PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM MONETER INDONESIA (Suatu Kajian Konseptual) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh : Rahmat Fauzi Iswan NIM: 104046101692 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 8 Agustus 2008 Rahmat Fauzi Iswan PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM MONETER INDONESIA (Suatu Kajian Konseptual) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh : Rahmat Fauzi Iswan NIM: 104046101692 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II DR. H. Anwar Abbas, MA Siti Najma, S.Ag, MM KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM MONETER INDONESIA (Suatu Kajian Konseptual) telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at, 19 September 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 22 September 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN 1. Ketua : DR. Euis Amalia, M.Ag NIP. 150 289 264 (………………...) 2. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH NIP. 150 318 308 (………………...) 3. Pembimbing I : DR. H. Anwar Abbas, MA NIP. 131 273 007 (………………...) 4. Pembimbing II : Siti Najma, S. Ag, MM NIP. (………………...) 5. Penguji I : Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (………………...) NIP. 150 210 422 6. Penguji II : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH NIP. 150 318 308 (………………...) ABSTRAKSI Rahmat Fauzi Iswan, 104046101692, “Peluang Dinar dalam Perdagangan Internasional dan Peluang Pengaruhnya terhadap Sistem Moneter Indonesia (Suatu Kajian Konseptual)”, Program Strata I, Kosentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Penelitian ini berbentuk studi kepustakaan yang mencoba mendiskripsikan secara jelas tentang peluang penerapan dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional dengan menggunakan beberapa data perdagangan luar negeri. Serta mencoba menjelaskan tentang kemungkinan pengaruhnya terhadap perdagangan luar negeri Indonesia, sistem moneter dan perbankan nasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi yang cukup besar untuk menerapkan dinar sebagai alat transaksi perdagangan luar negeri, khususnya perdagangan secara bilateral dengan negaranegara muslim sebagai mitra dagangnya. Dengan menggunakan data perdagangan pada tahun 2007, penggunaan dinar bisa mengurangi penggunaan dolar sebesar 12% untuk ekspor dan sekitar 6% untuk impor. Di samping itu, penggunaan dinar akan memberikan surplus perdagangan dalam bentuk uang dinar yang akan menjadi cadangan emas Indonesia yang tentunya akan berpengaruh kepada jumlah mata uang rupiah yang beredar serta nilai rupiah itu sendiri, karena rupiah ditopang dengan cadangan emas. Penggunaan dinar dalam perdagangan bilateral akan melibatkan peran serta dari Bank Indonesia dan perbankan nasional yang terdiri dari perbankan konvensional dan perbankan syariah. Keterlibatan industri perbankan tersebut, tidak hanya berpengaruh terhadap segi finansial dan kinerja bank, tetapi juga berpengaruh terhadap pertumbuhan perbankan nasional. Penggunaan dinar juga akan berpengaruh terhadap hubungan kerjasama negara-negara muslim melalui peningkatan perdagangan yang pada akhirnya akan mempererat tali persatuan dan kesatuan negara-negara muslim di dunia. Sudah seharusnya Indonesia menggunakan dinar sebagai alat transaksi perdagangan luar negeri, karena penggunaan dinar tidak hanya berpengaruh terhadap sistem moneter, tetapi juga terhadap persatuan dan kesatuan seluruh negara muslim. Penggunaan dinar bisa dimulai dengan menerapkannya dalam perdagangan bilateral dengan Malaysia. Malaysia adalah pelopor penggunaan dinar sebagai alat transaksi internasional negara muslim, serta Malaysia adalah negara partner dagang utama Indonesia dari kawasan OKI yang nilai ekspor dan impornya terhadap Indonesia lebih besar dibandingkan dengan negara muslim lainnya. KATA PENGANTAR ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮّﺣﻤﻦ اﻟﻠﺮﺣﻴﻢ Segala puja dan puji syukur hanya ke hadirat Allah swt, penggenggam semesta alam ini, atas izin dan kuasa-Nyalah penulis dapat menikmati proses penyelesaian skripsi ini sebagai tugas akhir dari perkuliahan yang telah penulis jalani. Shalawat teriring salam senantiasa tercurahkan atas baginda Rasulullah saw, suri tauladan yang baik bagi seluruh umat manusia, rindu kami padamu Ya Rosul para pengikutmu semoga terbalas di hari kemudian nanti. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Kepada Ibunda, Warna Baiti dan Ayahanda Syamsul Amri, bakti dan doa penulis selalu menyertai. Mereka yang juga terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih, semoga Allah membalas semuanya. Kepada: 1. Bapak Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Euis Amalia, M. Ag dan Bapak Ah. Azharudin Lathif, M. Ag, selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Muamalah Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak DR. H. Anwar Abbas, MA dan Ibu Siti Najma S. Ag., MM, selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Fakultas, yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk mengadakan studi perpustakaan. 5. Jajaran dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyampaikan ilmunya dengan penuh ikhlas dan dedikasi yang baik, semoga ilmu ini bermanfaat bagi penulis dan dapat menjadi amal bagi mereka. 6. Seluruh pimpinan dan staf Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas pelayanan akademik yang telah penulis dapatkan. 7. Sdri. Riri Rizkiyah, kekasih penulis yang selalu memotivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini. 8. Teman-teman seperjuangan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2004, “bocah rusuh” warga PS D 04, warga IKPAN (Ikatan Keluarga Besar Pondok Pesantren Annajah) Jakarta, semoga perjuangan kita senantiasa diridhai Allah swt. Semoga kebaikan dan bantuan mereka dibalas oleh Allah swt. Akhir kata semoga skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan bidang Ekonomi Syariah. Wallohu muwafiq ila aqwamit thoriq… Ciputat, 17 Agustus 2008 Penulis DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................ii LEMBAR PERNYATAAN........................................................................................iii ABSTRAKSI...............................................................................................................iv KATA PENGANTAR.................................................................................................v DAFTAR ISI..............................................................................................................vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................................................6 C. Tujuan dan Manfaat/Kegunaan Penelitian............................................7 D. Kajian Pustaka.......................................................................................8 E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep...............................................10 F. Metode Penelitian................................................................................11 G. Sistematika Penulisan..........................................................................13 BAB II LANDASAN TEORI A. Dinar 1. Sejarah Dinar dan Standar Emas a. Sejarah Dinar...........................................................................15 b. Standar Emas...........................................................................17 2. Perkembangan Dinar.....................................................................19 3. Alasan dan Keunggulan dari Penggunaan Dinar a. Uang yang Stabil.....................................................................24 b. Alat Tukar yang Tepat.............................................................25 c. Mengurangi Spekulasi, Manipulasi dan Arbitrasi...................25 4. Mata Uang Ideal untuk Perdagangan Internasional.......................26 5. Keandalan Dinar sebagai Alat Pembayaran..................................29 BAB III PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. Pengertian, Sejarah dan Manfaat Perdagangan Internasional 1. Pengertian Perdagangan Internasional..........................................31 2. Sejarah Perdagangan Internasional................................................31 3. Manfaat Perdagangan Internasional..............................................33 B. Perdagangan Internasional Indonesia 1. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia.................................34 a. Ekspor dan Impor Berdasarkan Kelompok Negara...................36 b. Ekspor dan Impor Berdasarkan Kawasan Kerjasama................37 c. Ekspor dan Impor Berdasarkan Negara Tujuan dan Asal..........38 d. Produk Ekspor dan Impor Indonesia.........................................41 2. Perkembangan Perdagangan Indonesia dengan Negara OKI........46 C. Sistem Moneter 1. Target Sistem Moneter..................................................................52 2. Indikator Sistem Moneter..............................................................52 3. Instrumen Sistem Moneter............................................................53 D. Sistem Moneter Indonesia...................................................................53 E. Perbankan Nasional.............................................................................57 BAB IV PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM MONETER INDONESIA A. Peluang Dinar dalam Perdagangan Internasional 1. Implementasi Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional a. Peran Dinar dalam Perdagangan................................................60 b. Penggunaan Dinar Emas............................................................61 2. Dampak Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional.....62 3. Analisis SWOT terhadap Dinar dalam Perdagangan Internasional..................................................................................63 B. Peluang Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia 1. Regulasi Penerapan Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia........................................................................................67 2. Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Negara OKI..................68 3. Model Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Menggunakan Dinar..............................................................................................71 4. Analisis SWOT terhadap Peluang Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia.........................................................................74 C. Dampak dan Kemungkinan Pengaruh Penggunaan Dinar terhadap Sistem Moneter Indonesia 1. Pengaruh terhadap Perdagangan Luar Negeri...............................79 2. Pengaruh terhadap Sistem Moneter...............................................81 a. Jumlah Uang yang Beredar........................................................82 b. Nilai Rupiah dalam Negeri........................................................83 3. Pengaruh terhadap Industri Perbankan a. Dampak terhadap Bank Indonesia (BI)....................................85 b. Dampak terhadap Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah.....................................................................................86 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..........................................................................................89 B. Saran....................................................................................................91 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................93 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Uang merupakan suatu benda yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan pertukaran dan perdagangan barang dan jasa. Selain itu, uang berfungsi sebagai standar ukuram nilai harga dan media penyimpan kekayaan. Dalam skala global, uang memiliki peranan penting dalam aktifitas perekonomian dunia. Uang menjadi media pertukaran barang dan jasa internasional serta uang menjadi dasar dari sistem moneter dunia, bahkan uang juga bisa digunakan untuk membeli dan menguasai sumber daya yang ada di dunia ini.1 Dalam sejarah perkembangannya, terdapat dua fase besar perkembangan uang sebagai dasar dari sistem moneter yaitu fase penggunaan uang emas dan fase penggunaan uang fiat. Fase uang emas terdiri dari beberapa tahap yaitu masa koin emas 1770-1914 (classical gold standard), standar nilai tukar emas 1925-1931 dan sistem Bretton Wood 1946-1971. Penggunaan standar emas dalam sistem moneter berakhir pada tahun 1971 yang digantikan dengan uang fiat yang 1 Ahmad Hasan, Mata Uang Islami Telaah Komprehensif Sistem Keuangan Islami (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 10-11. digunakan hingga saat ini. Penggunaan uang emas sebagai dasar dari sistem moneter telah memberikan kestabilan terhadap sistem moneter dan perdagangan dunia, sebagaimana yang dikatakan oleh R. A Mundell (1997): “When the international monetary system was linked to gold, the latter managed the interdependence of the currency system, established an anchor for fixed exchange rates and stabilized inflation. When the gold standard broke down, these valuable functions were no longer performed and the world moved into a regime of permanent inflation”. Sedangkan fase uang fiat adalah masa dimana sistem moneter ditopang oleh uang yang nilai nominalnya tidak sama dengan nilai intrinsiknya yaitu uang kertas yang digunakan hingga saat ini. Fase penggunaan uang fiat sebagai dasar sistem moneter dan alat transaksi internasional dimulai sekitar tahun 1971 setelah dolar tidak ditopang lagi dengan sejumlah emas. Runtuhnya sistem moneter uang emas sebagai akibat dari banyaknya spekulasi pada akhir tahun 1970 dan awal 1971, dan besarnya defisit eksternal Amerika. Besarnya jumlah defisit yang dialami Amerika, memaksa Amerika untuk mencetak dolar dalam jumlah besar, sedangkan Amerika masih terikat dengan perjanjian yang telah ditetapkan dalam perjanjian Bretton Wood System.2 Saat ini, sistem perdagangan dan moneter dunia menggunakan uang fiat. Uang fiat merupakan uang yang nilainya berasal dari pernyataan pemerintah yang 2 Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham (Depok: Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007), h. 25. mencetaknya sebagai alat transaksi yang sah. Kehadiran uang fiat dalam sistem moneter dan perdagangan dunia telah menimbulkan berbagai permasalahan, seperti terjadinya inflasi, menurunnya nilai daya beli uang, ketimpangan ekonomi, resiko nilai tukar dalam perdagangan internasional dan penguasaan perekonomian dunia oleh negara-negara maju khususnya negara yang memiliki nilai tukar mata uang yang kuat.3 Dewasa ini, terdapat tiga jenis mata uang fiat yang menguasai aktifitas perekonomian dunia, yaitu dolar, euro dan yen. Pada tabel di bawah ini terlihat bahwa dolar mendominasi transaksi keuangan dunia dalam jumlah yang jauh berbeda dengan euro dan yen. Secara keseluruhan dolar menguasai untuk setiap bentuk aktifitas ekonomi dan transaksi keuangan internasional. Tabel 1.1 Market Share Dolar, Euro dan Yen Dolar Euro Yen Official reserve (all counter) 64.8 14.6 4.5 International trade invoicing 40.0 14.0 - International bonds 46.9 38.3 4.3 Money market instruments 38.1 36.3 5.1 Spot foreign exchange 42.2 21.5 13.0 Swap foreign exchange 48.0 16.8 10.1 Total foreign exchange 45.2 18.8 11.3 Sumber: “The International Role of the Euro” Briefing Paper (November 2005) 3 M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. 