Analisis Hubungan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik

advertisement
ANALISIS HUBUNGAN SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH
PADA KEGIATAN PENGOLAHAN TANAH DI PT LAJU
PERDANA INDAH, SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
TRYA ADHESHI HOLQI
F14070001
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
ANALYSIS RELATIONSHIP PHYSICAL AND MECHANICAL
PROPERTIES ACTIVITY IN SOIL TILLAGE AT PT LAJU
PERDANA INDAH SITE KOMERING EAST OKU, SOUTH
SUMATRA
Trya Adheshi Holqi and Gatot Pramuhadi
Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Engineering and
Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, Po Box 220, Bogor, West Java,
Indonesia.
Phone 62 813 73688066, e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Plants can grow and get maximum production on the optimal soil conditions. Plant growth
and application of agricultural machinery is affected by soil physical and mechanical properties.
Processing of land to achieve the ideal conditions for plants to grow. The purpose of this study is to
analyze the relationship between physical and mechanical properties of soil cultivation and
processing methods to determine the most effective ground. Processing methods applied are common
plowing methods and methods Trash In Corporation. The results showed that methods Trash In
Corporation created a density of soil at a depth of 20-30 cm after ridgering. While the usual method
of plowing is not very effective to achieve weight mean diameter. From the land preparation results
can be analyzed that the soil moisture content increases with increasing soil depth, this is caused
because of evaporation due to heat of the sun. From the sample data before tilling the soil shear
strength of the relationship visible soil depth, the deeper the soil sample then sliding the power factor
will be reduced due to declining soil density at depth intervals deeper and deeper. Data on average
cohesion and friction angle obtained in the shear strength test was obtained from the percentage
factor of clay and sand fraction, increasingly clay fraction then the value will be greater cohesion as
well as sand fraction greater the friction angles obtained in .
.
Keywords: soil physical and mechanical, land preparation,
Trya Adheshi Holqi. F14070001. Analisis Hubungan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Pada Kegiatan
Pengolahan Tanah di PT Laju Perdana Indah, Sumatera Selatan. Dibimbing Gatot Pramuhadi. 2011.
RINGKASAN
Kegiatan pengolahan tanah merupakan kegiatan budidaya yang paling banyak memakan tenaga
sehingga dalam kegiatan ini memerlukan alat bantu berupa alat dan mesin pertanian untuk
mempercepat kegiatan tersebut. Dalam pengaplikasian mekanisasi pertanian akan menghasilkan
hubungan timbal balik antara tanah (dalam hal ini sifat fisik dan mekanik tanah) dengan alat dan
mesin pertanian. Sifat-sifat tanah yang menonjol diantaranya adalah densitas, diameter rata-rata berat
bongkah tanah, pemampatan (konsolidasi), dan kekuatan geser. Kekuatan geser merupakan
kemampuan tanah untuk menahan beban tanpa mengalami kerusakan. Kekuatan geser ini akan
berpengaruh terhadap proses pengolahan tanah terutama oleh mesin (traktor).
Dalam pengaplikasian mekanisasi pertanian diperlukan kepadatan tanah yang cukup besar
untuk menghasilkan traksi antara tanah dengan roda. Namun demikian tanaman membutuhkan kondisi
yang gembur untuk distribusi nutrisi dan pertumbuhan akar. Pada umumnya tanah berpasir memiliki
densitas yang tinggi. Dengan tingginya densitas tanah maka mekanisasi pertanian akan dapat
diaplikasikan, sebagai contohnya aplikasi mekanisasi pada budidaya tebu lahan kering. Kandungan
pasir, debu dan liat berpengaruh secara nyata dalam pengaplikasian mekanisasi pertanian. Penelitian
ini dimaksudkan untuk menganalisis perubahan sifat fisik dan mekanik tanah pada dua metode
pengolahan tanah yang berbeda
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan sifat fisik dan mekanik tanah
hasil pengolahan tanah dan menentukan metode pengolahan tanah yang efekif di PT Laju Perdana
Indah, Sumatera Selatan.
Penelitian ini dilakukan terhadap sampel tanah DIVII PT LPI yang memiliki tekstur lempung
liat berpasir. Metode pengolahan tanah yang terapkan pada penelitian ini ada dua, yaitu metode
pengolahan tanah biasa yang diterapkan pada lahan 57C72 blok C6/8 dan metode Trash in
Corporation yang diterapkan pada lahan 35C72 blok C5/7 dan 48C82 blok C5/9. Dari data hasil
pengolahan tanah terdapat hubungan antara densitas tanah dengan diameter berat rata-rata, dimana
hubungannya adalah semakin rendah densitas tanah maka semakin rendah juga diameter berat ratarata. Densitas tanah dan diameter bobot rata-rata hasil pengolahan tanah berkurang akibat
meningkatnya intensitas pengolahan tanah. Densitas tanah yang terukur berada dibawah densitas
maksimum pada uji pemadatan tanah (uji Proctor). Namun densitas maksimum pada uji Proctor tidak
berhubungan terhadap densitas yang terjadi pada hasil pengolahan tanah,hal ini karena densitas pada
hasil pengolahan tanah terjadi bukan karena hasil pemadatan, tetapi merupakan hasil dari pengolahan
tanah.
Dari data hasil pengolahan tanah dapat dianalisis bahwa kadar air akan meningkat seiring
dengan bertambahnya kedalaman tanah, hal ini disebabkan karena faktor penguapan akibat cuaca
panas matahari. Dari data sample tanah sebelum pengolahan tanah terlihat hubungan kekuatan geser
terhadap kedalaman tanah, semakin dalam sample tanah maka kekuatan gesernya akan berkurang
dikarenakan faktor densitas tanah yang semakin menurun pada selang kedalaman yang semakin
dalam. Data rata-rata kohesi dan sudut gesek dalam yang diperoleh pada uji kuat geser ini diperoleh
dari faktor persentase fraksi liat dan pasir, semakin tinggi fraksi liat maka nilai kohesinya akan
semakin besar begitu juga dengan semakin besarnya fraksi pasir makan semakin besar sudut gesek
dalam yang diperoleh.
ii
ANALISIS HUBUNGAN SIFAT FISIK DAN MEKANIK TANAH
PADA KEGIATAN PENGOLAHAN TANAH DI PT LAJU
PERDANA INDAH, SUMATERA SELATAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
TRYA ADHESHI HOLQI
F14070001
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
i
Judul Skripsi
:
Nama
:
Analisis Hubungan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Pada Kegiatan Pengolahan
Tanah di PT Laju Perdana Indah, Sumatera Selatan
Trya Adheshi Holqi
NIM
:
F14070001
Menyetujui,
Pembimbing,
(Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si.)
NIP. 19650718 199203.1.001
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Desrial, M. Eng.)
NIP 19661201 199103.1.004
Tanggal Lulus :
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Hubungan
Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Pada Kegiatan Pengolahan Tanah di PT Laju Perdana Indah,
Sumatera Selatan adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan
belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Yang membuat pernyataan
Trya Adheshi Holqi
F 14070001
© Hak cipta milik Trya Adheshi Holqi, tahun 2011
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian
atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm dan sebagainya
BIODATA PENULIS
Trya Adheshi Holqi. Lahir pada 28 September 1990 di Lubuklinggau,
Sumatera Selatan dari pasangan Adnan Sajani dan Jumhana yang merupakan
anak ketiga dari tiga bersaudara.
Penulis mengawali pendidikan formal pada SD Negeri 20
Lubuklinggau (1995–2001). Penulis menyelesaikan tingkat pendidikan
lanjutan pada SMP Negeri 1 Lubuklinggau (2001–2004) dan SMA Negeri 1,
Lubuklinggau (2004–2007). Sejak tahun 2007, Penulis memasuki program
Strata-1, dengan program studi Teknik Pertanian Departemen Teknik Mesin
dan Biosistem pada Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).
Selama masa kuliah, Penulis aktif di sejumlah organisasi dan kepanitiaan, Organisasi
Mahasiswa Daerah Sumatera Selatan, Purna Paskibraka Indonesia dan Unit Kegiatan Mahasiswa
Sepak Bola sebagai tempat Penulis berbakti dan mengembangkan diri. Pada tahun 2010-2011 Penulis
menjadi asisten mata kuliah Motor dan Tenaga Pertanian, Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian, dan
Praktikum Terpadu Mekanika Bahan Teknik untuk program Sarjana (S1) Teknik Pertanian dan pada
tahun yang sama Penulis menjadi asisten mata kuliah Alat dan Mesin Pekebunan untuk program
Diploma (D3) Perkebunan Kelapa Sawit Sinarmas. Penulis pernah memperoleh beasiswa, seperti
beasiswa KORINDO pada tahun 2011. Pada Juli-Agustus 2010 Penulis melakukan Praktik Lapangan
dengan topik “Mempelajari Penerapan Mekanisasi Pertanian Dalam Proses Budidaya Tebu di PT Laju
Perdana Indah Site Komering, Sumatera Selatan”.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya
hingga skripsi dengan Analisis Hubungan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Pada Kegiatan
Pengolahan Tanah di PT Laju Perdana Indah, Sumatera Selatan dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya. Shalawat serta salam Penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang
selalu memberi teladan kepada umat manusia.
Penulis menyadari bahwa kelancaran pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tak luput dari
bantuan berbagai pihak. Dengan penuh ketakziman Penulis mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya kepada:
1. Dr. Ir. Gatot Pramuhadi, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing Penulis selama
masa perkuliahan, praktik lapangan, penelitian dan penulisan skripsi dengan penuh pengertian,
2. Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang L., MS dan Ir. Mad Yamin, MT selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi,
3. Direksi PT Laju Perdana Indah, Ir. H. Ishar Madi, M.Si., selaku VGM operational, Ir. Kuswara
Irianto selaku plantation manager, Ir. Dwi Wahyu Setyanto selaku manager DIV II, dan Ir. Farid
Srijanto selaku manager R&D yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian,
4. Kedua orang tua Penulis, Adnan Sajani dan Jumhana yang selalu menyayangi Penulis, selalu
memberi semangat, do‟a dan dukungan sepenuh hati serta menguatkan Penulis dikala dalam
keadaan sulit,
5. Kakak dan adik penulis, Adhe Shafitri, Dwi Frenzi Razmi dan Shonia Patria Widea yang telah
memberikan dukungan doa dan semangat selama penulis menyelesaikan masa studi di Teknik
Pertanian, penelitian dan penulisan skripsi ini,
6. Bapak Iwan Setiawan supervisior teladan yang memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang
sangat berharga selama penulis melakukan penelitian,
7. Seluruh staf dan karyawan Depertemen Teknik Pertanian, terutama Pak Trisnadi, yang telah
membantu Penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini,
8. Saudara senasib seperjuangan, Andri Asmoro dan Tri Yulni yang selalu setia bersama-sama
penulis menjalani kehidupan perkuliahan dari mulai masuk IPB sampai menjadi Sarjana
Teknologi Pertanian.
9. Teman-teman Teknik Pertanian angkatan 44 kenangan indah selama proses belajar, penelitian dan
penulisan skripsi ini.
10. Dwi Sari Agustina yang selalu setia mendampingi serta memberikan perhatian, bantuan, dan
dorongan semangat dalam penulisan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu dan mendoakan Penulis dalam penelitian dan penulisan
skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kotribusi yang
nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang fisika dan mekanika tanah.
Bogor, Desember 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................................... xiii
PENDAHULUAN................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................................................... 2
C. Manfaat ..................................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................................... 3
A. Sifat Fisik Tanah ....................................................................................................................... 3
B. Sifat Mekanik Tanah ................................................................................................................. 7
C. Pengolahan Tanah ..................................................................................................................... 9
METODELOGI PENELITIAN ............................................................................................................ 10
A. Waktu dan Tempat .................................................................................................................. 10
B. Alat dan Bahan ........................................................................................................................ 10
C. Metode Pengolahan Tanah ...................................................................................................... 12
E. Prosedur Pengukuran .............................................................................................................. 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................. 23
A. Kondisi Umum Wilayah Penelitian ......................................................................................... 23
B. Hubungan Sifat Fisik dan Mekanik Tanah .............................................................................. 24
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 38
A. Kesimpulan ............................................................................................................................. 38
B. Saran ....................................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 39
LAMPIRAN .......................................................................................................................................... 40
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah dan sebaran besaran butiran ................................................ 4
Gambar 2. Skema keruntuhan tanah pada proses pemotongan tanah(McKyes 1985) ............................ 8
Gambar 3. Alat uji pemadatan tanah (Uji Proctor) ............................................................................... 11
Gambar 4. Alat uji geser langsung (Direct Shear Apparatus).............................................................. 11
Gambar 5. Diagram alir metode Trash In Corporation........................................................................ 12
Gambar 6. Diagram alir metode Pengolahan tanah lama PT LPI ......................................................... 12
Gambar 7. Kegiatan Plowing 1 ........................................................................................................... 13
Gambar 8. Kegiatan Harrowing I......................................................................................................... 14
Gambar 9. Kegiatan Ridging ................................................................................................................ 16
Gambar 10. Kegiatan pembajakan dengan implement Giant harrow .................................................. 17
Gambar 11. Diagram alir rancangan penelitian .................................................................................... 18
Gambar 12. Petak lahan penelitian dan titik pengambilan sampel ....................................................... 19
Gambar 13. Bagan alir prosedur penelitian untuk menentukan efektivitas pengolahan tanah ............. 22
Gambar 14. Data Curah Hujan Wilayah II HGU PT LPI site OKU tahun 2011 .................................. 24
Gambar 15. Grafik Perubahan Nilai Densitas Lahan A (35C72 blok C5/7) ........................................ 26
Gambar 16. Grafik Perubahan Nilai Densitas Lahan B (48C82 blok C5/9) ......................................... 26
Gambar 17. Grafik Perubahan Nilai Densitas Lahan C (57C72 blok C6/8) ......................................... 26
Gambar 18. Perubahan selisih Densitas pada setiap pengolahan tanah pada lahan A ......................... 27
Gambar 19. Perubahan selisih Densitas pada setiap pengolahan tanah pada lahan B ......................... 27
Gambar 20. Perubahan selisih Densitas pada setiap pengolahan tanah pada lahan C ......................... 27
Gambar 21. Grafik nilai MWD pada berbagai selang kedalaman pada kebun HGU, PT LPI site OKU
.............................................................................................................................................................. 28
Gambar 22. Grafik hubungan BD dengan MWD ................................................................................. 29
Gambar 23. Grafik hubungan PT dengan MWD.................................................................................. 29
Gambar 24. Densitas tanah A (35C72 blok C5/7) ................................................................................ 30
Gambar 25. Densitas tanah B (48C82 blok C5/9) ................................................................................ 31
Gambar 26. Densitas tanah C (57C72 blok C6/8) ................................................................................ 31
Gambar 27. Kekuatan geser sample tanah A (35C72 blok C5/7)......................................................... 33
Gambar 28. Kekuatan geser sample tanah B (48C82 blok C5/9) ......................................................... 33
Gambar 29. Kekuatan geser sample tanah C (57C72 blok C6/8) ......................................................... 34
Gambar 30. Hubungan kekuatan geser tanah lahan A terhadap densitas tanah .................................... 34
Gambar 31.Hubungan kekuatan geser tanah lahan B terhadap densitas tanah ..................................... 35
Gambar 32. Hubungan kekuatan geser tanah lahan C terhadap densitas tanah .................................... 35
Gambar 36. Hubungan antara kadar air rata-rata terhadap kedalaman tanah ....................................... 36
Gambar 37. Hubungan antara densitas rata- rata terhadap kedalaman tanah ....................................... 36
Gambar 38. Hubungan antara porositas rata-rata terhadap kedalaman tanah ....................................... 37
Gambar 44. Hubungan antara kuat geser terhadap tekanan normal ..................................................... 37
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Spesifikasi Traktor yang Digunakan Dalam Pengolahan Tanah ............................................ 23
Tabel 2. Spesifikasi Implement yang Digunakan Dalam Pengolahan Tanah ....................................... 23
Tabel 3. Persentase fraksi pasir, debu, dan liat ..................................................................................... 24
Tabel 4. Nilai densitas rata-rata (g/cm3), Porositas (%) dan MWD ..................................................... 25
Tabel 5. Perubahan Densitas, Porositas dan MWD hasil pengolahan tanah ........................................ 25
Tabel 6. Kadar air optimum dan densitas maksimum contoh tanah ..................................................... 32
Tabel 7. Kekuatan geser. kohesi dan sudut geser dalam ...................................................................... 33
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Denah kebun HGU DIV II PT LPI .................................................................................. 41
Lampiran 2. Data analisa terkstur tanah HGU DIV II PT LPI ............................................................. 42
Lampiran 3. Data analisa sifat fisik HGU DIV II PT LPI .................................................................... 43
Lampiran 4. Gambar Ring Sampel (a), Ayakan Tanah (b), dan Oven (c) ............................................ 44
Lampiran 5. Variabel-variabel penelitian dan beberapa sifat fisik-mekanik tanah .............................. 45
Lampiran 6. Uji Homogenitas Tanah Sebelum Pengolahan Tanah (Kondisi Awal) ............................ 46
Lampiran 7. Rangkuman hasil perhitungan Kadar air. densitas. porositas tanah dan MWD ............... 48
Lampiran 8. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon A ................... 49
Lampiran 9. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon B ................... 52
Lampiran 10. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon C ................. 54
Lampiran 11. Data Hasil Uji Pemadatan Tanah ................................................................................... 57
xiii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tebu merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting posisinya untuk
perekonomian suatu negara sebagai bahan baku industri gula pasir. Tebu dapat dibudidayakan
pada lahan sawah (sistem reynoso) atau pada lahan kering (tebu lahan kering). Budidaya tebu
lahan kering di Indonesia umumnya dilakukan pada kebun-kebun hak guna usaha (HGU) yang
dimiliki oleh pabrik-pabrik gula (Pramuhadi 2005). Kegiatan budidaya tebu lahan kering
dibedakan atas lima kegiatan utama yaitu penyiapan lahan (pengolahan tanah pertama,
pengolahan tanah kedua, dan pembuatan alur tanam (kairan)), penyiapan bibit, pananaman,
pemeliharaan tanaman (irigasi, pemupukan, penyulaman, pembumbunan, dan pengendalian
gulma), serta pemanenan. Kegiatan-kegiatan budidaya tebu lahan kering tersebut sangat dituntut
untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien agar dapat mencapai keuntungan yang maksimum.
