Tinjauan Pustaka Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah Denio A. Ridjab Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Indonesia Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Jantung dan Paru, Universitas Charite, Berlin, Jerman Abstrak: Tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia yang sangat penting dikarenakan angka kejadiannya yang tinggi. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) mendefinisikan hipertensi apabila tekanan darah sistolik mencapai 140 mm Hg atau tekanan darah diastolik melebihi 90 mm Hg. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko pemicu penyakit jantung kardiovaskular, sedangkan penyakit jantung kardiovaskular sendiri merupakan penyebab dari 30% kematian di dunia. Dengan menurunkan tekanan darah tinggi, angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan. Komite Nasional Gabungan Amerika Serikat untuk prevensi, deteksi, evaluasi dan pengobatan tekanan darah tinggi menganjurkan modifikasi atau perubahan gaya hidup sebagai langkah pertama dalam penanganan tekanan darah tinggi. Penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi Dietary Approach to Stop Hypertension, reduksi asupan garam, aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol termasuk dalam modifikasi gaya hidup. Masingmasing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang berperan dalam pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara bersamaan akan mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata. Kata kunci: hipertensi, modifikasi gaya hidup, morbiditas dan mortalitas. Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 3, Mei 2007 159 Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah Lifestyle Modification and Blood Piessure Denio A Ridjab Departement of Internal Medicine, Atma Jaya Catholic University Indonesia, Jakarta Departement of Internal Medicine Heart & Lung, Charite University, Berlin, Germany Abstract: Hypertension is a global problem with an increasing frequency. Defined by the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure (JNC) when the systolic blood pressure is above 140 mmHg and diastolic blood pressure above 90 mmHg, hypertension is one of the major cardiovascular risk factor that causes 30% of mortality in the world. Lifestyle modifications, which includes weight reduction, adoption of DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) eating plan, salt reduction, regular physical activity and moderate alcohol consumption, have been recommended as the first measurements to treat hypertension. Every single measurement reduces blood pressure significantly and combination of two or more lifestyle modifications can achieve even better results. Key words: hypertension, lifestyle modification, morbidity and mortality Pendahuluan Sekitar 50 juta orang dewasa Amerika menderita tekanan darah tinggi.1 Di Indonesia, hipertensi didapatkan pada 83 per 1000 anggota rumah tangga.2 Prevalensi tekanan darah tinggi meningkat dengan seiring dengan peningkatan usia. Lebih dari setengah penduduk berusia antara 60 sampai dengan 69 tahun dan tiga perempat penduduk berusia 70 tahun atau lebih menderita tekanan darah tinggi. Sebuah studi meta analisis menunjukkan bahwa sekitar seperempat dari populasi dunia, atau sekitar satu triliun penduduk menderita hipertensi pada tahun 2000. Proporsi ini akan meningkat sebanyak 29% atau menjadi 1,56 triliun penduduk pada tahun 2025.3 Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa 1 Klasifikasi Tekanan Darah Normal Pre-Hipertensi Stadium I Hipertensi Stadium II Hipertensi Tekanan Darah (dalam mm Hg) Sistolik Diastolik <120 120-139 140-159 >160 dan <80 atau 80-89 atau 90-99 >100 Tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular yang penting. Selain itu, mulai tekanan darah 115/75 mm Hg, setiap kenaikan tekanan darah sistolik sebanyak 20 mmHg atau tekanan darah diastolik 160 sebanyak 10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dua kali.1 Sebaliknya, diperkirakan penurunan tekanan darah sistolik sebanyak 5 mmHg di populasi akan menurunkan angka mortalitas akibat stroke 14%, akibat