PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN

advertisement
PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
DAN PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP
SISTEM MONETER INDONESIA
(Suatu Kajian Konseptual)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Rahmat Fauzi Iswan
NIM: 104046101692
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Agustus 2008
Rahmat Fauzi Iswan
PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
DAN PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP
SISTEM MONETER INDONESIA
(Suatu Kajian Konseptual)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
Rahmat Fauzi Iswan
NIM: 104046101692
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
DR. H. Anwar Abbas, MA
Siti Najma, S.Ag, MM
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi
berjudul
PELUANG
DINAR
DALAM
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL DAN PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM
MONETER INDONESIA (Suatu Kajian Konseptual) telah diujikan dalam Sidang
Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at, 19 September 2008. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada
Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 22 September 2008
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua
: DR. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 150 289 264
(………………...)
2. Sekretaris
: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH
NIP. 150 318 308
(………………...)
3. Pembimbing I
: DR. H. Anwar Abbas, MA
NIP. 131 273 007
(………………...)
4. Pembimbing II
: Siti Najma, S. Ag, MM
NIP.
(………………...)
5. Penguji I
: Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (………………...)
NIP. 150 210 422
6. Penguji II
: Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH
NIP. 150 318 308
(………………...)
ABSTRAKSI
Rahmat Fauzi Iswan, 104046101692, “Peluang Dinar dalam Perdagangan
Internasional dan Peluang Pengaruhnya terhadap Sistem Moneter Indonesia (Suatu
Kajian Konseptual)”, Program Strata I, Kosentrasi Perbankan Syariah, Program Studi
Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008.
Penelitian ini berbentuk studi kepustakaan yang mencoba mendiskripsikan
secara jelas tentang peluang penerapan dinar sebagai alat transaksi perdagangan
internasional dengan menggunakan beberapa data perdagangan luar negeri. Serta
mencoba menjelaskan tentang kemungkinan pengaruhnya terhadap perdagangan luar
negeri Indonesia, sistem moneter dan perbankan nasional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang
memiliki potensi yang cukup besar untuk menerapkan dinar sebagai alat transaksi
perdagangan luar negeri, khususnya perdagangan secara bilateral dengan negaranegara muslim sebagai mitra dagangnya. Dengan menggunakan data perdagangan
pada tahun 2007, penggunaan dinar bisa mengurangi penggunaan dolar sebesar 12%
untuk ekspor dan sekitar 6% untuk impor. Di samping itu, penggunaan dinar akan
memberikan surplus perdagangan dalam bentuk uang dinar yang akan menjadi
cadangan emas Indonesia yang tentunya akan berpengaruh kepada jumlah mata uang
rupiah yang beredar serta nilai rupiah itu sendiri, karena rupiah ditopang dengan
cadangan emas.
Penggunaan dinar dalam perdagangan bilateral akan melibatkan peran serta dari
Bank Indonesia dan perbankan nasional yang terdiri dari perbankan konvensional dan
perbankan syariah. Keterlibatan industri perbankan tersebut, tidak hanya berpengaruh
terhadap segi finansial dan kinerja bank, tetapi juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan perbankan nasional. Penggunaan dinar juga akan berpengaruh terhadap
hubungan kerjasama negara-negara muslim melalui peningkatan perdagangan yang
pada akhirnya akan mempererat tali persatuan dan kesatuan negara-negara muslim di
dunia.
Sudah seharusnya Indonesia menggunakan dinar sebagai alat transaksi
perdagangan luar negeri, karena penggunaan dinar tidak hanya berpengaruh terhadap
sistem moneter, tetapi juga terhadap persatuan dan kesatuan seluruh negara muslim.
Penggunaan dinar bisa dimulai dengan menerapkannya dalam perdagangan bilateral
dengan Malaysia. Malaysia adalah pelopor penggunaan dinar sebagai alat transaksi
internasional negara muslim, serta Malaysia adalah negara partner dagang utama
Indonesia dari kawasan OKI yang nilai ekspor dan impornya terhadap Indonesia lebih
besar dibandingkan dengan negara muslim lainnya.
KATA PENGANTAR
‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮّﺣﻤﻦ اﻟﻠﺮﺣﻴﻢ‬
Segala puja dan puji syukur hanya ke hadirat Allah swt, penggenggam
semesta alam ini, atas izin dan kuasa-Nyalah penulis dapat menikmati proses
penyelesaian skripsi ini sebagai tugas akhir dari perkuliahan yang telah penulis jalani.
Shalawat teriring salam senantiasa tercurahkan atas baginda Rasulullah saw,
suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia, rindu kami padamu Ya Rosul para
pengikutmu semoga terbalas di hari kemudian nanti.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Kepada Ibunda, Warna Baiti dan Ayahanda Syamsul
Amri, bakti dan doa penulis selalu menyertai. Mereka yang juga terlibat secara
langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis
ucapkan terima kasih, semoga Allah membalas semuanya. Kepada:
1. Bapak Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M. Ag dan Bapak Ah. Azharudin Lathif, M. Ag, selaku Ketua
Program Studi dan Sekretaris Program Studi Muamalah Ekonomi Islam Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak DR. H. Anwar Abbas, MA dan Ibu Siti Najma S. Ag., MM, selaku
pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Fakultas, yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis untuk mengadakan studi perpustakaan.
5. Jajaran dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
menyampaikan ilmunya dengan penuh ikhlas dan dedikasi yang baik, semoga
ilmu ini bermanfaat bagi penulis dan dapat menjadi amal bagi mereka.
6. Seluruh pimpinan dan staf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan akademik yang telah penulis dapatkan.
7. Sdri. Riri Rizkiyah, kekasih penulis yang selalu memotivasi dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2004, “bocah rusuh” warga PS D 04, warga IKPAN (Ikatan
Keluarga Besar Pondok Pesantren Annajah) Jakarta, semoga perjuangan kita
senantiasa diridhai Allah swt.
Semoga kebaikan dan bantuan mereka dibalas oleh Allah swt. Akhir kata
semoga skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan bidang Ekonomi Syariah.
Wallohu muwafiq ila aqwamit thoriq…
Ciputat, 17 Agustus 2008
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................iii
ABSTRAKSI...............................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................v
DAFTAR ISI..............................................................................................................vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................................6
C. Tujuan dan Manfaat/Kegunaan Penelitian............................................7
D. Kajian Pustaka.......................................................................................8
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep...............................................10
F. Metode Penelitian................................................................................11
G. Sistematika Penulisan..........................................................................13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dinar
1. Sejarah Dinar dan Standar Emas
a. Sejarah Dinar...........................................................................15
b. Standar Emas...........................................................................17
2. Perkembangan Dinar.....................................................................19
3. Alasan dan Keunggulan dari Penggunaan Dinar
a. Uang yang Stabil.....................................................................24
b. Alat Tukar yang Tepat.............................................................25
c. Mengurangi Spekulasi, Manipulasi dan Arbitrasi...................25
4. Mata Uang Ideal untuk Perdagangan Internasional.......................26
5. Keandalan Dinar sebagai Alat Pembayaran..................................29
BAB III
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
A. Pengertian, Sejarah dan Manfaat Perdagangan Internasional
1. Pengertian Perdagangan Internasional..........................................31
2. Sejarah Perdagangan Internasional................................................31
3. Manfaat Perdagangan Internasional..............................................33
B. Perdagangan Internasional Indonesia
1. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia.................................34
a. Ekspor dan Impor Berdasarkan Kelompok Negara...................36
b. Ekspor dan Impor Berdasarkan Kawasan Kerjasama................37
c. Ekspor dan Impor Berdasarkan Negara Tujuan dan Asal..........38
d. Produk Ekspor dan Impor Indonesia.........................................41
2. Perkembangan Perdagangan Indonesia dengan Negara OKI........46
C. Sistem Moneter
1. Target Sistem Moneter..................................................................52
2. Indikator Sistem Moneter..............................................................52
3. Instrumen Sistem Moneter............................................................53
D. Sistem Moneter Indonesia...................................................................53
E. Perbankan Nasional.............................................................................57
BAB IV PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
DAN
PELUANG
PENGARUHNYA
TERHADAP
SISTEM
MONETER INDONESIA
A. Peluang Dinar dalam Perdagangan Internasional
1. Implementasi Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional
a. Peran Dinar dalam Perdagangan................................................60
b. Penggunaan Dinar Emas............................................................61
2. Dampak Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional.....62
3. Analisis
SWOT
terhadap
Dinar
dalam
Perdagangan
Internasional..................................................................................63
B. Peluang Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia
1. Regulasi
Penerapan
Dinar
dalam
Perdagangan
Bilateral
Indonesia........................................................................................67
2. Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Negara OKI..................68
3. Model Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Menggunakan
Dinar..............................................................................................71
4. Analisis SWOT terhadap Peluang Dinar dalam Perdagangan
Bilateral Indonesia.........................................................................74
C. Dampak dan Kemungkinan Pengaruh Penggunaan Dinar terhadap
Sistem Moneter Indonesia
1. Pengaruh terhadap Perdagangan Luar Negeri...............................79
2. Pengaruh terhadap Sistem Moneter...............................................81
a. Jumlah Uang yang Beredar........................................................82
b. Nilai Rupiah dalam Negeri........................................................83
3. Pengaruh terhadap Industri Perbankan
a. Dampak terhadap Bank Indonesia (BI)....................................85
b. Dampak terhadap Perbankan Konvensional dan Perbankan
Syariah.....................................................................................86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................89
B. Saran....................................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................93
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Uang merupakan suatu benda yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi
kebutuhan hidup dengan cara melakukan pertukaran dan perdagangan barang dan
jasa. Selain itu, uang berfungsi sebagai standar ukuram nilai harga dan media
penyimpan kekayaan. Dalam skala global, uang memiliki peranan penting dalam
aktifitas perekonomian dunia. Uang menjadi media pertukaran barang dan jasa
internasional serta uang menjadi dasar dari sistem moneter dunia, bahkan uang
juga bisa digunakan untuk membeli dan menguasai sumber daya yang ada di
dunia ini.1
Dalam sejarah perkembangannya, terdapat dua fase besar perkembangan uang
sebagai dasar dari sistem moneter yaitu fase penggunaan uang emas dan fase
penggunaan uang fiat. Fase uang emas terdiri dari beberapa tahap yaitu masa koin
emas 1770-1914 (classical gold standard), standar nilai tukar emas 1925-1931
dan sistem Bretton Wood 1946-1971. Penggunaan standar emas dalam sistem
moneter berakhir pada tahun 1971 yang digantikan dengan uang fiat yang
1
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), h. 10-11.
digunakan hingga saat ini. Penggunaan uang emas sebagai dasar dari sistem
moneter telah memberikan kestabilan terhadap sistem moneter dan perdagangan
dunia, sebagaimana yang dikatakan oleh R. A Mundell (1997):
“When the international monetary system was linked to gold, the latter managed
the interdependence of the currency system, established an anchor for fixed
exchange rates and stabilized inflation. When the gold standard broke down,
these valuable functions were no longer performed and the world moved into a
regime of permanent inflation”.
Sedangkan fase uang fiat adalah masa dimana sistem moneter ditopang oleh
uang yang nilai nominalnya tidak sama dengan nilai intrinsiknya yaitu uang kertas
yang digunakan hingga saat ini. Fase penggunaan uang fiat sebagai dasar sistem
moneter dan alat transaksi internasional dimulai sekitar tahun 1971 setelah dolar
tidak ditopang lagi dengan sejumlah emas. Runtuhnya sistem moneter uang emas
sebagai akibat dari banyaknya spekulasi pada akhir tahun 1970 dan awal 1971,
dan besarnya defisit eksternal Amerika. Besarnya jumlah defisit yang dialami
Amerika, memaksa Amerika untuk mencetak dolar dalam jumlah besar,
sedangkan Amerika masih terikat dengan perjanjian yang telah ditetapkan dalam
perjanjian Bretton Wood System.2
Saat ini, sistem perdagangan dan moneter dunia menggunakan uang fiat. Uang
fiat merupakan uang yang nilainya berasal dari pernyataan pemerintah yang
2
Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham (Depok:
Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007), h. 25.
mencetaknya sebagai alat transaksi yang sah. Kehadiran uang fiat dalam sistem
moneter dan perdagangan dunia telah menimbulkan berbagai permasalahan,
seperti terjadinya inflasi, menurunnya nilai daya beli uang, ketimpangan ekonomi,
resiko nilai tukar dalam perdagangan internasional dan penguasaan perekonomian
dunia oleh negara-negara maju khususnya negara yang memiliki nilai tukar mata
uang yang kuat.3
Dewasa ini, terdapat tiga jenis mata uang fiat yang menguasai aktifitas
perekonomian dunia, yaitu dolar, euro dan yen. Pada tabel di bawah ini terlihat
bahwa dolar mendominasi transaksi keuangan dunia dalam jumlah yang jauh
berbeda dengan euro dan yen. Secara keseluruhan dolar menguasai untuk setiap
bentuk aktifitas ekonomi dan transaksi keuangan internasional.
Tabel 1.1 Market Share Dolar, Euro dan Yen
Dolar
Euro
Yen
Official reserve (all counter)
64.8
14.6
4.5
International trade invoicing
40.0
14.0
-
International bonds
46.9
38.3
4.3
Money market instruments
38.1
36.3
5.1
Spot foreign exchange
42.2
21.5
13.0
Swap foreign exchange
48.0
16.8
10.1
Total foreign exchange
45.2
18.8
11.3
Sumber: “The International Role of the Euro” Briefing Paper (November 2005)
3
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta:
Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. 1, h. 31.
Sistem moneter dan perdagangan dunia saat ini adalah sistem yang tidak
menciptakan stabilitas moneter, tidak adanya kesamaan nilai tukar dan fluktuasi
nilai tukar yang terjadi setiap waktu.
Bagi negara miskin dan sedang berkembang, sistem moneter saat ini adalah
sistem moneter yang tidak menguntungkan. Negara berkembang harus bersaing
dengan negara-negara maju dengan segala kekuatan dan hegemoni ekonomi yang
dimiliki oleh negara-negara maju tersebut. Reformasi terhadap sistem moneter
dunia merupakan salah satu langkah untuk bisa menciptakan sistem moneter yang
lebih stabil dan adil bagi semua negara.
Pada sistem moneter saat ini, Amerika sebagai negara adidaya bisa
memperoleh keuntungan yang besar dengan hanya mencetak dan mengedarkan
dolarnya di pasar internasional. Jepang adalah negara yang memiliki kekuatan
ekonomi yang besar dalam perekonomian dunia yang juga meraup keuntungan
dari sistem moneter dunia saat ini, tetapi secara politis Jepang tidak bisa
melakukan perubahan terhadap sistem moneter dunia. Sedangkan negara miskin
dan sedang berkembang yang sebagian besar terdiri dari negara muslim adalah
negara yang terus bergantung terhadap uang fiat agar bisa melakukan
perdagangan internasionalnya. Walaupun saat ini telah hadir uang Euro yang
ditopang oleh 12 negara Eropa, tetapi Euro juga merupakan jenis dari uang fiat
yang tidak berbeda dengan uang fiat lainnya seperti dolar dan yen.4
4
Ibid., h. 37.
