Laki-Laki 52 Tahun dengan Pterigium Okuli Sinistra Grade Tiga dan

advertisement
Namira‫ ׀‬Laki-Laki52TahundenganPterigiumOkuliSinistraGradeTigadanKatarSenilisOkuliDekstra
Laki-Laki52TahundenganPterigiumOkuliSinistraGradeTigadanKatar
SenilisOkuliDekstra
NamiraCarolineErcho
FakultasKedokteran,UniversitasLampung
Abstrak
Pterigium adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang bersifat invasif dan degeneratif, berbentuk segitiga yang
tumbuh dari arah temporal maupun nasal konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra. Katarak senil adalah
kekeruhanlensadengannukleusyangmengerasakibatusialanjutyangbiasanyamulaiterjadipadausialebihdari50tahun.
Pasienlaki-laki,52tahundatangkePoliklinikMatadengankeluhanterdapatselaputberwarnaputihkecoklatandarisudut
tepiluarmatakearahtengahmatakirisejak1tahun.Selainitu,matakananpasienmengalamipenglihatankaburseperti
berkabutsejak1tahun.Padapemeriksaanoftalmologimatakanan,visusokulidextra(VOD)1/300cameraokulianterior
(COA)kedalamandangkal,lensakeruhmerata,shadowtest(-).Matakirivisusokulisinistra(VOS)6/60,ditemukanselaput
berbentuk segitiga dari arah temporal menuju pupil berwarna putih kecoklatan. Penatalaksanaan mata kiri dilakukan
ekstirpasipterigiumdenganteknikbaresclera.PenatalaksanaanmatakanandirencanakantindakanExtraCapsulerCataract
Extraction(ECCE)saatkataraksudahmenjadistadiummatur.
KataKunci:katarak,penatalaksanaan,pterigium
A52YearsOldManwithThirdGradePterygiumOculiSinistraandMature
SenileCataractOculiDextra
Abstract
Pterygium is an invasive and degenerative of fibrovascular tissue growth, triangular growth of temporal and nasal
conjunctival direction towards the cornea in interpalpebra area. Senile cataract is the opacification of lens nucleus
hardened who usually started at age of 50 years. A male patient, 52 years old came with complaints of brownish-white
membranefromtheouteredgeoftheeye’scornertowardthemiddleoflefteyesince1yearago.Inaddition,therighteye
patientexperiencedblurredfoggylikevisionsince1yearago.Onophthalmologyexaminationoftherighteye,thevisual
acuitywas1/300,shallowcameraoculianterior(COA),evenmurkylens,shadowtest(-).Thevisualacuityoflefteyewas
6/60, found a triangular membrane of the temporal direction toward pupil with brownish-white color. The management
waslefteyepterygiumextirpationwithbarescleratechnique.TherighteyewasplannedExtraCapsulerCataractExtraction
(ECCE)whenthecataracthasbeentomaturestage.
Keywords:cataract,management,pterygium
Korespondensi:NamiraCarolineErcho,S.Ked,[email protected]
Pendahuluan
Pterigiumadalahpertumbuhanjaringan
fibrovaskular yang bersifat invasif dan
degeneratif, berbentuk segitiga yang tumbuh
dari arah temporal maupun nasal konjungtiva
menuju kornea pada daerah interpalpebra.
Asal kata pterigium dari bahasa Yunani, yaitu
pteron yang artinya wing atau sayap. Hal ini
mengacu pada pertumbuhan pterigium yang
berbentuksayappadakonjungtivabulbi.1,2,3
Kasus pterigium yang tersebar di
seluruh dunia sangat bervariasi, tergantung
pada lokasi geografisnya, tetapi lebih banyak
didaerahiklimpanasdankering.Faktoryang
sering mempengaruhi adalah daerah dekat
ekuator. Prevalensi juga tinggi pada daerah
berdebu dan kering. Insiden pterigium di
Indonesia yang terletak di daerah ekuator,
yaitu13,1%.4,5,6
Insiden tertinggi pterigium terjadi pada
pasien dengan rentang umur 20-49 tahun.
