Seni Musik di Sekolah Oleh : Musafir Isfanhari Perkembangan musik di Indonesia dari hari ke hari semakin meningkat, gejala ini dapat dilihat pada banyaknya pertunjukan dan pergelaran di berbagai kesempatan. Hampir setiap restoran atau hotel selalu menyediakan grup musik sebagai penghibur tamu yang datang, begitu juga pada saat tutup tahun hampir di setiap gedung bioskop selain pertunjukan filmnya sendiri juga dihibur dengan pertunjukan-pertunjukan musik, bahkan pada pertandingan olahragapun penonton disuguhi musik. Dampak dari semua ini adalah meningkatnya kehidupan seniman. Tidak sedikit dari mereka yang hidup layak dari hasil bermain musik, banyak pula dari mereka beberapa tahun tahun yang lalu belum apa-apa sekarang sudah mempunyai rumah, punya mobil dan lain sebagainya. Ini baru musisi kelas restoran dan hotel belum lagi yang berhasil masuk dapur rekaman, sebuah lagu yang meledak di pasaran sudah dapat dipastikan bonus mobil bagi penyanyinya. Pekerjaan yang tampaknya ringan tak memerlukan ketrampilan khusus nan menjanjikan sesuatu yang menggiurkan inilah yang mendorong banyak remaja mencoba mengadu nasib menyayikan lagu ini, lagu itu dan inilah awal dari malapetaka, karena banyak yang akhirnya memilih jalan pintas untuk mencapai puncaknya, tidak perduli lagi apakah sebuah lagu “PANTAS” atau “TIDAK PANTAS” dinyanyikan oleh seorang anak dalam usia tertentu. Pengertian “PANTAS” atau “TIDAK PANTAS” di sini bukan hanya sekadar isi syairnya saja (yang segera) muda diketahui pantas atau tidaknya dinyayikan oleh seorang anak, namun yang juga penting adalah melodi dari lagu tersebut (ambitus, interval, pola ritme) apakah juga pantas atau tidak dinyanyikan seorang anak. Dengan demikian masalahnya ialah bagaimana memberikan PORSI MUSIK yang cocok bagi anak dalam usia tertentu serta apa sasaran pokok dalam pendidikan musik sehingga tujuan pembinaan musik tercapai. Perkembangan Usia dalam Hubungan dengan Pendidikan Musik Dr. Schamound membagi perkembangan usia seseiorang menjadi tiga bagian : 1. Usia 0–7 tahun : Usia peka untuk menangkap bunyi dan ketinggian bunyi (pitch) pada usia ini paling tepat diajarkan ialah membiasakan anak menyanyikan lagu dalam pitch yang tepat/betul. 2. Usia 7–13 tahun : Pada usia ini yang berkembang pada sesorang anak adalah otot-ototnya, sehingga memainkan alat musik (gitar, piano, dll) paling tepat diajarkan pada usia ini. 3. Usia 13–20tahun : Pada usia ini seorang anak memasuki usia pancaroba, usia dimana terjadi peralihan dari anak ke dewasa, pita suara semakin kokoh (tidak terjadi lagi perubahan). Pelajaran vokal (terutama teknik) adalah paling tepat diusia ini. Sasaran Pokok dan Tujuan Pendidikan Sasaran Pokok Pendidikan Musik ialah penanaman musikalitas dan pembiaan perasaan murni yang mencakup : 1. Perasaan musikal (ritme, melodi, harmoni, tempo, dinamika). 2. Teknik (teknik bermain, tehnik pernafasan) 3. Pengertian secara intelek yang mencakup pengertian atas naskah musik, latar belakang sejarah musik, bentuk musik dan lain-lain . Tujuan Pembinaan Pendidikan Musik 1. Menumbuhkan kemampuan apresiasi, dengan jalan memberi kesempatan mendengar musik yang baik. 2. Memberikan kemampuan dasar dengan jalan memelihara musikalitas, kemampuan membaca tulisan musik. 