BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah lembaga yang merepresentasikan suatu kelompok masyarakat. Partai politik sejatinya adalah sebuah lembaga politik yang menampung dan memperjuangkan aspirasi masyarakat yang diwakilinya. Partai politik juga merupakan satu-satunya organisasi massa yang dapat ikut serta dalam pemilu dan memperebutkan kekuasaan. Melalui partai politik, persaingan politik menjadi kompetisi yang sehat sehingga persaingan politik membentuk budaya politik yang beretika.1 Partai politik sebagai sebuah katup yang mengatur siikulasi kolektivitas politik dalam persaingan. Dengan sebuah sistem kepartaian yang disepakati bersama, persaingan tersebut diberi landasan hukum, yang secara formal menghalalkan warga negara memberikan dukungan dan tuntutan kepada sistem politik.2 Pasca orde baru, partai politik kian menjamur. Reformasi telah menandai lahirnya gerakan demokrasi yang mengisyaratkan masyarakat untuk mengeluarkan aspirasinya. Partai politik sebagai salah satu 1 Redi panuju. Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta. 2009. Hal. 33 2 ibid 1 kendaraan untuk menyalurkan aspirasi tersebut. banyaknya partai politik yang bermuncuan pada era reformasi menandakan bahwa begitu banyak kepentingan yang harus diperhatikan. Namun tidak semua partai mendapat jalan mulus, terutama partai baru, dalam pertarungan untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Partai Demokrat sebagai salah satu partai baru bentukan Susilo Bambang Yudhoyono merupakan salah satu partai yang berhasil mencapai kejayaan. Partai yang berdiri pada tanggal 9 September 2001 ini merupakan partai politik dengan perolehan suara yang cukup banyak pada pemilu 2004 sehingga mampu menduduki peringkat 5 besar pada pemilu dan menjadi pemenang pada pemilu legislatif 2009, baik pada tingkat nasional maupun tingkat daerah. Kemenangan dan popularitas Partai Demokrat tidak serta-merta didapatkan. Partai Demokrat sebagai Partai baru yang mampu mencitrakan dirinya sebagai partai yang membela kepeentingan rakyat, terlebih karena pendirinya merupakan “korban” dari kedzaliman pemegang kekuasaan pada saat itu, semakin mengangkat citra Partai Demokrat sebagai partai yang akan berpihak pada rakyat. Partai Demokrat memiliki kemampuan komunikasi dan sosialisasi politik yang baik, serta blow-up media mengenai betapa pendiri Partai Demokrat pada saat itu merupakan oposan dari pemerintah pada saat itu menjadi modal yang besar dalam memperoleh simpati rakyat yang 2 kemudian menaikkan citra partai tersebut dan akhirnya dapat meraup suara yang signifikan sebagai partai baru. Keberhasilan Partai Demokrat sebagai partai baru yang mampu meraup suara cukup banyak, tergambar pada tabel berikut : Tabel.1.1 jumlah perolehan suara pada pemilu legislatif Kota Makassar tahun 2004. No. Urut No. Perolehan Urut Suara Partai 1 2 3 4 5 Partai Politik Perolehan Kursi Partai Politik DPR Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (%) Partai Golongan 20 Karya 185,991 Partai Keadilan Sejahtera 16 (PKS) 72,385 Partai Kebangkitan 13 Ban (PAN) 50,293 Partai Persatuan Pembangunan 5 (PPP) 40,229 Partai 9 Demokrat 35,134 Sumber : KPU Kota Makassar 33.37 16 35.56 13.06 5 11.11 9.07 5 11.11 7.26 5 11.11 6.34 4 8.89 Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa Partai Demokrat sebagai partai baru mampu meraih simpati rakyat yang sangat besar. Dan pada pemilu berikutnya, yaitu pada tahun 2009, Partai Demokrat dengan mudah mampu memuncaki perolehan suara untuk pemilihan presiden dan kembali memegang kekuasaan, serta memenangkan pemilu legilatif di 3 tingkat nasional maupun lokal. Walaupun di daerah pemilihan Kota Makassar suara Partai Demokrat masih menempati urutan kedua setelah Partai Golkar, namun lonjakan prestasi Partai Demokrat dibanding partai lainnya jelas terlihat cemerlang, seperti yang tergambar pada tabel berikut : Tabel 1.2. jumlah perolehan suara pada pemilu legislatif Kota Makassar tahun 2009. No. Urut No. Perolehan Urut Suara Partai 1 2 3 4 5 Partai Politik Perolehan Kursi Partai Politik DPR Jumlah Persentase Jumlah Persentase (%) (%) Partai Golongan 23 Karya 100,195 Partai 31 Demokrat 83,865 Partai Kebangkitan 9 Ban (PAN) 37,000 Partai Demokrasi Kebangsaan 20 (PDK) 34,233 Partai Keadilan Sejahtera 8 (PKS) 31,742 Sumber : KPU Kota Makassar 18.87 11 22 15.79 9 18 6.97 5 10 6.45 5 10 5.98 5 10 Namun nasib baik ternyata tidak memihak pada Partai Demokrat seiring menanjaknya popularitas yang diraih pada dua periode pemilu. Saat ini Partai Demokrat sedang mengalami gejolak baik internal maupun eksernal. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini beberapa 4 kader Partai Demokrat tengah mengalami sandungan yaitu berupa kasus dugaan korupsi, kemudian Partai Demokrat mengeluarkan isu untuk menaikkan harga BBM dengan mengurangi subsidi padapertengahan 2012. Akibat isu kenaikan harga BBM terjadi pergolakan di berbagai daerah yang menimbulkan kerusuhan. Tingkat elektabilitas dan popularitas Partai Demokrat pun kian menurun dalam skala nasional. Dalam tingkat lokal, populaitas Partai Demokrat juga mengalami penurunan. Demo rusuh yang berkobar akibat isu kenaikan BBM sejak 28 hingga 31 Maret akhirnya berujung saat seluruh Fraksi DPR menyetujui opsi untuk menunda kenaikan harga BBM yang sebelumnya diusung pemerintah dan partai koalisi pendukungnya yang sejak pekan-pekan belakangan ini merebak ke permukaan. Isu kenaikan harga BBM pada 1 April 2012 dihembuskan pemerintah dukungan Partai Demokrat serta segenap (tadinya) kekuatan koalisinya di parlemen. Meskipun gosip kenaikan harga BBM adalah isu yang sensitif dan tentunya sangat tak populer. Selain itu yang terbaru adalah kasus korupsi dan dugaan korupsi mulai dari bendahara umum Partai Demokrat yaitu Muhammad Nazaruddin yang kemudian membeberkan banyaknya tindakan korupsi yang dilakukan oleh pejabat-pejabat teras Partai Demokrat yang akhirnya membawa Angelina Sondakh sebagai wasekjen Partai Demokrat dan A. Alfian Mallarangeng sebagai sekretaris dewan pembina Partai Demokrat. 5 Disusul dugaan korupsi oleh ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum atas kasus hambalang, belum lagi kasus dugaan adanya mafia narkoba di istana yang menyeret ketua dewan pembina Partai Demokrat sekaligus Presiden SBY yang dipertanyakan mengenai pemberian grasi terhadap mafia narkoba. Isu sensitif dan tidak populis semacam kenaikan Harga BBM, korupsi dan narkoba ini, apalagi yang telah menimbulkan pergolakan, tentu akan lebih melekat dalam benak rakyat. Berkaitan dengan akan diadakannya pemilihan Gubernur Sulawesi-Selatan pada tahun 2013, Partai Demokrat beserta koalisinya mengusung Ilham Arif Sirajudin sebagai calon Gubernur dan Azis Kahar Muzakkar sebagai calon Wakil Gubernur. Ilham sendiri adalah aktor politik yang cukup populer di Kota Makassar, Ilham merupakan WaliKota Makassar yang telah melakukan banyak pembangunan, meskipun kadang kebijakannya menuai kontroversi. Dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh Ilham Arif Sirajuddin, menimbulkan pertanyaan akankah popularitas Partai Demokrat pada tingkat lokal khususnya Kota Makassar dapat meningkat dengan signifikan. Pemilihan gubernur kali ini merupakan pemilihan kepala daerah yang dilakukan secara langsung untuk yang kedua kalinya di Sulawesi Selatan. Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat pada tingkatan lokal, karena setiap individu memperoleh kesempatan untuk memilih kepala daerahnya secara 6 langsung. Pemilihan kepala daerah secara langsung ini merupakan pengamalan dari amandemen UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana sebelum terjadinya amandemen, kepala daerah dipilih melalui DPRD. Pemilihan kepala daerah secara langsung ini memungkinkan terbentuknya pemerintah yang mendapat legitimasi moral dan politik dari rakyat sehingga menjadi modal dasar bagi jalannya pemerintahan yang akuntabel dan berpihak kepada kepentingan rakyat. 3 Pemilihan kepala daerah merupakan rekruitmen politik yaitu penyeleleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah yaitu pemilihan gubernur, dan wakil gubernur dalam kehidupan politik di daerah. pilkada merupakan salah satu kegiatan yang nilainya equivalen dengan pemilihan anggota DPRD. pasal 56(1) undangundang no.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam atu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia jujur dan adil (2) pasangan calon sebagai mana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Meskipun seperti yang sudah dijelaskan bahwa suara Partai Demokrat masih berada di bawah Partai Golkar, namun di Kota Makassar 3 Donni edwin dkk., Pilkada langsung : demokratisasi daerah dan mitos good governance, partnership, Jakarta. 2005. Hal. 14 7 sendiri merupakan basis pendukung Partai Demokrat yang cukup besar, sehingga dapat diramalkan pertarungan politik dalam pemilihan kepala daerah provinsi Sulawesi-Selatan kali ini, jika dilihat dari segi kekuatan politik baik institusi yang mendukung pasangan calon Gubernur maupun dari personality calon gubernur itu sendiri, akan berlangsung dengan sengit. Berdasarkan data dari tabel di atas, Partai Demokrat yang mengusung Ilham Arief Sirajuddin menempati posisi kedua dalam perolehan suara, sedangkan Partai Golkar yang mengusung calon gubernur incumbent – Syahrul Yasin Limpo, menempati urutan pertama perolehan suara. Rudiyanto asapa dan Nawir yang diusung partai Gerrindra juga tidak boleh disepelekan, Rudiyanto disebut-sebut sebagai salah satu bupati yang sukses memimpin dan menyejahterakan daerahnya dan Gerindra sebagai kendaraan politiknya merupakan salah satu partai yang dianggap banyak menjalankan program pro-rakyat. Melihat prestasi Partai Demokrat pada pemilu 2009 lalu, dan kapabilitas Ilham Arief Sirajuddin sebagai pemimpin Kota Makassar sudah tentu bahwa suara Partai Demokrat dan Ilham akan signifikan di Kota Makassar. Namun setelah berbagai kasus skala nasional yang melibatkan Partai Demokrat sebagai kendaraan pengusung Ilham-Azis, akankah kemenangan pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan khususnya untuk suara di Kota Makassar juga menurun? 8 Berdasarkan latar belakang diatas inilah maka saya tertarik untuk meneliti tentang “Posisi Partai Demokrat di Makassar Menjelang Pemilihan Gubernur Sul-Sel 2013”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana popularitas Partai Demokrat menjelang pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2013? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara umum peneliti bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa tentang posisi Partai Demokrat menjelang pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2013. Namun secara khusus, penelitian ini bertujuan : Untuk menggambarkan dan menganalisa pandangan masyarakat mengenai Partai Demokrat dan tingkat popularitas Partai Demokrat menjelang Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2013. D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademik 1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti yang ingin melihat bagaimana posisi Partai Demokrat menjelang pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2013. 9 2. Memperkaya khasanah kajian ilmu politik dalam upaya perkembangan keilmuan. b. Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan untuk membantu para pelaku politik dan sumbangan Propinsi pemikiran Sulawesi bagi Selatan masyarakat dalam dan pemerintah memahami tentang popularitas Partai Demokrat. 2. Hasil penelitian ini nantinya diharapakan dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian-penelitian yang serupa ditempat lain. 3. Sebagai prasyarat untuk memenuhi gelar sarjana ilmu politik. 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini, penulis akan mengajukan beberapa hal yang dianggap relevan dalam menggambarkan dan menganalisa rumusan masalah. Diantaranya adalah teori homofili dalam komunikasi politik, konsep popularitas dan citra politik, partai politik, konsep pemilukada langsung, kerangka pikir dan skema pikir. A. Teori Homofili dalam Komunikasi Politik Komunikasi politik dapat diartikan sebagai suatu aktivitas komunikasi yang mempunyai konsekuensi atau akibat politik, aktual potensial, terhadap fungsi sistem politik.4 Tanpa komunikasi, keputusan politik bukan saja menyebabkan penyebarluasan keputusan, namun juga bisa berakibat didahului oleh mobilisasi kelompok penentang. Komunikasi politik menurut Harold Lasswell komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa kepada siapa? Dengan akibat atau hasil apa? (who says what? In which channel? To whom? With what effect?) 5 Maka komunikasi berarti proses penyampain pesan dari seorang komunikator kepada orang komunikan melalui media komunikasi tertentu untuk menghasilkan efek tertentu. 6 4 Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, & Demokrasi, Kenana Prenada Media Group, Jakarta, 2012. Hal. 19 5 Hafid Cangara. 2009. Komunikasi politik (Konsep, teori dan strategi). Pt Rajawali Pers: Jakarta. 6 Indah-Hesti 2009. Teori Haroll Lasswell. 13 Januari. 11 Komunikasi politik pada contoh praktiknya, dimana para wakil dan pemimpin rakyat atau kelompok kepentingan, dalam mengartikulasikan dan mengagregasikan kepentingan tertentu sering kali menggunakan komunikasi, misalnya menyampaikan rekomendasi kebijakan. Begitu juga para penguasa atau pemerintah dalam menentukan kebijakan umum akan terlebih dahulu menganalisis informasi yang berasal dari masyarakat.7 Untuk sampai pada kehidupan bernegara yang baik, komunikasi politik haruslah berlangsung dua arah, baik antara konstituen dengan partai, masyarakat dengan pemerintah, maupun masyarakat dengan legislator. Komunikasi politik diibaratkan oleh Alfian sebagai sirkulasi darah, dimana pesan-pesan politik berupa tuntutan, protas dan dukungan dialirkan ke jatung atau pusat kemudian diproses melalui sistem politik dan kemudian dialirkan kembali untuk mendapatkan umpan balik dari sistem politik tersebut.8 Komunikasi politik termasuk dalam komunikasi massa, dimana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak. Organisasi-organisasi ini menyebarluaskan pesan-pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat. Hubungan antara konstituen (massa) dengan partai, idealnya berlangsung dua arah, karena partai merupakan representasi dari 7 Ibid. Hal.18 8 Redi panuju, Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta. 2009. Hal. 22 12 masyarakat, sehingga masyarakat dapat memantau bagaimana wakilwakilnya di partai menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi mereka. Dalam mendukung sebuah partai, konstituen tentu memiliki alasan berupa kesamaan-kesamaan dengan partai tersebut, baik ideologi, gender, dan kesamaan lainnya. Dalam ilmu politik, hubungan konstituen dengan partai dapat dijelaskan dengan menggunakan teori homofili oleh Everet M. Rogers dan F. Shoemaker (1971). Homofili sendiri merupakan istilah yang berasal dari Yunani yaitu homois yang berarti sama. Jadi homofili berarti komunikasi dengan orang yang sama, yaitu derajat orang yang berkomunikasi memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Politikus di Indonesia yang menggunakan simbol yang seragam, bahkan sejumlah politikus yang memiliki agama yang sama dan berkumpul membentuk partai yang sama. Demikian juga mereka yang memiliki jenis kelamin yang sama, cenderung membentuk koalisi untuk memperjuangkan kepentingan politik mereka. Teori homofili ini, dalam komunikasi politik dikaitkan dengan teori empati, dimana teori empati berpendapat bahwa komunikasi politik akan sukses bila sukses memproyeksi diri ke dalam sudut pandang orang lain. Ini erat kaitannya dengan citra diri sang komunikator politik untuk menyesuaikan suasana pikirannya dengan alam pikiran khalayak. Teori empati dan homofili ini menciptakan hubungan yang akrab dan intim sehingga komunikasi politik dapat berjalan secara interaksional 13 dalam hal ini berlangsung dialogis. Komunikasi yang bersifat dialog itu biasanya digunakan pada forum rapat politik, musyawarah politik, atau dalam lobi-lobi politik. Jadi, berdasarkan kesamaan dan empati itulah biasanya seseorang atau sebuah institusi dalam hal ini partai mendapatkan dukungan dari masyarakat. Anwar Arifin, dalam bukunya Komunikasi Politik menyebutkan bahwa teori homofili dapat dikaitkan dalam paradigma interaksional dalam komunikasi politik. Paradigma ini sering dinyatakan sebagai komunikasi dialogis, dimana manusia yang berkomunikasi mampu mengembangkan diri dalam interaksi sosial. Nilai-nilai atau harkat manusia sangat ditonjolkan. Bentuk komunikasi seperti ini dimulai dan diakhiri dengan mempertimbangkan harkat manusia. Itulah sebabnya, perspektif ini sangat tepat diaplikasikan pada negara-negara yang menganut sistem politik demokratis.9 Hubungan antara partai dengan konstituennya juga harusnya dibangun atas dasar ini. Homofili dalam Komunikasi politik, dapat dilihat pada para politikus atau kader partai di Indonesia yaitu kostum seragam jas mereka miliki. Empati dan homofili dapat menciptakan suasana yang akrab dan intim sehingga komunikasi politik dapat berjalan secara interaksional. Proses dialogis akan berjalan secara horizontal dalam arti tidak ada politikus yang memberi dan menerima perintah melainkan para politikus itu berinteraksi dan bermusyawarah. Selanjutnya empati dan homofili dalam komunikasi 9 Anwar Arifin, Komunikasi Politik. 2006.hal 55 14 politik diaplikasikan ke dalam bentuk ideologi politik yang sama, visi dan misi politik yang sama, simbol yang sama, simbol yang sama, pakaian yang sama dan keputusan politik yang sama sehingga terjalin hubungan manusiawi. Hal ini merupakan inti dari kepemimpinan politik B. Konsep Popularitas dan Citra Politik Popularitas partai politik dapat kita ukur melalui citranya, sehingga pembahasan mengenai popularitas dan citra politik ini dianggap relevan. a. Popularitas Dalam dunia politik terdapat konsep mengenai popularitas. Popularitas sendiri dapat diartikan sebagai dikenal dan disukai atau dikagumi orang banyak. Maka, sosok atau institusi yang populer adalah sosok/institusi yang mendapatkan simpati dan empati dari banyak orang, sehingga orang banyak berkeinginan untuk memilih atau bahkan memilikinya.10 Popularitas lebih banyak berhubungan dengan dikenalnya seseorang, baik dalam arti positif, ataupun negatif. Dalam masyarakat, sering diartikan, orang yang populer dianggap mempunyai elektabilitas yang tinggi. Sebaliknya, seorang yang mempunyai elektabilitas tinggi adalah orang yang populer. Memang kedua konstatasi ini ada benarnya. Tapi tidak selalu demikian. Popularitas dan elektabilitas tidak selalu berjalan seiring. Adakalanya berbalikan. 10 Pahmi Sy, politik Pencitraan, gaung persada press, Jakarta. 2010. Hal 37 15 Popularitas dijadikan tolok ukur utama suatu keberhasilan, orang atau instansi yang berkualitas tetapi tidak berada dalam lingkaran kekuasaan pun menjadi tersisih. Sebaliknya, mereka yang berada dalam posisi pusat perhatian akan menjadi rebutan. Kondisi ini disuburkan oleh kondisi dan karakteristik masyarakat Indonesia yang sebagian besar belum sadar politik dan berpendidikan rendah serta rendahnya partisipasi politik masyarakat. Ada beberapa indikator utama yang membuat seorang figur dikatakan populer, antara lain, sedang menduduki posisi strategis, sering muncul di berbagai media massa, dan citranya positif dengan karakter dan sikap yang kuat.11 Popularitas merupakan modal sangat berharga yang harus dimiliki oleh siapapun ingin terjun dalam ranah publik. Seorang politisi, misalnya, dalam kompetisi memperebutkan kursi, tentu harus memiliki popularitas untuk mengumpulkan suara. Jika popularitas diartikan sebagai “ketenaran” dan banyak kata yang sepadan maka popular itu bisa berarti terkenal, kondang, disukai, dan termashur.12 Pemerintah atau institusi yang populer, dengan sendirinya diterima dan didukung oleh mayoritas rakyat, karena mereka mengenal tokohnya secara perseorangan dan mempercayainya secara keseluruhan, bahwa 11 http://www.seputar-indonesia.com diakses pada 1/11/12 12 http://www.inspirasi-usaha.com/berita-2298-membangun-popularitas.html diakses pada 1/11/12 16 nilai dan kepentingan mereka akan terlindungi serta terpenuhi. Pemerintah dipercaya mampu secara politis dan teknis untuk menangani masalah. Maka, pemerintah menjadi kuat dan berwibawa. Kuat, berarti punya dukungan luas. Berwibawa, berarti diikuti rakyat keputusan atau kebijaksanaannya. Pada gilirannya, dukungan dan wibawa itu mempengaruhi sikap rakyat terhadap cara dan hasil kerja pemerintah dalam melaksanakan tugasnya, termasuk dampaknya kepada penyelesaian masalah kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya. Pemerintah yang populer, tetap saja didukung rakyat, sekalipun pelaksanaan tugasnya belum atau tidak cukup berhasil memenuhi nilai dan kepentingan rakyat pendukungnya. Rakyat bersedia menunggu hasil pemecahan masalah yang dijanjikan pemerintah. Menurut pengamat politik dari Universitas Parahyangan Bandung, Asep Warlan Yusuf bahwa popularitas tinggi tidak akan berarti apa-apa kalau tidak ada faktor pendukung lain. Dukungan partai, data survei