penyakit jantung kardiovaskular 9%, dan mortalitas secara keseluruhan 7%.4 Studi observasional dan acak lainnya menunjukkan bahwa reduksi tekanan darah diastolik sebesar 2 mmHg menghasilkan penurunan prevalensi hipertensi sekitar 17%, reduksi risiko penyakit jantung koroner 6%, dan reduksi risiko stroke serta transient ischemic attacks 15%.5 Terapi antihipertensi berkaitan dengan reduksi insiden stroke (berkisar 35%-40%), infark jantung (berkisar 20-25%) dan gagal jantung (melebihi 50%). Pada pasien dengan hipertensi derajat satu yang mempunyai risiko penyakit jantung koroner, reduksi tekanan darah 12 mmHg selama 10 tahun akan mencegah 1 kematian dari 11 penderita yang diobati.1 Jika di Indonesia hipertensi didapat pada 83 per 1000 anggota rumah tangga,2 dengan terapi yang adekuat sekitar 7-8 kematian dapat dicegah per 1000 anggota rumah tangga.6 Anjuran Terapi Tekanan Darah Tinggi Pada laporannya yang ketujuh, Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) menganjurkan modifikasi gaya hidup dalam mencegah dan menangani tekanan darah tinggi, selain terapi dengan obat. Termasuk dalam modifikasi gaya hidup adalah penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi Dietary Approach to Stop Hypertension (DASH), Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah reduksi asupan garam, aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol.1 Selain itu, berhenti merokok juga dianjurkan untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan. Masing-masing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang berperan dalam pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara bersamaan akan mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata.7-8 Tabel 2. Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Menangani Hipertensi (dimodifikasi dari 1) Modifikasi Rekomendasi Perkiraan penu nurunan tekakanan darah sistolik* Penurunan berat badan Menjaga berat badan 5-20 mmHg/10 kg Normal (IMT 18,5-24,9 kg/m²) Diet kombinasi DASH Konsumsi diet kombinasi 8-14 mmHg yang kaya akan buah, sayur dan produk makanan dengan kadar total lemak dan terutama kadar lemak tersaturasi yang rendah Reduksi asupan garam Asupan garam tidak mele2-8 mmHg bihi 100 mmol/hari (2,4 g Natrium atau 6 g NaCl) Aktivitas fisik Aktivitas fisik aerobik 4-9 mmHg yang teratur seperti berjalan (setidaknya 30 menit per hari, setidaknya 4-5 hari seminggu) Konsumsi alkohol Membatasi konsumsi, tidak 2-4 mmHg melebihi 2 gelas per hari pada pria dan tidak melebihi 1 gelas per hari pada wanita dan individu dengan berat badan ringan. * Efek pelaksanaan modifikasi gaya hidup tergantung dari dosis dan waktu serta dapat menyebabkan efek yang lebih besar pada beberapa individu. Target Terapi Terapi tekanan darah tinggi ditujukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular dan ginjal. Tekanan darah yang diharapkan tercapai adalah <140/90 mmHg. Pada pasien dengan tekanan darah tinggi dan diabetes atau penyakit ginjal, target dari terapi adalah tekanan darah <130/80 mmHg. Perhatian utama ditujukan terhadap tekanan darah sistolik, karena kebanyakan penderita dengan tekanan darah tinggi, terutama mereka yang berumur lebih dari 50 tahun, akan mencapai tekanan darah diastolik yang diinginkan apabila target tekanan darah sistolik tercapai.1 Modifikasi gaya hidup dianjurkan pada setiap stadium hipertensi. Pada penderita hipertensi stadium I tanpa risiko Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 faktor penyakit serebrovaskular yang berarti (seperti penyakit jantung koroner, stroke atau diabetes melitus), penanganan hipertensi dapat dimulai dengan modifikasi gaya hidup. Apabila target yang diharapkan tidak tercapai setelah pelaksanaan modifikasi gaya hidup, penanganan dengan menambahkan obat-obatan merupakan langkah berikutnya. Tentunya pengambilan keputusan untuk menangani penderita dengan darah tinggi harus dilakukan secara holistik dan sangat tergantung dari keadaan dan komorbiditas dari penderita. Sebagai contoh, penderita dengan gagal jantung akibat hipertensi harus segera ditangani dengan obat secara hati-hati. Dalam kasus ini, perubahan gaya hidup dan