Dengan kondisi sistem moneter dan perdagangan internasional yang tidak
menguntungkan
tersebut,
sudah
seharusnya
negara-negara
miskin
dan
berkembang khususnya negara muslim untuk mengurangi ketergantungan
terhadap uang fiat dengan menciptakan sebuah sistem moneter dan perekonomian
yang ditopang oleh sebuah mata uang yang stabil dan lebih adil yaitu mata uang
emas (dinar). Dinar merupakan uang yang bernilai stabil dan memiliki nilai
intrinsik sebagai logam mulia dan nilai nominal sebagai uang yang berlaku.5
Pada tahun 2002 dan 2003, pemerintah Malaysia telah melahirkan sebuah
gagasan untuk menerapkan dinar dalam perdagangan internasional antar negara
muslim. Gagasan yang dipelopori oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir
Muhammad tersebut merupakan langkah awal untuk mewujudkan dinar menjadi
mata uang tunggal negara-negara muslim dan sebagai mata uang global.6
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang
membutuhkan dan menggunakan dolar dalam jumlah yang besar untuk transaksi
perdagangan internasionalnya. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut,
diperlukan adanya alternatif lain dalam sistem perdagangan luar negeri Indonesia,
yaitu dengan menggunakan dinar sebagai alat transaksi ekspor dan impor.
Penggunaan dinar tersebut, diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap
sistem moneter Indonesia
5
Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham (Depok:
Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007), h. 41.
6
Mahatir Muhammad, The Gold Dinar Convention, Speech at the Gold Dinar in Multilateral
Trade Seminar (Malaysia: IKIM Hall, 2003), http://www.neach.gov.my/index.php, 13 Juni 2006.
Dari pembahasan di atas, yang menjadi fokus permasalahan peneliti adalah
seberapa besar peluang dinar untuk diterapkan dalam perdagangan internasional
baik di Indonesia maupun di negara muslim lainnya dan seberapa besar pula
peluang pengaruhnya yang ditimbulkan terhadap sistem moneter Indonesia.
Untuk itu, dalam karya ilmiah ini peneliti memberi judul "PELUANG DINAR
DALAM
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
DAN
PELUANG
PENGARUHYA TERHADAP SISTEM MONETER INDONESIA (Suatu
Kajian Konseptual)".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang meluas, maka penelitian tentang
peluang dinar dalam perdagangan internasional ini dibatasi hanya untuk
perdagangan
secara
bilateral
dengan
negara
muslim.
Adapun
alasan
pembatasannya, adalah:
1. Perdagangan secara bilateral memiliki sistem pembayaran yang mudah dan
sederhana. Hal ini akan mempermudah dalam menjelaskan penggunaan dinar
dan simulasi perdagangan, karena hanya terdiri dari dua negara peserta.
2. Perdagangan bilateral yang hanya melibatkan dua negara akan mempermudah
dalam melakukan perdagangan, pembayaran dan perhitungan ekspor dan
impor kedua negara.
3. Dinar adalah mata uang yang bersifat universal dan merupakan salah satu
mata uang yang pernah digunakan dalam syariah islam, sehingga penerapan
dinar dalam perdagangan bilateral akan lebih mudah jika dilakukan dengan
negara-negara muslim.
4. Adapun pengaruh terhadap sistem moneter adalah pengaruh terhadap sektor
perdagangan luar negeri, khususnya alat transaksi luar negeri dan pengaruh
terhadap bank sentral dan industri perbankan nasional.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana peluang dinar dalam perdagangan internasional antar negaranegara muslim dan dalam perdagangan bilateral Indonesia ?
2. Strategi-strategi apa saja yang harus disiapkan agar dinar dapat menjadi mata
uang internasional antar negara-negara muslim ?
3. Bagaimana peluang pengaruhnya yang ditimbulkan dari penerapan dinar
dalam perdagangan bilateral Indonesia terhadap sistem moneter Indonesia ?
C. Tujuan dan Manfaat/Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian karya ilmiah ini, terdapat beberapa tujuan yang mendasar
dan manfaat /kegunaan dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuannya,
adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui peluang dinar dalam perdagangan internasional antar
negara-negara muslim dan dalam perdagangan bilateral Indonesia.
b. Untuk mengetahui strategi-strategi apa saja yang harus disiapkan agar dinar
dapat menjadi mata uang internasional antar negara-negara muslim.
c. Untuk mengetahui peluang pengaruhnya yang ditimbulkan dari penerapan
dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia terhadap sistem moneter
Indonesia.
Sedangkan manfaat/kegunaannya, antara lain:
1. Memberikan informasi tentang penerapan dinar dalam perdagangan
internasional.
2. Menjelaskan dan menggambarkan secara jelas mekanisme penerapan dinar
dalam perdagangan internasional.
3. Menambah khazanah keilmuan, khususnya ilmu ekonomi islam. Dan
sekaligus menjadi bahan untuk penelitian lanjutan tentang masalah yang
terkait.
D. Kajian Pustaka
Ada beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang
akan penulis lakukan. Adapun penelitian tersebut mengenai Dinar dan Dirham;
Menggagas Standarisasi Sistem Moneter Negara-Negara Islam yang diteliti
oleh saudara Jalaludin pada tahun 2003. Pembahasannya meliputi tentang standar
emas internasional dan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu
negara yang ingin menggunakan standar emas internasional. Ia juga membahas
tentang keunggulan dan kelemahan dinar dan dirham. Ia pun memberi
kesimpulan bahwa dinar dan dirham khususnya dalam sistem tatanan
perekonomian Indonesia dapat diaplikasikan pada beberapa sektor, yaitu
pembayaran Ongkos Naik Haji (ONH), zakat, infak, sedekah dan lain-lain.
Penelitian berikutnya, diteliti oleh saudara Abdul Gofur pada tahun 2006
mengenai Realisasi Penggunaan Dinar dan Dirham pada Produk BMT AlKautsar. Hasil penelitian tersebut, menjelaskan bahwa BMT Al-Kautsar ternyata
sudah mulai menggunakan dinar dan dirham sebagai alat tukar sejak tanggal 22
Desember 2002 lalu. Lembaga keuangan mikro syariah tersebut telah
memasarkan produk-produknya dengan dinar dan dirham. Dampak dari
penggunaan dinar dan dirham tersebut ternyata mampu meningkatkan aset BMT
Al-Kautsar dan dapat mengembangkan produk-produk baru yang inovatif seperti
tabungan haji dinar dan lain-lain. Adapun tanggapan masyarakat sekitar terhadap
lembaga tersebut dan produk-produknya cukup baik. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya jumlah nasabah dan permintaan terhadap dinar dan dirham.
Selanjutnya, Muhaimin Iqbal pada tahun 2007 lalu telah meneliti yang telah
dituangkan dalam bukunya yang berjudul Mengembalikan Kemakmuran Islam
dengan Dinar dan Dirham. Menurut beliau, dinar dan dirham tidak dapat berdiri
sendiri dalam mengembalikan kemakmuran islam. Akan tetapi, harus ada rodaroda penggerak kemakmuran islam lainnya yaitu sistem investasi yang bebas riba,
pasar yang dikelola secara islami dan pelembagaan dan profesionalisasi
pengelolaan zakat dan wakaf.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi duplikasi dalam beberapa penelitian
terdahulu, kali ini peneliti ingin mencoba mengembangkan dan mendalami dari
beberapa penelitian yang sudah ada tersebut tanpa mengabaikan sumber-sumber
data yang sudah ada pada penelitian sebelumnya. Letak perbedaannya dari
penelitian-penelitian terdahulu di atas, penelitian ini lebih mengkaji seberapa
besar peluang dinar jika diterapkan dalam perdagangan internasional dan strategistrategi apa saja yang disiapkan untuk menghadapi tantangan-tantangannya.
Penelitian ini juga menawarkan sebuah konsep dinar dalam perdagangan bilateral
Indonesia dan mencoba menjelaskan peluang pengaruhnya terhadap sistem
moneter Indonesia yang terdiri dari sektor perdagangan luar negeri, jumlah uang
yang beredar, nilai rupiah dalam negeri dan industri perbankan nasional.
E. Kerangka Teori dan Konseptual
Standarisasi berat uang dinar dan dirham dibakukan yaitu berat 7 dinar sama
dengan berat 10 dirham. Berat 1 dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang
lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua
ujungnya. Dari dinar-dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan
timbangan yang akurat maka diketahui bahwa timbangan berat uang 1 dinar islam
yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram,
berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata
uang Yunani yang disebut Drachma. Atas dasar rumusan hubungan berat dinar
dan dirham dan hasil penimbangan dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung
berat 1 dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram.7
Adapun beberapa peluang terhadap dinar untuk bisa diterapkan dalam
perdagangan internasional antar negara muslim, antara lain: uang yang sangat
stabil, kompetitif dan adil karena nilai nominalnya sesuai dengan nilai
intrinsiknya. Selain itu, mata uang fiat yang selalu terdepresiasi terhadap harga
emas. Dinar berperan dalam mempermudah perdagangan dan mengurangi
hambatan perdagangan seperti spekulasi, fluktuasi nilai tukar yang tajam dan
berbagai hambatan lainnya. Kemudian, ketergantungan negara-negara muslim
yang besar kepada mata uang fiat negara maju seperti dolar, euro dan lain-lain.
Sedangkan tantangan-tantangan terhadap dinar antara lain: secara fisik kurang
acceptable dan tidak fleksibel (praktis), karena membuat para penggunanya
merasa tidak nyaman, tidak bisa dibawa dalam jumlah relatif besar karena
memberatkan. Sementara itu, belum adanya kesepakatan-kesepakatan antar
negara muslim untuk menggunakan dinar dalam pembayaran transaksi
perdagangan internasional.
F. Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode-metode
sebagai berikut:
7
Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham (Depok:
Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007), Cet. 1, h. 19.
1. Bentuk dan Jenis Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (studi literatur), artinya
dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada
kaitannya dengan penulisan karya ilmiah ini.
2. Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer adalah suatu data yang dikelola oleh peneliti sendiri. Sedangkan data
sekunder adalah data yang bersumber dari buku, makalah, artikel, paper, media
massa (seperti surat kabar, majalah, jurnal) dan media elektronik melalui media
internet. Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan data perdagangan
ekspor dan impor Indonesia yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS), Bank
Indonesia (BI), Departemen Perdagangan, Badan Pengembangan Ekspor Nasional
(BPEN) dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI).
3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data
karya ilmiah ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research),
dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada
kaitannya dengan penulisan karya ilmiah ini. Langkah dalam melaksanakan studi
kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip untuk menganalisa dan
merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam memenuhi data dalam penelitian.
4. Teknik Analisa Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan analisa isi (content analysis)
dan analisa SWOT dengan pendekatan eksploratif yang mengkaji bagaimana
peluang dinar dalam perdagangan internasional antara negara-negara muslim dan
mengkaji bagaimana keunggulan dan kelemahan dari mata uang dinar tersebut.
Penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif yang menjelaskan secara
rinci tentang penggunaan dinar serta dampak dan pengaruh dari penggunaan dinar
sebagai alat transaksi perdagangan bilateral.
5. Pedoman Penulisan Laporan
Adapun penulisan karya ilmiah ini menggunakan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.
G. Sistematika Penulisan
Bab Pertama
: Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjelaskan
tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat/kegunaan penelitian, kajian
pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep, metode
penelitian dan sistematika penulisan. Bab pertama ini akan
menjadi pengantar bagi bab-bab selanjutnya.
Bab Kedua
: Bab kedua berisikan tentang landasan teori penelitian yang
menjelaskan
tentang
sejarah
dinar
standar
emas,
perkembangan dinar, alasan dan keunggulan dari penggunaan
dinar, mata uang ideal untuk perdagangan internasional, dan
keandalan dinar sebagai alat pembayaran.
Bab Ketiga
: Bab ketiga menjelaskan tentang pengertian, sejarah dan
manfaat
dari
perdagangan
internasional,
perdagangan
internasional Indonesia yang meliputi perkembangan ekspor
dan impor Indonesia baik dengan negara non muslim
maupun dengan negara OKI dan tentang sistem moneter
Indonesia serta perbankan nasional.
Bab Keempat
: Bab keempat adalah pembahasan yang berisikan penjelasan
tentang peluang dinar dalam perdagangan internasional dan
perdagangan bilateral Indonesia yang meliputi strategi
konsep dinar, implementasi penggunaan dinar, peraturan
tentang penerapan dinar, dampak dan keuntungan dari
penggunaan dinar dan peluang pengaruhnya terhadap sistem
moneter Indonesia.
Bab Kelima
: Bab
kelima
merupakan bab penutup yang berisikan
kesimpulan, saran serta rekomendasi dari penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dinar
1. Sejarah Dinar dan Standar Emas
a. Sejarah Dinar
Pada masa sebelum datangnya islam, dinar merupakan uang yang digunakan
dalam transaksi perdagangan. Berbagai jenis dinar emas dan perak dirham beredar
dalam perdagangan sebagai akibat dari banyaknya bangsa Arab yang berdagang
dengan bangsa Romawi, Byzantium dan para pedagang yang melewati negeri
Arab. Pada saat itu, kota Makkah menjadi pusat perdagangan dan pertukaran mata
uang, sehingga banyak para pedagang dari berbagai negeri datang ke kota
Makkah untuk bertemu dan melakukan transaksi perdagangan.8
Secara bahasa, dinar berasal dari kata Denarius (Romawi Timur) dan dirham
berasal dari kata Drachma (Persia). Menurut hukum islam, dinar yang
dipergunakan adalah setara 4,25 gram emas 22 karat dengan diameter 23
milimeter. Standar ini telah ditetapkan pada masa Rasulullah dan telah
dipergunakan oleh World Islamic Trading Organization (WITO) hingga saat ini.
Sedangkan uang dirham setara dengan 2,975 gram perak murni. Dinar dan dirham
8
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1, h. 99.
adalah mata uang yang berfungsi sebagai alat tukar baik sebelum datangnya islam
maupun sesudahnya.
Dalam sejarah umat islam, Rasulullah dan para sahabat menggunakan dinar
dan dirham sebagai mata uang mereka, disamping sebagai alat tukar, dinar dan
dirham juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum-hukum syar’i, seperti kadar
zakat dan ukuran pencurian. Pada masa kenabian, dinar dan dirham digunakan
sebagai alat transaksi perdagangan oleh masyarakat Arab. Masyarakat Arab
Quraisy memiliki tradisi melakukan perjalanan dagang dua kali dalam setahun,
yaitu pada musim panas ke negeri Syam (Syiria sekarang) dan pada musim dingin
ke negeri Yaman.9 Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Quraisy ayat 1- 4:
⌧
☺
Artinya: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka
bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah
mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah
memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar dan
mengamankan dari ketakutan”. (QS. Al-Quraisy: 1- 4).
9
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami Telaah Konprehensif Sistem Keuangan Islami (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), h. 31.