Luas area lahan perkebunan tebu pada umumnya sangat besar, sehingga sebagian besar
pengolahan tanahnya dilakukan secara mekanis menggunakan alat dan mesin pertanian (traktor
dan alat pengolahan tanah). Kegiatan pengolahan tanah memegang peranan penting bagi
tanaman tebu terutama untuk diperolehnya keadaan tanah yang baik sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan memiliki perakaran yang baik sehingga memungkinkan unsur-unsur hara dan air
diserap secara optimal dan pertumbuhan tanaman tebu yang kokoh dan tahan rebah.
Iqbal et al. (2006) diacu dalam Isron (2009) menyatakan bahwa dengan adanya intensitas
lintasan traktor, dapat mengakibatkan peningkatan nilai densitas tanah (bulk density).
Peningkatan nilai densitas tanah ini mengindikasikan adanya peningkatan kepadatan tanah yang
disebabkan pemampatan partikel-partikel tanah dimana ruang pori tanah semakin kecil. Secara
aktual, hasil pengolahan tanah dengan ukuran bongkah tanah yang lebih kecil sangat diharapkan
sehingga dihasilkan tanah dengan porositas yang lebih tinggi dan densitas tanah rendah yang
cocok untuk pertumbuhan tanaman maksimum. Plaster (1992) menjelaskan bahwa porositas
tanah meningkat pada tekstur tanah yang lebih halus.
Pada dasarnya, pengolahan tanah berfungsi untuk menyediakan lingkungan tumbuh yang
sesuai untuk tempat bibit, perkecambahan akar, dan peningkatan hasil panen. Dengan tanpa
melihat metode pengolahan tanahnya, pengolahan tanah mempunyai tiga tujuan dasar: (a)
pengontrolan gulma, (b) perubahan sifat fisik tanah, dan (c) manajemen sisa-sisa hasil panen
(Plaster, 1992). Dengan demikian, tindakan pengolahan tanah yang efektif pada budidaya tebu
lahan kering diperlukan agar diperoleh kondisi sifat fisik tanah optimum sehingga akan
dihasilkan pertumbuhan dan produksi tebu maksimum. Sifat fisik tanah yang berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan dan produksi tebu diantaranya ditentukan oleh densitas tanah (bulk
density) dan diameter berat rata-rata bongkah tanah (mean weight diameter) hasil pengolahan
tanah. Hardjowigeno (2003) menyebutkan bahwa salah satu fungsi dari penentuan dari densitas
tanah adalah untuk evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah, karena pada tanahtanah dengan densitas tinggi, akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut. Gill
dan Berg (1967) diacu dalam Isron (2009) menjelaskan bahwa penentuan diameter bobot ratarata bongkah tanah dapat dilakukan dengan cara pengayakan. Metode ini menunjukkan jumlah
relatif bongkah tanah pada masing-masing kelas ukuran ayakan (mesh).
Pada penelitian ini akan diukur beberapa parameter sifat fisik dan mekanik tanah seperti
densitas tanah, diameter berat rata-rata bongkah tanah, kekuatan geser tanah, kadar air
maksimum dan densitas optimum. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi acuan
dalam penerapan metode pengolahan tanah yang paling efektif dan dapat menghasilkan
produktifitas tebu maksimum (tertinggi).
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan sifat fisik dan mekanik tanah hasil
pengolahan tanah dan menentukan metode pengolahan tanah yang efektif di PT Laju Perdana
Indah, Sumatera Selatan.
C. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan dalam penerapan metode pengolahan
tanah yang paling efektif yang dapat menghasilkan produktifitas tebu maksimum (tertinggi) .
D. Hipotesis
Semakin tinggi intensitas pengolahan tanah maka ada diperoleh densitas tanah dan
diameter bobot rata-rata hasil pengolahan tanah yang semakin rendah .
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sifat Fisik Tanah
1. Tekstur Tanah
Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir tanah atau
perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir tersebut adalah pasir, debu
dan liat. Gabungan dari ketiga fraksi tersebut dinyatakan dalam persen dan disebut sebagai
kelas tekstur. Pada umumnya tanah asli merupaka campuran dari butiran-butiran yang
mempunyai ukuran yang berbeda-beda (Braja 1993).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Kelas tekstur tanah dikelompokkan
berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tanah-tanah yang
bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap (menahan)
air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowigeno 1995).
Dalam sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, tanah diberi nama atas dasar komponen
utama yang dikandungnya, misalnya lempung berpasir (sandy clay), lempung berlanau (silty
clay), dan seterusnya (Braja 1993).
Sifat fisik dan kesuburan tanah sanggat dipengaruhi oleh tekstur tanah. Dari segi fisis
tanah, tekstur berperan pada struktur, rumah tangga, air dan udara serta suhu tanah. Dalam
segi kesuburan, tekstur memegang peranan penting dalam pertukaran ion, sifat penyangga,
kejenuhan basa dan sebagainya. Fraksi liat merupakan fraksi yang paling aktif sedangkan
kedua fraksi yang lain disebut kurang aktif (Haridjadja 1980). Braja (1993) menyatakan
bahwa kelas tekstur dapat ditetapkan dengan menggunakan diagram segi tiga tekstur menurut
USDA dalam Gambar 1. Sistem ini didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah yang
meliputi:
a. Pasir : butiran dengan diameter 2.0 s.d. 0.05 mm
b. Debu : butiran dengan diameter 0.05 s.d. 0.002 mm
c. Liat : butiran dengan diameter lebih kecil dari 0.002 mm
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah dan sebaran besaran butiran
Fraksi pasir terdiri dari pecahan-pecahan batu dengan berbagai ukuran dan bentuk.
Butiran-butiran pasir hampir selalu terdiri dari satu macam zat mineral, terutama kwartz
(Wesley 1973). Partikel-partikel pasir memiliki ukuran yang jauh lebih besar dan memiliki
luas permukaan yang kecil (dengan berat yang sama) dibandingkan dengan partikel-partikel
debu dan liat. Oleh karena luas permukaan pasir adalah kecil, maka peranannya dalam ikut
mengatur sifat-sifat kimia tanah adalah kecil sekali. Disamping itu, disebabkan fraksi pasir
itu memiliki luas permukaan yang kecil, tetapi memiliki ukuran yang besar, maka fungsi
utamanya adalah sebagai penyokong tanah dalam disekelilingnya terdapat partikel debu dan
liat yang lebih aktif. Kecuali terdapat dalam jumlah yang lebih kecil, maka jika semakin
tinggi persentase pasir dalam tanah, makin banyak ruang pori-pori diantara partikel tanah
semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air (Hakim 1986) diacu dalam Irfan (2011).
Menurut Wesley (1973), debu merupakan bahan peralihan antara liat dan pasir halus.
Fraksi ini kurang plastis dan lebih mudah ditembus air daripada liat dan memperlihatkan sifat
dilatasi yang tidak terdapat pada liat. Luas pernukaan debu lebih besar dari luas permukaan
pasir per gram, tingkat pelapukan debu dan pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar
lebih besar dari pasir. Partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat.
Tanah yang mengandung fraksi debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman
Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda
komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan debu dan pasir. Fraksi liat
memiliki luas permukaan yang besar. Di dalam tanah molekul-molekul air mengelilingi
partikel-partikel liat berbentuk selaput tipis, sehingga jumlah liat akan menentukan kapasitas
memegang air dalam tanah. Permukaan liat dapat mengadsorbsi sejumlah unsur-unsur hara
dalam tanah. Liat terdiri dari butiran-butiran yang sanggat kecil dan menunjukkan sifat
plastisitas dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian-bagian bahan itu
melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk
bahan itu dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk asalnya, dan tanpa
terjadi retakan atau terpecah-pecah (Wesley 1973).
4
2. Densitas Tanah
Densitas tanah basah atau wet-bulk density didefinisikan sebagai padatan tanah (massa
total) dibagi dengan volume total tanah (Kalsim dan Sapei 2003). Massa total akan bervariasi
dengan jumlah air yang ada dalam tanah, sehingga densitas tanah kering atau dry-bulk density
(Db) umumnya digunakan dan didefinisikan sebagai massa kering tanah oven (Mk) pada
suhu 105oC selama 24 jam dibagi dengan volume total (Vt) tanah (Kalsim dan Sapei 2003).
Untuk selanjutnya, istilah densitas tanah yang digunakan berarti merujuk pada dry-bulk
density.
Berdasarkan hasil penelitian Iqbal et al. (2006) diacu dalam Isron (2009) yang
menyatakan bahwa perlakuan intensitas lintasan traktor memberikan pengaruh nyata terhadap
nilai densitas tanah pada taraf α = 0.05, di mana semakin meningkat intensitas lintasan roda
traktor maka nilai densitas tanah cenderung meningkat. Kecenderungan kenaikan densitas
tanah disebabkan oleh tekanan yang berasal dari roda traktor mendesak air dan udara,
sehingga daerah yang dipengaruhi tekanan menjadi lebih padat dan secara langsung dapat
meningkatkan densitas tanah. Pada umumnya densitas tanah berkisar antara 1.1–1.6 g/cm3.
Akan tetapi ada juga beberapa jenis tanah yang mempunyai densitas tanah kurang dari 0.85
g/cm3. Menurut Pramuhadi (2005), pertumbuhan dan produksi tebu maksimum serta
pertumbuhan gulma minimum terjadi pada kisaran densitas tanah 1.2 –1.3 g/cm3. Mengukur
densitas tanah (Db). Menurut Kalsim dan Sapei (2003) densitas tanah dapat dihitung dengan
persamaan:
Db = Mk/Vt = (Mt-Mw)/Vt
(1)
Di mana:
Db = Densitas tanah (g/cm3)
Mk = Massa kering tanah (g)
Vt = Volume tanah (cm3)
Mw = Massa wadah (g)
Mt = Massa wadah + massa tanah kering (g)
Pada suatu usaha pemadatan tanah yang tetap, densitas tanah merupakan fungsi kadar
air tanah. Densitas tanah meningkat mulai dari meningkatnya kadar air tanah dan mencapai
puncak yang disebut sebagi kadar air optimum, selanjutnya menurun seiring dengan
meningkatnya kadar air tanah (Hillel 1980).
Menurut McKyes (1985), kekuatan tanah dan sifat mekanik tanah lainnya akan
berubah dengan adanya proses pemadatan. Kohesi tanah akan meningkat dengan pola
logaritmik dan sudut geser dalam tanah akan meningkat dengan pola linier seiring kenaikan
densitas tanah. Peningkatan kekuatan tanah akibat meningkatnya densitas ini tidak hanya
menyebabkan kekuatan dan energi yang diperlukan untuk pemotongan (pengolahan) tanah
menjadi meningkat, akan tetapi juga akan menghambat pertumbuhan akar tanaman.
5
3. Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan
volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara (Plaster 1992). Porositas dapat
ditentukan dengan menempatkan tanah kering oven pada sebuah panci air hingga seluruh
ruang kosong terisi air. Perbedaan berat antara tanah kering oven dan tanah basah jenuh
disebut total ruang pori. Secara umum porositas dapat dihitung dengan persamaan:
Pt 
Mb  Mk
x100
Vt
(2)
Dimana:
Pt
= Porositas tanah (%)
Mb
= Massa basah jenuh tanah sebelum dikering-ovenkan (g)
Mk
= Massa kering tanah setelah dikering-ovenkan (g)
Vt
= Volume tanah (cm3)
Porositas juga dapat ditentukan dari densitas tanah (Db) dan densitas partikel (Dp).
Jika tidak ada ruang pori, maka Db akan sama dengan Dp. Rasio Db dan Dp akan sama
dengan 1. Semakin banyak ruang pori, semakin kecil densitas tanah dan rasio Db/Dp. Pada
kenyataannya, perbandingan Db/Dp adalah hanya prosentase fraksi padatan tanah. Jika salah
satu prosentase berkurang dari 100%, perbedaannya adalah pada prosentase ruang pori.
Untuk menghitungnya, biasanya dapat diasumsikan bahwa Dp adalah 2.65 gram/cm 3.
Persamaan berikut juga dapat digunakan untuk menghitung nilai porositas (Plaster 1992):
 Db

Pt  100%  
x100
 Dp

(3)
 Db

Pt  100%  
x100
 2,65

4. Diameter Berat Rata-rata Bongkah Tanah
Jumlah pecahan tanah akibat implemen pengolahan dapat ditentukan dengan ayakan
tanah. Pengayakan memberikan metode sederhana untuk mengukur rata-rata ukuran bongkah
tanah dan jumlah tanah relatif pada setiap kelas ukuran. Representasi yang sering digunakan
adalah diameter berat bongkah tanah rata-rata atau mean weight diameter, MWD
Lal dan Shukla (2004) diacu dalam Isron (2009) menjelaskan bahwa ukuran partikel
adalah sifat fisik tanah yang penting, karena mempengaruhi total porositas, ukuran pori, dan
luas permukaan. Distribusi ukuran partikel menunjukkan ukuran kuantitatif dari ukuran
partikel tanah yang merupakan fraksi solid. Analisa ukuran tanah merupakan percobaan
untuk menentukan proporsi relatif ukuran butir tanah yang berbeda yang membentuk massa
tanah. Sesungguhnya, agar mempunyai arti, contoh tanah harus terwakili secara statistik.