Pasien dibawah umur 15 tahun jarang terjadi
pterigium. Rekuren lebih sering terjadi pada
pasien yang usia muda dibandingkan dengan
pasien usia tua. Laki-laki lebih beresiko 4 kali
daripada perempuan. Faktor herediter dan
infeksi Human Papiloma Virus (HPV) juga
merupakan
faktor
resiko
timbulnya
pterigium.7,8
Katarakmerupakanpenyebabkebutaan
di dunia saat ini yaitu setengah dari 45 juta
kebutaanyangada.9,10Sembilanpuluhpersen
dari penderita katarak berada di negara
berkembang seperti Indonesia, India dan
lainnya. Katarak juga merupakan penyebab
JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|119
Namira‫ ׀‬Laki-Laki52TahundenganPterigiumOkuliSinistraGradeTigadanKatarSenilisOkuliDekstra
utama kebutaan di Indonesia, yaitu 50 % dari
seluruh kasus yang berhubungan dengan
penglihatan.
Katarak senil adalah kekeruhan lensa
dengan nukleus yang mengeras akibat usia
lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia
lebihdari50tahun.Kataraksenilsecaraklinik
dibedakan dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur,matur,danhipermatur.10,11
Kasus
Pasienlaki-laki,usia52tahundatangke
Poliklinik Mata RSUD Ahmad Yani Metro
dengan keluhan terdapat selaput berwarna
putihkecoklatandarisudutdantepiluarmata
ke arah tengah mata kiri sejak 1 tahun.
Keluhan disertai rasa mengganjal dan mata
merah. Pasien sehari-hari sering terpapar
sinar matahari dan debu. Ibu pasien pernah
mengalami hal serupa. Selain itu, mata kanan
pasien mengalami penglihatan kabur sejak 1
tahun. Pasien mengatakan penglihatannya
seperti berkabut dan berlangsung terus
menerus sepanjang hari saat melihat dekat
maupun jauh. Namun, keluhan pada mata
kanan juga mengganggu aktivitas sama
denganmatakiri.
Pada pemeriksaan generalis, keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 72
x/menit,pernapasan18x/menit,suhu36,8°C.
Pemeriksaan kepala, leher, thoraks, abdomen
danekstremitasdalambatasnormal.
Pada pemeriksaan oftalmologi mata
kanan,visusokulidextra(VOD)1/300,kornea
jernih, ulkus (-), infiltrat (-), camera okuli
anterior (COA) kedalaman dangkal, bening,
pupil bulat, regular, sentral, ϴ 3 mm, reflek
cahaya direk dan indirek (-), lensa keruh
merata, shadow test (-), tensio okuli T dig N.
Padamatakiri,visusokulisinistra(VOS)6/60,
ditemukan selaput berbentuk segitiga dari
arah nasal dan temporal menuju pupil
berwarna putih kecoklatan yang batasnya
sudahlebihdari2mmmelewatilimbusnamun
tidak melebihi pupil saat dilatasi dilatasi
maksimal,korneajernih,lensajernihdantidak
ditemukanadanyainjeksikonjungtivaataupun
injeksisiliar.
Pasien ini didiagnosa sebagai okuli
sinistra pterigium grade 3 dan okuli dextra
kataraksenilismatur.Diagnosisbandingpada
pasien ini adalah OS pinguekula dan OS
pseudopterigium. Penatalaksanaan yang
JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|120
dilakukan pada pasien ini adalah operasi
ekstirpasipterigiumdenganteknikbaresclera.
Setelah itu, mata kanan pasien dilakukan
penatalaksanaan berupa ekstraksi katarak
dengan teknik Extra Capsuler Cataract
Extraction (ECCE)+pemasangan intraocular
lens (IOL). Penatalaksanaan mata kiri
dilakukan terlebih dahulu, dua minggu
kemudian dilakukan penatalaksanaan pada
matakanan.
Pembahasan
Pasien ini didiagnosa sebagai OS
pterigium grade 3 dan OD katarak senilis
matur dengan diagnosis banding OS
pinguekula dan OS pseudopterigium.
