View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Partai politik merupakan sebuah lembaga yang merepresentasikan
suatu kelompok masyarakat. Partai politik sejatinya adalah sebuah
lembaga
politik
yang
menampung
dan
memperjuangkan
aspirasi
masyarakat yang diwakilinya. Partai politik juga merupakan satu-satunya
organisasi massa yang dapat ikut serta dalam pemilu dan memperebutkan
kekuasaan. Melalui partai politik, persaingan politik menjadi kompetisi
yang sehat sehingga persaingan politik membentuk budaya politik yang
beretika.1
Partai politik sebagai sebuah katup yang mengatur siikulasi
kolektivitas politik dalam persaingan. Dengan sebuah sistem kepartaian
yang disepakati bersama, persaingan tersebut diberi landasan hukum,
yang secara formal menghalalkan warga negara memberikan dukungan
dan tuntutan kepada sistem politik.2
Pasca orde baru, partai politik kian menjamur. Reformasi telah
menandai lahirnya gerakan demokrasi yang mengisyaratkan masyarakat
untuk mengeluarkan aspirasinya. Partai politik sebagai salah satu
1
Redi panuju. Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta.
2009. Hal. 33
2
ibid
1
kendaraan untuk menyalurkan aspirasi tersebut. banyaknya partai politik
yang bermuncuan pada era reformasi menandakan bahwa begitu banyak
kepentingan yang harus diperhatikan. Namun tidak semua partai
mendapat jalan mulus, terutama partai baru, dalam pertarungan untuk
memperjuangkan aspirasi rakyat.
Partai Demokrat sebagai salah satu partai baru bentukan Susilo
Bambang Yudhoyono merupakan salah satu partai yang berhasil
mencapai kejayaan. Partai yang berdiri pada tanggal 9 September 2001
ini merupakan partai politik dengan perolehan suara yang cukup banyak
pada pemilu 2004 sehingga mampu menduduki peringkat 5 besar pada
pemilu dan menjadi pemenang pada pemilu legislatif 2009, baik pada
tingkat nasional maupun tingkat daerah.
Kemenangan dan popularitas Partai Demokrat tidak serta-merta
didapatkan.
Partai
Demokrat
sebagai
Partai
baru
yang
mampu
mencitrakan dirinya sebagai partai yang membela kepeentingan rakyat,
terlebih
karena
pendirinya
merupakan
“korban”
dari
kedzaliman
pemegang kekuasaan pada saat itu, semakin mengangkat citra Partai
Demokrat sebagai partai yang akan berpihak pada rakyat.
Partai Demokrat memiliki kemampuan komunikasi dan sosialisasi
politik yang baik, serta blow-up media mengenai betapa pendiri Partai
Demokrat pada saat itu merupakan oposan dari pemerintah pada saat itu
menjadi modal yang besar dalam memperoleh simpati rakyat yang
2
kemudian menaikkan citra partai tersebut dan akhirnya dapat meraup
suara yang signifikan sebagai partai baru.
Keberhasilan Partai Demokrat sebagai partai baru yang mampu
meraup suara cukup banyak, tergambar pada tabel berikut :
Tabel.1.1 jumlah perolehan suara pada pemilu legislatif Kota
Makassar tahun 2004.
No. Urut
No.
Perolehan Urut
Suara
Partai
1
2
3
4
5
Partai Politik
Perolehan Kursi
Partai Politik
DPR
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%)
(%)
Partai
Golongan
20
Karya
185,991
Partai
Keadilan
Sejahtera
16
(PKS)
72,385
Partai
Kebangkitan
13
Ban (PAN)
50,293
Partai
Persatuan
Pembangunan
5
(PPP)
40,229
Partai
9
Demokrat
35,134
Sumber : KPU Kota Makassar
33.37
16
35.56
13.06
5
11.11
9.07
5
11.11
7.26
5
11.11
6.34
4
8.89
Dari tabel diatas, dapat kita lihat bahwa Partai Demokrat sebagai
partai baru mampu meraih simpati rakyat yang sangat besar. Dan pada
pemilu berikutnya, yaitu pada tahun 2009, Partai Demokrat dengan mudah
mampu memuncaki perolehan suara untuk pemilihan presiden dan
kembali memegang kekuasaan, serta memenangkan pemilu legilatif di
3
tingkat nasional maupun lokal. Walaupun di daerah pemilihan Kota
Makassar suara Partai Demokrat masih menempati urutan kedua setelah
Partai Golkar, namun lonjakan prestasi Partai Demokrat dibanding partai
lainnya jelas terlihat cemerlang, seperti yang tergambar pada tabel berikut
:
Tabel 1.2. jumlah perolehan suara pada pemilu legislatif Kota Makassar
tahun 2009.
No. Urut
No.
Perolehan Urut
Suara
Partai
1
2
3
4
5
Partai
Politik
Perolehan Kursi
Partai Politik
DPR
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(%)
(%)
Partai
Golongan
23
Karya
100,195
Partai
31
Demokrat
83,865
Partai
Kebangkitan
9
Ban (PAN)
37,000
Partai
Demokrasi
Kebangsaan
20
(PDK)
34,233
Partai
Keadilan
Sejahtera
8
(PKS)
31,742
Sumber : KPU Kota Makassar
18.87
11
22
15.79
9
18
6.97
5
10
6.45
5
10
5.98
5
10
Namun nasib baik ternyata tidak memihak pada Partai Demokrat
seiring menanjaknya popularitas yang diraih pada dua periode pemilu.
Saat ini Partai Demokrat sedang mengalami gejolak baik internal maupun
eksernal. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa saat ini beberapa
4
kader Partai Demokrat tengah mengalami sandungan yaitu berupa kasus
dugaan korupsi, kemudian Partai Demokrat mengeluarkan isu untuk
menaikkan harga BBM dengan mengurangi subsidi padapertengahan
2012. Akibat isu kenaikan harga BBM terjadi pergolakan di berbagai
daerah
yang
menimbulkan
kerusuhan.
Tingkat
elektabilitas
dan
popularitas Partai Demokrat pun kian menurun dalam skala nasional.
Dalam tingkat lokal, populaitas Partai Demokrat juga mengalami
penurunan.
Demo rusuh yang berkobar akibat isu kenaikan BBM sejak 28
hingga 31 Maret akhirnya berujung saat seluruh Fraksi DPR menyetujui
opsi untuk menunda kenaikan harga BBM yang sebelumnya diusung
pemerintah dan partai koalisi pendukungnya yang sejak pekan-pekan
belakangan ini merebak ke permukaan. Isu kenaikan harga BBM pada 1
April 2012 dihembuskan pemerintah dukungan Partai Demokrat serta
segenap (tadinya) kekuatan koalisinya di parlemen. Meskipun gosip
kenaikan harga BBM adalah isu yang sensitif dan tentunya sangat tak
populer.
Selain itu yang terbaru adalah kasus korupsi dan dugaan korupsi
mulai
dari
bendahara
umum
Partai
Demokrat
yaitu
Muhammad
Nazaruddin yang kemudian membeberkan banyaknya tindakan korupsi
yang dilakukan oleh pejabat-pejabat teras Partai Demokrat yang akhirnya
membawa Angelina Sondakh sebagai wasekjen Partai Demokrat dan A.
Alfian Mallarangeng sebagai sekretaris dewan pembina Partai Demokrat.
5
Disusul dugaan korupsi oleh ketua umum Partai Demokrat, Anas
Urbaningrum atas kasus hambalang, belum lagi kasus dugaan adanya
mafia narkoba di istana yang menyeret ketua dewan pembina Partai
Demokrat sekaligus Presiden SBY yang dipertanyakan mengenai
pemberian grasi terhadap mafia narkoba.
Isu sensitif dan tidak populis semacam kenaikan Harga BBM,
korupsi dan narkoba ini, apalagi yang telah menimbulkan pergolakan,
tentu akan lebih melekat dalam benak rakyat. Berkaitan dengan akan
diadakannya pemilihan Gubernur Sulawesi-Selatan pada tahun 2013,
Partai Demokrat beserta koalisinya mengusung Ilham Arif Sirajudin
sebagai calon Gubernur dan Azis Kahar Muzakkar sebagai calon Wakil
Gubernur. Ilham sendiri adalah aktor politik yang cukup populer di Kota
Makassar, Ilham merupakan WaliKota Makassar yang telah melakukan
banyak
pembangunan,
meskipun
kadang
kebijakannya
menuai
kontroversi. Dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki oleh Ilham Arif
Sirajuddin, menimbulkan pertanyaan akankah popularitas Partai Demokrat
pada tingkat lokal khususnya Kota Makassar dapat meningkat dengan
signifikan.
Pemilihan gubernur kali ini merupakan pemilihan kepala daerah
yang dilakukan secara langsung untuk yang kedua kalinya di Sulawesi
Selatan. Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat pada tingkatan lokal, karena setiap
individu memperoleh kesempatan untuk memilih kepala daerahnya secara
6
langsung. Pemilihan kepala daerah secara langsung ini merupakan
pengamalan dari amandemen UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Dimana sebelum terjadinya amandemen, kepala
daerah dipilih melalui DPRD. Pemilihan kepala daerah secara langsung ini
memungkinkan terbentuknya pemerintah yang mendapat legitimasi moral
dan politik dari rakyat sehingga menjadi modal dasar bagi jalannya
pemerintahan yang akuntabel dan berpihak kepada kepentingan rakyat. 3
Pemilihan
kepala
daerah
merupakan
rekruitmen
politik
yaitu
penyeleleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai
kepala daerah yaitu pemilihan gubernur, dan wakil gubernur dalam
kehidupan politik di daerah. pilkada merupakan salah satu kegiatan yang
nilainya equivalen dengan pemilihan anggota DPRD. pasal 56(1) undangundang no.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menyatakan bahwa
kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam atu pasangan calon
yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum,
bebas, dan rahasia jujur dan adil (2) pasangan calon sebagai mana
dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai
politik.
Meskipun seperti yang sudah dijelaskan bahwa suara Partai
Demokrat masih berada di bawah Partai Golkar, namun di Kota Makassar
3
Donni edwin dkk., Pilkada langsung : demokratisasi daerah dan mitos good governance,
partnership, Jakarta. 2005. Hal. 14
7
sendiri merupakan basis pendukung Partai Demokrat yang cukup besar,
sehingga dapat diramalkan pertarungan politik dalam pemilihan kepala
daerah provinsi Sulawesi-Selatan kali ini, jika dilihat dari segi kekuatan
politik baik institusi yang mendukung pasangan calon Gubernur maupun
dari personality calon gubernur itu sendiri, akan berlangsung dengan
sengit. Berdasarkan data dari tabel di atas, Partai Demokrat yang
mengusung Ilham Arief Sirajuddin menempati posisi kedua dalam
perolehan suara, sedangkan Partai Golkar yang mengusung calon
gubernur incumbent – Syahrul Yasin Limpo, menempati urutan pertama
perolehan suara. Rudiyanto asapa dan Nawir yang diusung partai
Gerrindra juga tidak boleh disepelekan, Rudiyanto disebut-sebut sebagai
salah satu bupati yang sukses memimpin dan menyejahterakan
daerahnya dan Gerindra sebagai kendaraan politiknya merupakan salah
satu partai yang dianggap banyak menjalankan program pro-rakyat.
Melihat prestasi Partai Demokrat pada pemilu 2009 lalu, dan
kapabilitas Ilham Arief Sirajuddin sebagai pemimpin Kota Makassar sudah
tentu bahwa suara Partai Demokrat dan Ilham akan signifikan di Kota
Makassar. Namun setelah berbagai kasus skala nasional yang melibatkan
Partai Demokrat sebagai kendaraan pengusung Ilham-Azis, akankah
kemenangan pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan khususnya
untuk suara di Kota Makassar juga menurun?
8
Berdasarkan latar belakang diatas inilah maka saya tertarik untuk
meneliti tentang “Posisi Partai Demokrat di Makassar Menjelang
Pemilihan Gubernur Sul-Sel 2013”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
diatas,
maka
peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimana popularitas Partai Demokrat menjelang pemilihan
Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2013?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara umum peneliti
bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa tentang posisi Partai
Demokrat menjelang pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2013.
