konsep model perawatan kesehatan jiwa

advertisement
This page was exported from Karya Tulis Ilmiah [ http://karyatulisilmiah.com ]
Export date: Tue Jul 18 21:49:11 2017 / +0000 GMT
KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA
LINK DOWNLOAD [1.55 MB]
BAB I
KONSEP MODEL PERAWATAN KESEHATAN JIWA
A. MODEL PSIKO ANALISA
1. Konsep
Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan
perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak. Setiap fase perkembangan
mempunyai tugas perkembangan yang harus dicapai. Gejala yang Nampak merupakan simbul dari konflik.
2. Proses terapi
a. Memakan waktu yang lama
b. Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisis mimpi : menginterprestasikan perilaku, menggunakan
transferens untuk memperbaiki masa lalu, mengidentifikasi area masalah.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi
b. Terapis : mengupayakan perkembangan trasferens, menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien dalam
kaitannya dengan konflik.
B. MODEL INTERPERSONAL
1. Konsep
Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan paplau mengembangkan teori
interpersonal keperawatan. Teori ini meyakini bahwa perilaku berkembang dari hubungan interpersonal.
Menurut Sulivan individu memandang orang lain sesuai dengan apa yang ada pada dirinya, maksudnya
kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia
yang mencakup proses interpersonal perawat klien dan masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit.
Dalam proses interpersonal perawat klien memiki 4 tahap :
a. Orientasi
Perawat klien melakukan kontrak awal untuk bhsp dan terjadi proses pengumpulan data
b. Identifikasi
Perawat memfasilitasi ekspresi perasaan klien dan melaksanakan askep
c. Eksplorasi
Perawat memberi gambaran kondisi klien
d. Resolusi
Perawat memandirikan klien
2. Proses terapi
a. Mengeksplorasi proses perkembangan
b. Mengoreksi pengalaman interpersonal
c. Redukasi
d. Mengembangkan hubungan saling percaya
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : menceritakan ansietas dan perasaan
b. Terapis : menjalin hubungan akrap dengan psaien dengan menggunakan empati dan menggunakan
hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.
C. MODEL SOCIAL
1. Konsep
Menurut Caplain situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori ini mengemukakan pandangan sosial
terhadap perilaku bahwa factor sosial dan lingkungan menciptakan stress yang menyebabkan ansietas yang
akan menimbulkan gejala perilaku menyimpang.
2. Proses terapi
a. Pencegahan primer
b. Manipulasi lingkungan
c. Intervensi krisis
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : secara aktif menyampaikan masalahnya dan bekerjasama dengan terapis untuk menyelesaikan
masalahnya.
b. Terapis :
1) Menggali sistem sosial pasien
2) Membantu pasien menggali sumber yang tersedia
3) Menciptakan sumber baru
D. MODEL EKSISTENSI
1. Konsep
Teori ini mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan dengan dirinya
dan lingkungannya. Keasingan diri dari lingkungan dapat terjadi karena hambatan pada diri individu. Individu
merasa putus asa, sedih, sepi, kurangnya kesadaran diri yang mencegah partisipasi dan penghargaan pada
hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan/tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti
pada eksistensinya
2. Proses terapi
a. Rational emotive therapy
Konfrontasi digunakan untuk bertanggung jawab terhadap perilakunya. Klien didorong menerima dirinya
sebagai mana adanya bukan karena apa yang dilakukan.
b. Terapi logo
Terapi orientasi masa depan. Individu meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti eksis. Tujuannya
agar individu sadar akan tanggung jawabnya.
c. Terapi realitas
Klien dibantu untuk menyadari target kehidupannya, dan cara untuk mencapainya. Klien disadarkan akan
alternatif yang tersedia.
3. Peran pasien perawat
a. Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman berarti untuk
mempelajari tentang diri yang sebenarnya.
b. Terapis :
1) Membantu pasien untuk mengenali diri
2) Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
3) Mengenali pasien tentang perasaan tulus
4) Memperluas kesadaran diri pasien
E. MODEL KOMUNIKASI
1. Konsep
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan dengan jelas.
Bahasa dapat digunakan merusak makna, pesan dapat pula tersampaikan mungkin tidak selaras.
Fase komunikasi ada 4 yaitu : pra interaksi, orientasi, kerja, terminasi.
2. Proses terapi
a. Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah
b. Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif.
c. Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif
d. Melakukan analisa proses interaksi
3. Peran pasien terapis
a. Pasien : memperhatikan pola komunikasi, bermain peran, bekerja untuk mengklarifikasi komunikasinya
sendiri, memvalidasi peran dari orang lain.
b. Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarkan prinsip komunikasi yang
baik.
F. MODEL PERILAKU
1. Konsep
Dikembangkan oleh H.J Eysenk, J. Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini meyakini bahwa perubahan perilaku akan
mengubah kognitif dan afektif
2. Proses terapi
a. Desenlisasi/pengalihan
b. Teknik relaksasi
c. Asertif training
d. Reforcemen/memberikan penghargaan
e. Self regulation/mengamati perilaku klien: set standar ketrampilan, self observasi, self evaluasi, self,
reiforcemen.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien :
1) Mempraktikkan tehnik perilaku yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah
2) Penggalakan latihan.
b. Terapis
1) Mengajarkan kepada klien tentang pendekatan perilaku
2) Membantu mengembangkan hirarki perilaku
3) Menguatkan perilaku yang diinginkan.
G. MODEL MEDICAL
1. Konsep
Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan SSP. Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia
dipengaruhi oleh transmisi impuls neural serta gangguan sinap yaitu masalah biokimia. Factor sosial dan
lingkungan diperhitungkan sebagai factor pencetus.
2. Proses terapi
a. Pengobatan : jangka panjang, jangka pendek
b. Terapi supportif
c. Insight oriented terapy yaitu belajar metode mengatasi stressor.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : mempraktekkan regimen terapi dan melaporkan efek terapi
b. Terapis :
1) Menggunakan kombinasi terapi somatic dan interpersonal
2) Menegakkan diagnosa penyakit PPDGJ
3) Menentukan pendekatan terapeutik
Inti Model Medical
H. MODEL KEPERAWATAN
1. Konsep
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan yang
actual dan potensial dengan model pendekatan berdasarkan teori system, teori perkembangan, teori interaksi,
pendekatan holistic, teori keperawatan.
Fokus pada :
a. Rentang sehat sakit
b. Teori dasar keperawatan
c. Tindakan keperawatan
d. Hasil tindakan
2. Proses terapi
a. Proses keperawatan
b. Terapi keperawatan : terapi modalitas.
3. Peran pasien dan terapis
a. Pasien : mengemukakan masalah
b. Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan
Inti Model Medical
(Individu yang mudah mengalami gg)
EVALUASI
1. Model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan perilaku
pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada masa anak adalah model keperawatan
jiwa………………
2. Menurut konsep keperawatan jiwa interpersonal, dalam proses interpersonal perawat klien memiliki 4 tahap
yaitu ………………………..
3. Model keperawatan jiwa sosial dalam proses terapinya melalui cara………….
4. Peran perawat dalam model keperawatan jiwa eksistensi adalah………………
5. Peran pasien dalam model keperawatan jiwa komunikasi adalah……………...
6. Perbedaan model konsep keperawatan jiwa keperawatan dan medical adalah……………………..
7. Model konsep keperawatan jiwa perilaku mempunyai konsep tentang perilaku yaitu ………………………
BAB II
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN
A. PENDAHULUAN
Komunikasi sangat bermakna pada profesi keperawatan yang mana merupakan metode utama dalam
memberikan asuhan keperawatan. Komunikasi terapeutik sebagai komunikasi professional.
B. DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Komter (komunikasi terapeutik) merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan dan
kegiatannya difokuskan untuk menyembuhkan klien.
Komter merupakan media untuk saling memberi dan menerima antar perawat dengan klien. Komter
berlangsung secara verbal dan non verbal
Dalam komter ada tujuan spesifik, batas waktu, berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan klien,
ditetapkan bersama, timbal balik, berorientasi pada masa sekarang, saling berbagi perasaan.
C. TUJUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk perkembangan klien (Stuart dan Sundeen):
1. Kesadaran diri, penerimaan diri, penghargaan diri yang meningkat
2. Identitas diri jelas, peningkatan integritas diri
3. Membina hubungan interpersonal yang intim, interdependen, memberi dan menerima dengan kasih sayang.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang realistic
D. TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Menurut Stuart dan Sundeen (1998), dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat menggunakan
tehnik komunikasi terapeutik.
1. LISTENING (Mendengarkan)
Definisi : menerima informasi secara aktif dan memperhatikan respon klien.
a. Sebagai dasar utama komunikasi
b. Sehingga perawat tahu perasaan klien
c. Beri waktu yang banyak untuk bicara.
d. Jadilah pendengar yang aktif
e. Sikap/nonverbal: kontak mata, tidak menyilangkan tangan/kaki, hindari gerak tubuh yang tidak perlu,
anggukkan kepala, tubuh condong
f. Nilai : anda bernilai untuk saya, saya tertarik pada anda
g. Listening secara aktif dan pasif (mendengar dengan kegiatan nonverbal)
h. Misal : oo…. oo…. oo …., mhmmm…., ya saya dengan kamu….
i. Cara jadi pendengar yang efektif :
1) Fokus pada pemahaman apa yang dikatakan seseorang
2) Pelihara kontak mata
3) Melihat sekitar, sering berubah posisi menunjukkan tidak mendengarkan
4) Posisi pada level yang sama
5) Duduk bila mungkin
6) Berdiri menandakan diangapa akan pergi, tidak punya waktu cukup untuk komunikasi
7) Sikap kalem saat klien berfikir untuk menjawab, jangan bicara sebelum orang lain bicara.
8) Respon baik (verbal, nonverbal).
2. BROAD OPENING (Pertanyaan terbuka)
a. Yaitu suatu teknik untuk membuka pembicaraan
Misal : kamu memikirkan tentang apa? Bagaimana perasaanmu hari ini?
b. Memberi kesempatan untuk memilih
3. RESTATING (Mengulang)
a. Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien
b. Guna : menguatkan ungkapan klien, mengindikasikan perawat mengikuti pembicaraan klien
c. Misal : kamu mengatakan bahwa ibumu meninggalkan waktu usiamu 5 tahun ?
4. CLARIFICATION (Klarifikasi)
a. Dilakukan jika perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar/klien malu mengemukakan informasi, informasi
yang di dapat tidak lengkap/mengemukakan berpindah-pindah. Misal : dapatkah anda jelaskan kembali
tentang….? Apa yang bapak maksud dengan….?
b. Perawat berusaha menjelaskan kembali kata ide yang tidak jelas dikatakan klien.
c. Guna : untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan dan persepsi.
5. THEMA IDENTIFICATION (Identifikasi Tema)
Definisi : pokok yang mendasari persoalan/masalah yang sering muncul
a. Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan
b. Guna : meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah yang penting
c. Misal : saya lihat dari semua keterangan yang anda jelskan anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang
masalahnya?
6. SILINECE (Diam)
a. Biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan
b. Tujuan : memberi kesempatan berfikir dan memotivasi klien bicara.
c. Perlu ketrampilan dan ketepatan waktu
1) Bermanfaat saat klien harus mengambil keputusan
2) Pada klien menarik diri, diam berarti perawat menerima klien.
7. REFLECTION (Refleksi)
a. Definisi : mengembalikan kepada klien segala ide pasien, perasaan, pertanyaanya, dan isinya, agar pasien
menyadari dan dapat mengambil keputusan.
b. Klien punya hak mengemukakan pendapat, membuat keputusan, memikirkan diri sendiri.
c. Refleksi:
1) Refleksi isi, memvalidasi yang didengar, klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat
2) Refleksi perasaan, memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien tahu dan
menerima perasaannya.
d. Guna : Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
Mengoreksi
Memberi keterangan yang jelas
e. Rugi :
1) Mengulang terlalu sering dan sama
2) Dapat menimbulkan marah, iritasi, frustasi
Misal :
Klien : Apakah menurut anda saya harus mengatakan pada dokter?
Perawat : Apakah menurut bapak sendiri bapak harus mengatakan pada dokter
Missal : Anda merasa tegang dan khawatir, apa ada hubungannya dengan….?
8. FOCUSING (Memfokuskan)
Membantu klien bicara sesuai topik yang dipilih, sesuai tujuan spesifik, lebih jelas, berfokus pada realitas.
Misal : wanita sering menjadi bulan-bulanan. Coba anda ceritakan perasaan anda sebagai wanita?
9. MEMBAGI PERSEPSI
a. Definsi : menanyakan pada klien untuk menguji pengertian perawat tentang yang ia fikir dan rasakan
b. Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan difikirkan, sehingga perawat dapat meminta
umpan balik dan memberi informasi
Misal : anda tertawa, tapi saya rasa anda marah pada saya.
10. INFORMING
a. Memberi informasi dan fakta untuk penkesh
b. Tidak dibenarkan memberi nasehat saat memberi informasi.
Misal :
Apakah saya perlu menerangkan tentang kerja obat yang bapak makan?
11. SUGESSTING (Saran)
a. Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah
b. Tepat digunakan pada fase kerja dan tidak pada fase awal hubungan.
12. HUMOR
a. Lawakan yang menyenangkan, diungkapkan dengan bermain-main.
b. Guna : Meningkatkan kesadaran, menyegarkan suasana, menurunkan agresi
c. Jangan sembarangan dan terkesan meremehkan, misal : berikan arti kata baru dari nervous
13. MENYATAKAN HASIL OBSERVASI
a. Perawat menguraikan kesan nonverbal klien
b. Misal : Anda kelihatan tampak tegang….
14. MERINGKAS
a. Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat
b. Tujuan : membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan
c. Dapat mengulang aspek penting untuk interaksi berikutnya.
Misal : Selama 10 menit ini bapak dan saya telah membicarakannya….
15. MEMBERI PENGHARGAAN
a. Jangan malah membebani. Misal : Bapak Nampak cocok pakai baju biru
b. Yang membebani: Wah…. Bapak seperti Brad Pitt cakepnya.
16. MENGANJURKAN MENERUSKAN PEMBICARAAN
a. Memberi kesempatan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan.
b. Tidak terkesan mengarahkan pembicaraan
c. Misal : lanjutkan….
Dan kemudian…. Coba ceritakan hal tersebut pada saya.
E. FASE-FASE HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT-KLIEN
Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi, fase perkenalan (Orientasi),
Fase kerja dan fase terminasi..
1. FASE PRAINTERAKSI
Prakinteraksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat
dipertanggungjawabkan.
Perawat yang sudah berpengalaman dapat menganalisa diri sendiri serta nilai tambah pengamannya berguna
agar lebih efektif dalam memberikan asuhan keperawatan. Ia seharusnya mempunyai konsep diri yang stabil
dan harga diri yang kuat, mempunyai hubungan yang konstruktif dengan orang lain, dan berpegang pada
kenyataan dalam menolong klien (Stuart & Sundeen, 1987).
Pemakaian diri secara terapeutik berarti memaksimalkan pemakaian kekuatan dan meminimalkan pengaruh
kelemahan diri dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Tugas tambahan dalam fase ini adalah
mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama.
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Seorang
perawat perlu mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa ada ketidaksiapan
maka perlu membaca kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu membuat rencana interaksi dengan
klien.
a. Evaluasi diri
Coba jawab pertanyaan berikut :
Apa pengetahuan yang saya miliki tentang keperawatan jiwa?
Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak, marah, inkohern?
Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negative/tidak menyenangkan?
Bagaimana tingkat kecemasan saya?
b. Penetapan tahapan hubungan
Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien :
Apakah kontrak pertama?
Apakah kontrak lanjutan?
Apa tujuan pertemuan?
Apa tindakan yang akan saya lakukan?
Bagaimana cara melakukan?
c. Rencana interaksi
Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan!
Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai!
Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan!
Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan!
2. FASE PERKENALAN (ORIENTASI)
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien minta
pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.
Dalam membina hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling percaya, penerimaan dan pengertian,
komunikasi yang terbuka dan perumusan KONTRAK dengan klien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama perawat klien dapat
optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi tertentu, misalnya
klien dengan gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika
kontrak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin kan mengalami perasaan tak nyaman, bimbang karena memulai hubungan baru.
Klien yang mempunyai pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan adan sukar menerima dan
terbuka pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa dikritik
atau dihukum.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah, serta
merumuskan tujuan bersama klien.
