This page was exported from Karya Tulis Ilmiah [ http://karyatulisilmiah.com ] Export date: Tue Jul 18 21:49:11 2017 / +0000 GMT KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA LINK DOWNLOAD [1.55 MB] BAB I KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA A. MODEL PSIKO ANALISA 1. Konsep Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala yang Nampak merupakan simbul dari konflik. 2. Proses terapi a. Memakan waktu yang lama b. Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisis mimpi : menginterprestasikan perilaku, menggunakan transferens untuk memperbaiki masa lalu, mengidentifikasi area masalah. 3. Peran pasien dan terapis a. Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi b. Terapis : mengupayakan perkembangan trasferens, menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya dengan konflik. B. MODEL INTERPERSONAL 1. Konsep Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan paplau mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Teori ini meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal. Menurut Sulivan individu memandang orang lain sesuai dengan apa yang ada pada dirinya, maksudnya kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup proses interpersonal perawat klien dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit. Dalam proses interpersonal perawat klien memiki 4 tahap : a. Orientasi Perawat klien melakukan kontrak awal untuk bhsp dan terjadi proses pengumpulan data b. Identifikasi Perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan askep c. Eksplorasi Perawat memberi gambaran kondisi klien d. Resolusi Perawat memandirikan klien 2. Proses terapi a. Mengeksplorasi proses perkembangan b. Mengoreksi pengalaman interpersonal c. Redukasi d. Mengembangkan hubungan saling percaya 3. Peran pasien dan terapis a. Pasien : menceritakan ansietas dan perasaan b. Terapis : menjalin hubungan akrap dengan psaien dengan menggunakan empati dan menggunakan hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif. C. MODEL SOCIAL 1. Konsep Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori ini mengemukakan pandangan sosial terhadap perilaku bahwa factor sosial dan lingkungan menciptakan stress yang menyebabkan ansietas yang akan menimbulkan gejala perilaku menyimpang. 2. Proses terapi a. Pencegahan primer b. Manipulasi lingkungan c. Intervensi krisis 3. Peran pasien dan terapis a. Pasien : secara aktif menyampaikan masalahnya dan bekerjasama dengan terapis untuk menyelesaikan masalahnya. b. Terapis : 1) Menggali sistem sosial pasien 2) Membantu pasien menggali sumber yang tersedia 3) Menciptakan sumber baru D. MODEL EKSISTENSI 1. Konsep Teori ini mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungannya. Keasingan diri dari lingkungan dapat terjadi karena hambatan pada diri individu. Individu merasa putus asa, sedih, sepi, kurangnya kesadaran diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya 2. Proses terapi a. Rational emotive therapy Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong menerima dirinya sebagai mana adanya bukan karena apa yang dilakukan. b. Terapi logo Terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti eksis. Tujuannya agar individu sadar akan tanggung jawabnya. c. Terapi realitas Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya, dan cara untuk mencapainya. Klien disadarkan akan alternatif yang tersedia. 3. Peran pasien perawat a. Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman berarti untuk mempelajari tentang diri yang sebenarnya. b. Terapis : 1) Membantu pasien untuk mengenali diri 2) Mengklarifikasi realita dari suatu situasi 3) Mengenali pasien tentang perasaan tulus 4) Memperluas kesadaran diri pasien E. MODEL KOMUNIKASI 1. Konsep Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat digunakan merusak makna, pesan dapat pula tersampaikan mungkin tidak selaras. Fase komunikasi ada 4 yaitu : pra interaksi, orientasi, kerja, terminasi. 2. Proses terapi a. Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah b. Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif. c. Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif d. Melakukan analisa proses interaksi 3. Peran pasien terapis a. Pasien : memperhatikan pola komunikasi, bermain peran, bekerja untuk mengklarifikasi komunikasinya sendiri, memvalidasi peran dari orang lain. b. Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarkan prinsip komunikasi yang baik. F. MODEL PERILAKU 1. Konsep Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini meyakini bahwa perubahan perilaku akan mengubah kognitif dan afektif 2. Proses terapi a. Desenlisasi/pengalihan b. Teknik relaksasi c. Asertif training d. Reforcemen/memberikan penghargaan e. Self regulation/mengamati perilaku klien: set standar ketrampilan, self observasi, self evaluasi, self, reiforcemen. 3. Peran pasien dan terapis a. Pasien : 1) Mempraktikkan tehnik perilaku yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah 2) Penggalakan latihan. b. Terapis 1) Mengajarkan kepada klien tentang pendekatan perilaku 2) Membantu mengembangkan hirarki perilaku 3) Menguatkan perilaku yang diinginkan. G. MODEL MEDICAL 1. Konsep Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan SSP. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia dipengaruhi oleh transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu masalah biokimia. Factor sosial dan lingkungan diperhitungkan sebagai factor pencetus. 2. Proses terapi a. Pengobatan : jangka panjang, jangka pendek b. Terapi supportif c. Insight oriented terapy yaitu belajar metode mengatasi stressor. 3. Peran pasien dan terapis a. Pasien : mempraktekkan regimen terapi dan melaporkan efek terapi b. Terapis : 1) Menggunakan kombinasi terapi somatic dan interpersonal 2) Menegakkan diagnosa penyakit PPDGJ 3) Menentukan pendekatan terapeutik Inti Model Medical H. MODEL KEPERAWATAN 1. Konsep Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan yang actual dan potensial dengan model pendekatan berdasarkan teori system, teori perkembangan, teori interaksi, pendekatan holistic, teori keperawatan. Fokus pada : a. Rentang sehat sakit b. Teori dasar keperawatan c. Tindakan keperawatan d. Hasil tindakan 2. Proses terapi a. Proses keperawatan b. Terapi keperawatan : terapi modalitas. 3. Peran pasien dan terapis a. Pasien : mengemukakan masalah b. Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan Inti Model Medical (Individu yang mudah mengalami gg) EVALUASI 1. Model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak adalah model keperawatan jiwa……………… 2. Menurut konsep keperawatan jiwa interpersonal, dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap yaitu ……………………….. 3. Model keperawatan jiwa sosial dalam proses terapinya melalui cara…………. 4. Peran perawat dalam model keperawatan jiwa eksistensi adalah……………… 5. Peran pasien dalam model keperawatan jiwa komunikasi adalah……………... 6. Perbedaan model konsep keperawatan jiwa keperawatan dan medical adalah…………………….. 7. Model konsep keperawatan jiwa perilaku mempunyai konsep tentang perilaku yaitu ……………………… BAB II KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN A. PENDAHULUAN Komunikasi sangat bermakna pada profesi keperawatan yang mana merupakan metode utama dalam memberikan asuhan keperawatan. Komunikasi terapeutik sebagai komunikasi professional. B. DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK Komter (komunikasi terapeutik) merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien. Komter merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien. Komter berlangsung secara verbal dan non verbal Dalam komter ada tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan klien, ditetapkan bersama, timbal balik, berorientasi pada masa sekarang, saling berbagi perasaan. C. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk perkembangan klien (Stuart dan Sundeen): 1. Kesadaran diri, penerimaan diri, penghargaan diri yang meningkat 2. Identitas diri jelas, peningkatan integritas diri 3. Membina hubungan interpersonal yang intim, interdependen, memberi dan menerima dengan kasih sayang. 4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang realistic D. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK Menurut Stuart dan Sundeen (1998), dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat menggunakan tehnik komunikasi terapeutik. 1. LISTENING (Mendengarkan) Definisi : menerima informasi secara aktif dan memperhatikan respon klien. a. Sebagai dasar utama komunikasi b. Sehingga perawat tahu perasaan klien c. Beri waktu yang banyak untuk bicara. d. Jadilah pendengar yang aktif e. Sikap/nonverbal: kontak mata, tidak menyilangkan tangan/kaki, hindari gerak tubuh yang tidak perlu, anggukkan kepala, tubuh condong f. Nilai : anda bernilai untuk saya, saya tertarik pada anda g. Listening secara aktif dan pasif (mendengar dengan kegiatan nonverbal) h. Misal : oo…. oo…. oo …., mhmmm…., ya saya dengan kamu…. i. Cara jadi pendengar yang efektif : 1) Fokus pada pemahaman apa yang dikatakan seseorang 2) Pelihara kontak mata 3) Melihat sekitar, sering berubah posisi menunjukkan tidak mendengarkan 4) Posisi pada level yang sama 5) Duduk bila mungkin 6) Berdiri menandakan diangapa akan pergi, tidak punya waktu cukup untuk komunikasi 7) Sikap kalem saat klien berfikir untuk menjawab, jangan bicara sebelum orang lain bicara. 8) Respon baik (verbal, nonverbal). 2. BROAD OPENING (Pertanyaan terbuka) a. Yaitu suatu teknik untuk membuka pembicaraan Misal : kamu memikirkan tentang apa? Bagaimana perasaanmu hari ini? b. Memberi kesempatan untuk memilih 3. RESTATING (Mengulang) a. Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien b. Guna : menguatkan ungkapan klien, mengindikasikan perawat mengikuti pembicaraan klien c. Misal : kamu mengatakan bahwa ibumu meninggalkan waktu usiamu 5 tahun ? 4. CLARIFICATION (Klarifikasi) a. Dilakukan jika perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar/klien malu mengemukakan informasi, informasi yang di dapat tidak lengkap/mengemukakan berpindah-pindah. Misal : dapatkah anda jelaskan kembali tentang….? Apa yang bapak maksud dengan….? b. Perawat berusaha menjelaskan kembali kata ide yang tidak jelas dikatakan klien. c. Guna : untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan persepsi. 5. THEMA IDENTIFICATION (Identifikasi Tema) Definisi : pokok yang mendasari persoalan/masalah yang sering muncul a. Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan b. Guna : meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting c. Misal : saya lihat dari semua keterangan yang anda jelskan anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya? 6. SILINECE (Diam) a. Biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan b. Tujuan : memberi kesempatan berfikir dan memotivasi klien bicara. c. Perlu ketrampilan dan ketepatan waktu 1) Bermanfaat saat klien harus mengambil keputusan 2) Pada klien menarik diri, diam berarti perawat menerima klien. 7. REFLECTION (Refleksi) a. Definisi : mengembalikan kepada klien segala ide pasien, perasaan, pertanyaanya, dan isinya, agar pasien menyadari dan dapat mengambil keputusan. b. Klien punya hak mengemukakan pendapat, membuat keputusan, memikirkan diri sendiri. c. Refleksi: 1) Refleksi isi, memvalidasi yang didengar, klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat 2) Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien tahu dan menerima perasaannya. d. Guna : Mengetahui dan menerima ide dan perasaan Mengoreksi Memberi keterangan yang jelas e. Rugi : 1) Mengulang terlalu sering dan sama 2) Dapat menimbulkan marah, iritasi, frustasi Misal : Klien : Apakah menurut anda saya harus mengatakan pada dokter? Perawat : Apakah menurut bapak sendiri bapak harus mengatakan pada dokter Missal : Anda merasa tegang dan khawatir, apa ada hubungannya dengan….? 8. FOCUSING (Memfokuskan) Membantu klien bicara sesuai topik yang dipilih, sesuai tujuan spesifik, lebih jelas, berfokus pada realitas. Misal : wanita sering menjadi bulan-bulanan. Coba anda ceritakan perasaan anda sebagai wanita? 9. MEMBAGI PERSEPSI a. Definsi : menanyakan pada klien untuk menguji pengertian perawat tentang yang ia fikir dan rasakan b. Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan difikirkan, sehingga perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi Misal : anda tertawa, tapi saya rasa anda marah pada saya. 10. INFORMING a. Memberi informasi dan fakta untuk penkesh b. Tidak dibenarkan memberi nasehat saat memberi informasi. Misal : Apakah saya perlu menerangkan tentang kerja obat yang bapak makan? 11. SUGESSTING (Saran) a. Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah b. Tepat digunakan pada fase kerja dan tidak pada fase awal hubungan. 12. HUMOR a. Lawakan yang menyenangkan, diungkapkan dengan bermain-main. b. Guna : Meningkatkan kesadaran, menyegarkan suasana, menurunkan agresi c. Jangan sembarangan dan terkesan meremehkan, misal : berikan arti kata baru dari nervous 13. MENYATAKAN HASIL OBSERVASI a. Perawat menguraikan kesan nonverbal klien b. Misal : Anda kelihatan tampak tegang…. 14. MERINGKAS a. Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat b. Tujuan : membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan c. Dapat mengulang aspek penting untuk interaksi berikutnya. Misal : Selama 10 menit ini bapak dan saya telah membicarakannya…. 15. MEMBERI PENGHARGAAN a. Jangan malah membebani. Misal : Bapak Nampak cocok pakai baju biru b. Yang membebani: Wah…. Bapak seperti Brad Pitt cakepnya. 16. MENGANJURKAN MENERUSKAN PEMBICARAAN a. Memberi kesempatan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. b. Tidak terkesan mengarahkan pembicaraan c. Misal : lanjutkan…. Dan kemudian…. Coba ceritakan hal tersebut pada saya. E. FASE-FASE HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi, fase perkenalan (Orientasi), Fase kerja dan fase terminasi.. 1. FASE PRAINTERAKSI Prakinteraksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai tambah pengamannya berguna agar lebih efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. Ia seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil dan harga diri yang kuat, mempunyai hubungan yang konstruktif dengan orang lain, dan berpegang pada kenyataan dalam menolong klien (Stuart & Sundeen, 1987). Pemakaian diri secara terapeutik berarti memaksimalkan pemakaian kekuatan dan meminimalkan pengaruh kelemahan diri dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Tugas tambahan dalam fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama. Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Seorang perawat perlu mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada ketidaksiapan maka perlu membaca kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu membuat rencana interaksi dengan klien. a. Evaluasi diri Coba jawab pertanyaan berikut : Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa? Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien? Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak, marah, inkohern? Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negative/tidak menyenangkan? Bagaimana tingkat kecemasan saya? b. Penetapan tahapan hubungan Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien : Apakah kontrak pertama? Apakah kontrak lanjutan? Apa tujuan pertemuan? Apa tindakan yang akan saya lakukan? Bagaimana cara melakukan? c. Rencana interaksi Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan! Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai! Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan! Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan! 2. FASE PERKENALAN (ORIENTASI) Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien. Dalam membina hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling percaya, penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan KONTRAK dengan klien. Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama perawat klien dapat optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu, misalnya klien dengan gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak realitas klien meningkat. Perawat dan klien mungkin kan mengalami perasaan tak nyaman, bimbang karena memulai hubungan baru. Klien yang mempunyai pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan adan sukar menerima dan terbuka pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik atau dihukum. Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah, serta merumuskan tujuan bersama klien. Elemen kontrak perawat-klien : a. Nama individu (perawat dank lien) b. Peran perawat dan klien c. Tanggung jawab perawat dan klien d. Harapan perawat dan klien e. Tujuan hubungan f. Tempat pertemuan g. Waktu pertemuan h. Situasi terminasi i. Kerahasiaan Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan : Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama a. Memberi salam Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang disertai dengan mengulurkan tangan untuk jabat tangan. b. Memperkenalkan diri perawat “Nama saya Wahyu Purwaningsih, saya senang dipanggil Wahyu.” c. Menanyakan nama pasien “Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya?” d. Menyepakati pertemuan/kontrak “Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.” “Dimana kita duduk” Bagaimana kalau kita duduk disana (sebutkan tempatnya) Jika dirumah sakit langsung katakana silahkan duduk Jika dikamar pasien, langsung duduk disamping pasien. e. Menhadapi kontrak “saya perawat yang bekerja di……, saya akan merawat anda (sebutkan nama pasien) selama 8 hari.” “dimuai saai ini S/D………, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.” “Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.” “kita bersama-sama menghadapi masalah yang anda (sebutkan nama pasien)” f. Memulai percakapan awal Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format pengkajian proses keperawatan. Contoh komunikasi menkaji keluhan utama “Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari?” “Apa yang anda (sebutkan nama pasien) sampai datang kemari?” “Apa masalah yang anda rasakan (sebutkan nama pasien) rasakan?” Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian terutama terkait dengan keluhan utama. Jika tidak menjawab “Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien) jika anda (sebutkan nama pasien) tidak mau menceritakan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi. Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama saja ya.” (10 menit). g. Menyepakati masalah klien Setelah pengkajian jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah : “Dari percakapan kita tadi tampaknya anda (sebutkan nama pasien) ……., (sesuaikan dengan kesimpulan masalah), “Misal : Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) sungkan berhubungan dengan orang lain, sering marah tak terkendali dirumah. h. Mengakhiri perkenalan Terminasi sementara (lihat pada fase terminasi sementara) Hal-hal yang dilakukan pada fase orientasi : Orientasi dilakukan pada pertemuan kedua dan seterusnya. a. Memberi salam Sama pada perkenalan b. Memvalidasi keadaan klien “Bagaimana perasaan anda (sebutkan nama pasien) hari ini?” “Coba ceritakan perasaannya hari ini?” c. Mengingatkan kontrak “Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai janji). Jika klien ingat janjinya berikan pujian. “Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati. Masalah klien (cara berkenalan dengan orang lain, mengungkapkan marah, kebersihan diri, dll) 3. FASE KERJA Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaftif menjadi adaftif merupakan fokus fase ini. Contoh : “Apa yang menyebabkan ibu marah?” Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut?” “Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.” 4. FASE TERMINASI Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan akrab sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal. Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang. Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses perawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan. Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara dangkal. Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai penolakan. Atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan bantuan. a. Terminasi sementara Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga perawat masih akan bertemu lagi dengan klien. Isi percakapan : 1) Evaluasi “Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.” 2) Tindak lanjut “Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?” 3) Kontrak yang akan datang “Kapan kita bertemu lagi?” Apa yang akan kita bicarakan?” b. Terminasi akhir c. Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai praktek dirumah sakit. d. Isi percakapan : 1) Evaluasi “Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?” 2) Tindak lanjut “Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah?” 3) Kontrak yang akan dating “Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit?” 4) Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga. F. TUGAS PERAWAT DALAM TIAP FASE HUBUNGAN TERAPEUTIK. FASE TUGAS PERAWAT Prainteraksi Orientasi Kerja Terminasi 1. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri 2. Analisa kekuatan kelemahan professional 3. Dapatkan data tentang klien jika mungkin 4. Rencanakan pertemuan pertama. 1. Tentukan alasan masuk klien minta pertolongan 2. Bina rasa saling percaya (trust), penerimaan dan 3. Komunikasi terbuka 4. Rumuskan kontrak pertama 5. Eksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien 6. Identifikasi masalah klien 7. Rumuskan tujuan bersama klien 1. Eksplorasi stressor yang tepat 2. Dorong perkembangan kesadaran diri klien & pemakaian mekanisme koping konstruktif 3. Atasi penolakan perilaku adaftif. 1. Ciptakan realitas perpisahan 2. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan 3. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan&kehilangan, sedih, marah dam perilaku lain. 4. Rencana tindak lanjut (untuk terminasi sementara) G. ANALISA DIRI Agar seorang perawat mampu berkomunikasi terapeutik dan mejadi perawat yang terapeutik maka sebelum melakukan interaksi dengan pasien harus melakukan ANALISA DIRI, agar dapat menggunakan diri secara terapeutik, dan dengan menggunakan teknik komunikasi yang baik sehingga mampu mengubah perilaku dan emosi klien yang maladaftif. Analisa diri meliputi : 1. KESADARAN DIRI SIAPA SAYA ? Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi, perilaku secara pribadi atau sebagai pemberi perawatan, sehingga bisa menerima perbedaan dan keunikan klien. JOHARI WINDOW menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang. Kuadran I Diketahui diri & orang lain Kuadran II Hanya diketahui orang Kuadran III Hanya diketahui oleh diri (Rahasia) Kuadran IV Tidak diketahui oleh siapapun Prinsip : a. Perubahan satu kuadran mempengaruhi kuadran lain. b. Kuadran satu paling kecil : komunikasi buruk/kesadaran diri kurang. c. Kuadran I paling besar : Kesadaran diri tinggi/komunikasi baik. CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI a. Mempelajari diri sendiri Melalui eksplorasi diri tentang fikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi. b. Belajar dengan orang lain Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri. Aspek negatif akan memberi kesadaran individu untuk memperbaikinya. c. Membuka diri Pribadi yang sehat berarti memiliki keterbukaan, maka perlu adanya sahabat yang dapat dipercaya sebagai tempat bercerita/curhat. 2. KLARIFIKASI NILAI Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dam keamanannya. Jika ada konflik, ketidakpuasan dapat disadari dan diklarifikasi agar tidak mempengaruhi hubungan komter. Perawat sadar sistem nilai yang dimiliki, misal : keyakinan, sehingga siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistem nilai yang dimiliki. 3. EKSPLORASI PERASAAN Terbuka, sadar terhadap persaannya, dan mengontrolnya sehingga bisa membawa diri secara terapeutik, sehingga tahu bagaimana berespon dan bersikap dengan klien. 4. KEMAMPUAN JADI MODEL Kemampuan untuk jadi suri tauladan. a) Perawat yang bermasalah, misalnya ketergantungan obat, gangguan interpersonal, dan lain-lain akan mempengaruhi hubungan dengan klien. Jadi perawat haruslah bergaya hidup sehat. b) Dalam keperawatan jiwa, perawat tidak mungkin memisahkan hubungan professional dengan kehidupan pribadi, karena perawat menggunakan dirinya untuk menolong klien. c) Perawat efektif bila mampu memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi tidak didominasi konflik, stress, mampu beradaptasi sehat. 5. BERTANGGUNG JAWAB Perawat bertanggung jawab terhadap tindakannya, sadar akan kelebihan dan kekurangannya. Dalam berinteraksi dengan klien seorang perawat harus mampu menghadirkan diri secara fisik dan psikoilogis dihadapan klien. Dalam usaha menghadirkan diri secara fisik seorang perawat perlu memahami SIKAP PERAWAT DALAM KOMTER. Sedangkan untuk menghadirkan diri secara psikologis dengan cara memahami DIMENSI RESPON dan DIMENSI TINDAKAN/AKSI. H. SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK a. Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) tidak hanya cukup dengan tahu tehnik komunikasi terapeutik dan isi komunikasi tapi penting juga “Sikap dan penampilan”. b. Cara menghadirkan diri secara fisik : 1) Berhadapan, artinya saya siap untuk anda 2) Pertahankan kontak mata pada level yang sama, artinya menghargai klien dan tetap ingin berkomunikasi. 3) Membungkuk ke arah klien, artinya menunjukkan keinginan untuk mengatakan/mendengarkan sesuatu. 4) Mempertahankan sikap terbuka (tidak melipat tangan/kaki) menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi 5) Tetap rileks 6) Dapat mengontrol keseimbangan antar ketegangan dan relaksasi dalam berespon pada klien. Kehadiran secara psikologis dapat dibagi dalam 2 dimensi : 1. Dimensi respon perawat 2. Dimensi tindakan perawat. I. DIMENSI RESPON a. KEIKHLASAN/KESEJATIAN Pernyataan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang sebenarnya. b. MENGHARGAI Menerima klien apa adanya, tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek, tidak menghina. Misal : duduk diam saat klien menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien, menerima permintaan klien untuk tidak bertanya pengalaman tertentu. c. EMPATI Empati adalah kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaan tanpa kita terlarut didalamnya. Lalu mengidentifiasi masalah klien dan membantunya. Empati dapat secara verbal/nonverbal. Misal : memperkenalkan diri, sikap membungkuk pada klien, respon kekuatan dan sumber daya klien, tunjukkan minat, ekspresi hangat. d. KONKRIT Terminologi spesifik, bukan abstrak agar tidak muncul keragu-raguan/tidak jelas. Guna : 1) Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien. 2) Memberi penjelasan akurat oleh perawat 3) Mendorong klien memikirkan masalah spesifik. J. DIMENSI TINDAKAN/AKSI Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan dilaksanakan dalam konteks kehangatan dan pengertian. Dimensi respon membawa klien pada tingkat penilikan diri tinggi dilanjutkan dengan dimensi tindakan. a. KONFRONTASI Merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai. Tiga kategori konfrontasi : 1) Ketidaksesuaian konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal dirinya. 2) Ketidaksesuaian antara ekspresi nonverbal dan perilaku klien. 3) Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan perawat. Guna konfrontasi adalah untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan, sikap, perilaku. Konfrontasi dilakukan secara asertif bukan dengan marah atau agresif. Sebelum melakukannya pada klien kaji tingkat “TRUST atau percaya”, tepat waktu, tingkat kecemasan klien, kekuatan koping. Konfrontasi diperlukan pada klien dengan kesadaran diri baik tapi perilaku klien belum berubah. b. KESEGARAN Berfokus pada saat ini, sensitive terhadap perasaan klien dan keinginan membantu segera. c. KETERBUKAAN Perawat memberi info tentang diri, idealnya, perasaannya, sikap dan nilainya. Pengalaman diri untuk terapi klien dengan tukar pengalaman ini diharapkan kerjasama dan sokongan. d. EMOTINAL CATHARSIS 1) Meminta klien bicara tentang hal yang mengganggu dirinya (Perasaanya, ketakutan, pengalaman) 2) Kaji kesiapan klien untuk bicara, bantu ekspresi perasaan klien 3) Suasana diterima dan aman klien akan memperluas kesadaran dan penerimaan diri. e. BERMAIN PERAN Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu, untuk meningkatkan kesadaran diri dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari pengalaman orang lain. Klien bebas berperilaku baru pada lingkungan aman. EVALUASI 1. Tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik adalah……… 2. Teknik apa saja yang dapat digunakan perawat dalam menjalin hubungan terapeutik perawat klien gangguan jiwa…………. 3. Jelaskan tahap-tahap dalam komunikasi terapeutik……………. 4. Apa tugas perawat dalam fase interaksi hubungan perawat klien terapeutik……… BAB III TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) A. PENDAHULUAN Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri. Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok. Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, penmgobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989). Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan. Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok. B. PENGERTIAN KELOMPOK Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai norma yang sama (Stuart&Sundeen,1991 : 10). Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, umpamanya membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif. Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain. Secara umum tujuan kelompok adalah : a. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman b. Berupaya memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain c. Merupakan proses menerima umpan balik C. MANFAAT TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK Terapi aktifitas kelompok mempunyai manfaat : 1. Terapeutik a. Umum 1) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain. 2) Melakukan sosialisasi 3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif. b. Khusus 1) Meningkatkan identitas diri 2) Menyalurkan emosi secara konstruktif 3) Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial c. Rehabilitasi 1) Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri 2) Meningkatkan ketrampilan sosial 3) Meningkatkan kemampuan empati 4) Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah. D. TUJUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) 1. Mengembangkan stimulasi kognitif Tipe : Biblioterapy Aktifitas : Menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain. 2. Mengembangkan stimulasi sensoris Tipe : Musik, seni, menari Aktifitas : Menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan Tipe : Relaksasi Aktifitas : Belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi 3. Mengembangkan orientasi realitas Tipe : Kelompok orientasi realitas, kelompok validasi Aktifitas : Fokus pada orientasi waktu, tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi kebutuhan. 4. Mengembangkan sosialisasi Tipe : Kelompok remotivasi Aktifitas : Mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi Tipe : Kelompok mengingatkan Aktifitas : Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif. E. KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK 1. Model fokal konflik Menurut Whiteaker dan Liebermen's, terapi kelompok berfokus pada kelompok daripada individu. Prinsipnya : Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik. Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekpresikan perasaan dan mendiskusikan perasaan dan mendiskusikannya untuk penyelesaian masalah. 2. Model komunikasi Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun. Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan. Leader mengajarkan pada kelompok bahwa : a. Perlu berkomunikasi b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup. c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain. d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif. Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan sosial anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif. Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut. 3. Model interpersonal Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal. Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain. Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku. Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik. 4. Model psikodrama Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami. Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras. F. MACAM TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) 1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif. Tujuan a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian c. Meningkatkan kemampuan intelektual d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain e. Mengemukakan perasaanya. Karakteristik : a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai b. Menarik diri dari realitas c. Inisiasi atau ide-ide negative Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan. 2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori Aktifitas digunakan untuk memberikan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal. Tujuan : a. Meningkatkan kemampuan sensori b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian c. Meningkatkan kesegaran jasmani d. Mengekspresikan perasaan. 3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitr klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik. Tujuan : a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar). b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan. c. Pembicaraan penderita sesuai realitas d. Penderita mampu mengenali diri sendiri e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat Karakteristik : a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain c. Penderita kooperatif. d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat 4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk : a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal b. Memberi tanggapan terhadap orang lain c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan Tujuan umum : Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Tujuan khusus : a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya b. Menyebutkan identitas penderita lain c. Berespon terhadap penderita lain d. Mengikuti aturan main e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya Karakteristik : a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan b. Penderita sering berada ditempat tidur c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang d. Penderita dengan harga diri rendah e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik 5. Penyaluran energi Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan. Tujuan : a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif. b. Mengekspresikan perasaan c. Meningkatkan hubungan interpersonal G. TAHAPAN-TAHAPAN DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen, 1995. Menggambarkan fase-fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut : 1. Pre kelompok Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader, anggota, tempat dan waktu kegiatan kelompok akan dilaksanakan serta membuat proposal lengkap dengan media yang akan digunakan beserta dana yang dibutuhkan. 