Dinar dan dirham dicetak pertama kali pada masa pemerintahan khalifah
Abdul Malik bin Marwan pada tahun 695 M/77 H. Dalam perjalanannya sebagai
mata uang yang digunakan, dinar dan dirham cenderung stabil dan tidak
mengalami inflasi yang cukup besar selama kurang lebih 1500 tahun. Penggunaan
dinar dan dirham berakhir pada runtuhnya khalifah islam Turki Usmani 1924.
b. Standar Emas
Secara garis besar, terdapat dua fase perkembangan penggunaan uang sebagai
dasar sistem moneter dunia yaitu masa standar emas (gold standard) dan masa
uang fiat (fiat money). Standar emas merupakan masa dimana sistem moneter
dunia ditopang oleh penggunaan emas koin, batangan dan uang yang ditopang
dengan emas (backed by gold). Masa standar emas terdiri dari tiga masa yaitu
masa standar emas klasik (classical gold standard) sekitar tahun 1770-1914, masa
standar tukar emas 1925-1930 dan masa sistem Bretton Wood yang dimulai dari
tahun 1946 hingga 1971.10
Dalam masa standar emas klasik jenis uang yang digunakan berupa emas
dalam bentuk koin dan emas batangan (gold Bullion). Pemerintah membuat
batangan emas sebagai alat pembayaran hutang yang sah, baik oleh swasta
maupun oleh pemerintah.11 Sistem standar emas klasik berakhir setelah pecahnya
perang dunia pertama, dimana pemerintah berbagai negara meninggalkan standar
emas dan mencetak uang untuk menutupi sebagian biaya perang. Perang telah
10
11
Http://www.econlib.org/LIBRARY/Enc/GoldStandard.html
Iswardono, Kapita Selekta Ekonomi Moneter (Jakarta: Gunadarma, 1995), h. 75.
mengakibatkan terjadi kondisi ekonomi yang tidak stabil yang ditandai dengan
terjadi inflasi yang sangat tinggi. Untuk mengatasi kondisi perekonomian yang
tidak stabil tersebut beberapa negara kembali menggunakan standar emas yang
digunakan hingga tahun 1930-an. Penggunaan kembali standar emas berakhir
disebabkan tidak adanya mekanisme penyesuaian yang layak dalam sistem
moneter dan besarnya perpindahan modal yang cenderung merusak sistem
moneter. Di samping itu, masa tersebut merupakan masa terjadinya perang dunia
dan kondisi perekonomian yang buruk sehingga sisem standar emas sulit untuk
digunakan.12
Pada tahun 1944, Amerika, Inggris dan 44 negara lainnya melakukan
perundingan untuk merumuskan sebuah sistem moneter internasional setelah
perang dunia berakhir. Pertemuan tersebut melahirkan sebuah sistem moneter
internasional yang dikenal dengan sistem Bretton Woods yang beroperasi dari
tahun 1946 hingga 1971. Secara umum, sistem Bretton Wood adalah sebuah
standar tukar emas, dimana Amerika Serikat diminta untuk mempertahankan
harga emas secara baku dengan harga 35 dollar per ounce emas, sedangkan
negara lain membakukan nilai tukarnya terhadap dolar yang ditopang dengan
emas. Amerika harus siap menukarkan dolar menjadi emas dalam jumlah berapa
pun berdasarkan harga baku tersebut.
12
Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan, Jakarta,
PT. Indeks, 2005, Ed. 5, h. 253.
Untuk membantu kelancaran tersebut, dibentuk sebuah lembaga dana moneter
internasional yang dikenal dengan International Monetary Fund (IMF) yang
berfungsi untuk memantau kepatuhan negara-negara anggota terhadap aturanaturan yang telah disepakati dan IMF berfungsi untuk menyediakan fasilitas
kredit atau dana pinjaman bagi negara yang mengalami kesulitan finansial. Aturan
yang diterapkan dalam sistem Bretton Wood memaksa setiap negara untuk
menciptakan sistem moneter yang lebih disiplin, karena jika bank sentral suatu
negara selain Amerika melakukan ekspansi moneter yang berlebihan, maka
negara tersebut akan rugi dengan sendirinya, karena kehilangan cadangan
internasionalnya dan pada akhirnya tidak akan mampu mempertahankan
kebakuan nilai tukarnya terhadap dolar.
Sistem Bretton Wood mengalami peningkatan dengan semakin banyaknya
negara yang menjadi anggota IMF dan terciptanya sebuah sistem moneter
internasional yang lebih stabil yang ditandai dengan pesatnya perkembangan
output dunia dan perdagangan dunia yang meningkat begitu pesat. Secara
keseluruhan sistem Bretton Wood berfungsi secara baik dan menghasilkan
kestabilan moneter hingga pertengahan dasawarsa 1960-an. Sistem Bretton Wood
berakhir pada tahun 1971 dan mulai saat itu sistem moneter internasional
menggunakan uang fiat berupa uang kertas sebagai dasar dari sistem moneter dan
alat transaksi internasional yang tidak ditopang lagi dengan sejumlah nilai emas.
2. Perkembangan Dinar
Di tengah makin melambungnya harga minyak dunia, sementara rupiah terus
melemah terhadap dolar AS, dinar emas terus menguat secara tajam. Dalam dua
pekan terakhir ini penguatan kurs dinar terhadap rupiah terjadi dari sekitar Rp.
1.195.000 ke sekitar Rp. 1.215.000 atau mengalami penguatan sebesar 1,67%.
Bila dilihat dalam rentang waktu setahun maka akan terlihat keperkasaan dinar,
yang 100% berbasiskan logam emas 22 karat, yang tak terbantahkan.
Dalam rentang waktu yang sama, setahun yang lalu kisaran kurs dinar emas
dalam rupiah adalah antara Rp. 780 - Rp. 800 ribu. Ini berarti dinar mengalami
apresiasi sebesar sekitar 52%. Dalam rentang waktu yang lebih panjang lagi,
tahun 1970-an awal, akan terlihat bahwa rata-rata apreasiasi dinar emas terhadap
dolar AS juga cukup tinggi, yaitu 30% per tahun.13
Gambar 2.1:
13
Http://www.geraidinar.com/
Pemakaian dinar emas sendiri saat ini sudah semakin luas dan diterima di
berbagai belahan dunia. Di Indonesia sekurangnya telah ada tiga jenis koin dinar,
dengan satuan 1, ½ dan ¼ dinar, yang diterbitkan oleh empat pemrakarsa: Islamic
Mint Nusantara, Baitulmal Muamalat, PP Logam Mulia, dan Kesultanan Ternate.
Jumlah gerai untuk mendapatkannya pun telah semakin luas, dengan
dioperasikannya wakala di Yogya, Griya Dinar dan segera menyusul di Bandung.
Masyarakat Indonesia juga sudah bisa melihat nilai kurs dinar emas secara harian
melalui situs www.islamhariini.org yang telah beroperasi.
Di Malaysia, dinar emas juga telah secara resmi dipakai di kantor-kantor
Bazis (Badan Amil Zakat) di sejumlah negara bagian. Jumlah wakalanya pun di
negeri jiran ini telah jauh lebih banyak dibanding di Indonesia. Di Inggris dan
Skotlandia perdagangan dengan dinar dan dirham dimotori antara lain oleh DinarExchange. Secara internasional sistem e-dinar juga sudah semakin mantab,
dengan memisahkan dirinya dari e-gold menjadi sistem yang mandiri dengan
basisnya di Labuan, Malaysia.
Dengan semakin mantabnya berbagai infrastruktur di atas, meskipun masih
dalam skala sangat kecil, pemakaian kembali dinar dan dirham baik sebagai alat
pembayaran
transaksi
perdagangan
internasional,
pembayaran
mahar,
pembayaran zakat, tabungan dan alat tukar selayaknya uang kertas saat ini sudah
semakin efektif. Masyarakat Muslim yang memanfaatkannya pun sudah semakin
luas, terbentang dari Indonesia dan Malaysia sampai Inggris, Jerman dan Spanyol,
sampai ke Afrika Selatan dan Maroko. Beberapa jaringan toko-toko penerima
dinar dan dirham perak juga telah banyak yang beroperasi secara online, salah
satunya adalah akses melalui www.e-dinar.com.
Sebagai salah satu penghasil emas terbesar di dunia umat islam, Indonesia
dapat secara signifikan mempercepat pemakaian dinar dalam skala luas. Kapasitas
produksi koin dinar dengan mudah dan cepat dapat diperbesar sesuai kebutuhan
yang ada. PP Logam Mulia, sebagai bagian dari BUMN PT Aneka Tambang, juga
telah mengantongi akreditasi internasional untuk menjamin kualitas kemurnian
koinnya. Tradisi membayar mahar dalam emas, atau bahkan transaksi niaga
dalam emas yang berlangsung di Sumatra Barat, tinggal diteruskan dengan dinar.
Tentu saja yang paling sahih adalah restorasi pembayaran zakat kembali
disesuaikan dengan sunnah Rasul, yakni dalam dinar dan dirham. Potensi zakat di
Indonesia saat ini adalah sekitar Rp. 14 triliun/tahun atau setara sekitar 11,5 juta
dinar.14
Sama signifikannya adalah pemakaian dinar emas dalam tabung haji, yang
sekaligus akan berdampak membuat ongkos naik haji semakin murah.
Sebagaimana diperlihatkan pada gambar di bawah, ketika ongkos naik haji terus
cenderung naik, baik dalam rupiah maupun dolar AS, dalam dinar emas akan
terus turun. Sebelum krisis moneter, ketika kurs dolar AS terhadap rupiah sekitar
14
Http://www.islamharini.org/
Rp. 2275/dolar AS biaya naik haji adalah Rp. 7,5 juta (1997) dan naik sedikit
setahun kemudian menjadi Rp. 8,8 juta (1998). Akibat krisis moneter, dalam
sekejap kurs rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi menjadi sekitar
Rp.
8000/dolar AS, biaya naik haji melonjak menjadi Rp. 21 juta (naik sekitar 2,5 kali
lipat), padahal dalam dolar AS justru turun, dari 3800 dolar AS ke 2600 dolar AS
(turun 30%).
Gambar 2.2: Tabel dan Grafik Perbandingan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
(dalam dolar AS, rupiah dan dinar).
Dalam tahun-tahun berikutnya ongkos naik haji meski relatif stabil, tetap
dengan kecenderungan naik dan dapat sewaktu-waktu mengalami guncangan
dahsyat lagi.
Lain halnya bila kita menakarnya dengan mata uang dinar emas. Dalam kurun
waktu yang sama, BPIH dalam dinar emas hanya sempat naik sekali yakni pada
periode 1997 (73 dinar) ke 1998 (97 dinar) atau naik sekitar 30%. Tetapi, ketika
terjadi krisis moneter justru mengalami penurunan dari 97 dinar (1998) menjadi
68 dinar (2000), artinya di bawah posisi semula. Dan sejak saat itu (1998-
sekarang) terus cenderung mengalami penurunan secara signifikan. Maka untuk
saat ini, dengan kurs dinar emas sekitar Rp. 1.195.000 - Rp. 1.215.000/dinar,
BPIH cukup dibayar dengan harga 24 - 25 dinar emas. Jadi, dibandingkan dengan
harga sebelum krisis moneter, harga BPIH saat ini dalam rupiah mengalami
kenaikan 2,5 kali lipat, sedangkan dalam dinar turun 1,5 kali lipat. Tingkat
penurunannya sekitar 10 dinar atau 15% - 20% pertahunnya. Ini setara dengan
apresiasi tahunan dinar emas itu sendiri sebagaimana disebut di atas.
Data-data empiris semakin membuktikan kebenaran ajaran islam yang shahih
yang mengharamkan riba dalam sistem keuangan. Pemakaian kembali dinar emas
dan dirham perak sebagai langkah pertama dan utama pembersihan pasar dari riba
semakin mendapatkan momentumnya. Krisis keuangan global, yang merupakan
keniscayaan dalam siklus boom-and-bust, dan yang akan mengakibatkan "kiamat
keuangan" dalam sistem uang kertas berbasis riba saat ini cepat atau lambat
pastilah akan tiba. Karena itu, agar tidak ikut terlibas dalam malapetaka global ini,
seharusnyalah kita semua secara proaktif menjadi
bagian
dari upaya
penyelamatan kembali ke dinar dan dirham.15
3. Alasan dan Keunggulan dari Penggunaan Dinar
Ada beberapa alasan dari penggunaan mata uang dinar islam dalam menuju
stabilitas sistem moneter, antara lain:
15
M. Luthfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003, Cet.
1, h. 371.
a. Uang yang Stabil
Perbedaan dinar dengan uang fiat adalah kestabilan nilai uang tersebut. Setiap
mata uang dinar mengandung 4,25 gram emas 22 karat dan tidak ada perbedaan
ukuran emas yang dikandung dinar pada setiap negara, tidak ada perbedaan nilai
dinar yang digunakan di negara Irak dengan dinar yang digunakan di negara Arab
Saudi. Dinar tidak mengalami inflasi yang begitu besar semenjak zaman
Rasulullah saw hingga sekarang. Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Prof.
Roy Jastram dari Berkeley University dengan menulis buku tentang The Goldent
Constant. Ia melakukan penelitian harga emas terhadap beberapa komoditi untuk
waktu 400 tahun hingga 1976. Hasil dari penelitiannya adalah bahwa harga emas
adalah konstan dan stabil. Sekalipun selama waktu tersebut telah terjadi krisis,
perang dan bencana alam, tetapi nilai emas masih relatif stabil.16
b. Alat Tukar yang Tepat
Dengan adanya nilai yang stabil dan standar yang sama di setiap negara, dinar
akan memberikan kemudahan dan kelebihan bagi masyarakat untuk melakukan
transaksi domestik dan transaksi internasional sekalipun, tidak ada perbedaan
antara seekor kambing yang berharga satu dinar di Arab Saudi dengan seekor
kambing di Indonesia yang seharga satu dinar, karena dinar kedua negara tersebut
memiliki nilai yang sama. Dinar adalah mata uang yang berlaku secara
sendirinya, berbeda dengan uang fiat sebagai legal tender yang membutuhkan
16
Umar Ibrahim Vadillo, The Return of the Islamic Gold Dinar: A Study of Money in Islamic Law
and the Architecture of Gold Economy (Malaysia: Murabitun Nusantara, 2002), h. 150.
pengesahan berupa hukum oleh pemerintah yang mencetaknya. Dinar adalah uang
yang sudah dikenal selama berabad-abad, sehingga tidak diperlukan adanya
proses penghalalan dan pengesahan sebagai uang.
c. Mengurangi Spekulasi, Manipulasi dan Arbitrasi
Nilai dinar yang sama akan mengurangi tingkat spekulasi dan arbitrasi di
pasar valuta asing, karena kemungkinan perbedaan nilai tukar akan sulit terjadi.
Uang fiat atau uang kertas telah memberikan sebuah ladang keuntungan bagi
spekulator yang selalu mencari keuntungan dari perbedaan nilai tukar yang terjadi
setiap hari, setiap jam dan setiap menit. Jika dinar sudah menjadi single currency
yang sama di setiap negara, maka tidak akan ada perbedaan nilai dinar di setiap
negara yang memberikan keuntungan yang besar kepada para spekulatorspekulator tersebut.17
4. Mata Uang Ideal untuk Perdagangan Internasional
Saat ini hampir semua transaksi perdagangan internasional dilakukan dengan
menggunakan fiat money. Dalam perdagangan internasional tidak semua jenis fiat
money beroleh legitimasi dan dipergunakan secara luas. Negara berkembang
misalnya, jarang yang menggunakan fiat money lokal untuk urusan transaksi
internasional karena mata uang mereka dianggap volatile.18
17
Ahamed Kameel Mydin Meera, The Thief of Nation: Returning to Gold, (Malaysia: Pelanduk
Publication, 2004), h. 79.