penanganan dengan obat harus dimulai secara bersamaan. Demikian pula pada penderita diabetes melitus dengan tekanan darah tinggi, perubahan gaya hidup dan penanganan dengan obat harus dimulai secara bersamaan. Penurunan Berat Badan dan Tekanan Darah Kelebihan berat badan didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 1998 dengan menggunakan indeks massa tubuh. Indeks massa tubuh (selanjutnya disingkat IMT) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter. Menurut WHO, IMT yang ideal berada di antara 18,5 dan 25 kg/m². IMT >25 kg/m² didefinisikan sebagai kelebihan berat badan, dari >30 kg/m² disebut sebagai penderita obesitas. Ukuran lingkar perut/pinggang juga memegang peranan penting, dari >88 cm pada wanita dan >102 cm pada pria berkaitan dengan peningkatan risiko terkena penyakit metabolik dan jantung.9 Risiko relatif terhadap faktor risiko yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat dengan nilai yang melebihi luas lingkar yang disebut di atas. Pada orang Asia, perhitungan dengan menggunakan IMT menurut WHO, yang dihasilkan berdasarkan data populasi di negara barat (Caucasian), menghasilkan angka prevalensi dan insiden penderita kelebihan berat badan yang rendah. Menggunakan rekomendasi WHO (IMT > 30 kg/m²), di Jepang angka prevalens obesitas pada laki-laki hanya 1,79% dan pada wanita hanya 3%.10 Selain itu, angka persentase lemak tubuh pada orang Asia lebih tinggi pada angka IMT yang lebih rendah jika dibandingkan dengan orang barat (Caucasian). Persentase lemak tubuh pada orang Asia pada angka IMT yang sama dengan orang barat lebih tinggi 3-5%.11 Data dari Hong Kong12 menunjukkan peningkatan signifikan insiden penyakit yang berhubungan dengan kelebihan berat badan pada penderita dengan IMT >23 kg/m². Oleh karena itu WHO melalui International Association for the Study of Obesity untuk kawasan Pasifik Barat mengajukan proposal klasifikasi berat badan dengan menggunakan IMT orang Asia (lihat Tabel 3), demikian pula dengan ukuran lingkar perut. Meskipun di Amerika Serikat ukuran lingkar perut melebihi 88 cm pada perempuan dan melebihi 102 cm pada laki-laki berkaitan dengan peningkatan 161 Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah risiko terkena penyakit metabolik dan jantung, berdasarkan data yang ada, International Association for the Study of Obesity untuk kawasan Pasifik Barat mengajukan proposal ukuran lingkar perut pada orang Asia. Tabel 3. Proposal klasifikasi berat badan dengan menggunanakan IMT pada orang Asia dewasa12 Klasifikasi IMT (kg/m²) Risiko Komorbiditas Ukuran Lingkar Perut <90 cm (laki-laki) >90 cm <80 cm (perempuan) >80 cm Kekurangan berat badan Normal Kelebihan berat badan Berisiko Obesitas I Obesitas II <18,5 18,5-22,9 >23 23-24,9 25-29,9 >30 rendah (tapi terjadi peningkatan risiko problem klinis lainnya) normal normal meningkat meningkat moderat tinggi moderat tinggi sangat tinggi Risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular, kanker atau penyakit lainnya berhubungan dengan IMT, baik pada laki-laki maupun pada perempuan di semua kelompok usia.13 Setiap kenaikan IMT sebanyak 5 unit meningkatkan angka kematian akibat penyakit jantung koroner sebanyak 30%.14 Studi Trials of Hypertension Prevention, Phase II, menunjukkan penurunan berat badan berhubungan dengan penurunan tekanan darah dan penurunan resiko terjadinya hipertensi. Hal ini dapat dicapai bahkan dengan penurunan berat badan yang sedikit.15 Penurunan berat badan sebanyak 5-10% dari berat badan awal berkaitan dengan reduksi tekanan darah, kadar lemak dan mortalitas.16 Penurunan berat badan sebanyak 5,1 kg menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 4,44 mm Hg dan tekanan darah diastolik sebanyak 3,57 mm Hg. Setiap kilogram penurunan berat badan menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 1,05 mmHg dan diastolik 0,92 mmHg..17 Pada perempuan dengan penyakit yang berhubungan dengan berat badan, penurunan berat badan berkaitan dengan penurunan mortalitas sebanyak 20% akibat semua sebab dan 30-40% akibat penyakit yang berhubungan dengan diabetes.18 Anjuran Strategi Penurunan Berat Badan Faktor