internal partai, serta kebijakan partai yang secara hierarki umumnya harus ditentukan oleh keputusan pengurus di tingkat pusat masing-masing partai.13 Bila kita memaknai beberapa pengertian popularitas yang tertera diatas maka dapat dibuat suatu asumsi bahwa popularitas meliputi : perilaku, pribadi, sikap dan persepsi. Perilaku berkaitan dengan tindakan– 13 http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/501664/ diakses 27 Janari 2013 17 tindakan yang dilakukan, sedangkan pribadi dan sikap berkaitan dengan perasaan dan emosi, dan persepsi berkaitan dengan tingkat pengetahuan yang dimililki oleh manusia. Olehnya itu tingkat popularitas dapat diukur dengan memperhatikan unsur pengetahuan ,sikap dan dukungan yang dimiliki oleh kahalayak Popularitas sendiri juga terbagi menjadi dua bentuk, yaitu good popularity dan worst popularity. Dimana Good Popularity atau Popularitas yang Baik tentu dicapai dengan baik dan dan dipandang positif, Adapun sebaliknya, Worst Popularity adalah popularitas yang buruk yang dicapai dengan perbuatan jahat yang pastinya buruk dalam pandangan orang, misalnya penjahat pembuat kekacauan. Orang menjadi popular karena sering tampil di depan umum. Sering terlibat dengan persoalan-persoalan publik. Bagaimana dia tampil, merupakan persoalan lanjutan untuk menilai elektabilitasnya. Kalau tampilnya sebagai pelaku kriminal, sebagai koruptor atau karena tindakan yang melanggar etika publik, maka pengaruhnya terhadap elektabilitas tentu saja negatif. b. Citra Politik Salah satu konsekuensi kognitif dari komunikasi politik yang sangat penting adalah terbentuknya citra politik yang baik bagi khalayak terhadap politikus atau pemimpin politik atau partai politiknya. Citra politik juga dapat terbentuk dari proses pembelajaran politik ataupun juga sosialisasi politik yang berlangsung terus-menerus. 18 Citra politik terbentuk atau terbangun dari informasi yang kita terima baik langsung maupun melalui media politik termasuk media massa. Citra politik sendiri dapat diartikan sebagai gambaran diri yang ingin diciptakan seorang tokoh masyarakat.14 Citra politik tersusun melalui persepsi yang bermakna tentang gejala politik, yang kemudian memaknai gejala itu dengan nilai, kepercayaan dan pengharapan yang berangkat dari pendapat pribadi kemudian dikembangkan menjadi pendapat umum. Pemilihan wakil rakyat dan kepala daerah secara langsung telah membuat semakin pentingnya citra seorang figur maupun sebuah partai di mata konstituennya. Kandidat yang akan bertarung akan berusaha semaksimal mungkin membangun citra politiknya di masyarakat, baik melalui media perantara atau terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat. Menurut piliang, pencitraan politik adalah sesuatu yang tampak oleh indra tapi tidak memiliki eksistensi substansial karena ketertutupan realitas. Ketertutupan substansi tersebut jika berjalan terus-menerus akan menghasilkan implikasi yang kurang baik bagi sistem politik, karena popularitas seorang tokoh atau institusi politik tidak berpijak pada kualitas politik yang sesungguhnya.15 14 http://www.kamusbesar.com/49503/citra-politik (diakses pada 31 Oktober 2012) 15 Pahmi Sy, Politik Pencitraan, Gaung Persada Press, Jakarta. 2010. Hal. 7 19 Citra politik ini sangat berpengaruh terhadap popularitas seseorang atau sebuah institusi dalam hal ini partai, dimana jika citra seseorang atau partai baik, maka meningkat pula popularitasnya, dalam hal ini semakin baik citra partai tersebut, maka akan semakin banyak yang menyukai dan mendukung partai tersebut. sebaliknya, citra kepopuleran dan simbol yang diciptakan akan jatuh bilamana mendapat serangan politik dari figur maupun partai. Simbol-simbol yang dibangun akan melemah jika telah hadir kekuatan baru yang mampu menandingi kekuatan yang telah dikonstruksi. Dalam hal ini media massa sangat berpengaruh dalam pembentukan citra politik atau membentuk persepsi politik khalayak. Berita politik tentang tokoh politik, partai politik, dan kebijakan politik dapat menimbulkan penafsiran yang berbeda dan citra politik yang berbeda bagi masing-masing orang. Itulah sebabnya citra politik diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realitas politik yang tidak harus sesuai dengan yang sebenarnya. Lee Loevinger dalam Anwar Arifin, menyajikan teori komunikasi massa yang disebut sebagai reflective-projective theory. Asumsi dasar teori ini bahwa : “Media massa adalah cermin masyarakat yang merefleksikan suatu citra yang menimbulkan banyak tafsiran. Justru itu, setiap orang dapat memproyeksikan diri dan citranya. Media massa mencerminkan citra masyarakat dan sebaliknya khalayak memproyeksikan citranya pada penyajian media massa.”16 16 Lee Loevinger dalam Anwar Arifin, Komunikasi Politik, 2006. Hal. 110-111 20 Citra politik juga berkaitan dengan sosialisasi politik. Karena citra politik terbentuk melalui proses pembelajaran politik, baik secara langsung maupun pengalaman empirik. Sosialisasi politik yang dapat mendorong terbentuknya citra politik dapat mendorong seseorang atau institusi mengambil peran dalam politik dengan berbagai cara. Peningkatan citra merupakan bagian dari perencanaan komunikasi dan sosialisasi. C. Partai Politik Partai politik sebagai sarana bagi warga negara untuk turut serta atau berpartisispasi dalam proses pengelolaan negara. Patai politik dapat berarti organisasi yang mempunyai basis ideologi yang jelas. Setiap anggotanya mempunyai pandangan yang sama dan bertujuan untuk merebut kekuasaan atau mempengaruhi kebijaksanaan negara baik secara langsung maupun tidak langsung, karena itu parpol selalu ikut pada sebuah mekanisme pemilihan umum untuk bersaing secara kompetitif guna mendapatkan dukungan rakyat. partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan melalui mekanisme pemilihan, yaitu pemilihan umum. Hal itulah yang membedakan partai politik dengan kelompok-kelompok kepentingan lainnya, karena hanya partai politik yang merupakan organisasi masyarakat satu-satunya yang dapat mengikuti pemilihan umum. Partai politik memiliki beberapa fungsi, diantaranya fungsi komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik, dan pengatur 21 konflik. Namun, penulis hanya akan menjabarkan fungsi partai politik sebagai sarana sosialisasi politik, karena dianggap relevan dengan pembahasan ini. Dalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada.17 Pelaksanaan sosialisasi politik oleh partai politik dilakukan dengan berbagai cara diantaranya melalui media massa, ceramahceramah, penerangan, kursus kader, penataran dan sebagainya. Beberapa ilmuwan sosial juga telah mendefinisikan sosialisasi politik itu sendiri. Herbert H. Hyman, misalnya mengemukakan bahwa : “Sosialisasi politik adalah proses belajar dari pengalaman warga masyarakat, atau subkelompok, yang semula menghasilkan keteraturan, keseragaman, yang secara langsung relevan bagi stabilitas sistempolitik dan yang kemudian menghasilkan keragaman dan bentuk-bentuk institusional dari pengawasan.”18 Gabriel Almond juga menyatakan secara jelas bahwa proses sosialisasi politik itu berlangsung terus-menerus dalam kehidupan seseorang. Nilai, simbol, dan norma politik yang sudah menjadi konsensus bersama dalam negara-bangsa terus menerus disosialisasikan dalam diri seseorang.19 17 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2010. Hal. 407 18 Hebert H. Hyman, dalam buku Hendry Subiakto dan rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media dan Demokrasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2012. Hal.57 19 Ibid. Hal. 58 22 Sebagai sebuah proses, sosialisasi politik mengalami fluktuasi sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, karena itu implikasi dari sosialisasi kadang tidak sesuai dengan target dan tujuan semula, yang akhirnya masyarakat sebagai penerima sosialisasi tersebut menjadi salah paham mengenai hakikat yang dituju. Surbakti dalam bukunya, memahami ilmu politik, mengatakan bahwa: “Sosialisasi politik dibagi menjadi dua jika dilihat dari segi penyampaian pesan, yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi. Pendididikan politik merupakan suatu proses dialogis diantara pemberi dan penerima pesan, sedangkan indoktrinasi merupakan proses sepihak ketika penguasa melakukan mobilisasi dan manipulasi kepada warga masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan simbol yang dianggap pihaak yang berkuasa sebagai ideal dan baik”20 Fungsi sosialisasi dari partai politik juga termasuk upaya untuk menciptakan citra, bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Hal ini penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu, partai harus memiliki dukungan sebesar mungkin dari masyarakat. Dalam kaitannya dengan pemilu, sosialisasi poltik merupakan tanggung jawab peserta pemilu, yaitu partai politik dan calon perseorangan, sebab merekalah yang harus diketahui oleh masyarakat selaku pemilih. Sosialisasi bagi peserta pemilu sangat penting dilakukan, 20 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta, 2010. Hal.150 23 sebab tanpa sosialisasi, eksistensi peserta pemilu tersebut tidak akan pernah terwujud. Fungsi rekrutmen partai politik juga penulis anggap relevan dalam bahasan ini, dimana partai politik dimungkinkan untuk mengusung kader atau calonnya untuk maju dalam berbagai pemilihan umum, baik itu pemilihan lebislatif, pemilihan presiden sanpai pemilihan kepala daerah. Fungsi rekrutmen ini berkaitan erat dengan masalah kepemimpinan, baik kepemimpinan partai maupun kepemimpinan eksternal seperti jabatan presiden maupun kepala daerah. Dengan rekrutmen yang baik, maka partai politik akan mampu mengembangkan dirinya. Dengan demikian partai politik mampu menempatkan kader atau calon usungannya untuk maju ke dalam bursa pemilihan. Rekrutmen ini pula dimaksudkan untuk melanggengkan organisasi kepartaian dan sebagai sarana untuk menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya dengan kontak personal, persuasi ataupun cara-cara lain. D. Pemilukada Langsung Pemilihan umum merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan bermasyarakat, melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilwakilnya untuk duduk dalam parlemen dan dalam struktur pemerintahan. 21Pemilihan dan pemilihan suatu sietem pemilhan umum (pemilu) merupakan suatu keputusan kelembagaan yang penting bagi negara21 T.May Rudy. 2003. Pengantar ilmu politik.refika.hal 87. 24 negara yang berupaya untuk menegakkan keberadaban dan keberkualitasan sistem politik. 