INTISARI Outcome klinis pasien di rumah sakit masih berbeda walaupun diagnosis sama. Katarak senilis merupakan salah satu penyakit tersering penyebab kebutaan dengan prevalensi tinggi. Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa penerapan clinical pathway di rumah sakit dapat memperbaiki outcome klinis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan clinical pathway terhadap outcome pasien katarak senilis pasca operasi fakoemulsifikasi di RSI Sultan Agung Semarang. Studi observasional analitik dengan rancangan cohort retrospective ini dilakukan pada 160 pasien katarak senilis yang menjalani operasi fakoemulsifikasi di RSI Sultan Agung Semarang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok sebelum dan sesudah penerapan clincal pathway dengan pembagian 80 sampel setiap kelompok. Data penerapan clincal pathway dilihat dari formulir clinical pathway, data hasil visus dibedakan antar kedua mata yang diperoleh dari catatan rekam medis. Data penelitian dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil visus sebelum penerapan clinical pathway pada mata kanan dengan outcome baik sebanyak 31 mata, outcome sedang 49 mata. Pada mata kiri outcome baik 49 mata, outcome sedang 49 mata. Sesudah penerapan clinical pathway hasil visus mata kanan dengan outcome baik 73 mata, outcome sedang 7 mata. Pada mata kiri outcome baik 75 mata, outcome sedang 5 mata. Hasil uji Chi Square menunjukkan terdapat pengaruh bermakna antara penerapan clinical pathway terhadap outcome pasien katarak senilis pasca operasi fakoemulsifikasi dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan clinical pathway terhadap outcome pasien katarak senilis pasca operasi fakoemulsifikasi di RSI Sultan Agung Semarang. Kata kunci : Clinical pathway, Katarak Senilis, Outcome, Visus xiii