Elemen kontrak perawat-klien :
a. Nama individu (perawat dank lien)
b. Peran perawat dan klien
c. Tanggung jawab perawat dan klien
d. Harapan perawat dan klien
e. Tujuan hubungan
f. Tempat pertemuan
g. Waktu pertemuan
h. Situasi terminasi
i. Kerahasiaan
Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan :
Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama
a. Memberi salam
Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang disertai dengan mengulurkan
tangan untuk jabat tangan.
b. Memperkenalkan diri perawat
“Nama saya Wahyu Purwaningsih, saya senang dipanggil Wahyu.”
c. Menanyakan nama pasien
“Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya?”
d. Menyepakati pertemuan/kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
“Dimana kita duduk”
Bagaimana kalau kita duduk disana (sebutkan tempatnya)
Jika dirumah sakit langsung katakana silahkan duduk
Jika dikamar pasien, langsung duduk disamping pasien.
e. Menhadapi kontrak
“saya perawat yang bekerja di……, saya akan merawat anda (sebutkan nama pasien) selama 8 hari.”
“dimuai saai ini S/D………, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.”
“Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang anda (sebutkan nama
pasien) hadapi.”
“kita bersama-sama menghadapi masalah yang anda (sebutkan nama pasien)”
f. Memulai percakapan awal
Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian dilanjutkan
dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format pengkajian proses
keperawatan.
Contoh komunikasi menkaji keluhan utama
“Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari?”
“Apa yang anda (sebutkan nama pasien) sampai datang kemari?”
“Apa masalah yang anda rasakan (sebutkan nama pasien) rasakan?”
Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian terutama terkait dengan keluhan
utama.
Jika tidak menjawab “Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien) jika anda (sebutkan nama
pasien) tidak mau menceritakan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.
Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama saja ya.” (10 menit).
g. Menyepakati masalah klien
Setelah pengkajian jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah :
“Dari percakapan kita tadi tampaknya anda (sebutkan nama pasien) ……., (sesuaikan dengan kesimpulan
masalah), “Misal : Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) sungkan berhubungan dengan orang lain, sering
marah tak terkendali dirumah.
h. Mengakhiri perkenalan
Terminasi sementara (lihat pada fase terminasi sementara)
Hal-hal yang dilakukan pada fase orientasi :
Orientasi dilakukan pada pertemuan kedua dan seterusnya.
a. Memberi salam
Sama pada perkenalan
b. Memvalidasi keadaan klien
“Bagaimana perasaan anda (sebutkan nama pasien) hari ini?”
“Coba ceritakan perasaannya hari ini?”
c. Mengingatkan kontrak
“Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai janji).
Jika klien ingat janjinya berikan pujian.
“Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati. Masalah klien (cara berkenalan
dengan orang lain, mengungkapkan marah, kebersihan diri, dll)
3. FASE KERJA
Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong perkembangan kesadaran
diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien
mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri dan mengembangkan
mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku maladaftif menjadi adaftif merupakan fokus fase ini.
Contoh :
“Apa yang menyebabkan ibu marah?”
Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut?”
“Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.”
4. FASE TERMINASI
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya dan hubungan akrab
sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal.
Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat
mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan yang dapat
diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses perawatan yang telah dilalui dan
pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan penolakan perlu dieksplorasidan diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi yang sehat akan
memberikan pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan koping untuk perpisahan. Reaksi
klien dalam menhadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin mengingkari manfaat hubungan. Klien
dapat mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara
dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai penolakan. Atau perilaku
klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak akan mengakhiri hubungan karena
klien masih memerlukan bantuan.
a. Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga perawat masih akan bertemu
lagi dengan klien.
Isi percakapan :
1) Evaluasi
“Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
2) Tindak lanjut
“Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?”
3) Kontrak yang akan datang
“Kapan kita bertemu lagi?”
Apa yang akan kita bicarakan?”
b. Terminasi akhir
c. Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai praktek dirumah sakit.
d. Isi percakapan :
1) Evaluasi
“Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?”
2) Tindak lanjut
“Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah?”
3) Kontrak yang akan dating
“Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit?”
4) Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga.
F. TUGAS PERAWAT DALAM TIAP FASE HUBUNGAN TERAPEUTIK.
FASE TUGAS PERAWAT
Prainteraksi
Orientasi
Kerja
Terminasi 1. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri
2. Analisa kekuatan kelemahan professional
3. Dapatkan data tentang klien jika mungkin
4. Rencanakan pertemuan pertama.
1. Tentukan alasan masuk klien minta pertolongan
2. Bina rasa saling percaya (trust), penerimaan dan
3. Komunikasi terbuka
4. Rumuskan kontrak pertama
5. Eksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien
6. Identifikasi masalah klien
7. Rumuskan tujuan bersama klien
1. Eksplorasi stressor yang tepat
2. Dorong perkembangan kesadaran diri klien & pemakaian mekanisme koping konstruktif
3. Atasi penolakan perilaku adaftif.
1. Ciptakan realitas perpisahan
2. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan
3. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan&kehilangan, sedih, marah dam perilaku lain.
4. Rencana tindak lanjut (untuk terminasi sementara)
G. ANALISA DIRI
Agar seorang perawat mampu berkomunikasi terapeutik dan mejadi perawat yang terapeutik maka sebelum
melakukan interaksi dengan pasien harus melakukan ANALISA DIRI, agar dapat menggunakan diri secara
terapeutik, dan dengan menggunakan teknik komunikasi yang baik sehingga mampu mengubah perilaku dan
emosi klien yang maladaftif.
Analisa diri meliputi :
1. KESADARAN DIRI SIAPA SAYA ? Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi, perilaku secara
pribadi atau sebagai pemberi perawatan, sehingga bisa menerima perbedaan dan keunikan klien.
JOHARI WINDOW menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang.
Kuadran I
Diketahui diri & orang lain Kuadran II
Hanya diketahui orang
Kuadran III
Hanya diketahui oleh diri
(Rahasia) Kuadran IV
Tidak diketahui oleh siapapun
Prinsip :
a. Perubahan satu kuadran mempengaruhi kuadran lain.
b. Kuadran satu paling kecil : komunikasi buruk/kesadaran diri kurang.
c. Kuadran I paling besar : Kesadaran diri tinggi/komunikasi baik.
CARA MENINGKATKAN KESADARAN DIRI
a. Mempelajari diri sendiri
Melalui eksplorasi diri tentang fikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan,
hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi.
b. Belajar dengan orang lain
Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri.
Aspek negatif akan memberi kesadaran individu untuk memperbaikinya.
c. Membuka diri
Pribadi yang sehat berarti memiliki keterbukaan, maka perlu adanya sahabat yang dapat dipercaya sebagai
tempat bercerita/curhat.
2. KLARIFIKASI NILAI
Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan
klien untuk kepuasan dam keamanannya.
Jika ada konflik, ketidakpuasan dapat disadari dan diklarifikasi agar tidak mempengaruhi hubungan komter.
Perawat sadar sistem nilai yang dimiliki, misal : keyakinan, sehingga siap mengidentifikasi situasi yang
bertentangan dengan sistem nilai yang dimiliki.
3. EKSPLORASI PERASAAN
Terbuka, sadar terhadap persaannya, dan mengontrolnya sehingga bisa membawa diri secara terapeutik,
sehingga tahu bagaimana berespon dan bersikap dengan klien.
4. KEMAMPUAN JADI MODEL
Kemampuan untuk jadi suri tauladan.
a) Perawat yang bermasalah, misalnya ketergantungan obat, gangguan interpersonal, dan lain-lain akan
mempengaruhi hubungan dengan klien. Jadi perawat haruslah bergaya hidup sehat.
b) Dalam keperawatan jiwa, perawat tidak mungkin memisahkan hubungan professional dengan kehidupan
pribadi, karena perawat menggunakan dirinya untuk menolong klien.
c) Perawat efektif bila mampu memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi tidak didominasi konflik, stress,
mampu beradaptasi sehat.
5. BERTANGGUNG JAWAB
Perawat bertanggung jawab terhadap tindakannya, sadar akan kelebihan dan kekurangannya.
Dalam berinteraksi dengan klien seorang perawat harus mampu menghadirkan diri secara fisik dan psikoilogis
dihadapan klien. Dalam usaha menghadirkan diri secara fisik seorang perawat perlu memahami SIKAP
PERAWAT DALAM KOMTER. Sedangkan untuk menghadirkan diri secara psikologis dengan cara
memahami DIMENSI RESPON dan DIMENSI TINDAKAN/AKSI.
H. SIKAP PERAWAT DALAM KOMUNIKASI TERAPEUTIK
a. Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) tidak hanya cukup dengan tahu tehnik komunikasi
terapeutik dan isi komunikasi tapi penting juga “Sikap dan penampilan”.
b. Cara menghadirkan diri secara fisik :
1) Berhadapan, artinya saya siap untuk anda
2) Pertahankan kontak mata pada level yang sama, artinya menghargai klien dan tetap ingin berkomunikasi.
3) Membungkuk ke arah klien, artinya menunjukkan keinginan untuk mengatakan/mendengarkan sesuatu.
4) Mempertahankan sikap terbuka (tidak melipat tangan/kaki) menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi
5) Tetap rileks
6) Dapat mengontrol keseimbangan antar ketegangan dan relaksasi dalam berespon pada klien.
Kehadiran secara psikologis dapat dibagi dalam 2 dimensi :
1. Dimensi respon perawat
2. Dimensi tindakan perawat.
I. DIMENSI RESPON
a. KEIKHLASAN/KESEJATIAN
Pernyataan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan, tidak berpura-pura, mengekspresikan perasaan yang
sebenarnya.
b. MENGHARGAI
Menerima klien apa adanya, tidak menghakimi, tidak mengkritik, tidak mengejek, tidak menghina.
Misal : duduk diam saat klien menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai klien, menerima permintaan
klien untuk tidak bertanya pengalaman tertentu.
c. EMPATI
Empati adalah kemampuan masuk dalam kehidupan klien agar dapat merasakan pikiran dan perasaan tanpa
kita terlarut didalamnya. Lalu mengidentifiasi masalah klien dan membantunya. Empati dapat secara
verbal/nonverbal.
Misal : memperkenalkan diri, sikap membungkuk pada klien, respon kekuatan dan sumber daya klien,
tunjukkan minat, ekspresi hangat.
d. KONKRIT
Terminologi spesifik, bukan abstrak agar tidak muncul keragu-raguan/tidak jelas.
Guna :
1) Mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien.
2) Memberi penjelasan akurat oleh perawat
3) Mendorong klien memikirkan masalah spesifik.
J. DIMENSI TINDAKAN/AKSI
Dimensi tindakan tidak dapat dipisahkan dengan dimensi respon. Tindakan dilaksanakan dalam konteks
kehangatan dan pengertian.
Dimensi respon membawa klien pada tingkat penilikan diri tinggi dilanjutkan dengan dimensi tindakan.
a. KONFRONTASI
Merupakan ekspresi perasaan perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai.
Tiga kategori konfrontasi :
1) Ketidaksesuaian konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal dirinya.
2) Ketidaksesuaian antara ekspresi nonverbal dan perilaku klien.
3) Ketidaksesuaian antara pengalaman klien dengan perawat.
Guna konfrontasi adalah untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan, sikap, perilaku.
Konfrontasi dilakukan secara asertif bukan dengan marah atau agresif.
Sebelum melakukannya pada klien kaji tingkat “TRUST atau percaya”, tepat waktu, tingkat kecemasan klien,
kekuatan koping.
Konfrontasi diperlukan pada klien dengan kesadaran diri baik tapi perilaku klien belum berubah.
b. KESEGARAN
Berfokus pada saat ini, sensitive terhadap perasaan klien dan keinginan membantu segera.
c. KETERBUKAAN
Perawat memberi info tentang diri, idealnya, perasaannya, sikap dan nilainya.
Pengalaman diri untuk terapi klien dengan tukar pengalaman ini diharapkan kerjasama dan sokongan.
d. EMOTINAL CATHARSIS
1) Meminta klien bicara tentang hal yang mengganggu dirinya (Perasaanya, ketakutan, pengalaman)
2) Kaji kesiapan klien untuk bicara, bantu ekspresi perasaan klien
3) Suasana diterima dan aman klien akan memperluas kesadaran dan penerimaan diri.
e. BERMAIN PERAN
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu, untuk meningkatkan kesadaran diri dalam
berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari pengalaman orang lain.
Klien bebas berperilaku baru pada lingkungan aman.
EVALUASI
1. Tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik adalah………
2. Teknik apa saja yang dapat digunakan perawat dalam menjalin hubungan terapeutik perawat klien gangguan
jiwa………….
3. Jelaskan tahap-tahap dalam komunikasi terapeutik…………….
4. Apa tugas perawat dalam fase interaksi hubungan perawat klien terapeutik………
BAB III
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
A. PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling
behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi
milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan
kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga.
Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan,
penmgobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok
terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok meliputi
dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan
juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead,
1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi aktifitas
kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah
diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok untuk
mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga
adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.
B. PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling
ketergantungan serta mempunyai norma yang sama (Stuart&Sundeen,1991 : 10).
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, umpamanya
membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan
memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan kontribusi
pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk
mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan sebagai wadah untuk
praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.
Secara umum tujuan kelompok adalah :
a. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
b. Berupaya memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
c. Merupakan proses menerima umpan balik
C. MANFAAT TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Terapi aktifitas kelompok mempunyai manfaat :
1. Terapeutik
a. Umum
1) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau
dari orang lain.
2) Melakukan sosialisasi
3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
b. Khusus
1) Meningkatkan identitas diri
2) Menyalurkan emosi secara konstruktif
3) Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau sosial
c. Rehabilitasi
1) Meningkatkan ketrampilan ekspresi diri
2) Meningkatkan ketrampilan sosial
3) Meningkatkan kemampuan empati
4) Meningkatkan kemampuan/pengetahuan pemecahan masalah.
D. TUJUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
1. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe : Biblioterapy
Aktifitas : Menggunakan artikel, sajak, puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan mengembangkan
hubungan dengan orang lain.
2. Mengembangkan stimulasi sensoris
Tipe : Musik, seni, menari
Aktifitas : Menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan
Tipe : Relaksasi
Aktifitas : Belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi
3. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe : Kelompok orientasi realitas, kelompok validasi
Aktifitas : Fokus pada orientasi waktu, tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi kebutuhan.
4. Mengembangkan sosialisasi
Tipe : Kelompok remotivasi
Aktifitas : Mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
Tipe : Kelompok mengingatkan
Aktifitas : Fokus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.
E. KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
1. Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen's, terapi kelompok berfokus pada kelompok daripada individu.
Prinsipnya :
Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman kelompok secara
berkesinambungan muncul kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu
anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus memfasilitasi dan memberikan kesempatan kepada
anggota untuk mengekpresikan perasaan dan mendiskusikan perasaan dan mendiskusikannya untuk
penyelesaian masalah.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan
bahwa disfungsi atau komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota
kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan kelompok menurun.
Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau kelompok
dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa :
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan
tertutup.
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain.
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk melakukan
komunikasi efektif.
Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan sosial anggota kelompok.
Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana
menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan, tindakan) digambarkan melalui hubungan
interpersonal.
Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar
anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat konflik
interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan
perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku
apa yang digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi
atau peristiwa yang pernah lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.
Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.
F. MACAM TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)
1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami.
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien yang
mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif
serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan
a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaanya.
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-nilai
b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan.
2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Aktifitas digunakan untuk memberikan untuk memberikan stimulasi pada sensasi klien, kemudian diobservasi
reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi
aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.
Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan mengekpresikan stimulus
baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan sensori
b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan.
3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitr klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling
klien atau orang yang dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan klien dan
waktu saat ini dan yang lalu.
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap situasi
nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang,
waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus
eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar).
b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan.
c. Pembicaraan penderita sesuai realitas
d. Penderita mampu mengenali diri sendiri
e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif.
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat
4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial
maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk :
a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling
memperhatikan, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.
Tujuan khusus :
a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5. Penyaluran energi
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana memungkinkan
penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif
dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan hubungan interpersonal
G. TAHAPAN-TAHAPAN DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Menurut Yalom, yang dikutip Stuart & Sundeen, 1995. Menggambarkan fase-fase dalam terapi aktivitas
kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan siapa yang menjadi leader, anggota, tempat dan waktu
kegiatan kelompok akan dilaksanakan serta membuat proposal lengkap dengan media yang akan digunakan
beserta dana yang dibutuhkan.
