ABSTRAK Pusat Kurikulum dalam Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) adalah melaksanakan pengkajian Standar Isi dalam pengembangan kurikulum untuk pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Salah satu yang menjadi bagian dari kajian tersebut adalah melakukan kajian kebijakan pengembangan kurikulum pendidikan menengah Umum dan kejuruan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan model-model kurikulum yang diperluan sebagai bahan perumusan kebijakan kurikulum dan sekaligus juga sebagai bahan penyempurnaan Standar Isi. Standar Isi telah digunakan sebagai dasar dalam mengajar mata-mata pelajaran. Bahan yang diajarkan oleh guru hanya merupakan penjabaran dari Standar Isi yang berisi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran. Oleh karena itu, adanya pengkajian terhadap dokumen, konsep, pelaksanaannya di lapangan tampaknya sangat diperlukan. Hal ini dianggap penting karena guru dalam penjabaran kompetensi mata pelajaran harus sesuai dengan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang menjadi sumber mata pelajaran tersebut. Pemahaman guru yang kurang benar terhadap hal tersebut akan menimbulkan kesalahan yang serius dan fatal. Oleh karena itu diperlukan pengkajian terhadap semua standar Isi mata-mata pelajaran. Ada 10 mata pelajaran yang dikasji , yaitu: (a) pendidikan agama; (b) pendidikan kewarganegaraan; (c) bahasa; (d) matematika; (e) ilmu pengetahuan alam; (f) ilmu pengetahuan sosial; (g) seni dan budaya; (h) pendidikan jasmani dan olahraga; (i) keterampilan/kejuruan; dan (j) muatan lokal. Kegiatan pengkajian mata pelajaran ini seyogianya dikalkukan 6 langkah kegiatan. Namun karena pemotongan anggaran baru dilakukan pada langkah kegiatan pertama. Pada langkah ini difokuskan kepada pengkajian dokumen, konsep, dan pelaksanaannya. Pengkajian terhadap ketiga hal tersebut sangat penting karena guru di lapangan harus memiliki pemahaman dan kemampuan menjabarkan Kompetensi Mata Pelajaran yang terdapat dalam Standar Isi ke dalam silabus dan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) . Hasil akhir dari kegiatan kajian ini baru berupa data dan fakta tentang kajian dokumen, konsep dan pelaksanaan. Kegiatan ini masih perlu ditindak lanjuti dengan kajian kurikulum luar negeri, analisis hasil kajian dan merumuskan rekomendasi kebijakan sehubungan dengan kajian 10 mata pelajaran yang disebutkan di atas. Apabila hal itu dilaksanakan barulah hasilnya dapat digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan kurikulum dan sekaligus juga sebagai bahan penyempurnaan Standar Isi dan standar yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Renstra Depdiknas untuk Penelitian dan Pengembangan pendidikan disebutkan bahwa salah satu kegiatan pokok pemerintah adalah implementasi dan penyempurnaan Standar Nasional Pendidikan yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidian (BSNP). Untuk mendukung program tersebut Pusat Kurikulum sebagai salah satu pusat dalan Badan Penelitian Depdiknas dalam salah satu Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) adalah melaksanakan pengkajian Standar Isi dalam pengembangan kurikulum untuk pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dan Kejuruan. Salah satu yang menjadi bagian dari kajian tersebut adalah melakukan kajian kebijakan pengembangan kurikulum pendidikan menengah kejuruan sebagai dasar untuk melakukan pengembangan model-model kurikulum yang menjadi tanggung jawab Pusat Kurikulum. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan serangkaiann kegiatan yang utamanya adalah analisis dan kajian kebijakan pengembangan Kurikulum. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pusat Kurikulum perlu melakukan kajian yang mendalam mengenai ke empat issu di atas. Informasi mengenai ke empat hal di atas diperlukan sebagai bahan perumusan kebijakan kurikulum dan sekaligus sebagai bahan penyempurnaan Standar Isi. Kegiatan pengkajian mata pelajaran ini akan dilakukan melalui serangkaian langkah kegiatan yang terdiri atas 6 langkah kegiatan. Langkah kegiatan pertama yang akan dilakukan secara operasional difokuskan kepada pengkajian dokumen, konsep, dan pelaksanaannya. Pengkajian terhadap ketiga hal tersebut sangat penting karena guru di lapangan harus memiliki pemahaman dan kemampuan menjabarkan Kompetensi Mata Pelajaran yang terdapat dalam Standar Isi ke dalam silabus mata pelajaran yang dibuat oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Langkah selanjutnya Mata-mata pelajaran di sekolah yang harus dipelajari oleh peserta didik pada hakikatnya merupakan perwujudan dari bahan-bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum sekolah pada jenjang pendidikan 2 dasar dan menengah sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ketentuan tersebut membawa implikasi bahwa semua mata pelajaran yang dirancangkan dalam kurikulum sekolah pada setiap jenjang pendidikan wajib dipelajari oleh para peserta didiknya. Jenis mata pelajaran wajib tersebut terdiri atas 10 jenis, yaitu: (a) pendidikan agama; (b) pendidikan kewarganegaraan; (c) bahasa; (d) matematika; (e) ilmu pengetahuan alam; (f) ilmu pengetahuan sosial; (g) seni dan budaya; (h) pendidikan jasmani dan olahraga; (i) keterampilan/kejuruan; dan (j) muatan lokal. Kesepuluh mata pelajaran tersebut menjadi acuan bagi guru dalam pembelajaran. Mata pelajaran yang diajarkan oleh guru hanya merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi Mata Pelajaran. Oleh karena itu, adanya pengkajian terhadap dokumen, konsep, pelaksanaannya di lapangan tampaknya sangat diperlukan. Hal ini dianggap penting karena guru dalam penjabaran kompetensi mata pelajaran harus sesuai dengan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang menjadi sumber mata pelajaran tersebut. Pemahaman guru yang kurang benar terhadap hal tersebut akan menimbulkan kesalahan yang serius dan fatal. Sejak Standar Isi mata pelajaran diresmikan oleh Departemen Pendidikan Nasional di sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) diharapkan mulai mengambil peran yang lebih besar dalam mengambil keputusan dalam rangka pelaksanaan pendidikan. Peran aktif tersebut dimulai dari keikutsertaan guru dalam menyusun struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), diikuti dengan ‘menerjemahkan’ Standar Isi (SI) yang berisi rumusan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam bentuk silabus dan kemudian mengembangkan silabus dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Partisipasi yang lebih aktif ini merupakan gerakan yang positif dalam arti bahwa praktisi di lapangan turut serta mengambil keputusan-keputusan operasional yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada di daerahnya. Di lain pihak, partisipasi tersebut tidak lepas dari berbagai persoalan mengingat dokumen yang diterbitkan Depdiknas dirumuskan oleh para pakar di pusat dan dibaca oleh praktisi di lapangan yang tingkat pendidikannya beragam, akses informasinya terbatas, kondisi sosial ekonomi yang kurang kondusif untuk terjadinya interaksi akademik dan peningkatan mutu SDM dan sebagainya. Maka, setelah lebih dari setahun diluncurkannya SI, perlu dilakukan kajian lapangan untuk melihat apakah pesan, 3 terutama yang terdapat dalam SI, difahami sebagaimana seharusnya dan diimplementasikan sebagaimana yang diharapkan. Mengingat pentingnya peranan mata pelajaran, pengkajian terhadap mata pelajaran yang dikembangkan oleh guru di tingkat sekolah perlu dilakukan secara cermat dan komprehensif. Berdasarkan hal tersebut, Pusat Kurikulum pada tahun anggaran 2008 akan melakukan kajian secara menyeluruh terhadap 10 jenis mata pelajaran yang mencakup aspek-aspek materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang menjadi sumber dari mata-mata pelajaran tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Pusat Kurikulum perlu melakukan kajian yang mendalam pada 10 mata pelajaran di atas. Informasi mengenai hasil kajian diperlukan sebagai bahan perumusan kebijakan kurikulum dan sekaligus sebagai bahan penyempurnaan Standar Isi dan Standar yang lainnya. Kegiatan dirancang dalam 6 langkah namun karena adanya pemotongan anggaran kegiatan Kajian ini baru dalam tahap langkah pertama yaitu: (1) Studi dokumentasi, kajian konsep dan pelaksanaan; pada kegiatan pertama ini diawali dengan penyusunan desain untuk menentapkan focus kajian dan menjaring informasi yang relevan. Selanjutnya dilakukan kajian dokumen standar isi dan kajian pelaksanaan standar isi. Hasil kegiatan ini berupa naskah pelaksanaan 10 mata pelajaran. Kelajutan dari kegiatan tahap pertama seyogianya dilanjutkan dengan diskusi Hasil Kajian dokumen yang dilakukan dengan mengkaji hasil kegiatan langkah pertama dengan kurikulum luar negeri. Hasil kajian dengan kurikulum negara lain selanjutnya dibadigkan denga hasil kegiatan pertama selanjutnya dianalisis untuk menyusun suatu rekomendasi perbaikan dan masukan terhadap Standar Isi dan standar yang lainnya. B. Tujuan Kegiatan ini secara umum bertujuan mengkaji dokumen dan pelaksanaan pada 10 mata pelajaran yang wajib dimuat dalam kurikulum jenjang pendidikan dasar dan menengah. Secara Khusus bertujuan untuk mengkaji dokumen dan pelaksanaan 10 jenis mata pelajaran sebagai berikut: (1) Pendidikan Agama; (2) Pendidikan Kewarganegaraan; (3) Bahasa (Indonesia dan bahasa Inggris); (4) Matematika; (5) Ilmu Pengetahuan Alam; (6) Ilmu Pengetahuan Sosial; (7) Seni dan Budaya; (8) Pendidikan Jasmani dan Olahraga; (9) Keterampilan; dan (10) TIK 4 C. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan ini adalah kajian kebijakan kurikulum 10 mata pelajaran yaitu: (1) pendidikan agama; (2) pendidikan kewarganegaraan; (3) bahasa; (4) matematika; (5) ilmu pengetahuan alam; (6) ilmu pengetahuan sosial; (7) seni dan budaya; (8) pendidikan jasmani dan olahraga; (9) keterampilan/kejuruan; dan (10) muatan lokal.. Ruang lingkup kajian aspek yang digali adalah kajian terhadap pemahaman guru yang meliputi beberapa area yang meliputi (1) filosofi atau pola pikir keilmuan yang melandasi Standar isi, (2) dokumen berupa Standar Isi, dan (3) pelaksanaan Standar Isi di sekolah. Sedangka Ruang lingkup kajian dokumen dan konsep mencakup penelaahan mengenai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan konsep, struktur dan pola pikir. Sedang kajian pelaksanaan ditinjau dari sisi urutan, pembelajaran, dan penilaian. D. Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan melalui kajian 10 mata pelajaran ini adalah Naskah rekomendasi perbaikan dan masukan terhadap Standar Isi yang meliputi dokumen Standar Isi, tentang pelaksanaannya di sekolah, serta analisis perbandingan dengan kurikulum luar negeri meliputi 10 naskah hasil kajian mata pelajaran sebagai berikut: 1) Naskah Kajian mata pelajaran pelaksanaan Pendidikan Agama; 2) Naskah Kajian mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan; 3) Naskah Kajian mata pelajaran Bahasa (Indonesia dan Inggris); 4) Naskah Kajian mata pelajaran Matematika; 5) Naskah Kajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam; 6) Naskah Kajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial; 7) Naskah Kajian mata pelajaran Seni dan Budaya; 8) Naskah Kajian mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga; 9) Naskah Kajian mata pelajaran Keterampilan; dan 10) Naskah Kajian mata pelajaran TIK 5 BAB II KERANGKA BERFIKIR Pembaharuan sistem pendidikan, termasuk di dalamnya pembaharuan kurikulum sering disikapi sebagai dampak dari perubahan sistem politik. Berbagai kepentingan masuk di dalamnya yang menimbulkan lebih