3. Kemampuan mengekspresikan, memupuk teknis yang diperlukan untuk dapat memainkan musik dengan baik (menyanyi dan memainkan alat musik) 4. Peningkatan musik dalam kehidupan sehari-hari, yaitu memupuk sikap pendirian serta kebiasaan yang baik melalui musik, sehingga dapat menimbulkan kebahagiaan dan kegembiraan dalam kehidupan sehari-hari. Hambatan dalam Pendidikan Musik a. Banyaknya salah pengertian dari masyarakat terhadap musik karena ulah manusianya. b. Kurangnya tenaga guru musik di sekolah yang dapat memberikan pengetian serta pengajaran yang baik dan benar. Hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan cara : a. Memberikan penjelasan tentang arti musik yang sesungguhnya kepada masyarakat. b. Peningkatan mutu guru musik di sekolah baik di segi ketrampilannya maupun pengetahuannya. BEBERAPA BAHAN MENINGKATKAN KETRAMPILAN DAN PENGETAHUAN MUSIK a. Pelajaran membaca notasi menyangkut tiga hal : 1. Kegiatan dalam waktu : Pengenalan notasi yang berhubungan dengan ritme. 2. Kegiatan dalam ruang : Pengenalan notasi yang berhubungan dengan tinggi rendah nada. 3. Koordinasi : Bagaimana mengkoordinasikan antara ruang dan waktu (antara ritme / panjang pendek nada dengan tinggi rendah nada). Pelajaran Pertama : KEGIATAN DALAM WAKTU Latihan Kesatu : A. Perhatikan titik dibawah ini ........... Kemudian kerjakan / lakukan : 1. Ketukan dengan pensil diatas meja atau tepukan tangan, sesuai dengan jumlah titik-titik diatas. 2. Setiap titik bernilai satu ketukan. 3. Karena titik-titik tersebut mempunyai jarak yang sama, maka ketukan pun harus dibunyikan dalam jarak yang sama pula (stabil, jangan menjadi lambat atau cepat). B. Kerjakan ketukan tersebut sekali lagi disertai dengan membunyikan satu nada (dengan vocal) sepanjang banyak ketukan. Jangan lupa : 1. ketinggian nada harus rata (tidak makin turun atau makin naik). 2. Ketukan juga harus rata (tidak makin cepat atau makin lambat). Ketukan : . . . . . . . . . Nada : Latihan Kedua : Legato (tanda hubung) Di atas titik-titik diberi tanda legato (tanda hubung) artinya setiap bunyi nada dibunyikan sepanjang titik-titik yang disatukan oleh legato. Ketukan : . . . . . . . . . Nada : Ketukan : . . . . . . . . . . Nada : Lakukan latihan ini dengan pola ritme yang bervariasi (dibuat / dikarang sendiri). Latihan ketiga : Nada setengah ketukan Perhatikan titik-titik dibawah ini. Titik-titik pada tangan kiri, berbanding 1 : 2 dengan titik-titik dengan tangan kanan. Berarti setiap 2 (dua) ketuk, sama dengan 1 (satu) ketuk tangan kiri. Ketukan tangan kiri : . . . . . . . . . Ketukan tangan kanan : . . . . . . . . . . . . . . . . . Kerjakan latihan tersebut dengan tenang, tidak tergesa-gesa yang terpenting hasilnya baik. Ulangi sampai lancar latihan tersebut di atas, gantilah titik-titik pada tangan kanan dengan bunyi alat musik vokal. Kemudian kalau sudah lancar buatlah variasi pola ritme untuk tangan kanan (yang sudah diganti dengan bunyi alat musik vokal) dengan diberi tanda legato Contoh Ketukan tangan kiri : . . . . . . . . . Ketukan tangan kanan : . . . . . . . . . . . . . . . . . (diganti alat musik / vokal) latihan keempat : Dikte Siapkan 10 (sepuluh) titik-titik, kemudian persilahkan seseorang (bisa guru, teman) untuk membunyikan titik – titik tersebut dengan variasi rirme, sementara kita mencoba menulis ritme tersebut dengan tanda legato, sehingga panjang pendeknya sesuai dengan ritme yang dibunyikan oleh seseorang tadi. Lakukan latihan ini berulang-ulang sampai kita yakin bisa melakukan dengan tepat/betul. Pelajaran kedua : KEGIATAN DALAM RUANG Latihan kelima : Tangga Nada Bacalah notasi ini dengan tempo yang stabil dan teratur, berulang – ulang : 12345671 do re mi fa sol la si do Latihan keenam : INTERVAL Berilah beberapa nada dengan tanda lingkaran, kemudian bacalah notasi tersebut dengan tempo yang stabil dan teratur, nada diberi lingkaran dibaca dengan lebih lembut/pelan. 