Pertumbuhan jaringan pada konjungtiva bulbi
bisa diakibatkan oleh suatu penyakit akibat
pinguekula,
pseudopterigium,
maupun
pterigium. Diagnosis pinguekula dapat
disingkirkan karena pinguekula tidak bisa
tumbuh hingga kornea, sedangkan pada
pasien ditemukan pertumbuhan jaringan
hingga mencapai kornea.12 Pseudopterigium
terjadi karena adanya tukak kornea akibat
suatu trauma. Pada pasien ini tidak ada
riwayat trauma dan pada tes sonde
menunjukkan hasil positif.13 Pterigium
merupakan diagnosis yang tepat pada pasien
ini karena tampak penebalan pada
konjungtiva bulbi dari arah temporal yang
berbentuk segitiga dengan bagian puncak
pterigium hampir melewati pinggir
pupil. Tampakan klinis ini merupakan
gambaran khas dari pterigium, yang
pertumbuhannya biasanya dari arah nasal
paling sering dan dari arah temporal dengan
apex atau puncaknya tumbuh ke arah sentral
kearahkornea.1,2,8
Pterigiummemiliki4grade.Grade1jika
pterigiumhanyaterbataspadalimbuskornea.
Grade2jikapterigiumsudahmelewatilimbus
dan belum mencapai pupil, tidak lebih dari 2
mm melewati kornea. Grade 3 jika pterigium
sudah melebihi stadium II tetapi tidak
melebihipinggiranpupilmatadalamkeadaan
cahaya normal (diameter pupil sekitar 3-4
mm). Grade 4 jika pertumbuhan pterigium
sudah melewati pupil sehingga mengganggu
penglihatan.1,14 Pada pemeriksaan oftalmologi
pasien ini didapatkan pertumbuhan jaringan
fibrovaskular tersebut sudah melebihi 2 mm
dari limbus, namun saat pupil dilatasi
Namira‫ ׀‬Laki-Laki52TahundenganPterigiumOkuliSinistraGradeTigadanKatarSenilisOkuliDekstra
maksimal, pertumbuhan jaringan tersebut
belummencapaipupil.
Pasien mengeluhkan adanya rasa
mengganjalpadamata.Rasamengganjalpada
mata bisa diakibatkan adanya peradangan di
palpebra, adneksa, ataupun segmen anterior.
Pada pasien tidak ditemukan adanya edema
pada palpebra dan adneksa, ataupun
peradangan pada konjungtiva. Tidak
ditemukan adanya sekret yang berlebih. Pada
pasien ditemukan adanya penebalan
konjungtivabulbihinggakorneadimanahalini
dapat mengakibatkan ada rasa ganjalan pada
matasaatberkedip.1,2,14
Indikasioperasipterigiumantaralain(1)
pterigium yang menjalar ke kornea sampai
lebih 3 mm dari limbus, (2) pterigium
mencapai jarak lebih dari separuh antara
limbus dan tepi pupil, (3) pterigium yang
sering memberikan keluhan mata merah,
berairdansilaukarenaastigmatismus,dan(4)
kosmetik, terutama untuk penderita wanita.
Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan
operasi ekstirpasi pterigium dengan teknik
baresklera.14,15,16
Ada beberapa teknik yang dapat
digunakan sebagai penatalaksanaan operatif
pterigium.14,17
1.
Teknik Bare Sclera. Melibatkan eksisi
kepala dan tubuh pterigium, sehingga
memungkinkan sclera untuk epitelisasi.
Tingkat kekambuhan tinggi, antara 2489%.
2.
Teknik Autograft Konjungtiva. Tingkat
kekambuhan dilaporkan lebih rendah
sekitar 2-40 % pada beberapa studi.
Pengambilan autograft biasanya dari
konjungtiva bulbar supero-temporal
dan dijahit di atas sklera yang telah di
eksisipterigium. Komplikasi jarang
terjadi, dan untuk hasil optimal
ditekankan pentingnya pembedahan
secara hati-hati jaringan Tenon's dari
graftkonjungtivadanpenerima.
3.
Cangkok
Membran
Amnion.
Mencangkok membran amnion juga
digunakan
untuk
mencegah
kekambuhanpterigium.Meskipun
keuntungkan
dari
penggunaan
membran
amnion
ini
belum
teridentifikasi, sebagian besar peneliti
menyatakan bahwa membran amnion
berisi
faktor
penting
untuk
menghambat peradangan, fibrosis, dan
pertumbuhan
pterigium.
Tingkat
kekambuhan2,6-37,5%.