yang berperan penting dalam menurunkan berat badan adalah motivasi dan perilaku. Selain itu dukungan dari lingkungan, teman dan keluarga, pengetahuan terhadap obesitas serta efeknya, sikap dan kemampuan penderita 162 untuk melakukan aktivitas fisik, serta waktu yang tersedia merupakan faktor-faktor lainnya. Penurunan berat badan yang dianjurkan untuk tahap awal adalah 10% dari berat badan awal. Jangka waktu untuk melakukan hal tersebut adalah enam bulan. Setelah enam bulan, biasanya penurunan berat badan menurun dan berat badan akan tetap berada di garis datar karena rendahnya atau berkurangnya penggunaan energi tubuh pada berat badan yang lebih rendah.9 Tahap selanjutnya adalah usaha untuk menjaga kestabilan penurunan berat badan yang sudah dicapai sehingga tidak terjadi kenaikan berat badan kembali. Apabila hal tersebut tercapai, usaha untuk menurunkan berat badan lebih lanjut dapat dilakukan berdasarkan indikasi dan kebutuhan penderita. Diet Kombinasi, Reduksi Asupan Garam Dan Tekanan Darah Diet kombinasi DASH adalah diet kombinasi yang kaya akan buah, sayur dan produk makanan dengan kadar total lemak terutama lemak tersaturasi yang rendah. Studi DASH20 yang dilaksanakan di Amerika Serikat menilai efek pola diet terhadap tekanan darah menguji efek kombinasi dari nutrisi yang terdapat dalam makanan. Pada studi ini didapatkan tiga diet yang berbeda yaitu diet kontrol, diet buah dan sayuran, serta diet kombinasi. Diet kontrol adalah diet khas orang Amerika. Pada diet ini kadar kalium, magnesium, dan kalsium mendekati persentil ke 25 dari konsumsi masyarakat Amerika Serikat. Pada kelompok dengan diet buah dan sayuran, kadar kalium serta magnesium mendekati persentil ke-75 dari konsumsi masyarakat Amerika Serikat, diiringi jumlah serat yang tinggi. Dibanding diet kontrol, diet ini menyediakan buah dan sayuran dalam jumlah lebih banyak, dengan lebih sedikit cemilan dan manisan. Jumlah kandungan lainnya mirip dengan diet kontrol. Diet kombinasi merupakan diet yang kaya akan buah, sayuran, dan produk-produk rendah lemak serta mempunyai jumlah lemak tersaturasi, lemak total, dan kolesterol yang lebih rendah. Diet ini menyediakan kalium, magnesium, dan kalsium pada tingkat mendekati persentil ke 75 konsumsi Amerika Serikat, seiring dengan jumlah serat dan protein yang tinggi. Pada seluruh peserta (n=459), didapatkan perbedaan penurunan tekanan darah sistolik rata-rata sebesar 5,5 mmHg dan diastolik 3,0 mmHg lebih banyak pada kelompok diet kombinasi dibanding dengan kelompok diet kontrol. Dibandingkan dengan kelompok diet buah dan sayursayuran, pada kelompok diet kombinasi didapatkan perbedaan penurunan tekanan darah sistolik rata-rata sebesar 2,7 mmHg dan diastolik sebesar 1,9 mmHg lebih banyak. Pada kelompok diet kombinasi yang normotensi (n=326), didapatkan penurunan tekanan darah sistolik sebesar 3,5 mmHg dan diastolik 2,1 mmHg lebih banyak dibanding dengan kelompok diet kontrol. Sedang pada peserta yang hipertensif (n=133), perbedaan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok diet kombinasi dibanding dengan kelompok Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah diet kontrol sebesar 11,4 mmHg dan 5,5 mmHg. Hasil studi DASH menunjukkan bahwa pola diet yang bertitik berat pada buah, sayuran, dan produk berkadar lemak rendah, serta mengurangi jumlah lemak, daging, manisan, dan minuman yang mengandung gula menurunkan tekanan darah secara signifikan. Terjadinya penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 3 mmHg dan diastolik lebih dari 2 mmHg pada kelompok normotensi menunjukkan bahwa diet kombinasi DASH dapat digunakan untuk pencegahan tekanan darah tinggi.21 Jika pada populasi terjadi penurunan tekanan darah seperti yang dicapai dengan diet kombinasi DASH, diperkirakan akan terjadi penurunan insiden penyakit jantung koroner sebesar 15% dan stroke 27%.21,22 Pengurangan asupan garam dari 150 mmol/hari menjadi 100 mmol/hari menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik yang signifikan pada kohort yang mengkonsumsi diet yang normal pada populasi di Amerika. Pada studi yang meng-gabungkan DASH dan pengurangan