran topografi.

Perhitungan produksi air limbah daerah perencanaan serta
karakteristik air limbahnya

Melibatkan masyarakat dalan perencanaan ini, melalui
sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat pengguna yang
difasilitasi oleh pemerintah kota sehingga diketahui
keinginan masyarakat.

Survey investigasi jamban dan septiktank dengan
melibatkan masyarakat pengguna termasuk termasuk
penentuan lokasinya.

Pengumpulan data dan analisa data.
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
39

Pilihan teknologi pengolahan yang tepat, efisien dan
efektif serta mudah dan murah didalam O dan P

Perencanaan dibuat sedemikian rupa agar dapat
dimungkinkan interkoneksi dengan sewer system skala
kota.

Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan,
bangunan dan fasilitas pendukungnya.

Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).

Penyusunan rencana anggaran biaya.

Penyusunan dokumen tender
Luas area studi
11 lokasi
Perkiraan beneficiaries
4.000 jiwa
Judul studi
Lingkup pekerjaan
Penyusunan DED IPAL komunal untuk industry rumah
tangga (industry Tahu & tempe dan industry batik.
Penyusunan DED ini dengan lokasi tersebar di beberapa tempat,
kegiatan yang dilakukan adalah:

Pengukuran topografi.

Perhitungan produksi air limbah daerah perencanaan serta
karakteristik air limbahnya

Melibatkan masyarakat dalan perencanaan ini, melalui
sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat pengguna yang
difasilitasi oleh pemerintah kota sehingga diketahui
keinginan masyarakat.

Survey investigasi industry rumah tangga dengan
melibatkan masyarakat pengguna termasuk termasuk
penentuan lokasinya.

Pengumpulan data dan analisa data.

Pilihan teknologi pengolahan yang tepat, efisien dan
efektif serta mudah dan murah didalam O dan P

Perencanaan dibuat sedemikian rupa agar dapat
dimungkinkan interkoneksi dengan sewer system skala
kota.

Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan,
bangunan dan fasilitas pendukungnya.

Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).

Penyusunan rencana anggaran biaya.

Penyusunan dokumen tender
Luas area studi
4 lokasi
Perkiraan beneficiaries
20 industri rumah tangga
Judul studi
Lingkup pekerjaan
Penyusunan DED IPAL Komunal Ternak skala rumah
tangga.
Penyusunan DED ini dengan lokasi tersebar di beberapa tempat,
kegiatan yang dilakukan adalah:

Pengukuran topografi.

Perhitungan produksi air limbah daerah perencanaan serta
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
40
karakteristik air limbahnya

Melibatkan masyarakat dalan perencanaan ini, melalui
sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat pengguna yang
difasilitasi oleh pemerintah kota sehingga diketahui
keinginan masyarakat.

Survey investigasi ternak skala rumah tangga dengan
melibatkan masyarakat pengguna termasuk termasuk
penentuan lokasinya.

Pengumpulan data dan analisa data.

Analisa perkiraan perkembangan jumlah ternak pada 20
tahun mendatang.

Pilihan teknologi pengolahan yang tepat, efisien dan
efektif serta mudah dan murah didalam O dan P

Perencanaan dibuat sedemikian rupa agar dapat
dimungkinkan interkoneksi dengan sewer system skala
kota.

Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan,
bangunan dan fasilitas pendukungnya.

Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).

Penyusunan rencana anggaran biaya.