22 Pemilihan umum kepala daerah atau yang sering disingkat pemilukada adalah suatu proses politik dalam upaya meningkatkan demokratisasi di tingkat lokal dimana rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk memilih kepala daerah sesuai pilihannya. 23 Pasal 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Bagi Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ayat 1 menyebutkan bahwa “Pilkada langsung adalah suatu rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan pemilihan Kepala daerah dan wakil Kepala Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota”. Pemilukada pengembangan merupakan demokrasi di tonggak tingkat sejarah lokal. Dimana penting bagi pada masa sebelumnya pemilukada dilakukan secara perwakilan oleh DPRD yang dalam praktiknya diwarnai manipulasi oleh antar elit. Mereka yang mengklaim mewakili rakyat telah melakukan berbagai bentuk penyimpangan dan distorsi dalam melaksanakan pemilihan kepala daerah. Menurut Abdul Asri Harahap bahwa pilkada bukan hanya memilih penguasa daerah tetapi lebih merupakan mencari pemimpin yang mampu 22 Kelompok DPD RI di MPR, 2009, Jalan Berliku Amandemen Komperensip, Hal.158. 23 Ulfa Ilyas, perempuan kiri on-line edisi 4 oktober 2007, “Menakar Demokrasi Pilkada Sul-Sel”. 25 melayani dan mengabdi untuk kepentingan sebuah rakyatnya. 24 Pola pikir lama yang lebih menempatkan kepala daerah sebagai penguasa yang harus diubah secara radikal menjadi pemimpin yang sesungguhnya bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Derah (DPRD). Secara umum kepala daerah adalah kepala pemerintah daerah yang dipilih secara demokratis. Kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil Kepala Daerah, dan perangkat daerah (UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah). Semua tingkatan daerah di Indonesia diberikan hak untuk menyelenggarakan pemilihan kepala daerah secara langsung, dengan tujuan agar rakyat di daerah yang bersangkutan dapat secara bebas dan bertanggung jawab memilih kepala daerahnya yang berkualitas. Penguatan demokrasi lokal melalui pemilihan ini adalah bagian dari pemberian otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Upaya penguatan demokrasi lokal melalui pemilukada langsung ini adalah mekanisme yang tepat sebagai bentuk terobosan atas mandegnya pembangunan demokrasi di tingkat lokal.25 Pemilihan kepala daerah 24 Abdul Asri Harahap. Manajemen dan Resolusi Konflik Pilkada, Cidesindo, 2005. Hal. 115 25 H.Rudini. 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Hal 139. 26 secara lansung dimulai pada tahun 2005, yang diseleggarakan di 226 daerah, yang meliputi 11 Propinsi, 180 kabupaten dan 35 kota. 26 Di Sulawesi Selatan sendiri, pemilukada yaitu pemilihan gubernur telah berlangsung sejak tahun 2008, kali ini adalah pemilukada kedua yang dilaksanakan di Sulawesi Selatan. Pemilukada secara langsung diselenggarakan dengan sistem dua putaran. Artinya, kalau pada putaran pertama tidak ada calon yang memperoleh suara minimal yang ditentukan, akan diadakan putaran kedua dengan peserta dua pasang calon yang memperoleh suara terbanyak. Yang menjadi tujuan pokok adalah adanya pasangan calon yang terpilih mempunyai legitimasi kuat dengan perolehan suara 50% plus satu (mayoritas mutlak). Seandainya pada putaran kedua tidak ada yang memperoleh suara 50% plus satu, yang akan dijadikan pertimbangan untuk menentukan pemenang adalah kemerataan dukungan suara di tingkat kabupaten/kota. Dalam suatu masyarakat demokratis, rakyat berperan tidak untuk memerintah atau menjalankan keputusan–keputusan politik. Namun terdapat pemilihan umum yang berperan untuk menghasilkan suatu pemerintah atau suatu badan penengah lainnya yang pada gilirannya menghasilkan suatu eksekutif nasional dan pemerintah.27 26 Kacung Marijan.2006. Demokratisasi di Daerah. Hal 18 Tesis Sugiprawaty, Etnisitas, Primordialisme, Dan Jejaring Politik Di Sulawesi Selatan (Studi Pilkada Di Sulawesi Selatan Th 2007-2008), Hal. 10 27 27 E. Kerangka Pikir Popularitas merupakan hal yang sangat penting jika seseorang atau sebuah institusi ingin mendapatkan kemenangan dalam sebuah pemilihan umum. Figur atau institusi yang populer cenderung gampang memperoleh kekuasaan karena pemilih cenderung mendukung pada figur atau institusi yang populer dalam hal ini memiliki citra yang baik. Partai Demokrat sebagai salah satu partai besar di Indonesia memiliki prestasi yang cukup gemilang, sejak awal terbentuknya telah memiliki popularitas yang tinggi, dalam hal memperoleh suara dukungan dari rakyat. Sejak awal terbentuknya, partai ini telah banyak mendapatkan simpati. Bukan saja hanya karena iklan-iklan politiknya yang menarik, namun juga karena sosok para pendirinya yang dinilai cukup mumpuni. Partai Demokrat mampu mencitrakan dirinya sebagai partai yang pro-rakyat sehingga popularitasnya cepat melejit. Ditambah juga pada awal terbentuknya, kader dan pendiri Partai Demokrat datang dari kalangan populer dan dikenal “bersih” dan mempunyai kinerja yang baik. Namun karena beberapa kasus menyangkut kader Partai Demokrat yang terjadi belakangan ini membuat simpati masyarakat terhadap partai ini menurun, ditambah lagi wakil rakyat dari partai ini justru mendukung rencana kebijakan pemerintah yang sangat tidak populis, yaitu menaikkan harga BBM pada pertengahan tahun 2012 yang lalu, kemudian mencuatnya kasus-kasus korupsi yang dialamatkan pada sejumlah kader 28 dan petinggi Partai Demokrat dan juga dugaan adanya mafia narkoba di Istana. Hal tersebut tentu menurunkan popularitas Partai Demokrat di seluruh Indonesia dan tentu akan berpengaruh pada tingkat elektabilitas Partai Demokrat dan kader-kadernya. Hal ini juga akan berpengaruh pada kemenangan kader Partai Demokrat yang akan mengikuti pemilihan kepala Daerah. Tentu saja untuk memenangkan pemilukada, Partai Demokrat harus menjalankan strategi-strategi politik untuk mempertahankan atau bahkan menambah tingkat elektabilitasnya. F. Skema Pikir Calon gubernur kapabilitas Partai Demokrat Popularitas Partai Demokrat Pemilih Kota Kecenderungan Makassar pemilih 29 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini penulis menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dalam pelaksanaan penelitian ini seperti: lokasi penelitian, tipe penelitian dan dasar penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta teknik pengolahan data. A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian telah dilaksanakan di wilayah Kota Makassar, Sulawesi Selatan, dengan sasaran unsur-unsur masyarakat di Kota Makassar. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Kota Makassar dikarenakan: 1. Karena DPD Partai Demokrat berkedudukan di Kota Makassar. 2. Karena semua informan dalam penelitian ini berada dan berdomisili di Kota Makassar. Selain itu, alasan peneliti memilih Kota Makassar sebagai lokasi penelitian dikarenakan Kota Makassar cenderung menjadi sentra perpolitikan di Sulawesi Selatan dan juga basis dukungan terhadap Partai Demokrat yang cukup besar di Kota Makassar. B. Tipe Penelitian Dan Dasar Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif analisis yang telah diarahkan untuk menggambarkan dan menganalisa fakta dengan argumen yang tepat, namun penelitian ini tidak merumuskan hipotesis, karena riset ini 30 bersifat induktif atau didasarkan pada pemahaman lapangan atau konteks yang ada. Metode pengumpulan data menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, sedangkan dasar penelitian telah menggunakan metode kualitatif karena dalam metode kualitatif terdapat beberapa perspektif teori yang telah mendukung penganalisaan yang lebih mendalam terhadap gejala yang terjadi, misalnya perspektif fenomenologi yang memandang perilaku manusia sebagai produk dari bagaimana orang melakukan penafsiran terhadap dunia mereka sendiri, sehingga tugas peneliti adalah menangkap proses tersebut. Karena yang dikaji merupakan fenomena masyarakat yang selalu mengalami perubahan (dinamis), yang sulit diukur dengan menggunakan angka-angka maka penelitian telah menggunakan analisa yang lebih mendalam. C. Sumber Data a. Data primer, telah diperoleh melalui studi lapangan dengan menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik ini, penulis telah mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan para informan dan menggunakan beberapa alat untuk membantu dalam penelitian ini diantaranya alat tulis dan alat perekam. Informan disini adalah unsur-unsur masyarakat, media, pendukung demokrat dan Ilham-Azis dan akademisi. b. Data sekunder, diperoleh dari wawancara terstruktur terhadap beberapa orang, studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan 31 data dari buku, jurnal, media cetak, serta informasi tertulis lainnya yang berkaitan dengan Partai Demokrat. Selain itu, juga terdapat situs-situs atau website yang telah diakses untuk memperoleh data yang lebih akurat. D. Teknik pengumpulan Data a. Wawancara mendalam Wawancara mendalam telah dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) agar wawancara tetap berada pada fokus penelitian. Key informant dalam pengumpulan data ini adalah : Tokoh Masyarakat Tokoh Media Akademisi Pendukung Partai Demokrat dan Ilham-Azis Pemilihan informan dalam penelitian ini telah menggunakan purposive sampling dimana informan dipilih adalah orang-orang yang sengaja dipilih karena dianggap paham tentang Partai Demokrat b. Wawancara terstruktur wawancara terstruktur juga menggunakan pedoman wawancara agar wawancara tetap berada pada fokus penelitian. Informan dalam pengumpulan data ini dipilih secara acak dari tiap unsur yang ada di Masyarakat kota Makassar. c. Dokumen 32 Dokumen ini berisi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan fokus penelitian yang merupakan salah satu sumber data yang penting dalam penelitian. Dokumen yang dimaksud berupa dokumen tertulis yang telah diperoleh dari media cetak dan media elektronik (internet), data statistik, laporan penelitian sebelumnya, tulisan-tulisan ilmiah yang juga merupakan dokumen penting yang telah ditelusuri untuk memperkaya data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. E. Teknik Pengolahan Data Data kualitatif telah dibuatkan kategori dari klasifikasi berdasarkan spesifikasi data. Kategori dari klasifikasi data dimaksudkan untuk menjelaskan seluruh fenomena politik yang berkaitan dengan masalah penelitian. Sedangkan untuk data kuantitatif hanya digunakan sebagai bahan untuk melengkapi/menyempurnakan kekurangan dari data kualitatif yang telah diperoleh. F. Teknik Analisis Data Data dan informasi yang dikumpulkan dari informan telah diolah dan dianalisa secara