BAB I

advertisement
BAB II
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
A.
Pendahuluan
Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di
Indonesia. Kejadian in mempunyai makna sosial atau politik
tersendiri, karena peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai
banyak orang, dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi.
Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan
dalam menanggulangi wabah atau KLB. Karena itu dibutuhkan
satu cara tersendiri dalam catatan dan laporan sehingga keputusan
dan tindakan dapat segera diambil.
Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
Kejadian luar biasa dalah kejadian kesakitan / kematian dan
atau meningkatnya suatu kejadian, kesakitan / kematian yang
bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk
dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria KLB :
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB
apabila memenuhi criteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada /
tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit / kematian terus menerus selama
tiga kurun waktu berturut – turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian penyakit / kematian dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
16
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata – rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata – rata perbulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata
– rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6. Beberapa penyakit khu sus, yaitu Cholera, DHF / DSS :
- Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada
daerah endemis)
-
Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode
4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas
dari penyakit yang bersangkutan.
7. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita,
seperti keracunan makanan d+an keracunan pestisida.
B.
Pembagian Penyakit Menular
Dilihat dari sifat gejala serta sifat penyebarannya, penyakit
menular dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Penyakit yang bersifat kronis endemis
2. Penyakit yang bersifat akut epidemis
1.
Penyakit kronis endemis
Adalah penyakit menular yang gejala – gejalanya datang
secara pelan – pelan, demikian frekwensinya dalam
masyarakat relatif tetap dalam waktu yang lama. Yang
termasuk kedalam golongan ini adalah malaria, TBC, kusta,
trachoma, dysentri, gonorrhoe, syphilis. Penyakit – penyakit
tersebut masih banyak terdapat di kalangan masyarakat
Indonesia.
17
2.
Penyakit akut epidemis
Adalah penyakit menular yang gejala –gejalanya datang
secara mendadak dan keras, juga penyebarannya berlangsung
dengan cepat, seringkali berupa wabah (epidemi). Beberapa
penyakit dari golongan ini termasuk yang disebut penyakit
wabah.
C.
Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984
Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU
No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk
penyakit wabah adalah :
1.
Penyakit Karantina, yang terdiri dari :
a. Pes (Plague)
b. Kolera (Cholera)
c. cacar (Smallpox)
d. Demam Kuning (Yellow Fever)
e. Demam Balik – Balik (Relapsing Fever)
f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus
Epidemika)
2.
Penyakit Non Karantina :
a. Typhus Perut (Typhus Abdominalis)
b. Para Typhus A, B dan C
c. Dysentri Basili (Dysenteria Bacillaris)
d. Radang Hati Menular (Hepatitis Infectiosa)
e. Para Cholera Eltor
f. Diphteria
g. Kejang Tengkuk
(Meningitis Cerebrospinalis
Epidemica)
h. Lumpuh Kanak – Kanak (Poliomyelitis Anterior Acuta)
18
3.
Penyakit – Penyakit Lain Yang Ditetapkan Oleh Menteri
Kesehatan, seperti Morbili, Varicella, Rabies dan Anthrax.
Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai
dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang
pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara
internasional.
Karantina artinya pembatasan kebebasan / penahanan
seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit
Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang
diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar – benar
menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan,
dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan
dibebaskan.
Panjangnya masa inkubasi bagi masing – masing penyakit
karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah :
 Pes
: 6 hari
 Kolera
: 5 hari
 Cacar
: 14 hari
 Demam Kuning
: 6 hari
 Demam Balik – Balik : 8 hari
 Typhus Bercak Wabahi : 14 hari
Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit
karantina, ISR juga memuat kententuan – ketentuan yang
diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk :
1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
karantina di negara masing – masing.
2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan – tindakan
yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah
keluarnya penyakit – penyakit karantina melalui segala alat
perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara,
kereta api, bus dan lain – lain.
19
Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah
dikeluarkan 2 undang – undang yaitu :
1. Undang – Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut.
2. Undang – Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara.
Dalam kedua UU tersebut terdapat pasal yang mewajibkan
baik nahkoda maupun pilot, untuk melaporkan kepada Kepala Unit
Kesehatan yang terdekat dalam waktu secepatnya,apabila mereka
mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit
karantina di kapal / pesawatnya.
UU wabah (UU NO. 4 / 1984) juga memuat ketentuan yang
menyatakan, bahwa barang siapa yang mengetahui adanya
penderita atau tersangka penderita penyakit wabah, wajib
melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan atau Kepala Unit
Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya.