12345671 12345671 12345671 buatlah bermacam variasi lingkaran untuk latihan ! kalau sudah lancar, ulangi latihan tersebut tapi nada yang diberi lingkaran nyanyikan dalam hati, lakukan berulang – ulang. Pelajaran ketiga : KOORDINASI Kalau sudah lancar cobalah nyanyikan lagu di bawah ini. KUPU – KUPU 1–23–2123 2–KU PU KU PU YG LU CU KU PU KU PU YG ME RAH 1–23212–31–TER BANG DI LANGIT BI RU TER BANG DI LANGIT CE RAH 12345–654–3-2––MA RI LAH KAWAN SE MU A 2–3-45665–4-3––BER NYA NYI SERTA ME NA RI 1234543-4–5-6––UN TUK MENG HI BUR HA TI 7–6-5433432-1––HI LANG KAN SEDIH DAN DU KA Catatan :jangan lupa nada yang diberi lingkaran dibaca dalam hati b. Melatih/Memimpin Paduan Suara. Hal-hal yang harus diketahui bagi pemimpin/pelatih nyanyi bersama anak TK: 1. Tahu/mengenal ambitus (wilayah suara) dari anak-anak. Catatan : Ambitus (wilayah suara) tersebut di atas adalah bagi anak yang terlatih, bagi anak yang kurang atau tidak terlatih tentunya ketinggi-redahan suara (pitch) tidak tepat/persis seperti ambitus tersebut di atas. c. Penguasaan materi lagu. Sebelum melatih seseorang pemimpin/pelatih nyanyi bersama harus sudah menguasai lagu yang akan dilatihkan yaitu : c.1. Menguasai notasi lagunya. c.2. Tahu bagaimana dari lagu tersebut yang sulit dinyanyikan dan biasanya memberikan jalan keluar. c.3. Punya konsep yang jelas tentang penafsiran.lagu yang akan dinyayikan, baik dinamika maupun temponya. d. Mempunyai pendengaran yang baik. Seorang pemimpin/pelatih nyanyi anak harus mempunyai pendengaran yang baik, artinya tahu dan bisa merasakan pitch (ketinggian bunyi) dengan tepat. e. Mampu merasakan teknik membirama. Menurut pola Prakteknya Langkah-langkah melatih menyanyi bersama : Anak belum mampu membaca notasi, karenanya langkah pertama ialah memperkenalkan lagu/nyanyian kepada anak dengan baik dan benar. 1. Membahas nyanyian 1.1. Mengenal syairnya. 1.2. Mengenal melodinya. 2. Mendengarkan nyanyian 2.1. Anak mendengarkan nyanyian yang dinyayikan guru lengkap dengan tempo dan dinamikanya. 2.2. Anak diajak memberikan tepukan sesuai dengan temponya. 3. Mempelajari nyayian 3.1. Anak mempelajari nyanyian per kalimat lagu (frase) 3.2. Anak menyanyikan secara lengkap. 3.3. Anak menyanyikan lagu dengan dinamika. MENCIPTA LAGU SEDERHANA Sebuah lagu tidak berbeda dengan sebuah percakapan yang selalu terdiri dari “TANYA dan JAWAB”. Sebuah TANYA selalu diakhiri dengan tanda tanya (?), sedang JAWAB selalu diakhiri dengan tanda titik (.). Begitu juga TANYA dalam musik juga selalu berakhir pada akord V, sedang kalimat JAWAB dalam musik selalu berakhir pada akord I. Perhatikan kalimat TANYA di bawah ini. Cari kemungkinan JAWAB-nya !. 113556542 24322135654 Struktur lagu : Motif : Bagian (kelompok) melodi terkecil, sebagai gagasan dasar. Frase : Potongan melodi (kalimat musik yang utuh). Periode : Gabungan dari beberapa frase, merupakan bagian utama dari sebuah lagu. Lagu : Karya/karangan musik yang lengkap. Pengembangan motif : Motif dapat dikembangkan sehingga menjadi bervariasi. Teknik pengembangan motif. 