asupan garam, DASH dan konsumsi garam sebanyak 50 mmol per hari menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 7,1 mmHg pada kohort tanpa hipertensi dan 11,5 mmHg pada kohort dengan hipertensi.23 Aktivitas Fisik dan Tekanan Darah Peranan mekanisme kerja otot pada saat melakukan aktivitas fisik sangatlah penting. Dalam proses tersebut terjadi penurunan resistensi pembuluh darah perifer melalui dilatasi arteri pada otot yang bekerja. Besarnya penurunan resistensi tergantung pada beban atau aktivitas yang dilakukan. Semakin besar beban yang dilakukan, semakin besar pula ketegangan otot dan tekanan pada pembuluh darah intramuskular. Sebagai contoh: aktivitas isometris seperti latihan beban dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sampai >300 mmHg.24 Atas dasar pemikiran tersebut penderita tekanan darah tinggi dianjurkan untuk melakukan aktivitas yang lebih mementingkan dinamisme dan daya tahan tubuh seperti lari, renang, atau bersepeda. Aktivitas aerobik sendiri berhubungan dengan penurunan tekanan darah rata-rata yang signifikan, baik sistolik (-3,84 mmHg) maupun diastolik (-2,58 mmHg).25 Meskipun tekanan darah sistolik dapat meningkat dengan cepat pada aktivitas isometris, sebuah studi metaanalisis menyatakan bahwa aktivitas isometrik menurunkan tekanan darah sistolik maupun diastolik 3 mmHg.26 Pada tahun 1999 dimulai sebuah program aktivitas fisik untuk perempuan yang disponsori oleh American Heart Association yang bernama Choose to Move 1999. Dalam program tersebut aktivitas fisik dilaporkan setidaknya lima kali per minggu atau lebih dari dua jam setengah per minggu. Mereka menyimpulkan bahwa perempuan yang terlibat dalam program tersebut melaporkan peningkatan kemampuan aktivitas fisik mereka, pengurangan konsumsi makanan yang sarat lemak, peningkatan pengetahuan dan kesadaran akan risiko penyakit jantung dan gejala-gejalanya.27 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 Sebuah studi prospektif menunjukkan bahwa berjalan (setidaknya 3 jam per minggu) berkaitan dengan pengurangan substansial insiden penyakit koroner pada perempuan.28 Ishikawa-Takata et al29 menunjukkan pada kohort dengan aktivitas fisik selama 30 sampai 60 menit terjadi penurunan darah sistolik dan diastolik yang cukup pada penderita tekanan darah tinggi stadium I. Penurunan tekanan darah sistolik lebih nyata pada kelompok dengan durasi aktivitas fisik 61 sampai 90 menit per minggu. Peningkatan aktivitas fisik melebihi 90 menit tidak menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik yang lebih besar. Untuk mempermudah praktik sehari-hari, pemantauan aktivitas fisik dapat dilakukan dengan menghitung denyut nadi. Denyut nadi maksimal dan curah jantung berkurang sesuai dengan umur karena berkurangnya respon adrenergik. Denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan menggunakan formula 180 dikurangi usia (dalam tahun).24 Bagi penderita yang menkonsumsi penghambat β-adrenergik denyut nadi akan menjadi 10-20% lebih lambat.24 Pembatasan Konsumsi Alkohol dan Berhenti Merokok Pria dengan infark miokard dan pada pria yang meninggal dunia karena penyakit jantung koroner, tidak didapatkan riwayat konsumsi alkohol yang teratur atau tidak mengkonsumsi alkohol lebih dari satu kali dalam satu bulan.30 Penelitian lebih lanjut yang dilakukan di negara-negara barat menunjukkan bahwa modifikasi gaya hidup dan penurunan konsumsi alkohol hingga 30 g per hari berkaitan dengan penurunan risiko infark jantung.31,32 Terdapat hubungan yang kuat antara merokok dan risiko terkena infark jantung. Setiap peningkatan jumlah rokok yang dihisap meningkatkan risiko infark jantung. Pada gambar 1 ditunjukkan jumlah rokok yang dihisap >41 batang per hari meningkatkan kemungkinan infark jantung 9,16 kali dibanding penderita yang tidak merokok sama sekali.33 Berhenti merokok menurunkan risiko mortalitas akibat semua sebab pada penderita dengan penyakit jantung koroner.34 Gambar 1. Kemungkinan Infark Jantung Menurut Jumlah Rokok yang Dihisap. 