2. Fase awal Pada fase ini terhadap 3 tahapan yang terjadi, yaitu: orientasi, konflik atau kebersamaan Orientasi : Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota. Konflik : Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya, dan saling ketergantungan yang akan terjadi. Kebersamaan : Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya. 3. Fase kerja Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim; a. Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya b. Perasan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah terbina c. Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati d. Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistis e. Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugs kelompok dalam menyelesaikan tugasnya. f. Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif. Petunjuk untuk leader pada fase ini : a. Intervensi leader didasari pada kerangka kerja teoritis, pengalaman, personality dan kebutuhan kelompok serta anggotanya b. Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan batasannya, mendorong kelompok bekerja pada tugasnya c. Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok mengatasi masalah khusus. 4. Fase terminasi Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa. Untuk menghindari hal ini, terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap betapa bermaknanya kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk memberi umpan balik pada tiap anggota Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre dan post test. H. TERAPIS Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain : 1. Dokter 2. Psikoater 3. Psikolog 4. Perawat 5. Fisioterapis 6. Speech teraphis 7. Occupational teraphis 8. Sosial worker. Persyaratan dan kwalitas terapis Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah : 1. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi dalam budaya setempat. 2. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal maupun patologis 3. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien. 4. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang katakatanya. 5. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya. 6. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan dan kelebihannya. I. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada penderita skizofrenia adalah 1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis. 2. Tugas sebagai leader dan coleader Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok. 3. Tugas sebagai fasilitator Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan. 4. Tugas sebagai observer Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out. 5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out. Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut. 6. Program antisipasi masalah Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok. Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997). Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul professional. Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam kelompok. Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional. STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI SUARA MENDENGAR MUSIK PENGERTIAN TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku. TUJUAN A. Pasien mampu mengenali musik yang didengar B. Pasien mampu menikmati musik sampai selesai C. Pasien mampu menceritakan perasaan setelah mendengarkan musik INDIKASI A. Pasien menarik diri B. Pasien harga diri rendah PERSIAPAN ALAT A. Tape recorder B. Kaset lagu melayu (dipilih lagu yang memiliki cerita yang bermakna) PROSEDUR NO PROSEDUR NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score ; 4 NA Nilai = Jumlah Score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Mengajak pasien untuk saling memperkenalkan diri (nama, nama panggilan, asal) 2. Setiap kali seorang pasien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak klien untuk bertepuk tangan 3. Menjelaskan bahwa akan diputar lagu, pasien boleh berjoget sesuai irama lagu, setelah selesai lagu tersebut pasien akan menceritakan isi cerita dari lagu tersebut dan perasaan pasien setelah mendengar lagu. 4. Terapis memutar lagu, pasien mendengar 5. Secara bergiliran pasien menceritakan isi lagu dan perasaannya sesuai arah jarum jam. 6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 12 NC Nilai – Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan mendengarkan musik - musik yang baik dan yang bermakna dalam kehidupan. 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR PENGERTIAN TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus menggambar pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku. TUJUAN A. Pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar B. Pasien dapat memberi makna gambar INDIKASI A. Pasien menarik diri B. Pasien harga diri rendah PERSIAPAN ALAT A. Kertas HVS B. Pensil 2B C. Krayon NO PROSEDUR NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score ; 4 NA Nilai = Jumlah Score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menggambar dan cerita hasil gambar kepada pasien lain 2. Membagikan kertas dan pensil, satu pasang untuk setiap pasien 3. Meminta pasien untuk menggambar apa saja sesuai keinginan hatinya. 4. Sementara pasien mulai menggambar, terapis berkeliling dan memberi penguatan kepada pasien untuk meneruskan menggambar jangan mencela pasien. 5. Setelah semua selesai menggambat, terapis meminta masing-masing pasien untuk menceritakan gambar apa dan makna gambar yang dibuat. 6. Kegiatan 5 dilakukan sampai semua pasien mendapatkan giliran 7. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 14 NC Nilai = Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien untuk mengekspresikan perasaan melalui gambar 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENONTON TV / VIDEO PENGERTIAN TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara dan melihat pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku. TUJUAN A. Pasien mampu menceritakan makna acara yang ditonton B. Pasien dapat menikmati TV / Video INDIKASI A. Pasien menarik diri B. Pasien harga diri rendah PERSIAPAN ALAT A. Video B. Televisi C. VCD PROSEDUR NO PROSEDUR NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk setengah lingkaran dalam suasana ruangan yang aman dan terang) Score ; 4 NA Nilai = Jumlah Score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menonton TV dan menceritakan makna yang telah ditonton. 2. Terapi memutar TV yang telah dipersiapkan acara disesuaikan dengan klien dan tujuan yang akan dicapai 3. Setelah semua selesai menonton, terapis meminta masing-masing pasien untuk menceritakan isi tontonan dan maknanya untuk kehidupan pasien berurutan mulai dengan pasien yang ada disebelah kiri terapis. 4. Kegiatan 3 dilakukan sampai semua pasien mendapatkan giliran 5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 10 NC Nilai = Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien untuk mendengarkan musik - musik yang baik dan yang bermakna dalam kehidupan 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI ORIENTASI REALITA MENGENAL ORANG PENGERTIAN Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita TUJUAN Pasien dapat mengenal orang-orang disekitarnya dengan tepat. INDIKASI A. Demensia B. Halusinasi C. Kebingungan PERSIAPAN ALAT A. Name tag sejumlah pasien dan perawat yang ikut tag B. Spidol “70” C. Bola tennis D. Tape recorder E. Kaset “dangdut” PROSEDUR NO PROSEDUR NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Memilih pasien sesuai indikasi 2. Membuat kontrak dengan klien sesuai dengn indikasi 3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score ; 4 NA Nilai = Jumlah Score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Masing-masing pasien duduk dikursinya masing-masing sampai permainan selesai - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis memberikan name tag untuk masing-masing peserta 2. Terapis meminta masing-masing peserta menyebutkan nama, nama panggilan, status dan alamatnya. 3. Terapis meminta masing-masing peserta menuliskan nama panggilannya dimasing-masing name tag yang telah dibagikan. 4. Terapis meminta masing-masing peserta memperkenalkan diri secara berurutan searah jarum jam dumulai dari terapis meliputi menyebutkan nama, nama panggilan, alamatnya. 5. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama, nama panggilan dan alamat semua peserta yang lain. 6. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama, nama panggilan dan alamat semua peserta yang lain. 7. Ulangi langkah no. 6 sampai semua peserta mendapat giliran 8. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 16 NC Nilai = Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien untuk kontak dan interaksi dengan orang lain 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya untuk mengenal tempat Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI ORIENTASI REALITA MENGENAL TEMPAT PENGERTIAN Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita TUJUAN Pasien dapat mengenal waktu dan tempat. INDIKASI A. Demensia B. Halusinasi C. Kebingungan PERSIAPAN ALAT A. Bola tennis B. Tape recorder C. Kaset “dangdut” PROSEDUR NO PROSEDUR NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Terapis mengingatkan kontrak pada sesi yang telah lalu 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score ; 4 NA Nilai = Jumlah Score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Terapis menanyakan apakah peserta masih mengingat nama-nama peserta yang lain. 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis menanyakan kepada peserta nama rumah sakit, nama ruangan, nomor tempat tidur, peserta diberi kesempatan menjawab dengan tepat. 2. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama rumah sakit, nama ruangan yang tepat. 3. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan nama rumah sakit, nama ruangan yang tepat. 4. Ulangi langkah no. 3 sampai semua peserta mendapat giliran 5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. 6. Terapis mengajak peserta berkeliling keruang-ruang yang ada. Score = 12 NC Nilai = Jumlah score NO PROSEDUR NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan untuk menghafal nama-nama 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI ORIENTASI REALITA MENGENAL WAKTU PENGERTIAN Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita TUJUAN Pasien mampu mengenali tanggal, hari, tahun dengan tepat. INDIKASI A. Demensia B. Halusinasi C. Kebingungan PERSIAPAN ALAT A. Bola tennis B. Tape recorder C. Kaset “dangdut” D. Kalender E. Jam dinding PROSEDUR NO PROSEDUR NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Terapis mengingatkan kontrak pada sesi yang telah lalu 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score ; 4 NA Nilai = Jumlah Score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Terapis menanyakan apakah peserta masih mengingat nama-nama ruangan yang sebelumnya dipelajari. 4. Menjelaskan tujuan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit Score = 10 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan 2. Terapis menanyakan kepada peserta hari, tanggal, bulan dan tahun sekarang. 3. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menjawab pertanyaan dari terapis. 4. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menjawab pertanyaan dari terapis. 5. Ulangi langkah no. 4 sampai semua peserta mendapat giliran 6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 12 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan mendengarkan music-musik yang baik dan yang bermakna dalam kehidupan 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI SESSI I PENGERTIAN TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya. TUJUAN A. Pasien mengenal isi halusinasi B. Pasien mengenal waktu terjadinya halusinasi C. Pasien mengenal frekuensi halusinasi D. Pasien mengenal perasaan bisa mengalami halusinasi. INDIKASI Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT A. Sound system B. Spidol C. Papan tulis PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Memilih psaien sesuai indikasi 2. Membuat kontrak dengan pasien 3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score = 6 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Pasien memperkenalkan diri - Pasien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit. Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Mengajak pasien untuk saling memperkenalkan diri (nama, nama panggilan, asal) 2. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu masing-masing pasien membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan menceritakan isi, waktu terjadi, frekwensi dan perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi. 3. Meminta pasien untuk bercerita tentang halusinasi yang dialami secara berurutan 4. Setiap kali pasien selesai cerita terapis mempersilahkan pasien lain untuk bertanya sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan 5. Ulangi 3, 4 sampai semua mendapat giliran 6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan halusinasinya. Score = 12 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan mendengarkan bila mengalami halusinasi segera menghubungi perawat 4. Membuat kontrak kembali untuk berikutnya TAK Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENGONTROL HALUSINASI : SESSI II MENGHARDIK PENGERTIAN TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya. TUJUAN A. Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengalami halusinasi B. Pasien dapat memahami dinamika halusinasi C. Pasien dapat memahami cara menghardik halusinasi D. Pasien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi INDIKASI • Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT A. Sound system B. Spidol C. Alat tulis NO PROSEDUR NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menanyakan pengalaman halusinasi yang pernah terjadi 4. Menjelaskan tujuan kegiatan 5. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit Score = 10 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Meminta menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apa bisa mengatasinya 2. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan pengalaman halusinasinya 3. Terapi menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi muncul 4. Terapi memperagakan cara menghardik halusinasi 5. Meminta masing-masing pasien memperagakan menghardik halusinasi dimulai dari pasien yang berada disebelah kiri terapis berurutan sampai semua mendapat giliran. 6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai memperagakan menghardik halusinasi. Score = 12 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERIMNASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika halusinasi muncul 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENGONTROL HALUSINASI : SESSI III MENYUSUN JADWAL KEGIATAN PENGERTIAN TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien dapat mengontrol halusinasinya TUJUAN A. Pasien dapat memahami pentingnya melakukan aktifitas untuk mencegah munculnya halusinasi B. Pasien dapat menyusun jadwal aktifitas dari pagi sampai tidur malam INDIKASI Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT A. Kertas HVS sejumlah peserta B. Pensil C. Spidol D. White board PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score = 8 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Pasien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir - Bila ingin keluiar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 90 menit. Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan 2. Membagi kertas dan pensil pada pasien 3. Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur dalam mencegah terjadinya halusinasi 4. Memberi contoh cara menyusun jadwal dengan menggambarkannya dipapan tulis 5. Meminta psien untuk menyusun jadwal aktifitas dari bangun pagi sampai dengan tidur malam 6. Membimbing pasien sampai berhasil menyusun jadwal 7. Memberi pujian kepada pasien setelah selesai berhasil menyusun jadwal Score = 14 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. ORIENTASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan melaksanakan jadwal aktifitas tersebut 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI : SESSI IV CARA MINUM OBAT YANG BENAR. PENGERTIAN TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien sehingga bisa mengontrol halusinasinya TUJUAN A. Pasien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminum B. Pasien mengetahui perlunya minum obat yang teratur C. Pasien mengetahui 5 benar dalam minum obat D. Pasien mengetahui efek terapi dan efek samping obat E. Pasien mengetahui akibat bila putus obat INDIKASI Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT A. Contoh obat B. White board C. Spidol PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menanyakan apakah jadwal aktifitasnya sudah dilakukan 4. Menjelaskan tujuan kegiatan 5. Menjelaskan aturan main - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Memberi contoh obat sesuai obat yang diberikan pada masing-masing pasien 2. Menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur sesuai anjuran 3. Meminta pasien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara bergantian, searah jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis sampai semuya mendapat giliran 4. Menjelaskan akibat jika tidak minum obat secara teratur 5. Menjelaskan 5 benar ketika menggunakan obat : benar obat, benar pasien, benar waktu, benar cara, benar dosis. 6. Menjelaskan efek terapi dan efek samping obat sesuai contoh yang ada pada pasien 7. Meminta pasien menyebutkan jenis obat, dosis masing-masing obat, cara menggunakan, waktu menggunakan dan efek obat sesuai contoh obat yang ada ditangan pasien secara bergantian, jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapis sampai semua mendapat giliran 8. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien menyebutkan dengan benar. Score = 16 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, pasien dapat menghubungi perawat yang bertugas 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI : SESSI V MENGONTROL HALUSINASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP. PENGERTIAN TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien sehingga bisa mengontrol halusinasinya TUJUAN A. Pasien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain B. Pasien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika memulai mengalami halusinasi INDIKASI Pasien halusinasi PERSIAPAN ALAT A. Spidol B. White board PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan kabar klien hari ini 3. Menanyakan pengalaman pasien mengontrol halusinasi setelah menerapkan 3 cara lain 4. Menjelaskan tujuan kegiatan 5. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Menerangkan pentingnya berbincang-bincang dengan orang lain untuk mengatasi halusinasi 2. Meminta kepada pasien situasi yang sering dialami sehingga mengalami halusinasi. Pasien secara bergantian bercerita dimulai dari sebelah kiri terapis searah jarum jam sampai semua pasien mendapat giliran. 3. Memperagakan bercakap-cakap dengan orang lain jika ada tanda-tanda halusinasi muncul 4. Pasien diminta memperagakan hal yang sama secara bergantian, dimulai dari klien yang duduk disebelah kiri terapis, searah jarum jam, sampai semua mendapat giliran. 5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai memperagakan Score = 10 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan untuk menerapkan bercakap-cakap dengan orang lain bila mulai mengalami halusinasi 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI PENINGKATAN HARGA DIRI : SESSI I IDENTIFIKASI HAL POSITIF DIRI PENGERTIAN Terapi yang menggunakan aktifitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman untuk didiskusikan dengan kelompok yang hasilnya berupa kesepakatan atau alternatif jawaban penyelesaian masalah TUJUAN A. Pasien mengetahui pentingnya menghargai diri sendiri B. Pasien dapat mengidentifikasi hal-hal positif diri INDIKASI Pasien harga diri rendah PERSIAPAN ALAT A. Kertas HVS B. Spidol PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Memilih pasien yang sesuai indikasi 2. Membuat kontrak dengan pasien 3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 8 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 5. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Memperkenalkan diri, meminta klien untuk memperkenalkan diri mulai dari kiri terapis bergiliran sampai selesai. 2. Menjelaskan bahwa pandangan tentang diri akan sangat mempengaruhi hubungan pasien dengan orang lain. 3. Membagikan kertas dan pensil, satu pasang untuk setiap pasien. 4. Meminta pasien untuk menuliskan tentang dirinya dikertas tentang kondisi fisik, identitas, peran, cita-cita dan harapan serta penilaian klien tentang dirinya. 5. Meminta pasien membacakan hasil tulisannya dikertas masing-masing searah jarum jam sampai semua peserta membacakan hasil tulisannya. 6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai membaca tulisannya 7. Meminta pasien melihat kembali hasil tulisannya dan meminta mencoret tulisannya yang isinya penilaian negatif 8. Meminta kembali membacakan hasil tulisannya yang tersisa secara bergiliran 9. Meminta pasien menambahkan tulisan aspek ositif dirinya, setelah selesai meminta membaca ulang secara bergiliran. 10. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai membaca tulisannya Score = 20 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien menuliskan aspek positif lainnya yang belum tertulis 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI PENINGKATAN HARGA DIRI : SESSI II MENGHARGAI HAL POSITIF ORANG LAIN PENGERTIAN Terapi yang menggunakan aktifitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman untuk didiskusikan dengan kelompok yang hasilnya berupa kesepakatan atau alternatif jawaban penyelesaian masalah TUJUAN A. Pasien dapat memahami pentingnya menghargai orang lain B. Pasien dapat mengidentifikasi hal-hal positif orang lain C. Pasien dapat memberi umpan balik positif pada orang lain INDIKASI Pasien harga diri rendah PERSIAPAN ALAT A. Spidol B. Kertas PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar) Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menanyakan apakah pasien pernah menghargai orang lain 4. Menjelaskan tujuan kegiatan 5. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Membagi kertas dan spidol 2. Meminta pasien untuk membagi kertas yang diberikan menjadi sejumlah peserta 3. Meminta pasien untuk menuliskan nama pasien yang lainnya di sudut kanan kertas. Satu kertas untuk satu orang 4. Meminta pasien untuk menuliskan hal-hal yang positif temannya sebanyak yang bisa ia tulis 5. Menyerahkan hasil tulisannya ke pasien sesuai nama yang ditulis dikertas 6. Meminta masing-masing pasien searah jarum jam membaca kertas yang diberikan dan mengungkapkan perasaan pasien setelah membaca kertas tersebut. 7. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai membacakan kertas yang ada ditangannya. Score = 14 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan pada pasien untuk menyimpan kertasnya tersebut dan membaca ulang jika sedang muncul rendah dirinya 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI PENINGKATAN HARGA DIRI : SESSI III MENETAPKAN TUJUAN HIDUP YANG REALISTIS PENGERTIAN Terapi yang menggunakan aktifitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman untuk didiskusikan dengan kelompok yang hasilnya berupa kesepakatan atau alternatif jawaban penyelesaian masalah TUJUAN A. Pasien mengetahui pentingnya tujuan hidup B. Pasien menentukan tujuan hidup yang realistis INDIKASI Pasien harga diri rendah PERSIAPAN ALAT A. Kertas HVS B. Spidol PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 60 menit Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Membagi kertas dan spidol 2. Menjelaskan pentingnya memiliki tujuan hidup agar bersemangat berusaha mewujudkan dan optimis 3. Meminta pasien untuk menuliskan masing-masing tujuan hidup dikertas 4. Meminta pasien membacakan tujuan hidupnya yang telah ditulisnya secara berurutan dan bergiliran 5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien membacakan tujuan hidupnya 6. Meminta pasien melihat kembali tujuan hidupnya mencoret tujuan yang sulit dicapai 7. Meminta pasien membaca ulang tujuan hidup yang benar-benar realistis 8. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai membacakan tujuan hidupnya. Score = 14 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien untuk mengekpresikan perasaan melalui gambar 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESSI I PENGERTIAN Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. TUJUAN Klien mampu menyebutkan jati diri : nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby. INDIKASI A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus PERSIAPAN ALAT A. Tape recorder B. Kaset mari kemari C. Bola tennis D. Buku catatan dan bolpoint E. Jadwal kegiatan klien PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit - Masing-masing menyebutkan jati diri Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, hoby. 2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan dan hoby. 3. Tulis nama panggilan pada kertas dan pakaikan 4. Ulangi langkah no. 3 sampai semua peserta mendapat giliran 5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 8 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien melatih berkenalan dengan orang lain 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESSI I PENGERTIAN Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. TUJUAN Klien mampu menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby. Klien mampu menyebutkan jati diri kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby. INDIKASI A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus PERSIAPAN ALAT A. Tape recorder B. Kaset mari kemari C. Bola tennis D. Buku catatan dan bolpoint E. Jadwal kegiatan klien PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman) Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik dan masing-masing memasang name tag. 2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba memperkenalkan diri 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit - Masing-masing memperkenalkan diri dengan anggota lain. Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, hoby. 2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan dan hoby anggota kelompok yang ada disebelah kanannya. 3. Ulangi langkah no. 2 sampai semua peserta mendapatkan giliran 4. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai 5. Terapis menyalakan tape recorder dan menghentikan kembali. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis dimohon memperkenalkan anggota kelompok yang berada disebelah kanannya kepada semua kelompok 6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai Score = 12 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien melatih berkenalan dengan orang lain 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI III PENGERTIAN Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial TUJUAN Klien mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi INDIKASI A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus PERSIAPAN ALAT A. Tape recorder B. Kaset mari kemari C. Bola tenis D. Buku catatan dan bolpoin E. Jadwal kegiatan klien PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman. Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik dan msaing-masing memakai name tag 2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba berkenalan 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit - Bertanya dan menjawab tentang kehidupan pribadi Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara : memberi salam, memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi misalnya orang terdekatnya siapa? 2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara : memberi salam, memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi 3. Ulangi langkah no. 2 sampai semua peserta mendapat giliran 4. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaanya Score = 8 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dan memasukkan ke dalam jadwal harian klien 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI IV PENGERTIAN Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan social TUJUAN Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu INDIKASI A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus PERSIAPAN ALAT A. Tape recorder B. Kaset mari kemari C. Bola tenis D. Buku catatan dan bolpoin E. Jadwal kegiatan klien F. White board PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman). Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik dan msaing-masing memakai name tag 2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah sudah latihan bercakap-cakap dengan orang lain 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir b. Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis c. Lama kegiatan 45 menit d. Masing-masing membicarakan topik tertentu Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan misalnya cara mencari teman, setemlah semua mendapat giliran. Tape akan dihidupkan lagi dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk memilih topik yang disukai dan setelah masalah ditentukan 2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan 3. Tulis topik pada white board. Topik yang disampaikan secara berurutan 4. Ulangi langkah no 2 dan 3 sampai semua peserta mendapat giliran 5. Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan pesrta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran untuk mem ilih topik yang disukai 6. Ulangi no. 5 sampai semuya mendapat giliran. 7. Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak 8. Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran untuk memberi pendapat tentang topik yang telah ditentukan 9. Ulangi no. 8 sampai semua mendapatkan giliran 10. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 16 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang topik tertentu 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI V PENGERTIAN Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial TUJUAN Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain INDIKASI A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus PERSIAPAN ALAT A. Tape recorder B. Kaset mari kemari C. Bola tenis D. Buku catatan dan bolpoin E. Jadwal kegiatan klien F. White board PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman). Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik 2. Menanyakan perasaan klien hari ini 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir b. Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis c. Lama kegiatan 45 menit d. Masing-masing membicarakan masalah pribadi dengan orang lain Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan misalnya cara mencari teman, setelah semua mendapat giliran. Tape akan dihidupkan lagi dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk memilih masalah yang ingin dibicarakan dan setelah masalah ditentukan memberikan pendapat 2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan 3. Tulis topik pada white board. Topik yang disampaikan secara berurutan 4. Ulangi langkah no 2 dan 3 sampai semua peserta mendapat giliran 5. Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan pesrta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran untuk memilih masalah yang ingin dibicarakan 6. Ulangi no. 5 sampai semuya mendapat giliran. 7. Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak 8. Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis mendapatkan giliran untuk memberi pendapat tentang topik yang telah ditentukan 9. Ulangi no. 8 sampai semua mendapatkan giliran 10. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya. Score = 16 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang masalah pribadi 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI VI PENGERTIAN Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial TUJUAN Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisaasi kelompok A. Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain B. Menjawab dan memberi pada orang lain INDIKASI A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus PERSIAPAN ALAT A. Tape recorder B. Kaset mari kemari C. Bola tenis D. Buku catatan dan bolpoin E. Jadwal kegiatan klien F. Kartu kwartet PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman). Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik, masing-masing memakai name tag 2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah telah bercakap-cakap tentang masalah pribadi 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit - Masing-masing bertanya dan meminta kartu yang diperlukan - Menjawab dan memberi kartu pada anggota yang lain Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis membagi 4 buah kartu kwartet pada setiap anggota sisanya diletakkan diatas meja 2. Terapis meminta tiap anggota menyusun kartu sesuai serinya 3. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis memulai permainan dengan cara : a. Meminta kartu yang dibutuhkan kepada anggota kelompok disebelah kanannya. b. Jika kartu yang dipegangnya telah lengkap maka diumumkan pada kelompok dengan membaca judul dan subjudul c. Jika kartu yang dipegang tidak lengkap maka diperkenankan mengambil kartu yang berada diatas meja. d. Jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada yang meminta ia berhak mengambil satu kartu yang berada diatas meja. e. Setiap menerima kartu diminta mengucapkan terima kasih. 