1, h. 31. Sistem moneter dan perdagangan dunia saat ini adalah sistem yang tidak menciptakan stabilitas moneter, tidak adanya kesamaan nilai tukar dan fluktuasi nilai tukar yang terjadi setiap waktu. Bagi negara miskin dan sedang berkembang, sistem moneter saat ini adalah sistem moneter yang tidak menguntungkan. Negara berkembang harus bersaing dengan negara-negara maju dengan segala kekuatan dan hegemoni ekonomi yang dimiliki oleh negara-negara maju tersebut. Reformasi terhadap sistem moneter dunia merupakan salah satu langkah untuk bisa menciptakan sistem moneter yang lebih stabil dan adil bagi semua negara. Pada sistem moneter saat ini, Amerika sebagai negara adidaya bisa memperoleh keuntungan yang besar dengan hanya mencetak dan mengedarkan dolarnya di pasar internasional. Jepang adalah negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang besar dalam perekonomian dunia yang juga meraup keuntungan dari sistem moneter dunia saat ini, tetapi secara politis Jepang tidak bisa melakukan perubahan terhadap sistem moneter dunia. Sedangkan negara miskin dan sedang berkembang yang sebagian besar terdiri dari negara muslim adalah negara yang terus bergantung terhadap uang fiat agar bisa melakukan perdagangan internasionalnya. Walaupun saat ini telah hadir uang Euro yang ditopang oleh 12 negara Eropa, tetapi Euro juga merupakan jenis dari uang fiat yang tidak berbeda dengan uang fiat lainnya seperti dolar dan yen.4 4 Ibid., h. 37. Dengan kondisi sistem moneter dan perdagangan internasional yang tidak menguntungkan tersebut, sudah seharusnya negara-negara miskin dan berkembang khususnya negara muslim untuk mengurangi ketergantungan terhadap uang fiat dengan menciptakan sebuah sistem moneter dan perekonomian yang ditopang oleh sebuah mata uang yang stabil dan lebih adil yaitu mata uang emas (dinar). Dinar merupakan uang yang bernilai stabil dan memiliki nilai intrinsik sebagai logam mulia dan nilai nominal sebagai uang yang berlaku.5 Pada tahun 2002 dan 2003, pemerintah Malaysia telah melahirkan sebuah gagasan untuk menerapkan dinar dalam perdagangan internasional antar negara muslim. Gagasan yang dipelopori oleh mantan Perdana Menteri Malaysia Mahatir Muhammad tersebut merupakan langkah awal untuk mewujudkan dinar menjadi mata uang tunggal negara-negara muslim dan sebagai mata uang global.6 Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang membutuhkan dan menggunakan dolar dalam jumlah yang besar untuk transaksi perdagangan internasionalnya. Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, diperlukan adanya alternatif lain dalam sistem perdagangan luar negeri Indonesia, yaitu dengan menggunakan dinar sebagai alat transaksi ekspor dan impor. Penggunaan dinar tersebut, diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap sistem moneter Indonesia 5 Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham (Depok: Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007), h. 41. 6 Mahatir Muhammad, The Gold Dinar Convention, Speech at the Gold Dinar in Multilateral Trade Seminar (Malaysia: IKIM Hall, 2003), http://www.neach.gov.my/index.php, 13 Juni 2006. Dari pembahasan di atas, yang menjadi fokus permasalahan peneliti adalah seberapa besar peluang dinar untuk diterapkan dalam perdagangan internasional baik di Indonesia maupun di negara muslim lainnya dan seberapa besar pula peluang pengaruhnya yang ditimbulkan terhadap sistem moneter Indonesia. Untuk itu, dalam karya ilmiah ini peneliti memberi judul "PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PELUANG PENGARUHYA TERHADAP SISTEM MONETER INDONESIA (Suatu Kajian Konseptual)". B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk menghindari pembahasan yang meluas, maka penelitian tentang peluang dinar dalam perdagangan internasional ini dibatasi hanya untuk perdagangan secara bilateral dengan negara muslim. Adapun alasan pembatasannya, adalah: 1. Perdagangan secara bilateral memiliki sistem pembayaran yang mudah dan sederhana. Hal ini akan mempermudah dalam menjelaskan penggunaan dinar dan simulasi perdagangan, karena hanya terdiri dari dua negara peserta. 2. Perdagangan bilateral yang hanya melibatkan dua negara akan mempermudah dalam melakukan perdagangan, pembayaran dan perhitungan ekspor dan impor kedua negara. 3. Dinar adalah mata uang yang bersifat universal dan merupakan salah satu mata uang yang pernah digunakan dalam syariah islam, sehingga penerapan dinar dalam perdagangan bilateral akan lebih mudah jika dilakukan dengan negara-negara muslim. 4. Adapun pengaruh terhadap sistem moneter adalah pengaruh terhadap sektor perdagangan luar negeri, khususnya alat transaksi luar negeri dan pengaruh terhadap bank sentral dan industri perbankan nasional. Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana peluang dinar dalam perdagangan internasional antar negaranegara muslim dan dalam perdagangan bilateral Indonesia ? 2. Strategi-strategi apa saja yang harus disiapkan agar dinar dapat menjadi mata uang internasional antar negara-negara muslim ? 3. Bagaimana peluang pengaruhnya yang ditimbulkan dari penerapan dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia terhadap sistem moneter Indonesia ? C. Tujuan dan Manfaat/Kegunaan Penelitian Dalam penelitian karya ilmiah ini, terdapat beberapa tujuan yang mendasar dan manfaat /kegunaan dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuannya, adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui peluang dinar dalam perdagangan internasional antar negara-negara muslim dan dalam perdagangan bilateral Indonesia. b. Untuk mengetahui strategi-strategi apa saja yang harus disiapkan agar dinar dapat menjadi mata uang internasional antar negara-negara muslim. c. Untuk mengetahui peluang pengaruhnya yang ditimbulkan dari penerapan dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia terhadap sistem moneter Indonesia. Sedangkan manfaat/kegunaannya, antara lain: 1. Memberikan informasi tentang penerapan dinar dalam perdagangan internasional. 2. Menjelaskan dan menggambarkan secara jelas mekanisme penerapan dinar dalam perdagangan internasional. 3. Menambah khazanah keilmuan, khususnya ilmu ekonomi islam. Dan sekaligus menjadi bahan untuk penelitian lanjutan tentang masalah yang terkait. D. Kajian Pustaka Ada beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Adapun penelitian tersebut mengenai Dinar dan Dirham; Menggagas Standarisasi Sistem Moneter Negara-Negara Islam yang diteliti oleh saudara Jalaludin pada tahun 2003. Pembahasannya meliputi tentang standar emas internasional dan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu negara yang ingin menggunakan standar emas internasional. Ia juga membahas tentang keunggulan dan kelemahan dinar dan dirham. Ia pun memberi kesimpulan bahwa dinar dan dirham khususnya dalam sistem tatanan perekonomian Indonesia dapat diaplikasikan pada beberapa sektor, yaitu pembayaran Ongkos Naik Haji (ONH), zakat, infak, sedekah dan lain-lain. Penelitian berikutnya, diteliti oleh saudara Abdul Gofur pada tahun 2006 mengenai Realisasi Penggunaan Dinar dan Dirham pada Produk BMT AlKautsar. Hasil penelitian tersebut, menjelaskan bahwa BMT Al-Kautsar ternyata sudah mulai menggunakan dinar dan dirham sebagai alat tukar sejak tanggal 22 Desember 2002 lalu. Lembaga keuangan mikro syariah tersebut telah memasarkan produk-produknya dengan dinar dan dirham. Dampak dari penggunaan dinar dan dirham tersebut ternyata mampu meningkatkan aset BMT Al-Kautsar dan dapat mengembangkan produk-produk baru yang inovatif seperti tabungan haji dinar dan lain-lain. Adapun tanggapan masyarakat sekitar terhadap lembaga tersebut dan produk-produknya cukup baik. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah nasabah dan permintaan terhadap dinar dan dirham. Selanjutnya, Muhaimin Iqbal pada tahun 2007 lalu telah meneliti yang telah dituangkan dalam bukunya yang berjudul Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham. Menurut beliau, dinar dan dirham tidak dapat berdiri sendiri dalam mengembalikan kemakmuran islam. Akan tetapi, harus ada rodaroda penggerak kemakmuran islam lainnya yaitu sistem investasi yang bebas riba, pasar yang dikelola secara islami dan pelembagaan dan profesionalisasi pengelolaan zakat dan wakaf. Oleh karena itu, agar tidak terjadi duplikasi dalam beberapa penelitian terdahulu, kali ini peneliti ingin mencoba mengembangkan dan mendalami dari beberapa penelitian yang sudah ada tersebut tanpa mengabaikan sumber-sumber data yang sudah ada pada penelitian sebelumnya. Letak perbedaannya dari penelitian-penelitian terdahulu di atas, penelitian ini lebih mengkaji seberapa besar peluang dinar jika diterapkan dalam perdagangan internasional dan strategistrategi apa saja yang disiapkan untuk menghadapi tantangan-tantangannya. Penelitian ini juga menawarkan sebuah konsep dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia dan mencoba menjelaskan peluang pengaruhnya terhadap sistem moneter Indonesia yang terdiri dari sektor perdagangan luar negeri, jumlah uang yang beredar, nilai rupiah dalam negeri dan industri perbankan nasional. E. Kerangka Teori dan Konseptual Standarisasi berat uang dinar dan dirham dibakukan yaitu berat 7 dinar sama dengan berat 10 dirham. Berat 1 dinar ini sama dengan 1 mitsqal atau kurang lebih setara dengan berat 72 butir gandum ukuran sedang yang dipotong kedua ujungnya. Dari dinar-dinar yang tersimpan di musium setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat maka diketahui bahwa timbangan berat uang 1 dinar islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma. Atas dasar rumusan hubungan berat dinar dan dirham dan hasil penimbangan dinar di musium ini, maka dapat pula dihitung berat 1 dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram.7 Adapun beberapa peluang terhadap dinar untuk bisa diterapkan dalam perdagangan internasional antar negara muslim, antara lain: uang yang sangat stabil, kompetitif dan adil karena nilai nominalnya sesuai dengan nilai intrinsiknya. Selain itu, mata uang fiat yang selalu terdepresiasi terhadap harga emas. Dinar berperan dalam mempermudah perdagangan dan mengurangi hambatan perdagangan seperti spekulasi, fluktuasi nilai tukar yang tajam dan berbagai hambatan lainnya. Kemudian, ketergantungan negara-negara muslim yang besar kepada mata uang fiat negara maju seperti dolar, euro dan lain-lain. Sedangkan tantangan-tantangan terhadap dinar antara lain: secara fisik kurang acceptable dan tidak fleksibel (praktis), karena membuat para penggunanya merasa tidak nyaman, tidak bisa dibawa dalam jumlah relatif besar karena memberatkan. Sementara itu, belum adanya kesepakatan-kesepakatan antar negara muslim untuk menggunakan dinar dalam pembayaran transaksi perdagangan internasional. F. Metode Penelitian Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut: 7 Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham (Depok: Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007), Cet. 1, h. 19. 1. Bentuk dan Jenis Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (studi literatur), artinya dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya dengan penulisan karya ilmiah ini. 2. Jenis Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah suatu data yang dikelola oleh peneliti sendiri. Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari buku, makalah, artikel, paper, media massa (seperti surat kabar, majalah, jurnal) dan media elektronik melalui media internet. Di samping itu, penelitian ini juga menggunakan data perdagangan ekspor dan impor Indonesia yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), Departemen Perdagangan, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) dan Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI). 3. Teknik Pengumpulan Data Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data karya ilmiah ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research), dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap beberapa literatur yang ada kaitannya dengan penulisan karya ilmiah ini. Langkah dalam melaksanakan studi kepustakaan ini adalah dengan cara membaca, mengutip untuk menganalisa dan merumuskan hal-hal yang dianggap perlu dalam memenuhi data dalam penelitian. 4. Teknik Analisa Data Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan analisa isi (content analysis) dan analisa SWOT dengan pendekatan eksploratif yang mengkaji bagaimana peluang dinar dalam perdagangan internasional antara negara-negara muslim dan mengkaji bagaimana keunggulan dan kelemahan dari mata uang dinar tersebut. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif yang menjelaskan secara rinci tentang penggunaan dinar serta dampak dan pengaruh dari penggunaan dinar sebagai alat transaksi perdagangan bilateral. 