33 163 Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah Kesimpulan Tekanan darah tinggi merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung. Dengan menurunkan tekanan darah tinggi, angka morbiditas dan mortalitas dapat diturunkan. JNC menganjurkan modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi DASH, aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol, sebagai langkah pertama penanganan tekanan darah tinggi. Masing-masing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang berperan dalam pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara bersamaan akan mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata. Selain itu, berhenti merokok juga dianjurkan untuk mengurangi resiko kardiovaskular secara keseluruhan. Terapi tekanan darah tinggi ditujukan untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan ginjal. Tekanan darah yang diharapkan tercapai <140/90 mm Hg. Pada pasien dengan tekanan darah tinggi dan diabetes atau penyakit ginjal, target terapi adalah tekanan darah <130/80 mmHg. Pengambilan keputusan untuk menangani penderita dengan darah tinggi harus dilakukan secara holistik dan sangat tergantung pada keadaan dan komorbiditas penderita. Pada penderita tanpa risiko faktor penyakit serebrovaskular, penanganan terapi tekanan darah tinggi dapat dimulai dengan modifikasi gaya hidup. Apabila target yang diharapkan tidak tercapai setelah pelaksanaan modifikasi gaya hidup, penanganan dengan menambahkan obat-obatan merupakan langkah berikutnya. Pada penderita dengan resiko faktor penyakit serebrovaskular, penanganan tekanan darah tinggi dengan modifikasi gaya hidup dan obat-obatan merupakan langkah yang dianjurkan. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 164 Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC Green LA, Izzo. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. Hypertension 2003;42:1206-52 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga 1995. Edisi I. Jakarta. Depkes RI; 1997 Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, Muntner P, Whelton PK, He J. Global burden of hypertension: analysis of worldwide data. Lancet 2005;365:217-23. Whelton PK, He J, Appel LJ, Cutler JA, Havas S, Kotchen TA, et al. Primary prevention of hypertension: Clinical and public health advisory from The National High Blood Pressure Education Program. JAMA 2002;288;1882-8. Cook NR, Cohen J, Hebert PR, Taylor JO, Hennekens CH. Implications of small reductions in diastolic blood pressure for primary prevention. Arch Intern Med 1995; 155:701-9. Ridjab DA. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Tekanan Darah. Majalah Kedokteran Atma Jaya 2005;4(2):73-7 Writing Group of the PREMIER Collaborative Research Group. Effects of comprehensive lifestyle modification on blood pressure Control. JAMA 2003;289:2083-93. Elmer PJ, Obarzanek E, Vollmer WM, Simon-Morton D, Stevens VJ, Young DR. Effects of comprehensive lifestyle modification on diet, weight, physical fitness and blood pressure control: 18 month results of a randomized trial. Ann Intern Med 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 2006:144;485-95. Clinical Guidelines on Identification, Evaluation and Treatment of overweight and Obesity in adults. The Evidence Report: National institutes of Health. Obes Res 1998;6:51S-209S Kanazawa M, Yoshiike N, Osaka T, Numba Y, Zimmet P, Inoue S. Criteria and classification of obesity in Japan and Asia-Oceania. Asia Pacific J Clin Nutr 2002;11(Suppl):732-37. Deurenberg P, Deurenberg-Yap M, Guricci S. Asians are different from Caucasians and from each other in their body mass index/ body fat percent relationship. Obesity reviews 2002;3:141-6. World Health Organization. Western Pacific Region, International Association for the Study of Obesity. The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and its Treatment. Sydney: health Communications Australia Pty Limited, 2000. Calle EE, Thun MJ, Petrelli JM, Rodriguez C, Heath CW Jr. Body-mass index and mortality in a prospective cohort of US adults. N Engl J Med 1999;341:1097-1105. Klein S, Burke LE, Bray GA, Blair S, Allison DB, Xavier PiSunyer. Clinical implications of obesity with specific focus on cardiovascular disease. A statement for