Penyusunan dokumen tender
Luas area studi
7 lokasi
Perkiraan beneficiaries
36 peternak skala rumah tangga
b.
Sub-sektor Persampahan
Judul studi
Penyusunan DED TPA Gedog Sanitary Landfill
Lingkup pekerjaan
Detail Engineering Design (DED) TPA Gedog Sanitary Landfill
yang meliputi kegiatan:
a. Pengukuran topografi.
b. Pengumpulan data Lingkungan dusekitar lokasi TPA
yang meliputi: 1). Kondisi social & budaya masyarakat,
2). Badan sungai, 3). Persawahan dsb.
c. Pengumpulan data Geologi dan Hidrologi.
d. Pengumpulan data dan analisa data tentang jarak
pengangkutan sampah dari sumbernya.
e. Pengumpulan data kualitas tanah timbunan dan jarak
angkut.
f. Perhitungan produksi sampah yang diangkut ke dalam
TPA termasuk karakteristiknya.
g. Perhitungan pengurangan sampah dari sumbernya.
h. Pilihan teknologi yang tepat, efektif dan efisien.
i. Pengolahan sampah dengan sanitary landfill.
j. Pilihan teknologi tepat untuk bangunan sel, pengolah
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
41
lindi, perhitungan dimensi, serta perhitungan struktur.
Perencanaan dan penggambaran detail instalasi pipa
gasifikasi.
l. Penyusunan gambar detail bangunan Sel, Pengolah Lindi,
Timbangan, gedung pengelola, gudang, bengkel, cuci
kendaraan dan fasilitas pendukung lainnya.
m. Fasilitas Pengolah Sampah 3R dilokasi TPA.
n. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
o. Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan
p. Penyusunan dokumen tender
q. Penyusunan Standart Operasi dan Pemeliharaan (SOP)
TPA
k.
Luas area studi
4 Ha.
Perkiraan beneficiaries
Masyarakat seluruh Kota.
Judul studi
Penyusunan DED TPA Regional Sanitary Landfill
Lingkup pekerjaan
Detail Engineering Design (DED) TPA Regional Sanitary Landfill
yang meliputi kegiatan:
a. Pengukuran topografi.
b. Pengumpulan data Lingkungan dusekitar lokasi TPA yang
meliputi: 1). Kondisi social & budaya masyarakat, 2). Badan
sungai, 3). Persawahan dsb.
c. Pengumpulan data Geologi dan Hidrologi.
d. Pengumpulan data dan analisa data tentang jarak
pengangkutan sampah dari sumbernya.
e. Pengumpulan data kualitas tanah timbunan dan jarak angkut.
f. Perhitungan produksi sampah yang diangkut ke dalam TPA
termasuk karakteristiknya.
g. Perhitungan pengurangan sampah dari sumbernya.
h. Pilihan teknologi yang tepat, efektif dan efisien.
i. Pengolahan sampah dengan sanitary landfill.
j. Pilihan teknologi tepat untuk bangunan sel, pengolah lindi,
perhitungan dimensi, serta perhitungan struktur.
k. Perencanaan dan penggambaran detail instalasi pipa
gasifikasi.
l. Penyusunan gambar detail bangunan Sel, Pengolah Lindi,
Timbangan, gedung pengelola, gudang, bengkel, cuci
kendaraan dan fasilitas pendukung lainnya.
m. Fasilitas Pengolah Sampah 3R dilokasi TPA.
n. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
o. Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan
p. Penyusunan dokumen tender
q. Penyusunan Standart Operasi dan Pemeliharaan (SOP) TPA
Luas area studi
20 Ha.
Perkiraan beneficiaries
Masyarakat seluruh Kota.dan Kabupaten Semarang
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
42
Judul studi
Penyusunan DED Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
3R
Lingkup pekerjaan

Pengukuran situasi

Perencanaan bangunan utama berupa bangunan gedung,
gudang dan bangunan penunjangnya untuk mendukung
proses koposting yang efektif dan efisien.

Bangunan sipil yang mendukung untuk mekanikal seperti
pondasi genset, ayakan, incinerator (bila diperlukan) dan
bangunan pendukung lainnya.

Pemilihan teknologi 3R yang efektif dan efisien.

Perencanaan detail gudang, bangunan gedung dan
fasilitas lain yang diperlukan.

Penyusunan Gambar Detail Bangunan dan fasilitas
pendukungnya.

Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan

Penyusunan dokumen tender
Luas area
4 lokasi
Perkiraan beneficiaries
Pengolahan sampah (3R) bagi warga kecamatan dan sekitarnya
menjadi sampah daur ulang yang bernilai ekonomi.
Judul studi
Pembuatan Buku Status Persampahan Kota Semarang termasuk
penyusunan SOP
Lingkup pekerjaan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Survey volume dan karakteristik timbulan sampah.
Pengumpulan data dan Survey investigasi prasarana
persampahan yang dimiliki kota Semarang seperti TPA,
TPS, Transfer depo, tempat sampah, composter, pengolahan
limbah plastik (3R), tempat composting komunal dsb, yang
meliputi lokasi, dimensi, kondisi dan data lain yang
diperlukan.
Pengumpulan data sarana persampahan yang dimiliki oleh
kota Jambi seperti Loader, excavator, dozer, dump truck,
amroll truk, mobil pick up, gerobag motor, gerobag dorong
dsb, yang meliputi lokasi, kapasitas, tipe, kondisi dan data
lain yang dianggap perlu.
Analisa dan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana
(point b dan c) yang dipelukan agar pengelolaan
persampahan menjadi efektif dan efisien.
Susunan organisasi dan sistem pengelolaan sampah.
Database harus dibuat dalam bentuk software sedemikian
rupa sehingga mudah dipahami, di-update dan
dioperasionalkan.
Melakukan training pengoperasian database.
Penyusunan Buku Standart Operasional dan Pemeliharaan
(SOP) pengangkutan sampah yang efektif dan efisien.
Luas area studi
208 Ha (seluruh wilayah kota Jambi)
Perkiraan beneficiaries
Memiliki database yang akurat yang dapat digunakan untuk dasar
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
43
pengembangan pengelolaan persampahan kota Jambi.
c. Sub-sektor drainase
- DED Sanitasi di catchment area Kali Semarang, Kali Asin, Kali Baru
Judul studi
Perencanaan Saluran drainase (DED) Kota Semarang
Lingkup pekerjaan
Kegiatan ini meliputi:
1. DED Sal. Drainase Lingkungan dan gorong-gorong, total
panjang 30 km.
2. DED Sal. Drainase Primer dan Sekunder, total panjang
11 km.
Sedangkan lingkup pekerjaan Perencanaan Saluran Drainase
(DED) meliputi:
a. Pengukuran topografi
b. Survey identifikasi kondisi dan permasalahan saluran
drainase yang ada serta genangan.
c. Penyusunan konsep dan layout penanganan saluran
drainase/genangan secara komperehensif skala kawasan dan
dalam batasan hidrologis.
d. Melakukan konsultasi publik kepada masyarakat terhadap
konsep penanganan saluran yang diusulkan dan untuk
memperoleh masukan dari masyarakat.
e. Perhitungan hidrologi dan hidrolika.
f. Pemilihan teknologi yang tepat, efisien dan efektif.
g. Perencanaan detail.
h. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
i. Penyusunan rencana anggaran
j. Penyusunan dokumen tender
d.
Luas area studi
41 km
Perkiraan beneficiaries
Masyarakat kota Semarang.
Sub-Sektor Air Bersih
Judul studi
Perencanaan Sarana dan Prasarana Peningkatan Pelayanan Air
Bersih (DED) Kota Semarang
Lingkup pekerjaan
Kegiatan ini meliputi:
3. DED Pengembangan dan pembangunan jaringan pipa
distribusi, 4 paker.
4. DEDE Pembuatan bangunan aerasi
5. DED Pembuatan bangunan chlorinasi
6. DED Pembuatan menara air
7. DED Penyediaan sar-pras air minum bagi kawasan RSH
8. DED Pengembangan jaringan pipa distribusi
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
44
Sedangkan lingkup pekerjaan Perencanaan (DED) ini meliputi:
a. Pengukuran topografi
b. Penyelidikan mekanika tanah
c. Penyusunan konsep dan peta layout
d. Perhitungan hidrolika.
e. Pemilihan teknologi yang tepat, efisien dan efektif.
f. Perencanaan detail.
g. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ).
h. Penyusunan rencana anggaran
i. Penyusunan dokumen tender
Luas area studi
Perkiraan beneficiaries
Masyarakat kota Semarang.
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
45
IV.
Perlindungan Sosial dan Lingkungan
a. Sub-sektor Air Limbah
Judul studi
Lingkup pekerjaan
Studi UKL/UPL Pembangunan IPAL untuk limbah industry
rumah tangga dan peternakan
- Studi UKL/UPL pembangunan IPAL meliputi:
a. Pembangunan IPAL komunal industry rumah tangga tahu dan
tempe.
b. Pembangunan IPAL komunal industry rumah tangga batik.
c. Pembangunan IPAL komunal peternak skala rumah tangga
-Studi UKL/UPL yang meliputi:
i. Analisa dampak social
ii. Analisa dampak terhadap lingkungan.
iii. Rekomendasi
Luas area studi
b.
500 Ha.
Sub-sektor persampahan
Judul studi
Lingkup pekerjaan
Studi UKL/UPL Pembangunan TPA Gedog
Studi UKL/UPL pembangunan TPA Gedog meliputi kegiatan:
i. Pengumpulan dan analisa data
ii. Analisa dampak social
iii. Analisa dampak terhadap lingkungan.
iv. Rekomendasi
Luas area studi
4 Ha.
Judul studi
Lingkup pekerjaan
Studi AMDAL Pembangunan TPA Regional
Studi AMDAL pembangunan TPA Regional meliputi kegiatan:
i. Pengumpulan dan analisa data
ii. Analisa dampak social
iii. Analisa dampak terhadap lingkungan.
iv. Rekomendasi
Luas area studi
20 Ha.
c.
Sub-sektor Drainase
Tidak ada kegiatan perlindungan social dan lingkungan.
Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang
46
Download