Sebenarnya tidak mungkin dalam penentuan ukuran partikel dilakukan dengan pengujian
6
tunggal, pengujian hanya bisa dengan penggolongan ukuran tanah melalui pendekatan selang
ukuran antara dua ayakan (Bowles 1970).
Penggolongan ukuran dilakukan dengan menumpuk satu rangkaian ayakan pada
ukuran lobang ayakan dari yang paling besar di puncak ke lobang paling kecil, dan
pengayakan dilakukan pada sejumlah tanah yang diketahui kuantitasnya melalui tumpukan.
Hal ini dilakukan dengan cara menempatkan materi di bagian atas ayakan dan digoncangkan
untuk memisahkan partikel-partikel menjadi ukuran diameter yang lebih kecil dari ayakan
teratas ke alas/panci (Bowles 1970).
B. Sifat Mekanik Tanah
1.
Kadar Air Tanah
Kadar air tanah adalah jumlah air tanah yang tekandung dalam pori-pori tanah dalam
suatu massa tanah tertentu. Kadar air tanah dapat berubah-ubah pada tiap kedalaman karena
merupakan bagian tanah yang tidak stabil. Perubahan kadar air tanah tersebut dapat
menyebabkan perubahan nilai tahanan penetrasi dan densitas (bulk density) tanah. Menurut
Hardjowigeno (1995), air di dalam tanah dibagi menjadi air gravitasi, kapiler dan
higroskopis. Menurut Hakim et al (1986) cara yang biasa digunakan untuk menyatakan
kadar air dalam tanah adalah dalam persen terhadap bobot tanah kering. Bobot tanah
lembab tidak dipakai karena bergelonjak dengan kadar airnya. Kadar air juga dapat
dinyatakan dalam persen volume, yaitu persentase volume air terhadap volume tanah.
Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan kedalam cara gravimetrik,
tegangan dan hisapan, hambatan listrik (blok tahanan), serta pembauran neutron (neutron
scattering). Cara gravimetrik merupakan cara yang paling umum dipakai. Pada cara
penentuan kadar air ini, sejumlah tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu antara
100oC sampai 110oC untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan
sejumlah air yang terkandung dalam tanah basah (Hakim et al 1986). Secara umum kadar
air tanah dapat dihitung dengan persamaan:
KA =
mb -ma
ma
x 100%
(4)
dimana :
KA = Kadar air (%)
mb = massa tanah awal (g)
ma = massa tanah akhir (g)
2.
Kekuatan Tanah
Kekuatan tanah adalah kemampuan tanah untuk menahan beban tanpa mengalami
kerusakan, baik berupa perpecahan, perpisahan ataupun aliran. Secara kuantitatif kekuatan
tanah dapat didefinisikan sebagai tegangan maksimal yang dapat diberikan kepada tanah
tertentu tanpa menyebabkan kerusakan pada tanah tersebut (Hillel 1980). Kekuatan geser
tanah menurut Hardiyatmo (1992) merupakan gaya perlawanan yang dilakukan oleh butirbutir tanah terhadap desakan atau tarikan.
7
Kekuatan tanah tergantung pada gaya-gaya yang bekerja diantara butir-butirnya.
Kekuatan geser tanah adalah salah satu parameter kekuatan tanah yang merupakan fungsi
dari kohesi dan gesekan ƒ c, tan ө)), sedangkan kohesi sendiri merupakan fungsi dari
interaksi gaya tarik-menarik antara partikel liat itu sendiri. Kekuatan geser tanah dapat
dianggap terdiri atas bagian yang bersifat kohesi yang tergantung pada jenis tanah,
kepadatan butirnya, dan bagian yang mempunyai sifat gesekan (frictional) yang sebanding
dengan tegangan efektif yang bekerja pada bidang geser (Wesley 1973).
Menurut McKyes (1985), perancangan alat dan mesin pengolahan tanah yang efektif
dan efisien dimulai dengan analisis dasar mengenai kekuatan geser tanah. Hal ini bertujuan
untuk memprediksikan kekuatan dan energi yang dibutuhkan alat dan mesin tersebut untuk
memotong tanah dengan efektif dan efisien. Proses pemotongan tanah mengakibatkan
keruntuhan material tanah. Keruntuhan mekanik ini biasanya tejadi pada bagian permukaan
perpecahan dalam (internal rupture surface) tanah dan bagian tanah yang bersentuhan
dengan alat pemotong tanah.
Gambar 2. Skema keruntuhan tanah pada proses pemotongan tanah(McKyes 1985)
Gaya-gaya yang menghasilkan keruntuhan tanah adalah gesekan dan kohesi yang
sesuai dengan hukum Coulomb:
τ = c + σ tan ө
(5)
dimana :
τ = Kekuatan tanah terhadap geseran kgf/cm2)
c = Kohesi tanah (kgf/cm2)
σ = Tekanan normal terhadap bidang geser (kgf/cm2)
ө = Sudut gesekan dalam o)
Kekuatan geser tanah dari benda uji yang diperiksa di laboratorium, biasanya
dilakukan dengan besar beban yang ditentukan terlebih dahulu dan dikerjakan dengan
menggunakan tipe peralatan khusus. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya
kekuatan geser tanah yang diuji di laboratorium adalah :
a. Kandungan mineral dan butiran tanah
b. Bentuk partikel
c. Angka pori dan kadar air
d. Cara pengujian
e. Kecepatan pembebanan
f. Tekanan air pori yang ditimbulkan
g. Kriteria yang diambil untuk penentuan kuat gesernya
h. Tegangan yang dibebankan sebelum pengujian
8
Menurut Hardiyatmo (1992) ada beberapa cara untuk menentukan kekuatan geser
tanah, yaitu pengujian kekuatan geser langsung (direct shear test), pengujian triaksial
(triaxial test), pengujian tekan bebas (unconfined compression test), dan pengujian balingbaling (vane shear test). Pada pengukuran kekuatan geser tanah menggunakan metode uji
geser langsung, contoh tanah yang akan diuji diberikan tekanan normal yang konstan serta
tegangan pori yang selalu tetap nol (Wesley 1973). Menurut Hardiyatmo (1992) terdapat
beberapa batasan ataupun kekurangan dalam pengujian kekuatan geser langsung, yaitu:
a. Tanah benda uji dipaksa untuk mengalami keruntuhan (failure) pada bidang yang telah
ditentukan sebelumnya.
b. Distribusi tegangan pada bidang keruntuhan tidak seragam.
c. Tekanan air pori tidak dapat diukur.
d. Deformasi yang diterapkan pada benda uji hanya terbatas pada gerakan maksimum
sebesar alat geser langsung dapat digerakkan.
e. Pola tegangan pada kenyataannya adalah sangat kompleks dan arah dari bidang-bidang
tegangan utama berotasi ketika regangan geser ditambah.
f. Drainase tidak dapat dikontrol.
g. Luas bidang kontak antara tanah di kedua setengah bagian kotak geser berkurang ketika
pengujian berlangsung, akan tetapi pengaruhnya sangat kecil pada hasil pengujian,
sehingga dapat diabaikan.
C. Pengolahan Tanah
Pengelolahan tanah merupakan bagian proses terberat dari keseluruhan proses budidaya,
di mana proses ini mengkonsumsi energi sekitar 1/3 dari keseluruhan energi yang dibutuhkan
dalam proses budidaya pertanian. Cara pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil
pengolahan dan konsumsi energinya.
Pengolahan tanah meliputi primary tillage (pengolahan tanah primer) dan secondary
(pengolahan tanah sekunder). Plowing (pembajakan) merupakan pengolahan tanah primer tillage
dan kegiatan pengolahan tanah selanjutnya merupakan pengolahan tanah sekunder yang biasanya
berupa harrowing (penggaruan).
Metode pengolahan tanah untuk tebu lahan kering meliputi kegiatan-kegiatan : (1)
pengelolahan tanah dalam (subsoiling) , (2) pembajakan tanah (plowing), (3) penggaruan tanah
(harrowing) dengan kedalaman 20-30 cm, dan (4) pembuatan alur tanam (furrowing).
Baver et al. (1972) menyebutkan bahwa lapisan padat di bawah zona pembajakan tanah
telah ditemukan pada beberapa jenis tanah. Lapisan tersebut sering dinamakan lapisan tapal
bajak (pole sole). Lapisan tersebut berasal dari kombinasi pengelolahan tanah dan operasi mesinmesin pertanian lainnya. Pengolahan tanah di lakukan dengan tujuan memperbaiki sifat-sifat
fisik tanah yang buruk yang terjasi selama pertumbuhan sebelumnya, seperti pemadatan tanah
atau kehilangan strukrur tanah terutama akibat hujan dan lintasan mesin-mesin. Oleh sebab itu
pengolahan tanah ditujukan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan, seperti penembusan akar
yang kurang dalam, aerasi dan porositas tanah yang buruk, dan adanya lapisan tapak bajak
9
METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di lahan hak guna usaha (HGU) DIV II PT PG Laju Perdana
Indah site OKU dan Laboratorium Fisika dan Mekanika Tanah, FATETA IPB. Penelitian
dilaksanakan mulai bulan Juli 2011 hingga September 2011.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan Contoh Tanah:
1) Cangkul
2) Ring Sampler
3) Plastik wadah contoh tanah
4) Sekop kecil (kored)
b. Pengukur kadar air:
1) Wadah (cawan) contoh tanah
2) Neraca elektronik
3) Mesin pengering (Oven)
c. Pengukur MWD
1) Sekop kecil (kored)
2) Saringan ukuran 0.7 cm, 1.2 cm, 2 cm, 4 cm.
d. Uji Pemadatan Tanah (Uji Proctor):
1) Mold dengan diameter 10 cm, volume 1 liter
2) Base Plate
3) Collar
4) Reamer 2.5 kg
5) Neraca elektronik
6) Peralatan pengukur kadar air
7) Ayakan tanah ϕ 4.76 mm
8) Wadah (baki plastik)
9) Extruder
Gambar 3. Alat uji pemadatan tanah (Uji Proctor)
e.Uji Geser Langsung:
1) Peralatan uji geser langsung (Direct Shear Apparatus)
2) Peralatan pembuat contoh tanah (Trimmer)
3) Peralatan pengukur kadar air
Gambar 4. Alat uji geser langsung (Direct Shear Apparatus)
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah contoh tanah lahan HGU DIV II PT
PG Laju Perdana Indah site OKU, yaitu: petak 35C72 blok C4/8 dengan luas 2.43 ha, petak
48C82 blok C5/9 dengan luas 2.00 ha, dan petak 57C72 blok C6/8 dengan luas 1.46 ha.
11
C. Metode Pengolahan Tanah
Ada dua metode pengolahan tanah yang diterapkan pada 3 lahan percobaan ini, yaitu
metode pengolahan yang baru diterapkan di PT LPI yang diberi nama metode Trash In
Corporation yang diterapkan pada lahan A ( 35C72 blok C4/8) dan lahan B (48C82 blok C5/9),
bagan alir pengolahannya dapat dilihat pada gambar 5. Sedangkan lahan C (57C72 blok C6/8)
diterapkan metode pengolahan tanah yang biasa diterapkan sebelumnya di PT LPI, bagan alir
pengolahannya dapat dilihat pada Gambar 6
Brushing
Giant Harrowing I
Giant Harrowing II
Harrowing I
Harrowing II
Furrowing
Gambar 5. Diagram alir metode Trash In Corporation
Bakar seresah
Plowing I
Plowing II
Harrowing I
Harrowing II
Furrowing
Gambar 6. Diagram alir metode Pengolahan tanah lama PT LPI
12
1. Pengolahan Tanah dengan Metode Biasa
Metode biasa terdiri atas plowing 1, harrowing 1, plowing 2, dan harrowing 2.
Plowing (pembajakan) merupakan pengolahan tanah primer, sedangkan harrowing
(penggaruan) merupakan pengolahan tanah sekunder. Setelah pengolahan tanah sekunder,
kegiatan selanjutnya adalah penanaman (planting) baik secara manual (manual planting)
maupun mekanis (mechanical planting). Jika penanaman dilakukan secara manual, maka
kegiatan land preparation berakhir pada kegiatan ridging dan pemupukan basalt secara
mekanis. Namun jika penanaman dilakukan secara mekanis, maka tidak perlu dilakukan
ridging dan pemupukan basalt secara mekanis.
1.1. Plowing 1
Plowing 1 (pembajakan pertama) dilakukan setelah kegiatan land clearing.
Tujuan dari pembajakan pertama adalah untuk memotong, mengangkat, dan membalik
tanah dan bertujuan untuk mengurangi kekuatan tanah, membalikkan perakaran tebu
(pada lahan RPC), menutup vegetasi dan dan mengatur agregat tanah. Alat yang
digunakan di PT LPI untuk pembajakan pertama dan kedua adalah disc plow (bajak
piring), yakni implemen traktor yang mempunyai 4 disc dengan diameter masingmasing 28 inci dan jarak antar disc sebesar 40 cm. Pada bagian ujung bajak terdapat
disc datar dengan diameter 24 inci yang berfungsi sebagai roda pembantu untuk
mengatur kedalaman pengolahan dan menstabilkan pengoperasian pembajakan sehingga
operasi dapat begerak lurus. Disc angle bajak sebesar 15o dan tilth angle sebesar 35o.
Besarnya sudut ini dapat menentukan kedalaman dan tenaga yang dibutuhkan dalam
pembajakan selain dari pengaruh penetrasi dari implemen.
Spesifikasi traktor yang digunakan pada pembajakan pertama adalah traktor
dengan daya 90 hp. Transmisi yang digunakan adalah dengan kecepatan putar 1900 rpm
dan kecepatan maju sekitar 3-4 km/jam. Setelah pembajakan pertama selesai, lahan
’diklantang’, yaitu dibiarkan selama satu sampai dua minggu sebelum digaru (harrow).
Tujuannya adalah agar perakaran (tunggul) tebu dan gulma yang berada di permukaan
tanah mengering. Selain itu ’klantang’ bertujuan agar bongkahan tanah hasil plowing
cukup kering sehingga mudah dihancurkan pada saat harrowing. Kegiatan plowing 1
dapat dilihat di Gambar 7.
Gambar 7. Kegiatan Plowing 1
13
1.2. Harrowing 1
Kegiatan Harrowing 1 (penggaruan pertama) dilakukan setelah Plowing 1.
Tujuan Harrowing 1 adalah agar agregat tanah menjadi lebih kecil. Harrowing 1
termasuk pengolahan tanah sekunder (secondary tillage). Kegiatan ini dilakukan untuk
menghancurkan bongkahan tanah hasil Plowing 1 sehingga diperoleh tekstur tanah yang
sesuai untuk pertumbuhan tebu. Selain itu, harrowing juga bertujuan untuk meratakan
tanah serta memotong rumput dan perakaran yang berada di permukaan tanah.
Harrowing 1 di PT LPI menggunakan traktor dengan daya 150 Hp dengan
transmisi 3B dan kecepatan pitar 1900 rpm. Implemen yang digunakan adalah heavyduty disc harrow Heavy-duty disc harrow memiliki 20 scalloped disc yang disusun dua
gang secara offset. Diameter scalloped disc yang digunakan yaitu 28 inci dengan jarak
antar disc 30 cm. Harrow ini melakukan aksi ganda pada pengoperasiannya dengan
kedalaman pengolahan sebesar 25 cm dan lebar olah rata-rata 310 cm. Setelah
Harrowing 1 selesai, dilakukan peng-„klantangan’-an selama tiga hari, selanjutnya
dilakukan plowing 2. Kegiatan harrowing I dapat dilihat di Gambar 8.
