politik ideologi 16-12-2009

advertisement
POLITIK IDEOLOGI
Berian
Abdulkadir Besar
POKOK BAHASAN
 teori universal mengenai: pengertian, karakteristik, dan
fungsi dari ideologi, agar para peserta pendidikan memahami
konsep internasional mengenai ideologi, yaitu: pengertian
original yang dikemukakan oleh Destutt de Tracy; dan
kemudian pengertian-terleceh (discredited meaning) dari
ideologi
 pengertian ideologi yang diungkapkan oleh para pendirinegara Republik Indonesia
 debat mengenai matinya ideologi yang dikemukakan Daniel
Bell maupun Raymon Aron.
 ideologi dan metoda berpikir
IDEOLOGI
 Kata Inggeris ‘ideology’ berasal dari kata Perancis “idēologie’,
yang disosialisasikan pada akhir abad delapan belas, oleh suatu
mazab para pemikir yang menyebut dirinya ideologues, untuk
menyatakan ilmu fundamental baru, yaitu : “the science of
ideas”. Hakikat, tujuan, dan hasil dari bentuk original dari
ideologi adalah sebagai berikut.
 Para ideolog sadar bahwa mereka mendasarkan diri pada
perkembangan filsafat yang terjadi sebelumnya.
 Secara spesifik dapat dinyatakan bahwa mereka sadar
mendasarkan diri pada hasil pemikiran filsafati dari: Francis
Bacon, Thomas Hobbes, dan John Locke di Inggeris, dan
Rene Descartes di Prancis.
Francis Bacon (1591—1626)
 Analisis Bacon mengenai sejumlah prasangka manusia, merupakan kritik-
ideologi yang membuat dirinya dikenal sebagi filsuf modern. Dia
membedakan empat jenis dari sesatan manusia, yang ia sebut sebagai
gambaran-palsu yang ia namai idola. Dia mengidentifikasi bahwa
kepampuan-pikir manusia dipengaruhi sekaligus dicemai oleh kemampuan
(the skill) dan nafsu (passion), yaitu (1) idola tribus, yang ia maksud sebagai
sesatan dari manusia selaku warga dari suatu suku (tribe), (2) idola specus,
yaitu sesatan dari goa, (3) idola fori, yaitu sesatan yang ditimbulkan oleh
kekacauan-pengaruh dari bahasa yang digunakan dalam interaksi
antarmanusia, dan yang terakhir adalah ideola theatri, yaitu sesatan yang
ditimbulkan oleh berbagai pandangan-mapan yang telah lama
dikemukakan para filsuf senior. Bacon menyatakan pendapat bahwa
dengan dihapuskannya 4 macam idola termaksud, ilmu (science) dapat
dikembangkan. Dalam hubungan ini, Bacon dalam bukunya berjudul
Novum Organon menyatakan bahwa hanya dengan metode induksi sebagai
tuntutan bagi pengalaman dan penginderaan yang akan mengantar ilmu
yang sejati (Kuypers, 1978:109).
Thomas Hobbes (1588—1679)
 Dengan menggunakan metode deduktif Hobbes berusaha menerapkan
sistem-pengertian (begrippenstelsel) dari mekanika pada semua bidang
ilmu: di satu pihak ia menganggap bahwa geometri adalah ilmu mengenai
gerak sederhana yang diperlukan untuk mengkonstruksi garis, dataran
(plane), dan lingkaran; di lain pihak ia mencoba gejala-gejala psikhis,
seperti penginderaan dapat diterangkan dalam terminologi yang berlaku
pada gerak dari bahan-bahan ragawi. Dengan penjelasan ini, juga dapat
diperluas berlakunya sampai kehidupan masyarakat yang ia lihat sebagai
gerak manusia ke manusia lain, atau gerak manusia memisahkan diri dari
manusia lain; maka lahirlah suatu trilogi yang ia lahirlah bukakan dengan
judul De Corpore (1655), De Homine (1657), De Cive (1642), yang
merupakan metafisika yang mengajarkan bahwa segenap hal materiel,
dalam kejiwaan manusia, dan kehidupan sosial politik, diterangkan
dengan asas-asas dan kategori yang sama (mekanik), disusun menjadi
suatu kesatuan yang sistematik (Kuypers, et.al., 1978:333—334).
John Locke (1632—1704)
 Karya ilmiah yang utama dari Locke ia tulis dengan judul Essay Concerning Human
Understanding (1690), yang menguraikan hasil penelitiannya mengenai asal-mula,
kepastian, dan lingkup dari pengetahuan manusia. Dalam buku pertama berisi kritik
panjang-lebar terhadap idea-bawaan (inate ideas). Dalam buku kedua, ia
mempertahankan tesisinya bahwa pengetahuan manusia diperoleh dari
pengelaman empirik (induktif). Buku ketiga dedikasikan pada masalah bahasa dan
artinya; menurut Locke arti sebenarnya dari suatu kata terbentuk oleh idea yang
ada di dalam jiwa dari si pengguna kata, dan berkorespondensi dengan idea
termaksud. Pada akhirnya, buku keempat membahas pengetahuan (knowledge),
yang didefinisi sebagai tindak penginderaan mengenai kesesuaian atau
bertentangannya antara dua idea.