18
Volatile dalam tulisan ini selanjutnya disejajarkan dengan tidak stabil, rentan fluktuasi atau
nilainya mudah mengalami naik turun secara relative dibandingkan dengan mata uang lainnya.
Ada beberapa kriteria untuk menilai apakah suatu mata uang layak dijadikan
alat pertukaran dalam perdagangan internasional. Kriteria yang pertama yang
semestinya dimiliki oleh sebuah mata uang kuat adalah stabilitasnya. Stabilitas
suatu mata uang bisa dilihat dari hubungan dengan harga barang dan jasa. Dalam
hal ini, konsep inflasi sering dikaitkan dengan keberadaan uang dengan barang
dan jasa yang tersedia. Inflasi terjadi ketika jumlah uang beredar meningkat
secara relatif terhadap barang dan jasa yang tersedia, yang mengakibatkan nilai
uang atau daya belinya turun. Kemudian nilai mata uang suatu negara
dibandingkan dengan nilai mata uang asing. Dalam kasus ini, apresiasi atau
depresiasi suatu mata uang bisa terjadi tergantung dengan siklus bisnis dan
kondisi ekonomi masing-masing. Banyak ekonom yang berpendapat selagi itu
masih berupa fiat money, di manapun ia menyimpan bom waktu ketidakstabilan
sepanjang masa. Salah satu argumen utamanya, karena pemerintah gampang
tergoda menerbitkan uang dalam jumlah yang tak terbatas (unlimited) demi
melindungi kepentingan nasional mereka. Dampaknya, pasar pun terdistorsi.
Tidak mengherankan bila penggunaan kekuasaan untuk menciptakan uang
sekehendaknya ini mendorong terjadinya tekanan inflasi permanen.
Sejarah membuktikan emas bisa menjelma menjadi mata uang yang sangat
stabil dibanding mata uang (fiat money) manapun, termasuk dolar. Pada tahun
1800 harga emas per satu troy ons setara dengan 19,39 dolar AS, sementara pada
tahun 2004, satu troy ons senilai 455,75 dolar AS.19
Kriteria yang kedua adalah kesesuaiannya dengan asas keadilan (fairness).
Fiat money cenderung memiliki sifat yang berlawanan dengan prinsip ini. Sebagai
contoh untuk mencetak satu dolar uang kertas, diperlukan biaya yang nilainya
ekual dengan empat sen dolar (dengan anggapan satu dolar senilai Rp. 10.000,
maka nilai empat sen dolar kira-kira Rp. 400). Sekarang berapa harga yang
diperlukan untuk mencetak satu lembar uang 100 dolar? diperkirakan biayanya
tidak jauh berbeda dari lembaran satu dolar.
Bisa disimpulkan bila Amerika menikmati pendapatan yang luar biasa besar
dari penciptaan uang ini atau yang dikenal dengan istilah seigniorage.20
Keuntungan dari penciptaan uang semakin besar ketika banyak pendukung yang
mensirkulasikan mata uang dolar itu ke seluruh penjuru dunia. Karena itu,
semestinya sangat tidak adil bagi kebanyakan negara berkembang dimana para
buruhnya membanting tulang hanya untuk mengejar pendapatan dua sampai lima
dolar sehari, sementara The Fed (Bank Sentral Amerika) dengan sangat leluasa
bisa mencetak dolar hampir unlimited untuk membiayai anggaran belanja negara
dengan konsekuensi orang seluruh dunia pengguna dolar ikut menyumbang
dengan membayar inflasi yang diakibatkannya..
19
Http://www.globalfinancialdata.com/
Http://en.wikipedia.org/wiki/Seignorage. Kadang juga ditulis seignorage, diartikan sebagai
pendapatan bersih yang diperoleh dari penerbitan mata uang tertentu/ sumber pendapatan penting yang
diperoleh negara tertentu.
20
Kriteria yang ketiga adalah tingkat penerimaan (acceptability) dan
keluwesannya (flexibility). Fiat money untuk dua hal ini menunjukkan
keunggulannya. Fiat money jauh lebih fleksibel ketimbang uang koin. Fiat money
membuat para penggunanya merasa nyaman. Bisa dibawa dalam jumlah relatif
besar kemana-mana, mudah disimpan dan tidak memberatkan. Keistimewaan ini
tidak ditemukan dalam uang koin (emas atau perak).
Dan akhirnya, mengingat situasi bisnis dunia yang terus berubah, sebuah mata
uang ideal semestinya juga melindungi dirinya sendiri dari kemungkinan risiko
eksternal. Para trader pengguna fiat money, misalnya, perlu melakukan hedging
untuk melindungi mata uangnya dari risiko perubahan kurs. Sementara bila emas
yang digunakan untuk alat pembayaran transaksi, upaya hedging yang tentu
membutuhkan biaya tak sedikit, tidak diperlukan. Meera (2004) menandaskan
berbeda dengan fiat money, emas memiliki nilai intrinsik yang menjadi garansi
dan perlindungan dari kemungkinan gencetan situasi eksternal yang tak
diinginkan. Karena emas menjadi bernilai bukan karena dekrit atau diundangkan
oleh suatu negara sebagaimana fiat money, tetapi karena kandungan logam
mulianya yang diakui semua orang.
5. Keandalan Dinar sebagai Alat Pembayaran
Keandalan emas di kancah sejarah tak terbantahkan. Walau emas telah
dihentikan fungsinya sebagai uang pada tahun 1914, tetap saja komoditi satu ini
diterima sebagai alat pembayaran perdagangan internasional, karena nilainya.
Logam mulia memiliki nilai jual, yang tidak dimiliki uang kertas. Berbeda dengan
fiat money, emas sulit mengalami inflasi karena pemerintah tak mungkin
mencetak koin emas atau uang kertas yang sepenuhnya didukung emas secara
tidak terbatas (unlimited), karena pencetakan itu sangat tergantung pada
tersedianya logam emas itu sendiri yang sifatnya langka (scare) dan terbatas
(limited). Begitupun, emas tidak bisa didevaluasi melalui sebuah dekrit oleh
pemerintahan tertentu, karena emas akan mengikuti harga pasar yang berlaku.21
Sebagai komoditi, emas menunjukkan kinerjanya yang andal, khususnya dari
aspek stabilitas sepanjang sejarah. Grafik memperlihatkan kepada kita betapa dari
tahun 1792 sampai 1972, harga emas hanya berubah secara signifikan empat kali.
Pada tahun 1792 harga emas mencapai 19,75 dolar AS. Kemudian berturut-turut
harga emas merangkak naik pada tahun 1834, 1934 dan 1972 menjadi masingmasing 21, 35 dan 38 dolar AS. Setelah sistem Bretton Woods kolaps, harga emas
kemudian berfluktuasi hingga sekarang.
Stabilitas emas, apakah itu dipakai sebagai medium alat tukar (uang) ataupun
sebagai komoditi diyakini sebagai faktor kuat yang bisa menjaga perekonomian
berada dalam jalurnya. Bahkan, Greenspan (1996), sebelum menjadi gubernur
The Fed, meyakini dan menegaskan peran emas dalam ikut menstabilkan
perekonomian. Dia menulis kira-kira diterjemahkan sebagai berikut: “.........emas
dan kebebasan ekonomi tidak bisa dipisahkan satu sama lain, bahwa gold
21
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, Jakarta,
Senayan Abadi Publishing, 2007, Cet. Pertama, h. 84.
satndar telah menjadi instrumen bagi berjalannya prinsip laissez-faire“. Lebih
lanjut dia menuturkan betapa di bawah gold standar stabilitas dan pertumbuhan
ekonomi terlindungi.
Peranan emas dalam ekonomi pun menjelma menjadi semacam alat
pembayaran universal (universal money). Disebut uang universal karena ia bisa
digunakan dimanapun, diterima sebagai alat pembayaran dan media penyimpan
kekayaan dalam tempo waktu yang sangat panjang. Bahwa akhirnya peranan
emas sebagai alat tukar kemudian dihentikan oleh Amerika yang kemudian diikuti
oleh hampir semua negara, tetap saja komoditi satu ini dipakai dalam
penyelesaian sengketa settlement imbalance antara bank sentral dunia.
BAB IV
PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN
PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM MONETER INDONESIA
A. Peluang Dinar dalam Perdagangan Internasional
1. Strategi Konsep Dinar dalam Perdagangan Internasional
Ide penerapan gold dinar dalam perdagangan internasional diakui memerlukan
keputusan politik yang tidak sederhana. Lantaran itu, perlu kesabaran luar biasa
untuk terus meyakinkan berbagai pihak, khususnya negara-negara muslim untuk
akhirnya bisa mencapai kesepakatan yang dimaksud.22
Agar konsep dinar dapat menjadi mata uang internasional antara negara
muslim, maka perlu beberapa strategi yang harus disiapkan, antara lain dapat
ditempuh melalui beberapa tahap, yaitu:
Tahap pertama, negara-negara yang tergabung dalam anggota OKI harus
membuat kesepakatan/kompetensi atau peraturan tentang pembayaran transaksi
perdagangan internasionalnya baik perdagangan secara bilateral maupun
multilateral dengan menggunakan mata uang dinar. Hal ini agar mendorong
akselerasi penerapan dinar dalam perdagangan internasional. Karena undangundang atau peraturan merupakan payung hukum dan instrumen utama demi
22
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta:
Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. Ke-1, hal. 157.
terealisasinya tujuan yang dimaksud.
Tahap kedua, negara-negara yang tergabung dalam anggota OKI harus
memulai dengan membuat standar ukuran umum mata uang dinar yang akan
digunakan sebagai mata uang tunggal yang perlu dipenuhi dengan mengambil
rata-rata persamaan dari negara-negara OKI yang mau bergabung.
Tahap ketiga, negara-negara yang tergabung dalam anggota OKI harus
menciptakan suatu lembaga yang akan mengurus dan mengelola kendali moneter
yang menjadi embrio yang nantinya akan menjadi Bank Sentral atau Bank
Kustodian dari seluruh negara OKI, sebagai contoh sebut saja IDB (Islamic
Development Bank). IDB berfungsi mengatur kebijakan umum moneter untuk
seluruh negara OKI, mengatur operasi nilai tukar mata uang asing, menyimpan
cadangan devisa bagi negara OKI dan mempromosikan mekanisme pembayaran
yang stabil antar anggota.23
Bank kustodian ini juga bermaksud agar bisa memudahkan memonitor dan
memastikan masing-masing anggota memenuhi jumlah minimal yang disyaratkan
dari simpanan emasnya. Institusi ini juga akan memastikan fungsi pembayaran
dan sekaligus juga berfungsi sebagai pemegang kustodian dari rekening gold
dinar.24
23
M. Luthfi Hamidi, Dolar VS Euro Awal Kebangkrutan AS (Jakarta: Senayan Abadi Publishing,
2003), Cet. 10, h. 49-51.
24
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta:
Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. 1, h. 91.
Selanjutnya, dengan telah dilakukannya beberapa tahap di atas, maka para
pemerintah negara OKI sudah semestinya mensosialisasikan kepada para
masyarakat khususnya para pengusaha ekspor maupun impor baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hal ini ditujukan untuk memberi pemahaman
kepada masyarakat. Jika mayoritas masyarakat sudah memahami keunggulan
mata uang emas ini, maka lambat laun mereka akan menggunakannya untuk
keperluan praktis dan mengarah kepada praktik keseharian. Salah satu yang sudah
mendapat tempat adalah pembayaran zakat dengan emas.
Selain pembayaran zakat dengan emas, masih banyak potensi penggunaan
emas yang tidak saja punya dimensi religius, tapi juga investatif. Salah satunya
yang bisa dikembangkan adalah penggunaan emas sebagai alat pembayaran
sekaligus media investasi untuk haji. Selain harga jualnya yang cenderung terus
meningkat, investasi ini juga termasuk likuid.
Dalam skup yang lebih besar, penggunaan dinar bisa dilakukan untuk
pembayaran transaksi minyak. Negara pengekspor minyak seperti Iran berpeluang
menerapkan skim ini. Implementasinya bisa jadi lebih sederhana karena transaksi
lebih akan melibatkan hubungan negara dengan negara (G to G), bukan swasta
kepada swasta, sehingga transaksinya relatif bisa lebih simpel.
Penggunaan dinar sebagai alat pembayaran minyak tak pelak akan langsung
mengubah peta keseimbangan moneter internasional, karena negara-negara net
importers mau tidak mau harus menukarkan dolarnya dengan dinar. Secara
ekonomi, penukaran ini lebih menguntungkan mereka karena ini kesempatan
untuk bisa mendeversifikasi cadangan mata uang mereka yang sebelumnya
didominasi dolar AS ke dalam dinar yang tidak perlu di-hedge karena memiliki
nilai intrinsik.25
2. Implementasi Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional
Untuk menjadikan dinar sebagai mata uang global diperlukan berbagai
langkah dan strategi. Kehadiran dinar dalam sistem perdagangan dan moneter
dunia dimaksudkan untuk menggantikan uang fiat dan menjadi alternatif bagi
negara-negara berkembang untuk menghindari dominasi perekonomian negaranegara maju. Untuk menggantikan peran uang fiat dalam perekonomian
diperlukan penerapan dinar secara bertahap, langkah demi langkah bukan dengan
perubahan secara drastis. Salah satu langkah yang dilakukan dalam penerapan
dinar tersebut adalah dengan menjadikan dinar sebagai alat transaksi perdagangan
barang dan jasa internasional, baik perdagangan multilateral maupun bilateral.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan dinar dalam
perdagangan internasional, antara lain26:
a. Peran Dinar dalam Perdagangan
Penggunaan dinar tidak ditujukan untuk menggantikan peran mata uang
domestik, tetapi hanya digunakan untuk pembayaran atas transaksi perdagangan
barang dan jasa luar negeri. Uang domestik tetap diperlukan sebagai alat transaksi
25
Ibid., h. 176-177.
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), Cet. 1, h. 108.
26
domestik. Dinar tidak diwujudkan dalam bentuk fisik, tetapi diukur dalam ukuran
harga emas. Jika satu dinar sama dengan satu ounce emas dan satu ounce emas
setara dengan $290, maka satu dinar sama dengan $290. Emas tersebut bisa
dihargakan dengan nilai mata uang negara lain yang ditetapkan oleh kedua
negara.
Pembayaran tidak dilakukan dengan mentransfer dinar dari satu negara ke
negara lain, tetapi hanya dengan mentransfer ekuivalen emasnya ke bank
kustodian yang telah disepakati. Hal ini ditujukan untuk menghindari kesulitan
untuk mentransfer emas dalam bentuk fisik serta memberikan kemudahan bagi
negara yang tidak memiliki sumber daya emas yang cukup.
b. Penggunaan Dinar Emas
Dinar tersebut akan digunakan dalam transaksi perdagangan multilateral
maupun bilateral. Perdagangan multilateral melibatkan beberapa negara dalam
transaksi perdagangan seperti ekspor dan impor yang terjadi antara Malaysia
dengan Arab Saudi dan Indonesia. Sedangkan transaksi bilateral melibatkan dua
negara dalam perdagangan barang dan jasa, seperti perdagangan antara Indonesia
dengan Malaysia. Perdagangan bilateral tidak hanya terbatas pada negara yang
ada dalam satu regional, tetapi juga bisa dengan negara yang berada di luar
regionalnya, seperti perdagangan antara Indonesia dengan Australia atau
Indonesia dengan Amerika Serikat.