Tingkat kekambuhan tinggi yang terkait
denganoperasimasihmenjadimasalah.Studi
menunjukkan bahwa tingkat rekurensi dapat
diminimalkan dengan pemberian terapi
tambahan Mitomycin-C (MMC), namun ada
komplikasi dari terapi tersebut. MMC
digunakan sebagai pengobatan tambahan
karena kemampuannya untukmenghambat
fibroblas. Namun, dosis minimal yang aman
dan efektif belum ditentukan.18,19 Ada 2
bentuk cara penggunaan MMC. Pertama,
aplikasi intraoperative MMC langsung ke
sclera setelah eksisi pterygium. Kedua,
penggunaan obat tetes mata MMC topikal
setelahoperasi.Beberapapenelitiansekarang
menganjurkan penggunaan MMC hanya
intraoperatif
untuk
mengurangi
toksisitas.18,19,20BeberapapreparatMMCyang
biasadigunakan:
1.
Mitomycin C 0,02 % tetes mata
(sitostatika) 2x1 tetes/hari selama 5
hari, bersamaan dengan pemberian
dexamethasone 0,1 %: 4x1 tetes/hari
kemudian tappering off sampai 6
minggu.
2.
Mitomycin C 0,04 % (0,4 mg/ml): 4x1
tetes/hari selama 14 hari, diberikan
bersamaan dengan salep mata
dexamethasone.
3.
SinarBeta.
4.
Topikal Thiotepa atau triethylene
thiophosphasmide tetes mata: 1 tetes/
3 jam selama 6minggu, diberikan
bersamaan dengan salep antibiotik
Chloramphenicol, dan steroid selama 1
minggu.
Beta iradiasi juga digunakan untuk
mencegah kekambuhan, karena menghambat
mitosis pada sel-sel dengan cepat dari
pterigium,meskipuntidakadadatayangjelas
dari angka kekambuhannya. Namun beta
iridasiinimemilikiefekburukradiasitermasuk
nekrosis sklera, endophthalmitis, dan
pembentukan katarak sehingga saat ini tidak
direkomendasikan.21
Penatalaksanaanpadapasieniniadalah
denganmenggunakanteknikbaresclera.Pada
pasien ini tidak diberikan terapi tambahan
berupaMMCmaupunbetairidasisepertiyang
telah dipaparkan. Hal ini disebabkan oleh
belumtersedianyaMMCdanbetairidasipada
RSUD Ahmad Yani Metro. Setelah dilakukan
JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|121
Namira‫ ׀‬Laki-Laki52TahundenganPterigiumOkuliSinistraGradeTigadanKatarSenilisOkuliDekstra
operasi,pasieninimendapatkanterapiberupa
Pada mata kanan, pasien mengeluhkan
obat tetes mata Cendo Cytrol drop yang
penglihatan mata kabur sejak 1 tahun. Mata
mengandungdexamethasone0,1%,neomisin
kabur dapat disebabkan oleh kelainan yang
sulfat 3,5 mg/mL, polimiksin B sulfat 6000
timbul mulai dari bagian mata anterior, mata
IU/mL. Obat tetes mata ini diberikan 4-6 kali
posterior, dan jaras visual neurologik. Jadi,
sehari 1-2 tetes. Tujuan pemberian obat ini
harus dipertimbangkan pengeruhan atau
adalah untuk pencegahan infeksi yang
gangguan pada media, perdarahan dalam
mungkintimbulsetelahoperasi.
vitreus,gangguanfungsiretina,nervusoptikus
Komplikasi pre operatif dan post
atau jaras visual intrakranial atau
22
operatifdapattimbulpadapasienpterigium. pembentukan fibrovaskular. Pada pasien
Komplikasiyangdapattimbulpadapterygium,
ditemukan lensa yang keruh merata pada
adalah distorsi dan penglihatan berkurang,
matakananyangditandaidenganshadowtest
mata merah, iritasi, scar atau jaringan parut
negatif sehingga pasien didiagnosa dengan
kronispadakonjungtivadankornea,danpada
katarak senilis matur pada Tabel 1.23
pasien yang belum eksisi, scar pada otot
Penatalaksanaanuntukmatakananpasienini
rectus medial dapat menyebabkan terjadinya
direncanakanakandilakukanekstraksikatarak
diplopia.