Gambar 8. Kegiatan Harrowing I
1.3. Plowing 2 dan Harrowing 2
Plowing 2 (pembajakan kedua) adalah kegiatan pengolahan tanah primer untuk
kedua kalinya pada lahan budi daya. Kegiatan ini dilakukan setelah harrowing 1. Pada
harrowing 1, tidak semua tanah hasil plowing 1 tergaru. Tanah yang tergaru
kedalamannya hanya sekitar 25 cm. Tujuan dari plowing 2 adalah untuk membalik
tanah yang sudah tergaru pada harrowing 1 ke bagian bawah dan mengangkat tanah
yang belum tergaru pada harrowing 1 yang kemudian akan digaru kembali. Plowing 1
dilakukan setelah harrowing 1. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk
memperhalus tekstur tanah serta menimbun rumput, sampah, dan perakaran yang telah
kering tertimbun oleh tanah.
Arah pengolahan plowing 2 sebaiknya tidak sejajar dengan arah plowing 1,
melainkan tegak lurus. Hal ini dimaksudkan agar tidak terbentuk laju aliran air sehingga
air yang ada pada tanah dapat tersimpan dengan baik dan dapat menahan erosi.
Penyilangan ini juga dilakukan untuk memotong tanah yang belum terpotong pada
plowing 1. Setelah plowing 2 dilakukan, lahan dibiarkan 4-6 hari. Spesifikasi traktor dan
implemen yang digunakan pada plowing 2 sama seperti pada plowing 1. Dari hasil
14
pengamatan didapat besarnya lebar pengolahan adalah 190 cm dengan kedalaman
sebesar 28 cm.
Kegiatan harrowing 2 dilakukan setelah plowing 2. Harrowing 2 bertujuan untuk
menggemburkan kembali tanah yang telah dibajak pada plowig 2 serta untuk
menghancurkan akar dan sampah yang belum hancur pada saat Harrowing 1.
Spesifikasi traktor yang digunakan sama dengan harrowing 1, sedangkan implement
yang digunakan yaitu jenis heavy-duty disc harrow. Setelah harrowing 1,
kegiatan selanjutnya dalah planting (penanaman). Namun jika penanaman dilakukan
secara manual (manual planting), maka pengolahan tanah masih berlanjut dengan
kegiatan ridging (pembuatan alur tanam) dan basalt dressing (pemupukan basalt).
1.4. Ridging
Ridging adalah kegiatan pembuatan baris (row) tanam atau biasa disebut
‘juring’, dengan cara membentuk bedengan (ridge) pada petak lahan yang sudah
dilakukan harrowing 2. Kegiatan ini sangat penting dalam budi daya tebu lahan kering
dan hanya dilakukan pada petak lahan yang akan ditanam secara manual. Di PT LPI,
alat yang digunakan untuk ridging disebut ridger.
Ridger adalah implemen yang terdiri dari dua wing (sayap), pengoperasiannya
ditarik oleh traktor untuk tanaman single row maupun double row. Untuk tanaman
single row, jarak antar wing adalah 1.5 m, dimana sebelumnya adalah 1.3 m. Perubahan
standar ini dikarenakan jarak tanam (jarak antar row) 1.3 m sudah tidak sesuai dengan
spesifikasi traktor atau pun alsintan lain yang digunakan oleh perusahaan.
Pengoperasian ridger ini dilakukan secara overlap, karena operator
membutuhkan satu juring sebagai patokan ban traktor untuk membuat juring lainnya.
Implemen ini ditarik oleh traktor berdaya 150 hp. Sebelum ridging dilakukan, operator
harus memperhatikan kondisi lahan dan konturnya. Pembuatan baris tanam harus
mengikuti garis kontur untuk menghindari terjadinya erosi ataupun run off saat hujan.
Untuk elevasi lahan yang tidak terlalu curam, bedengan dibuat dengan sudut sekitar 25 o
sedangkan untuk elevasi lahan yang curam, bedengan dibuat dengan sudut sekitar 45 o.
Untuk lahan yang mempunyai elevasi yang berbeda dalam satu petak maka
dilakukan pemotongan atau pembagian lahan mejadi beberapa bagian. Misalnya satu
petak lahan mempunyai dua elevasi yang berbeda, maka diambil titik tengah dari kedua
elevasi tersebut kemudian di buat jalan kecil sebagai pemisah. Dari pembagian tersebut
dibuat baris tanam sesuai dengan kontur pada setiap bagian dalam satu petakan. Tetapi
jika ingin memperkecil biaya operasi, maka dibuatlah arah ridging yang berkelok
(bahkan membentuk huruf S atau V) sesuai dengan kontur yang ada. Namun operator
yang menjalankannya harus memiliki keahlian dan keterampilan yang tinggi. Kegiatan
ridging dapat dilihat di Gambar 9
15
.
Gambar 9. Kegiatan Ridging
1. Pengolahan Tanah dengan Metode Trash Incorporation
Secara garis besar kegiatan, pengolahan tanah dengan metode trash in corporation
sama dengan metode pengolahan tanah biasa. Namun ada sedikit perbedaan perlakuan pada
pengolahan tanah primer. Pada metode trash in corporation, pengolahan tanah primer tidak
menggunakan disc plow, melainkan giant harrow atau sering disebut rome harrow. Rome
harrow adalah implemen yang terdiri dari 10 scalloped disc harrow berukuran 32 atau 36
inci, dengan 5 disc di gang depan dan 5 disc di gang belakang disusun secara offset. Standar
operasional rome harrow adalah 0.5 ha/jam/unit.
Rome harrow dibuat dengan tujuan untuk memotong dan menghancurkan trash
(sampah, seresah sisa tebangan) pada lahan RPC, sekaligus membalik dan memotong tanah
seperti halnya disc plow. Dengan adanya program green cane, sisa sampah dari pemanenan
tidak boleh dibakar dan dibuang, namun diolah dan dicampur dengan tanah pada lahan RPC.
Hal ini bertujuan untuk memperkaya unsur hara dan mikroorganisme di dalam tanah. Oleh
karena itu, pengolahan tanah primer dengan metode ini tidak menggunakan disc plow.
Pada dasarnya rome harrow merupakan subtitusi dari plow dan harrow. Sehingga
implemen ini juga dapat digunakan untuk lahan PC. Namun implemen ini memiliki beberapa
kekurangan, antara lain kedalaman bajak tidak dalam. Bahkan pada lahan yang kondisi
sampahnya tinggi dan padat, implemen ini tidak dapat memotong dan membalikkan tanah
karena hanya dapat memotong sampah bahkan terpental karena sampah. Keistimewaan dari
metode ini adalah seresah- seresah tebu sisa pemanenan tidak dibakar sehingga dapat
mengurangi efek pemansan global akibat dari asap hasil pembakaran seresah sampah tersebut
Kegiatan pembajakan dengan implement giant harrow dapat dilihat pada Gambar 10.
16
Gambar 10. Kegiatan pembajakan dengan implement Giant harrow
D. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini melakukan pengukuran sifat fisik dan mekanik tanah, khususnya densitas,
diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD), kekuatan geser tanah, kadar air optimum dan
densitas maksimum. Pengukuran dilakukan pada saat sebelum dan sesudah pengolahan tanah.
Bagan alir rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 11.
1. Sebelum Pengolahan Tanah
Sebelum pengolahan tanah, ditentukan petak lahan RPC yang akan menjadi tempat
pengambilan sampel tanah. Lahan yang dijadikan petak penelitian terbagi ke dalam tiga
petak. Setiap petak lahan ditentukan 5 titik pengambilan sampel yang membentuk pola
diagonal (Gambar 8). Selang kedalaman pengambilan sampel tanah adalah pada (0-10 cm),
(10-20 cm), dan (20-30 cm). Kemudian diukur nilai sifat fisik tanah (densitas dan diameter
berat rata-rata bongkah tanah), dan nilai mekanik tanah (kekuatan geser, kadar air maksimum
dan densitas optimum.
17
Lokasi yang berbeda
Kondisi sifat fisik tanah
(densitas kekuatan geser awal berbeda dan mungkin tekstur tanah yang berbeda)
Diaplikasikan 2 metode pengolahan tanah yang berbeda
Sifat fisik tanah
(densitas,kekuatan geser dan ukuran bongkah tanah) hasil pengolahan
tanah berbeda
Jika ditanami tebu
Memberikan hasil produktivitas tebu (TCH) bervariasi
Dapat digunakan untuk merencanakan metode pengolahan tanah
paling efektif dan efisien
(perencanaan kebutuhan daya traktor, intensitas pengolahan tanah, waktu, dan biaya
pengolahan tanah)
Gambar 11. Diagram alir rancangan penelitian
2.
Setelah Pengolahan Tanah
Kombinasi pengolahan tanah I, pengolahan tanah II, dan pembuatan alur tanam yang
akan diterapkan adalah pengolahan tanah I-pengolahan tanah I-prengolahan tanah IIpengolahan tanah II-kair. Metode ini sesuai dengan metode standar yang dipakai pada
budidaya tebu lahan kering oleh PT PG Laju Perdana Indah site OKU . Bajak I
menggunakan implemen bajak piring dengan disc 28 inch dan rome harrow dan bajak II
menggunakan implement heavy duty disc harrow, sedangkan pengkairan menggunakan
furrower (kair).
18
Titik
sampel
Pengambilan
Gambar 12. Petak lahan penelitian dan titik pengambilan sampel
Pengukuran dan pengambilan contoh tanah setiap petak lahan dilakukan pada 5 titik
yang telah ditentukan pada tanah hasil pengolahan tanah (bajak I, bajak II, dan kair).
Pengukuran densitas tanah dilakukan pada tiga selang kedalaman, tergantung kedalaman
standar pada masing-masing kegiatan pengolahan tanah yang diharapkan oleh pihak PG.
Kedalaman standar hasil pengolahan tanah bajak I yang diharapkan oleh pihak PG sebesar 30
cm, sehingga selang kedalaman pengambilan sampel adalah pada selang (0-10 cm), (10-20
cm), dan (20-30 cm). Pengambilan sampel tanah hasil pengolahan tanah bajak II dan kair
dilakukan pada selang kedalaman (0-10cm), (10-20 cm), dan (20-30 cm) karena kedalaman
standar pengolahan tanahnya sebesar 30 cm. Pengambilan sampel tanah untuk mengukur
diameter berat rata-rata bongkah tanah pada kedalaman tertentu (misalnya 15 cm) dari
permukaan tanah. Khusus untuk pengkairan, pengambilan sampel tanah diambil dari
guludan, di mana dianggap permukaan tanah 0 cm adalah pada permukaan guludan.
E. Prosedur Pengukuran
1. Pengukuran Densitas Tanah (Bulk Density)
a) Contoh tanah diambil dari setiap titik dengan menggunakan ring sampel, kemudian
dimasukkan ke dalam kantong plastik.
b) Mengukur massa wadah (Mw)
c) Mengukur volume tanah, Vt (sama dengan volume wadahnya, Vw).
d) Contoh tanah dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 24 jam.
e) Contoh tanah dimasukkan ke dalam desikator hingga suhunya mencapai suhu ruang agar
tidak mempengaruhi massanya.
f) Menimbang massa kering tanah (Mk) + massa wadah (Mw), dan dianggap sebagai Mt
g) Mengukur densitas tanah (Db). Menurut Kalsim dan Sapei (2003) densitas tanah dapat
dihitung dengan persamaan:
Db = Mk/Vt = (Mt-Mw)/Vt
(6)
Di mana:
Db = Densitas tanah (g/cm3)
Mk = Massa kering tanah (g)
Vt = Volume tanah (cm3)
Mw = Massa wadah (g)
19
Mt
= Massa wadah + massa tanah kering (g)
2. Pengukuran Diameter Berat Rata-Rata Bongkah Tanah
a) Bongkah-bongkah tanah hasil pengolahan tanah diambil menggunakan sekop pada
kedalaman tertentu (misal pada kedalaman 15 cm).
b) Bongkah tanah dijaga agar tidak rusak strukturnya.
c) Bongkah tanah disaring menggunakan saringan kawat bersusun dengan cara digoyang
sebanyak 25 kali dengan sudut 20o terhadap permukaan tanah.
d) Tanah yang tertahan pada masing-masing saringan ditimbang massanya.
e) Diameter berat rata-rata bongkah tanah dihitung dengan persamaan (Isron 2009)
MWD
= ∑ Wi di / W
(7)
Di mana:
MWD = Diameter berat rata-rata bongkah tanah (cm)
Wi
= Bobot tanah tertahan pada saringan ke-i (g)
di
= Diameter saringan ke-i (cm)
W
= Bobot tanah total bongkah tanah tertahan seluruh saringan (g)
3. Uji Pemadatan Tanah
Prosedur uji pemadatan tanah menggunakan metode Standard Proctor adalah:
a. 3 kg contoh tanah lolos ayakan ϕ 4.76 mm dimasukkan ke dalam wadah
b. Tanah dipadatkan dengan membuat 3 lapisan, masing-masing lapisan diberikan tekanan
dengan reamer sebanyak 25 kali ketukan
c. Bagian tepi atas tanah dipotong
d. Ukur Bulk Density tanah dengan cara:
1) Timbang berat mold + base plate (m1)
2) Timbang berat mold + base plate + tanah padat (m2)
3) Hitung kadar air contoh tanah (w)
4) Hitung densitas basah ρt
5) Hitung densitas kering ρd
6) Hitung densitas jenuh tanah ρs dengan menggunakan persamaan:
ρw
ρs = 1
(8)
w
S
100
dimana : ρw = densitas air ( ≈ 1 g/cm3)
GS = specific gravity ( ≈ 2.7 )
w = kadar air contoh tanah (%)
e. Kadar air tanah diubah dengan cara:
1) Tanah dikeluarkan dengan alat extruder
2) Tanah dihancurkan kembali
3) Ditambahkan air
f. Tanah dipadatkan kembali, diulang terus hingga densitasnya turun (± 5 kali ulangan)
20
4. Uji Kekuatan Geser Langsung Tanah
Prosedur uji kekuatan geser tanah menggunakan metode Uji Kekuatan Geser Langsung
(Direct Shear Test) adalah:
a) Buat contoh tanah dengan menggunakan Trimmer
b) Ukur berat, dimensi dan kadar air contoh tanah
c) Letakkan / masukkan contoh tanah ke dalam kotak geser
d) Pasang kotak geser ke peralatan geser
e) Set pengukur beban R dengan deformasi δ = 0
f) Beri beban normal σ
g) Pemberian beban normal minimal ada tiga macam, yaitu 0.5 kgf/cm2, 1.0 kgf/cm2, dan
1.5 kgf/cm2, supaya dapat dibuat kurva garis lurus dalam kurva τ terhadap σ.