Pada konferensi internasional tahun 2002 di Kuala Lumpur tentang Stable and
Just Global Monetary Systems, Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahatir
Muhammad menjelaskan tentang mekanisme pelaksanaan perdagangan dengan
dinar. Ketika terjadi perdagangan antara Malaysia dengan Arab Saudi, dimana
dalam kurun waktu 3 bulan, Malaysia mengekspor ke Arab Saudi sebesar 2 juta
dinar dan Arab Saudi mengekspor ke Malaysia sebesar 1,8 juta dinar. Data
selengkapnya bisa terlihat pada tabel 4.1 tentang ilustrasi ekspor dan impor antara
Malaysia dengan mitra dagangnya Arab Saudi.
Tabel 4.1 Ilustrasi Ekspor dan Impor Malaysia dengan Arab Saudi
(Juta dinar)
Ekspor ke
1. Malaysia
2. Arab Saudi
Total Impor
Malaysia
Arab Saudi
Total Ekspor
x
1.8
1.8
2.0
x
2.0
2.0
1.8
3.8
Dengan demikian Malaysia mengalami surplus perdagangan sebesar 0,2 juta
dinar. Arab Saudi melalui bank sentralnya akan membayar sebesar 0,2 juta dinar
kepada Bank Negara Malaysia melalui Bank Kustodian (IDB atau Bank of
England). Dalam mekanisme ini, dinar sebesar 0,2 juta dinar yang dibayarkan
Arab Saudi bisa mendukung transaksi perdagangan ekspor dan impor dengan
jumlah sebesar 3,8 juta dinar. Hal ini tentunya akan memberikan kesempatan
kepada negara peserta dengan cadangan devisa yang terbatas untuk melakukan
perdagangan ekspor dan impor dengan menggunakan dinar.
3. Peraturan tentang Penerapan Dinar dalam Perdagangan Internasional
Mengimplementasikan dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional
harus merujuk kepada peraturan dan undang-undang yang membolehkan dinar
yang terbuat dari emas bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Setidaknya, ada
tiga aturan (legal issues) yang berkenaan dengan menggunakan dinar dalam
perdagangan internasional, yaitu:27
a. International Legal Impediments
Ada beberapa peraturan yang berkaitan dengan penerapan dinar dalam
perdagangan internasional dalam Articles of Agreement of the International
Monetary Fund. Pada 1945 salah satu aturan yang ditetapkan IMF adalah sistem
par value yang mengharuskan negara-negara anggota mengkonversikan mata
uang mereka seperti dolar yang di-peg kepada emas sebesar 1/35 per ons emas.
Setelah sistem par value berakhir pada tahun 1971, negara anggota mengadopsi
aturan yang dibuat IMF pada tahun 1976 the Second Amendement to the Articles
of Agreement yang baru efektif digunakan pada tahun 1978 hingga saat ini. Dalam
aturan tersebut negara anggota dibolehkan untuk mengkonversikan mata uangnya
terhadap mata uang lain selain emas. Beberapa negara ada yang mengkonversikan
mata uangnya dengan Special Drawing Right (SDR) yang dibuat IMF. Sebagian
lainnya ada yang membiarkan mata uangnya mengambang berdasarkan
permintaan dan penawaran internasional. Walaupun setiap negara bebas
menentukan mata uang yang menjadi standar nilai tukarnya, setiap negara
dilarang untuk melakukan manipulasi nilai tukar atau sistem moneter
27
Ibid., h. 116-118.
internasional yang ditujukan untuk mengambil keuntungan dari persaingan yang
tidak fair dengan negara lain. Setiap negara diharuskan untuk berkolaborasi
dengan pendanaan dan pembiayaan dari IMF untuk mempromosikan stabilitas
nilai tukar dan menghindari perubahan persaingan nilai tukar. Negara yang
membiarkan mata uangnya mengambang bebas diharuskan untuk melakukan
intervensi nilai tukarnya untuk mengatasi perubahan nilai tukar yang tajam dan
fluktuasi nilai tukar. Berdasarkan Articles IV the Obligations Regarding
Exchange Arrangements berisikan tentang nilai tukar hanya dikonversikan kepada
SDR atau kepada mata uang negara lain selain emas. Sekilas, aturan tersebut
terlihat melarang dan membatasi penggunaan emas sebagai sebuah perjanjian
nilai tukar (exchange arrangements). Tetapi dinar yang akan digunakan dalam
perdagangan internasional bukan uang sebuah negara yang ditopang dengan emas
(backed by gold). Kehadiran dinar dalam perdagangan internasional tidak
ditujukan untuk menjadikan dinar sebagai mata uang sehari-hari semua negara,
tetapi hanya digunakan untuk menjadi alat transaksi perdagangan bilateral.
Pembayaran dengan dinar dilakukan dengan mentransfer ekuivalen dinar ke
account negara peserta yang ada di bank kustodian. Dalam aturan yang sama
dalam Articles IV dinyatakan bahwa kondisi ekonomi internasional tertentu,
mengizinkan sebuah negara untuk memperkenalkan sistem perjanjian nilai tukar
yang berdasarkan atas stabilitas.
b. Financial Infrastructure
Lembaga keuangan adalah salah satu faktor yang akan menyukseskan
implementasi dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional. Lembaga
keuangan seperti perbankan harus siap dengan berbagai aturan yang mendukung
penggunaan dinar dan menyesuaikan sistem operasionalnya. Untuk mewujudkan
itu, diperlukan peran dan aturan yang mendukung industri perbankan untuk
berperan dalam perdagangan bilateral. Dalam hal ini, bank sentral selaku otoritas
moneter akan menjadi lembaga yang mengawasi dan mengatur mekanisme sistem
perbankan nasional.
c. Dispute Settlement
Untuk menghindari perselisihan perdagangan, maka diperlukan sebuah
mekanisme penyelesaian (dispute settlement) yang bisa mengatasi perselisihan
dagang antar negara ataupun sektor swasta. Saat ini, aturan tentang perselisihan
telah ditetapkan oleh WTO yang dinamakan dengan Dispute Settlement
Mechanism. WTO telah mengeluarkan beberapa persetujuan, seperti General
Agreement on Tariffs and trade, General Agreement on Trade in Services dan
Agreement on Trade-Related Aspects of Property Rights. Setiap dari aturan
tersebut memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
1. Untuk membantu perdagangan berjalan secara bebas;
2. Untuk mencapai liberalisasi dengan cara negosiasi; dan
3. Untuk mengatur perselisihan perdagangan (settling payment).
Proses
penyelesaian
perselisihan
tersebut
telah
diatur
dalam
the
Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement on Disputes
(DSU). Di samping peraturan yang ditetapkan oleh WTO, perdagangan secara
bilateral
juga
membutuhkan
lembaga-lembaga
yang
membantu
dalam
penyelesaian masalah-masalah perdagangan seperti lembaga mediasi, arbitrasi
dan konsiliasi. Kehadiran lembaga tersebut diharapkan bisa membantu kelancaran
dan menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dari perdagangan tersebut.
4. Dampak Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional
Penggunaan dinar merupakan suatu solusi atas perekonomian dunia yang
menggunakan uang fiat. Penggunaan uang fiat menimbulkan ketidakstabilan
perekonomian dunia, untuk mengatasi hal itu dibutuhkan mata uang yang lebih
stabil yaitu dinar emas.
Pada tahun 1250 M / 648 H di negara Mesir, dinar yang dijadikan sebagai
dasar moneter pernah dipengaruhi oleh penggunaan uang fulus yaitu uang
campuran dari kuningan dan tembaga. Penggunaan uang fulus dan ditambah oleh
kondisi perekonomian yang buruk telah menyebabkan harga yang tidak stabil.
Untuk mengatasi hal tersebut Al-Maqrizi (768-845 H) dalam bukunya Ighosatul
Ummah bi Kasyfil Ghummah menjelaskan kondisi tersebut secara terperinci serta
memberikan jalan keluar bagi kondisi perekonomian Mesir pada waktu itu. Di
antara pemikiran Al-Maqrizi tersebut adalah:
a. Hanya dinar dan dirham yang bisa digunakan sebagai uang
b. Menghentikan penurunan nilai uang (debasement of money)
c. Membatasi penggunaan uang fulus
Menurut Al-Maqrizi untuk mengatasi kondisi tersebut, dinar dan dirham harus
kembali digunakan dalam perdagangan barang dan jasa seperti pembayaran upah
para pekerja. Untuk mendukung penggunaan dinar dan dirham tersebut maka
pemerintah harus menghentikan penurunan nilai uang (debasement of money)
serta membatasi penggunaan uang fulus hanya untuk transaksi dalam skala kecil
dan hanya untuk transaksi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Sedangkan dinar
dan dirham digunakan untuk transaksi dalam skala besar seperti perdagangan luar
negeri dan transaksi domestik lainnya.28
Pada saat ini, peran uang fulus sudah digantikan oleh uang fiat yang
digunakan untuk semua transaksi perdagangan, baik dalam negeri maupun luar
negeri. Penggunaan dinar merupakan suatu solusi untuk mengatasi berbagai
dampak perekonomian yang ditimbulkan oleh penggunaan uang fiat dalam
perekonomian dunia.
Dr. Ahmad Hasan dalam bukunya Al-Awraq an-Naqdiyyat fi al-Iqtishadi alIslamiy menjelaskan bahwa setelah berakhirnya perang dunia I, setiap negara
memberlakukan peraturan dan pengawasan ketat terhadap perdagangan dunia
untuk menurunkan jumlah impor barang dan komoditi seperti pemberlakuan
pajak dan cukai. Setiap negara berusaha untuk mendorong peningkatan ekspor
yang kemudian menyebabkan perbedaan harga-harga di setiap negara.29
28
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer
(Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005), Cet. 1, h. 222.
29
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami Telaah Konfrehensif Sistem Keuangan Islam (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), h. 49.
Ketika perdagangan menggunakan emas, maka indeks harga akan
mempertahankan kesesuaian, karena menggunakan sistem emas sangat berperan
penting untuk menjaga stabilitas harga di berbagai negara. Sebagai contoh,
terjadinya kerjasama dagang antara Suriah dengan Prancis dengan menggunakan
sistem emas. Suriah mengimpor komoditi dalam jumlah besar dari Prancis, hal ini
akan menyebabkan keluarnya emas dari Suriah menuju Prancis dan persediaan
emas akan menipis di Suriah. Saat itu harga-harga akan mengalami penurunan di
Suriah. Ketika harga-harga komoditi di Suriah menurun, negara lain akan
melakukan impor dari Suriah dan saat itu pula emas-emas kembali masuk dan
menguat di Suriah. Tetapi, ketika perdagangan dunia tidak lagi berjalan dengan
bebas, keberadaan uang emas digantikan dengan uang kertas yang berakibat pada
perbedaan indeks harga-harga.
Menurut Hafiz Majdi, Dodik Siswantoro dan J.A. Brozovsky (Stable and Just
Global Monetary System, 2002), penggunaan dinar yang dilakukan oleh kedua
negara dalam perdagangan bilateral akan menyebabkan penyesuaian otomatis
terhadap neraca pembayaran (balance of payment) kedua negara. Contoh
sederhananya adalah ketika salah satu negara mengekspor barang ke negara
lainnya, maka negara tersebut akan memiliki lebih banyak dinar emas dan jumlah
barang yang lebih sedikit. Hal ini akan menyebabkan terangkatnya harga barang
karena adanya ekspor dan dengan tingkat harga yang lebih tinggi serta melakukan
penyesuaian otomatis terhadap perbedaan pada neraca pembayaran. Dampak
implementasi gold dinar dalam perdagangan internasional diproyeksikan akan
mendatangkan banyak manfaat.
Pertama, mengurangi dampak volatilitas yang disebabkan oleh fluktuasi mata
uang. Kedua, trader tidak perlu lagi melakukan hedging. Ketiga, transaksi
semakin efisien karena semakin banyak negara yang bergabung, hanya diperlukan
gold dinar yang relatif kecil untuk volume perdagangan yang difasilitasi.
Keempat, gold dinar akan berperan seperti mata uang bersama (common
currency) yang berimplikasi akan mengurangi biaya transaksi. Kelima,
keuntungan politis di mana para pendukung gold dinar akan menjadi blok yang
solid yang diperhitungkan kiprahnya.30
5. Keuntungan dari Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional
Penggunaan dinar dalam perdagangan internasional akan memberikan
berbagai keuntungan, diantaranya:31
a. Megurangi dan menghapus risiko nilai tukar. Risiko yang ditimbulkan dari
perubahan nilai tukar akan mempengaruhi aktivitas ekonomi dunia terutama
perdagangan internasional. Kehadiran dinar akan menghapus setiap risiko
yang ditimbulkan dari nilai tukar karena dinar adalah mata uang yang stabil
dan menguntungkan bagi setiap negara yang melakukan perdagangan,
30
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta:
Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. 1, h. 102-103.
31
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), Cet. 1, h. 118-119.
walaupun harga nilai emas berfluktuasi, tetapi tingkat perubahannya lebih
kecil dibandingkan dengan tingkat fluktuasi uang kertas saat ini.
b. Penggunaan dinar akan mengurangi terjadinya spekulasi, manipulasi dan
arbitrasi terhadap mata uang nasional. Ketika tiga negara seperti Malaysia,
Indonesia dan Brunei Darussalam melakukan perdagangan maka akan ada tiga
jenis mata uang. Tetapi dengan menjadikan dinar sebagai mata uang tunggal
dalam perdagangan, maka tidak akan ada spekulasi atau arbitrasi yang terjadi
dalam perdagangan tersebut.
Pada prakteknya, situasi ekonomi dan politik sebuah negara akan
mempengaruhi nilai tukar mata uangnya dan akan berpengaruh pada pasar dan
aktivitas ekonomi, tetapi dengan dinar sebagai mata uang global, hal tersebut
tidak akan berpengaruh signifikan karena dinar bukan milik suatu negara
tertentu.
c. Penggunaan dinar akan mengurangi biaya transaksi perdagangan (transaction
cost) dan meningkatkan perdagangan. Jumlah dinar yang sedikit akan bisa
menutupi transaksi dalam jumlah besar serta memberikan peluang kepada
negara yang tidak memiliki cadangan devisa yang cukup sekalipun.
d. Penggunaan dinar dalam perdagangan akan meningkatkan perdagangan yang
pada akhirnya akan meningkatkan kerjasama antar negara peserta. Di samping
itu, penggunaan dinar akan mempengaruhi kondisi mata uang domestik yang
pada akhirnya akan mempengaruhi sistem moneter nasional.
e. Penggunaan dinar dalam perdagangan internasional akan mengurangi
sovreignty (kekuasaan). Dengan sistem perdagangan uang fiat saat ini telah
memberikan peluang dan ruang kepada negara-negara maju untuk menguasai
perekonomian dunia dan memperbesar jurang antara negara kaya dengan
negara miskin. Penggunaan dinar akan mengurangi ketergantungan negara
berkembang dan negara miskin terhadap perekonomian negara maju,
mengingat sebagian besar sumber daya alam di dunia ini berada di negaranegara berkembang.