kualitatif. Karena objek kajiannya adalah masyarakat, dimana memiliki cara berpikir dan cara pandang yang berbeda maka penelitian ini membutuhkan analisa yang mendalam dari sekedar penelitian kuantitatif yang sangat bergantung pada kuantifikasi data. 33 Penelitian ini telah mencoba memahami apa yang dipikirkan masyarakat mengenai Partai Demokrat menjelang pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan 2013 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum Partai Demokrat, selain itu juga akan diuraikan bagaimana kondisi umum Kota Makassar dan menggambarkan proses pelaksanaan pemilukada Sulawesi Selatan di Kota Makassar tahun 2013. A. Partai Demokrat 1. Sejarah Berdirinya Partai Demokrat Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 memberikan ruang bagi kemunculan berbagai partai politik baru sebagai jawaban masyarakat atas kejenuhan mereka selama ini terhadap partai politik lama yang cenderung otoriter Partai Demokrat salah satu partai yang lahir pada era reformasi. Partai Demokrat didirikan atas inisiatif Susilo Bambang Yudhoyono yang terIlhami oleh kekalahan terhormat Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan calon wakil presiden dalam sidang MPR tahun 2001. Dari perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil poling masyarakat yang menunjukkan popularitas yang ada pada diri Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), beberapa orang terpanggil nuraninya untuk memikirkan bagaimana sosok SBY bisa dibawa menjadi pemimpin bangsa dan bukan direncanakan untuk menjadi Wakil Presiden RI tetapi menjadi Presiden RI untuk masa mendatang. Melalui hasil pemikiran di atas, maka beberapa tokoh mulai merapat ke SBY, salah satunya adalah Vence Rumangkang yang merupakan 35 salah satu tokoh yang menyatakan dukungannya untuk mengusung SBY ke kursi Presiden, agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satusatunya adalah mendirikan partai politik. Perumusan konsep dasar dan platform partai sebagaimana yang diinginkan SBY dilakukan oleh Tim Krisna Bambu Apus dan selanjutnya teknis administrasi dirampungkan oleh tim yang dipimpin oleh Vence Rumangkang. Setelah terbentuknya tim yang dipimpin oleh Vence Rumangkang, terdapat diskusi-diskusi tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk mempromosikan SBY menjadi presiden, antara lain : Pada tanggal 12 Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan rapat yang dipimpin langsung oleh SBY di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang mengadakan pertemuan secara maratahunon setiap hari. Tim itu terdiri dari : (1) Vence Rumangkang, (2) Drs. A. Yani Wahid (Alm), (3) Achmad Kurnia, (4) Adhiyaksa Dault, SH, (5) Baharuddin Tonti, (6) Shirato Syafei. Di lingkungan kantor Menkopolkam pun diadakan diskusi-diskusi untuk pendirian sebuah partai bagi kendaraan politik SBY dipimpin oleh Drs. A. Yani Wachid (Alm). Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian Partai Demokrat. Dalam pertemuan tersebut, saudara Vence Rumangkang menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap dilaksanakan dan hasilnya akan dilaporkan kepada SBY. Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 2001, saudara Vence Rumangkang yang dibantu oleh Drs. Sutan Bhatoegana berupaya 36 mengumpulkan orang-orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah partai politik. Pada akhirnya, terbentuklah tim 9 yang beranggotakan 10 (sepuluh) orang yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep pendirian sebuah partai politik yakni : (1) vence Rumangkang; (2) Dr. Ahmad Mubarok, MA; (3) Drs. A. Yani Wachid (Alm); (4) Prof. Dr. Subur Budhisantoso; (5) Prof. Dr. Irzan Tanjung; (6) RMH. Heroe Syswanto Ns; (7) Prof. Dr. RF. Saragih, SH., MH.; (8) Prof. Dardji Darmodihardjo; (9) Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof. Dr. T Rusli Ramli, MS. Disamping nama-nama tersebut, ada juga beberapa orang yang sekali atau dua kali ikut berdiskusi. Diskusi finalisasi konsep partai dipimpin oleh Bapak SBY. Menurut peraturan UU, untuk menjadi sebuah partai yang disahkan oleh Undang-Undang Kepartaian dibutuhkan minimal 50 (lima puluh) orang sebagai pendirinya, tetapi muncul pemikiran agar jangan hanya 50 orang saja, tetapi dilengkapi saja menjadi 99 (sembilan puluh sembilan) orang agar ada sambungan makna dengan SBY sebagai penggagas, yakni SBY lahir tanggal 9 bulan 9. Pada tanggal 9 September 2001, bertempat di Gedung Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan dihadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan bersedia menjadi pendiri Partai Demokrat. 53 (lima puluh tiga) orang selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa kepada saudara Vence Rumangkang. 37 Kepengurusan disusun dan disepakati bahwa kriteria Calon Ketua Umum adalah Putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam, sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar Pulau Jawa dan beragama Kristen. Setelah diadakan penelitian, maka saudara Vence Rumangkang meminta saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso sebagai Pejabat Ketua Umum dan saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara Umum dijabat oleh saudara Vence Rumangkang. Pada malam harinya pukul 20.30, Vence Rumangkang melaporkan segala sesuatu mengenai pembentukan partai kepada SBY di kediaman beliau yang saat itu sedang merayakan hari ulang tahun ke 52 selaku koordinator penggagas, pencetus dan pendiri Partai Demokrat. Dalam laporannya, Vence melaporkan bahwa Partai Demokrat akan didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM pada esok harinya yakni pada tanggal 10 September 2001. Selanjutnya pada tanggal 10 September 2001 pukul 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh Vence Rumangkang, Prof. Dr. Subur Budhisantoso, Prof. Dr. Irsan Tandjung, Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh dan HAM Nomor M.MU. 06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 Oktober 38 2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor :81 tahun 2001 Tentang pengesahan Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat. Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia. 2. Visi dan Misi Partai Demokrat i. Visi Partai Demokrat Partai Demokrat bersama masyarakat luas berperan mewujudkan keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai pencerahan dalam kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur, menjunjung tinggi semangat nasionalisme, humanisme dan internasionalisme, atas dasar ketaqwaan kepada Tuhan yang maha Esa dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis dan sejahtera. ii. Misi Partai Demokrat Sesuai dengan AD/ART Partai Demokrat, partai ini mempunyai beberapa misi yang tersusun, yaitu : a. Memberikan garis yang jelas partai berfungsi secara optimal dengan peranan yang signifikan di dalam seluruh proses pembangunan 39 Indonesia baru yang dijiwai oleh semangat reformasi serta pembaharuan dalam semua bidang kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kedalam formasi semula sebagaimana telah diikrarkan oleh para pejuang, pendiri pencetus Proklamasi kemerdekaan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan titik berat kepada upaya mewujudkan perdamaian, demokrasi (Kedaulatan rakyat) dan kesejahteraan. b. Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru dalam melanjutkan dan merevisi strategi pembangunan nasional sebagai tumpuan sejarah bahwa kehadiran Partai Demokrat adalah melanjutkan perjuangan generasi-generasi sebelumnya yang telah aktif sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejak melawan penjajah merebut kemerdekaan, merumuskan Pancasila dan UUD 1945, mengisi kemerdekaan secara berkesinambungan hingga memasuki era reformasi c. Memperjuangkan tegaknya persamaan hak dan kewajiban warganegara tanpa membedakan ras, agama, suku, dan golongan dalam rangka menciptakan masyarakat sipil (Civil Society) yang kuat, otonomi daerah yang luas serta terwujudnya representasi kedaulatan rakyat pada struktur lembaga perwakilan dan permusyawaratan. 40 B. Gambaran Umum Kota Makassar 1. Keadaan Geografi Kota Makassar Kota Makassar terletak antara 119°24’17’38” Bujur Timur dan 5°8’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur dengan Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat seluas 175, 77 km persegi yang meliputi 14 kecamatan. Tabel 1 Luas Wilayah dan Persentasi Terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar, Tahun 2008 (Km2) Persentase Terhadap Luas Kota Makassar Luas No Kecamatan 1 Mariso 1,82 1,04 2 Mamajang 2,25 1,28 3 Tamalate 20,21 12,07 4 Rappocini 9,23 5,25 5 Makassar 2,52 1,43 6 Ujung Pandang 2,63 1,50 7 Wajo 1,99 1,13 8 Bontoala 2,10 1,19 9 Ujung Tanah 5,94 3,38 10 Tallo 5,83 3,32 11 Panakkukang 17,05 9,70 41 12 Manggala 24,14 13,73 13 Biringkanaya 48,22 27,43 14 Tamalanrea 31,84 18,11 175,77 100,00 Kota Makassar Sumber : BPS – Kota Makassar Dalam Angka, Tahun 2012 2. Kondisi Penduduk Penduduk Kota Makassar tahun 2012 tercatat sebanyak 1.352.136 jiwa yang terdiri dari 667.681 laki-laki dan 684.455 perempuan sesuai data yang diperoleh dari DP4 Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Kependudukan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan. Pertumbuhan penduduk di Kota Makassar yang sangat tinggi dan kepadatan penduduk juga tinggi karena banyaknya masyarakat yang melakukan urbanisasi ke wilayah ini baik karena faktor ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Populasi penduduk Kota Makassar mayoritas berpendidikan SLTP, SLTA dan untuk Pendidikan Tingkat Diploma dan Sarjana tidak dalam skala mayoritas meskipun banyak yang melanjutkan studi ke pendidikan tinggi. Kepercayaan religius sebagian besar menganut Islam Muhammadiyah, NU, Jam’aah Tabliq, Hizbut Tahrir, Katolik dan Kristen Protestan serta Kristen Pantekosta selain itu terdapat juga Budha dan Konghuchu serta Hindu, suku terbesar di Kota Makassar adalah Bugis dan Makassar, terdapat juga etnis lokal Toraja, Mandar, Luwu serta 42 etnis pendatang, Bali, Jawa, Tionghoa yang sudah mendiami ratusan tahun serta etnis lain. Mata pencaharian penduduk Kota Makassar sebagian besar distruktur pemerintahan pejabat Negara dan PNS, pegawai Swasta retail, buruh, BUMN, Nelayan, Guru, Tni, Polri, dan pedagang. 