Namun secara khusus, penelitian ini bertujuan :
Untuk menggambarkan dan menganalisa pandangan masyarakat
mengenai Partai Demokrat dan tingkat popularitas Partai Demokrat
menjelang Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
1.
Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti yang ingin
melihat bagaimana posisi Partai Demokrat menjelang pemilihan
Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2013.
9
2.
Memperkaya khasanah kajian ilmu politik dalam upaya
perkembangan keilmuan.
b. Manfaat Praktis
1.
Sebagai bahan untuk membantu para pelaku politik dan
sumbangan
Propinsi
pemikiran
Sulawesi
bagi
Selatan
masyarakat
dalam
dan
pemerintah
memahami
tentang
popularitas Partai Demokrat.
2.
Hasil penelitian ini nantinya diharapakan dapat menjadi rujukan
bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian-penelitian yang
serupa ditempat lain.
3.
Sebagai prasyarat untuk memenuhi gelar sarjana ilmu politik.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini, penulis akan mengajukan beberapa hal yang
dianggap relevan dalam menggambarkan dan menganalisa rumusan
masalah. Diantaranya adalah teori homofili dalam komunikasi politik,
konsep popularitas dan citra politik, partai politik, konsep pemilukada
langsung, kerangka pikir dan skema pikir.
A. Teori Homofili dalam Komunikasi Politik
Komunikasi
politik
dapat
diartikan
sebagai
suatu
aktivitas
komunikasi yang mempunyai konsekuensi atau akibat politik, aktual
potensial, terhadap fungsi sistem politik.4 Tanpa komunikasi, keputusan
politik bukan saja menyebabkan penyebarluasan keputusan, namun juga
bisa berakibat didahului oleh mobilisasi kelompok penentang.
Komunikasi politik menurut Harold Lasswell komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? Mengatakan
apa? Dengan saluran apa kepada siapa? Dengan akibat atau hasil apa?
(who says what? In which channel? To whom? With what effect?) 5 Maka
komunikasi berarti proses penyampain pesan dari seorang komunikator
kepada orang komunikan melalui media komunikasi tertentu untuk
menghasilkan efek tertentu. 6
4
Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, & Demokrasi, Kenana Prenada
Media Group, Jakarta, 2012. Hal. 19
5
Hafid Cangara. 2009. Komunikasi politik (Konsep, teori dan strategi). Pt Rajawali Pers: Jakarta.
6
Indah-Hesti 2009. Teori Haroll Lasswell. 13 Januari.
11
Komunikasi politik pada contoh praktiknya, dimana para wakil dan
pemimpin rakyat atau kelompok kepentingan, dalam mengartikulasikan
dan mengagregasikan kepentingan tertentu sering kali menggunakan
komunikasi, misalnya menyampaikan rekomendasi kebijakan. Begitu juga
para penguasa atau pemerintah dalam menentukan kebijakan umum akan
terlebih dahulu menganalisis informasi yang berasal dari masyarakat.7
Untuk sampai pada kehidupan bernegara yang baik, komunikasi
politik haruslah berlangsung dua arah, baik antara konstituen dengan
partai, masyarakat dengan pemerintah, maupun masyarakat dengan
legislator. Komunikasi politik diibaratkan oleh Alfian sebagai sirkulasi
darah, dimana pesan-pesan politik berupa tuntutan, protas dan dukungan
dialirkan ke jatung atau pusat kemudian diproses melalui sistem politik
dan kemudian dialirkan kembali untuk mendapatkan umpan balik dari
sistem politik tersebut.8
Komunikasi politik termasuk dalam komunikasi massa, dimana
organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak.
Organisasi-organisasi
ini
menyebarluaskan
pesan-pesan
yang
mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat.
Hubungan antara konstituen (massa) dengan partai, idealnya
berlangsung dua arah, karena partai merupakan representasi dari
7
Ibid. Hal.18
8
Redi panuju, Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat, Pustaka Book Publisher,
Yogyakarta. 2009. Hal. 22
12
masyarakat, sehingga masyarakat dapat memantau bagaimana wakilwakilnya di partai menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi mereka.
Dalam mendukung sebuah partai, konstituen tentu memiliki alasan berupa
kesamaan-kesamaan dengan partai tersebut, baik ideologi, gender, dan
kesamaan lainnya.
Dalam ilmu politik, hubungan konstituen dengan partai dapat
dijelaskan dengan menggunakan teori homofili oleh Everet M. Rogers dan
F. Shoemaker (1971). Homofili sendiri merupakan istilah yang berasal dari
Yunani yaitu homois yang berarti sama. Jadi homofili berarti komunikasi
dengan orang yang sama, yaitu derajat orang yang berkomunikasi
memiliki kesamaan dalam beberapa hal.
Politikus di Indonesia yang menggunakan simbol yang seragam,
bahkan sejumlah politikus yang memiliki agama yang sama dan
berkumpul membentuk partai yang sama. Demikian juga mereka yang
memiliki jenis kelamin yang sama, cenderung membentuk koalisi untuk
memperjuangkan kepentingan politik mereka.
Teori homofili ini, dalam komunikasi politik dikaitkan dengan teori
empati, dimana teori empati berpendapat bahwa komunikasi politik akan
sukses bila sukses memproyeksi diri ke dalam sudut pandang orang lain.
Ini erat kaitannya dengan citra diri sang komunikator politik untuk
menyesuaikan suasana pikirannya dengan alam pikiran khalayak.
Teori empati dan homofili ini menciptakan hubungan yang akrab
dan intim sehingga komunikasi politik dapat berjalan secara interaksional
13
dalam hal ini berlangsung dialogis. Komunikasi yang bersifat dialog itu
biasanya digunakan pada forum rapat politik, musyawarah politik, atau
dalam lobi-lobi politik. Jadi, berdasarkan kesamaan dan empati itulah
biasanya
seseorang
atau
sebuah
institusi
dalam
hal
ini
partai
mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Anwar Arifin, dalam bukunya Komunikasi Politik menyebutkan
bahwa
teori homofili dapat dikaitkan dalam paradigma interaksional
dalam komunikasi politik. Paradigma ini sering dinyatakan sebagai
komunikasi dialogis, dimana manusia yang berkomunikasi mampu
mengembangkan diri dalam interaksi sosial. Nilai-nilai atau harkat
manusia sangat ditonjolkan. Bentuk komunikasi seperti ini dimulai dan
diakhiri dengan mempertimbangkan harkat manusia. Itulah sebabnya,
perspektif ini sangat tepat diaplikasikan pada negara-negara yang
menganut sistem politik demokratis.9 Hubungan antara partai dengan
konstituennya juga harusnya dibangun atas dasar ini.
Homofili dalam Komunikasi politik, dapat dilihat pada para politikus
atau kader partai di Indonesia yaitu kostum seragam jas mereka miliki.
Empati dan homofili dapat menciptakan suasana yang akrab dan intim
sehingga komunikasi politik dapat berjalan secara interaksional. Proses
dialogis akan berjalan secara horizontal dalam arti tidak ada politikus yang
memberi dan menerima perintah melainkan para politikus itu berinteraksi
dan bermusyawarah. Selanjutnya empati dan homofili dalam komunikasi
9
Anwar Arifin, Komunikasi Politik. 2006.hal 55
14
politik diaplikasikan ke dalam bentuk ideologi politik yang sama, visi dan
misi politik yang sama, simbol yang sama, simbol yang sama, pakaian
yang sama dan keputusan politik yang sama sehingga terjalin hubungan
manusiawi. Hal ini merupakan inti dari kepemimpinan politik
B. Konsep Popularitas dan Citra Politik
Popularitas partai politik dapat kita ukur melalui citranya, sehingga
pembahasan mengenai popularitas dan citra politik ini dianggap relevan.
a. Popularitas
Dalam dunia politik terdapat konsep mengenai popularitas.
Popularitas sendiri dapat diartikan sebagai dikenal dan disukai atau
dikagumi orang banyak. Maka, sosok atau institusi yang populer adalah
sosok/institusi yang mendapatkan simpati dan empati dari banyak orang,
sehingga orang banyak berkeinginan untuk memilih atau bahkan
memilikinya.10
Popularitas
lebih
banyak
berhubungan
dengan
dikenalnya
seseorang, baik dalam arti positif, ataupun negatif. Dalam masyarakat,
sering diartikan, orang yang populer dianggap mempunyai elektabilitas
yang tinggi. Sebaliknya, seorang yang mempunyai elektabilitas tinggi
adalah orang yang populer. Memang kedua konstatasi ini ada benarnya.
Tapi tidak selalu demikian. Popularitas dan elektabilitas tidak selalu
berjalan seiring. Adakalanya berbalikan.
10
Pahmi Sy, politik Pencitraan, gaung persada press, Jakarta. 2010. Hal 37
15
Popularitas dijadikan tolok ukur utama suatu keberhasilan, orang
atau instansi yang berkualitas tetapi tidak berada dalam lingkaran
kekuasaan pun menjadi tersisih. Sebaliknya, mereka yang berada dalam
posisi pusat perhatian akan menjadi rebutan. Kondisi ini disuburkan oleh
kondisi dan karakteristik masyarakat Indonesia yang sebagian besar
belum sadar politik dan berpendidikan rendah serta rendahnya partisipasi
politik masyarakat.
Ada beberapa indikator utama yang membuat seorang figur
dikatakan populer, antara lain, sedang menduduki posisi strategis, sering
muncul di berbagai media massa, dan citranya positif dengan karakter dan
sikap yang kuat.11
Popularitas merupakan modal sangat berharga yang harus dimiliki
oleh siapapun ingin terjun dalam ranah publik. Seorang politisi, misalnya,
dalam kompetisi memperebutkan kursi, tentu harus memiliki popularitas
untuk
mengumpulkan
suara.
Jika
popularitas
diartikan
sebagai
“ketenaran” dan banyak kata yang sepadan maka popular itu bisa berarti
terkenal, kondang, disukai, dan termashur.12
Pemerintah atau institusi yang populer, dengan sendirinya diterima
dan didukung oleh mayoritas rakyat, karena mereka mengenal tokohnya
secara perseorangan dan mempercayainya secara keseluruhan, bahwa
11
http://www.seputar-indonesia.com diakses pada 1/11/12
12
http://www.inspirasi-usaha.com/berita-2298-membangun-popularitas.html diakses pada
1/11/12
16
nilai dan kepentingan mereka akan terlindungi serta terpenuhi. Pemerintah
dipercaya mampu secara politis dan teknis untuk menangani masalah.
Maka, pemerintah menjadi kuat dan berwibawa. Kuat, berarti punya
dukungan luas. Berwibawa, berarti diikuti rakyat keputusan atau
kebijaksanaannya.
Pada
gilirannya,
dukungan
dan
wibawa
itu
mempengaruhi sikap rakyat terhadap cara dan hasil kerja pemerintah
dalam
melaksanakan
tugasnya,
termasuk
dampaknya
kepada
penyelesaian masalah kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya.
Pemerintah yang populer, tetap saja didukung rakyat, sekalipun
pelaksanaan tugasnya belum atau tidak cukup berhasil memenuhi nilai
dan kepentingan rakyat pendukungnya. Rakyat bersedia menunggu hasil
pemecahan masalah yang dijanjikan pemerintah.
Menurut pengamat politik dari Universitas Parahyangan Bandung,
Asep Warlan Yusuf bahwa popularitas tinggi tidak akan berarti apa-apa
kalau tidak ada faktor pendukung lain. Dukungan partai, data survei
internal partai, serta kebijakan partai yang secara hierarki umumnya harus
ditentukan oleh keputusan pengurus di tingkat pusat masing-masing
partai.13
Bila kita memaknai beberapa pengertian popularitas yang tertera
diatas maka dapat dibuat suatu asumsi bahwa popularitas meliputi :
perilaku, pribadi, sikap dan persepsi. Perilaku berkaitan dengan tindakan–
13
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/501664/ diakses 27 Janari 2013
17
tindakan yang dilakukan, sedangkan pribadi dan sikap berkaitan dengan
perasaan dan emosi, dan persepsi berkaitan dengan tingkat pengetahuan
yang dimililki oleh manusia. Olehnya itu tingkat popularitas dapat diukur
dengan memperhatikan unsur pengetahuan ,sikap dan dukungan yang
dimiliki oleh kahalayak
Popularitas sendiri juga terbagi menjadi dua bentuk, yaitu good
popularity dan worst popularity. Dimana Good Popularity atau Popularitas
yang Baik tentu dicapai dengan baik dan dan dipandang positif, Adapun
sebaliknya, Worst Popularity adalah popularitas yang buruk yang dicapai
dengan perbuatan jahat yang pastinya buruk dalam pandangan orang,
misalnya penjahat pembuat kekacauan.