B. Peluang Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia
1. Penerapan Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia
Menggunakan dinar sebagai alat transaksi perdagangan ekspor dan impor
merupakan suatu potensi yang bisa diterapkan dalam perdagangan luar negeri
Indonesia. Ada beberapa alasan dan faktor pendukung yang menjadikan dinar
memiliki potensi untuk bisa diterapkan dalam perdagangan luar negeri Indonesia,
antara lain:
Pertama, Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk muslim
terbesar di dunia. Kondisi Indonesia sebagai salah satu negara muslim dan dinar
sebagai mata uang yang ada dalam syariah islam akan memudahkan dalam
mengimplementasikan dinar sebagai uang yang akan digunakan dalam transaksi
luar negeri.
Kedua, Indonesia adalah salah satu negara anggota OKI. Perdagangan
Indonesia dengan negara OKI telah mengalami peningkatan yang ditunjukkan
dengan adanya surplus perdagangan yang diperoleh Indonesia. Kawasan
kerjasama negara OKI merupakan kawasan yang memiliki potensi yang cukup
besar, karena sebagian sumber daya alam berada di negara muslim. Melakukan
perdagangan dengan negara OKI tidak hanya memenuhi kebutuhan dan keperluan
setiap negara semata, tetapi juga akan berpengaruh kepada persatuan dan kesatuan
umat islam yang ada di dunia ini.32
Ketiga, Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan merupakan
salah satu negara yang memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap peran
dolar untuk bisa melakukan transaksi ekspor dan impor dengan mitra dagangnya.
Keempat, ketergantungan terhadap dolar dan uang fiat lainnya akan berisiko
terhadap perdagangan internasional Indonesia. Karena dolar dan uang fiat lainnya
adalah uang kertas biasa yang setiap saat bisa terdevaluasi, terdepresiasi, dan
berfluktuasi serta sangat rentan terjadi inflasi, spekulasi dan arbitrasi. Aktivitas
keuangan tersebut tentunya akan mempengaruhi harga dan nilai uang fiat yang
berlaku di pasar internasional yang akan berdampak pada nilai tukar mata uang
domestik Indonesia.
Kelima, dalam perdagangan bilateral, jumlah yang harus dibayarkan adalah
sebesar defisit yang dialami oleh setiap negara peserta. Surplus perdagangan yang
32
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta:
Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. 1, h. 17.
diperoleh Indonesia merupakan potensi yang besar untuk bisa menerapkan dinar,
khususnya dengan negara-negara muslim sebagai mitra dagangnya.
Keenam, sistem perdagangan bilateral dengan dinar akan melibatkan peran
serta industri perbankan yang terdiri dari bank sentral dan perbankan komersial.
Indonesia adalah negara yang memiliki dual banking system yaitu perbankan
konvensional dan perbankan syariah. Dengan adanya peran dari kedua industri
perbankan tersebut diharapkan bisa membantu dan mempermudah penggunaan
dinar sebagai alat transaksi ekspor dan impor.
Selain beberapa faktor di atas, salah satu faktor yang mendukung penggunaan
dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional Indonesia adalah jumlah
cadangan emas Indonesia yang dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan.
Pada tahun 2007 lalu, jumlah cadangan emas Indonesia sebesar 1,75 milyar
dolar. Cadangan emas yang dimiliki Indonesia ini akan bisa dijadikan sebagai
cadangan awal dan jaminan untuk bisa melakukan perdagangan bilateral dengan
sistem dinar.
Tabel 4.2 Jumlah Cadangan Emas Indonesia
(Juta USD)
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Sumber: Bank Indonesia
Jumlah
761
768
1070,96
1284,30
1316,33
1583,25
1750,89
2. Regulasi tentang Penerapan Dinar dalam Perdagangan Bilateral
Indonesia
Di Indonesia, terdapat Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia. Dalam Undang-Undang ini terdapat beberapa pasal yang berkaitan
dengan penggunaan dinar sebagai alat transaksi luar negeri, antara lain:
a. Pasal 2 ayat (5): ”Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diberikan untuk keperluan pembayaran di tempat atau di daerah tertentu,
untuk maksud pembayaran atau untuk memenuhi kewajiban dalam valuta
asing yang telah diperjanjikan secara tertulis, yang akan ditetapkan dengan
Peraturan Bank Indonesia”.
b. Pasal 13 ayat (1) dan (2):
(1)
Bank Indonesia mengelola cadangan devisa
(2)
Dalam pengelolaan cadangan devisa sebagaimana dimaksud pada
ayat 1, Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi
devisa.
Pada pasal 2 ayat (5) terdapat pengecualian penggunaan mata uang rupiah,
yaitu adanya kebolehan penggunaan alat pembayaran selain mata uang rupiah
untuk transaksi di luar wilayah Indonesia. Pada pasal 13 ayat (1) dan (2), Bank
Indonesia bertugas sebagai pengelola cadangan devisa negara. Cadangan devisa
negara yang dimaksud adalah berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya
dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat
pembayaran luar negeri.
3. Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Negara OKI
Berdasarkan ekspor dan impor non migas Indonesia ke 10 negara OKI dari
tahun 2003 hingga tahun 2007, jumlah perdagangan terbesar Indonesia adalah
dengan negara Malaysia, selanjutnya lihat tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3 Neraca Perdagangan Non Migas Indonesia dengan Malaysia
Tahun 2003 - 2007
(Juta US$)
URAIAN
2003
2004
2005
2006
2007
Total
3.109,7
4.031,1
4.694,1
5.394,3
6.743,0
Non Migas
Ekspor
2.315,5
2.870,1
3.309,0
3.789,6
4.593,1
Non Migas
Impor
794,2
1.161,0
1.385,1
1.604,7
2.149,9
Non Migas
Neraca
1.521,3
1.709,1
1.924,0
2.184,8
2.443,2
Non Migas
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah Pusdata Dep. Perdagangan)
TREND(%)
2003-2007
20,19
17,91
26,05
12,67
Pada tahun 2007 total perdagangan non migas Indonesia dengan Malaysia
adalah sebesar 6,74 milyar dolar dengan ekspor sebesar 4,59 milyar dolar dan
impor sebesar 2,15 milyar dolar. Dengan demikian Indonesia mengalami surplus
pada perdagangannya sekitar 2,44 milyar dolar. Berdasarkan tabel di atas, selama
lima tahun terakhir yakni dari tahun 2003 hingga tahun 2007 perdagangan non
migas Indonesia dengan Malaysia mengalami peningkatan trend sebesar 20,19%.
Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat disimulasikan perdagangan
bilateral antara Indonesia dengan Malaysia dengan menggunakan dinar sebagai
alat transaksi perdagangan. Sebelum melakukan perdagangan kedua negara akan
melakukan kesepakatan dan persetujuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
perdagangan, antara lain:
a. Batasan kredit (credit limit) untuk melakukan perdagangan. Jumlah kredit ini
diperoleh dengan cara kedua negara terlebih dahulu memiliki cadangan emas
dalam bentuk fisik (emas batangan) di Bank Kustodian yang akan digunakan
sebagai alat pembayaran. Cadangan emas tersebut bisa diperoleh dengan cara
mengkonversi cadangan devisa dalam bentuk valas menjadi emas batangan
tanpa harus mencetak uang domestik untuk membeli sejumlah emas untuk
dijadikan cadangan dinar kedua negara.
b. Mata uang yang digunakan untuk penyelesaian transaksi yaitu dinar dan mata
uang lainnya ketika jumlah ketersediaan dinar lebih kecil dari jumlah defisit
perdagangan.
c. Minimal periode penyelesaian adalah 3 bulan. Hal ini merujuk kepada aturan
yang telah ditetapkan oleh IMF. Periode penyelesaian dan penghitungan bisa
dilakukan dalam kurun lebih dari tiga bulan.
d. Jumlah defisit yang akan dibayarkan dalam bentuk dinar akan diukur dengan
harga emas, dimana harga emas yang digunakan bisa disepakati oleh kedua
negara.
e. Tanggal dan waktu pembayaran atas ekspor dan impor oleh kedua negara.
f. Bank Kustodian yang menjadi tempat penyimpanan kepemilikan emas kedua
negara. Dalam hal ini, Bank Kustodian bisa diperankan oleh IDB (Islamic
Development Bank) ataupun ADB (ASEAN Development Bank).
Tabel 4.4 Ilustrasi Ekspor dan Impor Non Migas Indonesia dengan Malaysia
(Milyar dolar)
Ekspor ke
Indonesia
Malaysia
Total Ekspor
Indonesia
X
4,59
4,59
2,15
x
2,15
Malaysia
2,15
4,59
6,74
Total Impor
Pada tahun 2007, harga rata-rata per ounce (31,1 gram) emas adalah 989 dolar
atau sama dengan 31,8 dolar per gram emas. Dengan merujuk harga emas
tersebut, maka 1 dinar (4,25 gram emas) setara dengan 135 dolar. Dengan
demikian, jumlah ekspor dan impor non migas antara Indonesia dengan Malaysia
dalam bentuk dinar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Ilustrasi Ekspor dan Impor Non Migas Indonesia dengan Malaysia
(Juta dinar)
Ekspor ke
Indonesia
Malaysia
Total Ekspor
Indonesia
X
34,00
34,00
15,93
X
15,93
15,93
34,00
49,93
Malaysia
Total Impor
Dari transaksi ekspor dan impor non migas antara Indonesia dengan Malaysia
pada tahun 2007, diketahui bahwa Indonesia mengalami surplus pada neraca
perdagangan sebesar 2,44 milyar dolar atau setara dengan 18,07 juta dinar.
Dengan demikian, Malaysia mengalami defisit perdagangan dan harus membayar
kepada Bank Indonesia dengan cara mentransfer sejumlah 18,07 juta dinar ke
account emas Indonesia yang berada di Bank Kustodian yang telah disepakati
yaitu IDB.
Jumlah ekuivalen dinar sebesar 18,07 juta dinar adalah jumlah yang cukup
besar. Besarnya pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia,
disebabkan jumlah tersebut dihitung berdasarkan periode penghitungan satu
tahun. Jumlah tersebut akan lebih kecil lagi jika pembayaran dilakukan dalam
jangka waktu tiga bulan atau empat bulan (kuarteran).
Dinar yang dibayarkan pemerintah Malaysia sebesar 18,07 juta dinar
bisa
menutupi
selama
satu
memberikan
transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan Malaysia
tahun sebesar 49,93 juta dinar. Sistem ini tentunya akan
kemudahan dan keuntungan bagi pemerintah Indonesia dan
Malaysia ketika melakukan transaksi perdagangan ekspor dan impor dalam kurun
waktu tertentu dengan jumlah dinar yang sedikit. Karena dengan jumlah dinar
sebesar 18,07 juta dinar, Indonesia dan Malaysia bisa melakukan transaksi
perdagangan ekspor dan impor sebesar 49,93 juta dinar atau setara dengan 6,74
milyar dolar.
4. Model Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Menggunakan Dinar
Perdagangan
internasional secara bilateral merupakan suatu jenis
perdagangan yang mudah dan sederhana untuk dilakukan oleh kedua negara.
Perdagangan secara bilateral memberikan kemudahan bagi kedua negara
untuk
melakukan
penghitungan neraca perdagangan dan melakukan
pembayaran.
Model perdagangan bilateral melibatkan peran dari para pengimpor dan
pengekspor, bank komersial, bank sentral kedua negara dan sebuah bank
kustodian sebagai tempat kepemilikan dinar emas kedua negara. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini:33
INDONESIA
Ekspor dan Impor
MALAYSIA
Gambar 4.6
Model Perdagangan Bilateral dengan Dinar
Sedangkan untuk mekanisme transaksi perdagangan bilateral dengan dinar
emas akan melalui beberapa proses. Lihat gambar 4.7:
33
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), Cet. 1, h. 112.
Gambar 4.7
Mekanisme dan Proses Transaksi Bilateral dengan Dinar
Proses yang pertama adalah digambarkan oleh garis yang terputus-putus. Pada
proses ini pengimpor dan pengekspor akan melakukan kontrak jual beli atas
barang. Selanjutnya pengimpor akan melakukan permohonan L/C (Letter of
Credit) kepada salah satu bank komersial yang telah ditentukan oleh bank sentral
dan bank komersial akan meneruskannya ke bank komersial pengekspor yang
berisikan tentang perdagangan secara detail. Setelah L/C diterima oleh bank
komersial negara pengekspor, maka pengekspor akan melakukan pengiriman
barang. Setelah itu, pengimpor akan melakukan pembayaran dalam mata uang
domestiknya melalui bank komersial yang ada di negara pengimpor.
Proses kedua adalah digambarkan oleh garis yang tidak terputus-putus.
Setelah menerima pembayaran dari pengimpor, bank komersial akan melakukan
pembayaran ke bank sentral dengan menggunakan uang domestik. Selanjutnya,
bank komersial pengekspor akan melakukan permintaan pembayaran kembali atas
ekspornya dengan menggunakan uang domestiknya kepada bank sentralnya.
Setelah terjadi pembayaran, bank sentral kedua negara akan mencatat transaksi
tersebut dan menjumlahkan semua transaksi pada akhir periode yang telah
ditentukan. Pada waktu penghitungan transaksi, harga emas akan ditentukan dan
akan dilakukan pembayaran oleh bank sentral pengimpor dengan cara mentransfer
ekuivalen emas ke bank kustodian yang menjadi tempat penyimpanan cadangan
emas kedua negara.34
Proses penyelesaian akhir transaksi bilateral dengan dinar akan terlihat pada
gambar 4.8. proses yang terjadi dalam penyelesaian akhir adalah sebagai berikut:
1. Permintaan pembayaran oleh bank sentral negara pengekspor kepada bank
sentral negara pengimpor pada akhir periode.
2.
a. Bank sentral negara pengimpor akan menginstruksikan ke bank kustodian
untuk melakukan pembayaran kepada bank sentral pengekspor melalui
cadangan emasnya yang ada di bank kustodian.
b. Jika jumlah cadangan emasnya lebih kecil dari jumlah yang harus
dibayarkan, maka pembayaran bisa dilakukan dengan mata uang yang
disepakati kedua negara melalui bank agen mata uang asing yang ditunjuk
3. Memberitahukan jumlah pembayaran yang dilakukan oleh bank sentral
pengimpor kepada bank sentral pengekspor.
4. a. Mengirim konfirmasi pernyataan tentang transfer dinar emas kedua negara.
b. Mengirim konfirmasi pernyataan tentang transfer mata uang asing yang
disepakati kedua negara.
34
Ibid., h. 113.
Gambar 4.8
Penyelesaian Akhir Transaksi Bilateral dengan Menggunakan Dinar
C. Dampak dan Kemungkinan Pengaruh Penggunaan Dinar terhadap Sistem
Moneter Indonesia
Penerapan dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia terutama dengan
negara-negara muslim sebagai mitra dagangnya, akan berpengaruh terhadap
perdagangan luar negeri, sistem moneter dan perbankan nasional.
1. Pengaruh terhadap Perdagangan Luar Negeri
Penggunaan dinar sebagai alat transaksi pembayaran ekspor dan impor akan
berdampak dan berpengaruh terhadap beberapa hal diantaranya jumlah uang fiat
yang digunakan sebagai alat pembayaran, berdampak terhadap komposisi ekspor
dan impor Indonesia dengan kawasan OKI dan negara Timur Tengah lainnya dan
berdampak terhadap cadangan devisa emas Indonesia.