1. Teknik REPETISI : pengulangan sebuah motif tanpa perubahan Contoh lagu “ARE YOU SLEEPING” 1 2 3 1 1 2 3 1 3 4 5 3 4 5 56 54 3 1 56 54 3 1 2 5 1 2 5 1 . 2. Teknik SEKWEN : pengulangan sebuah motif dengan nada-nadanya (pola ritme tetap). Contoh lagu “SATU NUSA SATU BANGSA” 5.56531.1216 3. Teknik inversi : Pengulangan dengan cara menggerakkan melodi bertolak belakang. 12345.54321– 4. Teknik AUGMENTASI : Mengulang motif dengan cara menambah panjang (durasi) nadanya. 111111115. 5. Teknik DIMINUSI : Lawan dari augmentasi yaitu mengulang motif dengan memendekkan durasi nadanya. 55555–––555556. Teknik GRADASI : Pengembangan sebuah motive dengan cara penjenjangan naik atau turun. 0567105205301 4035154321. BENTUK LAGU Ada beberapa macam bentuk lagu : 1. Bentuk A Pengulangan berkali-kali satu periode dan tidak berubah-ubah. Contoh Lagu Pantun 2. Bentuk A A B A Pengulangan bentuk A sampai dua kali ( A1 dan A2 ) kemudian B (kontras/berbeda) dan bentuk A (A3) kembali Contoh Lagu Bengawan Solo 3. Bentuk A A B B Pengulangan bentuk A sampai dua kali (A1 dan A2) kemudian B juga dua kali (B1 dan B2). Contoh Lagu Maju Tak Gentar 4. Bentuk A B Bentuk A disambung dengan bentuk B, jadi tidak ada pengulangan. Contoh lagu Hallo-hallo Bandung ILMU HARMONI I Ilmu Harmoni : Ilmu merangkai akor dengan segala aturan dan hukum –hukumnya II Akor : Adalah bunyi bersama / serempak dari beberapa nada (minimal 3 nada) yang dalam posisi aslinya berjarak terts. III Triad : Artinya sumber akor (arti triad adalah tri tunggal) 5671234 3456712 1234567 1 ii iii iv v vi vii0 Triad I, IV, V disebut triad mayor Triad ii, iii, vi disebut triad minor Triad vii0 disebut triad diminished Triad primer : I. Tonika IV. Sub. Dominan V. Dominan Triad sekunder: ii. Super Tonika iii Median vi. Sub Median vii0 Leading Tone / Leading note IV. Untuk menyusun paduan suara empat suara diperlukan tambahan satu nada, maka salah satu dari nada dari triad perlu didobel, prioritasnya adalah nada akar (root) 51 Contoh : 3 Triad menjadi 5 akor 13 1 Prioritas kedua adalah nada tingkat 5 Contoh : 5 3 5 1 nada tingkat 3 tidak boleh dihilangkan, karena nada tingkat 3 adalah nada yang bisa menunjukkan akar mayor atau ninor V. Akor Sekunder Fungsi Akor Skunder 1. Sebagai akor pengganti 2. Mempertegas fungsi akor primer 3. Menambah variasi harmoni 4. Menghindari pengulangan akor Pergerakan akor skunder : 1. Akor ii sebagai pengganti akor IV pergerakan akor ii sering dijumpai I – ii ii – vii0 ii V ii – I 2. Akor iii sebagai pengganti akor V pergerakan akor yang sering dijumpai I – iii iii – IV vi – iii iii – vi 3. Akor iv sebagai pengganti akor I dan IV pergerakan akor yang sering dijumpai I – vi vi – IV V – vi iv – ii vi – V 4. Akor vii0 sebagai pengganti akor V pergerakan akor yang sering dijumpai I – vii0 ii – vii0 IV – vii0 TEORI DIRIGEN Istilah Dirigen (Belanda : dirigent; Inggris ; conductor) diartikan sebagai pemimpin dan pelatih (dalam hal ini, yang dimaksud adalah memimpin dan melatih sekelompok pemain musik atau paduan suara untuk memainkan karya musik). Seseorang dirigen harus bisa memberikan latihan teknis dalam mempersiapkan suatu pergelaran, sekaligus memberikan penafsiran yang tepat untuk masing-masing lagu yang akan dinyanyikan. Disamping itu seseorang dirigen harus mampu menguasai musik secara teknis sehingga apabila menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh anggota kelompok yang dipimpinnya dan dapat segera memberikan jalan keluar. 