3. Administratif Secara Administratif Kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan, 143 kelurahan, 941 RW dan 4.544 RT. Kecamatan Tallo merupakan kecamatan terbesar dalam hal jumlah kelurahan dan RT yang dimiliki, yakni mempunyai 15 kelurahan, dan mempunyai 504 RT, dan mempunyai 82 RW. Sedangkan Kecamatan Ujung Pandang merupakan kecamatan yang mempunyai jumlah RT dan RW yang terkecil di antara 13 kecamatan lainnya, yaitu 37 RW dan 140 RT, dan mempunyai 10 kelurahan. Tabel 2 Jumlah Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Makassar, Tahun 2012 No Kecamatan Kelurahan RW RT 1 Mariso 9 50 230 2 Mamajang 13 57 292 3 Tamalate 10 71 308 4 Rappocini 10 89 480 5 Makassar 14 71 308 6 Ujung Pandang 10 37 140 7 Wajo 8 45 159 43 8 Bontoala 12 58 262 9 Ujung Tanah 12 51 201 10 Tallo 15 82 504 11 Panakkukang 11 91 445 12 Manggala 6 66 368 13 Biringkanaya 7 91 420 14 Tamalanrea 6 82 427 143 941 4.544 Kota Makassar Sumber: BPS-Kota Makassar Dalam Angka, Tahun 2012. 4. Kondisi Politik dan Pemerintahan Kota Makassar Kota Makassar merupakan ibu kota provinsi, kegiatan politik yang ada Di Sulawesi Selatan berpusat di Kota Makassar,Syahrul Yasin limpo yang akan maju kembali dipriode ke dua sebagai calon Gubernur Sul-Sel 2013 mendatang tentu membuat kondisi di berbagai wilayah politik maupun pemerintahan dapat terpecah. Pertama, kondisi politik yakni jumlah anggota DPRD Kota Makassar periode 2009-2014 sebanyak 50 orang. Beberapa diantaranya berasal dari pengusung pasangan SAYANG, hal ini menunjukkan bahwa Partai pengusung pasangan SAYANG sangat diperhitungkan dalam perolehan suara untuk memenangkan proses pemilihan Gubernur khususnya di Wilayah Kota Makassar. DPRD Kota Makassar terdiri atas fraksi-fraksi dan juga komisi, yakni terdapat 7 fraksi seperti fraksi GOLKAR, Demokrat, 44 PAN, PKS, Makassar Bersatu, Persatuan Nurani, dan PDK. Selain itu juga terdapat 4 Komisi di DPRD Kota Makassar yakni Komisi A Bidang Pemerintahan, Komisi B Bidang ekonomi dan Keuangan, Komisi C Bidang Pembangunan, dan Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat. Lembaga legislatif ini merupakan kekuatan dari beberapa partai politik pengusung pasangan Syahrul Yasin Limpo adalah partai Golkar, PDI Perjuangan, PAN, PDS, PDK, PPP, PKPI, DAN PKNU. Dalam menjalankan tugasnya DPRD Kota Makassar pada tahun 2009 telah menghasilkan 17 peraturan daerah, 33 keputusan dewan dan 29 keputusan pimpinan dewan28. C. Gambaran Umum Proses Pemilukada Sulawesi Selatan di Kota Makassar Dalam masyarakat yang memilih demokrasi sebagai sistem kenegaraannya,pemilu merupakan salah satu tonggak demokrasi dan instrumen untuk mewujudkan cita-cita demokrasi yaitu terbentuknya masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak serta mendapatkan akses terpenuhinya hak-hak dasar mereka sebagai warga negara karena itu untuk melihat ada tidaknya demokrasi dalam penyelenggaraan negara, indikatornya dapat dilihat dari pemilu yang dilakukan secara bebas dan berkesinambungan. Setiap warga negara, apapun latar belakangnya seperti suku, agama, ras, jenis kelamin, status sosial dan golongan, sesungguhnya mereka semua 28 http://www.google.co.id/ Kondisi politik pemerintahan di Sul-Sel diakses pukul 02.50 Wita Tanggal 31-10-2012 45 memiliki hak yang sama untuk berserikat dan berkumpul, menyatakan pendapat, menyikapi secara kritis kebijakan pemerintah dan pejabat negara. Hak ini disebut hak politik yang secara luas dapat langsung diaplikasikan secara kongkrit melalui media pemilihan umum. Dalam menyelenggarakan pemilu diperlukan tata cara dan prosedur yang disebut sistem pemilu. Sistem pemilu mencakup dua hal. Pertama, nilainilai normatif yang tertuang dalam Undang-Undang Pemilu yang mengatur bagaimana membagi kekuasaan dalam lembaga perwakilan secara proporsional sesuai dengan dukungan politik yang tergambar dari hasil perolehan suara dalam pemilu. Kedua, proses pemilihan yaitu mekanisme pemilihan yang meliputi pengelolaan pemilu, pemilihan di tempat suara pemungutan suara, perhitungan suara, petugas pemilu, penetapan hasil pemilu dan menetapkan hasil pemilu menjadi kursi di lembaga perwakilan maupun pada tingkat eksekutif. Proses pemilukada Sulawei Selatan 2013 yang akan di laksanakan 22 januari 2013 mendatang sudah sangat ramai dibicarakan di mata khalayak, berita masing-masing kandidat banyak di muat di media cetak mulai sosialisasi pasangan calon, penetapan calon, begitu pula penetapan nomor urut. Makassar merupakan ibu kota provinsi Sulawesi-Selatan kegiatan politik masing-masing kandidat banyak dilakukan di Makassar, sebagai contoh pada saat pengambilan nomor urut masing-masing pasangan calon Gubernur, begitu pula media center pasangan calon dipusatkan di ibu kota Provinsi yakni Makassar, salah satu contohnya pasangan Syahrul Yasin Limpo 46 dengan Agus Arifin Nu’man media centernya berada di jalan pelita raya dengan nama kapal induk. Syahrul Yasin Limpo mengawali karir politiknya mulai dari kepala Desa, Camat, Bupati, Wakil Gubernur, bahkan sampai Gubernur sampai saat ini, figure Syahrul Yasin Limpo masih banyak diminati masyarakat karena gaya kepemimpinan yang merakyat. Hiruk pikuk sudah mulai terasa pada saat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada saat pendaftaran dan pengambilan no. urut di Kota Makassar. Pada tahap pendftaran calon gubenur Sulawesi selatan priode 2013-2018 sudah dibuka, pada hari jumat tanggal 14 september 2012, dua calon Gubenur dan wakil Gubernur melakuan pendaftaran di kantor Komisi Pemilihan Umum di jalan AP.Pettarani, sebenarnya ada 3 calon, yaitu: 1. Andi Ruianto Asapa dan Andi Nawir Pasinringi (Garuda’Na). 2. Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu’man (Sayang). 3. Ilham Arif Sirajuddin dan Abdul Aziz Kahar Mudzakkar (IA). Sehari sebelumnya Garuda’Na sudah duluan melakukan pendaftaran, tetapi hari berikutnya kedua calon ini mendaftar, Sayang sebelum shalat jumat, dan IA sesudah shalat jumat. Sedangkan pada saat pengambilan nomor urut pasangan calon Gubernur dan wakil Gubernur Sulawesi Selatan yang dilaksanakan KPU provinsi di Hotel Sahit Jaya Makassar, dalam pengambilan nomor urut pasangan incumbent, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang mendapat nomor urut 2, paangan Ilham Arif Sirajuddin-Abdul Aziz Kahar Mudzakkar mendapat nomor urut 1, sedangkan pasangan Andi Rudianto Asapa-Andi Nawir Pasinringi mendapat nomor urut 3 47 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menjelaskan temuan penelitian tentang bagaimana pengaruh popularitas Partai Demokrat terhadap pilihan masyarakat Kota Makassar menjelang pemilihan gubernur tahun 2013, sebagaimana rumusan masalah dalam penelitian ini. Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR,DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Setelah amandemen keempat UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004. Pada tahun 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat, istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali. Pemilihan umum merupakan salah satu ciri dari sistem politik demokrasi. Pemilihan umum dan institusi legislatif yang dihasilkannya merupakan penghubung yang sah antara rakyat dan pemerintah dalam suatu masyarakat demokrasi, sebagai sarana artikulasi dan agregasi kepentingan bagi rakyat. Keberadaan Pemilu merupakan sesuatu yang 48 sangat diperlukan oleh karena tidak dimungkinkanya melaksanakan demokrasi langsung sekarang ini. Pemilihan umum langsung terdiri dari beberapa bagian yaitu pemilu legislatif untuk memilih anggota DPR-RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD. Selanjutnya pemilihan umum presiden, dimana kegiatan pemilu ini diadakan untuk memilih presiden dan wakil presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Terakhir ada pemilihan kepala daerah yang selanjutnya disebut pemilukada, yaitu untuk memilih kepada daerah yaitu pemilihan Gubernur dan wakil gubernur pada tingkat provinsi, pemilihan walikota dan wakil walikota pada tingkat kota dan pemilihan bupati dan wakilnya pada tingkat kabupaten. Pemilukada ini dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang memenuhi syarat. pada awalnya, kepala daerah ditentukan dan dipilih oleh anggota DPRD pada masing-masing tingkatan daerah administratif, namun sejak tahun berlakunya UU No. 32 Tahun 2004, pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara langsung. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal 49 menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Pemilihan gubernur di Sulawesi Selatan yang berlangsung secara demokratis telah diadakan pada 2008, kini pada tahun 2013 akan diadakan kembali pemilihan gubernur kedua. Calon-calon gubernur yang akan bertarung pada pemilihan gubernur kali ini diusung oleh partai, salah satunya Partai Demokrat yang mengusung Ilham Arief Sirajuddi sebagai calon Gubernur dan Azis Kahar Muzakkar sebagai calon Wakil Gubernur, bersama beberapa partai lainnya. Melihat pemberitaan Media akhir-akhir ini yang banyak mengemukakan tentang masalah yang dialami oleh kader Partai Demokrat dan masalah internal Partai Demokrat, tentu saja membuat popularitas Partai Demokrat menurun dan mengakibatkan mosi tidak percaya di masyarakat terhadap kader Partai Demokrat, sehingga pada momen menjelang pemilihan Gubernur kali ini, penulis ingin melihat posisi Partai Demokrat khususnya di Kota Makassar, apakah Partai Demokrat menurut masyarakat Kota Makassar dapat mempertahankan suara pendukungnya dalam memenangkan calon yang diusung pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan. Popularitas Partai Demokrat di Kota Makassar Partai politik hadir ditengah-tengah masyarakat bertujuan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan programprogram yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang 50 digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam pemilihan umum29. Untuk memperoleh eksistensi dalam sistem politik partai politik harus memperoleh suara yang bersaing dalam pemilihan umum dan dapat mengusung calon seseorang untuk maju sebagai calon kepala negara maupun kepala daerah. Partai politik sebagai lembaga representatif memiliki beberapa fungsi, diantaranya fungsi komunikasi politik, fungsi sosialisasi politik dan fungsi rekrutmen untuk menempatkan kadernya di pemerintahan. Menjelang pemilihan kepala daerah di Sulawesi Selatan kali ini, Partai Demokrat sebagai partai pemerintah menjalankan fungsi-fungsi yang telah disebutkan tadi. Sehubungan dengan maraknya pemberitaan negatif mengenai Partai Demokrat, lembaga ini melakukan fungsi komunikasi dan sosialisasi yang lebih banyak untuk memenangkan calonnya. Jika berbicara mengenai popularitas dan ingin melihat bagaimana tingkat popularitas maka harus kita ketahui indikator-indikator popularitas tersebut. menurut Pahmi Sy.