Pertama, penggunaan dinar akan berdampak terhadap jumlah penggunaan
mata uang asing (seperti dolar, euro, yen dan lain-lain) untuk melakukan transaksi
ekspor dan impor. Berdasarkan data tentang ekspor dan impor non migas dengan
negara OKI pada tahun 2007, diketahui bahwa ekspor Indonesia terhadap
kawasan OKI adalah sekitar 12% dari total ekspor non migas nasional. Sedangkan
impor adalah sekitar 6% dari total impor non migas nasional. Jika diasumsikan
bahwa ekspor non migas tersebut dilakukan menggunakan dolar dan kemudian
diganti dengan dinar, maka ekspor Indonesia yang menggunakan dolar akan
berkurang sebesar 12%. Begitupun dengan impor Indonesia akan terjadi
pengurangan impor dengan menggunakan dolar sebesar 6%.
Dengan asumsi di atas, maka akan diperoleh jumlah ekspor dan impor non
migas Indonesia berdasarkan dinar. Jumlah ekspor menggunakan dinar adalah
10,85 milyar dolar atau sebesar 11,8% dari total ekspor non migas dan untuk
impor sebesar 3,04 milyar dolar atau sebesar 5,8% dari total impor non migas.
Data selengkapnya bisa dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini:
Tabel 3.6 Ekspor dan Impor Non Migas Berdasarkan Valuta 2007
(Juta US$)
Mata Uang
Ekspor
73.057,8
10.857,5
1.840,2
2.208,3
2.668,3
276,0
644,1
460,1
Total 92.012,3
Sumber: Bank Indonesia (data diolah)
US Dolar
Gold Dinar
Euro
Yen
Singapore Dolar
Australia Dolar
Rupiah
Lainnya
Impor
38.985,1
3.047,4
3.257,5
4.465,9
840,6
998,3
315,3
630,5
52.540,6
2007
Ekspor %
79,4
11,8
2,0
2,4
2,9
0,3
0,7
0,5
100,0
Impor %
74,2
5,8
6,2
8,5
1,6
1,9
0,6
1,2
100,0
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ekspor non migas dengan negara
OKI sebesar 10,85 milyar dolar bisa mengurangi jumlah penggunaan dolar
sebesar 11,8%. Sebelum adanya penggunaan dinar, jumlah ekspor dengan
menggunakan dolar adalah sebesar 91,2%. Setelah adanya penggunaan dinar,
maka penggunaan dolar berkurang menjadi 79,4%. Begitupun impor dengan
menggunakan dinar bisa mengurangi jumlah penggunaan dolar sebesar 5,8%
yaitu dari 80% menjadi 74,2%.
Kedua, penggunaan dinar sebagai alat transaksi bilateral akan berpengaruh
terhadap hubungan perdagangan Indonesia dengan negara OKI. Pengaruh yang
ditimbulkan dari penggunaan dinar memang masih kecil, hanya sebesar 12%
untuk ekspor dan 6% untuk impor. Tetapi jumlah tersebut akan bisa terus
ditingkatkan dengan cara meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia
dengan negara OKI yang lain. Dalam beberapa tahun terakhir perdagangan
Indonesia dengan negara kawasan OKI selalu mengalami peningkatan.
Meningkatnya perdagangan dengan kawasan OKI akan memberikan pengaruh
yang lebih besar lagi terhadap sektor perdagangan luar negeri Indonesia.
Dengan terjadinya peningkatan perdagangan antar sesama negara OKI yang
menggunakan dinar, tidak hanya berdampak terhadap pengurangan jumlah
penggunaan uang fiat dalam transaksi ekspor dan impor, tetapi juga akan
berdampak terhadap persatuan dan kesatuan negara-negara muslim di dunia ini.
Kondisi sistem moneter dan perdagangan dunia memungkinkan untuk terjadinya
kelompok dan blok-blok perdagangan yang ditujukan untuk mempermudah dalam
melakukan perdagangan sesama anggota.
Tetapi permasalahan yang justru terjadi adalah bahwa negara muslim belum
bisa mengoptimalkan perdagangan luar negeri sesama mereka. Perdagangan
sesama negara OKI hanya sekitar 12% dari total semua perdagangan negara OKI
dan sekitar 7% dari total perdagangan dunia, padahal sekitar 60% sumber daya
alam di dunia ini berada di negara-negara muslim. Kondisi ini tidak terlepas dari
masih sedikitnya perdagangan sesama negara OKI dan besarnya ketergantungan
terhadap perdagangan dengan negara-negara non muslim. Beberapa negara
muslim adalah penghasil keju dan tekstil, seperti Lebanon dan Mesir, akan tetapi
negara-negara muslim justru mengimpor keju dan tekstil dari negara-negara non
muslim (negara barat).
Penggunaan dinar sebagai alat transaksi perdagangan sesama negara OKI
merupakan salah satu solusi atas permasalahan di atas. Penggunaan dinar oleh
semua negara muslim dan menjadikannya sebagai mata uang tunggal (monetary
union) alat pembayaran perdagangan sesama mereka akan memberikan dampak
yang cukup besar terhadap persatuan dan kesatuan serta pertumbuhan
perdagangan negara-negara muslim.
Hal ini bisa terlihat dari pengalaman negara Uni Eropa dengan kesatuan unit
moneter yaitu uang Euro. Dengan didukung oleh 12 negara Eropa, euro bisa
menjadi mata uang yang kuat dan bersaing dengan dua mata uang lainnya yaitu
dolar Amerika dan yen Jepang dalam arena perdagangan dan keuangan
internasional.35
2. Pengaruh terhadap Sistem Moneter
Pada dasarnya, dinar hanya digunakan untuk transaksi luar negeri, tetapi
penggunaan dinar tersebut akan bisa mempengaruhi kondisi mata uang rupiah
dalam negeri. Pengaruh tersebut timbul sebagai akibat dari adanya cadangan emas
(cadangan dinar) yang diperoleh Indonesia dari perdagangan luar negeri.
Cadangan emas yang diperoleh dari perdagangan bilateral dengan negara OKI
akan bisa berdampak kepada jumlah uang yang beredar dan nilai dari rupiah
dalam negeri.
a. Jumlah Uang yang Beredar
Surplus perdagangan yang diperoleh Indonesia melalui perdagangan bilateral
dengan negara OKI sebesar 57,85 juta dinar akan menjadi cadangan emas
Indonesia. Pertambahan cadangan emas tersebut akan mempengaruhi jumlah uang
beredar melalui adanya perubahan pada jumlah uang inti (monetary base).
Uang inti merupakan kewajiban atau utang moneter dari otoritas moneter
Bank Indonesia terhadap (yang dipegang oleh) masyarakat maupun bank umum.
Bentuk uang inti adalah berupa uang kartal yang dipegang oleh masyarakat dan
uang kartal yang dipegang oleh bank sebagai cadangan dan cadangan minimum
35
M. Luthfi Hamidi, Dolar VS Euro Awal Kebangkrutan AS (Jakarta: Senayan Abadi Publishing,
2003), Cet. 10, h. 56.
pada Bank Indonesia. Adapun sumber dari uang inti tersebut dapat diketahui
melalui neraca otoritas moneter berikut:
AKTIVA
Aktiva luar negeri
Surat berharga pemerintah
Pinjaman/tagihan pada bank umum
Aktiva lainnya
PASIVA
Uang kartal yang ada di masyarakat
Cadangan bank umum pada BI
Pasiva luar negeri
Deposito pemerintah
Pasiva lainnya
Setiap perubahan yang terjadi pada kolom aktiva, maka akan mempengaruhi
jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat dan bank umum yang berarti akan
merubah jumlah dari uang inti. Meningkatnya pertumbuhan sektor luar negeri
yang tercermin dari perubahan cadangan devisa akan mempengaruhi jumlah uang
beredar. Besar atau kecilnya jumlah cadangan devisa akan menentukan besar atau
kecilnya jumlah uang beredar. Semakin besar jumlah cadangan devisa, maka
semakin besar pula jumlah uang yang beredar.
Sedangkan bentuk dari jumlah uang beredar karena adanya perubahan uang
inti tersebut bisa terjadi dalam arti sempit yaitu M1, dimana penambahan
cadangan devisa berpengaruh terhadap dana likuid yang digunakan untuk
keperluan transaksi ataupun uang yang beredar dalam bentuk M2 (M1 ditambah
uang kuasi). Uang kuasi berupa aset finansial yang kurang likuid dibandingkan
dengan uang kertas, tetapi sangat mudah untuk diubah menjadi dana likuid. M2
berbentuk simpanan rupiah dan valuta asing masyarakat yang sementara
kehilangan fungsinya sebagai alat tukar.36
b. Nilai Rupiah dalam Negeri
Menggunakan dinar sebagai penopang rupiah adalah sama dengan sistem
moneter pada masa nilai tukar emas tahun 1925 - 1931 dan masa Bretton Woods
System pada tahun 1946 - 1971. Pada masa tersebut, setiap negara menggunakan
emas sebagai standar alat tukarnya. Sistem moneter yang dihasilkan oleh kedua
masa tersebut adalah sistem moneter dengan nilai tukar yang lebih kuat dan stabil.
Dari perdagangan dengan kawasan OKI, Indonesia memperoleh surplus
perdagangan sebesar 57,85 juta dinar atau sekitar 7,81 milyar dolar. Uang
sejumlah 57,85 juta dinar tersebut selain menjadi pemasukan bagi keuangan
pemerintah, juga bisa digunakan untuk menopang rupiah dalam negeri. Hal ini
ditujukan untuk menghasilkan rupiah yang lebih kuat dan stabil. Menjadikan
dinar sebagai penopang rupiah, akan membatasi pemerintah untuk mencetak
rupiah dalam jumlah yang berlebih. Karena mencetak rupiah akan mengikuti
jumlah cadangan emas yang dimiliki pemerintah.
Emas adalah logam mulia yang bernilai stabil, sekalipun emas bisa
berfluktuasi, tetapi tingkat fluktuasinya lebih kecil dibandingkan dengan fluktuasi
uang fiat saat ini. Dengan kestabilan nilai emas tersebut, maka rupiah akan ikut
menjadi stabil pula. Jika rupiah mengikuti nilai mata uang asing yang ada di
36
Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 285-286.
pasar, maka tingkat fluktuasinya akan mngikuti dari fluktuasi mata uang asing
tersebut.
Menggunakan cadangan dinar untuk menopang rupiah, memang bukan suatu
cara yang ideal untuk menghindari dampak dari sistem moneter uang fiat saat ini.
Karena kemungkinan terjadinya inflasi, spekulasi dan permasalahan uang fiat
lainnya terhadap rupiah masih terbuka lebar. Tetapi satu hal yang mejadi catatan
disini adalah bahwa menopang rupiah dengan sejumlah dinar akan memberikan
pengaruh yang lebih baik jika dibandingkan dengan rupiah tidak ditopang dengan
nilai apapun.
Walaupun menopang rupiah dengan cadangan dinar sama dengan sistem
standar nilai tukar dan sistem Bretton Wood yang dinilai gagal karena tidak
bertahan lama, tetapi sejarah membuktikan bahwa kedua sistem tersebut telah
memberikan
kestabilan
sistem
moneter
semasa
kedua
sistem
tersebut
digunakan.
Kegagalan dan berakhirnya sistem tersebut disebabkan oleh beberapa negara
yang mencetak uangnya melebihi cadangan emas yang mereka miliki yang
membawa mereka kepada kebangkrutan ekonomi. Selain itu, runtuhnya sistem
moneter standar emas juga disebabkan banyaknya negara yang melanggar
ketetapan yang telah disepakati untuk mewujudkan stabilitas sistem moneter
global. Seperti yang dilakukan Amerika dengan mencetak dolar untuk menutupi
defisit eksternal yang disebabkan oleh defisit perdagangan dan biaya perang.37
3. Pengaruh terhadap Industri Perbankan
Sektor perbankan adalah salah satu pihak yang terlibat dalam perdagangan
secara bilateral. Dampak yang ditimbulkan terhadap industri perbankan dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu bank sentral atau Bank Indonesia dan bank
komersial yang terdiri dari perbankan konvenional dan perbankan syariah.
a. Dampak terhadap Bank Indonesia (BI)
Bank Indonesia merupakan badan otoritas moneter dan sebagai pengawas dan
pengatur industri perbankan dalam negeri. Bank Indonesia memayungi dua
industri perbankan, yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Kedua
industri perbankan tersebut akan berperan besar dalam penerapan dinar sebagai
alat transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan Malaysia dan negara
muslim lainnya.
Dalam perdagangan bilateral, Bank Indonesia akan memiliki dua peran, yaitu:
Pertama, sebagai lembaga yang mengatur dan mengawasi perdagangan dinar dan
menjamin ketersediaan dinar untuk pembayaran defisit perdagangan. Pada
perdagangan bilateral Indonesia dengan Malaysia dan negara OKI lainnya, Bank
Indonesia akan menjadi lembaga yang mengatur dan mengontrol setiap transaksi
37
Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham (Depok:
Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007), Cet. 1, h. 25.
perdagangan. Bank Indonesia akan menjadi lembaga yang menjamin ketersediaan
dinar ketika terjadi pembayaran defisit ekspor dan impor Indonesia dengan cara
mentransfer sejumlah dinar ke account pemerintah Malaysia yang ada di bank
kustodian yaitu IDB (Islamic Development Bank). Begitu juga sebaliknya, Bank
Negara Malaysia akan melakukan hal yang sama ketika Malaysia mengalami
defisit pada perdagangan ekspor dan impor dengan Indonesia.
Kedua, Bank Indonesia menjadi bank kustodian dalam negeri, dengan kata
lain Bank Indonesia akan menjadi pengatur dan pengawas pembayaran
perdagangan ekspor dan impor dalam negeri yang dilakukan oleh bank komersial
dan para pengekspor. Bank Indonesia akan mencatat semua transaksi ekspor dan
impor yang telah dilakukan hingga waktu penghitungan dan pembayaran
dilakukan.
Dengan adanya peran-peran yang dilakukan oleh Bank Indonesia, tentunya
akan mempengaruhi sistem kerja dari Bank Indonesia terutama untuk menangani
perdagangan bilateral Indonesia dengan negara OKI sebagai mitra dagangnya.
Dari tabel matrik perdagangan bilateral Indonesia dengan Malaysia di atas,
diketahui bahwa Indonesia memperoleh surplus perdagangan sebesar 18,07 juta
dinar. Uang sejumlah 18,07 juta dinar tersebut akan menjadi pemasukan bagi
cadangan devisa negara terutama cadangan devisa dinar Indonesia yang akan
dikelola oleh Bank Indonesia.
Di samping itu, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dituntut untuk
membentuk sistem perbankan yang bisa melaksanakan setiap transaksi bilateral,
mulai dari segi regulasi perbankan hingga mekanisme transaksi yang harus diikuti
oleh industri perbankan.
b. Dampak terhadap Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah
Perbankan konvensional dan perbankan syariah akan memiliki peran yang
cukup besar dalam melakukan transaksi perdagangan bilateral. Dalam transaksi
bilateral, bank komersial berperan dalam menerbitkan L/C bagi pengekspor dan
pengimpor. Selain itu, bank komersial juga berperan dalam menyelesaikan
transaksi pembayaran ekspor dan impor dengan bank komersial luar negeri dan
pembayaran kepada Bank Indonesia.