banyak ”penolakan” terhadap adanya perubahan tersebut. Fullan (2001) ”The New Meaning of Educational Charge” mengatakan bahwa akan timbul perbedaan persepsi antara pemegang kebijakan dan pelaku kebijakan untuk setiap perubahan pada sektor pendidikan. Dari sisi pemegang kebijakan, terdapat asumsi dasar bahwa guru cenderung kurang menyukai adanya perubahan. Mereka juga meyakini bahwa umumnya pemegang kebijakan kurang memahami kenyataankenyataan yang terjadi pada saat dilaksanakannya proses pembelajaran. Bennie dan Newstead (1999) menguraikan beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kendala dalam implementasi kebijakan pendidikan terutama dikaitkan dengan kurikulum. Faktor dimaksud mencakup antara lain waktu, harapan-harapan dari pihak orangtua, ketidakberadaan bahan pembelajaran termasuk buku-buku pelajaran pada saat implementasi kurikulum yang baru, kekurangjelasan konsep kurikulum dan pengetahuan dikaitkan dengan kuriklum baru tersebut. Menurut Charles dan Jones (1973), setiap perubahan pada sektor pendidikan seharusnya diikuti dengan upaya mengamati berbagai bentuk operasional di lapangan sebagai tindak lanjut dan implikasi dari kebijakan perubahan tersebut. Setiap kendala atau hambataan harus segera diantisipasi sebelum menimbulkan masalah yang besar dan kompleks. Ketidakmampuan mengatasi kendala-kendala tersebut akan menyebabkan kegagalan dalam implementasi kebijakan atau perubahan tersebut. Suatu studi menunjukkan bahwa umumnya hambatan yang ditemui dalam implementasi suatu kurikulum adalah kurangnya kompetensi guru-guru. Seringkali terjadi bahwa implementasi suatu kurikulum baru tidak diikuti dengan pengimbangan kemampuan guru dan tindakan bagaimana meningkatkan guru-guru sebagai ujung tombak dalam impelemtasi kurikulum dimaksud (Hargreaves, 1995). Fennema dan Franke (1992) mendukung pernyataan Hargreaves (1995) bahwa kemampuan baik 6 secara keterampilan dan pengetahuan seorang guru akan mempengaruhi prose pembelajaran di kelas dan menentukan sejauh mana kurikulum dapat diterapkan. Suatu studi yang dilakukan oleh Taylor dan Vinjevold (1999) mengungkapkan bahwa kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh rendahnya pengetahuan konseptual guru, kurang penguasaan terhadap topik yang diajarkanm dan kesalahan interpretasi dari apa yang tertulis dalam dokumen kurikulum. Menurut Middleton (1999), berhasil tidaknya implementasi kurikulum yang diperbarui cenderung ditentukan oleh persepsi atau keyakinan yang dimiliki oleh tenaga pengajar atau guru. Perubahan kurkikulum berkait dengan perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma baik langsung atau tidak langsung akan memberikan dampak bagi para guru di mana mereka perlu melakukan penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan kemungkinan akan memberikan ketidaknyamanan lingkngan pembelajaran bagi guru yang bersangkutan. Beberapa kasus menunjukkan bahwa para guru akan bersikap mendukung implementasi dimaksud apabila mereka memahami kurikulum baru tersebut secara rasional dan praktikal. Bennie dan Newstead (1999) menyarankan untuk diadakannya penataran bagi guru secara intensif untuk dapat memahami filosofi dan substansi dari kurikulum yang baru. Agar berhasil, mereka menyarankan untuk cenderung menunda implementasi kurikulum sebelum diperoleh keyakinan secara faktual bahwa para guru benar-benar tahu apa yang seyogyanya dilakukan dengan kurikulum yang baru. Dengan kata lain, implementasi suatu kurikulum baru memerlukan waktu dalam proses transisinya, Untuk mengetahui apakah kebijakan baru mengenai kurikulum telah menyebabkan adanya perubahan, dapat dievaluasi oleh setidak-tidaknya tiga indikator (Fullan, 2001). Pertama, sejauh mana materi-materi baru atau yang direvisi digunakan oleh guruguru. Kedua, sejauh mana pendekatan-pendekatan pengajaran yang baru telah diterapkan dalam