2. Fase awal
Pada fase ini terhadap 3 tahapan yang terjadi, yaitu: orientasi, konflik atau kebersamaan
Orientasi :
Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masing-masing, leader mulai menunjukkan rencana
terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
Konflik :
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam
kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya, dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
Kebersamaan :
Anggota mulai bekerjasama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim;
a. Merupakan fase yang menyenangkan bagi pemimpin dan anggotanya
b. Perasan positif dan negatif dapat dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah terbina
c. Semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
d. Tanggung jawab merata, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistis
e. Kelompok mulai mengeksplorasi lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugs kelompok dalam menyelesaikan
tugasnya.
f. Fase ini ditandai dengan penyelesaian masalah yang kreatif.
Petunjuk untuk leader pada fase ini :
a. Intervensi leader didasari pada kerangka kerja teoritis, pengalaman, personality dan kebutuhan kelompok
serta anggotanya
b. Membantu perkembangan keutuhan kelompok dan mempertahankan batasannya, mendorong kelompok
bekerja pada tugasnya
c. Intervensi langsung ditujukan untuk menolong kelompok mengatasi masalah khusus.
4. Fase terminasi
Ada 2 jenis terminasi yaitu terminasi akhir dan terminasi sementara. Anggota kelompok mungkin mengalami
terminasi premature, tidak sukses atau sukses. Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi dan kecewa.
Untuk menghindari hal ini, terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan menunjukkan sikap betapa bermaknanya
kegiatan tersebut, menganjurkan anggota untuk memberi umpan balik pada tiap anggota
Terminasi tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi aktivitas kelompok harus
dievaluasi, bisa melalui pre dan post test.
H. TERAPIS
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami gangguan jiwa.
Adapun terapis antara lain :
1. Dokter
2. Psikoater
3. Psikolog
4. Perawat
5. Fisioterapis
6. Speech teraphis
7. Occupational teraphis
8. Sosial worker.
Persyaratan dan kwalitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi
untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
1. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi dalam budaya setempat.
2. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk dipergunakan dalam memahami
pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal maupun patologis
3. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep yang dimiliki melalui
pengalaman klinis dengan pasien.
4. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk membaca yang tersirat dan
menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang katakatanya.
5. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme pertahanan yang dimiliki dan
pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya.
6. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
I. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada penderita skizofrenia
adalah
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal.
Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang dapat
disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan
alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
2. Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok,
membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya terapi
aktivitas kelompok.
3. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan tujuan
memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya proses
terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan,
resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori yang
mendasari terapi aktivitas tersebut.
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat
(emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok
sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari
sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu
seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok terapeutik atau non
terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok
lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika dibandingkan dengan
anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang
betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah
sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam
kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi
aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.
STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI SUARA MENDENGAR MUSIK
PENGERTIAN
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara pada pasien sehingga terjadi perubahan perilaku.
TUJUAN
A. Pasien mampu mengenali musik yang didengar
B. Pasien mampu menikmati musik sampai selesai
C. Pasien mampu menceritakan perasaan setelah mendengarkan musik
INDIKASI
A. Pasien menarik diri
B. Pasien harga diri rendah
PERSIAPAN ALAT
A. Tape recorder
B. Kaset lagu melayu (dipilih lagu yang memiliki cerita yang bermakna)
PROSEDUR
NO PROSEDUR NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
Score ; 4
NA Nilai = Jumlah Score
NO
BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 60 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Mengajak pasien untuk saling memperkenalkan diri (nama, nama panggilan, asal)
2. Setiap kali seorang pasien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak klien untuk bertepuk tangan
3. Menjelaskan bahwa akan diputar lagu, pasien boleh berjoget sesuai irama lagu, setelah selesai lagu tersebut
pasien akan menceritakan isi cerita dari lagu tersebut dan perasaan pasien setelah mendengar lagu.
4. Terapis memutar lagu, pasien mendengar
5. Secara bergiliran pasien menceritakan isi lagu dan perasaannya sesuai arah jarum jam.
6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
Score = 12
NC Nilai – Jumlah score
NO PROSEDUR NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan mendengarkan musik - musik yang baik dan yang bermakna dalam kehidupan.
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENGGAMBAR
PENGERTIAN
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus menggambar pada pasien sehingga terjadi perubahan
perilaku.
TUJUAN
A. Pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar
B. Pasien dapat memberi makna gambar
INDIKASI
A. Pasien menarik diri
B. Pasien harga diri rendah
PERSIAPAN ALAT
A. Kertas HVS
B. Pensil 2B
C. Krayon
NO PROSEDUR NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman)
Score ; 4
NA Nilai = Jumlah Score
NO
BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 60 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menggambar dan cerita hasil gambar kepada pasien lain
2. Membagikan kertas dan pensil, satu pasang untuk setiap pasien
3. Meminta pasien untuk menggambar apa saja sesuai keinginan hatinya.
4. Sementara pasien mulai menggambar, terapis berkeliling dan memberi penguatan kepada pasien untuk
meneruskan menggambar jangan mencela pasien.
5. Setelah semua selesai menggambat, terapis meminta masing-masing pasien untuk menceritakan gambar apa
dan makna gambar yang dibuat.
6. Kegiatan 5 dilakukan sampai semua pasien mendapatkan giliran
7. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
Score = 14
NC Nilai = Jumlah score
NO PROSEDUR NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien untuk mengekspresikan perasaan melalui gambar
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENONTON TV / VIDEO
PENGERTIAN
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus suara dan melihat pada pasien sehingga terjadi perubahan
perilaku.
TUJUAN
A. Pasien mampu menceritakan makna acara yang ditonton
B. Pasien dapat menikmati TV / Video
INDIKASI
A. Pasien menarik diri
B. Pasien harga diri rendah
PERSIAPAN ALAT
A. Video
B. Televisi
C. VCD
PROSEDUR
NO PROSEDUR NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk setengah lingkaran dalam suasana ruangan yang aman dan
terang)
Score ; 4
NA Nilai = Jumlah Score
NO
BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 60 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu menonton TV dan menceritakan makna yang telah
ditonton.
2. Terapi memutar TV yang telah dipersiapkan acara disesuaikan dengan klien dan tujuan yang akan dicapai
3. Setelah semua selesai menonton, terapis meminta masing-masing pasien untuk menceritakan isi tontonan
dan maknanya untuk kehidupan pasien berurutan mulai dengan pasien yang ada disebelah kiri terapis.
4. Kegiatan 3 dilakukan sampai semua pasien mendapatkan giliran
5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
Score = 10
NC Nilai = Jumlah score
NO PROSEDUR NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien untuk mendengarkan musik - musik yang baik dan yang bermakna dalam
kehidupan
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI ORIENTASI REALITA MENGENAL ORANG
PENGERTIAN
Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita
TUJUAN
Pasien dapat mengenal orang-orang disekitarnya dengan tepat.
INDIKASI
A. Demensia
B. Halusinasi
C. Kebingungan
PERSIAPAN ALAT
A. Name tag sejumlah pasien dan perawat yang ikut tag
B. Spidol “70”
C. Bola tennis
D. Tape recorder
E. Kaset “dangdut”
PROSEDUR
NO PROSEDUR NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Memilih pasien sesuai indikasi
2. Membuat kontrak dengan klien sesuai dengn indikasi
3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
Score ; 4
NA Nilai = Jumlah Score
NO
BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Masing-masing pasien duduk dikursinya masing-masing sampai permainan selesai
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis memberikan name tag untuk masing-masing peserta
2. Terapis meminta masing-masing peserta menyebutkan nama, nama panggilan, status dan alamatnya.
3. Terapis meminta masing-masing peserta menuliskan nama panggilannya dimasing-masing name tag yang
telah dibagikan.
4. Terapis meminta masing-masing peserta memperkenalkan diri secara berurutan searah jarum jam dumulai
dari terapis meliputi menyebutkan nama, nama panggilan, alamatnya.
5. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis
dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan nama, nama panggilan dan alamat semua peserta yang lain.
6. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan nama, nama panggilan dan alamat semua peserta yang lain.
7. Ulangi langkah no. 6 sampai semua peserta mendapat giliran
8. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
Score = 16
NC Nilai = Jumlah score
NO PROSEDUR NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien untuk kontak dan interaksi dengan orang lain
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya untuk mengenal tempat
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI ORIENTASI REALITA MENGENAL TEMPAT
PENGERTIAN
Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita
TUJUAN
Pasien dapat mengenal waktu dan tempat.
INDIKASI
A. Demensia
B. Halusinasi
C. Kebingungan
PERSIAPAN ALAT
A. Bola tennis
B. Tape recorder
C. Kaset “dangdut”
PROSEDUR
NO PROSEDUR NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Terapis mengingatkan kontrak pada sesi yang telah lalu
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
Score ; 4
NA Nilai = Jumlah Score
NO
BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Terapis menanyakan apakah peserta masih mengingat nama-nama peserta yang lain.
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis menanyakan kepada peserta nama rumah sakit, nama ruangan, nomor tempat tidur, peserta diberi
kesempatan menjawab dengan tepat.
2. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis
dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan nama rumah sakit, nama ruangan yang tepat.
3. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan nama rumah sakit, nama ruangan yang tepat.
4. Ulangi langkah no. 3 sampai semua peserta mendapat giliran
5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
6. Terapis mengajak peserta berkeliling keruang-ruang yang ada.
Score = 12
NC Nilai = Jumlah score
NO PROSEDUR NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan untuk menghafal nama-nama
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI ORIENTASI REALITA MENGENAL WAKTU
PENGERTIAN
Upaya memfasilitasi kemampuan sejumlah pasien dengan masalah gangguan orientasi realita
TUJUAN
Pasien mampu mengenali tanggal, hari, tahun dengan tepat.
INDIKASI
A. Demensia
B. Halusinasi
C. Kebingungan
PERSIAPAN ALAT
A. Bola tennis
B. Tape recorder
C. Kaset “dangdut”
D. Kalender
E. Jam dinding
PROSEDUR
NO PROSEDUR NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Terapis mengingatkan kontrak pada sesi yang telah lalu
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
Score ; 4
NA Nilai = Jumlah Score
NO
BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Terapis menanyakan apakah peserta masih mengingat nama-nama ruangan yang sebelumnya dipelajari.
4. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
Score = 10
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
2. Terapis menanyakan kepada peserta hari, tanggal, bulan dan tahun sekarang.
3. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis
dipindahkan dari satu peserta ke peserta yang lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menjawab pertanyaan dari terapis.
4. Terapis menyalakan tape dan menghentikan saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menjawab pertanyaan dari terapis.
5. Ulangi langkah no. 4 sampai semua peserta mendapat giliran
6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
Score = 12
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan mendengarkan music-musik yang baik dan yang bermakna dalam kehidupan
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
SESSI I
PENGERTIAN
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol
halusinasinya.
TUJUAN
A. Pasien mengenal isi halusinasi
B. Pasien mengenal waktu terjadinya halusinasi
C. Pasien mengenal frekuensi halusinasi
D. Pasien mengenal perasaan bisa mengalami halusinasi.
INDIKASI
Pasien halusinasi
PERSIAPAN ALAT
A. Sound system
B. Spidol
C. Papan tulis
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Memilih psaien sesuai indikasi
2. Membuat kontrak dengan pasien
3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
Score = 6
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Pasien memperkenalkan diri
- Pasien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit.
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Mengajak pasien untuk saling memperkenalkan diri (nama, nama panggilan, asal)
2. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu masing-masing pasien membagi pengalaman tentang
halusinasi yang mereka alami dengan menceritakan isi, waktu terjadi, frekwensi dan perasaan yang timbul saat
mengalami halusinasi.
3. Meminta pasien untuk bercerita tentang halusinasi yang dialami secara berurutan
4. Setiap kali pasien selesai cerita terapis mempersilahkan pasien lain untuk bertanya sebanyak-banyaknya 3
pertanyaan
5. Ulangi 3, 4 sampai semua mendapat giliran
6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan halusinasinya.
Score = 12
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan mendengarkan bila mengalami halusinasi segera menghubungi perawat
4. Membuat kontrak kembali untuk berikutnya TAK
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENGONTROL HALUSINASI :
SESSI II MENGHARDIK
PENGERTIAN
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol
halusinasinya.
TUJUAN
A. Pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengalami halusinasi
B. Pasien dapat memahami dinamika halusinasi
C. Pasien dapat memahami cara menghardik halusinasi
D. Pasien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
INDIKASI
• Pasien halusinasi
PERSIAPAN ALAT
A. Sound system
B. Spidol
C. Alat tulis
NO PROSEDUR NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman)
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menanyakan pengalaman halusinasi yang pernah terjadi
4. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
Score = 10
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Meminta menceritakan apa yang dilakukan jika mengalami halusinasi dan apa bisa mengatasinya
2. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan pengalaman halusinasinya
3. Terapi menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi muncul
4. Terapi memperagakan cara menghardik halusinasi
5. Meminta masing-masing pasien memperagakan menghardik halusinasi dimulai dari pasien yang berada
disebelah kiri terapis berurutan sampai semua mendapat giliran.
6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
Score = 12
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERIMNASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika halusinasi muncul
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDART OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI SENSORI MENGONTROL HALUSINASI :
SESSI III MENYUSUN JADWAL KEGIATAN
PENGERTIAN
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien halusinasi sehingga pasien dapat mengontrol
halusinasinya
TUJUAN
A. Pasien dapat memahami pentingnya melakukan aktifitas untuk mencegah munculnya halusinasi
B. Pasien dapat menyusun jadwal aktifitas dari pagi sampai tidur malam
INDIKASI
Pasien halusinasi
PERSIAPAN ALAT
A. Kertas HVS sejumlah peserta
B. Pensil
C. Spidol
D. White board
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
Score = 8
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Pasien harus mengikuti kegiatan awal sampai akhir
- Bila ingin keluiar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 90 menit.
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan
2. Membagi kertas dan pensil pada pasien
3. Menjelaskan pentingnya aktifitas yang teratur dalam mencegah terjadinya halusinasi
4. Memberi contoh cara menyusun jadwal dengan menggambarkannya dipapan tulis
5. Meminta psien untuk menyusun jadwal aktifitas dari bangun pagi sampai dengan tidur malam
6. Membimbing pasien sampai berhasil menyusun jadwal
7. Memberi pujian kepada pasien setelah selesai berhasil menyusun jadwal
Score = 14
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. ORIENTASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan melaksanakan jadwal aktifitas tersebut
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI :
SESSI IV CARA MINUM OBAT YANG BENAR.
PENGERTIAN
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien sehingga bisa mengontrol halusinasinya
TUJUAN
A. Pasien dapat mengetahui jenis-jenis obat yang diminum
B. Pasien mengetahui perlunya minum obat yang teratur
C. Pasien mengetahui 5 benar dalam minum obat
D. Pasien mengetahui efek terapi dan efek samping obat
E. Pasien mengetahui akibat bila putus obat
INDIKASI
Pasien halusinasi
PERSIAPAN ALAT
A. Contoh obat
B. White board
C. Spidol
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman)
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menanyakan apakah jadwal aktifitasnya sudah dilakukan
4. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Menjelaskan aturan main
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 60 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Memberi contoh obat sesuai obat yang diberikan pada masing-masing pasien
2. Menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur sesuai anjuran
3. Meminta pasien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara bergantian, searah jarum jam,
dimulai dari sebelah kiri terapis sampai semuya mendapat giliran
4. Menjelaskan akibat jika tidak minum obat secara teratur
5. Menjelaskan 5 benar ketika menggunakan obat : benar obat, benar pasien, benar waktu, benar cara, benar
dosis.
6. Menjelaskan efek terapi dan efek samping obat sesuai contoh yang ada pada pasien
7. Meminta pasien menyebutkan jenis obat, dosis masing-masing obat, cara menggunakan, waktu
menggunakan dan efek obat sesuai contoh obat yang ada ditangan pasien secara bergantian, jarum jam, dimulai
dari sebelah kiri terapis sampai semua mendapat giliran
8. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien menyebutkan dengan benar.
Score = 16
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, pasien dapat menghubungi perawat yang bertugas
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI :
SESSI V MENGONTROL HALUSINASI DENGAN BERCAKAP-CAKAP.
PENGERTIAN
TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada pasien sehingga bisa mengontrol halusinasinya
TUJUAN
A. Pasien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
B. Pasien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika memulai mengalami halusinasi
INDIKASI
Pasien halusinasi
PERSIAPAN ALAT
A. Spidol
B. White board
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan kabar klien hari ini
3. Menanyakan pengalaman pasien mengontrol halusinasi setelah menerapkan 3 cara lain
4. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 60 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Menerangkan pentingnya berbincang-bincang dengan orang lain untuk mengatasi halusinasi
2. Meminta kepada pasien situasi yang sering dialami sehingga mengalami halusinasi. Pasien secara bergantian
bercerita dimulai dari sebelah kiri terapis searah jarum jam sampai semua pasien mendapat giliran.