4. Ulangi langkah no. 2, 3, jika 3b, 3c terjadi 5. Terapis memberikan pujian untuk tiap kali keberhasilan klien Score = 12 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menganjurkan agar pasien berlatih bekerjasama 4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya Score = 8 ND Nilai = Jumlah score STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI VII PENGERTIAN Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial TUJUAN Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan. INDIKASI A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus PERSIAPAN ALAT A. Tape recorder B. Kaset mari kemari C. Bola tenis D. Buku catatan dan bolpoin E. Jadwal kegiatan klien PROSEDUR NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 A. PERSIAPAN 1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi 2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman). Score = 4 NA Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 B. ORIENTASI 1. Mengucapkan salam terapeutik dan memakai name tag 2. Menanyakan perasaan klien hari ini apakah telah latihan bekerjasama 3. Menjelaskan tujuan kegiatan 4. Menjelaskan aturan main : - Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis - Lama kegiatan 45 menit - Masing-masing dapat menyampaikan manfaat 6 kali pertemuan TAKS Score = 8 NB Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 C. KERJA 1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan. Saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan manfaat 6 kali pertemuan TAKS 2. Terapis menyalakan tape dan menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis menyebutkan manfaat 6 kali pertemuan TAKS. 3. Ulangi langkah no. 2 sampai semua peserta mendapat giliran 5. Terapis memberikan pujian untuk tiap kali pasien berhasil Score = 12 NC Nilai = Jumlah score NO BUTIR YANG DINILAI NILAI 210 D. TERMINASI 1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK 2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok 3. Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu 4. Menganjurkan agar pasien melatih diri untuk 6 kemampuan yang telah dimiliki 5. Penkes keluarga agar memberi dukungan pada klien 6. Membuat kontrak kembali untuk evaluasi kemampuan secara periodik Score = 8 ND Nilai = Jumlah score Contoh proposal A. LATAR BELAKANG Berdasarkan hasil pengkajian kepada klien Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang diketahui bahwa para klien berasal dari berbagailatar belakang yang berbeda dengan kepribadian yang berbeda pula. Keadaan seperti ini berpotensi untuk menimbulkan konflik antar individu di dalam bangsal. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kegiatan yang dapat menumbuhkan kerjasama dan kerukunan antar klien. Dengan demikian diharapkan suasana kehidupan dibangsal menjadi lebih kooperatif dan dapat memberikan ketenangan bagi klien. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah TAKS yang melibatkan seluruh peserta dalam bentuk merangkai potongan sedotan menjadi seuntai kalung. B. TUJUAN Tujuan Umum Setelah dilakukan TAKS selama 60 menit diharapkan dapat terjalin kerjasama diantara peserta Tujuan Khusus Setelah mengikuti TAKS peserta mampu : - Bersosialisasi antar peserta - Koordinasi tugas antar peserta - Mengendalikan emosi masing-masing peserta C. METODE PELAKSANAAN Permainan Jenis merangkai potongan sedotan menjadi seuntai kalung D. SASARAN DAN TARGET Sasaran : Klien dengan masalah menarik diri dibangsal P3 RSJ Magelang Target : 7 klien E. STRATEGI PELAKSANAAN Hari/Tgl : 19 Kamis, April 2007 Tempat : Bangsal P3 Rumah Sakit Prof Dr. Soeroyo Magelang Jam : 09.00 – 10.00 F. MEDIA Media : - Sedoktan - Tali G. SETTING TEMPAT H. PENGORGANISASIAN DAN URAIAN TUGAS Leader : Anggoro Tugas : - Mengatur jalannya kegiatan - Menjelaskan aturan kegiatan - Memimpin jalannya kegiatan Fasilitator : Yun Wahyudi Tugas : - Memfasilitasi jalannya kegiatan - Memberikan reward pada peserta Observer : Sutrisno, Hartono, Linda, Budi Tugas : - Mengamati dan mengevaluasi klien SUSUNAN ACARA Waktu Tahap Kegiatan 08.00 08.05 08.50 08.05 08.50 09.00 Pembukaan Implementasi Terminasi - Mengucapkan salam - Kontrak ulang - Menjelakan tujuan pertemuan menyiapkan peserta, lingkungan, peralatan - Memberikan penjelasan pada klien mengenai aturan permainan - Mendemonstrasikan cara permainan - Memulai permainan - Kesan dan pesan - Salam penutup I. KRITERIA EVALUASI Evaluasi struktur 1. Menyiapkan preplanning 2. Kontrak waktu dengan klien 3. Menyiapkan alat dan tempat 4. Mempersiapkan klien sesuai kriteria Evaluasi proses 1. Klien menerima kedatangan perawat 2. Klien kooperatif dan berperan serta selama TAKS Evaluasi hasil 1. Klien dapat bersosialisasi 2. Klien dapat mengkoordinasikan tugas-tugas 3. Klien dapat mengendalikan emosi EVALUASI 1. Sebut dan jelaskan jenis TAKS 2. Apa tujuan dilakukan TAKS 3. Dalam pelaksanaan TAKS tugas leader adalah 4. Berapa jumlah anggota kelompok yang ideal dalam pelaksanaan TAKS BAB IV TERAPI LINGKUNGAN A. PENGERTIAN TERAPI LINGKUNGAN Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada dilingkungan kita, yang diciptakan untuk pengobatan termasuk fisik dan sosial. Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien dan untuk mengembangkan ketrampilan emosional dan sosial (Stuart Sundeen, 1991). B. SEJARAH TERAPI LINGKUNGAN Pada awal abad 19 dicoba terapi suasana rumah sakit seperti suasana dikeluarga (home like atmosphere). Moral treatment dicoba pada waktu makan. Pada saat makan diciptakan suasana yang akrab dan santai antara petugas dan pasien. Diperhatikan adanya jenis dan penempatan perabot. Lingkungan yang terapeutik, menciptakan suasana dimana pasien dapat menyadari dan mengenal diri sendiri. Kata milleu awalnya digunakan untuk mengartikan rancangan lingkungan secara ilmiah oleh Bettlehem dan Sylvester diakhir tahun 1930 dan diawal tahun 1940. Pada awalnya terapi lingkungan semata-mata menggunakan teori yang berkaitan dengan teori psikologi atau psikiatri untuk menentukan jenis lingkungan yang sangat cocok dalam proses terapi, kemudian pada tahun 1958 Freman Cameron dan Mc Gie mengembangkan hubungan antara self psikologi dengan karakteristik dasar pada lingkungan, dan dapat disimpulkan bahwa terapi lingkungan membawa perubahan yang spesifik pada perilaku pasien. C. TUJUAN Abrons dalam Stuart Sundeen 1995 menyebutkan tujuan terapi lingkungan meliputi : 1. Tujuan Umum Membekali pasien kemampuan untuk kembali kemasyarakat dan dapat menjalankan kehidupan fisik dan sosial seoptimal mungkin 2. Tujuan Khusus a. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptive b. Mengajarkan ketrampilan psikososial dengan cara : Orientasion yaitu pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang lebih baik. Orientasi berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap waktu, tempat, tujuan, sedangkan kesadaran dapat dikuatkan melalui interaksi dan aktifitas pada semua pasien. Asertation yaitu kemampuan mengekpresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendorong pasien dalam mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat. Misalnya : kelompok latihan asertif. Accupation yaitu kemampuan pasien untuk dapat dipercaya diri dan berprestasi melalui ketrampilan membuat kerajinan tangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan aktifitas pasien dalam bentuk kegiatan sederhana misalnya : menyulam, melukis. Recreation yaitu kemampuan membuat dan menggunakan aktifitas yang menyenangkan dan relaksasi. Hal ini memberi kesempatan pada pasien untuk mengkuti bermacam-macam reaksi dan membantu pasien untuk menerapkan ketrampilan yang telah dia pelajari misalnya interaksi sosial. Contoh aktifitasnya seperti permainan kartu. D. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN 1. DISTRIBUSI KEKUATAN Petugas kesehatan mendistribusikan pengetahuan, pengalaman kepada seluruh staf sesuai dengan wewenang masing-masing agar keputusan yang dibuat bertujuan sama dan yang terbaik untuk pasien 2. KOMUNIKASI TERBUKA Komunikasi dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi guna menetapkan keputusan. 3. MEMPERHATIKAN STRUKTUR INTERAKSI Struktur interaksi meliputi : a. Sikap bersahabat b. Penuh prihatin c. Lembut dan tegas 4. AKTIFITAS KERJA Diperlukan dorongan yang kuat dari lingkungan dengan jalan mengijinkan pasien untuk memilih terapi. Akan lebih berarti bila dapat diterapkan pada pekerjaan yang nyata. 5. PERAN SERTA KELUARGA DAN MASYARAKAT Selama di rumah sakit diusahakan pasien sering berhubungan dengan keluarga, agar keluarga dapat mengikuti perkembangan kesembuhan pasien sehingga berminat untuk mengkoordinir kepulangannya bila sudah baik. 6. PENYESUAIAN LINGKUNGAN DENGAN KEBUTUHAN DAN PERKEMBANGAN PASIEN. E. KOMPONEN FUNGSIONAL TERAPI LINGKUNGAN NO KOMPONEN DESKRIPSI BENTUK TERAPI AKTIFITAS 1. CONTAINMENT Fungsi : Mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa Maksud : Menggunakan control internal secara sementara sehingga sesuai realita Tujuan : Memberi keamanan pasien serta lingkungan serta menumbuhkan rasa pecaya Isolasi dan pengikatan Komunikasi untuk memberikan control external Menyediakan makanan adekuat selama isolasi dan pengikatan Melakukan observasi baik medis maupun perawatan Memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera pada diri sendiri pada orang lain Memberikan perhatian secara medis 2. SUPPORT Fungsi : Membantu pasien rasa aman dan nyaman serta mengurangi kecemasan Maksud : Memberikan dukungan mental pasien sehingga dapat merubah perilaku yang maldaptif Tujuan : Meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien Penggunaan komunikasi terapeutik Pemberian perhatian dengan sikap empati edukasi Aplikasi komunikasi terapeutik Memberikan bantuan langsung misalnya :menyediakan makanan yang menarik minat pasien Memberikan edukasi Mendampingi pasien beraktifitas Meningkatkan hubungan dan interaksi. 3. STRUKTUR Fungsi : Membantu mendorong perilaku yang meladaptif menjadi adaptif Maksud : Seting keadan yang direncanakan bersama antara pasien dan petugas sesuai dengan kebutuhan pada semua aspek milleu yaitu organisasi, tempat dan orang Tujuan : Meningkatkan tanggung jawab terhadap perilaku dan konsekwensinya, serta meningkatkan keterlibatan pasien terhadap aktifitas yang terstruktur. Terapi aktifitas Terapi aktifitas sosial Terapi occupation Kontrak bersama pasien Menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana bersama Melakukan diskusi untuk tukar pendapat Menjadwalkan pertemuan untuk semua aktifitas 4. INVOLVEMENT Fungsi : Mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, melakukan kompromi dan konfrontasi untuk meningkatkan keterlibatan sosial Maksud : Keterlibatan pasien dalam aktifitas merupakan bagian dari struktur untuk menuju pencapaian ketrampilan yang lebih kompleks Tujuan : Menstrimulasi pasien untuk berperan sert aktif dalam lingkungan sosial dan interaksi serta mengembangkan ketrampilan Terapi kelompok Melaksanakan aktifitas kelompok misalnya bermain kartu Mendampingi pasien berinteraksi dalam kelompok 5. VALIDATION Fungsi : Membantu pasien mengembangkan kapasitsa kedekatan yang lebih besar dan menyatu identitasnya Maksud : Pengenalan antar individu Tujuan : Membantu pasien memahami dan menerima keunikan dirinya serta mendorong integrasi antara perasaan senang dan tidak senanag Psikodrama Stimulasi persepsi dan validasi Penerapan komunikasi terapeutik empati Bermain peran Merencanakan tindakan individual Menghargai hak pasien Menerima pikiran perasaan pasien dan memberi reinforcemen Klarifikasi pikiran perasaan pasien. KOMPONEN YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM TERAPI LINGKUNGAN 1. Fisik Terkait dengan desain dan renovasi 2. Intelektual Aspek intelektual dari lingkungan meliputi : warna, sinar, suara, suhu, bau dan rasa 3. Sosial Komponen sosial : peran pasien pola komunikasi dan perbandingan staf dengan pasien 4. Emosional Factor fisik, intelektual dan sosial menciptakan suasana emosional Misalnya : a. Merasa sangat senang berada diruangan/lingkungan b. Merasa sangat santai c. Setiap orang bekerjasama dengan baik d. Segala sesuatu terawat baik Peran terapis 1. Tidak defensive 2. Empati 3. Dapat menciptakan keamanan 4. Tidak menakutkan 5. Percaya dan menerima Menurut Moos peran terapis dalam terapi lingkungan adalah 1. Mendukung spontanitas pasien 2. Merangsang pasien agar merasa bebas dan terbuka 5. Spiritual Sarana : tempat ibadah, buku-buku suci, dll harus terpisah, sepi dan tertutup agar memusatkan perhatian untuk pengobatan dan menemukan harapan baru bagi masa depan pasien. F. CONTOH PELAKSANAAN TERAPI LINGKUNGAN 1. PENGKAJIAN Pengumpulan data yang berhubungan dengan terapi lingkungan Contoh data : Bangsal yang terlalu padat Gagal menjaga prifasi psaien, fasilitas kamar mandi kurang Pasien tidak bebas memilih teman sekamar Dinding yang dicat putih menyebabkan silau Situasi yang dingin dan bersaing Kurang dukungan orientasi Kekuatan otoritas, mencegah pasien terlibat dalam pengambilan keputusan 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidakjelasan intelektual B/D ketidakmampuan memberi dukungan orientasi 3. INTERVENSI DAN PELAKSANAAN Tujuan : Jangka panjang : Memberi dukungan orientasi yang diperlukan Jangka pendek : Pasien dan staf menyumbang dukungan orientasi Punya administrasi untuk menyediakan dana Kriteria hasil : Jam dinding, kalender dipasang Papan pengumuman aktifitas dapat dilihat dengan jelas Peta untuk menunjuk arah ada Tindakan dan pelaksanaan : a. Fisik Pemikiran dalam pengembangan terapi lingkungan : partisipasi dalam desain lingkungan b. Intelektual Perawat dapat bertanya pada ahli interior tentang : warna, tekstur, cahaya, grafik dan sebagainya. Partisipsai aktif pasien, mendorong interaksi dan meningkatkan harga diri, misalnya : mencat, mengatur perabot, membersihkan lingkungan. c. Sosial Meningkatkan interaksi, komunikasi dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan Untuk komunikasi efektif perlu keterbukaan, reaksi dan umpan balik Pemecahan konflik perlu konfrontasi yang prinsipnya perlu pimpinan netral. d. Emosional Mengembangkan situasi harmonis, kerjasama dan kekompakan kelompok agar tercipta iklim yang mendukung keterlibatan dan spontanitas. Faktor yang menentukan kekompakan kelompok diantaranya : Menerima satu dengan yang lain Adanya kebersamaan tujuan e. Spiritual Memaksimalkan arti dari pengalaman pengobatan, mengembangkan rasa damai, meningkatkan hubungan manusia alam, kreatifitas sehingga perlu peningkatan kualitas spiritual dari lingkungan. 4. EVALUASI Apa tujuan sudah tercapai ? Modifikasi agar cara kerja lebih efektif APLIKASI TERAPI LINGKUNGAN PADA PASIEN GANGGUAN PERILAKU DAN INTERVENSI KEPERAWATANNYA No Gangguan perilaku dan diskripsi Tujuan Bentuk terapi lingkungan Intervensi 1. Destruktif perilaku merusak secara fisik yang merupakan respon dari bermacam- macam perasaan, seperti ketakutan atau kemarahan Mengontrol atau melakukan pembatasan terhadap respon perilaku yang maladaptive Containment (isolasi dan pengekangan) Gunakan komunikasi terapeutik Dorongan pasien untuk identifikasi perilaku yang melatarbelakangi validasi untuk membantu pasien mengenal, mengetahui perasaannya Memberikan perhatian perlindungan pada pasien dan orang lain. 2. Disorganisasi penyimpangan perilaku yang tidak sesuai pada psikotik, yang mungkin disebabkan oleh peningkatan kecemasan atau dis fungsi organil Menurunkan derajad penyimpangan perilaku melalui proses terapeutik Edukasi dan validasi Terangkan pasien dengan komunikasi dan sikap yang terapeutik Bantu pasien menurunkan derajat perilaku yang maladaptif Beri perhatian dan dukungan Empati dan kesediaan memberi dukungan Tingkatkan hubungan dan interaksi Hargai pasien 3. Disforia Respon perilaku maladaptif seperti menarik diri lingkungan, perilaku obsesi atau hiperreligi Merubah perilaku maladaptif menjadi adaptif Edukasi support struktur Pertahankan hubungan terapeutik Eksplorasi perrasaan psaien yang berhubungan dengan respon perilaku Berikan perhatian dan edukasi Damping pasien beraktivitas. 4. Dependency Ketidakmampuan pasien mengidentifiksai dan menemukan kebutuhannya sendiri, meskipun sebenarnya mampu mengerjakannya Meningkatkan kemampuan pasien dalam identifikasi kebutuhan Meningkatkan kemandirian Structure positif involument Pertahankan hubungan terapeutik Identifiksai perilaku psien Libatkan pasien dalam aktifitas yang terstruktur Ajarkan dan dorong pasien untuk menerapkan perilaku mandiri yang adaptif. EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan terapi lingkungan ? 2. Apa tujuan dilakukannya terapi lingkungan ? 