Dari ketentuan yang tercantum dalam undang – undang inilah
maka penyakit – penyakit yang termasuk dalam Kelompok
Penyakit Wabah itu disebut juga Notifiable Disease ( penyakit yang
wajib dilaporkan ).
D.
Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit
Menular
1.
Sporadik, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit
menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya
relatif berubah – ubah menurut perubahan waktu.
2.
Endemi, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit
menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya
relatif tetap dalam waktu yang lama.
3.
Epidemi (Wabah), adalah kejadian dimana suatu penyakit
menular frekuensinya sangat meningkat sehingga dalam
20
waktu yang singkat meliputi suatu wilayah tertentu dan dapat
menimbulkan malapetaka.
4.
Pandemi, adalah keadaan dimana suatu penyakit menular
frekuensinya menunjukkan peningkatan yang amat tinggi,
sehingga dalam waktu singkat meliputi banyak negara.
E.
Penyakit Menular Yang Dilaporkan
Penyakit – penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit
– penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat, yaitu penyakit –
penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Penyakit – penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain
Pes, Cholera dan Tetanus
2.
Penyakit potensi wabah / KLB yang menjalar dalam waktu
cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang
telah masuk program eradikasi / eliminasi dan memerlukan
tindakan segera. Contohnya DHF, diare, campak, pertusis,
rabies dan poliomyelitis.
3.
Penyakit – penyakit potensial wabah / KLB lainnya dan
beberapa penyakit penting seperti malaria, frambusia,
influenza, anthrax, hepatits, typhus abdominalis, meningitis,
keracunan, encephalitis dan tetanus.
4.
Penyakit – penyakit menular yang tidak berpotensi
menimbulkan wabah dan atau KLB, tetapi diprogramkan
ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui
puskesmas,, kabupaten dan seterusnya secara berjenjang
sampai ke tingkat pusat. Penyakit – penyakit tersebut
21
meliputi cacing, lepra, tuberculosa, syphilis, gonorhoe,
filariasis dan AIDS.
F.
Kegiatan – Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit
Menular
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan
penmyakit menular baik yang termasuk golongan penyakit wabah
maupun tidak dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
1.
Kegiatan yang ditujukan untuk pencegahan :
a. Upaya menemukan kasus ( case finding ), baik secara
aktif maupun pasif.
b. Melaksanakan imbunisasi untuk penyakit – penyakit
menular tertentu.
c. Upaya pemberantasan vector termasuk tikus,
d. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan : pembuangan
faeces, sampah danlimbah serta penyediaan air bersih.
e. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
2.
Kegiatan yang ditujukan untuk penderita ( case holding ) :
a. Isolasi penderita : diangkut dan dirawat ditempat
perawatan khusus ( di puskesmas atau rumah sakit )
b. Upaya pengobatan penderita semenjak dini.
c. Desinfeksi atau pemusnahan produk penderita dan barang
– barang yang dapat menjadi sarana penularan.
d. Mengambil dan mengirim bahan / sample untuk diperiksa
di laboratorium.
e. Penangan khusus terhadap jenazah akibat wabah (
perawatan, pengangkutan dan pemakamannya )
f. Melaksanakan penyelidikan epidemiologis ( asal /
sumber infeksi, cara dan luasnya penularan dan
sebagainya )
22
g. Upaya surveillance, yaitu pengamatan dalam rangka
nemenukan mengobati penderita baru, kontak person dan
carrier.
h. Upaya karantina jika kasusnya termasuk penyakit
karantina.
3.
Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan
a. Mencatat semua kasus penyakit menular yang terjadi.
b. Menyusun dan mengirimkan laporan kepada instansi
atasannya. Dalam kasus penyakit wabah, laporan
berbentuk :
(1) Laporan berkala mingguan
(2) Laporan berkala bulanan
(3) Laporan khusus apabila ada kejadian luar biasa
atau wabah
(4) Laporan khusus apabila ada kematian akibat
penyakit wabah
c. Menyajikan hasil kerja yang telah dicapa dalam bentuk
grafik untuk memudahkan pemantauan.
G.
Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya
1.
Kolera ( Cholera )
Kolera termasuk kedalam penyakit karantina.
Penyebab
:
Cholera asiatica oleh Vibrio cholera
(= Vibrio comma) sedangkan Paracholera
eltor oleh Vibrio eltor
Masa inkubasi
:
Beberapa jam sampai 5 hari. Menurut
undang – undang karantina ditetapkan
5 hari.