Sistem perdagangan bilateral akan memberikan kesempatan kepada perbankan
dalam negeri untuk bisa melakukan transaksi dalam skala regional dan
internasional. Dengan banyaknya L/C yang diterbitkan tentunya akan
memberikan keuntungan tersendiri bagi pendapatan bank dan akan memperluas
hubungan perbankan dalam negeri dengan perbankan komersial yang ada di
negara lain.
Saat ini, L/C tidak hanya diterbitkan oleh bank-bank konvensional, tetapi juga
bisa diterbitkan oleh bank-bank syariah, seperti Bank Muamalat, Bank Syariah
Mandiri, Bank Mega Syariah Indonesia dan Unit Usaha Syariah lainnya. Dalam
penerapan dinar sebagai alat transaksi bilateral, tidak hanya dinarnya yang sesuai
dengan nilai syariah, tetapi segala transaksi yang berhubungan dengan
perdagangan bilateral juga harus sesuai dengan akad syariah. Di Indonesia,
terdapat beberapa akad L/C syariah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN) dalam fatwa No. 34/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C impor dan
fatwa No. 35/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C ekspor.38 Adapun akad-akad yang
bisa digunakan adalah akad Kafalah (penjaminan), Wakalah (perwakilan),
Murabahah (pembelian), Musyarakah dan Mudharabah (DSN, 2003). Salah satu
contoh akad yang sudah dipraktekkan adalah akad L/C yang dikeluarkan oleh
Bank Syariah Mandiri yang menggunakan sistem Kafalah, dimana bank bertindak
sebagai penjamin (kafil) dan nasabah bertindak sebagai pihak yang dijamin
(makful alaih). L/C syariah bebas dari overdue interest yaitu bebas dari bunga
yang dibebankan kepada eksportir karena perbedaan waktu antara saat bank
syariah dalam negeri membayar kepada eksportir dengan saat bank syariah dalam
negeri menerima pembayaran dari bank penerbit L/C luar negeri.
Produk L/C syariah yang dikeluarkan oleh beberapa bank syariah tersebut,
bisa digunakan sebagai salah satu alternatif oleh nasabah (eksportir/importir)
ketika melakukan transaksi ekspor dan impor yang sesuai dengan prinsip syariah.
Dengan bertambahnya penggunaan L/C syariah, tentunya akan berpengaruh
terhadap perbankan syariah dari segi finansial dan perluasan hubungan (jaringan)
dengan perbankan luar negeri. Negara OKI terdiri dari negara-negara timur
tengah yang kaya, sehingga dengan adanya hubungan perbankan syariah
Indonesia dengan kawasan timur tengah tersebut, bisa mendorong serta
38
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional
(Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006), Ed. 3, h. 208 dan 221.
meningkatkan investasi para investor timur tengah ke dalam negeri. Jika sebagian
dari jumlah ekspor dan impor dengan negara OKI menggunakan L/C yang
diterbitkan oleh perbankan syariah, tentunya juga akan berpengaruh besar
terhadap eksistensi perbankan syariah di Indonesia.
4. Keuntungan Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia
Dengan digunakannya dinar sebagai alat pembayaran perdagangan bilateral
Indonesia khususnya dengan negara-negara muslim, maka akan memberikan
beberapa keuntungan bagi pemerintah Indonesia, antara lain:
a. Mengurangi ketergantungan terhadap peran uang fiat dalam melakukan
transaksi perdagangan ekspor dan impor. Uang fiat seperti dolar, euro, yen
dan uang fiat lainnya adalah jenis uang yang nilai tukarnya berfluktuasi setiap
waktu. Fluktuasi nilai tukar yang tajam akan berdampak kepada kondisi
perdagangan luar negeri Indonesia. Dengan adanya dinar maka resiko
perubahan nilai tukar akan menjadi berkurang, karena nilai emas relatif stabil.
b. Penggunaan dinar akan menyebabkan Indonesia memiliki cadangan emas.
Cadangan emas tersebut tidak hanya akan berfungsi sebagai alat pembayaran
perdagangan luar negeri Indonesia dengan mitra dagangnya, tetapi cadangan
emas tersebut juga bisa berfungsi sebagai acuan dan rujukan bagi pemerintah
dalam mencetak uang domestik yaitu rupiah. Cadangan emas yang diperoleh
dari perdagangan ekspor dan impor dengan sistem dinar akan digunakan
untuk memback-up rupiah yang beredar di pasaran. Sehingga akan
menyebabkan nilai rupiah yang lebih kuat dan stabil.
c. Penggunaan dinar akan meningkatkan peran dari perbankan nasional,
khususnya perbankan syariah. Sistem perdagangan bilateral dengan dinar
memberikan kesempatan bagi perbankan syariah untuk mengembangkan jenis
transaksi L/C yang sesuai dengan syariah, yang pada akhirnya akan
mendorong pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia.
d. Penggunaan dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia dengan negaranegara muslim tidak hanya akan berdampak kepada sistem perdagangan,
tetapi juga akan berdampak kepada nilai persatuan dan kesatuan negaranegara muslim. Dengan meningkatnya perdagangan Indonesia dengan negaranegara muslim, maka akan meningkatkan hubungan antar kedua negara yang
tidak hanya terbatas kepada ekonomi saja, tetapi juga akan meningkatkan
hubungan politik, budaya dan lain sebagainya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam perdagangan internasional antar negara-negara muslim yang tergabung
dalam anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), secara ekonomi mata uang
dinar sangat berpeluang untuk diterapkan. Karena dinar adalah mata uang yang
stabil, tidak berfluktuasi, alat tukar yang tepat, mengurangi spekulasi, manipulasi
dan persengketaan. Namun secara politik, tentunya akan mengalami sedikit
hambatan yang berasal dari negara-negara maju berupa perlawanan khususnya
negara super power yaitu Amerika yang mana mata uangnya (dolar) digunakan
oleh 60% negara di dunia. Hal ini, bisa diatasi jika pemerintah negara-negara
muslim sepakat untuk menjadikan dinar sebagai mata uang tunggalnya dalam
perdagangan internasional dengan kata lain meninggalkan dolar.
Strategi-strategi yang harus disiapkan agar konsep dinar dapat menjadi mata
uang internasional antar negara-negara muslim, antara lain:
1. Negara-negara muslim yang tergabung dalam anggota OKI harus membuat
kesepakatan/kompetensi atau peraturan tentang pembayaran transaksi
perdagangan internasionalnya dengan menggunakan mata uang dinar.
2. Negara anggota OKI harus membuat standar ukuran umum mata uang dinar
yang akan digunakan sebagai mata uang tunggal yang perlu dipenuhi dengan
mengambil rata-rata persamaan dari negara-negara OKI yang mau bergabung.
3. Negara anggota OKI harus mendirikan Bank Sentral atau Bank Kustodian
yang membawahi bank sentral seluruh negara OKI yang akan mengurus dan
mengelola kendali moneter.
4. Selanjutnya, para pemerintah negara anggota OKI mensosialisasikan kepada
masyarakat khususnya para pengusaha ekspor maupun impor. Hal ini
ditujukan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami surplus perdagangan
luar negeri dengan negara anggota OKI. Kondisi ini akan menjadi sebuah peluang
untuk penerapan dinar dalam transaksi perdagangan bilateral Indonesia.
Penggunaan dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia akan berpengaruh
terhadap perdagangan luar negeri, sistem moneter dan industri perbankan
nasional.
Penggunaan dinar sebagai alat transaksi perdagangan luar negeri Indonesia
dengan negara OKI, dapat mengurangi penggunaan dolar Amerika untuk
transaksi ekspor sebesar 11,8% dari 91,2% menjadi 79,4% dari total ekspor, dan
untuk transaksi impor sebesar 5,8% dari 80% menjadi 74,2% dari total impor.
Selain itu, penggunaan dinar juga akan mempererat persatuan dan kesatuan antar
negara muslim di dunia ini.
Penggunaan dinar juga akan berpengaruh terhadap industri perbankan
nasional. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter akan berperan sebagai
pengawas dan pengontrol perdagangan dinar dalam negeri dan menjadi media
pemerintah untuk melakukan transaksi perdagangan ekspor dan impor serta
sebagai pengontrol cadangan emas yang diperoleh dari perdagangan bilateral
yang menggunakan dinar. Bank komersial menjadi media bagi pengusaha ekspor
dan impor. Di Indonesia, jasa L/C tidak hanya ada di perbankan konvensional,
tetapi permohonan L/C juga bisa dilakukan melalui perbankan syariah. Dengan
berkembangnya penggunaan L/C syariah untuk keperluan ekspor dan impor tidak
hanya berdampak pada income perbankan syariah, tetapi justru berdampak kepada
pertumbuhan perbankan syariah dalam negeri. Di samping itu, produk L/C
syariah akan memberikan peluang kepada perbankan syariah untuk bekerjasama
dengan perbankan syariah yang ada di negara muslim lainnya yang akan
berdampak kepada pertumbuhan investasi syariah dalam negeri.
Penggunaan dinar sebagai alat transaksi bilateral juga akan berpengaruh
terhadap rupiah. Pengaruh tersebut timbul sebagai akibat dari surplus
perdagangan dinar yang dijadikan sebagai cadangan emas Indonesia. Penambahan
cadangan emas akan menambah uang inti yang ada pada masyarakat dan
perbankan, pengaruh terhadap jumlah uang beredar memang tidak terlalu besar,
karena surplus yang diperoleh juga masih dalam jumlah relatif kecil.
B. Saran
Dinar segera mungkin diterapkan dalam perdagangan internasional Indonesia
terutama perdagangan dengan negara OKI. Penggunaan dinar tidak hanya
berdampak pada sistem perdagangan Indonesia tetapi juga berdampak kepada
umat muslim di dunia. Penggunaan dinar dalam perdagangan dengan negara OKI
akan berdampak pada pengurangan ketergantungan negara-negara muslim
terhadap peran dolar dan uang fiat lainnya. Selain itu, penggunaan dinar akan
berdampak pada persatuan dan kesatuan negara-negara muslim.
Sebagai langkah awal, Indonesia bisa mencoba menggunakan dinar pada
perdagangan bilateral dengan Malaysia. Malaysia merupakan negara pelopor dari
penggunaan dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional. Dari segi
perdagangan, Malaysia merupakan negara yang letak geografisnya berdekatan
dengan Indonesia yang jumlah ekspor dan impornya lebih besar dibandingkan
dengan negara OKI lainnya.
Peran aktif pemerintah merupakan faktor penting untuk bisa menerapkan
dinar sebagai alat transaksi bilateral Indonesia dengan negara-negara muslim.
Sejarah membuktikan bahwa tanpa adanya peran aktif pemerintah, maka
penggunaan dinar tidak akan bisa berjalan dengan baik, sebagaimana yang terjadi
pada tahun 1250 M / 648H di mesir tentang uang fulus dan keruntuhan dari sistem
nilai tukar emas dan Bretton Wood yang semua itu menuntut untuk adanya peran
aktif pemerintah.
Untuk mendukung penerapan dinar sebagai alat transaksi internasional, maka
pemerintah harus bisa memfasilitasi segala faktor yang mendukung dari
penggunaan dianr seperti undang-undang atau peraturan tentang dinar, regulasi
tentang perbankan dengan sistem dinar, industri perbankan yang kuat dan
berbagai faktor lainnya yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis, M. Ag. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga
Kontemporer. Cet. Ke-1. Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005.
Arifin, Zainul, Drs., MBA. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Cet. Ke-2.
Jakarta: AlvaBet, 2003.
Badan Pusat Statistik. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2003-2007.
Jakarta: BPS.
Bank Indonesia. Ekspor dan Impor Berdasarkan Kelompok Negara Tahun 2007.
Jakarta: Bank Indonesia. Http://www.bi.go.id/
______________. Ekspor dan Impor Non Migas Berdasarkan Valuta Tahun 2007.
Jakarta: Bank Indonesia. Http://www.bi.go.id/
Dep. Perdagangan. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Menurut Negara
Tujuan dan Asal Tahun 2007. Jakarta: Depdag. Http://www.depdag.go.id/
______________. Ekspor Non Migas Utama Menurut Sektor. Jakarta: Depdag.
Http://www.depdag.go.id/
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional. Ed. 3. Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006.
Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional. Ekspor dan Impor Non Migas
Berdasarkan Kawasan Kerjasama Tahun 2007. Jakarta: Dirjen KPI.
Http://www.nafed.go.id/
Hamidi, M. Luthfi, MA. Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan
Berkeadilan. Cet. Ke-1. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007.
______________. Jejak-Jejak Ekonomi Syariah. Cet. Ke-1. Jakarta: Senayan Abadi
Publishing, 2003.
______________. Dolar VS Euro Awal Kebangkrutan AS. Cet. Ke-10. Jakarta:
Senayan Abadi Publishing, 2003.
Hasan, Ahmad. Mata Uang Islami Telaah Konprehensif Sistem Keuangan Islami.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Http://en.wikipedia.org/wiki/Seignorage
Http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
Http://www.econlib.org/LIBRARY/Enc/GoldStandard.html.
Http://www.geraidinar.com/
Http://www.globalfinancialdata.com/
Http://www.islamhariini.org/
Http://www.portalhr.com/majalah/edisisebelumnya/bisnis/1id331.html
Http://www.tazkiaonline.com/?view=articles&id=7&detail=yes
Http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0312/18/finansial/754191.htm
Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis. Cet. Ke-1. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008.
Iqbal, Muhaimin. Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham.
Cet. Ke-1. Depok: Spiritual Learning Centre-Dinar Club, 2007.
Iswardono, Kapita Selekta Ekonomi Moneter. Jakarta: Gunadarma, 1995.
Karim, Ir. Adiwarman, SE, MBA, MAEP, Ekonomi Islam Suatu Kajian
Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007).
Krugman, Paul R., dan Obstfeld, Maurice. Ekonomi Internasional Teori dan
Kebijakan. Ed. 5. Jakarta: PT. Indeks, 2005.
Meera, Ahamed Kameel Mydin. The Thief of Nation: Returning to Gold. Malaysia:
Pelanduk Publication, 2004.
Muhammad, Mahatir. The Gold Dinar Convention, Speech at the Gold Dinar in
Multilateral
Trade
Seminar.
Malaysia:
IKIM
Hall,
2003.
Http://www.neach.gov.my/index.php, 13 Juni 2006.
Pohan, Aulia. Potret Kebijakan Moneter Indonesia: Seberapa Jauh Kebijakan
Moneter Mewarnai Perekonomian Indonesia. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008.
Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Pracoyo, Antyo. Aspek Dasar Ekonomi Makro Di
Indonesia. Cet. Ke-2. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi & Makro- ekonomi). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 2002.
Rivai, H. Veithzal, Prof., Dr., MBA., dkk. Bank and Financial Institution
Management: Conventional and Sharia System. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2007.
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Ed.3. Cet. Ke-15. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004.
Vadillo, Umar Ibrahim. The Return of the Islamic Gold Dinar: A Study of Money in
Islamic Law and the Architecture of Gold Economy. Malaysia: Murabitun
Nusantara, 2002.
Yusanto, Ismail. Dinar Emas Solusi Krisis Moneter. Jakarta: Pirac, 2002.
Download