(2010), popularitas adalah dikenal dan disukai atau dikagumi. Namun, popularitas ternyata tidak selamanya berkonotasi positif, ada pula popularitas negatif, dimana seseorang atau institusi dikenal karena citra negatifnya. Adapun indikator popularitas adalah dikenal dan disukai atau bisa juga tidak disukai jika merujuk pada popularitas negatif. 29 Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (PT. Grasindo. Jakarta, 2010) hal.149 51 Kepopuleran yang positif merupakan modal bagi siapa saja yang ingin maju kedalam lingkaran kekuasaan, terlebih pada pemilihan kepala daerah. Tidak hanya kepopuleran diri atau figur, kepopuleran partai pengusung sebagai kendaraan politik pun menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat. Dengan adanya blow-up pemberitaan negatif mengenai Partai Demokrat, tentu hal ini menaikkan popularitas Demokrat meskipun berkonotasi negatif hal ini tentu sedikit banyaknya akan berpengaruh pada calon yang diusung. Maka dari itu, untuk melihat seberapa besar pengaruh antara keduanya, penulis akan menyajikan hasil dan pembahasan berupa indikator kepopuleran Partai Demokrat dan calon yang diusungnya pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan. 1. Popularitas dalam arti dikenal Partai Demokrat merupakan partai peserta pemilu yang merupakan partai baru dalam dunia politik Indonesia dan merupakan partai yang memiliki prestasi yang baik, ditunjukkan dengan rentang waktu yang singkat untuk memperoleh kemenangan pada pemilu. Dengan iklan-iklan politik yang baik, Partai Demokrat berhasil menempatkan diri pada urutan pertama hanya dalam dua periode pemilu dan berhasil mendapatkan mayoritas kursi kekuasaan baik dalam eksekutif maupun legislatif pada skala nasional. Pada tingkat lokal seperti tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Partai Demokrat bisa dibilang cukup berhasil karena rata-rata mampu meraih peringkat dua dan tiga di legislatif pada pemilu terakhir. 52 “Kalau berbicara tentang Partai Demokrat, semua orang harus mengakui kalau Partai Demokrat adalah partai pemenang pemilu legislatif pada tahun 2009 yang lalu, dimana Partai Demokrat merupakan partai dengan kursi terbesar dalam DPR-RI. Di tingkat Kota Makassar itu, Partai Demokrat Makassar itu ranking 2 hasil pemilu legislatif 2009.”30 Partai Demokrat juga dikenal sebagai partai penguasa yang memenangkan pemilu legislatif dan pemilu presiden memenangkan usungannya yang merupakan ketua dewan pembinanya “....Partai Demokrat itu partai penguasa, dan presiden SBY sebagai pembina langsung dari partai ini. Yang kedua adalah partai ini merupakan partai pemenang pemilu 2009 ...” Dilihat dari pendapat para informan ini, Partai Demokrat sebenarnya dikenal dengan citra baiknya sebagai partai penguasa dan partai pemenang pemilu. Popularitas yang baik didapatkan dari pencitraan yang baik, popularitas merupakan modal awal yang kemudian dijadikan bahan untuk penerimaan masyarakat. Agar masyarakat lebih mengenal dan menerima suatu institusi atau figur, dibutuhkan media dalam hal ini media Massa. Pesatnya perkembangan media massa terutama media elektronik membuat masyarakat dengan mudah mengakses berita mengenai apa saja, terutama mengenai berita politik. Berdasarkan wawancara lepas yang penulis lakukan, seluruh responden mengatakan mengenal dan mengetahui Partai Demokrat, dan informasi mengenai Partai Demokrat lebih banyak didapatkan dari media elektronik yaitu televisi, radio dan internet termasuk jejaring sosial, 30 Wawancara dengan Indra di kantor koran tempo makassar 53 sebanyak 15% responden menyatakan lebih banyak mengakses berita melalui media cetak. 31 Masih berdasarkan wawancara lepas penulis dengan responden, Intensitas mengakses informasi mengenai Partai Demokrat dan berita politik, responden dari kelas menengah yaitu mahasiswa, pengusaha dan peneliti cenderung mengakses berita politik setiap hari. ibu rumah tangga, PNS dan pekerja swasta mengakses berita politik setiap 3-4 hari dan 1-2 hari. Sedangkan pelajar dan kelompok low class seperti pekerja tidak tetap, jarang mengakses berita politik.32 Berdasarkan survei tersebut, penulis berkesimpulan bahwa masyarakat Kota Makassar yang memiliki pengetahuan dan akses mengenai berita politik sama banyaknya dengan mayarakat yang tidak mengakses berita politik, sehingga menurut penulis, pemberitaan media mengenai kader-kader demokrat akan cukup berpengaruh dalam pengusungan kandidat pasangan gubernur dan wakil gubernur. Tidak bisa pula dipungkiri bahwa pemberitaan di media akhir-akhir ini mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai prestasi Partai Demokrat, sehingga berpengaruh pada citra dan popularitasnya di masyarakat. Sebagai kendaraan politik, tentu hal ini menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih calon pemimpinnya. 31 Data primer setelah diolah 2013 32 Ibid 54 Selain popularitas Partai, Popularitas dan kapabilitas kandidat merupakan hal yang utama, pemilihan kandidat tentu akan berpengaruh positif juga pada partai sebagai kendaraan politik, maka dari itu, partai politik harus pintar memilih kandidat dan aktor sentral yang akan diusungnya. Makassar sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan yang juga merupakan pusat aktivitas politik merupakan barometer untuk memenangkan suara. Partai Demokrat yang mengusung Ilham Arief Sirajuddin yang merupakan Ketua Umum DPD Partai Demokrat Sulawesi Selatan dan WaliKota Makassar, diharapkan akan memenangkan suara di daerah pemilihan Kota Makassar. Dengan melihat berbagai pembangunan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh IAS sebagai WaliKota Makassar, diharapkan akan berpengaruh signifikan pada kemenangan suara di Kota Makassar. 2. Popularitas dalam arti dikagumi Partai Demokrat pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan adalah sebagai kendaraan politik oleh pasangan calon gubernur yang diusungnya, namun pemberitaan tentang Partai Demokrat tidak begitu berpengaruh, hal ini seperti dikemukakan oleh Akhmad Namsum selaku koordinator divisi sosialisasi, pendidikan pemilih dan pengembangan SDM KPUD Kota Makassar : “Partai politik itu dalam pencalonan untuk maju di pemilukada, menjadi kendaraan untuk kontestan. Tapi menurut kami, salah satu hal yang paling pokok bahwa untuk kegiatan pemilukada nama partai itu sebenarnya tidak berpengaruh, kalau (menurut) saya yang dominan itu adalah persoalan figur. Ya kalau konek (saling berhubungan) iya, tetapi 55 yang dominan di lihat oleh publik itu kan figur yang bersangkutan, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan partai terhadap figur itu juga menjadi hal penting, karena tidak bisa dia masuk bertarung tanpa melalui partai sebagai kendaraan politik.”33 Partai dalam hal ini hanya dilihat sebagai kendaraan politik, keberadaan pemberitaan negatif tentang Partai Demokrat hanya sedikit mempengaruhi popularitasnya terlebih pada saat pemilihan gubernur, karena pada pemilihan gubernur masyarakat lebih melihat pada figur calon gubernur dan wakil gubernur, namun pemberitaan-pemberitaan Partai Demokrat juga tidak dipungkiri berpengaruh dalam hal perolehan suara calon yang diusung seperti yang dikemukakan oleh Prof. Armin Arsyad : “Setidak-tidaknya sangat berpengaruh, pemberitaan media massa bahwa partai ini orang-orangnya banyak korup, itu secara otomatis akan mempengaruhi pada perolehan suara baik dalam pemilu legislatif maupun pada pilgub yang akan datang, mengapa, karena Partai Demokrat ini meskipun bukan secara partai terang-terangan melakukan pengkhianatan terhadap janjinya tapi aktor-aktor yang berjanji di dalam pemilu legislatif 2009 itu secara nyata melakukan pengkhiatanatan terhadap janji-janjinya. Jadi saya kira besar itu pengaruhnya”34 Jadi, setidaknya menurut informan diatas, bahwa Partai Demokrat dengan pemberitaan-peemberitaan yang negatif posisinya sudah sangat tidak menguntungkan terlebih untuk kemenangan calon yang diusung partai tersebut. walaupun figur yang diusung adalah figur yang kompeten 33 Wawancara langsung di ruangan bapak Akhmad Namsum tanggal 18 Desember 2012 pukul 14.05 34 Wawancara langsung di kediaman Prof. Armin Arsyad pada tanggal 29 Desember 2012 pukul 14.35 56 dalam hal kepemimpinan dan kinerja sebagai pejabat publik yang baik, namun partai yang mengusung juga berpengaruh. Ilham yang diusung oleh Partai Demokrat sebelumnya merupakan Pejabat Partai Golkar Sulawesi Selatan, tetapi karena ada konflik internal dalam tubuh Partai Golkar Sulawesi Selatan, maka Ilham memutuskan untuk keluar dan kemudian dilamar oleh Partai Demokrat untuk menjadi ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Selatan dan akhirnya diusung menjadi calon gubernur dari partai tersebut. Adapun proses Ilham kemudian bergabung dengan Partai Demokrat bahkan menjadi ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Selatan juga tidak kalah berlikunya, dikutip dari antaranews.com, Ilham mengatakan: “Sebagai wali kota, saya perlu pengawalan-pengawalan partai. Kalau saya tidak punya power partai, saya akan sulit membuat program yang mengutamakan kepentingan masyarakat, pilihan pindah partai itu semata karena pertimbangan ingin memberi sumbangsih bagi bangsa dan negara lewat jalur politik, jelasnya.”35 Hal ini pun dikemukakan oleh H. Sukman Baharuddin: “... Sebagai seorang politisi, pak Ilham memang hidupnya di dunia politik oleh karena itu pak Ilham tidak begitu saja ingin keluar dari pusaran dunia politik itu. Jadi bak gayung bersambut ternyata Partai Demokrat sangat “welcome” dengan pak Ilham dan akhirnya di Musda Partai Demokrat Sul-Sel kami sepakat untuk memilih pak Ilham sebagai ketua DPD Partai Demokrat Sul-Sel. Dalam hal pengangkatan pak Ilham sebagai ketua DPD sama sekali tidak terjadi pro-kontra dalam internal Partai Demokrat Sul-Sel begitu juga dengan DPP semuanya sepakat, bahkan dalam Musda itu, pak Ilham 35 Ilham Arief Siradjuddin, antaranews.com-edisi Senin, 16 November 2009. 