DRAFT DOKUMEN MEMORANDUM PROGRAM SEKTOR SANITASI KOTA SEMARANG TAHUN 2011 BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi bagi mayoritas pemerintah daerah di Indonesia hingga saat ini belum menjadi prioritas. Sanitasi masih jauh di bawah program lain seperti pendidikan atau kesehatan. Posisi sanitasi dalam skala prioritas masih jauh di bawah program lain, bahkan dapat disebut sebagai program pinggiran. Indikasi dari minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan sektor sanitasi antara lain masih minimnya anggaran sektor tersebut. Dalam APBD kabupaten/kota, sektor sanitasi masih mendapatkan alokasi anggaran di bawah angka satu persen dari total APBD. Kondisi tersebut mengakibatkan pembangunan sektor sanitasi mengalami ketertinggalan jika dibandingkan dengan sektor yang lain. Bahkan kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan kerugian anggaran pemerintah. Angka kerugian akibat sanitasi buruk secara nasional setiap tahun mencapai Rp 56 Triliun. Nilai tersebut adalah anggaran yang dibelanjakan untuk biaya pengobatan akibat merebaknya penyakit akibat sanitasi buruk. Kota Semarang sebagai salah satu Kota Metropolitan bertekad untuk memperbaiki kondisi sanitasi kota. Tekad tersebut dibuktikan dengan bergabung dengan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang telah dimulai tahun 2010. Keterlibatan dalam PPSP ditindaklanjuti dengan pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL). Pokja AMPL bertugas menyusun dokumen perencanaan pembangunan sanitasi jangka menengah. Dokumen tersebut adalah Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Keterlibatan Kota Semarang dalam PPSP juga seiring dengan program “Waktunya Semarang Setara” yang digagas Walikota Soemarmo dan Wakil Walikota Hendi Hendar Prihadi. Dalam masa kepemimpinan 2010-2015, salah satu program sanitasi menuju realiasasi Semarang Setara adalah penanganan masalah rob dan banjir. Karena itu diharapkan, dengan adanya dokumen perencanaan sanitasi yang dihasilkan Pokja AMPL yang seiring dengan program Walikota tersebut, kondisi sanitasi di Kota Semarang dalam lima tahun ke depan akan semakin membaik. II. TUJUAN DAN SASARAN Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota. Guna menghasilkan strategi sanitasi kota sebagaimana tersebut di atas, maka diperlukan suatu kerangka kerja yang menjadi dasar dan acuan bagi penyusunan strategi sanitasi kota dengan tujuan agar strategi sanitasi kota tersebut memiliki dasar hukum yang jelas dan dapat diimplementasikan. Kerangka kerja strategi sanitasi kota Semarang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Strategi Sanitasi Kota Semarang. Kerangka kerja sanitasi ini merupakan salah satu produk yang dihasilkan oleh kelompok kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Maksud dari penyusunan Memorandum Program Sektor Sanitasi adalah tersusunnya dokumen rencana strategis pembangunan sanita kota 5 tahunan sektor sanitasi yang dapat digunakan sebagai rujukan bagi pemerintah kota dan pihak terkait dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi yang komprehensif pada tingkat kota. Tujuan dari penyusunan dokumen Memorandum Program Sektor Sanitasi adalah: a. Tujuan Umum Memorandum Program Sektor Sanitasi sebagai pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. b. Tujuan Khusus 1. Memorandum Program Sektor Sanitasi ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan Sanitasi Kota Semarang selama 5 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. 2. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan sanitasi. 3. Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi daerah Kota Semarang. III. LANDASAN HUKUM 1 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya. 2 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung. 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. 5 Undang-undang No 25 Tahun 2004 Tentang Perencanaan Nasional. 6 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. 7 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah. 8 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan. 9 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. 10 Undang-Undang No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan. 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Jalan. 12 Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. 13 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman. 14 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. 15 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam. 16 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 17 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 18 Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri. 19 Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan Industri. 20 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan Dalam Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang. 21 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. 22 Peraturan Daerah Kota Semarang No 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Tata Kerja Dinas Daerah Kota Semarang. 23 Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun 2010 – 2015. 24 Keputusan Walikota Semarang Nomor 602/274 tanggal 1 Juli 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kodya Dati II Semarang No 6 Tahun 1993 tentang Kebersihan di dalam Wilayah Kota Semarang. 25 Peraturan Walikota Semarang Nomor 12 Tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Rokok. 26 Keputusan Walikota Semarang Nomor 660/112 tanggal 20 Mei 2009 tentang pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Indonesian Sanitation Sector Development Programe (ISSDP) Kota Semarang. 27 Keputusan Walikota Semarang Nomor 050/059 tanggal 5 Maret 2010 tentang Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kota Semarang. IV. KEDUDUKAN MEMORANDUM PROGRAM SEKTOR SANITASI (MPSS) DALAM PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERKOTAAN Penyusunan Program Memorandum Pembangunan Sanitasi Kota Semarang yang diharapkan dapat mengakomodasikan dan merumuskan kebutuhan pembangunan kota, secara spesifik sesuai dengan karakteristik dan potensi individual kota sehingga mampu mendorong pembangunan ekonomi lokal, penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kualitas pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan nyata. Karena merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait dengan sektor sanitasi dari berbagai Kementrian / Lembaga, maka secara struktural Memorandum Program juga merupakan terminal “expenditure plan” dari seluruh instansi terkait tersebut dalam penganggaran pendanaan, baik dalam tingkatan Kota/Kab, Provinsi, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya. Memorandum Program merupakan terminal dari seluruh dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah sektor sanitasi di tingkat kota/kabupaten yang meliputi sub-sektor Air Limbah, sub-sektor Persampahan, sub-sektor Drainase dan Higiene (ditambahkan untuk air bersih). Memorandum Program disusun oleh Pemerintah Kota/Kabupaten, dengan mengacu pada kondisi dan permasalahan yang ada, yang merupakan hasil suatu konsolidasi dan integrasi keluaran proses perencanaan, tidak hanya SSK tetapi juga rencana investasi dalam RPIJM Bidang Keciptakaryaan dan dokumen perencanaan lainnya dari berbagai SKPD. Memorandum Program ini akan menjadi dasar bagi Pemerintah Kota dalam melaksanakan strategi pembangunan sektor sanitasi. •Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan Tahap 1 Tahap 2 •Pengembangan Kelembagaan dan Peraturan Tahap 6 Tahap 4 •Penyusunan Rencana Strategis (SSK) •Penyusunan Memorandum Program Tahap 3 Gambar 1.1. Tahapan PPSP •Implementasi Tahap 5 •Pemantauan, Pembimbingan, Evaluasi, dan Pembinaan Sumber : Gambar 1.2. Kedudukan Dokumen MPSS dalam PPSP V. RUANG LINGKUP MPSS Ruang lingkup Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) Kota Semarang ini meliputi Sektor Air Limbah, Sektor Drainase, Sektor Persampahan. Kegiatan untuk masing masing sektor disusun selama tahun 2010 – 2015 sesuai dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), yang dijabarkan dalam kegiatan atau program tahunan. VI. METODE PENYUSUNAN MPSS Metode penyusunan Memorandum Program Sektor Sanitasi Studi dokumen dan analisa data sekunder Pengamatan secara langsung ke lapangan untuk mendapatkan gambaran kondisi nyata. Wawancara mendalam kepada narasumber kunci. Diskusi kelompok terfokus dengan pihak terkait untuk mendapatkan hasil analisa secara lebih luas. Analisis SWOT dan matriks rangking isu prioritas Proses penyusunan Memorandum Program Sektor Sanitasi terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu dengan lainnya, antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan penilaian dan pemetaan kondisi sanitasi kota saat ini yang dirupakan dalam suatu dokumen Buku Putih Sanitasi Kota yang di dalamnya menggambarkan kondisi pengelolaan sektor sanitasi untuk belajar dari fakta sanitasi guna menetapkan kondisi sanitasi yang tidak diinginkan. 