Cara penularan
:
Melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh bibit penyakit (faecal
23
oral infection )
Gejala – gejalanya : Gejala kolera datang secara mendadak,
berupa muntah – muntah dan berak – berak
(diare) yang sangat sering. Biasanya gejala
muntah – muntah datangnya lebih
belakangan darai pada diare. Faecesnya cair
keputihan dengan sedikit lendir yang
mengambang (seperti air cucian beras).
Karena muntah dan diare yang amat sering, penderita akan
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan
kematian dalam waktu 12 jam dari penularan penyakitnya.
Besarnya angka kematian 5 % - 75 %.
Bekas penderita akan kebal terhadap kolera untuk beberapa
tahun. Dari vaksinasi akan diperoleh kekebalan selama kurang
lebih 6 bulan.
Faeces penderita masih mengandung bibit penyakit kolera
selama 7 – 14 hari setelah sembuh dari sakit. Bekas penderita dapat
menjadi carrier yangs angat berbahay bagi orang lain. Kolrea
terdapat endemis di India
Kolrea di Indonesia
Penyakit kolera timbul akibat kesehatan lingkungan yang
buruk seperti pembuangan faeces, sampah dan limbah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan. Karena penyakit ini akan hilang
dengan sendirinya apabila hygiene dan sanitasi lingkungan
diperbaiki, seperti ayng terjadi di negara – negara yang sudah maju.
Usaha pencegahan dengan vaksinasi saja dianggap kurang
memenuhi sasaran.
Pencegahan dan pemberantasan :
(a) Menemukan penderita secara dini dan melaporkan
secepat – cepatnya .
(b) Isolasi penderita serta desinfeksi dan atau pemusnahan
benda – benda yang dapat menjadi sarana penularan.
24
(c) Mengobati penderita secara dini sampai sembuh benar.
(d) Penyelidikan epidemiologi dilapangan.
(e) Surveillance untuk menemukan penderita baru dan
carrier, untuk diobati sampai sembuh.
(f) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan yang
meliputi :
- Penyediaan air bersih yang baik
- Perbaikan system pembuangan faeces, sampah dan
limbah.
- Pengawasan pembuatan dan peredaran makanan dan
minuman,pasar, rumah makan, rumah potong
ternak,perusahaan susu dan lain – lain.
- Upaya pemberantasan lalat.
(g) Upaya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
(h) Pemberian vaksin kolera jika dipandang perlu.
2.
Malaria
Penyebab
:
Plasmodium sp. Dikenal ada 4 spesies, yaitu
1. Plasmodium falciparum, penyebab
malaria tropika
2. Plsamodium vivax, penyebab malaria
tertiana
3. Plasmodium malariae, penyebab malaria
quartana
4. Plasmodium ovale, penyebab malaria
ovale
Masa inkubasi
:
Antara 12 hari sampai dengan 30 hari
Cara penularan
:
Dengan perantaraan gigitan nyamuk
anopheles sp. Betina, dan di Indonesia
dikenal ada lebih kurang 93 spesies
Anopheles yang merupakan vektor malaria
25
dan yang terpenting diantaranya adalah :
1. Di pantai / laut : Anopheles sundaicus
2. Di sawah : Anopheles aconicus
3. Di pegunungan : Anopheles maculates
4. Di hutan : Anopheles leucosphyrus
5. Di rawa – rawa : Anopheles hyrcanus
Gejala – gejalanya : Penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti
demam tinggi, seringkali disertai mengigau
dan menggigil diakhiri dengan berkeringat
banyak. Plasmodium dapat pula menyerang
otak, yang menyebabkan malaria cerebralis
dengan gejala – gejala radang otak yang
lainnya.
Malaria di Indonesia :
Masih merupakan penyakit rakyat nomor satu di Indonesia
dan tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini akan
menyebabkan :
 Daya tahan tubuh rendah dan mudah diserang penyakit
lain
 Daya kerja menurun sehingga produktivitas menurun
 Negara banyak kehilangan jam kerja dan dapat
menghambat kepariwisataan.
Usaha pencegahan dan pemberantasan :
(a)
Manusia sebagai tuan rumah (host), maka pencapaian
dan pemberantasannya dengan jalan pendidikan
kesehatan dan pengobatan sampai sembuh.
(b)
Plasmodium sebagai penyebab penyakit, maka
pencegahan
dan
pemberantasannya
dengan
menggunakan obat anti malaria seperti Quinine,
Nivaquine, Primaquine dan sebagainya.
(c)
Anopheles sebagai vector, maka perlu diusahakan
pembasmian terhadap bentuk larvanya dengan
26
memelihara ikan pemakan jentik dan terhadap nyamuk
sebagai bentuk imagonya dengan menggunakan
insektisida.