5. Pedoman Penulisan Laporan Adapun penulisan karya ilmiah ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”. G. Sistematika Penulisan Bab Pertama : Bab pertama merupakan pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat/kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab pertama ini akan menjadi pengantar bagi bab-bab selanjutnya. Bab Kedua : Bab kedua berisikan tentang landasan teori penelitian yang menjelaskan tentang sejarah dinar standar emas, perkembangan dinar, alasan dan keunggulan dari penggunaan dinar, mata uang ideal untuk perdagangan internasional, dan keandalan dinar sebagai alat pembayaran. Bab Ketiga : Bab ketiga menjelaskan tentang pengertian, sejarah dan manfaat dari perdagangan internasional, perdagangan internasional Indonesia yang meliputi perkembangan ekspor dan impor Indonesia baik dengan negara non muslim maupun dengan negara OKI dan tentang sistem moneter Indonesia serta perbankan nasional. Bab Keempat : Bab keempat adalah pembahasan yang berisikan penjelasan tentang peluang dinar dalam perdagangan internasional dan perdagangan bilateral Indonesia yang meliputi strategi konsep dinar, implementasi penggunaan dinar, peraturan tentang penerapan dinar, dampak dan keuntungan dari penggunaan dinar dan peluang pengaruhnya terhadap sistem moneter Indonesia. Bab Kelima : Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan, saran serta rekomendasi dari penulis. BAB II LANDASAN TEORI A. Dinar 1. Sejarah Dinar dan Standar Emas a. Sejarah Dinar Pada masa sebelum datangnya islam, dinar merupakan uang yang digunakan dalam transaksi perdagangan. Berbagai jenis dinar emas dan perak dirham beredar dalam perdagangan sebagai akibat dari banyaknya bangsa Arab yang berdagang dengan bangsa Romawi, Byzantium dan para pedagang yang melewati negeri Arab. Pada saat itu, kota Makkah menjadi pusat perdagangan dan pertukaran mata uang, sehingga banyak para pedagang dari berbagai negeri datang ke kota Makkah untuk bertemu dan melakukan transaksi perdagangan.8 Secara bahasa, dinar berasal dari kata Denarius (Romawi Timur) dan dirham berasal dari kata Drachma (Persia). Menurut hukum islam, dinar yang dipergunakan adalah setara 4,25 gram emas 22 karat dengan diameter 23 milimeter. Standar ini telah ditetapkan pada masa Rasulullah dan telah dipergunakan oleh World Islamic Trading Organization (WITO) hingga saat ini. Sedangkan uang dirham setara dengan 2,975 gram perak murni. Dinar dan dirham 8 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. 1, h. 99. adalah mata uang yang berfungsi sebagai alat tukar baik sebelum datangnya islam maupun sesudahnya. Dalam sejarah umat islam, Rasulullah dan para sahabat menggunakan dinar dan dirham sebagai mata uang mereka, disamping sebagai alat tukar, dinar dan dirham juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum-hukum syar’i, seperti kadar zakat dan ukuran pencurian. Pada masa kenabian, dinar dan dirham digunakan sebagai alat transaksi perdagangan oleh masyarakat Arab. Masyarakat Arab Quraisy memiliki tradisi melakukan perjalanan dagang dua kali dalam setahun, yaitu pada musim panas ke negeri Syam (Syiria sekarang) dan pada musim dingin ke negeri Yaman.9 Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Quraisy ayat 1- 4: ⌧ ☺ Artinya: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar dan mengamankan dari ketakutan”. (QS. Al-Quraisy: 1- 4). 9 Ahmad Hasan, Mata Uang Islami Telaah Konprehensif Sistem Keuangan Islami (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 31. Dinar dan dirham dicetak pertama kali pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan pada tahun 695 M/77 H. Dalam perjalanannya sebagai mata uang yang digunakan, dinar dan dirham cenderung stabil dan tidak mengalami inflasi yang cukup besar selama kurang lebih 1500 tahun. Penggunaan dinar dan dirham berakhir pada runtuhnya khalifah islam Turki Usmani 1924. b. Standar Emas Secara garis besar, terdapat dua fase perkembangan penggunaan uang sebagai dasar sistem moneter dunia yaitu masa standar emas (gold standard) dan masa uang fiat (fiat money). Standar emas merupakan masa dimana sistem moneter dunia ditopang oleh penggunaan emas koin, batangan dan uang yang ditopang dengan emas (backed by gold). Masa standar emas terdiri dari tiga masa yaitu masa standar emas klasik (classical gold standard) sekitar tahun 1770-1914, masa standar tukar emas 1925-1930 dan masa sistem Bretton Wood yang dimulai dari tahun 1946 hingga 1971.10 Dalam masa standar emas klasik jenis uang yang digunakan berupa emas dalam bentuk koin dan emas batangan (gold Bullion). Pemerintah membuat batangan emas sebagai alat pembayaran hutang yang sah, baik oleh swasta maupun oleh pemerintah.11 Sistem standar emas klasik berakhir setelah pecahnya perang dunia pertama, dimana pemerintah berbagai negara meninggalkan standar emas dan mencetak uang untuk menutupi sebagian biaya perang. Perang telah 10 11 Http://www.econlib.org/LIBRARY/Enc/GoldStandard.html Iswardono, Kapita Selekta Ekonomi Moneter (Jakarta: Gunadarma, 1995), h. 75. mengakibatkan terjadi kondisi ekonomi yang tidak stabil yang ditandai dengan terjadi inflasi yang sangat tinggi. Untuk mengatasi kondisi perekonomian yang tidak stabil tersebut beberapa negara kembali menggunakan standar emas yang digunakan hingga tahun 1930-an. Penggunaan kembali standar emas berakhir disebabkan tidak adanya mekanisme penyesuaian yang layak dalam sistem moneter dan besarnya perpindahan modal yang cenderung merusak sistem moneter. Di samping itu, masa tersebut merupakan masa terjadinya perang dunia dan kondisi perekonomian yang buruk sehingga sisem standar emas sulit untuk digunakan.12 Pada tahun 1944, Amerika, Inggris dan 44 negara lainnya melakukan perundingan untuk merumuskan sebuah sistem moneter internasional setelah perang dunia berakhir. Pertemuan tersebut melahirkan sebuah sistem moneter internasional yang dikenal dengan sistem Bretton Woods yang beroperasi dari tahun 1946 hingga 1971. Secara umum, sistem Bretton Wood adalah sebuah standar tukar emas, dimana Amerika Serikat diminta untuk mempertahankan harga emas secara baku dengan harga 35 dollar per ounce emas, sedangkan negara lain membakukan nilai tukarnya terhadap dolar yang ditopang dengan emas. Amerika harus siap menukarkan dolar menjadi emas dalam jumlah berapa pun berdasarkan harga baku tersebut. 12 Paul R. Krugman dan Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan, Jakarta, PT. Indeks, 2005, Ed. 5, h. 253. Untuk membantu kelancaran tersebut, dibentuk sebuah lembaga dana moneter internasional yang dikenal dengan International Monetary Fund (IMF) yang berfungsi untuk memantau kepatuhan negara-negara anggota terhadap aturanaturan yang telah disepakati dan IMF berfungsi untuk menyediakan fasilitas kredit atau dana pinjaman bagi negara yang mengalami kesulitan finansial. Aturan yang diterapkan dalam sistem Bretton Wood memaksa setiap negara untuk menciptakan sistem moneter yang lebih disiplin, karena jika bank sentral suatu negara selain Amerika melakukan ekspansi moneter yang berlebihan, maka negara tersebut akan rugi dengan sendirinya, karena kehilangan cadangan internasionalnya dan pada akhirnya tidak akan mampu mempertahankan kebakuan nilai tukarnya terhadap dolar. Sistem Bretton Wood mengalami peningkatan dengan semakin banyaknya negara yang menjadi anggota IMF dan terciptanya sebuah sistem moneter internasional yang lebih stabil yang ditandai dengan pesatnya perkembangan output dunia dan perdagangan dunia yang meningkat begitu pesat. Secara keseluruhan sistem Bretton Wood berfungsi secara baik dan menghasilkan kestabilan moneter hingga pertengahan dasawarsa 1960-an. Sistem Bretton Wood berakhir pada tahun 1971 dan mulai saat itu sistem moneter internasional menggunakan uang fiat berupa uang kertas sebagai dasar dari sistem moneter dan alat transaksi internasional yang tidak ditopang lagi dengan sejumlah nilai emas. 2. Perkembangan Dinar Di tengah makin melambungnya harga minyak dunia, sementara rupiah terus melemah terhadap dolar AS, dinar emas terus menguat secara tajam. Dalam dua pekan terakhir ini penguatan kurs dinar terhadap rupiah terjadi dari sekitar Rp. 1.195.000 ke sekitar Rp. 1.215.000 atau mengalami penguatan sebesar 1,67%. Bila dilihat dalam rentang waktu setahun maka akan terlihat keperkasaan dinar, yang 100% berbasiskan logam emas 22 karat, yang tak terbantahkan. Dalam rentang waktu yang sama, setahun yang lalu kisaran kurs dinar emas dalam rupiah adalah antara Rp. 780 - Rp. 800 ribu. Ini berarti dinar mengalami apresiasi sebesar sekitar 52%. Dalam rentang waktu yang lebih panjang lagi, tahun 1970-an awal, akan terlihat bahwa rata-rata apreasiasi dinar emas terhadap dolar AS juga cukup tinggi, yaitu 30% per tahun.13 Gambar 2.1: 13 Http://www.geraidinar.com/ Pemakaian dinar emas sendiri saat ini sudah semakin luas dan diterima di berbagai belahan dunia. Di Indonesia sekurangnya telah ada tiga jenis koin dinar, dengan satuan 1, ½ dan ¼ dinar, yang diterbitkan oleh empat pemrakarsa: Islamic Mint Nusantara, Baitulmal Muamalat, PP Logam Mulia, dan Kesultanan Ternate. Jumlah gerai untuk mendapatkannya pun telah semakin luas, dengan dioperasikannya wakala di Yogya, Griya Dinar dan segera menyusul di Bandung. Masyarakat Indonesia juga sudah bisa melihat nilai kurs dinar emas secara harian melalui situs www.islamhariini.org yang telah beroperasi. Di Malaysia, dinar emas juga telah secara resmi dipakai di kantor-kantor Bazis (Badan Amil Zakat) di sejumlah negara bagian. Jumlah wakalanya pun di negeri jiran ini telah jauh lebih banyak dibanding di Indonesia. Di Inggris dan Skotlandia perdagangan dengan dinar dan dirham dimotori antara lain oleh DinarExchange. Secara internasional sistem e-dinar juga sudah semakin mantab, dengan memisahkan dirinya dari e-gold menjadi sistem yang mandiri dengan basisnya di Labuan, Malaysia. Dengan semakin mantabnya berbagai infrastruktur di atas, meskipun masih dalam skala sangat kecil, pemakaian kembali dinar dan dirham baik sebagai alat pembayaran transaksi perdagangan internasional, pembayaran mahar, pembayaran zakat, tabungan dan alat tukar selayaknya uang kertas saat ini sudah semakin efektif. Masyarakat Muslim yang memanfaatkannya pun sudah semakin luas, terbentang dari Indonesia dan Malaysia sampai Inggris, Jerman dan Spanyol, sampai ke Afrika Selatan dan Maroko. Beberapa jaringan toko-toko penerima dinar dan dirham perak juga telah banyak yang beroperasi secara online, salah satunya adalah akses melalui www.e-dinar.com. Sebagai salah satu penghasil emas terbesar di dunia umat islam, Indonesia dapat secara signifikan mempercepat pemakaian dinar dalam skala luas. Kapasitas produksi koin dinar dengan mudah dan cepat dapat diperbesar sesuai kebutuhan yang ada. PP Logam Mulia, sebagai bagian dari BUMN PT Aneka Tambang, juga telah mengantongi akreditasi internasional untuk menjamin kualitas kemurnian koinnya. Tradisi membayar mahar dalam emas, atau bahkan transaksi niaga dalam emas yang berlangsung di Sumatra Barat, tinggal diteruskan dengan dinar. Tentu saja yang paling sahih adalah restorasi pembayaran zakat kembali disesuaikan dengan sunnah Rasul, yakni dalam dinar dan dirham. Potensi zakat di Indonesia saat ini adalah sekitar Rp. 14 triliun/tahun atau setara sekitar 11,5 juta dinar.14 Sama signifikannya adalah pemakaian dinar emas dalam tabung haji, yang sekaligus akan berdampak membuat ongkos naik haji semakin murah. Sebagaimana diperlihatkan pada gambar di bawah, ketika ongkos naik haji terus cenderung naik, baik dalam rupiah maupun dolar AS, dalam dinar emas akan terus turun. Sebelum krisis moneter, ketika kurs dolar AS terhadap rupiah sekitar 14 Http://www.islamharini.org/ Rp. 2275/dolar AS biaya naik haji adalah Rp. 7,5 juta (1997) dan naik sedikit setahun kemudian menjadi Rp. 8,8 juta (1998). Akibat krisis moneter, dalam sekejap kurs rupiah terhadap dolar AS terdepresiasi menjadi sekitar Rp. 8000/dolar AS, biaya naik haji melonjak menjadi Rp. 21 juta (naik sekitar 2,5 kali lipat), padahal dalam dolar AS justru turun, dari 3800 dolar AS ke 2600 dolar AS (turun 30%). Gambar 2.2: Tabel dan Grafik Perbandingan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (dalam dolar AS, rupiah dan dinar). Dalam tahun-tahun berikutnya ongkos naik haji meski relatif stabil, tetap dengan kecenderungan naik dan dapat sewaktu-waktu mengalami guncangan dahsyat lagi. Lain halnya bila kita menakarnya dengan mata uang dinar emas. Dalam kurun waktu yang sama, BPIH dalam dinar emas hanya sempat naik sekali yakni pada periode 1997 (73 dinar) ke 1998 (97 dinar) atau naik sekitar 30%. Tetapi, ketika terjadi krisis moneter justru mengalami penurunan dari 97 dinar (1998) menjadi 68 dinar (2000), artinya di bawah posisi semula. Dan sejak saat itu (1998- sekarang) terus cenderung mengalami penurunan secara signifikan. Maka untuk saat ini, dengan kurs dinar emas sekitar Rp. 1.195.000 - Rp. 1.215.000/dinar, BPIH cukup dibayar dengan harga 24 - 25 dinar emas. Jadi, dibandingkan dengan harga sebelum krisis moneter, harga BPIH saat ini dalam rupiah mengalami kenaikan 2,5 kali lipat, sedangkan dalam dinar turun 1,5 kali lipat. Tingkat penurunannya sekitar 10 dinar atau 15% - 20% pertahunnya. Ini setara dengan apresiasi tahunan dinar emas itu sendiri sebagaimana disebut di atas. Data-data empiris semakin membuktikan kebenaran ajaran islam yang shahih yang mengharamkan riba dalam sistem keuangan. Pemakaian kembali dinar emas dan dirham perak sebagai langkah pertama dan utama pembersihan pasar dari riba semakin mendapatkan momentumnya. Krisis keuangan global, yang merupakan keniscayaan dalam siklus boom-and-bust, dan yang akan mengakibatkan "kiamat keuangan" dalam sistem uang kertas berbasis riba saat ini cepat atau lambat pastilah akan tiba. Karena itu, agar tidak ikut terlibas dalam malapetaka global ini, seharusnyalah kita semua secara proaktif menjadi bagian dari upaya penyelamatan kembali ke dinar dan dirham.15 3. Alasan dan Keunggulan dari Penggunaan Dinar Ada beberapa alasan dari penggunaan mata uang dinar islam dalam menuju stabilitas sistem moneter, antara lain: 15 M. Luthfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003, Cet. 1, h. 371. a. Uang yang Stabil Perbedaan dinar dengan uang fiat adalah kestabilan nilai uang tersebut. Setiap mata uang dinar mengandung 4,25 gram emas 22 karat dan tidak ada perbedaan ukuran emas yang dikandung dinar pada setiap negara, tidak ada perbedaan nilai dinar yang digunakan di negara Irak dengan dinar yang digunakan di negara Arab Saudi. Dinar tidak mengalami inflasi yang begitu besar semenjak zaman Rasulullah saw hingga sekarang. Sebuah penelitian telah dilakukan oleh