ekstracapsuler dengan teknik Extra Capsuler
Komplikasiposteksisipterygium,adalah
Cataract Extraction (ECCE) ditambah dengan
infeksi, reaksi bahan jahitan (benang),
pemasangan
Intaocular
Lense
(IOL).
diplopia, scar cornea, conjungtiva graft
Penatalaksanaan telah dilakukan dua minggu
longgar dan komplikasi yang jarang termasuk
paskapenatalaksanaanmatakiri.24,25
perforasi bola mata, vitreous hemorrhage
Setelah penatalaksanaan mata kanan,
atau retinal detachment. Penggunaan
pasien mendapatkan terapi medikamentosa
mytomicinCpostoperasidapatmenyebabkan
berupaobattetesmataCendoCitroldropdan
ectasia atau melting pada sclera dan kornea.
salep Gentamisin. Cendo cytrol drop memiliki
Komplikasi yang terbanyak pada eksisi
fungsidancarapenggunaanyangsamaseperti
pterygium adalah rekuren pterygium post
ketika diberikan pada terapi pterygium pada
operasi.
mata kiri pasien. Salep gentamisin diberikan
Prognosis pasien dengan pterigium
1x1 pada mata kanan pada malam hari
adalah dubia ad bonam. Pasien dapat
sebelum tidur. Sedangkan, salep gentamisin
beraktivitas lagi setelah 48 jam post operasi.
diberikan juga untuk mencegah komplikasi
Pasien dengan pterigium rekuren dapat
yangtimbulpaskaoperasikatarak.Komplikasi
dilakukan eksisi ulang dan graft dengan
yang dapat timbul paska ekstraksi katarak
konjungtiva autograft atau transplantasi
denganteknikECCEantaralainadalahinfeksi,
20
membran amnion. Prognosis pasien ini baik.
astigmatisme, dan drop lense. Prognosis pada
Namun masih ada kemungkinan untuk
pasien post operasi katarak secara umum
terjadinya rekurensi akibat dari teknik bare
baik. Kemungkinan untuk terjadi rekurensi
sclera
yang
digunakan
sebagai
tidakadadikarenakanlensapasienyanglama
penatalaksanaan pada pasien ini. Pasien juga
telahdigantikandenganyangbarusaatproses
diberikan edukasi berupa informasi mengenai
ekstraksi.
pentingnya dilakukan graft konjungtiva bila
terjadirekurensi.
Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairanlensa
Normal
>>
Normal
<<
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
COA
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudutbilikmata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadowtest
(-)
(+)
(-)
+/-
Visus
(+)
<
<<
<<<
Penyulit
(-)
Glaukoma
(-)
Uveitis+glaucoma
Tabel1.PerbedaanStadiumKatarak.1,2
JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|122
Namira‫ ׀‬Laki-Laki52TahundenganPterigiumOkuliSinistraGradeTigadanKatarSenilisOkuliDekstra
Simpulan
PasiendidiagnosasebagaiOSpterigium
grade 3 dan OD katarak senilis matur.
Penatalaksanaan pterigium yang dilakukan
adalah ekstirpasi pterigium dengan teknik
bare sklera. Penatalaksanaan katarak senilis
matur dilakukan dengan ECCE dan
pemasangan IOL. Prognosis pada pasien ini
adalah dubia ad bonam. Pasien dapat
beraktivitas kembali setelah 48 jam post
operasi.
DaftarPustaka
1.
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-6.
Jakarta:FakultasKedokteranUniversitas
Indonesia;2006.
2.
Laszuarni. Prevalensi Pterigium di
Kabupaten Langkat [tesis]. Medan:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas
Kedokteran
Universitas
SumateraUtara;2009.
3.
Voughan, Asbury. Oftalmologi Umum
Edisike-17.Jakarta:EGC;2010.
4.
Qing-fengL,LiangX,Xiu-yingJ,Qi-sheng
Y, Xiao-Hui Y, Tong-tong C.
EpidemiologyofPterygiuminagedrural
population of Beijing, China. Chinese
MedJ.2010;123:1699-701.
5.
Pula JS, Thorn F, Cruz AAV. Prevalence
ofpterygiumandcataractinindigenous
populations in the Brazilian Amazon
RainForest.Eye.2006;20:533-6.
