Benedicta Mutiara Suwita Dwi Wicaksono Mario Markus Nugraha Reiva Wishdarilla MD Pada suatu kegiatan bakti sosial di Kecamatan Kirana didapatkan 347 pasien dengan tajam penglihatan kurang dari 6/18. 10% dari jumlah tersebut merupakan kategori buta dan 20% nya sever visual impairment. Data demografik kecamatan tersebut adalah sebagai berikut: • • • Jumlah penduduk 245.000 Rasio penduduk laki – laki : perempuan = 1 : 1,8 Kelompok umur: – – – – – – • 0 – 15 tahun 16 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun 51 – 60 tahun > 60 tahun : 73.500 jiwa : 30.250 jiwa : 35.750 jiwa : 44.250 jiwa : 40.250 jiwa : 21.000 jiwa Jumlah penduduk miskin 20% dari populasi. Kecamatan ini merupakan sebuah daerah di pesisir pantai dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai nelayan dan bekerja di ladang. Fasilitas kesehatan yang terseda hanyalah Puskesmas kecamatan serta tenaga perawat dan bidan serta kader. Dokter ahli mata hanya ada di RS kabupaten yang berjarak 350 km dari kecamatan tersebut. Apa saja 3 kemungkinan penyebab gangguan penglihatan yang paling sering didapatkan pada populasi masyarakat dengan karakteristik di atas? WHO. Global Data of Visual Impairments 2010. Diunduh dari: http://www.who.int/blindness/GLOBALDATAFINALforweb.pdf pada tanggal 18 Maret 2013 pukul 20.00 WIB. Departermen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Apa penyebab kebutaan paling mungkin pada kelompok masyarakat ini? WHO. Global Data of Visual Impairments 2010. Diunduh dari: http://www.who.int/blindness/GLOBALDATAFINALforweb.pdf pada tanggal 18 Maret 2013 pukul 20.00 WIB. Apa saja faktor resiko kasus penyebab kebutaan sesuai karakteristik masyarakat ini sesuai dengan data penelitian ilmiah yang ada (evidence based)? “Pada kelompok masyarakat pesisir, nelayan adalah kelompok masyarakat yang rawan kemiskinan dikarenakan pekerjaannya pekerjaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan musim, sehingga dalam setahun ratarata nelayan hanya dapat melaut dalam 172 hari.” -Menkes Terkait higienitas, PHBS, edukasi, dan akses kesehatan. Jumlah: 20% populasi. Ministry of Health Republic of Indonesia. Peningkatan Kesehatan Masyarakat Peisisir. Available at: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2237-peningkatan-kesehatanmasyarakat-pesisir.html FAKTOR RESIKO KOMUNITAS Katarak • Usia – 45-64 tahun: 492,2 /100.000 – Komunitas: 105.000 jiwa (43% komunitas) – Total: ~500 orang • Pajanan UVB • Gender – Risiko wanita > Pria (1,8:1) Glaukoma • Usia – 2% > 40 tahun – Up to 10% pada > 80 tahun – 50% mungkin undiagnosed • Asia: acute angle-closure glaucoma • Penyakit sistemik: Hipertensi (HT) – Salah satu komunitas HT Indonesia: Nelayan – 45,7% pasien OAG juga punya HT Allen D. Cataract. BMJ Clinical Evidence. Web publication date: 01 April 2007 (based on October 2006 search). Accessed July 1, 2008. Taylor HR. Epidemiology of age-related cataract. Eye (Lond). 1999 Jun;13 ( Pt 3b):445-8. Moeller SM, Voland R, Tinker L, Blodi BA, Klein ML, Gehrs KM, et al. Associations between age-related nuclear cataract and lutein and zeaxanthin inthe diet and serum in the Carotenoids in the Age-Related Eye Disease Study, an Ancillary Study of the Women's Health Initiative. Arch Ophthalmol. 2008 Mar;126(3):354-64. Mitchell P, Lee AJ, Wang JJ. Open-angle glaucoma and systemic hypertension: the blue mountains eye study. J Glaucoma. 2004 Aug;13(4):319-26. ARIYANTO (2006). Faktor-faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Nelayan Di Pelabuhan Tegal. Undergraduate thesis, Diponegoro University. FAKTOR RESIKO KOMUNITAS Penyakit Mata Infeksi • Terutama: Trachoma – Tertinggi pada anak (K: 73.500 jiwa) – Prevalen pada masyarakat miskin dan kumuh – Infeksi: berisiko besar berkembang menjadi katarak di kemudian hari. Xerophtalmia • Kekurangan vitamin A – Gizi buruk – Akses nakes kurang – Angka infeksi anak (PHBS) Chandra Eka Putra, et al. Bakteri Patogen pada Mata dan Kulit. Olitsky SE, Hug D, and Smith LP. Abnormalities of the eye. In: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, eds. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th ed. St. Louis, MO: WB Saunders; 2007; chap 627. AKSES KESEHATAN “Kebutaan di Indonesia sebenarnya bisa diatasi dan dicegah. Namun, sebagian besar masyarakat Indonesia yang mengalami kebutaan sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Mahalnya biaya pengobatan untuk buta (katarak) menjadikan masyarakat enggan untuk mengobatinya, apalagi mencari pengetahuan yang mencukupi.” - Direktur Bina Upaya Kesehatan (BUK) Dasar Kemkes 2012, dr. Dedi Kuswenda pada Hari Penglihatan Sedunia (World Sight Day/WSD) 2012. Kegiatan apa yang dapat diusulkan untuk mengatasi masalah kebutaan pada masyarakat ini? • Preventif – Edukasi / penyuluhan (faktor resiko, proses penyakit, dan upaya pencegahan) – Skrining penyakit mata • Kuratif – Koreksi dengan lensa – Operasi (mis: katarak) • Rehabilitatif – Pelatihan sensorik (penggunaan indra lain dan penajamannya) – Pengembangan konsep (pembelajaran konsep spasial dan pemahaman struktur – struktur dasar) – Kemampuan motorik: • Pelatihan pergerakan melalui gerakan rolling, amphibian crawl, creeping, dan berjalan melalui suara. • Maturasi refleks melalui modulasi sensitivitas sensorik. • Penggunaan tangan untuk eksplorasi dan manipulasi. • Pengurangan rasa takut melalui introduksi rangsang vestibular dan proprioseptif. Taken from Power Point presentation “Rehabilitasi Penginderaan”, compiled by Luh Karunia Wahyuni. Departemen Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSCM-FKUI. Taken from Power Point presentation “Penginderaan dalam Perspektif Kedokteran Komunitas”, compiled by Muchtarudin Mansyur. Apa materi penyuluhan yang dapat diberikan untuk pencegahan masalah penglihatan pada masyarakat? • Edukasi mengenai penyakit penyebab gangguan penglihatan yang sering terjadi pada daerah tersebut (katarak, infeksi, dll) • Edukasi untuk menjaga kebersihan wajah dan tangan • Edukasi untuk memakai topi/caping saat bekerja di laut/ladang (melindungi mata dari sinar UV) • Edukasi pentingnya memeriksakan kesehatan mata secara berkala ke puskesmas, bahkan jika belum ada keluhan (pemeriksaan tajam penglihatan → koreksi kelainan refraksi, deteksi katarak dan penurunan visus; pemeriksaan mata lainnya; mendapatkan suplemen vitamin A khususnya untuk anak-anak) Mandang JHA. Penyebab kebutaan di Indonesia. Jakarta. Manado : fakultas kedokteran universitas sam ratulangi. 1981. p. 1-9 Terimakasih. pertanyaan • Calvin: bagaimana prevalensi kejadian pterigium (faktor risiko UV)? – Pterigium baru menebabkan gangguan penglihatan/ kebutaan saat tahap yang lanjut (menutup pupil, invasi kornea sehingga terjadi perubahan kelengkungan kornea). Berdasarkan evidence based prevalensi penyebab kebutaan oleh pterigium lebih kecil • Hanifah: Bagaimana edukasi untuk katarak dan pemeriksaan skrining mata? – Edukasi lebih diutamakan untuk masyarakat yang belum mengalami gangguan penglihatan (usia produktif 41-50 thn), sedangkan untuk yang sudah terkena dapat melakukan pengobatan seperti operasi. Untuk usia yang lebih muda dapat dilakukan edukasi untuk pencegahan pajanan risiko katarak (UV, dll) – Edukasi bahwa kebutaan dapat dicegah & diobati – Edukasi pada petugas kesehatan (perawat, kader) agar bisa mengenali katarak • Michael: Bagaimana keterkaitan infeksi dengan katarak? Bagaimana pencegahan agar infeksi tidak menjadi? – Inflamasi di bilik mata depan yang membuat katarak komplikata (uveitis) – Konjungtivitis tidak menyebabkan katarak – Edukasi medical care agar tidak menggunakan steroid jangka panjang (mata merah, konjungtivitis) • Low vision : 6/18 -3/60 • Buta : <3/60 (tajam penglihatan terbaik setelah koreksi)