57 secara aklamasi terpilih menjadi ketua DPD Partai Demokrat SulSel.”36 Dari kutipan wawancara diatas, dapat kita simpulkan bahwa setelah keluar dari Partai Golkar, Ilham membutuhkan kekuatan politik dan Partai Demokrat dinilai memiliki kekuatan politik yang cukup besar terlebih saat Ilham ingin maju dalam pemilihan gubernur. Selain itu, Partai Demokrat juga membutuhkan figur yang kuat untuk meningkatkan popularitasnya di daerah, dan Ilham yang dinilai sangat potensial, seperti yang dikemukakan oleh Prof. Armin Arsyad berikut ini : “...Dengan hengkangnya IAS ke Partai Demokrat saya kira semakin memperkukuh Partai Demokrat di sulsel khususnya di makassar, karena bagaimanapun juga IAS itu adalah tokoh utama golkar meskipun dikalahkan oleh SYL dalam pemilihan ketua golkar, tetapi setidak-tidaknya jaringan yang sudah terlanjur terbangun atau dibangun IAS membuat banyak pengagum-pengagum partai golkar pada awalnya itu bisa saja mengalami pergeseran atau setidaktidaknya goyah dengan berpindahnya IAS...”37 Berdasarkan wawancara diatas, dapat dilihat bahwa citra Ilham yang terbangun pada organisasi sebelumnya sudah sangat positif, sehingga kekuatan yang sudah terbangun pada partai sebelumnya akan semakin diperkuat dengan masuknya Ilham pada Partai Demokrat sebagai kendaraan politik. Ditambah lagi dengan kapabilitas Ilham sebagai WaliKota Makassar, dinilai akan saling berpengaruh dengan posisi Partai Demokrat di Makassar. 36 Abdullah S.,Sukriadi. Strategi Koalisi Partai Politik Demokrat Menjelang Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan 2013 Di Kota Makassar . Makassar, 2012 37 Wawancara langsung di kediaman Prof. Armin Arsyad pada tanggal 29 Desember 2012 pukul 14.35 58 Berikut ini akan penulis paparkan sejauh mana masyarakat Kota Makassar melihat kinerja IAS sebagai WaliKota Makassar: Tabel 5.1 tanggapan mengenai sosok dan kinerja IAS sebagai WaliKota Makassar No Indikator Jumlah Persentase 1 Sangat baik 9 15% 2 Baik 22 38% 3 Cukup 20 34% 4 buruk 8 13% Sumber: Data sekunder (setelah diolah Januari 2013) Dari hasil survey di atas, dapat dilihat bahwa sosok IAS dilihat dari kepemimpinan dan kinerjanya, dinilai dan diapresiasi baik oleh masyarakat Kota Makassar, hal ini juga diungkapkan oleh H. Rusman, selaku simpatisan Partai Demokrat dan I-A “...masyarakat Kota Makassar sangat bergembira kalau beliau (Ilham) yang terpilih...”38 Sangat jelas bahwa masyarakat sangat baik menyambut Ilham Arief maju sebagai calon gubernur, karena masyarakat menilai kinerja yang baik dan juga faktor kepuasan masyarakat terhadap pembangunan yang dilakukan Ilham di Kota Makassar. Hal ini seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa popularitas Ilham dan popularitas Partai Demokrat memang akan saling mempengaruhi. 38 Wawancara di kediaman H. Rusman 19 Desember 2012 pukul 18.50 59 Jika berbicara pengaruh lawan politik Ilham dan kendaraan politik yang digunakan masing-masing calon juga tidak begitu berpengaruh hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Muh. Rusli “... saya rasa, masing-masing calon sudah memiliki popularitasnya masing-masing dan sudah memiliki pendukungnya masing-masing. Sekarang ini yang ketiganya perebutkan adalah pemilih mengambang, dimana suara pemilih ini akan cukup berpengaruh pada suara masing-masing...” Hal senada juga diungkapkan oleh wartawan Tribun Timur “..Sedikit banyaknya akan berpengaruh, karena SYL kan dari Golkar yang notabene adalah lawan Demokrat, kemudian Gerindra yang dianggap – banyak sekali hasil survei yang menunjukkan bahwa, gerindra secara nasional itu sudah diatas demokrat di Makassar juga kelihatannya akan seperti itu.” Pengaruh lawan politik dan kendaraan politik masing-masing calon memang dinilai cukup kuat, namun hal ini tidak akan terlalu signifikan seperti yang diungkapkan oleh bapak Muh. Rusli, karena masing-masing telah memiliki pendukung yang tetap sehingga yang kiranya diperebutkan dalam waktu dekat proses pemilihan adalah pemilih yang masih berada di area abu-abu, tinggal bagaimana masing-masing tim dari calon gubernur menjalankan strategi yang cocok untuk menjaring pemilih ini. Sementara itu, masyarakat Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar masih menggunakan pilihannya berdasarkan ikatan primordial, yaitu berkaitan dengan suku, kedaerahan, agama dan sebagainya. Selain itu, masyarakat juga masih cenderung bersifat parokial dan kaul, dimana masyarakat memposisikan dirinya sebagai masyarakat yang pasif dalam politik, hal ini tergambar pada tabel berikut: 60 Tabel 5.2. alasan responden memilih pasangan I-A No Indikator Jumlah Persen 1 Program yang ditawarkan 22 37% 2 Figur/Ketokohan 22 37% 3 Agama 10 15% 4 Ikatan kedaerahan 5 11% Sumber: Data sekunder setelah diolah 2013 Meskipun hanya menempatkan ikatan kedaerahan pada pertimbangan terakhir dalam memilih, namun hal ini tidak dapat diremehkan, karena kecenderungan pemilih, selain melihat program dan ketokohan, ikatan kedaerahan yang cukup kental juga sangat berpengaruh dalam memilih kandidat nantinya. Meskipun masyarakat Kota Makassar sudah cukup cerdas dalam hal mengolah informasi dan dalam hal pendidikan politik, namun tidak bisa dipungkiri bahwa figur seseorang berdasarkan ikatan kedaerahan masih begitu berpengaruh pada pilihan masyarakat. Jika figur tersebut di daerahnya berasal dari kalangan orang terpandang, maka masyarakat dari daerah atau etnis yang sama dengan kandidat akan lebih bersimpati kepada pemilih. Inilah yang dimanfaatkan oleh Partai Demokrat, selain memilih Ilham yang merupakan wali Kota Makassar yang tentu saja dinilai memiliki kinerja yang baik, Partai Demokrat juga melihat latar belakang 61 Ilham dan azis sebagai orang terpandang di daerah asal mereka masingmasing. Sosok Ilham juga diharap dapat mempertahankan suara Partai Demokrat di Kota Makassar dengan pengusungannya sebagai calon Gubernur Sulawesi Selatan, Ilham dinilai memiliki kinerja yang baik sebagai waliKota Makassar, oleh sebab itu dapat dipastikan bahwa Ilham sebagai waliKota Makassar akan memenangkan perolehan suara di daerah pemilihan ini. Dengan memilih Ilham sebagai figur setral Partai Demokrat di Sulawesi Selatan dan juga calon gubernur yang diusung oleh Partai Demokrat sendiri, diharapkan akan mempertahankan suara Partai Demokrat nantinya. 62 BAB VI PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumya, maka pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran yang relevan dengan masalah penelitian. Pertama, kesimpulan yang berisi pembahasan singkat dari hasil penelitian mengenai popularitas Partai Demokrat menjelang pemilihan Gubernur SulawesiSelatan 2013, khususnya di Kota Makassar. Kedua, saran yang berisi masukan yang membangun. A. Kesimpulan 1. Partai Demokrat sebagai partai baru yang sudah mampu meraup kemenangan hanya dalam dua periode pemilihan langsung, dimana pemilihan langsung ini merupakan pilihan rakyat. Partai yang dibentuk dan dibina langsung oleh Presiden SBY kembali memenangkan tokoh sentralnya tersebut pada pemilu 2009 dan mampu memenangkan pemilu legislatif nasional maupun di daerah. Di Makassar, Partai Demokrat merupakan pemenang kedua setelah partai Golkar. 2. Perkembangan media massa dewasa ini menyebabkan arus pemberitaan yang sangat pesat, siapa saja dapat mengakses apa saja termasuk berita politik, dimana saja. Masyarakat pemilih cenderung mengakses berita politik melalui media elektronik, diantaranya televisi, radio, dan internet. 63 3. Melihat pemberitaan miring tentang Partai Demokrat dan kaderkadernya tentu mempengaruhi citra Partai Demokrat dan akhirnya memperoleh popularitas yang negatif, hal ini setidaknya berpengaruh pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan dimana Partai Demokrat mengusung salah satu pasangan calon gubernur. Pemberitaan tentang Partai Demokrat ini tentu akan mempengaruhi perolehan suara darri pasangan yang diusung. 4. Disamping itu, pemilihan Ilham-Azis sebagai pasangan calon dari Partai Demokrat dan koalisinya dinilai dapat memperbaiki citra dan popularitas Partai Demokrat, karena kedua orang ini dinilai memiliki kapabilitas dan citra yang baik. Dimana Ilham Arif Sirajuddin dinilai sebagai walikota yang cukup sukses dalam hal pembangunan di Kota Makassar dan juga kinerjanya yang dinilai cukup baik dan Azis Kahar mudzakkar dinilai sebagai sosok yang bersih dan sederhana. Masingmasing diantaranya juga dinilai sebagai tokoh yang disegani di daerahnya. Partai politik sebagai kendaraan politik dari calon gubernur dinilai saling bersimbiosis mutualisme. B. Saran 1. Upaya untuk memenangkan Cagub dan Cawagub akan lebih mudah, jika penyelenggaraan program kerja partai dirancang pro-rakyat, pengambilan keputusan di lingkup pemerintahan baik legislatif dan eksekutif haruslah yang populis agar rakyat kembali besimpati. 64 2. Komunikasi dan sosialisasi mengenai program kerja dari pasangan calon dan partai pengusung harus lebih gencar diadakan, sehingga pemilih akan bersimpati. 65 DAFTAR PUSTAKA BUKU Apter, E. David. Pengantar Analisa Politik. Jakarta : LP3ES. 1987 Arifin, Anwar. Komunikasi Politik. Jakarta : Balai Pustaka. 2006 Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 2010 Edwin, Doni, et al. Pilkada Langsung : Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance. Jakarta : Partnership. 2005 Hidajat , Imam. Teori-teoti Politik. Malang : Setara Press. 2009 Kasali, Rhenald. 2008. Manajemen Public Relations. Jakarta : Ghalia Indonesia Marsh, David, and Gerry Stoker. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik. Bandung : Penerbit Nusa Media. 2012 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rossdakarya. 2005 Oliver, Sandra. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta : Esensi Erlangga Group. Panuju, Redi. Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher. 2009 Pito, Toni Andrianus, et. Al. Mengenal Teori-Teori Politik. Bandung : Penerbit Nuansa. 2006 Sanit, Arbi. Reformasi Politik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1998 Subiakto, Henry dan Rachmah Ida. Komunikasi Politik, Media, & Demokrasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012 Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo. 2010 Sy, Pahmi. Politik Pencitraan. Jakarta : Gaung Persada Press. 2010 WEBSITE : 66 http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/pendekatan-institusional.html (diakses 30 September 2012) http://handiarto.com/pendekatan-institusional-baru/ September 2012) (diakses 30 http://politik.kompasiana.com/2012/04/05/drama-panggung-politik-dalamisu-kenaikan-harga-bbm/ (diakses tanggal 12 juli 2012 pada pukul 14.31) http://nasional.kompas.com/read/2012/03/25/15303340/Ini.5.Alasan.Demo krat.Dukung.Harga.BBM.Naik (diakses tanggal 12 juli 2012 pada pukul 14.31) http://www.antarafoto.com/artikel/v1333197069/runtuhnya-menarasegitiga-biru (diakses 1 November 2012) http://www.kamusbesar.com/49503/citra-politik (diakses pada 31 Oktober 2012) http://www.seputar-indonesia.com (diakses pada 1/11/12) http://www.inspirasi-usaha.com/berita-2298-membangun-popularitas.html (diakses pada 1/11/12) SUMBER LAIN Abdullah S.,Sukriadi. Strategi Koalisi Partai Politik Demokrat Menjelang Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan 2013 Di Kota Makassar . Makassar, 2012 67