Prof. Roy Jastram dari Berkeley University dengan menulis buku tentang The Goldent Constant. Ia melakukan penelitian harga emas terhadap beberapa komoditi untuk waktu 400 tahun hingga 1976. Hasil dari penelitiannya adalah bahwa harga emas adalah konstan dan stabil. Sekalipun selama waktu tersebut telah terjadi krisis, perang dan bencana alam, tetapi nilai emas masih relatif stabil.16 b. Alat Tukar yang Tepat Dengan adanya nilai yang stabil dan standar yang sama di setiap negara, dinar akan memberikan kemudahan dan kelebihan bagi masyarakat untuk melakukan transaksi domestik dan transaksi internasional sekalipun, tidak ada perbedaan antara seekor kambing yang berharga satu dinar di Arab Saudi dengan seekor kambing di Indonesia yang seharga satu dinar, karena dinar kedua negara tersebut memiliki nilai yang sama. Dinar adalah mata uang yang berlaku secara sendirinya, berbeda dengan uang fiat sebagai legal tender yang membutuhkan 16 Umar Ibrahim Vadillo, The Return of the Islamic Gold Dinar: A Study of Money in Islamic Law and the Architecture of Gold Economy (Malaysia: Murabitun Nusantara, 2002), h. 150. pengesahan berupa hukum oleh pemerintah yang mencetaknya. Dinar adalah uang yang sudah dikenal selama berabad-abad, sehingga tidak diperlukan adanya proses penghalalan dan pengesahan sebagai uang. c. Mengurangi Spekulasi, Manipulasi dan Arbitrasi Nilai dinar yang sama akan mengurangi tingkat spekulasi dan arbitrasi di pasar valuta asing, karena kemungkinan perbedaan nilai tukar akan sulit terjadi. Uang fiat atau uang kertas telah memberikan sebuah ladang keuntungan bagi spekulator yang selalu mencari keuntungan dari perbedaan nilai tukar yang terjadi setiap hari, setiap jam dan setiap menit. Jika dinar sudah menjadi single currency yang sama di setiap negara, maka tidak akan ada perbedaan nilai dinar di setiap negara yang memberikan keuntungan yang besar kepada para spekulatorspekulator tersebut.17 4. Mata Uang Ideal untuk Perdagangan Internasional Saat ini hampir semua transaksi perdagangan internasional dilakukan dengan menggunakan fiat money. Dalam perdagangan internasional tidak semua jenis fiat money beroleh legitimasi dan dipergunakan secara luas. Negara berkembang misalnya, jarang yang menggunakan fiat money lokal untuk urusan transaksi internasional karena mata uang mereka dianggap volatile.18 17 Ahamed Kameel Mydin Meera, The Thief of Nation: Returning to Gold, (Malaysia: Pelanduk Publication, 2004), h. 79. 18 Volatile dalam tulisan ini selanjutnya disejajarkan dengan tidak stabil, rentan fluktuasi atau nilainya mudah mengalami naik turun secara relative dibandingkan dengan mata uang lainnya. Ada beberapa kriteria untuk menilai apakah suatu mata uang layak dijadikan alat pertukaran dalam perdagangan internasional. Kriteria yang pertama yang semestinya dimiliki oleh sebuah mata uang kuat adalah stabilitasnya. Stabilitas suatu mata uang bisa dilihat dari hubungan dengan harga barang dan jasa. Dalam hal ini, konsep inflasi sering dikaitkan dengan keberadaan uang dengan barang dan jasa yang tersedia. Inflasi terjadi ketika jumlah uang beredar meningkat secara relatif terhadap barang dan jasa yang tersedia, yang mengakibatkan nilai uang atau daya belinya turun. Kemudian nilai mata uang suatu negara dibandingkan dengan nilai mata uang asing. Dalam kasus ini, apresiasi atau depresiasi suatu mata uang bisa terjadi tergantung dengan siklus bisnis dan kondisi ekonomi masing-masing. Banyak ekonom yang berpendapat selagi itu masih berupa fiat money, di manapun ia menyimpan bom waktu ketidakstabilan sepanjang masa. Salah satu argumen utamanya, karena pemerintah gampang tergoda menerbitkan uang dalam jumlah yang tak terbatas (unlimited) demi melindungi kepentingan nasional mereka. Dampaknya, pasar pun terdistorsi. Tidak mengherankan bila penggunaan kekuasaan untuk menciptakan uang sekehendaknya ini mendorong terjadinya tekanan inflasi permanen. Sejarah membuktikan emas bisa menjelma menjadi mata uang yang sangat stabil dibanding mata uang (fiat money) manapun, termasuk dolar. Pada tahun 1800 harga emas per satu troy ons setara dengan 19,39 dolar AS, sementara pada tahun 2004, satu troy ons senilai 455,75 dolar AS.19 Kriteria yang kedua adalah kesesuaiannya dengan asas keadilan (fairness). Fiat money cenderung memiliki sifat yang berlawanan dengan prinsip ini. Sebagai contoh untuk mencetak satu dolar uang kertas, diperlukan biaya yang nilainya ekual dengan empat sen dolar (dengan anggapan satu dolar senilai Rp. 10.000, maka nilai empat sen dolar kira-kira Rp. 400). Sekarang berapa harga yang diperlukan untuk mencetak satu lembar uang 100 dolar? diperkirakan biayanya tidak jauh berbeda dari lembaran satu dolar. Bisa disimpulkan bila Amerika menikmati pendapatan yang luar biasa besar dari penciptaan uang ini atau yang dikenal dengan istilah seigniorage.20 Keuntungan dari penciptaan uang semakin besar ketika banyak pendukung yang mensirkulasikan mata uang dolar itu ke seluruh penjuru dunia. Karena itu, semestinya sangat tidak adil bagi kebanyakan negara berkembang dimana para buruhnya membanting tulang hanya untuk mengejar pendapatan dua sampai lima dolar sehari, sementara The Fed (Bank Sentral Amerika) dengan sangat leluasa bisa mencetak dolar hampir unlimited untuk membiayai anggaran belanja negara dengan konsekuensi orang seluruh dunia pengguna dolar ikut menyumbang dengan membayar inflasi yang diakibatkannya.. 19 Http://www.globalfinancialdata.com/ Http://en.wikipedia.org/wiki/Seignorage. Kadang juga ditulis seignorage, diartikan sebagai pendapatan bersih yang diperoleh dari penerbitan mata uang tertentu/ sumber pendapatan penting yang diperoleh negara tertentu. 20 Kriteria yang ketiga adalah tingkat penerimaan (acceptability) dan keluwesannya (flexibility). Fiat money untuk dua hal ini menunjukkan keunggulannya. Fiat money jauh lebih fleksibel ketimbang uang koin. Fiat money membuat para penggunanya merasa nyaman. Bisa dibawa dalam jumlah relatif besar kemana-mana, mudah disimpan dan tidak memberatkan. Keistimewaan ini tidak ditemukan dalam uang koin (emas atau perak). Dan akhirnya, mengingat situasi bisnis dunia yang terus berubah, sebuah mata uang ideal semestinya juga melindungi dirinya sendiri dari kemungkinan risiko eksternal. Para trader pengguna fiat money, misalnya, perlu melakukan hedging untuk melindungi mata uangnya dari risiko perubahan kurs. Sementara bila emas yang digunakan untuk alat pembayaran transaksi, upaya hedging yang tentu membutuhkan biaya tak sedikit, tidak diperlukan. Meera (2004) menandaskan berbeda dengan fiat money, emas memiliki nilai intrinsik yang menjadi garansi dan perlindungan dari kemungkinan gencetan situasi eksternal yang tak diinginkan. Karena emas menjadi bernilai bukan karena dekrit atau diundangkan oleh suatu negara sebagaimana fiat money, tetapi karena kandungan logam mulianya yang diakui semua orang. 5. Keandalan Dinar sebagai Alat Pembayaran Keandalan emas di kancah sejarah tak terbantahkan. Walau emas telah dihentikan fungsinya sebagai uang pada tahun 1914, tetap saja komoditi satu ini diterima sebagai alat pembayaran perdagangan internasional, karena nilainya. Logam mulia memiliki nilai jual, yang tidak dimiliki uang kertas. Berbeda dengan fiat money, emas sulit mengalami inflasi karena pemerintah tak mungkin mencetak koin emas atau uang kertas yang sepenuhnya didukung emas secara tidak terbatas (unlimited), karena pencetakan itu sangat tergantung pada tersedianya logam emas itu sendiri yang sifatnya langka (scare) dan terbatas (limited). Begitupun, emas tidak bisa didevaluasi melalui sebuah dekrit oleh pemerintahan tertentu, karena emas akan mengikuti harga pasar yang berlaku.21 Sebagai komoditi, emas menunjukkan kinerjanya yang andal, khususnya dari aspek stabilitas sepanjang sejarah. Grafik memperlihatkan kepada kita betapa dari tahun 1792 sampai 1972, harga emas hanya berubah secara signifikan empat kali. Pada tahun 1792 harga emas mencapai 19,75 dolar AS. Kemudian berturut-turut harga emas merangkak naik pada tahun 1834, 1934 dan 1972 menjadi masingmasing 21, 35 dan 38 dolar AS. Setelah sistem Bretton Woods kolaps, harga emas kemudian berfluktuasi hingga sekarang. Stabilitas emas, apakah itu dipakai sebagai medium alat tukar (uang) ataupun sebagai komoditi diyakini sebagai faktor kuat yang bisa menjaga perekonomian berada dalam jalurnya. Bahkan, Greenspan (1996), sebelum menjadi gubernur The Fed, meyakini dan menegaskan peran emas dalam ikut menstabilkan perekonomian. Dia menulis kira-kira diterjemahkan sebagai berikut: “.........emas dan kebebasan ekonomi tidak bisa dipisahkan satu sama lain, bahwa gold 21 M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2007, Cet. Pertama, h. 84. satndar telah menjadi instrumen bagi berjalannya prinsip laissez-faire“. Lebih lanjut dia menuturkan betapa di bawah gold standar stabilitas dan pertumbuhan ekonomi terlindungi. Peranan emas dalam ekonomi pun menjelma menjadi semacam alat pembayaran universal (universal money). Disebut uang universal karena ia bisa digunakan dimanapun, diterima sebagai alat pembayaran dan media penyimpan kekayaan dalam tempo waktu yang sangat panjang. Bahwa akhirnya peranan emas sebagai alat tukar kemudian dihentikan oleh Amerika yang kemudian diikuti oleh hampir semua negara, tetap saja komoditi satu ini dipakai dalam penyelesaian sengketa settlement imbalance antara bank sentral dunia. BAB IV PELUANG DINAR DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PELUANG PENGARUHNYA TERHADAP SISTEM MONETER INDONESIA A. Peluang Dinar dalam Perdagangan Internasional 1. Strategi Konsep Dinar dalam Perdagangan Internasional Ide penerapan gold dinar dalam perdagangan internasional diakui memerlukan keputusan politik yang tidak sederhana. Lantaran itu, perlu kesabaran luar biasa untuk terus meyakinkan berbagai pihak, khususnya negara-negara muslim untuk akhirnya bisa mencapai kesepakatan yang dimaksud.22 Agar konsep dinar dapat menjadi mata uang internasional antara negara muslim, maka perlu beberapa strategi yang harus disiapkan, antara lain dapat ditempuh melalui beberapa tahap, yaitu: Tahap pertama, negara-negara yang tergabung dalam anggota OKI harus membuat kesepakatan/kompetensi atau peraturan tentang pembayaran transaksi perdagangan internasionalnya baik perdagangan secara bilateral maupun multilateral dengan menggunakan mata uang dinar. Hal ini agar mendorong akselerasi penerapan dinar dalam perdagangan internasional. Karena undangundang atau peraturan merupakan payung hukum dan instrumen utama demi 22 M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. Ke-1, hal. 157. terealisasinya tujuan yang dimaksud. Tahap kedua, negara-negara yang tergabung dalam anggota OKI harus memulai dengan membuat standar ukuran umum mata uang dinar yang akan digunakan sebagai mata uang tunggal yang perlu dipenuhi dengan mengambil rata-rata persamaan dari negara-negara OKI yang mau bergabung. Tahap ketiga, negara-negara yang tergabung dalam anggota OKI harus menciptakan suatu lembaga yang akan mengurus dan mengelola kendali moneter yang menjadi embrio yang nantinya akan menjadi Bank Sentral atau Bank Kustodian dari seluruh negara OKI, sebagai contoh sebut saja IDB (Islamic Development Bank). IDB berfungsi mengatur kebijakan umum moneter untuk seluruh negara OKI, mengatur operasi nilai tukar mata uang asing, menyimpan cadangan devisa bagi negara OKI dan mempromosikan mekanisme pembayaran yang stabil antar anggota.23 Bank kustodian ini juga bermaksud agar bisa memudahkan memonitor dan memastikan masing-masing anggota memenuhi jumlah minimal yang disyaratkan dari simpanan emasnya. Institusi ini juga akan memastikan fungsi pembayaran dan sekaligus juga berfungsi sebagai pemegang kustodian dari rekening gold dinar.24 23 M. Luthfi Hamidi, Dolar VS Euro Awal Kebangkrutan AS (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003), Cet. 10, h. 49-51. 24 M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. 1, h. 91. Selanjutnya, dengan telah dilakukannya beberapa tahap di atas, maka para pemerintah negara OKI sudah semestinya mensosialisasikan kepada para masyarakat khususnya para pengusaha ekspor maupun impor baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini ditujukan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat. Jika mayoritas masyarakat sudah memahami keunggulan mata uang emas ini, maka lambat laun mereka akan menggunakannya untuk keperluan praktis dan mengarah kepada praktik keseharian. Salah satu yang sudah mendapat tempat adalah pembayaran zakat dengan emas. Selain pembayaran zakat dengan emas, masih banyak potensi penggunaan emas yang tidak saja punya dimensi religius, tapi juga investatif. Salah satunya yang bisa dikembangkan adalah penggunaan emas sebagai alat pembayaran sekaligus media investasi untuk haji. Selain harga jualnya yang cenderung terus meningkat, investasi ini juga termasuk likuid. Dalam skup yang lebih besar, penggunaan dinar bisa dilakukan untuk pembayaran transaksi minyak. Negara pengekspor minyak seperti Iran berpeluang menerapkan skim ini. Implementasinya bisa jadi lebih sederhana karena transaksi lebih akan melibatkan hubungan negara dengan negara (G to G), bukan swasta kepada swasta, sehingga transaksinya relatif bisa lebih simpel. Penggunaan dinar sebagai alat pembayaran minyak tak pelak akan langsung mengubah peta keseimbangan moneter internasional, karena negara-negara net importers mau tidak mau harus menukarkan dolarnya dengan dinar. Secara ekonomi, penukaran ini lebih menguntungkan mereka karena ini kesempatan untuk bisa mendeversifikasi cadangan mata uang mereka yang sebelumnya didominasi dolar AS ke dalam dinar yang tidak perlu di-hedge karena memiliki nilai intrinsik.25 2. Implementasi Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional Untuk menjadikan dinar sebagai mata uang global diperlukan berbagai langkah dan strategi. Kehadiran dinar dalam sistem perdagangan dan moneter dunia dimaksudkan untuk menggantikan uang fiat dan menjadi alternatif bagi negara-negara berkembang untuk menghindari dominasi perekonomian negaranegara maju. Untuk menggantikan peran uang fiat dalam perekonomian diperlukan penerapan dinar secara bertahap, langkah demi langkah bukan dengan perubahan secara drastis. Salah satu langkah yang dilakukan dalam penerapan dinar tersebut adalah dengan menjadikan dinar sebagai alat transaksi perdagangan barang dan jasa internasional, baik perdagangan multilateral maupun bilateral. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan dinar dalam perdagangan internasional, antara lain26: a. Peran Dinar dalam Perdagangan Penggunaan dinar tidak ditujukan untuk menggantikan peran mata uang domestik, tetapi hanya digunakan untuk pembayaran atas transaksi perdagangan barang dan jasa luar negeri. Uang domestik tetap diperlukan sebagai alat transaksi 25 Ibid., h. 176-177. Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 1, h. 108. 26 domestik. Dinar tidak diwujudkan dalam bentuk fisik, tetapi diukur dalam ukuran harga emas. Jika satu dinar sama dengan satu ounce emas dan satu ounce emas setara dengan $290, maka satu dinar sama dengan $290. Emas tersebut bisa dihargakan dengan nilai mata uang negara lain yang ditetapkan oleh kedua negara. Pembayaran tidak dilakukan dengan mentransfer dinar dari satu negara ke negara lain, tetapi hanya dengan mentransfer ekuivalen emasnya ke bank kustodian yang telah disepakati. Hal ini ditujukan untuk menghindari kesulitan untuk mentransfer emas dalam bentuk fisik serta memberikan kemudahan bagi negara yang tidak memiliki sumber daya emas yang cukup. b. Penggunaan Dinar Emas Dinar tersebut akan digunakan dalam transaksi perdagangan multilateral maupun bilateral. Perdagangan multilateral melibatkan beberapa negara dalam transaksi perdagangan seperti ekspor dan impor yang terjadi antara Malaysia dengan Arab Saudi dan Indonesia. Sedangkan transaksi bilateral melibatkan dua negara dalam perdagangan barang dan jasa, seperti perdagangan antara Indonesia dengan Malaysia. Perdagangan bilateral tidak hanya terbatas pada negara yang ada dalam satu regional, tetapi juga bisa dengan negara yang berada di luar regionalnya, seperti perdagangan antara Indonesia dengan Australia atau Indonesia dengan Amerika Serikat. Pada konferensi internasional tahun 2002 di Kuala Lumpur tentang Stable and Just Global Monetary Systems, Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahatir Muhammad menjelaskan tentang mekanisme pelaksanaan perdagangan dengan dinar. Ketika terjadi perdagangan antara Malaysia dengan Arab Saudi, dimana dalam kurun waktu 3 bulan, Malaysia mengekspor ke Arab Saudi sebesar 2 juta dinar dan Arab Saudi mengekspor ke Malaysia sebesar 1,8 juta dinar. Data selengkapnya bisa terlihat pada tabel 4.1 tentang ilustrasi ekspor dan impor antara Malaysia dengan mitra dagangnya Arab Saudi. Tabel 4.1 Ilustrasi Ekspor dan Impor Malaysia dengan Arab Saudi (Juta dinar) Ekspor ke 1. Malaysia 2. Arab Saudi Total Impor Malaysia Arab Saudi Total Ekspor x 1.8 1.8 2.0 x 2.0 2.0 1.8 3.8 Dengan demikian Malaysia mengalami surplus perdagangan sebesar 0,2 juta dinar. Arab Saudi melalui bank sentralnya akan membayar sebesar 0,2 juta dinar kepada Bank Negara Malaysia melalui Bank Kustodian (IDB atau Bank of England). Dalam mekanisme ini, dinar sebesar 0,2 juta dinar yang dibayarkan Arab Saudi bisa mendukung transaksi perdagangan ekspor dan impor dengan jumlah sebesar 3,8 juta dinar. Hal ini tentunya akan memberikan kesempatan kepada negara peserta dengan cadangan devisa yang terbatas untuk melakukan perdagangan ekspor dan impor dengan menggunakan dinar. 3. Peraturan tentang Penerapan Dinar dalam Perdagangan Internasional Mengimplementasikan dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional harus merujuk kepada peraturan dan undang-undang yang membolehkan dinar yang terbuat dari emas bisa digunakan sebagai alat pembayaran. Setidaknya, ada tiga aturan (legal issues) yang berkenaan dengan menggunakan dinar dalam perdagangan internasional, yaitu:27 a. International Legal Impediments Ada beberapa peraturan yang berkaitan dengan penerapan dinar dalam perdagangan internasional dalam Articles of Agreement of the International Monetary Fund. Pada 1945 salah satu aturan yang ditetapkan IMF adalah sistem par value yang mengharuskan negara-negara anggota mengkonversikan mata uang mereka seperti dolar yang di-peg kepada emas sebesar 1/35 per ons emas. Setelah sistem par value berakhir pada tahun 1971, negara anggota mengadopsi aturan yang dibuat IMF pada tahun 1976 the Second Amendement to the Articles of Agreement yang baru efektif digunakan pada tahun 1978 hingga saat ini. Dalam aturan tersebut negara anggota dibolehkan untuk mengkonversikan mata uangnya terhadap mata uang lain selain emas. Beberapa negara ada yang mengkonversikan mata uangnya dengan Special Drawing Right (SDR) yang dibuat IMF. Sebagian lainnya ada yang membiarkan mata uangnya mengambang berdasarkan permintaan dan penawaran internasional. Walaupun setiap negara bebas menentukan mata uang yang menjadi standar nilai tukarnya, setiap negara dilarang untuk melakukan manipulasi nilai tukar atau sistem moneter 27 Ibid., h. 116-118. internasional yang ditujukan untuk mengambil keuntungan dari persaingan yang tidak fair dengan negara lain. Setiap negara diharuskan untuk berkolaborasi dengan pendanaan dan pembiayaan dari IMF untuk mempromosikan stabilitas nilai tukar dan menghindari perubahan persaingan nilai tukar. Negara yang membiarkan mata uangnya mengambang bebas diharuskan untuk melakukan intervensi nilai tukarnya untuk mengatasi perubahan nilai tukar yang tajam dan fluktuasi nilai tukar. Berdasarkan Articles IV the Obligations Regarding Exchange Arrangements berisikan tentang nilai tukar hanya dikonversikan kepada SDR atau kepada mata uang negara lain selain emas. Sekilas, aturan tersebut terlihat melarang dan membatasi penggunaan emas sebagai sebuah perjanjian nilai tukar (exchange arrangements). Tetapi dinar yang akan digunakan dalam perdagangan internasional bukan uang sebuah negara yang ditopang dengan emas (backed by gold). Kehadiran dinar dalam perdagangan internasional tidak ditujukan untuk menjadikan dinar sebagai mata uang sehari-hari semua negara, tetapi hanya digunakan untuk menjadi alat transaksi perdagangan bilateral. Pembayaran dengan dinar dilakukan dengan mentransfer ekuivalen dinar ke account negara peserta yang ada di bank kustodian. Dalam aturan yang sama dalam Articles IV dinyatakan bahwa kondisi ekonomi internasional tertentu, mengizinkan sebuah negara untuk memperkenalkan sistem perjanjian nilai tukar yang berdasarkan atas stabilitas. b. Financial Infrastructure Lembaga keuangan adalah salah satu faktor yang akan menyukseskan implementasi dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional. Lembaga keuangan seperti perbankan harus siap dengan berbagai aturan yang mendukung penggunaan dinar dan menyesuaikan sistem operasionalnya. Untuk mewujudkan itu, diperlukan peran dan aturan yang mendukung industri perbankan untuk berperan dalam perdagangan bilateral. Dalam hal ini, bank sentral selaku otoritas moneter akan menjadi lembaga yang mengawasi dan mengatur mekanisme sistem perbankan nasional. c. Dispute Settlement Untuk menghindari perselisihan perdagangan, maka diperlukan sebuah mekanisme penyelesaian (dispute settlement) yang bisa mengatasi perselisihan dagang antar negara ataupun sektor swasta. Saat ini, aturan tentang perselisihan telah ditetapkan oleh WTO yang dinamakan dengan Dispute Settlement Mechanism. WTO telah mengeluarkan beberapa persetujuan, seperti General Agreement on Tariffs and trade, General Agreement on Trade in Services dan Agreement on Trade-Related Aspects of Property Rights. Setiap dari aturan tersebut memiliki tiga tujuan utama, yaitu: 1. Untuk membantu perdagangan berjalan secara bebas; 2. Untuk mencapai liberalisasi dengan cara negosiasi; dan 3. Untuk mengatur perselisihan perdagangan (settling payment). Proses penyelesaian perselisihan tersebut telah diatur dalam the Understanding on Rules and Procedures Governing the Settlement on Disputes (DSU). Di samping peraturan yang ditetapkan oleh WTO, perdagangan secara bilateral juga membutuhkan lembaga-lembaga yang membantu dalam penyelesaian masalah-masalah perdagangan seperti lembaga mediasi, arbitrasi dan konsiliasi. Kehadiran lembaga tersebut diharapkan bisa membantu kelancaran dan menyelesaikan setiap permasalahan yang muncul dari perdagangan tersebut. 4. Dampak Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional Penggunaan dinar merupakan suatu solusi atas perekonomian dunia yang menggunakan uang fiat. Penggunaan uang fiat menimbulkan ketidakstabilan perekonomian dunia, untuk mengatasi hal itu dibutuhkan mata uang yang lebih stabil yaitu dinar emas. Pada tahun 1250 M / 648 H di negara Mesir, dinar yang dijadikan sebagai dasar moneter pernah dipengaruhi oleh penggunaan uang fulus yaitu uang campuran dari kuningan dan tembaga. Penggunaan uang fulus dan ditambah oleh kondisi perekonomian yang buruk telah menyebabkan harga yang tidak stabil. Untuk mengatasi hal tersebut Al-Maqrizi (768-845 H) dalam bukunya Ighosatul Ummah bi Kasyfil Ghummah menjelaskan kondisi tersebut secara terperinci serta memberikan jalan keluar bagi kondisi perekonomian Mesir pada waktu itu. Di antara pemikiran Al-Maqrizi tersebut adalah: a. Hanya dinar dan dirham yang bisa digunakan sebagai uang b. Menghentikan penurunan nilai uang (debasement of money) c. Membatasi penggunaan uang fulus Menurut Al-Maqrizi untuk mengatasi kondisi tersebut, dinar dan dirham harus kembali digunakan dalam perdagangan barang dan jasa seperti pembayaran upah para pekerja. Untuk mendukung penggunaan dinar dan dirham tersebut maka pemerintah harus menghentikan penurunan nilai uang (debasement of money) serta membatasi penggunaan uang fulus hanya untuk transaksi dalam skala kecil dan hanya untuk transaksi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Sedangkan dinar dan dirham digunakan untuk transaksi dalam skala besar seperti perdagangan luar negeri dan transaksi domestik lainnya.28 Pada saat ini, peran uang fulus sudah digantikan oleh uang fiat yang digunakan untuk semua transaksi perdagangan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Penggunaan dinar merupakan suatu solusi untuk mengatasi berbagai dampak perekonomian yang ditimbulkan oleh penggunaan uang fiat dalam perekonomian dunia. Dr. Ahmad Hasan dalam bukunya Al-Awraq an-Naqdiyyat fi al-Iqtishadi alIslamiy menjelaskan bahwa setelah berakhirnya perang dunia I, setiap negara memberlakukan peraturan dan pengawasan ketat terhadap perdagangan dunia untuk menurunkan jumlah impor barang dan komoditi seperti pemberlakuan pajak dan cukai. Setiap negara berusaha untuk mendorong peningkatan ekspor yang kemudian menyebabkan perbedaan harga-harga di setiap negara.29 28 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005), Cet. 1, h. 222. 29 Ahmad Hasan, Mata Uang Islami Telaah Konfrehensif Sistem Keuangan Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 49. Ketika perdagangan menggunakan emas, maka indeks harga akan mempertahankan kesesuaian, karena menggunakan sistem emas sangat berperan penting untuk menjaga stabilitas harga di berbagai negara. Sebagai contoh, terjadinya kerjasama dagang antara Suriah dengan Prancis dengan menggunakan sistem emas. Suriah mengimpor komoditi dalam jumlah besar dari Prancis, hal ini akan menyebabkan keluarnya emas dari Suriah menuju Prancis dan persediaan emas akan menipis di Suriah. Saat itu harga-harga akan mengalami penurunan di Suriah. Ketika harga-harga komoditi di Suriah menurun, negara lain akan melakukan impor dari Suriah dan saat itu pula emas-emas kembali masuk dan menguat di Suriah. Tetapi, ketika perdagangan dunia tidak lagi berjalan dengan bebas, keberadaan uang emas digantikan dengan uang kertas yang berakibat pada perbedaan indeks harga-harga. Menurut Hafiz Majdi, Dodik Siswantoro dan J.A. Brozovsky (Stable and Just Global Monetary System, 2002), penggunaan dinar yang dilakukan oleh kedua negara dalam perdagangan bilateral akan menyebabkan penyesuaian otomatis terhadap neraca pembayaran (balance of payment) kedua negara. Contoh sederhananya adalah ketika salah satu negara mengekspor barang ke negara lainnya, maka negara tersebut akan memiliki lebih banyak dinar emas dan jumlah barang yang lebih sedikit. Hal ini akan menyebabkan terangkatnya harga barang karena adanya ekspor dan dengan tingkat harga yang lebih tinggi serta melakukan penyesuaian otomatis terhadap perbedaan pada neraca pembayaran. Dampak implementasi gold dinar dalam perdagangan internasional diproyeksikan akan mendatangkan banyak manfaat. Pertama, mengurangi dampak volatilitas yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang. Kedua, trader tidak perlu lagi melakukan hedging. Ketiga, transaksi semakin efisien karena semakin banyak negara yang bergabung, hanya diperlukan gold dinar yang relatif kecil untuk volume perdagangan yang difasilitasi. Keempat, gold dinar akan berperan seperti mata uang bersama (common currency) yang berimplikasi akan mengurangi biaya transaksi. Kelima, keuntungan politis di mana para pendukung gold dinar akan menjadi blok yang solid yang diperhitungkan kiprahnya.30 5. Keuntungan dari Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Internasional Penggunaan dinar dalam perdagangan internasional akan memberikan berbagai keuntungan, diantaranya:31 a. Megurangi dan menghapus risiko nilai tukar. Risiko yang ditimbulkan dari perubahan nilai tukar akan mempengaruhi aktivitas ekonomi dunia terutama perdagangan internasional. Kehadiran dinar akan menghapus setiap risiko yang ditimbulkan dari nilai tukar karena dinar adalah mata uang yang stabil dan menguntungkan bagi setiap negara yang melakukan perdagangan, 30 M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. 1, h. 102-103. 