3.
Tuberculosis
Penyebab
:
BasilMycobacterium tuberculosis (yang
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun
1882).
Masa inkubasi
:
Antara 4 – 6 minggu
Cara penularan
:
1. Melalui pernapasan dengan ludah
penderota yang dibuang sembarang
tempat dan debu yang mengandung basil
TBC.
2. Melalui susu sapi yang diminum tanpa
dipasteurisasi terlebih dahulu ( untuk
TBC bovinum )
Gejala – gejalanya : TBC adalah penyakit kronis. Sering kali
dimulai dengan gejala yang ringan seperti
badab lesu, suhu badan naik sedikit bahkan
ada yang tidak menunjukkan gejala sama
sekali.
Bila penyakit semakin berat maka penderita
akan semakin kurus, pucat, tubuh sangat
lemah dan batuk darah.
Kecuali paru – paru, TBC dapat pula
menyerang organ – organ badan yang lain
seperti otak, usus, tulang, limpa dan alat
kandungan. Jika menyerang otak, TBC
menimbulkan gejala seperti pada penyakit
radang otak lainnya. Pada bayi dan anak –
anak dapat menyebabkan infeksi milier
(military tuberculosis)
27
Pemberantasan penyakit :
Di Indonesia penyakit TBC tersebar tidak hanya di kota –
kota saja tetapi juga sudah menyebar hingga ke pedesaan.
Umumnya menyerang masyarakat golongan sosial - ekonomi
rendah seperti lingkungan perumahan yang berdesakan (over
crowded ), lembab, status gizi yang rendah, hidu tidak teratur dan
sebagainya.
Basil Mycobacterium tuberculosis yang berjuta – juta
banyaknya yang berasal dari ludah dan dahak penbderita
mengering, akan bercampur debu dan tersebar kemana – mana
seperti di kendaraan umu, bioskop, pasar dan lain - lain, apabila
terhirup oleh orang yang sehat akan menambah jumlah penderita
penyakit TBC. Di Indonesia penderita TBC masih cukup banyak.
Pencegahannya :
(a) Pemberian vaksin BCG bagi bayi dan anak – anak.
(b) Pasteurisasi susu sapi sebelum diminum
(c) Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik,
istirahat cukup, olah raga cukup dan sebagainya.
(d) Meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat
sehingga rumah dan lingkungan memenuhi syarat
kesehatan.
(e) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya
agar tidak biasa meludah disembarang tempat.
4.
Framboesia (patek = puru = jaws)
Penyebab
:
Troponema partenue (golongan Spirochaeta)
Masa inkubasi
:
Antara 3 minggu sampai 6 bulan
Cara penularan
:
Melalui kontak langsung dengan penderita
atau secara tidak langsung melalui pakaian
atau dengan perantaraan lalat.
28
Gejala – gejalanya : Pada masa inkubasi penderita merasa lesu,
tidak enak badan, demam.
Dalam stadium erupsi (masa awal gejala)
timbul rasa nyeri tulang dan sendi terutama
di malam hari,resa tak enak dan nyeri di
tempat timbulnya erupsi
Bibit penyakit yang telah masuk akan menyebabkan
timbulnya luka yang sukar sembuh di tempat masuknya bibit
penyakit pada kulit. Kemudian luka akan membentuk ulcus (tukak),
bentuk papiloma (tonjolan) atau kombinasi menyerupai buah
framboesia.
Luka permukaan disebut induk paru ( babon patek = Yaws =
initial lesion ). Setelah 2 bulan kemudian akan timbul tonjolan yang
banyak tersebar diseluruh permukaan tubuh terutama di sekitar
lubang - lubang badan seperti mulut, hidung, anus, lipatan paha.
Suatu ketika tonjolan akan menghilang, tetapi penyakit yang
sebenarnya akan tetap berlangsung beberapa bulan sampai
beberapa tahun.
Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya tonjolan dan
gejala lainnya selama 2 atau 3 bulan dan akan menghilang lagi.
Masa silih berganti antara latent dan kumat dapat berlangsung
selama 5 tahun yang disebut stadium early ( awal ) dan kemudian
setelah itu masuk ke stadium late ( lanjut ) dengan gejala - gejala
cuma ( jaringan meradang ) dikulit dan tulang, luka - luka besar
yang telah sembuh meninggalkan jaringan pacut yang nyata dan
luas, radang sendi dan tulang yang terasa nyeri.
Pada stadium late bila mengenai tulang hidung akan
menyebabkan hilangnya sekat rongga hidung sehingga hidung akan
nampak pesek.