3. Memperagakan bercakap-cakap dengan orang lain jika ada tanda-tanda halusinasi muncul
4. Pasien diminta memperagakan hal yang sama secara bergantian, dimulai dari klien yang duduk disebelah
kiri terapis, searah jarum jam, sampai semua mendapat giliran.
5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai memperagakan
Score = 10
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan untuk menerapkan bercakap-cakap dengan orang lain bila mulai mengalami halusinasi
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI PENINGKATAN HARGA DIRI :
SESSI I IDENTIFIKASI HAL POSITIF DIRI
PENGERTIAN
Terapi yang menggunakan aktifitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman untuk
didiskusikan dengan kelompok yang hasilnya berupa kesepakatan atau alternatif jawaban penyelesaian
masalah
TUJUAN
A. Pasien mengetahui pentingnya menghargai diri sendiri
B. Pasien dapat mengidentifikasi hal-hal positif diri
INDIKASI
Pasien harga diri rendah
PERSIAPAN ALAT
A. Kertas HVS
B. Spidol
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Memilih pasien yang sesuai indikasi
2. Membuat kontrak dengan pasien
3. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman)
Score = 8
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Memperkenalkan diri, meminta klien untuk memperkenalkan diri mulai dari kiri terapis bergiliran sampai
selesai.
2. Menjelaskan bahwa pandangan tentang diri akan sangat mempengaruhi hubungan pasien dengan orang lain.
3. Membagikan kertas dan pensil, satu pasang untuk setiap pasien.
4. Meminta pasien untuk menuliskan tentang dirinya dikertas tentang kondisi fisik, identitas, peran, cita-cita
dan harapan serta penilaian klien tentang dirinya.
5. Meminta pasien membacakan hasil tulisannya dikertas masing-masing searah jarum jam sampai semua
peserta membacakan hasil tulisannya.
6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai membaca tulisannya
7. Meminta pasien melihat kembali hasil tulisannya dan meminta mencoret tulisannya yang isinya penilaian
negatif
8. Meminta kembali membacakan hasil tulisannya yang tersisa secara bergiliran
9. Meminta pasien menambahkan tulisan aspek ositif dirinya, setelah selesai meminta membaca ulang secara
bergiliran.
10. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai membaca tulisannya
Score = 20
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien menuliskan aspek positif lainnya yang belum tertulis
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI PENINGKATAN HARGA DIRI :
SESSI II MENGHARGAI HAL POSITIF ORANG LAIN
PENGERTIAN
Terapi yang menggunakan aktifitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman untuk
didiskusikan dengan kelompok yang hasilnya berupa kesepakatan atau alternatif jawaban penyelesaian
masalah
TUJUAN
A. Pasien dapat memahami pentingnya menghargai orang lain
B. Pasien dapat mengidentifikasi hal-hal positif orang lain
C. Pasien dapat memberi umpan balik positif pada orang lain
INDIKASI
Pasien harga diri rendah
PERSIAPAN ALAT
A. Spidol
B. Kertas
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar)
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menanyakan apakah pasien pernah menghargai orang lain
4. Menjelaskan tujuan kegiatan
5. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 60 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Membagi kertas dan spidol
2. Meminta pasien untuk membagi kertas yang diberikan menjadi sejumlah peserta
3. Meminta pasien untuk menuliskan nama pasien yang lainnya di sudut kanan kertas. Satu kertas untuk satu
orang
4. Meminta pasien untuk menuliskan hal-hal yang positif temannya sebanyak yang bisa ia tulis
5. Menyerahkan hasil tulisannya ke pasien sesuai nama yang ditulis dikertas
6. Meminta masing-masing pasien searah jarum jam membaca kertas yang diberikan dan mengungkapkan
perasaan pasien setelah membaca kertas tersebut.
7. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai membacakan kertas yang ada ditangannya.
Score = 14
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan pada pasien untuk menyimpan kertasnya tersebut dan membaca ulang jika sedang muncul
rendah dirinya
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK STIMULASI PERSEPSI PENINGKATAN HARGA DIRI :
SESSI III MENETAPKAN TUJUAN HIDUP YANG REALISTIS
PENGERTIAN
Terapi yang menggunakan aktifitas mempersepsikan berbagai stimulus yang terkait dengan pengalaman untuk
didiskusikan dengan kelompok yang hasilnya berupa kesepakatan atau alternatif jawaban penyelesaian
masalah
TUJUAN
A. Pasien mengetahui pentingnya tujuan hidup
B. Pasien menentukan tujuan hidup yang realistis
INDIKASI
Pasien harga diri rendah
PERSIAPAN ALAT
A. Kertas HVS
B. Spidol
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman)
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 60 menit
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Membagi kertas dan spidol
2. Menjelaskan pentingnya memiliki tujuan hidup agar bersemangat berusaha mewujudkan dan optimis
3. Meminta pasien untuk menuliskan masing-masing tujuan hidup dikertas
4. Meminta pasien membacakan tujuan hidupnya yang telah ditulisnya secara berurutan dan bergiliran
5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien membacakan tujuan hidupnya
6. Meminta pasien melihat kembali tujuan hidupnya mencoret tujuan yang sulit dicapai
7. Meminta pasien membaca ulang tujuan hidup yang benar-benar realistis
8. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai membacakan tujuan hidupnya.
Score = 14
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien untuk mengekpresikan perasaan melalui gambar
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESSI I
PENGERTIAN
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
TUJUAN
Klien mampu menyebutkan jati diri : nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby.
INDIKASI
A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus
PERSIAPAN ALAT
A. Tape recorder
B. Kaset mari kemari
C. Bola tennis
D. Buku catatan dan bolpoint
E. Jadwal kegiatan klien
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman)
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Masing-masing menyebutkan jati diri
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis
dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, hoby.
2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan dan hoby.
3. Tulis nama panggilan pada kertas dan pakaikan
4. Ulangi langkah no. 3 sampai semua peserta mendapat giliran
5. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
Score = 8
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien melatih berkenalan dengan orang lain
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESSI I
PENGERTIAN
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
TUJUAN
Klien mampu menyebutkan jati diri sendiri : nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby.
Klien mampu menyebutkan jati diri kelompok lain : nama lengkap, nama panggilan, asal, hoby.
INDIKASI
A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus
PERSIAPAN ALAT
A. Tape recorder
B. Kaset mari kemari
C. Bola tennis
D. Buku catatan dan bolpoint
E. Jadwal kegiatan klien
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Membuat kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman)
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik dan masing-masing memasang name tag.
2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Masing-masing memperkenalkan diri dengan anggota lain.
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan saat musik terdengar bola tennis
dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan, hoby.
2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tennis menyebutkan salam, nama, nama panggilan dan hoby anggota kelompok yang
ada disebelah kanannya.
3. Ulangi langkah no. 2 sampai semua peserta mendapatkan giliran
4. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai
5. Terapis menyalakan tape recorder dan menghentikan kembali. Saat musik dihentikan peserta yang sedang
memegang bola tennis dimohon memperkenalkan anggota kelompok yang berada disebelah kanannya kepada
semua kelompok
6. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai
Score = 12
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien melatih berkenalan dengan orang lain
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI III
PENGERTIAN
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial
TUJUAN
Klien mampu mengajukan pertanyaan tentang kehidupan pribadi kepada satu orang kelompok
Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi
INDIKASI
A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus
PERSIAPAN ALAT
A. Tape recorder
B. Kaset mari kemari
C. Bola tenis
D. Buku catatan dan bolpoin
E. Jadwal kegiatan klien
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman.
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik dan msaing-masing memakai name tag
2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan menanyakan apakah sudah mencoba berkenalan
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Bertanya dan menjawab tentang kehidupan pribadi
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan. Saat musik terdengar bola tenis
dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota kelompok yang ada disebelah
kanannya dengan cara : memberi salam, memanggil nama panggilannya, menanyakan kehidupan pribadi
misalnya orang terdekatnya siapa?
2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta
yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi anggota
kelompok yang ada disebelah kanannya dengan cara : memberi salam, memanggil nama panggilannya,
menanyakan kehidupan pribadi
3. Ulangi langkah no. 2 sampai semua peserta mendapat giliran
4. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaanya
Score = 8
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dan memasukkan ke dalam jadwal
harian klien
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI IV
PENGERTIAN
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan social
TUJUAN
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik tertentu
INDIKASI
A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus
PERSIAPAN ALAT
A. Tape recorder
B. Kaset mari kemari
C. Bola tenis
D. Buku catatan dan bolpoin
E. Jadwal kegiatan klien
F. White board
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman).
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik dan msaing-masing memakai name tag
2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah sudah latihan bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
c. Lama kegiatan 45 menit
d. Masing-masing membicarakan topik tertentu
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan. Saat musik terdengar bola tenis
dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan misalnya cara mencari teman,
setemlah semua mendapat giliran. Tape akan dihidupkan lagi dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta
yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk memilih topik yang disukai dan setelah masalah
ditentukan
2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta
yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan
3. Tulis topik pada white board. Topik yang disampaikan secara berurutan
4. Ulangi langkah no 2 dan 3 sampai semua peserta mendapat giliran
5. Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan pesrta yang sedang memegang bola tennis
mendapatkan giliran untuk mem ilih topik yang disukai
6. Ulangi no. 5 sampai semuya mendapat giliran.
7. Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak
8. Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis
mendapatkan giliran untuk memberi pendapat tentang topik yang telah ditentukan
9. Ulangi no. 8 sampai semua mendapatkan giliran
10. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
Score = 16
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang topik tertentu
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI V
PENGERTIAN
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial
TUJUAN
Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain
INDIKASI
A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus
PERSIAPAN ALAT
A. Tape recorder
B. Kaset mari kemari
C. Bola tenis
D. Buku catatan dan bolpoin
E. Jadwal kegiatan klien
F. White board
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman).
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menanyakan perasaan klien hari ini
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
a. Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b. Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
c. Lama kegiatan 45 menit
d. Masing-masing membicarakan masalah pribadi dengan orang lain
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan. Saat musik terdengar bola tenis
dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan misalnya cara mencari teman,
setelah semua mendapat giliran. Tape akan dihidupkan lagi dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta
yang sedang memegang bola tennis mendapat giliran untuk memilih masalah yang ingin dibicarakan dan
setelah masalah ditentukan memberikan pendapat
2. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola tenis lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta
yang sedang memegang bola tenis mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang ingin dibicarakan
3. Tulis topik pada white board. Topik yang disampaikan secara berurutan
4. Ulangi langkah no 2 dan 3 sampai semua peserta mendapat giliran
5. Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan pesrta yang sedang memegang bola tennis
mendapatkan giliran untuk memilih masalah yang ingin dibicarakan
6. Ulangi no. 5 sampai semuya mendapat giliran.
7. Terapis membantu menentukan topik yang paling banyak
8. Hidupkan lagi tape dan edarkan bola. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola tennis
mendapatkan giliran untuk memberi pendapat tentang topik yang telah ditentukan
9. Ulangi no. 8 sampai semua mendapatkan giliran
10. Terapis memberikan pujian, setiap kali pasien selesai menceritakan perasaannya.
Score = 16
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien bercakap-cakap tentang masalah pribadi
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI VI
PENGERTIAN
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial
TUJUAN
Klien mampu bekerjasama dalam permainan sosialisaasi kelompok
A. Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada orang lain
B. Menjawab dan memberi pada orang lain
INDIKASI
A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus
PERSIAPAN ALAT
A. Tape recorder
B. Kaset mari kemari
C. Bola tenis
D. Buku catatan dan bolpoin
E. Jadwal kegiatan klien
F. Kartu kwartet
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman).
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik, masing-masing memakai name tag
2. Menanyakan perasaan klien hari ini dan apakah telah bercakap-cakap tentang masalah pribadi
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Masing-masing bertanya dan meminta kartu yang diperlukan
- Menjawab dan memberi kartu pada anggota yang lain
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis membagi 4 buah kartu kwartet pada setiap anggota sisanya diletakkan diatas meja
2. Terapis meminta tiap anggota menyusun kartu sesuai serinya
3. Terapis menyalakan tape dan mengedarkan bola lalu menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang
sedang memegang bola tennis memulai permainan dengan cara :
a. Meminta kartu yang dibutuhkan kepada anggota kelompok disebelah kanannya.
b. Jika kartu yang dipegangnya telah lengkap maka diumumkan pada kelompok dengan membaca judul dan
subjudul
c. Jika kartu yang dipegang tidak lengkap maka diperkenankan mengambil kartu yang berada diatas meja.
d. Jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada yang meminta ia berhak mengambil satu
kartu yang berada diatas meja.
e. Setiap menerima kartu diminta mengucapkan terima kasih.
4. Ulangi langkah no. 2, 3, jika 3b, 3c terjadi
5. Terapis memberikan pujian untuk tiap kali keberhasilan klien
Score = 12
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menganjurkan agar pasien berlatih bekerjasama
4. Membuat kontrak kembali untuk TAK berikutnya
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
STANDAR OPERATING PROSEDUR TAK : SOSIALISASI SESI VII
PENGERTIAN
Terapi yang berupaya memfasilitasi kemampuan sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial
TUJUAN
Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan kelompok yang telah dilakukan.
INDIKASI
A. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
B. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus
PERSIAPAN ALAT
A. Tape recorder
B. Kaset mari kemari
C. Bola tenis
D. Buku catatan dan bolpoin
E. Jadwal kegiatan klien
PROSEDUR
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
A. PERSIAPAN
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang sesuai indikasi
2. Mempersiapkan alat dan tempat (peserta duduk melingkar dalam suasana ruang yang tenang dan nyaman).
Score = 4
NA Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
B. ORIENTASI
1. Mengucapkan salam terapeutik dan memakai name tag
2. Menanyakan perasaan klien hari ini apakah telah latihan bekerjasama
3. Menjelaskan tujuan kegiatan
4. Menjelaskan aturan main :
- Klien harus mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
- Bila ingin keluar dari kelompok harus meminta izin dari terapis
- Lama kegiatan 45 menit
- Masing-masing dapat menyampaikan manfaat 6 kali pertemuan TAKS
Score = 8
NB Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
C. KERJA
1. Terapis menjelaskan langkah berikutnya : tape recorder akan dinyalakan. Saat musik terdengar bola tenis
dipindahkan dari satu peserta ke peserta lain. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan manfaat 6 kali pertemuan TAKS
2. Terapis menyalakan tape dan menghentikan. Saat musik dihentikan peserta yang sedang memegang bola
tennis menyebutkan manfaat 6 kali pertemuan TAKS.
3. Ulangi langkah no. 2 sampai semua peserta mendapat giliran
5. Terapis memberikan pujian untuk tiap kali pasien berhasil
Score = 12
NC Nilai = Jumlah score
NO BUTIR YANG DINILAI NILAI
210
D. TERMINASI
1. Menanyakan perasaan pasien setelah mengikuti TAK
2. Memberi pujian atas pencapaian kelompok
3. Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang lalu
4. Menganjurkan agar pasien melatih diri untuk 6 kemampuan yang telah dimiliki
5. Penkes keluarga agar memberi dukungan pada klien
6. Membuat kontrak kembali untuk evaluasi kemampuan secara periodik
Score = 8
ND Nilai = Jumlah score
Contoh proposal
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil pengkajian kepada klien Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang diketahui bahwa
para klien berasal dari berbagailatar belakang yang berbeda dengan kepribadian yang berbeda pula. Keadaan
seperti ini berpotensi untuk menimbulkan konflik antar individu di dalam bangsal.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kegiatan yang dapat menumbuhkan kerjasama dan kerukunan antar klien.