31 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 1, h. 118-119. walaupun harga nilai emas berfluktuasi, tetapi tingkat perubahannya lebih kecil dibandingkan dengan tingkat fluktuasi uang kertas saat ini. b. Penggunaan dinar akan mengurangi terjadinya spekulasi, manipulasi dan arbitrasi terhadap mata uang nasional. Ketika tiga negara seperti Malaysia, Indonesia dan Brunei Darussalam melakukan perdagangan maka akan ada tiga jenis mata uang. Tetapi dengan menjadikan dinar sebagai mata uang tunggal dalam perdagangan, maka tidak akan ada spekulasi atau arbitrasi yang terjadi dalam perdagangan tersebut. Pada prakteknya, situasi ekonomi dan politik sebuah negara akan mempengaruhi nilai tukar mata uangnya dan akan berpengaruh pada pasar dan aktivitas ekonomi, tetapi dengan dinar sebagai mata uang global, hal tersebut tidak akan berpengaruh signifikan karena dinar bukan milik suatu negara tertentu. c. Penggunaan dinar akan mengurangi biaya transaksi perdagangan (transaction cost) dan meningkatkan perdagangan. Jumlah dinar yang sedikit akan bisa menutupi transaksi dalam jumlah besar serta memberikan peluang kepada negara yang tidak memiliki cadangan devisa yang cukup sekalipun. d. Penggunaan dinar dalam perdagangan akan meningkatkan perdagangan yang pada akhirnya akan meningkatkan kerjasama antar negara peserta. Di samping itu, penggunaan dinar akan mempengaruhi kondisi mata uang domestik yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem moneter nasional. e. Penggunaan dinar dalam perdagangan internasional akan mengurangi sovreignty (kekuasaan). Dengan sistem perdagangan uang fiat saat ini telah memberikan peluang dan ruang kepada negara-negara maju untuk menguasai perekonomian dunia dan memperbesar jurang antara negara kaya dengan negara miskin. Penggunaan dinar akan mengurangi ketergantungan negara berkembang dan negara miskin terhadap perekonomian negara maju, mengingat sebagian besar sumber daya alam di dunia ini berada di negaranegara berkembang. B. Peluang Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia 1. Penerapan Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia Menggunakan dinar sebagai alat transaksi perdagangan ekspor dan impor merupakan suatu potensi yang bisa diterapkan dalam perdagangan luar negeri Indonesia. Ada beberapa alasan dan faktor pendukung yang menjadikan dinar memiliki potensi untuk bisa diterapkan dalam perdagangan luar negeri Indonesia, antara lain: Pertama, Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia. Kondisi Indonesia sebagai salah satu negara muslim dan dinar sebagai mata uang yang ada dalam syariah islam akan memudahkan dalam mengimplementasikan dinar sebagai uang yang akan digunakan dalam transaksi luar negeri. Kedua, Indonesia adalah salah satu negara anggota OKI. Perdagangan Indonesia dengan negara OKI telah mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan adanya surplus perdagangan yang diperoleh Indonesia. Kawasan kerjasama negara OKI merupakan kawasan yang memiliki potensi yang cukup besar, karena sebagian sumber daya alam berada di negara muslim. Melakukan perdagangan dengan negara OKI tidak hanya memenuhi kebutuhan dan keperluan setiap negara semata, tetapi juga akan berpengaruh kepada persatuan dan kesatuan umat islam yang ada di dunia ini.32 Ketiga, Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan merupakan salah satu negara yang memiliki ketergantungan yang sangat besar terhadap peran dolar untuk bisa melakukan transaksi ekspor dan impor dengan mitra dagangnya. Keempat, ketergantungan terhadap dolar dan uang fiat lainnya akan berisiko terhadap perdagangan internasional Indonesia. Karena dolar dan uang fiat lainnya adalah uang kertas biasa yang setiap saat bisa terdevaluasi, terdepresiasi, dan berfluktuasi serta sangat rentan terjadi inflasi, spekulasi dan arbitrasi. Aktivitas keuangan tersebut tentunya akan mempengaruhi harga dan nilai uang fiat yang berlaku di pasar internasional yang akan berdampak pada nilai tukar mata uang domestik Indonesia. Kelima, dalam perdagangan bilateral, jumlah yang harus dibayarkan adalah sebesar defisit yang dialami oleh setiap negara peserta. Surplus perdagangan yang 32 M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007), Cet. 1, h. 17. diperoleh Indonesia merupakan potensi yang besar untuk bisa menerapkan dinar, khususnya dengan negara-negara muslim sebagai mitra dagangnya. Keenam, sistem perdagangan bilateral dengan dinar akan melibatkan peran serta industri perbankan yang terdiri dari bank sentral dan perbankan komersial. Indonesia adalah negara yang memiliki dual banking system yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Dengan adanya peran dari kedua industri perbankan tersebut diharapkan bisa membantu dan mempermudah penggunaan dinar sebagai alat transaksi ekspor dan impor. Selain beberapa faktor di atas, salah satu faktor yang mendukung penggunaan dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional Indonesia adalah jumlah cadangan emas Indonesia yang dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 lalu, jumlah cadangan emas Indonesia sebesar 1,75 milyar dolar. Cadangan emas yang dimiliki Indonesia ini akan bisa dijadikan sebagai cadangan awal dan jaminan untuk bisa melakukan perdagangan bilateral dengan sistem dinar. Tabel 4.2 Jumlah Cadangan Emas Indonesia (Juta USD) Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber: Bank Indonesia Jumlah 761 768 1070,96 1284,30 1316,33 1583,25 1750,89 2. Regulasi tentang Penerapan Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia Di Indonesia, terdapat Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Dalam Undang-Undang ini terdapat beberapa pasal yang berkaitan dengan penggunaan dinar sebagai alat transaksi luar negeri, antara lain: a. Pasal 2 ayat (5): ”Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan untuk keperluan pembayaran di tempat atau di daerah tertentu, untuk maksud pembayaran atau untuk memenuhi kewajiban dalam valuta asing yang telah diperjanjikan secara tertulis, yang akan ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia”. b. Pasal 13 ayat (1) dan (2): (1) Bank Indonesia mengelola cadangan devisa (2) Dalam pengelolaan cadangan devisa sebagaimana dimaksud pada ayat 1, Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa. Pada pasal 2 ayat (5) terdapat pengecualian penggunaan mata uang rupiah, yaitu adanya kebolehan penggunaan alat pembayaran selain mata uang rupiah untuk transaksi di luar wilayah Indonesia. Pada pasal 13 ayat (1) dan (2), Bank Indonesia bertugas sebagai pengelola cadangan devisa negara. Cadangan devisa negara yang dimaksud adalah berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri. 3. Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Negara OKI Berdasarkan ekspor dan impor non migas Indonesia ke 10 negara OKI dari tahun 2003 hingga tahun 2007, jumlah perdagangan terbesar Indonesia adalah dengan negara Malaysia, selanjutnya lihat tabel 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Neraca Perdagangan Non Migas Indonesia dengan Malaysia Tahun 2003 - 2007 (Juta US$) URAIAN 2003 2004 2005 2006 2007 Total 3.109,7 4.031,1 4.694,1 5.394,3 6.743,0 Non Migas Ekspor 2.315,5 2.870,1 3.309,0 3.789,6 4.593,1 Non Migas Impor 794,2 1.161,0 1.385,1 1.604,7 2.149,9 Non Migas Neraca 1.521,3 1.709,1 1.924,0 2.184,8 2.443,2 Non Migas Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah Pusdata Dep. Perdagangan) TREND(%) 2003-2007 20,19 17,91 26,05 12,67 Pada tahun 2007 total perdagangan non migas Indonesia dengan Malaysia adalah sebesar 6,74 milyar dolar dengan ekspor sebesar 4,59 milyar dolar dan impor sebesar 2,15 milyar dolar. Dengan demikian Indonesia mengalami surplus pada perdagangannya sekitar 2,44 milyar dolar. Berdasarkan tabel di atas, selama lima tahun terakhir yakni dari tahun 2003 hingga tahun 2007 perdagangan non migas Indonesia dengan Malaysia mengalami peningkatan trend sebesar 20,19%. Berdasarkan data pada tabel di atas, maka dapat disimulasikan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Malaysia dengan menggunakan dinar sebagai alat transaksi perdagangan. Sebelum melakukan perdagangan kedua negara akan melakukan kesepakatan dan persetujuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perdagangan, antara lain: a. Batasan kredit (credit limit) untuk melakukan perdagangan. Jumlah kredit ini diperoleh dengan cara kedua negara terlebih dahulu memiliki cadangan emas dalam bentuk fisik (emas batangan) di Bank Kustodian yang akan digunakan sebagai alat pembayaran. Cadangan emas tersebut bisa diperoleh dengan cara mengkonversi cadangan devisa dalam bentuk valas menjadi emas batangan tanpa harus mencetak uang domestik untuk membeli sejumlah emas untuk dijadikan cadangan dinar kedua negara. b. Mata uang yang digunakan untuk penyelesaian transaksi yaitu dinar dan mata uang lainnya ketika jumlah ketersediaan dinar lebih kecil dari jumlah defisit perdagangan. c. Minimal periode penyelesaian adalah 3 bulan. Hal ini merujuk kepada aturan yang telah ditetapkan oleh IMF. Periode penyelesaian dan penghitungan bisa dilakukan dalam kurun lebih dari tiga bulan. d. Jumlah defisit yang akan dibayarkan dalam bentuk dinar akan diukur dengan harga emas, dimana harga emas yang digunakan bisa disepakati oleh kedua negara. e. Tanggal dan waktu pembayaran atas ekspor dan impor oleh kedua negara. f. Bank Kustodian yang menjadi tempat penyimpanan kepemilikan emas kedua negara. Dalam hal ini, Bank Kustodian bisa diperankan oleh IDB (Islamic Development Bank) ataupun ADB (ASEAN Development Bank). Tabel 4.4 Ilustrasi Ekspor dan Impor Non Migas Indonesia dengan Malaysia (Milyar dolar) Ekspor ke Indonesia Malaysia Total Ekspor Indonesia X 4,59 4,59 2,15 x 2,15 Malaysia 2,15 4,59 6,74 Total Impor Pada tahun 2007, harga rata-rata per ounce (31,1 gram) emas adalah 989 dolar atau sama dengan 31,8 dolar per gram emas. Dengan merujuk harga emas tersebut, maka 1 dinar (4,25 gram emas) setara dengan 135 dolar. Dengan demikian, jumlah ekspor dan impor non migas antara Indonesia dengan Malaysia dalam bentuk dinar adalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Ilustrasi Ekspor dan Impor Non Migas Indonesia dengan Malaysia (Juta dinar) Ekspor ke Indonesia Malaysia Total Ekspor Indonesia X 34,00 34,00 15,93 X 15,93 15,93 34,00 49,93 Malaysia Total Impor Dari transaksi ekspor dan impor non migas antara Indonesia dengan Malaysia pada tahun 2007, diketahui bahwa Indonesia mengalami surplus pada neraca perdagangan sebesar 2,44 milyar dolar atau setara dengan 18,07 juta dinar. Dengan demikian, Malaysia mengalami defisit perdagangan dan harus membayar kepada Bank Indonesia dengan cara mentransfer sejumlah 18,07 juta dinar ke account emas Indonesia yang berada di Bank Kustodian yang telah disepakati yaitu IDB. Jumlah ekuivalen dinar sebesar 18,07 juta dinar adalah jumlah yang cukup besar. Besarnya pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia, disebabkan jumlah tersebut dihitung berdasarkan periode penghitungan satu tahun. Jumlah tersebut akan lebih kecil lagi jika pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan atau empat bulan (kuarteran). Dinar yang dibayarkan pemerintah Malaysia sebesar 18,07 juta dinar bisa menutupi selama satu memberikan transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan Malaysia tahun sebesar 49,93 juta dinar. Sistem ini tentunya akan kemudahan dan keuntungan bagi pemerintah Indonesia dan Malaysia ketika melakukan transaksi perdagangan ekspor dan impor dalam kurun waktu tertentu dengan jumlah dinar yang sedikit. Karena dengan jumlah dinar sebesar 18,07 juta dinar, Indonesia dan Malaysia bisa melakukan transaksi perdagangan ekspor dan impor sebesar 49,93 juta dinar atau setara dengan 6,74 milyar dolar. 4. Model Perdagangan Bilateral Indonesia dengan Menggunakan Dinar Perdagangan internasional secara bilateral merupakan suatu jenis perdagangan yang mudah dan sederhana untuk dilakukan oleh kedua negara. Perdagangan secara bilateral memberikan kemudahan bagi kedua negara untuk melakukan penghitungan neraca perdagangan dan melakukan pembayaran. Model perdagangan bilateral melibatkan peran dari para pengimpor dan pengekspor, bank komersial, bank sentral kedua negara dan sebuah bank kustodian sebagai tempat kepemilikan dinar emas kedua negara. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini:33 INDONESIA Ekspor dan Impor MALAYSIA Gambar 4.6 Model Perdagangan Bilateral dengan Dinar Sedangkan untuk mekanisme transaksi perdagangan bilateral dengan dinar emas akan melalui beberapa proses. Lihat gambar 4.7: 33 Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet. 1, h. 112. Gambar 4.7 Mekanisme dan Proses Transaksi Bilateral dengan Dinar Proses yang pertama adalah digambarkan oleh garis yang terputus-putus. Pada proses ini pengimpor dan pengekspor akan melakukan kontrak jual beli atas barang. Selanjutnya pengimpor akan melakukan permohonan L/C (Letter of Credit) kepada salah satu bank komersial yang telah ditentukan oleh bank sentral dan bank komersial akan meneruskannya ke bank komersial pengekspor yang berisikan tentang perdagangan secara detail. Setelah L/C diterima oleh bank komersial negara pengekspor, maka pengekspor akan melakukan pengiriman barang. Setelah itu, pengimpor akan melakukan pembayaran dalam mata uang domestiknya melalui bank komersial yang ada di negara pengimpor. Proses kedua adalah digambarkan oleh garis yang tidak terputus-putus. Setelah menerima pembayaran dari pengimpor, bank komersial akan melakukan pembayaran ke bank sentral dengan menggunakan uang domestik. Selanjutnya, bank komersial pengekspor akan melakukan permintaan pembayaran kembali atas ekspornya dengan menggunakan uang domestiknya kepada bank sentralnya. Setelah terjadi pembayaran, bank sentral kedua negara akan mencatat transaksi tersebut dan menjumlahkan semua transaksi pada akhir periode yang telah ditentukan. Pada waktu penghitungan transaksi, harga emas akan ditentukan dan akan dilakukan pembayaran oleh bank sentral pengimpor dengan cara mentransfer ekuivalen emas ke bank kustodian yang menjadi tempat penyimpanan cadangan emas kedua negara.34 Proses penyelesaian akhir transaksi bilateral dengan dinar akan terlihat pada gambar 4.8. proses yang terjadi dalam penyelesaian akhir adalah sebagai berikut: 1. Permintaan pembayaran oleh bank sentral negara pengekspor kepada bank sentral negara pengimpor pada akhir periode. 2. a. Bank sentral negara pengimpor akan menginstruksikan ke bank kustodian untuk melakukan pembayaran kepada bank sentral pengekspor melalui cadangan emasnya yang ada di bank kustodian. b. Jika jumlah cadangan emasnya lebih kecil dari jumlah yang harus dibayarkan, maka pembayaran bisa dilakukan dengan mata uang yang disepakati kedua negara melalui bank agen mata uang asing yang ditunjuk 3. Memberitahukan jumlah pembayaran yang dilakukan oleh bank sentral pengimpor kepada bank sentral pengekspor. 4. a. Mengirim konfirmasi pernyataan tentang transfer dinar emas kedua negara. b. Mengirim konfirmasi pernyataan tentang transfer mata uang asing yang disepakati kedua negara. 