Bila kerusakkan parah akan menyebabkan langit - langit
hilang dan hidung tinggal satu lubang yang besar dan disebut
Himopharingitis Mutilans.
29
Cara pencegahan dan pemberantasannya :
a. Menghindari kontak langsung dengan penderita dan
menjaga kebersihan.
b. Pemberantasan dengan jalan penyembuhan semua
penderita, pencarian penderita framboesia yang ada di
masyarakat.
5.
Penyakit Kelamin (veneral diseases)
Pendahuluan
Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun juga,
baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang
sudah maju disegala pelosok dan lapisan masyarakat.
Penyakit ini harus diberantas menurut garis - garis
epidemiologis dan karena berhubungan dengan masalah sosial
maka pencegahan dan pemberantasannya harus ada kerja sama
antara berbagai instansi seperti pendidikan, kesehatan, sosial,
agama dan kepolisian.
Jumlah penderita penyakit kelamin akhir - akhir ini
menunjukkan jumlah yang meningkat dan hal ini disebabkan oleh :
a. Kurang pengertian / kesadaran masyarakat akan bahaya
penyakit kelamin ini baik bagi dirinya sendiri maupun
bagi keluarga dan masyarakat lainnya.
b. Meningkatkan pergaulan bebas antara pria dan wanita
dikalangan muda - mudi khususnya dan masyarakat
umumnya yang meninggalkan norma agama dan susila.
Penyakit - penyakit kelamin yang perlu diketahui adalah :
(a) Gonorrhoe yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoe
(b) Syphillis ( lues ) disebabkan oleh Treponema palidum
(c) Ulcus mole disebabkan oleh Hemophilus ducreyl
(d) Lymphogranuloma venerum disebabkan oleh virus
Lymphogranuloma venerum
(e) Granula inguinalis disebabkan oleh Donovania
granulomatis
30
Cara penularan
Penularan melalui kontak langsung dengan penderita (
Hubungan kelamin ) ataupun hubungan tak langsung melalui benda
- benda terkontaminasi
Usaha pencegahan dan pemberantasannya
(a) Usaha yang ditujukan pada penderita dengan
pengobatan sampai sembuh dan untuk ini perlu mencari
adanya panderita dalam masyarakat dan dengan siapa
saja ia telah berhubungan intim dan telah
menularkannya.
(b) Pengawasan sumber penularan terutama dikalangan
WTS,maka perlu dilokalisasi atau kalau dapat
penghapusan sama sekali WTS.
(c) Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat
mengenai bahaya penyakit kelamin ini bagi dirinya,
keluarganya, dan masyarakat.
H.
Beberapa
Jenis
Ditimbulkannya
parasit
dan
1.
Cacing Gelang ( Ascaris Lumbricoides )
Penyakit
Yang
Penderita cacing ascaris banyak ditemukan pada anak anak yang mempunyai kuku panjang dan kotor.Penularan penyakit
ini terjadi melalui mulut.Telur yang seringkali meempel pada jari jari tangan atau yang sudah menempel pada makanan, terbawa ke
dalam perut melalui mulut.sampai di usus dua belas jari, telur
ascaris menetap menjadi larva, yang dapat menembus dindingnya
kemudian terbawa aliran darah dan akhirnya sampai ke jaringan
paru - paru.
Bila hal ini sampai terjadi, maka akan timbul kelainan yang
disebut Pneumenitis atau Sindroma Loefler.Kelainan ini ditandai
31
oleh batuk - batuk kadang kadang disertai darah, gatal pada kulit
yang disebut Eosinofilia artinya,bertambah butir darah eosinofil.
Larva yang ada dalam jaringan paru - paru akan dikeluarkan
melalui rongga mulut, dan dari sini larva kembali lagi ke dalam
saluran pencernaan makanan.
Di dalam saluran pencernaan, Ascaris akan mengalami
pendewasaan dan hidup hingga jangka waktu yang cukup panjang
selama itu pula ascaris mencuri makanan yang disediakan untuk
tuan rumahnya.
Penderita yang hanya dihuni oleh beberapa ekor ascaris
biasanya tidak memperlihatkan keluhan apa - apa. Tetapi jika
jumlahnya cukup banyak, penderita akan mengalami berbagai
kaluhan antara lain rasa mual, rasa tidak enak pada perut, kadang kadang timbul rasa mulas
Seekor atau dua ekor ascaris sering keluar dari mulut si
penderita bersama - sama dengan muntah, kadang - kadang ascaris
juga keluar melalui dubur karena mati disebabkan umurnya sudah
lanjut.