Dengan demikian diharapkan suasana kehidupan dibangsal menjadi lebih kooperatif dan dapat memberikan
ketenangan bagi klien.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah TAKS yang melibatkan seluruh peserta dalam bentuk
merangkai potongan sedotan menjadi seuntai kalung.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Setelah dilakukan TAKS selama 60 menit diharapkan dapat terjalin kerjasama diantara peserta
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti TAKS peserta mampu :
- Bersosialisasi antar peserta
- Koordinasi tugas antar peserta
- Mengendalikan emosi masing-masing peserta
C. METODE PELAKSANAAN
Permainan
Jenis merangkai potongan sedotan menjadi seuntai kalung
D. SASARAN DAN TARGET
Sasaran : Klien dengan masalah menarik diri dibangsal P3 RSJ Magelang
Target : 7 klien
E. STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/Tgl : 19 Kamis, April 2007
Tempat : Bangsal P3 Rumah Sakit Prof Dr. Soeroyo Magelang
Jam : 09.00 – 10.00
F. MEDIA
Media : - Sedoktan
- Tali
G. SETTING TEMPAT
H. PENGORGANISASIAN DAN URAIAN TUGAS
Leader : Anggoro
Tugas : - Mengatur jalannya kegiatan
- Menjelaskan aturan kegiatan
- Memimpin jalannya kegiatan
Fasilitator : Yun Wahyudi
Tugas : - Memfasilitasi jalannya kegiatan
- Memberikan reward pada peserta
Observer : Sutrisno, Hartono, Linda, Budi
Tugas : - Mengamati dan mengevaluasi klien
SUSUNAN ACARA
Waktu Tahap Kegiatan
08.00
08.05
08.50 08.05
08.50
09.00 Pembukaan
Implementasi
Terminasi - Mengucapkan salam
- Kontrak ulang
- Menjelakan tujuan pertemuan menyiapkan peserta, lingkungan, peralatan
- Memberikan penjelasan pada klien mengenai aturan permainan
- Mendemonstrasikan cara permainan
- Memulai permainan
- Kesan dan pesan
- Salam penutup
I. KRITERIA EVALUASI
Evaluasi struktur
1. Menyiapkan preplanning
2. Kontrak waktu dengan klien
3. Menyiapkan alat dan tempat
4. Mempersiapkan klien sesuai kriteria
Evaluasi proses
1. Klien menerima kedatangan perawat
2. Klien kooperatif dan berperan serta selama TAKS
Evaluasi hasil
1. Klien dapat bersosialisasi
2. Klien dapat mengkoordinasikan tugas-tugas
3. Klien dapat mengendalikan emosi
EVALUASI
1. Sebut dan jelaskan jenis TAKS
2. Apa tujuan dilakukan TAKS
3. Dalam pelaksanaan TAKS tugas leader adalah
4. Berapa jumlah anggota kelompok yang ideal dalam pelaksanaan TAKS
BAB IV
TERAPI LINGKUNGAN
A. PENGERTIAN TERAPI LINGKUNGAN
Terapi lingkungan adalah segala sesuatu yang ada dilingkungan kita, yang diciptakan untuk pengobatan
termasuk fisik dan sosial.
Suatu manipulasi ilmiah pada lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan pada perilaku pasien
dan untuk mengembangkan ketrampilan emosional dan sosial (Stuart Sundeen, 1991).
B. SEJARAH TERAPI LINGKUNGAN
Pada awal abad 19 dicoba terapi suasana rumah sakit seperti suasana dikeluarga (home like atmosphere).
Moral treatment dicoba pada waktu makan. Pada saat makan diciptakan suasana yang akrab dan santai antara
petugas dan pasien.
Diperhatikan adanya jenis dan penempatan perabot. Lingkungan yang terapeutik, menciptakan suasana dimana
pasien dapat menyadari dan mengenal diri sendiri.
Kata milleu awalnya digunakan untuk mengartikan rancangan lingkungan secara ilmiah oleh Bettlehem dan
Sylvester diakhir tahun 1930 dan diawal tahun 1940.
Pada awalnya terapi lingkungan semata-mata menggunakan teori yang berkaitan dengan teori psikologi atau
psikiatri untuk menentukan jenis lingkungan yang sangat cocok dalam proses terapi, kemudian pada tahun
1958 Freman Cameron dan Mc Gie mengembangkan hubungan antara self psikologi dengan karakteristik dasar
pada lingkungan, dan dapat disimpulkan bahwa terapi lingkungan membawa perubahan yang spesifik pada
perilaku pasien.
C. TUJUAN
Abrons dalam Stuart Sundeen 1995 menyebutkan tujuan terapi lingkungan meliputi :
1. Tujuan Umum
Membekali pasien kemampuan untuk kembali kemasyarakat dan dapat menjalankan kehidupan fisik dan sosial
seoptimal mungkin
2. Tujuan Khusus
a. Membatasi gangguan dan perilaku maladaptive
b. Mengajarkan ketrampilan psikososial dengan cara :
Orientasion yaitu pencapaian tingkat orientasi dan kesadaran terhadap realita yang lebih baik. Orientasi
berhubungan dengan pengetahuan dan pemahaman pasien terhadap waktu, tempat, tujuan, sedangkan
kesadaran dapat dikuatkan melalui interaksi dan aktifitas pada semua pasien.
Asertation yaitu kemampuan mengekpresikan perasaan sendiri dengan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara mendorong pasien dalam mengekspresikan diri secara efektif dengan tingkah laku yang dapat diterima
oleh masyarakat. Misalnya : kelompok latihan asertif.
Accupation yaitu kemampuan pasien untuk dapat dipercaya diri dan berprestasi melalui ketrampilan membuat
kerajinan tangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan aktifitas pasien dalam bentuk kegiatan
sederhana misalnya : menyulam, melukis.
Recreation yaitu kemampuan membuat dan menggunakan aktifitas yang menyenangkan dan relaksasi. Hal ini
memberi kesempatan pada pasien untuk mengkuti bermacam-macam reaksi dan membantu pasien untuk
menerapkan ketrampilan yang telah dia pelajari misalnya interaksi sosial. Contoh aktifitasnya seperti
permainan kartu.
D. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN
1. DISTRIBUSI KEKUATAN
Petugas kesehatan mendistribusikan pengetahuan, pengalaman kepada seluruh staf sesuai dengan wewenang
masing-masing agar keputusan yang dibuat bertujuan sama dan yang terbaik untuk pasien
2. KOMUNIKASI TERBUKA
Komunikasi dilakukan oleh perawat untuk mendapatkan informasi guna menetapkan keputusan.
3. MEMPERHATIKAN STRUKTUR INTERAKSI
Struktur interaksi meliputi :
a. Sikap bersahabat
b. Penuh prihatin
c. Lembut dan tegas
4. AKTIFITAS KERJA
Diperlukan dorongan yang kuat dari lingkungan dengan jalan mengijinkan pasien untuk memilih terapi. Akan
lebih berarti bila dapat diterapkan pada pekerjaan yang nyata.
5. PERAN SERTA KELUARGA DAN MASYARAKAT
Selama di rumah sakit diusahakan pasien sering berhubungan dengan keluarga, agar keluarga dapat mengikuti
perkembangan kesembuhan pasien sehingga berminat untuk mengkoordinir kepulangannya bila sudah baik.
6. PENYESUAIAN LINGKUNGAN DENGAN KEBUTUHAN DAN PERKEMBANGAN PASIEN.
E. KOMPONEN FUNGSIONAL TERAPI LINGKUNGAN
NO KOMPONEN DESKRIPSI BENTUK TERAPI AKTIFITAS
1. CONTAINMENT Fungsi :
Mendukung kesehatan fisik dan merubah perilaku berkuasa
Maksud :
Menggunakan control internal secara sementara sehingga sesuai realita
Tujuan :
Memberi keamanan pasien serta lingkungan serta menumbuhkan rasa pecaya Isolasi dan pengikatan
Komunikasi untuk memberikan control external
Menyediakan makanan adekuat selama isolasi dan pengikatan
Melakukan observasi baik medis maupun perawatan
Memberikan perlindungan fisik dan mencegah cidera pada diri sendiri pada orang lain
Memberikan perhatian secara medis
2. SUPPORT Fungsi :
Membantu pasien rasa aman dan nyaman serta mengurangi kecemasan
Maksud :
Memberikan dukungan mental pasien sehingga dapat merubah perilaku yang maldaptif
Tujuan :
Meningkatkan harga diri dan percaya diri pasien Penggunaan komunikasi terapeutik
Pemberian perhatian dengan sikap empati edukasi Aplikasi komunikasi terapeutik
Memberikan bantuan langsung misalnya :menyediakan makanan yang menarik minat pasien
Memberikan edukasi
Mendampingi pasien beraktifitas
Meningkatkan hubungan dan interaksi.
3. STRUKTUR Fungsi :
Membantu mendorong perilaku yang meladaptif menjadi adaptif
Maksud :
Seting keadan yang direncanakan bersama antara pasien dan petugas sesuai dengan kebutuhan pada semua
aspek milleu yaitu organisasi, tempat dan orang
Tujuan :
Meningkatkan tanggung jawab terhadap perilaku dan konsekwensinya, serta meningkatkan keterlibatan pasien
terhadap aktifitas yang terstruktur. Terapi aktifitas
Terapi aktifitas sosial
Terapi occupation
Kontrak bersama pasien
Menentukan jenis kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana bersama
Melakukan diskusi untuk tukar pendapat
Menjadwalkan pertemuan untuk semua aktifitas
4. INVOLVEMENT Fungsi :
Mendorong pasien untuk dapat bekerjasama, melakukan kompromi dan konfrontasi untuk meningkatkan
keterlibatan sosial
Maksud :
Keterlibatan pasien dalam aktifitas merupakan bagian dari struktur untuk menuju pencapaian ketrampilan yang
lebih kompleks
Tujuan :
Menstrimulasi pasien untuk berperan sert aktif dalam lingkungan sosial dan interaksi serta mengembangkan
ketrampilan Terapi kelompok Melaksanakan aktifitas kelompok misalnya bermain kartu
Mendampingi pasien berinteraksi dalam kelompok
5. VALIDATION Fungsi :
Membantu pasien mengembangkan kapasitsa kedekatan yang lebih besar dan menyatu identitasnya
Maksud :
Pengenalan antar individu
Tujuan :
Membantu pasien memahami dan menerima keunikan dirinya serta mendorong integrasi antara perasaan
senang dan tidak senanag Psikodrama
Stimulasi persepsi dan validasi Penerapan komunikasi terapeutik empati
Bermain peran
Merencanakan tindakan individual
Menghargai hak pasien
Menerima pikiran perasaan pasien dan memberi reinforcemen
Klarifikasi pikiran perasaan pasien.
KOMPONEN YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM TERAPI LINGKUNGAN
1. Fisik
Terkait dengan desain dan renovasi
2. Intelektual
Aspek intelektual dari lingkungan meliputi : warna, sinar, suara, suhu, bau dan rasa
3. Sosial
Komponen sosial : peran pasien pola komunikasi dan perbandingan staf dengan pasien
4. Emosional
Factor fisik, intelektual dan sosial menciptakan suasana emosional
Misalnya :
a. Merasa sangat senang berada diruangan/lingkungan
b. Merasa sangat santai
c. Setiap orang bekerjasama dengan baik
d. Segala sesuatu terawat baik
Peran terapis
1. Tidak defensive
2. Empati
3. Dapat menciptakan keamanan
4. Tidak menakutkan
5. Percaya dan menerima
Menurut Moos peran terapis dalam terapi lingkungan adalah
1. Mendukung spontanitas pasien
2. Merangsang pasien agar merasa bebas dan terbuka
5. Spiritual
Sarana : tempat ibadah, buku-buku suci, dll harus terpisah, sepi dan tertutup agar memusatkan perhatian untuk
pengobatan dan menemukan harapan baru bagi masa depan pasien.
F. CONTOH PELAKSANAAN TERAPI LINGKUNGAN
1. PENGKAJIAN
Pengumpulan data yang berhubungan dengan terapi lingkungan
Contoh data :
Bangsal yang terlalu padat
Gagal menjaga prifasi psaien, fasilitas kamar mandi kurang
Pasien tidak bebas memilih teman sekamar
Dinding yang dicat putih menyebabkan silau
Situasi yang dingin dan bersaing
Kurang dukungan orientasi
Kekuatan otoritas, mencegah pasien terlibat dalam pengambilan keputusan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakjelasan intelektual B/D ketidakmampuan memberi dukungan orientasi
3. INTERVENSI DAN PELAKSANAAN
Tujuan :
Jangka panjang : Memberi dukungan orientasi yang diperlukan
Jangka pendek : Pasien dan staf menyumbang dukungan orientasi
Punya administrasi untuk menyediakan dana
Kriteria hasil : Jam dinding, kalender dipasang
Papan pengumuman aktifitas dapat dilihat dengan jelas
Peta untuk menunjuk arah ada
Tindakan dan pelaksanaan :
a. Fisik
Pemikiran dalam pengembangan terapi lingkungan : partisipasi dalam desain lingkungan
b. Intelektual
Perawat dapat bertanya pada ahli interior tentang : warna, tekstur, cahaya, grafik dan sebagainya.
Partisipsai aktif pasien, mendorong interaksi dan meningkatkan harga diri, misalnya : mencat, mengatur
perabot, membersihkan lingkungan.
c. Sosial
Meningkatkan interaksi, komunikasi dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan
Untuk komunikasi efektif perlu keterbukaan, reaksi dan umpan balik
Pemecahan konflik perlu konfrontasi yang prinsipnya perlu pimpinan netral.
d. Emosional
Mengembangkan situasi harmonis, kerjasama dan kekompakan kelompok agar tercipta iklim yang mendukung
keterlibatan dan spontanitas.
Faktor yang menentukan kekompakan kelompok diantaranya :
Menerima satu dengan yang lain
Adanya kebersamaan tujuan
e. Spiritual
Memaksimalkan arti dari pengalaman pengobatan, mengembangkan rasa damai, meningkatkan hubungan
manusia alam, kreatifitas sehingga perlu peningkatan kualitas spiritual dari lingkungan.
4. EVALUASI
Apa tujuan sudah tercapai ?
Modifikasi agar cara kerja lebih efektif
APLIKASI TERAPI LINGKUNGAN PADA PASIEN GANGGUAN PERILAKU DAN INTERVENSI
KEPERAWATANNYA
No Gangguan perilaku dan diskripsi Tujuan Bentuk terapi lingkungan Intervensi
1. Destruktif perilaku merusak secara fisik yang merupakan respon dari bermacam- macam perasaan, seperti
ketakutan atau kemarahan Mengontrol atau melakukan pembatasan terhadap respon perilaku yang maladaptive
Containment (isolasi dan pengekangan) Gunakan komunikasi terapeutik
Dorongan pasien untuk identifikasi perilaku yang melatarbelakangi validasi untuk membantu pasien mengenal,
mengetahui perasaannya
Memberikan perhatian perlindungan pada pasien dan orang lain.
2. Disorganisasi penyimpangan perilaku yang tidak sesuai pada psikotik, yang mungkin disebabkan oleh
peningkatan kecemasan atau dis fungsi organil Menurunkan derajad penyimpangan perilaku melalui proses
terapeutik Edukasi dan validasi Terangkan pasien dengan komunikasi dan sikap yang terapeutik
Bantu pasien menurunkan derajat perilaku yang maladaptif
Beri perhatian dan dukungan
Empati dan kesediaan memberi dukungan
Tingkatkan hubungan dan interaksi
Hargai pasien
3. Disforia
Respon perilaku maladaptif seperti menarik diri lingkungan, perilaku obsesi atau hiperreligi Merubah perilaku
maladaptif menjadi adaptif Edukasi support struktur Pertahankan hubungan terapeutik
Eksplorasi perrasaan psaien yang berhubungan dengan respon perilaku
Berikan perhatian dan edukasi
Damping pasien beraktivitas.
4. Dependency
Ketidakmampuan pasien mengidentifiksai dan menemukan kebutuhannya sendiri, meskipun sebenarnya
mampu mengerjakannya Meningkatkan kemampuan pasien dalam identifikasi kebutuhan
Meningkatkan kemandirian Structure positif involument Pertahankan hubungan terapeutik
Identifiksai perilaku psien
Libatkan pasien dalam aktifitas yang terstruktur
Ajarkan dan dorong pasien untuk menerapkan perilaku mandiri yang adaptif.
EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan terapi lingkungan ?
2. Apa tujuan dilakukannya terapi lingkungan ?
3. Komponen apa saja yang perlu diperhatikan dalam terapi lingkungan ?
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KRISIS
A. DEFINISI KRISIS
Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk menjaga keseimbangan atau balance
antara stress dan mekanisme koping. Jika tidak seimbang maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis
merupakan bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda-beda, dengan penyebab yang
berbeda, dan bisa eksternal/internal.
Krisis : konflik/masalah/gangguan internal yang merupakan hasil dari keadaan stressful/adanya ancaman
terhadap self.
Krisis : suatu kondisi individu tak mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa
dipakai.
Krisis : ketidakseimbangan psikologis yang merupakan hasil dari peristiwa menegangkan/mengancam
integritas diri.