34 Ibid., h. 113. Gambar 4.8 Penyelesaian Akhir Transaksi Bilateral dengan Menggunakan Dinar C. Dampak dan Kemungkinan Pengaruh Penggunaan Dinar terhadap Sistem Moneter Indonesia Penerapan dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia terutama dengan negara-negara muslim sebagai mitra dagangnya, akan berpengaruh terhadap perdagangan luar negeri, sistem moneter dan perbankan nasional. 1. Pengaruh terhadap Perdagangan Luar Negeri Penggunaan dinar sebagai alat transaksi pembayaran ekspor dan impor akan berdampak dan berpengaruh terhadap beberapa hal diantaranya jumlah uang fiat yang digunakan sebagai alat pembayaran, berdampak terhadap komposisi ekspor dan impor Indonesia dengan kawasan OKI dan negara Timur Tengah lainnya dan berdampak terhadap cadangan devisa emas Indonesia. Pertama, penggunaan dinar akan berdampak terhadap jumlah penggunaan mata uang asing (seperti dolar, euro, yen dan lain-lain) untuk melakukan transaksi ekspor dan impor. Berdasarkan data tentang ekspor dan impor non migas dengan negara OKI pada tahun 2007, diketahui bahwa ekspor Indonesia terhadap kawasan OKI adalah sekitar 12% dari total ekspor non migas nasional. Sedangkan impor adalah sekitar 6% dari total impor non migas nasional. Jika diasumsikan bahwa ekspor non migas tersebut dilakukan menggunakan dolar dan kemudian diganti dengan dinar, maka ekspor Indonesia yang menggunakan dolar akan berkurang sebesar 12%. Begitupun dengan impor Indonesia akan terjadi pengurangan impor dengan menggunakan dolar sebesar 6%. Dengan asumsi di atas, maka akan diperoleh jumlah ekspor dan impor non migas Indonesia berdasarkan dinar. Jumlah ekspor menggunakan dinar adalah 10,85 milyar dolar atau sebesar 11,8% dari total ekspor non migas dan untuk impor sebesar 3,04 milyar dolar atau sebesar 5,8% dari total impor non migas. Data selengkapnya bisa dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini: Tabel 3.6 Ekspor dan Impor Non Migas Berdasarkan Valuta 2007 (Juta US$) Mata Uang Ekspor 73.057,8 10.857,5 1.840,2 2.208,3 2.668,3 276,0 644,1 460,1 Total 92.012,3 Sumber: Bank Indonesia (data diolah) US Dolar Gold Dinar Euro Yen Singapore Dolar Australia Dolar Rupiah Lainnya Impor 38.985,1 3.047,4 3.257,5 4.465,9 840,6 998,3 315,3 630,5 52.540,6 2007 Ekspor % 79,4 11,8 2,0 2,4 2,9 0,3 0,7 0,5 100,0 Impor % 74,2 5,8 6,2 8,5 1,6 1,9 0,6 1,2 100,0 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ekspor non migas dengan negara OKI sebesar 10,85 milyar dolar bisa mengurangi jumlah penggunaan dolar sebesar 11,8%. Sebelum adanya penggunaan dinar, jumlah ekspor dengan menggunakan dolar adalah sebesar 91,2%. Setelah adanya penggunaan dinar, maka penggunaan dolar berkurang menjadi 79,4%. Begitupun impor dengan menggunakan dinar bisa mengurangi jumlah penggunaan dolar sebesar 5,8% yaitu dari 80% menjadi 74,2%. Kedua, penggunaan dinar sebagai alat transaksi bilateral akan berpengaruh terhadap hubungan perdagangan Indonesia dengan negara OKI. Pengaruh yang ditimbulkan dari penggunaan dinar memang masih kecil, hanya sebesar 12% untuk ekspor dan 6% untuk impor. Tetapi jumlah tersebut akan bisa terus ditingkatkan dengan cara meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara OKI yang lain. Dalam beberapa tahun terakhir perdagangan Indonesia dengan negara kawasan OKI selalu mengalami peningkatan. Meningkatnya perdagangan dengan kawasan OKI akan memberikan pengaruh yang lebih besar lagi terhadap sektor perdagangan luar negeri Indonesia. Dengan terjadinya peningkatan perdagangan antar sesama negara OKI yang menggunakan dinar, tidak hanya berdampak terhadap pengurangan jumlah penggunaan uang fiat dalam transaksi ekspor dan impor, tetapi juga akan berdampak terhadap persatuan dan kesatuan negara-negara muslim di dunia ini. Kondisi sistem moneter dan perdagangan dunia memungkinkan untuk terjadinya kelompok dan blok-blok perdagangan yang ditujukan untuk mempermudah dalam melakukan perdagangan sesama anggota. Tetapi permasalahan yang justru terjadi adalah bahwa negara muslim belum bisa mengoptimalkan perdagangan luar negeri sesama mereka. Perdagangan sesama negara OKI hanya sekitar 12% dari total semua perdagangan negara OKI dan sekitar 7% dari total perdagangan dunia, padahal sekitar 60% sumber daya alam di dunia ini berada di negara-negara muslim. Kondisi ini tidak terlepas dari masih sedikitnya perdagangan sesama negara OKI dan besarnya ketergantungan terhadap perdagangan dengan negara-negara non muslim. Beberapa negara muslim adalah penghasil keju dan tekstil, seperti Lebanon dan Mesir, akan tetapi negara-negara muslim justru mengimpor keju dan tekstil dari negara-negara non muslim (negara barat). Penggunaan dinar sebagai alat transaksi perdagangan sesama negara OKI merupakan salah satu solusi atas permasalahan di atas. Penggunaan dinar oleh semua negara muslim dan menjadikannya sebagai mata uang tunggal (monetary union) alat pembayaran perdagangan sesama mereka akan memberikan dampak yang cukup besar terhadap persatuan dan kesatuan serta pertumbuhan perdagangan negara-negara muslim. Hal ini bisa terlihat dari pengalaman negara Uni Eropa dengan kesatuan unit moneter yaitu uang Euro. Dengan didukung oleh 12 negara Eropa, euro bisa menjadi mata uang yang kuat dan bersaing dengan dua mata uang lainnya yaitu dolar Amerika dan yen Jepang dalam arena perdagangan dan keuangan internasional.35 2. Pengaruh terhadap Sistem Moneter Pada dasarnya, dinar hanya digunakan untuk transaksi luar negeri, tetapi penggunaan dinar tersebut akan bisa mempengaruhi kondisi mata uang rupiah dalam negeri. Pengaruh tersebut timbul sebagai akibat dari adanya cadangan emas (cadangan dinar) yang diperoleh Indonesia dari perdagangan luar negeri. Cadangan emas yang diperoleh dari perdagangan bilateral dengan negara OKI akan bisa berdampak kepada jumlah uang yang beredar dan nilai dari rupiah dalam negeri. a. Jumlah Uang yang Beredar Surplus perdagangan yang diperoleh Indonesia melalui perdagangan bilateral dengan negara OKI sebesar 57,85 juta dinar akan menjadi cadangan emas Indonesia. Pertambahan cadangan emas tersebut akan mempengaruhi jumlah uang beredar melalui adanya perubahan pada jumlah uang inti (monetary base). Uang inti merupakan kewajiban atau utang moneter dari otoritas moneter Bank Indonesia terhadap (yang dipegang oleh) masyarakat maupun bank umum. Bentuk uang inti adalah berupa uang kartal yang dipegang oleh masyarakat dan uang kartal yang dipegang oleh bank sebagai cadangan dan cadangan minimum 35 M. Luthfi Hamidi, Dolar VS Euro Awal Kebangkrutan AS (Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003), Cet. 10, h. 56. pada Bank Indonesia. Adapun sumber dari uang inti tersebut dapat diketahui melalui neraca otoritas moneter berikut: AKTIVA Aktiva luar negeri Surat berharga pemerintah Pinjaman/tagihan pada bank umum Aktiva lainnya PASIVA Uang kartal yang ada di masyarakat Cadangan bank umum pada BI Pasiva luar negeri Deposito pemerintah Pasiva lainnya Setiap perubahan yang terjadi pada kolom aktiva, maka akan mempengaruhi jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat dan bank umum yang berarti akan merubah jumlah dari uang inti. Meningkatnya pertumbuhan sektor luar negeri yang tercermin dari perubahan cadangan devisa akan mempengaruhi jumlah uang beredar. Besar atau kecilnya jumlah cadangan devisa akan menentukan besar atau kecilnya jumlah uang beredar. Semakin besar jumlah cadangan devisa, maka semakin besar pula jumlah uang yang beredar. Sedangkan bentuk dari jumlah uang beredar karena adanya perubahan uang inti tersebut bisa terjadi dalam arti sempit yaitu M1, dimana penambahan cadangan devisa berpengaruh terhadap dana likuid yang digunakan untuk keperluan transaksi ataupun uang yang beredar dalam bentuk M2 (M1 ditambah uang kuasi). Uang kuasi berupa aset finansial yang kurang likuid dibandingkan dengan uang kertas, tetapi sangat mudah untuk diubah menjadi dana likuid. M2 berbentuk simpanan rupiah dan valuta asing masyarakat yang sementara kehilangan fungsinya sebagai alat tukar.36 b. Nilai Rupiah dalam Negeri Menggunakan dinar sebagai penopang rupiah adalah sama dengan sistem moneter pada masa nilai tukar emas tahun 1925 - 1931 dan masa Bretton Woods System pada tahun 1946 - 1971. Pada masa tersebut, setiap negara menggunakan emas sebagai standar alat tukarnya. Sistem moneter yang dihasilkan oleh kedua masa tersebut adalah sistem moneter dengan nilai tukar yang lebih kuat dan stabil. Dari perdagangan dengan kawasan OKI, Indonesia memperoleh surplus perdagangan sebesar 57,85 juta dinar atau sekitar 7,81 milyar dolar. Uang sejumlah 57,85 juta dinar tersebut selain menjadi pemasukan bagi keuangan pemerintah, juga bisa digunakan untuk menopang rupiah dalam negeri. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan rupiah yang lebih kuat dan stabil. Menjadikan dinar sebagai penopang rupiah, akan membatasi pemerintah untuk mencetak rupiah dalam jumlah yang berlebih. Karena mencetak rupiah akan mengikuti jumlah cadangan emas yang dimiliki pemerintah. Emas adalah logam mulia yang bernilai stabil, sekalipun emas bisa berfluktuasi, tetapi tingkat fluktuasinya lebih kecil dibandingkan dengan fluktuasi uang fiat saat ini. Dengan kestabilan nilai emas tersebut, maka rupiah akan ikut menjadi stabil pula. Jika rupiah mengikuti nilai mata uang asing yang ada di 36 Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 285-286. pasar, maka tingkat fluktuasinya akan mngikuti dari fluktuasi mata uang asing tersebut. Menggunakan cadangan dinar untuk menopang rupiah, memang bukan suatu cara yang ideal untuk menghindari dampak dari sistem moneter uang fiat saat ini. Karena kemungkinan terjadinya inflasi, spekulasi dan permasalahan uang fiat lainnya terhadap rupiah masih terbuka lebar. Tetapi satu hal yang mejadi catatan disini adalah bahwa menopang rupiah dengan sejumlah dinar akan memberikan pengaruh yang lebih baik jika dibandingkan dengan rupiah tidak ditopang dengan nilai apapun. Walaupun menopang rupiah dengan cadangan dinar sama dengan sistem standar nilai tukar dan sistem Bretton Wood yang dinilai gagal karena tidak bertahan lama, tetapi sejarah membuktikan bahwa kedua sistem tersebut telah memberikan kestabilan sistem moneter semasa kedua sistem tersebut digunakan. Kegagalan dan berakhirnya sistem tersebut disebabkan oleh beberapa negara yang mencetak uangnya melebihi cadangan emas yang mereka miliki yang membawa mereka kepada kebangkrutan ekonomi. Selain itu, runtuhnya sistem moneter standar emas juga disebabkan banyaknya negara yang melanggar ketetapan yang telah disepakati untuk mewujudkan stabilitas sistem moneter global. Seperti yang dilakukan Amerika dengan mencetak dolar untuk menutupi defisit eksternal yang disebabkan oleh defisit perdagangan dan biaya perang.37 3. Pengaruh terhadap Industri Perbankan Sektor perbankan adalah salah satu pihak yang terlibat dalam perdagangan secara bilateral. Dampak yang ditimbulkan terhadap industri perbankan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bank sentral atau Bank Indonesia dan bank komersial yang terdiri dari perbankan konvenional dan perbankan syariah. a. Dampak terhadap Bank Indonesia (BI) Bank Indonesia merupakan badan otoritas moneter dan sebagai pengawas dan pengatur industri perbankan dalam negeri. Bank Indonesia memayungi dua industri perbankan, yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah. Kedua industri perbankan tersebut akan berperan besar dalam penerapan dinar sebagai alat transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan Malaysia dan negara muslim lainnya. Dalam perdagangan bilateral, Bank Indonesia akan memiliki dua peran, yaitu: Pertama, sebagai lembaga yang mengatur dan mengawasi perdagangan dinar dan menjamin ketersediaan dinar untuk pembayaran defisit perdagangan. Pada perdagangan bilateral Indonesia dengan Malaysia dan negara OKI lainnya, Bank Indonesia akan menjadi lembaga yang mengatur dan mengontrol setiap transaksi 37 Muhaimin Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham (Depok: Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007), Cet. 1, h. 25. perdagangan. Bank Indonesia akan menjadi lembaga yang menjamin ketersediaan dinar ketika terjadi pembayaran defisit ekspor dan impor Indonesia dengan cara mentransfer sejumlah dinar ke account pemerintah Malaysia yang ada di bank kustodian yaitu IDB (Islamic Development Bank). Begitu juga sebaliknya, Bank Negara Malaysia akan melakukan hal yang sama ketika Malaysia mengalami defisit pada perdagangan ekspor dan impor dengan Indonesia. Kedua, Bank Indonesia menjadi bank kustodian dalam negeri, dengan kata lain Bank Indonesia akan menjadi pengatur dan pengawas pembayaran perdagangan ekspor dan impor dalam negeri yang dilakukan oleh bank komersial dan para pengekspor. Bank Indonesia akan mencatat semua transaksi ekspor dan impor yang telah dilakukan hingga waktu penghitungan dan pembayaran dilakukan. Dengan adanya peran-peran yang dilakukan oleh Bank Indonesia, tentunya akan mempengaruhi sistem kerja dari Bank Indonesia terutama untuk menangani perdagangan bilateral Indonesia dengan negara OKI sebagai mitra dagangnya. Dari tabel matrik perdagangan bilateral Indonesia dengan Malaysia di atas, diketahui bahwa Indonesia memperoleh surplus perdagangan sebesar 18,07 juta dinar. Uang sejumlah 18,07 juta dinar tersebut akan menjadi pemasukan bagi cadangan devisa negara terutama cadangan devisa dinar Indonesia yang akan dikelola oleh Bank Indonesia. Di samping itu, Bank Indonesia sebagai otoritas moneter dituntut untuk membentuk sistem perbankan yang bisa melaksanakan setiap transaksi bilateral, mulai dari segi regulasi perbankan hingga mekanisme transaksi yang harus diikuti oleh industri perbankan. b. Dampak terhadap Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah Perbankan konvensional dan perbankan syariah akan memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan transaksi perdagangan bilateral. Dalam transaksi bilateral, bank komersial berperan dalam menerbitkan L/C bagi pengekspor dan pengimpor. Selain itu, bank komersial juga berperan dalam menyelesaikan transaksi pembayaran ekspor dan impor dengan bank komersial luar negeri dan pembayaran kepada Bank Indonesia. Sistem perdagangan bilateral akan memberikan kesempatan kepada perbankan dalam negeri untuk bisa melakukan