Orang menjadi popular karena sering tampil di depan umum.
Sering terlibat dengan persoalan-persoalan publik. Bagaimana dia tampil,
merupakan persoalan lanjutan untuk menilai elektabilitasnya. Kalau
tampilnya sebagai pelaku kriminal, sebagai koruptor atau karena tindakan
yang melanggar etika publik, maka pengaruhnya terhadap elektabilitas
tentu saja negatif.
b. Citra Politik
Salah satu konsekuensi kognitif dari komunikasi politik yang sangat
penting adalah terbentuknya citra politik yang baik bagi khalayak terhadap
politikus
atau pemimpin politik atau partai politiknya. Citra politik juga
dapat terbentuk dari proses pembelajaran politik ataupun juga sosialisasi
politik yang berlangsung terus-menerus.
18
Citra politik terbentuk atau terbangun dari
informasi yang kita
terima baik langsung maupun melalui media politik termasuk media
massa. Citra politik sendiri dapat diartikan sebagai gambaran diri yang
ingin diciptakan seorang tokoh masyarakat.14
Citra politik tersusun melalui persepsi yang bermakna tentang
gejala politik, yang kemudian memaknai gejala itu dengan nilai,
kepercayaan dan pengharapan yang berangkat dari pendapat pribadi
kemudian dikembangkan menjadi pendapat umum.
Pemilihan wakil rakyat dan kepala daerah secara langsung telah
membuat semakin pentingnya citra seorang figur maupun sebuah partai di
mata konstituennya. Kandidat yang akan bertarung akan berusaha
semaksimal mungkin membangun citra politiknya di masyarakat, baik
melalui media perantara atau terjun langsung ke tengah-tengah
masyarakat.
Menurut piliang, pencitraan politik adalah sesuatu yang tampak
oleh indra tapi tidak memiliki eksistensi substansial karena ketertutupan
realitas. Ketertutupan substansi tersebut jika berjalan terus-menerus akan
menghasilkan implikasi yang kurang baik bagi sistem politik, karena
popularitas seorang tokoh atau institusi politik tidak berpijak pada kualitas
politik yang sesungguhnya.15
14
http://www.kamusbesar.com/49503/citra-politik (diakses pada 31 Oktober 2012)
15
Pahmi Sy, Politik Pencitraan, Gaung Persada Press, Jakarta. 2010. Hal. 7
19
Citra politik ini sangat berpengaruh terhadap popularitas seseorang
atau sebuah institusi dalam hal ini partai, dimana jika citra seseorang atau
partai baik, maka meningkat pula popularitasnya, dalam hal ini semakin
baik citra partai tersebut, maka akan semakin banyak yang menyukai dan
mendukung partai tersebut. sebaliknya, citra kepopuleran dan simbol yang
diciptakan akan jatuh bilamana mendapat serangan politik dari figur
maupun partai. Simbol-simbol yang dibangun akan melemah jika telah
hadir kekuatan baru yang mampu menandingi kekuatan yang telah
dikonstruksi.
Dalam
hal
ini
media
massa
sangat
berpengaruh
dalam
pembentukan citra politik atau membentuk persepsi politik khalayak.
Berita politik tentang tokoh politik, partai politik, dan kebijakan politik dapat
menimbulkan penafsiran yang berbeda dan citra politik yang berbeda bagi
masing-masing orang. Itulah sebabnya citra politik diartikan sebagai
gambaran seseorang tentang realitas politik yang tidak harus sesuai
dengan yang sebenarnya.
Lee Loevinger dalam Anwar Arifin, menyajikan teori komunikasi
massa yang disebut sebagai reflective-projective theory. Asumsi dasar
teori ini bahwa :
“Media massa adalah cermin masyarakat yang
merefleksikan suatu citra yang menimbulkan banyak tafsiran.
Justru itu, setiap orang dapat memproyeksikan diri dan citranya.
Media massa mencerminkan citra masyarakat dan sebaliknya
khalayak memproyeksikan citranya pada penyajian media
massa.”16
16
Lee Loevinger dalam Anwar Arifin, Komunikasi Politik, 2006. Hal. 110-111
20
Citra politik juga berkaitan dengan sosialisasi politik. Karena citra
politik terbentuk melalui proses pembelajaran politik, baik secara langsung
maupun pengalaman empirik. Sosialisasi politik yang dapat mendorong
terbentuknya citra politik dapat mendorong seseorang atau institusi
mengambil peran dalam politik dengan berbagai cara. Peningkatan citra
merupakan bagian dari perencanaan komunikasi dan sosialisasi.
C. Partai Politik
Partai politik sebagai sarana bagi warga negara untuk turut serta
atau berpartisispasi dalam proses pengelolaan negara. Patai politik dapat
berarti organisasi yang mempunyai basis ideologi yang jelas. Setiap
anggotanya mempunyai pandangan yang sama dan bertujuan untuk
merebut kekuasaan atau mempengaruhi kebijaksanaan negara baik
secara langsung maupun tidak langsung, karena itu parpol selalu ikut
pada sebuah mekanisme pemilihan umum untuk bersaing secara
kompetitif guna mendapatkan dukungan rakyat.
partai politik adalah sekelompok orang yang terorganisir bertujuan
untuk mendapatkan kekuasaan melalui mekanisme pemilihan, yaitu
pemilihan umum. Hal itulah yang membedakan partai politik dengan
kelompok-kelompok kepentingan lainnya, karena hanya partai politik yang
merupakan organisasi masyarakat satu-satunya yang dapat mengikuti
pemilihan umum.
Partai
politik
memiliki
beberapa
fungsi,
diantaranya
fungsi
komunikasi politik, sosialisasi politik, rekrutmen politik, dan pengatur
21
konflik. Namun, penulis hanya akan menjabarkan fungsi partai politik
sebagai sarana sosialisasi politik, karena dianggap relevan dengan
pembahasan ini.
Dalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai suatu proses
yang melaluinya seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap
fenomena politik, yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia
berada.17 Pelaksanaan sosialisasi politik oleh partai politik dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya melalui media massa, ceramahceramah, penerangan, kursus kader, penataran dan sebagainya.
Beberapa ilmuwan sosial juga telah mendefinisikan sosialisasi
politik itu sendiri. Herbert H. Hyman, misalnya mengemukakan bahwa :
“Sosialisasi politik adalah proses belajar dari pengalaman warga
masyarakat, atau subkelompok, yang semula menghasilkan
keteraturan, keseragaman, yang secara langsung relevan bagi
stabilitas sistempolitik dan yang kemudian menghasilkan
keragaman dan bentuk-bentuk institusional dari pengawasan.”18
Gabriel Almond juga menyatakan secara jelas bahwa proses
sosialisasi politik itu berlangsung terus-menerus dalam kehidupan
seseorang. Nilai, simbol, dan norma politik yang sudah menjadi
konsensus bersama dalam negara-bangsa terus menerus disosialisasikan
dalam diri seseorang.19
17
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2010. Hal. 407
18
Hebert H. Hyman, dalam buku Hendry Subiakto dan rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media
dan Demokrasi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2012. Hal.57
19
Ibid. Hal. 58
22
Sebagai sebuah proses, sosialisasi politik mengalami fluktuasi
sesuai dengan kondisi lingkungan setempat, karena itu implikasi dari
sosialisasi kadang tidak sesuai dengan target dan tujuan semula, yang
akhirnya masyarakat sebagai penerima sosialisasi tersebut menjadi salah
paham mengenai hakikat yang dituju.
Surbakti dalam bukunya, memahami ilmu politik, mengatakan
bahwa:
“Sosialisasi politik dibagi menjadi dua jika dilihat dari segi
penyampaian pesan, yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi.
Pendididikan politik merupakan suatu proses dialogis diantara
pemberi dan penerima pesan, sedangkan indoktrinasi
merupakan proses sepihak ketika penguasa melakukan
mobilisasi dan manipulasi kepada warga masyarakat untuk
menerima nilai, norma, dan simbol yang dianggap pihaak yang
berkuasa sebagai ideal dan baik”20
Fungsi sosialisasi dari partai politik juga termasuk upaya untuk
menciptakan citra, bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Hal ini
penting jika dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan
melalui kemenangan dalam pemilihan umum. Karena itu, partai harus
memiliki dukungan sebesar mungkin dari masyarakat.
Dalam kaitannya dengan pemilu, sosialisasi poltik merupakan
tanggung
jawab
peserta
pemilu,
yaitu
partai
politik
dan
calon
perseorangan, sebab merekalah yang harus diketahui oleh masyarakat
selaku pemilih. Sosialisasi bagi peserta pemilu sangat penting dilakukan,
20
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Grasindo, Jakarta, 2010. Hal.150
23
sebab tanpa sosialisasi, eksistensi peserta pemilu tersebut tidak akan
pernah terwujud.
Fungsi rekrutmen partai politik juga penulis anggap relevan dalam
bahasan ini, dimana partai politik dimungkinkan untuk mengusung kader
atau calonnya untuk maju dalam berbagai pemilihan umum, baik itu
pemilihan lebislatif, pemilihan presiden sanpai pemilihan kepala daerah.
Fungsi rekrutmen ini berkaitan erat dengan masalah kepemimpinan, baik
kepemimpinan partai maupun kepemimpinan eksternal seperti jabatan
presiden maupun kepala daerah. Dengan rekrutmen yang baik, maka
partai politik akan mampu mengembangkan dirinya. Dengan demikian
partai politik mampu menempatkan kader atau calon usungannya untuk
maju ke dalam bursa pemilihan. Rekrutmen ini pula dimaksudkan untuk
melanggengkan
organisasi
kepartaian
dan
sebagai
sarana
untuk
menjaring dan melatih calon-calon pemimpin. Hal ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya dengan kontak personal, persuasi
ataupun cara-cara lain.
D. Pemilukada Langsung
Pemilihan umum merupakan suatu hal yang penting dalam
kehidupan bermasyarakat, melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilwakilnya untuk duduk dalam parlemen dan dalam struktur pemerintahan.
21Pemilihan
dan pemilihan suatu sietem pemilhan umum (pemilu)
merupakan suatu keputusan kelembagaan yang penting bagi negara21
T.May Rudy. 2003. Pengantar ilmu politik.refika.hal 87.
24
negara
yang
berupaya
untuk
menegakkan
keberadaban
dan
keberkualitasan sistem politik. 22
Pemilihan umum kepala daerah atau yang sering disingkat pemilukada
adalah suatu proses politik dalam upaya meningkatkan demokratisasi di
tingkat lokal dimana rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
memilih kepala daerah sesuai pilihannya.
23
Pasal 1 Peraturan Menteri
Dalam Negeri tentang Pedoman Bagi Pemerintah Daerah dalam
pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ayat 1
menyebutkan bahwa “Pilkada langsung adalah suatu rangkaian kegiatan
dalam pelaksanaan pemilihan Kepala daerah dan wakil Kepala Daerah
Provinsi dan Kabupaten/Kota”.
Pemilukada
pengembangan
merupakan
demokrasi
di
tonggak
tingkat
sejarah
lokal.
Dimana
penting
bagi
pada
masa
sebelumnya pemilukada dilakukan secara perwakilan oleh DPRD yang
dalam praktiknya diwarnai manipulasi oleh antar elit. Mereka yang
mengklaim
mewakili
rakyat
telah
melakukan
berbagai
bentuk
penyimpangan dan distorsi dalam melaksanakan pemilihan kepala
daerah.