h) Beri beban geser dengan laju pembebanan 1% / menit
i) Catat beban R pada setiap deformasi δ sebesar 20 skala, dengan nilai k = 0.2693
kgf/skalaR
j) Hitung kekuatan geser τ dengan rumus :
τ=
R .k
=
R .k
1/4 D2
(9)
k) Dari ketiga kurva hubungan τ terhadap σ diperoleh τmax pada tiap kurva. Buat kurva
hubungan τmax terhadap σ, sehingga diperoleh suatu garis lurus, dan didapatkan nilai
kohesi c dan sudut gesek dalam Φ
21
Implement pengolahan
tanah
Areal tebu lahan kering (3 petak lahan
replanting cane )
Uji homogenitas
sifat fisik tanah
(kadar air &
densitas)
Uji Proctor
Pengambilan contoh
tanah
Bobot kering
Tanah (Mk)
Pengujian kinerja traktor dan
implemen (Bajak, Garu, Kair)
Volume
Tanah (Vt)
Uji Geser
Langsung
Densitas maksimum,
Kadar air optimum
pemadatan
Traktor roda empat
Densitas tanah
Db = Mk/Vt
Bobot tanah
tertahan disetiap
saringan(Wi)
Bobot tanah total
(bobot tanah
tertahan seluruh
saringan (W))
Densitas partikel
tanah (DPT)
Kekuatan geser
tanah
Ukuran bongkah
tanah rata-rata
tertahan di setiap
saringan (di)
Diameter bobot bongkah tanah rata-rata
MWD=∑ Wi di /W
Porositas
P=[1-(Db/DPT)]x100%
Efektivitas pengolahan tanah
Gambar 13. Bagan alir prosedur penelitian untuk menentukan efektivitas pengolahan tanah
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Wilayah Penelitian
PT Laju Perdana Indah Site Komering terletak di kecamatan Cempaka Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur Propinsi Sumatera Selatan. Luas lahan perkebunan PT Laju Perdana Indah
adalah 37.500 hektar yang terdiri dari lahan bersertifikat Hak Guna Usaha (HGU) sekitar 21.500
hektar dan sisanya masih berupa ijin lokasi. Dari keseluruhan lahan tersebut, baru sekitar 8000
hektare saja yang telah ditanami tebu yang terbagi dalam tiga wilayah (region), yaitu region 1
yang berpusat di Sungai Balak, region 2 yang berpusat di Gohong, dan region 3 yang berpusat di
Abaka. Dari jalan Lintas Timur Sumatera yaitu R-9 berjarak ± 25 km untuk menuju kantor
Sungai Balak dengan waktu tempuh ± 30 menit. Jenis traktor dan implement yang digunakan
pada pengolahan tanah di PT LPI dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Spesifikasi Traktor yang Digunakan Dalam Pengolahan Tanah
Nama
Traktor Tipe A
Traktor Tipe B
Traktor Tipe C
Daya (hp)
150
150
90
Panjang (mm)
4630
4700
4037
Lebar (mm)
1974
2104
1777
Tinggi (mm)
3011
-
2889
Belakang kanan (mm)
1750
1640
1530
Belakang kiri(mm)
1750
1640
1530
Diameter roda belakang
Tabel 2. Spesifikasi Implement yang Digunakan Dalam Pengolahan Tanah
Nama
Bajak Piring
Garu
Garu
Kair
Standar
Giant harrow
Heavy Duty Harrow
Ridgid Swing
4
10
22
-
Diameter piringan (mm)
711.2
812.8
711.2
-
Panjang (mm)
2930
5750
5570
2460
Lebar (mm)
1530
1680
2630
1150
Tinggi (mm)
1350
1350
1350
950
Tipe
Jumlah Bottom
Curah hujan (mm/hari)
Data Curah Hujan Wilayah II HGU Tahun 2011
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Tanggal
juli
Agustus
Gambar 14. Data Curah Hujan Wilayah II HGU PT LPI site OKU tahun 2011
Tabel 3. Persentase fraksi pasir, debu, dan liat
Petak
Lahan A (35C72 blok C5/7)
Lahan B (48C82 blok C5/9)
Lahan C (57C72 blok C6/8)
Persentase fraksi (%)
Pasir
63.55
63.55
61.53
Debu
12.12
10.10
10.10
Liat
24.33
26.35
28.37
Kelas Tekstur
Lempung liat berpasir
Lempung liat berpasir
Lempung liat berpasir
Hasil analisis tekstur terhadap contoh tanah DIV II PT LPI yang dilakukan di
Laboratorium Kimia Tanah, Divisi Riset and Development PT LPI, menunjukkan bahwa ketiga
sample tanah tersebut diklasifikasikan bertekstur lempung liat berpasir. Tanah jenis ini
mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan menyerap unsur
haranya tinggi. Dari hasil Uji Homogenitas Tanah pada lampiran 5 Sebelum Pengolahan Tanah
(Kondisi Awal) diketahui bahwa contoh tanah DIV II PT LPI seragam ditiap titik sample
pengambilan datanya. Kondisi lahan A, B,dan C sebelum pengolahan tanah adalah lahan tebu
RPC ( replanting cane) atau lahan yang akan ditanam kembali dengan bibit tebu yang baru
setelah tanaman ratoon III.
B. Hubungan Sifat Fisik dan Mekanik Tanah
Pengolahan Tanah dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman melalui perubahan sifat
fisik dan mekaniknya namun juga dapat menimbulkan masalah kerusakan tanah. Dari hubungan
sifat fisik dan mekanik tanah hasil pengolahan tanah dapat dianalisis apakah perlakuan beberapa
kegiatan pengolahan tanah dapat disimpulkan efektif dalam memperbaiki tanah untuk
pertumbuhan tanaman atau justru dapat menimbulkan kerusakan tanah dengan menciptakan
kepadatan. Data perubahan sifat fisik tanah akibat pengolahan tanah dapat dilihat pada tabel 4
berikut.
24
3
Tabel 4. Nilai densitas rata-rata (g/cm ), Porositas (%) dan MWD
Lokasi Petak
Lahan A
(35C72 blok
C5/7)
Lahan B
(48C82 blok
C5/9
Lahan C
(57C72 blok
C6/8)
Metode
Pengolahan
Tanah
Sebelum
Pengolahan
Giant Harrow I
Giant Harrow II
Harrow I
Harrow II
Kair
Sebelum
Pengolahan
Giant Harrow I
Giant Harrow II
Harrow I
Harrow II
Sebelum
Pengolahan
Bajak I
Bajak II
Harrow I
Harrow II
Kair
BD rata-rata (g/cc)
0-10
10-20 20-30
cm
cm
cm
Porositas (%)
0-10 10-20 20-30
cm
cm
cm
1.53
1.5
1.33
42.26
43.35
49.75
-
1.35
1.31
1.22
1.11
1.04
1.34
1.39
1.18
1.21
1.04
1.37
1.37
1.38
1.34
1.32
49.20
50.70
54.05
57.96
60.94
49.47
47.41
55.52
54.46
60.87
48.14
48.26
48.09
49.31
50.32
1,5064
0,8795
0,8239
0,8053
0,6476
1.33
1.63
1.42
49.90
38.58
46.34
-
1.29
1.15
1.10
1.03
1.53
1.55
1.25
1.07
1.62
1.54
1.20
1.07
51.34
56.58
58.59
61.28
42.34
41.68
52.96
59.72
38.69
41.89
54.70
59.71
1,4991
0,9660
0,8552
0,8516
1.56
1.27
1.16
41.24
52.17
56.26
-
1.24
1.10
1.15
1.03
0.98
1.21
1.19
1.05
1.02
0.98
1.57
1.55
1.19
1.09
1.15
53.16
58.33
56.74
61.15
62.90
54.42
55.18
60.37
61.54
62.91
40.87
41.65
55.01
58.98
56.79
1,5704
1,2759
1,1489
0,9982
0,9838
MWD
Tabel 5. Perubahan Densitas, Porositas dan MWD hasil pengolahan tanah
Lokasi
Petak
Lahan A
(35C72
blok
C5/7)
Lahan B
(48C82
blok
C5/9
Lahan C
(57C72
blok
C6/8)
Selisih BD (g/cc)
0-10 10-20 20-30
cm
cm
cm
Selisih PT (%)
0-10
10-20
20-30
cm
cm
cm
30
30
15
15
30
0.18
0.04
0.09
0.11
0.07
0.10
0.05
0.21
0.03
0.17
-0.04
0.00
-0.01
0.04
0.02
-6.94
1.50
-3.35
-3.91
-2.98
-0.12
2.06
-8.11
1.06
-6.41
1.61
-0.12
0.17
-1.22
-1.01
Giant Harrow I
Giant Harrow II
Harrow I
Harrow II
30
30
15
15
0.04
0.14
0.05
0.07
0.10
0.02
0.30
0.18
-0.02
0.08
0.34
-0.13
-1.44
-5.24
-2.01
-2.69
-3.76
0.66
-11.28
-6.76
7.65
-3.20
-12.81
-5.01
Bajak I
Bajak II
Harrow I
Harrow II
Kair
30
30
15
15
30
0.32
0.14
0.05
0.12
0.05
0.06
0.02
0.14
0.03
0.22
-0.41
0.02
0.30
0.10
-0.06
-11.92
-5.17
1.59
-4.41
-1.75
-2.25
-0.76
5.19
1.17
1.37
15.39
-0.78
-13.36
-3.97
2.19
Metode
Pengolahan
Tanah
Kedalaman
Olah (cm)
Giant Harrow I
Giant Harrow II
Harrow I
Harrow II
Kair
25
Densitas (g/cc)
Lahan A (35C72 blok C5/7)
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Sebelum
Pengolahan
Giant Harrow I
Giant Harrow II
Harrow I
Harrow II
Kair
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Densitas (g/cc)
Gambar 15. Grafik Perubahan Nilai Densitas Lahan A (35C72 blok C5/7)
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
Lahan B (48C82 blok C5/9)
Sebelum
Pengolahan
Giant Harrow I
Giant Harrow II
Harrow I
Harrow II
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Gambar 16. Grafik Perubahan Nilai Densitas Lahan B (48C82 blok C5/9)
Lahan C (57C72 blok C6/8)
1,8
1,6
Densitas (g/cc)
1,4
Sebelum
Pengolahan
Bajak I
Bajak II
1,2
1
Harrow I
0,8
Harrow II
0,6
0,4
Kair
0,2
0
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Gambar 17. Grafik Perubahan Nilai Densitas Lahan C (57C72 blok C6/8)
26
Peningkatan Densitas (g/cc)
0,5
0,4
0,3
0,2
0-10 cm
0,1
10-20 cm
0
-0,1
-0,2
Giant
Giant
Harrow I Harrow II
Harrow I Harrow II
Kair
20-30 cm
-0,3
-0,4
Penurunan Densitas (g/cc)
Gambar 18. Perubahan selisih Densitas pada setiap pengolahan tanah pada lahan A
Peningkatan Densitas (g/cc)
0,5
0,4
0,3
0,2
0-10 cm
0,1
10-20 cm
0
-0,1 Giant Harrow Giant Harrow
I
II
-0,2
Harrow I
Harrow II
20-30 cm
-0,3
-0,4
Penurunan Densitas (g/cc)
Gambar 19. Perubahan selisih Densitas pada setiap pengolahan tanah pada lahan B
Peningkatan Densitas (g/cc)
0,5
0,4
0,3
0,2
0-10 cm
0,1
10-20 cm
0
-0,1
Bajak I
Bajak II
Harrow I Harrow II
Kair
20-30 cm
-0,2
-0,3
-0,4
Penurunan Densitas (g/cc)
Gambar 20. Perubahan selisih Densitas pada setiap pengolahan tanah pada lahan C
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada kebun A terjadi penurunan nilai densitas tanah
akibat perlakuan pengolahan tanah. Penurunan nilai densitas nyata terjadi setelah pembajakan
primer dan skunder hingga pengkairan pada selang kedalaman 0-10 cm, namun pada selang
kedalaman 10-20 cm dan 20-30 cm densitas tanah sempat naik pada saat bajak II dan harrow I.
27
Hal ini disebabkan karena implement yang bajak 1 yang digunakan berupa giant harrow atau
rome harrow yang memiliki beban yang lebih berat dari bajak piring biasa, sehingga secara tidak
langsung juga memberikan effek pemadatan ke tanah. Dari data densitas sebelum pengolahan
tanah terlihat pada selang kedalaman 20-30 cm lebih kecil nilainya dari pada selang kedalaman
0-10 dan 10-20 cm dikarenakan persentase ruang pori-pori tanah atau porositas yang kecil
sehingga ruang pori-pori tanah tersebut lebih sedikit atau lebih padat akibat adanya desakan dari
beban yang terjadi diatas lahan tersebeut. Tetapi dari gambar 18 dianalisis bahwa metodeTrash
in Corporation yang diterapkan ternyata lebih efektif dari pada metode pembajakan yang
diterapkan di lahan C, hal ni dilihat dari selisih peningkatan dan penurunan densitas yang terjadi
hingga perlakuan pengolahan tanah terakhir yang dierapkan ke lahan tersebut.
Nilai densitas tanah pada kebun B cenderung sama dengan lahan A, yaitu densitas tanah
yang diharapkan turun secara nyata ternyata sempat mengalami kenaikan pada selang 10-20 cm
dan 20-30 cm saat kegiatan bajak II dan harrow I. Hal ini disebabkan karena implement yang
bajak 1 yang digunakan berupa giant harrow atau rome harrow yang memiliki beban yang lebih
berat dari bajak piring biasa, sehingga secara tidak langsung juga memberikan effek pemadatan
ke tanah.
Pada dasarnya, dengan kegiatan pengolahan tanah ini diharapkan akan menurunkan
densitas tanah dan meningkakan ruang pori-pori tanah, sehingga memudahkan akar-akar tebu
menembus tanah melalui ruang pori tersebut, terutama untuk bibit yang perakarannya masih
muda (lemah). Kecenderungan kenaikan densitas tanah setelah pengkairan pada kebun A
disebabkan oleh tekanan yang berasal dari roda traktor mendesak air dan udara, sehingga daerah
yang dipengaruhi tekanan roda menjadi lebih padat dan secara langsung dapat meningkatkan
densitas tanah.
Data kebun C menunjukkan bahwa intensitas pengolahan tanah dari bajak I, bajak II,
harrow 1, harrow II, dan kair menurunkan nilai densitas tanah pada setiap kedalaman olah. Hal
ini disebabkan karena metode yang diterapkan pada lahan ini adalah metode pembajakan lama
PT LPI, yaitu pembajakan tanahnya menggunakan bajak piring yang memiliki bobot lebih ringan
dari pada pembajakan pada lahan A dan B dengan metode Trash in Corporation yang
menggunakan implemen rome harrow.
1,8
1,6
MWD (cm)
1,4
1,2
Bajak I
1
Bajak II
0,8
Harrow I
0,6
Harrow II
0,4
Kair
0,2
0
Lahan A
Lahan B
Lahan C
Lahan
Gambar 21. Grafik nilai MWD pada berbagai selang kedalaman pada kebun HGU, PT LPI site OKU
28
MWD (cm)
Diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) dapat diartikan sebagai diameter
rata-rata berat bongkah tanah hasil perlakuan pengolahan tanah, atau massa tingkat
konsentrasi diameter tanah hasil pengolahan tanah. Pengujiannya dilakukan dengan
menggunakan ayakan bertingkat dengan mesh 4 cm, 2 cm, 1.2 cm, 0.7 cm, dan panci.