transaksi dalam skala regional dan internasional. Dengan banyaknya L/C yang diterbitkan tentunya akan memberikan keuntungan tersendiri bagi pendapatan bank dan akan memperluas hubungan perbankan dalam negeri dengan perbankan komersial yang ada di negara lain. Saat ini, L/C tidak hanya diterbitkan oleh bank-bank konvensional, tetapi juga bisa diterbitkan oleh bank-bank syariah, seperti Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah Indonesia dan Unit Usaha Syariah lainnya. Dalam penerapan dinar sebagai alat transaksi bilateral, tidak hanya dinarnya yang sesuai dengan nilai syariah, tetapi segala transaksi yang berhubungan dengan perdagangan bilateral juga harus sesuai dengan akad syariah. Di Indonesia, terdapat beberapa akad L/C syariah yang telah difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) dalam fatwa No. 34/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C impor dan fatwa No. 35/DSN-MUI/IX/2002 tentang L/C ekspor.38 Adapun akad-akad yang bisa digunakan adalah akad Kafalah (penjaminan), Wakalah (perwakilan), Murabahah (pembelian), Musyarakah dan Mudharabah (DSN, 2003). Salah satu contoh akad yang sudah dipraktekkan adalah akad L/C yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Mandiri yang menggunakan sistem Kafalah, dimana bank bertindak sebagai penjamin (kafil) dan nasabah bertindak sebagai pihak yang dijamin (makful alaih). L/C syariah bebas dari overdue interest yaitu bebas dari bunga yang dibebankan kepada eksportir karena perbedaan waktu antara saat bank syariah dalam negeri membayar kepada eksportir dengan saat bank syariah dalam negeri menerima pembayaran dari bank penerbit L/C luar negeri. Produk L/C syariah yang dikeluarkan oleh beberapa bank syariah tersebut, bisa digunakan sebagai salah satu alternatif oleh nasabah (eksportir/importir) ketika melakukan transaksi ekspor dan impor yang sesuai dengan prinsip syariah. Dengan bertambahnya penggunaan L/C syariah, tentunya akan berpengaruh terhadap perbankan syariah dari segi finansial dan perluasan hubungan (jaringan) dengan perbankan luar negeri. Negara OKI terdiri dari negara-negara timur tengah yang kaya, sehingga dengan adanya hubungan perbankan syariah Indonesia dengan kawasan timur tengah tersebut, bisa mendorong serta 38 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional (Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006), Ed. 3, h. 208 dan 221. meningkatkan investasi para investor timur tengah ke dalam negeri. Jika sebagian dari jumlah ekspor dan impor dengan negara OKI menggunakan L/C yang diterbitkan oleh perbankan syariah, tentunya juga akan berpengaruh besar terhadap eksistensi perbankan syariah di Indonesia. 4. Keuntungan Penggunaan Dinar dalam Perdagangan Bilateral Indonesia Dengan digunakannya dinar sebagai alat pembayaran perdagangan bilateral Indonesia khususnya dengan negara-negara muslim, maka akan memberikan beberapa keuntungan bagi pemerintah Indonesia, antara lain: a. Mengurangi ketergantungan terhadap peran uang fiat dalam melakukan transaksi perdagangan ekspor dan impor. Uang fiat seperti dolar, euro, yen dan uang fiat lainnya adalah jenis uang yang nilai tukarnya berfluktuasi setiap waktu. Fluktuasi nilai tukar yang tajam akan berdampak kepada kondisi perdagangan luar negeri Indonesia. Dengan adanya dinar maka resiko perubahan nilai tukar akan menjadi berkurang, karena nilai emas relatif stabil. b. Penggunaan dinar akan menyebabkan Indonesia memiliki cadangan emas. Cadangan emas tersebut tidak hanya akan berfungsi sebagai alat pembayaran perdagangan luar negeri Indonesia dengan mitra dagangnya, tetapi cadangan emas tersebut juga bisa berfungsi sebagai acuan dan rujukan bagi pemerintah dalam mencetak uang domestik yaitu rupiah. Cadangan emas yang diperoleh dari perdagangan ekspor dan impor dengan sistem dinar akan digunakan untuk memback-up rupiah yang beredar di pasaran. Sehingga akan menyebabkan nilai rupiah yang lebih kuat dan stabil. c. Penggunaan dinar akan meningkatkan peran dari perbankan nasional, khususnya perbankan syariah. Sistem perdagangan bilateral dengan dinar memberikan kesempatan bagi perbankan syariah untuk mengembangkan jenis transaksi L/C yang sesuai dengan syariah, yang pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia. d. Penggunaan dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia dengan negaranegara muslim tidak hanya akan berdampak kepada sistem perdagangan, tetapi juga akan berdampak kepada nilai persatuan dan kesatuan negaranegara muslim. Dengan meningkatnya perdagangan Indonesia dengan negaranegara muslim, maka akan meningkatkan hubungan antar kedua negara yang tidak hanya terbatas kepada ekonomi saja, tetapi juga akan meningkatkan hubungan politik, budaya dan lain sebagainya. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dalam perdagangan internasional antar negara-negara muslim yang tergabung dalam anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI), secara ekonomi mata uang dinar sangat berpeluang untuk diterapkan. Karena dinar adalah mata uang yang stabil, tidak berfluktuasi, alat tukar yang tepat, mengurangi spekulasi, manipulasi dan persengketaan. Namun secara politik, tentunya akan mengalami sedikit hambatan yang berasal dari negara-negara maju berupa perlawanan khususnya negara super power yaitu Amerika yang mana mata uangnya (dolar) digunakan oleh 60% negara di dunia. Hal ini, bisa diatasi jika pemerintah negara-negara muslim sepakat untuk menjadikan dinar sebagai mata uang tunggalnya dalam perdagangan internasional dengan kata lain meninggalkan dolar. Strategi-strategi yang harus disiapkan agar konsep dinar dapat menjadi mata uang internasional antar negara-negara muslim, antara lain: 1. Negara-negara muslim yang tergabung dalam anggota OKI harus membuat kesepakatan/kompetensi atau peraturan tentang pembayaran transaksi perdagangan internasionalnya dengan menggunakan mata uang dinar. 2. Negara anggota OKI harus membuat standar ukuran umum mata uang dinar yang akan digunakan sebagai mata uang tunggal yang perlu dipenuhi dengan mengambil rata-rata persamaan dari negara-negara OKI yang mau bergabung. 3. Negara anggota OKI harus mendirikan Bank Sentral atau Bank Kustodian yang membawahi bank sentral seluruh negara OKI yang akan mengurus dan mengelola kendali moneter. 4. Selanjutnya, para pemerintah negara anggota OKI mensosialisasikan kepada masyarakat khususnya para pengusaha ekspor maupun impor. Hal ini ditujukan untuk memberi pemahaman kepada masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami surplus perdagangan luar negeri dengan negara anggota OKI. Kondisi ini akan menjadi sebuah peluang untuk penerapan dinar dalam transaksi perdagangan bilateral Indonesia. Penggunaan dinar dalam perdagangan bilateral Indonesia akan berpengaruh terhadap perdagangan luar negeri, sistem moneter dan industri perbankan nasional. Penggunaan dinar sebagai alat transaksi perdagangan luar negeri Indonesia dengan negara OKI, dapat mengurangi penggunaan dolar Amerika untuk transaksi ekspor sebesar 11,8% dari 91,2% menjadi 79,4% dari total ekspor, dan untuk transaksi impor sebesar 5,8% dari 80% menjadi 74,2% dari total impor. Selain itu, penggunaan dinar juga akan mempererat persatuan dan kesatuan antar negara muslim di dunia ini. Penggunaan dinar juga akan berpengaruh terhadap industri perbankan nasional. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter akan berperan sebagai pengawas dan pengontrol perdagangan dinar dalam negeri dan menjadi media pemerintah untuk melakukan transaksi perdagangan ekspor dan impor serta sebagai pengontrol cadangan emas yang diperoleh dari perdagangan bilateral yang menggunakan dinar. Bank komersial menjadi media bagi pengusaha ekspor dan impor. Di Indonesia, jasa L/C tidak hanya ada di perbankan konvensional, tetapi permohonan L/C juga bisa dilakukan melalui perbankan syariah. Dengan berkembangnya penggunaan L/C syariah untuk keperluan ekspor dan impor tidak hanya berdampak pada income perbankan syariah, tetapi justru berdampak kepada pertumbuhan perbankan syariah dalam negeri. Di samping itu, produk L/C syariah akan memberikan peluang kepada perbankan syariah untuk bekerjasama dengan perbankan syariah yang ada di negara muslim lainnya yang akan berdampak kepada pertumbuhan investasi syariah dalam negeri. Penggunaan dinar sebagai alat transaksi bilateral juga akan berpengaruh terhadap rupiah. Pengaruh tersebut timbul sebagai akibat dari surplus perdagangan dinar yang dijadikan sebagai cadangan emas Indonesia. Penambahan cadangan emas akan menambah uang inti yang ada pada masyarakat dan perbankan, pengaruh terhadap jumlah uang beredar memang tidak terlalu besar, karena surplus yang diperoleh juga masih dalam jumlah relatif kecil. B. Saran Dinar segera mungkin diterapkan dalam perdagangan internasional Indonesia terutama perdagangan dengan negara OKI. Penggunaan dinar tidak hanya berdampak pada sistem perdagangan Indonesia tetapi juga berdampak kepada umat muslim di dunia. Penggunaan dinar dalam perdagangan dengan negara OKI akan berdampak pada pengurangan ketergantungan negara-negara muslim terhadap peran dolar dan uang fiat lainnya. Selain itu, penggunaan dinar akan berdampak pada persatuan dan kesatuan negara-negara muslim. Sebagai langkah awal, Indonesia bisa mencoba menggunakan dinar pada perdagangan bilateral dengan Malaysia. Malaysia merupakan negara pelopor dari penggunaan dinar sebagai alat transaksi perdagangan internasional. Dari segi perdagangan, Malaysia merupakan negara yang letak geografisnya berdekatan dengan Indonesia yang jumlah ekspor dan impornya lebih besar dibandingkan dengan negara OKI lainnya. Peran aktif pemerintah merupakan faktor penting untuk bisa menerapkan dinar sebagai alat transaksi bilateral Indonesia dengan negara-negara muslim. Sejarah membuktikan bahwa tanpa adanya peran aktif pemerintah, maka penggunaan dinar tidak akan bisa berjalan dengan baik, sebagaimana yang terjadi pada tahun 1250 M / 648H di mesir tentang uang fulus dan keruntuhan dari sistem nilai tukar emas dan Bretton Wood yang semua itu menuntut untuk adanya peran aktif pemerintah. Untuk mendukung penerapan dinar sebagai alat transaksi internasional, maka pemerintah harus bisa memfasilitasi segala faktor yang mendukung dari penggunaan dianr seperti undang-undang atau peraturan tentang dinar, regulasi tentang perbankan dengan sistem dinar, industri perbankan yang kuat dan berbagai faktor lainnya yang terkait. DAFTAR PUSTAKA Amalia, Euis, M. Ag. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer. Cet. Ke-1. Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005. Arifin, Zainul, Drs., MBA. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Cet. Ke-2. Jakarta: AlvaBet, 2003. Badan Pusat Statistik. Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2003-2007. Jakarta: BPS. Bank Indonesia. Ekspor dan Impor Berdasarkan Kelompok Negara Tahun 2007. Jakarta: Bank Indonesia. Http://www.bi.go.id/ ______________. Ekspor dan Impor Non Migas Berdasarkan Valuta Tahun 2007. Jakarta: Bank Indonesia. Http://www.bi.go.id/ Dep. Perdagangan. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Menurut Negara Tujuan dan Asal Tahun 2007. Jakarta: Depdag. Http://www.depdag.go.id/ ______________. Ekspor Non Migas Utama Menurut Sektor. Jakarta: Depdag. Http://www.depdag.go.id/ Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Ed. 3. Ciputat: CV. Gaung Persada, 2006. Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional. Ekspor dan Impor Non Migas Berdasarkan Kawasan Kerjasama Tahun 2007. Jakarta: Dirjen KPI. Http://www.nafed.go.id/ Hamidi, M. Luthfi, MA. Gold Dinar Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan. Cet. Ke-1. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2007. ______________. Jejak-Jejak Ekonomi Syariah. Cet. Ke-1. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003. ______________. Dolar VS Euro Awal Kebangkrutan AS. Cet. Ke-10. Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2003. Hasan, Ahmad. Mata Uang Islami Telaah Konprehensif Sistem Keuangan Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Http://en.wikipedia.org/wiki/Seignorage Http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional Http://www.econlib.org/LIBRARY/Enc/GoldStandard.html. Http://www.geraidinar.com/ Http://www.globalfinancialdata.com/ Http://www.islamhariini.org/ Http://www.portalhr.com/majalah/edisisebelumnya/bisnis/1id331.html Http://www.tazkiaonline.com/?view=articles&id=7&detail=yes Http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0312/18/finansial/754191.htm Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis. Cet. Ke-1. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008. Iqbal, Muhaimin. Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham. Cet. Ke-1. Depok: Spiritual Learning Centre-Dinar Club, 2007. Iswardono, Kapita Selekta Ekonomi Moneter. Jakarta: Gunadarma, 1995. Karim, Ir. Adiwarman, SE, MBA, MAEP, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007). Krugman, Paul R., dan Obstfeld, Maurice. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Ed. 5. Jakarta: PT. Indeks, 2005. Meera, Ahamed Kameel Mydin. The Thief of Nation: Returning to Gold. Malaysia: Pelanduk Publication, 2004. Muhammad, Mahatir. The Gold Dinar Convention, Speech at the Gold Dinar in Multilateral Trade Seminar. Malaysia: IKIM Hall, 2003. Http://www.neach.gov.my/index.php, 13 Juni 2006. Pohan, Aulia. Potret Kebijakan Moneter Indonesia: Seberapa Jauh Kebijakan Moneter Mewarnai Perekonomian Indonesia. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Pracoyo, Antyo. Aspek Dasar Ekonomi Makro Di Indonesia. Cet. Ke-2. Jakarta: PT. Grasindo, 2007. Rahardja, Prathama dan Manurung, Mandala. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makro- ekonomi). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002. Rivai, H. Veithzal, Prof., Dr., MBA., dkk. Bank and Financial Institution Management: Conventional and Sharia System. Ed. 1. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Ed.3. Cet. Ke-15. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. Vadillo, Umar Ibrahim. The Return of the Islamic Gold Dinar: A Study of Money in Islamic Law and the Architecture of Gold Economy. Malaysia: Murabitun Nusantara, 2002. Yusanto, Ismail. Dinar Emas Solusi Krisis Moneter. Jakarta: Pirac, 2002.