1. Syarat-syarat menjadi Dirigen Menjadi seorang dirigen adalah pekerjaan yang tidak mudah karena diperlukan syarat-syarat yang harus dipenuhinya, baik secara fisik maupun mental. Adapun syarat-syarat tersebut adalah : a. Berwibawa/Memiliki sifat kepemimpinan Seorang dirigen harus mempunyai wibawa yang memadai, karena dia harus memimpin sekian puluh orang yang harus taat kepada aturan-aturan (baik teknis maupun naskah lagu) Sebagai seorang pemimpin dia harus mampu memberi sugesti dan motivasi kepada anggota kelompok yang dipimpinnya dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. b. Musikal Seorang dirigen harus mempunyai bakat musik yang memadai misalnya : mempunyai kepekaan untuk merasakan Picth yang kurang pas/kurang tepat. Segera tahu faktor-faktor kesulitan pada sebuah lagu /karya musik dan dapat memberikan jalan keluar yang tepat. c. Mempunyai Pengetahuan Musik Seorang dirigen harus mempunyai pengetahuan musik yang baik misalnya secara teknis tentang teori musik (akord-akord, bentuk-bentuk, musik, orkestrasi dll.) bahkan tidak jarang seseorang komponis juga merangkap sebagai seorang dirigen. Dengan pengetahuan musik yang lengkap tadi diharapkan dalam menyajikan suatu karya musik tidak mengalami salah penafsiran. d. Mempunyai Imajinasi Sebuah partitur adalah benda mati, dia hanya menunjukkan catatan catatan musik yang ditulis oleh komponisnya. Seorang dirigen dengan kemampuan imajinasi yang baik harus bisa mengungkapkan / mengekspresikan pesan-pesan yang ada pada catatan musik/partitur tersebut menjadi sajian musik yang bisa dimengerti penontonnya. e. Mempunyai Kesehatan Yang Baik Bila seseorang ingin bekerja apapun juga kesehatan adalah hal yang penting. Seorang dirigen yang menjadi tumpuan dari sekian banyak anggota kelompok yang dipimpinnya apabila pada saat pergelaran yang sudah disiapkan selama berbulan-bulan tersebut bisa saja gagal hanya karena pada hari H-nya dirigen tersebut sakit. 2. Baton Yang dimaksud dengan baton adalah tongkat dirigen. Tongkat tersebut hampir serupa dengan lidi dan biasanya diberi warna putih dengan panjang tidak lebih dari 60 cm. Baton berfungsi sebagai penyambung tangan dirigen karena baton tidak diperlukan apabila dirigen memimpin ensambel kecil/kelompok paduan suara kecil yang anggotanya kurang dari 50 orang. Baton baru terasa fungsinya apabila kita memimpin orkestra/ensambel besar dengan jumlah anggota yang banyak (lebih dari 50 orang). Sebagai contoh di Kota Surabaya pada setiap perayaan 17 Agustus diadakan pagelaran paduan suara besar dengan jumlah anggota kurang lebih 1500 orang penyanyi. Maka untuk memimpin paduan suara dengan anggota sejumlah itu seorang dirigen memperlukan baton demi kesempurnaannya. 