proses kegiatan-kegiatan belajar di kelas. Ketiga, sejauhmana guruguru berkeyakinan bahwa kebijakan berdampak kepada perbaikan mutu dan proses pembelajaran. Ketiga indikator tersebut secara bersama-sama akan menentukan tercapai tidaknya tujuan-tujuan perubahan pendidikan. Terjadinya perubahan yang cepat di era globalisasi seyogianya diikuti perubahan dalam dunia pendidikan, yaitu dengan adanya penggantian kurikulum 1994 menjadi 7 kurikulum 2006 yang lebih dikenal dengan Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Adapun bentuk operasional Standar Isi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang dikenal KTSP. Apa itu Standar Isi? Standar isi merupakan salah satu lingkup dari delapan lingkup Standar Nasional Pendidikan, yang saat ini telah selesai disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah diberlakukan di satuan pendidikan dasar dan menengah. Kedelapan Standar Nasional Pendidikan tersebut adalah: 1. standar isi; 2. standar proses; 3. standar kompetensi lulusan; 4. standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5. standar sarana dan prasarana; 6. standar pengelolaan; 7. standar pembiayaan; 8. standar penilaian pendidikan. Agar terjadinya proses KBM yang berhasil pada kurikulum 2006 atau KTSP maka Standar Isi utama yang terpenting adalah Standar Isi mata pelajaran. Adapun Standar Isi mata pelajaran telah tertuang dalam Permendiknas No. 22, 23, dan 24 yang mengatur tentang Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Pelaksanaan tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi terdiri atas: 1. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum; a. Lampiran 1: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Tingkat SD/MI dan SDLB; b. Lampiran 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Tingkat SMP/MTs dan SMPLB; c. Lampiran 3: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Tingkat SMA/MA/SMALB dan SMK/SMAK. 2. Beban Belajar; 8 3. Kalender Pendidikan. Adapun salah satu aspek standar isi adalah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran, yang terdiri atas: a. standar kompetensi dan kompetensi dasar mapel SD/MI/SDLB (61 mapel); b. standar kompetensi dan kompetensi dasar mapel SMP/MTs/SMPLB (67 mapel); c. standar kompetensi dan kompetensi dasar mapel SMA/MA/SMALB dan SMK/SMAK (102 mapel). Kurikulum yang mulai berlaku pada tahun 2006 (Standar Isi) memberikan angin segar dalam dunia pendidikan yang memungkinkan baik guru maupun siswa dapat memberdayakan potensi dan kemampuan yang ada. Keterlaksanaan pembelajaran mata pelajaran adalah ketercapaian standar isi dibandingkan dengan keadaan ideal, dalam hal: a. Desain atau rancangan pembelajaran, baik berupa penyusunan silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); b. Pelaksanaan pembelajaran atau Kegiatan Belajar-mengajar (KBM); c. Penilaian hasil pembelajaran. Terdapat empat kelompok masalah yang nampaknya sulit dilakukan oleh para guru dalam melaksanakan hal-hal di atas. Masalah-masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut. a. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator Kompetensi dasar berisi dua hal, yaitu kata kerja dan materi pokok. Suatu kata kerja menunjukkan perubahan perilaku yang diharapkan dikuasai peserta didik setelah mempelajari materi pokok tertentu, sedangkan materi pokok mencakup yang dipelajari peserta didik. Guru mata pelajaran wajib menjabarkan KD menjadi indikator, setiap KD dapat dijabarkan menjadi tiga (3) atau lebih indikator. Indikator juga selalu berisi dua hal yaitu suatu kata kerja yang menunjukkan perubahan perilaku yang diharapkan terjadi setelah peserta didik mempelajari uraian materi pokok tertentu, dan kedua uraian materi pokok yang lingkupnya terbatas. Kata kerja dalam KD mungkin sudah 9 operasional, mungkin juga belum operasional, tetapi kata kerja dalam indikator harus