Selang kedalaman yang diambil samplenya hanya pada selang kedalaman 0-15 cm,
dikarenakan kedalaman pembajakan efektif di lahan LPI hanya sampai kedalaman 15 cm
Dari gambar 15 terlihat penurunan MWD yang drastis pada lahan A dan B,
sedangkan pada lahan C penurunan MWDnya tidak terlalu drastis. Hal ini disebabkan
karena metode pengolahan tanah yang diterapkan pada lahan A dan B adalah metode trash
in corporation dimana implemen bajak yang digunakan berupa rome harrow yang memiliki
10 disc 32 inch yang disusun scaloped sehingga memiliki daya penetrasi yang lebih besar
ke tanah, sehingga dapat memecah bongkahan tanah lebih kecil. Berbeda dengan lahan C
yang menggunakan metode pengolahan tanah biasa yang pembajakannya menggunakan
bajak piring 28 inch yang daya penetrasinya tidak sebesar rome harrow sehingga
penurunan MWDnya tidak terlalu drastis
Hubungan BD dengan MWD
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
y = 1,9666x - 1,6319
R² = 0,8581
0
1
Bulk Density (g/cc)
2
Gambar 22. Grafik hubungan BD dengan MWD
MWD (cm)
Hubungan PT dengan MWD
1,6
1,4
1,2
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
0,0
y = -0,0529x + 3,6195
R² = 0,8694
0
20
40
60
Porositas (%)
80
Gambar 23. Grafik hubungan PT dengan MWD
Dari gambar 22 di hasilkan grafik hubungan antara densitas tanah dengan diameter
berat rata-rata, dimana hubungannya adalah semakin rendah densitas tanah maka semakin
29
rendah juga diameter berat rata-rata. Berbanding terbalik dengan yang di tunjukan pada
gambar 23 yang menunjukan semakin besarnya persentase porositas tanah maka semakin
besar ukuran diameter berat bongkah rata-rata
Pengujian pemadatan tanah dilakukan untuk mencari hubungan kadar air dan berat
volume, serta untuk mengevaluasi tanah agar memenuhi persyaratan kepadatan.. Selain itu,
pengujian ini juga dapat digunakan untuk mengetahui nilai kadar air optimum contoh tanah
yang dapat menghasilkan berat volume kering atau densitas (bulk density) maksimum
contoh tanah. Pengujian pemadatan tanah terhadap contoh tanah (A ,B, C) dilakukan
dengan metode Standard Proctor, sehingga diperoleh hasil pengamatan seperti yang tersaji
dalam Lampiran 11. Pada pengujian ini digunakan beberapa asumsi seperti densitas air ρw)
sebesar 1 g/cc .
Pemadatan tanah diperoleh dengan uji Proctor terhadap ketiga sampel tanah yang
digunakan dalam penelitian. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hubungan antara
kadar air dengan berat volume kering tanah (dry bulk density) yang nantinya akan
digunakan untuk mementukan kadar air optimum dan berat volume kering maksimum.
Pemadatan tanah dilakukan bertahap dengan melakukan manipulasi kadar air pada
sampel tanah. Berat volume kering tanah (dry bulk density) dalam hal ini densitas yang
diperoleh pada mulanya akan turun dan berikutnya akan naik hingga mencapai maksimum.
Setelah mencapai titik maksimum ia akan turun, hal ini berjalan dengan bertambahnya
kadar air. Kadar air pada densitas maksimum ini adalah kadar air optimum yang merupakan
nilai kadar air yang terbaik untuk mencapai densitas terbesar atau kepadatan maksimum.
Hasil uji Proctor sample tanah PT LPI dapat dilihat pada lampiran 11.Berikut adalah
gambar dry bulk density masing-masing contoh tanah .
2,6
y = -7E-05x3 + 0.003x2 - 0.026x + 1.475
R² = 0.834
Densitas Tanah (g/cc)
2,4
2,2
2,0
1,8
Densitas jenuh
BD maksimum
1,6
Densitas Kering
1,4
1,2
KA optimum
1,0
0
10
20
30
Kadar Air (%)
40
Gambar 24. Densitas tanah A (35C72 blok C5/7)
30
Densitas Tanah (g/cc)
2,6
y = -7E-05x3 + 0.003x2 - 0.025x + 1.435
R² = 0.713
2,4
2,2
2,0
1,8
Densitas jenuh
BD maksimum
1,6
Densitas Kering
1,4
1,2
KA optimum
1,0
0
10
20
30
Kadar Air (%)
40
Gambar 25. Densitas tanah B (48C82 blok C5/9)
2,6
y = -7E-05x3 + 0.003x2 - 0.025x + 1.435
R² = 0.713
Densitas Tanah (g/cc)
2,4
2,2
2,0
1,8
Densitas jenuh
BD maksimum
1,6
Densitas Kering
1,4
1,2
KA optimum
1,0
0
10
20
30
40
Kadar Air (%)
Gambar 26. Densitas tanah C (57C72 blok C6/8)
Kurva-kurva tersebut menampilkan hubungan penambahan kadar air tanah dengan
densitas tanah (densitas kering tanah dan densitas jenuh tanah). Kurva-kurva tersebut
mengikuti pola fungsi polynomial pangkat tiga. Pada kurva densitas kering tanah, fungsi
tersebut dapat digunakan untuk mencari kadar air optimum pada densitas kering tanah
maksimum dengan cara mencari nilai (x) untuk kadar air optimum dan nilai (y) untuk
densitas kering maksimum pada turunan pertama persamaan tersebut yang bernilai nol
y‟=0).
Dalam hal pengaruh penambahan air terhadap perubahan densitas, pada tanah yang
memiliki fraksi pasir yang tinggi densitas tanah tidak akan berubah terlalu jauh jika
dibandingkan dengan tanah yang fraksi pasirnya rendah, hal ini diakibatkan karena fraksi
debu dan fraksi liat akan lebih sulit dipadatkan dalam kondisi basah. Dengan demikian
tanah yang memiliki fraksi debu dan liat akan lebih sulit untuk dilalui mesin pertanian jika
dalam keadaan basah
31
Tabel 6. Kadar air optimum dan densitas maksimum contoh tanah
Contoh Tanah
Kadar Air Optimum
(%)
Densitas Maksimum
(g/cc)
Lahan A (35C72 blok C5/7)
23.25
1.61
Lahan B (48C82 blok C5/9)
23.51
1.59
Lahan C (57C72 blok C6/8)
23.51
1.59
Tabel 6 menunjukkan nilai densitas maksimum dan kadar air optimum untuk
masing-masing contoh tanah. Densitas maksimum contoh tanah yang diperoleh berkisar
antara 1.595798831 s.d. 1.612422031g/cc. Densitas maksimum paling besar terjadi pada
contoh tanah 35C72 blok C5/7 dan paling kecil terjadi pada contoh tanah 57C72 blok C6/8.
Dari hasil uji Proctor diperoleh nilai kadar air optimum rata-rata sebesar 23.42 % dan
densitas maksimum rata-rata sebesar 1.59 g/cc, sehingga di lapangan perlu dihindari
kondisi kadar air dan densitas tanah tersebut karena akan berpotensi menciptakan
pemadatan tanah maksimum.
Dari data yang diperoleh dari densitas yang terukur dilapangan terlihat bahwa
densitasnya berada dibawah densitas maksimum pada uji pemadatan tanah (uji Proctor).
Namun densitas maksimum pada uji Proctor tidak berhubungan terhadap densitas yang
terjadi pada hasil pengolahan tanah,hal ini karena densitas pada hasil pengolahan tanah
terjadi bukan karena hasil pemadatan, tetapi merupakan hasil dari pengolahan tanah.
Kemampuan tanah untuk menahan tekanan tanpa terjadi keruntuhan ditentukan
melalui kekuatan geser. Parameter yang ada pada kekuatan geser ini meliputi gesekan
dalam dan kohesi. Kekuatan geser yang diamati pada pengujian ini adalah kekuatan geser
pada ketiga sample lahan DIV II PT LPI. Berdasarkan kohesi yang dimilikinya tanah
digolongkan dalam dua jenis yaitu tanah berkohesi dan tanah tidak berkohesi. Kohesi ini
sangat dipengaruhi oleh fraksi liat pada tanah. Dari percobaan yang diperoleh, tanah dari
PT LPI memiliki kohesi yang besar dimana fraksi liat tanah ini tinggi yaitu 28.37%.
Kohesi ini tergantung pada macam tanah dan kepadatan butirannya dimana semakin tinggi
kepadatan tanah pada tanah yang sama maka kohesinya akan semakin tinggi.Sudut gesek
dalam pada sampel yang memiliki fraksi liat yang sedikit memiliki nilai yang lebih kecil,
namun demikian kombinasi dari ketiga fraksi tanah akan menghasilkan beragam nilai sudut
geser dalam. Hal tersebut dapat di lihat dari tabel 7 berikut.
32
Tabel 7. Kekuatan geser. kohesi dan sudut geser dalam
Kadar
Air
(%)
BD Rata-rata
(g/cc)
Lahan A 0-10 cm
8.49
Lahan A 10-20 cm
9.09
Lahan A 20-30 cm
Pengujian
Kuat Geser (kgf/cm2)
pada
Kohesi
(kg/cm2)
Sudut
Gesek
Dalam
(o)
σ 0.5
σ1
σ 1.5
1.53
0.3886
0.6572
0.8640
0.161
25.40
1.50
0.5239
0.6572
0.7811
0.396
14.41
8.47
1.33
0.5906
0.9326
0.9002
0.498
14.27
Lahan B 0-10 cm
8.41
1.33
0.4658
0.7335
0.9002
0.265
23.46
Lahan B 10-20 cm
10.57
1.63
0.4534
0.6192
0.8650
0.234
22.34
Lahan B 20-30 cm
11.93
1.42
0.4287
0.7926
1.0079
0.163
30.07
Lahan C 0-10 cm
8.05
1.56
0.9421
0.8478
1.4575
0.567
27.24
Lahan C 10-20 cm
11.10
1.27
0.4382
0.8221
1.1050
0.121
33.66
Lahan C 20-30 cm
12.15
1.16
0.5125
0.7706
0.9040
0.337
21.35
y = 0,475x + 0,161
R² = 0,997
y = 0,257x + 0,396
R² = 0,999
y = 0,309x + 0,498
R² = 0,836
Kekuatan Geser (kgf/cm2)
1,2
1
0,8
0,6
Lahan A 0-10 cm
0,4
Lahan A 10-20 cm
0,2
Lahan A 20-30 cm
0
0
0,5
1
1,5
Tekanan Normal (kg/cm2 )
2
Gambar 27. Kekuatan geser sample tanah A (35C72 blok C5/7)
Kekuatan Geser (kgf/cm2)
1,2
y = 0,434x + 0,265
R² = 0,992
y = 0,411x + 0,234
R² = 0,995
y = 0,579x + 0,163
R² = 0,991
1
0,8
0,6
Lahan B 0-10 cm
Lahan B 10-20 cm
Lahan B 20-30 cm
0,4
0,2
0
0
0,5
1
1,5
Tekanan Normal (kg/cm2 )
2
Gambar 28. Kekuatan geser sample tanah B (48C82 blok C5/9)
33
Kekuatan Geser (kgf/cm2)
1,6
0,8
y = 0,515x + 0,567
R² = 0,800
y = 0,667x + 0,121
R² = 0,997
y = 0,391x + 0,337
R² = 0,986
0,6
Lahan C 0-10 cm
0,4
Lahan C 10-20 cm
0,2
Lahan C 20-30 cm
1,4
1,2
1
0
0
0,5
1
1,5
2
Tekanan Normal (kg/cm2 )
Gambar 29. Kekuatan geser sample tanah C (57C72 blok C6/8)
Data yang diperoleh pada percobaan kekuatan geser ini terdapat dua data yang
menyimpang, yaitu data lahan lahan A pada kedalaman 20-30 cm dan lahan C kedalaman
0-10 cm. Data kekuatan geser yang diperoleh pada kedalaman tersebut seharusnya terus
naik disetiap penambahan beban, namun yang terjadi tidak demikian. Data kekuatan geser
lahan A 20-30 cm sempat naik pada beban 1kg/cm2 namun turun ketika diberi beban
1.5kg/cm2 begitu juga yang terjadi pada lahan C 0-10 cm terjadi penurunan kekuatan geser
ketika sample diberikan beban 1kg/cm2 lalu naik kembali ketika diberi beban 1.5 kg/cm2.
Hal ini di sebabkan karena ring sample tanah yang digunakan untuk mengambil tanah utuh
di PT LPI mengalami kerusakan pada bagian penutupnya karena terbentur ketika di bawa
dari lokasi penelitian ke Bogor, sehingga tanah yang ada di dalam ring sample tidak begitu
padat lagi.
Kekuatan Geser (kgf/cm2)
2,4
2,0
1,6
1,2
0,8
0,4
0,0
1,33
0,5
1
1,5
1,5
Densitas (g/cc)
1,53
Gambar 30. Hubungan kekuatan geser tanah lahan A terhadap densitas tanah
34
Kekuatan Geser (kgf/cm2)
2,4
2,0
1,6
1,2
0,8
0,4
0,0
1,33
0,5
1
1,5
1,42
Densitas (g/cc)
1,63
Gambar 31.Hubungan kekuatan geser tanah lahan B terhadap densitas tanah
Kekuatan Geser (kgf/cm2)
2,4
2,0
1,6
1,2
0,8
0,4
0,0
1,16
0,5
1
1,5
1,27
Densitas (g/cc)
1,56
Gambar 32. Hubungan kekuatan geser tanah lahan C terhadap densitas tanah
Menurut Holmes J.W dan Marshall T.J (1988) menyatakan bahwa kekuatan geser
tanah cenderung meningkat dengan meningkatnya densitas tanah. Dari gambar 30 terlihat
hubungan yang terjadi antara kekuatan geser lahan A terhadap densitas berbanding terbalik
terhadap pernyataan tersebut, dari gambar tersebut terlihat bahwa pada densitas 1.33 g/cc
kekuatan gesernya lebih besar dari pada tanah dengan densitas 1.5 dan 1.53 g/cc yang
cenderung meningkat kekuatan gesernya. Hal ini dikarenakan karena tanah pada sample
dengan densitas 1.33 g/cc tersebut telah terguncang dan tidak utuh lagi. Namun pada lahan
B dan C terbukti bahwa kekuatan geser akan meningkat seiring dengan meningkatnya
densitas tanah. Dari hukum Coulomb di jelaskan bahwa kekuatan geser atau τ akan
meningkat seiring dengan meningkatnya σ atau Tekanan normal, pernyataan tersebut
terbukti dengan grafik kekuatan geser tersebut yang meningkat ketika tekanan normal yang
diberikan bertambah. Namun pada kondisi yang sebenarnya di lahan untuk meningkatkan
tegangan geser untuk mencapai kondisi mekanisasi yang optimal maka tekanan normal
pada hukum Coulomb tersebut diubah menjadi ground pressure.
35
Tabel 7. Rata-rata nilai sifat fisik dan mekanik tanah
Kadar
Air
(%)
Porositas
(%)
Kedalaman 0-10 cm
8.32
44.47
Kedalaman 10-20 cm
10.25
Kedalaman 20-30 cm
10.85
Pengujian
BD Ratarata (g/cc)
Kuat Geser (kgf/cm2)
pada
Kohesi
(kg/cm2)
Sudut
Gesek
Dalam
(o)
σ 0,5
σ1
σ 1,5
1.473
0.599
0.746
1.074
0.331
25.37
44.70
1.467
0.472
0.700
0.917
0.250
23.47
50.78
1.303
0.511
0.832
0.937
0.333
21.90
Kadar Air Rata-rata (%)
12,00
10,00
8,00
6,00
4,00
2,00
0,00
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Kedalaman (cm)
Gambar 33. Hubungan antara kadar air rata-rata terhadap kedalaman tanah
Densitas Rata-rata (g/cc)
1,50
1,45
1,40
1,35
1,30
1,25
1,20
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Kedalaman (cm)
Gambar 34. Hubungan antara densitas rata- rata terhadap kedalaman tanah
36
52,00
51,00
Porositas Rata-rata (%)
50,00
49,00
48,00
47,00
46,00
45,00
44,00
43,00
0-10 cm
10-20 cm
20-30 cm
Kedalaman (cm)
Gambar 35. Hubungan antara porositas rata-rata terhadap kedalaman tanah
1,2
y = 0,4752x + 0,3311
R² = 0,981
0,8
y = 0,4452x + 0,2511
R² = 0,9999
0,6
y = 0,426x + 0,334
R² = 0,9669
Kekuatan Geser (kgf/cm2)
1
0,4
0,2
0
0
0,5
1
1,5
Tekanan Normal (kgf/cm2)
2
Kedalaman 0-10
cm
Kedalaman 10-20
cm
Kedalaman 20-30
cm
Gambar 36. Hubungan antara kuat geser terhadap tekanan normal
Dari tabel 7dapat dianalisis bahwa kadar air akan meningkat seiring dengan bertambahnya
kedalaman tanah, hal ini disebabkan karena faktor penguapan akibat cuaca panas matahari. Densitas
rata-rata tanah sebelum pengolahan tanah pada selang kedalaman yang semakin dalam akan
berkurang dikarenakan terjadi kepadatan pada selang kedalaman 0-20 cm. Dari gambar 44 dapat
dianalisis bahwa semakin besar tekanan normal maka semakin besar kekuatan geser tanah tersebut
pada tiap selang kedalaman, selain itu meningkatnya kekuatan geser sample tanah tersebut juga
dipengaruhi oleh faktor densitas tanah dan kadar air tanah tersebut. Data rata-rata kohesi dan sudut
gesek dalam yang diperoleh pada uji kuat geser ini diperoleh dari faktor persentase fraksi liat dan
pasir, semakin tinggi fraksi liat maka nilai kohesinya akan semakin besar begitu juga dengan semakin
besarnya fraksi pasir makan semakin besar sudut gesek dalam yang diperoleh.