3. Formasi Paduan Suara Menyusun formasi paduan suara sangatlah penting dalam suksesnya sebuah pergelaran karena dengan penyusunan yang tepat akan dapat menghasilkan keseimbangan (balance) suara yang bagus. Hendaknya dalam menyusun formasi tersebut di bawah ini : a. Kemampuan Anggota Paduan suara Apabila anggota padua suara yang sudah kita latih mempunyai bakat dan teknis vokal yang baik, pelatih bisa membuat bermacam-macam formasi paduan suara sampai ditemukan formasi yang paling baik dalam menghasilkan keseimbangan yang baik pula. b. Segi Visual atau Penampilan (performance) Selain dari keseimbangan suara, juga perlu diperhatikan segi visual berupa penampilan (susunan tinggi/rendah tubuh anggota padua suara) yang baik sehingga penonton selain dipuaskan mendengar musik yang baik mereka juga melihat penampilan yang baik pula. Berikut ini contoh-contoh dari denah formasi Paduan suara : 4. Teknik Mendirigen Penampilan seorang dirigen dalam memimpin paduan suara atau kelompok ensambel lainnya harus jelas, tegas dan dapat dilihat oleh semua anggota kelompok yang dipimpinnya. Cara-cara seseorang dirigen dalam memimpin adalah sebagai berikut a. Posisi Berdiri Badan lurus posisi salah satu kaki sedikit maju. Kedua tangan kira-kira di depan dada dengan posisi siku (Jawa ; sikut) disamping kiri badan. Posisi tangan kanan boleh sejajar dengan tangan kiri atau sedikit lebih tinggi. b. Gerak Tangan Pembagian tugas tangan kanan adalah memberi tempo, sedang tangan kiri memberikan dinamika. Pada hitungan pertama musik, gerakan tangan selalu mengarah ke bawah (jatuh), sedangkan hitungan terakhir selalu mengarah ke atas. c. Aba-aba Attack (memulai sebuah lagu) sebagai ancang-ancang cukup dengan satu ketukan sebelum lagu dimulai (tidak perlu gerakan tangan lengkap sesuai dengan pola metrum). Sebagai contoh : lagu “Satu Nusa Satu Bangsa” dengan tanda metrum 4/4 dimulai pada ketukan pertama. Acang-acang yang diberikan adalah pada ketukan ke-empat, satu ketuk sebelum lagu dimulai. Dalam memberikan aba-aba ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila menghadapi antara lain : Birama gantung, yaitu birama yang dimulai dengan hitungan yang tidak lengkap. Sebagai contoh : Lagu “Burung Kakaktua”, tanda metrumnya ¾ lagu tersebut dimulai hitungan ke-tiga Tanda Fermata Tanda fermata tertulis dengan simbol seperti yang terletak di atas atau di bawah nada tertentu, dipakai untuk memperpanjang nada yang dimaksud sesuai kehendak dirigen Contoh : Pada nada C (do) terdapat tanda fermata ( ), maka nada tersebut tidak dihitung dengan satu ketukan lagi tetapi diperpanjang sesuai dengan kehendak dirigen. Apabila menjumpai lagu semacam itu, caranya mendirigen adalah : ketika hitungan jatuh pada nada C (yang diberi tanda fermata), posisi telapak tangan menghadap ke atas kemudian digerakkan ke samping kiri kanan membuat lingkaran dan berhenti ketika kedua tangan bertemu. Semua pola gerak untuk fermata tidak perlu dihitung. Gambar gerakan tangan Tanda Rubato Arti sesungguhnya dari tempo rubato adalah tempo yang tercuri. Dalam prakteknya, memimpin lagu daerah tempo ini terkesan tidak tetap/berubah-ubah dengan maksud membuat lagu supaya lebih ekspresif Mengakhiri lagu Pada dasarnya mengakhiri lagu hampir sama dengan fermata, yaitu ketika hitungan jatuh pada nada terakhir maka tangan tidak perlu digerakkan seperti pola, namun cukup dilakukan gerakan seperti pola gerakan fermata, hanya hitungannya tetap diperhatikan. Secara pasti masih banyak hal yang harus dikuasai oleh seorang dirigen. Namun latihan yang terus menerus terutama mencoba memimpin sekaligus merasakan kesulitan yang harus dihadapi akan memberikan pengalaman yang baik sekaligus mematangkan kemampuan kita sebagai seorang dirigen. MENJADI JURI LOMBA MUSIK Dalam sebuah pergelaran lomba musik atau paduan suara, tidak hanya aktifitas musikal saja