3. Komponen apa saja yang perlu diperhatikan dalam terapi lingkungan ? BAB V ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KRISIS A. DEFINISI KRISIS Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika tidak seimbang maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda, dengan penyebab yang berbeda, dan bisa eksternal/internal. Krisis : konflik/masalah/gangguan internal yang merupakan hasil dari keadaan stressful/adanya ancaman terhadap self. Krisis : suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai. Krisis : ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan/mengancam integritas diri. B. PERIODE TERJADINYA KRISIS Pra krisis Krisis Post krisis 1. Persepsi ancaman/bahaya 2. Sisi disorganisasi 3. Penyelesaian 4. Ketidakseimbangan PRAKRISIS : Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan KRISIS : Individu mengalami ancaman / bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan Individu mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain. POST KRISIS : Penyelesaian krisis dapat menghasilkan : 1. Sama dengan sebelum krisis Hasil pemecahan masalah efektif 2. Lebih baik daripada sebelum krisis Individu menemukan sumber dan cara penanganan yang baru 3. Lebih rendah dari sebelum krisis. Ke maladaftif ---------- terjadi depresi, curiga. C. TIPE KRISIS 1. Krisis perkembangan (Maturasi) Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu : fase oral, fase anal, fase laten dan fase pubertas. Sedangkan Erik Erikson membagi menjadi 8 fase : masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa pertengahan dan masa dewasa lanjut. Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang menyelesaikan masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa erkawinan, menjadi orang tua, menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru. 2. Krisis situasi Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat suatu kejadian yang spesifik seperti : kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan orang yang dicimtai, kegagalan. Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan ketidakseimbangan yang berupa : a. Dapat diduga Peristiwa kehidupan : mulai sekolah, gagal sekolah Hubungan dalam keluarga : bertambah anggota keluarga, perpisahan, perceraian Diri sendiri : putus pacar, dll. b. Tidak dapat diduga Peristiwa yang sangat traumatic dan tidak pernah diduga/diharapkan. Contoh : kematian orang yang dicintai, PHK, diperkosa, dipenjara. 3. Krisis sosial Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan sertra menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan dilingkungannya sepertiu gunung meletus, kebakaran, banjir, perang. Krisis ini tidak dialami oleh semua orang seperti halnya krisis maturasi. D. BALANCING FAKTOR 1. Persepsi terhdap peristiwa/kejadian a. Apa arti kejadian pada individu b. Pengaruh kejadian pada masa depan c. Apakah individu memandang masalah secara realitas Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah positif. Sebaliknya persepsi yang tidak realistis membuat individu sulit untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah negatif. 2. Situasi pendukung/yang mendorong Hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan memberi dukungan dan sumber pada individu. 3. Koping Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat, penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan KRISIS. Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa : a. Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta mempertahankan keseimbangan b. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah c. Kemampuan mengatasi problema serta mempertahankan keseimbangan psikososial. E. PSIKODINAMIKA KEJADIAN KRISIS Fase I Fase II Fase III memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul ketegangan respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan meningkat Emergency problem solving diaktifkan Ketegangan tetap meningkat Fase IV redefinition an resolution of problem solving Atau berhenti berusaha atau menghindari problem Disorganisasi pribadi Gangguan realitas F. TUJUAN INTERVENSI KRISIS 1. Meredakan inpact/krisis 2. Menolong individu mengembangkan perilaku yang efektif untuk menangani krisis 3. Meningkatkan fungsi klien lebih tinggi daripada prekrisis (mengembalikan individu pada tingkat fungsi sebelum krisis) G. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENCAPAI TUJUAN 1. Pengkajian individu dan masalahnya a. Persepsi terhadap maalah dan pencetus b. Kekuatan dan ketrampilan koping c. Kekuatan support sistem (situasi pendukung) 2. Diagnose yang mungkin timbul Contoh : coping individu tidak efektif (individu/keluarga) 3. Intervensi terapeutik a. Organisasi dan analisa data b. Menggali alternatif pemecahan masalah dan cara pemecahan masalah c. Menentukan dukungan atau support system d. Menolong individu memperoleh pengertian tentang krisisnya e. Menolong individu mengembangkan perasaanya f. Menyelidiki mekanisme penanganan g. Memulihkan hubungan sosial 4. Implementasi krisis 1. Program antisipasi Pendidikan kesehatan tentang pencegahan krisis dan respon adaptif secara dini terhadap situasi yang penuh stress Ditujukan kepada : individu, kelompok, keluarga, masyarakat Mengidentifikasi individu yang mempunyai resiko dan untuk berkembangnya krisis dan mengajarkan strategi koping untuk menghindari berkembangnya krisis. 2. Program intervensi krisis a. Manipulasi lingkungan Merubah lingkungan fisik dan interpersonal untuk support dan jauhkan stressor Tujuan : menjauhkan sumber stress dan memberi dukungan b. General support (dukungan umum) Klien merasa perawat selalu ada dan akan membantu, hangat, menerima, empati, melindungi (sikap terapeutik perawat) c. Pendekatan umum Memberi asuhan pada kelompok resiko yang mempunyai masalah krisis yang sama d. Individual approach Tujuan : tercapainya penyelesaian masalah dengan cepat 1. Menentukan persepsi perawat-klien 2. Menghubungkan arti peristiwa dan krisis 3. Mengklarifikasi miskonsepsi 4. Perhatian perasaan yang menyertai krisis 5. Gali alternatif pemecahan masalah 6. Coba memecahkan masalah yang sesuai 7. Rangsang perilaku dan koping baru 8. Reinforcement untuk meningkatkan harga diri Tehnik : 1. Mengungkapkan perasaan : klien mengungkapkan perasaan dengan bicarakan area emosi yang membebani 2. Klarifikasi Klien didorong untuk menguraikan secara lebih jelas, hubungan beberapa peristiwa dalam kehidupan 3. Saran Klien dipengaruhi untuk menerima ide atau keyakinan khususnya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk membantu klien. 4. Manipulasi Menggunakan keinginan, nilai, emosiklien untuk kepentingannya melalui proses yang terapeutik 5. Reinforcement Memberi respon yang positif terhadap perilaku yang adaptif 6. Sokongan koping Mendorong klien menggunakan koping yang adaptif dan menekan koping yang maldaftif 7. Meningkatkan harga diri Membantu klien untuk merasa berarti dan berguna 8. Mengidentifikasi cara pemecahan Bersama klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah dan menilai konsekuensinya. e. Intervensi krisis yang lain 1. Terapi keluarga : keluarga sebagai sistem pendukung 2. Kelompok krisis : perawat dan kelompok membantu klien memecahkan masalah 3. Tim bencana 4. Konseling melalui telepon 5. Klinik krisis 6. Kunjungan rumah H. PERAN TERAPIS 1. Segera bina hubungan terapeutik 2. Pengkajian cepat dan akurat 3. Aktif langsung terlibat 4. Eksplorasi problem 5. Konfrontasi dan interpretasi I. ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS 1. PENGKAJIAN Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan pada maslah yang aktual. Beberapa aspek yang harus dikaji adalah : a. Pristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam oleh kejadian dan gejala yang timbul misalnya : 1) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena kematian 2) Kehilangan bi-psiko-sosio seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, sosial, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya. 3) Kehilangan milik pribadi misalnya harta benda, kewarganegaraan, rumah digusur 4) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup 5) Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja yang berbeda 6) Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan. b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhdap kejadian Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut. 1) Apa mnakna/arti kejadian bagi individu 2) Pengaruh kejadian terhadap masa depan 3) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistik c. Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari sistem pendukung meliputi : keluarga, sahabat dan orang-orang penting bagi pasien yang mungkin dapat membantu 1) Dengan siapa tinggal? Sendiri? Dengan keluarga? Dengan teman? 2) Apakah punya teman tempat mengeluh/curhat? 3) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga? 4) Apakah ada orang/lembaga yang dapat memberi bantuan? 5) Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang hilang dan sebagainya. d. Mengidentifikasikan hal kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya yang meliputi strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil. 1) Apakah yang biasa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi 2) Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang menyebabkan kegagalan tersebut 3) Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengtasi masalah sekarang 4) Apakah suka meninggalkan lingkungan untuk sementara agar dapat berfikir dengan jernih? 5) Apakah suka mengikuti latihan olah raga untuk mengurangi ketegangan? Apakah mencetuskan perasaannya dengan menangis? Perilaku Beberapa gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam keadaan krisis antara lain : a. Perasan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan bunuh diri atau membunuh orang lain b. Perasaan diasingkan oleh lingkungannya c. Kadang-kadang menunjukkan gejala somatic Pada krisis malapetaka (bencana) perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan fase respon terhadap musibah yang dialami. Lima fase respon terhadap musibah yang dialami. a. Dampak emosional Fase ini termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut : syok, panik, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan dan menilai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri. b. Pemberani (heroic) Terjadi satu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga dan tim kedaruratan mengatasi kecemasan dan depresi. Akan tetapi aktivitas yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan keletihan. c. Honey moon (bulan madu) Fase ini mulai terlihat satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi malapetaka. Bantuan orang lain berupa uang, sumber daya serta dukungan dari berbagai pihak terkumpulkan, akan membantu membentuk masyarakat baru. Masalah psikologis dan masalah perilaku mungkin terselubung. d. Kekecewaan Fase ini berakhir dalam 2 bulan sampai satu tahun. Pada saat ini individu merasa sangat kecewa, timbul kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban sering membandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya dan mulai tumbuh rasa benci/bermnusuhan terhadap orang lain. e. Rekontruksi reorganisasi Individu mulai menydari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalahnya. Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan hidupnya. Fase ini akan berakhir dalam beberapa tahun setelah terjadinya musibah 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Beberapa diagnosa keperawatan pada pasien krisis antara lain : a. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan anak dalam keadaan sakit, yang ditandai dengan terbatasnya kemampuan berkonsentrasi, agitasi motorik b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kematian putrinya yang ditandai dengan ketidakmampuan mengingat kecelakaan yang dialami bersamaan putrinya tersebut. c. Koping keluarga tidak efektif untuk mencapai kata sepakat berhubungan dengan perpisahan dengan suami yang ditandai dengan ketergantungan berlebihan terhadap temannya, selalu berfikir tentang kepulangan suaminya. d. Koping keluarga tidak efektif untuk mendapat persetujuan berhubungan dengan istri didiagnosa kanker, ditandai perasaan berduka, takut dan merasa bersalah e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pernikahan putrinya ditandai dengan batsa keluarga yang tidak jelas, pola komuniksi yang menyimpang. Diagnosis medic (PPGJ II, 1983) 1. Gangguan penyesuaian dengan efek (mood) depresi 2. Gangguan penyesuaian kecemasan 3. Gangguan penyesuaian emosional 4. Gangguan penyesuaian dan gangguan tingkah laku 5. Gangguan penyesuaian dengan campuran gangguan tingkah laku dan emosi 6. Gangguan penyesuaian menarik diri 7. Gangguan stress pasca trauma Diagnose keperawatan (NANDA) 1. Anxietas 2. Koping keluarga tidak efektif 3. Koping individu tidak efektif 4. Perubahan proses keluarga 5. Berduka 6. Takut 7. Perubahan tumbuh kembang 8. Defisit pengetahuan 9. Perubahan menjadi orang tua 10. Respon psaca trauma 11. Gangguan harga diri 12. Isolasi sosial 13. Distress spiritual. 3. PERENCANAAN Langkah selanjutnya dari intervensi krisis adalah membuat perencanaan. Dinamika yang mendasari krisis diformulasikan berdasarkan informasi dengan memperhatikan: a. Faktor pencetus b. Alternatif pemecahan masalah Langkah-langkah untuk mencapai pemecahan masalah seperti menentukan lingkungan pendukung yang membantu pemecahan masalah serta bagaimana memperkuat sistem tersebut. Mekanisme koping yang perlu dikembangkan dan diperkuat. Tujuan : a. Membantu pasien agar dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis b. Meningkatkan fungsi pasien dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin) c. Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh diri. Tindakan keperawatan Tindakan keperawtan utama dapat dibagi 4 tingkat dengan urutan dari dangkal sampai yang paling dalam yaitu : a. Manipulasi lingkungan untuk memperoleh dukungan situasi b. Dukungan umum (general support): buatlah pasien merasa bahwa perawat ada disampingnya dan siap membantu. Sikap perawat hangat, menerima, empati secara penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien. c. Pendekatan umum (general approach): membantu klien menghadapi proses berduka seperti pada korban malapetaka d. Pendekatan individual (individual approach): terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu, efektif untuk semua tipe krisis 4. EVALUASI Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain : a. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum terjadi krisis? b. Sudahkah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan terancam oleh kejadian yang menjadi factor pencetus? c. Apakah perilaku maladaptif atau symptom ditunjukkan telah berkurang? d. Apakah mekanisme koping yang adaptif telah berfungsi kembali? e. Apakah individu telah mempunyai sistem pendukung sebagai tempat dia bertumpu? EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan krisis? 2. Sebutkan tipe-tipe krisis? 3. Sebutkan 3 faktor keseimbangan dalam mengatsai krisis? 4. Terangkan periode terjadinya krisis! 5. Berikan contoh krisis berdasarkan tipenya! BAB VI ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN ALAM PERASAAN DEPRESI-MANIA A. PENGERTIAN Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania atau depresi. Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yng ditandai dengan adanya alam perasaan yang meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa berlebihan, penyimpangan seksual. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih dan berduka yng berlebihan dan berkepanjangan. B. RENTANG RESPONS EMOSIONAL Responsive adalah respons emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaanya. Pada rentang ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal. Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan menghalami proses kehilangan, misalnya bersedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan tersebut tidak berlangsung lama. Supresi merupakan tahap awal respons emosional yang maladaptiuf, individu menyangkal, menekan atau mengintemalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan. Bila anda merasa sangat marah / kesal dengan pergi mengendarai sepeda, biasanya reaksi berduka yang memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang, tetapi tidak tampak reaksi emosional terhadap kehilangan. Reaksi berduka yang memanjang ini dapat terjadi beberapa tahun. Mania/depresi merupakan respons emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan pengharuhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial. C. FACTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI 1. Factor Predisposisi Factor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dri dizigote Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri. Teori kehilangan. Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan. Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi atau mania. Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negtif terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan. Model belajar ketidak berdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kjehilangan kendali diri, lalu menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudin individu timbul keyakinan akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif. Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian (reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol. 2. Faktor Presipitsai Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Faktor sosial budaya meliputi kehilangan peran, perceraan, kehilangan pekerjaan. D. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi, dapat dilihat pada table 1. Pada keadaan depresi kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pda reaksi kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Tingkah laku mania merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi kehilangan. Komponen Perilaku Afektif Gembira yang berlebihan Harga diri meningkat Tidak tahan kritik Kognitif Ambisi Mudah terpengaruh Mudah beralih perhatian Wahain kesabaran Ilusi Flight ofideas Gangguan penilaian Fisik Dehidrasi Nutrisi yang tidak adekuat Berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat Berat badan menurun Tingkah laku Agresif Hiperaktif Aktivitas motorik meningkat Kurang bertanggung jawab Royal Irritable atau suka berdebat Perawalan diri kurang Tingkah laku seksual yang berlebihan Bicara bertele-tele Table 2: Perilaku yang berhubungan dengan depresi Komponen Perilaku Afektif Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga Kognitif Ambivalen, bingung, ragu-rgu Tidak mampu konsentrasi Hilang perhatian dan motivasi Menyalahkan diri sendiri Pikiran merusak diri Rasa tidak menentu Pesimis Fisik Sakit perut, anoreksi, mual, muntah Gangguan pencernaan, konstipasi Lemas, lesu, nyeri, kepala pusing Insomnia, nyeri dada, over acting Perubahan berat badan gangguan selera makan Gangguan menstruasi, impotensi Tidak berespon terhadap seksual Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran Gangguan tingkat aktifitas Kemunduran psikomotor Menarik diri, isolasi sosial Irritable (mudah marah, menangis, tersinggung) Berkesan menyedihkan Kurang spontan Gangguan kebersihan E. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI 1. Pengkajian Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi, presipitasi dan perubahan perilaku serta mekanisme koping yang digunakan klien. 2. Masalah keperawatan Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional (gangguan alam perasaan) anatara lain : a. Berduka disfungsional b. Ketidakberdayaan c. Peningkatan mobilitas fisik d. Gangguan pola tidur e. Resiko terhadap cedera f. Perubahan nutrisi g. Defisit perawatan diri h. Ansietas 3. Perencanaan Tujuan keperawatan Tujuan umum : Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan. Tindakan keperawatan : Pada dasarnya intervensi difokuskan pada : a. Lingkungan b. Hubungan perawat-klien c. Afektif d. Kognitif e. Perilaku f. Sosial g. Fisiologis Lingkungan Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Karena klien mania memiliki daya nilai rendah, hiperaktif, senang tindakan yang beresiko tinggi, maka klien harus ditempatkan dilingkungan yang aman, yaitu dilantai dasar, perabotan yang dasar, kurangi rangsang dan suasana yang tenang. Sedangkan merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri, karena klien merasa tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan. Hubungan perawat-klien Hubungan saling percaya yang terapeutik perku dibina dan dipertahankan. Bekerja dengan klien depresi perawat harus bersifat hangat, menerima, diam aktif, jujur dan empati. Bicara lambat, sederhana dan beri waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab. Afektif Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama, merawat klien depresi, perawat harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik. Sikap perawat yang menerima klien, hangat, sederhana akan mengekspresikan perngharapan pada klien. Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan klien bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir. Klien didorong untuk mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal, hal ini akan mengurangi intensitas masalah yang dihadapi. Kognitif Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien pada tujuan dan perilaku, meningkatkan harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif. Cara mengubah pikiran yang negatif : 1. Identifikasi semua ide, pikiran yang negatif. 2. Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan). 3. Dorong klien menilai kembali persepsi, logika, rasional. 4. Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif, dari tidak realistis ke realistis. 5. Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil. Beri penguatan dan pujian akan keberhasilan. Perilaku Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang realistik, yaitu dengan memberi tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan diruangan. Klien depresi berat dengan penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang terstruktur. Beri penguatan pada kegiatan yang berhasil. Sosial Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial, dengan cara : 1. Kaji kemampuan, dukungan dan minat klien. 2. Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien. 3. Bombing klien melakukan hubungan interpersonal, dengan role model, role play. 4. Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif. 5. Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat, klien). Fisiologis Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klie. Kebutuhan dasar seperti makan, minum, istirahat, kebersihan dan penampilan diri perlu mendapat perhatian perawat. Kewaspadaan perawat Dalam member asuhan keperawan kepada klien dengan gangguan alam perasaan berat, perawat harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan bila da resiko bunuh diri, yaitu gejala meningkat secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang. Asuhan keperawatan pada keadaan ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri sendiri. Percobaan bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi dan klien mempunyai energi dan kesempatan untuk bunuh diri. Klien dalam keadaan mania akut juga dapat mengancam kehidupannya. 4. Evaluasi 1. Apakah sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali ? 2. Apakah masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali ? 3. Apakah perubahan pola tingkah laku klien dan respon tersebut tampak? 4. Apakah riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi/mania dapat dievaluasi sepenuhnya ? 5. Apakah perlu dilakukan tindakan untuk mencegah kemungkinan terjainya bunuh diri ? 6. Apakah masyarakat lingkungan juga merupakan sumber koping ? 7. Apakah tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien ? 8. Apakah reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien ? 9. Apakah perawat mampu untuk mawas diri terhadap perasaan pribadi, konflik dan mampu untuk menghadapi benturan emosi yang timbul dalam hubungan dengan klien ? 10. Apakah pengalaman klien akan meningkatkan kepuasan dan kesenangan klien terhadap dunia pribadinya ? EVALUASI 1. Apa pengertian dari mania ? 2. Apa pengertian dari depresi ? 3. Jelaskan rentang renspon emosional ! 4. Sebutkan faktor predisposisi dan presipitasi depresi mania ! 5. Perilaku dan mekanisme koping apa saja yang dapat terlihat mania ? 6. Perilaku dan mekanisme koping apa saja yang dapat terlihat depresi ? BAB VII ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENYAKIT KRONIS DAN KETIDAKMAMPUAN A. PENGERTIAN PENYAKIT KRONIK DAN KETIDAKMAMPUAN PENYAKIT KRONIK Suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis KETIDAKMAMPUAN/KETIDAKBERDAYAAN Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa sehgala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. B. SIFAT PENYAKIT KRONIK (WRISHT+LE/AHEY,1987) 1. PROGRESI Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh : penyakit jantung. 2. MENETAP Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu. 3. KAMBUH Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau berbeda. C. DAMPAK PENYAKIT KRONIK TERHADAP KLIEN 1. DAMPAK PSIKOLOGIS Dalpak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku a. Klien menjadi pasif b. Tergantung c. Kekanak-kanakan d. Merasa tidak aman e. Bingung f. Merasa menderita 2. DAMPAK SOMATIK Keluhan somatik sesuai dengan keadaan penyakitnya. Contoh : DM adanya TRIAS P' 3. DAMPAK TERHADAP GANGGUAN SEKSUAL Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual) 4. DAMPAK GANGGUAN AKTIVITAS Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan sosial dapat terganggu baik secara total atau sebagian. D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT KRONIK DAN KETIDAKMAMPUAN 1. Persepsi klien terhadap situasi 2. Beratnya penyakit 3. Tersedianya support sosial 4. Temperamen dan kepribadian 5. Sikap dan tindakan lingkungan 6. Tersedianya fasilitas kesehatan E. RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRONIK Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon BIO-SIKO-SOSIAL-SPIRITUAL ini akan meliputi respon kehilangan. 1. KEHILANGAN KESEHATAN Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktifitasnya terbatas. 2. KEHILANGAN KEMANDIRIAN Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan. 3. KEHILANGAN SITUASI Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga / kelompoknya. 4. KEHILANGAN RASA NYAMAN Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll. 5. KEHILANGAN FUNGSI FISIK Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa. 6. KEHILANGAN FUNGSI MENTAL Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisien sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional. 7. KEHILANGAN KONSEP DIRI Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya. Hal ini akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri menjadi rendah. 8. KEHILANGAN PERAN DALAM KELOMPOK dan KELUARGA F. PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRONIK 1. DINAMIKA INDIVIDU a. PROTES DAN PENGINGKARAN Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan. “mengapa kejadian ini menimpa saya?” Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya. b. DEPRESI CEMAS DAN MARAH Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya. “bagaimana mengatasi masalah ini?” Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil keputusan, tidak punya harapan. Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga dan petugas. c. PELEPASAN DAN REINVESTASI Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya. Klien mulai mengumpulkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress, apabila penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri terhadap realita. 2. DINAMIKA KELUARGA Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah, cemas dan depresi. 3. DINAMIKA LINGKUNGAN Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial secara normal. RESPON PERAWAT Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan fakta. ANALISA DIRI PERAWAT Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi. Contoh : Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan. Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis. Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga. G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KETIDAKMAMPUAN PENYAKIT KRONIK KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIK DAN 1. PENGKAJIAN a. PENGKAJIAN TERHADAP KLIEN Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi kehilangan dan perubahan yang terjadi. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1) Respon emosi klien terahadap diagnosa 2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi 3) Upaya klien dalam mengatasi situasi 4) Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan 5) Persepsi dan harapan klien 6) Kemampuan mengingat masa lalu. b. PENGKAJIAN KELUARGA Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit klien dan sejauh mana pengaruhnya terhadap keluarga, kelebihan dan kekurangan yang memerlukan dukungan dan intervensi. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1) Respon keluarga terhadap klien 2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya. 3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui 4) Kapasitas dan sistem pendukung yang ada. 5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional 6) Proses pengambilan keputusan 7) Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang terjadi. c. PENGKAJIAN LINGKUNGAN 1) Sumberdaya yang ada. 2) Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit 3) Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan 4) Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan perubahan. b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan. c. Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan dengan d. Ketidakmampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) e. Gangguan body image berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami f. Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan dengan adanya hambatan dalam fungsi seksual. 3. PERENCANAAN TUJUAN a. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan. b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas c. Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan petugas d. Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini. e. Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual. INTERVENSI TERHADAP KLIEN a. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi. b. Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif c. Berikan informasi secara benar dan jujur d. Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan e. Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang dialami terhadap penyakitnya. f. Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan. INTERVENSI TERHADAP KELUARGA a. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya. b. Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas c. Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan klien d. Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien e. Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien f. Optimalkan sumber daya yang ada g. Beri informasi tentang penyakit ynag jelas h. Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses penyembuhan i. Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai dengan kondisi. KETIDAKBERDAYAAN 1. PENGKAJIAN Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi a. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu b. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri c. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya e. Apatis, pasif f. Ekspresi muka murung. g. Bicara dan gerakan lambat h. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan i. Tidur berlebihan j. Menghindari orang lain. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnosa keperawatan dapat dirumuskan : Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberdayaan. 3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Tujuan umum : Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri Tujuan khusus : Pasien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat Tindakan : a. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa adanya dan bersifat empati. b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya, rasa marah, frustasi dan simpati) c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif d. Beri waktu untuk pasien berespons. Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosi Tindakan : a. Tunjukkan respon emosional dan menerima pasien b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, klarifikasi c. Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaanya d. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya untuk mengontrol e. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang berhubungan dengan ketidakmampuan Pasien dapat memodifikasi pola kognitif negatif Tindakan : a. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk menyimpulkan b. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkannyamelalui interupsai atau substitusi c. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif d. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasie. Identifikasi persepsi pasien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. e. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya f. Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi. Pasien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perwatannya. Tindakan : a. Libatkan pasien dalam menetapkan tujuamn-tujuan perawatannya yang ingin dicapai b. Motivasi pasien untuk mem buat jadwal aktifitas perawatan dirinya c. Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan. d. Berikan “reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat e. Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus f. Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan sehari-hari. Pasien dapat termotivasi aktif untuk mencapai tujuan yang realistis Tindakan : a. Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistic. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu b. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya c. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas tersebut dan berikan penilaian positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya. d. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu pasien menurunkan perasaan ketidakberdayaan. EVALUASI 1. Apa pengertian penyakit kronis ? 2. Apa pengertian ketidakberdayaan ? 3. Sebutkan sifat penyakit kronis ? 4. Dampak apa saja yang ditimbulkan pada klien dengan prnyakit kronis ? 5. Sebutkan faktor yang mempengaruhi penyakit kronis dan ketidakmampuan ? 6. Respon apa saja yang bisa muncul pada klien dengan penyakit kronis ? BAB VIII ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL A. PENGERTIAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL Kritis Suatu keadaan penyakit kritis dimana memungkinkan sekali klien meninggal. Contoh : Gangguan kesadaran (coma meninggal) Keadaan hamper meninggal/sakaratul maut Ca.Stadium lanjut Terminal Keadaan penyakit terminal merupakan kondisi penyakit yang berat dan tidak dapat disembuhkan lagi. B. RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL ini akan meliputi respon kehilangan. 