Menurut Abdul Asri Harahap bahwa pilkada bukan hanya memilih
penguasa daerah tetapi lebih merupakan mencari pemimpin yang mampu
22
Kelompok DPD RI di MPR, 2009, Jalan Berliku Amandemen Komperensip, Hal.158.
23
Ulfa Ilyas, perempuan kiri on-line edisi 4 oktober 2007, “Menakar Demokrasi Pilkada Sul-Sel”.
25
melayani dan mengabdi untuk kepentingan sebuah rakyatnya. 24 Pola pikir
lama yang lebih menempatkan kepala daerah sebagai penguasa yang
harus diubah secara radikal menjadi pemimpin yang sesungguhnya
bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintahan
daerah
adalah
pelaksanaan
fungsi-fungsi
pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah
yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Derah (DPRD). Secara
umum kepala daerah adalah kepala pemerintah daerah yang dipilih
secara demokratis. Kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu
oleh seorang wakil Kepala Daerah, dan perangkat daerah (UU No.
32/2004 tentang Pemerintahan Daerah). Semua tingkatan daerah di
Indonesia diberikan hak untuk menyelenggarakan pemilihan kepala
daerah secara langsung, dengan tujuan agar rakyat di daerah yang
bersangkutan dapat secara bebas dan bertanggung jawab memilih kepala
daerahnya yang berkualitas.
Penguatan demokrasi lokal melalui pemilihan ini adalah bagian dari
pemberian otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab. Upaya
penguatan demokrasi lokal melalui pemilukada langsung ini adalah
mekanisme yang tepat sebagai bentuk terobosan atas mandegnya
pembangunan demokrasi di tingkat lokal.25 Pemilihan kepala daerah
24
Abdul Asri Harahap. Manajemen dan Resolusi Konflik Pilkada, Cidesindo, 2005. Hal. 115
25
H.Rudini. 1994. Atas Nama Demokrasi Indonesia. Hal 139.
26
secara lansung dimulai pada tahun 2005, yang diseleggarakan di 226
daerah, yang meliputi 11 Propinsi, 180 kabupaten dan 35 kota. 26 Di
Sulawesi Selatan sendiri, pemilukada yaitu pemilihan gubernur telah
berlangsung sejak tahun 2008, kali ini adalah pemilukada kedua yang
dilaksanakan di Sulawesi Selatan.
Pemilukada secara langsung diselenggarakan dengan sistem dua
putaran. Artinya, kalau pada putaran pertama tidak ada calon yang
memperoleh suara minimal yang ditentukan, akan diadakan putaran
kedua dengan peserta dua pasang calon yang memperoleh suara
terbanyak. Yang menjadi tujuan pokok adalah adanya pasangan calon
yang terpilih mempunyai legitimasi kuat dengan perolehan suara 50% plus
satu (mayoritas mutlak). Seandainya pada putaran kedua tidak ada yang
memperoleh suara 50% plus satu, yang akan dijadikan pertimbangan
untuk menentukan pemenang adalah kemerataan dukungan suara di
tingkat kabupaten/kota. Dalam suatu masyarakat demokratis, rakyat
berperan tidak untuk memerintah atau menjalankan keputusan–keputusan
politik.
Namun
terdapat
pemilihan
umum
yang
berperan
untuk
menghasilkan suatu pemerintah atau suatu badan penengah lainnya yang
pada gilirannya menghasilkan suatu eksekutif nasional dan pemerintah.27
26
Kacung Marijan.2006. Demokratisasi di Daerah. Hal 18
Tesis Sugiprawaty, Etnisitas, Primordialisme, Dan Jejaring Politik Di Sulawesi Selatan (Studi
Pilkada Di Sulawesi Selatan Th 2007-2008), Hal. 10
27
27
E. Kerangka Pikir
Popularitas merupakan hal yang sangat penting jika seseorang
atau sebuah institusi ingin mendapatkan kemenangan dalam sebuah
pemilihan umum. Figur atau institusi yang populer cenderung gampang
memperoleh kekuasaan karena pemilih cenderung mendukung pada figur
atau institusi yang populer dalam hal ini memiliki citra yang baik.
Partai Demokrat sebagai salah satu partai besar di Indonesia
memiliki prestasi yang cukup gemilang, sejak awal terbentuknya telah
memiliki popularitas yang tinggi, dalam hal memperoleh suara dukungan
dari rakyat. Sejak awal terbentuknya, partai ini telah banyak mendapatkan
simpati. Bukan saja hanya karena iklan-iklan politiknya yang menarik,
namun juga karena sosok para pendirinya yang dinilai cukup mumpuni.
Partai Demokrat mampu mencitrakan dirinya sebagai partai yang
pro-rakyat sehingga popularitasnya cepat melejit. Ditambah juga pada
awal terbentuknya, kader dan pendiri Partai Demokrat datang dari
kalangan populer dan dikenal “bersih” dan mempunyai kinerja yang baik.
Namun karena beberapa kasus menyangkut kader Partai Demokrat
yang terjadi belakangan ini membuat simpati masyarakat terhadap partai
ini menurun, ditambah lagi wakil rakyat dari partai ini justru mendukung
rencana kebijakan pemerintah yang sangat tidak populis, yaitu menaikkan
harga BBM pada pertengahan tahun 2012 yang lalu, kemudian
mencuatnya kasus-kasus korupsi yang dialamatkan pada sejumlah kader
28
dan petinggi Partai Demokrat dan juga dugaan adanya mafia narkoba di
Istana.
Hal tersebut tentu menurunkan popularitas Partai Demokrat di
seluruh Indonesia dan tentu akan berpengaruh pada tingkat elektabilitas
Partai Demokrat dan kader-kadernya. Hal ini juga akan berpengaruh pada
kemenangan kader Partai Demokrat yang akan mengikuti pemilihan
kepala Daerah. Tentu saja untuk memenangkan pemilukada, Partai
Demokrat
harus
menjalankan
strategi-strategi
politik
untuk
mempertahankan atau bahkan menambah tingkat elektabilitasnya.
F. Skema Pikir
Calon gubernur
kapabilitas
Partai Demokrat
Popularitas
Partai
Demokrat
Pemilih Kota
Kecenderungan
Makassar
pemilih
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan beberapa hal yang berkaitan
dalam pelaksanaan penelitian ini seperti: lokasi penelitian, tipe penelitian
dan dasar penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data serta teknik pengolahan data.
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian telah dilaksanakan di wilayah Kota Makassar,
Sulawesi Selatan, dengan sasaran
unsur-unsur masyarakat di Kota
Makassar.
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Kota Makassar
dikarenakan:
1. Karena DPD Partai Demokrat berkedudukan di Kota Makassar.
2. Karena semua informan dalam penelitian ini berada dan berdomisili di
Kota Makassar.
Selain itu, alasan peneliti memilih Kota Makassar sebagai lokasi
penelitian dikarenakan
Kota Makassar cenderung menjadi sentra
perpolitikan di Sulawesi Selatan dan juga basis dukungan terhadap Partai
Demokrat yang cukup besar di Kota Makassar.
B. Tipe Penelitian Dan Dasar Penelitian
Tipe penelitian ini bersifat deskriptif analisis yang telah diarahkan
untuk menggambarkan dan menganalisa fakta dengan argumen yang
tepat, namun penelitian ini tidak merumuskan hipotesis, karena riset ini
30
bersifat induktif atau didasarkan pada pemahaman lapangan atau konteks
yang ada.
Metode pengumpulan data menggunakan metode kualitatif dan
kuantitatif, sedangkan dasar penelitian telah menggunakan metode
kualitatif karena dalam metode kualitatif terdapat beberapa perspektif teori
yang telah mendukung penganalisaan yang lebih mendalam terhadap
gejala yang terjadi, misalnya perspektif fenomenologi yang memandang
perilaku manusia sebagai produk dari bagaimana orang melakukan
penafsiran terhadap dunia mereka sendiri, sehingga tugas peneliti adalah
menangkap proses tersebut. Karena yang dikaji merupakan fenomena
masyarakat yang selalu mengalami perubahan (dinamis), yang sulit diukur
dengan menggunakan angka-angka maka penelitian telah menggunakan
analisa yang lebih mendalam.
C. Sumber Data
a. Data primer, telah diperoleh melalui studi lapangan dengan
menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik ini,
penulis telah mengumpulkan data melalui komunikasi langsung
dengan para informan dan menggunakan beberapa alat untuk
membantu dalam penelitian ini diantaranya alat tulis dan alat
perekam. Informan disini adalah unsur-unsur masyarakat, media,
pendukung demokrat dan Ilham-Azis dan akademisi.
b. Data sekunder, diperoleh dari wawancara terstruktur terhadap
beberapa orang, studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan
31
data dari buku, jurnal, media cetak, serta informasi tertulis lainnya
yang berkaitan dengan Partai Demokrat. Selain itu, juga terdapat
situs-situs atau website yang telah diakses untuk memperoleh data
yang lebih akurat.
D. Teknik pengumpulan Data
a. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam telah dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara (interview guide) agar wawancara tetap berada
pada fokus penelitian. Key informant dalam pengumpulan data ini adalah :
 Tokoh Masyarakat
 Tokoh Media
 Akademisi
 Pendukung Partai Demokrat dan Ilham-Azis
Pemilihan informan dalam
penelitian ini telah menggunakan
purposive sampling dimana informan dipilih adalah orang-orang yang
sengaja dipilih karena dianggap paham tentang Partai Demokrat
b. Wawancara terstruktur
wawancara terstruktur juga menggunakan pedoman wawancara
agar wawancara tetap berada pada fokus penelitian. Informan
dalam pengumpulan data ini dipilih secara acak dari tiap unsur
yang ada di Masyarakat kota Makassar.
c. Dokumen
32
Dokumen ini berisi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan fokus
penelitian yang merupakan salah satu sumber data yang penting dalam
penelitian. Dokumen yang dimaksud berupa dokumen tertulis yang telah
diperoleh dari media cetak dan media elektronik (internet), data statistik,
laporan penelitian sebelumnya, tulisan-tulisan ilmiah yang juga merupakan
dokumen penting yang telah ditelusuri untuk memperkaya data yang telah
dikumpulkan dalam penelitian ini.
E. Teknik Pengolahan Data
Data kualitatif telah dibuatkan kategori dari klasifikasi berdasarkan
spesifikasi data. Kategori dari klasifikasi data dimaksudkan untuk
menjelaskan seluruh fenomena politik yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
Sedangkan untuk data kuantitatif hanya digunakan sebagai bahan
untuk melengkapi/menyempurnakan kekurangan dari data kualitatif yang
telah diperoleh.
F. Teknik Analisis Data
Data dan informasi yang dikumpulkan dari informan telah diolah
dan
dianalisa
secara
kualitatif.
Karena
objek
kajiannya
adalah
masyarakat, dimana memiliki cara berpikir dan cara pandang yang
berbeda maka penelitian ini membutuhkan analisa yang mendalam dari
sekedar penelitian kuantitatif yang sangat bergantung pada kuantifikasi
data.
33
Penelitian ini telah mencoba memahami apa yang dipikirkan
masyarakat mengenai Partai Demokrat menjelang pemilihan Gubernur
Sulawesi Selatan 2013
34
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum Partai Demokrat, selain
itu juga akan diuraikan bagaimana kondisi umum Kota Makassar dan
menggambarkan proses pelaksanaan pemilukada Sulawesi Selatan di Kota
Makassar tahun 2013.
A. Partai Demokrat
1. Sejarah Berdirinya Partai Demokrat
Reformasi yang terjadi pada tahun 1998 memberikan ruang bagi
kemunculan berbagai partai politik baru sebagai jawaban masyarakat atas
kejenuhan mereka selama ini terhadap partai politik lama yang cenderung
otoriter Partai Demokrat salah satu partai yang lahir pada era reformasi.