B. PERIODE TERJADINYA KRISIS
Pra krisis Krisis Post krisis
1. Persepsi ancaman/bahaya
2. Sisi disorganisasi
3. Penyelesaian
4. Ketidakseimbangan
PRAKRISIS :
Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan
KRISIS :
Individu mengalami ancaman / bahaya disorganisasi dan ketidakseimbangan
Individu mencoba menangani krisis dengan berbagai cara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain.
POST KRISIS :
Penyelesaian krisis dapat menghasilkan :
1. Sama dengan sebelum krisis
Hasil pemecahan masalah efektif
2. Lebih baik daripada sebelum krisis
Individu menemukan sumber dan cara penanganan yang baru
3. Lebih rendah dari sebelum krisis.
Ke maladaftif ---------- terjadi depresi, curiga.
C. TIPE KRISIS
1. Krisis perkembangan (Maturasi)
Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu : fase oral, fase anal, fase laten dan
fase pubertas.
Sedangkan Erik Erikson membagi menjadi 8 fase : masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah, masa
remaja, masa dewasa muda, masa dewasa pertengahan dan masa dewasa lanjut.
Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan tersebut merupakan satu rentang
yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi
individu. Keberhasilan seseorang menyelesaikan masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi individu
mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat
mengganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa erkawinan, menjadi orang tua,
menaupause, lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai, sumber-sumber
interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.
2. Krisis situasi
Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat suatu kejadian yang spesifik seperti :
kehilangan, kehamilan yang tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan orang yang dicimtai, kegagalan.
Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan ketidakseimbangan yang berupa :
a. Dapat diduga
Peristiwa kehidupan : mulai sekolah, gagal sekolah
Hubungan dalam keluarga : bertambah anggota keluarga, perpisahan, perceraian
Diri sendiri : putus pacar, dll.
b. Tidak dapat diduga
Peristiwa yang sangat traumatic dan tidak pernah diduga/diharapkan. Contoh : kematian orang yang dicintai,
PHK, diperkosa, dipenjara.
3. Krisis sosial
Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan sertra menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah
perubahan dilingkungannya sepertiu gunung meletus, kebakaran, banjir, perang. Krisis ini tidak dialami oleh
semua orang seperti halnya krisis maturasi.
D. BALANCING FAKTOR
1. Persepsi terhdap peristiwa/kejadian
a. Apa arti kejadian pada individu
b. Pengaruh kejadian pada masa depan
c. Apakah individu memandang masalah secara realitas
Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah
dapat menemukan pemecahan masalah positif. Sebaliknya persepsi yang tidak realistis membuat individu sulit
untuk menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah
negatif.
2. Situasi pendukung/yang mendorong
Hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan memberi dukungan dan sumber pada individu.
3. Koping
Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi masalah. Jika individu tidak tahu
apa yang akan dilakukan dapat menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat,
penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan KRISIS.
Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa :
a. Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta mempertahankan keseimbangan
b. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan masalah
c. Kemampuan mengatasi problema serta mempertahankan keseimbangan psikososial.
E. PSIKODINAMIKA KEJADIAN KRISIS
Fase I
Fase II
Fase III
memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul ketegangan
respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan meningkat
Emergency problem solving diaktifkan
Ketegangan tetap meningkat
Fase IV redefinition an resolution of problem solving
Atau berhenti berusaha atau menghindari problem
Disorganisasi pribadi
Gangguan realitas
F. TUJUAN INTERVENSI KRISIS
1. Meredakan inpact/krisis
2. Menolong individu mengembangkan perilaku yang efektif untuk menangani krisis
3. Meningkatkan fungsi klien lebih tinggi daripada prekrisis (mengembalikan individu pada tingkat fungsi
sebelum krisis)
G. LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENCAPAI TUJUAN
1. Pengkajian individu dan masalahnya
a. Persepsi terhadap maalah dan pencetus
b. Kekuatan dan ketrampilan koping
c. Kekuatan support sistem (situasi pendukung)
2. Diagnose yang mungkin timbul
Contoh : coping individu tidak efektif (individu/keluarga)
3. Intervensi terapeutik
a. Organisasi dan analisa data
b. Menggali alternatif pemecahan masalah dan cara pemecahan masalah
c. Menentukan dukungan atau support system
d. Menolong individu memperoleh pengertian tentang krisisnya
e. Menolong individu mengembangkan perasaanya
f. Menyelidiki mekanisme penanganan
g. Memulihkan hubungan sosial
4. Implementasi krisis
1. Program antisipasi
Pendidikan kesehatan tentang pencegahan krisis dan respon adaptif secara dini terhadap situasi yang penuh
stress
Ditujukan kepada : individu, kelompok, keluarga, masyarakat
Mengidentifikasi individu yang mempunyai resiko dan untuk berkembangnya krisis dan mengajarkan strategi
koping untuk menghindari berkembangnya krisis.
2. Program intervensi krisis
a. Manipulasi lingkungan
Merubah lingkungan fisik dan interpersonal untuk support dan jauhkan stressor
Tujuan : menjauhkan sumber stress dan memberi dukungan
b. General support (dukungan umum)
Klien merasa perawat selalu ada dan akan membantu, hangat, menerima, empati, melindungi (sikap terapeutik
perawat)
c. Pendekatan umum
Memberi asuhan pada kelompok resiko yang mempunyai masalah krisis yang sama
d. Individual approach
Tujuan : tercapainya penyelesaian masalah dengan cepat
1. Menentukan persepsi perawat-klien
2. Menghubungkan arti peristiwa dan krisis
3. Mengklarifikasi miskonsepsi
4. Perhatian perasaan yang menyertai krisis
5. Gali alternatif pemecahan masalah
6. Coba memecahkan masalah yang sesuai
7. Rangsang perilaku dan koping baru
8. Reinforcement untuk meningkatkan harga diri
Tehnik :
1. Mengungkapkan perasaan : klien mengungkapkan perasaan dengan bicarakan area emosi yang membebani
2. Klarifikasi
Klien didorong untuk menguraikan secara lebih jelas, hubungan beberapa peristiwa dalam kehidupan
3. Saran
Klien dipengaruhi untuk menerima ide atau keyakinan khususnya yang dapat dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien.
4. Manipulasi
Menggunakan keinginan, nilai, emosiklien untuk kepentingannya melalui proses yang terapeutik
5. Reinforcement
Memberi respon yang positif terhadap perilaku yang adaptif
6. Sokongan koping
Mendorong klien menggunakan koping yang adaptif dan menekan koping yang maldaftif
7. Meningkatkan harga diri
Membantu klien untuk merasa berarti dan berguna
8. Mengidentifikasi cara pemecahan
Bersama klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah dan menilai konsekuensinya.
e. Intervensi krisis yang lain
1. Terapi keluarga : keluarga sebagai sistem pendukung
2. Kelompok krisis : perawat dan kelompok membantu klien memecahkan masalah
3. Tim bencana
4. Konseling melalui telepon
5. Klinik krisis
6. Kunjungan rumah
H. PERAN TERAPIS
1. Segera bina hubungan terapeutik
2. Pengkajian cepat dan akurat
3. Aktif langsung terlibat
4. Eksplorasi problem
5. Konfrontasi dan interpretasi
I. ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS
1. PENGKAJIAN
Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam minggu, maka
pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan pada maslah yang aktual.
Beberapa aspek yang harus dikaji adalah :
a. Pristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam oleh kejadian dan gejala yang timbul misalnya :
1) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena kematian
2) Kehilangan bi-psiko-sosio seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan
pekerjaan, kehilangan peran, sosial, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.
3) Kehilangan milik pribadi misalnya harta benda, kewarganegaraan, rumah digusur
4) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup
5) Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja yang berbeda
6) Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman terhadap pemenuhan
kebutuhan.
b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhdap kejadian
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang
berkaitan dengan kejadian tersebut.
1) Apa mnakna/arti kejadian bagi individu
2) Pengaruh kejadian terhadap masa depan
3) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistik
c. Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari sistem pendukung meliputi : keluarga, sahabat dan orang-orang
penting bagi pasien yang mungkin dapat membantu
1) Dengan siapa tinggal? Sendiri? Dengan keluarga? Dengan teman?
2) Apakah punya teman tempat mengeluh/curhat?
3) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga?
4) Apakah ada orang/lembaga yang dapat memberi bantuan?
5) Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang hilang dan sebagainya.
d. Mengidentifikasikan hal kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya yang meliputi strategi koping yang
berhasil dan tidak berhasil.
1) Apakah yang biasa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi
2) Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang menyebabkan kegagalan tersebut
3) Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengtasi masalah sekarang
4) Apakah suka meninggalkan lingkungan untuk sementara agar dapat berfikir dengan jernih?
5) Apakah suka mengikuti latihan olah raga untuk mengurangi ketegangan? Apakah mencetuskan perasaannya
dengan menangis?
Perilaku
Beberapa gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam keadaan krisis antara lain :
a. Perasan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan bunuh diri atau membunuh orang lain
b. Perasaan diasingkan oleh lingkungannya
c. Kadang-kadang menunjukkan gejala somatic
Pada krisis malapetaka (bencana) perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan fase respon terhadap
musibah yang dialami. Lima fase respon terhadap musibah yang dialami.
a. Dampak emosional
Fase ini termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut : syok, panik, takut yang berlebihan,
ketidakmampuan mengambil keputusan dan menilai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri.
b. Pemberani (heroic)
Terjadi satu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga dan tim kedaruratan mengatasi kecemasan
dan depresi. Akan tetapi aktivitas yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan keletihan.
c. Honey moon (bulan madu)
Fase ini mulai terlihat satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi malapetaka. Bantuan orang lain
berupa uang, sumber daya serta dukungan dari berbagai pihak terkumpulkan, akan membantu membentuk
masyarakat baru. Masalah psikologis dan masalah perilaku mungkin terselubung.
d. Kekecewaan
Fase ini berakhir dalam 2 bulan sampai satu tahun. Pada saat ini individu merasa sangat kecewa, timbul
kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban sering membandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya
dan mulai tumbuh rasa benci/bermnusuhan terhadap orang lain.
e. Rekontruksi reorganisasi
Individu mulai menydari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalahnya. Mereka mulai membangun
rumah, bisnis dan hidupnya. Fase ini akan berakhir dalam beberapa tahun setelah terjadinya musibah
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan pada pasien krisis antara lain :
a. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan anak dalam keadaan sakit, yang ditandai dengan
terbatasnya kemampuan berkonsentrasi, agitasi motorik
b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kematian putrinya yang ditandai dengan
ketidakmampuan mengingat kecelakaan yang dialami bersamaan putrinya tersebut.
c. Koping keluarga tidak efektif untuk mencapai kata sepakat berhubungan dengan perpisahan dengan suami
yang ditandai dengan ketergantungan berlebihan terhadap temannya, selalu berfikir tentang kepulangan
suaminya.
d. Koping keluarga tidak efektif untuk mendapat persetujuan berhubungan dengan istri didiagnosa kanker,
ditandai perasaan berduka, takut dan merasa bersalah
e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pernikahan putrinya ditandai dengan batsa keluarga yang
tidak jelas, pola komuniksi yang menyimpang.
Diagnosis medic (PPGJ II, 1983)
1. Gangguan penyesuaian dengan efek (mood) depresi
2. Gangguan penyesuaian kecemasan
3. Gangguan penyesuaian emosional
4. Gangguan penyesuaian dan gangguan tingkah laku
5. Gangguan penyesuaian dengan campuran gangguan tingkah laku dan emosi
6. Gangguan penyesuaian menarik diri
7. Gangguan stress pasca trauma
Diagnose keperawatan (NANDA)
1. Anxietas
2. Koping keluarga tidak efektif
3. Koping individu tidak efektif
4. Perubahan proses keluarga
5. Berduka
6. Takut
7. Perubahan tumbuh kembang
8. Defisit pengetahuan
9. Perubahan menjadi orang tua
10. Respon psaca trauma
11. Gangguan harga diri
12. Isolasi sosial
13. Distress spiritual.
3. PERENCANAAN
Langkah selanjutnya dari intervensi krisis adalah membuat perencanaan.
Dinamika yang mendasari krisis diformulasikan berdasarkan informasi dengan memperhatikan:
a. Faktor pencetus
b. Alternatif pemecahan masalah
Langkah-langkah untuk mencapai pemecahan masalah seperti menentukan lingkungan pendukung yang
membantu pemecahan masalah serta bagaimana memperkuat sistem tersebut. Mekanisme koping yang perlu
dikembangkan dan diperkuat.
Tujuan :
a. Membantu pasien agar dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis
b. Meningkatkan fungsi pasien dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin)
c. Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh diri.
Tindakan keperawatan
Tindakan keperawtan utama dapat dibagi 4 tingkat dengan urutan dari dangkal sampai yang paling dalam yaitu
:
a. Manipulasi lingkungan untuk memperoleh dukungan situasi
b. Dukungan umum (general support): buatlah pasien merasa bahwa perawat ada disampingnya dan siap
membantu. Sikap perawat hangat, menerima, empati secara penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien.
c. Pendekatan umum (general approach): membantu klien menghadapi proses berduka seperti pada korban
malapetaka
d. Pendekatan individual (individual approach): terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu, efektif
untuk semua tipe krisis
4. EVALUASI
Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain :
a. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum terjadi krisis?
b. Sudahkah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan terancam oleh kejadian yang menjadi factor
pencetus?
c. Apakah perilaku maladaptif atau symptom ditunjukkan telah berkurang?
d. Apakah mekanisme koping yang adaptif telah berfungsi kembali?
e. Apakah individu telah mempunyai sistem pendukung sebagai tempat dia bertumpu?
EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan krisis?
2. Sebutkan tipe-tipe krisis?
3. Sebutkan 3 faktor keseimbangan dalam mengatsai krisis?
4. Terangkan periode terjadinya krisis!
5. Berikan contoh krisis berdasarkan tipenya!
BAB VI
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN ALAM
PERASAAN DEPRESI-MANIA
A. PENGERTIAN
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan
fungsi kehidupan seseorang. Gangguan alam perasan adalah gangguan emosional yang disertai gejala mania
atau depresi. Mania adalah suatu gangguan alam perasaan yng ditandai dengan adanya alam perasaan yang
meningkat, meluas atau keadaan emosional yang mudah tersinggung dan terangsang. Kondisi ini dapat diiringi
dengan perilaku berupa peningkatan kegiatan, banyak bicara, ide-ide yang meloncat, senda gurau, tertawa
berlebihan, penyimpangan seksual. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan sedih dan berduka yng berlebihan dan berkepanjangan.
B. RENTANG RESPONS EMOSIONAL
Responsive adalah respons emosional individu yang terbuka dan sadar akan perasaanya. Pada rentang ini
individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
Reaksi kehilangan yang wajar merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami
kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan menghalami proses kehilangan,
misalnya bersedih, berfokus pada diri sendiri, berhenti melakukan kegiatan sehari-hari. Reaksi kehilangan
tersebut tidak berlangsung lama.
Supresi merupakan tahap awal respons emosional yang maladaptiuf, individu menyangkal, menekan atau
mengintemalisasi semua aspek perasaanya terhadap lingkungan.
Bila anda merasa sangat marah / kesal dengan pergi mengendarai sepeda, biasanya reaksi berduka yang
memanjang merupakan penyangkalan yang menetap dan memanjang, tetapi tidak tampak reaksi emosional
terhadap kehilangan. Reaksi berduka yang memanjang ini dapat terjadi beberapa tahun.
Mania/depresi merupakan respons emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan
pengharuhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial.
C. FACTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
1. Factor Predisposisi
Factor genetic, mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis keturunan.
Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat pada kembar monozigote dri dizigote
Teori agresi berbalik pada diri sendiri mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang
dialihkan pada diri sendiri. Freud mengatakan bahwa kehilangan obyek/orang, ambivalen antara perasaan
benci dan cinta dapat berbalik menjadi perasaan yang menyalahkan diri sendiri.
Teori kehilangan. Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang tua pada masa anak,
perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi
kehilangan.
Teori kepribadian mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang mengalami depresi
atau mania.
Teori kognitif mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian
negtif terhadap diri sendiri, lingkungan dan masa depan.
Model belajar ketidak berdayaan mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kjehilangan kendali diri, lalu
menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudin individu timbul keyakinan akan
ketidakmampuan mengendalikan kehidupan sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respons yang adaptif.
Model perilaku mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian (reinforcement) positif selama
berinteraksi dengan lingkungan
Model biologis mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi, yaitu defisiensi
katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi kortisol.