1. Kehilangan Kesehatan Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistis, aktifitasnya terbatas. 2. Kehilangan Kemandirian Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan. 3. Kehilangan Situasi Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga / kelompoknya. 4. Kehilangan Rasa Nyaman Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll. 5. Kehilangan Fungsi Fisik Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa. 6. Kehilangan Fungsi Mental Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisiek sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional. 7. Kehilangan Konsep Diri Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak dapat berfikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya. Hal ini akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri menjadi rendah. 8. kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga C. PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL 1. DINAMIKA INDIVIDU a. PROTES DAN PENGINGKARAN Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan. “mengapa kejadian ini menimpa saya?” Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya. b. DEPRESI CEMAS DAN MARAH Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya. “bagaimana mengatasi masalah ini?” Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil keputusan, tidak punya harapan. Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga dan petugas. c. PELEPASAN DAN REINVESTASI Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya. Klien mulai mengumpulkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress, apabila penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri terhadap realita. 2. DINAMIKA KELUARGA Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah, cemas dan depresi. 3. DINAMIKA LINGKUNGAN Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial secara normal. RESPON PERAWAT Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan fakta. ANALISA DIRI PERAWAT Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi. Contoh : Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan. Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis. Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga. D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL 1. PENGKAJIAN a. PENGKAJIAN TERHADAP KLIEN Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi kehilangan dan perubahan yang terjadi. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1) Respon emosi klien terahadap diagnosa 2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi 3) Upaya klien dalam mengatasi situasi 4) Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan 5) Persepsi dan harapan klien 6) Kemampuan mengingat masa lalu. b. PENGKAJIAN KELUARGA Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit klien dan sejauh mana pengaruhnya terhadap keluarga, kelebihan dan kekurangan yang memerlukan dukungan dan intervensi. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : 1) Respon keluarga terhadap klien 2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya. 3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui 4) Kapasitas dan sistem pendukung yang ada. 5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional 6) Proses pengambilan keputusan 7) Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang terjadi. c. PENGKAJIAN LINGKUNGAN Sumberdaya yang ada. Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan perubahan. b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan. c. Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) d. Gangguan body image berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami e. Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan dengan adanya hambatan dalam fungsi seksual. 3. PERENCANAAN TUJUAN a. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan. b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas c. Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan petugas d. Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini. e. Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual. INTERVENSI TERHADAP KLIEN a. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi. b. Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif c. Berikan informasi secara benar dan jujur d. Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan e. Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang dialami terhadap penyakitnya. f. Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan. INTERVENSI TERHADAP KELUARGA a. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya. b. Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas c. Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan d. Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien e. Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien f. Optimalkan sumber daya yang ada g. Beri informasi tentang penyakit ynag jelas h. Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses penyembuhan i. Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai dengan kondisi, EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan penyakit terminal ? 2. Apa yang dimaksud dengan penyakit kritis ? 3. Jelaskan psikodinamika pada klien dengan penyakit kritis dan terminal ? 4. Respon apa saja yang timbul pada klien dengan penyakit kritis dan terminal ? BAB IX ASUHAN KEPERAWATAN JIWA LANJUT USIA A. PENGERTIAN Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/menggnati died dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerisakan yang diderita. Lansia adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lansia. (Perawatan Lanjut Usia, Wahyudi Nugroho,ECG,Jakarta,1992). Lansia adalah seseorang yang lebih dari 75 tahun (Menyongsong'Ifsia Lanjut dengan Bugar dan Bahagia, dr. E. Oswari, Jakarta, 1997) B. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA 1. Sel a. Lebih sedikit jumlahnya b. Lebih besar ukurannya c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intracellular 2. Sistem persyarafan a. Cepatnya menurun hubungan persyarafan b. Lambat dalam respond dan waktu bereaksi, khususnya dengan stress. c. Mengecilnya syaraf pancaindra 1) Berkurangnya penglihatan, pendengaran, mengecilnya syaraf 2) Penciuman dan perasa, lebih sensitive dengan perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. 3. Sistem pendengaran a. Presblakusis (Gg. Pendengaran) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bungyi suara atau nada-nada tinggi, suarau tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia 65 tahun. b. Membran Tympani Menjadi atropi menyebabkan otosklerosis c. Terjadinya pengumpulan cemmen, dapat mengeras karena peningkatan keratin. 4. Sistem Penglihatan a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar b. Kornea lebih berbentuk sentries (bola) c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) d. Meningkatnya ambang pengamatan sinar e. Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap f. Hilangnya daya akomodasi g. Menurunnya lapang pandang/berkurang luas lapang pandang. h. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala. 5. Sistem kardiovaskular a. Katub jantung menjadi tebal dan kaku. b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunkan kontraksi dan volumenya. c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah : Kurangnya efektiftas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg. Tekanan darah tinggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, systole normal 95 mmHg. 6. Sistem repirasi a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. b. Menurunnya aktifitas dari silia c. Paru-paru kehilangan elastisitas d. Kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun. e. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang f. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg. g. CO2 pada arteri tidak berganti h. Kemampuan untuk batuk berkurang. 7. Sistem gastrointestinal a. Kehilangan gigi Penyebab utama adalah periodontal disease yang bias terjadi setelah umum 3 tahun. Penyebab yang lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gusi yang buruk. b. Indera pengecap menurun Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi indra pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin. c. Esofagus melebar d. Lambung Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun) asam lambung menurun waktu mengosongkan makanan menurun. Peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi Fungsi absorbs melemah (daya absorbsi terganggu) e. Lever (hati) Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah 8. Sistemgenitourinaria a. Ginjal Mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun 50 %, penyaringan di glomerulus menurun 50 %, fungsi tubulus berkurang, akibatnya bertkurangnya kemampuan mengkonsentrasi urine, Bj urine menurun, proteintiria (biasanya +1) BUN (meningkat s/d 21 mg%), nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. b. Vesika Urinaria Otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml/menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, meningkatnya retensi urine. Pembesaran prostat 25% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun c. Vagina Atrofi vulva, selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi vitalnya menjadi lebih alkali, terjadi perubahan warna. Daya seksual orang-orang yang masih tua juga masih membutuhkannya tidak ada batasan intim tertentu dimana fungsi seksual seseorang berhenti, frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua. 9. Sistem endokrin a. Produksi dari hamper semua hormone menurun b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah c. Pituitary d. Partumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSU, clan LH. Menurunnya aktifitas tiroid e. Menurunnya BMR, menurunnya daya pertukaran zat f. Menurunnya produksi aldosteron g. Menurunnya sekresi hormone kelamin, missal : progesterone, esterogen, testosterone, dan lain-lain. 10. Sistem kulit a. Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lunak b. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu c. Rambut dalam hidung dan telinga menebal d. Berkurangnya leastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi e. Kuku jari menjadi keras dan rapuh f. Kuku kaki timbuh belebihan dan seperti tanduk g. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan frekuensinya 11. Sistem muskulo skeletal a. Tulang kehilangan dari situ (cairan) dan makin rapuh b. Khifosis c. Pinggang, lutut- jari-jari, pergerakan terbatas d. Disus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang). e. Persendian membesar dan menjadi kaku f. Tendon mengkerut dan mengalami slcerosis g. Atrofi serabut otot sehingga pergerakan menjadi lamban, sering kram, dan menjadi tremor. Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : 1. Perubahan fisik khususnya organ perasa 2. Kesehatan umum 3. Tingkat pendidikan 4. Keturunan 5. Lingkungan Perubahan kepribadian yang praktis : Keadaan ini jarang terjadi lebih sering ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kelakukan finfilingkin oleh karena faktor lain seperti penyakit. Kenangan (memori) Kenangan lama tidak berubah 1. Kenangan jangkan panjang berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan 2. Kenangan jangka penden/seketika 0 sampai dengan 10 menit kenangan buruk Integrasi Questions (IQ) 1. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkalaan verbal. 2. Berkurangnya penampilan, presepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan tekanan dari faktor waktu. Perubahan psikososial 1. Pension Nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya. Identitas dikaitkan dnegan peranan dalam pekerjaan 2. Merasakan/sadar akan kematian 3. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit 4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan: meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit 5. Kesepian akibat dari pengasingan sosial 6. Gangguan gizi kaibat kehilangan jabatan 7. Gangguan syaraf pancaindra timbul kebutaan dan ketulian 8. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman, dan family 9. Penyakit kronis dan ketidakmampuan 10. Hilanngany kekuatan dan kelengkapan fisik 11. Perubahan konsep gambaran diri dan konsep diri. C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA LANSIA 1. Ketidak mampuan perawatan diri : personal toilet sehubungan dengan keselamatan fungsi fisik, ditandai dengan tidak mampu membersihkan salah satu bagian tubuh, mengguyurkan air, mengenali suhu air yang sesuai, tidak mampu pergi ke toilet, tidak mampu berjalan sendiri, tidak mampu mengunakan pispot 2. Ketidakmampuan berjalan, bergerak, sehubungan dengan imobilisasi fisik yang ditandai dnegan tidak mampu berjalan sendiri, tidak mampu melakukan aktifitas seperti biasa 3. Potensial injuri, sehubungan penurunan penglihatan, yang ditandai dengan penglihatan kabur 4. Perubahan nutrisi sehubungan dengan nyeri, rasa tak enak, discomfort, yang ditandai dnegan gigi ompong, nafsu makan, berkurang, kelemahan neuro muscular 5. Potensial suicide, sehubungan dengan harga diri rendah, ditandai dnegan isolasi sosial, penurunan kekuatan dan ketahanan Gangguan konsep diri sehubungan dengan proses ketuaan ditandai dengan kulit keriput, gigi ompong, penurunan penglihatan, penurunan pendengaran dan kelemahan fungsi fisik. D. INTERVEMSO KEPERAWATAN Diagnosa I Tujuan : Pasien akan melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari tanpa pembatasan funsional dengan criteria kemampuan perawatan diri meningkat. Intervensi : 1. Sediakan fasilitas toilet 2. Kembalikan kemampuan perilaku toilet, dengan mengingatkan untuk sering toilet, hidarkan menahan bak terlalu lama untuk mencegah retensi urine. 3. Libatkan keluarga untuk membantu perawatan sehari-hari Diagnosa II Tujuan : pasien mampu melaksanakan aktifitas sesuai kemampuan. Intervensi : 1. Beri support untuk mempertahankan kemampuan 2. Awasi pasien berjalan sejauh 50 m 3. Awasi pasien berjalan didaerah yang licin/bertangga 4. Anjurkan berhenti jika tidak kuat 5. Atur perabotan rumah serapi mungkin Diagnosa III Tujuan : mencegah terjadinya injury kriteria pasien tidak jatuh. Intervensi : 1. Atur ruangan 2. Beri penerangan yang cukup 3. Lantai jangan terlalu licin 4. Beri alat bantu berjalan 5. Awasi pasien dalam melaksanakan aktifitas dan motifasi untuk beraktifitas secara optimal Diagnosa IV : Tujuan : nutris psaien tercukupi Intervensi : 1. Awasi pasien dalam makan dan kemungkinan tersedak 2. Awasi psaien saat memegang alat-alat makan 3. Awasi pasien memasukkan makanan ke mulut 4. Kolaborasi ahli gizi untuk pemberian makanan enak 5. Kolaborasi dengan dr. gigi untuk pemasangan gigi palsu Diagnosa V: Tujuan : bunuh diri dapat dihindari Intervensi : 1. Motifsi untuk mempertahankan kemampuannya 2. Jauhkan dari barang yang membahayakan 3. Lakukan pendekatan pada pasien 4. Beri support pada pasien untuk pendekatan religious Diagnosa VI Tujuan : konsep diri positif Intervensi : 1. Berikan motivasi tentang perujbahan fisik yang terjadi 2. Awasi turgor kulit/perubahan fisik yang terjadi 3. Ajarkan pasien komunikasi non verbal 4. Kolaborasi dokter untuk pemasangan alat bantu dengar/penglihatan 5. Kolaborasi dokter gigi untuk pemasangan gigi palsu EVALUASI 1. Apa perngertian lansia ? 2. Perubahan apa sajaya yang terjadi pada lansia? 3. Diagnosa keperawatan apa saja yang mungkin muncul pada asuhan keperawatan jiwa lansia ? DAFTAR PUSTAKA 1. Beck, CM, Rawlins Wiliams, SR, 1996, Mental Health Psikiatric Nursing, A Holistic Life-Cycle Approach, St Louis, Mobsby co. 2. Boedhi Datmojo, 1999. Buku Ajar Geriatri, Ilmu Kesehatan Lansia, FKUI, Jakarta. 3. Fortinash, CN and Holiday, PA, 1991, Psichiatric Care Plan, St Louis, Mosby Year Book. 4. ------------, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa : Archiryani, Jakarta, EGC. 5. Kcliat, B.A. (1991). Kegawatdaruratan Pada Gangguan Alam Perasaan. Jakarta; Arcan 6. Keliat, B. A. 1992. Hubungan Terapeutik Perawat Klien. Jakarta. EGC. 7. Kumpulan Makalah Pelatihan Nasional Terapi Modalitas Keperawatan Profesional Jiwa, Lawang. 8. Oswari, 1997, Menyongsong Usia Lanjut Dengan Bugar Dan Bahagia. EGC., Jakarta. 9. Paquette, M., el a!. (1991). Psychiatric Nursing Diagnosisi Care Plans For DSM-Jll-R. Boston; Jones and Bartlett Puslishing. Hal 37-40. 10. Saseno Dkk, 2002. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Mental Psikiatri. Magelang. Akademi Keperawatan DepKes Magelang. 11. Shives, L.R. (1990). Basic Concepts Of Psychiatric-Mental Health Nursing (3rd.£d). Philadelphia: J.B. Lippincott Company, hal 386-410. 12. Stuart, G. W, and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC. 13. Stuart, G. W, and Sundeen, S.J. 1991. Poscket Guide to Psychiatric Nursing. (2nd.Ed). St Louis; MosbyYear Book. 14. Stuart, G. W, and Sundeen, S.J. 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC. 15. Stuart, GW and Sundeen, SJ, 1995, Prinsiple and Practise Of Psychiatric Nursing, St Louis, Mosby Year Book. 16. Wahyudi Nugroho, 1992. Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta 17. Wilson, H.S., And Kneisl, C.R. (1992). Psychiatric Nursing. (4rd.ed). California; Addison-Wesley Publishing. Post date: 2016-04-04 14:42:53 Post date GMT: 2016-04-04 14:42:53 Post modified date: 2016-04-21 03:04:43 Post modified date GMT: 2016-04-21 03:04:43 Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com