Anak yang terlampau banyak dihuni cacing ascaris di dalam
perutnya nampak kurus, pucat dan buncit pad perutnya.Kalau
jumlahnya cukup banyak, sumbatan pada usus bisa terjadi pada
saluran empedu saluran pankreasatau usus buntu.
Petunjuk
bahwa
seseorang
kejangkitan
cacing
ascaris,kepastiannya harus ditentukan dengan pemeriksaan tinja.
Bila telur cacing ascaris ditemukan di dalam tinja penderita,
maka dapatlah dipastikan bahwa dia sedang menderita cacingan
dan pengobatan harus diberikan secepatnya.
Pengobatan cacing ascaris cukup sederhana.Obat cacing
yang dapat dipergunakan antara lain Pyrantel Pamoat atau
Combantrin.Penderita cukup diberi satu kali pengobatan. Jumlah
obat disesuaikan dengan berat badan penderita, tap kilogram berat
badan dapat diberikan 10mg Combantrin. Pemberian dapat
diberikan sebelum anak tidur.
32
2.
Cacing Kremi ( Enterobius Vermicularis )
Cacing Kremi atau Enterobius Vermicularis biasanya
berwarna putih mengkilap,berukuran pendek. Cacing betina
mempunyai ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan
cacing jantan. Ukuran cacing betina 8 - 13mm,sedangkan yang
jantan ukurannya sekitar 2-3mm. Cacing Kremi tidak hanya
terdapat di negara - negara yang sedang berkembang, tetapi juga
banyak terdapat di negara - negara maju.Penderitanya adalah anak anak.
Penularan biasanya berlangsung dari jari - jari tangan,
masuk ke dalam mulut, lalu turun ke saluran pencernaan \.
Sesampainya di usus halus telur menetas menjadi cacing. Sebagian
cacing dewasa menetap di usus besar, dan sebagian lagi menetap di
usus lain. Pada waktu cacing betina hendak bertelur, maka pindah
ke dubur.Gerakan - gerakan cacing di tempat tersebut
mengakibatkan rasa geli dan gatal, terutama dirasakan pada malam
hari. Rasa gatal ini menyebabkan dorongan si anak untuk
menggaruk - garuk duburnya. Sewaktu jari menyentuh kawasan
dubur banyak telur yang menempel pada jari tangan tersebut. Jari
tangan yang mengandung telur cacing kremi, tanpa di cuci terlebih
dahulu di pakai untuk memegang atau memasukkan makanan ke
dalam mulut, sehingga terjadilah penularan oleh diri sendiri. Telur
juga dapat bersembunyi di belakang kuku jari tangan yang tidak di
potong. Bila ada makanan yang tersentuh olah kuku jari tersebut,
maka terjadilah penularan dari seseorang penderita ke anak yang
sehat melalui makanan itu.
Pencegahan dapat di lakukan dengan tindak kebersihan,
kuku yang panjang harus dipotong sependek mungkin, tangan
harus di cuci dengan sabun jika hendak makan atau memegang
makanan. Dubur dan daerah sekitarnya harus dijaga kebersihannya.
Rasa gatal atau geli pada cacing kremi dapat diatasi dengan
vaselin putih atau mungkin juga dengan minyak kelapa. Obat yang
dapat digunakan untuk memberantas cacing kremi pada saluran
pencernaan sama dengan yang digunakan untuk cacing ascaris
yaitu Pyrantel Pamoat atau Combantrin.
33
3.
Cacing Cambuk ( Trichuris Trichina )
Cacing ini kurang di kenal, namun sebenarnya banyak juga
terdapat pada orang - orang yang tidak mengikuti kaidah - kaidah
kebersihan. Cacing ini mempunyai ukuran panjang sekitar 2-3 cm
dengan warna merah muda atau kelabu.
Penularan dapat berlangsung karena telurnya terbawa dari
tanah oleh tangan atau makanan yang sudah dipenuhi oleh telur
tersebut. Telur cacing ini keluar dari perut manusia bersama tinja,
kemudian masuk ke dalam tanah yang lembab.
Bagian saluran pencernaan yang dihuni oleh cacing cambuk
adalah usus halus bagian terakhir yang disebut Ileum Terminalis,
usus buntu dan usus besar.
Tanda gejala yang ditimbulkan, seringkali tidak jelas
kecuali kalau memang penderita peka terhadap cacing tersebut.
Gejala dan tanda - tandanya dapat muncul kalau jumlah cacing
cambuk cukup banyak. Penderita dapat mengalami diare.
Pada anak - anak dapat timbul benjolan usus keluar melalui
dubur. Keadaan ini disebut Prolaps Rekti.