Partai Demokrat didirikan atas inisiatif Susilo Bambang Yudhoyono yang
terIlhami oleh kekalahan terhormat Susilo Bambang Yudhoyono pada
pemilihan calon wakil presiden dalam sidang MPR tahun 2001. Dari
perolehan suara dalam pemilihan cawapres dan hasil poling masyarakat
yang menunjukkan popularitas yang ada pada diri Susilo Bambang
Yudhoyono
(SBY),
beberapa
orang
terpanggil
nuraninya
untuk
memikirkan bagaimana sosok SBY bisa dibawa menjadi pemimpin bangsa
dan bukan direncanakan untuk menjadi Wakil Presiden RI tetapi menjadi
Presiden RI untuk masa mendatang.
Melalui hasil pemikiran di atas, maka beberapa tokoh mulai merapat
ke SBY, salah satunya adalah Vence Rumangkang yang merupakan
35
salah satu tokoh yang menyatakan dukungannya untuk mengusung SBY
ke kursi Presiden, agar cita-cita tersebut bisa terlaksana, jalan satusatunya adalah mendirikan partai politik. Perumusan konsep dasar dan
platform partai sebagaimana yang diinginkan SBY dilakukan oleh Tim
Krisna Bambu Apus dan selanjutnya teknis administrasi dirampungkan
oleh tim yang dipimpin oleh Vence Rumangkang.
Setelah terbentuknya tim yang dipimpin oleh Vence Rumangkang,
terdapat diskusi-diskusi tentang perlunya berdiri sebuah partai untuk
mempromosikan SBY menjadi presiden, antara lain : Pada tanggal 12
Agustus 2001 pukul 17.00 diadakan rapat yang dipimpin langsung oleh
SBY di apartemen Hilton. Rapat tersebut membentuk tim pelaksana yang
mengadakan pertemuan secara maratahunon setiap hari. Tim itu terdiri
dari : (1) Vence Rumangkang, (2) Drs. A. Yani Wahid (Alm), (3) Achmad
Kurnia, (4) Adhiyaksa Dault, SH, (5) Baharuddin Tonti, (6) Shirato Syafei.
Di lingkungan kantor Menkopolkam pun diadakan diskusi-diskusi untuk
pendirian sebuah partai bagi kendaraan politik SBY dipimpin oleh Drs. A.
Yani Wachid (Alm). Pada tanggal 19 Agustus 2001, SBY memimpin
langsung pertemuan yang merupakan cikal bakal pendirian Partai
Demokrat. Dalam pertemuan tersebut, saudara Vence Rumangkang
menyatakan bahwa rencana pendirian partai akan tetap dilaksanakan dan
hasilnya akan dilaporkan kepada SBY.
Selanjutnya pada
tanggal 20 Agustus 2001, saudara Vence
Rumangkang yang dibantu oleh Drs. Sutan Bhatoegana berupaya
36
mengumpulkan orang-orang untuk merealisasikan pembentukan sebuah
partai politik. Pada akhirnya, terbentuklah tim 9 yang beranggotakan 10
(sepuluh) orang yang bertugas untuk mematangkan konsep-konsep
pendirian sebuah partai politik yakni : (1) vence Rumangkang; (2) Dr.
Ahmad Mubarok, MA; (3) Drs. A. Yani Wachid (Alm); (4) Prof. Dr. Subur
Budhisantoso; (5) Prof. Dr. Irzan Tanjung; (6) RMH. Heroe Syswanto Ns;
(7) Prof. Dr. RF. Saragih, SH., MH.; (8) Prof. Dardji Darmodihardjo; (9)
Prof. Dr. Ir. Rizald Max Rompas; dan (10) Prof. Dr. T Rusli Ramli, MS.
Disamping nama-nama tersebut, ada juga beberapa orang yang sekali
atau dua kali ikut berdiskusi. Diskusi finalisasi konsep partai dipimpin oleh
Bapak SBY.
Menurut peraturan UU, untuk menjadi sebuah partai yang disahkan
oleh Undang-Undang Kepartaian dibutuhkan minimal 50 (lima puluh)
orang sebagai pendirinya, tetapi muncul pemikiran agar jangan hanya 50
orang saja, tetapi dilengkapi saja menjadi 99 (sembilan puluh sembilan)
orang agar ada sambungan makna dengan SBY sebagai penggagas,
yakni SBY lahir tanggal 9 bulan 9. Pada tanggal 9 September 2001,
bertempat di Gedung Graha Pratama Lantai XI, Jakarta Selatan
dihadapan Notaris Aswendi Kamuli, SH., 46 dari 99 orang menyatakan
bersedia menjadi pendiri Partai Demokrat. 53 (lima puluh tiga) orang
selebihnya tidak hadir tetapi memberikan surat kuasa kepada saudara
Vence Rumangkang.
37
Kepengurusan disusun dan disepakati bahwa kriteria Calon Ketua
Umum adalah Putra Indonesia asli, kelahiran Jawa dan beragama Islam,
sedangkan Calon Sekretaris Jenderal adalah dari luar Pulau Jawa dan
beragama Kristen. Setelah diadakan penelitian, maka saudara Vence
Rumangkang meminta saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso sebagai
Pejabat Ketua Umum dan saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung sebagai
Pejabat Sekretaris Jenderal sementara Bendahara Umum dijabat oleh
saudara Vence Rumangkang. Pada malam harinya pukul 20.30, Vence
Rumangkang melaporkan segala sesuatu mengenai pembentukan partai
kepada SBY di kediaman beliau yang saat itu sedang merayakan hari
ulang tahun ke 52 selaku koordinator penggagas, pencetus dan pendiri
Partai Demokrat. Dalam laporannya, Vence melaporkan bahwa Partai
Demokrat akan didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM pada
esok harinya yakni pada tanggal 10 September 2001.
Selanjutnya pada tanggal 10 September 2001 pukul 10.00 WIB
Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh
Vence Rumangkang, Prof. Dr. Subur Budhisantoso, Prof. Dr. Irsan
Tandjung, Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT
Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal
25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh dan HAM Nomor
M.MU. 06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat.
Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi
salah satu partai partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 Oktober
38
2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran
Berita Negara Nomor :81 tahun 2001 Tentang pengesahan Partai
Demokrat dan Lambang Partai Demokrat. Selanjutnya pada tanggal 17
Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai
Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional
(Rakernas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober di Hotel Indonesia yang
dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang
(DPC) seluruh Indonesia.
2. Visi dan Misi Partai Demokrat
i.
Visi Partai Demokrat
Partai Demokrat bersama masyarakat luas berperan mewujudkan
keinginan luhur rakyat Indonesia agar mencapai pencerahan dalam
kehidupan kebangsaan yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan
makmur, menjunjung tinggi semangat nasionalisme, humanisme dan
internasionalisme, atas dasar ketaqwaan kepada Tuhan yang maha Esa
dalam tatanan dunia baru yang damai, demokratis dan sejahtera.
ii.
Misi Partai Demokrat
Sesuai dengan AD/ART Partai Demokrat, partai ini mempunyai beberapa
misi yang tersusun, yaitu :
a. Memberikan garis yang jelas partai berfungsi secara optimal dengan
peranan yang signifikan di dalam seluruh proses pembangunan
39
Indonesia
baru
yang
dijiwai
oleh
semangat
reformasi
serta
pembaharuan dalam semua bidang kehidupan kemasyarakatan,
kebangsaan dan kenegaraan kedalam formasi semula sebagaimana
telah diikrarkan oleh para pejuang, pendiri pencetus Proklamasi
kemerdekaan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
titik berat kepada upaya mewujudkan perdamaian, demokrasi
(Kedaulatan rakyat) dan kesejahteraan.
b. Meneruskan perjuangan bangsa dengan semangat kebangsaan baru
dalam melanjutkan dan merevisi strategi pembangunan nasional
sebagai tumpuan sejarah bahwa kehadiran Partai Demokrat adalah
melanjutkan perjuangan generasi-generasi sebelumnya yang telah
aktif sepanjang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, sejak melawan
penjajah merebut kemerdekaan, merumuskan Pancasila dan UUD
1945, mengisi kemerdekaan secara berkesinambungan hingga
memasuki era reformasi
c. Memperjuangkan
tegaknya
persamaan
hak
dan
kewajiban
warganegara tanpa membedakan ras, agama, suku, dan golongan
dalam rangka menciptakan masyarakat sipil (Civil Society) yang kuat,
otonomi daerah yang luas serta terwujudnya representasi kedaulatan
rakyat pada struktur lembaga perwakilan dan permusyawaratan.
40
B. Gambaran Umum Kota Makassar
1. Keadaan Geografi Kota Makassar
Kota Makassar terletak antara 119°24’17’38” Bujur Timur dan 5°8’6’19”
Lintang Selatan yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten
Maros, sebelah timur dengan Kabupaten Maros, sebelah selatan
Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah
Kota Makassar tercatat seluas 175, 77 km persegi yang meliputi 14
kecamatan.
Tabel 1
Luas Wilayah dan Persentasi Terhadap Luas Wilayah
Menurut Kecamatan di Kota Makassar, Tahun 2008
(Km2)
Persentase
Terhadap Luas Kota
Makassar
Luas
No
Kecamatan
1
Mariso
1,82
1,04
2
Mamajang
2,25
1,28
3
Tamalate
20,21
12,07
4
Rappocini
9,23
5,25
5
Makassar
2,52
1,43
6
Ujung Pandang
2,63
1,50
7
Wajo
1,99
1,13
8
Bontoala
2,10
1,19
9
Ujung Tanah
5,94
3,38
10
Tallo
5,83
3,32
11
Panakkukang
17,05
9,70
41
12
Manggala
24,14
13,73
13
Biringkanaya
48,22
27,43
14
Tamalanrea
31,84
18,11
175,77
100,00
Kota Makassar
Sumber : BPS – Kota Makassar Dalam Angka, Tahun 2012
2. Kondisi Penduduk
Penduduk Kota Makassar tahun 2012 tercatat sebanyak 1.352.136 jiwa
yang terdiri dari 667.681 laki-laki dan 684.455 perempuan sesuai data yang
diperoleh
dari
DP4
Pemerintah
Kota
Makassar
melalui
Dinas
Kependudukan. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin. Penyebaran penduduk Kota
Makassar dirinci menurut kecamatan.
Pertumbuhan penduduk di Kota Makassar yang sangat tinggi dan
kepadatan penduduk juga tinggi karena banyaknya masyarakat yang
melakukan urbanisasi ke wilayah ini baik karena faktor ekonomi,
pendidikan dan lain-lain. Populasi penduduk Kota Makassar mayoritas
berpendidikan SLTP, SLTA dan untuk Pendidikan Tingkat Diploma dan
Sarjana tidak dalam skala mayoritas meskipun banyak yang melanjutkan
studi ke pendidikan tinggi. Kepercayaan religius sebagian besar menganut
Islam Muhammadiyah, NU, Jam’aah Tabliq, Hizbut Tahrir, Katolik dan
Kristen Protestan serta Kristen Pantekosta selain itu terdapat juga Budha
dan Konghuchu serta Hindu, suku terbesar di Kota Makassar adalah
Bugis dan Makassar, terdapat juga etnis lokal Toraja, Mandar, Luwu serta
42
etnis pendatang, Bali, Jawa, Tionghoa yang sudah mendiami ratusan
tahun serta etnis lain. Mata pencaharian penduduk Kota Makassar
sebagian besar distruktur pemerintahan pejabat Negara dan PNS,
pegawai Swasta retail, buruh, BUMN, Nelayan, Guru, Tni, Polri, dan
pedagang.
3. Administratif
Secara Administratif Kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan, 143
kelurahan, 941 RW dan 4.544 RT. Kecamatan Tallo merupakan
kecamatan terbesar dalam hal jumlah kelurahan dan RT yang dimiliki,
yakni mempunyai 15 kelurahan, dan mempunyai 504 RT, dan mempunyai
82 RW. Sedangkan Kecamatan Ujung Pandang merupakan kecamatan
yang mempunyai jumlah RT dan RW yang terkecil di antara 13 kecamatan
lainnya, yaitu 37 RW dan 140 RT, dan mempunyai 10 kelurahan.