6.
TanCSH,LimTH,KohWP,LiewGC,Hoh
ST, Tan CC, et al. Epidemiology
pterygium on a tropical island in the
RiauArchipelago.Eye.2006;20:908-12.
7.
Perdami. Ilmu Penyakit Mata Untuk
Dokter
Umum
&
Mahasiswa
Kedokteran.Jakarta:Perdami;2006.
8.
Bradley JC, Yang W, Bradley RH, Reid
TW,SchwabIR.Thescienceofpterygia.
BrJOphtalmol.2010;94:815-20.
9.
Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Clinical
Approach
to
Depositions
and
Degenerations of the Conjungtiva,
Cornea,andSclera.In:ExternalDisease
and Cornea. American Academy of
Ophtalmology.2008;8-13:366.
10. Abraham AG, Condon NG, Gower EW.
The New Epidemiology of Cataract.
OphtalmolClinNAm.2006;19:415-25.
11. Robman L, Taylor H. External factors in
thedevelopmentofcataract.Eye.2005;
19:1074-82.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Viso E, Gude F, Rodriguez-Ares MT.
Prevalenceofpingueculaandpterygium
in a general population in Spain. Eye.
2011;25:350-7.
Katsuta O, Shinomiya K, Mochizuki T,
Kikkawa C, Yoshimi M, Ikuse T.
Pseudopteygium: Unique Conjuctival
Stricture Observed in Japanese White
Rabbit. J Toxicol Pathol. 2008; 21:23941.
Hirst LW, Axelsen RA, Schwab I.
PterygiumandAssociatedOculaSurface
Squamous Neoplasia. Arch Ophtalmol.
2009;127(1):31-2.
Ang LP, Chua JL, Tan DT. Current
concepts and techniques in pterygium
treatment.CurrOpinOphthalmol.2007;
18:308-13.
Alpay A, Ugurbas SH, Erdogan B.
Comparing tehniques for pterygium
surgery. Clin Ophthalmol. 2009; 3:6974.
Detorakis
ET,
Spandidos
DA.
Pathogenetic
mechanisms
and
treatment options of ophthalmic
pterygium: Trends and perspectives
(Review).IntofJMolecularMed.2009;
23:439-47.
Narsani AK, Nagdev PR, Memon MN.
Outcome of Reccurent Pterygium with
Intraoperative 0,02 % Mitomycin C and
FreeFlapLimbalConjunctivalAutograft.
J of the Col of Phys and Sur Pakistan.
2013;23(3):199-202.
Altiparmak UE, Katircioglu YA, Yagci R,
Yalniz Z, Duman S. Mitomycin C and
conjuctival autograft for recurrent
pterygium. Int Ophthalmol. 2007;
27:339-43.
Mahar PS, Manzar N. Pterygium
Recurrence Related to Its Size and
Corneal Involvement. J of the Col of
PhysandSurPakistan.2013;23(2):1203.
Kau HC, Tsai CC, Lee CF, Kao SC, Hsu
WM, Liu JH, et al. Increased oxidative
DNA
damage,
8-hydroxydeoxyguanosine, in human pterygium. Eye.
2006;20:826-31.
Fernandes M, Sangwan VS, Bansal AK,
Gangopadhyay M, Sridhar MS, Garg P,
et al. Outcome of pterygium surgery:
analysis over 14 years. Eye. 2005;
19:1182-90.
JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|123
Namira‫ ׀‬Laki-Laki52TahundenganPterigiumOkuliSinistraGradeTigadanKatarSenilisOkuliDekstra
23.
24.
Kessel L, Haargaard B, Boberg-Ans G,
HenningV.TimeTrendsinIndicationfor
Cataract Surgery. J Clinic Experiment
Ophthalmol.2011;2(7):1-4.
VenkateshR,MuralikrisnanR,BalentLC,
Prakash SK, Prajna NY. Outcomes of
High Volume Catarct Surgeries in a
JMedulaUnila|Volume4|Nomor2|Desember2015|124
25.
Developing Country. Br J Ophthalmol.
2005;89:1077-83.
Rahman I and Jones NP. Long-terms
results of cataract extractions with
intraocularlensimplantationsinpatient
with uveitis. Eye. 2005; 19:191-7.
Download