yang terlibat dengan dimulai dari menentukan lagu, membuat aransemennya, memilih anggota/pemainnya kemudian melatihnya dan yang terakhir adalah mementaskannya di hadapan para penonton, tetapi juga memilih sebuah kelompok sebagai yang terbaik diantara kelompokkelompok paduan suara lainnya yang ikut berlomba. Untuk memberi penilaian yang dapat memilih peringkat para peserta lomba tersebut diperlukan beberapa orang juri. Sebenarnya para penonton dapat juga disebut sebagai juri karena pada dasarnya merekapun juga ikut menilai apa yang dianggap sebagai yang terbaik akan tetapi dikhawatirkan bahwa penonton tersebut juga bertindak sebagai suporter dari peserta lomba. Maka untuk menjaga rasa keadilan dalam menilai perlombaan diperlukan orang lain yang tidak ada ikatan tertentu dengan peserta lomba. Disamping itu juga diperlukan pengetahuan untuk bisa memberikan penilaian yang baik dan jujur. Untuk menjadi seorang juri yang baik diperlukan syarat-syarat sebagai berikut : 1. Sehat fisik dan mental Seorang juri harus duduk berjam-jam lamanya dengan konsentrasi yang terus menerus. 2. Menguasai berbagai masalah dari jenis kesenian yang dinilainya. 3. Mampu mempertahankan standar penilaian selama berlangsungnya lomba (biasanya beberapa hari berturut-turut). 4. Harus mampu melepas hubungan yang ada antara pribadi dengan peserta lomba. 5. Harus bisa menghargai hak dan pendapat juri lainnya yang berbeda pendapat. 6. Bisa menjaga kode etik penjurian dalam arti menjaga rahasia dalam sidang dewan juri. 7. Bisa dan mampu menghadapi tekanan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil dan keputusan dewan juri. 8. Bisa menerima dan memahami kreatifitas yang muncul dari para peserta lomba. Hal-hal yang perlu diberi penilaian dalam setiap perlombaan musik atau paduan suara meliputi : 1. Materi suara Materi suara adalah modal suara yang dimiliki, jangkauan suara serta ketepatan nada-nada yang dinyanyikannya. 2. Teknik Yang dimaksud dengan teknik adalah penguasaan musik dengan cara penanganannya yang benar meliputi : pernafasan, produksi suara, artikulasi serta intonasi. 3. Pembawaan (performance) Cara menampilkan lagu yang dilombakan juga diberi penilaian karena ekspresi peserta dapat dilihat disini meliputi : penafsiran tempo dan penafsiran dinamika. 4. Penampilan Penilaian dari sisi ini adalah penilaian yang bersifat fisik meliputi : tertib pentas, tertib busana. Pada halaman berikut adalah lampiran contoh dan formulir penilaian lomba musik/paduan suara yang umum digunakan. Kalau peserta menyanyikan lagu dengan aransemen yang dibuat sendiri, maka kolom kriteria penilaian ditambahkan dengan aransemen. Kadang-kadang dipilih dirigen terbaik dan pianis terbaik. No. Penampilan : Lagu Materi Suara Teknik Pembawaan Penampilan Jumlah Wajib PilihanI Pilihan II Jumlah Daftar Pustaka Sutikno, I. 1951. Ilmu Musik Singkat. Jogja. Penerbit Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Atmodjo K, Subroto. 1985. Memimpi Panduan Suara. Jakarta. PT BPK Gunung Mulia. Soeharto, M. 1986. Belajar Membuat Lagu. Jakarta. PT Gramedia. AT Mahmud & Bu Fat. 1991. Seni Musik di TK. Jakarta. Penataran. DepDikBud – Dirjen – Bud – Direktorat Pendidikan Kesenian. 1974. Buku Petunjuk Pendidikan Dasar Musik Anak – Anak. Jakarta. Proyek Konservatori DKI. Edward C Van Ness. Latihan pendengaran Musik. Depdikbud RI, Proyek pengadaan buku Dikmenjur.