2. Menetapkan kondisi sanitasi yang diinginkan ke depan yang dituangkan ke dalam dokumen strategi Sanitasi Kota (SSK) berupa Visi dan Misi Sanitasi Kota dan Tujuan serta Sasaran Pembangunan Sanitasi Kota. 3. Menilai kesenjangan antara kondisi saat ini denan kondisi yang diinginkan untuk mengidentifikasi di mana kekuatan, kelemahan, tantangan/ancaman serta peluang Kota Semarang dalam melangkah untuk mengatasi mencapai Visi dan Misi Sanitasi Kota Semarang 2015. 4. Merumuskan Strategi Sanitasi Kota yang menjadi basis penyusunan Program dan Kegiatan Pembangunan Sanitasi Kota Jangka Menengah (5 tahunan) yang dituangkan dalam rencana kegiatan tahunan. VII. SISTEMATIKA DOKUMEN Dokumen ini terdiri dari 6 (enam) bab, yaitu: Bab 1. Pendahuluan Menggambarkan tentang latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan Draft MPSS, landasan hukum, metode penyusunan dan sistematika dokumen. Bab 2. Kerangka Logis Pembangunan Sanitasi Kota Semarang Berisi tentang kerangka logis pembangunan sanitasi kota untuk masing-masing sub-sektor air minum, air limbah, persampahan, drainase dan aspek higienis. Bab 3. Konsolidasi Program dan Kegiatan Berisi uraian tentang metode konsolidasi, proses dan hasil konsolidasi, serta program prioritas Kota Semarang. Bab 4. Studi dan Desain Lanjutan Berisi uraian dari kebutuhan studi dan desain lanjutan yang diperlukan sehubungan dengan pencapaian sasaran dan target pembangunan sanitasi kota. Bab 5. Rencana Implementasi Berisi uraian yang berkaitan dengan perencanaan program, pengelolaan program, rencana anggaran dan sumber pendanaan / pembiayaan, dan rencana jadwal Pelaksanaan. Bab 6. Rekomendasi dan Tindak Lanjut Berisi mengenai rekomendasi dan rencana tindak lanjut yang akan dilakukan Kota Semarang. BAB II KERANGKA KERJA LOGIS PEMBANGUNAN SANITASI 2.1. Umum Kota Semarang terletak antara garis 6º 50’ - 7º 10’ LS dan garis 109º 50’ 110º 35’ BT, secara administratif Kota Semarang dibatasi oleh: Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang Sebelah Barat : Kabupaten Kendal Sebelah Timur : Kabupaten Demak Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 – 348 meter di atas permukaan laut. Secara administratif Kota Semarang terdiri atas 16 Kecamatan dan 177 Kelurahan. Luas wilayah Kota Semarang adalah 373,70 Km2. Berikut ini adalah pembagian wilayah di Kota Semarang beserta luas lahan yang dimiliki masing-masing wilayah, dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Semarang Sumber : Revisi RTRW Kota Semarang Kota Semarang memiliki karakteristik topografi yang unik berupa daerah pantai dan daerah perbukitan. Elevasi topografi berada di ketinggian 0,75 m sampai 350 m di atas permukaan laut. Kondisi topografi menciptakan potensi panorama yang indah dan ekosistem yang beragam. Ketinggian Kota Semarang berkisar 0,75 - 348 meter di atas permukan laut. Ketinggian 0,75 – 90,5 meter termasuk dalam kawasan Pusat Kota Semarang (Dataran Rendah Semarang Bagian Utara) yang diwakili oleh titik tinggi di daerah Pantai Pelabuhan Tanjung Mas, Simpang Lima, Candibaru. Sedangkan ketinggian 90,5 – 348 meter terletak pada daerah pinggir Kota Semarang, yang terbesar di sepanjang arah mata angin yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen dan Gunungpati. 1. Kondisi Topografi Kota Semarang terdiri : a. Dataran pesisir pantai : 1 % dari luas wilayah total dengan ketinggian wilayah 0 – 0,75 meter dpl. b. Dataran rendah : 33% dari luas wilayah total dengan ketinggian wilayah 0,75 – 5 meter dpl. c. Dataran tinggi : 66% dari luas wilayah total dengan ketinggian wilayah 5 – 348 meter dpl. 2. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu : a. Lereng I (0-2 %), luasan wilayah Kota Semarang dengan kelerengan sebesar 02% adalah sebesar 16574,6 Ha (43%). Sebaran wilayah dengan tingkat kelerengan ini sebagian besar berada meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. b. Lereng II (2-15 %), dengan luas wilayah sebesar 14.090,5 Ha (37%). Wilayah di Kota Semarang dengan tingkat kelerengan ini meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. c. Lereng III (15-40 %), meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah Kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon), sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Candisari dengan luas keseluruhan sebesar 7050,8 Ha (18 %). d. Lereng IV (> 40 %) meliputi sebagian wilayah Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah kecamatan Gunungpati, terutama disekitar kali Garang dan Kali Kripik yang memiliki keseluruhan luasan sebesar 766,7 Ha (2%). Ketinggian Kota Semarang yang bervariasi ini menjadikan pemanfaatan bagian atas Kota Semarang harus berhati-hati, dan lebih difungsikan sebagai daerah konservasi untuk melindungi Kota Semarang bagian bawah. Gambar 2. Prosentase Luas Lahan Berdasarkan Kelerengannya di Kota Semarang 3% area yang harus hatihati dalam pemanfaatannya 3% 3% 16% 78% landai agak curam curam sangat curam Sumber : Kota Semarang Dalam Angka, 2008 Dengan demikian secara umum kriteria kemiringan lereng di Kota Semarang dapat dikatakan bahwa sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kemiringan lereng yang datar dan landai, yaitu seluas 29.190,52 Ha (sekitar 78,11%), agak curam seluas 6.080,18 Ha (16,7%), curam seluas 1138,80 Ha (3,05%) dan terjal/sangat curam seluas 960,50 Ha (2,57%). Kota Semarang memiliki iklim tropis dengan dua jenis musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan yang memiliki siklus bergantian selama lebih kurang enam bulan. Menurut data Dinas Meteorologi dan Geofisika pada umumnya hujan di Kota Semarang turun pada bulan Desember sampai Mei, sedangkan antara bulan Juni sampai November merupakan musim kemarau. Kondisi curah hujan berkisar antara 1500 mm per tahun sampai 3000 mm per tahun. Antara tahun 1963 sampai dengan 1995 curah hujan efektif konstan, yaitu rata-rata 2398,76 mm per tahun. Sedangkan rata-rata hari hujan per bulan pada tahun 2008 adalah 117 hari dengan jumlah curah hujan 7929 mm. Temperatur udara kota ini berkisar antara 25,80 oC sampai dengan 29,30 oC, kelembaban udara rata-rata berkisar dari 62 % sampai dengan 84 %. Arah angin sebagian besar bergerak dari arah tenggara menuju barat laut, dengan kecepatan ratarata berkisar antara 5,7 km/jam. Pada tahun 2008 temperatur udara rata-rata 33 oC, sehingga Kota Semarang secara umum dikatakan bersuhu udara panas. Untuk intensitas panas Matahari di Kota Semarang berkisar 5 – 10,5 jam / hari dengan penyinaran minimum rata-rata 5 jam / hari bila musim hujan dan maksimum 10,5 jam / hari. Struktur geologi Kota Semarang terdiri tiga bagian yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor. Pada daearah aliran sungai Kaligarang merupakan patahan Kaligarang yang membujur arah utara sampai selatan di sepanjang Kaligarang yang berbatasan dengan bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante ke arah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan Kaligarang serta beberapa mata air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya adalah Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan. Sedangkan pada wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam. Adapun karakteristik persebaran struktur geologi di Kota Semarang adalah : 1. Bagian utara sebagian besar ditutupi oleh endapan permukaan yang merupakan alluvium hasil pembentukan delta Kaligarang. Terdiri dari lapisan pasir, lempung, kerikil. 