operasional, artinya dapat diukur atau disusun instrumen penilaiannya. Contoh: Kata kerja menjelaskan dalam KD dapat diuraikan menjadi beberapa indikator: menyebutkan, membedakan, membandingkan, dsb. b. Penjabaran materi pokok dalam KD menjadi uraian materi pokok dalam indikator Materi pokok dalam KD adalah materi minimal dari segi cakupan materi yaitu keluasan dan kedalaman materi. Materi minimal artinya batas bawah, batas atas tidak ditetapkan. Tidak adanya batas atas menyebabkan guru Kimia mengalami kesulitan dalam menyusun silabus dan RPP. Namun hal ini justru memberikan kebebasan bagi guru untuk berkreasi, sepanjang semua komponen pembelajaran mendukung. Materi pokok harus diuraikan menjadi uraian materi pokok dengan dasar keluasan dan kedalaman materi. c. Pendekatan, metode, dan media pembelajaran Dalam latar belakang tentang standar isi mata pelajaran disebutkan tujuan pelajaran dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting keterampilan proses dan kecakapan hidup. d. Buku teks pelajaran dan buku non-teks mata pelajaran Guru mapel akan sangat dibantu oleh buku teks pelajaran yang telah dinilai dari aspek berikut. 1) Komponen kelayakan isi, yang meliputi: a) cakupan materi, b) akurasi materi, c) kemutakhiran, d) mengandung wawasan produktivitas, e) merangsang keingintahuan, f) mengembangkan kecakapan hidup, g) mengembangkan wawasan ke-Indonesiaan dan kontekstual. 10 2) Komponen kebahasaan, yang meliputi: a) sesuai dengan perkembangan peserta didik, b) komunikatif, c) dialogis dan interaktif, d) koherensi dan keruntutan alur pikir, e) kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, f) penggunaan istilah, simbol/lambang. 3) Komponen penyajian, yang meliputi: a) teknik penyajian, b) pendukung penyajian materi, c) penyajian pembelajaran. e. Sistem penilaian hasil belajar Penilaian proses dan hasil belajar menuntut teknik dan cara-cara penilaian yang lebih komprehensif (Stiggins, 1994). Di samping aspek hasil belajar yang dinilai harus menyeluruh yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, teknik penilaian dan instrumen penilaian seyogianya lebih bervariasi baik tes maupun non tes yang dilakukan untuk mengetahui sejauhmana komtetensi peserta didik telah dicapai. . Guru perlu memperoleh bekal wawasan melalui berbagai pelatihan atau memperoleh pedoman yang memadai (semacam petunjuk teknis atau petunjuk pelaksanaan). Dari kajian teoritis yang telah diberikan apa yang bisa kita berikan untuk Kurikulum di Indonesia dan Implementasinya serta Kurikulum pada Masa Depan 11 BAB III PELAKSANAAN A. Tim Pelaksana Kegiatan Pelaksana kegiatan kajian Sekolah Mengah terdiri dari: 1. Peserta pusat terdiri dari Puskur, kepala sekolah/guru SMA dan SMK; 2. Peserta dalam Jawa dari unsur kepla sekolah/guru SMA dan SMK; 3. Peserta dari Luar Jawa yang terdiri dari kepala sekolah/guru atau dosen perguruan tinggi; 4. Nara sumber dari perguruan Tinggi B. Strategi Pelaksanaan Kegiatan Strategi kegiatan adalah: 1. Braistorming 2. Pemaparan makalah/Pleno 3. Diskusi fokus (10 kelompok kajian) 4. Kerja mandiri 5. Kerja kelmpok 6. Pemaparan hasil kelompok atau individu C. Tahapan Kegiatan, Tempat, dan Hasil yang Dicapai 1. Tahapan Kegiatan Tahapan kegiatan yang direncanakan 6 langkah tetapi karena adanya pemotongan anggaran yang dijalankan baru satu langkah, yaitu: Studi dokumentasi, Kajian konsep, dan pelaksanaan. 2. Tempat kegiatan Studi dokumentasi, Kajian konsep, dan Pelaksanaan dilaksanakan di Surabaya dan Bandung pada tanggal 31 Maret s.d 4 April 2008 Surabaya, untuk lima mata pelajaran yaitu (1) Pendidikan Kewarganegaraan, (2) Bahasa (Indonesia dan bahasa Inggris), (3) Ilmu Pengetahuan Alam, (4) Ilmu Pengetahuan Sosial, dan (5) Muatan Lokal. Bandung, untuk lima mata pelajaran yaitu (1) Pendidikan Agama, (2) Matematika, (3) Pendidikan Jasmani dan Olahraga, (4) Keterampilan; (5) TIK, dan (6) Seni dan Budaya. 