2. Faktor Presipitsai
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi faktor biologis, psikologis dan sosial
budaya. Faktor biologis meliputi perubahan fisiologis yang disebabkan oleh obat-obatan atau berbagai
penyakit fisik seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan metabolism. Factor psikologis meliputi
kehilangan kasih sayang, termasuk kehilangan cinta, seseorang, dan kehilangan harga diri. Faktor sosial
budaya meliputi kehilangan peran, perceraan, kehilangan pekerjaan.
D. PERILAKU DAN MEKANISME KOPING
Perilaku yang berhubungan dengan mania dan depresi bervariasi. Gambaran utama dari mania adalah
perbedaan intensitas psikofisiologikal yang tinggi, dapat dilihat pada table 1. Pada keadaan depresi kesedihan
dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi. Mekanisme koping yang digunakan pda reaksi
kehilangan yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat. Depresi,
yaitu perasaan berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi, denial dan disosiasi. Tingkah laku mania
merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam
menghadapi kehilangan.
Komponen Perilaku
Afektif Gembira yang berlebihan
Harga diri meningkat
Tidak tahan kritik
Kognitif Ambisi
Mudah terpengaruh
Mudah beralih perhatian
Wahain kesabaran
Ilusi
Flight ofideas
Gangguan penilaian
Fisik Dehidrasi
Nutrisi yang tidak adekuat
Berkurangnya kebutuhan tidur/istirahat
Berat badan menurun
Tingkah laku Agresif
Hiperaktif
Aktivitas motorik meningkat
Kurang bertanggung jawab
Royal
Irritable atau suka berdebat
Perawalan diri kurang
Tingkah laku seksual yang berlebihan
Bicara bertele-tele
Table 2: Perilaku yang berhubungan dengan depresi
Komponen Perilaku
Afektif Sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah, perasaan ditolak, perasaan bersalah,
merasa tak berdaya, putus asa, merasa sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga
Kognitif Ambivalen, bingung, ragu-rgu
Tidak mampu konsentrasi
Hilang perhatian dan motivasi
Menyalahkan diri sendiri
Pikiran merusak diri
Rasa tidak menentu
Pesimis
Fisik Sakit perut, anoreksi, mual, muntah
Gangguan pencernaan, konstipasi
Lemas, lesu, nyeri, kepala pusing
Insomnia, nyeri dada, over acting
Perubahan berat badan gangguan selera makan
Gangguan menstruasi, impotensi
Tidak berespon terhadap seksual
Tingkah laku Agresif, agitasi, tidak toleran
Gangguan tingkat aktifitas
Kemunduran psikomotor
Menarik diri, isolasi sosial
Irritable (mudah marah, menangis, tersinggung)
Berkesan menyedihkan
Kurang spontan
Gangguan kebersihan
E. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MANIA DAN DEPRESI
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor predisposisi, presipitasi dan perubahan perilaku
serta mekanisme koping yang digunakan klien.
2. Masalah keperawatan
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon emosional (gangguan alam perasaan) anatara lain :
a. Berduka disfungsional
b. Ketidakberdayaan
c. Peningkatan mobilitas fisik
d. Gangguan pola tidur
e. Resiko terhadap cedera
f. Perubahan nutrisi
g. Defisit perawatan diri
h. Ansietas
3. Perencanaan
Tujuan keperawatan
Tujuan umum : Mengajarkan klien untuk berespon emosional yang adaptif dan meningkatkan rasa puas serta
kesenangan yang dapat diterima oleh lingkungan.
Tindakan keperawatan :
Pada dasarnya intervensi difokuskan pada :
a. Lingkungan
b. Hubungan perawat-klien
c. Afektif
d. Kognitif
e. Perilaku
f. Sosial
g. Fisiologis
Lingkungan
Prioritas utama dalam merawat klien mania dan depresi adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Karena klien
mania memiliki daya nilai rendah, hiperaktif, senang tindakan yang beresiko tinggi, maka klien harus
ditempatkan dilingkungan yang aman, yaitu dilantai dasar, perabotan yang dasar, kurangi rangsang dan
suasana yang tenang. Sedangkan merawat klien depresi lebih ditujukan pada potensial bunuh diri, karena klien
merasa tidak berdaya, tidak berharga dan keputusasaan.
Hubungan perawat-klien
Hubungan saling percaya yang terapeutik perku dibina dan dipertahankan. Bekerja dengan klien depresi
perawat harus bersifat hangat, menerima, diam aktif, jujur dan empati. Bicara lambat, sederhana dan beri
waktu pada klien untuk berfikir dan menjawab.
Afektif
Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan syarat utama, merawat klien depresi, perawat
harus mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik. Sikap perawat yang menerima klien, hangat, sederhana
akan mengekspresikan perngharapan pada klien. Prinsip intervensi afektif adalah menerima dan menenangkan
klien bukan menggembirakan atau mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir. Klien didorong untuk
mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan menyedihkan secara verbal, hal ini akan mengurangi
intensitas masalah yang dihadapi.
Kognitif
Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri klien pada tujuan dan perilaku, meningkatkan
harga diri dan membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.
Cara mengubah pikiran yang negatif :
1. Identifikasi semua ide, pikiran yang negatif.
2. Identifikasi aspek positif yang dimiliki klien (kemampuan, keberhasilan).
3. Dorong klien menilai kembali persepsi, logika, rasional.
4. Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi positif, dari tidak realistis ke realistis.
5. Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan hasil. Beri penguatan dan pujian akan keberhasilan.
Perilaku
Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada tujuan yang realistik, yaitu dengan memberi
tanggung jawab secara bertahap dalam kegiatan diruangan. Klien depresi berat dengan penurunan motivasi
perlu dibuat kegiatan yang terstruktur. Beri penguatan pada kegiatan yang berhasil.
Sosial
Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial, dengan cara :
1. Kaji kemampuan, dukungan dan minat klien.
2. Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien.
3. Bombing klien melakukan hubungan interpersonal, dengan role model, role play.
4. Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang positif.
5. Dorong klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas (dengan perawat, klien).
Fisiologis
Intervensi fisiologis bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klie. Kebutuhan dasar seperti makan,
minum, istirahat, kebersihan dan penampilan diri perlu mendapat perhatian perawat.
Kewaspadaan perawat
Dalam member asuhan keperawan kepada klien dengan gangguan alam perasaan berat, perawat harus
memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial bunuh diri. Perawatan dirumah sakit diperlukan
bila da resiko bunuh diri, yaitu gejala meningkat secara cepat dan support sistem tidak ada atau kurang.
Asuhan keperawatan pada keadaan ini untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mencelakakan diri
sendiri. Percobaan bunuh diri biasanya terjadi pada saat klien keluar dari fase depresi dan klien mempunyai
energi dan kesempatan untuk bunuh diri. Klien dalam keadaan mania akut juga dapat mengancam
kehidupannya.
4. Evaluasi
1. Apakah sumber pencetus stress dan persepsi klien dapat digali ?
2. Apakah masalah klien mengenai konsep diri, rasa marah dan hubungan interpersonal dapat digali ?
3. Apakah perubahan pola tingkah laku klien dan respon tersebut tampak?
4. Apakah riwayat individu klien dan keluarganya sebelum fase depresi/mania dapat dievaluasi sepenuhnya ?
5. Apakah perlu dilakukan tindakan untuk mencegah kemungkinan terjainya bunuh diri ?
6. Apakah masyarakat lingkungan juga merupakan sumber koping ?
7. Apakah tindakan keperawatan telah mencakup semua aspek dunia klien ?
8. Apakah reaksi perubahan klien dapat diidentifikasi dan dilalui dengan baik oleh klien ?
9. Apakah perawat mampu untuk mawas diri terhadap perasaan pribadi, konflik dan mampu untuk menghadapi
benturan emosi yang timbul dalam hubungan dengan klien ?
10. Apakah pengalaman klien akan meningkatkan kepuasan dan kesenangan klien terhadap dunia pribadinya ?
EVALUASI
1. Apa pengertian dari mania ?
2. Apa pengertian dari depresi ?
3. Jelaskan rentang renspon emosional !
4. Sebutkan faktor predisposisi dan presipitasi depresi mania !
5. Perilaku dan mekanisme koping apa saja yang dapat terlihat mania ?
6. Perilaku dan mekanisme koping apa saja yang dapat terlihat depresi ?
BAB VII
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENYAKIT KRONIS DAN KETIDAKMAMPUAN
A. PENGERTIAN PENYAKIT KRONIK DAN KETIDAKMAMPUAN
PENYAKIT KRONIK
Suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap
dan sering kambuh.
Contoh : penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis
KETIDAKMAMPUAN/KETIDAKBERDAYAAN
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa sehgala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau
suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan.
B. SIFAT PENYAKIT KRONIK (WRISHT+LE/AHEY,1987)
1. PROGRESI
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah.
Contoh : penyakit jantung.
2. MENETAP
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu.
3. KAMBUH
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau berbeda.
C. DAMPAK PENYAKIT KRONIK TERHADAP KLIEN
1. DAMPAK PSIKOLOGIS
Dalpak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku
a. Klien menjadi pasif
b. Tergantung
c. Kekanak-kanakan
d. Merasa tidak aman
e. Bingung
f. Merasa menderita
2. DAMPAK SOMATIK
Keluhan somatik sesuai dengan keadaan penyakitnya.
Contoh : DM adanya TRIAS P'
3. DAMPAK TERHADAP GANGGUAN SEKSUAL
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis
(persepsi klien terhadap fungsi seksual)
4. DAMPAK GANGGUAN AKTIVITAS
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan sosial dapat terganggu baik secara total
atau sebagian.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT KRONIK DAN KETIDAKMAMPUAN
1. Persepsi klien terhadap situasi
2. Beratnya penyakit
3. Tersedianya support sosial
4. Temperamen dan kepribadian
5. Sikap dan tindakan lingkungan
6. Tersedianya fasilitas kesehatan
E. RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRONIK
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon BIO-SIKO-SOSIAL-SPIRITUAL ini akan
meliputi respon kehilangan.
1. KEHILANGAN KESEHATAN
Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistic, aktifitasnya terbatas.
2. KEHILANGAN KEMANDIRIAN
Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan.
3. KEHILANGAN SITUASI
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga / kelompoknya.
4. KEHILANGAN RASA NYAMAN
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll.
5. KEHILANGAN FUNGSI FISIK
Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa.
6. KEHILANGAN FUNGSI MENTAL
Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisien sehingga klien tidak
dapat berfikir secara rasional.
7. KEHILANGAN KONSEP DIRI
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak
dapat berfikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya.
Hal ini akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri menjadi rendah.
8. KEHILANGAN PERAN DALAM KELOMPOK dan KELUARGA
F. PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRONIK
1. DINAMIKA INDIVIDU
a. PROTES DAN PENGINGKARAN
Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan.
“mengapa kejadian ini menimpa saya?”
Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi
Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya.
b. DEPRESI CEMAS DAN MARAH
Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul
Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya.
“bagaimana mengatasi masalah ini?”
Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil
keputusan, tidak punya harapan.
Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga
dan petugas.
c. PELEPASAN DAN REINVESTASI
Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya.
Klien mulai mengumpulkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan
stress, apabila penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja
sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri
terhadap realita.
2. DINAMIKA KELUARGA
Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah, cemas dan depresi.
3. DINAMIKA LINGKUNGAN
Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan
melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan
fungsi sosial secara normal.
RESPON PERAWAT
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan
pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan fakta.
ANALISA DIRI PERAWAT
Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi.
Contoh :
Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan.
Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis.
Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga.
G. ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KETIDAKMAMPUAN PENYAKIT KRONIK
KLIEN
DENGAN
PENYAKIT
KRONIK
DAN
1. PENGKAJIAN
a. PENGKAJIAN TERHADAP KLIEN
Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi kehilangan dan perubahan yang terjadi. Hal-hal yang
perlu dikaji antara lain :
1) Respon emosi klien terahadap diagnosa
2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
3) Upaya klien dalam mengatasi situasi
4) Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan
5) Persepsi dan harapan klien
6) Kemampuan mengingat masa lalu.
b. PENGKAJIAN KELUARGA
Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit klien dan sejauh mana pengaruhnya terhadap
keluarga, kelebihan dan kekurangan yang memerlukan dukungan dan intervensi.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1) Respon keluarga terhadap klien
2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya.
3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4) Kapasitas dan sistem pendukung yang ada.
5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional
6) Proses pengambilan keputusan
7) Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang terjadi.
c. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
1) Sumberdaya yang ada.
2) Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
3) Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
4) Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan perubahan.
b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan.
c. Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan dengan
d. Ketidakmampuan melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)
e. Gangguan body image berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami
f. Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan dengan adanya hambatan dalam fungsi seksual.
3. PERENCANAAN
TUJUAN
a. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan.
b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas
c. Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan petugas
d. Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini.
e. Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual.
INTERVENSI TERHADAP KLIEN
a. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi.
b. Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif
c. Berikan informasi secara benar dan jujur
d. Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
e. Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang dialami terhadap penyakitnya.
f. Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan.
INTERVENSI TERHADAP KELUARGA
a. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya.
b. Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas
c. Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan klien
d. Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien
e. Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien
f. Optimalkan sumber daya yang ada
g. Beri informasi tentang penyakit ynag jelas
h. Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses penyembuhan
i. Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai dengan kondisi.
KETIDAKBERDAYAAN
1. PENGKAJIAN
Data-data yang biasa ditampilkan pada pasien dengan ketidakberdayaan adalah
Mengatakan secara verbal ketidakmampuan mengendalikan atau mempengaruhi situasi
a. Mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu
b. Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
c. Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat kesempatan diberikan
d. Segan mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
e. Apatis, pasif
f. Ekspresi muka murung.
g. Bicara dan gerakan lambat
h. Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
i. Tidur berlebihan
j. Menghindari orang lain.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Karena ketidakberdayaan dapat menyebabkan gangguan harga diri maka diagnosa keperawatan dapat
dirumuskan :
Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan ketidakberdayaan.
3. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Tujuan umum :
Pasien dapat melakukan cara pengambilan keputusan yang efektif untuk mengendalikan situasi kehidupannya
dengan demikian menurunkan perasaan rendah diri
Tujuan khusus :
Pasien dapat membina hubungan terapeutik dengan perawat
Tindakan :
a. Lakukan pendekatan yang hangat, menerima pasien apa adanya dan bersifat empati.
b. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri (misalnya, rasa marah, frustasi
dan simpati)
c. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya supportif
d. Beri waktu untuk pasien berespons.
Pasien dapat mengenali dan mengekspresikan emosi
Tindakan :
a. Tunjukkan respon emosional dan menerima pasien
b. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi, klarifikasi
c. Bantu pasien untuk mengekspresikan perasaanya
d. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuannya
untuk mengontrol
e. Dorong untuk menyatakan secara verbal perasaan-perasaannya yang berhubungan dengan ketidakmampuan
Pasien dapat memodifikasi pola kognitif negatif
Tindakan :
a. Diskusikan tentang masalah yang dihadapi pasien tanpa memintanya untuk menyimpulkan
b. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkannyamelalui interupsai atau substitusi
c. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
d. Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat pasie. Identifikasi persepsi pasien yang
tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional.
e. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya
f. Bantu pasien untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi.
Pasien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perwatannya.
Tindakan :
a. Libatkan pasien dalam menetapkan tujuamn-tujuan perawatannya yang ingin dicapai
b. Motivasi pasien untuk mem buat jadwal aktifitas perawatan dirinya
c. Berikan pasien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan.
d. Berikan “reinforcement” positif untuk keputusan yang dibuat
e. Beri pujian jika klien berhasil melakukan kegiatan atau penampilan yang bagus
f. Motivasi pasien untuk mempertahankan penampilan sehari-hari.
Pasien dapat termotivasi aktif untuk mencapai tujuan yang realistis
Tindakan :
a. Bantu pasien untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistic. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada
kegiatan masa lalu
b. Bantu pasien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya
c. Identifikasi cara-cara yang dapat dicapai oleh pasien. Dorong untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas
tersebut dan berikan penilaian positif untuk berpartisipasi dan pencapaiannya.
d. Motivasi keluarga untuk berperan aktif dalam membantu pasien menurunkan perasaan ketidakberdayaan.
EVALUASI
1. Apa pengertian penyakit kronis ?
2. Apa pengertian ketidakberdayaan ?
3. Sebutkan sifat penyakit kronis ?
4. Dampak apa saja yang ditimbulkan pada klien dengan prnyakit kronis ?
5. Sebutkan faktor yang mempengaruhi penyakit kronis dan ketidakmampuan ?
6. Respon apa saja yang bisa muncul pada klien dengan penyakit kronis ?
BAB VIII
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL
A. PENGERTIAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL
Kritis
Suatu keadaan penyakit kritis dimana memungkinkan sekali klien meninggal.