2. Bagian selatan memiliki lapisan litologi breksi dan lava andesit, termasuk ke dalam endapan vulkanik. 3. Daerah perbukitan (Srondol Wetan, Banyumanik, dan sekitarnya terdiri dari lapisan batuan breksi vulkanik dengan sisipan lava batu pasir tufa dan tanah berwarna merah dengan ketebalan 50-200meter. 4. Pembagian tingkat permeabilitas tanah berdasarkan jenis litologi ialah sebagai berikut : a. Sebagian wilayah kecamatan Semarang Selatan, Semarang Barat, Gunungpati, dan Mijen dan kondisi tidak permabel (kedap) dengan nilai antara 0,04-87,5 liter/m2/hari. b. Sebagian wilayah Tugu, Mijen, Semarang Timur dan Genuk mempunyai tingkat permeabilitas rendah dengan nilai antara 4-2.037 liter/m2/hari. c. Sebagian wilayah Genuk, Semarang Tangah, Semarang Utara, Semarang Barat dan Tugu mempunyai tingkat permeabilitas dengan nilai antara 4.037-122.000 liter/m2/hari. d. Wilayah Kecamatan Mijen, Gunungpati dan Semarang Selatan mempunyai permeabilitas tinggi dengan nilai antara 8.149-203.735 liter/m2/hari. Permasalahan dalam hidrologi Kota Semarang adalah debit saluran dan sungai di kota bagian bawah tidak sebanding dengan volume air. Semakin banyak daerah terbangun pada daerah tangkapan air, dan semakin banyak curah hujan akan mempengaruhi kecepatan aliran air (run off) sehingga debit air pada sungai-sungai tersebut semakin besar. Kesesuaian debit dengan dimensi saluran berpengaruh terhadap luasnya daerah genangan di Kota Semarang bagian bawah. Adanya sungai yang mengalami penyempitan dan sedimentasi serta kurangnya drainase dibandingkan dengan lahan terbangun merupakan faktor penyebab terjadinya banjir ataupun genangan di Kota Semarang bagian bawah di musim penghujan. Berdasarkan kondisi masingmasing wilayah, maka kondisi Hidrologi di Kota Semarang secara lebih detail dapat diuraikan pada tabel sebagai berikut. Tabel 2.1 Geohidrologi berdasarkan keadaan wilayah per Kecamatan di Kota Semarang Kecamatan Semarang memiliki persediaan air rata-rata cukup Tengah baik. Kedalaman sumber air dangkal / sumur berkisar antara 5-10 meter; beberapa wilayahnya dekat dengan kawasan pantai perlu mewaspadai adanya intrusi air laut yang masuk pada wilayah daratan; kawasan yang berbatasan dengan Kali Banger (Kelurahan Purwodinatan), kondisi air permukaan cukup berlimpah, tetapi juga rawan terhadap genangan air Kecamatan Semarang Rata-rata kedalaman permukaan air dangkal / sumur Timur antara 5-10 meter, beberapa wilayah yang berbatasan dengan Sungai Banjir Kanal Timur termasuk daerah yang cukup subur karena ketersediaan air cukup berlimpah (Kelurahan Kemijen, Rejomulyo, Mlatiharjo, Mlatibaru dan Bugangan), perlu penghijauan untuk peresapan di sepanjang kawasan tepi sungai. Kecamatan Semarang Rata-rata kedalaman permukaan air dangkal / sumur Selatan antara 5-10 meter, beberapa wilayah yang berbatasan dengan Sungai Banjir Kanal barat termasuk daerah yang cukup subur karena ketersediaan air cukup berlimpah (Kelurahan Bulustalan dan Barusari), terancam bahaya bencana banjir bandang yang merupakan kiriman dari daerah atas (Kabupaten Semarang). Kecamatan Termasuk kawasan perbukitan dengan karakteristik Gajahmungkur ketersediaan air berkurang pada musim kemarau, tetapi sebaliknya, debit dan aliran air cukup tinggi pada musim penghujan, rata-rata kedalaman air tanah dan permukaan air dangkal mencapai 10-20 meter, memiliki potensi daerah Genangan dengan luas genangan mencapai 1-25 Hektar (Kelurahan Petompon, Bendan Ngisor dan Karangrejo). Kecamatan Candisari Rata-rata kedalaman air tanah dan permukaan air dangkal mencapai 10-20 meter, potensi daerah Genangan dengan luas genangan mencapai 1-25 Hektar (Kelurahan Kaliwiru). Kecamatan Semarang Termasuk daerah Akuifer Produktif dengan Penyebaran Utara Luas mencapai 5-10 liter/detik (Kelurahan Tanjung Mas, Bandarharjo dan Kuningan), memiliki akuifer produktif Tinggi yang mencapai lebih dari 10 liter/detik sangat berpotensi mengakibatkan timbulnya genangan air laut / rob, kedalaman sumur rata-rata 3-10 meter, daerah genangan / rob dengan ketinggian rata-rata 20-60 cm, dengan lama genangan 2,5-7 jam, penetrasi air laut mencapai 11-15 meter, pada jarak 3,5 Km dari garis pantai, kedalaman air payau 1-10 meter pada jarak 3,5 Km dari garis pantai. Kecamatan Semarang Termasuk kawasan dengan Akuifer Produktif Sedang, Barat dengan penyebaran luas mencapai 5 liter/detik, daerah yang dekat ke arah pantai / laut muncul daerah genangan air pasang laut / rob dengan ketinggian ratarata 20-60 cm, dengan lama genangan 2,5-7 jam Kecamatan Genuk Termasuk kawasan dengan Akuifer Produktif Sedang, dengan penyebaran luas mencapai 5 liter/detik, beberapa tempat (Kelurahan Terboyo Kulon, Terboyo Wetan dan genangan Trimulyo) dan rob sangat dengan berpotensi ketinggian terjadi genangan mencapai 0,5-1 meter dan lama genangan mencapai 1-2 hari, kawasan sepanjang tepi Sungai Banjir Kanal Timur sumber air berkurang akibat terjadi pendangkalan dasar sungai karena endapan dan sedimentasi, serta terjadi penyempitan sungai karena perkerasan dan sedimentasi, genangan yang berasal dari luapan air sungai Banjir Kanal Timur di bagian hilir yang menuju ke laut, karena rendahnya derajat kemiringan sungai terhadap permukaan air laut, sehingga aliran sungai terhambat masuk ke laut dan meluap ke arah daratan, posentase daerah Catchment Area pada Daerah Aliran Sungai semakin berkurang. Kecamatan Termasuk kawasan dengan Akuifer Produktif Sedang, Gayamsari dan tinggi dengan Penyebaran Luas mencapai 5-10 liter/detik, potensi air Tanah sangat tinggi, rawan genangan air, dengan tinggi genangan antara 0,5-1 meter dan lama genangan mencapai 1-2 hari. Kecamatan Termasuk kawasan dengan Akuifer Produktif Sedang, Pedurungan dan tinggi dengan penyebaran luas mencapai 5-10 liter/detik, potensi air tanah sangat tinggi, rawan genangan air terutama di Kelurahan Plamongansari akibat aliran Sungai Pengkol. Kecamatan Termasuk daerah sumber mata air dengan ketersediaan Tembalang air cukup tinggi, termasuk dalam aliran Sungai Kali Ketekan, Hulu Kali Pengkol, Kali Watuanak dan Kali Durga Dewi. Kecamatan Termasuk daerah sumber mata air dengan ketersediaan Banyumanik air cukup tinggi, termasuk dalam aliran Sungai Kali Ketekan, Hulu Kali Pengkol, Kali Watuanak dan Kali Durga Dewi. Kecamatan Termasuk dalam arah aliran air Sungai Kreo, Kali Gunungpati Kripik dan Kaligarang, terdapat beberapa DAM, yaitu DAM Sigotek, DAM Jinunjung, DAM Gandhu dan DAM Kripik, fluktuasi air sangat tinggi, sebagai sumber mata air dan termasuk daerah kawasan konservasi air bagi wilayah Semarang bagian bawah, kedalaman muka air tanah berkisar antara 2,5-15 meter. Kecamatan Mijen Termasuk dalam arah aliran air Sungai Kreo, Kali Blorong, Kali Joho dan Kali Palapa, fluktuasi air tergantung musim, run off air cukup tinggi, beberapa tempat (Kelurahan Ngadirgo dan Bubakan) kedalaman air tanah mencapai lebih dari 50 meter. Kecamatan Ngaliyan Termasuk dalam arah aliran air Sungai Beringin, potensi bahaya terhadap luapan air sungai, kedalaman air tanah antara 15-30 meter. Kecamatan Tugu Dilalui aliran Sungai Kali Mangkang, Kali Beringin, Kali Tambakromo dan Kali Delik, bahaya luapan air sungai dan tambak pada daerah yang berdekatan dengan kawasan pantai. Sumber: Revisi RTRW Kota Semarang Pembangunan sanitasi Kota Semarang diharapkan berkontribusi dalam pencapaian visi misi kota yang telah disusun oleh Pemerintah Kota Semarang (2010 – 2015) dan pencapaian visi misi sanitasi yang telah disusun oleh Tim Sanitasi Kota (2010) sebagai berikut: Visi dan Misi Kota Semarang (Dalam RPJMD Tahun 2010 – 2015) Visi Misi Sanitasi Kota Semarang (Dalam Strategi Sanitasi Kota (SSK)) ”TERWUJUDNYA SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA, YANG BERBUDAYA MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA “ “ TERWUJUDNYA LINGKUNGAN KOTA SEMARANG YANG TERTATA, SEIMBANG, BERSIH DAN SEHAT MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA” MISI SANITASI KOTA SEMARANG : 1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat pada budaya hidup bersih dan sehat melalui kegiatan sosialisasi Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 2. Mewujudkan ruang lingkungan yang lebih tertata dan seimbang melalui penataan ruang. 