12 3. Tempat Penyusunan Laporan Akhir dilakukan di Jakarta, 4. Hasil yang Dicapai Hasil yang dicapai pada kajian 10 mata pelajaran ini adalah hasil dari kegiatan pertama karena kegiatan yant dirancang 6 langkah baru dilasanakan 1 langkah. Hasil yang dicapai adalah Naskah tentang pemahaman guru yang meliputi beberapa area yang meliputi (1) filosofi atau pola pikir keilmuan yang melandasi Standar isi, (2) dokumen berupa Standar Isi, dan (3) pelaksanaan Standar Isi di sekolah yang merupakan kajian terhadap pemahaman dan praktek di lapangan ini meliputi 10 naskah hasil kajian mata pelajaran sebagai berikut: 1) Naskah Kajian mata pelajaran pelaksanaan Pendidikan Agama; 2) Naskah Kajian mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan; 3) Naskah Kajian mata pelajaran Bahasa (Indonesia dan Inggris); 4) Naskah Kajian mata pelajaran Matematika; 5) Naskah Kajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam; 6) Naskah Kajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial; 7) Naskah Kajian mata pelajaran Seni dan Budaya; 8) Naskah Kajian mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan olahraga; 9) Naskah Kajian mata pelajaran Keterampilan dan 10) Naskah Kajian Muatan TIK 13 BAB IV. PEMBAHASAN Karena langkah kegiatan yang dilakukan sejauh ini baru pada langkah pertama maka yang akan dipaparan disini adalah hasil Studi dokumentasi, Kajian konsep, dan Pelaksanaan Standar Isi pada 10 mata pelajaran. Keseluruhan mata pelajaran pada tahapKeseluruhan mata pelajaran pada tahap pertama (awal) ini mecoba memaparkan Kajian dokumen standar Isi dan pelaksanaanya. Beberapa mata pelajaran dapat dicontohkan di sini antara lain mata pelajaran Agama tim memaparkan tentang hasil kajian dokumen standar Isi dan pelaksanaanya di sekolah terhadap rumusan SK/KD, pembuatan dokumen silabus dan RPP, proses pembelajaran, dan penilaian disertai dengan kendala yang diadapi. Mata pelajaran bahasa Inggris melakukan kajian terhadap pemahaman guru yang meliputi beberapa area yang meliputi (1) filosofi atau pola pikir keilmuan yang melandasi Standar isi, (2) dokumen berupa Standar Isi, dan (3) pelaksanaan Standar Isi di sekolah. Kajian terhadap pemahaman dan praktek di lapangan ini dipandu oleh pertanyaanpertanyaan. Kelompok bahasa Indonesia menjaring kajian dokumen dan persepsi guru terhadap Standar Isi (Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar), materi, struktur, urutan, pola pikir keilmuan mulai dari SD sampai SMA. Mata pelajaran mencoba mengkaji dan memetakan kompetensi mulai dari SD hingga ke SMA (Biologi, Fisika, dan Kimia) tentang Standar Isi (Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar), materi, struktur, urutan, pola pikir keilmuan mulai dan plaksanaannya. Sedangkan mata pelajaran Muatan Lokal (mulok) dihasilkan Naskah mengenai konsep muatan lokal, Naskah mengenai bidang-bidang muatan lokal yang diimplementasikan di SD, SMP, dan SMA., Naskah deskripsi mengenai dokumen yang dibutuhkan dalam implementasi mulok. Serta Naskah deskripsi mengenai hasil mulok. Serta lampiran berupa Kajian konsep Mulok, Profil Implementasi Mulok, Kajian Mulok di SD, Kajian Mulok di SMP, serta Kajian Mulok di SMA. 14 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil yang dicapai sampai pada tahap ke dua belum dianggap menghasilkan apa yang diharapkan karena masih berupa sekumpulan data kajian dokumen dan pelaksanaan yang belum dianalisis. Sudah diperoleh kajian konsep dan issu-issu pada 10 mata pelajaran. Pada tahap selanjutnya masih dibutuhkan kajian konsep yang diperoleh dari dokumen kurikulum Indonesia dan implementasinya dibandingkan dengan kurikulum luar negeri. Selanjutnya dianalisis untuk bahan masukan dalam menyusun rekomendasi perbaikan pada Standar Isi dan standar yang lainnya. Namun hal tersebut belum dilaksanakan. 15