37
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian di kebun DIV II PT LPI Site OKU Timur, Sumatera Selatan ini dapat
disimpulkan bahwa:.
1. Densitas tanah dan diameter bobot rata-rata hasil pengolahan tanah berkurang akibat
meningkatnya intensitas pengolahan tanah
2. Kekuatan geser tanah akan meningkat seiring dengan meningkatnya densitas tanah
3. Metode Giant Harrow 1- Giant Harrow II- Garu I- Garu II- Kair lebih efektif dibanding
metode Bajak I- Bajak II- Garu I- Garu II- Kair dilihat dari nilai densitas dan MWDnya
4. Hasil uji Proctor diperoleh nilai kadar air optimum rata-rata sebesar 23.42% dan densitas
maksimum rata-rata sebesar 1.59 g/cc, sehingga di lapangan perlu dihindari karena akan
berpotensi menciptakan pemadatan maksimum
B. Saran
1. PT LPI Sumatera Selatan bisa menerapkan metode Trash in Corporation dibeberapa petak
lahan karena dengan mengaplikasikan metode ini dapat diperoleh nilai diameter bobot ratarata (MWD) hasil pengolahan tanah yang lebih kecil dibanding metode Bajak I - Bajak II Garu I - Garu II - Kair
2. Dalam rangka untuk mencari dan menentukan metode pengolahan tanah optimum (efektif
dan efisien) maka seyogyanya PT LPI Sumatera Selatan melakukan percobaan dengan
menggunakan metode pengolahan tanah yang lain, terutama metode pengolahan tanah
minimum untuk tebu lahan kering.
DAFTAR PUSTAKA
Braja MD, Endah N, Mochtar IB. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid
I. Jakarta : Penerbit Airlangga.
Bowles JE. 1970. Engineering Properties of Soil and Their Measurement. Edisi ke -4. New York :
McGraw-Hill, Inc
Gonggo D. 2011. Kekuatan Geser Tanah Pada Berbagai Dosis Penambahan Pupuk Organik Granul.
[Skripsi]. Bogor: Fateta IPB.
Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Hong GM, Bailey HH. 1986. Dasardasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas Lampung.
Hardiyatmo HC. 1992. Mekanika Tanah I. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Bogor: Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Haridjadja, O. 1980. Pengantar Fisika Tanah. Bogor: Staf Dept Ilmu Tanah IPB.
Hillel D. 1980. Soil and Water, Physical, Principles and Process. New York, USA: Academic Press.
Irfan A. 2011. Analisis Kekuatan Geser Tanah pada Berbagai Tekstur Tanah [Skripsi]. Bogor: Fateta
IPB.
Isron. 2009. Perubahan Sifat Fisik Tanah Hasil Pengolahan Tanah Pada Budidaya Tebu lahan Kering
di PG Pesantren Baru, Kediri.[Sripsi]. Bogor: Fateta IPB.
Kalsim DK., Sapei A. 2003. Fisika Lengas Tanah. Bogor : Jurusan Teknik Pertanian, Fateta IPB.
McKyes E. 1985. Soil Cutting and Tillage. Amsterdam, Netherlands: Elsevier Science Publisher.
Marshall TJ dan Holmes JW. 1988. Soil Physics. Cambridge, England: Cambridge University Press.
Plaster JW. 1992. Soil Science & Management. 2nd ed. New York, USA: Delmar Publisher Inc.
Pramuhadi G. 2005. Pengolahan Tanah Optimum Pada Budidaya Tebu Lahan Kering [Disertasi].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Wesley, L. D. 1973. Mekanika Tanah. Jakarta : Badan Penerbit Pustaka Umum.
39
LAMPIRAN
40
Lampiran 1. Denah kebun HGU DIV II PT LPI
Keterangan :
Luas Lahan
Lahan A
(35C72blok C5/7) 2.43 Ha
Lahan B
(48C82 blok C5/9) 4.64 Ha
Lahan C
(57C72 blok C6/8) 1,46 Ha
41
Lampiran 2. Data analisa terkstur tanah HGU DIV II PT LPI
42
Lampiran 3. Data analisa sifat fisik HGU DIV II PT LPI
43
Lampiran 4. Gambar Ring Sampel (a), Ayakan Tanah (b), dan Oven (c)
(a)
(b)
(c)
44
Lampiran 5. Variabel-variabel penelitian dan beberapa sifat fisik-mekanik tanah
Variabel Penelitian
Kadar air tanah
Alat Ukur dan Bahan
Oven, Timbangan analitik
Densitas Tanah
Ring sampel, oven, timbangan
analitik
Porositas tanah
Diameter berat rata-rata
bongkah tanah (MWD)
Ayakan bertingkat, sekop,
cangkul
Prosedur Pengukuran
Timbang bobot basah contoh tanah (Mb), dioven,
lalu ditimbang bobot kering tanah (Mk)
Ambil contoh tanah menggunakan ring sampel,
dioven, lalu timbang bobot tanah kering oven (Mk),
ukur volume bagian dalam ring sampel tersebut
(Vt)
Ukur dan hitung densitas tanah (Db) dan densitas
partikel (Dp) = 2.65 g/cc
Ambil contoh tanah dengan sekop pada kedalaman
0-15 cm, tanah diayak dengan digoyang 25 kali,
timbang massa tanah pada tiap tingkat mesh (Wi),
hitung massa total
Formula
Ka = [(Mb-Mk)/Mk]*100
Satuan = %
Db = Mk/Vt = (Mt-Mw)/Vt
Satuan = g/cc
P t= [1-(Db/2,65)]x100%
Satuan = %
MWD = ∑ Wi di / W
Satuan = cm
45
Lampiran 6. Uji Homogenitas Tanah Sebelum Pengolahan Tanah (Kondisi Awal)
Kadar air (%) sebelum diolah pada titik
Rayon
Kedalaman 0-10m
I
II
III
Kedalaman 10-20 cm
IV
V
I
II
III
Kedalaman20-30 cm
IV
V
I
II
III
IV
V
A
21.78
19.84
21.42
16.04
18.14
20.42
16.24
22.49
19.25
22.16
20.04
19.34
21.14
19.29
21.84
B
29.43
23.97
11.07
16.27
9.25
29.35
21.62
18.97
25.60
15.58
25.27
22.92
20.51
18.24
27.04
C
16.36
16.44
12.20
20.26
13.68
25.84
28.22
16.22
21.80
25.98
27.17
16.30
18.62
24.08
23.00
xi rata2
22.52
20.08
14.90
17.52
13.69
25.20
22.03
19.23
22.22
21.24
24.16
19.52
20.09
20.54
23.96
ni
si2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
43.121
14.220
32.235
5.630
19.758
20.240
36.004
9.878
10.211
27.675
13.633
10.980
1.720
9.692
7.451
3.764
2.655
3.473
1.728
2.984
3.008
3.584
2.290
2.323
3.321
2.613
2.396
0.542
2.271
2.008
ln Si2
X rata2
17.74
21.98
21.65
n
15
15
15
k
3
3
3
sp2
19.161
17.335
7.246
ln sp2
2.953
2.853
1.980
q
6.227
5.181
4.104
A
1.611
1.611
1.611
v1
2
2
2
v2
1.541
1.541
1.541
B
2.244
2.244
2.244
Fhitung
-1.205
-1.359
-1.700
F(v1.v2.5%)
4.15
4.15
4.15
kesimpulan
Homogen
Homogen
Homogen
Lampiran 6.(Lanjutan) Uji Homogenitas Tanah Sebelum Pengolahan Tanah (Kondisi Awal)
Densitas Tanah (g/cc) sebelum diolah pada titik
Rayon
Kedalaman 0-10 m
I
II
III
IV
Kedalaman 10-20 cm
V
I
II
III
IV
Kedalaman 20-30 cm
V
I
II
III
IV
V
A
1,54
1,44
1,33
1,20
1,23
1,56
1,41
1,36
1,16
1,21
1,67
1,43
1,31
1,19
1,27
B
0,91
1,16
1,21
1,04
1,16
1,13
1,30
1,30
1,25
1,25
1,31
0,99
1,21
1,33
1,17
C
1,33
1,11
1,12
1,14
1,23
1,18
1,03
0,98
1,15
0,91
1,35
1,01
1,00
1,42
1,18
xi rata2
1,26
1,24
1,22
1,13
1,21
1,29
1,25
1,21
1,19
1,12
1,44
1,14
1,17
1,31
1,21
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
si2
0,101
0,032
0,011
0,007
0,002
0,055
0,038
0,042
0,003
0,035
0,039
0,062
0,025
0,013
0,003
ln Si2
-2,29
-3,45
-4,5 -5,03
1,21
-6,42
-2,89
-3,26
-3,18
-5,8
1,21
-3,37
-3,25
-2,78
-3,69
1,26
-4,31
-5,8
ni
X rata2
n
15
15
15
k
3
3
3
sp2
0,025
0,029
0,024
ln sp2
-3,674
-3,547
-3,743
q
-0,709
-5,567
-5,257
A
1,611
1,611
1,611
v1
2
2
2
v2
1,541
1,541
1,541
B
2,244
2,244
2,244
Fhitung
-0,185
-0,549
-0,540
F(v1,v2,5%)
4,15
4,15
4,15
kesimpulan
Homogen
Homogen
Homogen
47
Lampiran 7. Rangkuman hasil perhitungan Kadar air. densitas. porositas tanah dan MWD
Rayon
Perlakuan
Rata-rata BD (g/cm3)
0-10 cm
Lahan A
Lahan B
Lahan C
Rata-rata Kadar air (%)
10-20 cm
20-35 cm
0-10 cm
Porositas (%)
10-20 cm
20-30 cm
0-10 cm
MWD
10-20 cm
20-30 cm
Sebelum Pengolahan
1.53
1.5
1.33
12.19
19.27
15.44
42.26
43.35
49.75
-
Bajak I
1.35
1.34
1.37
19.45
20.11
20.33
49.2
49.47
48.14
1.5064
Bajak II
1.31
1.39
1.37
18.42
16.2
17.15
50.7
47.41
48.26
0.8795
Harrow I
1.22
1.18
1.38
10.05
11.35
20.97
54.05
55.52
48.09
0.8239
Harrow II
1.11
1.21
1.34
9.70
10.08
16.71
57.96
54.46
49.31
0.8053
Kair
1.04
1.04
1.32
16.96
21.42
21.06
60.94
60.87
50.32
0.6476
Sebelum Pengolahan
1.33
1.63
1.42
18.57
20.63
20.55
49.9
38.58
46.34
Bajak I
1.29
1.53
1.62
13.56
12.6
20
51.34
42.34
38.69
1.4991
Bajak II
1.15
1.55
1.54
16.46
11.47
16.04
56.58
41.68
41.89
0.966
Harrow I
1.1
1.25
1.2
18.04
22.23
22.8
58.59
52.96
54.7
0.8552
Harrow II
1.03
1.07
1.07
19.65
15.4
19.85
61.28
59.72
59.71
0.8516
Sebelum Pengolahan
1.56
1.27
1.16
13.43
12.92
16.77
41.24
52.17
56.26
Bajak I
1.24
1.21
1.57
8.19
11.7
9.79
53.16
54.42
40.87
1.5704
Bajak II
1.1
1.19
1.55
16.35
17.56
17.64
58.33
55.18
41.65
1.2759
Harrow I
1.15
1.05
1.19
15.79
23.61
21.83
56.74
60.37
55.01
1.1489
Harrow II
1.03
1.02
1.09
17.05
25.07
27.46
61.15
61.54
58.98
0.9982
Kair
0.98
0.98
1.15
15.67
22.45
23.9
62.9
62.91
56.79
0.9838
-
-
48
Lampiran 8. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon A
Bajak I
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
II
III
IV
V
0.00
113.70
200.51
135.58
246.43
0.00
316.95
115.58
85.50
270.58
0.00
111.08
130.71
89.90
174.71
0.00
231.57
106.86
74.04
178.09
0.00
257.68
92.95
117.08
272.55
Ratarata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
206.20
129.32
100.42
228.47
664.41
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
31.03
19.46
15.11
34.39
0.00
206.20
335.52
435.94
664.41
0.00
31.03
50.50
65.61
100.00
664.41
458.21
328.89
228.47
0.00
100.00
68.97
49.50
34.39
0.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
618.59
206.92
95.40
79.97
1000.87
Bajak II
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
II
III
IV
V
0.00
61.63
93.21
122.64
395.07
0.00
67.40
124.03
111.87
437.40
0.00
50.75
133.15
131.50
396.16
0.00
33.74
136.41
153.05
412.86
0.00
90.86
119.44
122.63
487.38
Ratarata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
60.88
121.25
128.34
425.77
736.24
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
8.27
16.47
17.43
57.83
0.00
60.88
182.12
310.46
736.24
0.00
8.27
24.74
42.17
100.00
736.24
675.36
554.11
425.77
0.00
100.00
91.73
75.26
57.83
0.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
182.63
194.00
121.92
149.02
647.57
49
Lampiran 8. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon A (Lanjutan)
Harrow 1
Rata-rata
Ukuran
diameter
Kisaran
diameter
Berat
Berat bongkah tertahan (g)
lubang
lubang
diameter bongkah
bongkah
saringan saringan bongkah rata-rata
tertahan
(cm2)
(cm)
(cm)
(cm)
I
II
III
IV
V
(g)
4x4
4
4 - DL
9.5
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
2x2
2
2 -- 4
3
19.22
47.92
80.90
31.18
15.94
39.03
1.2 x 1.2
1.2
1.2 -- 2
1.6
128.99 128.64 148.92 148.92 166.97
144.49
0.7 x 0.7
0.7
0.7 -- 1.2
0.95
172.70 108.71 147.13 155.29 175.59
151.88
Panci
0
0 -- 0.7
0.35
483.02 464.49 440.57 431.10 462.12
456.26
∑=
791.66
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
0.00
4.93
18.25
19.19
57.63
0.00
39.03
183.52
335.40
791.66
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
0.00
5.33
16.25
18.50
59.92
0.00
43.38
175.69
326.32
814.07
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
0.00
4.93
23.18
42.37
100.00
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
791.66
752.63
608.14
456.26
0.00
100.00
95.07
76.82
57.63
0.00
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
814.07
770.69
638.38
487.75
0.00
100.00
94.67
78.42
59.92
0.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
117.10
231.18
144.29
159.69
652.26
Harrow II
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
I
II
III
IV
V
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
0.00
20.16
100.15
147.25
511.67
0.00
59.32
102.93
155.04
475.61
0.00
36.53
174.74
131.45
589.23
0.00
44.92
180.82
154.24
374.50
0.00
55.96
102.91
165.18
580.40
Berat bongkah tertahan (g)
Rata-rata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
43.38
132.31
150.63
487.75
814.07
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
0.00
5.33
21.58
40.08
100.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
130.13
211.70
143.10
170.71
655.64
50
Lampiran 8. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon A (Lanjutan)
Kair
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
0.00
13.52
91.14
135.06
566.47
II
0.00
27.07
103.42
138.88
565.87
III
0.00
16.30
85.75
133.88
563.31
IV
0.00
24.71
64.38
106.00
527.87
V
0.00
16.00
82.17
130.85
568.47
Rata-rata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
19.52
85.37
128.93
558.40
792.22
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
2.46
10.78