 Bersamaan dengan Essay termaksud, Locke juga mempublikasi buku Two Treatise
of Government, yang dalam jilid satu-nya Locke membantah pendapat Sir Robert
Filmer yang mempertahankan hak-hak ketuhanan dari para raja mengenai
kekuasaan absolutnya, sekaligus dalam jilid keduanya, Locke mengajukan
teorinya mengenai monarkhi konstitusional berdasarkan kontrak sosial
(Kuypers, 1978:410-411).
Rene Descartes (1596-1650)
Descartes adalah seorang Katolik saleh, sejak kecil menempuh pendidikan di lingkungan sekolah
Ordo Jezuit sehingga merasa berada di rumah sendiri dalam filsafat skolastik yang dalam seluruh
hasil karyanya yang kemudian, ditemukan kembali. Setelah selesai dengan studi hukumnya, dan
pendidikan militer di Breda ia menjalani dinas militer di negeri Belanda dan berkenalan dengan
Beekman yang memberi stimulasi padanya untuk teguh meneruskan karya ilmiahnya: dan baru
kemudian pada tahun 1619 mendapat semacam panggilan hati untuk menekuni filsafat. Dia selalu
bepergian ke berbagai negara, dan baru ada tahun 1628 dia menyatakan secara terbuka pendirian
filsafatinya.
 Setelah itu, kembali ke negeri Belanda dan hidup menyendiri dalam menekuni menulis filsafat.Yang
pertama selesai adalah Discourse de la Methode pada tahun 1637, yang kedua mengenai kosmologi
berjudul Le Monde, ia tidak berani menerbitkannya mengingat nasib Galilei dari Italia yang dihukum
dikucilkan untuk selamanya dari masyarakat sampai mati.
 Descartes menolak dengan tegas metafisika sebagai metoda filsafat, karena kebenaran yang
dihasilkan tidak bisa diandalkan. Berhubung dengan itu, ia bertekad untuk mambangun filsafat yang
kebenarannya tidak dapat ditolak oleh nalar manusia.
 Untuk itu, Descartes menciptakan suatu metoda baru yang kemudian dikenal dengan nama
Peraguan-Metodologik (Methodological Doubting). Semua ilmu dan filsafat yang telah ia pelajari, ia
ragukan kebenarannya (termasuk matematika yang menjadi disiplin ilmu yang ia andalkan
kebenarannya). Berarti ia mengosongkan diri dari segala referensi, dengan maksud untuk
mengetahui apa yang akan terjadi yang sampai masa itu belum pernah diketahui oleh manusia.

TEORI KONSEP
 Untuk memahami pengertian ‘konsep’, saya menggunakan penerangan
filsafati dari Gottlob Frege (1849-1925), seorang matematikus dan filsuf
dan penemu logika matematika modern. Bagian besar dari karyanya adalah
mengenai logika-filsafati (philosophical logic). Karya mutakhir dari frege
adalah tentang ‘Sinn und Bedeutung’. Pertama kali, Frege menerangkan
tentang perbedaan antara Sinn (sense) dan Bedeutung. Terjemahan baku
(standard) dari kata Jerman Bedeutung ialah ‘makna’ (‘meaning’); tetapi
kebiasaan penggunaan oleh Frege ia artikan sebagai ‘referensi’ (yang ia
artikan sebagai kata-benda yang se-asalmula dengan ‘makna’) sebagai ganti
kata dari ‘makna’ (‘meaning’) dalam arti apa yang diketahui pada waktu
difahaminya suatu pernyataan (expression), digunakan kata ‘signiticance’;
jadi ‘signicance’ itu mencakup ‘arti’ (sense) namun tidak bersifat tuntas.
Makna (the meaning) dari suatu nama, dalam pengertian Frege, adalah si
pengemban nama yang bersangkutan, yang dengan penggunaan nama
tersebut, kita bicarakan orang termaksud.
FREGE
 Frege tanpa segan-segan berargumen bahwa eksistensi mengenai sesuatu itu
tidak pernah bisa dinyatakan oleh suatu predikat yang memang selalu bersifat
tidak tuntas (incomplete) ; dan dalam hal ini, naluri frege adalah benar (correct):
karena eksistensi dalam realitas dari entitas seperti itu merupakan hal yang
secara salah (misconceived) diketahui oleh predikat.
 Suatu gambaran alami adalah sebagai berikut, untuk mengetahui arti (the sense
of) dari suatu nama tertentu, adalah mengetahui criteria penentu untuk
mengidentifikasi obyek sebagai makna dari nama yang dimaksud; untuk
mengetahui arti (the sense of) dari predikat adalah untuk mengetahui kriterium
bagi penentuan kebenaran dari tiap obyek acak yang diteliti (any given arbitrary
object). Jadi, dalam menentukan nilai-kebenaran (truth-value) dari kalimat
subyek-prediket sederhana, kita akan menempuh proses penemuan obyek
dimaksudkan oleh nama yang bersangkutan, dan kemudian menentukan apakah
predikatnya benar berkaitan dengannya. Dalam hal ini, perlu dilakukan
modifikasi pada obyek yang tidak berkualitas sebagai yang berbukti-sendiri (selfevident).
Download