3. Meningkatkan infrastruktur sarana dan prasarana air minum dan sanitasi dengan memprioritaskan program air minum dan sanitasi. 4. Melaksanakan pembinaan kelembagaan pengelolaan air minum dan sanitasi dengan pelatihan. 5. Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam membangun dan mengembangkan sistem pembiayaan sanitasi yang terpadu dengan pelibatan partisipasi masyarakat dan program tanggungjawab sosial perusahaan. 6. Melaksanakan pendidikan sanitasi dan PHBS sejak usia dini melalui kurikulum di sekolah. 7. Melaksanakan kegiatan sosialisasi sanitasi melalui media massa. MISI KOTA SEMARANG : 1. Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang yang berkualitas 2. Mewujudkan pemerintahan kota yang efektif dan efisien, meningkatkan kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum 3. Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah 4. Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan 5. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera (Sumber : RPJMD Kota Semarang Tahun 2010-2015) Dalam menjelaskan kerangka kerja logis tiap-tiap sektor sanitasi dijelaskan dari tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian program masing-masing sektor sanitasi. 2.2. Air Limbah Tujuan secara umum dalam penyusunan memorandum program pada sektor air limbah adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan sarana dan prasarana air limbah yang berwawasan lingkungan bagi masyarakat sehingga mengurangi pencemaran lingkungan. 2. Memastikan pengutamaan penerapan teknologi air limbah domestik yang ekonomis sehingga dapat mencakup pelayanan air limbah yang luas. 3. Mewujudkan pembangunan sanitasi yang partisipatif sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap sanitasi. 4. Menerapkan SPM untuk layanan air limbah domestik sehingga terwujud pelayanan bidang air limbah yang optimal. Sasaran : 1. Meningkatnya pengetahuan personil Dinas Kebersihan Pertamanan, BLH, dan Dinas Tata Kota & Permukiman dan Kelompok Swadaya Masyarakat tentang pilihan teknologi pengelolaan air limbah disesuakan dengan kondisi lingkungan setempat yang sesuai geografinya pada akhir tahun 2015. 2. Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk IPLT dari 82 m3 per bulan menjadi 150 m3 per bulan pada tahun 2015. 3. Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana air limbah dengan sistem terpusat (offsite) dan setempat (onsite) dari dari 58% menjadi 63% pada akhir tahun 2015”. 4. Berkurangnya praktek buang air besar sembarangan (BABs) dari 10% menjadi 0% pada tahun 2015. 5. Tersedianya peraturan daerah tentang pengelolaan air limbah domestik pada tahun 2015. Tahapan Pencapaian : No. Sasaran 1. Meningkatnya pengetahuan personil Dinas Kebersihan Pertamanan, BLH, dan Dinas Tata Kota & Permukiman dan Kelompok Swadaya Masyarakat tentang pilihan teknologi pengelolaan air limbah disesuakan dengan kondisi lingkungan setempat yang sesuai geografinya pada akhir tahun 2015 2. Meningkatnya volume lumpur tinja yang masuk 2011 2012 2013 2014 2015 82 m3 90m3 95m3 100 m3 150 m3 Meningkatnya akses 58 % masyarakat terhadap sarana air limbah dengan sistem offsite dan onsite dari dari 58% menjadi 63% pada akhir tahun 2015”. Berkurangnya praktek buang air 9 % besar sembarangan (BABs) 59 % 60 % 62 % 63 % 7% 5% 2% 0% IPLT 3. 4. 5. Tersedianya peraturan daerah 0% tentang pengelolaan air limbah domestik pada tahun 2015 0% 0% 0% 100% Isu dan Permasalahan Pengelolaan Air Limbah 1. Belum optimalnya pelaksanaan standar operasional dan pemeliharaan IPLT 2. Belum tersedianya standar operasional dan pemeliharaan IPAL Komunal 3. Kurangnya ketersediaan lahan untuk pembangunan sarana dan prasarana air limbah domestik di wilayah pemukiman padat 4. Belum adanya peraturan daerah tentang pengelolaan limbah cair domestik 5. Wilayah cakupan pengelolaan air limbah domestik secara terpusat (offsite) dan sewerage system masih terbatas 6. Kondisi topografi perbukitan menyulitkan penanganan limbah cair secara terpusat skala kota 7. Sarana sanitasi air limbah di kawasan pesisir sangat berpotensi terganggu banjir dan rob Matrik Kerangka Logis ???? 2.3. Persampahan Tujuan secara umum dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) pada sektor persampahan adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan sarana dan prasarana persampahan yang memadai dan mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. 2. Mewujudkan pembangunan persampahan yang partisipatif dan tanggap kebutuhan. 3. Meningkatkan penanganan sampah dengan upaya 3R dan pengurangan volume sampah mulai dari sumbernya. 4. Memenuhi SPM untuk layanan persampahan. 5. Meningkatkan intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara terus menerus di sub sektor persampahan. Sasaran : 1. Meningkatnya cakupan skala pengelolaan sampah hingga 75% pada akhir tahun 2015. 2. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah (TPA, TPS, Kontainer dan armada). 3. Meningkatnya kuantitas sarana dan prasarana pengelolaan sampah hingga 100% pada tahun 2015. 4. Mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sebesar 30% pada akhir tahun 2015. 5. Meningkatnya kualitas layanan pengelolaan persampahan sesuai dengan UU persampahan dan SPM pada akhir tahun 2015. 6. Diterapkannya pengelolaan sampah ramah lingkungan dengan Program 3 R oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Badan Lingkungan Hidup dan masyarakat di lokasi prioritas 16 Kelurahan di tahun 2015. 7. Tersedianya revisi Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1993 yang sesuai dengan UU persampahan pada akhir tahun 2015. 8. Meningkatnya kesadaran masyarakat ber-PHBS dalam pengelolaan persampahan sebesar 65% dari jumlah penduduk pada tahun 2015. Tahapan Pencapaian : No Sasaran 2011 2012 2013 2014 2015 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana pengelolaan sampah 10 % 20 % 30 % 40 % 50 % 2 Mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA 10% 15% 20% 25% 30% 3 Meningkatnya cakupan skala pelayanan penanganan sampah 60 % 63 % 68 % 72 % 75 % 4 5 Diterapkannya pengelolaan sampah ramah lingkungan dengan Program 3 R oleh SKPD dan masyarakat di 16 Kelurahan di tahun 2015 2 Kel. 3 Kel. 3 Kel. 3 Kel. 5 Kel. Meningkatnya kesadaran masyarakat 45 % ber-PHBS dalam pengelolaan persampahan 50 % 55 % 60 % 65 % Gambar 2.3 Peta Situasi Sektor Persampahan Isu dan Permasalahan Persampahan 1. Pemilahan dan pemanfaatan sampah organik dan anorganik dari sumbernya belum terlaksana secara optimal 2. Belum optimalnya pelaksanaan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di masyarakat 3. Cakupan pelayanan Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) masih terbatas 4. Ketersediaan sarana dan prasarana pengangkutan sampah masih kurang 5. TPA Jatibarang belum menerapkan sistem sanitary landfill Matrik Kerangka Logis ???? 2.4. Drainase Tujuan secara umum dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) pada sektor Drainase Lingkungan adalah sebagai berikut : 1. Terkelolanya pengendalian banjir. 2. Tersedianya sarana dan prasarana drainase lingkungan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan genangan. 3. Terwujudnya pembangunan drainase lingkungan yang partisipatif bagi masyarakat yang bermukim di zona genangan. 