Tabel 2
Jumlah Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Makassar, Tahun 2012
No
Kecamatan
Kelurahan RW
RT
1
Mariso
9
50
230
2
Mamajang
13
57
292
3
Tamalate
10
71
308
4
Rappocini
10
89
480
5
Makassar
14
71
308
6
Ujung Pandang
10
37
140
7
Wajo
8
45
159
43
8
Bontoala
12
58
262
9
Ujung Tanah
12
51
201
10
Tallo
15
82
504
11
Panakkukang
11
91
445
12
Manggala
6
66
368
13
Biringkanaya
7
91
420
14
Tamalanrea
6
82
427
143
941
4.544
Kota Makassar
Sumber: BPS-Kota Makassar Dalam Angka, Tahun 2012.
4. Kondisi Politik dan Pemerintahan Kota Makassar
Kota Makassar merupakan ibu kota provinsi, kegiatan politik yang
ada Di Sulawesi Selatan berpusat di Kota Makassar,Syahrul Yasin limpo
yang akan maju kembali dipriode ke dua sebagai calon Gubernur Sul-Sel
2013 mendatang tentu membuat kondisi di berbagai wilayah politik
maupun pemerintahan dapat terpecah.
Pertama, kondisi politik yakni jumlah anggota DPRD Kota Makassar
periode 2009-2014 sebanyak 50 orang. Beberapa diantaranya berasal
dari pengusung pasangan SAYANG, hal ini menunjukkan bahwa Partai
pengusung pasangan SAYANG sangat diperhitungkan dalam perolehan
suara untuk memenangkan proses pemilihan Gubernur khususnya di
Wilayah Kota Makassar. DPRD Kota Makassar terdiri atas fraksi-fraksi
dan juga komisi, yakni terdapat 7 fraksi seperti fraksi GOLKAR, Demokrat,
44
PAN, PKS, Makassar Bersatu, Persatuan Nurani, dan PDK. Selain itu juga
terdapat 4 Komisi di DPRD Kota Makassar yakni Komisi A Bidang
Pemerintahan, Komisi B Bidang ekonomi dan Keuangan, Komisi C Bidang
Pembangunan, dan Komisi D Bidang Kesejahteraan Rakyat. Lembaga
legislatif ini merupakan kekuatan dari beberapa partai politik pengusung
pasangan Syahrul Yasin Limpo adalah partai Golkar, PDI Perjuangan,
PAN, PDS, PDK, PPP, PKPI, DAN PKNU. Dalam menjalankan tugasnya
DPRD Kota Makassar pada tahun 2009 telah menghasilkan 17 peraturan
daerah, 33 keputusan dewan dan 29 keputusan pimpinan dewan28.
C. Gambaran Umum Proses Pemilukada Sulawesi Selatan di Kota
Makassar
Dalam
masyarakat
yang
memilih
demokrasi
sebagai
sistem
kenegaraannya,pemilu merupakan salah satu tonggak demokrasi dan
instrumen
untuk
mewujudkan
cita-cita
demokrasi
yaitu
terbentuknya
masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, memiliki kebebasan berekspresi
dan berkehendak serta mendapatkan akses terpenuhinya hak-hak dasar
mereka sebagai warga negara karena itu untuk melihat ada tidaknya
demokrasi dalam penyelenggaraan negara, indikatornya dapat dilihat dari
pemilu yang dilakukan secara bebas dan berkesinambungan.
Setiap warga negara, apapun latar belakangnya seperti suku, agama,
ras, jenis kelamin, status sosial dan golongan, sesungguhnya mereka semua
28
http://www.google.co.id/ Kondisi politik pemerintahan di Sul-Sel diakses pukul 02.50 Wita
Tanggal 31-10-2012
45
memiliki hak yang sama untuk berserikat dan berkumpul, menyatakan
pendapat, menyikapi secara kritis kebijakan pemerintah dan pejabat negara.
Hak ini disebut hak politik yang secara luas dapat langsung diaplikasikan
secara kongkrit melalui media pemilihan umum.
Dalam menyelenggarakan pemilu diperlukan tata cara dan prosedur
yang disebut sistem pemilu. Sistem pemilu mencakup dua hal. Pertama, nilainilai normatif yang tertuang dalam Undang-Undang Pemilu yang mengatur
bagaimana
membagi
kekuasaan
dalam
lembaga
perwakilan
secara
proporsional sesuai dengan dukungan politik yang tergambar dari hasil
perolehan suara dalam pemilu. Kedua, proses pemilihan yaitu mekanisme
pemilihan yang meliputi pengelolaan pemilu, pemilihan di tempat suara
pemungutan suara, perhitungan suara, petugas pemilu, penetapan hasil
pemilu dan menetapkan hasil pemilu menjadi kursi di lembaga perwakilan
maupun pada tingkat eksekutif.
Proses pemilukada Sulawei Selatan 2013 yang akan di laksanakan 22
januari 2013 mendatang sudah sangat ramai dibicarakan di mata khalayak,
berita masing-masing kandidat banyak di muat di media cetak mulai
sosialisasi pasangan calon, penetapan calon, begitu pula penetapan nomor
urut. Makassar merupakan ibu kota provinsi Sulawesi-Selatan kegiatan politik
masing-masing kandidat banyak dilakukan di Makassar, sebagai contoh pada
saat
pengambilan nomor urut masing-masing pasangan calon Gubernur,
begitu pula media center pasangan calon dipusatkan di ibu kota Provinsi
yakni Makassar, salah satu contohnya pasangan Syahrul Yasin Limpo
46
dengan Agus Arifin Nu’man
media centernya berada di jalan pelita raya
dengan nama kapal induk. Syahrul Yasin Limpo mengawali karir politiknya
mulai dari kepala Desa, Camat, Bupati, Wakil Gubernur, bahkan sampai
Gubernur sampai saat ini, figure Syahrul Yasin Limpo masih banyak diminati
masyarakat karena gaya kepemimpinan yang merakyat. Hiruk pikuk sudah
mulai terasa pada saat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur pada
saat pendaftaran dan pengambilan no. urut di Kota Makassar.
Pada tahap pendftaran calon gubenur Sulawesi selatan priode
2013-2018 sudah dibuka, pada hari jumat tanggal 14 september 2012,
dua calon Gubenur dan wakil Gubernur melakuan pendaftaran di kantor
Komisi Pemilihan Umum di jalan AP.Pettarani, sebenarnya ada 3 calon,
yaitu: 1. Andi Ruianto Asapa dan Andi Nawir Pasinringi (Garuda’Na). 2.
Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu’man (Sayang). 3. Ilham Arif
Sirajuddin dan Abdul Aziz Kahar Mudzakkar (IA). Sehari sebelumnya
Garuda’Na sudah duluan melakukan pendaftaran, tetapi hari berikutnya
kedua calon ini mendaftar, Sayang sebelum shalat jumat, dan IA sesudah
shalat jumat. Sedangkan pada saat pengambilan nomor urut pasangan
calon Gubernur dan wakil Gubernur Sulawesi Selatan yang dilaksanakan
KPU provinsi di Hotel Sahit Jaya Makassar, dalam pengambilan nomor
urut pasangan incumbent, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang
mendapat nomor urut 2, paangan Ilham Arif Sirajuddin-Abdul Aziz Kahar
Mudzakkar mendapat nomor urut 1, sedangkan pasangan Andi Rudianto
Asapa-Andi Nawir Pasinringi mendapat nomor urut 3
47
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menjelaskan temuan penelitian tentang bagaimana
pengaruh popularitas Partai Demokrat terhadap pilihan masyarakat Kota
Makassar menjelang pemilihan gubernur tahun 2013, sebagaimana
rumusan masalah dalam penelitian ini.
Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan
untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR,DPRD Provinsi,
dan DPRD
Kabupaten/Kota.
Setelah
amandemen
keempat UUD
1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang
semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh
rakyat sehingga pilpres pun dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres
sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama kali pada Pemilu 2004.
Pada tahun 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007,
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga
dimasukkan sebagai bagian dari rezim pemilu. Di tengah masyarakat,
istilah "pemilu" lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu
presiden dan wakil presiden yang diadakan setiap 5 tahun sekali.
Pemilihan umum merupakan salah satu ciri dari sistem politik
demokrasi. Pemilihan umum dan institusi legislatif yang dihasilkannya
merupakan penghubung yang sah antara rakyat dan pemerintah dalam
suatu masyarakat demokrasi, sebagai sarana artikulasi dan agregasi
kepentingan bagi rakyat. Keberadaan Pemilu merupakan sesuatu yang
48
sangat diperlukan oleh karena tidak dimungkinkanya melaksanakan
demokrasi langsung sekarang ini.
Pemilihan umum langsung terdiri dari beberapa bagian yaitu pemilu
legislatif untuk memilih anggota DPR-RI, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota, dan DPD. Selanjutnya pemilihan umum presiden,
dimana kegiatan pemilu ini diadakan untuk memilih presiden dan wakil
presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Terakhir ada pemilihan kepala
daerah yang selanjutnya disebut pemilukada, yaitu untuk memilih kepada
daerah yaitu pemilihan Gubernur dan wakil gubernur pada tingkat provinsi,
pemilihan walikota dan wakil walikota pada tingkat kota dan pemilihan
bupati dan wakilnya pada tingkat kabupaten. Pemilukada ini dilakukan
secara
langsung
oleh penduduk daerah
administratif setempat
yang
memenuhi syarat.
pada awalnya, kepala daerah ditentukan dan dipilih oleh anggota
DPRD pada masing-masing tingkatan daerah administratif, namun sejak
tahun berlakunya UU No. 32 Tahun 2004, pemilihan kepala daerah
dilaksanakan secara langsung. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh
partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta
pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang
didukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti
keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal
49
menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004.
Pemilihan gubernur di Sulawesi Selatan yang berlangsung secara
demokratis telah diadakan pada 2008, kini pada tahun 2013 akan
diadakan kembali pemilihan gubernur kedua. Calon-calon gubernur yang
akan bertarung pada pemilihan gubernur kali ini diusung oleh partai, salah
satunya Partai Demokrat yang mengusung Ilham Arief Sirajuddi sebagai
calon Gubernur dan Azis Kahar Muzakkar sebagai calon Wakil Gubernur,
bersama beberapa partai lainnya.
Melihat
pemberitaan
Media
akhir-akhir
ini
yang
banyak
mengemukakan tentang masalah yang dialami oleh kader Partai
Demokrat dan masalah internal Partai Demokrat, tentu saja membuat
popularitas Partai Demokrat menurun dan mengakibatkan mosi tidak
percaya di masyarakat terhadap kader Partai Demokrat, sehingga pada
momen menjelang pemilihan Gubernur kali ini, penulis ingin melihat posisi
Partai Demokrat khususnya di Kota Makassar, apakah Partai Demokrat
menurut masyarakat Kota Makassar dapat mempertahankan suara
pendukungnya dalam memenangkan calon yang diusung pada pemilihan
Gubernur Sulawesi Selatan.
Popularitas Partai Demokrat di Kota Makassar
Partai politik hadir ditengah-tengah masyarakat bertujuan untuk
mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan programprogram yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Cara yang
50
digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem demokrasi untuk
mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam
pemilihan umum29. Untuk memperoleh eksistensi dalam sistem politik
partai politik harus memperoleh suara yang bersaing dalam pemilihan
umum dan dapat mengusung calon seseorang untuk maju sebagai calon
kepala negara maupun kepala daerah.
Partai politik sebagai lembaga representatif memiliki beberapa
fungsi, diantaranya fungsi komunikasi politik, fungsi sosialisasi politik dan
fungsi rekrutmen untuk menempatkan kadernya di pemerintahan.
Menjelang pemilihan kepala daerah di Sulawesi Selatan kali ini, Partai
Demokrat sebagai partai pemerintah menjalankan fungsi-fungsi yang telah
disebutkan tadi. Sehubungan dengan maraknya pemberitaan negatif
mengenai Partai Demokrat, lembaga ini melakukan fungsi komunikasi dan
sosialisasi yang lebih banyak untuk memenangkan calonnya. Jika
berbicara mengenai popularitas dan ingin melihat bagaimana tingkat
popularitas maka harus kita ketahui indikator-indikator popularitas
tersebut. menurut Pahmi Sy.(2010), popularitas adalah dikenal dan
disukai atau dikagumi. Namun, popularitas ternyata tidak selamanya
berkonotasi positif, ada pula popularitas negatif, dimana seseorang atau
institusi dikenal karena citra negatifnya. Adapun indikator popularitas
adalah dikenal dan disukai atau bisa juga tidak disukai jika merujuk pada
popularitas negatif.