Obat yang dapat diberikan adalah Mebendazol atao Vermox
sebanyak 100mg. Selama 3 hari penderita harus menelan dua tablet
@ 100mg.
4.
Cacing Tambang ( Ankylostoma Duodenale )
Cacing tambang sering masuk ke dalam tubuh para petani
atau karyawan perkebunan yang mempunyai kebiasaan bekerja
tanpa alas kaki.
Cacing ini berukuran lebih kurang 1 cm, dengan warna
merah darah. Bagian cacing tambang ( mulut ) dilengkapi dengan
alat cengkeram, sehingga cacing dapat melekat pada selaput lendir
saluran pencernaan.
Telur - telur ankylos keluar melalui dubur bersama tinja,
kemudian masuk ke dalam tanah. Kalau tanahnya kebetulan
34
lembab, telur akan menetas menjadi larva yang dapat masuk ke
dalam tubuh manusia, setelah menembus kulit kaki. Melalui aliran
darah, larva melakukan perjalanan ke seluruh tubuh hingga paru paru.
Pada saat larva masuk paru - paru, penderita bisa
mangalami batuk kering, tetapi jarang sekali disertai darah dalam
dahaknya. Dari paru - paru larva yang akan naik ke dalam rongga
mulut lalu di telan kembali. Jadi cara penularan cacing ini berbeda
dari cacing ascaris. Cacing tambang dapat berpindah dari seseorang
kepada orang lain melalui pori - pori kaki, tidak mulut.
Dalam rongga usus cacing tambang pada dinding usus dan
menghisap darah penderita. Bila junlah cacing cukup banyak, si
penderita dapat mengalami anemia ( kurang darah ).
Kekurangan darah dapat mengakibatkan berbagai macam
kerugian, antara lain pertumbuhan badan terhalang, kepandaian
tidak bisa berkembang kerana penderita sering menderita sakit
kepala.
Penyakit cacing tambang dapat diatasi dengan Combantrin.
Pada pengobatan cacing ini, penderita di beri 10mg Combantrin per
Kg berat badan. Seseorang yang berat bedannya kurang dari 13Kg,
dapat diberi tablet Combantrin @ 120mg atau 2,5cc Combantrin
cair. Jumlah ini diberikan kepada si penderita sebelum tidur.
Pada umumnya infeksi cacing tambang akan menyebabkan
penyakit kekurangan darah sehingga penderita sangat dianjurkan
untuk menelan tablet atau cairan yang mengandung zat besi.
5.
Cacing Pita ( Taenia Solium dan Taenia Saginata )
Jenis cacing pita cukup banyak, ada yang berasal dari babi,
ikan air tawar, ternak lainnya.
Taenia solium banyak terdapat pada binatang ternak,
sedangkan Diphilobotrium latum adalah cacing pita yang berasal
dari ikan. Tubuh cacing pita ada yang panjang ada yang pendek.
Bagian depannya disebut skolek, sedang selbihnya terdiri dari ruas
35
- ruas. Ruas terakhir pada waktunya akan dilepaskan dan keluar
bersama tinja.Ruas ini dipenuhi oleh telur.
Skolek melekat erat pada dinding usus tuan rumah. Jika
suatu ketika ruas - ruas badan cacing yang penuh dengan telur itu
terlepas dan dikeluarkan bersama feses penderita, kemudian
dimakan oleh binatang, maka dalam perut binatang pemakan tinja
tersebut telur - telur akan menetas menjadi larva, kemudian
mengikuti peredaran darah dan menetap jaringan, biasanya pada
jaringan otot.
Larva dalam jaringan otot akan berkembang menjadi kista
yang bertahan hingga waktu yang cukup lama. Kista dapat masuk
ke dalam tubuh seseorang karena makan daging binatang yang
mengandung kista. Hal ini baru dapat terjadi, bila manusia makan
daging yang kurang matang. Kista - kista yang ada di saluran
pencernaan menetas menjadi cacing dewasa dan tinggal di tempat
tersebut. Selanjutnya cacing akan hidup sebagai parasit di dalan
tubuh. Cacing pita menggunakan seluruh permukaan tubuhnya
untuk menghisap makanan yang ada di dalam saluran pencernaan
tuan rumahnya.
Ada kalanya, yang masuk ke dalam tubuh manusia bukan
kistanya, melainkan telur - telurnya. Telur - telur menetas dalam
saluran pencernaan memasuki aliran darah. Melalui aliran darah ini
larva tersebar ke seluruh tubuh, antara lain di bawah kulit, otot otot, dan mungkin ada juga yang sampai di otak.