professionals from the American Heart Association Council on Nutrition, Physical activity and metabolism. Circulation 2004;110:2952-67. Stevens VJ, Obarzanek E, Cook NR, Lee IM, Appel LJ, West DS, et al. Long-term weight loss and changes in blood pressure: Results of the trials of hypertension prevention, phase II. Ann Intern Med 2001;134:1-11. Pi-Sunyer X. The role of weight loss in improving metabolic outcomes. Diunduh tanggal 31 Mai 2005 dari: [http:// www.medscape.com/viewprogram/1440_pnt]. Neter JE, Stam BE, Kok FJ, Grobbee DE, Geleijnse JM. Influence of Weight Reduction on Blood Pressure: a Meta-Analysis of Randomiyed Controlled Trials. Hypertension 2003;42:878-84. Williamson DF, Pamuk E, Thun M, Flanders D, Byers T, Heath C. Prospective study of intentional weight loss and mortality in never-smoking overweight US white women aged 40-64 years. Am J Epidemiol. 1995;141:1128-41. Clinical Guidelines on Identification, Evaluation and Treatment of overweight and Obesity in adults. The Evidence Report: National institutes of Health. Obes Res 1998;6:51S-209S. Appel LJ, Moore TJ, Oberzanek E, Vollmer WM, Svetkey LP, Sacks FM, et al. A Clinical Trial of the Effects of Dietary Patterns on Blood Pressure. The DASH Collaborative Research Group. N Engl J Med 1997; 336:1117-24. Ard JD, Svetkey LP, La Chance P-A, Bray G. Lowering Blood Pressure Using a Dietary Patttern: A Review of the Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) Trial. J Clin Hypertens 2000;2(6):387-91 Kaplan RC. Treatment of Hypertension to Prevent Stroke: Translating Evidence into Clinical Practice. J Clin Hypertens 2001;3(3):153-6, 164. Sacks FM, Svetkey LP, Vollmer WM, Appel LJ, Bray GA, Harsa D. Effects on blood pressure of reduced dietary sodium and the dietary approaches to Stopp hypertension (DASH) diet. N Engl J Med 2001;344:3-10. Thiele H, Pohlink C, Schuler G. Hypertonie und Bewegung. Sportarten für den Hypertoniker. Herz 2004;29:401-5. Whelton SP, Chin A, Xin X. Effect of Aerobic Exercise on Blood Pressure: a Meta-Analysis of Randomized, Controlled Trials. Ann Intern Med. 2002;136:493-503. Kelley GA, Kelley KS. Progressive Exercise and Resting Blood Pressure. A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Hypertension 2000;35:838-43. Koffman M, Bazzare T, Mosca L, Colditz GA, Stamper MJ, Willet WC, et al. An Evaluation of Choose to Move 1999. Arch Intern Med 2001;161:2193-9. Manson JA, Hu FB, Rich-Edwards JW, et al. A Prospective Study of Walking as Compared with Vigorous Exercise in the Preven- Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 Modifikasi Gaya Hidup dan Tekanan Darah 29. 30. 31. 32. tion of Coronary Heart Disease in Woman. N Engl J Med 1999;341:650-8. Ishikawa-Takata, Ohta T, Tanaka H. How Much Exercise is Required to Reduce Blood Pressure in Essential Hypertensives: a Dose-Response Study. Am J Hypertens 2003;16:629-33. Jackson R, Scragg R, Beaglehole R. Alcohol consumption and risk of coronary heart disease. BMJ 1991;303:211-6. Mukamal KJ, Chiuve SE, Rimm EB. Alcohol consumption and risk for coronary heart disease in men with healthy lifestyles. Arch Intern Med 2006;166:2145-50. Schroder H, Masabeu A, Marti MJ, et al. Myocardial infarction and alcohol consumption : a population-based case-control study. Nutr Metab Cardiovasc Dis 2006. (Epub ahead of print). Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 3, Maret 2007 33. Salim Y, Hawken S, Ounpuu S, Dans T, Avezum A, Lanas F, et al. Effect of potentially modifiable risk factors associated with myocardial infarction in 52 countries (the INTERHEART study); case-control study. Lancet 2004;364:937-52. 34. Critchley J, Capewell S. Smoking cessation for the secondary prevention of coronary heart disease. Cochrane Database Syst Rev 2004;(1):CD003041. HQ 165 PEMBERITAHUAN Penerbitan Majalah Kedokteran Indonsia, Volum: 57, Nomor: 6, Juni 2007, ada perubahan/penyempurnaan pada halaman Susunan Redaksi/Mitra Bestari, Pedoman Bagi Penulis, dan Instructions for Authors. Demikian pemberitahuan ini kami sampaikan. Pemimpin Redaksi Prof. Dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, SpPar (K).