29
Ramlan Subakti, Memahami Ilmu Politik, (PT. Grasindo. Jakarta, 2010) hal.149
51
Kepopuleran yang positif merupakan modal bagi siapa saja yang
ingin maju kedalam lingkaran kekuasaan, terlebih pada pemilihan kepala
daerah. Tidak hanya kepopuleran diri atau figur, kepopuleran partai
pengusung sebagai kendaraan politik pun menjadi bahan pertimbangan
bagi masyarakat. Dengan adanya blow-up pemberitaan negatif mengenai
Partai Demokrat, tentu hal ini menaikkan popularitas Demokrat meskipun
berkonotasi negatif hal ini tentu sedikit banyaknya akan berpengaruh pada
calon yang diusung. Maka dari itu, untuk melihat seberapa besar
pengaruh
antara
keduanya,
penulis
akan
menyajikan
hasil
dan
pembahasan berupa indikator kepopuleran Partai Demokrat dan calon
yang diusungnya pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan.
1. Popularitas dalam arti dikenal
Partai Demokrat merupakan partai peserta pemilu yang merupakan
partai baru dalam dunia politik Indonesia dan merupakan partai yang
memiliki prestasi yang baik, ditunjukkan dengan rentang waktu yang
singkat untuk memperoleh kemenangan pada pemilu.
Dengan iklan-iklan politik yang baik, Partai Demokrat berhasil
menempatkan diri pada urutan pertama hanya dalam dua periode pemilu
dan berhasil mendapatkan mayoritas kursi kekuasaan baik dalam
eksekutif maupun legislatif pada skala nasional. Pada tingkat lokal seperti
tingkat provinsi dan kabupaten/kota, Partai Demokrat bisa dibilang cukup
berhasil karena rata-rata mampu meraih peringkat dua dan tiga di legislatif
pada pemilu terakhir.
52
“Kalau berbicara tentang Partai Demokrat, semua orang harus
mengakui kalau Partai Demokrat adalah partai pemenang pemilu
legislatif pada tahun 2009 yang lalu, dimana Partai Demokrat
merupakan partai dengan kursi terbesar dalam DPR-RI. Di tingkat
Kota Makassar itu, Partai Demokrat Makassar itu ranking 2 hasil
pemilu legislatif 2009.”30
Partai Demokrat juga dikenal sebagai partai penguasa yang
memenangkan pemilu legislatif dan pemilu presiden memenangkan
usungannya yang merupakan ketua dewan pembinanya
“....Partai Demokrat itu partai penguasa, dan presiden SBY sebagai
pembina langsung dari partai ini. Yang kedua adalah partai ini
merupakan partai pemenang pemilu 2009 ...”
Dilihat
dari
pendapat
para
informan
ini,
Partai
Demokrat
sebenarnya dikenal dengan citra baiknya sebagai partai penguasa dan
partai pemenang pemilu. Popularitas yang baik didapatkan dari pencitraan
yang baik, popularitas merupakan modal awal yang kemudian dijadikan
bahan untuk penerimaan masyarakat. Agar masyarakat lebih mengenal
dan menerima suatu institusi atau figur, dibutuhkan media dalam hal ini
media Massa. Pesatnya perkembangan media massa terutama media
elektronik membuat masyarakat dengan mudah mengakses berita
mengenai apa saja, terutama mengenai berita politik.
Berdasarkan wawancara lepas yang penulis lakukan, seluruh
responden mengatakan mengenal dan mengetahui Partai Demokrat, dan
informasi mengenai Partai Demokrat lebih banyak didapatkan dari media
elektronik yaitu televisi, radio dan internet termasuk jejaring sosial,
30
Wawancara dengan Indra di kantor koran tempo makassar
53
sebanyak 15% responden menyatakan lebih banyak mengakses berita
melalui media cetak. 31
Masih berdasarkan wawancara lepas penulis dengan responden,
Intensitas mengakses informasi mengenai Partai Demokrat dan berita
politik, responden dari kelas menengah yaitu mahasiswa, pengusaha dan
peneliti cenderung mengakses berita politik setiap hari. ibu rumah tangga,
PNS dan pekerja swasta mengakses berita politik setiap 3-4 hari dan 1-2
hari. Sedangkan pelajar dan kelompok low class seperti pekerja tidak
tetap, jarang mengakses berita politik.32 Berdasarkan survei tersebut,
penulis berkesimpulan bahwa masyarakat Kota Makassar yang memiliki
pengetahuan dan akses mengenai berita politik sama banyaknya dengan
mayarakat yang tidak mengakses berita politik, sehingga menurut penulis,
pemberitaan
media
mengenai
kader-kader
demokrat
akan
cukup
berpengaruh dalam pengusungan kandidat pasangan gubernur dan wakil
gubernur.
Tidak bisa pula dipungkiri bahwa pemberitaan di media akhir-akhir
ini mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai prestasi
Partai
Demokrat, sehingga berpengaruh pada citra dan popularitasnya di
masyarakat.
Sebagai
kendaraan
politik,
tentu
hal
ini
menjadi
pertimbangan masyarakat dalam memilih calon pemimpinnya.
31
Data primer setelah diolah 2013
32
Ibid
54
Selain popularitas Partai, Popularitas dan kapabilitas kandidat
merupakan hal yang utama, pemilihan kandidat tentu akan berpengaruh
positif juga pada partai sebagai kendaraan politik, maka dari itu, partai
politik harus pintar memilih kandidat dan aktor sentral yang akan
diusungnya. Makassar sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan yang
juga merupakan pusat aktivitas politik merupakan barometer untuk
memenangkan suara. Partai Demokrat yang mengusung Ilham Arief
Sirajuddin yang merupakan Ketua Umum DPD Partai Demokrat Sulawesi
Selatan dan WaliKota Makassar, diharapkan akan memenangkan suara di
daerah pemilihan Kota Makassar. Dengan melihat berbagai pembangunan
dan kebijakan yang dikeluarkan oleh IAS sebagai WaliKota Makassar,
diharapkan akan berpengaruh signifikan pada kemenangan suara di Kota
Makassar.
2. Popularitas dalam arti dikagumi
Partai Demokrat pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan
adalah sebagai kendaraan politik oleh pasangan calon gubernur yang
diusungnya, namun pemberitaan tentang Partai Demokrat tidak begitu
berpengaruh, hal ini seperti dikemukakan oleh Akhmad Namsum selaku
koordinator divisi sosialisasi, pendidikan pemilih dan pengembangan SDM
KPUD Kota Makassar :
“Partai politik itu dalam pencalonan untuk maju di pemilukada, menjadi
kendaraan untuk kontestan. Tapi menurut kami, salah satu hal yang
paling pokok bahwa untuk kegiatan pemilukada nama partai itu
sebenarnya tidak berpengaruh, kalau (menurut) saya yang dominan itu
adalah persoalan figur. Ya kalau konek (saling berhubungan) iya, tetapi
55
yang dominan di lihat oleh publik itu kan figur yang bersangkutan,
tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan partai terhadap figur itu
juga menjadi hal penting, karena tidak bisa dia masuk bertarung tanpa
melalui partai sebagai kendaraan politik.”33
Partai dalam hal ini hanya dilihat sebagai kendaraan politik,
keberadaan pemberitaan negatif tentang Partai Demokrat hanya sedikit
mempengaruhi popularitasnya terlebih pada saat pemilihan gubernur,
karena pada pemilihan gubernur masyarakat lebih melihat pada figur
calon gubernur dan wakil gubernur, namun pemberitaan-pemberitaan
Partai Demokrat juga tidak dipungkiri berpengaruh dalam hal perolehan
suara calon yang diusung seperti yang dikemukakan oleh Prof. Armin
Arsyad :
“Setidak-tidaknya sangat berpengaruh, pemberitaan media massa
bahwa partai ini orang-orangnya banyak korup, itu secara otomatis
akan mempengaruhi pada perolehan suara baik dalam pemilu
legislatif maupun pada pilgub yang akan datang, mengapa, karena
Partai Demokrat ini meskipun bukan secara partai terang-terangan
melakukan pengkhianatan terhadap janjinya tapi aktor-aktor yang
berjanji di dalam pemilu legislatif 2009 itu secara nyata melakukan
pengkhiatanatan terhadap janji-janjinya. Jadi saya kira besar itu
pengaruhnya”34
Jadi, setidaknya menurut informan diatas, bahwa Partai Demokrat
dengan pemberitaan-peemberitaan yang negatif posisinya sudah sangat
tidak menguntungkan terlebih untuk kemenangan calon yang diusung
partai tersebut. walaupun figur yang diusung adalah figur yang kompeten
33
Wawancara langsung di ruangan bapak Akhmad Namsum tanggal 18 Desember 2012 pukul
14.05
34
Wawancara langsung di kediaman Prof. Armin Arsyad pada tanggal 29 Desember 2012 pukul
14.35
56
dalam hal kepemimpinan dan kinerja sebagai pejabat publik yang baik,
namun partai yang mengusung juga berpengaruh.
Ilham yang diusung oleh Partai Demokrat sebelumnya merupakan
Pejabat Partai Golkar Sulawesi Selatan, tetapi karena ada konflik internal
dalam tubuh Partai Golkar Sulawesi Selatan, maka Ilham memutuskan
untuk keluar dan kemudian dilamar oleh Partai Demokrat untuk menjadi
ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Selatan dan akhirnya diusung
menjadi calon gubernur dari partai tersebut.
Adapun proses Ilham kemudian bergabung dengan Partai Demokrat
bahkan menjadi ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Selatan juga tidak
kalah berlikunya, dikutip dari antaranews.com, Ilham mengatakan:
“Sebagai wali kota, saya perlu pengawalan-pengawalan partai.
Kalau saya tidak punya power partai, saya akan sulit membuat
program yang mengutamakan kepentingan masyarakat, pilihan
pindah partai itu semata karena pertimbangan ingin memberi
sumbangsih bagi bangsa dan negara lewat jalur politik, jelasnya.”35
Hal ini pun dikemukakan oleh H. Sukman Baharuddin:
“... Sebagai seorang politisi, pak Ilham memang hidupnya di dunia
politik oleh karena itu pak Ilham tidak begitu saja ingin keluar dari
pusaran dunia politik itu. Jadi bak gayung bersambut ternyata Partai
Demokrat sangat “welcome” dengan pak Ilham dan akhirnya di
Musda Partai Demokrat Sul-Sel kami sepakat untuk memilih pak
Ilham sebagai ketua DPD Partai Demokrat Sul-Sel. Dalam hal
pengangkatan pak Ilham sebagai ketua DPD sama sekali tidak
terjadi pro-kontra dalam internal Partai Demokrat Sul-Sel begitu juga
dengan DPP semuanya sepakat, bahkan dalam Musda itu, pak Ilham
35
Ilham Arief Siradjuddin, antaranews.com-edisi Senin, 16 November 2009.
57
secara aklamasi terpilih menjadi ketua DPD Partai Demokrat SulSel.”36
Dari kutipan wawancara diatas, dapat kita simpulkan bahwa setelah
keluar dari Partai Golkar, Ilham membutuhkan kekuatan politik dan Partai
Demokrat dinilai memiliki kekuatan politik yang cukup besar terlebih saat
Ilham ingin maju dalam pemilihan gubernur. Selain itu, Partai Demokrat
juga membutuhkan figur yang kuat untuk meningkatkan popularitasnya di
daerah,
dan
Ilham
yang
dinilai
sangat
potensial,
seperti
yang
dikemukakan oleh Prof. Armin Arsyad berikut ini :
“...Dengan hengkangnya IAS ke Partai Demokrat saya kira semakin
memperkukuh Partai Demokrat di sulsel khususnya di makassar,
karena bagaimanapun juga IAS itu adalah tokoh utama golkar
meskipun dikalahkan oleh SYL dalam pemilihan ketua golkar, tetapi
setidak-tidaknya jaringan yang sudah terlanjur terbangun atau
dibangun IAS membuat banyak pengagum-pengagum partai golkar
pada awalnya itu bisa saja mengalami pergeseran atau setidaktidaknya goyah dengan berpindahnya IAS...”37
Berdasarkan wawancara diatas, dapat dilihat bahwa citra Ilham
yang terbangun pada organisasi sebelumnya sudah sangat positif,
sehingga kekuatan yang sudah terbangun pada partai sebelumnya akan
semakin diperkuat dengan masuknya Ilham pada Partai Demokrat
sebagai kendaraan politik. Ditambah lagi dengan kapabilitas Ilham
sebagai WaliKota Makassar, dinilai akan saling berpengaruh dengan
posisi Partai Demokrat di Makassar.