Contoh : Gangguan kesadaran (coma meninggal)
Keadaan hamper meninggal/sakaratul maut
Ca.Stadium lanjut
Terminal
Keadaan penyakit terminal merupakan kondisi penyakit yang berat dan tidak dapat disembuhkan lagi.
B. RESPON KLIEN TERHADAP PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL ini akan
meliputi respon kehilangan.
1. Kehilangan Kesehatan
Klien merasa takut, cemas dan pandangan tidak realistis, aktifitasnya terbatas.
2. Kehilangan Kemandirian
Ditunjukkan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan.
3. Kehilangan Situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga / kelompoknya.
4. Kehilangan Rasa Nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti : panas, nyeri, dll.
5. Kehilangan Fungsi Fisik
Contoh : klien gagal ginjal harus dibantu melalui haoinodialisa.
6. Kehilangan Fungsi Mental
Klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berfikir efisiek sehingga klien tidak
dapat berfikir secara rasional.
7. Kehilangan Konsep Diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi tubuh sehingga klien tidak
dapat berfikir secara rasional (body image) peran serta identitasnya.
Hal ini akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri menjadi rendah.
8. kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
C. PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL
1. DINAMIKA INDIVIDU
a. PROTES DAN PENGINGKARAN
Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan.
“mengapa kejadian ini menimpa saya?”
Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi
Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya.
b. DEPRESI CEMAS DAN MARAH
Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul
Kerika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya.
“bagaimana mengatasi masalah ini?”
Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil
keputusan, tidak punya harapan.
Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga
dan petugas.
c. PELEPASAN DAN REINVESTASI
Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya. Klien mulai
mengumpulkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress, apabila
penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja sama. Klien mulai
melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri terhadap realita.
2. DINAMIKA KELUARGA
Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah, cemas dan depresi.
3. DINAMIKA LINGKUNGAN
Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan
melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan
fungsi sosial secara normal.
RESPON PERAWAT
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan
pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan fakta.
ANALISA DIRI PERAWAT
Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi.
Contoh :
Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan.
Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis.
Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga.
D. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT KRITIS DAN TERMINAL
1. PENGKAJIAN
a. PENGKAJIAN TERHADAP KLIEN
Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi kehilangan dan perubahan yang terjadi.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1) Respon emosi klien terahadap diagnosa
2) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
3) Upaya klien dalam mengatasi situasi
4) Kemampuan dalam mengambil dan memilik pengobatan
5) Persepsi dan harapan klien
6) Kemampuan mengingat masa lalu.
b. PENGKAJIAN KELUARGA
Perawat perlu mengetahui persepsi keluarga terhadap penyakit klien dan sejauh mana pengaruhnya terhadap
keluarga, kelebihan dan kekurangan yang memerlukan dukungan dan intervensi.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1) Respon keluarga terhadap klien
2) Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya.
3) Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4) Kapasitas dan sistem pendukung yang ada.
5) Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional
6) Proses pengambilan keputusan
7) Identifdikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang terjadi.
c. PENGKAJIAN LINGKUNGAN
Sumberdaya yang ada.
Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
Ketersediaan fasilitas partisipasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan perubahan.
b. Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan.
c. Gangguan berhubungan (menarik diri) berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas hidup
sehari-hari (ADL)
d. Gangguan body image berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami
e. Resiko tinggi terjadinya gangguan identitas berhubungan dengan adanya hambatan dalam fungsi seksual.
3. PERENCANAAN
TUJUAN
a. Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran terhadap kenyataan.
b. Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas
c. Klien mau membina hhubungan dengan keluarga dan petugas
d. Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya saat ini.
e. Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual.
INTERVENSI TERHADAP KLIEN
a. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi.
b. Bantu klien untuk menggunakan koping yang konstruktif
c. Berikan informasi secara benar dan jujur
d. Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
e. Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual yang dialami terhadap penyakitnya.
f. Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan.
INTERVENSI TERHADAP KELUARGA
a. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi kekuatannya.
b. Beri informasi tentang klien kepada keluarga secara jelas
c. Bantu keluarga untuk mengenali kebutuhan
d. Berikan motivasi pada keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien
e. Tingkatkan harapan keluarga terhadap keadaan klien
f. Optimalkan sumber daya yang ada
g. Beri informasi tentang penyakit ynag jelas
h. Beri motivasi pada lingkungan untuk membantu klien dalam proses penyembuhan
i. Upayakan fasilitas kesehatan yang memadai sesuai dengan kondisi,
EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit terminal ?
2. Apa yang dimaksud dengan penyakit kritis ?
3. Jelaskan psikodinamika pada klien dengan penyakit kritis dan terminal ?
4. Respon apa saja yang timbul pada klien dengan penyakit kritis dan terminal ?
BAB IX
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA LANJUT USIA
A. PENGERTIAN
Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/menggnati died dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerisakan yang diderita.
Lansia adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit pada lansia. (Perawatan Lanjut
Usia, Wahyudi Nugroho,ECG,Jakarta,1992).
Lansia adalah seseorang yang lebih dari 75 tahun
(Menyongsong'Ifsia Lanjut dengan Bugar dan Bahagia, dr. E. Oswari, Jakarta, 1997)
B. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Lebih besar ukurannya
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intracellular
2. Sistem persyarafan
a. Cepatnya menurun hubungan persyarafan
b. Lambat dalam respond dan waktu bereaksi, khususnya dengan stress.
c. Mengecilnya syaraf pancaindra
1) Berkurangnya penglihatan, pendengaran, mengecilnya syaraf
2) Penciuman dan perasa, lebih sensitive dengan perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
3. Sistem pendengaran
a. Presblakusis (Gg. Pendengaran)
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bungyi suara atau nada-nada
tinggi, suarau tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia 65 tahun.
b. Membran Tympani
Menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
c. Terjadinya pengumpulan cemmen, dapat mengeras karena peningkatan keratin.
4. Sistem Penglihatan
a. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sentries (bola)
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
d. Meningkatnya ambang pengamatan sinar
e. Daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap
f. Hilangnya daya akomodasi
g. Menurunnya lapang pandang/berkurang luas lapang pandang.
h. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
5. Sistem kardiovaskular
a. Katub jantung menjadi tebal dan kaku.
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunkan kontraksi dan volumenya.
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah :
Kurangnya efektiftas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk bias
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg. Tekanan darah tinggi diakibatkan oleh
meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, systole normal 95 mmHg.
6. Sistem repirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktifitas dari silia
c. Paru-paru kehilangan elastisitas
d. Kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan
kedalaman bernafas menurun.
e. Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
f. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
g. CO2 pada arteri tidak berganti
h. Kemampuan untuk batuk berkurang.
7. Sistem gastrointestinal
a. Kehilangan gigi
Penyebab utama adalah periodontal disease yang bias terjadi setelah umum 3 tahun. Penyebab yang lain
meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gusi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun
Adanya iritasi yang kronis dari selaput lender, atrofi indra pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin.
c. Esofagus melebar
d. Lambung
Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun) asam lambung menurun waktu mengosongkan makanan
menurun.
Peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi
Fungsi absorbs melemah (daya absorbsi terganggu)
e. Lever (hati)
Makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah
8. Sistemgenitourinaria
a. Ginjal
Mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun 50 %, penyaringan di glomerulus menurun
50 %, fungsi tubulus berkurang, akibatnya bertkurangnya kemampuan mengkonsentrasi urine, Bj urine
menurun, proteintiria (biasanya +1) BUN (meningkat s/d 21 mg%), nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
b. Vesika Urinaria
Otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml/menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat, meningkatnya retensi urine.
Pembesaran prostat 25% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun
c. Vagina
Atrofi vulva, selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi
menjadi berkurang, reaksi vitalnya menjadi lebih alkali, terjadi perubahan warna. Daya seksual orang-orang
yang masih tua juga masih membutuhkannya tidak ada batasan intim tertentu dimana fungsi seksual seseorang
berhenti, frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
9. Sistem endokrin
a. Produksi dari hamper semua hormone menurun
b. Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
c. Pituitary
d. Partumbuhan hormone ada tetapi lebih rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi
dari ACTH, TSH, FSU, clan LH. Menurunnya aktifitas tiroid
e. Menurunnya BMR, menurunnya daya pertukaran zat
f. Menurunnya produksi aldosteron
g. Menurunnya sekresi hormone kelamin, missal : progesterone, esterogen, testosterone, dan lain-lain.
10. Sistem kulit
a. Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lunak
b. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu
c. Rambut dalam hidung dan telinga menebal
d. Berkurangnya leastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi
e. Kuku jari menjadi keras dan rapuh
f. Kuku kaki timbuh belebihan dan seperti tanduk
g. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan frekuensinya
11. Sistem muskulo skeletal
a. Tulang kehilangan dari situ (cairan) dan makin rapuh
b. Khifosis
c. Pinggang, lutut- jari-jari, pergerakan terbatas
d. Disus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
e. Persendian membesar dan menjadi kaku
f. Tendon mengkerut dan mengalami slcerosis
g. Atrofi serabut otot sehingga pergerakan menjadi lamban, sering kram, dan menjadi tremor.
Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1. Perubahan fisik khususnya organ perasa
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan
5. Lingkungan
Perubahan kepribadian yang praktis :
Keadaan ini jarang terjadi lebih sering ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kelakukan finfilingkin
oleh karena faktor lain seperti penyakit.
Kenangan (memori)
Kenangan lama tidak berubah
1. Kenangan jangkan panjang berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan
2. Kenangan jangka penden/seketika 0 sampai dengan 10 menit kenangan buruk
Integrasi Questions (IQ)
1. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkalaan verbal.
2. Berkurangnya penampilan, presepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan tekanan dari faktor waktu.
Perubahan psikososial
1. Pension
Nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya. Identitas dikaitkan dnegan peranan dalam pekerjaan
2. Merasakan/sadar akan kematian
3. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit
4. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan: meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit
5. Kesepian akibat dari pengasingan sosial
6. Gangguan gizi kaibat kehilangan jabatan
7. Gangguan syaraf pancaindra timbul kebutaan dan ketulian
8. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman, dan family
9. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
10. Hilanngany kekuatan dan kelengkapan fisik
11. Perubahan konsep gambaran diri dan konsep diri.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA LANSIA
1. Ketidak mampuan perawatan diri : personal toilet sehubungan dengan keselamatan fungsi fisik, ditandai
dengan tidak mampu membersihkan salah satu bagian tubuh, mengguyurkan air, mengenali suhu air yang
sesuai, tidak mampu pergi ke toilet, tidak mampu berjalan sendiri, tidak mampu mengunakan pispot
2. Ketidakmampuan berjalan, bergerak, sehubungan dengan imobilisasi fisik yang ditandai dnegan tidak
mampu berjalan sendiri, tidak mampu melakukan aktifitas seperti biasa
3. Potensial injuri, sehubungan penurunan penglihatan, yang ditandai dengan penglihatan kabur
4. Perubahan nutrisi sehubungan dengan nyeri, rasa tak enak, discomfort, yang ditandai dnegan gigi ompong,
nafsu makan, berkurang, kelemahan neuro muscular
5. Potensial suicide, sehubungan dengan harga diri rendah, ditandai dnegan isolasi sosial, penurunan kekuatan
dan ketahanan
Gangguan konsep diri sehubungan dengan proses ketuaan ditandai dengan kulit keriput, gigi ompong,
penurunan penglihatan, penurunan pendengaran dan kelemahan fungsi fisik.
D. INTERVEMSO KEPERAWATAN
Diagnosa I
Tujuan : Pasien akan melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari tanpa pembatasan funsional dengan criteria
kemampuan perawatan diri meningkat.
Intervensi :
1. Sediakan fasilitas toilet
2. Kembalikan kemampuan perilaku toilet, dengan mengingatkan untuk sering toilet, hidarkan menahan bak
terlalu lama untuk mencegah retensi urine.
3. Libatkan keluarga untuk membantu perawatan sehari-hari
Diagnosa II
Tujuan : pasien mampu melaksanakan aktifitas sesuai kemampuan.
Intervensi :
1. Beri support untuk mempertahankan kemampuan
2. Awasi pasien berjalan sejauh 50 m
3. Awasi pasien berjalan didaerah yang licin/bertangga
4. Anjurkan berhenti jika tidak kuat
5. Atur perabotan rumah serapi mungkin
Diagnosa III
Tujuan : mencegah terjadinya injury kriteria pasien tidak jatuh.
Intervensi :
1. Atur ruangan
2. Beri penerangan yang cukup
3. Lantai jangan terlalu licin
4. Beri alat bantu berjalan
5. Awasi pasien dalam melaksanakan aktifitas dan motifasi untuk beraktifitas secara optimal
Diagnosa IV :
Tujuan : nutris psaien tercukupi
Intervensi :
1. Awasi pasien dalam makan dan kemungkinan tersedak
2. Awasi psaien saat memegang alat-alat makan
3. Awasi pasien memasukkan makanan ke mulut
4. Kolaborasi ahli gizi untuk pemberian makanan enak
5. Kolaborasi dengan dr. gigi untuk pemasangan gigi palsu
Diagnosa V:
Tujuan : bunuh diri dapat dihindari
Intervensi :
1. Motifsi untuk mempertahankan kemampuannya
2. Jauhkan dari barang yang membahayakan
3. Lakukan pendekatan pada pasien
4. Beri support pada pasien untuk pendekatan religious
Diagnosa VI
Tujuan : konsep diri positif
Intervensi :
1. Berikan motivasi tentang perujbahan fisik yang terjadi
2. Awasi turgor kulit/perubahan fisik yang terjadi
3. Ajarkan pasien komunikasi non verbal
4. Kolaborasi dokter untuk pemasangan alat bantu dengar/penglihatan
5. Kolaborasi dokter gigi untuk pemasangan gigi palsu
EVALUASI
1. Apa perngertian lansia ?
2. Perubahan apa sajaya yang terjadi pada lansia?
3. Diagnosa keperawatan apa saja yang mungkin muncul pada asuhan keperawatan jiwa lansia ?
DAFTAR PUSTAKA
1. Beck, CM, Rawlins Wiliams, SR, 1996, Mental Health Psikiatric Nursing, A Holistic Life-Cycle Approach,
St Louis, Mobsby co.
2. Boedhi Datmojo, 1999. Buku Ajar Geriatri, Ilmu Kesehatan Lansia, FKUI, Jakarta.
3. Fortinash, CN and Holiday, PA, 1991, Psichiatric Care Plan, St Louis, Mosby Year Book.
4. ------------, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa : Archiryani, Jakarta, EGC.
5. Kcliat, B.A. (1991). Kegawatdaruratan Pada Gangguan Alam Perasaan. Jakarta; Arcan
6. Keliat, B. A. 1992. Hubungan Terapeutik Perawat Klien. Jakarta. EGC.
7. Kumpulan Makalah Pelatihan Nasional Terapi Modalitas Keperawatan Profesional Jiwa, Lawang.
8. Oswari, 1997, Menyongsong Usia Lanjut Dengan Bugar Dan Bahagia. EGC., Jakarta.
9. Paquette, M., el a!. (1991). Psychiatric Nursing Diagnosisi Care Plans For DSM-Jll-R. Boston; Jones and
Bartlett Puslishing. Hal 37-40.
10. Saseno Dkk, 2002. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Mental Psikiatri. Magelang.
Akademi Keperawatan DepKes Magelang.
11. Shives, L.R. (1990). Basic Concepts Of Psychiatric-Mental Health Nursing (3rd.£d). Philadelphia: J.B.
Lippincott Company, hal 386-410.
12. Stuart, G. W, and Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC.
13. Stuart, G. W, and Sundeen, S.J. 1991. Poscket Guide to Psychiatric Nursing. (2nd.Ed). St Louis; MosbyYear Book.
14. Stuart, G. W, and Sundeen, S.J. 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC.
15. Stuart, GW and Sundeen, SJ, 1995, Prinsiple and Practise Of Psychiatric Nursing, St Louis, Mosby Year
Book.
16. Wahyudi Nugroho, 1992. Perawatan Lanjut Usia, EGC, Jakarta
17. Wilson, H.S., And Kneisl, C.R. (1992). Psychiatric Nursing. (4rd.ed). California; Addison-Wesley
Publishing.
Post date: 2016-04-04 14:42:53
Post date GMT: 2016-04-04 14:42:53
Post modified date: 2016-04-21 03:04:43
Post modified date GMT: 2016-04-21 03:04:43
Powered by [ Universal Post Manager ] plugin. MS Word saving format developed by gVectors Team www.gVectors.com
Download