16.27
70.48
0.00
19.52
104.89
233.83
792.22
0.00
2.46
13.24
29.52
100.00
792.22
772.70
687.33
558.40
0.00
100.00
97.54
86.76
70.48
0.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
58.56
136.60
122.49
195.44
513.08
51
Lampiran 9. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon B
Bajak I
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
II
III
IV
V
0.00
160.33
89.16
63.98
201.56
0.00
162.52
149.14
64.13
231.89
0.00
216.10
136.40
89.74
191.92
0.00
109.92
164.85
122.06
209.52
0.00
191.24
100.95
96.90
109.93
Ratarata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
168.02
128.10
87.36
188.96
572.45
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
29.35
22.38
15.26
33.01
0.00
168.02
296.12
383.48
572.45
0.00
29.35
51.73
66.99
100.00
572.45
404.43
276.33
188.96
0.00
100.00
70.65
48.27
33.01
0.00
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
8.90
20.32
21.03
49.76
0.00
66.98
219.84
378.02
752.38
0.00
8.90
29.22
50.24
100.00
752.38
685.40
532.54
374.35
0.00
100.00
91.10
70.78
49.76
0.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
504.07
204.96
82.99
66.14
858.16
Bajak II
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
II
III
IV
V
0.00
61.96
96.84
139.01
385.24
0.00
59.98
159.05
164.86
417.80
0.00
69.12
225.91
179.30
369.23
0.00
46.52
199.77
145.90
333.64
0.00
97.32
82.71
161.87
365.86
Ratarata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
66.98
152.86
158.19
374.35
752.38
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
200.94
244.57
150.28
131.02
726.81
52
Lampiran 9. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon B (Lanjutan)
Harrow I
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
0.00
55.65
141.69
123.43
484.66
II
0.00
114.85
199.55
122.12
446.10
III
0.00
15.25
144.71
148.39
534.86
IV
0.00
59.54
138.70
155.49
483.93
V
0.00
33.59
143.06
156.72
498.71
Rata-rata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
55.78
153.54
141.23
489.65
840.20
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
6.64
18.27
16.81
58.28
0.00
55.78
209.32
350.55
840.20
0.00
6.64
24.91
41.72
100.00
840.20
784.42
630.88
489.65
0.00
100.00
93.36
75.09
58.28
0.00
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
5.30
19.39
19.82
55.50
0.00
40.21
187.44
337.95
759.37
0.00
5.30
24.68
44.50
100.00
759.37
719.16
571.93
421.42
0.00
100.00
94.70
75.32
55.50
0.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
167.33
245.67
134.17
171.38
718.54
Harrow II
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
0.00
37.79
195.99
127.40
359.78
II
0.00
16.45
112.67
167.29
422.78
III
0.00
18.22
198.93
164.25
446.55
IV
0.00
100.43
47.33
155.81
489.14
V
0.00
28.17
181.24
137.78
388.85
Rata-rata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
40.21
147.23
150.51
421.42
759.37
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
120.64
235.57
142.98
147.50
646.68
53
Lampiran 10. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon C
Bajak I
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
II
III
IV
V
0.00
243.04
302.82
236.55
220.83
0.00
136.17
199.32
121.07
336.95
0.00
419.26
203.74
95.55
113.44
0.00
181.77
324.17
123.78
196.38
0.00
178.94
224.83
137.15
158.91
Ratarata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
231.84
262.79
142.82
205.30
842.74
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
27.51
31.18
16.95
24.36
0.00
231.84
494.62
637.44
842.74
0.00
27.51
58.69
75.64
100.00
842.74
610.91
348.12
205.30
0.00
100.00
72.49
41.31
24.36
0.00
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
19.78
22.82
19.45
37.96
0.00
140.79
303.21
441.66
711.90
0.00
19.78
42.59
62.04
100.00
711.90
571.12
408.69
270.24
0.00
100.00
80.22
57.41
37.96
0.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
695.51
420.46
135.68
71.86
1323.50
Bajak II
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
0.00
160.51
201.00
172.23
151.90
II
0.00
160.19
135.06
177.41
338.31
III
0.00
70.48
85.17
113.77
181.65
IV
0.00
174.77
190.70
101.50
499.70
V
0.00
137.98
200.21
127.34
179.64
Rata-rata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
140.79
162.43
138.45
270.24
711.90
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
422.36
259.88
131.53
94.58
908.35
54
Lampiran 10. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon C (Lanjutan)
Harrow I
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
0.00
29.20
179.24
158.80
259.47
II
0.00
111.65
181.07
154.88
224.87
III
0.00
25.00
125.89
132.30
313.45
IV
0.00
164.02
141.25
120.96
336.34
V
0.00
105.53
256.33
152.23
194.42
Rata-rata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
87.08
176.76
143.83
265.71
673.38
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
12.93
26.25
21.36
39.46
0.00
87.08
263.84
407.67
673.38
0.00
12.93
39.18
60.54
100.00
673.38
586.30
409.54
265.71
0.00
100.00
87.07
60.82
39.46
0.00
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
10.33
20.33
20.08
49.26
0.00
81.77
242.74
401.75
791.86
0.00
10.33
30.65
50.74
100.00
791.86
710.09
549.12
390.11
0.00
100.00
89.67
69.35
49.26
0.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
261.24
282.81
136.64
93.00
773.69
Harrow I
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
0.00
73.52
122.02
121.30
374.36
II
0.00
103.97
180.73
155.72
293.86
III
0.00
96.77
123.81
149.74
434.12
IV
0.00
52.90
163.27
170.55
340.84
V
0.00
81.70
215.01
197.75
507.35
Rata-rata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
81.77
160.97
159.01
390.11
791.86
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
245.32
257.55
151.06
136.54
790.46
55
Lampiran 10. Hasil perhitungan diameter berat rata-rata bongkah tanah (MWD) rayon C (Lanjutan)
Kair
Ukuran
lubang
saringan
(cm2)
diameter
lubang
saringan
(cm)
Kisaran
diameter
bongkah
(cm)
diameter
bongkah
rata-rata
(cm)
4x4
2x2
1.2 x 1.2
0.7 x 0.7
Panci
∑=
4
2
1.2
0.7
0
4 - DL
2 -- 4
1.2 -- 2
0.7 -- 1.2
0 -- 0.7
9.5
3
1.6
0.95
0.35
Berat bongkah tertahan (g)
I
0.00
18.19
216.76
218.26
375.82
II
0.00
28.39
159.73
213.53
453.45
III
0.00
58.33
192.03
185.06
311.56
IV
0.00
38.05
278.18
188.66
319.60
V
0.00
82.65
221.57
187.86
242.00
Rata-rata
Berat
bongkah
tertahan
(g)
0.00
45.12
213.65
201.38
340.49
800.64
%
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
tertahan
(g)
%
kumulatif
bongkah
tertahan
(%)
kumulatif
bongkah
lolos (g)
%
kumulatif
bongkah
lolos (%)
0.00
5.64
26.69
25.15
42.53
0.00
45.12
258.78
460.15
800.64
0.00
5.64
32.32
57.47
100.00
800.64
755.52
541.86
340.49
0.00
100.00
94.36
67.68
42.53
0.00
diameter
berat
bongkah
(cm.g)
0.00
135.37
341.85
191.31
119.17
787.69
56
Lampiran 11. Data Hasil Uji Pemadatan Tanah
Data kadar air uji pemadatan contoh tanah A
Penambahan Air
No.
Mc
Mb
Ma
Tanah Kering
Kadar Air
Kadar Air Rata-rata
(g)
(g)
(g)
(g)
(%)
(%)
34
24.31
39.35
38.83
0.52
1.339170744
79
24
37.97
37.46
0.51
1.361452216
69
23.98
37.63
37.11
0.52
1.401239558
61
24.32
52.16
46.61
5.55
11.90731603
80
24.32
42.15
37.88
4.27
11.27243928
114
23.78
45.32
40.78
4.54
11.13290829
130
23.63
57.79
49.43
8.36
16.91280599
54
22.92
55.32
47.68
7.64
16.02348993
63
23.38
58.97
50.71
8.26
16.28870045
36
24.11
55.45
44.39
11.06
24.91552151
11
23.42
64.86
52.68
12.18
23.12072893
76
23.28
55.48
44.62
10.86
24.3388615
135
23.2
55.68
42.79
12.89
30.12386072
107
23.01
53.68
41.99
11.69
27.8399619
55
23.28
54.68
44.09
10.59
24.01905194
71
23.41
59.68
45.5
14.18
31.16483516
101
23.33
57.79
44.35
13.44
30.30439684
81
22.61
54.16
40.7
13.46
33.07125307
(cc)
0
300
450
550
650
750
1.367287506
11.43755453
16.40833212
24.12503731
27.32762485
31.51349503
Data hasil uji pemadatan contoh tanah A
Hasil Pengukuran
Parameter
Simbol
Satuan
I
II
III
IV
V
VI
Bobot (mold + base plate)
m1
g
4636.2
4636.2
4636.2
4636.2
4636.2
4636.2
Bobot (mold + base plate + tanah)
m2
g
6103.7
6238.3
6448.2
6648.8
6541.1
6512.6
Volume contoh tanah
V
cc
1000
1000
1000
1000
1000
1000
Kadar air tanah
w
%
1.36
11.44
16.57
24.12
27.33
31.51
Densitas air
ρw
g/cc
1
1
1
1
1
1
Specific Gravity Tanah
GS
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
Densitas basah contoh tanah
ρt
g/cc
1.4675
1.6021
1.8120
2.0126
1.9049
1.8764
Densitas kering contoh tanah
ρd
g/cc
1.4478
1.4376
1.5544
1.6215
1.4960
1.4268
Densitas jenuh tanah
ρs
g/cc
2.5112
2.0039
1.8171
1.5979
1.5200
1.4292
Lampiran 11. Data Hasil Uji Pemadatan Tanah (lanjutan)
Data kadar air uji pemadatan contoh tanah B
Penambahan Air
No.
Mc
Mb
Ma
Tanah Kering
Kadar Air
Kadar Air Rata-rata
(g)
(g)
(g)
(g)
(%)
(%)
44
22.56
45.11
43.9
1.21
2.756264237
51
23.28
37.97
37.18
0.79
2.124798279
53
21.56
35.03
34.32
0.71
2.068764569
70
23.5
47.16
41.19
5.97
14.49380918
13
23.78
43.15
37.49
5.66
15.0973593
98
23.56
49.32
44.75
4.57
10.2122905
20
23.05
49.59
42.52
7.07
16.62746943
32
23.57
47.56
39.98
7.58
18.95947974
113
23.01
41.13
35.93
5.2
14.47258558
22
25.24
52.53
44.21
8.32
18.81927166
42
24.04
53.73
43.42
10.31
23.74481806
125
23.76
51.42
43.89
7.53
17.15652768
110
22.87
53.09
42.03
11.06
26.31453724
66
24.36
55.03
44.98
10.05
22.34326367
111
23.06
54.48
42.29
12.19
28.82478127
21
23.56
54.56
42.42
12.14
28.61857614
93
23.6
59.66
44.81
14.85
33.13992412
25
22.38
60.72
45.54
15.18
33.33333333
(cc)
0
300
450
550
650
750
2.316609028
13.26781966
16.68651158
19.90687247
25.82752739
31.69727787
Data hasil uji pemadatan contoh tanah B
Hasil Pengukuran
Parameter
Simbol
Satuan
I
II
III
IV
V
VI
Bobot (mold + base plate)
m1
g
4636.2
4636.2
4636.2
4636.2
4636.2
4636.2
Bobot (mold + base plate + tanah)
m2
g
6067.3
6237.3
6470.5
6607.6
6562.1
6555.8
Volume contoh tanah
V
cc
1000
1000
1000
1000
1000
1000
Kadar air tanah
w
%
2.32
13.27
16.69
19.91
25.83
31.69
Densitas air
ρw
g/cc
1
1
1
1
1
1
Specific Gravity Tanah
GS
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
Densitas basah contoh tanah
ρt
g/cc
1.4311
1.6011
1.8343
1.9714
1.9259
1.9196
Densitas kering contoh tanah
ρd
g/cc
1.3987
1.4135
1.5719
1.6441
1.5306
1.4577
Densitas jenuh tanah
ρs
g/cc
2.4521
1.9331
1.8132
1.7132
1.5554
1.4255
58
Lampiran 11. Data Hasil Uji Pemadatan Tanah (lanjutan)
Data kadar air uji pemadatan contoh tanah C
Penambahan Air
No.
Mc
Mb
Ma
Tanah Kering
Kadar Air
Kadar Air Rata-rata
(g)
(g)
(g)
(g)
(%)
(%)
10
23.86
51.47
50.43
1.04
2.062264525
19
22.63
37.52
36.97
0.55
1.487692724
52
24.03
44.07
43.35
0.72
1.660899654
128
23.11
46.64
39.05
7.59
19.43661972
104
23.81
43.26
41.04
2.22
5.409356725
82
23.94
43.59
37.41
6.18
16.51964715
41
22.6
39.4
34.16
5.24
15.33957845
108
23.31
41.69
36.2
5.49
15.16574586
62
23.8
43.38
36.03
7.35
20.39966694
87
22.58
42.96
35.77
7.19
20.100643
74
25.1
43.5
36.81
6.69
18.17440913
2
23.61
45.9
37.68
8.22
21.81528662
15
21.82
39.82
32.23
7.59
23.54948805
1
22.47
37.06
30.14
6.92
22.95952223
5
23.1
39.37
30.55
8.82
28.87070376
85
23.54
45.35
34.21
11.14
32.5635779
58
23.69
57.63
43.68
13.95
31.93681319
26
23.65
54.24
41.87
12.37
29.54382613
(cc)
0
300
450
550
650
750
1.736952301
13.7885412
16.96833042
20.03011292
25.12657135
31.34807241
Data hasil uji pemadatan contoh tanah C
Hasil Pengukuran
Parameter
Simbol
Satuan
I
II
III
IV
V
VI
Bobot (mold + base plate)
m1
g
4636.2
4636.2
4636.2
4636.2
4636.2
4636.2
Bobot (mold + base plate + tanah)
m2
g
6129.1
6299.1
6551
6572.1
6575.2
6517.2
Volume contoh tanah
V
cc
1000
1000
1000
1000
1000
1000
Kadar air tanah
w
%
1.74
13.79
16.97
20.03
25.13
31.34
Densitas air
ρw
g/cc
1
1
1
1
1
1
Specific Gravity Tanah
GS
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
2.6
Densitas basah contoh tanah
ρt
g/cc
1.4929
1.6629
1.9148
1.9359
1.9390
1.8810
Densitas kering contoh tanah
ρd
g/cc
1.4674
1.4614
1.6370
1.6128
1.5496
1.4322
Densitas jenuh tanah
ρs
g/cc
2.4875
1.9138
1.8040
1.7096
1.5725
1.4326
59
Download