36
Abdullah S.,Sukriadi. Strategi Koalisi Partai Politik Demokrat Menjelang Pemilihan Gubernur
Sulawesi Selatan 2013 Di Kota Makassar . Makassar, 2012
37
Wawancara langsung di kediaman Prof. Armin Arsyad pada tanggal 29 Desember 2012 pukul
14.35
58
Berikut ini akan penulis paparkan sejauh mana masyarakat Kota
Makassar melihat kinerja IAS sebagai WaliKota Makassar:
Tabel 5.1 tanggapan mengenai sosok dan kinerja IAS sebagai
WaliKota Makassar
No
Indikator
Jumlah
Persentase
1
Sangat baik
9
15%
2
Baik
22
38%
3
Cukup
20
34%
4
buruk
8
13%
Sumber: Data sekunder (setelah diolah Januari 2013)
Dari hasil survey di atas, dapat dilihat bahwa sosok IAS dilihat dari
kepemimpinan dan kinerjanya, dinilai dan diapresiasi baik oleh
masyarakat Kota Makassar, hal ini juga diungkapkan oleh H. Rusman,
selaku simpatisan Partai Demokrat dan I-A
“...masyarakat Kota Makassar sangat bergembira kalau beliau
(Ilham) yang terpilih...”38
Sangat jelas bahwa masyarakat sangat baik menyambut Ilham
Arief maju sebagai calon gubernur, karena masyarakat menilai kinerja
yang baik dan juga faktor kepuasan masyarakat terhadap pembangunan
yang dilakukan Ilham di Kota Makassar. Hal ini seperti yang sudah
dijelaskan di atas bahwa popularitas Ilham dan popularitas Partai
Demokrat memang akan saling mempengaruhi.
38
Wawancara di kediaman H. Rusman 19 Desember 2012 pukul 18.50
59
Jika berbicara pengaruh lawan politik Ilham dan kendaraan politik
yang digunakan masing-masing calon juga tidak begitu berpengaruh hal
ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Muh. Rusli
“... saya rasa, masing-masing calon sudah memiliki popularitasnya
masing-masing dan sudah memiliki pendukungnya masing-masing.
Sekarang ini yang ketiganya perebutkan adalah pemilih
mengambang, dimana suara pemilih ini akan cukup berpengaruh
pada suara masing-masing...”
Hal senada juga diungkapkan oleh wartawan Tribun Timur
“..Sedikit banyaknya akan berpengaruh, karena SYL kan dari Golkar
yang notabene adalah lawan Demokrat, kemudian Gerindra yang
dianggap – banyak sekali hasil survei yang menunjukkan bahwa,
gerindra secara nasional itu sudah diatas demokrat di Makassar juga
kelihatannya akan seperti itu.”
Pengaruh lawan politik dan kendaraan politik masing-masing calon
memang dinilai cukup kuat, namun hal ini tidak akan terlalu signifikan
seperti yang diungkapkan oleh bapak Muh. Rusli, karena masing-masing
telah memiliki pendukung yang tetap sehingga yang kiranya diperebutkan
dalam waktu dekat proses pemilihan adalah pemilih yang masih berada di
area abu-abu, tinggal bagaimana masing-masing tim dari calon gubernur
menjalankan strategi yang cocok untuk menjaring pemilih ini.
Sementara itu, masyarakat Sulawesi Selatan khususnya Kota
Makassar masih menggunakan pilihannya berdasarkan ikatan primordial,
yaitu berkaitan dengan suku, kedaerahan, agama dan sebagainya. Selain
itu, masyarakat juga masih cenderung bersifat parokial dan kaul, dimana
masyarakat memposisikan dirinya sebagai masyarakat yang pasif dalam
politik, hal ini tergambar pada tabel berikut:
60
Tabel 5.2. alasan responden memilih pasangan I-A
No
Indikator
Jumlah
Persen
1
Program yang ditawarkan
22
37%
2
Figur/Ketokohan
22
37%
3
Agama
10
15%
4
Ikatan kedaerahan
5
11%
Sumber: Data sekunder setelah diolah 2013
Meskipun
hanya
menempatkan
ikatan
kedaerahan
pada
pertimbangan terakhir dalam memilih, namun hal ini tidak dapat
diremehkan, karena kecenderungan pemilih, selain melihat program dan
ketokohan,
ikatan
kedaerahan
yang
cukup
kental
juga
sangat
berpengaruh dalam memilih kandidat nantinya.
Meskipun masyarakat Kota Makassar sudah cukup cerdas dalam
hal mengolah informasi dan dalam hal pendidikan politik, namun tidak bisa
dipungkiri bahwa figur seseorang berdasarkan ikatan kedaerahan masih
begitu berpengaruh pada pilihan masyarakat. Jika figur tersebut di
daerahnya berasal dari kalangan orang terpandang, maka masyarakat
dari daerah atau etnis yang sama dengan kandidat akan lebih bersimpati
kepada pemilih. Inilah yang dimanfaatkan oleh Partai Demokrat, selain
memilih Ilham yang merupakan wali Kota Makassar yang tentu saja dinilai
memiliki kinerja yang baik, Partai Demokrat juga melihat latar belakang
61
Ilham dan azis sebagai orang terpandang di daerah asal mereka masingmasing.
Sosok Ilham juga diharap dapat mempertahankan suara Partai
Demokrat di Kota Makassar dengan pengusungannya sebagai calon
Gubernur Sulawesi Selatan, Ilham dinilai memiliki kinerja yang baik
sebagai waliKota Makassar, oleh sebab itu dapat dipastikan bahwa Ilham
sebagai waliKota Makassar akan memenangkan perolehan suara di
daerah pemilihan ini. Dengan memilih Ilham sebagai figur setral Partai
Demokrat di Sulawesi Selatan dan juga calon gubernur yang diusung oleh
Partai Demokrat sendiri, diharapkan akan mempertahankan suara Partai
Demokrat nantinya.
62
BAB VI
PENUTUP
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan
pada
bab
sebelumya, maka pada bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan
dan saran yang relevan dengan masalah penelitian. Pertama, kesimpulan
yang berisi pembahasan singkat dari hasil penelitian mengenai popularitas
Partai Demokrat menjelang pemilihan Gubernur SulawesiSelatan 2013,
khususnya di Kota Makassar. Kedua, saran yang berisi masukan yang
membangun.
A. Kesimpulan
1. Partai Demokrat sebagai partai baru yang sudah mampu meraup
kemenangan hanya dalam dua periode pemilihan langsung, dimana
pemilihan langsung ini merupakan pilihan rakyat. Partai yang dibentuk
dan dibina langsung oleh Presiden SBY kembali memenangkan tokoh
sentralnya tersebut pada pemilu 2009 dan mampu memenangkan pemilu
legislatif nasional maupun di daerah. Di Makassar, Partai Demokrat
merupakan pemenang kedua setelah partai Golkar.
2. Perkembangan media massa dewasa ini menyebabkan arus
pemberitaan yang sangat pesat, siapa saja dapat mengakses apa saja
termasuk berita politik, dimana saja. Masyarakat pemilih cenderung
mengakses berita politik melalui media elektronik, diantaranya televisi,
radio, dan internet.
63
3. Melihat pemberitaan miring tentang Partai Demokrat dan kaderkadernya tentu mempengaruhi citra Partai Demokrat dan akhirnya
memperoleh popularitas yang negatif, hal ini setidaknya berpengaruh
pada pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan dimana Partai Demokrat
mengusung salah satu pasangan calon gubernur. Pemberitaan tentang
Partai Demokrat ini tentu akan mempengaruhi perolehan suara darri
pasangan yang diusung.
4. Disamping itu, pemilihan Ilham-Azis sebagai pasangan calon dari
Partai Demokrat dan koalisinya dinilai dapat memperbaiki citra dan
popularitas Partai Demokrat, karena kedua orang ini dinilai memiliki
kapabilitas dan citra yang baik. Dimana Ilham Arif Sirajuddin dinilai
sebagai walikota yang cukup sukses dalam hal pembangunan di Kota
Makassar dan juga kinerjanya yang dinilai cukup baik dan Azis Kahar
mudzakkar dinilai sebagai sosok yang bersih dan sederhana. Masingmasing diantaranya juga dinilai sebagai tokoh yang disegani di
daerahnya. Partai politik sebagai kendaraan politik dari calon gubernur
dinilai saling bersimbiosis mutualisme.
B. Saran
1. Upaya untuk memenangkan Cagub dan Cawagub akan lebih
mudah, jika penyelenggaraan program kerja partai dirancang pro-rakyat,
pengambilan keputusan di lingkup pemerintahan baik legislatif dan
eksekutif haruslah yang populis agar rakyat kembali besimpati.
64
2. Komunikasi dan sosialisasi mengenai program kerja dari pasangan
calon dan partai pengusung harus lebih gencar diadakan, sehingga
pemilih akan bersimpati.
65
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Apter, E. David. Pengantar Analisa Politik. Jakarta : LP3ES. 1987
Arifin, Anwar. Komunikasi Politik. Jakarta : Balai Pustaka. 2006
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama. 2010
Edwin, Doni, et al. Pilkada Langsung : Demokratisasi Daerah dan Mitos
Good Governance. Jakarta : Partnership. 2005
Hidajat , Imam. Teori-teoti Politik. Malang : Setara Press. 2009
Kasali, Rhenald. 2008. Manajemen Public Relations. Jakarta : Ghalia
Indonesia
Marsh, David, and Gerry Stoker. Teori dan Metode Dalam Ilmu Politik.
Bandung : Penerbit Nusa Media. 2012
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rossdakarya. 2005
Oliver, Sandra. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta : Esensi Erlangga
Group.
Panuju, Redi. Oposisi Demokrasi dan Kemakmuran Rakyat. Yogyakarta :
Pustaka Book Publisher. 2009
Pito, Toni Andrianus, et. Al. Mengenal Teori-Teori Politik. Bandung :
Penerbit Nuansa. 2006
Sanit, Arbi. Reformasi Politik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1998
Subiakto, Henry dan Rachmah Ida. Komunikasi Politik, Media, &
Demokrasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo. 2010
Sy, Pahmi. Politik Pencitraan. Jakarta : Gaung Persada Press. 2010
WEBSITE :
66
http://setabasri01.blogspot.com/2009/02/pendekatan-institusional.html (diakses 30
September 2012)
http://handiarto.com/pendekatan-institusional-baru/
September 2012)
(diakses
30
http://politik.kompasiana.com/2012/04/05/drama-panggung-politik-dalamisu-kenaikan-harga-bbm/ (diakses tanggal 12 juli 2012 pada pukul 14.31)
http://nasional.kompas.com/read/2012/03/25/15303340/Ini.5.Alasan.Demo
krat.Dukung.Harga.BBM.Naik (diakses tanggal 12 juli 2012 pada pukul
14.31)
http://www.antarafoto.com/artikel/v1333197069/runtuhnya-menarasegitiga-biru (diakses 1 November 2012)
http://www.kamusbesar.com/49503/citra-politik (diakses pada 31 Oktober
2012)
http://www.seputar-indonesia.com (diakses pada 1/11/12)
http://www.inspirasi-usaha.com/berita-2298-membangun-popularitas.html
(diakses pada 1/11/12)
SUMBER LAIN
Abdullah S.,Sukriadi. Strategi Koalisi Partai Politik Demokrat Menjelang
Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan 2013 Di Kota Makassar . Makassar,
2012
67
Download