Tanda dan gejala penderita cacing pita tergantung dari
keparahannya.Keluhan yang ditimbulkan kadang - kadang hanya
ringan - ringan saja. Penderita sering menyadari bahwa dirinya
tengah menderita penyakit cacing pita, karena di celana dalamnya
terdapat ruas - ruas cacing tersebut. Sekiranya jumlah larva yang
terdapat dalam jaringan otak cukup banyak, penderita dapat
mengeluh pusing - pusing, timbul kekejangan, bahkan ada yang
sampai mengalami kematian.
Pencegahan merupakan cara terbaik untuk menghindari
penyakit cacing pita. Tetapi bila penyakit itu sudah diidapnya
penderita dapat menghalau cacing - cacing tersebut dengan obat
yang bernama Niklisamidium atau Romosan. Obat ini diberikan
36
kepada si penderita selagi perut kosong, sebanyak 4 tablet atau
sama dengan 2 gram. Tablet harus di kunyah selembut - lembutnya.
Perlu diketahui, bahwa obat ini jarang menimbulkan efek
sampingan karena tidak di serap oleh saluran cerna.
6.
Trichinella Spiralis
Kelainan yang dapat ditimbulkan oleh Trichinella Spiralis
di sebut Trichinosis. Berbeda dengan penyakit - penyakit cacing
yang diuraikan sebelumnya, penularan hanya dapat terjadi bila
seseorang makan daging yang kurang lama di masak. Frekuensi
terbesar sering terjadi pada orang yang suka makan daging babi
atau masakan babi lainnya. Cacing Trichinella Spiralis hampir
tidak pernah terlihat dalam tinja.
Tanda dan gejala yang di timbulkan tergantung pada jumlah
larva yang masuk ke dalam perut, kemudian masuk ke dalam aliran
darah untuk selanjutnyamenetap dalam jaringan otot, tetapi
sebenarnyadapat menjadi parah, bahkan ada yang sampai
meninggal dunia.
Orang yang makan daging babi yang masih agak mentah
beberapa jam kemudian bisa mengalami diare dan rasa tidak enak
pada perutnya. Dalam keadaan yang cukup parah, penderita
memperlihatkan tanda dan gejalanya sebagai berikut : Suhu badan
naik disertai tubuh menggigil, nyeri pada otot, kelpoak mata
membengkok, dan kadang - kadang terjadi pembengkakkan pada
tungkai.Kulit penderita sering bewarna biru lebam karena
peredaran darah di bawah kulit terganggu. Sedang bagian mata
yang barwarna putih kadang - kadang memperlihatkan warna
merah akibat pendarahan dalam jaringan mata. Penyakit trichinosis
dapat berlangsung 3 - 4 minggu.
Pencegahan penyakit ini adalah dengan menghindari
makanan yang terbuat dari daging babi. Obatnya antara lain adalah
Thiabendazole.
37
7.
Filariasis ( Elephantiasis = Penyakit kaki gajah )
Penyebab
:
Cacing Filaria Malagi dan Filaria Bancrofti
Cara penularan
:
dengan perantaraan nyamuk Culex Fatigans
Gejala penyakit :
Cacing Filaria sp hidup di dalam pembuluh - pembuluh dan
kelenjar getah bening (jaringan limpa). Karena itu gejala
penyakitnya di tandai dengan demam yang datang secara mendadak
dan berulang - ulang.
Peradangan dan penyumbatan pada saluran getah bening
menyebabkan terjadinya bendungan limfe di sebelah distal (ujung)
sehingga terjadi pembengkakkan di scrotum (kantung buah zakar),
di tungkai kaki ( menyebabkan “kaki gajah” )
Bendungan dipembuluh limfe dada ( Ductus throsicus )
akan menyebabkan pecahnya saluran limfe di ginjal sehingga urine
mengandung limfe ( Chyluria ) dan urine tampak seperti air susu
karena mengandung lemak dari limfe.
Filariasis di Indonesia :
Filariasis banyak terdapat di Indonesia seperti di pulau
Jawa, Sumatera, Timor, dll
Usaha pencegahan dan pemberantasannya :
a. Meniadakan sumber penularan dengan mencari dan
mengobati semua penderita.
b. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
penyakit Filariasis, misalnya tentang :
 Usaha pencegahan ( tidur memakai kelambu )
 Perlunya mengenal gejala penyakit secara dini
dan pengobatan segera.
 Agar setiap anggota masyarakat turut aktif dalam
usaha pemberantasan penyakit ini.
c. Memberantas vektor penyakit yaitu nyamuk Culex
Fatigans.
38
39
Download