4. Meningkatnya intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara terus menerus di sub drainase lingkungan sehingga derajat kesehatan meningkat . Sasaran : 1. Meningkatnya kualitas drainase berkaitan dengan kapasitas saluran sampai tahun 2015; 2. Meningkatkan kuantitas prasarana penanganan sistem jaringan drainase 90% hingga tahun 2015 ; 3. Meningkatnya sarana (alat berat) penanganan sistem jaringan drainase 50% sampai tahun 2015; 4. Meningkatnya kapasitas kelembagaan pengelolaan sistem jaringan drainase 100% hingga tahun 2015; 5. Tersedianya regulasi tentang Drainase Lingkungan berupa Peraturan Daerah di tahun 2015; Tahapan Pencapaian : No. Sasaran 2011 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana penanganan sistem jaringan dtainase 82 % 2 Meningkatkan penanganan jaringan drainase 30 % 3 Meningkatnya kapasitas 80 % kelembagaan pengelolaan system jaringan drainase sarana sistem 2012 2013 2014 2015 86 % 88 % 90 % 35 % 40 % 45 % 50 % 85% 90 % 95 % 100 % 84 % Isu dan Permasalahan Drainase 1. Pembuangan air limbah domestik ( grey water dan black water ) ke dalam saluran drainase 2. Perubahan tata guna lahan di daerah hulu 3. Penambangan galian golongan C yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan dan tidak dilakukan sesuai prosedur yang berlaku 4. Banyaknya sampah yang masuk ke dalam saluran drainase menyebabkan tidak lancarnya aliran air sehingga mengakibatkan banjir 5. Masih adanya bangunan liar di sepanjang sempadan sungai yang mengakibatkan fungsi sungai tidak optimal Matrik Kerangka Logis ???? 2.5. Sub Sektor Air Bersih Tujuan secara umum dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) pada sektor Air Bersih adalah sebagai berikut : Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam penyediaan air bersih melalui peningkatan kualitas, kuantitan dan kontinuitas dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara effektif dan effisien. Sasaran : 1. Terpenuhinya Kualitas air bersih sesuai standar dari Departemen Kesehatan. 2. Meningkatnya kontinuitas aliran ke palanggan menuju durasi aliran 24 jam dengan kuantitas yang cukup. 3. Meningkatnya cakupan pelayanan PDAM dari 56,9 % menjadi 70,19 di tahun 2012. 4. Menurunnya tingkat kehilangan air dari 56,15 % menjadi 20,51 di tahun 2012. 5. Berubahnya budaya kerja dan meningkatnya etos kerja pegawai 6. Meningkatnya kinerja PDAM yang sehat sesuai indikator dalam Kepmendagri 7. Perbaikan struktur keuangan. Tahapan Pencapaian : No. 1. Uraian Proyeksi Kenaikan Tarif Full Cost Recovery Tarif Rata-Rata Biaya Dasar 2. Tingkat kehilangan air Pencapaian Pada Tahun 2007 Audit 2008 2009 2010 2011 2012 0,00% 3,73% 17,18% 2,48% 5,79% 0,32% 2.402,44 2.491,99 2.920,07 2.992,47 3.165,66 3.175,92 2.220,70 2.084,48 2.146,59 2.296,55 2.535,34 2.694,91 50,51% 56,15% 48,91% 36,71% 29,81% 20,51% 56,93% 56,52% 59,61% 63,23% 66,71% 70,19% 3. Cakupan pelayanan 4. Rasio pegawai per 1000 pelanggan 5 5 5 4 4 4 Jangka waktu penagihan piutang (hari) 40 48 48 37 37 36 5. 6. Laba/Rugi ( Rp juta) (35.947,60) (9.854,58) 2.489,31 10.449,98 18.004,06 7. Investasi (Rp juta). 8. Saldo Kas (Rp juta.) (45.553,98 ) 9.665 54.950,62 9.609 60.235,49 25.705 35.641,39 63.516 17.788,20 45.525 57.604 20.150,14 14.450,22 Isu dan Permasalahan sektor air bersih : Permasalahan yang sering terjadi dalam penyediaan Air Bersih di Kota Semarang adalah : a. Efektivitas produksi baru mencapai 78% dari kapasitas terpasang 3.207 liter/det (idle capacity 698 liter/det). Hal ini disebabkan : b. Produksi air yang dihasilkan oleh IPA Kudu pada saat ini masih belum termanfaatkan secara maksimal karena jaringan pipa distribusi belum seluruhnya menjangkau ke wilayah potensi pengembangan sambungan baru pelanggan. c. Gangguan kontinuitas pasokan air baku dari waduk Kedung Ombo dan saluran terbuka Klambu – Kudu sepanjang 42 km. d. Penurunan debit sumur dalam. e. Lokasi sumber air baku di luar administrasi Kota Semarang. 1). Kehilangan air masih cukup tinggi 57,07%. Tingginya tingkat kehilangan air tersebut disebabkan : a). Kondisi meter pelanggan yang kurang baik. b). Kondisi jaringan sebagian sudah tua. c). Sistem jaringan belum tertata dengan baik. d).Adanya kehilangan air nonfisik yang disebabkan adanya konsumsi air tidak resmi. 2). Cakupan pelayanan masih sebesar 58,69%. Hal ini disebabkan: a). Terbatasnya pasokan air terutama untuk area cabang Semarang Selatan dan Semarang Barat. b). Terbatasnya jangkauan pipa distribusi tersier. c). Diameter pipa distribusi primer yang sudah tidak memadai. d). Rata – rata tingkat konsumsi pelanggan masih rendah. Rendahnya tingkat konsumsi penggunaan air PDAM disebabkan: 1)). Pelanggan memiliki alternates sumber air. 2)). Diduga terdapat sambungan (T) sebelum meter air. 3)). Harga air PDAM dinilai mahal b) Debit sumber air tidak sesuai dengan debit rencana c) Kualitas sumber air terkadang tidak sesuai dengan persyarakat kualitas air bersih. d) Karena pengelolaan dilakukan oleh masyarakat untuk pengembangan stagnan. e) Belum adanya penetapan kewenangan kegiatan yang berhubungan dengan penyediaan air bersih antara Dinas PSDA & ESDM dengan SKPD lainnya. f) Adanya penurunan muka air tanah akibat terlalu banyak adanya sumur artetis ; g) Lamanya sambungan listrik oleh PLN sebagai penggerak pompa, jika tidak ada saluran listrik maka sumur artetis tidak dapat berfungsi ; h) Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan sumur artetis yang telah disediakan tersebut, sehingga ada beberapa sumur artetis yang tidak dapat berfungsi maksimal ; i) Belum dibentuknya badan pengelola oleh masyarakat sehingga tidak adanya kejelasan pihak yang melaksanakan pengelolaan sarana air bersih. BAB III KONSOLIDASI DAN PRIORITASI PROGRAM DAN KEGIATAN (dikoreksi) 4.1 Metode Konsolidasi Penyusunan Memorandum Program yang difasilitasi oleh Konsultan Manajemen Propinsi dan memiliki tahapan konsolidasi sebagai berikut: 1. Rekapitulasi program kegitan dalam dokumen perencanaan yaitu RPJMD, RPIJM, SSK, Renstra SKPD, dan RKPD 2. Tatap muka langsung dan kunjungan ke SKPD terkait untuk sinkronisasi program kegiatan dari berbagai dokumen perencanaan yang dihadiri SKPD terkait. 3. Cross check rencana investasi sanitasi dengan SKPD terkait didampingi konsultan dari KMP. 4. Pembahasan, konsolidasi, sinkronisasi dan indikasi sumber pendanaan program dan kegiatan Sanitasi dari APBD Provinsi dan APBN akan difasilitasi oleh POKJA AMPL Provinsi Jawa Tengah. 4.2 Proses dan Hasil Konsolidasi Proses konsolidasi program dan kegiatan ini dilakukan oleh Tim Sanitasi Kota Semarang yang difasilitasi oleh KMP yang dimulai sejak bulan September 2011 dengan melakukan updating data kondisi eksisting sampai dengan tahun 2011 serta konsolidasi dan sinkronisasi program dan kegiatan dari berbagai sumber dokumen perencanaan. Konsolidasi juga dilakukan antara SKPD terkait pada tataran kota. Hasil konsolidasi dan sinkronisasi program dan kegiatan Sanitasi sudah digunakan sumber data penyusunan Draft MPSS. Hasil konsolidasi dan sinkronisasi tingkat kota kemudian akan dilakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan stakeholder pada tataran provinsi yang yang difasilitasi oleh Pokja AMPL Provinsi Jawa Tengah. Hasil konsolidasi dan sinkronisasi untuk pendanaan dari provinsi dan pusat sampai saat ini masih dalam proses, sedangkan program dan kegiatan untuk masing-masing sumber pendanaan (APBD Kota, APBD Provinsi dan APBN) versi Pokja Sanitasi Kota seperti pada Lampiran. Hasil konsolidasi merupakan dokumen Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) yang di dalamnya dilampiri matrik rencana investasi sanitasi Tahun 2011 sampai dengan 2015 Kota Semarang. Dokumen ini nantinya digunakan sebagai pedoman dari Pemerintah Pusat, Propinsi dalam menentukan prioritas dan memberikan bantuan dana guna pembangunan sanitasi dari Tahun 2011-2015. 4.3 Program Prioritas Program prioritas sanitasi disusun berdasarkan kesesuaian prioritas penanganan sanitasi sebagaimana terdapat dalam Buku Putih, SSK, Masterplan dan RPIJM Kota Semarang 2010 - 2015. Program yang menjawab permasalahan sanitasi di wilayah prioritas sanitasi (terdapat dalam Buku Putih dan RPIJM) akan menjadi program prioritas pengembangan sanitasi Kota Semarang dan disusun sebagai rencana program untuk tahun 2011 yang sudah tersedia dana untuk masing-masing kegiatan sedangkan untuk tahun 2012 – 2015 ditentukan berdasarkan tingkat kebutuhan kota untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya sehingga diharapkan terjadi kesinambungan program dan kegiatan dalam percepatan pembangunan sanitasi. Kebutuhan yang paling mendesak dan kegiatan yang mendukung tercapainya visi dan kota merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan. a. Air Limbah Prioritas pembangunan dan pengelolaan air limbah Kota Semarang adalah: 1. Pengembangan pengolahan air limbah berbasis masyarakat/komunal. 2. Pengembangan sistem pengolahan air limbah domestik (Rumah Tangga) skala lingkungan dan kawasan/kota. 3. Optimalisasi dan rehabilitasi IPLT. 4. Review Master Plan dan DED. b. Persampahan Prioritas pembangunan dan pengelolaan persampahan Kota Semarang adalah: 1. Optimalisasi TPA dengan sistem Sanitary Landfill termasuk pengadaan Alat Berat untuk Operasional TPA. 2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung sistem 3R (TPST dan Bank Sampah) 3. Penambahan sarana dan prasarana pengangkutan sampah. 4. Review Master Plan dan DED. c. Drainase Prioritas pembangunan drainase kota Semarang adalah: 1. Review Masterplan dan perencanaan detail (DED). 2. Pembangunan saluran drainase primer dan sekunder. 3. Pembangunan Embung. d. Hiegene Prioritas Pengembangan Pola Hidup Bersih dan Sehat kota Semarang adalah: 1. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat didalam pengembangan PHBS 2. Evaluasi data, kajian dan studi untuk mendukung PHBS 3. Penyediaan sarana fisik untuk mendukung PHBS Daftar kegiatan prioritas sektor sanitasi secara detail dapat dilihat dalam Lampiran. BAB IV STUDI DAN DESAIN LANJUTAN (dikoreksi) 4.4 Umum Dari daftar program dan kegitan maka dapat diidentifikasi kebutuhan studi dan desain lanjutan yang diperlukan sebelum kegiatan implementasi fisik pembangunan sanitasi dapat dilakukan. Studi dan desain lanjutan ini diperlukan untuk dapat menjamin pembangunan yang dilakukan tepat guna memenuhi persyaratan teknis yang berlaku. 4.5 Masterplan Masterplan adalah merupakan rencana jangka panjang skala kota setidaknya untuk jangka waktu 20 tahun. Masterplan setidaknya berisi: Penjelasan dan pemetaan tentang kondisi eksisting Tinjauan terhadap aspek kelembagaan, social, ekonomi, finansiil dan teknis. Prediksi kebutuhan prasarana dan sarana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pilihan penanganan dari permasalahan yang ada. Pengembangan aspek kelembagaan. Rencana pengembangan, perkiraan biaya serta jadwal inplementasi untuk jangka pendek, jangka menengah da jangka panjang. Kebutuhan penyusunan Masterplan untuk masing-masing sub-sektor dapat dilihat pada Lampiran. a. Air Limbah 1. Review Master Plan Air Limbah dan DED 2. FS Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat 3. FS Optimalisasi IPLT Tambakrejo b. Persampahan 1. Review Master Plan Persampahan dan DED 2. FS Kebutuhan TPST Kota Semarang 3. Penyusunan Perda Pengelolaan Sampah Persampahan 4. FS TPA Baru 5. FS Pengelolaan Sampah dengan system 3R c. Drainase 1. Master Plan Drainase Kota 2. FS Daerah Genangan 3. DED Saluran Drainase Kota 4.6 Studi Kelayakan Studi kelayakan harus setidaknya berisi: Studi kelayakan yang ditinjau dari aspek teknis, social, ekonomi, finansiil dan kelembagaan. Studi tentang besaran tarif dan mekanisme pengumpulan untuk kegiatan yang berkaitan dengan retribusi. Kebutuhan Studi Kelayakan untuk masing-masing sub-sektor dapat dilihat pada Lampiran. 4.7 Detailed Engineering Design Penyusunan Detailed Engineering Design (DED) harus dapat dipertanggung jawabkan meliputi: Pengumpulan data Survai topografi. Survai investigasi permasalahan. Pelibatkan masyarakat melalui sosialisasi dan diskusi dengan pengguna khususnya untuk perencanaan yang berbasis masyarakat. Analisa dan perhitungan Pilihan teknologi yang tepat, efisien dan efektif serta mudah dan murah didalam O dan P Perencanaan dan penggambaran detail. Penyusunan manual Operasi dan Pemeliharaan ( O & P ). Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). Penyusunan rencana anggaran biaya. Penyusunan dokumen tender Kebutuhan Detail Engineering Design untuk masing-masing sub-sektor dapat dilihat pada Lampiran. 4.8 Perlindungan Sosial dan Lingkungan Perlindungan sosial dan lingkungan dimaksudkan untuk me-minimal-kan dampakdampak yang akan terjadi baik dampak social maupun lingkungan terhadap suatu kegiatan konstruksi. Pendekatan studi yang dilakukan adalah dengan studi AMDAL atau UKL/UPL dan atau LARAP sesuai dengan kebutuhan. Hal-hal yang perlu dilakukan studi adalah prediksi dampak dan penanganan yang harus dilakukan pada saat sebelum/mulai kegiatan, waktu pelaksanaan dan sesudah (pasca) konstruksi. Kebutuhan Studi Perlindungan Sosial dan Lingkungan untuk masing-masing sub-sektor dapat dilihat pada Lampiran. LAMPIRAN: Ruang Lingkup Pekerjaan Konsultansi Perencanaan Studi dan Desain I. STUDI MASTERPLAN a. Sub-sektor air limbah Review Masterplan Air Limbah b. Sub-sektor persampahan Review Masterplan Persampahan Judul studi Penyusunan Review Masterplan pengelolaan persampahan di Kota Semarang Lingkup pekerjaan Review Masterplan ini mencakup: - Kondisi eksisting pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis, kelembagaan, ekonomi dan keuangan, dan sosial. - Perhitungan untuk timbulan sampah saat ini, karakteristik sampah yang ada, serta estimasi produksi air limbah hingga 20 tahun. - Identifikasi dan pemetaan terhadap kegiatan yang menimbulkan timbulan sampah. - Opsi sistem pengelolaan sampah skala kota yang efektif dan efisien. - Indikasi kebutuhan peralatan seperti tempat sampah, TPS, transfer depo, gerobag dsb berikut dengan penempatannya. - Indikasi kebutuhan alat angkut dan alat berat serta penempatannya. - Indikasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan fasilitasi pengelolaan yang dibutuhkan serta jadwal implementasi. Luas area studi Keseluruhan wilayah administratif Kota Semarang seluas kurang lebih 3.258 Ha. Judul studi Studi manajemen dan teknis (SOP) pengelolaan persampahan kota Semarang Lingkup pekerjaan Studi ini mencakup: - Kondisi eksisting pengelolaan persampahan. - Perhitungan untuk timbulan sampah saat ini, karakteristik sampah yang ada, serta estimasi timbulan sampah hingga 20 tahun. - Identifikasi dan pemetaan terhadap kegiatan yang menimbulkan timbulan sampah. - Opsi sistem pengelolaan dan pengangkutan sampah skala kota yang efektif dan efisien. - Indikasi kebutuhan peralatan seperti tempat sampah, TPS, transfer depo, gerobag dsb berikut dengan penempatannya. - Indikasi kebutuhan alat angkut dan alat berat serta penempatan/penyebarannya. Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 34 - Perkiraan biaya operasi dan pemeliharan sarana dan prasarana persampahan. - Perhitungan besaran retribusi. Luas area studi c. Keseluruhan wilayah administratif Kota Semarang seluas kurang lebih 3.258 Ha. Sub-sektor drainase Review Masterplan Drainase Judul studi Review Masterplan dan DED sistem drainase di Kota Semarang Lingkup pekerjaan Review Masterplan ini mencakup: - Masterplan yang ada dibuat tahun 2003, sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini. - Lingkup kegiatan meliputi sistem drainase makro (sungai) dan sistem drainase mikro (Sal. Drainase primer dan Sal. drainase sekunder). - Kondisi eksisting sistem drainase dan pengelolaannya yang meliputi aspek teknis, kelembagaan, ekonomi dan keuangan, dan sosial. - Identifikasi dan pemetaan titik-titik genangan yang meliputi lokasi genangan, luas genangan, tinggi genangan, lama genangan, frekuensi genangan dan penyebabnya serta indikasi penanganan yang diperlukan. - Penyusunan Database Saluran Drainase Skala Kota Semarang dengan Software dan training. - Perhitungan kapasitas saluran yang ada dan indikasi penanganannya. - Pemetaan dan pembagian sub-sistem drainase. - Perhitungan kerugian yang ditimbulkan oleh adanya genangan yang terjadi. - Opsi penanganan genangan secara menyeluruh skala kota. - Indikasi dimensi saluran yang diperlukan untuk penanganan genangan. - Indikasi kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan fasilitasi pengelolaan yang dibutuhkan serta jadwal implementasi. - Penyusunan skala prioritas. - Saran dan rekomendasi Detail Engineering Design (DED) Saluran Drainase. a. DED Saluran drainase sepanjang 4 km pada daerah prioritas. b. Pengukuran topografi c. Pengumpulan data permasalahan saluran drainase dan genangan dengan melibatkan masyarakat setempat. Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 35 d. e. f. g. h. i. j. k. l. Luas area studi Survey identifikasi saluran drainase yang ada. Penyusunan konsep dan layout penanganan saluran drainase. Melakukan konsultasi kepada masyarakat atau tokoh masyarakat dan kepala desa terhadap konsep penanganan saluran yang diusulkan dan untuk memperoleh masukan dari masyarakat. Perhitungan hidrologi dan hidrolika. Pemilihan teknologi yang tepat, efisien dan efektif. Perencanaan detail yang meliputi Design Note dan Gambar Perencanaan Detail. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). Penyusunan rencana anggaran Penyusunan dokumen tender Keseluruhan wilayah administratif Kota Semarang seluas kurang lebih 3.258 Ha. DED Saluran Drainase sepanjang 4 km. Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 36 II. STUDI KELAYAKAN (disesuaikan RPIJM) a. Sub-sektor air limbah FS Jaringan Air Limbah Terpusat FS Rehabilitasi IPLT b. Sub-sektor persampahan FS Rehabilitasi TPA Jatibarang FS Pengolahan Sampah menjadi Briket FS Kebutuhan TPST Judul studi Studi kelayakan TPA Jatibarang Sanitary Landfill Lingkup pekerjaan Studi kelayakan TPA Jatibarang meliputi: a. Pengumpulan data dan analisa. b. Kelayakan lokasi yang ditinjau dari manajemen pengangkutan sampah, manajemen pengelolaan dan teknik pengumpulan. c. Kelayakan dari Aspek Finansiil, d. Kelayakan dari Aspek Ekonomi e. Kelayakan ditinjau dari Aspek Sosial Budaya masyarakat sekitar. f. Kelayakan ditinjau dari Aspek Teknis. g. Mengacu kepada Standart Nasional Indonesia SNI 033241-1994 dan SNI 19-2454-2002. Luas area studi 4 Ha. Perkiraan beneficiaries Masyarakat seluruh kota Semarang Judul studi Studi kelayakan pembangunan TPA Regional Sanitary Landfill Lingkup pekerjaan Studi kelayakan TPA Regional meliputi: a. Pengumpulan data dan Analisa data persampahan Kota Semarang dan Kabupaten Semarang. b. Kelayakan lokasi yang ditinjau dari manajemen pengangkutan sampah, manajemen pengelolaan dan teknik pengumpulan. c. Kelayakan dari Aspek Finansiil, d. Kelayakan dari Aspek Ekonomi e. Kelayakan ditinjau dari Aspek Sosial Budaya masyarakat sekitar. f. Kelayakan ditinjau dari Aspek Teknis. g. Mengacu kepada Standart Nasional Indonesia SNI 033241-1994 dan SNI 19-2454-2002. Luas area studi 20 Ha. Perkiraan beneficiaries Masyarakat seluruh Kota dan Kabupaten Semarang. Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 37 c. Sub-sektor drainase FS Drainase Perkotaan Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 38 III. DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) (disesuaikan RPIJM) a. Sub-sektor Air Limbah - DED Optimalisasi IPLT Tambak Lorok Judul studi Lingkup pekerjaan Perencanaan Teknis (DED) Integrated Waste Water Treatment Plan Skala kawasan Penyusunan DED ini meliputi: Pengukuran topografi Perhitungan produksi air limbah domestic, bengkel, dorsmeer, industri rumah tangga (tahu-tempe & batik), limbah ternak skala rumah tangga dan IPLT serta karakteristik air limbahnya dalam skala kawasan. Pemilihan lokasi yang tepat dengan melibatkan masyarakat yang difasilitasimoleh pemerintah kota. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Pilihan teknologi pengolahan yang tepat, efektif dan efisien. Perhitungan dimensi, perhitungan struktur dan Design Note. Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan. Penyusunan Gambar Detail Bangunan dan fasilitas pendukungnya. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan Penyusunan dokumen tender Penyusunan rencana besaran retribusi. Luas area studi Penyusunan standart operasional dan pemeliharaan. 150 Ha. Perkiraan beneficiaries 8.000 jiwa dan IPLT untuk skala kota. Judul studi Penyusunan DED MCK, Septiktank dan IPAL komunal Lingkup pekerjaan Penyusunan DED ini meliputi Perencanaan SANIMAS/MCK dan MCK plus, IPAL komunal dan Septiktank komunal, lokasi tersebar di beberapa tempat: Pengukuran topografi. Perhitungan produksi air limbah daerah perencanaan serta karakteristik air limbahnya Melibatkan masyarakat dalan perencanaan ini, melalui sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat pengguna yang difasilitasi oleh pemerintah kota sehingga diketahui keinginan masyarakat. Survey investigasi jamban dan septiktank dengan melibatkan masyarakat pengguna termasuk termasuk penentuan lokasinya. Pengumpulan data dan analisa data. Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 39 Pilihan teknologi pengolahan yang tepat, efisien dan efektif serta mudah dan murah didalam O dan P Perencanaan dibuat sedemikian rupa agar dapat dimungkinkan interkoneksi dengan sewer system skala kota. Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan, bangunan dan fasilitas pendukungnya. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). Penyusunan rencana anggaran biaya. Penyusunan dokumen tender Luas area studi 11 lokasi Perkiraan beneficiaries 4.000 jiwa Judul studi Lingkup pekerjaan Penyusunan DED IPAL komunal untuk industry rumah tangga (industry Tahu & tempe dan industry batik. Penyusunan DED ini dengan lokasi tersebar di beberapa tempat, kegiatan yang dilakukan adalah: Pengukuran topografi. Perhitungan produksi air limbah daerah perencanaan serta karakteristik air limbahnya Melibatkan masyarakat dalan perencanaan ini, melalui sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat pengguna yang difasilitasi oleh pemerintah kota sehingga diketahui keinginan masyarakat. Survey investigasi industry rumah tangga dengan melibatkan masyarakat pengguna termasuk termasuk penentuan lokasinya. Pengumpulan data dan analisa data. Pilihan teknologi pengolahan yang tepat, efisien dan efektif serta mudah dan murah didalam O dan P Perencanaan dibuat sedemikian rupa agar dapat dimungkinkan interkoneksi dengan sewer system skala kota. Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan, bangunan dan fasilitas pendukungnya. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). Penyusunan rencana anggaran biaya. Penyusunan dokumen tender Luas area studi 4 lokasi Perkiraan beneficiaries 20 industri rumah tangga Judul studi Lingkup pekerjaan Penyusunan DED IPAL Komunal Ternak skala rumah tangga. Penyusunan DED ini dengan lokasi tersebar di beberapa tempat, kegiatan yang dilakukan adalah: Pengukuran topografi. Perhitungan produksi air limbah daerah perencanaan serta Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 40 karakteristik air limbahnya Melibatkan masyarakat dalan perencanaan ini, melalui sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat pengguna yang difasilitasi oleh pemerintah kota sehingga diketahui keinginan masyarakat. Survey investigasi ternak skala rumah tangga dengan melibatkan masyarakat pengguna termasuk termasuk penentuan lokasinya. Pengumpulan data dan analisa data. Analisa perkiraan perkembangan jumlah ternak pada 20 tahun mendatang. Pilihan teknologi pengolahan yang tepat, efisien dan efektif serta mudah dan murah didalam O dan P Perencanaan dibuat sedemikian rupa agar dapat dimungkinkan interkoneksi dengan sewer system skala kota. Perencanaan dan penggambaran detail perpipaan, bangunan dan fasilitas pendukungnya. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). Penyusunan rencana anggaran biaya. Penyusunan dokumen tender Luas area studi 7 lokasi Perkiraan beneficiaries 36 peternak skala rumah tangga b. Sub-sektor Persampahan Judul studi Penyusunan DED TPA Gedog Sanitary Landfill Lingkup pekerjaan Detail Engineering Design (DED) TPA Gedog Sanitary Landfill yang meliputi kegiatan: a. Pengukuran topografi. b. Pengumpulan data Lingkungan dusekitar lokasi TPA yang meliputi: 1). Kondisi social & budaya masyarakat, 2). Badan sungai, 3). Persawahan dsb. c. Pengumpulan data Geologi dan Hidrologi. d. Pengumpulan data dan analisa data tentang jarak pengangkutan sampah dari sumbernya. e. Pengumpulan data kualitas tanah timbunan dan jarak angkut. f. Perhitungan produksi sampah yang diangkut ke dalam TPA termasuk karakteristiknya. g. Perhitungan pengurangan sampah dari sumbernya. h. Pilihan teknologi yang tepat, efektif dan efisien. i. Pengolahan sampah dengan sanitary landfill. j. Pilihan teknologi tepat untuk bangunan sel, pengolah Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 41 lindi, perhitungan dimensi, serta perhitungan struktur. Perencanaan dan penggambaran detail instalasi pipa gasifikasi. l. Penyusunan gambar detail bangunan Sel, Pengolah Lindi, Timbangan, gedung pengelola, gudang, bengkel, cuci kendaraan dan fasilitas pendukung lainnya. m. Fasilitas Pengolah Sampah 3R dilokasi TPA. n. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). o. Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan p. Penyusunan dokumen tender q. Penyusunan Standart Operasi dan Pemeliharaan (SOP) TPA k. Luas area studi 4 Ha. Perkiraan beneficiaries Masyarakat seluruh Kota. Judul studi Penyusunan DED TPA Regional Sanitary Landfill Lingkup pekerjaan Detail Engineering Design (DED) TPA Regional Sanitary Landfill yang meliputi kegiatan: a. Pengukuran topografi. b. Pengumpulan data Lingkungan dusekitar lokasi TPA yang meliputi: 1). Kondisi social & budaya masyarakat, 2). Badan sungai, 3). Persawahan dsb. c. Pengumpulan data Geologi dan Hidrologi. d. Pengumpulan data dan analisa data tentang jarak pengangkutan sampah dari sumbernya. e. Pengumpulan data kualitas tanah timbunan dan jarak angkut. f. Perhitungan produksi sampah yang diangkut ke dalam TPA termasuk karakteristiknya. g. Perhitungan pengurangan sampah dari sumbernya. h. Pilihan teknologi yang tepat, efektif dan efisien. i. Pengolahan sampah dengan sanitary landfill. j. Pilihan teknologi tepat untuk bangunan sel, pengolah lindi, perhitungan dimensi, serta perhitungan struktur. k. Perencanaan dan penggambaran detail instalasi pipa gasifikasi. l. Penyusunan gambar detail bangunan Sel, Pengolah Lindi, Timbangan, gedung pengelola, gudang, bengkel, cuci kendaraan dan fasilitas pendukung lainnya. m. Fasilitas Pengolah Sampah 3R dilokasi TPA. n. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). o. Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan p. Penyusunan dokumen tender q. Penyusunan Standart Operasi dan Pemeliharaan (SOP) TPA Luas area studi 20 Ha. Perkiraan beneficiaries Masyarakat seluruh Kota.dan Kabupaten Semarang Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 42 Judul studi Penyusunan DED Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) 3R Lingkup pekerjaan Pengukuran situasi Perencanaan bangunan utama berupa bangunan gedung, gudang dan bangunan penunjangnya untuk mendukung proses koposting yang efektif dan efisien. Bangunan sipil yang mendukung untuk mekanikal seperti pondasi genset, ayakan, incinerator (bila diperlukan) dan bangunan pendukung lainnya. Pemilihan teknologi 3R yang efektif dan efisien. Perencanaan detail gudang, bangunan gedung dan fasilitas lain yang diperlukan. Penyusunan Gambar Detail Bangunan dan fasilitas pendukungnya. Penyusunan rencana anggaran biaya yang diperlukan Penyusunan dokumen tender Luas area 4 lokasi Perkiraan beneficiaries Pengolahan sampah (3R) bagi warga kecamatan dan sekitarnya menjadi sampah daur ulang yang bernilai ekonomi. Judul studi Pembuatan Buku Status Persampahan Kota Semarang termasuk penyusunan SOP Lingkup pekerjaan a. b. c. d. e. f. g. h. Survey volume dan karakteristik timbulan sampah. Pengumpulan data dan Survey investigasi prasarana persampahan yang dimiliki kota Semarang seperti TPA, TPS, Transfer depo, tempat sampah, composter, pengolahan limbah plastik (3R), tempat composting komunal dsb, yang meliputi lokasi, dimensi, kondisi dan data lain yang diperlukan. Pengumpulan data sarana persampahan yang dimiliki oleh kota Jambi seperti Loader, excavator, dozer, dump truck, amroll truk, mobil pick up, gerobag motor, gerobag dorong dsb, yang meliputi lokasi, kapasitas, tipe, kondisi dan data lain yang dianggap perlu. Analisa dan perhitungan kebutuhan sarana dan prasarana (point b dan c) yang dipelukan agar pengelolaan persampahan menjadi efektif dan efisien. Susunan organisasi dan sistem pengelolaan sampah. Database harus dibuat dalam bentuk software sedemikian rupa sehingga mudah dipahami, di-update dan dioperasionalkan. Melakukan training pengoperasian database. Penyusunan Buku Standart Operasional dan Pemeliharaan (SOP) pengangkutan sampah yang efektif dan efisien. Luas area studi 208 Ha (seluruh wilayah kota Jambi) Perkiraan beneficiaries Memiliki database yang akurat yang dapat digunakan untuk dasar Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 43 pengembangan pengelolaan persampahan kota Jambi. c. Sub-sektor drainase - DED Sanitasi di catchment area Kali Semarang, Kali Asin, Kali Baru Judul studi Perencanaan Saluran drainase (DED) Kota Semarang Lingkup pekerjaan Kegiatan ini meliputi: 1. DED Sal. Drainase Lingkungan dan gorong-gorong, total panjang 30 km. 2. DED Sal. Drainase Primer dan Sekunder, total panjang 11 km. Sedangkan lingkup pekerjaan Perencanaan Saluran Drainase (DED) meliputi: a. Pengukuran topografi b. Survey identifikasi kondisi dan permasalahan saluran drainase yang ada serta genangan. c. Penyusunan konsep dan layout penanganan saluran drainase/genangan secara komperehensif skala kawasan dan dalam batasan hidrologis. d. Melakukan konsultasi publik kepada masyarakat terhadap konsep penanganan saluran yang diusulkan dan untuk memperoleh masukan dari masyarakat. e. Perhitungan hidrologi dan hidrolika. f. Pemilihan teknologi yang tepat, efisien dan efektif. g. Perencanaan detail. h. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). i. Penyusunan rencana anggaran j. Penyusunan dokumen tender d. Luas area studi 41 km Perkiraan beneficiaries Masyarakat kota Semarang. Sub-Sektor Air Bersih Judul studi Perencanaan Sarana dan Prasarana Peningkatan Pelayanan Air Bersih (DED) Kota Semarang Lingkup pekerjaan Kegiatan ini meliputi: 3. DED Pengembangan dan pembangunan jaringan pipa distribusi, 4 paker. 4. DEDE Pembuatan bangunan aerasi 5. DED Pembuatan bangunan chlorinasi 6. DED Pembuatan menara air 7. DED Penyediaan sar-pras air minum bagi kawasan RSH 8. DED Pengembangan jaringan pipa distribusi Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 44 Sedangkan lingkup pekerjaan Perencanaan (DED) ini meliputi: a. Pengukuran topografi b. Penyelidikan mekanika tanah c. Penyusunan konsep dan peta layout d. Perhitungan hidrolika. e. Pemilihan teknologi yang tepat, efisien dan efektif. f. Perencanaan detail. g. Perhitungan volume pekerjaan (BoQ). h. Penyusunan rencana anggaran i. Penyusunan dokumen tender Luas area studi Perkiraan beneficiaries Masyarakat kota Semarang. Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 45 IV. Perlindungan Sosial dan Lingkungan a. Sub-sektor Air Limbah Judul studi Lingkup pekerjaan Studi UKL/UPL Pembangunan IPAL untuk limbah industry rumah tangga dan peternakan - Studi UKL/UPL pembangunan IPAL meliputi: a. Pembangunan IPAL komunal industry rumah tangga tahu dan tempe. b. Pembangunan IPAL komunal industry rumah tangga batik. c. Pembangunan IPAL komunal peternak skala rumah tangga -Studi UKL/UPL yang meliputi: i. Analisa dampak social ii. Analisa dampak terhadap lingkungan. iii. Rekomendasi Luas area studi b. 500 Ha. Sub-sektor persampahan Judul studi Lingkup pekerjaan Studi UKL/UPL Pembangunan TPA Gedog Studi UKL/UPL pembangunan TPA Gedog meliputi kegiatan: i. Pengumpulan dan analisa data ii. Analisa dampak social iii. Analisa dampak terhadap lingkungan. iv. Rekomendasi Luas area studi 4 Ha. Judul studi Lingkup pekerjaan Studi AMDAL Pembangunan TPA Regional Studi AMDAL pembangunan TPA Regional meliputi kegiatan: i. Pengumpulan dan analisa data ii. Analisa dampak social iii. Analisa dampak terhadap lingkungan. iv. Rekomendasi Luas area studi 20 Ha. c. Sub-sektor Drainase Tidak ada kegiatan perlindungan social dan lingkungan. Draft Memorandum Program Sektor Sanitasi Kota Semarang 46